Anda di halaman 1dari 6

Anggota :

- Venni Nataliana S

- Ryan Yusuf Hardiono

FAIR VALUE ACCOUNTING

PENGERTIAN FAIR VALUE

Nilai wajar adalah konsep penting dalam akuntansi yang mengacu pada perkiraan nilai aset atau
liabilitas di pasar. Dengan kata lain, nilai wajar adalah harga yang akan diperoleh suatu aset dalam
transaksi antara pembeli dan penjual yang bersedia dalam kondisi pasar normal.

Peran nilai wajar dalam akuntansi sangat penting karena memberikan representasi posisi
keuangan perusahaan yang lebih akurat. Akuntansi nilai wajar memungkinkan perusahaan untuk
mencatat aset dan liabilitas pada nilai pasar saat ini, bukan pada biaya historisnya. Pendekatan ini dapat
memberi pengguna laporan keuangan ukuran yang lebih bermakna tentang kesehatan dan kinerja
keuangan perusahaan.

Nilai wajar sangat relevan dalam perekonomian saat ini, di mana nilai banyak aset, seperti
saham, obligasi, dan real estat, dapat berubah dengan cepat. Dengan menggunakan akuntansi nilai
wajar, perusahaan dapat mencerminkan perubahan ini dalam laporan keuangannya, memungkinkan
investor dan pemangku kepentingan lainnya membuat keputusan yang lebih tepat tentang posisi
keuangan perusahaan.

Namun, akuntansi nilai wajar juga dapat dikritik, karena bergantung pada estimasi dan asumsi yang
dapat mengalami kesalahan atau manipulasi. Misalnya, jika perusahaan memiliki kendali yang signifikan
atas pasar untuk aset tertentu, perusahaan mungkin dapat memengaruhi estimasi nilai wajar aset
tersebut untuk keuntungannya.

Secara keseluruhan, nilai wajar adalah konsep penting dalam akuntansi, karena memberikan
representasi posisi keuangan perusahaan yang lebih akurat dan relevan. Namun, penting untuk
menggunakan akuntansi nilai wajar dengan hati-hati dan untuk memastikan bahwa estimasi yang
digunakan masuk akal dan andal.

DEFINISI TRADISIONAL NILAI WAJAR

Adalah jumlah di mana suatu aset dapat dipertukarkan antara pihak yang berpengetahuan dan
berkeinginan dalam transaksi yang wajar. Meskipun definisi ini telah digunakan secara luas oleh akuntan,
auditor, dan analis keuangan, namun telah dikritik karena beberapa alasan.

Salah satu batasan dari definisi tradisional tentang nilai wajar adalah asumsi bahwa semua pihak
memiliki informasi yang sama tentang aset yang dinilai. Pada kenyataannya, seringkali tidak demikian,
karena beberapa pihak mungkin memiliki akses ke informasi istimewa yang tidak dimiliki pihak lain. Hal
ini dapat menyebabkan kekuatan tawar menawar yang tidak setara dan menghasilkan perhitungan nilai
wajar yang terdistorsi.
Kritik lain terhadap definisi tradisional nilai wajar adalah asumsi adanya pasar likuid untuk aset yang
dinilai. Namun, dalam beberapa kasus, pasar untuk aset tertentu mungkin tidak likuid, sehingga sulit
untuk menentukan nilai wajarnya. Hal ini dapat mengakibatkan penilaian subjektif dan penilaian
berpotensi tidak akurat.

Selain itu, definisi tradisional tentang nilai wajar mungkin tidak mencakup seluruh faktor yang
memengaruhi nilai suatu aset. Misalnya, nilai aset dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti
perubahan lingkungan peraturan, kondisi ekonomi, atau tren pasar. Definisi tradisional mungkin tidak
sepenuhnya memperhitungkan faktor-faktor ini, yang menyebabkan penilaian tidak lengkap atau tidak
akurat.

PENDAPAT

Terakhir, beberapa kritikus berpendapat bahwa definisi tradisional nilai wajar terlalu terfokus pada
pertimbangan jangka pendek dan mungkin tidak mencerminkan nilai aset jangka panjang secara akurat.
Ini bisa sangat bermasalah ketika menilai instrumen keuangan yang kompleks, di mana fluktuasi nilai
jangka pendek mungkin tidak secara akurat mencerminkan fundamental aset yang mendasarinya.

Singkatnya, sementara definisi tradisional nilai wajar telah digunakan secara luas, itu bukannya tanpa
batasan. Dengan demikian, penting untuk mengambil pendekatan kritis ketika menerapkan definisi ini
dan mempertimbangkan pendekatan penilaian alternatif jika sesuai.

DEWAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (FASB)

Mencakup aspek – aspek sebagai berikut :

Perspektif berbasis pasar :

● Nilai wajar ditentukan berdasarkan transaksi pasar dan mencerminkan harga yang akan
diterima untuk menjual suatu aset atau harga yang akan dibayar untuk mengalihkan suatu
liabilitas dalam transaksi teratur antara pelaku pasar pada tanggal pengukuran.

Penggunaan tertinggi dan terbaik :

● Nilai wajar harus mempertimbangkan penggunaan aset tertinggi dan terbaik, yaitu
penggunaan yang memaksimalkan nilainya.

Asumsi yang digunakan oleh pelaku pasar:

● Nilai wajar harus didasarkan pada asumsi yang akan digunakan pelaku pasar saat
menentukan harga aset atau liabilitas, termasuk asumsi tentang risiko dan likuiditas.

Input yang dapat diobservasi:


● Input yang digunakan dalam menentukan nilai wajar harus dapat diobservasi, baik
secara langsung maupun tidak langsung, dan tidak didasarkan pada asumsi yang tidak dapat
diobservasi.

HIERARKI NILAI WAJAR

Definisi baru menetapkan hierarki nilai wajar yang mengkategorikan input menjadi tiga tingkat,
berdasarkan sejauh mana input tersebut dapat diamati. Input Level 1 adalah yang paling dapat diamati,
sedangkan input Level 3 adalah yang paling tidak dapat diamati.

SECARA KESELURUHAN

Definisi baru nilai wajar memberikan pendekatan yang lebih kuat dan berbasis pasar untuk
mengukur nilai aset dan liabilitas. Ini juga menekankan pentingnya menggunakan input yang dapat
diamati dan mempertimbangkan penggunaan aset tertinggi dan terbaik.

MENENTUKAN NILAI WAJAR

Sejumlah pendekatan berbeda dapat digunakan tergantung pada sifat aset atau liabilitas yang
bersangkutan. Beberapa metode umum termasuk pendekatan berbasis pasar, pendekatan berbasis
pendapatan, dan pendekatan berbasis biaya.

BEBERAPA METODE UMUM

● Pendekatan berbasis pasar bergantung pada harga sebenarnya yang telah dijual aset atau
liabilitas serupa di pasar. Pendekatan ini paling umum digunakan untuk sekuritas yang
diperdagangkan dan aset lain yang dapat dipasarkan, di mana terdapat pasar yang jelas dan aktif
untuk membeli dan menjual. Nilai wajar aset atau liabilitas tersebut biasanya ditentukan
berdasarkan harga pasar terkini.

● Pendekatan berbasis pendapatan digunakan ketika tidak ada pasar aktif untuk aset atau
liabilitas, dan nilainya harus diestimasi berdasarkan nilai sekarang dari arus kas masa depan.
Pendekatan ini biasanya digunakan untuk aset jangka panjang, seperti real estat atau kekayaan
intelektual, di mana arus kas masa depan diharapkan cukup besar.

● Pendekatan berbasis biaya digunakan ketika tidak ada pasar aktif untuk aset atau liabilitas dan
tidak ada estimasi arus kas masa depan yang jelas. Pendekatan ini melibatkan estimasi biaya saat
ini untuk mengganti aset atau menyelesaikan liabilitas.

● Penting untuk dicatat bahwa menentukan nilai wajar bukanlah ilmu pasti dan mungkin
melibatkan pertimbangan yang signifikan dari pihak akuntan atau analis. Faktor-faktor seperti
kondisi pasar, tren ekonomi, dan faktor eksternal lainnya juga dapat memengaruhi nilai wajar
aset atau liabilitas.

Singkatnya, nilai wajar harus ditentukan dengan mempertimbangkan metode yang paling tepat
mengingat sifat aset atau liabilitas, serta mempertimbangkan kondisi pasar atau ekonomi yang relevan.
Pada akhirnya, tujuannya adalah untuk menyediakan representasi nilai aset dan liabilitas entitas yang
akurat dan transparan untuk tujuan pelaporan keuangan

● Teknik penilaian biasanya digunakan di bidang keuangan untuk memperkirakan nilai aset,
keamanan, atau peluang investasi. Ada berbagai teknik yang digunakan dalam penilaian, dan
masing-masing teknik memiliki kekuatan dan kelemahannya masing-masing. Dalam jawaban ini,
saya akan secara kritis mengevaluasi tiga teknik penilaian umum: arus kas terdiskonto (DCF),
kelipatan, dan perbandingan pasar, dan membahas pentingnya hierarki masukan.

● Penilaian Arus Kas Terdiskonto (DCF): Penilaian DCF memperkirakan nilai sekarang dari arus kas
masa depan yang dihasilkan oleh investasi, aset, atau bisnis. Teknik penilaian ini didasarkan pada
prinsip bahwa nilai suatu aset adalah jumlah arus kas masa depan yang didiskontokan ke nilai
sekarang. Model DCF membutuhkan asumsi mengenai arus kas masa depan, tingkat
pertumbuhan, dan tingkat diskonto. Keuntungan penilaian DCF adalah model komprehensif yang
menggabungkan semua faktor yang memengaruhi arus kas masa depan, dan dapat disesuaikan
dengan situasi tertentu. Namun, model DCF sangat bergantung pada asumsi, yang mungkin sulit
untuk diramalkan secara akurat, dan variasi asumsi yang kecil dapat menyebabkan perbedaan
signifikan dalam nilai estimasi.

● Penilaian Berganda: Penilaian Berganda adalah teknik penilaian relatif yang membandingkan
harga aset dengan metrik keuangan seperti pendapatan, arus kas, atau pendapatan. Teknik
penilaian ini didasarkan pada prinsip bahwa aset sejenis harus memiliki penilaian serupa.
Pendekatan kelipatan memerlukan identifikasi aset yang sebanding, dan penggunaan kelipatan
yang sesuai seperti rasio harga terhadap pendapatan (P/E) atau harga terhadap penjualan (P/S).
Keuntungan penilaian berganda adalah relatif mudah digunakan, dan didasarkan pada data
pasar yang dapat diobservasi. Namun, pendekatan kelipatan bergantung pada ketersediaan aset
yang sebanding, dan perbedaan aset dasar dapat menyebabkan variasi yang signifikan dalam
nilai estimasi.

Penilaian Sebanding Pasar: Penilaian pasar yang sebanding mirip dengan penilaian berganda,
tetapi membandingkan aset yang dinilai dengan harga aset serupa yang baru saja dijual. Pendekatan
perbandingan pasar membutuhkan identifikasi transaksi terkini dari aset yang sebanding, dan
penggunaan metrik harga yang sesuai seperti harga jual, pendapatan, atau laba. Keuntungan
penilaian perbandingan pasar adalah didasarkan pada data transaksi aktual, dan merupakan metode
yang banyak digunakan untuk menilai perusahaan. Namun, pendekatan pembanding pasar
bergantung pada ketersediaan data transaksi terkini, dan perbedaan aset dasar dapat menyebabkan
variasi yang signifikan dalam nilai estimasi.

Hierarki input adalah urutan kepentingan yang ditetapkan untuk input yang berbeda dalam model
penilaian. Hierarki input sangat penting dalam penilaian karena menentukan asumsi mana yang memiliki
dampak paling signifikan terhadap nilai estimasi. Secara umum, masukan yang memiliki tingkat kepastian
yang lebih tinggi atau lebih kritis terhadap operasi bisnis harus diberikan bobot yang lebih besar dalam
model penilaian. Misalnya, dalam model DCF, asumsi mengenai pertumbuhan pendapatan dan margin
laba merupakan input penting yang harus dievaluasi secara hati-hati dan diberi bobot yang lebih tinggi
daripada asumsi mengenai tingkat diskonto.

Kesimpulannya, semua teknik penilaian memiliki kekuatan dan kelemahannya masing-masing, dan
pilihan teknik akan bergantung pada keadaan khusus penilaian. Hierarki input sangat penting dalam
penilaian karena menentukan asumsi mana yang memiliki pengaruh paling signifikan terhadap nilai
estimasi. Pertimbangan hati-hati dari hirarki masukan dapat membantu memastikan bahwa penilaian
akurat dan dapat diandalkan.

Persyaratan pengungkapan umum untuk item yang diukur pada nilai wajar diuraikan dalam Standar
Pelaporan Keuangan Internasional Dewan Standar Akuntansi Internasional (IFRS) 13, Pengukuran Nilai
Wajar. Berikut ini adalah persyaratan pengungkapan utama:
Teknik penilaian dan masukan yang digunakan: Entitas harus mengungkapkan teknik penilaian dan
masukan yang digunakan dalam menentukan nilai wajar. Ini termasuk mengungkapkan level dalam
hierarki nilai wajar di mana pengukuran nilai wajar dikategorikan (yaitu Level 1, Level 2, atau Level 3).
Analisis sensitivitas: Entitas harus menyediakan informasi tentang sensitivitas pengukuran nilai wajar
terhadap perubahan input yang tidak dapat diobservasi dan dampaknya terhadap laba rugi, ekuitas, dan
penghasilan komprehensif lain.

Perubahan nilai wajar: Entitas harus mengungkapkan perubahan nilai wajar instrumen keuangan
yang diukur pada nilai wajar selama periode tersebut. Ini termasuk mengungkapkan keuntungan atau
kerugian yang diakui dalam laba rugi dan keuntungan atau kerugian yang diakui dalam pendapatan
komprehensif lain.

Pengukuran nilai wajar Level 3: Untuk pengukuran nilai wajar Level 3, entitas harus mengungkapkan
informasi kuantitatif tentang input signifikan yang tidak dapat diobservasi yang digunakan dalam
pengukuran nilai wajar dan kisaran serta rata-rata tertimbang dari input signifikan yang tidak dapat
diobservasi. Transfer antar level: Ketika transfer terjadi antara Level 1, Level 2, atau Level 3, entitas harus
mengungkapkan alasan transfer dan jumlah yang terlibat.
Untuk pengukuran nilai wajar berulang dan tidak berulang: Entitas harus membedakan antara
pengukuran nilai wajar berulang (diukur setidaknya setiap tahun) dan pengukuran nilai wajar tidak
berulang (diukur hanya secara ad hoc).

Pengungkapan aset dan liabilitas nonkeuangan: Selain persyaratan di atas, entitas harus
mengungkapkan informasi tentang pengukuran nilai wajar aset dan liabilitas nonkeuangan, termasuk
pasar utama atau pasar yang paling menguntungkan yang digunakan, teknik penilaian yang digunakan,
dan level dalam hirarki nilai wajar.

Penting untuk diperhatikan bahwa daftar di atas tidak lengkap dan mungkin terdapat persyaratan
pengungkapan lainnya berdasarkan keadaan khusus dari setiap item yang diukur pada nilai wajar. Entitas
harus secara hati-hati meninjau persyaratan IFRS 13 dan berkonsultasi dengan profesional akuntansi
mereka jika diperlukan untuk memastikan kepatuhan penuh terhadap persyaratan pengungkapan.
● Standar nilai wajar mengacu pada prinsip akuntansi yang mewajibkan perusahaan untuk
melaporkan aset dan liabilitasnya pada nilai pasar saat ini atau nilai wajarnya. Meskipun standar
ini memiliki manfaat, seperti peningkatan transparansi dan konsistensi dalam pelaporan
keuangan, standar ini juga menghadirkan beberapa masalah yang perlu dipertimbangkan dengan
cermat.

● Salah satu masalah paling signifikan yang muncul dari standar nilai wajar adalah sulitnya
menentukan nilai wajar aset atau liabilitas tertentu. Hal ini terutama berlaku untuk aset yang
tidak diperdagangkan secara aktif di pasar, seperti real estat atau kekayaan intelektual. Dalam
kasus tersebut, perusahaan mungkin perlu bergantung pada estimasi atau asumsi subjektif
untuk menentukan nilai wajar, yang dapat menyebabkan ketidakakuratan dan
ketidakkonsistenan dalam pelaporan keuangan.

Masalah lain dengan standar nilai wajar adalah dapat mengakibatkan peningkatan volatilitas dalam
laporan keuangan perusahaan. Hal ini karena nilai wajar aset dan liabilitas dapat berfluktuasi dengan
cepat sebagai respons terhadap kondisi pasar, yang dapat berdampak signifikan terhadap laba dan posisi
keuangan yang dilaporkan perusahaan. Hal ini dapat mempersulit investor dan pemangku kepentingan
lainnya untuk menilai kinerja dan kesehatan keuangan perusahaan secara akurat.

Selain itu, standar nilai wajar dapat menimbulkan konsekuensi yang tidak diinginkan, seperti
fokus pada kinerja keuangan jangka pendek daripada penciptaan nilai jangka panjang. Perusahaan
mungkin diberi insentif untuk mengejar strategi yang memaksimalkan nilai wajar mereka saat ini,
meskipun strategi tersebut tidak berkelanjutan atau tidak berkontribusi pada pertumbuhan dan
profitabilitas jangka panjang.

Terakhir, standar nilai wajar juga dapat menimbulkan tantangan bagi auditor, yang harus
memastikan bahwa laporan keuangan perusahaan secara akurat mencerminkan nilai wajar aset dan
kewajibannya. Hal ini memerlukan keahlian dan pertimbangan yang signifikan, dan auditor harus
mengevaluasi dengan hati-hati asumsi dan metode yang digunakan oleh perusahaan untuk menentukan
nilai wajar.

Singkatnya, meskipun standar nilai wajar memiliki manfaatnya, namun juga menghadirkan
beberapa tantangan yang harus dipertimbangkan dengan cermat. Perusahaan dan auditor harus berhati-
hati dan menggunakan penilaian yang baik untuk memastikan bahwa pelaporan keuangan akurat,
transparan, dan mencerminkan nilai sebenarnya dari aset dan kewajiban perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai