Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa


karena dengan Rahmat, Karunia, serta taufik dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah Fitokimia mengenai “Isolasi
Sereh (Cymbopogon winterianus)” dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya.

Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam


rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita tentang
“Isolasi Sereh (Cymbopogon winterianus)” dan juga mengenai
materi-materi lainnya yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan
lainnya. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan
demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.

Semoga makalah ini dapat dipahami dan memberi manfaat


bagi siapapun yang membacanya.

Pekanbaru, April 2020

i
Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.........................................................................................................1

B. Rumusan Masalah....................................................................................................1

C. Tujuan Penulisan......................................................................................................2

BAB II ISI

A. Isolasi Bahan Alam..................................................................................................3

B. Sereh.........................................................................................................................6

C. Metode Ekstraksi......................................................................................................6

D. Pengerjaan Sampel...................................................................................................8

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………12

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara yang kaya akan sumber daya alam, baik fauna maupun
flora merupakan bagian yang menjadi kebanggaan Negara Indonesia. ini disebabkan oleh kondisi
alam yang strategis dalam penyebaran flora dan fauna seperti kondisi iklim yang tropis yang
menjadikan kondisi tanah di Indonesia cenderung, intensitas sinar  matahari yang cukup serta
curah hujan yang relative tinggi menjadikan Indonesia memiliki potensi sumber daya alam.

Salah satu kebanggan Indonesia ialah tersedianya berbagai macam tanaman yang
memiliki khasiat tertentu bahkan disetiap bagian tanaman tersebut. Dengan kandungan bahan
aktif yang terdapat pada tanaman dapat di jadikan sebagai bahan pembuatan berbagai produk.
Salah satu tanaman yang memiliki potensi penyebaran yang besar adalah tanaman sereh wangi.

Sereh wangi yang biasanya dijadikan sebagai rempah-rempah penyedap aroma pada
makanan maupun minuman ini mengandung bahan aktif yakni sitronelal, sitronelol dan geraniol
dimana bahan aktif ini memiliki potensi dalam pembuatan minyak atsiri. Dalam
pengaplikasiannya minyak atsiri dari tanaman sereh wangi ini telah dijadikan sebagai bahan
dalam pembuatan parfum, kosmetik, makanan, obat-obatan serta aroma terapi. Sehingga tidak
heran jika sereh wangi menjadi komoditas ekspor Indonesia.

          Meskipun ketersediaannya yang cukup melimpah dan mudah dijumpai serta potensi dari
bahan aktifnya yang sangat berguna, tanaman sereh wangi dalam pengolahnnya masih sangat
jarang ditemui. Oleh karena itu pada penulisan makalah ini ditujukan dalam pengolahan serta
pemanfaatan minyak sereh wangi yang berpotensi sebagai minyak atsiri.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian isolasi bahan alam?
2. Bagaimana metode isolasi tanaman sereh?
3. Bagaimana pengerjaan sampel?
4. Bagaimana uji kromatografi pada minyak atsiri?

1
C. Tujuan
1. Mengetahui isolasi minyak atsiri dari tanaman sereh
2. Mengetahui metoda ekstraksi dan pelarut yang digunakan
3. Mengetahui uji kromatografi minyak atsiri

2
BAB II

ISI

A. Isolasi Bahan Alam

Isolasi merupakan suatu cara untuk mengambil satu senyawa aktif yang terdapat di dalam
tanaman untuk mengetahui senyawa yang berkhasiat dalam tumbuhan. Untuk dapat melakukan
isolasi harus melalui berbagai tahapan yang cukup panjang hingga kita dapat memperoleh suatu
senyawa murni yang berkhasiat dalam tumbuhan tersebut. Teknik isolasi di berbagai negara juga
berbeda seperti di Indonesia dan jepang tapi prinsip yang digunakan tetap sama.

Untuk melakukan isolasi harus melalui beberapa tahapan, yaitu

1. Preparasi sampel/simplisia: Preparasi sangat penting dalam melakukan isolasi, maka


preparasi harus dibuat secara benar dan tepat. Pada simplisia dilakukan penumbukkan
sehingga dinding sel yang terdapat pada simplisia rusak dan senyawa yang ada di dalam
tumbuhan akan dapat mudah ditarik oleh pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi.
Untuk senyawa yang mengandung minyak atsiri setelah penumbukkan tidak boleh
dilakukan pengeringan karena minyak atsiri yang terdapat dalam tanaman akan menguap.

3
2. Ekstraksi: Ekstraksi merupakan proses penarikan senyawa-senyawa yang ada dalam
tumbuhan. Pada proses ekstraksi dipilih pelarut yang kepolarannya mirip dengan sel
tumbuhan contohnya etanol. Penggunaan etanol juga disesuaikan dengan keadaan
simplisianya. Apabila simplisia yang digunakan adalah simplisia yang kering digunakan
etanol 70% untuk proses ekstraksi karena air akan membantu etanol untuk menjerap
senyawa yang ada di dalam simplisia. Beda dengan simplisia yang tidak begitu kering,
maka digunakan etanol 96% untuk melakukan ekstraksi pada tanaman. Ekstraksi juga
dapat dilakukan dengan cara dingin ataupun panas bergantung pada sifat senyawa dari
tanaman tersebut. Apabila senyawa yang akan diisolasi adalah termostabil ekstraksi
dengan cara dingin ataupun panas tidak akan bermasalah. namun apabila senyawa yang
akan diisolasi adalah senyawa termolabil maka cara panas tidak boleh dilakukan karena
dapat merusak senyawa tersebut. Jadi ekstrasi yang dilakukan harus mengikuti berbagai
pertimbangan dari sifat senyawa yang akan diisolasi.

3. Fraksinasi: Setelah melakukan proses ekstraksi kita dapat melanjutkan dengan proses
fraksinasi, intinya adalah memisahkan senyawa yang terkandung dalam suatu tanaman
berdasarkan tingkat kepolaran dari pelarut yang digunakan. Contohnya n-heksan (non
polar); etil asetat (semi polar); air (polar) sehingga senyawa dapat terpisah berdasarkan
kepolarannya. Proses fraksinasi ini dilakukan dengan menggunakan corong pisah untuk
memisahkan senyawa-senyawa yang terkandung. Dimulai dari senyawa non polar
terlebih dahulu, dimasukkan n-heksan ke dalam corong pisah yang berisi ekstrak,
dilakukan pengocokan lalu fraksi n-heksan (bagian atas) ditampung. Hal ini dilakukan
terus hingga fraksi n-heksan tidak berwarna/ jernih. Setelah jernih dilakukan pergantian
pelarut dari n-heksan ke etil asetat dan dilakukan hal yang sama seperti n-heksan. Ketika
fraksi etil asetat selesai maka akan didapatkan 3 fraksi yaitu fraksi n-heksan, etil asetat
dan air. Untuk melanjutkan ke tahap berikutnya yaitu kromatografi dilakukan uji dahulu
ke fraksi yang didapatkan apakah ada aktivitas terhadap suatu penyakit yang
diperkirakan. Lalu dilakukan kromatografi terhadap fraksi yang memiliki aktifitas
terhadap penyakit tersebut.

4
4. Isolasi: Dalam tahap isolasi dapat menggunakan KCV (kromatografi cair vakum) atau
kolom konvensional, bergantung kebutuhan. KCV menggunakan vakum untuk membantu
suatu senyawa turun lebih cepat untuk melewati kolom silica namun karena terlalu cepat
kelemahannya adalah waktu kontak dengan silica akan semakin cepat juga sehungga
pemisahan yang terjadi kurang baik. Jika dengan menggunakan kolom konvensional
pemisahan akan lebih sempurna karena waktu kontak akan lebih lama karena hanya
memanfaatkan gravitasi bumi  untuk eluen turun sehingga eluen yang membawa senyawa
akan turun lebih lama dan mengakibatkan pemisahan yang sempurna juga. Senyawa-
senyawa yang turun kemudian dipisahkan dan dilakukan klt untuk mengetahui bercak-
bercak sehingga dapat mengetahui pada vial keberapa senyawa yang diinginkan akan
turun

5. Uji kemurnian: Untuk mengetahui apakah hanya terdapat satu senyawa dalam hasil
percobaan dapat dilakukan kromatografi dua dimensi. Metode ini dilakukan hampir sama
seperti KLT seperti biasa namun pada saat eluen mulai mencapai garis finis dilakukan
pembalikkan pelat KLT. Apalabila ketika dibalikkan hanya ada satu spot becak KLT
maka senyawa tersebut dapat dikatakan murni.

6. Elusidasi struktur: Setelah mendapatkan senyawa yang murni, maka dilakukan


identifikasi struktur senyawa tersebut dengan menggunakan alat-alat analisis seperti
spektroskopi UV-Vis, Infrared, Mass Spektroskopi, C-NMR dan H-NMR. Maka
didapatkanlah struktur senyawa berkhasiat dari tanaman tersebut.

5
B. Sereh

Serai atau sereh adalah tumbuhan anggota suku rumput-rumputan yang dimanfaatkan sebagai


bumbu dapur untuk mengharumkan makanan .Minyak serai adalah minyak atsiri yang diperoleh
dengan jalan menyuling bagian atas tumbuhan tersebut. Minyak serai dapat digunakan sebagai
pengusir (repelen) nyamuk, baik berupa tanaman ataupun berupa minyaknya.  
Klasifikasi Sereh:
Regnum : Plantae (Tumbuhan)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub-Classis :Commelinidae
Ordo: Poales
Famili : Poaceae (suku rumput-rumputan)
Genus : Cymbopogon
Species: Cymbopogon winterianus

C. Metode Ekstraksi

Secara umum terdapat dua jenis ekstraksi, yaitu ekstraksi secara panas (misalnya refluks,
penyulingan uap air) dan ekstraksi secara dingin  (misalnya maserasi, perkolasi dan soxhletasi)
(Dirjen POM, 1986).

Metode Ekstraksi

1. Soxhletasi

Metode ini pada dasarnya merupakan ekstraksi secara berkesinambungan. Cairan penyari
dipanaskan sampai mendidih, kemudian uap penyari akan naik melalui pipa,  kemudian
diembunkan lagi oleh pendingin tegak. Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam
simplisia. Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon, maka seluruh cairan akan turun ke
6
labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi. Demikian seterusnya sampai zat aktif yang terdapat
dalam simplisia tersari seluruhnya yang ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon

2. Perkolasi

Perkolasi merupakan cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari
melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Prinsip perkolasi adalah serbuk simplisia
ditempatkan dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan
penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat
aktif sel-sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. Kekuatan yang berperan pada
perkolasi antara lain: gaya berat, kekentalan, daya larut, tegangan permukaan, difusi, osmosa,
adesi, daya kapiler dan daya geseran (friksi)

3. Maserasi

Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia dengan derajat yang
cocok ke dalam bejana, kemudian dituangi dengan penyari 75 bagian, ditutup dan dibiarkan
selama 5 hari, terlindung dari cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan
ampasnya dimaserasi kembali dengan cairan penyari. Penyarian diakhiri setelah pelarut tidak
berwarna lagi, lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup, dibiarkan pada tempat yang tidak
bercahaya, setelah dua hari lalu endapan dipisahkan

4. Refluks

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi berkesinambungan. Bahan yang
akan diekstraksi direndam dengan cairan penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan
alat pendingin tegak, lalu dipanaskan sampai mendidih. Cairan penyari akan menguap, uap
tersebut akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif dalam
simplisia tersebut, demikian seterusnya. Ekstraksi ini biasanya dilakukan 3 kali dan setiap kali
diekstraksi selama 4 jam .

7
5. Penyulingan

Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia yang mengandung


komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi pada tekanan udara normal, yang pada
pemanasan biasanya terjadi kerusakan zat aktifnya

D. Pengerjaan Sampel

Minyak atsiri dari sereh wangi diperoleh dari proses ekstraksi 100 gram potongan sereh
wangi menggunakan 1000 ml metanol 96 % yang dilakukan selama 6 jam. Data diambil dengan
trial 5 kali proses ekstraksi. Evaporasi metanol agar diperoleh minyak atsiri murni dilakukan
dengan rotary evaporator pada suhu 65oC selama 2 jam. Data diambil dengan trial 5 kali proses
evaporasi.

Identifikasi Uji minyak atsiri sereh wangi menggunakan alat kromatografi gas yang digabung
dengan spektrometer massa (GC-MS). Alat spektrofotometer massa digabung dengan komputer
menyimpan sejumlah besar data spektra massa dari komponen murni yang telah diketahui.
Komputer membandingkan spektra yang tersimpan dalam pustaka komputer dengan spektra
massa dari komponen-komponen sampel minyak yang di uji.

Pada identifikasi ekstrak minyak atsiri, pelarut yang digunakan pada ekstraksi minyak sereh
wangi adalah pelarut metanol karena harga pelarut metanol yang murah, pelarut metanol
memiliki titik didih yang rendah (65oC) sehingga metanol merupakan pelarut yang sesuai untuk
mengekstrak minyak atsiri sereh. Apabila menggunakan pelarut dengan titik didih tinggi akan
minyak atsiri akan terdekomposisi pada suhu tinggi. Pelarut metanol memiliki sifat kepolaran
yang sama dengan senyawa minyak atsiri sereh yang akan diekstraksi yaitu senyawa citral.
Senyawa citral bersifat polar karena terdapat oksigen dalam struktur kimianya. Pelarut metanol
merupakan pelarut organik yang cenderung larut dalam air sehingga metanol bersifat polar. Hasil
ekstrak minyak atsiri dari sereh wangi menggunakan pelarut metanol dapat dilihat dari tabel 1.

8
Tabel 1. Massa dan Volume Minyak Atsiri pada Sereh Wangi

Percobaan ke- m minyak (gram) V minyak (mL)


1 6,7 7,6
2 6,5 7,4
3 6,68 7,6
4 6,5 7,4
5 6,66 7,5
Rata-rata 6,60 7,5

Dari percobaan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa ekstraksi minyak atsiri
menggunakan pelarut metanol mendapatkan rendemen yang cukup tinggi yaitu 6,608%. Analisis
rendemen dilakukan dengan membandingkan berat minyak atsiri sereh yang dihasilkan dan berat
bahan yang digunakan (sereh wangi). Rendemen ratarata yang dihasilkan 6,608 gram. Sedangkan
berat jenis yang diperoleh dari perhitungan 0,884136 gram/ cm3, sehingga untuk memperoleh 1
liter minyak (884,136 gram minyak) diperlukan sereh sebanyak 13.379,78 gram (13,379 kg).
Hasil percobaan secara fisis telah memenuhi standar mutu minyak atsiri sereh wangi menurut
SNI 06-3953- 1995 (Celianus, 2012) dan hasil percobaan dapat dilihat pada table 2.

Tabel 2. Karakterisasi Minyak Atsiri

Karakteristik SNI 06-3953-1995 Hasil Percobaan

Massa jenis, 25oC Warna Kuning-coklat Kuning jernih


(gram/ cm3) 0,850 – 0,892 0,884
Indeks bias, 25oC 1,454 – 1,473 1,463

9
Ekstraksi menggunakan pelarut metanol dapat dijadikan acuan untuk isolasi minyak atsiri
pada sereh wangi. Identifikasi komponen- komponen ekstrak minyak atsiri menggunakan uji
GC-MS dapat dilihat pada Gambar 1. Puncak dan waktu retensi dari data kromatogram, dapat
dilihat pada tabel 3. Hasil GC-MS 3 komponen utama minyak atsiri pada sereh wangi, diperoleh
kadar sitronelal sebesar 36,11% pada waktu retensi 18,803 menit. Kadar geraniol sebesar 20,07%
pada waktu retensi 22,072 menit dan kadar sitronelol sebesar 10,82% pada waktu retensi 21,286
menit. Senyawa dominan yang terkandung dalam minyak atsiri pada sereh wangi adalah
golongan terpenoid. Terpenoid yang terbanyak pada minyak atsiri adalah golongan
monoterpena dan seskuiterpena dengan jumlah C10 dan C15. Kedua jenis terpenoid tersebut
memiliki perbedaan dalam hal titik didih sehingga berpengaruh pada waktu retensi yang
dihasilkan. Pada sistem kromatografi gas, senyawa yang memiliki titik didih rendah akan
keluar terlebih dahulu menuju detektor karena titik didih yang lebih rendah mengakibatkan
senyawa lebih mudah menguap sehingga waktu retensinya lebih cepat. Waktu retensi
masingmasing senyawa ditentukan oleh titik didih senyawa tersebut. Perbedaan waktu retensi
dari kedua senyawa tersebut dapat disebabkan interaksi senyawa dengan fase diam yang
dalam hal ini adalah kolom yang digunakan pada sistem kromatografi gas. Kolom yang
digunakan bersifat nonpolar sehingga senyawa yang bersifat polar yang keluar terlebih
dahulu dan yang bersifat lebih nonpolar akan tertahan lebih lama berada dikolom.
Kromatogram yang dihasilkan terbentuk berdasarkan jumlah ion total yang terbentuk dari
masingmasing komponen senyawa kimia yang terkandung dalam suatu sampel. Semakin besar
persentase suatu komponen dalam sampel tersebut maka puncak yang dihasilkan akan
semakin tinggi, begitu pula sebaliknya. Spektrum massa hasil analisis merupakan gambaran
mengenai jumlah fragmen molekul yang terbentuk dari pecahan suatu komponen kimia yang
memiliki berat molekul yang berbeda.

10
11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Isolasi merupakan suatu cara untuk mengambil satu senyawa aktif yang terdapat
di dalam tanaman untuk mengetahui senyawa yang berkhasiat dalam tumbuhan.
2. Ekstraksi sampel dapat dilakukan dengan proses sokhletasi, perkolasi, maserasi,
refluks, penyulingan.
3. Karakteristik minyak atsiri yang diperoleh berwarna kuning jernih, massa jenis
0,884 g/cm3 dan indek bias sebesar 1,463. 2.
4. Hasil GC-MS 3 komponen utama minyak atsiri pada sereh wangi, diperoleh kadar
sitronelal sebesar 36,11% pada waktu retensi 18,803 menit. Kadar geraniol
sebesar 20,07% pada waktu retensi 22,072 menit dan kadar sitronelol sebesar
10,82% pada waktu retensi 21,286 menit

12
DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu, H., M. Hanafi, & S. Aiman. 2000. Studi Awal Pemisahan Komponen
Minyak Sereh Wangi (Cymbopogon nardus) dengan Distilasi Fraksinasi Vakum Packing
Column. Prosiding Seminar Nasional Rekayasa Kimia dan Proses. Universitas Diponegoro.
Semarang 26 – 27 Juli 2000.

Agusta, A., 2000. Minyak atsiri tumbuhan tropika indonesia. Bandung: ITB Press.

Astuti, Erna, 2012. Pemisahan Sitral Dari Minyak Atsiri Serai Dapur (Cymbopogon
citrates) Sebagai Pelangsing Aromaterapi.Bogor : Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor.

Celianus, G., 2012. Kandungan Minyak Sereh Wangi. Diunduh di


http://gilbertopribadi.blogspot.com/2012/06/kandun gan-minyak-serehwangi.html tanggal 15
Desember 2016

Ella, Maria Ulfa, Sumiartha, Ketut, 2013. Uji Efektivitas Konsentrasi Minyak Atsiri
Sereh Dapur (Cymbogon Citratus (DC) Stapf) Terhadap Pertumbuhan Jamur Apergillus sp
Secara In Vitro. Bali : EJurnal Agroekoteknologi Tropik, Vol. 2 No.1 2301-6516.

13

Anda mungkin juga menyukai