Anda di halaman 1dari 7

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 1

NamaMahasiswa : Bibit Santoso

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 044175137

Kode/NamaMataKuliah : HKUM4404/Teori Perundang-

Undangan

Kode/NamaUPBJJ : MANADO

Masa Ujian : 2022/23.2(2023.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS TERBUKA
SOAL :
1. Jakarta - Sejarah Indonesia mencatat pemakzulan seorang kepala negara pasca
reformasi pernah terjadi di Era Abdurahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur.
Dalam beberapa hari terakhir isu soal impeachment kembali mengemuka seiring
dengan dikuasainya parlemen oleh kubu oposisi. Namun langkah untuk memakzulkan
presiden pada masa sekarang ini, jauh lebih sulit untuk dilakukan.

Gus Dur dimakzulkan pada Juli 2001, dua tahun setelah dia memerintah. Itu merupakan
puncak dari rentetan ketegangan antara eksekutif dan legislatif.

Gus Dur sempat mengumumkan pemberlakuan dekrit yang berisi pembubaran


MPR/DPR, mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat dengan mempercepat pemilu
dalam waktu satu tahun, dan membekukan Partai Golkar sebagai bentuk perlawanan
terhadap Sidang Istimewa MPR. Dekrit tersebut ditolak dan malah ujung-ujungnya Gus
Dur dimakzulkan.

Akan tetapi impeachment semacam itu, dinilai tidak akan dengan mudah terjadi pada
masa sekarang ini. "Sangat susah sekarang. Beda dengan yang dulu, pada waktu
zamannya Gus Dur," kata Wakil Ketua MK Arief Hidayat.

https://news.detik.com/berita/d-2714843/beda-dengan-era-gus-dur-ini-alasan-
pemakzulan-kini-sulituntuk-dilakukan/1 1.

1) Pemakzulan terhadap Gus Dur terjadi sebelum Mahkamah Konstitusi dibentuk.


Berikan analisis anda kedudukan Mahkamah Konstitusi atas pendapat DPR mengenai
dugaan pelanggaran oleh presiden dan/atau wakil presiden saat ini. Sertakan dasar
hukumnya.

2) Berikan analisis anda, atas alasan yang menyebabkan impeachment kini tidak lagi
mudah.

2. Pada 12 Februari 2021 Muhamad Taufiq, S.Kom. mengajukan permohonan


pengujian materiil UndangUndang Dasar 1945 Pasal 33 ayat (3) dan Pasal 37 tentang
Kemakmuran Rakyat dan Perubahan PasalPasal terhadap Pancasila Sila Pertama,
Kedua, dan Kelima tentang Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan
Beradap, dan Keadilan Sosial atas permintaan Menko Polkuham atas nama Negara RI
mengenai adanya sistem perlindungan Pancasila (sistem Khilafah) kepada Mahkamah
Konstitusi.

Pemohon dalam permohonannya menyampaikan kerugian konstitusional pemohon


yang telah terlanggar atau berpotensi untuk terlanggar dengan keberadaan Pasal 33
ayat (3) dan Pasal 37 Undang-Undang Dasar 1945
1) Berdasarkan kasus di atas, apakah permohonan sudah sesuai dengan hak uji
materiil Mahkamah Konstitusi?

2) Buatlah analisis kerugian konstitusional apa saja yang dialami pemohon berdasarkan
permohonan yang dimohonkan.

3. JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah lembaga swadaya masyarakat mendesak


Mahkamah Agung (MA) untuk lebih terbuka dalam menggelar sidang uji materi
peraturan di bawah undang-undang.

Menanggapi hal tersebut, Kepala Biro Hukum dan Humas MA Abdullah mengatakan,
permasalahannya adalah MA hanya memiliki waktu 14 hari untuk menyelesaikan
perkara pengujian peraturan perundang undangan di bawah undang-undang.

Jika dibandingkan dengan proses persidangan uji materi di MK, Abdullah mengakui
bahwa MK mampu melakukan proses persidangan secara terbuka. Sebab, MK juga
tidak diberikan batasan waktu dalam pengujian materi sebuah undang-undang.

1) Berdasarkan cuplikan kasus di atas, berikan analisis anda atas perbedaan


kewenangan dalam judicial review oleh MA dan MK.

2) Berikan analisis anda kelemahan/kekurangan hukum acara judicial review pada MA


dibandingkan hukum acara di MK.

JAWABAN :
1. 1) Kedudukan Mahkamah Konstitusi merupakan salah satu lembaga negara
pelaku kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan
Berdasarkan pasal 24 ayat (2) UUD 1945 dan pasal 10 Undang-undang
nomor 24 tahun 2003 tentang mahkamah konstitusi, MK wajib memberikan
putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh presiden
dan/atau wakil presiden. Secara lengkap dalam pasal 10 ayat (2) undang-
undang nomor 24 tahun 2003 tentang mahkamah konstitusi menyebutkan
sebagai berikut:
“MK wajib memberikan keputusan atas pendapat DPR bahwa presiden dan
/atau wakil presiden yang diduga telah melakukan pelanggaran hukum
berupa pengkhianatan terhadap Negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana
berat lainnya atau perbuatan tercela, dan/atau tidak lagi memenuhi syarat
sebagai presiden dan/atau wakil presiden sebagimana dimaksud dalam
undang-undang dasar Negara republik Indonesia 1945”.

2) Lebih susah sekarang. Karena sistem kita kan sekarang Presidensial.


Presiden itu dipilih langsung oleh rakyat. Sehingga sangat susah. Beda
dengan yang dulu, pada waktu zamannya Gus Dur. upaya pemakzulan
dalam masa sekarang ini, tidak cukup dengan hanya dasar pertimbangan
politik semata. Dipertimbangkan adanya dasar yuridis yang kuat. dalam
sistem presidensial murni seperti yang diberlakukan di Indonesia saat ini,
dianut adanya prinsip gabungan antara hukum dan politik. upaya
pemakzulan adalah alasan untuk memakzulkan itu harus disetujui terlebih
dahulu oleh MK. Mahkamah akan mengkaji alasan-alasan berdasarkan
bukti-bukti yang ada untuk selanjutnya menentukan apakah alasan untuk
memakzulkan itu bisa diterima atau tidak

2. 1) Pasal 51 ayat (1)


“Pemohon adalah pihak yang menganggap hak/dan atau hak
konstitusionalnya dirugikan oleh berlakunya undang-undang, yaitu :
a. perorangan warga Negara Indonesia
b. kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan sesuai
dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara kesatuan republik
indonesia yang diatur dalam undang-undang
c. badan hukum public atau privat
d. lembaga Negara.”
penjelasan pasal 51 ayat (1) UU MK:
“yang dimaksud dengan “hak konstitusional” adalah hak-hak yang diatur
dalam UUD Negara republik Indonesia 1945”

Berdasarkan ketentuan pasal 51 ayat (1) UU MK tersebut, terdapat dua


syarat untuk menguji apakah pemohon memiliki kedudukan hukum (legal
standing) dalam perkara pengujian undang- undang, yaiut (1) terpenuhinya
kualifikasi untuk bertindak sebagai pemohon, dan (2) adanya hak dan/atau
hak konstitusional dari pemohon yang dirugikan dengan berlakunya suatu
undang-undang
Kesimpulannya apakah permohonan sudah sesuai dengan hak uji materiil
Mahkamah Konstitusi sudah memenuhi persyaratan Ketentutan pasal 51
ayat (1) UU MK.

2) a. Bahwa Pemohon sebagai perorangan Warga Negara Indonesia (WNI)


merasa dirugikan hak konstitusionalnya untuk mendapatkan kepastian
hukum dan perlindungan sebagai pribadi keluarga dan kehormatan atas
berlakunya Pasal 33 ayat (3) dan Pasal 37 UUD 1945. Hal ini dikarenakan
pasal-pasal tersebut isinya tidak lagi dapat menjangkau kejahatan dan
kerusakan lingkungan yang terjadi sekarang ini.

Sehingga menimbulkan kerugian nyata bagi Pemohon yaitu tidak adanya


rasa aman dari kejahatan-kejahatan tersebut, terbukti dari tidak dapatnya
ditindak oleh aparat hukum kejahatan-kejahatan yang berkembang sekarang
ini sebagai akibat tidak terkjangkau oleh kedua pasal tersebut

b. Bahwa Pemohon merasakan adanya keresahan masyarakat atas


maraknya perilaku eksploitasi sumber daya alam yang merusak alam
lingkungan dan eksploitasi sumber daya alam secara besar-besaran tanpa
memperdulikan kerusakan lingkungan yang semakin marak di Indonesia.
Perilaku yang merusak lingkungan demikian dewasa ini makin marak terjadi
di Indonesia namun tidak dapat ditindak secara hukum dikarenakan Pasal-
Pasal a quo pada khususnya dan Pasal-Pasal dalam UUD 1945 pada
umumnya tidak dapat menjangkau penindakan kasus-kasus seperti: perilaku
yang merusak lingkungan secara besar-besaran atas nama kemakmuran,
kegiatan yang menimbulkan polusi, limbah yang merusak keseimbangan
alam untuk kepentingan kelompok sehingga memicu terjadinya bencana
alam

c. Bahwa kejadian-kejadian ini sebenarnya amat memprihatinkan dan


mendorong Pemohon untuk mengajukan permohonan ke Mahkamah
Konstitusi sebagai The Guardian of Constitusion, di mana Mahkamah
diharapkan dapat memberikan perlindungan hukum bagi seluruh warga
Indonesia atas kejahatan tersebut

d. Bahwa kekhawatiran ini bukan saja telah merugikan para korban bencana
alam yang terdampak dari kerusakan lingkungan namun juga memberikan
ketakutan bagi Pemohon yang merupakan Warga Negara Indonesia (WNI)

e. Bahwa Pemohon khawatir adanya celah terhadap tindak kejahatan yang


tidak dicakup dalam UUD 1945 memungkinkan perilaku yang merusak
lingkungan sehingga memicu terjadinya bencana alam tanpa ada hukuman
yang jelas. Pun perilaku pembiaran terhadap kegiatan yang menimbulkan
kerusakan alam secara nyata tidak dapat dijangkau oleh peratutan
perundang-undangan yang berlaku di Indonesia

3. 1) MA dan MK sama-sama memiliki kewenangan judicial review, namun


objeknya berbeda. MA berwenang menguji peraturan perundang-undangan di
bawah undang-undang terhadap undang-undang, sementara MK berwenang
menguji undang-undang terhadap UUDNRI Tahun 1945. Melihat kewenangan
judicial review yang dimiliki oleh MA dan MK tersebut, tentu secara tidak
langsung memberikan gambaran bahwa MK memiliki kedudukan lebih tinggi dari
pada MA, sementara menurut ketentuan yang terdapat di dalam UUDNRI Tahun
1945, MA dan MK itu memiliki kedudukan yang sama dalam sistem
ketatanegaraan Indonesia. Hal itu terlihat dari objek yang diuji, terdapat
pembatasan produk hukum yang akan diuji oleh MA, yang secara langsung
membatasi MA untuk melakukan kontrol secara normatif terhadap setiap produk
hukum. MA hanya berwenang mengadili peraturan perundang-undangan
dibawah undangundang terhadap undang-undang, sementara untuk peraturan
yang lebih tinggi, yaitu undang-undang terhadap UUDNRI Tahun 1945
kewenangannya dimiliki oleh MK. Tentu hal ini dapat menimbulkan persoalan
hukum.

2) perbedaan yang sangat tajam dalam pengujian di MK dan di MA yaitu di MK


persidangan bersifat terbuka. Di MK, pemohon didengar keterangannya secara
langsung termasuk menghadirkan saksi dan ahli sehingga bisa secara maksimal
melakukan upaya pembuktian bahwa hak-haknya telah dilanggar oleh suatu
ketentuan dalam UU yang diuji. Selain keterangan pemohon, dalam
persidangan di MK juga didengarkan keterangan DPR dan presiden serta pihak
lain yang kepentingannya terkait dengan UU yang diuji.
"Persidangan di MK ini telah menerapkan apa yang disebut sebagai prinsip audi
et alteram partem yaitu keterangan para pihak didengarkan semua dalam
persidangan,".
Berbeda dengan MK, pengujian peraturan perundang-undangan di MA bersifat
tertutup. Pengujian dilakukan hanya terhadap berkas permohonan yang diajukan
oleh pemohon dan berkas jawaban dari pihak termohon.
"Perbedaan persidangan antara yang terbuka dan tertutup ini tentu membawa
pengaruh dalam putusan yang dihasilkan mengingat putusan hakim sangat
tergantung dari seberapa kuat dan menyakinkan upaya pembuktian dalam
persidangan oleh para pihak”

Anda mungkin juga menyukai