Anda di halaman 1dari 16

MANAJEMEN BIAYA

“PERENCANAAN BIAYA”

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 6

AGNES D. BUTAR-BUTAR 1921096

GIOVANI MONICA 1921093

KELAS : PA 503

DOSEN PENGAMPU : Kusmawati, SE.,M.Si.,AK.,CA

UNIVERSITAS KATOLIK MUSI CHARITAS PALEMBANG


TAHUN AJARAN 2021
A. PERENCANAAN BIAYA
Perencanaan biaya untuk suatu proyek adalah prakiraan keuangan yang merupakan dasar
untuk pengendalian biaya proyek serta aliran kas proyek tersebut. Pengembangan dari hal
tersebut diantaranya adalah fungsi dari estimasi biaya, anggaran, aliran kas, pengendalian biaya,
dan profit proyek tersebut (Chandra, et al., 2003). Estimasi biaya konstruksi memberikan
indikasi utama yang spesifik dari total biaya proyek konstruksi. Estimasi biaya (cost estimate)
digunakan untuk mencapai suatu harga kontrak sesuai persetujuan antara pemilik proyek dengan
kontraktor, menentukan anggaran, dan sekaligus mengendalikan biaya proyek.

Anggaran (budget) suatu proyek merupakan rangakaian biaya, atau target uang yang
diperlukan untuk biaya material, pekerja, subkontraktor, dan total biaya proyek. Dari sudut
keuangan anggaran ini harus realistis jika dibandingkan dengan pengeluaran biaya aktual dari
proyek tersebut. Anggaran merupakan perencanaan financial dari suatu kontrak secara
keseluruhan dan digunakan untuk menghitung aliran kas (cash flow) yang cair dalam setiap
periode kontrak. Gagasan dari pengendalian biaya dan waktu berdasarkan pada perbandingan
antara kinerja yang direncanakan dengan kinerja yang aktual.

Informasi biaya aktual dari suatu proyek harus layak, pembengkakan biaya harus
dideteksi, kecenderungan dapat dianalisa, dan manajemen dapat mempertanyakan apabila ada
biaya saat ini atau biaya penyelesaian proyek yang keluar dari kontrol. Pengendalian biaya
proyek adalah sebuah proses pengendalian biaya yang dikeluarkan dalam suatu proyek, mulai
dari saat gagasan pemilik untuk membuat suatu proyek sampai saat pekerjaan telah selesai
dilaksanakan dan saat pembayaran terakhir dilakukan (Chandra, et al., 2003).

Dalam suatu proyek konstruksi, pengendalian biaya proyek mempunyai tiga tujuan
(Pilcher, 1992), yaitu:

1. Memberikan peringatan dini terhadap pelaksanaan setiap pekerjaan yang sesuai dengan

kontrak, apabila terjadi hal-hal yang tidak ekonomis atau biaya di luar / melebihi
anggaran.

2. Memberikan umpan balik pada estimator yang bertanggung jawab terhadap penawaran
harga tender, baik pada saat ini maupun pada tender mendatang hingga dapat
memberikan harga yang lebih realistis.

3. Memberikan data nilai varian yang terjadi selama proyek berlangsung.


B. ESTIMASI BIAYA
Estimasi biaya (cost estimation) merupakan pengembangan hubungan yang baik antara
objek biaya dengan penggerak biaya.
1. Menggunakan Estimasi Biaya untuk Memprediksi Biaya di Masa yang Akan Datang
 Memfasilitasi dan implementasi strategi estimasi biaya
 Memfasilitasi analisis rantai nilai
 Memfasilitasi perhitungan biaya berdasarkan target dan penentuan
 Memfasilitasi pengukuran evaluasi, dan kompensasi kinerja yang efektif.
2. Enam tahap Estimasi Biaya
 Mendefenisikan Objek Biaya yang Akan Diestimasi
Mendefenisikan biaya tertentu yang akan diestimasikan seharusnya dilakukan
secara hati-hati. Contohnya, jika tujuannya adalah untuk mengestimasikan biaya
produk dalam rangka memperbaiki penentuan harga produk, objek biaya yang
relevan adalah produk yang diproduksi.
 Menentukan Penggerak Biaya
Penggerak biaya merupakan faktor penyebab yang digunakan dalam estimasi
biaya beberapa contoh biaya yang akan diestimasikan dan penggerak biayanya
yang terkait.

Biaya yang akan Diestimasikan Penggerak Biaya

Biaya bahan bakar untuk truk pengantar


baramg Jumlah mil yang ditempuh

Biaya pemanas ruangan untuk Suhu udara yang akan dipertahankan


bangunan dalam bangunan

Biaya pemeliharaan untuk bangunan Jumlah jam mesin dan tenaga kerja
pabrik langsung

Biaya desain produk Jumlah elemen dan perubahan desain

 Mengumpulkan Data yang Konsisten dan Akurat.


Jika penggerak biaya telah dipilih, akuntan manajemen mengumpulkan data
objek biaya dan penggerak biaya. Data harus konsisten dan akurat. Konsisten berarti
setiap periode data yang dikalkulasikan menggunakan dasar akuntansi yang sama dan
seluruh transaksi dicatat dengan tepat berdasarkarkan periode terjadinya. Contohnya
menggunakan data selama dua kali dalam seminggu untuk beberapa variabel dan data
bulanan untuk variabel lainnya. Menyebabkan kesalahan pengestimasian.
 Membuat Grafik Data
Tujuan pembuatan grafik data adalah untuk mengidentifikasikan pola yang
tidak umum. Adanya pergeseran dan ketidaklinieran data harus diberikan perhatian
khusus dalam mengembangkan estimasi. Contohnya pengestimasian produksi selama
satu minggu untuk memasang peralatan baru menyebabkan data produksi yang tidak
umum pada minggu yang bersangkutan.
 Memilih dan Menggunakan Metode Estimasi
Dua metode estimasi yang disajikan pada bagian berikutnya berbeda dengan
kemampuannya dalam memberikan estimasi biaya yang paling akurat jika
dibandingkan dengan biaya keahlian dan sumber daya yang digunakan. Akuntan
manajemen memilih metode yang memiliki tingkat ketepatan/pertukaran biaya
terbaik terhadap tujuan estimasi.
 Menilai Keakuratan Estimasi Biaya
Mempertimbangkan potensi kesalahan yang dibuat. Ini meliputi pertimbangan
kelengkapan dan ketepatan penggerak biaya yang dipilih pada tahap 2, konsistensi
dan keakuratan data yang dipilih pada tahap 3, kajian grafik pada tahap 4, serta
ketepatan metode yang dipilih pada tahap 5.

METODE ESTIMASI BIAYA

Terdapat dua metode estimasi yaitu titik tinggi-rendah dan metode analisis
represi. Metode titik tinggi-rendah merupakan metode yang paling tidak akurat tetapi
paling mudah diaplikasikan serta metode analisis regresi merupakan metode paling akurat
dan paling mahal, membutuhkan lebih banyak waktu, pengumpulan data dan keahlian.
Dalam memilih metode estimasi terbaik, akuntan manajemen harus memncari
keseimbangan antara tingkat keakuratan yang diinginkan dengan keterbatasan apapun
mengenai biaya, waktu dan upaya.

Metode Titik Tinggi-Rendah

Metode titik tinggi rendah (high-low method) menggunakan aljabar untuk menentukan garis
estimasi yang unik antara titik yang tinggi dan rendah dalam data. Metode tinggi rendah
memenuhi dua tujuan penting bagi Garcia. Pertama metode tersebut berdasarkan pengamatan
terhadap grafik.
Analisis Regresi

Analisis Regresi (regression analysis) merupakan metode statistik untuk


memperoleh persamaan estimasi biaya unik yang paling sesuai bagi sekumpulan titik
data. Analisis Regresi menyesuaikan data dengan cara memperkecil jumlah kuadrat dari
kesalahan estimasi. Setiap kesalahan merupakan jarak yang diukur dari garis regresi ke
satu titik data, Karena analisis regresi secara sistematis memperkecil kesalahan estimasi
dengan cara ini. Metode ini disebut juga Regresi Kuadrat Kecil (least squares regression).
Analisis memiliki dua jenis variabel:

- Variabel Terikat (dependent variable), merupakan biaya yang akan


diestimasikan

- Variabel Bebas (independent variable), merupakan penggerak biaya yang


digunakan untuk mengestimasikan nilai variabel terikat.
Persamaan regresi memiliki titik singgung maupun tingkat kemiringan seperti
metode titik tinggi-rendah. Selain it, jumlah kesalahan estimas dipertimbagkan secara
eksplisit pada estimasi regresi sederhana, yaitu:

Y= a + bX + e

Dimana :
Y= jumlah variabel terikat, yait biayayang akan diestimasikan

a= Jumlah tetap; disebut juga titik potong atau konstanta yang mewakili jumlah Y ketika X = 0
X= Nilai variabel beas, yaitu penggerak biaya bagi biaya yang akan diestimasikan; mungkin
terdapat satu atau lebih dari satu penggerak biaya.

b= Biaya variabel per unit disebut juga koefisien variabel bebas yaitu kenaikan Y (biaya) untuk
setiap kenaikan unit X (penggerak biaya)

e= Kesalahan estimasi yaitu jumlah antara prediksi regresi (y= a + bx) yang berbeda-beda dari
titik data

Mengevaluasi Analisis Regresi


Selain untuk mengestimasikan biaya, Analisis regresi menyediakan ukuran kuantitatif dari
ketepatan dan keandalannya. Ketetapan mengacu pada keakuratan estimasi.

ANALISIS BIAYA SEBUAH PROYEK

Estimasi biaya adalah penghitungan kebutuhan biaya yang diperlukan untuk


menyelesaikan suatu kegiatan atau pekerjaan sesuai dengan persyaratan atau kontrak.
Dalam melakukan estimasi (perhitungan) biaya diperlukan:
– Pengetahuan dan keterampilan teknis estimator, seperti membaca gambar, melakukan
estimasi (perhitungan), dll.
– Personal judgement berdasarkan pengalaman estimator.

Estimasi dibedakan menjadi:


– Estimasi biaya konseptual
– Estimasi biaya detail

Estimasi biaya konseptual adalah estimasi biaya berdasarkan konsep bangunan


yang akan dibangun.
Contoh:
Untuk rumah SEDERHANA seluas 70m2 (belum ada gambar rencana dan spesifikasi).
Biaya satuan rumah sederhana adalah Rp. 750.000 per meter persegi.
Maka biaya total (biaya konseptual) adalah 70m2 x Rp. 750.000/m2 = Rp. 52.500.000,-
(akurasinya -30% hingga +50%)
Untuk rumah MEWAH seluas 500m2 (belum ada gambar rencana dan spesifikasi).
Biaya satuan rumah mewah adalah Rp. 3.750.000 per meter persegi.
Maka biaya total (biaya konseptual) adalah 500m2 x Rp. 3.750.000/m2 = Rp.
1.875.000.000,- (akurasinya -30% hingga +50%)
Bila rencana rumah di atas telah memiliki dokumen rencana yang lengkap (rumah
sederhana dengan luas 68 m2, rumah mewah menjadi 479 m2), maka estimasi biayanya
dapat dilakukan secara detail dengan menghitung volume dan biaya satuan tiap
komponen bangunan sehingga diperoleh biaya total yang lebih akurat (-5% hingga +15%

Tahapan Proyek Konstruksi

Tahapan Proyek
Estimasi biaya konseptual juga dapat dilakukan dengan menggunakan data masa lalu yang
diperbaharui dengan menggunakan indeks biaya (harga).
Berikut ini adalah contoh indeks biaya (harga) konstruksi di Amerika sejak tahun 1913 hingga
1978:

Contoh estimasi biaya konseptual dengan menggunakan indeks biaya (harga):


Untuk membangun jalan antar kota di Amerika pada tahun 1970 dibutuhkan biaya USD 75 per
m2.
Maka jika pada tahun 1978 akan dibangun jalan antar kota di Amerika, biaya yang dibutuhkan
adalah:
1790
= ———- x USD 75 per m2
800

= 2.24 x USD 75 per m2


= USD 167.81 per m2

Metode Faktor Kapasitas


Antara beberapa proyek bangunan sejenis namun besar dan luasnya berbeda terdapat suatu
korelasi yang dapat digunakan sebagai dasar estimasi biaya konseptual. Korelasi tersebut dapat
dihitung dengan persamaan berikut ini:

K2
B2 = B1 {—-}^x
K1

dimana:
B2 = Estimasi biaya bangunan sejenis yang baru dengan kapasitas K2
B1 = Biaya bangunan lama dengan kapasitas K1
K2 = Kapasitas bangunan baru
K1 = Kapasitas bangunan lama
x = Faktor kapasitas sesuai jenis bangunan

Berikut adalah faktor kapasitas untuk berbagai jenis bangunan:

Metode Rasio Biaya Komponen Bangunan


Tiap-tiap komponen bangunan memiliki rasio tertentu terhadap biaya total bangunan yang dapat
digunakan sebagai dasar estimasi biaya konseptual.
Berikut ini adalah contoh rasio biaya tiap komponen pada bangunan laboratorium:
Biaya investasi untuk suatu bangunan (konstruksi) dibedakan atas biaya konstruksi
(construction), biaya non-konstruksi (non-construction), dan biaya daur hidup (life-cycle).

Estimasi (perhitungan) biaya konstruksi secara detail didasarkan atas:


– Gambar rencana yang detail
– Spesifikasi kegiatan atau pekerjaan yang detail.

Biaya tiap kegiatan atau pekerjaan disebut biaya satuan kegiatan atau pekerjaan (harga satuan
pekerjaan).
Biaya satuan pekerjaan dirinci berdasarkan:
– Bahan yang digunakan,
– Alat yang digunakan,
– Pekerja yang terlibat untuk pekerjaan tersebut.

Biaya-biaya di atas adalah biaya yang langsung (direct) berkaitan dengan kegiatan/pekerjaan
tersebut dan disebut biaya langsung (direct cost).

Komponen biaya langsung (direct cost) antara lain dipengaruhi oleh:


1. Lokasi pekerjaan.
Contoh, harga di Bandung berbeda dengan Jakarta
2. Ketersediaan bahan, peralatan, atau pekerja.
Contoh, ketika semen langka di pasaran, harga yang normalnya Rp. 31.000/zak menjadi Rp.
40.000/zak
3. Waktu.
Contoh, pekerjaan galian yang normalnya dilaksanakan dalam 2 hari biayanya Rp. 25.000,- per
m3, bila harus dipercepat menjadi 1 hari, biayanya meningkat menjadi Rp. 45.000,-.

Disamping biaya langsung, terdapat pula biaya tambahan (mark up) atau biaya tidak langsung.
Komponen biaya tambahan terdiri dari:
1. Biaya Over head
Biaya Over head adalah biaya tambahan yang harus dikeluarkan dalam pelaksanaan kegiatan
atau pekerjaan namun tidak berhubungan langsung dengan biaya bahan, peralatan dan tenaga
kerja. Contoh, ketika bagian logistik memesan semen dilakukan dengan menggunakan telepon
genggam (HP). Biaya pulsa telepon tersebut tidak dapat ditambahkan pada harga semen yang
dipesan.
Contoh lain biaya operasional kantor proyek di lapangan (site office) seperti listrik, air, telepon,
gaji tenaga administrasi, dst. tidak dapat dimasukkan ke biaya pekerjaan pondasi beton.

2. Biaya tak terduga (contingency cost)


Biaya tak terduga (contingency cost) adalah biaya tambahan yang dialokasikan untuk pekerjaan
tambahan yang mungkin terjadi (meskipun belum pasti terjadi).
Contoh: untuk pekerjaan pondasi beton diperlukan pemompaan lubang galian yang sebelumnya
tidak diduga akan tergenang air hujan.

3. Keuntungan (profit)
Keuntungan (profit) adalah jasa bagi kontraktor untuk pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan
kontrak.

4. Pajak (tax),
berupa antara lain Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10%, Pajak Penghasilan (PPh), dll.

Biaya (Harga) Satuan Pekerjaan


Biaya (harga) satuan pekerjaan adalah jumlah:
– Total biaya bahan yang digunakan,
– Total biaya peralatan yang digunakan,
– Total upah seluruh pekerja yang melaksanakan pekerjaan tersebut.

Contoh:
Biaya satuan (1m3) beton K-250 untuk pondasi pelat adalah sebesar Rp. 453.000,-. Artinya biaya
satuan tersebut meliputi total biaya bahan yang digunakan, total biaya peralatan yang digunakan,
dan total upah seluruh pekerja yang terlibat dalam pembuatan 1 m3 beton K-250.
Biaya satuan (buah) pondasi pelat beton adalah sebesar Rp. 675.000,- Artinya biaya satuan
tersebut meliputi biaya bahan (beton, tulangan, cetakan) yang digunakan, biaya peralatan
(cangkul, sekop, pengaduk beton, pemadat beton, dll.) yang digunakan, serta upah seluruh
pekerja (menggali & menimbun, pasang cetakan, mengecor, memadatkan beton, dsb.)
Contoh Biaya (Harga) Satuan Bahan

Contoh Biaya (Harga) Satuan Peralatan

Contoh Biaya (Harga) Satuan Upah


Contoh Biaya (Harga) Satuan Pekerjaan

Biaya (Harga) Satuan dan Indeks Harga (Price Index)


Biaya satuan bahan, biaya satuan alat,dan biaya satuan upah dapat berbeda dari waktu ke waktu
dan satu lokasi ke lokasi lain.
Dengan menggunakan Indeks biaya (harga) maka estimator tidak perlu melakukan survei harga
ulang untuk seluruh jenis bahan, peralatan maupun upah.
Survei hanya dilakukan untuk beberapa jenis bahan dan upah tenaga kerja yang paling banyak
dipakai dalam proyek tersebut. Contoh: pada pekerjaan gedung, maka bahan utamanya adalah
semen, pasir, baja tulangan, bata merah atau batako.

dimana,
PI : Indeks Harga untuk faktor pengali harga baru
Pi : Harga baru untuk bahan/peralatan/upah yang disurvei ulang
P0 : Harga lama bahan/peralatan/upah yang disurvei ulang
n : Jumlah bahan/peralatan/upah yang disurvei ulang

Contoh Penghitungan Indeks Harga (Price Index)


Kasus: Penentuan Indeks Harga untuk mengubah biaya (harga) satuan Kota Bandung menjadi
harga satuan Kota Pekanbaru untuk kurun waktu yang sama. Dalam contoh pada tahun 2001.
Untuk menentukan biaya (harga) satuan tahun 2005, maka perlu dihitung Indeks Harga akibat
perubahan waktu (2001-2005).

Contoh Penggunaan Indeks Harga (Price Index)


Struktur Rencana Anggaran Biaya (RAB) Proyek Konstruksi

Anda mungkin juga menyukai