Anda di halaman 1dari 11

LEMBAR JAWABAN

UTS MANAJEMEN PROYEK TEORI- WIDIAN RIENANDA ALI- 0819040041-


D4TPVB

1. Perbedaan PERT & CPM

a. PERT digunakan pada perencanaan dan pengendalian proyek yang belum pernah
dikerjakan, sedangkan CPM digunakan untuk menjadwalkan dan mengendalikan
aktivitas yang sudah pernah dikerjakan sehingga data, waktu dan biaya setiap
unsur kegiatan telah diketahui oleh evaluator.

b. Pada PERT digunakan tiga jenis waktu pengerjaan yaitu yang tercepat, terlama
serta terlayak, sedangkan pada CPM hanya memiliki satu jenis informasi waktu
pengerjaan yaitu waktu yang paling tepat dan layak untuk menyelesaikan suatu
proyek.

c. Pada PERT yang ditekankan tepat waktu, sebab dengan penyingkatan waktu maka
biaya proyek turut mengecil, sedangkan pada CPM menekankan tepat biaya.

d. Dalam PERT anak panah menunjukkan tata urutan (hubungan presidentil),


sedangkan pada CPM tanda panah adalah kegiatan.

e. Pada PERT :

1. Memiliki asumsi bahwa proyek yang akan dilaksanakan adalah baru.


2. Mengoptimalkan waktu penyelesaian proyek dan belum menekankan soal
minimisasi biaya.
3. Mengestimasi waktu aktivitas ini dengan formulir.
4. Dapat bekerja dengan ketidakpastian melalui penggunaan waktu probabilitas.
5. Memperkirakan waktu yang diperlukan untuk masing-masing kegiatan
seperti menit, jam, minggu atau bulan adalah unit umum yang biasa
digunakan waktu untuk penyelesaian suatu kegiatan.

f. Sedangkan CPM

1. Sangat berguna untuk menjadwalkan dan mengendalikan proyek besar.


2. Konsep yang lugas atau langsung dan tidak memerlukan perhitungan
matematis yang rumit.
3. Jaringan grafis membantu melihat hubungan antar kegiatan secara cepat.
4. Dokumentasi proyek dan gambar menunjukkan siapa yang bertanggung
jawab untuk kegiatan yang beragam.
5. Dapat diterapkan untuk proyek yang bervariansi.
6. Berguna dalam mengawasi jadwal dan biaya.

Jalur kritis pada CPM :


1. Tentukan rincian kegiatan. Dari rincian kegiatan yang harus dilakukan
dalam sebuah proyek, tambahkan informasi durasi dan identifikasikan
prasyarat kegiatan sebelumnya yang harus terselesaikan terlebih dahulu.
2. Tentukan urutan kegiatan dan gambarkan dalam bentuk jaringan.
Beberapa kegiatan akan dapat dimulai dengan sangat tergantung pada
penyelesaian kegiatan lain. Relasi antar kegiatan ini harus diidentifikasi dan
digambarkan secara berurutan dalam bentuk titik dan busur.
3. Susun perkiraan waktu penyelesaian untuk masing - masing kegiatan.
Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan setiap kegiatan dapat
diestimasi dengan menggunakan pengalaman masa lalu atau perkiraan dari
para praktisi. CPM tidak memperhitungkan variasi waktu penyelesaian,
sehingga hanya satu perkiraan yang akan digunakan untuk memperkirakan
waktu setiap kegiatan.
4. Identifikasi jalur kritis (jalan terpanjang melalui jaringan). Jalur kritis
adalah jalur yang memiliki durasi terpanjang yang melalui jaringan. Arti
penting dari jalur kritis adalah bahwa jika kegiatan yang terletak pada jalur
kritis tersebut tertunda, maka waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan
otomatis juga akan tertunda. Pada jalur selain jalur kritis, akan ditemui waktu
longgar/waktu toleransi (slack time) yaitu sejumlah waktu sebuah kegiatan
dapat ditunda tanpa menunda penyelesaian proyek secara keseluruhan.
5. Update Diagram CPM. Pada saat proyek berlangsung, waktu penyelesaian
kegiatan dapat diperbarui sesuai dengan diperolehnya informasi dan asumsi
baru. Sebuah jalur kritis baru mungkin akan muncul, dan perubahan bentuk
jaringan sangat mungkin harus dilakukan. Keterbatasan CPM adalah
digunakannya satu angka perkiraan waktu penyelesaian bagi setiap kegiatan.
Jika memang dibutuhkan perencanaan proyek yang lebih kompleks, metode
PERT dengan tiga varian waktu perkiraan akan dapat memberikan aternatif
perkiraan waktu penyelesaian proyek yang lebih terbuka.

Jalur kritis pada PERT :


1. Mengidentifkasikan proyek dan menyiapkan struktur pecahan kerja,
2. Membangun hubungan antara kegiatan, memutuskan kegiatan mana yang
harus terlebih dahulu dan mana yang mengikuti yang lain,
3. Menggambarkan jaringan yang menghubungkan keseluruhan kegiatan,
4. Menetapkan perkiraan waktu dan/atau biaya untuk tiap kegiatan,
5. Menghitung jalur waktu terpanjang melalui jaringan. Ini yang disebut jalur
kritis
6. Menggunakan jaringan untuk membantu perencanaan, penjadwalan, dan
pengendalian proyek.

2. Berdasarkan fase-fase proyek, penerapan manajemen biaya diterapkan pada fase


Perencanaan dan selebihnya pada fase Pengendalian. Kegiatan manajemen biaya proyek
pada fase planning meliputi : Perencanaan sumber daya, estimasi biaya dan anggaran
biaya. Sedangkan pada fase pengendalian kegiatannya adalah pengendalian biaya proyek.

Proses yang dilakukan dalam manajemen biaya proyek meliputi :

• Perencanaan sumber daya : menentukan sumber daya apa saja yang digunakan dan
berapa jumlahnya.

• Estimasi Biaya : menyusun suatu perkiraan biaya-biaya dan sumber daya yang
diperlukan untuk menyelesaikan suatu proyek.
• Penganggaran Biaya : membuat suatu alokasi perkiraan biaya secara menyeluruh ke
dalam rincian pekerjaan untuk menetapkan suatu baseline sebagai ukuran kinerja.

• Pengendalian Biaya : melakukan pengendalian terhadap perubahan-perubahan pada


anggaran proyek

Tipe Estimasi Biaya


Melakukan estimasi biaya berdasarkan siklus waktu terdapat tiga tipe yaitu
gambaran kasar, sedang dan detail. Gambaran kasar dilakukan jika waktu
pelaksanaan proyek sangat lama (3-5 tahun), sedang jika pelaksanaan proyek antara
1-2 tahun, dan estimasi detail jika pelaksanaan proyek kurang dari 1 tahun.

Tool dan Teknik Estimasi Biaya

1. Pendekatan atas-bawah : menggunakan harga riil proyek sejenis yang sebelumnya


pernah dikerjakan untuk perkiraan biaya yang baru.
2. Pendekatan bawah-atas : menaksir materi pekerjaan secara rinci dan
menjumlahkan secara keseluruhan untuk menentukan biaya total proyek.
3. Pendekatan parametrrik : membuat perkiraan biaya proyek dengan menggunakan
model matematika berdasarkan variabel atau karakteristik proyek.

Penganggaran Biaya
Salah satu keluaran dari manajemen biaya proyek yang paling penting adalah suatu
perkiraan anggaran biaya yang melibatkan alokasi perkiraan biaya proyek ke item-item
materi pekerjaan dan menyediakan suatu pedoman pembiayaan.

Pengendalian Biaya Proyek


• Monitoring penggunaan biaya ;
• Memastikan bahwa perubahan biaya proyek sudah tercakup dalam anggaran
biaya yang direvisi dalam pedoman anggaran biaya
• Memberikan informasi kepada stakeholder proyek terhadap perubahan-
perubahan yang mempengaruhi biaya proyek
3. Sepengetahuan saya, EVM adalah teknik pengukuran kinerja proyek dengan
mengintegrasikan antara data-data scope, waktu dan biaya proyek. EVM meliputi :

Penghitungan 3 nilai untuk tiap aktivitas proyek atau ringkasan aktivitas


pada WBS proyek, yaitu PV (planned value), AC (actual cost) dan EV (earned
value).

• PV (planned value) adalah biaya yang dianggarkan pada pekerjaan yang


terjadwal.
• AC (actual cost) adalah biaya aktual yang dikeluarkan untuk tiap
pekerjaan yang terjadwal.
• EV (earned value) adalah biaya yang dikeluarkan berdasarkan kinerja
pencapaian pekerjaan.
Besaran-besaran lain yang dihitung dalam EVM :
• CV (Cost Variance) adalah selisih antara estimasi biaya pencapaian
aktivitas (EV) dengan biaya aktual (AC).
• SV (Schedule Variance) adalah selisih antara estimasi biaya pencapaian
aktivitas (EV) dengan estimasi penyelesaian aktivitas (PV).
• CPI (Cost Performance Index) adalah rasio antara EV dengan AC,
menunjukkan tingkat penyerapan biaya berdasarkan pencapaian
pekerjaan/aktivitas.
• SPI (Schedule Performance Index) adalah rasio antara EV dengan PV,
menunjukkan tingkat penyerapan biaya berdasarkan estimasi biaya yang
sudah dianggarkan.
Catatan :
• Biaya varian (CV dan SV) yang bernilai negatif mengindikasikan ada
masalah dalam proyek, dimana biaya yang dikeluarkan melebihi biaya
yang telah direncanakan.
• CPI dan SPI di bawah 100% mengindikasikan adanya masalah.

Contoh Perancangan Plant Structure Drilling & Pipe Drill Karimun


Offshore Report Week 7.
4. Analisis risiko kualitatif adalah proses mempelajari suatu peristiwa, atau pengendalian
regulasi dalam hal ini, dan memahami kualitas pelaksanaannya. Di latar belakang jenis
penilaian risiko ini, keputusan telah dibuat tentang dampaknya terhadap organisasi jika
pengendalian tidak diterapkan dan kemungkinan bahwa pengendalian perlu dilakukan.
Penilaian kuantitatif didasarkan pada fakta dan data terkait. Seperti disebutkan di atas,
mungkin tidak mempertimbangkan sensitivitas sebenarnya dari salah satu sistem Anda.
Atau ketika harus memastikan bahwa kekritisan diperhitungkan dalam perhitungan
Anda, itu mungkin sulit. Di sinilah penilaian kualitatif masuk. Penilaian kualitatif
mempertimbangkan faktor-faktor yang kurang nyata dan lebih didasarkan pada reaksi
naluriah daripada fakta dan data secara keras. Penilaian risiko kualitatif dapat juga
didefinisikan sebagai proses mengidentifikasi dan memprioritaskan risiko untuk
penilaian lebih lanjut. Berbagai jenis teknik penilaian risiko kualitatif digunakan.
Metode penilaian risiko kualitatif umum meliputi berikut ini.

a. Interviewing
b. Brainstorming
c. Delphi technique
d. SWOT analysis
e. Root Cause analysis
f. Assumption analysis
g. Probability and impact matrix
h. Expert judgment
i. Schedule risk analysis

Sedangkan pada Quantitative Risk Analysis

Analisis Risiko Kuantitatif didefinisikan dalam Panduan PMBOK edisi kelima sebagai
proses menganalisis risiko secara numerik dengan tujuan mengidentifikasi
pengaruhnya terhadap hasil proyek. Ini melibatkan penetapan peringkat kuantitatif atau
numerik untuk risiko yang mencerminkan kemungkinan terjadinya. Beberapa teknik
penilaian risiko kuantitatif umum meliputi berikut ini.

• Analisis sensitivitas
• Analisis Nilai Moneter yang Diharapkan (EMV)
• Pemodelan & Simulasi
• Analisis risiko biaya
• Analisis break-even

Tujuan dari analisis risiko kualitatif dan kuantitatif adalah untuk


mengidentifikasi risiko. Namun, analisis risiko kualitatif lebih subjektif sedangkan
penilaian risiko kuantitatif lebih objektif. Mungkin ada bias subjektif dalam kasus
analisis kualitatif. Tidak demikian halnya dengan analisis kuantitatif.

Perbedaan mendasar lainnya antara analisis risiko kuantitatif dan kualitatif


adalah bahwa yang pertama mempertimbangkan risiko proyek secara keseluruhan
sementara yang terakhir menilai risiko spesifik untuk proyek tersebut. Risiko proyek
secara keseluruhan disebabkan oleh korelasi dan saling ketergantungan dari risiko yang
berbeda. Ini berlaku untuk keseluruhan proyek, bukan kegiatan individu.

Contoh bidang perpipaan

Analisa resiko kuantitatif pada pipeline dengan fluida gas dengan risk
assessment akibat kebocoran yang bisa dihitung secara numerik dan berdampak pada
cost, schedule

Analisa kualitatif terkait pembangunan pipeline di sepanjang jalan dengan


dampak kepada masyarakat dan terkait penilaian kontur tanah
5. Perbedaan Konvensional dan Procurement dari segi kelebihan dan kekurangan
Kelebihan
a. Konvensional
• Memiliki sistem proses pengadaan material yang sederhana sehingga
mudah dipahami dan dilaksanakan oleh tim bagian pengadaan.
• Direkomendasikan untuk proyek seperti gedung, jalan, dan jembatan
karena material banyak terdapat di pasaran.
b. Procurement
• Memiliki sistem pengadaan material yang tersistematis dan jelas
yaitu Material Tracking System. Dimana setiap tahapan dari mulai
pemodelan material, purchasing order, sampai dengan penggunaan
material pada tahap engineering, procurement, dan construction
saling terintegrasi.
• Material Tracking System membuat setiap tahapan menjadi
terintegrasi sehingga mengoptimalkan setiap proses. Artinya sekali
langkah dalam setiaptahapan pengadaan material harus benar
sehingga tidak ada kesalahan order.
• Direkomendasikan untuk proyek seperti pembangunan infrastruktur
minyak dan gas.
• Adanya exilog yang memudahkan dalam purchasing order karena
terintegrasi dengan Material Tracking System.

Kekurangan

1. Konvensional
Pengadaan material seringkali dilaksanakan pada saat konstruksi
sehingga Ketika ada masalah atau susah mendapatkan material akan
mengakibatkan keterlambatan proyek.
2. Procurement
Proses pengadaan yang rumit sehingga memerlukan personil proyek
yang benarbenar paham mengenai proses tersebut. Apabila ada personil
yang tidak paham atau salah dalam menjalankan tugasnya akan berakibat
pada tugas tim selanjutnya. Sehingga akan memerlukan waktu yang lama
dan berakibat proyek akan terlambat.
Contoh Konvensional : Pengadaan material untuk pembangunan pipa air
bersih di Desa Sendang Kec. Kandat Kediri
Contoh Procurement : Pengadaan Material Piping dan Equipment untuk
pembangunan Offshore Structure and Drilling Karimun

Anda mungkin juga menyukai