Anda di halaman 1dari 18

DAMPAK PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI

KAWASAN BROMO TERHADAP KONDISI


PEREKONOMIAN
(Teori Arthur Lewis)

makalah

Oleh :
Nurisnaini Miftahurrizqi
(180810101113)

Dosen Pengampu :
Dr. Endah Kurnia Lestari, S.E., M.E.

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS JEMBER
2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
penyayang, saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga saya Nurisnaini
Miftahurrizqi dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah
Ekonomi Pembangunan II sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Terlepas dari semua itu, saya menyampaikan banyak terimakasih kepada
beberapa pihak yang telah turut memberikan bantuan, baik bantuan dalam bentuk
pikiran ataupun yang lain. Terutama, saya berterimakasih kepada orangtua yang
selalu memberikan dukungan.
Makalah ini telah saya susun dengan semaksimal mungkin, akan tetapi
saya juga menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan, baik dari segi
susunan kata, kalimat, maupun dari segi tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan
tangan terbuka, saya bersedia menerima segala saran dan kritik dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini, ataupun demi kesempurnaan saya dalam
membuat makalah dikemudian hari. Dan harapan saya, semoga makalah ini, selain
untuk memenuhi tugas kuliah, tapi juga dapat menambah pengetahuan ataupun
wawasan bagi para pembaca.

Jember, 29 Maret 2020


DAFTAR ISI

Halaman
SAMPUL ........................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 2
1.3 Tujuan ........................................................................................ 2
1.4 Manfaat ..................................................................................... 3
BAB II. PEMBAHASAN ............................................................................... 4
2.1 Teori Arthur Lewis .................................................................... 4
2.2 Perubahan Struktur Ekonomi di Kawasan Bromo ..................... 6
2.3 Pengertian trickle-down ............................................................ 8
2.4 Manfaat Sektor Industri Terhadap Perekonomian ..................... 9
BAB III. PENUTUP ......................................................................................... 13
3.1 Kesimpulan ................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara berkembang, dimana tergolong negara agraris.
Sebagian besar masyarakat Indonesia bekerja di bidang pertanian. Akan tetapi,
hanya mengandalkan sektor pertanian belum cukup dalam memajukan
perekonomian suatu negara. Perlu adanya tranformasi ekonomi sebagai salah satu
alat pendukung dalam melakukan pembangunan dan agar dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi. Indonesia perlu mengambil langkah untuk
mengembangkan sektor industrinya.
Terdapat salah satu teori pertumbuhan ekonomi yang terkenal dimana
menjelaskan mengenai mekanisme tranformasi ekonomi yang pada umumnya
digunakan oleh negara berkembang. Teori tersebut adalah teori perubahan
struktural. Teori tersebut mengatakan bahwasannya negara berkembang memliki
sifat subsisten dan mengandalkan pada sektor pertanian, dimana kemudian dengan
hadirnya teori perubahan struktural, suatu negara berkembang diarahkan menuju
struktur perekonomian yang lebih bersifat modern yaitu didominasi oleh sektor
industri dan jasa.
Perubahan struktur ekonomi dapat dianilisis menggunakan teori yang
dikemukakan oleh ekonom bernama Arthur Lewis. Salah satu model teori Arthur
Lewis yang terkenal mengenai perubahan struktural adalah two sector surplus
labor theory. Teori tersebut merupakan salah satu teori yang mengatakan bahwa
perekonomian negara berkembang memfokuskan pada pengalihan tenaga kerja,
dimana surplus labor dari sektor pertanian dialihkan sedikit demi sedikit ke sektor
industri ataupun jasa.
Tentunya perubahan struktural dilakukan secara merata di berbagai daerah
dalam mewujudkan permbangunan dan pertumbuhan ekonomi. Termasuk di
daerah pegunungan seperti yang ada di kawasan Bromo, Desa Ngadisari,
Kabupaten Probolinggo, Provinsi Jawa Timur. Dimana pada awalnya masyarakat
disana hanya mengandalkan kegiatan bertani, namun sekarang sudah berubah
karena peningkatan angka kelahiran menyebabkan terjadinya surplus labor
dimana dengan diiringi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga
sebagian ten aga kerja mulai memilih berpindah ke sektor industri dan jasa.

1.2 Rumusan Masalah


Terdapat berbagai permasalahan yang diangkat berdasarkan pemaparan yang
terdapat pada latar belakang. Berikut rumusan masalah yang akan di bahas :
1. Bagaimana teori yang dikemukakan oleh Arthur Lewis?
2. Bagaimanakah perubahan struktur ekonomi di kawasan Bromo, desa
Ngadisari, Kabupaten Probolinggo?
3. Apa yang dimaksud dengan trickle down economics yang digunakan dalam
perubahan struktur ekonomi di kawasan Bromo, desa Ngadisari, Kabupaten
Probolinggo?
4. Apa saja manfaat yang dapat dirasakan dengan hadirnya beberapa macam
sektor industri yang berada di kawasan wisata Bromo desa Ngadisari,
Probolinggo? Dan apa manfaatnya terhadap perekonomian negara?

1.3 Tujuan
Pembahasan mengenai tiga rumusan masalah memiliki beberapa tujuan
sebagai berikut :
1. Menjelaskan mengenai teori yang dikemukakan oleh Arthur Lewis.
2. Menunjukkan bagaimana proses maupun perubahan struktur ekonomi di
kawasan Bromo, desa Ngadisari, Kabupaten Probolinggo.
3. Menjelaskan pengertian trickle-down yang digunakan dalam melakukan
perubahan struktur ekonomi di kawasan Bromo, desa Ngadisari, Kabupaten
Probolinggo.
4. Menjelaskan beberapa manfaat dari adanya sektor industri di kawasan
Bromo, desa Ngadisari, Kabupaten Probolinggo dan menjelaskan manfaatnya
terhadap perekonomian negara.
1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat diambil berdasarkan tujuan yang telah disebutkan di atas
adalah sebagai berikut :
1. Paham mengenai teori yang dikemukakan Arthur Lewis.
2. Mengerti kondisi perubahan struktur ekonomi dan dampaknya terhadap
perekonomian di kawasan Bromo, desa Ngadisari, Kabupaten Probolinggo.
3. Paham mengenai trickle-down economics dalam melakukan perubahan
struktur ekonomi di kawasan Bromo, desa Ngadisari, Kabupaten
Probolinggo.
4. Mengerti mengenai manfaat yang dirasakan masyarakat dengan adanya sektor
industri di kawasan Bromo, desa Ngadisari, Kabupaten Probolinggo serta
manfaat untuk perekonomian negara.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Teori Arthur Lewis


William Arthur Lewis (23 Januari 1915 – 5 Juni 1991) adalah seorang
ekonom yang berasal dari Saint Lucia. Teori Arthur Lewis ini pertama kali dimuat
dalam artikel yang berjudul : “Pembangunan ekonomi dengan penawaran kerja
yang tidak terbatas” dalam majalah Inggris yaitu The Manchester School pada
bulan Mei 1954. Pada dasarnya, teori yang dikemukakan oleh Arthur Lewis
membahas mengenai beberapa hal, yaitu proses pembangunan yang terjadi di
perkotaan dan pedesaan, serta proses urbanisasi. Selain itu, teori ini juga
membahas pola investasi yang terjadi di sektor modern dan juga sistem penetapan
upah yang berlaku di sektor modern, yang pada akhirnya akan berpengaruh besar
terhadap arus urbanisasi.
Arthur Lewis berasumsi bahwa pada dasarnya perekonomian suatu negara
terbagi menjadi dua, yaitu perekonomian tradisional dan perekonomian modern
atau industri. Perekonomian tradisional di pedesaan yang didominasi oleh sektor
pertanian dan perekonomian modern di perkotaan dengan industri sebagai sektor
utama titik di pedesaan, karena pertumbuhan penduduknya tinggi maka terjadi
kelebihan penawaran tenaga kerja dan tingkat hidup masyarakatnya berada pada
kondisi subsisten akibat perekonomian yang sifatnya juga subsistens. Over supply
tenaga kerja ini ditandai dengan nilai marginal product sebesar nol dan tingkat
upah riil yang rendah.
Teori pembangunan dua sektor dianggap dapat mengakibatkan pertumbuhan
industri yang cukup cepat dan mengakibatkan bekerja di sektor formal yaitu pada
industri dan sektor informal yaitu tradisional. Kecepatan pertumbuhan ekonomi
akan mengganggu perekonomian tradisional yang padat karya, sedangkan
perekonomian industri menjadi padat modal. Industrialisasi ini mengganggu
keseimbangan ekologi yang mengurangi penghasilan sektor pedesaan dan sektor
informal.
Kontribusi Arthur Lewis yang paling terkenal untuk ekonomi pembangunan
adalah pekerjaannya yang luar biasa dalam transfer tenaga kerja dari sektor
tradisional ke sektor kapitalis modern dalam kondisi pasokan tenaga kerja yang
tidak terbatas. Artikelnya, "Pembangunan dengan Persediaan Tenaga Kerja Tidak
Terbatas" (1954), berkontribusi pada pembentukan ekonomi pembangunan
sebagai bidang studi khusus. Hal tersebut membahas mengenai mekanisme
transfer surplus tenaga kerja dari aktivitas tradisional ke sektor kapitalis modern
di bawah kondisi pasokan tenaga kerja yang tidak terbatas.
Teori Arthur Lewis berkembang di Inggris, namun setelah Inggris mengalami
kehabisan lahan untuk perekonomian tradisional, ia mampu melakukan ekspansi
pasar ke luar negeri terutama di Amerika, Asia dan Afrika, yang seakan-akan
tidak ada masalah akibat industrialisasi.
Menurut Todaro (2006), teori pembangunan Arthur Lewis memiliki beberapa
modal dasar sebagai berikut:
1. Pembangunan memfokuskan pada transformasi struktural dari ekonomi
primer subsistem.
2. Ekonomi negara berkembang terdiri dari model dua sektor: tradisional,
overpopulasi dari masyarakat subsistem di desa memiliki karakteristik
produktivitas yang memiliki pertambahan nol, situasi yang oleh Lewis
dikelompokkan dalam surplus tenaga kerja dari sektor pertanian tanpa
kehilangan jumlah output seperti semula dan sektor industri modern yang
menjadikan perpindahan masyarakat ke sektor ini. Model ini memfokuskan
pada proses perpindahan tenaga kerja dan pertumbuhan output dan tenaga
kerja menuju sektor modern.
3. Kritik terhadap Arthur Lewis yang pertama adalah, secara implisit model
Arthur Lewis mengasumsikan tingkat perpindahan tenaga kerja dan
penciptaan tenaga kerja dalam masyarakat modern proporsional dengan
tingkat akumulasi modal sektor modern. Kedua, dari asumsi model with
keberadaan surplus tenaga kerja dalam wilayah pedesaan sampai dengan
kesempatan tenaga kerja penuh di wilayah perkotaan. Ketika, ketidak realistis
dan asumsi adalah pasar tenaga kerja dalam persaingan modern yang
menjamin kesinambungan keberadaan dari kestabilan kenaikan upah riil
perkotaan menjadi poin penting dimana penawaran tenaga kerja meningkat.
Menurut teori yang disampaikan oleh Arthur Lewis, pertumbuhan
kemungkinan dapat terjadi apabila dapat memanfaatkan peluang tenaga kerja yang
melimpah di sektor pertanian untuk mendorong pertumbuhan di sektor
manufaktur maupun industri. Di lain sisi terdapat sebuah pemikiran berbeda yang
dikemukakan oleh Boeke, dimana ia mengatakan bahwa transformasi ekonomi
dari ekonomi tradisional menjadi ekonomi industri seperti yang dikembangkan
oleh Arthur Lewis ternyata dapat menimbulkan kegagalan ekonomi yang
melahirkan pembangunan industri yang tidak tepat guna dan banyak melahirkan
pengangguran, masalah-masalah sosial dan pembangunan.

2.2 Perubahan Struktur Ekonomi di Kawasan Bromo


Hasil analisis shift share yang terdapat dalam salah satu jurnal ekonomi dan
bisnis yang ditulis oleh Anita Roosmawarni dan Soekarnoto menunjukkan bahwa
di provinsi Jawa Timur sedang terjadi transformasi struktural yang ditandai
dengan menurunnya peranan sektor pertanian, akan tetapi untuk peranan sektor
jasa mengalami peningkatan dalam rentang waktu 10 tahun, yakni tahun 2000
hingga tahun 2010.
Teori pertumbuhan dua sektor yang dikemkakan oleh Arthur Lewis
menyajikan proses pertumbuhan yang berjalan secara vertikal. Misalnya dalam
konteks destinasi wisata. Dengan mengembangkan destinasi wisata, diharapkan
dapat meningkatkan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi suatu negara,
paling tidak di wilayah wisata tersebut.
Menurut Sharpley dan Telfer (2002) pariwisata dapat menjadi alat efektif
yang memacu peningkatan pendapatan, pekerjaan dan menciptakan kesejahteraan
masyarakat dalam era globalisasi saat ini sektor pariwisata merupakan industri
terbesar dan terkuat dalam pembiayaan ekonomi global serta menjadi pendorong
utama perekonomian dunia pada abad ke-21, dan menjadi salah satu industri yang
mengglobal. Pariwisata telah memberikan devisa yang cukup besar bagi berbagai
negara. Pengeluaran pengeluaran wisatawan dapat mendongkrak pendapatan
penduduk setempat titik kunjungan wisatawan baik asing maupun domestik
merupakan berkah ekonomi bagi orang-orang yang tinggal di sekitar wilayah
wisata tersebut.
Apabila suatu destinasi wisata dapat dikelola dengan baik, oleh pihak
pemerintah disertai dengan adanya globalisasi di bidang teknologi dan informasi
yang saat ini telah memungkinkan orang untuk berkeinginan untuk melakukan
perjalanan, hal tersebut akan sangat membawa dampak positif. Selain itu,
masyarakat kemudian akan mengambil langkah untuk memanfaatkan hadirnya
destinasi wisata tersebut. Potensi ini membuka peluang bagi warga lokal untuk
mendapatkan pendapatan. Sehingga, dapat dikatakan bahwa tujuan pengembangan
destinasi wisata baik sebagai destinasi unggulan di daerah maupun secara nasional
adalah salah satu upaya untuk menekan Angka kemiskinan.
Pemanfatan akan hadirnya banyak wisatawan yang datang ke kawasan
Bromo, menyebabkan banyaknya industri kecil maupun jasa yang mulai
bermunculan. Yang pada awalnya mata pencaharian para masyarakat Desa
Ngadisari hanya bergantung pada sektor pertanian, kini sudah berubah, sebagian
masyarakat juga terjun ke sektor industri dan jasa. Hal tersebut juga sangat
membantu permasalahan surplus labor yang ada di wilayah tersebut. Karena
dengan hadirnya sektor industri dan jasa tentunya akan menyebabkan hadirnya
lapangan pekerjaan. Surplus labor dapat di transfer dari yang semula penuh ada di
sektor pertanian dialihkan ke sektor industri seperti kerajinan tangan, penyediaan
perlengakapan yang dibawa ke Gunung Bromo seperti syal dan sarung tangan,
ataupun jasa penginapan dan transportasi.
Teori trickle down economics dapat digunakan sebagai alat menguji sejauh
mana teori tersebut cocok dan dapat digunakan dalam pendekatan ekonomi negara
yang sedang berkembang. Sejauh mana teori trickle down economics diterapkan
untuk membangun ekonomi lokal yang mana wilayahnya dengan destinasi wisata
yang sudah terkenal.
Teori trickle down economics mengimplikasikan bahwasannya pertumbuhan
ekonomi akan diikuti oleh aliran vertikal, di mana berarti bahwa manfaat
pertumbuhan ekonomi akan dirasakan oleh penduduk yang tergolong kaya
terlebih dahulu dan kemudian pada tahap selanjutnya penduduk yang tergolong
miskin dapat memperoleh manfaat ketika penduduk kaya memulai kondumsi
terhadap hasil dari pertumbuhan ekonomi yang telah diterimanya. Dengan
demikian, dapat diartikan bahwa pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap
penurunan angka kemiskinan merupakan salah satu efek tidak langsung oleh
adanya aliran vertikal dari penduduk kaya ke penduduk miskin. Melalui
pendekatan ini maka diharapkan dapat mengetahui bagaimana masyarakat di
sekitar destinasi wisata Gunung Bromo merasakan pemerataan pembangunan
Sebab di era saat ini daerah wisata perlu diunggulkan untuk mempercepat
pemerataan pembangunan khususnya di daerah tujuan wisata.
Aliran vertikal terbukti dalam studi kasus perubahan struktur ekonomi di
kawasan Bromo. Adanya destinasi wisata membuat para investor yang
kebanyakan berasal dari kota – kota besar tertarik untuk melakukan investasi.
Dengan harapan, investasi tersebut dapat digunakan sebagai modal untuk
mengelola destinasi Bromo menjadi lebih baik dan tentunya tidak kalah menarik
jika dibandingkan dengan wisata lainnya, sehingga dapat memikat wisatawan
untuk segera mengunjungi. Ramainya pengunjung tentu akan sangat
menguntungkan para investor. Akan tetapi tidak hanya investor yang merasakan
dampak positif dari ramainya destinasi Bromo tersebut, para masyarakat sekita
juga bisa merasakan keuntungannya seperti yang telah dijelaskan di atas, dimana
pada akhirnya dapat mendorong meningkatnya perekonomian dan kemakmuran di
wilayah tersebut.
Trickle down economics juga memiliki kekurangan. Kekurangan tersebut
terletak pada peluang investor untuk berinvestasi pada teknologi yang justru
menekan penyerapan tenaga kerja Padat Karya dan peluang investor untuk
berinvestasi ke luar sehingga memicu pelarian modal.

2.3 Pengertian Trickle-Down


Proposisi trickle down economics muncul pertama kali pada era pasca perang
dunia 2 yang mana seringkali dijadikan klaim sukses pertumbuhan ekonomi Barat
pada masanya. Cutler dan Katz (1991) mengutarakan trickle down economics
ialah proses pemutahiran atau upgrading proses yang pertama kali diutarakan
okun pada tahun 1973. Secara ringkas di kelas ekonomis dapat ditarik dari relasi
tradisional antara pertumbuhan dan kemiskinan, yang mana dikenal down
economics dapat berjalan. Strategi trickle down economics biasanya bersandar
pada fetisisme politis.
Trickle Down economics adalah sebutan bagi kebijakan ekonomi yang
mendorong adanya pertumbuhan pada pengeluaran pemerintah, pemotongan pajak
pendapatan Federal, dan pajak pendapatan modal, mengurangi regulasi
pemerintah yang tidak perlu serta memperketat pasokan uang guna menekan
inflasi titik Hal tersebut menekankan bahwa pasar lah yang mampu menentukan
apa yang terbaik untuk mewujudkan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi
bukan pemerintah. Intervensi pemerintah dapat menghalangi pertumbuhan
ekonomi yang seimbang. Teori trickle down ekonomi dikembangkan pertama kali
oleh Arthur Lewis 1954 dan diperluas oleh ranis dan Fei 1968.
Trickle down economics mengandung makna bahwa pertumbuhan dengan
sendirinya akan mengatasi kemiskinan yang ada dengan asumsi pertumbuhan
akan mengundang surplus tenaga kerja. Trickle down economics tidak dapat
berjalan apabila pertumbuhan berjalan sendiri Sementara tidak dibarengi dengan
penciptaan tenaga kerja.
Trickle down economics memiliki akar ideal dari liberalisme klasik.
Sehingga, trickel down economics dapat dikatakan bawa memiliki kaitan yang
kuat dengan ideologi ekonomi neoliberalisme. Teori trickle down economics
menjelaskan bahwa kemajuan yang diperoleh oleh sekelompok masyarakat akan
sendirinya menetas ke bawah sehingga menciptakan lapangan kerja dan berbagai
peluang ekonomi yang pada gilirannya akan menumbuhkan berbagai kondisi demi
terciptanya distribusi hasil-hasil pertumbuhan ekonomi yang merata.

2.4 Manfaat Sektor Industri Terhadap Perekonomian


Tujuan dari negara Indonesia pada hakekatnya untuk mewujudkan
masyarakat adil makmur yang merata. Guna mewujudkan cita-cita luhur bangsa
Indonesia tersebut, pemerintah melakukan beberapa kegiatan yang salah satunya
untuk mendorong laju perkembangan perekonomian nasional. Pertumbuhan laju
industri merupakan andalan pemerintah dalam upaya meningkatkan perekonomian
Indonesia.
Pertumbuhan industri didukung oleh tingginya tingkat konsumsi masyarakat,
dan meningkatnya investasi yang ada di sektor industri secara sangat signifikan
sehingga menyebabkan tetap terjaganya kinerja sektor industri manufaktur. Sektor
industri dinilai memiliki peran yang sangat besar dalam mendorongg peningkatan
pertumbuhan ekonomi secara nasional. Hal tersebut dapat tercapai sepenuhnya
apabila berbagai permasalahan yang menjadi hambatan dalam pertumbuhan sektor
industri seperti penyediaan infrastuktur, ketersediaan gas, listrik dan iklim
investasi yang kondusif dapat diatasi dengan baik.
Industri tediri dari berbagai macam. Sedangkan untuk industri pariwisata
sendiri, yang menjadi objek wisata dibedakan dua macam, yaitu:
1. Objek alam
Contohnya seperti pantai, taman laut, air terjun dan pemandangan alam yang
ada lainnya. Untuk kawasan Bromo sendiri sudah jelas bahwa memiliki
objek alam berupa pegunungan.
2. Objek budaya
Contohnya seperti hasil seni, tarian – tarian tradisi, hasil kerajinan tangan
masyarakat sekitar destinasi wisata, keramahtamahan warga sekitar, serta
berbagai upacara adat. Untuk kawasan Bromo sendiri dikenal memiliki objek
budaya upacara adat Yadnya Kasada atau Kasodo yang dilakukan oleh
masyarakat suku Tengger di sekitar gunung Bromo. Selain itu, banyak
terdapat kerajinan tangan yang diperjualkan gunan dijadikan buah tangan oleh
para pendatang yang mengunjungi gunung Bromo.
Dengan adanya destinasi wisata yang disertai dengan objek alam dan objek
budaya, maka tentulah akan menimbulkan adanya manfaat atau keuntungan yang
dapat dirasakan. Termasuk dengan adanya destinasi wisata Gunung Bromo yang
juga dapat dikelola dengan baik oleh pihak terkait, akan membawa dampak postif
atau manfaat bagi masyarakat yang berada di kawasan Bromo, Desa Ngadisari,
Kabupaten Probolinggo tersebut, diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Perindustrian memperbesar kegunaan bahan mentah.
Dengan adanya destinasi wisata yang dikelola dengan baik, maka akan
mendatangkan banyak pengunjung yang tertarik. Keramaian akan hal
tersebut, dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk memulai usaha,
atau membuka isdustri baru seperti industri kerajinan tangan yang bahan
mentahnya beruba bahan alam yang ada di sana.
b. Perindustrian menghasilkan aneka barang yang dibutuhkan oeh masyarakat.
Kebanyakan, masyarakat menjual barang – barang yang bermanfaat atau
dapat digunakan. Tidak hanya berupa aksesoris semata.
c. Usaha perindustrian dapat memperluas lapangan pekerjaan bagi penduduk.
Dengan dibukanya usaha atau industri baru, maka tentu akan membutuhkan
tenaga kerja untuk melakukan produksi. Tidak mungkin seseorang
menghasilkan produk sendirian dengan jumlah output yang cukup banyak
setiap harinya.
d. Menambah penghasilan penduduk sehingga meningkatkan kemakmuran.
Hal tersebut dapat digambarkan semisal pendapatan sebuah keluarga hanya
bergantung pada seorang kepala keluarga yang bekerja sebagai petani, akan
tetapi dengan hadirnya industri baru yang membuka lapangan kerja, membuat
anggota keluarganya juga dapat bekerja dan otomatis menambah pendapatan
yang diterima oleh keluarga tersebut.
e. Mengurangi ketergantungan Negara pada luar negeri.
Kehadiran industri yang dapat meningkatkan perekonomian dan tentunya
menumbuhkan kemakmuran masyarakat di suatu negara, menyebabkan
negara tersebut mengurangi kebiasaan bergantungnya pada negara lain.
f. Dapat merangsang masyarakat utuk meningkatkan pengetahuan
Perekonomian di Indonesia tidak akan berkembang tanpa dukungan dari
peningkatan perindustrian sebagai salah satu sektor perekonomian yang sangat
dominan di zaman sekarang. Karena sebegitu pentingnya sektor industri ini bagi
perekonomian Indonesia, maka sudah tentu harus dibentuk satu aturan hukum
yang berguna untuk mengatur regulasi di wilayah sektor Industri ini.
Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh suatu negara merupakan hal
penting yang perlu diselenggarakan untuk segala jenis bidang. Karena, apabila
pembangunan ekonomi dapat dikatakan berhasil, maka bidang yang lainnya
seperti bidang hukum, politik, pertanian, dan bidang lainnya akan terbantu.
Peranan sektor industri dalam pembangunan ekonomi nasional dapat diliat dari
seberapa besar kontribusi yang diberikan oleh masing – masing subsektor
terhadap laju pertumbuhan ekonomi nasional. Peranan sektor industri dalam
pembangunan ekonomi di berbagai negara sangat penting karena sektor industri
memiliki beberapa keunggulan dalam hal pembangunan. Keunggulan-keunggulan
sektor industri tersebut diantaranya memberikan kontribusi bagi penyerapan
tenaga kerja dan mampu menciptakan nilai tambah (value added) yang lebih
tinggi pada setiap input atau bahan dasar yang diolah.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari beberapa pembahasan di atas adalah,
bahwasannya perubahan struktur ekonomi yang terjadi di kawasan Bromo, Desa
Ngadisari, Kabupaten Probolinggo membawa banyak dampak positif, terutama
pada perekonomian wilayah tersebut. Hadirnya sektor industri membuat
masyarakat sekitar tidak lagi bergantung pada sektor pertanian, sehingga dapat
meningkatkan perekonomian. Tentu saja, perubahan struktur ekonomi tersebut
juga meningkatkan permbangunan ekonomi Indonesia.
Akan tetapi, perubahan struktur ekonomi tersebut tidak sepenuhnya sesuai
dengan teori yang disampaikan oleh Arthur Lewis. Memang benar di kawasan
Bromo, terjadi surplus labor di sektor pertanian yang kemudian kelebihan tenaga
kerja tersebut di transfer ke sektor modern atau industri. Namun, transformasi
tersebut dilakukan di dalam wilayah tersebut, tidak ada pemindahan tenaga kerja
dari desa ke kota sehingga tidak menyinggung permasalah urbanisasi seperti yang
dikatakan oleh Arthur Lewis.
Sedangkan aliran vertikal yang diungkpkan oleh Arthur Lewis telah terbukti.
Adanya destinasi wisata membuat para investor dari kota besar tertarik melakukan
investasi. Investasi tersebut digunakan sebagai modal mengelola destinasi Bromo
agar dapat memikat wisatawan. Ramainya pengunjung tentu akan menguntungkan
para investor. Akan tetapi tidak hanya investor yang merasakan keuntungannya,
para masyarakat sekitar juga merasakan keuntungannya dengan dibentuknya
sektor industri, dimana pada akhirnya dapat mendorong meningkatnya
perekonomian dan kemakmuran di wilayah tersebut.
Selain itu, dapat disimpulkan pula bahwa teori trickle down economics yang
mengimplikasikan bahwasannya pertumbuhan ekonomi akan diikuti oleh aliran
vertikal memang benar dan telah diterapkan di kawasan Bromo, Desa Ngadisari,
Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.
DAFTAR PUSTAKA

Fadilah, Nurul dkk. 2017. “Pengaruh Industri, Tenaga Kerja Industri dan PDRB
Sektor Industri Terhadap Disparitas Pendapatan Antar Wilayah Provinsi
Jawa Timur.” Jurnal Ilmu Ekonomi. Volume 1, Jilid 4.
Fathin, Khairunnisa. 2011. “Sektor Industri” [Online]. Tersedia di:
https://khairunnisafathin.wordpress.com/2011/03/31/sektor-industri/
Harian Ekonomi Neraca. 2013. “Peran Sektor Industri Dalam Mendorong
Pertumbuhan Ekonomi Nasional” [Online]. Tersedia di:
https://kemenperin.go.id/artikel/5422/Peran-Sektor-Industri-dalam-Mendo
rong-Pertumbuhan-Ekonomi-Nasional
Kogoya, Tondimin dkk. 2018. “Analisis Potensi Sektor Unggulan dan Perubahan
Struktur Ekonomi di Kabupaten Mimika Provinsi Papua.” Jurnal Berkala
Ilmiah Efisiensi. Volume 18, Nomor 01.
Levitt, Kari Polanyi. “W. Arthur Lewis: Pioneer of Development Economics”
[Online]. Tersedia di: https://www.un.org/en/chronicle/article/w-arthur-
lewis-pioneer-development-economics
Nasution, Zulkarnain. 2020. “Analisis Pengaruh Sektor Unggulan Menjadi Pusat
Pertumbuhan Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2013 – 2017.” Jurnal
Ecobisma. Volume 7, Nomor 1.
Posumah, Ferdy. 2015. “Pengaruh Pembangunan Infrastruktur Terhadap Investasi
di Kabupaten Minahasa Tengara.” Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi. Volume
15, Nomor 02.
Puspitarini, Renny Candradewi dan Isrofiatul Anggraini. 2018. “Trickle-Down
Economics Arthur Lewis dan Ekonomi Pembangunan Wisata Gunung
Bromo di Desa Ngadisari, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur Tahun
2017 – 2018.” Nation States: Journal of International Studies. Volume 1,
Nomor 2.
Restiyanto, Dumadi Tri dan Nanang Yusroni. 2006. “Kegagalan Pembangunan
Ekonomi Indonesia Akibat Terperangkap Kegagalan Pendekatan Teori
Ekonomi Pembangunan.” Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Volume 1, Nomor 2.
Romli, Mohammad Saedy dkk. 2016. “Transformasi Struktural: Faktor – Faktor
dan Pengaruhnya Terhadap Disparitas Pendapatan di Madura.” Jurnal
Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan. Volume 5, Nomor 1.
Roosmawarni, Anita dan Soekarnoto. 2015. “Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan
Transformasi Struktural di Provinsi Jawa Timur Tahu 2000 – 2010.” Jurnal
Ekonomi dan Bisnis. Volume XXV, Nomor 1.
Saleh, Ramla Dula. 2015. “Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi dan Transformasi
Struktural Terhadap Kesempatan Kerja di Indonesia.” ISSN: 1978-3612.
Volume IX, Nomor 2.
Saraswati, Asfira. “Teori Perubahan Struktural (Structural Change Theory)”
[Online]. Tersedia di: https://www.academia.edu/11966631/Structural_
Change_Theory?auto=download
Sufriadi, Dedi. 2017. “Analisis Transformasi Struktural Perekonomian Aceh.”
Jurnal E-KOMBIS. Volume III, Nomor 2.
Suwarni, Emi. 2006. “Perubahan Struktur Ekonomi Indonesia.” Jurnal Ekonomi
Pembangunan. Volume 4, Nomor 1.

Anda mungkin juga menyukai