Anda di halaman 1dari 4

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 6, Nomor 2, Nopember 2016

ETIKA DAN NILAI-NILAI PROFESI KEPENDIDIKAN

Wisnu Subroto
Pendidikan Sejarah, Universitas Lambung Mangkurat
dewabroto@gmail.com

Abstrak: Etika sebagai filsafat yang ruang lingkupnya adalah masalah nilai, baik buruk, yang terjalin
dalam hubungan antar manusia, mempunyai sejumlah aliran. Di antara aliran-aliran itu terdapat absolut
dan relatif idealis, praktis, pragmatis dan konsekuensiatis serta non-konsekuensiatis. Masing-masing
mempunyai dasar pijakan sendiri. Meskipun masing-masing dapat diurai dan dapat diperkirakan
bagaimana konsekuensinya bila dikaitkan dengan pendidikan namun keadaan ini akan semakin lebih
jelas, bila konsep tentang pendidikan dikupas lebih dahulu. Hal yang semacam ini juga terjadi pada
pembicaraan tentang nilai-nilai profesi kependidikan.

Kata Kunci: etika, pendidikan, nilai-nilai profesi.

A. Etika bila dikaitkan dengan konsep tentang


Etika filsafat tentang nilai, yang secara pendidikan.
lebih spesifik dapat dinyatakan sebagai nilai
baik dan buruk berkenaaan dengan hubungan B. Pendidikan
antara manusia; sudah barang tentu relevan Pendidikan adalah pembelajaran
bila dikaitkan dengan pendidikan. Selain pengetahuan, ketrampilan dan kebiasaan
pendidikan itu juga benar pasti ruang lingkup sekelompok orang yang diturunkan dari satu
manusia, juga secara konseptual mempunyai generasi ke generasi berikutnya melalui
makna yang dinamis. Pendidikan pengajaran, pelatihan, atau penelitian atau
mengembangkan peserta didik untuk bisa juga diartikan bantuan, bimbingan untuk
peranannya di masa depan. pengembangan peserta didik seutuhnya.
Beberapa aturan yang telah Pengembangan peserta didik seutuhnya ini,
disinggung dimuka, dapat dijelaskan secara mengambil posisi pendidikan yang holistik,
singkat sebagai berikut: sebagai lawan keduksianisatiks. Posisi
a. Absolut: mempunyai pandangan bahwa holistik ini tidak hanya berkenaan dengan
nilai iyu mutlak, tidak berubah, kokoh dan peserta didik secara individu, melainkan juga
tidak dapat diganggu gugat. mengenai masyarakat.
b. Relatif: mempunyai pandangan bahwa Bahwa masyarakat secara
nilai itu dapat berubah menurut keadaan. keseluruhan perlu mendapat pendidikan
c. Idealis praktis: mempunyai pandangan dinyatakan dengan: bahwa negara
adalah sesuatu yang mengandung cita- mencerdaskan kehidupan bangsa bahwa tiap
cita luhur terutama dalam jangkauan warganegara berhak mendapat pendidikan.
masa depan. Dan, sebaliknya, nilai Lain dari itu pendidikan juga mengenal
hendaknya dapat diwujudkan secara pluralisme dengan pernyataan yang
praktis dalam kehidupan dari waktu ke menjelaskan bahwa pendidikan perlu
waktu. memperhatikan peserta didik yang luar biasa
d. Konsekuensiaks dan non- dalam arti tinggi kecenderungannya atau
konsekuensiaks: mempunyai pasangan dalam artian kurang. Dengan deskripsi ini
bahwa sesuatu dipandang baik bila dapat menjadi jelaslah bahwa pendidikan di
berujud secara nyata dalam kehidupan Indonesia berusaha mewujudkan hak asasi
dan bahwa nilai-nilai didasarkan pada manusia sesungguh-sungguhnya.
keuniversalan makna baik pada nilai Pendidikan holistik, dewasa ini
tersebut, konsekuensi hendaknya seperti menjadi dambaan, berhubung pendekatan
yang diharapkan. reduksialistik kurang mendukung makna
Kesemuanya yang diurai secara pendidikan yang tertuju pada pengembangan
singkat dimuka akan menjadi jelas fungsinya peserta didik seutuhnya, sejumlah konsep dan
perujudan pendidikan yang bernada

1063
Wisnu Subroto, Etika dan Nilai-Nilai Profesi Kependidikan
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 6, Nomor 2, Nopember 2016

retruksianistik dewasa ini cukup adanya anggapan bahwa dua segi kehidupan
mengecewakan, berikut contohnya: mental yang ada di kepala dan hati itu
1. Pendidikan yang hasilnya dipandang merupakan kesahihan atau setidak-tidaknya
identik dengan NEM, padahal NEM lebih setiap saat perlu dipersatukan. Pandangan
mencerminkan prestasi intelektual konstruktiisme akan membantu upaya ini.
akademik daripada yang lain. Kontruktiisme berpendapat bahwa
2. Pengembangan sumber daya manusia. produk suatu proses belajar adalah
Pendidikan menyiapkan tenaga-tenaga pengetahuan yang telah direkonstruksi oleh
untuk memenuhi supply and demand. individu yang belajar. Rekonstruksi ini
Demand-nya ada tetapi supply-nya tidak merupakan proses alami yang sukses
terjamin. setidaknya akan tergantung dari bagaimana
3. Dalam berbagai hal birokrasi juga memupuknya. Hal-hal utama yang
menjadi pemicu timbulnya retruksialisme, mendukung kesuksesan adalah adanya
misalnya diperguruan tinggi peserta didik dialog dua arah dan keterlibatan komponen-
masuk lewat satu pintu dan kelak komponen lain yang relevan. Perkembangan
keluarnya lewat pintu yang sama. perlu proses otak kiri berupa kecerdasan yang
Padahal, seyogyanya karena minat bakat bersifat linier logis, dikaitkan dengan fungsi
peserta didik itu berbagai bagian, otak kanan, yang manifestasinya antara lain
hendaklah ada kemungkinan peserta kemampuan berfikir holistik, kreatif, intituitif,
didik yang masuk lewat pintu sospol humanistik, imajinatif, dan lain sebagainya.
masuknya kemudian keluar lewat pintu Dan dalam kaitan ini, emosi mewarnai seluruh
fakultas ekonomi. proses mental ini.
Contoh-contoh tersebut memberi Dalam fungsinya sebagai pentransfer
isyarat kepada pendidik agar menjauhkan pengetahuan, maka keterlibatan semua
yang restruksianistik dan memilih pandangan fungsi tersebut diperlukan, agar proses
yang lebih memadai yaitu holistik. Pandangan pembelajaran itu transformatif. Ke-
tentang pengembangan sumber daya transformasi-an ini dapat terjadi bila
manusia seyogyanya berangsur menjauhi prosesnya konstruksivistik. Peserta didik
untuk selanjutnya menggunakan pandangan diharapkan mempunyai kemampuan dan
pengembangan potensi-potensi manusia. waktu yang cukup untuk mengolah apa saja
Oleh karena telah terujudkan untuk menjadi yang berasal dari lingkungan ini.
orang tertentu dalam jaringan pesan yang Kejelian yang melihat perlunya saling
berisikan supply and demand hanya sebagian hubungan antara otak kiri dan otak kanan ini
saja serta potensi individu yang sejalan pula dengan keadaan peranan
dikembangkan. Padahal potensi-potensi itu lingkungan dalam pendidikan. Lingkungan
cukup beragam. Hal ini dapat ditunjukkan yang berpengaruh dewasa ini, dapat
dengan kenyataan bahwa manusia diidentifikasi sebagai ilmu pengetahuan dan
mempunyai kecerdasan ganda dan potensi- teknologi yang secara keseluruhan
potensi lain yang masih perlu diungkapkan. merupakan komposif. Dari materi,
Lain dari itu bahaya degrasi kecerdasan, elektronika dan ilmu-ilmu hayati
masyarakat sebagaimana dikemukakan oleh dengan rekayasa-rekayasanya. Berhubung
sementara ahli, bahwa dewasa ini masyarakat dengan itu, dalam menghadapi hal sesaatpun
itu lebih banyak dikendalikan oleh kekuatan beberapa potensi perlu siap mengadakan
dari luar perlu diimbangi pengendalian dari adopsi, adopsi atau bentuk penyesuaian yang
dalam. lain. Ini merupakan inti proses transformasi.
Selanjutnya, karena salah satu akibat Berhubung kemampuan merekonstruksi ini
globalisasi adalah komersialisasi dan tidak sama, maka pendidikan akan
masyarakat dilanda oleh pandangan hidup menghasilkan individu-individu yang berbeda
dan sikap tentang pentingnya materi dan satu sama lain. Perbedaan-perbedaan ini
sekularisme, perlu dikembangkan suatu perlu ditolerir. Proses yang terjadi pada
respiritualirsi proses kehidupan daklam individu, dengan dimensi utama yaitu untuk
masyarakat untuk menatap masa depan. Titik mempertahankan ciri dan untuk tumbuh
tolak utama adalah wawasan kependidikan kembang tentu tidak sama. Hasil konvergensi
yang holistik. Untuk memulai pandangan dari kesemuanya beda antara individu yang
holistik ini dengan cara yang realistik, perlu satu dengan yang lain.

1064
Wisnu Subroto, Etika dan Nilai-Nilai Profesi Kependidikan
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 6, Nomor 2, Nopember 2016

C. Refleksi implementasiannya, serta sosial, meliputi hal-


Pemaparan mengenai konsep hal yang terpuji teriring oleh tingkah laku dan
pendidikan dan pembelajaran secara singkat perbuatannya sebagai warga masyarakat.
dimuka, yang tersusun secara filosofis-teoritis Hal-hal yang telah dibicarakan dimuka wajar
diharapkan merupakan gambaran Das Sollen bila dikategorikan ke dalam kompetensi
dan Das Sein. Das Sollen, karena profesional. Penekanan-penekanan berikut ini
menggambarkan harapan hasil pendidikan menunjuk kepada nilai-nilai yang seyogyanya
holistik dan Das Sein karena untuk memenuhi mendapat perhatian cukup dari penyandang
perlu ada cara-cara yang bijaksana untuk profesi kependidikan, misalnya guru;
mempertemukan dua kawasan otak manusia. 1. Latar belakang kefilsafatan dan
Oleh karena demikian besar pandangan hidup. Setiap guru perlu
kemungkinan yang ada pada manusia, menjiwai benar-benar tentang filsafat dan
substansi etis yang merupakan refleksi adalah pandangan hidupnya, seyogyanya
perlua adanya penghargaan terhadap semua sikap dan tingkah lakunya menjadi
sesama manusia, terutama antara guru atau cerminan dari nilai dan norma yang
pendidik pada umumnya terhadap peserta dihayati tersebut.
didiknya. konsekuensi lebih lanjut ilah perlu 2. Ukuran yang baik dan penting tentang
ada rasa percaya yang cukup terhadap harga ilmu pada umumnya, dan yang diampu
diri (human diguity) orang lain. Rasa percaya untuk tugas mengajar pada khususnya.
ini perlu ditingkatkan lagi, mengingat bahwa Ilmu adalah produk dari peradaban dan
peserta didik mempunyai kemampuan akan menjadi landasan dinamika
rekonstruksi. Keberhasilan dalam peradaban itu. Dalam hal ini termasuk
merekonstruksi menjadi sumbangan bagi pengetahuan.
meningkatnya rasa percaya diri peserta didik. 3. Menghargai adanya kurikulum yang
Aspek etis berikutnya ialah pendidikan berlaku, melaksanakan secara sungguh-
itu hendaknya dipandang sebagai upaya- sungguh dan dimana perlu memberikan
upaya yang optimistik. Sikap dan perilaku masukan secara teoritis-evaluatif untuk
yang optimis, baik dari pendidik maupun perbaikan dan pengembangannya.
peserta didik merupakan modal penting bagi 4. Mempunyai persepsi yang memadai
timbulnya motivasi terjadinya proses tentang kode etik guru Indonesia dan
pendidikan yang linier serta optimistik. Usaha menggunakan sebagai pedoman dengan
bersifat survival selalu dan diimbangi oleh cermat dan tertib.
kemampuan yang dinamis. Optimisme dalam Hal ini penting karena dengan cukup
pendidikan berakibat pada timbulnya banyak tanda-tanda yang menunjukkan
kemampuan untuk melihat dan memperbaiki bahwa mengetahui banyak hal, diantaranya
kekurangan-kekurangan. Hak asasi yang kesusilaan, belum tentu tingkah laku dan
telah disinggung dimuka merupakan landasan perbuatannya berkorelasi dengan
etis pendidikan, yaitu adanya rasa simpati dan pengetahuan atau filsafat yang dianutnya.
empati terhadap apapun yang terjadi Oleh karena kode etik guru merupakan
peningkatan yang telah memuaskan dan pedoman batin dalam berbuat dalam
perbaikan bagi yang belum. Nilai-nilai profesi pendidikan, maka bagi pendidik atau guru
kependidikan secara sederhana ke- memahami dengan baik. Lebih-lebih karena
profesional-an itu dapat eksis bila dalam pendidikan itu diharapkan adanya
bermodalkan pendidikan yang teratur, yang hubungan antar teori dan praktek maka kode
pada pihak siswa mampu menguasai etik dimaksud dapat sekali-sekali ditelaah
sejumlah ilmu beserta penerapannya. secara kontekstual mengenai visibilitasnya.
Diimbangi oleh adanya kode etik dan bagi
penyandang profesi mempunyai status D. Rangkuman
tertentu dalam masyarakat. Etika akan menjadi jelas fungsinya bila
Ada sejumlah kompetensi yang dikaitkan dengan pendidikan. Pendidikan
mewarnai profesi kependidikan, yaitu pribadi, yang dimaksud adalah holistik, karena
profesional dan sosial. Pribadi, meliputi hal- pendekatan reduksianistik hendaknya
hal yang terpuji yang berkisar pada watak, berangsur ditinggalkan. Lain dari itu agar
tingkah laku dan perbuatan. Profesional, ilmu pendidikan dapat mengembangkan authority
beserta ketrampilan peng- from within perlu dikembangkan, potensi yang

1065
Wisnu Subroto, Etika dan Nilai-Nilai Profesi Kependidikan
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 6, Nomor 2, Nopember 2016

ada pada peserta dicek secara utuh.


Lingkungan yang mendidik perlu
dikembangkan pula, yang dewasa ini telah
diwarnai oleh berbagai kegiatan dan
kelembagaan. Lingkungan dengan berbagai
aspeknya perlu ditatap sebagai sasaran
dialog. Semoga semuanya mempunyai
peranan demi pendidikan yang baik.
Kesemuanya ini perlu dihayati sebagai
bernilai untuk pengembangan profesi
kependidikan. Pendidikan yang holistik
diharapkan menjangkau masa depan secara
realistik.

DAFTAR PUSTAKA

Conny Semiawan, Relevansi Kurikulum


Masa Depan, dalam Sindhunata,
Membuka Masa Depan Anak-anak
Kita, (Yogyakarta: Kanisius, 2000).

H.A.R. Tilaar, Pendidikan Kebudayaan


dan Masyarakat Madani Indonesia,
(Bandung: Renaja Rasdakarya,
1999).

Imam Barnadib, Dasar-dasar


Kependidikan, (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 1996).

T. Raka Joni, Memicu Perbaikan


Pendidikan Melalui Kurikulum
Dalam Kerangka Pikir
Desentrasisasi, dalam Sindhunata,
Membuka Masa Depan Anak-anak
Kita, (Yogyakarta: Kanisius, 2000).

Zamroni, Paradigma Pendidikan Masa


Depan, (Yogyakarta: Bigraf
Publisting, 2000).

1066
Wisnu Subroto, Etika dan Nilai-Nilai Profesi Kependidikan

Anda mungkin juga menyukai