Anda di halaman 1dari 11

Pedoman Penilaian Indonesia 13

(PPI 13)
Penilaian Massal

1.0 Pendahuluan

1.1 Penilaian atas sekelompok asset individual dalam jumlah banyak, antara lain
untuk tujuan perpajakan, umumnya ditentukan melalui penerapan teknik
penilaian massal.
1.2 Untuk menentukan nilai dari sekelompok aset individual, penilai harus merujuk
pada persamaan penilaian, table-tabel, dan proses yang dikembangkan melalui
analisis matematis yang bersumber dari data pasar.
1.3 Nilai untuk sekelompok aset individual tidak harus didasarkan semata-mata pada
harga jual properti, melainkan urutan penilaian dan model harus konsisten
diterapkan pada data properti yang sesuai, lengkap, dan up-to-date. Untuk
meningkatkan efisiensi dan kemampuan teknis guna meningkatkan akurasi dan
konsistensi penilaian, digunakan CAMA (Computer Assisted Mass Appraisal).
1.4 Pengadministrasian yang baik, pengembangan, konstruksi, dan penggunaan
sistem CAMA menghasilkan sistem penilaian yang memiliki keakuratan,
keseragaman, keadilan, kehandalan, dan biaya yang rendah. Kecuali untuk
properti yang unik, analisis secara individu dan penilaian properti kurang praktis
untuk tujuan perpajakan yang tergantung dari besar nilai properti (Ad Valorem
Tax).
1.5 Penilai harus mengumpulkan dan memelihara data karakteristik properti yang
cukup untuk klasifikasi, penilaian, dan keperluan lainnya. Penilaian secara
akurat, atas real properti dengan metode apa pun membutuhkan uraian
karakteristik tanah dan bangunan.
1.6 Kuantitas dan kualitas dari data yang ada harus senantiasa ditinjau ulang. Jika
data jarang dan tidak bisa diandalkan, maka diperlukan kegiatan pembentukan
dan pemutakhiran basis data yang cukup intensif.
1.7 Tujuan PPI 13 ini adalah untuk menyediakan kerangka tugas pelaksanaan
Penilaian Massal yang salah satu tujuannya untuk kepetingan perpajakan
khususnya pajak atas properti di Indonesia yaitu Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB) yang dikenakan berdasarkan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) sebagaimana
diatur dalam peraturan perundangan yang berlaku.
1.8 Proses Penilaian Massal dapat dimanfaatkan sebagai metodologi untuk
kepentingan perpajakan (PBB dan selain PBB) dan kepentingan lainnya, atau
studi statistik dan ekonomi dibawah program-program administrasi pemerintah.
1.9 PPI 13 ini menyediakan pedoman dalam memahami metode dan sistem Penilaian
Massal untuk berbagai kepentingan dan hubungan Penilaian Massal terhadap SPI.

2.0 Ruang Lingkup

2.1 PPI ini diterapkan untuk penilaian sekolompok aset Real Properti.
2.2 Pertanggungjawaban profesional Penilai terutama ditentukan oleh undang-undang
atau peraturan yang berlaku yang mempengaruhi penugasan Penilaian Massal.
Penilai mengemban tanggung jawab profesional untuk memahami, mengikuti dan
mengadministrasikan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
2.3 Berbagai hasil dari progrram Penilaian Massal mempunyai implikasi keuangan
dalam administrasi pemerintahan. Untuk tujuan meningkatkan penerimaan,
pemerataan penerimaan atau pendistribusian manfaat atau bantuan, setiap
penyimpangan dari dasar pengkajian yang akurat akan menghasilkan
ketidakadilan. Ketentuan perundang-undangan memberikan dasar dan definisi
nilai, prosedur administrasi pemungutan, pendataan, batasan waktu antara
pelaksanaan Penilaian Massal, dan proses pengajuan keberatan terhadap nilai atau
indeks.
2.4 Ruang lingkup penyelesaian penugasan Penilaian Massal harus sejalan dengan:
a) Ekspektasi pelaku pasar untuk jasa penilaian yang sama atau sejenis; dan
b) Persyaratan dalam SPI untuk penugasan penilaian yang sama atau sejenis.

3.0 Defenisi
3.1 Ad Valorem Tax adalah pajak yang dipungut secara proporsional sesuai dengan
nilai yang dikenakan pajak.
3.2 Analisis Regresi Berganda (Multiple Regression Analysis / MRA) adalah sebuah
teknik statistik tertentu, mirip dengan korelasi, digunakan untuk menganalisis
data untuk memprediksi nilai suratu variabel (variabel dependen), seperti indikasi
nilai pasar, dari nilai-nilai diketahui variabel lain (disebut variabel bebas), seperti
ukuran lot, jumlah kamar, dan sebagainya. Jika hanya satu variabel independen
yang digunakan, prosedur ini disebut analisis regresi sederhana dan berbeda dari
analisis korelasi hanya dalam korelasi yang mengukur kekuatan hubungan,
sedangkan regresi memprediksi nilai satu variabel dari nilai yang lain. Ketika dua
atau lebih variabel yang digunakan, prosedur ini disebut analisis regresi berganda
3.3 Kalibrasi Model adalah proses penyesuaian formula, tabel dan daftar untuk
penilaian massal dengan pasar saat ini.
3.4 Keseragaman Hasil Penilaian (Assesment Uniformity) adalah suatu kondisi
dimana seluruh properti dinilai pada tingkat prosentase yang sama terhadap
indikasi nilai pasarnya.
3.5 Koefisien Dispersi (Coefficient of Dispersion) adalah ukuran keseragaman
dengan menggunakan nilai median.
3.6 Level Penilaian (Assesment Level) adalah total rasio antara hasil penilaian dengan
indikasi nilai pasar properti.
3.7 Mean (rata-rata hitung) adalah total nilai dari seluruh observasi dibagi dengan
jumlah observasi.
3.8 Median (nilai tengah) adalah nilai tengah dari sebuah distribusi frekuensi. Nilai
ini berhubungan dengan posisi sentaral yang dimilikinya dalam sebuah distribusi.
3.9 Model adalah representasi persamaan yang menjelaskan hubungan antara nilai
atau estimasi harga jual dan variabel faktor penawaran dan permintaan yang
mewakili.
3.10 Model penilaian adalah sebuah representasi dari sebuah persamaan yang
menjelaskan hubungan antara nilai atau estimasi harga jual dan variabel-variabel
yang menggambarkan bekerjanya kekuatan penawaran dan permintaan pada pasar
real estat.
3.11 Penilaian Massal adalah sistem penilaian yang sistematis pada sekelompok
properti / aset individual berdasarkan data yang ada dan menggunakan prosedur-
prosedur standar serta diuji secara statistik.
3.12 Penilaian Massal Dengan Bantuan Komputer (Computer-Assisted Mass
Appraisal / CAMA) adalah sebuah sistem penilaian properti, biasanya hanya
beberapa jenis Properti berwujud yang menggabungkan-komputer didukung
analisis statistik seperti analisis regresi berganda dan prosedur estimasi adaptif
untuk membantu penilai dalam mengestimasi nilai.
3.13 Perbedaan Harga Terkait (Price Related Differential / PRD) adalah alat statistik
untuk mengukur tingkat regresivitas atau progresivitas penilaian, caranya dengan
membagi mean (rata-rata hitung) dengan weighted mean (nilai rata-rata
tertimbang).
3.14 Peta Kadaster adalah peta yang menampilkan batas-batas kepemilikan properti
dan menampilkan ukuran masing-masing bidang berikut informasi terkait,
termasuk batas wilayah adminstrasi.
3.15 Peta tematik (khusus), adalah peta dengan subjek-subjek tertentu yang dibuat
secara khusus dengan tema tertentu.
3.16 Rasio Penilaian (Assesment Ratio) adalah rasio dari nilai yang ditetapkan yang
dapat menjadi indikator nilai pasar, atau dalam arti lebih luas adalah etimasi
hubungan fraksional antara suatu penilaian dengan indikasi nilai pasar dari
sekelompok properti.
3.17 Rata-Rata Tertimbang (Weighted Mean) adalah rata-rata hitung dari seluruh
observasi, dalam hal ini adalah nilai yang ditetapkan dari hasil penilaian massal,
dibagi dengan total nilai pasar seluruh sampel objek observasi.
3.18 Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System / GIS) adalah
sebuah sistem manajemen database yang digunakan untuk menyimpan,
mengambil, memanipulasi, menganalisis, dan menampilkan informasi spasial.
Termasuk salah satu jenis sistem pemetaan komputerisasi yang mampu
mengintegrasikan data spasial (informasi pertanahan) dan data atribut di anatara
lapisan yang berbeda pada peta dasar.
3.19 Sistem Penilaian Dengan Bantuan Komputer (Computer-Assisted Assessment
System) adalah sebuah sistem untuk menilai real properti dan personal properti
dengan bantuan komputer. Sebuah komputer dapat digunakan, misalnya dalam
proses penilaian, dalam melacak kepemilikan dan status pembebasan, dalam
mencetak, dalam mengkoordinasikan beban kerja penilai real properti
sehubungan dengan penilaian komersial dan properti industri, di sejumlah lokasi
atau daerah lain.

4.0 Pedoman Penilaian


4.1 Proses penilaian massal meliputi:
a) Mengidentifikasi properti yang dinilai;
b) Mengidentifikasi area pasar properti yang konsisten sebanding atau sejenis
untuk properti;
c) Mengidentifikasi karakteristik penawaran dan permintaan yang
mempengaruhi pembentukan nilai yang berlaku di pasar;
d) Mengembangkan struktur model yang mencerminkan hubungan antara
karakteristik yang mempengaruhi nilai di pasar;
e) Kalibrasi struktur model untuk menentukan kontribusi dari karakteristik
individu yang mempengaruhi nilai;
f) Menerapkan kesimpulan yang tercermin dalam model dengan karakteristik
properti yang dinilai; dan
g) Melakukan kaji ulang hasil penilaian massal.
4.2 Mengumpulkan dan memelihara data properti

Keakuratan nilai tergantung terutama pada kelengkapan dan keakuratan


karakteristik properti dan data pasar.
a) Data geografis
Penilai harus menjaga tingkat keakuratan, pemutakhiran peta kadaster (juga
dikenal sebagai peta penilaian, peta pajak, peta batas bidang, dan peta
kepemilikan properti) mencakup seluruh wilayah administrasi dengan nomor
indentifikasi unik untuk setiap kelompok properti. Peta kadaster tersebut
memungkinkan penilai untuk mengidentifikasi dan menemukan semua
bidang, baik di lapangan dan di kantor. Pemanfaatan Sistem Informasi
Geografis (SIG) memungkinkan menampilkan data grafis harga jual, objek
yang dinilai, tanggal pemeriksaan lapangan, kertas kerja, penggunaan lahan,
dan untuk kepentingan lainnya.
b) Data Karakteristik properti
Penilai harus mengumpulkan dan memelihara data karakteristik properti yang
cukup untuk klasifikasi, penilaian, dan keperluan lainnya. Berkaitan dengan
hal tersebut, penilai seharusnya memperhatikan:
a. Pemilihan Data Karakteristik propreti, diantaranya data tanah dan data
pengembangan bangunan (misalnya luas tanah, dimensi, spesifikasi
bangunan) dan data lokasi yang bersangkutan.
b. Program pengumpulan data harus menghasilkan data yang lengkap dan
akurat. Data dimaksud bisa diperoleh tergantung dari:
a. Pengumpulan data awal properti;
b. Penyusunan format pengumpulan data yang sesuai dengan
pengumpulan data di lapangan dan perekaman data ke dalam sistem
komputer;
c. Penyusunan tata cara pengumpulan data yang jelas, menyeluruh, dan
tepat dan selalu dikembangkan, diperbaharui, dan dipelihara;
d. Memiliki standar akurasi data;
e. Melaksanakan pengawasan kualitas pengumpulan data.
c. Perekaman Data yang akurat dan juga secara berkala perlu diperiksa untuk
menguji keakuratan data yang direkam.
d. Pemeliharaan Data Karakteristik Properti
Data Karakteristik properti harus terus diperbaharui dalam menghadapi
perubahan yang disebabkan perkembangan model bangunan baru, adanya
renovasi, pembongkaran, dan kehancuran data properti.
e. Alternatif Peninjauan Lapangan Secara Periodik
Peninjauan lapangan secara berkala dapat membantu memastikan bahwa
data karakteristik properti sudah lengkap dan akurat. Penilai harus
mengunjungi daerah yang ditetapkan secara tahunan untuk mengamati
perubahan kondisi lingkungan, tren, dan karakteristik properti. Untuk
kepentingan penetapan pajak, maka peninjauan lapangan secara periodik
didasarkan pada ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
c) Data Harga Jual
Data harga jual harus senantiasa dijaga dan ditinjau dengan benar dan
divalidasi.
d) Data Pendapatan dan Pengeluaran
Data pendapatan dan pengeluaran dikumpulkan untuk properti yang
menghasilkan pendapatan dan ditinjau oleh penilai untuk memastikan
keakuratan dan kegunaan untuk analisis penilaian dengan Pendekatan
Pendapatan.
e) Data Biaya dan Penyusutan
Data biaya dan penyusutan disesuaikan dengan pasar lokal yang diperlukan
untuk Pendekatan Biaya.

4.3 Penilaian
Penilaian massal memerlukan pembentukan model yang mampu mereplikasikan
kekuatan-kekuatan penawaran dan permintaan pada area yang luas. Pertimbangan
penilaian terkait pada sekelompok properti, bukan pada satu properti. Penilai
harus dapat mengembangkan, mendukung dan menjelaskan standar-standar
penyesuaian (adjustment) dalam model penilaian diantara penggunaan kelas-
kelas, type konstruksi, linkungan sekitar dan sekelompok properti.
a) Model Penilaian
1. Mengembangkan Model Penilaian
Penilai massal harus mengembangkan model yang digunakannya dan
memastikan model tadi mencerminkan Indikasi Nilai Pasar properti.
Model penilaian dapat diadaptasi untuk berbagai kegunaan, dan telah
dikembangkan dari tiga teori besar tentang nilai, yaitu Pendekatan Biaya,
Pendekatan Pasar, dan Pendekatan Pendapatan.
2. Kalibrasi Model
Model seyogyanya dikalibrasi setiap tahun walaupun struktur model
penilaian massal bisa berlaku untuk beberapa tahun.
b) Pendekatan Biaya
Pendekatan Biaya sebenarnya dapat diterapkan untuk seluruh bidang tanah
yang dikembangkan / dibangun, dan jika diterapkan secara benar, dapat
menghasilkan estimasi nilai yang akurat. Pendekatan ini lebih bisa diandalkan
untuk bangunan baru dengan material, desain dan pengerjaan yang standar.
1. Data biaya yang dapat diandalkan adalah penting untuk keberhasilan
penerapan Pendekatan Biaya. Data tersebut harus lengkap, khas, dan
terkini.
2. Biaya konstruksi saat ini harus didasarkan pada biaya reproduksi /
pengganti baru atas struktur dengan salah satu utilitas yang sama,
menggunakan bahan-bahan terkini, desain, dan standar bangunan. Sebagai
tambahan untuk bangunan khusus, model biaya seharusnya termasuk
biaya komponen konstruksi individual dan item bangunan untuk
meyesuaikan kondisi yang berbeda dengan spesifikasi dasar.
3. Biaya-biaya tersebut harus dimasukkan ke dalam format biaya konstruksi
dan software komputer terkait. Perangkat lunak ini dapat melakukan
fungsi penilaian, dan secara manual, selain menyajikan dokumentasi,
dapat digunakan ketika perhitungan secara manual diperlukan.
4. Pemutakhiran Biaya Reproduksi / Pengganti Baru dijadualkan secara
berkala disesuaikan dengan siklus penilaian.
5. Untuk estimasi nilai tanah dan penyusutan, didasarkan pada selain data
biaya (utamanya data harga jual) dan kemungkinan mempertimbangkan
subjektivitas. Estimasi nilai tanah seharusnya terkini dan konsisten.
Meskipun data harga jual didapatkan dari data penjualan tanah yang ada
bangunan, untuk estimasi penyusutan dapat diekstraksi dari data harga
jual dengan beberapa cara.
c) Pendekatan Pasar
1. Pendekatan Pasar mengestimasi nilai properti subjek melalui analisa
statistik dengan membandingkan harga jual properti pembanding dan
melakukan penyesuaian berdasar perbedaan fisik dan lokasi dari properti
subjek.
2. Penilai dapat menggunakan salah satu analisa statistik, diantaranya
analisis regresi berganda sebagai aplikasi penilaian massal pada
pendekatan perbandingan data penjualan. Dengan data penjualan yang
memadai serta data karakteristik properti diberi kode secara konsisten,
teknik ini dapat menghasilkan tingkat akurasi yang tinggi dan konsisten
terutama untuk properti residensial.
d) Pendekatan Pendapatan
1. Aplikasi penilaian massal dari Pendekatan Pendapatan dimulai dengan
pengumpulan dan pengolahan pendapatan dan data biaya.
2. Penilai harus menghitung pendapatan kotor normal atau sejenis, tingkat
kekosongan, laba bersih, dan rasio pengeluaran untuk berbagai jenis
properti.
3. Sebagai alternetif, model untuk mengestimasi pendapatan kotor atau
bersih dan rasio pengeluaran dapat dikembangkan dengan menggunakan
pendapatan aktual dan data biaya dari properti sampel dan dikalibrasi
dengan menggunakan analisis regresi berganda.
4. Estimasi nilai properti subjek didapatkan dengan mengkapitalisasi
pendapatan berdasar model yang dikembangkan.
5. Proses kapitalisasi bisa secara langsung (direct capitalization) dengan
menerapkan angka pengganda pendapatan (income multiplier) maupun
kapitalisasi tidak langsung (indirect capitalization).
e) Penilaian Tanah
1. Pendekatan Pasar merupakan pendekatan utama untuk menilai tanah jika
tersedia data harga jual tanah kosong yang mencukupi. Jika data yang
dimaksud kurang tersedia, dapat menggunakan motode lain dalam
mengestimasi nilai tanah, termasuk metode alokasi, abstraksi, antisipasi
penggunaan, kapitalisasi tingkat sewa tanah, dan kapitalisasi nilai sisa.
f) Preferensi Pendekatan Penilaian Berdasarkan Jenis Properti
Pendekatan penilaian yang cocok digunakan dalam penilaian massal
bergantung pada jenis properti. Tabel berikut menunjukkan peringkat untuk
kelompok besar jenis properti dijelaskan dalam tabel di bawah, yang
mengasumsikan tidak terdapat batasan penggunaan satu atau lebih pendekatan
berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku. Penggunaan hanya satu
pendekatan untuk mengestimasi sekelompok besar properti memang memiliki
kelebihan dalam hal efisiensi dan konsistensi, namun penggunaan dua atau
lebih pendekatan juga bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan akurasi
penilaian, terutama untuk properti yang jarang ada.

Jenis Properti Pendekatan Pendekatan Pendekatan


Biaya Pasar Pendapatan
Perumahan Tunggal 2 1 3
Perumahan Multi 3 1,2 1,2
Komersial 3 2 1
Industri 1,2 3 1,2
Tanah Non Pertanian - 1 2
Tanah Pertanian - 2 1
Penggunaan Khusus 1 2,3 2,3

g) Rekonsiliasi Nilai
Pada saat menggunakan lebih dari satu pendekatan penilaian, maka penilai
harus menegaskan pendekatan mana yang digunakan. Terkadang terdapat
situasi dan jenis properti khusus yang memungkinkan penilai untuk
menggunakan metode alternatif. Sistem CAMA seharusnya memungkinkan
untuk mendokumentasikan penggunaan metode alternatif, termasuk
mendokumentasikan hasil penilaian individual atas properti tertentu.
h) Frekuensi Peniaian Ulang
Dalam beberapa standar yang berlaku universal, nilai pasar saat ini
mensyaratkan dilakukannya penilaian tahunan untuk setiap properti. Penilaian
tahunan tidak selalu berarti setiap properti harus dinilai atau dikaji ulang
setiap tahun. Malahan, model penilaian yang telah dikembangkan dapat
dikalibrasi ulang atau menyusun faktor penyesuaian pasar yang diturunkan
dari analisa pasar berdasarkan kriteria jenis properti, lokasi, ukuran dan umur.

Data dari hasil Assesment Sales Ratio (ASR) atas sekelompok properti dalam
suatu wilayah dapat memberikan informasi kebutuhan peninjauan ulang ke
lapangan. Untuk kepentingan penetapan pajak, peninjauan ulang termasuk
penilaian ulang dimungkinkan setiap tahun atau setidaknya dalam jangka
waktu 3 tahun.
4.4 Pengujian Model, Standar Pengendalian Mutu, dan Mempertahankan Nilai yang
Dihasilkan

Penilaian massal memungkinkan untuk menguji dan langkah-langkah penjaminan


kualitas (Quality Assurance) yang memberikan umpan balik pada keandalan
model penilaian dan akurasi keseluruhan estimasi nilai. Untuk kepentingan hasil
penilaian yang sama, standar tingkat penilaian (kedekatan antara hasil penilaian
dan harga aktual) dan keseragaman (pengukuran statistik dari konsistensi
penilaian) harus diteliti dalam penerapan sistem Penilaian Massal.
a) Diagnostik Model
Pemodel dan penilai harus terbiasa melakukan diagnosa model, sehingga
mereka dapat mengevaluasi kinerja penilaian secara benar dan melakukan
perbaikan jika diperlukan.
b) Analisa Rasio Harga Jual (Assessment Sales Ratio Study)
1. Untuk memberikan informasi umum apakah hasil penilaian massal yang
ditetapkan lebih tinggi atau lebih rendah dari nilai pasar dan informasi
lainnya dari hasil intepretasi parameter standar Assessment Sales Ratio,
diperlukan studi Assessment Sales Ratio. Studi ini digunakan untuk
mengetahui tingkat keseragaman (uniformity) dan keadilan (equity) dalam
pelaksanaan penilaian massal antar properti dan antar satuan wilayah.
2. Menentukan perlu tidaknya dilakukan penilaian ulang (re-appraisal) bagi
area penelitian yang dianggap tidak memenuhi standar kinerja studi rasio,
baik dari tingkat akurasi maupun tingkat keseragaman.
3. Menyusun skala prioritas penilaian ulang (re-appraisal) berdasarkan
tingkat akurasi setiap area (wilayah), berdasarkan waktu, tenaga dan dana
yang tersedia.
a. Tingkat Penilaian (Assesment Level)
1) Tingkat penilaian berkaitan dengan tingkat keseluruhan atau
umum dari penilaian meliputi yurisdiksi dan berbagai kelas
properti, strata, dan kelompok-kelompok dalam yurisdiksi. Setiap
kelompok harus dinilai pada indikasi nilai pasarnya sebagaimana
diisyaratkan oleh standar profesional dan ketetapan yang berlaku,
peraturan, dan persyaratan terkait.
2) Tiga ukuran umum tendensi sentral dalam studi rasio adalah
median, mean, dan rata-rata tertimbang.
3) Standar pada Studi Rasio dinyatakan bahwa rasio rata-rata
tertimbang antara 0,90 dan 1,10.
b. Keseragaman Hasil Penilaian (Assesment Uniformity)
1) Keseragaman penilaian berkaitan dengan konsistensi dan ekuitas
nilai. Keseragaman memiliki beberapa aspek, diantaranya
berkaitan dengan konsistensi dalam tingkat penilaian antara
kelompok properti.
2) Konsistensi antara kelompok properti dapat dievaluasi dengan
membandingkan ukuran pemusatan dihitung untuk setiap
kelompok.
3) Aspek lain dari keseragaman berkaitan dengan konsistensi tingkat
penilaian dalam kelompok properti. Ada beberapa langkah
tersebut, terutama penggunaan koefisien dispersi, yang mewakili
deviasi rata-rata persentase dari rasio rata-rata. Semakin rendah
koefisien dispersi, semakin baik penentuan nilai massal
(asessment), berarti properti-properti yang serupa telah ditentukan
nilai massalnya pada suatu tingkat akurasi yang relatif sama.
Aturan umum sehubungan dengan tingkat koefisien dispersi
adalah keseragaman penentuan nilai dapat dikatakan baik jika
koefisien dispersi sama dengan atau kurang dari 15%. Selain itu,
keseragaman dapat dilihat secara spasial dengan memplot rasio
penjualan pada peta tematik.
4) Aspek terakhir keseragaman penilaian berhubung dengan keadilan
antara properti bernilai rendah dan properti bernilai tinggi,
menggunakan pengukuran perbedaan harga terkait. Jika perbedaan
harga terkait kurang dari 0,98 cenderung menunjukkan
progresivitas penilaian, berarti properti yang lebih rendah nilai
pasarnya ditentukan nilai-nya (asessed) pada persentase terhadap
nilai pasar (tingkat Assessment Sales Ratio) lebih rendah dari pada
property yang lebih tinggi nilai pasarnya.
5) Jika diatas 1,03 cenderung menunjukkan regresivitas penilaian,
berarti properti yang lebih rendah nilai pasarnya ditentukan nilai-
nya (asessed) pada persentase terhadap nilai pasar (tingkat
Assessment Sales Ratio) lebih tinggi dari pada properti (objek
penilaian)
c) Dokumentasi
Prosedur penilaian dan model harus didokumentasikan. Staf Penilai harus
memiliki setidaknya pemahaman umum tentang bagaimana model bekerja
dan berbagai tarif dan penyesuaian yang dilakukan. Oleh model penilaian.
d) Mempertahankan Nilai

4.5 Pertimbangan Manajerial


Penilaian massal membutuhkan sumber daya manusia, sistem komputerisai, dan
sumber daya lain untuk dikelola dengan baik.
a) Penentuan SMD (staffing)
Sebuah program penilaian yang berhasil membutuhkan staf yang cukup besar
terdiri dari orang-orang yang terampil dalam administrasi umum dan
pengawasan, penilaian, pemetaan dan penyusunan, pengolahan data,
sekretariat dan fungsi administrasi.
b) Dukungan Pengolahan data
1. Perangkat Keras
Perangkat Keras harus cukup kuat untuk mendukung aplikasi dari
Pendekatan Biaya, perbandingan penjualan, dan Pendekatan Pendapatan,
serta pemeliharaan data dan operasi rutin lainnya.
2. Perangkat Lunak
Perangkat lunak (software) CAMA dapat dikembangkan secara internal,
diadaptasi dari software yang dikembangkan oleh lembaga-lembaga
publik lainnya, atau dibeli (secara keseluruhan atau sebagian) dari penjual
swasta. CAMA software bekerja sama dengan berbagai perangkat lunak
untuk keperluan umum, biasanya termasuk pengolahan kata, spreadsheet,
statistik, dan program GIS. Program-program dan aplikasi harus dapat
berbagi data dan bekerja sama secara menyeluruh. Langkah-langkah
keamanan harus dibuat untuk mencegah penggunaan yang tidak sah dan
untuk menyediakan cadangan jika terjadi kehilangan atau kerusakan data.
c) Penyusunan Kontrak untuk Jasa Penilaian
Kontrak penilaian kembali dapat mencakup pemetaan, pengumpulan data,
pengolahan data, dan layanan lainnya, serta penilaian. Kontrak tersebut
memberikan potensi memperoleh keterampilan profesional dan sumber daya
dengan cepat. Keterampilan dan sumber daya sering tidak tersedia secara
internal. Persetujuan untuk layanan ini akan memungkinkan suatu yurisdiksi
untuk mempertahankan staf level menengah dan anggaran untuk penilaian
kembali secara periodik.
d) Pertimbangan Biaya Manfaat
Objek Penilaian Massal adalah untuk menghasilkan penilaian yang adil
dengan biaya rendah. Peningkatan kualitas keadilan sering membutuhkan
peningkatan biaya. Analisis manfaat-biaya dalam penilaian massal
mempertimbangkan:
1. Isu kebijakan
Pengambil kebijakan harus memiliki anggaran minimal untuk memenuhi
persyaratan perundang-undangan dan standar kinerja yang tekandung
dalam Standar pada Studi Rasio.
2. Isu administrasi
Memaksimalkan keadilan dari setiap pengeluaran adalah tanggung jawab
utama administrasi penilaian. Untuk memaksimalkan produktivitas, staf
penilai dan manajerial secara efektif harus merencanakan, menyusun
anggaran, mengatur, melaksanakan operasi pengawasan dan memberikan
pedoman. Ini harus disesuiakan berdasarkan ketentuan perundangan,
standar keuangan, lingkungan dan sosial kemasyarakatan.

5.0 Kutipan dan Tanggal Berlaku


5.1 Standar ini dapat dikutip sebagai PPI 13- Penilaian Massal
5.2 PPI ini merupakan SPI 304 yang statusnya berubah menjadi Pedoman Penilaian
Indonesia 13 dengan periode berlaku yang sama yaitu ditetapkan pada tanggal 1
Juli 2015 dan mulai berlaku secara efektif pada tanggal 1 Januari 2016

Anda mungkin juga menyukai