Anda di halaman 1dari 4

A.

Definisi Nilai Wajar

Nilai wajar sebagai harga yang akan diterima untuk menjual suatu aset atau harga yang
akan dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas dalam transaksi teratur antara pelaku pasar pada
tanggal pengukuran.1

Prinsip ini menyatakan bahwa nilai aset dan liabilitas yang perlu dicatat adalah nilai yang
dapat diperoleh apabila aset atau liabilitas tersebut dijual (pada nilai wajar/fair value). Prinsip ini
menekankan pada ke-relevan-an nilai aset dan liabilitas daripada apa yang sesungguhnya telah
terjadi. Biasanya prinsip ini digunakan untuk menilai kembali aset atau liabilitas jangka panjang,
seperti tanah, gedung dan investasi saham jangka panjang. 

B. Bagaimana Menghitung Nilai Wajar?

Rumus nilai wajar:

Nilai Wajar = Harga Tunai + Biaya Pembawa.


Nilai Wajar = Harga Tunai + Biaya Bunga – Pembayaran Dividen.

C. Perbandingan Model Biaya

1. Historical cost principle (Prinsip Biaya Historis)

Prinsip ini menyatakan bahwa nilai aset yang perlu dicatat adalah nilai biaya perolehan
aset tersebut. Prinsip ini sangat memprioritaskan ke-valid-an nilai yang dicantumkan dalam
laporan keuangan. Prinsip ini berpegang teguh pada apa yang sebenarnya terjadi.
Contoh:
Pada 1 januari 2017, perusahaan A membeli 1 hektar tanah senilai 1M, dan pada tanggal 31
desember 2017, nilai 1 hektar tanah tersebut melonjak menjadi 1,29M di pasaran. Menurut
prinsip ini, nilai tanah tersebut pada tanggal 31 Desember 2017 tetap 1M, karena harga perolehan
tanah tersebut adalah 1M

2. Fair value principle (prinsip nilai wajar)

Prinsip ini menyatakan bahwa nilai aset dan liabilitas yang perlu dicatat adalah nilai yang
dapat diperoleh apabila aset atau liabilitas tersebut dijual (pada nilai wajar/fair value). Prinsip ini
menekankan pada ke-relevan-an nilai aset dan liabilitas daripada apa yang sesungguhnya telah
terjadi. Biasanya prinsip ini digunakan untuk menilai kembali aset atau liabilitas jangka panjang,
seperti tanah, gedung, dan investasi saham jangka panjang.
Contoh:
Pada 1 januari 2017, perusahaan A membeli 1 hektar tanah senilai 1M, dan pada tanggal 31
desember 2017, nilai 1 hektar tanah tersebut melonjak menjadi 1,29M di pasaran. Menurut
prinsip ini, pada tanggal 31 Desember 2017, nilai tanah tersebut adalah 1,29M, karena apabila

1
Hlm. 121
dijual (walaupun tidak benaran dijual), tanah tersebut tidak lagi diperjual-belikan dengan harga
1M, tetapi 1,29M.

D. Hirarki Input Fair Value (Nilai Wajar)

Hierarki sumber informasi yang berkisar dari Level 1 (terbaik) hingga Level 3 (terburuk).
Maksud umum dari tingkat informasi ini adalah untuk memandu akuntan melalui serangkaian
alternatif penilaian, di mana solusi yang mendekati Tingkat 1 lebih disukai daripada Tingkat 3.
Karakteristik dari ketiga tingkat tersebut adalah sebagai berikut:2

Level 1

Pada level 1 ini adalah input yang tak dapat diobservasi yang merefleksikan asumsi menajemen
sendiri mengenai asumsi yang akan dibuat pelaku pasar.

Level 2

Pada level 2 ini adalah input yang dapat diobservasi secara langsung atau tidak langsung selain
harga yang dikutip. Contoh input Tingkat 2 adalah beberapa penilaian untuk unit bisnis yang
didasarkan pada penjualan entitas yang sebanding. Definisi ini mencakup harga untuk aset atau
kewajiban yang:

 Untuk barang serupa di pasar aktif; atau


 Untuk barang yang identik atau serupa di pasar yang tidak aktif; atau
 Untuk input selain harga kuotasian, seperti risiko kredit, tingkat gagal bayar, dan suku
bunga; atau
 Untuk input yang berasal dari korelasi dengan data pasar yang dapat diamati.

Level 3

Pada level 3 ini, adalah input yang tidak dapat diamati. Ini mungkin termasuk data perusahaan
sendiri, disesuaikan dengan informasi lain yang tersedia secara wajar. Contoh input Level 3
adalah ramalan keuangan yang dibuat secara internal dan harga yang terkandung dalam kutipan
yang ditawarkan dari distributor.

Ketiga tingkatan ini dikenal sebagai hierarki nilai wajar. Harap dicatat bahwa ketiga level ini
hanya digunakan untuk memilih input untuk teknik penilaian (seperti pendekatan pasar). Level
tersebut tidak digunakan untuk secara langsung menciptakan nilai wajar untuk aset atau liabilitas

E. Teknik Valuasi

2
Hlm. 122
Teknik valuasi yang cocok tergantung pada ketersediaan data input. Tiga pendekatan dasar
dari penilaian sbb :3

1. Pendekatan Pasar.
Dalam pendekatan ini, nilai wajar diukur berdasarkan harga pasar atau informasi relevan
lain yang dihasilkan dari transaksi di pasar. Hal ini termasuk harga aset (liabilitas) sejenis
yang ada di pasar, dan metode penilaian lain yang konsisten dengan pendekatan pasar.
Urutan yang digunakan jika nilai wajar menggunakan pendekatan pasar adalah, pertama
harga pasar aset (liabilitas) pada saat pelaporan, jika tidak terdapat harga pasar aset
(liabilitas) maka menggunakan harga pasar aset (liabilitas) sejenis, jika tidak terdapat harga
pasar aset (liabilitas) sejenis maka menggunakan model yang konsisten dengan pendekatan
pasar (contohnya model matrix pricing, dll)

2. Pendekatan Penghasilan.

Pendekatan ini menggunakan teknik penilaian untuk mengubah nilai masa depan (contohnya
aliran kas atau laba) ke nilai kininya terdiskonto (discounted). Pengukuran nilai wajar dalam
pendekatan ini menggunakan dasar nilai yang dilihat dari harapan pasar kini atas nilai aset
(liabilitas) masa depan. Pendekatan ini termasuk menggunakan nilai kini (present value,
option pricing).

3. Pendekatan Kos.

Pendekatan kos disebut juga pendekatan kos pengganti kini (current replacement cost). Kos
pengganti ini adalah jumlah yang diperlukan untuk menggantikan suatu aset.

Pendekatan nilai wajar seperti yang ditunjukkan di atas memiliki banyak celah untuk
dilakukannya fraud. Pertama, jika nilai wajar didasarkan pada harga pasar, maka akan ada
kemungkinan bahwa harga pasar suatu aset ada dalam kisaran tertentu. Misalnya, mobil
kijang tahun 1998 pada saat pelaporan di tahun 2002 harganya belum tentu sama antara satu
penjual dengan penjual lain. Mobil kijang ini pasti akan ada dalam kisaran harga. Oleh
karena itu, penilai harus menentukan harga pasar yang mana yang akan diambil untuk
disajikan. Dalam hal ini, fraud untuk meningkatkan nilai aset dapat terjadi. Namun kembali
lagi bahwa kisaran harga yang akan diambil seharusnya cukup ‘wajar’.
Kemungkinan fraud kedua adalah, jika tidak tersedia pasar, maka penilai akan
menggunakan model yang konsisten dengan pendekatan pasar. Penggunaan model untuk
menentukan nilai wajar ini merupakan celah untuk dilakukannya fraud.
Kemungkinan fraud ketiga adalah, jika pengukuran nilai wajar menggunakan pendekatan
penghasilan, maka akan ada celah dalam melakukan perhitungan nilai harapan pasar masa
kini atas nilai masa depannya. Kemungkinan keempat adalah, penentuan estimasi kos
pengganti. Estimasi merupakan suatu hal yang sangat sulit ditentukan kebenarannya. Entitas
maupun penilai dapat melakukan justifikasi atas dasar estimasi yang dilakukan. Hal ini
merupakan suatu celah untuk dilakukannya fraud.

3
Hlm. 123.
F. Kelebihan Akuntansi Penilaian Wajar
Akuntansi nilai wajar mengukur nilai aktual atau estimasi dari suatu aset. Ini adalah salah satu
metode akuntansi keuangan yang paling umum digunakan karena kelebihannya, yang meliputi:4
1. Akurasi penilaian
Dengan akuntansi nilai wajar, penilaian menjadi lebih akurat, sehingga penilaian dapat
mengikuti saat harga naik atau turun.

2. Ukuran pendapatan yang benar


Dengan akuntansi nilai wajar, total nilai aset yang mencerminkan pendapatan sebenarnya dari
suatu perusahaan. Itu tidak bergantung pada laporan untung dan rugi tetapi hanya melihat nilai
sebenarnya.

3. Beradaptasi dengan berbagai jenis aset


Metode tersebut mampu membuat penilaian pada semua jenis aset, yang lebih baik daripada
menggunakan nilai biaya historis yang dapat berubah seiring waktu.

4. Membantu bisnis bertahan


Akuntansi nilai wajar membantu bisnis bertahan selama masa sulit secara finansial karena
memungkinkan pengurangan aset (atau tindakan menyatakan bahwa nilai aset yang termasuk
dalam penjualan terlalu tinggi).

G. Kerugian Akuntansi Nilai Wajar5

1. Objektivitas lebih rendah


2. Rentan terhadap manipulasi
3. Penggunaan input 3
4. Tidak adanya unsur konservatif
5. Fluktuasi laba yang berlebihan

4
Hlm. 124.
5
Hlm.125

Anda mungkin juga menyukai