Anda di halaman 1dari 436

\ 1

V
TIDAK OIPER0AGANGKAN UNTUK UMUM A,]

GEGURITAN
UDIATMIKA CAR ITA

DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


H A D I A H
P US AT P E M C TJAAN D "N TErJGEMBANGAN B A H A S A
ki i u ./ ‘
■</>ii a o i
TIDAK DIPERDAGANGKAN UNTUK UMUM

GEGURITAN
UDIATMIKA CAR ITA

I Gusti Ngurah Bagus

P E RP U S 1
p [j G a i P E Wl B ■ \n
f P t MGEM 3A N G a . \
D E W R T E M E ’i P , A ,\l
__-

00005105

DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


JAKARTA
1991

m

° K.’
asomasi

i a £ r

PROYEK PENERBITAN BUKU SASTRA INDONESIA DAN


DAERAH TAHUN 1990/1991
DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PUSAT PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN BAHASA

Pemimpin Proyek Nafron Hasjim


Bendahara Proyek Suwanda
Sekretaris Proyek Saksono Prijanto
Staf Proyek Ciptodigiyarto
Sujatmo
Warno

ISBN 979 459 132 7

Hak cipta dilindungi undang-undang

Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya dilarang diperbanyak dalam
bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan
untuk keperluan penulisan artikel aiau karangan ilmiah.

IV
KATA PENGANTAR

Masalah kesusastraan, khususnya sastra (lisan) daerah dan sastra Indone­


sia lama, merupakan masalah kebudayaan nasional yang perlu digarap dengan
sungguh-sungguh dan berencana. Dalam sastra (lisan) daerah dan sastra Indo­
nesia lama itu, yang merupakan warisan budaya nenek moyang bangsa Indo­
nesia tersimpan nilai-nilai budaya yang tinggi nilainya. Sehubungan dengan
itu, sangat tepat kiranya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan melalui
Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah telah berusaha meles­
tarikan nilai-nilai budaya dalam sastra itu dengan cara pemilihan, pengalih-
aksaraan, dan penerjemahan sastra (lisan) berbahasa daerah itu.
Upaya pelestarian warisan budaya yang sangat beragam itu selain akan
memperkaya khazanah sastra dan budaya masyarakat Indonesia juga akan
memperluas wawasan sastra dan budaya masyarakat. Dengan kata lain, upaya
yang dilakukan ini telah berusaha menguak tabir kedaerahan dan mendpta-
kan dialog antarbudaya dan antardaerah melalui sastra sehingga kemungkinan
dapat digunakan sebagai salah satu alat bantu untuk mewujudkan manusia
yang berwawasan keindonesiaan.

Buku yang berjudul G eguritan Udiatrrdka Carita ini semula berupa cerita
lisan yang berbahasa Bali di daerah Bali. Pengalihaksaraan dan penerjemahan
dilakukan oleh Drs. I Gusti Ngurah Bagus dan penyuntingan terjemahan oleh
Drs. Sumardi,M.Sc.
Mudah-mudahan terbitan ini bermanfaat bagi pembinaan dan pengem­
bangan sastra di Indonesia.

Jakarta, Februari 1991 Lukman Ali


Kepala Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa

v
DAFTAR ISI

Halaman
KATA P E N G A N T A R ....................................................... v

DAFTAR I S I ................................................................. vi

I. PENDAHULUAN........................................................ 1

II. ALIH BAHASA DAN ALIH AKSARA GEGURITANUDIATMIKA


C A R IT A ................................................................... 5
I. PENDAHULUAN

Udiatmika Carita, disebut pula Geguritan Jae Cekuh, adalah salah satu
geguritan bertema Panji yang cukup menarik di samping geguritan yang bertema
Panji lainnya di Bali. Banyak yang menarik dari Udiatmika Carita ini. Ajaran
hidup dan kehidupan menusia berdasarkan ajaran agama Hindu, kepercayaan
Tuhan Yang Mahaesa, serta sikap hidup dalam masyarakat, menjadi titik tolak
penulisan cerita.
Udiatmika Carita yang memakai bahasa Bali Kepara bercampur dengan
bahasa Bali Tengahan dan bahasa Jawa Kuna ditulis dengan huruf Bali di atas
daun lontar.
Demikian ceritanya.
Tersebut I Gunandir berasal dari Endang Dadapan mempunyai dua orang
anak dari isterinya Ni Candri. Anaknya yang sulung bernama Ni Jae dan yang
bungsu bernama Ni Cekuh. Pekegaan I Gunandir senantiasa mencuri dan sifat­
nya inilah yang menyebabkan kematiannya.
Tersebutlah seorang raja di Puspanegara bernama Giri Santun dan permasuri-
nya bernama Dyah Suklawati. Beliau berputra seorang putri bernama Udiatmika.
Pada suatu malam bertiup angin yang amat kencang yang menerbangkan
Udiatmika. Udiatmika jatuh di Endong Dadapan serta dipungut oleh Men Jae
yang sedang mencari sayur-sayuran di hutan. Bayi yang dipungutnya itu di­
peliharanya dan dinamai Ni Luh Tasik. Karena ulah jedua saudaranya, Ni Luh
Tasik diusir oleh orang tua yang memeliharanya. Karena itu, ia memerintahkan
anak-anaknya mencari Ni Luh Tasik hingga bertemu. Sepeninggal anak-anaknya
ini. Men Jae meninggal.
Di hutan Ni Jae dan Cekuh beijumpa dengan Luh Tasik dan mengajaknya
kembali pulang. Namun, Luh Tasik menolaknya. Akhirnya Jae dan Cekuh

1
2

bersama-sama mengikuti peijalanan Luh Tasik.


Dalam peijalannya di hutan Luh Tasik bertemu dengan seorang gandarwa
bernama Jin Candrasih yang menjelaskan asal mula Ni Luh Tasik yang bernama
Dyah Udiatmika hingga ia jatuh di Endong Dadapan. Di samping itu, jin itu
memberi obat-obatan yang sangat mujarab. Di peijalanan Udiatmika bertemu
lagi dengan seorang wanita bernama Luh Tabiayang sedang kesedihan. Udiatmika
menolong Luh Tabia dari kesusahan yang dialaminya. Demikianlah sepanjang
peijalanannya banyak ia menolong orang yang ditimpa kesusahan serta memberi
petunjuk-petunjuk tentang ajaran-ajaran keagamaan. Pada akhir perantauannya
itu, Udiatmika diam di pondok Bibi Pucung.
Tersebut seorang raja di Lesanpura bernama Raja Gilingwesi berputra
seorang bernama Raden Anom Darmika. Suatu ketika Raden Darmika pergi
ke hutan diiringkan oleh Pagag dan Pageg. Dalam peijalanan ini, Raden Darmika
bertemu dengan Udiatmika serta Udiatmika dimintanya agar sudi menjadi
isterinya. Udiatmika, kemudian diajak oleh Raden Darmika ke istananya serta
ditempatkannya di taman.
Pada suatu saat Raden Mantri di pangggil di istana untuk dinobatkan serta
dikawinkan dengan putri dari negara Awun-awun, yaitu Dyah Gerong yang selalu
memakai guna-guna. Pada suatu ketika Dyah Gerong mandi ke taman dan ber­
temu dengan Dyah Udiatmika. Melihat kecantikan Dyah Udiatmika, Dyah
Gerong membuat ulah dan lari ke istana mengatakan dirinya disiksa oleh Dyah
Udiatmika. Akibatnya, Udiatmika disiksa oleh Raden Mantri hingga ia men­
derita lahir batin.
Tersebutlah seorang raja raksasa bernama Durgasmala berkuasa di Marga
langu. Atas kehendak Raja Durgasmala, patihnya menerbangkan Raden Dewi
Udiatmika ke Margalangu untuk diperistri olehnya.
Setelah berselang berapa lamanya Dyah Gerong menyuruh mencari guna-
guna untuk menguatkan guna-gunannya yang sudah mulai surut. Namun, pe­
suruhnya mencari racun sebagai pengganti guna-guna itu. Akibatnya, Dyah
Gerong meninggal dunia. Sepeninggal istrinya ini, Raden Mantri sadar akan diri­
nya lalu pergi ke taman melihat Udiatmika. Namun, tak seorang pun yang
dijumpainya. Raden Mantri amat sedih perasaannya dan akhirnya gila. Dalam
keadaan gila, ia keluar meninggalkan istanannya untuk mencari istrinya
Udiatmika. Hambanya sibuk mencarinya dan bertemu dengan Dukuh Sakti.
Hambanya ini tinggal di tempat Dukuh Sakti ini. Dalam peijalanan, suatu saat
Raden Mantri disangka seorang pencuri kemudian oleh penduduk kampung
3

Raden Darmika atau Raden Mantri itu disiksa serta dilemparkannya ke sungai
hingga hanyut sampai di Sungai Jalatunda di Gunung Karangsegari. Dalam
keadaan tak sadarkan diri, ia dipungut oleh Pendeta Subudi yang kebetulan
berada di tempat itu. Raden Mantri ditolong di asrama pendeta itu. Setelah sadar
Raden Darmika menjelaskan keadaan dirinya dan tujuannya untuk mencari
Udiatmika. Di sini Raden Mantri mendapat pelajaran tentang isi weda-weda dan
pelajaran hidup dengan darma. Resi Subudi kemudian menjelaskan bahwa istri­
nya berada di Margalangu dicuri seorang raja raksasa bernama Durgasmala.
Raden Mantri melanjutkan peijalannya menuju ke timur sesuai dengan pe­
tunjuk Resi Subudi lalu bertemu dengan seorang pedagang nasi di desa Basur.
Di sini Raden Mantri menamakan dirinya I Tamtam. Pada suatu saat I Tamtam
pergi dari rumah pedagang nasi itu dan sampai pada sebuah taman yang bernama
Wisarga Murub kepunyaan raja di Banjarsari. I Tamtam kemudian di tangkap
oleh penjaga taman dan dihadapkannya ke hadapan raja. Raden Mantri mem­
perkenalkan dirinya sebagai I Tamtam yang tak kenal akan asal mulanya. Kemu­
dian I Tamtam diangkat menjadi tukang sapu di istana itu. Sautu ketika terjadi­
lah perdebatan antara I Tamtam dengan Sengguhu Made dan Dalang Kukuh
tentang ajaran keagamaan. Melihat keadaan itu raja kemudian menanyakan
asal mula 1 Tamtam sebenarnya. I Tamtam kemudian menjelaskan keadaan
dirinya yang sebenarnya. Atas petunjuk raja, Raden Mantri kemudian melanjut­
kan perjalanannya ditemani oleh Patih Sudarma dari kerajaan itu, dan sampai
di rumah. Dukuh Tumulung. Di sini Raden Mantri mendapat pelajaran memanah
dan memperoleh sebuah senjata cakra. Raden Mantri meneruskan perjalanannya
dan sampai di Gunung Mahendra dan bertemu dengan Dukuh Banggras. Di
sini Raden Mantri mendapat beberapa macam ilmu, di antaranya ilmu me­
ngisap tenaga dan ilmu kebatinan. Berapa saat kemudian Raden Mantri me­
lanjutkan perjalannya menuju tempat Dukuh Sudarmi di dekat Gunung Arjuna.
Di sinilah Raden Mantri mendapat pelajaran tentang cara-cara seorang raja
memerintah. Setelah berapa lama, kemudian Raden Mantri beserta pengiring­
nya menuju ke Citrakuta dan bertemu dengan Dukuh Sakti serta pelayannya
I Pageg dan I Pagag. Dari Dukuh Sakti, Raden Mantri mendapat pelajaran ten­
tang Dharma serta cara untuk mendapatkan Dyah Uditmika kembali. Selama
di perjalanan menuju tempat Udiatmika, Raden Mantri menyamar sebagai
seorang dukun wanita bernama Desak Nyunyur disertai oleh Pageg dan Pagag
sebagai penjual bunga. Selama di perjalanan Raden Mantri membawa sebuah
Pasupati pemberian Dukuh Sakti. Tersiar kabar bahwa Udiatmika sakit. Pen­
jaganya mencari Desak Nyurnyur untuk mengobatinya. Pertemuan antara
Raden Darmika dan Udiatmika telah terjadi serta mereka bersepakat hendak
4

pergi di malam hari itu juga. Raden Mantri kemudian membeli seekor kuda putih
untuk kendaraan Dyah Udiatmika. Kuda tersebut dijaga oleh I Pagag pada
tempat yang telah ditentukan.
Tersebutlah seorang jin Bonjor Nyantung dari Gunung Bata Ringgit. Jin itu
berada di Langunagara hendak mencuri ke istana. Kebetulan saat itu Udiatmika
ke luar dan langsung menaiki kuda putih yang sudah tersedia tanpa sepengatahu-
an I Pagag. Jin itu keluar dan langsung menuntun kuda yang dinaiki Udiatmika.
Jin Bonjor Nyantung sangat kaget mengetahui di atas kuda itu terdapat seorang
gadis. Dengan daya upaya Udiatmika merayu jin tersebut agar tidak menodai
dirinya. Akhirnya, ia dapat melepaskan diri dari tempat jin itu dan menyamar
dengan berpakaian laki-laki.
Di Langunegara para raksasa ribut kehilangan Udiatmika. Patih Tulekepang
disuruh mencarinya. Karena bantuan Candrasih, Udiatmika terhindar dari segala
malapetaka dengan membuat sebuah patung menyerupai Udiatmika.
Dari udara, Tulekepang melihat tingkah laku jin Bonjor Nyantung merayu
seorang gadis. Maka, berperanglah Tulekepang dengan Bonjor Nyantung.
Tersebutlah perjalanan Udiatmika dalam penyamaran ke luar dari gua dan
sampai di negara Mayura. Tak lama berselang Raden Darmika sampai pula di
negara Mayura serta menjelaskan keadaan sebenarnya bahwa Udiatmika itu
adalah isterinya. Di Mayura, Raden Darmika kawin lagi dengan putri Smaratajun.
Tak lama kemudian datang tantara raksasa menyerang Mayura. Teijadilah
peperangan sangat hebat. Karena tantara Mayura banyak yang mati, Raden
Darmika langsung teijun ke peperangan hingga tentara raksasa itu hancur.
Karena kekuatan A ji W egig yang dilepaskan raja raksasa itu, banyak tentara
Mayura tuli dan lumpuh. Demikian pula halnya Raden Darmika jatuh tak sadar­
kan diri. Mendengar keadaan demikian Dyah Udiatmika segera ke peperangan
membawa obat sandilata . Raden Mantri beserta tentara sehat kembali.
Atas perintah Dukuh Sakti yang datang saat itu, Raden Darmika melepaskan
panah Pasupati hingga seluruh raksasa mati. Kemudian Raden Darmika melepas­
kan panah angin hingga seluruh mayat raksasa itu terlempar ke laut.
Setelah keadaan aman, dilangsungkanlah upacara perkawinan antara Raden
Darmika dengan Dyah Smaratajun disaksikan oleh Dyah Udiatmika.
II. ALIH BAHASA DAN ALIH AKSARA
GEGURITAN UDIATMDCA CARITA

Semoga selamat Om awighnamanastu nama sidham

Pupuh Semarandana Pupuh Semarandana

la la.
1. Yang diceriterakan dalam 1. N e m alingga ring pengawi,
geguritan ini,
I Gunandir pada waktu masih I G unandir duk jejaka,
muda,
terlalu miskin, kalintang-lintang emisa,
lahir di desa Endong Dadapan, m ijil ring E n d on g Dadapan,
tiada suka diam di rumah, tuara bisa j enek jum ah,
seorang yatim piatu, katinggalan ayah ibu,
sebatang kara tanpa sanak putungdane t an pabraya,
keluarga.
2. Kesenangannya hanya mencuri, 2. W isayane tuah mamaling,
setelah ia dewasa, sam pun ia tu tu g taruna,
beristri dengan Ni Candri, N i Candri rek e rabine,
telah lama diam di Endong kasuen R in g E n d on g D adapan
Dadapan,
Ni Candri ngidam, N i C andri reke mangidam,
tujuh hingga delapan bulan ulu lek lam ine sampun,
lamanya,
lahirlah anaknya kembar. m ijil anaknyane kembar.

3. Keduanya cantik-cantik, 3. Ayu-ayu m aka sami,


I Gunandir segera berbuat. I G unandir ia gagelisan.

5
6

anaknya segera diupacarai, kaupakara anake,


sesuai dengan tatakrama di sapari krana ning ja ga t,
dunia,
tak diceritakan lamanya, ndatan ucapan lam inya,
setelah tiga bulan, tiga sasih lam inipun,
yang lebih besar bernama N iJ a e nene luhuran*
Ni Jae.
4. Kini diceritakan adiknya, 4. A rine kawuwus mangkin,
Ni Cekuh amat terkenal, N i Cekuh sam pun kastaw a,
ibunya bernama Men Jae, M en j Jae parah danene,
pekeijaannya sebagai buruh, gaw en e m ananggap upah,
menumbuk padi dan menyapu, nebuk ngalesung lan nyampat,
kini diceritakan Men Jae bersama M en Jae kawuwus,
suaminya bernama Pan Jae. m ating Pan Jae lakinya.

5. ’’
Anak kita sudah berumur 5. Tigang wulan w us n i cening,
tiga bulan,
apa yang akan dilakukan sekarang apa j ani pacan g gawah,
untuk upacara nanti”, buat pacan g upakarane.
Pan Jae lalu menjawab, Pan Jae raris manimbal,
”Ah mudah hal itu bu, ah gam pang en to m em ene,
apa saja yang dekat ditangkap, asing n in ggil pacan g ejuk,
anak babi sapi dan kuda,” k u cit sam pi kaliha jaran.

6. Men Jae menjawab, 6. M en Jae raris nyaurin,


’’
H entikan pemuatan buruk itu, suud m alaku corah,
sadarlah akan kemiskinan itu, tem pahang kuda larure,
agar sanak saudara masih tetap apang enu brayane suka,
menyenangi,
supaya dapat meminjam atau njilihngidih pang mabahan,
meminta,
berhasil segala apa yang m apikolih salam puh laku,
dikerjakan,
agar tetap kita dapat memasak. tusing buung pacan g nyakan

7. Cinta kasih dalam kata-kata, 7. Tresna asih tuah d ib ib ih ,


sifat-sifat dapat ditiru, tingkahe dadi tirunia,
perbuatan yang baik membuat kruna b ecik liu brayane,
banyak teman,
7

laksana akan mendatangkan hasil, so b h m ebh ngaw etuang b b a y


senyum dan kata-kata baik, kenyir manis m unyi m ebh,
membuat orang sayang, ngaw inang pada kupultit ,
menyebabkan jadi memasak. ngeranayang payu nyakan.

8. Pikirkanlah pak, 8. Pineh kuda bapan cening,


lahir ke dunia, ekane m ai m anjadm a ,
mencari makan dengan usaha, ngalih daar kabun tane,
pekerjaan itu ada lima macam, karyane tuah warna lim af
memegang menjinjing men­ nengen nyuun m atum began ,
cangkul,
menjual kata-kata dan ngadep m unyi m iwah pangweruh,
berna sehat,
itulah yang kau pilih. mka pilih ju a bapane.

9. Karena sudah suratan takdir, 9. D uaning suba pastun Widi,


sudah lahir sebagai manusia, m ajadm a tuah suba peragat,
tangan kaki dan badan, tangan suku muah anggane,
telinga hidung mulut dan mata, kuping cunguh cangkem tingal,
itu sebagai senjata yang ampuh, punika sanjata pangant
pergunakan siang malam, abetang smng m iwah dalu,
karena semua itu alat bagi d en in gp ra b ot antuk nama,
seorang.
10. Memikul menjunjung dan 10. N egen nyuw un m adagang m aliht
berjualan
atau walau dengan berburuh, w b d in jaw at nanggap upah ,
sebagai dasar timbulnya makanan, panangkan w etun daare,
pekerjaan petani itu baik, karbn tanine sawawa ,
bila kakak senang mengucapkan yan b eli seneng mam antra ,
mantra,
itu yang akan membuat kita bisa, m alih m angranayang durus,
makan bersama anak-anak. m adahar m angajak pianak,

2b. 2b.

11. Bila kakak menginginkan 11. Yan kawruhane p ilih b eli,


kepandaian,
sukar untuk didapatkan, adoh pacangjnanyidayang,
sebaiknya sebagai petani, becikan gunan pa cu le ,
karena umur kakak sudah lanjut, den in gyu san b elin e w us lintang
* itu yang dapat mengenyangkan kudu payu betek basang,
perut,
Pan Jae menjawab dengan cepat, Fan Jae g lis sum aur ,
’ ’
M em ang itu yang kukehendaki. m ula tuah parn n as nira.

12. Memang cita-cita menjadi pen­ 12. M ula tapane dadi m aling,
curi,
permohonan kakak waktu akan pinunas belin e m anjanm a,
menjadi manusia,
lalu mendapat kejahatan, m ikolih an g kadustane,
mencuri merampok untuk m aling m egal en to laba,
mendapat hasil,
merampok dijalan, m am ikas lam pah in g jalan,
sedikit kawan tak kuhiraukan, m ip it braya tuara kengguh,
asal kakak ada yang dapat yasalane b eli mabahan.
dibawa.”
13. Men Jae tegas menjawab, 13. M en J a ep en et nyaw urin
’’
T ersebut ajaran zaman dulu, ada tutur ane kuna,
tersebut dalam nyanyian Tantri, ana ring gita Tantrine,
sang Ustakara, sang Utaskara punika,
mengadu kebersihan tapak. ngadu tlapakane kedas,
tangannya,
hingga ia menjadi pendeta, sam pe ida dadi wiku,
akhirnya berkorban jiwa. tan w angde m apunia jiwa.

14. Demikianlah ceritranya kakak,” 14. K eto ketatuannya beli,


Pan Jae lalu menjawab dengan Pan J ae m asaw ur banggras,
marah,
’’
Jangan banyak bicara, eda liu pesu petane,
selalu berceloteh, cacen den ge mapicara,
menganggap diri pandai, nyengguhang aw ake bisa,
jangan kamu banyak bemasehat, eda iba liu tutur,
tak akan kuterima. m asa kanggo bahan nira.
15. Jangan menentang suami, 15. E da nyeda kareping laki,
memang benar istri tak dapat w enang istri tan kena gugua,
dipercaya,
membuat pikiran kacau, pikiran nguangunang inguh atine,
tak menentu,” papin eh e ngawag-awag.
Pan Jae lalu segera turun, Pan Jae tedun ngarepang,
9

menunjuk-nunjuk serta m am din gin turm anyagur,


memukul,
menyiksa tak semena-mena. parikosa dura-cara.

Pupuh Darma Pupuh Darma


3a 3a.
1. Setelah memukul Pan Jae lalu L W usanrnigtigP an Jae terus
pergi, majalan, s>
mencuri di tempat tetangga, kapisaga ia mamalang,
asal dilihat diambilnya, asing tepuk ia ju an g,
mengambil milik orang lain, m am uatang gelah anak ,
tak mendapatkan hasil apa-apa, m elaksana ten t an p olih ,
hari hampir siang, nam pi das-lemah,
lalu ia masuk ke kamar. kam etan ia m anguranjing .
2. Orang desa kini mengadakan 2. Wang desane j ani pada pada
pertemuan, m aparum an,
mencari akal karena sudah jelas, m asang daya w us pa sti. •
penjahat amat galak, duaning m erana galak,
Pan Jae yang dituduh, Pan Jae kum amayang,
• dengan mencari tipu daya, kaglarin upaya singid,
bahwa akan kecurian, pacan g kilangan,
kalau hari menjalang petang. sandikalane w us nampi.
3. Semua tetangganya kemudian 3. Pisangannyane tu m u li raris
datang, prapta,
cepat-cepat minta tolong, ngidih tuhing padagelis,
dengan tak tersangka-sangka, ne ja n i sing sangkean,
Pan Jae bergegas, Pan J ae kapupungan,
ah aku bermimpi di lautan, ah n gip i b eli ring udadi,
menaiki sampan, nunggang banawa,
kemudian jatuh tenggelam. terus kelem patigelim .
4. Tetangganya semua membenar «
r 4. Pisagane m asaur pada matutang,
kan,
cari sekarang Pan Jae, Pan J ae g e si jani,
ia telah berbuat di hutan, m alaksana ring alas,,
mukanya pucat karena n yem in gm an geju k landak,
menangkap landak,
akhirnya semua gembira , m aw etu girang,
10

segera mareka berjalan. sagrehan pada d i mergi.

5. Ditambah pula malam itu 5. M uiung tabeh w engine dulurin


hujan turun, hujan,
sampai di hutan, prapta ring w arn giri.
Pan Jae dipegang tangannya, Pan Jae kapentang,
tangan dan kakinya, tangan sukune samian,
I Gusnandir kemudian I G unandir ram m angeling,
menan^s,
o ibu bapak, duh m em e bapa,
tolonglah saya sekarang. d on g tulung titiang m angkin
6. Orang yang menangkap selalu 6. Sang ngam barin tan m ari pada
mengata-ngatai, m am atbat,
Pan Jae terima dan rasakan Pan Jae em asin jani,
sekarang ini,
hasil perbuatanmu dulu lama laban nyane suba,
kamu menderitakan,
lunaskan semuanya sekarang denin g sue bapa matiang,
ini,
mengotori dunia, apisan bayahin j ani,
agar kamu tidak lagi menjelma ngaletehin jagat apang eda
ke dunia. buin numitis.
7. Hidupmu selalu mengacau 7. H idu p bapane setata
teman-teman, ngrusuhin nyama,
dan akhirnya sekarang ini sudah n du gi wadih jani,
jemu,
sudah sejak kecil, u lin g cerik suba terang,
menyenangi kepunyaan m anm okang glah anak,
orang lain,
sampai hati kau mencuri, tresna iba m am alingin,
rasakan sekarang, ja n i taenang,
ini bekalmu mati. ne bek el iba muliah.
3b. 3b.
8. Semua mereka itu memukul 8. Parikosa sareng som i
sekuat-kuatnya, m angelem pang,
menombak melempar dan rtumbak nim pung tur
memukul, ngegitik.
Pan Jae lalu mati, Pan Jae turpejah.
11

kemudian mayatnya di tanam. m uak kapendem sawannya,


”Ya, Gunandir diamlah di sini nah G unandir din i ca i
kau, m anangun tapa,
bertapa aku mohon diri.” b eli pa m it ane f ani.
9. Segera pulang dan berjalan 9. R aris budal enggal lam pahe
cepat-cepat, d i m arga ,
akhirnya semua sampai di wekasan sam i p rap ti ring
Endong Dadapan, E n d on g Dadapan,
tak seorang yang menceritakan, nora nama ngucapang,
mereka menuju rumahnya, ngungsi k e um ahnya sami,
masing-masing pulang ke rumah, budal ia sowang,
tak ada orang yang tahu. tan hana nara uning.
10. Diceritakan Men Jae berada 10. Cinarita M en Jae hana ring
di rumahnya, umah,
menjaga kedua anaknya, ngem ban pianaknya kakalih,
siang malam tak pernah p eten g lem ah hilang magadang,
tidur,
sambil sibuk, sam bil ia . masrengkedan,
mencari kerja ke sana ke mari, nanggap upah kem a mai,
meminta-minta, mangulak-ulak,
tetangganya semua belas pisagannya pada asih.
kasihan.
11. Setelah tiga hari Pan Jae 11. T ututg tugang dina Pan Jae
terbayang dalam impian, maipian,
”Di rumah kau dengan baik, jum ah ada pan g becik,
memelihara anak-anak, m engem ban ia pianak,
karena kakak sudah meninggal, dening b e li suba pqah ,
kesalahanku berakibat mati,” dosan e em asin mati,
lalu hilang, raris m atinggal,
Men Jae bangun lalu menangis. M en Jae bangun mangeling.
12. Menyesalkan diri atas penderita­ 12. N y elsel awak tan bagiane
annya tak mempunyai suami, ngelah kurenan,
kini siapa ditanyai, ne enyen takonin, '^
miskin tanpa sanak saudara, lacur e tan paberaya,
bertanya ke sana ke mari, bantat-bintit nakonang,
kabar tentang suaminya, ortan lakinningsun jani,
kemudian pergi ke tetangganya, tu rkapisaga,
12

setiap orang ditanyai tak tahu. sin g takonin ton uning.

4c l
4a. 13. M ulih n gelin gM en J ae
13. Men Jae pulang menangis m esesam batan ,
merintih-rintih,
nasibku malang, awake tan paw idi,
tanpa sanak keluarga, ludin tanpabraya,
inilah keadaan sebagai manusia, en e b ek ele majatma,
suka duka hidup mati, suka duhka lara p a ti,
tak dapat diceraikan, tu sin gd a d i belas ,
selama masih hidup. salaw ase tonggun urip.
14. Saat itu anaknya diupacarai, 14. K upakara pianake duk punika,
peralatannya lengkap, sok ia pada maisi,
sesuai dengan kebiasaan, nganutin pakram an,
melaksanakan upacara tiga bulan, ngilenang tigang wulan,
bayi itu sehat sentosa semuanya, rere lunas-lunas sami,
kedua anaknya itu pun sudah pianaknyane dadua u gi sam i
besar. sam pun kelih.
15. Suatu malam Men Jae mimpi, 15. N uju w en gi M en Jae raris
kejatuhan bulan, nyumpna,
sebagian hilang, kaguruntung H yang sasih,
bulan itu hanya sebagian, setengahnya hilang ,
segera Men Jae bangun, bulane tuah asibak ,
tergesa-gesa, M en Jae bangun sada gelist
pikirannya sangat bingung. ia kapupungan
16. Selalu termenung pikirannya 16. B engang-bengong engsek manah
kacau lalu duduk, tur manegaky
memikirkan keadaannya, pineh sesane pa sti,
apa maknanya, apa kojarannya,
tak tahu baik buruknya, ala ayu ton g tawang,
tak henti-hentinya menangis sigsigan sedih d i h ati tan
dalam hatinya, pepengatan,
laksana gula kejatuhan hujan lu irgen d is tiben g riris.
gerimis.

Pupuh Dandang Gula Pupuh Dangdang Gula

1. Tersebutlah Raja Giri Santun, 1. K ocapan Prabu G iri Santun mangkin.


13

pengganti sang Tri Guna yang panlah ida sang Tri Guna
selalu dipuja, kastawa,
senang bahagia di dunia, subageng rat kawiryane,
sangat tersohor akan pengaruh­ kasub buat in g gu n a sampun,
nya,
banyak hamba rakyatnya, w adua nira tan patanding,
terkenal di dunia lain, kaloktas ring ja m loka,
semuanya subur, sam ia mawaha wuh,
negara aman tenteram, kreta treptin g kang nagara,
tak ada kejadian apa-apa, ndatan am ,
penjahat pengacau takut, dusta durjana ow e di,
terhadap baginda raja. ring sira S ri Narendra.

2. Permaisurinya bernama Diah 2. Aran in g garua D iah


Suldawati, Suklawati,
cantik jelita, luih sem pa,
dia pandai serta berpengaruh, kalih dibiaguna,
amat bijaksana jiwanya, seden g anteng diatnikane,
laksana Nilotama menjelma, lu irN ilota m a numn,
pandangannya tajam cemerlang, cacin gake galak amanis,
laksana bintang kartika, lu ir bangun in g kartika,
bahunya laksana tanju, palane luir tarju,
pinggangnya ramping badannya m adia ram ping ad eg lanjar,
semampai,
rambutnya panjang, rom a panjang,
laksana mendung mengandung k adi m ega ngem u riris,
hujan,
mukanya laksana bulan. raine luir sasangka.

3. Kata-katanya manis laksana gula, 3. P angucape kadi m adu gendis,


segala yang diucapkannya sin g kecapan g ngaw e katuridan,
menyenangkan hati,
sangat menarik hati, anut citen g ullangun,
setiap yang diperbuatnya sangat asing solahang ngaw e asri,
serasi,
setiap orang yang melihatnya kandeg w ang sin g tum ingal,
tertegun,
setiap yang dibuatnya me­ asing solahang ngaw e lulut,
nimbulkan cinta kasih,
14

menguatkan cinta asmara, j enek in raja smara,


tak henti-hentinya berpeluk kapasukan tan telas rahina
siang malam, wengi,
bercumbu rayu bertemu rasa. acum buw ana surasa.
4. Taki terhitung lamanya baginda 4. Tan kaw am a law ase Sri
raja, Urapati,
bertempat tinggal, sua-wesma,
di Puspawana dan kini cerita haneng Puspawana gelisih •
dilanjutkan, carita m angkin,
tersebutlah sang Ayu, kaw am anen sang A yu ,
permaisuri raja, gam a sira S ri N rapa Nrapati,
Diah Ayu Suklawati, D iah A yu Suklaw ati,
telah mengandung, w us gan bin i sampun,
kurang lebih delapan bulan, aswatara ulung candra,
setelah cukup umur kandungan­ sue nira b o b o te sang raja
nya tuan putri, patni,
kemudian lahirlah putra beliau, tandua m ijil kang putra.
5. Putranya seorang wanita sangat 5. Wadu putran ida linuwih,
cantik,
hiruk-pikuk, gege r para,
para wanita di istana, w anita neng pura,
dan para hamba sahayanya, kalih w atek kerendane,
baginda raja amat gembira, sueca ida sang Prabu,
berbahagialah baginda raja, asansi sang Prabu, •
berbahagialah sang Astaseni, asanti sang Astaseni,
bunyi genta gemerincing, unin gen ta m angerem pyang,
upacara sudah dilaksanakan upakara sam pun dinaksinan
secukupnya, sakueh nira,
para dangacarya istana, D angacarya rin g je r o pura sami,
para raja turut hadir. p raptiN ata riing nata.

5a. 5a.
6. Kemudian terdengarlah suara 6. Sabda parintara karenga
dari langit, mangkin,
Udyatmika, udyatm ika,
keadaan putrinya itu, panolah Sang Rara,
dan segala perkataan ini katinut ujare mangke.
diikutinya.
15

memberi nama putranya itu, nama putrane sampun,


kedua baginda raja dan S ri N arendra sa y an g
permaisuri sayang kepadanya, kalih ,
terhadap putra ini, ring andke b i satata,
selalu bertambah-tambah., tan m ari mawuwuh,
semua hamba sahaya setia, wandu warga indua satya,
semua hormat, rasa matata,
tak terkira tenangnya, tan pabalik prihatin,
di Puspanegara. na ring Puspanagara.
7. Tak diceritrakan baginda raja, 7. Tan ucapan ida sang bupati',
bersama permaisuri beliau, kairing lan ida pram esuarya,
sudah hampir tiga bulan, w us tam pek tigang sasihe,
putri beliau cantik jelita, sang P utri Rara A yu ,
tersebutlah dalam istana, ring je r o p u ri w us cum aw is,
banyak hamba sahayanya yang bala nira katah prapta.
datang,
semuanya menghormat sang Ayu, sam i nyungsung sang ayu,
semuanya mengadakan tontonan pada nguangun gagelaran ring
di halaman luar, paseban,
siang malam tak henti-hentinya, tan p ega t rah im wengi,
laki perempuan besar kecil juga luh m uani cerik kelih
yang tua. lantua.
8. Di saat tengah malam hampir 8. Tengah w en gi dew asa
upacara, manampi,
tiba-tiba terdapat, kaget w enten,
tanda-tanda menakutkan beserta praciri dutgaam a m adulur
sidung agung, sidung agung,
di Puspasari, irika ring Puspasari,
pohon-pohon tumbang, taru-taru kam penang,
angin berembus dengan kencang, m aruta mangrudug,
bertiujrterus-menerus, linuse tan pegat-pegat,
orang yang ada di dalam istana h am ring p u ri h u m u n gpada
menjerit-jerit, manjerit,
banyak bahaya yang mati, akw eh narane pejah,
tak diceritakan raja di Wanasari, tan ucapan sang Prabu rifig ^
kini tersebutlah di Endong *Wamsari,
Dadapan. R in g E n d on g D adapan kocap.
16

9. Putra baginda raja, 9. Putran ida sang S ri Narapati,


diterbangkan angin, kahabalang tem puh ing maruta,
ke sana ke mari ditiup angin kalem bak-lem bak lakune.
berembus,
kemudian sang putri jatuh, sang rara tiba kantun,
kesedihan seorang diri, dangu-dangu tan panglilir,
di Endong Dadapan, na rin g E n d on g Dadapan,,
pakaiannya hilang, sandangan tan kantun,
Ni Diah Udyatmika, N i D iah A yu Udyatmika,
lalu menangis merintih-rintih, nulia m elin g m anangis m engarih -
arih,
di tepi telaga. ring pin ggirin g talaga.
5b. 5b.
10. Tidak diceritakan Raden Dewi, 10. Tan u cap m angkin R aden Dewi,
tersebutlah keesokan harinya, ring tim bira en jin g kawuwusan,
negeri Wanapuspa, nagari Wanapuspane,
sangat geger baginda raja dan antianta gege r hutsung sang
sang permaisuri, N arendra m uang Naresuari,
sangat bersedih hati, duhkita je r o ning cita,
putrinya hilang, putrane tan ana kantun , .
menangis riuh rendah, anangis angaruhara,
selalu menyebut-nyebut dan kang den sam bat anadi rasaning
memanggil buah hatinya, kapti,
oh, anakku mutiara duniaku. duh dew a ratna ning rat.
11. Entah berada di mana ia itu, 1L A n en g en di para nira yayi,
akhirnya mereka menyebar m ulia bubar m angungsi ring ■ .
menuju hutan, waria,
bersama para pembantu wanitanya, sareng para inya kabeh,
semua tentaranya ikut serta, w adua am ia tumur,
para punggawa dan para menteri, m uang punggaw a lan pramantri,
suaranya hiruk-pikuk, gem uruh katahuran,
lengkap dengan segala alat bala pada tum ur m uang punggaw a
perangnya laksana ombak lan m antri sregepin g yu da m akadi
samudra, om bakin g ja l adi,
menyusup ke tengah hutan. nem puh kapar sua n in g warn.
12. Tak diceritakan keadaan di dalam Wasitanen kaneng waria giri.
hutan.
17

baginda raja di Puspanegara, sangN arendra ring Puspanagara,


setelah sampai dari peijalanan, satiba parahlakune,
tak bertemu dengan putra beliau, putrane tan ketem u ,
kemudian kembali dari hutan nulia budal saking wana adri
lalu ke istana, m atying m ating sua-wesma,
demikian pula diikuti oleh para m uang waduania tum ut,
tentaranya,
semua kesedihan, som i pada nandang lara,
tiba-tiba hari sudah senja, kagiat y a sartja sam pun ,
tak diceritakan pada malam tan ucapan ana ring wengi,
harinya,
pagi-pagi ia bangun, bangun ia pasem engan ,
mempersiapkan nasinya, tragia ngerateng pu pu t,
baik-baiklah anakku di rumah, seleg cen in g nunggu umah,
ibu akan pergi ke hutan mencari m em e luas kealase m engipil-
apa saja, ipil,
sambil mencari bahan makanan. sam bil ngalih dadaaran.

6a. 6a
13. Sekarang diceritakan Men Jae, 13. Cinarita M en Jae mangkin,
ia berada di rumahnya ditemani ia ring jum ah sareng pianak
oleh anaknya, nyarung,
bemasehat kepada anaknya, m apitutur ring rarehe,
ibu adalah seorang janda yang yan m em e lacu r balu,
miskin,
bapakmu telah lama hilang, bapan cen in g ical lami,
telah lama tak ada beritanya, salawase tan pegatra,
sudah mati ataukah masih y en m ati yan idup,
hidup,
ibu seorang dirilah yang me­ m em enew ek mangem banang,
meliharamu,
anakku sayang diamlah di cen in g pada sayang m jum ah
rumah bersama adikmu, sareng adi,
ibu akan pergi mencari makan. m em e luas m angalih daar.
14. Setiap hari ia berulang-ulang, 14. Sadina-dina ia ngemaraning,
mencari makan, ngalih daar sem eng sam pasanja,
hingga pagi sore bekeija pada nanggap upah ring berayane,
tetangganya,
18

15. Kemudian pergi masuk ke dalam 15. R a risiu n ga nyusup m aring giri,
hutan,
dan setelah tiba di tempat tujuan, sapraptane ana ring kanana,
mengerjakan apa yang hendak m am uatang m aring gawene,
dikerjakan,
mencari sayur-sayuran, m angrereh p a can gju k u t,
ke sana ke mari sampai siang hari, m ailehan sam pe lingsir,
dan sudah banyak mendapat, suba pada Itu bakat,
semuanya dibawanya, saluiraning kapundut,
kemudian bersedia-sedia hendak m ulih ia m akire budal,
pulang,
kemudian Men Jae pulang dengan lam pah ga gison M en Jae ia
langkah cepat-cepat, mangeraris,
teringat akan tugasnya. eling ring gaginan.

Pupuh Basur Pupuh Basur

1. Bayi itu menangis terisak-isak, L R arene nangis mangengkal.


Men Jae amat ketakutan, M en Jae ia jejeh gati,
melihat kiri kanan sambil meng­ tolah tolih bengang-bengong,
awasi,
disangkanya bunyi setan, pitahenang m unyin hantu,
kemudian ia mempercepat dum ara ia mangim angang,
jalannya,
kemudian tangis bayi itu menjerit- m alih n yerit tangise,
jerit,
tak berkeputusan. tan papegatan.

6b.
2. Konon di sana Men Jae, 2. M en Jae ditu k ocapan ,
hatinya takut berani, bani takut m aring ati,
bila dilihat agaknya akan tampak, y an g tingal m ainab katon,
bila dicari mungkin akan didapat­ yan ruruh lam unia tepuk,
kan,
walau ia berwujud, yadiapin ia marupa,
apakah tidak salah, sin g nya pelih,
mata disulap. m atane kena sunglapan.

3. Men Jae membulatkan pikirannya, 3. M en Jae cu tetin g manah.


19

walau mati akibatnya, w iadin p etm a pu ara m ati,


bila sudah nasib, lam un suba tuduh reko,
ingin membela tetapi walaupun m apitresna nyan lampus,
mati,
bila sudah suratan Takdir, saking tuah pakardin ida,
Sang Hyang Widi Wasa, Sang H yan g Widi,
senang menerima kematian. legane m apuara p efa k

4. Kemudian ia maju, 4, Tum uli raris ngarepang,


Men Jae mencari-cari, M an Jae m any eldksakin,
tiba-tiba ia terkejut melihat, dadia nya kagiat m angeton,
seorang bayi menangis di sana, rarene m anangis ditu,
wajahnya cantik jelita, rupane mangayang-ngayang,
putih kuning, pu tih gading,
tak ada yang menyamainya. tuara ada saman pada,

5. Dengan cepat ia bertindak, ,5. G agisun m angkin melaksana,


bayi itu diambil, rarene raris kaambil,
lalu memeluk tanpa pakaian, tur ngaligas ton panganggo,
dengan cepat dibawanya, d ig e lis laut kapundut,
dengan cepat perjalanannya di enggal lam pahe dimarga,
jalan, sam pun
sudahlah tiba, sam pun perapti,
di desa Endong Dadapan. ring desa E n d on g D apdapah .

6. Setelah tiba di rumahnya, 6. Sapraptane m aring umah,


bayi itu dimandikannya, rarene ia kasiramin,
segera mengganti pakaiannya, agelis ngasehin panganggo,
ia diberinya makan, m ajengan ia sam pun pu pu t,
lalu diberi nama, tu m u li kasungan wasta,
dan sebanding, turm asaih,
bernama Ni Luh Tasik. N i Luh Tasik sam pun kastah.

7. Tersebutlah ia sudah dewasa, 7. Sam pun kelih kawuwusan,


Ni Luh Tasik cantik jelita, N i Luh Tasik m anis galih ,
sangat berbeda dengan Ni Jae, ring N i Jae tanding adoh,
makin dewasa makin cantik, sayan kelih sayan ayu, : *
badannya langsing, adeg langsing turin lanjar,
wajahnya manis, sem u manis,
cantik laksana bulan purnama. ayu luih bulan purnama.
20

8. Kini diceritakan Ni Jae, 8. N i Jae m angkin kocapan,


tubuhnya juga langsing pangadege m asih langsing,
namun mempunyai cacat, nanging ada cacad reke,
kulitnya hitam-hitam namun ban burike ia m apupul m asih ada
menarik juga, kamelikannya,
suaranya lemah lembut, m un yi manis,
suarariya nyaring dan riang. suara jan gih tur makem piang.

9. Kini diceritakan Ni Cekuh, 9. N i Cekuh m angkin kocapan,


kulitnya kuning rambutnya ga din g nyandat ram but kuning,
kuning,
badannya gemuk agak pendek, paw akane pon tan g am ol,
suaranya lemah dan pandangan m un yi ga b en g paliat enduk,
matanya sayu,
tetapi serasi setiap yang diperbuat­ pangus ia asing solahang,
nya,
senyumnya manis, kenyir manis,
semua tingkahnya menyenangkan solah som i nudut cita.
hati.
10. Men Jae selalu gembira, 10. Setate M e Jae rena,
menjaga anaknya siang malam, ngem ban pianak lem ah wengi,
tetangganya keheranan, pisagane b en gon g gaok.
Men Jae akan mendapatkan, M en Jae gan ti m atem u ,
nasib peruntungan, kaadum an pacan g sadia,
baru sekarang, sukat jani,
Luh Tasik dipakai anak. Luh Tasik an ggon e pianak.
11. Tak lagi mencari ke tetangganya, 11. Su u d ngalih kapisaga,
handai taulannya datang dengan braya sih pada nekanin,
rasa kasihan,
seluruh warga desanya menyum­ w ang desane sam i goroh ,
bang,
datang dengan rasa kasihan, pada teka ia kahilut,
datang tak berkeputusan, rauhnyane tan pegatan,
memberi pemberian, m engejotin,
pergi ke rumahnya dengan mem­ ke/um ahnyane mararapan.
bawa oleh-oleh.
12. Bila musim mengetam di sawah, 12. M ason ngam pung ia d i sawah.
21

Men Jae turut serta mengetam, M en J ae mitu luas m an y U


menghilangkan pikiran loba, d a d i lim bak m anah m om o,
karena sudah biasa bekeija tani, ban ca lu h m a ga w ep a cu l
pagi-pagi ia berangkat, pasem engan ra m majalan,
anakku tunggulah adikmu baik- nyai cen in g ajak adin e
baik. pangm m elah .

13. Pagi hari kala matahari terbit, 13. E ndang surya pasem engan,
Ni Jae bangun sambil marah- N iJ a e bangun hgaprigpig,
marah,
Luh Tasik dan Cekuh gemetar, Luh Tasik Cekuh m angetor,
hari sudah galang tanah, pinih suba dauh tehi,
adiknya segera bangun, arinnyane bangun epag,
lalu mencuci muka, tur masugi,
dan pergi ke pancuran mengambil kapancoran n gam bil toya.
air.

7b. 7b.
14. Ingin memasak tetapi beras sudah 14. Jaga rtgarateng brase telas,
habis,
lalu segera memberitahukannya, raris m apiorah gelis,
pergilah menumbuk padi berdua, kem a nebuk sareng karo,
nanti kakak yang membersihkan­ nyam an k e em bok ngalesung,
nya,
mereka berdua segera bekeija, lantas e n co l maka dadua,
mengambil padi, nuunang padi,
dan sudah selesai di lesung. pu pu t sam pun rin g ketungan.

15. Kakak Jae pekerjaanku sudah 15. E m bok Jae suba peragat,
selesai,
Ni Jae dengan marah berkata, N iJ a e bangras nyaurin,
’’
H eran sekali aku ini, sangat saja k ola en gon tm ih g siga
kamu tak dapat menolongnya, bisa tulung,
kamu makan saja.” k ola nyanan d i puaregan ada nulu -
ngin, siga iau je g mangaman.

16. Sudah selesai menjadi beras, 16. Sam pun p u pu t m anados beras,
kemudian memasaknya, pilih rdris m ahgradih ,.
langsung ke dapur , rauh dane terus kepaon,
Ni Jae segera keluar, N iJ a e m en gecolan pesu.
22

kamulah yang memasaknya, a d i ju a suba m any akan,


aku irigin membeli ikan ke pasar icang m eli b e kapeken tu r mapayas.
lalu akan berias.

17. Diceritakan hari sudah siang, 17. K awuwusan tajeg surya,


nasi sudah masak, raten g cqengane,
perutnya amat lapar, seduknyane buka keloh,
dengan kaget Ni Jae tiba-tiba kagiat ia N i Jae rauh,
datang,
dengan cepat mengambil nasi, n yen dok n asi mangenggalan,
tanpa berpaling muka, tan panolih,
dan ikan dihabiskannya. ulam nyane katelasang.
18. Ni Jae perutnya sudah kenyang, 18. N i Jae betek katelasang,
segera pergi ke tetangga untuk im ang kapisaga m aceki.
main ceki.
Tasik dan Cekuh keheranan, Tasik Cekuh nulia bengong,
dicukupkannya garam belaka, kanggoange uyah ngaledug,
ia sangat rajin dan kemudian, sebetnyane ia kakepa,
ia ke tempat tidur untuk tidur. tur mangraris, d i paturon ia m anidra

19. Ni Cekuh pergi mencari kayu api, J 9. N i Cekuh m angalih saang,


dan hari sudah senja, saget senja nene m angkin,
ibunya datang tergopoh-gopoh, m em ennyane teka bon cos,
karena lapar lalu menuju ke dapur ban layahe ia tur m anglaju,
untuk makan, kapuaregan ia madaar,
ia marah-marah, tur ngam ibnil,
karena tak ada lauk-pauk. tuara ada tim pal daar .

8a. 8a.
20. Ni Jae datang segera, 20. N i J ae teka ngencolan,
sadar akan ibunya marah, tau ring m em ene pedih,
lalu ia berkata halus, dadi pesu m am unyi alon,
sejak pagi saya sibuk, m eng ban tiang tuyuh,
menumbuk padi lalu memasak, saking nebuk sam pe nyakan,
hanya tahu makan, tan nidik,
Ni Luh Tasik hanya tidur saja. N i Luh Tasik ia nyalempang.
21. Men Jae marah, M en J ae d a d i gregetan,
membangunkan anaknya serta nundun pianak tur
23

memukulnya, m anigtig.
’’
T asik kamu hanya makan dan Tasik nidik m iwah m edog,
senang-senang saja, sam pat luune masepuk,
kotoran berhamburan,”
setelah senja kala, sandikala kang diwasa,
kemudian datang, nulia prapti,
Ni Cekuh melemparkan kayu N i Cekuh ngentungan saang.
api.
22. Ni Luh Tasik pergi menghilang, 22. N i Luh Tasik m acecala,
jurang di pinggir kota, pangkung m ating tep i siring,
lembah ngarai yang dalam di­ m unduk pangkung ju ran g kaw ot
tempuhnya ingin mati, pam argine nyadia lam pus ,
Men Jae yang berada di rumah­ M en Jae m ating um ah ,
nya,
menyesalkan diri, n yeselati,
sampai siang tak dapat tidur. m aka lem ah d a d i nindra.

23. Ibunya amat sedih hati, 23. D a d i sedih ia m em enya,


sadar akan kesalahannya m elin g ring iw ange n igtig,
memukul,
Ni Cekuh berkata pelan-pelan, N i Cekuh ia m atur alon ,
mengapa ibu salah tingkah, nguda m em e salah unduk ,
yang benar disalahkan, ane p a tu t kesalahang,
menjadi salah, d a d i p elih ,
semuanya telah dipaparkannya. som i sam pun kauninge.

24. Diceritakan di pagi hari, 24. E n jin g kawuwusan,


Men Jae lalu berkata, M en Jae raris mamunyU

’Kamu sama demikian, Siga patuh buka k en to ngawe
berkata yang bukan-bukan, p eta p a ti kacuh,
orang yang jujur difitnah, anak sadu p jsu m y a n g ,
sekarang ini, nene jani,
mudah-mudahan kamu mendapat­ wastu nem u suka duka.
kan suka-duka.

8b. 8b.
25. Agar kau selalu bertengkar, 25. A pan g setata iba maiyegan,
hingga kau lahir kembali, sam pe tekaning dim adi,
24

baik dan buruk agar bercampur, je le m elah iba awor,


carilah sekarang ini, alih ja n i apang tepuk,
bila belum kau jumpai, yan tuara ia pacan g bakat,
jangan pulang, eda mulih,
bila takut akan mendapatkan yan jejeh m anem u ala.
malapetaka.”
26. JaeCekuh tergesa-gesa, 26. Jae Cekuh im ang rengas,
mereka amat takut, jerih n yan e tidon ggigis,
lalu pergi dari daerah Endong, kesah ring negara E n d on g,
pergi tak tentu arah tujuan, m engerereh kalapu-lapu,
Men Jae di rumahnya, M en Jae m ating umah,
sedih menderita, sedih kingking,
karena anaknya semua hilang. ring pianaknya sam i ical.
27. Sudah dua bulan lamanya, 27. Suennya sam pun kalih ulan,
semua anaknya tak ada yang panaknyane nora m ulih,
pulang,
lalu menangis terisak-isak, raris n gelin g dass-doos,
Jae Cekuh dan Tasik yang sayang, Jae Cekuh Tasik ayu,
sampai hati terhadap ibu yang elas dew a rin g m em e tua,
sudah tua ini,
tentu akan mati, pedas m ati,
mengambang tak tentu jalannya. p a ti kam bang sin g jalannya.

Pupuh Maskumambang
1. Oh Tuhan lihatlah hamba ini 1. A duh dew a d o n g cin gak titiang
kesedihan, sedih,
selalu menderita, tan asah nandang lara,
mengenang anaknya semua, m engajap pianake sami,
sedih dan rindu seorang diri. sedih kangen padewekan.

2. Berteriak-teriak m emohon pada 2. Gelas-gelur m angastawa Sang H yang


Tuhan Hyang Mahaesa, Widi,
karena amat sangat, ban kadurus pisdn,
Kau membecanainya, i ratu mamigkanin,
agar hilang penderitaan ini. m angda w usan kesakitan.

3. Silakan cabut nyawaku sekarang 3. D urus cabu t jiw an titiang ratu


ini, mangkin,
25

hamba bersedia memberikannya, titiang mangaturang,


ke haribaan Tuhan sekarang ini, rin g iratu sane mangkin,
agar berakhir penderitaan ini. m angda wusan nandangduka.

4. Entah di mana :anak hamba 4. Yaning dija pianak titiang sane


sekarang ini, mangkin,
apakah diterkam harimau, kapasarap macan,
jatuh ke jurang yang dalam, runtuh m aring ju ran g trebis,
saya tak mengetahuinya. tan w enten titiang uninga.

5. Ah, anakku semuanya, 5. Aruh cen in g piyam ak m em e m aka


dimanakah kau berada, sami,
ajaklah ibu bersama-sama mati, dija k e magenah,
agar berhenti menderita kesedihan ajak m em e barang mati,
ini. apang suud nandang sangsara.

9a. 9a.
6. Men Jae makin lesu siang. 6. Sayan kuru M en J ae rah im wengi,
malam,
lalu masuk ke tempat tidur, n y o gjo g kapedem an,
dilupakan tak bisa lupa, lilayang ton g d a d i lali,
selalu terbayang-bayang di hati. tan m angantung rin g manah,

7. Tak berbuat apa-apa dan sering 7. Tan pangapa tan sira am angan
tak makan, sai,
membiarkan diri, m angentaning awak,
makin dihibur makin bingung, lipurang sum angkin paling,
pikirannya mengambang. m am h nyane nerawung-nerawung.

8. Lama-kelamaan Men Jae bingung 8. M anda-m andaM enJae ia lin glun g


dan gila, paling,
lupa akan diri, ton g in getrin g awak,
payah karena sangat kesedihan, kurune kabatek sedih,
lalu ia meninggal. jiw ann yan e raris lungha.

9. Segera keadaan dirinya melayang, 9. Sar sir ngusisir prabaw an nyane


menemui alam baka, aglis,
karena sudah menemukan, nem u kesiniatan,
jalan untuk mendapatkan kematian. sangkan nyane w u spim n ggih ,
m argane m anem u m ok sa

10. Tetangganya hiruk-pikuk, 10. U yut sam i pisa ga n ep ad a h ajiri.


26

kaget berhamburan, kagiat pada buyar,


sanak keluarganya datang brayane teka m ajinjin,
berganti-ganti, sam iti k eneng indira.
sedih dalam pikirannya.

Pupuh Jayendriya
1. Tersebutlah pmjalanan orang
L W amanen lam pahe sang m angeruruh,
yang mencari,
Ni Jae dan Ni Cekuh,
N i Cekuh m uang N i Jae9
turun lembah naik gunung,
tedung pangkun g m unggah giri,
perjalanannya terantuk-antuk
pam argine p a ti en cu l m enyusup
masuk ke hutan belantara,
kagu nung-gunung,
dan selalu lapar dan dahaga,
bedak layah ia setata,
tiba-tiba kini mereka bertemu
arinnyane N i Luh Uyah,
dengan adiknya Ni Luh Uyah,
di tengah hutan.
ring telen gin g wanaw asa
2. Ni Jae maju ke muka dan berkata
2. N i Jae ngarepang tur m awuwus
halus,
alus pam unyine,
adikku mari kita pulang,
adi f ani jalan mulih,
ibu sangat sedih,
nyane sanget sendu ,
kakak turut diusir,
em bok m asih m ilu katundung,
kesalahan kakak dahulu,
iwang em bok ane suba,
jangan terlalu disedihkan,
sam pun ny e berang kadurus,
relakanlah dirimu,
liliyang a d i ring raga,
karena kita bersaudara.
satoning adi manyama.

3. Ni Tasik berkata pelan-pelan,


N i Tasik alom y a sumaur,
’’Saya ini adalah seorang yang
tiang suba m awak je le ,
jelek,
apa gunanya saya pulang,
pacan g napi ke tiang m ulih,
kakak sudah dipercayainya,
sam pun ke m bok ne kagugu,
cantik dan selalu pandai,
prajn yaayu tur manerus,
tak ada yang menyamainya,
tuara ada saman pada ,
kalau dicari di desa di sana,
rerehang d i ja ga t ditu ,
orang-orang di Endong Dadapan,
ana ring E n d on g Dadapan,
kakak selalu yang disebut-sebut.”
m bok satata ne kaucap.
27

4. Ni Jae berkata dengan sedih, 4. N i Jae sendu sumaur,


air matanya bercucuran, m etu y eh tingale,
kesedihannya merintih-rintih, sedih dane mangarih-arih,
’’
M engapa adik terlalu memujinya, da di sanget adi nga/un,
sebenarnya kakak seorang yang ja ti m bok b e lo g punggung,
bodoh dan malas,
dan adiklah yang disebut-sebut, m asih adi ne kaucap ,
marilah adik kembali, m argi dew a ju a mawangsul,
kau amat kusayangi, idew a sayangang titiang ,
kuhormati di rumah.” sungsung titiang m aring jumah.

5. Adiknya tertawa kemudian pergi 5. A rinnya kedek tur lumaku,


berjalan,
diikuti oleh kakaknya, kaetut ring em bok ef
adik amat menyakitinya kadurus adi nyakitin ,
mereka bersama mendorongnya, saren gkalih ia manyurung,
’’
M arilah adik pulang, m antuk adi m argi m antuk,
”Ni Luh Uyah berkata, ujam yane N i Luh Uyah ,
’’
Saya tak akan pulang, m indah titiang jaga m antuk,
jangan disedihkan, sam pun kuda manyungkanang,
bergembiralah kakak pulang. becik an k ayu n e b u d a l

6. Diamlah di rumah dengan baik, E m bok ditu jum ah apang patut,


meladeni ibu, ngayahin i meme,
jangan takut dipukul, eda takut pacan g katigtig,
karena ibu telah dengan susah denin g dane tuyuh ngingu ,
payah memberi makan
padamu,
dari kecil hingga dewasa, uling cen ik sam pe duhur,
selalu dijaganya, em ban dane selam inya,
menjaga siang malam, m angadanin siang daki,
jangan melupakan kebaikan eda engsap m aring tresna,
orang,
walaupun mati akan tetap ber­ diastu m ati enu mau tang.
utang.

10a. 10a.
7. Walaupun berpisah aku di sini 7. Jaw at pasah adoh d in i ditu ,
dan di situ,
28

karena kakak sudah rela, tuah legan em bok e,


tetap menganggap adik, kantun elin g ngangge adi,
demikian pula saya akan tetap, titian g taler kari kantun,
dalam perasaaan saya setia selalu, dianggene tresna satuw uk,
janganlah kuatir, sam pun pacan g mangewehang,
walau kita berada di gedung batu, yadiapin m agedon g batu,
bila sudah nasib akan mati, lam un sam pun tuwuh pjah,
tak urung menemui kematian.” tan w angde nemu antaka.

8. Ni Jae tak mau pulang, 8. N i Jae tan kayun pacan g mantuk,


hatinya tertawan, kapulut panahe,
”kakak tak tega pulang, tuara em bok lalis mulih,
ingin turut serta ke mana saja,” tinut m ating satiba laku,
lalu segera mereka beijalan, sagrehan lam pahe nyusup,
berkeliling di hutan, m ider-ider m aring alas,
bermacam-macam binatang kancan saton e kapangguh,
dijumpainya,
tak ada yang mengganggunya, tuara ada mangalinguang,
di tengah hutan itu. ri m adianing wanantara.
9. Angin selalu b erembus, 9. M arutane tan m ari manempuh,
pada telinganya, m aring karnannyane,
di bawah pohon beringin mereka sor w aringin dane malinggih,
duduk,
burung-burung hiruk-pikuk, paksi sam i pada umung,
laksana ingin menyongsong­ m inab nyadia pacan g nyungsung,
nya,
daun cemara riuh melambai- ram e siok icamara,
lambai,
laksana ingin menjemputnya, m inab ia pada manujur,
karena belas kasihannya, ring sangkania k olas arsa,
dan matahari bersinar remang- Sang H yang R aw i tistis manda.
remang.
10. Di sana mereka duduk, 10. Irika sam i ia pada malungguh,
di bawah pohon beringin, ring sorin g wandvrane,
malam gelap tiba, tim irane k ocap nampi,
kurang lebih tengah malam, pinih langkung m adia dalu,
saat tibanya bulan mati, pancam i kresna manuju,
tanah terasa bergoyang, gon ca n g rasaning butala.
29

semua terasa panas, m angrasayang sam i kebus ,


mereka diam tak berkata-kata, m eneng sam i tan pangucap ,
terasa diri akan mati. m enyadi ayang pacan g p eja h

10b. 10b.
11. Tiba-tiba datang seorang wanita 11. K aget ada d a don g tua turin
tua renta, cakluk,
tak tentu dari mana datangnya, tan karuan sangkane,
tinggi besar dan berambut putih, agung landung ram but p u tih ,
berkata lemah lembut, m a sleyog m unyine nyunyur,
bernasihat dengan baik, m apitutur sarw i luung,
”Oh anakku semua, duh dew a sam i sang rara,
janganlah kau sedih, kadurus idew a sendu,
yang tak tahu akan apa-apa, nora weruh m ating kalingan,
sampai menyesal akan diri gu m an ti m an yelsel raga
sendiri.”

Pupuh Ginanti
Pupuh Ginanti
1. Luh Tasik kemudian menjawab, L Luh Tasik nim bal mawuwus,
perkataannya pelan manis, alon pangucap m anisf
’’
Ham ba belum mengenal, titiang durung sauninga,
teruskanlah anugrah tuanku, durus ratu pisukain ,
agar segera hamba mati, m angde age titiang pejah,
tak tahan hamba menderita. tan d u gi titiang nandakin.

2. Hamba sangat sengsara, 2. Sangsaran titiang kadurus,


dari kecil hingga sekarang, saking alit rauh mangkin,
perasaan hamba sering, m erasa pada titian g gesang,
tak tahu mana yang benar, tan uning rin g sangkar ja ti,
apalagi tentang kelahiran hamba, m uang kaling ning panjadm an,
akibatnya menderita kesengasara- krana nem u kapriyatin.
an.
3. Asal mula hanya salah sangka, 3. Salah dalih kaw it ipun,
patut hamba yang menderitanya, titiang patu t mangemasih,
akibat fitnah yang menyebabkan­
nya, pisunane mangwawinang,
ibuku marah dan memukuli, i m em e ia sen git n igtig,
mengusir serta berkata yang pattkacuh nundung titiang ,
30

bukan-bukan,
itulah yang menyebabkan keadaan sangkan m ungguh k adi m angkin
sebagai sekarang ini.
4. Belum sama sekali hamba 4. D urung pisan titiang ratu,
tahu,
sadar akan perihal ini, weruh ring sengketa ne m angkin,
manusia, manusa,
jin buta atau dewa, jim buta dew a ,;
silakan makanlah hamba bila durus tadah yan jim ,
tuan seorang jin,
bila tuan dewa, y en su jati tuara dewa,
sukalah tuan berkawan.” sueca ratu m akakanti

5. Belum selesai perkataan anak J. N dan rurus sang ram matur,


itu,
jin itu lalu menyembah dengan sira jim anem bah aris,
hormatnya,
’’
Saya itu adalah Gandarwi, tos Candarw i titiang dew a,
saya sedia untuk menceritakan, nyadia titiang mangaturin,
asal mula tuan ini, pangawartan idewa,
silahkan tuan dengarkan. durus piarsane ne m angkin,

1la. lla.
6. Junjungan hamba sebenarnya, 6. Puspatan titiange patu t,
Candra Asih yang dipuja, Candraasih w us kastawi,
berkuasa.di hutan belantara, m angedag d i wanantara,
menjadi ratu para buta, ya ta m aring para satua,
dan seluruh binatang, nguni-nguni tana w ant
tak ada yang berani.
7. Hamba kenal asal mula tuanku, 7. Titiang weruh ring sangkan ratu,
tuanku adalah putra sang raja, idew a putran N repati,
raja Puspanegara, R atu ring Puspanegara,
banyak hamba sahayanya wadua w ibuh tan patanding,
tak terbilang,
bernama sang Triguna, aranira sang Triguna,
ibu tuanku bernama Diah ibune D yah Su k law ati
Suklawati.
31

8 Nama tuanku adalah, 8. B isekan ratu kawuwus,


Diah Udiatmika yang dihormati, D iah Udiatm ika kastawi,
setelah berumur tiga bulan, yu sa duur tigang wulan,
ditiup angin kencang, katem puh maruta aris,
kemudian tuan diterbangkannya, dew a u gi kahabalang,
jatuh >di alas Endong. runtuh m aring E n d on g g ir i

9. Men Jae yang berasal dari desa 9. M en Jae saking dusu,


itu,
adalah yang melihatnya, ipun sane mamangihin,
di tempat tuanku jatuh, ring genah idew a tiba,
kebetulan ia mencari sesuatu, nuju ipu n ngipik-ipik,
sangat belas kasihan, asihnyane kadahatan,
terhadap bayi yang sedang ring rarene sedek manangis.
menangis,
10. Jangan tuanku terus bersedih 10. Sam pun ratu durus sendu,
hati,
menyesalkan diri yang tak ada n yelsel raga tan pakerti,
gunanya,
karena memang sudah suratan duaning m ula tuduh ida.
Takdir,
sudah ketentuan Sang Hyang Sang H yang Widi sam pun pasti,
Widi. m apa
yang membuat suka dan duka, m apaica suka duka,
yang terdapat pada setiap mahluk. ana ring watek dumadi.

11. Adapun kau Jae Cekuh, 11. Yadiannyai Jae Cekuh,


patutlah beliau dihormati, nyandang pisan ida siwi,
yang selalu dipuja dan dihormati, sahi anggon panem bahan ,
hormatilah beliau siang malam,” sungsung ida siang ratri,
mereka berdua lalu berkata sang kaliham atur sembah,
sambil menyembah,
hamba akan menurutinya. titian g wantah tlas mangiring.

12. Raden Dewi lalu berkata, 12. R aden D ew i raris muus,


’’
Teruskanlah kesetiaanmu bibi, tum usang suecan e bibi,
saya adalah gadis yang serba titiang kania tuna-tuna,
kurang,”
dengan sungguh dimintainya, katurin laksana pasti,
untuk menjaga dirinya, m ukianing pangem pu raga,
32

berada dalam dirinya siang m anyusup rahina wengi.


malam.

llb .
13. Gandarwi berkata, 13. Sira Candarw i sumaur,
’’
Jangan tuanku ragu-ragu, sam pun ratu waking atit
bawalah cincin hamba ini, niki sim sim titiang bakta,
yang dapat menarik segala yang pangaradan sarw i su ci,
suci,
merupakan mustika dari segala m ustika ka sarwa ratnaf
permata,
karena ia berasal dari segala lantaran ia sarwa wangi.
harum-haruman.
14. Bila tuanku menemui kesusahan, 14. Yen idew a am anggih sungsut,
di mana saja sedang berada, satiba lakuning margi,
panggilah hamba melalui mustika awat titiang ring mustika,
ini,
segera hamba akan datang, saksana titiang ngerauhin ,
berguna untuk membendung w iguna ning tam bak baya,
bahaya,
dan menghasilkan yang baik. piknohnyane sari-sari,

15. Ada pula persembahan hamba 15. M alih ana punian ingsun,
yang lain,
campuran tumbuh-tumbuhan sandi lata tam ba luih,
melata obat yang amat
mujarab,
yang merupakan sari-sarinya, sari n ing masih kita,
sebagai obat, lata k osa li puniki,
segala penyakit akan menjadi kancan lara d a d i waras,
sembuh,
airnya yang diberikan, w ennya ika pisukanin.

16. Jangan tuan tidak menolongnya, 16. A fa dew a tan atulung,


segala macam yang hidup, sahanan watrk maurip,
mempunyai rasa kasih terhadap sayang asih ring sesaman,
sesamanya,
setiap yang dijumpai dijalan, asing kapangguh m aring margi,
setiap yang menderita kesedihan, duka ala kasangsaran,
33

patutlah tuan mengasihani.” nyandong dew a mangasihin.

17. Setelah selesai bernasihat anak 17. Sam pun pu pu t mapitutur,


itu menerima dengan hormat,
dan mustika itu sudah terimanya, m ustika sam pun kawasa,
serta seluruh ajaran-ajaran itu, muah pidarta m aka sami,
jin Candrasih lalu lenyap, Candarsih jim antarlina,
anak-anak itu melanjutkan sang rasa raris m am argi
peijalanannya.

18. Tersebutlah perjalanan pertama J8. Purw a lam pahe kawuwusi,


kali,
beijumpa dengan orang yang amat am anggihin w ang akingking,
sedih,
seorang wanita seorang diri, anak truni pandewekan,
tanpa paman dan bibi, tana pam an tan pabihi,
sapinya sakit, w resabannyane kageringan.
dan sudah mati tujuh ekor. sam pun m ati p itu n g siki.

12a.
19. Sisa yang mati, 19. Sesan pejah puniku,
masih sakit delapan pasang, ulung pasang kantun sakit,
sang Diah lalu berkata, sang D iah rara telah karuna,
bertanya dengan halus, atatanya saha m anis,
”Apa yang menyebabkan apa krananta sungkana,
bersedih itu,
menyesal seorang diri.” n yelsel •raga padidihin.

20. Orang yang ditanya menjawab, 20. Sang tinakenan sumaur,


menceritakan asal mulanya, m idarta sangkarnya sedih,
kesedihan itu, pu tu n g titiang tan pabraya,
’’
Ham ba tidak bersanak keluarga, rama ibu maninggalin,
ayah ibu sudah meninggal, rama ibu m aninggalin,
seorang diri hamba di rumah, ndew ek titiang ring pakubon,
tambahan pula binatang saya kaludan satone sakit.
ini sakit.
21. Tujuh ekor sudah mati, 21. P itun g sik i pejah sampun,
sudilah tuan menolongnya, ledang ratu sueca m angkin,
terhadap hamba Ni Luh Tabia,. m ating titiang N i Luh Tabia,
34

yang dinamai sejak hamba kecil, kaparabin saking alit,


sudilah tuan menjelaskan siapa sueca ratu m aninggrang ,
tuan sebenarnya.” linggan ratune su jati

22. Kemudian menjawab pertanyaan 22. N ulia nyaw is atur ipun,


itu,
serta dengan lemah lembut, sah agu yu arum m anis,
’’
Namaku Udiatmika, m anis m am a U diatm ika,
dua orang ini adalah inya, ” para inyane kekalih ,
kala itu beliau menceritakan irika ida m ahbahang suka duka
suka dukanya masa lalu. saking n gu n i

23. Setelah semua diceritakan, 23. Sam pun sam i w us matutur,


sapi itu kemudian ditolongnya, w resabane katulungin,
obat sandilata diberikannya, sandilata katibakang,
air obat itu diminumkannya, w ennyane kak im m in ,
binatang itu semua sehat, satonyane sam igencang,
tak ada yang masih sakit. nenten w enten kantun sakit.

24. Raden Dewi lalu berkata, 24. R aden D ew i raris nutur,


”Uduh Tabia sekarang ini, uduh Tabia nene jani,
aku akan pergi berkelana, nira kesah m anglalana,
diamlah di sini baik-baik, din i ad i apang becik,
sebagai bekal adalah persaudaraan, rarapane tuah m anjanm a,
dan nasihat adalah bekal yang tutur tuah bakele pasti.
baik.

12b. 12b.
25. Hal itu yang selalu dicari, 25. Punika tem uang satuuk,
suka duka lara pati, suka duka lara p a tit
umpamakan orang yang beijalan, angdeyang w ang jalan,
sepanjang peijalanan, sepanjang-panjanging m argi,
panas dan sejuk tak pernah pan es tis norana pasah,
berpisah,
dan tidak dapat dilewati.” tan keneng pacan g lem pasin
26. Luh Tabia berkata menyembah, 26. Luh Tabia nem bah umatur,
’’
Sekarang hamba bersedia; ngiring titiang ratu mangkin,
menghambakan diri menyem­ nyaw ita ngaturang jiw a ,
purnakan hidup hamba,
hamba turut ke mana saja, satiba lam pah sailing.
35

tak sayang akan kekayaan, tan em an ring raja beranat


hamba rela menurutinya.” lascaria titiang m isinggih. .
27. Sekarang mereka berempat 27. Sang catur m angkin lumaku,
beijaian,
terus menaiki gunung, satata ngunggahin adri,
tiba-tiba menjumpai sebuah saget m anggih pa pon dok an ,
pondok,
ayamnya kena wabah penyakit, ayam nya kena^ pen yak it,
di sanalah beliau diam, irika ida m esanggra,
pada orang yang sedang ke­ desang nandang kaprihatin .
sedihan.
28. Sang Ayu berkata, 28. Wecanan ida sang ayu,
”Uduh kakek mengapa sedih, u d u h k a k i nguda sedih ,
apa yang menyebabkan kesedihan apa sangkane duhkita,
itu,”
orang uta itu segera menjawab, w ang tua age nyawurin,
”Ayam hamba banyak yang mati, ayam titiang akeh pejah,
banyak pula yang masih sakit. katah sane katun sakit.

29. Hamba tidak tahu sama sekali, 29. D urung pisan titiang weruh,
siapa tuan putri yang terhormat sapa sira sang ayu luih,
ini,
amat agung cahaya muka tuan, dahat kaw at ;ring sua-bawa,
dari mana asal tuan, saking en di sangkan prapti,
tiba di tempat yang sepi ini, m ara m ating sunia desa,
dan semuanya muda-muda.” sam i pada tru n itru n i

30. ”M em ang benar kami adalah 30. Tuhu kam i para w udu,
wanita,
berkelana di gunung alas, m anglalana ring wana giri,
tak tahu asal-usulnya, tan wruh m ating kalingan,
berkeliling siang malam, m ahideran lem ah wengi,
bersedia menolong setiap yang nyadia nulung kancan duhka,
mendapat kesedihan,
walaupun payah harus dijalani. nadian lesu tuigingsir.

31. Agar menjumpa kebahagiaan, 31. Lam un suba m angguh ayu,


segala mereka yang hidup, sahana ning tie maurip,
itulah yang saya tuju,” pun ika satiiyan titiang.
36

orang tua itu menghormat, w ang atua aw ot sari,


’’Sudilah tuan berbelas kasihan, ledang dew a masweca,
terhadap hamba yang sangat rin g kaw ula lintang miskin,
miskin ini.”

13a. 13a,
32. Sang Ayu segera menolongnya, 32. Sang ayu gelis manulung,
ayam-ayam itu diobatinya, ayam nyane katambanin,
memakai air sendilata, antuk toyan sandilata,
binatang itu semuanya menjadi sato waras m aka sami,
sehat,
sang Diah mendoakan, Sang diah asung nugraha,
agar tidak menderita sakit lagi. m angda sam pun m alih sakit.

33. Pada hari-hari yang akan datang 33. In g o m n g o n e kapungkur,


binatang-binatang peliharaan,
jagalah dari sekarang, saking m angkin pakakasin,
kotoran di pasar dan kotoran di luun pek en luun jalan,
jalan,
kumpulkan itu lalu dikelilingkan, nika pu n du t ia iderin,
beras kuning dan sam sam , beja kuning m uah samsam,
disembur dengan m asui sem abarin antuk m asu i

34. Itu dipakai penolak bala, 34. N ika dado sang acundung,
puja Ida Hyang Sri, astaw a ida H yang Sri,
dipuja dalam kandang ayam, astana ring kandang ayam,
mereka yang diberitahu menuruti, sang inujaran m isinggih,
Sang Diah lalu turun, sang D iah rara raris tedah,
masuk ke dalam taman di bawah m unggah taman sorin g ad ri
gunung.
35. Sampai sore beliau berada di sana, 35. M asasanjan ida ditu,
dan di sana mereka tidur bersama, irika m akolen sami,
keesokan paginya melihat bunga- udyana kocapan wredi,
bunga,
diceritakan taman yang ada, ranunnya kasatan toy a,
bunga kekurangan air, kem bangnya tan ana m abu kti
dan tak ada kembang dengan baik.
36. Tiba-tiba datang orang yang 36. K aget teka sang mangwangun,
membuatnya,
37

menanyai bersungguh-sungguh, m en yesed pan ed nakonin,


’’
Siapakah tuan putri ini,” e sapa sira k o sapa,
sang Ayu menjawab, sang A yu nanggpa nyaurin,
’’
Namaku adalah Udiatmika, U diatm ika maka nama,
putra Betara Sri. pyran e B atari Sri.
37. Aku ingin b ersenang-senang, 37. M anira m acang kulangun,
membahagiakan segala hidup ini, m ahayu w atek mahurip,
siapa yang membangun taman ini, iki sapa ngwangun taman,
bangunannya kurang indah, w awanguna kirang asri,
dan kolamnya tidak berair, m uang ranune tan patoya,
buah-buahan semua layu.” pala wifa du du s som i

38. ’’
Nama hamba Gede Tulus, 38. Naman titiang G de Tulus,
penghidupan hamba adalah hasil laban titiangne sawah,
sawah, buktiang titiang ne setata
ini yang menjadi penghidupan buktiang titiang ne setata
hamba bersama istri hamba dan tan ana sanding ring
tidak ada yang lain,” anakebi,
sang Putri belas kasihan, karunia ida sang rara,
bangunannya tak berhasil. w angunane tan p a k reti

13b.
39. ’’
Bangunlah sebuah sanggar 39. Sanggar Taw ang wangun ditu,
tawang, banten canang burat wangi,
dengan upacara canang burat purnam a tilem e tujuang,
w angi, m angastaw a ring H yan g Sri,
laksanakan saat hari Purnama dan pam ucun tam ane buatang,
Tilem,
diciptakan Hyang Sri, taru en d on g ia tandurin.
dan usahakan di bagian pojok
taman ini,
tanami pohon endong. ”
40. Gede Tulus mengikutinya, 40. G de Tulus m apiturut,
tanamannya tumbuh subur, tam ane anulisa wredi,
segala usahanya menimbulkan k reti dan kirang sandangan,
hasil,
mendapat hasil yang baik, m akolihang sari-sari,
kemudian sang Diah melanjutkan sang D iah lumaku mangetan,
38

perjalannya,
menuju Endong Sari. ju m u ju g ring E n d on g Sari.

41. Sekarang diceritakan Men Balu, 41. M en Balu m angkin kawuwus,


suaminya meninggal dunia, lakinyan e m angem asin,
banyak meninggalkan harta m atinggalan ku eg kasukan,
benda,
diupacarai oleh istrinya, kupakarane ring istri,
seluruh handai-taulannya nayana braya pada elast
membantu,
di desa Endong Sari. m atin g desa E d d on g Sari
42. Untuk mempersiapkan beras padi­ 42. M apenga beras nebuk pantun,
nya ditumbuk,
tiba-tiba Men Balu sangat terkejut M en Balu kaget ngetonin,
melihat,
semua padinya dimakan bubuk, parinnyane telas bubukan,
kemudian ia menangis, tum uli raris manangis,
akhirnya Raden Dewi datang, raden dew i raris prapta,
bertanya pada orang yang sedih. atanya m ating sang sedih,
43. Segera Men Balu berkata, 43. A n an ggalM en Balu matur,
’’
Siapa tuanku yang datang ini, sapa sira dew a prapti,
agar hamba tidak salah berbahasa, m angda sam pun salah basa
sekarang datang mendatangi m angrauhin titiang mangkin,
hamba,”
pelayan beliau menceritakan para inya m alih nguningang
bahwa beliau adalah putra Dewi Id a wekan D ew i Sri.
Sri.
44. ’’
M em ang demikian ibu, 44. J ati m em e w antah patut,
nama kami adalah Udiatmika, U diatm ika m aka sami,
aku ingin berkeliling di dunia m anira ngubenging jagat,
ini,
diutus untuk membahagiakan kahutus m ahayu bumi.
dunia ini,”
kemudian Men Balu berdatang M en Balu raris nyambrama,
sembah,
ring sang rara saha bakti.
39

14a. 14a.
45. Nasihatnya sangat baik, 45. Sarwa m ule m anik tatur,
untuk mendapatkan kesenangan, sangkan m aharja astiti,
berasal dari kata-kata yang saking purw a kata tuayang,
diucapkan,
’’
Ibu jangan kau sedih, m em e hayua kita kingking,
pakailah hal itu sebagai ingatan, anggeh pak elin g d i m anah,
gembiralah para muda-mudi itu. pisukanin truna-truni
46. Bila ingin mengambil padi, 46. Yan ngatuju n gam bil pantun,
jangan' mengambil saat kajeng haja nuju kajeng manis,
manis,
hal ini ibu selalu ingatkan, elin g m em e apang setata,
pujalah Dewi Sri setiap waktu, D ew i S ri acep sai,
aturkan canang genep, canang gsep unggahang,
di tempat padi agar kita irit. m aring lum bung apang inih.
47. Untuk menyimpan beras dalam 47. M any im p en beras m aring pulu.
peti beras,
hendaknya ibu selalu ingat-ingat, taler m em e apang eling,
jangan dicampur dengan yang tan w enang aw orin lian,
lain-lain,
agar jangan dimakan bubuk, apang eda bubuke mangalih,
agar Tuhan mengaruniai, pan g su eca Ida Bathara,
itulah yang menyebabkan berhasil k e to kranane m asari
baik.
48. Bila hendak menuangkan nasi, 48. Yaning m an ogtogan g sangu,
di pagi hari, ring kalane punika,
nasi dingin itu, nasi din gin e) punika,
terlebih dahulu dipisahkan sanehang dum un wadahin,
tempatnya,
dikatakan amat boros, k o o s berat kojaranya,
karena itu Betari Sri amat murah. m enggaj Id a B athariSri.
49. Jika menumbuk padi, 49. Yadiapin nebuk ngalesung,
dalam pekerjaan sekarang ini, nyakap ga e bukajani,
melaksanakan upacara keagamaan, kadi m em e ngupadesa,
agar Sang Hyang Sri merestui, apang m asurya Sang H yang Sri,
memukul bunyi-bunyian, m agagonjakan m angoncang,
hal ini yang menyebabkan irit.” punika nglantarin inih.
40

50. Men Balu berkata sambil ber­ 50. M en B alu m anem bah matur, ■
datang sembah,
’’
Ham ba menjunjung tinggi mulai titiang nyuun saking mamgkin,
sekarang ini,
anugrah tuanku pada hamba ini,” pasuecan ratu ring titiang,
sang Ayu lalu pergi beijalan, sang ayi raris mamargi,
serta menghilangkan penderitaan­ saha citayaning mala,
nya,
diamlah ibu baik-baik. kantun m em e apang becik.

14b.
51. Tak diceritakan dalam perjalanan, 51. Tan w am anen hana ring hanu,
mereka terus beijalan inenuju kagenahan terus mamargi,
suatu tempat,
tempat beliau di hutan dahulu, dangu Id a m ating alas,
bertemu dengan sebuah taman kacunduk tam an awredhi,
yang indah,
sangat terpelihara tumbuh subur, kabinaw a alpasara,
dibangun oleh Dukuh Sudakmi. wangunan D ukuh Sudakm i,
52. Jro Dukuh sudah wafat, 52. Jro D ukuh pralina sampun,
yang masih hidup seorang pem ­ kantun panjeroan asiki,
bantu wanita,
yang menjaga taman itu, m angem it udiana ika,
pagi sore membersihkannya, selid sore mangisakin,
tak ada orang yang menghiraukan* nora ana w ang wanehan,
nya,
tersebutlah Men Pucung pada M en P u cu ng ia rtuju enjing.
suatu pagi.

Pupuh Pucung Pupuh Pucung


1. Pagi-pagi Memen Pucung pergi L M em en pu cu n g pasem engan lunga
mandi, manjus,
di pancuran, ana rin g pancoran ,
menjunjung dua buah kendi dari nenteng beruk kakalih,
tempurung,
segera pulang, im ang m antuk ,
ke pondoknya untuk menanak kapon dok nyane maratengan.
nasi.
41

2. Tidak diceritakan tibalah empat 2. N dan kaw uw us prapta sang catu r


orang gadis itu, punika ,
langsung di taman, ju m u ju g rin g tam an,
mereka lalu memetik bunga, m entik santun maka sami,
sambil menembang, . srw ingidung,
suaranya halus diselingi artinya, m u n yi m anis selag babasan.
3. Di pinggir taman itu rimbun, 3. Sarw i a tub sisi n in g tam an puniku,
berbau semerbak, w angine kalintang,
ditiup angin siliran, katem puh m aruta arisf
semerbak, tur marebuk,
bau harum bunga nangka. ganda ning pu spa nangka.
4. Bermacam-macam teratai biru, 4. Tunjung biru ireng abang kancan
hitam dan merah, ipunt
tujuh warna hitam bersih-bersih, pitu pu ta nila,
lima warna menjadi satu, m anca w am ane asiki,
memukau, ngaranantun,
gadis itu semua. sang ayu ia makabehan.
5. Sangat gembira memperhatikan 5. R ena m ulus n on ton alpha santun ,
bermacam-macam bunga itu,
pohon nagasari, taru nagapuspa,
cempaka merah, m d itia w arsik i m alih ,
pandan arum, pandan am m,
bunga ketaki dan padapa. ketaki m iw ahpadhapa.

15a.
15a.
6. Sandat gadu n g sam i n eden g sekar
6. Bunga sandat dan bunga gadung
ipun m iwah tam mkma,
sedang berbunga,
dan pohon rukma, kungkulan tan gguli gading,
anggrek arum w am i-w am i
di atasnya pohon tangguli gading,
sam i kembang.
anggrek beraneka semua berbunga.
7. Bunga seroja dan bunga gambir, 7. Sroja m ilu sekar gam bir,
dan bunga menuh, lawan menuh,
berdampingan dengan pohon nyanding w ali priya tigaron,
tigaron,
m uang candigari w aribang ipun,
dan bunga canigara serta bunga
waribang,
m atata sam i mawarna.
semuanya berwarna warni.
42

8. Bunga pacar delimawanta dan 8. Pacar ipun dlima-wanta


bunga arumdalu, arumdalu,
bersanding dengan kembang kasanding rijasa,
rijasa,
pohon lirgila pohon bunga lirgig taru kam oning,
kemuning,
bunga teleng biru, telen g biru,
kanyiri dan kancrakan. kanyiri lan kancrakan .

9. Bunga tigakancu daii sungenge 9. Tigakancu sungenge nedeng


di sana sedang berkembang, ia ditu,
dan yang lain palitsedangan, len palitsedangan,
melilit bunga kembang kuning, n gu lilit i kem bang kuning,
dan bunga gumitir selalu gu m itir ipun setata m ating
berada di tempat yang panas. panas.
10. Semua bunga itu terletak di 10. Sam i m ungguh rin g tep i ning
tepi kolam itu, ranu iku,
ikan di dalam kolam, m ina ning udiana,
ikan bandeng dan gurami, iwak bandeng lan guram i,
dan kelihatannya, hungang ipun,
ikan deleg semua berkeliaran, delegnyane pada ngumbang.
11. Andaikan suatu perasaan 11. Y an upam i nyungsung am acang
senang, u la n ga n '
bercermin pada telaga, m an gilo ring telaga,
beserta seluruh ikan yang adadu lu rm ina sami,
berada di dalamnya,
kelihatanya, ketan ipun,
menggelut kerang dengan surusa n gelu t in g parang
mesranya.
12. Menyebabkan hati para gadis 12. D adia wulangan sang ayu
itu senang, sam i iriku,
melihat ikan-ikan yang banyak hana kueh ing mina,
jumlahnya,
air telaga suci dan bening, w e n in g tlaga suci,
dan seekor ikan kuyuh, h ening m ina kuyuh,
mengaduk air telaga itu. m angubek toyan telaga
13. Maka itu ikan-ikan menjadi 13. D adi letuh m inanya ndatan
43

kotor, kadulu,
agaknya menimbulkan kesedih­ ulat m angwangun duhka,
an,
lalu gadis itu marah, sang rara tum uli sen git,
”01eh kau, ah oh uduhf
ikan hina kau. dadia candala ta mincu
14. Pikiranku jadi menderita 14. M anah ingsun da di neraka
olehmu, ia d e mu,
dan kau angin, m uah kita maruta,
sampai hati kau turut serta, tresna iba manulurin,
bertiup kencang, mangalinus,
sebagai menantang aku yang u lat nangtang sang duhkita.
sedih ini.”

15b. I5b.
15. Banyak kupu-kupu bersuara 15. K um bang hum ung kueh ia
ribut tak berkeputusan, m adu lur-du Iur,
mengisap bunga, m angrabasing puspa,
terbang berkeliling ke sana u m ian gm ib er sana-sini,
ke mari,
membuat bingung, ngaw e ibuk,
dan kumbang itu menyakitkan denia kum bang kam a sula.
telinga.
16. Jae Cekuh dan Ni Tabia 16. Jae Cekuh lan N i T obia
memeluknya, rn lya m angelut,
”Oh tuan putri, duh dew a sang rara,
mengapa tuan bersedih, nguda ratu pa ti elik,
jangan berkelanjutan, sam pun kadurus,
sadarlah diri tuanku.” elingang ratu ring raga*
17. Tak lama ketiga putri itu di sana, 1 7. Nahan tangguh sang tiga,
tuan putri lalu mandi, tri iriku,
di pancuran yang airnya bening, in in i m asucian ring
setelah selesai, pancuran su ci ening,
sore hari mereka hendak sam pun pu pu t,
meninggalkannya pergi. kala sore ia mananggal.
18. Tiba-tiba datang Men Pucung 18. Saget rauh M en P u cu ng
hendak mandi, pacan g manjus.
44

bertemu dengan gadis itu, kacunduk sang rara,


mendekat serta bertanya, m adesek n ulim ajinjin,
segera menjawab para hambanya ge lis masawur, para hinya
menjelaskan, manlatarang.
19. Setelah selesai dan tak lama 19. Sam pun pu pu t tan panjang
bercerita, pada m anutur,
segera pergi ke pondok, age e kepondokan,
dengan cepat Men Pucung M en P ucung nyam bram a gelis ,
menyediakan hidangan, m adia dalut
tengah malam, nulia sam iw usm anidra.
semua mereka itu tertidur.
20. Keesokan harinya ketika 20. E n in g sam pun pitu n g a tabeh
kentongan berbunyi tujuh dauh ipun,
kali,
Men Pucung memasak nasi, M en P ucung meratengan,
setelah masak hidangan itu m is p u p u t katurin sami,
semua diberikannya,
kepada mereka, ring sang ayu ,
sang Dewi,
disertai para pembantunya. kairing ring para hinya.

21. Bermacam lauk terdapat 21. Sam i nungguh m aring rayunan


dalam hidangan itu, puniku,
sambel dan sayur kacang, sam bel jangan kacang,
urab pencok dan kucai, urab p en cok lan kucahi,
piecing paku, p iecin g paku,
bambu muda dan kacang muda. em bun g m botan kacang-kacang.

16a.
22. Ikan pecal dan sate pusut, 22. Iw ak ipun p e c e l lan sate pu su t ,
udang berbumbu, udange mabasa,
ayam panggang dan ikan lele, panggang ayam muah lele malih,
srobsob kepiting, srob sob yuyu,
dan telur dadar yang digoreng. gegoren gan taluh dadar.

23. Men Pucung memuji masakan­ 23. B ib i pu cu n g ngajum ang dahare


nya itu, sam pun ,
sang Dewi lalu menerimanya, sang ayu m anrim a ,
demikian pula para pengiring- m aka m iwah sang mangiring,
45

nya,
setelah selesai, w us p u p u t,
mereka kenyang semuanya. w areg ida m aka sampiyan.

24. Sang Diah Ayu berkata dengan 24. Sang diah ayu m engandika
lemah lembut, m anis arum,
”Aku ingin berkata, nira m apidarta,
dengarkanlah olehmu, y e k i renga sira bibi,
agar mendapat keselamatan, pan g rahayu,
tidak boros dan menjumpai nora k u w os nem u lana.
keselamatan.
25. Ingatkanlah bahwa setiap 25. E lin g tuhu bilan g enjing
pagi ibu menyapu, b ib i nyapu,
dari tempat tidur, saking paturonan,
dalam rumah agar bersih, ring je r o umah p u p u t resik,
kemudian baru keluar, lantas pesu,
menyapu di halaman. m asesapuh m ating natar.

26. Setelah kelihatannya selesai 26. Sam pun p u p u t katon m alih


lagi diulangi, mawangsul,
tikar disapu, tikehe am pigang,
kasur kelambu dan bantal kasur klam bu lan geguling,
guling,
serta bantalnya, bantal ipun,
semua itu ditata. taler sam a ia dabdabang.

27. Kemudian mandi sambil mencari 27. Wau martjus sam bilang mang-
air, am bil banyu,
mempersembahkan sirih, canange aturang,
penghormatan kepada Sang panyanggrane ring Sang
Hyang Sri, H yang Sri,
yang benar, sdne patut,
sirih kapur yang suci. pam ucangan sane sukla.

28. Tempat sirih hendaknya selalu 28. M angda penuh pacanangane


berisi, iriku,
memuja Betara, ngastawa Bathara,
Ida Hyang Sri setiap hari, ida H yan g S ri sai-sai,
akan berkenan, dadi asung,
menganugrahi keselamatan. m apaica karahasiaan.
46

29. Setelah ibu selesai memujanya, 29. Wus p u p u t b ib i m angastaw a ditu,


bersedialah untuk menanak ngratenge kireyang,
nasi,
’’
B ibi Pucung menurutinya, b ib i P u cu ng saw ur singgih,
untuk mengikutinya, m am iturut,
setiap sore tak akan melupakan­ bilang sanja ta n a lu p a
nya.

16b. 16b.
30. Tidak diceritakan mereka 30. Sang catu r tan ucapan
berempat berada di sana, lam ine ditu,
di Alpasara, m aring alpasara,
saat hampir bulan Purnam a Purnam an K apat w us nampi,
K apat,
sang Diah Ayu, sang D iah Ayu,
membersihkan diri dalam m abresih m aring udyana.
kolam itu.
31. Setelah sang Udiatmika mandi 31. Wus adiu s sang U diatm ika ne
di sana, ditu ,
Cekuh Jae dan Tabia, Cekuh Jae Tabia,
mempersembahkan bunga ngajum sekar ring sang
kepada Tuhan, Widi,
harum-haruman, lenga harum,
dan Raden Dewi berhias. raden dew i nannandang pa y as.
32. Warnanya cantik pinggangnya 32. Warna m ulus m adyn ram ping
ramping jarinya lurus, kara ruru s,
betisnya laksana pudak, w etise m am udak,
susunya laksana kelapa gading, susune mp.it tur nyangkih,
dadanya menonjol, dada jujul,
bahunya bidang dan kukunya bau w idang naka panjang.
panjang.
33. Perkataannya manis pandangan- 33. Sabda nyunyur kenying
sayu, m anis cingak balut,
bibir merah, lam bene ngatirah,
giginya bersih dan runcing, w ajane alus m aingid,
demikian pula taringnya, m iw ah siung,
gusinya memerah delima. isite ngem bang rijana.
47

34. Bila tersenyum pipinya 34. Yening kenyun g p ip in e


laksana pauh dilayang, nyujen w inangun ,
hidung mancung merata, irung lancip asat,
keningnya melengkung, siratm ayane nyurarit,
rambutnya lebat, ram but atub,
kalah si pohon ara. alah ngasorang hambula.
35. Cantik jelita kakinya 35. A yu m ulus ngencat sukune
berirama bila berjalan, lumaku,
laksana gambar wayang, luir ning gam bar w ayang,
gerak tangannya terayun ke tayungane ngem bat m iring,
samping,
kuning gading, gadin g lum lum ,
laksana bulan terselaput awan luir sasangka lelamadan.
tipis.
36. Di sore hari matahari akan 36. S ore sam pun Sang H yan g
terbenam, R aw i 2 nulia surup,
menaiki gunung, nunggangih acala,
masuk ke dalam lautan, m angranjing ring jalanidi,
kemudian bulan timbul, sasih metu,
menerangi sepuluh desa. m alilang ring dasa desa.
37. Maka itu kegelapan lenyap 37. D adi m elayu kang tim bira
segera, kalapu-lapu,
berada di bawah batu atau goa, rin g sor watu lan gua,
takut akan sang bulan, ajerih m aring Sang H yan g Ratih,
di saat malam hari, kala dalu,
Raden Dewi pergi berjalan-jalan. R aden D ew i m am esanjan

17a. 17a.
38. Kemudian sang Ayu pulang 38. R aris m antuk k apon dok ida
kembali ke pondok, sang Ayu,
tersebutlah perjalanannya, pam argine kocap,
beliau ingat yang lalu, elin g ida suka nguni,
sang Diah Ayu, sang diah ayu ,
kemudian berkata dengan m aw ecana rin gJ ae Tabia.
JaeTabia.
39. ”Dan kau Cekuh sediakan 39. M iwah Cekuh pahom an caw isang
pedupaan di sana,” ditu,
48

segera mereka menyediakannya, aglis tragia,


asap arus mengepul, kukuse m alepung wangi,
lalu turun, ra m teduh,
Raden Dewi lalu mengasapi R aden D ew i nusdus ratna.
permata tersebut.
40. ’ ’
M ohon Nini Candrasih datang., 40. N unas rauh nini Candrasih nulung,
tolonglah saya, tulung kuda titiang,
kurang makan dan pakaian,” kirang daar sandangan malih,
kemudian datang, raris rauh,
jelas datang dunia gelap. sakala ring suniantara.

41. Berdatang sembah serta memeluk 41. N em bah m atur m angelut jariggian
sang Ayu, rin g sang Ayu,
bersedia mempersembahkan, sayaga ngaturang,
pakaian beraneka warna, busana m awam i-wam i,
serta makanan, saha sangu,
pakaian untuk dua tahun. sandangane kalih tiban

42. Kemudian dengan perkataan 42. Saha harum wacana alon


lemah-lembut menerimanya, manglungsur,

’T eruskanlah kasih ini kepada terus ledan g riang titiang,
hamba,
bemasihatlah sekarang, m apitutur ane j ani,
jangan bohong, aja kulub,
yang sebenarnya dapat menjaga ane ja ti ngam ong raga
diri.”
43. ’’D engarkanlah tuan Dewi, 43. Piarsa ratu da di karya karm a rnlus,
akibat hasil perbuatan yang baik, den in g suba karma,
karena memang sudah jodoh, jo d o n e m angda kapanggih,
jo d o h itu akan dijumpai,
tak akan lama, tan adangu,
seorang putra raja akan datang, suta raja ayat prapta.

44. Bernama Raden Darmika sangat 44. P ekik nulus R aden D arm ika
bagus* puniku,
berasal dari negara lain, saking lenan pura,
putra Raja Gilingwesi, putran R atu Silingw esi,
itu patut dihormati, nyandang sungsung,
beliaulah yang akan menjadi sira lakine sarata.
suami tuan.
49

45. Jangan menentang perkataan suami, 45. H ayw a m urug satitah-titah


kebenaran seorang suami istri, sangkahung,
seia sekata laki istri, y ogy a n e akarma,
laksana sebuah tabung, paras p a ros laki rabi,
tuan Putrilah sebagai penjaga hiir ning bungkung,
utama. I D ew a pangem ban utama.
46. Suami itu adalah sebuah permata 46. K akung iku ratna m utiara
yang indah, martulus,
badan itu merupakan suatu angga ning wawadah,
tempat, w ang laki pinaka daging,
suami itu laksana daging, yan tan atut,
bila tidak sesuai,
semuanya tak akan ada gunanya. sam i norana gunannya.

17b. 17b.
47. Sebenarnya ia adalah penunggu 47. Jatin ipun tunggun gesan g
hidup yang dapat beijalan, uningm alaku,
ada tiga pemberian, trini kang rarapan,
yaitu tiga bayu sabda idep, bayu sabda idep trini,
agar menukik, pan g sum uyug,
selalu menjaga suami. ngem ban w ang laki setato.
48. Bayu itu maksudnya tindak 48. Bayu iku tegese tindak
bila salah, y an g luput,
malu terhadap suami, elek rin g pria,
orang-orang semua tak senang, w idu warga pada sengit,
timbullah keributan, m etu nyut,
dan terhadap suami akan m ating lakine marebat.
timbul pertengkaran.

49. Sabda itu artinya berkata bila 49. Sabda iku tegese m angucap luput,
salah,
berani kepada suami, langgia m ating priya,
semua keluarga akan berani, windu w arga pada bani,
rakyatpun berani, bala purun,
mereka akan berbuat kejahatan. asayu to pada corah.

50. Idep itu artinya pikiran bila 50. Id ep iku tegese manah yan
salah, luput.
50

mempertimbangkan perbuatan, nginganin laksana ,


tidak sujud kepada Sang Hyang m utang m ala m aring Widi,
Widi,
pencuri akan banyak, m aling liu,
negara menjadi huru-hara. haro-hara kang nagara.

51. Seorang istri menjaga laki-laki 51. Nara wadu ngam ong laki catu r
dengan empat tujuan, suduky
semuanya dari hasil musyawarah, sam i ringpaum an,
terus menjaganya, m angem ban sai-sai,
tiga hal di atas, tri paw on ipun,
serta selalu menyapa dengan saha party am bram a
kata-kata manis. suswara.

52. Suami istri laksana sebuah perahu 52. L aki wadu upam ane prahu
yang besar, agung,
berangkat berlayar, lunga malelayar,
sambil menjaga layar dan kemudi, nyaga bidak m uang kem udi,
agar perahu itu menuju tujuan pada anut prahu ken cen g
dan cepat jalannya harus seia turin gancang. •
sekata.
53. Pengemudi di belakang salah, 52. Tukang ipun salah ngam udi ring
mungkin jalannya berubah, pungkur,
bila pemegang layar yang salah, m anaw ane obah,
jalannya tak akan cepat, y an g tukung bidak nyane pelih,
pasti tak akan mencari tujuan.” b oy a sinah pacan g tungkap.

18a. 18a.
54. Setelah jin Candrasih selesai 54. Sam pun p u pu t Jim Candrasih
berkata, m aw uw us,
”O tuan 'Putri, ih dew a sang Ratna.
ingatkan akan nasihat hamba, eling-eling den pakeling,
nini akan pulang, n in i mantuk,
karena hari sudah siang.” w us rahina kang diwasa.
55 Pagi hari setelah matahari ber­ 55. D a w u h p itu Sang H yang
sinar, R aw i sam pun m etu ,
akhirnya gadis itu, w ekasan sang Rara,
tak dapat tidur semalam suntuk, tan ana nidra saw engi tur jum ujug,
lalu masuk ke asrama bersama kapasraman kalih inya.
51

pembantunya.
56. Mereka berempat berkeliling 56. Sang kacatur m ideranin
menyenangkan hatinya, pacan g kulangun,
sambil memetik bunga, m ahas ngalap sekar,
angin bertiup dengan lembut, samirana ne ngusisir,
perlahan-lahan, ararantun ,
meniup bunga pucuk muda. harm rin g sekar sinuam.

Pupuh Sinom Pupuh Sinom


1. Entah berapa lama saatnya 1. N data tita kala lungha,
bepergian,
diceritakan kembali, m awantun ceritan e m angkin,
tersebut seorang raja agung ana ratu dibia rangha prasasta
yang sangat terkenal sedang anyakra bumi,
memerintah,
segala musuhnya tak ada yang kancan ripu nora w ant
berani,
banyak negara yang tunduk, jam bu warsane sem uyung,
karena pengaruh para pendeta­ sasare para pandita,
nya,
demikian pula bala tentaranya luir danur-darime sami,
semua,
raja besar, ja ti Prabu,
bernama Raja Gilingwesi. G ilin gw esi maka nama.
2. Baginda raja wibawanya sangat 2. Luih w ibaw ane sang Nata,
besar,
tahu akan isi sastra, wruh rin g sadaginging aji,
sangat sujud kepada para dewa, astiti bakti ring dewa,
terlalu memuja leluhur, netepang m am uja pitri,
melaksanakan bu ta yadnya bu ta-yajnyane ngesasih,
setiap bulan,
selalu m em ohon ketenteraman mahayu ja ga t satuwuk,
dunia,
selalu berbuat kebaikan, m angaw e prap ti darsana,
demikian pula bersedekah m apunia rin g w atek R esi,
terhadap para resi,
para pembantunya, bala punggawa,
52

serta rakyatnya semuaditolong- w adwa ika tinulung.


nya.

18b. 18b.
3. Memberi pengertian kepada orang 3. A jnyananira sw eca m ating
yang congkak, sarwa garw a ,
suci murni laksana bulan, su ci k adi sasih,
mengetahui weda dan sruti, ngam ong w eda m w ang seru ti
kaya akan hamba sahaya, w ibuh wadua ran akikit,
banyak bupatinya tak terhitung, bu pati tan keneng itung,
bahudanda semuanya gembira, baudanda pada rena,
para petani berhaal baik, bala tani lintang wredi,
subur makmur, teduh landuh ,
karena tindakan baginda raja. kirtin angunge makrana.

4. Beliau bertahta di Lesanpura, 4. Jum eneng ring Lesanpurat


berputra seorang putra, m aputra lanang sanunggil,
bernama raden Anom Darmika, R ahaden A non D arm ika ,
dihormati di dunia ini, kastaw a hana ring bhumi,
bagus tak ada tandingannya, pek ik rmlus tan patanding ,
penjelmaan Hyang Hari, H yan g H ari ida manurun,
menjelma sebagai manusia, awatara ring manusa,
berada di Jawa, ju m en en g rin g Jaw a bum iy
amat bagus, lintang bagus,
tak ada yang menyamainya. tuara ada sam en pada.

5. Pada suatu saat, 5. H ulung tabeh kang diwasa,


baginda raja ke luar, m ijil sira S ri B u pati,
menuju di balai pertemuan, ju m u ju g m ating paseban.
diiringi oleh para menteri, Wira m antri tias mangiring,
semua teratur berbaris, tur ram ia tata baris,
lengkap dengan alat-alat raja, tetep sesane ning ratu ,
mereka yang menghadap semua panangkilan pada atap,
duduk,
penuh sesak, syuh penuh tan pasiring,
riuh gemuruh, aneng manguntur,
penuh sesak tak ada tempat abeknya tan palinggaran.
kosong.
53

6. Para pendeta menghormat, 6. Bahudanda awot-sekar,


saat baginda raja tiba, sapraptine sang Bupati,
dihiasi senyuman, naggul sira ring samita,
diiringi dengan lirikan mata, m aduluran antuk tiring,
hamba sahaya dan mantri suka rena cita bala mantri,
cita,
segera beliau duduk, sayaga ida malungguh,
di singgasana, m aring palangka nana,
diapit oleh payung agung, catra angapit,
bercahaya, endih murub,
laksana lautan. k adi sagara buwana.

7. Didampingi oleh putra baginda, 7. K asanding ring sura raja,


semuanya bersinggasana manik, sam i m apalangka manik,
kepada mereka yang duduk aneng k iri ungguan ia,
di sebelah kiri,
baginda raja bersabda, ujar ira S ri Bupati,
pelan halus manis, nyunyur dabdab sada haris,
”Ya para rakreyan dan para eh Rakrayan paraM pu,
empu,
beserta para bahudanda, lan B ahudanda sadaya,
anakku ini, sutane m anira iki,
akan naik tahta menjadi raja, n y en di Ratu,
bila tuan-tuan setuju.” yan g sira ta pada haran.

19a.
8. Demikian sabda beliau, 8. Nahan w uw us sangN ata,
bahudanda berkata serempak, Bahudanda saur paksi,
menyetujui pendapat beliau, m am ingsinggih S ri Narendra,
kemudian Raden Anom ber­ R aden A n om m atur singgih,
datang sembah,
’’
Hamba bersedia untuk nyadia titiang ja d i ngiring,
menerimanya,
bila tuanku sudah yakin, yan pukulan w us hawruh,
karena hamba terlalu bodoh, d on in g titiang lintang tuna,
jauh kurang dengan para kacew a ring w atek mantri,
menteri,
belum mengetahui tentang durung m angguh yan darm a
pikiran kadarman, tatimbangan.
54

9. Pengalaman juga kurang,” 9. R arem bayan taler kirang,


baginda raja menjawab, nam pi walen S ri Bupati,
”Tak kurang Bagawan, Bhagawan t an ana kurang,
yang akan mengajar anaknda ngajar sirana ring puri,
di istana,
jangan anaknda ragu-ragu, ayua sira walanghati,
dan jangan kawatir anaknda nora nyandang pacan g kangguh
mencari istri, idew a m ajatu krama,
sebagai tatakrama, ger-uger tata krami,
menjadi raja, ngadeg agung,
sebagai istri di Lesanpura. maka istri L esanpura
10. Pilihlah dalam kerajaan ini, 10. Pilih dew a ring wawengkangan,
tak kurang para istri, tana kirang para putri,
putra raja-raja, putran ratu,
yang bijaksana wiguna w icaksana w iguna dreda ring aji,
terhadap ilmu pengetahuan,
dan juga para hamba dan m alih bekan bala mantri,
menteri,”
semua tunduk, duaning sam ipad a nungkul,
apalagi yang dikhawatirkan, napi m alih o sengkayang.
Raden Anom berdatang sembah, R aden A n om aw ot sari,
suaranya manis, suara nyunyur,
jelas semuanya mendengar. teteh tinggar sam i m iarsa

11. Sebelum hamba mempunyai 11. S a d u ru n gejay a sd esa,


kesaktian,
hamba belum hendak mencari m indah titiang ngalap rabi,
istri,
tak sanggup akan memelihara ton sum angga ngem ban rabiya,
istri,
memelihara rakyat dan para ngabet wadua para mantri,
menteri,
Bagawantanya menjawab, Bagaw antane manyawurin.
yang bernama Resi Windune, R e si W indune kawuwus,
’’
Hamba tidak menyombongkan nora titiang m angubdayang,
diri,
apa yang ada pada diri kami, saw entene m aring mami,
hingga selesai, sam pe putus.
55

hamba bersedia akan mengajar­ nyadia titiang pacan g ngajar.


kannya.”

19b. 19b.
12. Putra raja berkata, 12. N repa putra mangandika,
’’
Teruskanlah sekarang tuanku, du ru s ratu sane mangkin,
menjadi raja diraja, ratuayang nata ning nata,
pegangan seorang yang berkuasa, agem an sang m awa bu m i
segala hal dan pikiran yang sarwa naya nene su lit,
sukar-sukar,
selalu belajar,” panugrahane satuuk,
Sang Wiku berkata, sang Wiku asung wecana,
’ ’
K ew ajiban raja, tata ratu,
adalah membahagiakan negara. sandi n ingm ah ayu jagat.

13. Pikiran bermula tentang 13. Purw ane ajanyana sukla,


kesempurnaan,
ingin mengadakan keputusan, ayun obah ayun esib tan elik,
tak terpengaruh hal-hal yang lain, ring adrew e ing lian,
mengambil contoh yang berada ngalap ane ngawa bum i,
di bumi,
laksana perjalanan bulan, luir sasangka ning margi,
membahagiakan seluruh yang m ahayu lu ir ning tumuruh,
tumbuh,
matahari memanasi dunia, buskara nenesing jagaty
tak memilih baik buruk, ala ayu tan am alih,
hal itu perlu ditiru, nyandang tiru,
sebagai pelaksanaan matahari. laksanane surya m arga

14. Dengarkan keluhan masyarakat, 14. R engenan tikang negara,


periksa kesedihan negara, laran jagate tilikin,
juga tentang kesengsaraan kalih w aduane sangsara,
rakyat,
perlu mereka didatangi, nyandangaw as ia paranin,
usahakan menggembirakan osahaken pisukanin bala-tani
masyarakat petani dan nyandang empu,
perlu dijaga,
semua itu yang menyebabkan nka sangkan ikang kawiryan,
kesenangan,
56

jangari berpura-pura tidak aja sira mapi-tani,


tahu,
adapun yang menyebabkan sangkan agung,
keagungan,
karena kekayaan rakyat. bala kosane ngawinang.

15. Tingkah seorang yang tak 15. Yan am bek w ang asrnaha,
berpenghasilan,
tak diketahui kerusakannya, karusakan tan uningin,
rakyat miskin serta banyak ja ga t sayah m aling galak,
pencuri,
mendatangi raja, m an gepet sang Narapati,
mencerca raja, tininda S ri Nrepati,
dan rakyat bodoh, katkan balane punggung,
semua itu membuat kesusahan, sehanane m enyebelan g age sira
segera tuan menolongnya, manulungin,
jangan menghitung, ayw a ngitung,
banyaknya harta benda yang kueh ing biaya pacan g
dikorbankan. punia.

20a.
16. Lihatlah desa-desa, 16. Cingak dew a padusunan,
setiap yang kurang diberitahukan, asing tunapituturin,
di antaranya pratim a desa, m akadi pratim an desa,
pura puseh pura desa agar baik, Puseh D ew a m angda becik,
bila tidak demikian, yan in g nora kadi yukti.
situasi desa akan ribut, D esa bondannara umung,
setiap pertemuan akan bertengkar, bilan g sangkep m iyegan,
* perkataan atas mengatasi, ujare saling tam bungin,
tak menentu, p a ti kacuh,
segera tuan menolongnya. tulung dew a gegelisa n
17. Bila puma Dalem rusak akan 17. Pura D alem e . karusakan punika
menimbulkan penyakit, ngaw etuang sakit,
orang mati tak berkeputusan, nara pejah tan putusan,
laki perempuan tua muda, rara bajang agung alit,
bila itu dibiarkan, ika Jtyandang patam tam inK
akan inenghancurkan raja, m angrugiang sang N ata Ratu,
yang menyebabkan hasilnya d u li labane makirang.
57

berkurang,
bala tentara tak akan bertambah, B alane nora werdi,
tetapi bila selamat, yan rahayu,
jalan akan lancar dan mendatang­ m arga gan tar w etu laba.
kan hasil.
18. Keadaan sebuah taman negara, 18. D arm aning taman nagara,
bila tidak dipelihara, pada nora karisakin,
padi akan banyak kerusakan nara ja gu l pari rusak ,
bila orang-orang bodoh,
dan hal ini menimbulkan orang taler m angaw inang rusit,
berbuat kenakalan,
desa-desa kurang bersih, padusunan kirang bresih,
akan banyak penyakit yang akueh pin akite metu, :
timbul,
hal semacam ini perlu diganti nyandang gen tosin pangem puan,
petugasnya,
yang tahu akan ilmu pengetahuan, ne weruh ring afnyana aji,
agar selamat, m angde kukuh,
sebagai penuntun desa.” maka gurun padusunan.
19. Demikian uraian sang pendeta, 19. Patangguh ning Bhagawanta,
terhadap raja putra itu, m aring putrane Narapati,
lalu beliau berkata sambil ngandika saha ngadpada,
berdatang sembah,
titiang dahat m am isinggih,
’’Hamba akan menjunjung tinggi,
y o g y a sajnyana aji,
sebenarnya hal ini,
tigang sasih ranah m pu,
selama tiga bulan kemudian,
irika p u pu t samaya,
saat itulah janji hamba,
kabiseka m awa bum i,
menduduki tahta kerajaan,
kantun kulub ,
sekarang belum masak,
ring p idarta sang Sadaka.
terhadap ajaran sang Sadaka.
20. Pikiran hamba belum tetap, 20. Manah titian g kantun obah,
karena umur masih amat muda, kagenda yusan e alitf
sebagai seorang muda, angganing arep ing muda,
setiap yang baru dilihat, asing anyar wau kaksi,
ingin untuk mendapatkan, kengin ndatan kagugiianin,
walau tak ada hasilnya, nispatakaw redian ipun,
semua ini belum dapat durung rata sida pasah, '
58

dipisahkan,
kesenangan hamba setiap hari, legan titiang sahi-sahi,
berburu, m ababuru ,
di dalam hutan belantara.” rin g telen g ing wanawasa.

20 b. 20b.
21. Baginda raja lain menyelanya, 21. Sang Srinata raris nanggal,
memberikan nasihat, m anyelem pulungin sajnya aji,

’D engarlah baik-baik, renga dew a ju a tatasang,
ajaran sang pendeta yang benar, pasw aneh pandita yukti,
jangan anaknda ragu-ragu aja sira bari-bari aneng
terhadap kebenaran perkataan ujar ring sang Putus,
sang Putus,
kau akan kena kutukan, kna upadraw a dew a,
anakku hanya kau sendiri, putran bapa tuah sinunggil,
jangan menolak, ayuw a nglimur,
perhatian nasihat-nasihat itu. tu tute ju a tatasang.

22. Bersiap-siaplah anaknda, 22. D abdabang dew a dabdabang,


semasih diri kecil, m ungpung raga kari alit,
mempelajarkan diri, m alajah nyolahang raga,
pegang darma sadu itu, darm a sadune guguanin,
jangan iri kepada orang pandai, aja irsya kinang a ji
tidak senang kepada orang yang d u leg m aring nara lacur,
miskin,
jangan menyombongkan diri, sam pun bon ggan g m aring raga,
walaupun diri sangat hebat, yadyastun agung m anginggil,
masih amat banyak, akw eh kantun,
yang perlu ditanyakan. sane nyandang katunasang.
23. Hati-hatilah berbuat, 23. Tiru-tiruang ju a masolah,
pikirkan baik-baik di hati, ring raga galih-galihin,
baik buruknya agar pasti, ala ayu m angda tatas,
adapun kedudukan orang yang linggih anak jrih in bum i,
ditakuti oleh masyarakat,
walaupun bukan keturunan yadin tan sujadm a ja ti dreda
orang berkasta, bakti ia m anyungsung,
mereka akan hormat berbakti, singnya w m h ajnyana sukla ,
karena tahu akan kebenaran. biksu ring upaya sandi.
59

tahu akan akal budi, nyandang ajum ,


ini perlu dipuji, patu t jen en gan g parayogya.
patut dijadikan raja.
24. Jangan kau membeda-bedakan, 24. H ayua kita masanehan,
karena sebenarnya kita ini satu, fatinnyane kaw it tunggil,
catu r wangsa dengan tri wangsa, catu r wangsa lan tri wangsa,
antara raja dengan rakyatnya, bala ratune sawawi,
adalah satu, panunggilnya wantah janm i,
semua itu adalah manusia sama, parupayan taler patuh,
adapun adanya lingga swara, krana w enten lingga swara,
disembahkan karena adanya besar agung alite ngawanin,
kecil,
yang menyebabkan, sangkan metu,
halus kasarnya bahasa. anggah ungguh paribasa.

25. Jangan salah berkata-kata 25. A yu a sasar mawacana,


menjadi seorang raja, n gadeg agung mahutami,
agar jangan ditiru oleh rakyat, tan katiru m ating wadwa,
ini menyebabkan mempunyai dadi ten get m awa bumi,
wibawa sebagai seorang raja,
laksana sang Kesari, lu ir kem ana lan kesari,
demikian umpamanya, sam punika lu ir ipun,
disebutkan hari itu, ucapan ikang diwasa,
sudah siang hari, w uw us lingsir Sang H yang Rawi,
dan sudah selesai, sam pan pu pu t,
para yang hadir sudah semua panangkilan sam i bubar.

2 la. bubar- 21a.


26. Malam hari sudah berlalu, 26. Lungha w en gi kawuwusarv
kini hari sudah pagi, nulia en jin g sane mangkin,
bunga-bunga sudah mekar, jagra ikang kumuda,
baunya semerbak, am bunnyane sum ar merik,
ditiup angin siliran, katem puh ring samigati,
burung-burung ribut bersuara, paksin e m asuara umung,
ada yang berada di cabang ana rin g pa n g nikang wreksa,
pohon beringin,
laksana raksasa yang menangis, saksat kanigka m enangis tin ggal
kesedihan tinggalkan kekasih. kakung,
kapuhit mara-gatm.
60

27. Burung bangau bersuara sekali, 27. Suaran ban gone apisan,
burung-burung terkejut lalu kagiat m ib er pada paksi,
terbang, rin g u n in in g ban go ikat
konon masa lalu tentang burung
bagau itu, lu ir pangaduh kanang stri,
laksana sakit seorang wanita, wawu n eden g warapsari,
yang baru meningkat dewasa, kapwarangan wau-wau,
dikawin paksakan, m aring y ayah kalih rena,
oleh ibu bapaknya, wau am or in g saw engi,
baru bergaul semalam, anyerit antu,
menjerit lalu pingsan, wau tem be rinbasa.
karena baru merasakan.
28. Di malam hari, 28. R i dasam i punang kresna,
terlintaslah bulan di langit, sasih katon aneng Langit,
hanya setengah, satengahnya katinghalan,
warnanya pucat karena terang acum kasundarin rawi,
matahari,
laksana wanita yang kesedihan, luir w anita kasih-kasih ,
sambil melihat suaminya, sarw i ninjo laki nipun,
melalui sebelah pintu, m ahalingan lawang asibak,
sebagai perbuatan orang yang lam pah sang sen en g m an yilib ,
suka bekeija tidak terang-
terangan,
yang masih ada, sang akantun ,
keterangan yang tertinggal. pakirang w us katinggalan.

21b. 2 1 b.
29. Mencari bunga di dalam telaga, 29. Ruru pu spa ning udyana,
di dalam tanah kelihatan seperti m aring lem ah sawang
menangis, ndngis,
melekat pada jaring laba-laba, katut m aring kabang kakawa ,
laksana orang yang sedang angganing w ang seden g asih ,
berkasih-kasihan,
memeluk dengan beralaskan nglut galen g menanpanin,
bantal,
maka tidur lelap, dadianya nidra katungkul,
tanda • waktu sudah berbunyi, m aglendeng panalikah,
gembira bersanria-sama batigiin, kascaryan m awungu sami,
61

ingin pulang, jaga m antuk,


tetapi istrinya menolak. istrinnyane manulakang.

30. Jangan tuan tergesa-gesa, 30. Sam pun dew a kapupungan,


karena hasi sudah siang, duaning lintang siange mangkin,
saya amat takut diketahui, ajrih titiang pacan g kaciryan,
laki-laki itu segera ingin pergi, m abos lakine ne gelis,
tetapi wanita itu meminta, istrin nyane ngasih-asih,
marilah kembali, ngiring dew a m alih m m angsul,
bersembunyi di dalam kamar, kam eten m asingidan,
jangan tuan ragu-ragu, sam pun dew a walang ati,
saya sanggup, titiang sanggup,
mencari daya upaya.” m angeka daya upaya.

31. Diceritakan hari sudah siang, 31. R ahina tatas kawuwusant


Raden Mantri ke luar, m ijil sira R aden Mantri,
diantar oleh Pagag Pageg, Pagag P ageg mangiringang,
dua orang sahayanya yang parekan sayang kakalih,
disayanginya,
lalu berkata berbisik-bisik, m awacana wisik-wisik,
ingin berjalan sembunyi dari m arga n ylib ring sang
sang prabu, Prabhu,
masuk ke dalam hutan, nyusup m aring wanawasa,
ingin segera berangkat, lungha sadinane mangkin,
’’Ham baku, rakyan ingsun,
cepat sediakan perbekalan.” age babekelan cawisang.

32. Sekitar pukul 6 pagi lalu ber­ 32. D auh pisan terus cawisang,
jalan,
tombak demikian juga bedil, tum bak b edile tan mari,
dan sudah melewati kerajaan, sam pun langkung ring nagara,
selalu diiringkan oleh hambanya, tan sah kadeyan m angiring,
tetapi tak seekor buruan yang m ababuru tatan olih,
didapatnya,
masuk ke gunung alas, m anyusup kagunung-gunung,
berkeliling di tengah hutan, m aider m adianing wana,
menuruni lembah menaiki tedun luwah m unggah giri,
gunung,
dan akhirnya malam hari, n du gi dalu,
maka tidurlah di tengah hutan. m akolem wancala.
62

33. Setelah hari siang, 33. Wuwus rah im kanantian,


lalu melanjutkan perjalanannya, tu m u li ram mamargi,
mereka tidak kenal akan daerah n ore weruh ring pajagatan,
itu,
mereka bertiga bingung, kem engan sang tiga m angkin,
tidak tahu utara selatan, lor k id u l tan ana eling,
jalannya terlunta-lunta, m am argine kalapu-lapu,
lalu menjumpai sebuah ladang
yang luas, m am anggihin tegai jam bat,
mereka berjalan pelan-pelan, pam argine dabdab aris,
amat payah, dahat lesu,
lalu berhenti di bawah pohon ararian sorin g wandira.
beringin.
34. I Pagag dan I Pageg ditanyai, 34. IP a g a g P agag aturan,
berkatalah Raden Mantri, m angandika R aden Mantri,

’Ham baku keduanya, rakriani insgun m aka roa,
jalan yang mana akan dituju, encen ja n i lakar ungsi,
pekerjaan sekarang ini amat durbala gaw en e jani,
malang,”
pengiring beliau berkata halus, kadeyani alon matur,
’’M arilah kembali sudah sore, ngiring m antuk ring negara,
sinar matahari sudah sejuk. tistis m anda Sang H yang Surya.
35. Tersebutlah di perjalanan, 35. Tucapana ring marga,
lalu bertemu dengan taman yang kecunduk taman asri,
indah,
dan sangat sempurna, tur rahayune, kalintang,
lalu raden Mantri berkata halus, sang anom ngandika aris,
”Ah perasaanku ini kiranya ah ih pasan ingsun iki,
ada yang menunggunya,
suci b ersih. mengherankan, ’
’ rasa ana nara nunggu,
berjalan sambil berkata-kata, su ci bersih kagaokang atutur,
dengan tiba-tiba, sarw i mamargi,
ada seorang wanita yang kaget ndulu,
sedang mandi. nara istri masuciyan.
36. Lalu berhenti di tepi telaga itu, 36. M araryan tep i ning tlaga,
serta melihat orang yang sedang sarw i n on ton sang mabresih,
63

mandi itu,
dari bawah pohon nagasari, saking so r ing nagapuspa,
para gadis itu tidak mengetahui­ para wanita tan u n ing,
nya,
asik semuanya mandi, ngaligas m ak obok sami,
mereka ribut mandi dalam telaga geger m adiyus ring ranu,
itu,
berhias mengantarkan sang pa jelen te m angiring sang
Diah, diah,
dan sudah selesai mandi, saget sam pun mandayani,
kemudian pulang, raris mantuk,
selesailah mandi di telaga itu. p u pu t adyus ring udyana.

22b. 22b.
37. Perjalanan diikuti oleh Raden 37. K etu tbu ri lam pah ira olih sira
Mantri, R aden M antri,
I Pagag ke depan, Paman Pagag mangarepang,
”Ya tuanku ada jelita, inggih ratu sang Apakik,
bulan di dunia sudah kelihatan, sasih bu m i sinah m angkin,
turun di dalam telaga itu, m ating udiyana m anurun,
di tengah hutan, naring telen g in g wanawasa,
karena kebijaksanaan yang saking wikun sang mangawi,
mengadakan,
agar jangan, m angda sampun,
orang lain yang menyaksikan? nara lian mangantenang.
nya.

38. Kemalangan yang menyebabkan, 38. D urlabane mangawinang,


berburu dari kemarin, m ababuru saking dibi,
ini barangkali yang menjadi n iki inab laba dew a,
hasilnya,
dari Ida Sang Hyang Widi, saking liang Sang H yang Kawi,
apa akal sekarang, napi upayane mangkin,
agar dapat bertemu, m angda sid a ju a m atemu,
mudah-mudahan diterimanya, dum adak sadia katrima,
menginap malam ini, m akulen saw engi m angkin,
bila rugi, yan nya lacur,
wanita sudah bersuami.” paw estri w us sinangkreban
64

39. I Pagag lalu menghadap kakaknya, 39. Pagag nangkil ring kaharnya,
bila kemalangan yang menyebab­ kaget laeure ngawinin,
kan,
siapa tahu gadis pingitan, singnya istri sangkringan,
alangkah malangnya menjelma aduh laeure dum adi,
ini,
ingin tetap seorang diri, saking nyadia padidihan,
melihat gadis siang dan malam, m an on ton istri siang dalu,
dan ditambah dengan nasih sial, lan mawawah catu r krandan
kemalangan bertumpuk-tumpuk, dew eke m atindih,
karena nasib menghamba ber­ saking lacur b eli ngawula,
sama saya. sareng titiang.
40. Aku kagum benar, 40. K asob saja manah titiang,
kebahagiaan orang beristri, sadian anake marahi,
berdiam di tempat yang sunyi, m agenah ring suni antara,
menyembunyikan seorang istri, m anyingidang anak istri,
yang dapat menimbulkan bahaya, anggon m am ayasin ukir,
namun ia tak pernah bingung, ia satata nara ibuk ,
mungkin mereka tak memikirkan inab ton g ngitungang pangan,
makanan,
karena jauh perhatiannya, lian lengannyane sai,
tiba-tiba ia jatuh, saget runtuh,
tinggallah Raden Mantri sendiri. katun ida Rahadyan.

23a. 23a
41. Semua amat kaget, 41. K agiat kalintang osah,
ribut menjerit, dadi um ung pada nyerit,
I Pagag Pageg berteriak meminta 1Pagag P ageg m aguyang
tolong, tulung-tulung m anulam i,
”Ya tuan sang bagus, inggih ratu sang apekik .
mengapa tuan demikian ini, nguda ratu ju a kadurus,
tuan adalah permataku, m as m irah titiang idewa,
sampai hati tuan meninggalkan, lalis ratu maninggalin,
lihatlah ke belakang, nolih kepungkur,
sang Diah beserta pembantunya.” sang D iah lan f para inya.
65

Pupuh Pangkur Pupuh Pangkur


1. Raden Dewi kaget, /. R aden D ew i nulia kagiat,
demikian pula para pembantunya, m iwah para inyane maka, somi,
mendengar ada orang minta tolong, m adengar m ita tulung,
segera mereka kembali, agelis ida matu lak,
bersama-sama, tur sagerehan,
para pelayannya mengantarkan w ang joroa n ngiring
bersama-sama, pagrudug,
terlihatlah seorang yang bagus, nara bagus katinghalan,
dipangku berdua. kahem ban sareng kalih.
2. ’’
Siapa kau yang datang ini, 2. D atengan sira prapta,
dan dari mana kau ini,” kalih sangkane ngamaranin,
’’
K adehan menjawab, kadehan nim bal matur,
’’
K am i dari Lesanpura, w ang sakeng Lesanpura,
hamba tak tahu jalan, titiang paling,
bersama sang Prabu, m angiring ida sang Prabu,
berburu tetapi tak berhasil, m ababuru tan oliha,
masuk ke dalam hutan ini.” nyusup m aring w a n a giri
3. Diah Udyatmika berkata, 3 . D iah U dyatm ika ngandika,
’’
Segera bawa bila benar putra raja, g e lis pu n d u t y an tuhu okan Nrepati,
bawalah ke pondokku, gaw anen ring p on d o k ingsun,
karena belas kasihan sang Dyah, saking pasw ecan san g dyah,
akibat teringat akan kata-kata denin g elin g ring tutur
orang tua dulu, ninine sampun,
mungkin jod oh akan datang, jatu kram a m eh datenga,
para hambanya lalu segera kadiane m anyunggi gelis.
menggotongnya.
4. Obat-obat tidak berhasil, 4. N irguna ikanang sembar,
maka itu kedua pengiringnya nulia osah parekane maka
gelisah, kalih,
menangis 'terisak-isak, martulame segu-segu,
ya tuan junjunganku, duh m as mirah idew a sang siniwi,
orang bagus tak ada bandingannya, anom pek ik tur anulus,
siapa yang hemba cari, sira m angkin gaw at titiang,
tuan Raden Darmika. R ahadyan D arm ika a ji
66

23b. 23b.
5. Setelah sampai di taman, 5. Teka ring umah ing tam an ,
raja putra akhirnya mulai sadar, nrepati putranora manglilir,
segera mereka menolongnya, sahasa sam ia manulung,
sang Dewi lalu berkata, sang D ew i mawencana,
”Kau Jae, sira Jae,
segera disembur beliau itu,” enggal sem bar sang kantun,
para pelayan memberikannya, para inya im ang ngaturang,
menolong bergantian. matu lung aganti-ganti
6. Tak ada orang lain, 6. Narana waneh santana,
adalah seorang putra raja, Prabu Putra lanang sanunggil,
dari negara yang amat terkenal, ring nagara dahat kastu ,
raja yang kaya akan rakyat, ratu w ibuh ing wadwa,
pendeta-pendetanya bijaksana para B iksu Trenawindu ajnya
bernama Biksu Tresnawindu, pu tu s ,
sampai hati tuan meninggalkan, dadi las dew a m atinggal,
dan Raden Dewi lalu menangis. R aden D ew i nuli manangis.

7. Ia terus mengigau, 7. Srupatane tan putusan ,


’’
Ham ba sekalian segeralah kadeyan sira gelis nene ja n i
sekarang ini, m angkin ,
kerjakan di tempat tidurku, gaw a ring patu ron ingsun,
pasang kelambunya, klam bune rinangkeban,
jangan paman masih bersedih tinggal pam an aja sira
hati, kari sungsut,
aku telah dianugrahi, m anira asung nugraha,
oleh ayahnda sekarang ini.” m aring tuhanta nene mangkin.

8. Lalu semua ke luar, 8. N ulia sam i kajabayan ,


cepat segala apa yang akan saw ega salw ir ning ne
diambil, kahambil,
dengan air sudah akan selesai, m aring banyu p u p u t sam pun ,
baru pertama kalinya diatasi, wau pisan kahungkulan,
dalam tempat tidur, je r o ning langse,
apalagi sang Diah menolongnya, m alingan D iah m anulung ,
sang Putra raja mengingat-ingat, N repa Putra m elin g ira,
berkata lemah lembut. manda-manda w acanane haris.

9. Memeluk leher sambil menciumi, 9. N gelu tgu lu ngaras-aras.


67


Teruskanlah cinta tuan, tulus ratu sueea rin g titiang,
terhadapku, sukan titian g kapilangu,
kegembiraan saya tak terhingga, tan m ari wanekekang.
tak pernah puas,” R aden D ew i pun m angucape
kemudian Raden Dewi berkata m anis nyunyur,
manis,
memberikan obat, w alesaken tam ba ning wangt
mengandung daya hidup. ring dagingin g ajnya ja t i

24a.
10. Ditempatkan pada ujung kepala, 10. M aka tutuk su ci muka,
dwijendra yang terletak pada dw ijundra sane m unggguh ring
pusat, nabi
di mata terletak sinta, ring pan on sintane m ungguh,
dalam kebajikan tempat yang genah landepe ring guna,
tajam,
hal itulah, nika m alih,
yang ingin hamba minta, nyandang tunas titian g ratu,
belum masak dalam sarungnya, durung m anjinging urangka,
dan sarung dimasuki keris. urangka m anjinging keris.

11. ’’B ila tuan kasihan kepada saya, 11. Y an asung dew a ring titiang ,
tunjukanlah kasih tuan kepada m an yihn ayang.suecane ring
saya sekarang,” titiang mangkin,
kemudian putra raja itu diam m enen g sang anom ngalesu,
kepayahan,
lalu Pagag menyahut, pun Pagag nim bal imang,
diikuti oleh, kasarengin,
adiknya dengan nada senda ring rahine saw ur guyu
gurau ’ ’
Seekor ayam bertaji, ayam m ataji sinunggal,
memukul tapi tak melukai.” m agebug nora n aton in

12. ”Apa yang kamu katakan, 12. P eta apa ju a iba,


’’sang Ayu berkata marah sambil sawur banggras sang ayu
menuding, manudingin,
’’cocok dengan wajahmu yang p a n tesgob a n iba pangus,
jelek ini,
badanmu pendek serta kasar, awak pon tan g turin rengas,
telinga kecil, ku pin g pirut.
68

suaramu parau tak mengenakan/’ gora m u n yi ne m em esu,


Pagag m ohon maaf karena Pagag m atur sinam pura m an g
kesalah-salahannya. ipune mangenanin.

13. Manusia yang jelek menjadi 13. Jadm a b o co k m am erakan,


hamba sahaya,
mengadu ayam, m angum balang ayam e kalintang,
banci, wanci,
pukulannya amat lemah, gu gu b u ge lem et agung,
ah kamu ini siapa, ah ihniba w ang apa,
mengadu kebagusanmu, ngadu bagus,
berkata seenakmu di gunung ini, n gen d og kai m aring gunung,
benar kau sakit asmara di k ota”, tuah raras ing nagara,
’’Raden Mantri menjawab sambil R aden M antri kenying nulurin.
9 tersenyum,
14. ’’
Pagag Pageg diamlah, 14. Pagag P ageg ajangucap,
aku kesukaran melawannya,” nira dahat pakew uh nandingin,
”Ya tuan putri yang cantik, nggih ratu sang A yu Arum,
hamba mohon maaf, ndaw eg pisan sinam pura panjak
orang desa, ; dusun,
tak kenal akan sor singgih, tan wruh ring anggah-ungguh,
kekurangan akan tatalaksana, katunan rin g tata krama,
dan amat bodoh tak terkira-kira. pu n ggu n g ju g u l tan patanding.
15. Bukan hamba hendak memuji, 15. B oy a titiang m anyum bungan,
terhadap diri tuan putri, rin g sang ayu,
laksana bidadari, luir k adi Apsari,
sebagai manik, m ustikaning manerus,
senyuman tuan, y a ta ring sasmita,
bila melirik, yanangliring,
laksana kilat menyembur, lu ir kilat tatit abarung,
kata-kata tuan laksana madu, w acana luir m adudraw a
dan kulit tuan laksana daun w acana lu ir m adudraw a
sari. plaw a sari

24b. 24b.
16. Dewa kecantikan di dunia ini, 16. D ew a ning ayu sajagat,
tak ada lagi, ta tan ana,
69

mengalahkan bila hendak ada sorin g aw yatyan ana m amadem i,


yang menandinginya,
Dewa Arnawa menjelma, hyang-hyang ning Arnawa nurun,
amat suci, kadahat su ci nirm ala ,
tak ada batasnya, tan pasiring,
Dewa Asmara turun, H yang ning A sm ara manurun,
puncak keindahan di tempat m ustika ning pagulingan,
tidur,
bersatu dalam keindahan. pam upuluning karasmin.

17. Apa yang ada di bumi, 17. Sangkan-sangkan ning butala,


tak ada, nora hana,
menyamai keindahannya, m am adanin karasm in,
tak tahu apa yang harus dikata­ tan wruh ri panida ning wuwus,
kan,
segala perumpamaan pada pari-tasita ning krama,
tingkah laku,
patut ditiru, nyandang sungsung,
sebagai dasar negara, maka sangka ning nagara,
inti dari segala inti. sari sinusuning sari

18. Mohon maaf sebesar-besarnya, 18. A gu n g singgih samakna,


hamba terlalu berani, langgia titiang,
pada tuan yang cantik jelita, ring sang luir kadi ratih,
ingin hamba bertanya, den in g titiang dagat tandruh,
tahu akan wajah tuan, wruha rin g rupa,
dari mana, sangkan paran,
tuan putri hamba tak tahu dan ratu titiang tan w eruh kali
ingin kemudian mengetahuinya, sapa y en in g panelah,
agar hamba tahu yang sebenar­ m angda titiang tatas uning.
nya.”
19. Silakan tuan ceritakan, 19. D urus ratu pidartayang,
tuan putri kemudian berkata sang atu i ayu tandua a abda
lambat-lambat, aris,
”Saya adalah putra seorang raja, titian g w antah ratu,
di Puspanegara, m dHngBuspanegara,
nasib malang tertiup angin titiang lacur am pehang m aruta
kencang, agung,
nama hamba Udiatmika, U dyatm ika ne kastawa.
70

keadaan hamba dari dahulu.” panlah titiang saking nguni


20. Raden Matri lalu berkata, 20. R aden M antri saur sembah,
’’Teruskanlah, y en in g terus,
sudilah tuan ini sekarang mem- sueca ratu ne m angkin panjakang
perhambakan saya, ju a titiang ratu,
rasa kasih yang saya tunggu, w elase tunggun gesang,
tidak terpisahkan, nora pisah,
bersama hamba untuk menjadi sareng titiang nyenang
raja, agung,
marilah kita kembali, n giring m antuk aneng kota,
ke negara Lesanpura. rin g nagara Lesanpura.

25a. 25a.
21. Raden Dewi berkata sambil 21. Sang ajen g asawur sembah,
menyembah,
’’
Hamba akan menurutinya, inggih titiang wantah jaga ngiring,
bila tuan sudah menghendaki­ y an sam pun m antuk ring kayu n,
nya,
memperhamba saya orang yang ngawu layang titiang nista,
hina ini,
kurang guna kurang harta kurang inag gun a inakaya ina
kepandaian, kaweruh,
sudilah tuan memberikannya, ledang ratu m akayang,
kesucian hati yang bersih. sukla ning ajnyana luih.
22. Tak tahu hamba mengatakan 22. Tan uning titiang ngaturang,
apa-apa,
tentang hal itu, yan punika,
yang tuan kehendaki sekarang karsayang ratu mangkin,
ini,
hamba tak tahu sama sekali, dereng pisan titiang weruh,
sebagai kehendak sang suci, luir ning karsan i mirah,
karena itu, liw at sangka,
agar jangan salah tindak marilah m anda sam pun salah sengguh
kita tanyakan, n giring ratu paguruang,
kepada sang pendeta.” ring jen g pratidasidi.

23. Alangkah utamanya, 23. L intang lew ih mautama,


hati tuan ini, rin g ajnyana,
71

suci nirmala, sunia nirmala suci,


beliau Begawan Tresnawindu, jen g Bagawan Tresnawindu,
Bagawan Tanya Negara, bagawanta nagara,
amat terkenal, dahat kastawa,
yang selalu menjaga raja-raja, pangempua ning para ratu,
esok tuanku pergi ke negara, benjang ka negara,
bersama para pelayan semuanya. sareng para inya som i
24. Tidak diceritakan lagi, 24. Katakna carita,
konon matahari sudah terbenam. ucapan surup sang mertanggapati,
tersebutlah keadaan di tempat tidur, ring kulem mangkin kawuwus,
hampir kentongan berbunyi sekali, mehnsampun tabeh pisan,
Baden Mantri, Raden Mantri,
berdua dengan Diah Ayu, akaron lan Diah Ayu,
memupuk rasa kenikmatan di m uponin rasa turida aneng
taman Alpasari. taman A lpasarl
25. Sekarang hari hampir pagi, 25. D es enjing mangkin diwasa,
burung riuh rendah, paksi untung,
beserta binatang hutan lainnya, lan sato-wana malih,
mungkin hendak membangunkar inab nanginin sang ayu,
sang Ayu,
tidur bersama suaminya, aguling lan suaminya,
para pelayan, para inya,
Pagag Pageg, Pagag Pageg wus mawungu,
sudah bangun, epag pada maratengan,
segera sibuk memasak, ngireyangjaga mamargu
bersiap-siap akan berangkat.

25b. 25b.
26. Melihat berkeliling, 26. Mawas ikang dasa desa,
Raden Mantri, Raden Mantri,
tidur berdua dengan Raden Dewi, alaron lan Raden Dewi,
sambil melihat-lihat ke bawah, sarwi ngawas ukut-ukut,
tetapi masih tetap di tempat tan sah m ating paturuan,
tidur, ngarih-arih,
berkata kasih sayang,
”Oh mas juita, ngarih-arih.
72

duh m as mirah tuah iratut


manik dunia ini, sarin f agate dipada,
bangunlah tuan segera.” n giring ratu ge lis m atangi
27. Diah Ayu tersenyum, 27, D iah A yu m anyampita,
melirik dengan tajam dan manis, kolem lirin ge kalintang dahat
’’B aiklah tuanku,” galak amanis,
lalu mereka berdua keluar ngiring titiang ratu bagus,
m ijil ida makalihan,
laksana Sang Hyang Surya yangupam a Sang H yang Surya
menjelma, lan pituhu,
menuju tempat pemandian, ju m u ju g ring pasiraman,
dan mereka berdua sudah selesai sang kalih p u pu t mabresih,
mandi.

28. Setelah beliau tiba di rumah, 28. Saprapta ira ring umah,
mereka duduk bersanding di ring kalangka alungguh tur
tempat duduknya, masanding,
wajah sang Diah Ayu, w adanene sang D yah Ayu,
pucat laksana bulan, acum luir sasangka,
telah semalam dimakan Kalarau, w us katadah saw engi d e Kalarawu ,
pelayannya mempersembahkan panjrow an ngaturang dahar,
makanan,
dipersembahkannya pada mereka katur ring rahadian kalih,
berdua.
29. Setelah selesai semuanya, 29. Saw usan ida katuran,
mengatur perhiasan, nandang pahyas,
sang Ayu dan pembantunya ida sang A yu D iah apekik
sudah selesai, paw on gan e taler sampun,
Pagag Pageg dengan girang, P agag P ageg sarw i girang,
marilah kita segera hamba duh glisin titiang ngiring
mengantarkan di muka, u li d i malu,
agar jelas dapat mencari jalan, kapangguh m argine antar,
hamba bersedia mendahuluinya. titiang nyadia m angungkurin
30. Kemudian bersedia untuk 30. R aris ngireyang mamarga,
berangkat,
segala persiapan sudah tersedia, babekelane w us pu pu t cum awis,
kemudian berjalan, tu m u li raris lumaku,
73

diiringkan Kadeyan, kadeyan mangiringang,


’’T ingggalah di sini, kari dini,
aku akan meninggalkan dengan tinggal nira pang rahayu,
selamat,”
’’B erangkatlah junjungan hamba,” m argi ratu dew an titiang,
ia berkata sambil menangis. ature m aduluran tangis.

31. ”Moga-moga tuanku, 31. M oga dew a rahadyan,


berbahagia berada di sana,” nem u rah ajen gju m en en ge ring puri,
mereka berdua segera beijalan, sangkalih asrul lumaku,
diiringkan oleh Kadeyan, kadeyan m engiringang,
para hamba juga mengiringkan- para caraka tansah m angiring
nya, sampun,
dan sudah melintasi taman, sam pun langkung m aring taman,
bercengkerama. tutur sarw i m am argi

32. Jalannya pelan-pelan, 32. Pam argine malon-alonan,


selalu melihat ke belakang, tansah ida m anolih-nolih kari,
teringat akan telaga di sana, M elin g ring udyana iku,
keindahan bunga, lew ihaning alpasaria,
serta nenek tua yang sudah m iwah b ib i droba bakti
berjasa, saking dangu,
memungut dan mengantarkan nuduk ngajak m aring taman,
ke taman,
dengan wajah yang hitam pekat. selem a ring rupane nitir.
33. Kadeyan selalu mengantarkannya,
menghibur, 33 , K adeyan tan sahm engiras,
bernyanyi pangkur serta menari-
nari dijalan, nem bang pangkur sarw i m angigel
dan si Pagag amat jenaka, d i margi,
adiknya menari, dane Pagag lintang pangus,
kemudian bersama-sama arinnyane m anandak,
hingga ramai di peijalanan, tur m abriyuk hum ung lam pahe
lalu adiknya berlari-lari dalam rin g enu,
hutan, i ari m layu ring alas,
hingga semua kaget karena
mereka yang sedang berdiam diri. dadi kagit sedek n gepil
74

34. Harimau yang sedang tidur 34. M ong nidra nufya katrajang,
diterjang,
lalu turut berlari suaranya milu mlayu suarane luir
laksana tanda bahaya, panitir,
segera mendaki gunung, enggal mangunggahin gunung,
burung-burung ribut suara paksine humung humiang angin
angin, meriak menempuh aris masiek camara ngungkul,
pohon cemara yang melindungi,
mungkin menyapa orang yang mahinab nyapa sang prapta,
datang,
dan kelihatannya pohon tapak tampakbalene ngulapin.
bala melambai-lambai.
35. Tersebutlah pohon madu, 55 , Tam madune kocapan,
di tepi jalan buahnya pinggir ing enu wohnyane
bergantungan, pasuranting,
tiba-tiba datang sebuah lengan teke wijange manempuh,
mengenainya,
kapuknya terlepas, kapuknyane matinggal,
mungkin takut, inab jerih,
terhadap ujung lengan sang Ayu, ring tungtung mijane sang Ayu,
hanya bisa bersuara burung Tuhu tahune masuara,
tuhu-tuhu bersuara,
laksana sebagai petunjuk jalan. inab matujuhin m argi
36. Tidak diceritakan lamanya 36. Tan kocapan suening marga,
dalam perjalanan,
telah melewati hutan rimba, ngalangkung maring sunia wanagiri,
Jenggala terbentang luas di jenggala jam bat kapungkur,
belakang,
dengan cepat langkah di jalan, enggal lampahe d i marga,
di taman, maring taman.
Raden Mantri maju ke depan, Raden Mantri raris nuju,
istrinya tak pernah terpisah, garwanira nora pasah,
banyak orang yang mengiringkan- panca muang katah mangiring.
nya.

26b. 26b.
37. Seorang penjaga taman 37. Tunggun tamane manyanggra.
75

menyongsongnya,
menyiapkan segala macam mas manyawisang sarwa saha mas
manik, manik,
bale masnya amat mengagumkan, bale mase anglalangun,
dikelilingi sebuah taman, kulilinganing taman,
serta di pinggirnya banyak bunga, tur m atepi sarwa sari arum -
yang harum-harum, arum,
berpagarkan kembang sepatu mapager pucuk abang,
merah,
dan memakai pagar besi kuning. mancaksaji w esi kuning.
38. Tersebutlah di malam hari, 38. Wengi kala kawuwusan,
bulan menyinari taman sari sasih m ifil manyuluh taman
tersebut, asri,
lalu Raden Mantri turun, Rahaden Mantri tumurun,
dari bale kemasan itu, saking parhyangan rukma,
sambil bersenang-senang, sa saha lila,
bersama Raden Galuh, sareng ida Raden Galuh,
mengelilingi telaga, maiderin udiyana,
Jae Cekuh dan Tabia Jae Cekuh Tabya ngiring.
mengantarkannya.
39. Beliau berdua lalu diam 39. Sang kalih raris manabdab,
sejenak,
”Ah saudara-saudaraku ketiganya, uduh kala kakan nira maka tri,
namamu akan kuganti, nama siragen tos ingsun,
Jae bernama Priyaksa, Jae ngaran Priyaka,
saudara Cekuh, Kaka Cekuh,
namamu Soka, Soka namane patuh,
dan Tabia berganti nama, muang tabia gum atia nama,
bernama Ni Jempiring.” araniraNi Jempiring.
40. Telah lama berkata-kata, 40. Sasuenneam cgarwulan,
kembali beliau masuk munggah malih,
ke rumah murda manik yang maring murda manik nginggil,
tinggi itu,
kasur sari beserta bantal kasur sari galeng tumpuk,
yang mantul-mantul,
harum semerbak, wangine mahimpugan,
harum seluruhnya, sumar merik,
76

segala-galanya menjadi harum, sam tsam iraga n em am u ath aru m ,


meliputi balai emas itu, anem puh in gu m ah emas,
membuat perasaan kasih mesra m ahunguin m amantam trasnin

41. Asik merasakan cinta kasih 41. K alalen m uponin sanggama,


bersama,
sang permaisuri, pramesuaria,
tidak mengetahuinya, na ring p u ri tang ngawruhi,
beritapun tak terdengar, arti ju a n o r a kapangguh,
para hamba*takut memberitakannya, kadeyan jerih ngaturang,
kurang lebih tiga bulan lamanya, slam ine pinih w enten tigan g santun,
Raden Mantri diam di taman, R aden M antri ring taman,
bersama seorang istri yang angam ongin istri lu w ik
cantik jelita.

Pupuh Demung Pupuh Demung


27a. 27a.
1. Tak diceritakan lagi, i. Tangeh ikang ginesti,
keadaan di taman, ringudyana,
kini tersebutlah baginda raja, sang Prabu m angkin kawuwus,
di pagi hari, ring enjing-enjing sampun,
sudah dihadap di balai pertemuan, ring paseban w us tinangkil,
berdua dengan permaisuri beliau akaronan garava nira D ew i
yang bernama Dewi Laksua, Laksua kawuwus,
bersanding pada tempat duduk asanding rukm a palangka,
keemasan,
demikian pula rakean patih, lan rakryan patih,
tampaknya gemerlapan. dum ilah katon ndih rurub.
2. Lengkap para pendeta yang 2. P epek Bahudanda manangkil,
menghadap,
beserta bala tentara semuanya, saha bala,
duduk rapi, m atata atap malungguh,
hormat kepada baginda raja, dreda rin g sang Prabu,
baginda raja berkata halus, sang S ri N ata Sabda aris,
”Ah para patih sebagai heh ta rakryan m aka sam a maka
pemimpin semuanya dan m uka para empu,
para empu, kala sam aya w us tka tatan
waktunya telah sampai akan da di hadep mami.
77

anakku Raden,
dinobatkan menjadi raja, sira nanakku rirugya,
sebagai rencana semula. k adi rem bayan sam pun
3. Hari manakah yang baik, 3. N d i kang diw asa utami,
yang patut, lawan y o g ia ,
untuk pernikahan anakku, pawarangan anak ingsun,
dengan putri baginda raja, rin g suta sang Prabu,
di negara Awun-awun, rin g Dwun-Dwun negari,
yang bernama Dyah Gerong, sang D yah G eron g m aka nama,
dan lamaran kita sudah m anglam ar katrim a sampun,
diterimanya,”
sang Bagawanta berdatang sembah, sawur singgih Bhagawanta,
terutama Bagawan Tresnawindu, Trenawindu utami,
’’
Paduka tuanku, duh ira sang Naranata,
yang kaya akan hamba sahaya. sang w ibuh ing bala agung.
4: Ya paduka tuanku, 4. Singgih N ata Naresuari,
mohon maaf, sawakena,
sang bujangga berdatang sembah, B hujangga A ji umatur,
dan kepada Catur wangsa, ring sam a kacatur,
sudi menerima dengan baik, prapti pada sukla nampi,
bahwa pada hari Rabu landep B udan L andepe punika,
sekarang ini,
hari yang sangat baik, ngabiseka dahat ayu,
untuk perkawinan, y a ta m aring pawarangan,
dan para resi membenarkannya, para resi masinggih,
dan sudah ditetapkan harinya, pu tu s ing diwasaika,
kurang sebelas hari dari saking m angke kirang
sekarang.” salikur.

5. Baginda raja beserta permaisuri 5. Sang B upati lan nari suka cita,
amat gembira, harum am anis mawuwus,
berkata dengan manis, singgih para biksu,
”Ya tuanku para pendeta, lan rakryana sira patih,
beserta para patih, undangan ikang bala,
panggilah rakyat semuanya, salw ir gegelaran patu t,
dan seluruh keramaian, kancan ikung unian-unian,
seluruh tontonan, m w ang sasolahan somi,
beserta tari-tarian, uparengga ning kadatwan,
katekeng wangun tur-watu.
78

. hiasan istana, uparengga ning kadatwan,


serta membangun bangunan.” katekeng wangun tur-watu.

6. Para patih dan mangkubumi, 6. Sira Patih M angkubum i,


berangkatlah, lah lum aku,
panggilah anakku, age undang anak ingsun,
cari di taman, rikang taman ruruh,
utusan itu sudah m ohon diri, sang inutus sam pun mwit,
dan telah tiba di taman, w us datanga ring udyana.
bertemulah dengan Raden Mantri* R aden A n om kecunduk,
segera menyapanya, gigison nungsung anapa,
patih tak banyak berkata-kata, tan panjang sira Patih,
menyampaikan hasil pertemuan, ngaw ekasang kadi peraraman,
dan sudah m ohon diri. saha sem bah sira sampun.
7. Segera beliau berangkat, 7. Tan dum ade trus mamargi,
tak diceritakan, tan ucapan,
perjalanannya di jalan, lam pah ira na ring hnu,
sekarang sudah sampai di balai kapaseban rawuh,
penghadapan,
duduk berdatang sembah, m anglung angga hawot-sari,
di kaki baginda raja, m ating pada dw aya nira,
sebagai ayah kandung beliau, m akadin ny a y ayah indung,
baginda raja amat gembira, goraw a sang pinaranan,
menyapa lalu berkata, anapa sarw i hangling,
'’
berbahagialah kau anakku, rahayu dahat i nanak,
kau sang Bagus. heh ta sira s a n g abagus.

8. Sebelas hari lagi, 8 K irang salikur dina mangkin,


kau dinobatkan, ta hinajya,
dijadikan raja, m w ang inabhisaka ratu,
kau anakku, sira nanak ingsun,
laksana mimpi masa lalu, ri Iw ir tam bayeng nguni,
jangan anakku tidak menerimanya,; hayw a sira adre ujar,
sudah disetujui oleh para empu, im s sinaksenan para m pu9
dibenarkan oleh sang permaisuri, p rom issory a hamatutang,
dan para menteri membenarkannya, sang para m antri m in g singgih,
serta semua biksu dan hamba tlas teka para bhiksu lan bala
sahaya sudah semua menerima- tlas m anyuw un
79

28a 28a.

9. Raden Mantri lemah lunglai, 9. K apenetan R ahaden M antri,


baginda raja bersabda kembali, sang N ata ngawantun sira mawuwug,
jangan anaknda tidak menerima­ ayua sira tan asung,
nya,
menerima harapan ayahrida, m enerim a pisukan m am i,
pada saat hari baik yang akan ri tekang ikang diwasa,
datang,
untuk melangsungkan perkawin­ dew a kajatu kram a terus,
an,
pikiran Raden Mantri bingung, citan sang anom kibukan,
pikirannya bingung, malar-malar ring ati,
tak banyak berkata-kata, sum aur tan a panjang,
sesuai dengan perintah baginda M r ning ajnya sang Prabu.
raja.

10. ’’Ham ba tak akan menolak, jo . D ukapan tan ana ngiring,


paduka tuanku,” patik nata,
demikianlah sabda Raden Mantri, nahan sem bah sang atagus,
para Bahudanda dan para hamba bahudanta bala sami,
sahaya,
menyembah dan m ohon diri, m anem bah am uit bubar,
menuju rumahnya masing-masing, suang-suang pada ngungsi kubu,
sang permaisuri kembali pulang, pram esuara umantuka,
masuk ke istana, ring sunian pantara ngranjing,
tak diceritakan Raden Mantri, ndan ucapa putra,
pulang ke taman. m aring udayana umantuk,

11. Tidak diceritakan keadaan Raden


Mantri, 11. Tan ucapan R aden Mantri,
pada saat tertentu, kawarsana,
banyak orang sibuk bekeija, kabeh w adua ngsung-usung,
akan membangun, yatna pada nguwangun,
segala persiapan di istana, gaglaran aneng je r o puri,
berhias sekeliling, apayas mahideran,
pagi sore terus-menerus, . sore enjing-enjing dulur-dulur.
tak terhitung jumlahnya, ndatan keneng winilingan,
orang-orang yang terhormat, akueh ikang w ang adi,
demikian juga para istri, naka m iw ah para garua,
dan para raja sudah hadir. para bu pati w us rauk

12. Adapun tempat pengantin amat 12. M uang bale pawarangan asri,
indah,
berhias, m uparengga,
serba keemasan, sarua kanaka catur,
berpermata gemerlapan, sasocane murub,
semua terukur, m atat ah pada maukir,
pintu emasnya sangat indah, htwung ikang dwara em an,
semua raja sudah duduk, papatiayan sam i mungguh,
diapit dengan karang curing, sinlanging ratna m abangr
di atasnya beratapkan candra m ahapit karang curing,
kanta, kahungkulan candra kanta,
dan semuanya membuat m anyuluh sarwa ulangan ,.
ketakjuban.

28b. 28b.
13. Di depan rumah permata itu, 13. R in g areping um ah m as m anik puspa,
terdapat segala macam bunga, sam i n eden g arum-arum ring natar
semuanya harum semerbak aturut.
berleret teratur di halaman,
bangunan laksana kembang,
banyak minum-minuman, waw angun luir kesari,
sambil bercengkerama yang sam i pada m un gw in n gpan ap
mengandung ajaran, sarw i kanaka m w ang tutur,
berleret di tepi jalan, ajajar angapit marga,
berwarna hitam merah putih ireng abang putih, kuning,
dan kuning,
berwarna wami, obekan sarwa ning warna,
jenis minuman itu. m ungguh rin g pana n in g santun.

14. Adapun gambaran para bala­ J4. Pratim a luir w ang ajurit,
tentara,
yang berada di sebelah kanan, m u n ggu in g .kanan,
yang berada di sela-sela minuman, m ating selaning pana santun,
sudah teratur, tur m acaw i sampun,
bentuknya laksana Dewa-Dewa, aw anguhlu if dpsari,
beijaga-jaga menunggu air hidup, prayatna art&emit mreta,
senjata cakra dan gada, cakra danda lim pung,
demikian pula para Dewa yang m uang apsara m awa laras,
memegang panah,
laksana kekuatan Batara Wisnu luir tuduh ing H yartg Hari,
di dunia,
kalahlah sang Kala dan Ludra m aring sem ara buwana so r kala
sebagai musuhnya. ludra kang musuh.

15. Gambaran di bagian kiri, 15. P retina m ishning kiri,


berupa Yaksa, rupa yaksa,
tentara raksasa agung, balane danuju agung,
seperti baru datang untuk ber­ lu ir teka amburu,
buru,
di surga sama-sama ingin ring suarga sam a mamrih,
berhasil,
semuanya memutar senjata sarw i am uter dandania,
pemukulnya,
semua galak, m agalak pada pagelue,
menantang musuhnya, nantang ikakang musuhnia,
yang datang dari laut, sang saking udadi,
berupa pusat bangunan semua anggan ikang wawangunan
itu terpapar dalam karangan. ikanang gu rit umungguh.

16. Banyak kejadian di istana, 16. A kuih ikanang puri,


dua hari lagi, kalih dina,
untuk naik tahta, kirang abiseka ratu,
tersebutlah Dyah Gerong, D yah G eron g kawuwus,
ia amat gembira, girangnyane tan sinipi,
setelah datang utusannya, rah teka ning dutania,
tahulah ia bahwa ia akan mem­ w eruh sira pacan g arnadu,
punyai madu,
bersiap-siap ia dengan guna- yatn a sira m asang guna,
guna,
gurunya dipanggil, hinundung guru prapti,
memuja siang malam, rahina w en gi amuja,
untuk diri sang Ayu. ringan anggan nikang sang Ayu.
82

29a. 29a
17. Guna-guna sudah terletak pada 17. Guna Su n dam u n ggu in g
lirikannya, Uring,
di hidung, m aringgrana,
terletak guna-guna Bugis, guna B u gise umungguh,
yang terletak di gigi, ne ungguh ring unta,
adalah guna-guna Sasak, guna Sasake tan mari,
di bibir terletak, lati lam be malingga,
guna-guna Melayu, ada gun a Malayu,
di buku-buku anggota badan, ^hilang sandi m aka angga,
terdapat guna-guna Jawa, m ijil lan guna Jawi,
guna-guna Bali yang sudah gun a B aline kaw uw us pasung,
terkenal,
bernama guru banjur. nam a guru banjur.

18. Dengan mantra yang bertuah, 18. M uang kasungan m antra sidi,
tiga kali memusatkan pikiran, p in g tiga angam pet bayu,
menyatukan kaki, anunggalang suku,
menyembah ke lima arah, anem bah m am anca desi,
ke kiri tiga kali, m ider kiw a y a p in g tiga,
Batari Durga yang dimohonkan, B athari D urga ne katuwur,
sambil memukulkan kaki m uah m aketeban p in g solas,
sebelas kaki,
diciptakan Sang Hyang Wengi, kaincepang Sang H yang Wengi,
sesajen dan korban sudah tersedia, saji carune kumadang,
dan memakai ramuan ikan y o g ia masrana pin dan g kuluk .
pin dan g kuluk.
19. Sikap utama yang dilakukan, 19. Prigalan saneutam i,
IC a m b ra berag, I Cambra-berag,
dan I Pripih pasung guru, lan pripih pasun g guru,
semua sudah diresapkan, telas som i riangsuk,
sudah diwujudkan, w us kinojanan wedi,
wajahnya betul-betul gemerlapan, ja ti rupane dumilah,
setiap orang yang melihatnya sin g ngatenang pada lulut,
cinta kasih,
setelah semua ini meyakinkan w us anandel ikang manah,
dirinya,
semuanya akan disiapkan untuk sinah pu pu t in g suami.
83

sang suami,
karena kawin pertamakalinya, tem be pewarangan,
dengan Raden Mantri sudah R aden M antri kacep sampun.
diciptanya.
20. Asap dupa tak berkeputusan, 20. K ukus dupane tan m ari,
kulit pala, gandot-pala,
bau asap harum semerbak, kukuse wartgi sumambur,
bau harumnya telah mengepul, w angine m apupul,
dan sudah tentu mempengaruhi paparasan sam pun pasti,
rasa,
daya upaya telah diatur, sirat naya hinapenan,
disempurnakan dengan empat sinurna den in g serebuk catur,
macam serbuk,
bergelang emas berpermata, apin ggel kanaka ratna,
diperciki harum-haruman, lenga m uang burat wangi,
memakai kalung permata ge­ akahing ratna dumilah,
merlapan,
beranting-anting berpermata. anting-anting ratna mutu.

29b. 29b.
21. Giginya tajam berkilat, 21. U ntune nyalang m alungid,
di bagian belakangnya memakai m abusana basm a ikang sumung-
basma, kin,
sudah lengkap berpakaian, asandangan sampun,
segala perlengkapan seorang p a cu n g nira pram esuari,
permaisuri,
banyak wanita yang menolong­ telas kadang para wanita
nya, jarum an pada manulung,
menghias Dyah Suma (?), mahyas-hyas sang D yah Suma,
ia selalu bercermin, tan sah ira m acerm in,
dan hari hampir siang, m eh rahina kang diwasa,
Dyah Gerong menunggu orang D iah G eron g nunggu sang
yang menjemputnya. nyungsung.

22. Segala persiapan di istana telah 22. P uput pailen in g puri,


selesai,
diceritakan Raden Mantri dengan kacarita R aden M antri sarw i
menundukkan kepala, nguntul,
84

memegang si cantik, angem ban sang ayu,


berkata belas kasihan, anabdab angarih-ariht
”Ya, sayangku tuan, duh ju ita idewa,
laksanakumpulan segala yang maka pam upulan ayu,
cantik,
jangan tuan bersedih, ayua ta kita sungkawa ,
dinda anak kakak tinggalkan, tingal ingsun ari,
karena kanda dipaksa, apan reh ingsun apaksa,
oleh ayah ibu kanda.” ri san gyayah m uang ibu.
23. Keesokan paginya, 23. Teka ring rahina enjing,
akan dikawinkan, kapuarangang,
dengan Dyah Gerong, ring sang D iah G eron g kaw uw un,
putra raja di Awun-awun, putran Awun-Awun,
resmi sebagai suami istri, ja ti n in gk a k a ring ari,
walaupun sudah dinobatkan yata w us hinajnya nata,
menjadi raja,
namun dalam hatinya tak ada ring ati ana tuhu ,
yang tahu,
bahwa bertahta sebagai dewa ju m en en g dew a ring tam an ,
di taman,
bersama orang yang mencintai­ sang am anda m anda manabdab,
nya,
yang suaranya laksana gamelan suara liu r sasenden gambuh.
gambuh.

Pupuh Gambuh Pupuh Gambuh


1. ”Ya tuan yang bagus, 1. D uh sira sang Bagus,
turutilah kehendak ayah ibu, pituhun asung y ayah m uang indung,
tak benar menolak rasa cinta tan kena sira m anulak kanang
beliau, asih,
karena beliaulah yang memberi duaning ida nene rtgingu,
makan,
baik buruknya di tempat tidur. ala ayu n in g paturon.
2. Dari masa bayi, 2. Wit rare dangu-dangu,
hingga tuan dewasa, kapungkur iratu sam pe duur,
ingatlah akan anugrah raja, eling dew a ring pasuecan ira Nrepati,
demikian pula seluruh ajaran, muah sahananing pawungu,
semuanya patut dipercaya. sam i nyandang ratu gugon.

30a. 30a.
3. Hamba tak banyak kata, 3. Titiang tan panjang ratu,
walaupun ini yang menyebabkan yata pacan g ngw ang m atapa
hamba mati, lam pus,
hamba tak lepas dari kaki Raden nora pasah ring sukunta R aden
Mantri, Mantri,
walaupun hamba mempunyai y ata titiang m em enyan siu,
seribu orang madu,
hamba'akan tetap setia. titiang wantah jaga tuwon.
4. Hamba menunggu di taman, 4. R in g tam an titiang nunggu,
tuan meninggalkan hamba untuk m aninggalin titian g pacan g
pulang, mantuk,
para pembantu Rijasadan para inya R ijata K em piring,
Jempiring,
hamba m ohon agar tetap berada, tunas titiang m angda kantun,
hamba tak akan pergi. titiang tan w enten m akaon
5. Hamba menunggu di sini, 5. Irik i titiang nunggu,
selamanya tak akan ke istana salam ine nora kapuri ratu,
tuanku,
supaya tenang upacara perkawin­ tan m on i karyan ratune m abuncing-
an tuanku, m abuncing,
sebab sudah terlanjur, duaning kaduk sam pun luput,
tak tahu akan makna kata-kata.” tan w eruh rin g dagin g babaos.

6. Perkataannya halus, 6. Wecana sarwa alus,


Raden Mantri tunduk, sang anom sarw i ngukut-ukut,
kata-katanya manis diiringi w ecanane m anis adulur kakawin,
kekawin,
terjemahannya bagus, bebasane m anis arum,
dan mereka selalu di tempat tidur. tan sah ana rin g peturon.

7. Banyak bila diceritakan, 7. A katan y on winuwu s,


Raden Mantri selalu merayu, R aden M antri tan m ari ngarumrum,
kemudian Raden Mantri bertemu alap tuas ira R aden M antri mangkin,
rasa,
akhirnya beliau lesu, dadia nya ida m anglesu,
karena habis bertemu. denin g sam pun pu pu t awor.
86

8. Sang Ayu lemah lunglai, 8. L op ia sira sang A yu ,


perkataannya terputus-putus, m egat-m egat w ecana pu pu t,
maka keduanya tertidur, da di nidra R ahaden sam i kalih,
tersebutlah hari sudah siang, rah im m angkin kawuwusan ,
dan mereka berdua sangat saka kalintang ida kasor.
kepayahan.
9. Tak diceritakan mereka yang 9. N datita sang aturu,
tertidur,
bym yipenalikan sudah terdengar, m agleden g ipan alik an sampun,
maka Raden Mantri terjaga, da di m ahung R ahaden M antri
dan sudah bersiap-siap, m angkin ,
banyak yang menyongsong ngiring m atata pu p u t ,
Raden Mantri. sam i nyungsung R aden Anom .

30b. 30b.
10. Sang Dyah masih tertidur, 10. Sang D iah anindra sira kantunt
Raden Mantri meninggalkannya R aden M antri ninggalin tur
dengan berat hati, ngungun,
tangannya masih ditindih oleh kari kang tangan katindih ring
Raden Dewi, R aden Dewi,
nafasnya mendengus keluar, srupatane deresm etu ,
lalu keluarlah Raden Mantri m ijil ida dabdab a lo n
pelan-pelan.

Pupuh Mijil Pupuh Mijil


1. Raden Mantri selalu menoleh L Tan m ari ida m anolih kuri,
ke belakang,
berjalan pelan-pelan, lum am pah m anyolong,
agaknya Raden Galuh bingung, R aden Galuh inab ngapa-apa,
karena ia tak tahu ditinggalkan, katinggalin ida nora uning,
terbayang dalam ingatannya, m agantung in g kapti,
hingga berjalan tersandung- akedap-kedap lumaku.
sandung
2. Di dalam perjalanannya amat me­ 2. Kadahatan lam pahe ring margi,
lelahkan,
terbayang-bayang di mata, m agantung ing pdnon,
87

sebagai diikuti dan dipanggil- inab n utug sarw i ngawe-awe,


panggil,
tak diceritakan tentang per- tan ucapan lam pehe d i gelist
jalananya maka segera,
menuju istana, m ju m aring puri,
ibu bapaknya menyongsong. y ayah ibu pada nyungsung.
3. Berkata permaisuri, 3 M ew acana ida pram eswari,
”Ya anakku, duh dew a sangA nom ,
terlalu sekali perbuatanmu,” dahat m aka da h a tsita an gk u h e,
RadenMantri menerima hal itu, nam pi w alen sira R aden M antri,
semua dibenarkannya, kasinggihan jati,
karena tertidur sangat lelap. anidra dahat katungkuL

4. ’’
L ew atlah tengah malam, 4. Sam pun langkung rin g m adia ning
hamba masih berbincang-bincang, latri,
memikirkan akan kehebatannya, kantun titiang mawos,
saat perkawinan anaknda sekarang ngem anahin pacan g kulangane,
ini, ring jatu-kram an titiang ne m angkin,
anugrah ayah ibu.” pasun g ibu aji,

5. Tak banyak pembicaraan di 5. N datan panjang baw ose rin g puri,


istana,
segera bertukar pakaian, ge lis n an dong pin gan ggo kem ala
kem ala m as landaian dan curiga, m as landian curigana,
berkilau serba permata yang kilat bagu sarwa m anik
indah, asri,
bersaput hitam, m akam puh ne wilis,
dengan hiasan memakai air m atatah antuk w e catur.
emas.
6. Memakai mahkota rapat dengan 6 . A glu n g rapet urangka ngratni,
memakai keris yang indah,
merupakan tata kebiasaan seorang kram a n in g sang katong,
raja,
beranting-anting berpermata m am ata m ingm ang anting •
kemilau, antinge,
bergelang emas hasil dari Paris, apin gel rukm a buatan saking Paris,
memakai mutiara yang asli, m utiarane asri,
petanda seorang yang kaya angganting binta sinabur.
raya.
88

31a.
7. Semua kemilau, 7. Ijom an ten m an m e ngendih,
intan gemerlapan, intene sumebyor,
kainnya bercelup air emas, macawite tatur kang wastrane,
bersabuk sutra kuning, m apetek sarwa tungsir kuning,
memakai keris yang indah, nyungklit kris i utami,
berbulu keris emas indah grantim mas adi mumb.
gemerlapan.
8. Adapun wajah putra baginda, 8. Yan wamanen sutane narpati,
Raden Putra, Rahadyan Sang Anom,
laksana Hyang Semara bagusnya, kadi Sang Hyang Smara pekike,
tak ada yang menyamainya di nara ana sam sor m g langit,
bawah langit,
konon mereka yang mengiring- kocap sang mangiring,
kannya,
semua bagus-bagus. papatehan sam i bagus.

9. Sesaat baru terkabar kedatangan­ 9. Wau magatra rawuhe sami,


nya,
semua mereka mengiringkan mangiring Sang A nom,
Raden Anom,
dan mereka yang di luar penuh ne ring bancingah ia ebek jejele,
sesak,
peralatan upacara perkawinan, upakara ring tataning bunting,
semuanya sudah tersedia, sami wus cumawis,
laksana lautan gemuruhnya. btir tasik reb ngarudug.

10. Setelah tiba saatnya pukul 9 10. Sampun sira hias dauh kalih,
(dauh ro) keluarlah,
tombak bedil semua sudah m ijil Prabu Anom,
tersedia,
lontek dan umbul-umbul semua­ tumbak bedil ia suyaga reko,
nya, raaonteke umbul-umbul sami,
tempat sirih dibawa serta, lalahcangan tah kari,
demikian pula payung kebesaran. pangancahgan udung agung.
11. Jalannya pelan-pelan, 11. Pamargine dada dabdah aris,
langkahnya patah-patah, tindak sukune ngenjot,
senyumnya manis laksana madu, Iwir madu gen dis samitane,
pandangan matanya tajam manis, mwah cacingakagaiakam anis,
89

diapit oleh pelayannya, kadeyana ngapit,


dan mereka tak jauh di depan. nora d oh ring arep sampun.

31b. 31b.
12. Penuh sesak tak terbatas, 12. Ebekan yuh penuh tan pasisring,
semua ingin melihat, lanya nyadia ngeton,
laki perempuan dan seluruh laki istri m w ang w atek
rakyatnya, krandane,
suara gong bedil serta sorak g o n g b e d il suryak wanti-
sorai, wanti,
suara terompet tak ketinggalan, som prete tan kari.
juga B aris D adap turut serta pula. Baris dadap tana kantun.
,13. Bendera berkibar ditiup angin, 13. T u n ggu lku m lab tem puh in gm aru ti
suara kadencong, suaraning kadencong,
suara genderang bertalu-talu, m redangga bubar kalih m recune,
demikian pula suara kembang geger um iang balane mangiring,
api,
suara tentara yang mengiringkan gurnita suara wong, .
riuh rendah,
orang-orang bergembira, tur m apetin g lan git murub.
yang menyebabkan langit ke­
merah-merahan.
14. Terompet dan suara lain yang 14. K alasangke m uang rawa ngiring,
mengiringkannya,
sangat ramai orang yang me­ ram e ikang nonton,
nonton,
tabuhan tari pencak bertalu-talu, pen cak tam bure mawanti-wantine,
suara bedil berdentuman, suara b edile ia kumaritih,
sepanjang jalan, sepanjang in g margi,
kemudian tidak diceritakan tan ucapan ia ring hnu.
keadaan dijalan.
15. Tidak diceritakan keramaian di 15. Ndan ucapan kram eaning je r o
istana, puri,
tersebutlah di tanah lapang, alun-alun reko,
tontonan amat banyak, dahat akw ehunen-unenane,
dan jenis tontonan bermacam- m uang sasolahane mawami-
macam, wam i.
90

pendet dan baris, pendet miwah baris,


yang menyambut mereka yang manyungsung sang wan rauh.
baru datang.
16. Sang Permaisuri tak ketinggalan, 16. Pramesuariputri tan ana kari,
menyambut sang Anom, mendakin sang Anom,
jalannya bergegas-gegas, enggal lampah nyane nora sure,
lalu bertemu di pinggir kota, kacunduk teping nagari,
setelah disapa dengan halus, wus kasapa aris,
orang yang menyambut kembali bala mendak sami mawangsul.
pulang.
17. Jalannya pelan-pelan, 17. Pamargine sarwi dabdab aris,
konon mereka yang ingin melihat, kocap sang anonton,
mereka semua tergesa-gesa, pahiju sami kajerihan,
semprong sepitnya berhamburan, dadi melayu ngawe samprong,
dan mereka yang sedang meng­ sepit sedek mayu geni,
hidupkan api,
mereka malihat dengan tergesa- ninjo ring paon gagison.
gesa dari dapur.
18. Ada pula yang sedang mengisi 18. Ana yen sedek martjaludang
kendinya dengan air, kendi,
segera berhenti setelah mendengar tan tulus gelis ring wau mi-
beritanya, rengang pigatrane,
dari pancuran berjalan cepat- saking pancoran lumampah
cepat, gipih,
kainnya tertinggal, wastrannyane kari,
hanya kain dalamnya yang sinjange wau rinangsuk.
dipakai.

32a. 32a.
19. Ada seorang wanita yang sedang 19. Ana wanita sedeng asuci,
mandi,
terkejut, manahe kasiog,
mendengar bahwa pengantin mamiarsa buncinge rauh reke,
sudah datang,
segera mengambil kainnya, pahiju ngambil wastra gelis,
tetapi bajunya tertinggal, klambinnyane kari,
terlihat susunya padat berisi. nurojane lintang gemuh.
91

20. Menutup susunya dengan kedua 20. N ekep susu antuk pa n i kalih,
tangannya, m am endak w ang katon,
menyongsong orang yang datang, inab nyapa antuk susunnyane,
seperti menegur dengan susunya, a m waneh stri p eten g m anyerit,
dan ada lagi seorang wanita m ungguh ring tangga gelis,
hamil menjerit,
segera duduk di atas tangga, m anyugagag raris runtuk.
kakinya terangkat lalu jatuh.
21. Seorang wanita hamil melahirkan 21. Wang am eteng anaknyane
bayinya, mijil,
hendak berangkat, wau kapilayen,
ingin melihat yang menarik ja ga m an in jo pikendranyane,
hatinya,
segera datang suaminya menegur, lakinnyane gisu teka ngalimlin,
”Oh ibu, uduh m em en cening,
kau selalu mengikuti keinginanmu m lu rin dem en tan pangguh.
tetapi tak mendapat
apa-apa.”
22. Lain lagi para wanita istana, 22. M alih para w anita rung puri,
semua keheranan, d a d i sam i bengong,
yang menyebabkan pekerjaannya dadianya kelirin g gaginane,
kacau,
mereka sedang menggulung sirih sedek ngalekes tur ngangget
dan memetik bunga, sari,
segera pergi mendekat seperti w inuat ngam araninluir ngaturin
hendak mempersembahkan rin g sang Prabu.
kepada raja.
23. Demikian pula pedagang nasi, 23. D a d i katunggun i dagang nasi,
karena terlalu keheranan, bane lintang kasub,
tak ingin akan barang dagangan­ tan kalingu barang padolane,
nya,
banyak anjing yang makan asune akw eh m anggunggahin,
dagangannya,
dan seorang pedagang tuak yang i dagang tuak nyanding,
berdekatan,
bergerak ke belakang lalu ter­ m akakirig raris runtuh.
jatuh.
92

24. Demikian pula si pedagang nasi, 24. Dadi saha i dagang nasi,
melempar seekor anjing, nimpug i segawon,
lalu mengenai tempat nira si mangenanin wadah sajeng-
pedagang tuak, nyane,
pedagang nira itu lalu bangun i dagang tuak dadi bangun
dan marah, sengit,
terhadap pedagang nasi itu, ring i dagang nasi,
maka terlontarlah kata-kata dadiannya y eg pati kacuh.
tak menentu.

32b. 32b.
25. Banyaklah keadaan yang me­ 25. Akweh wang maninjo y an
nonton kalau diceritakan, ginurit,
lalu masuk ke istana, ngranjing ring kedaton,
tak lama kemudian baginda raja, Ida Narendra tan ana sue,
duduk di tempat yang sudah alungguh sami anutin linggih,
ditentukan,
dihadap oleh para tamu, kasungguh sang tamu i,
makanan yang enak-enak sudah rayunana sad-rasapuput.
terhidang.
26. Sudah selesai semua upacara 26. Puput sami upakara buncingan,
perkawinan,
di tempat persidangan, ring bale pangraos,
duduklah pengantin laki-laki lanang istri masanding buncinge,
perempuan,
suara meriam tak putus-putusnya, unining mriyam tan mari nitir,
di istana Awun-awun, ring awun-awun puri,
sebagai tanda adanya keramaian. macihna luir guruh tenth.

Pupuh Magatrah Pupuh Magatruh


1. Setelah para tamu selesai makan 1. Sampun puput sang tamui mangan
hidangan, agosti,
para penonton berbisik-bisik, wang nonton pada pabisik,
membicarakan rajanya, mangucapanggustin ipun,
laksana tak ada lautan, kadi ndatan patasik,
hingga banyak ikan keheranan. akweh ulam dadi bengong.
93

2. Ada pula yang lain mengatakan, 2. Wenten m alih nara waneh pada
menyatakan tak sebanding sama mawuwus,
sekali, m angojah an g adoh tanding,
sebabagai timur dan selatan, k adi w etan lawan kidul,
mereka yang mendengar lalu san g m am ireng m anyaw urin
menjawab,
laksana barat dan utara. Iw ir ku lon lawan lor.

3. Tak diceritakan keadaan raja 3 Tancarita sang nata kalihf


putra, kawuwus,
demikian pula raja putri, m iwah SriN aren dra putri,
yang duduk berdampingan, ajajar sam i alungguh,
berkata berkasih-kasihan, ngucap-ucap silih asih,
dan selalu saling merendahkan tan m ari pada angesor.
diri.
4. Berkata ibunya di Awun- Awun, 4. Ujar ibu ana ring Awun-awun,
”Ya anakku tuan Putri, eh nanak R aden D e w i
haruslah kau memegang rasa y o g ia nikang n gam on g j alu,
kewanitaanmu,
maka dengarkanlah baik-baik, y e k i rengen den sujati,
ya anakku sayang. duh m as nanak ingong.

5. Ingatlah nasihatku untuk 5. Elingaken selaw ase tutur ingsun,


selamanya,
engkau harus menjaga suamimu, dena siran gem ban , laki,
jangan kau berani, a ja sira pacan g purun,
terhadap suamimu, nglancangin karep laki,
hal ini perlu kau pegang. ik i nyandong sira ngam ong .

33a. 33c l
6. Bersuami istri haruslah di- 6. A laki istri nyandang sira
perkokohkan, pikukuh,
laksana sebuah rumah, luir n in g w enm a y an upami,
rumah itu akan sempurna, y a dum ilah rahayu,
hendaknya penunggunya yan tan yatn a sang
memperhatikan, ngam ongin,
membersihkan dan menjaganya. m angusakin m uang panun ggun
7. Tiga hal tingkah laku yang 7. Tigang soroh tindak tanduk in g
perlu, anguh,
94
janganlah pula kepada mereka ayua M i sang satunggun urip,
yang menjaga hidup ini,
perbuatan yang salah menyebab­ salah tindak dari kecag,
kan kehilangan,
menyebabkan kecurigaan suami, dadi sum lang sliang in g swani,
dan menimbulkan buah pem­ m aw astu kaucap m ating wong.
bicaraan masyarakat.
8. Pikiran yang salah akan me­ 8. M anah salah ngrusak wyil,
nimbulkan kerusakan,
pada diri seorang raja, rin g Prabu,
ini bernama ratu ngapes gumi, ngaran ratu n gapes gum i,
rakyat akan meniru perbuatan balane sam i maniru ring ulah
raja yang tak baik, prabu n e alit,
menyebabkan istri gampang d a d i rab i gam pang htwih;
mengalami kesusahan.
9. Pikiran yang salah akan merusak­ 9. M anah salah ngerusak w iyaning
kan kebijaksanaan raja, ratu,
dicela masyarakat, tnim ta rin g w ang sabumi,
rakyat akan sedih, bala ratu sam i sungut,
rusak disebabkan wanita. karusak w it saking wadon.

10. Bila ketiga tingkah itu sudah 10. Yah rahayu lam pahe tiga
benar, punika,
berbuah yang benar dan berkata- tindak patu t swara manis,
kata yang baik,
pikiran selalu jujur, lan id ep e n yu ju r manerus,
itulah yang bernama d ew i ning tw i ngaran d ew i n ing putri,
p u tri (putri sejati),
mereka itulah yang selalu menjaga y a ta ngem ban rin g paturon.
di tempat tidur.
11. Laksana seorang miskin berdagang 11. L w ir i nista m adagang Iwas
ke sana ke mari, manglu,
kebetulan banyak mendapat m ju katah m adw e hati,
keuntungan,
demikian pula banyak makanan kalih akweh sangun ipun,
yang dipunyainya,
pikirannya akan suci bersih, m anah nyane su ci hening,
itulah yang merupakan dewa nika dew a n ora kawot.
kekuatan.
95

12. Jangan henti-henti merayu suami, 12.Aja pu tu s arrasan ring w on g kakung,


siang malam terus-menerus, ring siyang ratri satsari,
sebagai usaha seorang wanita, pinaka wadah w ang w adu,
suami laksana dagang, kaki iku maka daging,
keduanya agar bersatu teguh. maka kalih m ahgda kawot.

33b. 33b.
13. Jangan berbohong saat mengem­ 13. Aywa cidra sira ngemban sang
ban seorang suami, jalu,
jangan pikiran tak menentu, nora kna alang eling,
pikiran agar bulat, angen-angen ika manda pulung,
bila terlupa akan suami, yaning lupa maring laki,
laksana asmara menghilang. saksat asmara manyolong.
14. Tak terkatakan menjadi seorang 14. Tan ucapan dadi istri dadi ayu,
istri utama,
menyebabkan nama suami, masih nama ning alaki,
terkenal di mana-mana, maring dasa desa kasuh,
pandai memerintah negara, prajnya m angem pu nagari,
tanpa ragu-ragu menghormati m arm ane nyunsung sang katong.
raja.
15. Kelima jari-jarimu laksana penjaga 15. Lim ang jr iji u pam i ngem it
jiwamu, jiw am u,
kuat menjadi suami, pageh puguh ngrakaa laki,
jangan berani menentang, aja w anis ira murug,
seluruh keija di istana, karya rin g jr o puri,
cumbulah di tempat tidur. acum buw ana ring paturon.

16. Ibu jari penjaga tindakan, 16. Ibu ja r i tegese m angem ban laku,
apapun yang dikehendaki suami, slw ir karsa ning laki,
akan cepat mempersembahkannya, dadi gam pang glis kahatur,
itu tanda berbakti, iku tandae astiti,
menghormati keutamaan raja. ngyngsung utam aning prabon.

17. Adapun makna jari telunjuk, 1 7. Muka tegese ja ri panuduh,


selalu menuruti, setata sira mangiring,
apa yang diperintahkan suami, satuduh-tuduh sang bagus,
selama berada di istana, salaw ase m aring puri,
96

jangan tidak mempercayainya. aja sira tan pagugon.

18. Ya, bila kita umpamakan jari 18. Yan upam a ing ja r i kita
kita ini anakku, nakku ,
junjunglah suamimu, unggulane sira sw am i,
yang bernama jari manis, m iw ah ngaran jr iji m adu ,
segala yang manis dan harum m anis arum tandakin,
dilaksanakan,
dan ingatlah akan segala tingkah elin g sira alalakon.
lakumu.
19. Dan pada kelingking berarti 19. M alih kacing teges sesana
tata laksana penyelamat, pangestu ,
sesukar-sukamya pekerjaan, sasulit-sulit ing kardi,
tak patut tingkahmu kasar, tan w enang agal budim u ,
sadarlah anakku menjadi seorang eling dew a dadi istri,
putri,
yang sudah menjadi tempat m ula ning wadah patem on.
pertemuan.
20. Supaya benar-benar baik 20. M angda tuhu netepang pakardin
perbuatanmu, ingsunf
sebagai istri utama, ja t i istri utamU
keutamaan yang tulus terus, utam a ning ja ti manerus,
benar-benar sebagai putra raja, m ituhu putra Narpati,
dalam perbuatan di luar atau di ring gaginan j aba jro.
dalam puri.”

Pupuh Ginada Pupuh Ginada


34a. 34a.
1. Setelah selesai beliau bemasihat, 1• P u pu t pakelin ge sirat
hari sudah siang, sam pun lirigsir Sang H yang R aw i;
konon pengantin, bersedia-sedia, bu n cin ge m akite reko,
mohon diri kepada ayah budanya, m apam it ring ayah indung ,
setelah menyembah lalu berjalan, w us m anem bah tur mamarga,
bergegas, sada ga tif
diiringkan oleh rakyat dan para bala m antrine ngiringang,
patih.
2. Tak diceritakan di jalan, 2. Tan ucapan m aring jalan ,
97

sudah tiba di Lesanpura, w us prapta ring Lesanpuri,


berjalan berkeliling pelan-pelan, m aideran nabdab alon,
suara genderang riuh rendah, suaran m redanggane umung,
orang-orang ribut di luar istana, geger um iang rin g bancingah ,
sangat menakjubkan, ngulangunin,
dan terdapat bermacam-macam ilen-ilen rupa endah.
tontonan.
3. Bergantian menari, 3. M aganti-gatiti masolah,
topeng gambuh dan baris, top en g m iw ah gam buh baris,
aija dan wayang wong, arjane lawan w ayang wong,
legong andir dan barong legon g andir baron g landung,
landung,
hingga sore hari, n am pi sore kawuwusan,
lalu masuk, raris ngranjing,
pengantin menuju istana. bu n cin ge kajero kadatuan.

4. Di malam hari itu, 4. R in g w einginnya m aring irika,


terdapat wayang gambar dan w ayang gam bar w ayang kulit,
wayang kulit,
baris dadap, baris dadap,
dan lemony e, lan lem on je ,
calonarang semalam suntuk, calonarange sadalu,
dilanjutkan oleh baris jongkang, baris jan gkan ge manimbal,
ada pula, w enten malih,
tontonan mengambil cerita lalam pahan megantaka.
Megantaka.
5. Barong rentet dan barong macan, 5. B aron g rentet baron g macan,
demikian pula janger, jajan ggerane tan mari,
pencak tambur tamiang, pen cak tam bur tam iang reko,
esok paginya, duk enjingnya pun iku , .
matahari terbit, m ijil ida Sang H yan g Surya,
baginda raja, S ri Nrapati,
ke luar halaman. raris m edal kabancingah.

6. Kulkul kemudian berbunyi, 6. G endongan nuli maswara,


para patih dan para raja, bala m antri m w ang bupati,
demikian juga mata-mata sudah mata-mata sam pun katon,
kelihatan,
98

raja kemudian duduk, sang Prabu raris m aiungguh,


di kanan kiri diapit oleh per­ kanankkiriPram esw aria,
maisurinya,
danbersandingi tu r m asanding,
pengantin, di bale-bale. bu n cin ge d i b ale kem bar.

34b. 34b.
7. Patih tua mengaturnya, 7. Patih w redane ngencangang
mengatur para pengiring, nabdabang w atek mangiring,
adapun keadaan upacara, m uang upakara n in g karot,
beliau yang dinobatkan menjadi Id a kang biseka ratu,
raja,
Diah Gerong tak pernah berpisah, D iah G eron g nora pasah,
tempat duduknya di sebelah kiri, m ungguing kiri,
di atas tempat duduk emas. ana rin g p lan gk m mas.
8. Kasur alas duduk gemerlapan, 8. Lungka-lungkane dumilah,
diapit payung kebesaran, catra agunge m angapit,
terdapat pula tombak mamas dan tam bak m am as tu n ggu l reko,
tunggul,
lengkap segala tatacara raja-raja, tetep M r tata n ing ratu,
demikian pula sesajen untuk
upacara, m uang sa jfsa fi ningycqnya,
tak ketinggalan, ndatan mari,
pendeta yang terkenal. sang Sadaka pratiata.

9. Mengucapkan weda pujaan, 9. N guncar w eda jaya-jaya,


mendoakan sang Asta Seni, asanti sang A sta Seni,
dan seluruh yang menyaksikan, m uang prasaksi m ahenggon,
demikian pula telah tersedia lan p u spa m owarna sampun,
bermacam bunga-bungaan,
sangku cawan dan tempayan, sangku jem b u n g m iw ah kumba,
sudah berisi tirta sebelas w u sm a d agin gtirtan em ab ik a s
macam. solas.

10. Isi tempayan itu, 10. Sadagin g kum ba punika,


pucuk daun lalang beras kuning, m uncuk lalang bija kuning,
bercampur sam-sa® ,' sam nyane sam pun awor,
asap kemenyanmengepul, asep m enyane kum ukus,
air harum daatunjung biru. gandhaw asa utpala.
99

burat wangi, burat w angi len ga wahgine,


juga lenga w an gi ton pasah.

11. Setelah upacara selesai, 11 . Wus p u p u t sam pun inagajnya,


baginda raja diberi air suci, sir a Prabu katirtaninpr
beserta peimasirunya Galuh m iw ah P ram i Galuh Gerong,
Gerong,
ayahnya berkata, yayah e sira mawuwus,
”Ya anakku, eh ananak,
Darmika sekarang ini, D arm ika sire nene mangkin,
ayah serahkan pada anaknda. B apa maserah rin g i nanak.
12. Seluruh yang ada dalam 12. Sahanan ikang waw engkon,
kekuasaanmu,
jagalah dengan baik, pahayu dew a pan g b ecik ,
demikian pula seluruh isi keraton, y ata daging kadaton,
rakyat para patih dan pula para bala m antri m uangprarratu,
raja,
jangan kau tidak memperhatikan­ aja sira m angubdayang,
nya,
kurang mencintainya, karang asih,
demikian pula kepada Pandita ring Pandita Dangscarya.
Dangascarya.”

13. Pendeta Agung berkata, 13. Bagaw antane m enim bai,



Tresnawindu menambahkan, Trenaw indu ngamalihin,
ya anakku desa akan rusak, duh desa rasak m as ingong,
ingatlah akan arah dahulu, elingang future dumun,
saat berada di Lesanpura, gu m an ti ring Lesanpura,
jangan lupa, aja Mi,
terhadap negara. rin g pangkuaning nagara.
14. Ini bernama Adiguna, 14. N ik i m awasta Adi-guna,
demikian pula Parwa Adiguna, Parwa-adi-gama malih,
dan Surya Adiguna, Suryaadi-gam a reko,
syarat-syarat menjadi raja, pahugeran n yen en g ratu,
demikian pula pustaka kerajaan, m iw ah psutaka krajaan,
merupakan inti,
cocok dipergunakan untuk p a tu t anggen ngam ong jagat.
100

memegang kerajaan.
15. Seluruh ajaran itu baik, 15. Luw ih kancan kanda punika,
yang patut kau pelajari, ne nyandang dew a pelajahin,
peganglah Widi Papineatan, W idi-papincaaan am ong,
demikian pula Atma Prasangsa, A tma-prasangsa puniku,
demikian pula bermacam-macam m iw ah kancan n in g wariga,
Wariga,
perlu ada, nyandang esti,
dipakai alat dalam negara. maka p rab ot in g nagara

16. Dan juga tentang kamoksan, 16. M alih kam oksan punika,
serta A ji K aputusan yang hebat, lan a ji kaputusan luih,
K anda P at yang sakti, kanda em pat sane kawot,
sebagai dasar kepandaian, m aka dasar soroh kawruh,
semua itu anaknda pentingkan, pun ika dew a saratang,
sebagai penjaga jiwa, tunggun urip,
untuk dipakai menyadarkan diri. anggen pak elin g ring raga

17. Sastra Sanga dipakai menjaga diri. 1 7. Sastra sanga ngam on g raga,
Sastra Jendra sebagai pengikat sastra jen dra talim gum i.
dunia,
Utara M om m a itu dipercaya, Utara manawa gugon,
Om kara dasarnya, om kara tu i dasar ipun,
dan Saradresti itu, Saradrestines punika,
amat sempurna, lintang luwih,
bernama .Brahmana Parana ngaran Brahmanda-purana.

35b. 35b.
18. Raja yang kurang wibawa, 18. R atu tuna kawibawan,
agaknya tak akan berarti di dunia, cam pah katon m ating bumi,
atau raja yang tak berpengaruh, m iw ah Prabu kapramadan,
rakyat kecil akan berani, bala m d it d a d i purun,
laksana seekor kambing, k a di m erida y a n g vipoma,
akan memanjat, m angunggahin,
karena pohon kayu itu sudah duahing taru sam pun
rebah.” rebah,
19. Demikian kata sang pendeta, 19. M angkana sabda n in g pandita,
baginda raja membenarkannya, sang Prabu dahat m isinggih,
dan sesudah selesai segala sam pun pu pu t babaos.
101

pemberian nasihat,
direstui oleh para empu, binojanan w atek mpu,
wiku sakti semuanya, w iku sakti makabehan,
dipersembahkannya sesajen, katuran saji,
kepada para ratu dan para pra-ratu lawan p a n d ita
pandita.
20. Tersebutlah rakyat dan para 20 Sam pun linggih kaw uw usan bala
menteri sudah semuanya m antri agung alit,
duduk,
mencari tempatnya masing- w us sam i ngelingin nggon,
masing,
kemudian menjamu para tamu, m anaw i ikanang tamu,
dengan makanan yang enak= riantuk b oga sadrasa,
enak,
yang tersediakan, unnguaning saji,
basm a dan permata yang indah- prabasm a lan m anik
indah. yogya

21. Lengkap dengan beijenis-jenis 21, T etep warna n in g ebatan,


masakan,
adonan merah dan adonan putih, urab barak urab putih;
jejeru k dan p en cok , jejeru k e miwah pen cok,
rumah gu le tim burig dan kulub, rumbah g te kulub,
semua tersedia dalam hidangan p u pu t m unggah ring gibungan
bersama semua serasi, sa m i . asri,
masakan sebagai Karangasem. olahan k adi Karangasseman.
22. Merangkul dan mencium dengan 22, N yaup n yan gkol madadinanan,
memaksakan diri,
karena ia terlaju gemuk, m agiyet masih lawanin,
mengingat besar badannya tak den in g ia kalintang nyendol,
seimbang,
bau mulutnya busuk dan hidung­ ban ged en e salah sikut,
nya berbau bunga bangkai,
namun tercium harum, engkah bangu cunguh ladingan,
karena dipengaruhi oleh edek miik, kapulut Id a rin g
guna-guna. guna,
23. Raden Dewi berubah ulah, 23, R aden D ew i ngaw e tadah,
manja mendesak-desak, m olah m anying m anyinggukin,
102

”Ya Dewiku, diuh ratu dew a m as ingong.


’’
Raden Mantri berkata manis, R aden M antri m atur nyunyur,
”Apa yang tuan sedihkan, n api D ew a kasungkanang,
saya memangku tuan, titiang ngabin,
agar tuan gembira. m anda ratu durus ledang.

24. Berikan saya tuan, 24. Durusan icenin mirah,


agar saya tidak sakit, sam pun lin tan g titiang sakit,
tuan bercakap-cakap terlalu Untang w en gi ratu bawos,
malam,
saya amat bingung, ibuk titiange kadurus,
laksana sebuah kapak, kadi rasa-rasa timpas,
tangkainya tegak, p a ti kenjir,
tetapi tuan menghalang- i dew a nam bakin titiang.
halangi saya.”
25. Ia tahu akan tanda itu, 25. Su eca Id a antuk sipta,
lunglai dan menyerahkan diri, m anglesu tur nyerah aris,
langsung bertemu asmara, asm ara gam ane awor,
dunia terasa kuning, acum buanane nuius,
semalam suntuk, m upukrasm in ringpam rem an,
penuh semalam tak tertidur, p u p u t saw engi m atelasan t an pulesan,
26. Tak diceritakan lamanya, 26. Tan ucapan lam i ida, acum bu
bercumbu rayu, acum bu ana n e tan mari,
bersama istri di tempat tidur, ngem ban rab i ring paturunan,
karena terlalu terbelenggu, duaning dahat kapuhit,
tak pernah ke luar, nora nahan kajaba,
badannya kurus, ragakiris,
karena sangat dipengaruhi kaliput bahan guna Sasak.
oleh guna-guna Sasak.
27. Para pelayan wanita menjibir, 27. W angjroan pada ngadesem ,
sangat benci mempunyai junju­ g e tin g g ila ngelah gusti,
ngan demikian,
ke sana ke mari marah-marah, kem a m ai ngem pras ngem pros,
1Pagag berkata bergurau, I P agag asaur guyu,
’’
B ila bayan tidak tahu, lam un B ayan tuara nawang,
gunung Wilis, gu n u n g Wilis,
semua dibawanya.” m akejang pada abata.
103

28. I Pagag segera menjawab, 28. 1 P agag saw ur ngenggalang,


”Di mana dapat sebagai dija ngalih bukajani,
sekarang ini,
aku amat kagum, manah titiang lintang gaok,
karena melihat pertama kali­ antuk n em bene mamangguh,
nya,
wanita cantik seperti kotoran p u tri L uih k a di elu d ram but
alas memotong daging, gading,
rambut kuning, tindak bvir d o lo n g twa.
jalannya seperti bebek betina.
29. Susunya panjang perut buncit, 29. Susu m apaid basang m repet,
suara parau wajah kasar, . m u n yi geb en g sem ujadig,
perut kakinya menonjol, betek batise m am ontot,
”1Pagag berkata pelan-pelan, I Pagag m unyinnya sendu,
’’
Jangan kamu berani menghina, eda ca i pongah nyeda,
Tuan Putri, R aja Putri,
sebagai tumbal istana.” m aka Tum bal rin g kadatuan.

36b. 36b.
30. Sangat malu melihat, 30. K im ud san mangantenang,
kata-kata tetangga di sini, m unyin pisagane dini,
ke luar masuk beriring-iringan, rerad-rerod p u les pesuan,
tak mau duduk terpisah, twara b isa jo h mahmgguh,
karena malang menghamba; saking lacur mamarekan,
sebagai sekarang ini, buka jani,
negara kita ditundukkan gu m in e kalahang pendonan.
pendatang.
31. Ni Bayan berteriak tergopoh-gopoh 31. M acen gk en gN i B ayan rengas,
selalu tersandung dari pagi, p a ti k epu g ulin g tuni,
kepala pusing dari dapur, m apin cer u li d i paw on,
setiap yang datang menuduh, asing teka pada rtuduh,
sering kali mengambil air, m an yu an gyeh busan-busan,
selalu kena marah, ningeh munyi,
namun segala keija tak berguna. tuyuhe tatan paguna.
32. ”N asib buruk menjadi hamba, 32. L acure mamerekan,
berada di istana saat ini, sukat jan in e puri,
diamlah di dapur kau Bayan, n en gil kuda B ayan d i Pawon,
104

”Ia Pagag menasihati dengan baik, I Pagag m anglem ek pangus,


menari menimbulkan ’ gelak rtgigel ngaw e kakedekan,
ketawa,
’’
jangan ribut-ribut, eda ngatem ig,
terimalah upahmu di akhir upah tam pi habis bulan.
bulan.”
33. ’’Antar aku mandi, 33. Iringan g nira m asuciyan,
ke taman sekarang ini Bayan, ke taman Bayan, j ani,
’’
para inangnya segera w angjrone n giring encol,
mengantarkannya,
tak diceritakan dijalan, ton ucapan m aring enu,
alat-alat pencuci rambut upakara n in g makramas,
sudah lengkap, sam pun sami,
Nginte dan Ngemban yang mem­ N gin te ngem ban sane m anegenang,
bawanya.
34. Setelah sampai di taman, 34. Sapraptana m aring taman,
kemudian bertemu, raris kacunduk ne mangkin,
dengan Dyah Udiatmika, San gD iah U dyatm ika e reko,
yang mencuci rambut lebih dum unan m akram as ditu,
dahulu di sana,
cantik laksana gambar, ayune htir k adi gam bar,
kuning halus, ium lum gading.
Dewi Gerong lalu jatuh. D ew i G eron g raris rebah.

35. Segera Nginte dan Ngemban 35. N gin te N gem ban nyaup imang,
mengambilnya,
mereka berdua amat sarat, m apekoh sareng kakalih,
lalu dibawanya ke istana, kabuat m antuk kakadaton,
berhenti di tepi jalan, kareyang rin g p in ggir enu,
kemudian sadar akan dirinya, wau m elin g m aring raga.
Raden Dewi, R aden D ew i,
suaranya tak jelas kedengaran. sabdane grem ek-grem ekan.

37a. 37a.
36. Ia terheran-heran melihat, 36. Heran ida m angatonang,
demikian pula para inangnya, m uang w an gjron e sami,
keheran-heranan, kem em egan pada bengong,
siapa; yang datang dan tak w ang apa teka ne kantu.
105

sadarkan dirinya,
Jempiring Soka dan Priyaka, Jem pirin g S ok a Priyaka,
menyembah, m atur singgih,
mungkin madu tuan putri. m anaw i m enyan i dewa.
37. K ononD yahG erong, 37. D iah G eron g m angkin koeapan,
membuat daya upaya, dadi m etu daya sandi,
pulang tergopoh-gopoh, raris budal tur ngaduVUngang,
tersandung di sana-sini, p a ti k epag p a ti kepu n g ,
melihat duri terus diterjang, k a to n d u i m asih katrebak,
banyak luka-luka, ielas sitsit,
darahnya mengalir ke luar, rahem etu tanpegatan.

38. Dijalan ia berjalan cepat- 38. E n ggal lam pahe d i marga,


cepat,
langsung masuk ke istana, m anyujur raris ka puri,
menangis dan mengaduh, ngaw e tangis maduwuhan,
’’L ihatlah saya kanda, cingak titiang b eli bagus,
setelah saya tiba di taman, serauh titiang rin g taman,
dilempari, kalem pagin,
oleh adik tuan. ri antuk rahin i dewa.
39. Sapu kotoran dipakai melempari, 39. Sam pat luhu kanggen nagel,
tak ketinggalan memakai duri, k etk et bandile tan mari,
ia menetak dengan batu, batu anggena m anoktok,
hingga saya terluka, sam pe titiang nandang tatu,
saya ingin bercerai dengan tuan, titiang belas rin g i dew a
sekarang ini, saking mangkin,
dan saya ingin pulang. titiang n y adiapa ca n g bu dal

40. Malu rasanya di negara ini, 40. K irnud kantun ring nagara,
dihina oleh setiap orang, cin eda titiang rin ggu m i,
menjadi buah bibir, d a d os ujar-ujar kawon,
senangkan pikiran kanda, becikan g kayu n i ratu,
walaupun saya mati di sepanjang diastu pejah selantang jalan,
jalan,
saya m ohon diri, titian g pam it,
menjadi putri yang sangat tak d a d os p u tri lintang durbala.
berguna.”
106

Pupuh Durma Pupuh Durma


1. Baginda raja terkejut mendengar­ L D ad i selaagagan sang Prabu
nya, mamiarsa,
segera beliau ke sahasa ida m ijil,
dipeluknya sang Diah, kasaup ida sang D iah t
”O h; -sayangku kau, m as m irah titiang dewa,
jangan tuan berkecil hati, aja sira w alang hati,
diamlah Tuan, m eneng i dewa,
tetaplah di istana. m alinggih ana ring puri.
37b. 37b.
2. Udyatmika pasti akan mati, 2. M asa bu u n g U dyatm ika pacan g
dinda adalah jiwaku, pejah,
diamlah sayangku, ju m n en g fuw a i mirah,
teruskanlah dinda mandi, durus ratu masucian,
jangan dinda sedih lagi, aja sira kari kingking,
jangan pulang, sam punang budal,
tuanlah permata istana ini. i dew a m anik in g p u ri

3. Baginda menghunus pedang lalu 3. N gunus kagda sang Prabu raris


berjalan, mamarga,
dan sudah ke luar dari istana, sam pun kasah saking puri,
tak diceritakan dalam tan ceritan ring jalan,
perjalanan, nulia prapta m aring taman,
sampailah di taman, raris kasapa ring ida R ahaden
lalu disapa oleh Raden Dewi, D ew i

4. Raden Mantri memberengut tida 4. Rengat-rengut R aden M antri tan


berkata-kata, pasabda,
segera menuding, sahasa raris manduing,
serta menekan muka, tur anadel muka,
”Oh terlalu buruk, uduh kaliwat cacad,
terimalah kesalahanmu tadi, m asin dosa n e iuni,
O kau perempuan hina, ah p u tri nista,
terlalu berdosa kurang mati saja. agung d osa kurang pati.

5. Pedangnya yang tajam siap akan 5. M ahingid kadgane ja ga nyedayang,


diparangkan, kaka-kaka m engrebutin,
para hambanya merebut, kadurus i dewa,
’’
Jangan tuan, ngam argiing kabrakmantian,
menjalankan kemurkaan, m aiwangan ring i ari.
107

menyalahkan istri tuanku,” ge lis katulungan w eten


segera menolong ada yang sangrebutin keris.
merebut kerisnya.
6. Raden Dewi disembunyikan, 6. K asingidang R aden Dewi,
Raden Mantri didorong masuk, kapuruan kasurung R ahaden
dan dipersilahkannya kembali Mantri,
pulang, tur kahaturan budal,
lalu beliau berkata, ida runtuh w acana,
”Jika kau tetap di sini, yan iba lejeh nu dini,
tak akan urung, ah tan wangdeya,
menerima kematianmu.” pacan g m angem asin m a ti

38a.
7. Baginda raja segera kembali ke 7. M abos m antuk sang Prabu
istana, m angapuriang,
lalu menceritakan kepada ngandikayang rin g i ari,
permaisurinya,
istrinya amat gembira, suka rabin ida,
mendengar kata-kata baginda, m angrenga ujar sangN ata,
mengenyam rasa cinta kasih, m upu kulangune karasmin,
tak terkira-kira, ndatan pangeka,
di istana berkasih-kasihan. m arin gpu ri sam i kasih.
8. Tak diceritakan raja di istana, 8. Tan ucapan sang Prabu ring
tersebutlah di taman, kadatuan,
Dewi Udyatmika, ring udiana reke mangkin,
dijaga oleh para embannya, D ew i Udyatmika, *
berkata bercampur tangis, kahem ban ring para hinya,
”Oh bibi, sasam bate aw or tangis,
malang nasibmu sekarang ini. duh b ib i hinya,
terus lacure ne jadi.

9. Kakak semua jangan pergi dari 9. Kata-kata nora pasah ditu,


sini, ngem ban sampun,
menjaga saya, titiang m anam pu,
saya menerimanya,” sang d ew i ka j aba,
”Sang Dewi kemudian ke luar
halaman, m etu saking bale emas,
ke luar dari gedung emas, pam argine sada aris,
108

Priyaksa Soka, Priyaka Soka,


Jempiring berkata dengan halus. J em p im gm a tu r aris,
10. "Marilah tuan Putri menghibur
10. N giring ratu arsa lila m aring
diri di taman,
yduana,
jangan bersedih hati,
sam punangduh kitengati,
walaupun kesedihan itu tiba,
yata rauh duka,
ingat akan kesenangan itu,
kajim ane elingang,
sebagai bekal kelahiran tuan,
b ek ele ratu dum adi,
karena sedih dan senang,
tuah suka duka,
selalu bersatu dalam hidup
tem uang satunggu ning
ini.
urip.
11. Empat macam bekal kita hidup, 11. Catur sam i bek ele majdma,
hidup mati dua macam, larapatin e kakalih,
tak dapat dihindari, tan d a d os lem pasang,
dari kecil dipelihara, saking alit kakodagang,
tak dapat dihindarkan* tan d a d os m alih lem pasin,
akan selalu datang menemui pacan g tem okan g m atur ngasih -
meratapratap. asih.

12. Demikianlah cerita sebenar­ 12. Sapunika wantah dew a korengan,


nya, rawuh maganti-ganti,
datang berganti-ganti, yen in gu pam y a n g titiang,
bila saya andaikan, ngentas m arga sadina,
menyelusuri jalan setiap hari, rin g sasih katiga nampi,
menjelang bulan ketiga, panes m engentak,
panas terik, taru arang ring te p i
kayu jarang terdapat di tepi jalan.

38b. 38b.
13. Sepanjang jalan ditempuh setiap 13. Sapan jan gjalan e sadina
hari, maentap,
panas dan teduh selalu ada, panes tise tan mari,
akan menjumpai senang dan jaga kapangguhe sam pun dew a
sedih," sungkawa,
"demikianlah kata Ni Jempiring, nahan ujar N i Jem piring,
memperingatkan Raden Dewi. m atur pam ungua m aring Rahaden
D ew i
109

14. Dengan berpegangan di bawah .14. Ararantun m aring sorin g padapa, .


tempat tidur,
sambil memaparkan kasih kata- sam bil am ajang kasih,
katanya, panulam e sang Diah,
selalu menyesali diri, ton m ari n y esel raga,
’’
U dyatm ika sekarang ini, U diatm ika nene jam ,
kamu akan rasakan penderitaan ibang nahanang,
ini,
putri hina yang lahir. p u tri nista m anum adi

15. Ah lepaslah jiwa ini agar semua­ 15. A h jiw a h in gh aapan g kita
nya bebas, gantes,
panas aku menerimanya, panas k ai nandakin,
sebenarnya duka yang ada, akuda m uat duka,
maka tak pernah habis, dadi tuara bisa telah,
sejak kecil sampai sekarang, u li h elin g sam pe jam ,
itulah sebabnya, en to makrana,
senang hatiku aku mati. lascarya aku ngemasin.

16. Ayah ibu tak mungkin men­ 16. Ib u A ji adoh pacan g


dengar, mamiyarsa,
bahwa saya menderita kesedihan. rin g titiang m anem u km gking,
Tuhan tak mendengarnya, ”W idi tan pangrenge,
Betara dan Dewa lupa, Bhatara D ew a lupa,
tak ingat akan batik, tan Ungu ring pangastiti,
terhadap mantera dan yoga, rin g ja p a yoga,
tak ingin akan pertapaan. ndatan ledang rin g sem a di
17. Oh, Tuhan apa gunanya m emohon 17. Ih Widi apa gun a n in g .
restu, pangastawa,
atau hormat kepada suami, w iadin b ak ti ring laki,
semua itu tak berguna, sam ia tan paguna,
demikian pula berkorban, m iw ah m adam punia,
semua tak ada faedahnya, norana bu at m aka somi,
mungkin senang, m ainab rena,
karena menuruti kehendak ngturin karep drenggi.
loba.
18. Bila demikian halnya Udyatmika, 18. Yen k en e syuh U dyatm ika
110

tak ada gunanya, tan paguna,


apa perlunya lahir, apa buat e dum adi,
Betara tak suka, Bathara tan ledang,
Tuhan tak hendak, Sang H yang W idi tani suka,
ya kakak semuanya, aduh kaka sira katri,
dengarkanlah, rengenen kita,
kata-kataku sekarang ini. psam bat aku ne mangkin.

39a.
19. Di mana kata-kata ini terdapat, 19. Yan ring n api m ungguh tan
yang menyebabkan mengalami kojararm yai
kesedihan, kram a manmu kingking,
dalam Purwa apa terdapat, yan rin g parwan apa,
ataukah dalam Kanda apa y en ta ana ring kanda,
terletak,
ataukah Adiparwa, ring adipurana malih,
sudah disebutkan, sam pun kaucap,
’’
U diatm ika berkata dengan U dyatm ika kasih-asih,
sedih.
20. Seluruh persendiannya panas 20. San di panes gem eter anggane sang
serta badan Diah gemetar, D iah,
mereka yang duduk di bawah ring so r pada miling,
sadar,
cepat kakak, age sira kaka,
ada yang memberi boreh, w enten m angaturang odak,
atau melimaunya dengan m iw ah papu ser sarwa etis,
yang sejuk-sejuk,
dengan air cendana, w ening cendana,
ada pula yang lain mengipasi. w enten lian mangilihin.
21. Ni Priyaksa bergegas mengambil 21. N iP riy a k a gisu d a n e ngam bil
kasur, tilam,
pakaiannya dilepaskannya, pangangge telas kaam bil,
semua dibungkus, m abon gk os w us samian,
mencari udara sejuk di taman m angetis ring udyana das
dan saat itu sudah hampir rah im sam pun nampi,
siang,
sekarang tersebutlah, ndan ucapan,
di Margalangan kini. rin g M argalangu n e m angkin
22. Seorang raja bernama Durgasmala, 22. N garandra Prabu Durgasmala,
berkuasa di Marglangu, ringM argalayu singgih,
amat sakti, dahat kabinawa,
sebagai seorang raksasa, ring d e Danrnja,
sebagai seorang raja raksasa, m akadi Danawapati,
tentaranya amat banyak, wibuh in g wadua.
para rajak tak ada yang berani, B upati tan kikitin.
23. Saat dauh kalih keluarlah raja 23. Dauh kalih m ijil sira S ri
raksasa itu, Danuja,.
diapit oleh tombak baya, tom bak baya m angapit,
datang ke balai sidang, m ara ring paseban,
pendeta dan pendeta Agung, Pandita bahudanda,
demikian pula patih dan maha­ miwah Patih lantanda Mantri,
patih,
tak ada yang duduk, tan palinggaran?
tempatnya penuh sesak. siuh penuh tan padring.
24. ”Ya, para patih dan rakyatku 24. Eh patih kita sira saday a,
semua,
demikian pula para bijaksana, miwah ia w atek mangaji,
demikian pula para pendeta, kalih para Pandita,
siapa yang mendapatkan, siapa ta m akolihang,
isi mimpiku, ngamaranin hiiripenkui,
siapa yang sanggup, asih nyidayang,
menjadi kepercayaan istana.” dadi nabe p u ri
25. Kembali raja raksasa; itu ber­ 25. N gam alihin yaksa-raja mawacana,
kata,
’’
M alam hari aku mimpi melihat nguni dahi ipen tu i mangguh
seorang putri utama, . stri mautama,
di tengah hutan, H telenging wanantara,
yang bernama Udyatmika, U diatm ika maka nami,
berasal dari Giripuspa, w it giripuspa,
putra seorang raja yang utama. putran ratu lintang hiih.

39b. 39b.
26. Pagi hari setelah bangun dari 26. Wahu n glilir nguni erring ring
tempat tidur, patUruan,
kemudian ada lagi, dadianya w enten malih,
112

suara dari langit, u jar ning mantara,


demikian suara tersebut, k u yek i kanang sabda,
itulah jodohm u sebenarnya, iku je d o n e sujati,
yang berada di bumi ini, pakua ning buwana,
sebagai kekuatan istana ini.” maka kancing in g puri.
27. Siang malam Raden Putri berada 27. R aden P u tri siang ratri
di sana, ida irika,
selalu kesedihan, ton m ari mangasi-asi,
beserta tiga orang pelayannya, lan h inya katiga,
berkata kesedihan, anam bat manabgya,
lalu utusan mencarinya, utusan akna ngalih,
melihat dengan waspada, ngawas-padayang,
rupa dan sifatnya. ring rupa m iw ah pangresih.
28. Raden Dewi sangat kaget men­ 28. R aden D ew i kagiatw au
dengar hSl itu, m irengang,
ia cepat-cepat mengambil ngam bil bungkusan d i g lis,
bungkusannya,
segera memberitahukannya, m ahungu gagelisan,
pelayannya semua lari, panjrow an tlas patrbyang,
ia ingin mengejarnya, ja g i ida n getut buri,
namun utusan dengan cepat, utusan imang,
melarikan sang Dyah sekarang. sang D yahkasander mangkin.

29. Tersebutlah Raden Dewi, 29. K acarita R aden D ew i,


diterbangkan menangis sambil m angam bara m asasam batan
memanggil-manggil, anangis,
”B ibi tolonglah saya, b ib i tulun g nira,
aku ditawannya, m anira w us tinawan,
oleh seorang pencuri sekarang antuk pandung an e jani,
ini,
cepat kabarkan kepada Raden en ggal gatrayang rin g id a R ahaden
Mantri. M an tri
30. O, angin minta kekuatan padamu, 30. Eh angin aku m inta srana ri kita,
kabarkan kepada Puspasari, ortayan g ring Puspasari,
juga kepada ayah ibuku, m aring ibu lan y ayah,
aku menjadi rampasan, aku d a d i jajarahan,
diterbangkan tak ada yang kakeburang tan pdkanti,
menolongnya,
113

sangat sedih, lintang duhkita,


dan pasti akan mati.” tan w urung pa can g m a ti

31. Tiga hari lamanya di udara, 31. Tigang d im law asne ring ambara,
untuk menuju tempatnya, tan m ari ngungsi puri,
tersebutlah mereka bertiga, sang tiga kocapan,
masing-masing masuk ke dalam m anyusup nunggal-nunggal,
hutan,
Soka Prayaka dan Jempiring, S ok a Priaka Jem piring,
ke hutan, rin g wanawasan,
menuju Jro Dukuh Sakti. n gejog J ero D ukuh S a k ti
40a. 40a.
32. Tersebutlah hari tengah malam, 32. Tengah w en gi kangnfateam
segera utusan itu turun, kawuwusan,
di Langunegara, utusan tedun d ige lis,
membawa Dewi Udyatmika, ring Langu-nagara,
raja sedang dihadap, m uat D ew i Udiatmika,
di halaman, sang Prabu sedek katangkil,
di bawah pohon yang rimbun. na rin g paseban,
sor in g padapa m ilik
Pupuh Sinom Pupuh Sinom
1. Raksasa itu turun di halaman, 1. B uta tedun ring paseban,
setiap orang yang menghadap kagiat w atek m aningkil,
amat kaget,
negara gelap gulita, p eten g d ed et tekang nagara,
angin bertiup kencang, angin tarik tan sanipi,
merup&kan pratanda yang amat kabinaw a antuk ciri,
hebat,
debu beterbangan bergulung- abune m lek ngalinus,
gulung,
pohon-pohon di halaman rebah, w reksa sem pal rin g paseban,
tanda-tanda itu merupakan nika ciri nora becik,
tanda tak baik,
sang Diah Ayu, sang D iah Ayu,
adalah putri kerajaan. m aka ratu ning kadatuan.

2. Sesaat kemudian gelap hilang, 2. A nantara p eten g Uang,


terbitlah matahari, m ijilH y a n g Pratarg& pati
selumh desa disinari terang, dasa dew a katinggakm.
114

tampaklah persidangan, dengan panangkilan katon asri,


baik,
segera utusan berdatang sembah, utusan ngarepang gelis,
mempersembahkan seorang putri m am gaturang p u tri ayu ,
jelita,
wajahnya laksana bulan purnama, warna luir bulan purnama,
halus putih gading, lum lum nyalang pu tih gadin g,
amat payah, sarw ingalesu,
karena pikirannya tak menentu kabatek ban ibuk manah.

3. Raja lalu rebah, 3. Sang N ata ebah m agebiag,


setelah menyaksikan seorang istri wau nyingak p u tri luwih,
yang amat cantik,
sebagai bukti kalah wibawa, tanda kasoran wibawa,
kalah sebelum berjuang, durung m adu lilih,
suatu tanda akan mengalami m aciri pacan g ngem asin,
penderitaan,
demikian pula sampai dengan tek en g wadua pacan g lampus,
seluruh rakyat akan hancur,
para menteri semuanya, para m antri makabehan,
mengusung baginda raja, m anundut Sang S ri Bupati,
dan serempak, turpagrudug,
masuk ke suniantara. ngeranjing ring suniantara

40b. 40b.
4. Raden Dewi ditempatkannya, 4. R aden D ew i kalinggayang,
di sebuah taman yang amat m aring udyana lintang luwih,
indah,
penjaganya amat baik, saking rem bayan para yogya,
dijaga, oleh para menteri, kakem it ring w atek mantri,
diiringkan oleh gadis-gadis, para w anita lan mangiring,
berdiam pada sebuah rumah ring b ale m as ngendih murub,
keemasan yang gemerlapan,
ada pula yang lain memper­ len ngaturan para puspa,
sembahkan bunga,
harum-haruman, gagandan lan burat-wangi,
menimbulkan rasa senang, ngaw e lulut,
menarik perhatian sang Diah. ngalap citan e sang Diah.
115

5. Kini tersebutlah baginda raja, 5. Sang Prabu m angkin kocapan,


setelah tiga malam baru sadarkan tigang dauh wau nglilir,
diri,
suaranya laksana guruh meng­ sabdane luir guruh kapat,
gelegar,
berkata kepada patihnya, m angandika rin gI Patih,
Sang Pulakepang datang pelan- Tulakepang amarekin,
pelan,
menyembah lalu berkata, nglung angga sarw i matur,
menceritakan bahwa sudah m angw akasang sam pun jaya,
berhasil,
segala apa yang telah dilakukan, sapari p ola h e sami,
ya Tuanku, singgih Prabu,
sang Suma sudah ada di taman. sang Sum a hana ring taman.

6. Baginda raja amat gembira, 6. Sang Prabu kelangkung jim a,


’*Ya kau Patih amat sayang se­ aduh sayang Patih j ani,
karang,
terimalah upahmu atas usahamu, ne lahane pakolihang,
dari sekarang lima ratus, lim ang atus ulin g jani,
menjadi pengawal di istana, d a d i pangem pu rin g puri,
sebagai pendampingku,” m aka jajen en g ing hukm ,
sang Tulakepang menurutinya, Tulakepang m angiringang,
berbakti kepada junjungan, dreda bakti rin g suami,
dan sudah selesai, sam pun pu pu t,
dilantik oleh bagawanta. kabiseka bagawanta.

7. Tersebutlah keesokan paginya, 7. Enjang-errjing kawuwusan,


konon diceritakan raja raksasa Y aksaD ipa k ocap mangkin,
itu,
ingin datang ke taman, ja ga m ara m aring tam an ,
bertemu dengan Raden Dewi, kacunduk rin g R aden D ew i,
pakaiannya sudah lengkap, busanane sam pun p a sti,
memakai harum-haruman m agagandan sarwa arum ,
semerbak, cinurnan serebuk em as,
jenggot dan brewok, je n g g o t kapeng lan w ok beris,
tinggi besar, ageng landung ,
badannya hitam . berkilat. raga irang tur makilat.
116

41a. 41c l
8. Diapit oleh dua perangkat 8. D u lan g m angane ngapitang,
makanan,
serta diiringkan oleh tentara len -bala m antri mangiring,
dan patihnya,
membawa berjenis-jenis kain, m angaw a sarwa sandangan ,
pakaian emas dan permata, busana m as lan ratnadi,
makanan yang enak-enak, b oga sad rasane luih,
beijenis-jenis buah-buahan sarwa pala m anis nyunyur ,
yang ranum,
harum-haruman semerbak, lenga-wangi m ahim pugan,
bunga beraneka warna, ukeh pu spa mawam i-wam i,
kemudian menuju, tu r m anuju,
sang raja ke taman. sang Prabu m ating udiana.
9. Setelah sampai di luar taman, 9. Prapta ring jabayan tam an,
segala pembawaan terlebih babuatane katur riyin,
dahulu dipersembakannya, sang D ew i m angda uninga,
agar sang Dew i tahu, y an Sang Prabu m angda prapti,
bahwa raja akan datang, sang A yu ngranjing ring pu ri,
sang Ayu lalu masuk ke dalam geb la g ngancing lawang sampun,
kamar,
segera menutup pintu, S ri B u pati raris munggah,
kemudian raja masuk, nepak lawang nabda aris,
mengetuk pintu berkata
pelan-pelan,
’’Ratu Ayu, R atu Ayu,
bukakanlah saya pintu. bungkahin titiang lowongan.

10. Kanda datang menghadap, 10. K akanta teka nangkila,


saya amat menderita tuan, kapilangu titiang m anik,
saya bersedia untuk minta nyadia titiang nunas tamba,
obat,
keluarlah tuan dengan baik, m ijil ratu saking aris,
kemarin saya sakit, sane d ib r titian g sakit,
jangan tuan terus marah, eda ratu bendu kadurus,
saya terlambat menyapa tuan, kasep m any apa i Dewa,
karena saya jatuh tak sadarkan antuk runtuh nora eling,
diri,
117

sudilah tuan memaafkannya. sueca ratu nyinem pura m a n g titiang,


11. Mengapa tuan amat marah, 1L N guda ratu bendu pisan,
membiarkan .saya sakit, ngam enangin titiang sakit,
badan saya panas membara, panes bara anggan titiang,
keluarlah tuan sekarang, m dal ratu nene m angkin,
bila tuan tak hendak meng­ yan tan suca m anam banin,
obatinya,
tak tercapai yang saya tan w enten titiang kadurus,
kehendaki,
akan menderita karena asmara, nmu lara kasamaran,
walaupun tanpa kesadaran tuan, yadian ratu nora eling,
bila tak sudi, yan tamn asung,
tuan bersama saya. i m irah ana ring titiang .

41b. 41b.
12. Apa jadinya saya ini tuan, 12. N api d a d os titiang dewa,
tidak membalas dengan baik, tid on g w ales saking aris,
mengeluarkan kata-kata, ngaw ijilang pangandika,
agar ada tanda setuju, m angde w enten c ir i sudi,
untuk saya pakai kenangan m onm on an g titian g ring ati,
di hati,
yang saya ingkatkan seumur ne buktiang titiang satuw uh,
hidup,
jadikanlah saya hamba, kaw ulayang ju a titiang,
tukang merangkul menggendong juru saup n yan gkol ngabin,
dan memangkunya,
hanya sepatah kata saja, akecap ratu,
balaslah cinta saya ini. upahin ju a karm an titiang,

13. Bila tuan tak hendak menjawab, 13. Yan nora ica anyapa,
sudilah dengan kerlingan saja, ledang ratu antuk liring,
walaupun dibatasi jendela, diastun m abelat jan dela,
sedia saya menerimanya, titiang nyadia pacan g ngiring,
yang permataku, duh dew a ratu m as manik,
jiwa saya tuan, atm a ju itan titiang ratu,
tuan hambakanlah saya, i dew a m anjakang titiang,
jangan tuan curiga, sam pun ratu walangati,
akan dihormati, pacan g sungsang,
118

sebagai bukti keagungan. maka ciri ning kadatuan.

14. Selalu mengetuk pintu, 14. Tan m ari n ogtog lawangan,


bangunlah tuan, m atangi ratu m atan gi
lihat hamba tuan datang, cingak ratu parekane teka,
menghamba mempersembahkan ngawula ngaturang urip,
jiwa,
seandainya saya salah, bilih iwang ju a pindenin,
pikirlah baik-baik dalam hati, pineh-pineh ju a ring kahyun ,
karena kebodohan saya terlalu, reh tam bet titiang kalintang,
sudilah tuan memaafkannya,” nyusm a kayun i m anik ,
sang Diah Ayu, Sang D iah Ayu,
tetap ia tak berkata. taler ida tan pasabda.

15. Tuan terus berdiam diri, 15. Lintang D ew a m anetepang ,


tak ada belas kasihan terhadap nora asung rin g w ang sakit,
orang sakit,
tak berhasil menghambakan tan bagiane m am arekan ,
diri,
sampai payah memohon, sam pe nek mamungunin,
juga tak ada yang menerimanya, m asih ton g ada m anam pi
tetap pada pendirian memukul- nabe nikanang sua-tanu
mukul kakinya menahan rasa, keteb-keteb nahencita,
mengumpat lalu p.ergi, n gatem ig raris mamargi,
ingin pulang, pacan g mantuk,
langsung ia masuk ke dalam m a n gojog ida ngapuriang.
rumahnya.
16. Segera menuju ke tempat tidur, 16. R aris nuju kapamreman,
mendepak-depak sambil meng­ krepak krejyu g m angalim lim ,
oceh,
selalu terbayang dalam pikiran­ m agantu ng-gantu n g ring m anah ,
nya,
tiba-tiba raja gelisah, nadak uyang sang B u p a ti
kehendak tidak terwujud, tan pahangga kunang kapti,
diliput cinta asmara,
lupa akan keagungannya,.
demikian pula lupa makan sera b i
lupa istri,
tak ingat apa-apa, tan kalirtgu ,
119

raja tak pernah tidur, S ri B u pati tan panidra.

42a. 42a.
17. Tak diceritakan ia berada di 1 7. N datita ida ring pura,
tempat itu,
sudah lewat tengah malam, sam pun langkung m adia ratri,
keadaan sang Diah, m asem sam batan manangis,
menangis dan meratap,
menyesalkan diri terasa tak n yelsel raga tan paw idhi,
ber-Tuhan,
berada dalam rumah keemasan ring umah m as endih ngunggul,
yang* gemerlapan,
hari sudah hampir siang, sam pun nam pi das rahina,
burung-burung bersuara riuh paksine um ung mamunyi,
rendah,
sebagai memberitahukan, inabm atur,
memberitahukan orang dirindu­ nanginin sang katuridan.
kan.
18. Sinar bulan kelihatannya pucat, 18. A cum warnane H yang Wulan,
setelah matahari terbit, wau sang H yang R aw i m ijil,
laksana wajah sang Diah, upam i m uka sang Diah,
duduk bersimpuh di atas tanah, m am ulisah ring pretiw i,
wajah kusam dipupuri, warna ucem kapupurin,
rambut kusut sarang nyamuk, ram but gem p el kaput legu,
badannya kurus karena tak angga kiris tan panidra,
tidur,
tanah yang berdebu tampak lem ah legu katon tis,
nyaman,
terisak-isak, segu-segu,
badannya rusak karena sakit angga niw ang sakit manah.
hati.
19. Tersebut hari sudah pukul 19. D auh kalih kawuwusan,
tujuh,
desa-desa sudah terang seluruh­ dasa d e si sinang sami,
nya,
baginda raja berpakaian, sang Prabu nandang busana,
ingin mengulangi untuk nyadia m alih ngamaranin,
120

mendatanginya,
disangka sang Dewi akan suka, sinangguh ledang sang Dewi,
segala daya dan pikiran di­ precaya sam pun rin g kayun,
pusatkan,
dengan mantra-mantra yang naya sandi kahincepang,
pasti,
sudah dari dahulu, ja p a m antrane w us p a sti
tetap berhasil. saking dangu, .
nyeceh wantah m ikolihang.
42b. 42b.
20. Sudah selesai pemusatan pikiran, 20. Sam pun pu p u t raregepan,
pertemuan I Rangkesari, patem on I Rangkesari,
diletakkannya di mata, m apasang ana rin g netra,
di gigi membuat rasa kasihan, rin g untu p iola s luwih,
di hidung dan di bibir, m aring irung m iwah lati,
pengeger yang membuat cinta pan geger m a ra lulut,
asmara,
konon isi rawatan tersebut, dagin g p a p etete kocap,
lempengan-lempengan penakluk pripihan panangkep gum i,
dunia,
semua diletakkan, som i mungguh,
sari asam dan wang Aijuna. m anik asem jin ah Arjuna.

21. Sang Ayu kemudian dilihatnya, 21. Sang A yu raris macingak,


duduk di tanah, ngisek-isek ring pretiw i,
segera raja, saharsa ida sang Nata,
mendekati dan berkata, m apiungu m anesekin,
serta berkata halus, sarw i m angandika aris,
”Ya tuan sang Ayu, duh dew a ratu sang ayu,
jangan tuan bersedih hati, sam pun dew a kaduhkitan,
tuan saya junjung sekarang sungsung titian g ratu mangkin,
ini tak baik, tan rahayu,
duduk di tanah.” m akundah ana rin g lemah.

22. Kembali Sri Durgasmala berkata, 22. S ri D urgasem ala ngandika,


kepada Diah Udyatmika, rin g D iah U dyatm ika malih,
’’
Sam pai hati tuan terhadap diri lintang lalisn e m aring
saya, titiang,
tuan menghancurkan rasa kasih, ratu m igenda am ari.
121

tuan selalu bergantung di hati, arigum antun g ing ati,


obatilah kesedihan saya, supat laran titiang ratu,
pikiran saya tkk dapat berpisah, manah titiang nora pasah ,
selalu bergantung di hati, m agantung-gantung ring ati,
bila tak sudi, y an t an asung,
pasti saya akan mati. m eh titiang ngem asin pejah,

23. Peganglah jiwa saya, 23. G am bel ratu jiw an titiang,


segala yang ada pada kakak, sorah-arihe rin g b e li
saya sakit karena tuan titiang sulaban idewa,
tak sadarkan diri karena tuan,” m urcita titiang m as m anik t
mendekat mencumbu rayu, anesek mangasih-asih,
merayu sang ayu, m anglem es m aring sang A yu ,
Raden Dewi tetap pada pendirian, R aden D ew i kukuh manah,
tetap tak berubah, ton obah mvwah tan osik ,
benar-benar suci, ja ti mulus.
seorang putri utama. R aja P utri luwih utama.

24. "Apa gunanya saya ini tuan, 24. A pa gunan titiang dewa,
perkataan saya tak teijawab, atur titiang tan kacawis,
perbuatan saya tak ada yang ulah titiang nora salah ,
o
salah,
para raksasa bersatu oleh kakak, R aksasa krta ning beli,
mendapatkan teman-teman yang m am uatang kanca ning sulit,
sulit,
walaupun dengan perang tak nguni.
takut,
walaupun menemui kematian.
mengharap-harap dari dahulu,
percayalah tuan, g o g e ratu,
jangan pikiran tuan jijik. ayua cala ngkanang manah.

43a. 43a.
25. Tuan saya sayangi, 25. ID e w a sayangan titiang,
selama hidup ini, salawase kari maurip,
apa gunanya bersedih hati, m akingking apa gunan nya,
jangan menolak kata-kata kakak, ajak tulak ujar beli,
asal kakak yang tuan hormati, kew ala b e li siw in adi,
selamanya di Margalangu, ringM argalangu satuwuh.
122

menjadi agung di dunia ini, ngagungin tri buwana,


berhentilah tuan menangis, putu san g tangise adi,
agar hilang kesedihan, m angda lipur,
saya yang mengobatinya. . titiang dew a anggen tamba.
26. Penuhi permintaan saya, 26. L inggihin R atu pinunas titiang,
marilah mandi ke permandian, k abeji ngiring mabresih,
saya akan mengantarkan ke tern] iring titiang kapamreman,
tidur,
cepatlah tuan, durusang ratu paglisin,
obatilah penyakit saya ini, sakit titiange tam banin,
di dada ini berdebar, kaketeg ring dadane mangerudug,
tuan sebagai obat, I R atu m araga usada,
tusuklah saya dengan buah dada tuek titiang ban susu
yahg montok, nyangkih,
agar jadi, m angda durus,
obat itu saya rasakan.” tam bane kocapan g titiang.
27. Kemudian Raden Dewi membalasnya,
’’Raksasa jahat dan curang, 27. R aden D ew i raris nimbal,
apakah tak ada rasa malu, kala du sta mapicari,
menjadi raja mencuri putri,» apa k e tan ana erang,
bila raja utama, dadiP rabu n y olon g putri,
segala yang dikehendaki akan y an sang Prabu utami,
datang, ndatan pinrih pada rauh,
para putri akan menyerahkan diri,
apalagi yang berada di bawah pra-putri ngaturang awak,
kekuasaan, kalingke kaw engkon sami,
ah uh, ah uh uduh,
menghendaki istri orang lain. m am uatang istri lian

28. Ya ini ambilah jiwaku, 28. Ya ik i jiw aku alap,


aku tak akan mundur, saja aku ngingsir,
aku tak sayang akan jiwaku, t an sayangaku ring jiw a,
’’m endekat serta menudingnya, m anesek sarw i manuding.
terus mencacinya, tan m ari mamatbatin,
raja lalu menundukkan kepalanya, sang Prabu raris manguntul,
ibuk manah madingehang,
pikirannya bingung mendengarkan­
nya,
lulut asih dadi sengit,
rasa cinta jadi benci,
123

terasa hancur, rasa uw ug,


akibat rasa duka citanya. kabatek ban duka cita.

43b. 43b.
29. Matanya merah laksana duri merah, 29. N etra bang kadi turi bang,
kumisnya gemetar, jajaw in e m angubirbir,
mukanya merah laksana dipukul, m uka rakta M r tinepak,
kakinya dihentak-hentakaimya kateb-kateb m am inehin,
sambil berpikir-pikir,
jika dilawan ia adalah seorang yan tinggalin inab takut,
wanita,
jika ditinggalkan dikira takut, dua-para ikang manah, ■
pikirannya bercabang, tu i kaslek rahs mamargi,
memang benar-benar bingung lalu
beijalan, rengat-rengut,
menggerutu, m o b o s m antuk kajaba pura.
lalu’langsung pulang menuju
istana,
30. Sang Yaksendra makin bingung, 30. Yaksendra m ingkin o sah,
sudah seluruh akalnya dikeluar­ upayana sam pun sami,
kan,
kekayaan disuruh menyerahkan raja busana dirunang ngaturang
kepada Raden Dewi, ring R aden D ew i,
ditambah lagi dengan segala kaw ew ehin m as manik,
macam mas manik.

Pupuh Smarandana Pupuh Smarandana


1. Kembali diceritakan lagi, 1. M awantun ceritane m alih,
konon raja di Lesanpura, Prabu ing lesanpura k oca p ,
sudah dua tahun lamanya, sam pun kalih warsa suw ene ,
bersama Raden Dewi, m angem ban R ahaden Dewi,
Diah Gerong itu, D iah A yu G eron g ika,
gunanya makin berkurang, w igunane sayan luput,
dan suaminya makin sempurna. pria nira sayan pum a.

2. Sekarang sadarlah Raden Dewi, 2. Weruh R aden D ew i ne mangkin,


terhadap gunanya sudah hilang, rin g gunane sam pun punah,
pikirannya amat gelisah, dahat ing esah citane.
124

sebagai gila tak menentu, kadi edan ngawag-awag,


keluar pikiran jahatnya, m ijil m anahe drewaka,
diliputi oleh pikirannya yang kapragadhane m angaliput,
kurang ajar,
dan menghendaki korban. sarw i nagih tatadahan%

3. Ikan pindang kuluk dan pindang 3. Pindang kuluk pindan g k u cit,


kucit,
harus ada setiap hari, n gaw idi sadina-dina,
anak-anak dalem, anakan dalem e rek o,
yang dipuja oleh sang Dewi, kapu ji rin g dew i nira ,
rakyat dan menteri semuanya bala m antri pada o sah,
bingung,
melihat permaisuri, m angetan p u tri ning ratu,
laksana ibu raksasa. m em em e alah danufa.

44a. 44a.

4. Semua benci dalam hatinya, 4. Sam i getin g rin g a ti,


tak perlu ditiru, m angojahang nora sandang,
tak kuasa diam di sini, tan duga d in i m an on gos,
asai yang diambil terlepas, asin g jem ak pada lepas,
tambahan pula amat berat, buin tuyuhe buka matiang,
sudah sibuk dikata-katai, ningeh m unyi aw ak tuyuh,
perut kenyang mendengar ocehan. betak betekan ningeh peta.
5. Jangan terlalu minta kepada T uhan 5. Eda sanget ngedum in widi,
memilih tempat menghamba, m am ilih genah mamanjak,
walaupun di mana tempatnya, yadian difa k e m ahenggon,
nasib diri menjelma, tuduh dew eke manjanma,
karena diri telah menerimanya, den in g raga nam pi duman,
yang ditentukan oleh Yang Maha- katitah ring nene duhur,
esa,
ditetapkan oleh Yang Mahatahu. kasti rin g H yang Wisesa.
6. Sebelum kita tahu, 6. Sadurunge ida uning,
beliau yang sudah memastikan, Ida sane nyatri pragat,
baik buruknya pertemuan ini, ala ayuning patem on,
mengikuti suka dan duka, m aniruang ne suka duka,
wajarlah kita yang merasakannya, patu t ragane nahenang.
125

di saat semuanya asik, m aring pada gapah gu p u h ,


untuk mencari makanan, m am w atang m angalih daar.
7. Semua besar kecil, 7. A gun g alit maka sam i,
lahir untuk mencari makanan, dum adi m angalih dahar ,
maka peganglah dua senjata, sanjatane dadua am on g ,
yang bernama manik sekecap, ne madan m anik sakecap,
dan manik astagina, lawan m anik astagina ,
terlebih dahulu gunakan mulut cangkem e petayan g m alu ,
untuk berkata,
kemudian hasil cangkul didapat­ gunan pa cu le tamiang.
kan.

8. Pan Pageg tersenyum menambah­ 8. Pan P ageg ken yem nulurin,


kan,
menggerakkan keningnya sambil m akejit sam bil m apolah ,
bergerak,
’’M emang benar demikian itu saja bayan buka kento,
Bayan,
ikutilah tingkah kakak, solah belin e tuutang,
hanya untuk perut kenyang, betek basange dow an g ,
jangan merasakan malu, eda bega p a ti kimud,
siapa yang ingin dirugikan. nyen t e anake kadow ang ,

44b. 44b.

9. Ikutilah pikiran kakak sekarang 9. K eneh b elin e tiru jani,


ini,
pagi-pagi bangun memasak, pasem engan bangun y akan,
ingatlah akan nasihat itu, ingetang tuture k e to ,
agar jangan perut lapar, apang da basange layah ,
bersedialah menghamba seperti sadiyang k eto m am anjak ,
itu,
’’
R aden Dewi lalu berkata, R aden D ew i raris sum aw ur,
kata-katanya agak keras. m angandika sada banggras.
10. ’
’Pagag Pageg Bayan Sangit, 10. Pagag-Pageg Bayan Sanggit ,
cepat dekati aku, desek nira ju a enggalang ,

’N ginte dan Ngemban segera N gin te N gem ban ge lis n yu lem poh ,
duduk,
126

I Pagag segera datang mendekat, I Pagag nyrengseng ngim angang,


”Ya Tuanku, singgih R atu panem bahan ,
hamba sudah siap, titiang sam pun tragia ratu ,
ikan pindang kuluk sudah ter­ pin dan g kuluk w us cum adang.
sedia.”
11. Diah Gerong berbisik-bisik, 11. D iah G eron mawisik-wisik,
Pagag Pageg bantulah aku, Pagag Pageg tulung nira ,
pergilah ke desa Bendo sekarang luas ja n i ka D esa B en d o ,
ini,
di sana aku dicarikan guna-guna, ditu nira aliang gu n a ,
yang bernama I Tangkeb Jagat, ne m adan itangkeb ja ga t ,
yang ditelan dan diminum, ne m ahuntal ne m ahinum ,
kepada yang bernama Gurun rin g Gurun M odang wastannya.
Modang.

12. Aku memberimu seratus ringgit, 12. N ira asun g satus rin ggit ,
dipakai membeli kepada dukun anggen nuku rin g i balian ,
itu,
sisanya kamu yang mengambil­ karinnyane iba nyuwang,
nya,
dipakai bekal dijalan, anggen sangu m aring jalan ,
bila kamu belum mendapatkan­ yan ton den iba maan,
nya,
jangan berbalik kembali, aja tulak rin g pitu d u h ,
walaupun harus menginap.” diastuke pacan g minepan.
13. Hambanya mengiringkannya, 13. I Parekan telas mangiring,
minta lalu berangkat, m anunas lantas majalan,
dan konon sudah beqalan, tur sam pun m am indah reko,
tak diceritakan dijalan, tan ucapan m aring m arga ,
sudah di luar kerajaan, lintang dura ning nagara,
Pagag tertawa terbahak-bahak, pan P a gog kedek ngaruguk,
’’
K akak tunggulah aku. uduh b eli icang antyang.

14. Kakak mari berhenti di sini, 14. Jalan m areren d in i beli,


sambil kita berunding, sam bil ngrem bugang pitungan,
I Pagag berkata pelan-pelan, I Pagag m angucap alon ,
cepatlah kau katakan, ndah enggal a d i petayang,
agar cepat kita keijakan. ulat g a ti samarana.
127

sebelum matahari terbenam, suryane apang eda surup ,


agar berhasil yang kita cari. apang sida ne buatang.

15. Baiklah aku sekarang, 15. Pan ican g nah ne jani,


mari kita satukan, jalan ja n i patuh daya,
pikiran untuk mencari guna-guna buat pangalih gunane,
itu,
sebaiknya uang itu dibagi, m elah p ip ise piakang,
kita bagi masing-masing lima puluh, pada n yeket dun patisang,
untuk membeli kopi dan jajan m eli k o p i len jaja tem ukus,
temukus,
dan kita bersenang-senang ke jalan p elesir maseng-seneng.
mana-mana.
16. Racun kita bawa pulang, 16. Jalan tuba aba m ulih ,
itu kita katakan guna-guna yang en to orah an ggun a m elah ,
mujarab,*
karena permaisuri amat bodoh, den in g G u sti lintang p ojol,
dikuatkan dengan sumpah, buin dulurin antuk pata,
supaya kita dapat kesenangan, apang bena payu kerab,
aduh cara itu tidak benar adik, aduh a d i nora patu t,
berdosa terhadap pimpinan. drow aka ring panem bahan.

17. Tak patut berbuat demikian adik, 1 7. Tani w enang k en to a d i,


berani terhadap pimpinan, ban i m aring susuhunan,
terkutuk hidup-hidup namanya,” tulah idup kejarannya,
adiknya berkata kembali, arinyane malih nim bal,
”Jika kebenaran yang kakak yan pa tu te b eli arepang ,
ajukan,
pasti kelaparan yang didapatkan, tan urungan kenta pa tu t ,
kerugian bila kerajinan diteruskan. lacur y en jem et oyongang.

18. Kakak pikirkan baik-baik, 18. Pineh b eli apang p a sti,


terhadap baginda raja sudah jelas, y a n g Sang Prabu sam pun sinah ,
dipengaruhi guna-guna, kaliput ring kagunane,
Galuh yang jelek itu, I Galuh bungkruk punika ,
lupa terhadap istri di taman, lali rin g ra b i d i taman,
karena asih memelihara sang katungkul ngem ban i Limbur,
Limbur,
rakyat semua kesedihan.
128

19. Orang-orang di istana, 19. Wang rin g p u ri maka sami,


ingin pergi, m abudi pacan g m atinggal,
karena mereka amat jemu, den ig kalintang wanehe,
laksana merajakan raksasa, sum asat nyungsung danuja,
loba terhadap segala jenis m oha cita sarwa baksa,
makanan,
mungkin kakak tak merasakan, inab b eli tan ngalingu,
mungkin kakak juga kena guna- m eh b e li lalahin guna.
guna.
20. Timbul kedukaan itu disebabkan 20. Duka parane asik i,
oleh yang satu,
mengalahkan orang-orang di ngasorang nara sajagat,
seluruh kerajaan itu
wanita itu amat kotor, en to luh lintang cem ere,
menundukkan kekuasaan raja, nyurudang pam ukten raja,
memang di Lesanpura dari semula, tuah m ula d i Lesanpura,
negara harum semerbak, arum jagate m angliput,
tetapi sekarang bau busuk yang ne ja n i bangune nimbal.
menggantikannya.
21. Jika aku dan kakak tak bisa, 21. Yan tan bisa ican g ring b e li,
membuat kerusakan, m angardini ane rusak,
yang diandalkan hanya suara, kapiandel tuah m ake,
sebagai orang tua di istana, d a d i panua d i je r o pura,
menjaga baginda raja, m angem pu ida sang nata,
pikirkan sebaik-baiknya, jalan pineh apang tuhut
agar kebohongan yang menye­ m auke m apala wirya.
babkan kesenangan.”

22. ’’
M em ang benar sebagai kata-kata 22. Patut kadi m unyin adi,
adik,
mari kita mencari racun yang jalan ngalih tubane mlah,
baik,
agar tidak dua kali, apang eda sam pe p in d o ,
satu kali agar berhasil,”' sapisan apang nyidayang,
demikian Pagag lalu berkata, pun Pagag raris angucap ,
”Di sana kita membeli harga a ji dasa rtumbas d itu,
sepuluh,
129

racun yang bernama I Lebur cetik e i lebu r ja g a t


Jagat.”
23. Mereka berdua lalu berangkat, 23. Sang kalih raris m am argi,
setelah matahari terbenam sudah surup surya sam pun prapta ,
datang,
di negara Bendo, ana rin g nagara B en d o ,
dan konon sudah mendapatkan m olih in g sinadyan kocap,
yang dicari,
tersebutlah hari hampir pagi, nam pi sem eng kaw uw usan ,
pulang dari sana, bu dal saking jagat d itu ,
dan tidak diceritakan dijalan. tan kocapan m aring jalan.

24. Sesudah tiba di istana, 24. Sam pun rauh rin g je r o p u ri,
Pagag Pageg segera mempersem­ Pagag P ageg gUs hgaturang,
bahkannya,
diterima oleh Dewi Gerong, katrim a rin g D ew i G eron g ,
’’Apakah benar guna-guna yang saja k e guna utam a ,
utama,
berapa harganya ini Pagag, a ji kuda iba Pagag ,
guna-guna dibeli di sana,” bakat b eligu n a n e d itu ,
I Pageg segera berkata. I P ageg gelis ngaturang ,

25. ’’
Saya bersumpah harganya sem­ 25. A ji sia-dasa pan g kitin g ,
bilan puluh,
agar saya dimakan kijang, apang titiang sarap kidang,
demikian juga agar rambut saya m alih pan g ja titiang b otak ,
habis,
bila tuanku tak mempercayai­ lam un ratu tan pangega ,
nya,”
Raden Dewi lalu menelannya, R aden D ew i raris nguntal,
Pagag Pageg ke luar sambil ter­ Pagag P ageg pesu ngrukguk ,
tawa,
dengan sembunyi terus pergi ke nyaru-nyaru terus kapasar.
pasar.

26. Perut Diah Gerong sakit, 26. D iah G eron g w eten ge sakit,
ia mengaduh dan berguling- aduh-aduh ida maguyang,
guling,
130

panas laksana dibakai, k ebu s nyane buka borbor,


tersebutlah hal ini sampai malam, sam pe w en gi kawuwusan,
tak putus-putusnya memuntahkan ngw angsulang rah pegat,
darah,
’’
T olon glah hamba kanda Bagus, tulung titiang b e li bagus,
pasti saya akan mati.” tan w urungan titiang pejah.

27. Ramai orang datang menolong, 27. Pagrudug rawuh nulungin,


beberapa dukun dan berjenis- kudang balian m iwah tamba,
jenis obat,
semuanya menolong ke istana, m atatulung sam i kajero,
dukun-dukun semua kalah, usadane sam i alah,
obat tak berguna, tam ba ton g ada gunanya,
hari hampir siang, m anam pi daslem ahsam pun,
Galuh Gerong lalu meninggal Galuh G eron g nu ll pejah.
dunia.
28. Di istana tangis ramai, 28. Pajerit tangise d i puri.
Raden Mantri rebah, R aden M antri mamulisah,
Pagag-Pageg terengah-engah, Pagag Pageg dahas-dohos.
”0 Tuan hamba junjungan, D ew an titiang sasuhunan,
sampai hati tuan meninggal, lalis iratu m atinggal,
di mana tuan saya cari, dija alih titiang ratu ,
untuk penjaga di istana.” maka tum bal rin g kadatuan.

29. Tak lama berselang kesedihan ini, 29. Tan sue kanang kingking,
semua kita ini akan berakhir mati, sam i am baw anin pejah,
konon hidup ini, idu pe m apupul reko,
memang kembali kepada kematian, twah rm lih m aring palatra,
setelah kesedihan berlalu, w us pu tu s ikanang duhka,
mayat sudah tenang dalam ge lis pakara sam pun layon luir
kuburan. m anis in g patala.

Pupuh Gandang Gendis Pupuh Dandang Gendis

1. Konon cerita sekarang ini, 1. G elis in g carita k ocap n e mangkin,


diceritakan Raden Mantri selalu cinarita R ahaden M antri tan m ari
berkata-kata, mangape-ape,
hatinya amat kesedihan, lintang sedih wulangun,
tidak tidur siang malam, tan panidra siang latri,
hanya tidur-tidur ayam. M r turu-turu ayam ,
131

badannya kurus kering, angga sam pe kuru, .


sang Permaisuri amat susah, lintang keyuh Prameswaria,
menyatakan, m am aw osang,
raja putra kesedihan, N arendra Putra m akingking ,
lalu beliau berkata. nulia ida mangandika.
46b. 46b. .
2. ’’
Karena dipengaruhi guna-guna 2. D uaning lipu t ratu nora elin g ,
tuanku tak ingat,
terhadap istri, m aring rabya,
'berada di taman entah berapa m alinggih rin g udyana kudang
bulan lamanya, sasih kape sawene,
tuan tinggalkan, antuk patinggaliratu,
Diah Udyatmika dahulu itu, rin g D iah U dyatm ika nguni,
mengapa tuan amat sangat, nguda ratu kalintang ,
melanjutkan kesedihan, m angulurin ngunngun ,
terhadap istri yang sudah me­ m aring ari sam pun lina ,
ninggal,
laksana sebuah keranjang, alah kranjang,
saya sudah mual melihatnya, titiang n geton lintang getin g ,
istri tuan laksana tum bal.” pu trin ratu luir tu m b al

3. Tersebutlah sekarang dua orang 3. M angke w uw use sang rakryan


hambanya, kaliK
Raden Mantri, R aden M antri,
duduk dan pelan-pelan menenang­ m alungguh alon d a b dab ,
kan pikirannya,
kemudian teringat akan istrinya, wau m elin g rin g rabin e ,
lalu berkata manis, angandika m anis arum,
”Ya pengiring antarlah sekarang ini, aduh kaka ateh ne jani,
aku ingin ke taman,” nira pacan g ka tam an ,
keringatnya ke luar, srupatane am etu,
jatuh di tempat dan pada barang- runtuh um aring pangkenan
barang, lan kepehan,
dan sering kali dihapus, sarw i ceceh kasadsadin,
kemudian ia berangkat. raris ida mamarga.

4. Kedua hambanya mengiringkannya, 4. Parekane kakalih ngiring,


tak diceritakan, tan ucapan ,
lamanya di perjalanan, suene rin g m arga ,
132

belum lama beijalan, nora waneh pangungsine,


diikuti oleh pengiringnya, m iw ah kakane tumut,
sampailah sekarang di taman, prapta rin g udiana m angkin,
tetapi amat sepi, dadianya lintang sania,
tak ada kelihatan bekas orang tan ana atam pak sapu,
menyapu,
halaman ditumbuhi lumut, m alum ut ikanang natar,
dan rumput, m iwah trena,
penuh lem puyang dan krasi, atub lem puyang m uang krasi,
tak ada orang yang menunggunya. nora ana w ang manunggua.

47a.

5. Pagag dan Pageg berkeliling 5. Pagag P ageg m ahider m anylik -


melihat-lihat, sikin,
memanggil, maka w ukan,
kepada yang berada di taman, ana rin g adiana,
kepada Tabya Cekuh dan Jae, rin g Tabya Cekuh Jaene,
tak seorang pun yang bertemu, norana anak katem u,
sepi tak ada yang menjawabnya, sep i tanana nyawurin,
terhadap baginda raja, ge lis raris kauningang,
bertambah-tambah kedukaannya, m aring ida sang Prabu,
m aw eweh ikanang duka,
adikku kau sampai hati tuan duh m as mirah titiange idew a
meninggalkan diriku.” A ri lalis m aninggal titiang.

6. Pagag Pageg menangis meraung- 6. Pagag-Pageg gerong-geron g


raung, m angeling,
duduk di bawah, mamulisah,
di tanah, ana rin g lemah,
serta menjerit memanggil-manggil, m ari n yerit nulame,
sang Bagus bertambah-tambah, sum ingkinang sang abagus,
laksana kesedihannya dibangunkan, lu ir tanginin ikang sedih,
lalu jatuh tak sadarkan diri, raris kantu m agabyag,
wajahnya pucat, warna ucem sampun,
badannya dingin sebagai mayat, raga tis kadi sawa,
hampir-hampir ditinggalkan, m eh m atinggal,
oleh jiwanya sekarang, sang H yang Urip nene mangkin,
lama tak sadarkan diri. su e nora m anglilira .
133

7. I Pagag mengutus adiknya, 7. IP a ga g ngutus arine m angkin ,


pergilah adikku, kem a a d i,
dapat beritahukan, uningang enggalang,
kepada Baginda raja dan ibunya, rin g sang Prabu m uang ibun e,
bahwa putranya tak sadarkan putran ida su be kantu,
diri,
hampir beliau meninggal dunia, m eh ida pacan g ngam asin,
I Pagag hendak pulang, pun Pagag Jaga budal,
raja mulai sadarkan diri, m anglilir sang Prabu,
keluar kata-katanya tak menentu, w etu sabdane ngawag-awag,
serta tangannya, m iwah tangan,
meraba-raba sambil merobek- m angurape p a ti kebis,
robek,
tingkahnya seperti orang gila. solah e k adi w on g edan .

8. Kemudian bernyanyi suaranya 8. Sarw i n gidung suarane m anis,


manis,
diselingi artinya, keselagin antuk in g babasan,
tak sadarkan diri, tan m eting m ating ragane ,
Pagag Pageg diciumi, Pagag P ageg kahipuk,
pengiringnya payah menghadapi­ parekan kuyu nandakin,
nya,
ke sana ke mari diganggu, kem a m ai kahuyuk,
keduanya perasaannya tak enak, maka katih imuh,
sangat payah karena tidak tidur, lintang lesu tan panidra,
saat itu I Pagag, ditu Pagag, ~
menghadapinya sambil bernyanyi, gending-gending manandakin,
mempergunakan tembang sinom. tatem bange sasinom an.

Pupuh Sinom Pupuh Sinom

47b. 47b.
1. I Pagag kemudian memeluknya, L I Pagag raris m pdu pan g,
sukar aku hendak merayunya, kew eh titiang pacan g m anglem esin,
wanita yang sangat bodoh, anake luh b logp isa n ,
sudah sering menyerahkan diri, suba masrah sahi-sahi,
diajak berkata tetapi ia diam, ajak n gom on g ia manengti,
tersenyum-senyum sebagai kenying-kenying ulat ngarungu.
mendengarkan agaknya,
134

sukar untuk diajak bercakap- sengka san bahan makruna,


cakap,
merayu orang yang diam, m anglem esin anak nengil,
namun selamanya tidak mem­ kaden asung, sapanuwuh ton g
balas, kaw alesang ,

2. Tembang kidung tidak diterima­ 2. G ita kidung ton g kangguanga ,


nya,
hingga payah merayunya, sam pe k en y el m anglem esin ,
berkata-kata halus sambil meng­ m un yi m anis lan babasan ,
artikannya,
merayu siang malam, m angrum rum rin g lem ah w engu
dijanjikan guna-guna yang kapasangin p iola s luih,
hebat,
guna-guna pan geger juga tak pangeger guna tuah lu pu t ,
mengena,
I Pageg lalu berkata, 1 P ageg ra m m angucap .
semua itu salah kakak, punika sam i twang b eli,
suaranya mantap diakhiri oleh suaraniun m asreg ban tanggyn
batas lontar, lon tar .
3. Menggerakkan kening sambil ber­ 3. M akejit sam bil m apolah ,
tingkah,
diikuti oleh tembang sinom, tem bang sinom m anulurin ,
untuk menjaga orang gila, anggen ngem pu anak edan,
dinyanyikan di tempat tidur, rin g paturun kagendingin ,
karena hari sudah malam, ban p ten g buka ja n i,
hari baru dauh pitu, lem ah wau dauh pitu,
sesaat duduk sudah tak sadar, wau negak pepetan gan ,
terkejut karena sudah bermimpi, m akesiab suba m angipi,
karena lelap, bas kadurus,
sebab tidur terlalu nyenyak. ban pu lese kaliwatan.
4. Terlalu cepat tertidur, 4. B alubuhe bas kalintang ,
setiap tidur langsung bermimpi, tunggal pu lesan g m angipif
mimpi terang bulan, m an gipi m angalang bulan,
sudah pasti semuanya tak benar, m irib ped as tuara jati,
pikiran terlalu bingung, kalintang id epe paling,
meraba ke sana ke mari, p a ti gabab p a ti usud,
diri buta terlalu berani, aw ak buta d a d i pangkah,
135

ingin melihat matahari, m akita m an gen ot gum i,


nyanyian tak menentu, gen d in g ngacuh,
Raden Mantri makin lama makin R aden M antri sayan p u m a ,
baik.

48a.
5. Hari hampir siang perjalanan, 5. Wau das-lemah majalan,
terlihatlah tujuh buah gunung, gu n u n g papitu kapanggih ,
berkeliling di keempat penjuru m aide m am anca desa,
angin,
dikelilingi bermacam-macam m ahider ban sarwa sari,
bunga,
tiga berada di tengah yang amat tatiga d i tengah sakti,
sakti,
memang benar mempunyai danau saja m adam d i duwur,
di surga,
tiga buah keluar mata air, tatiga m aklebutan,
semuanya berasal dari tri nadi nika saking tri nadi,
(tiga sungai),
semua berkumpul dan mengalir sam i kum pul urusane k e
ke laut. nagara.

6. Semua itu bernama telaga m oja, 6. E n to m adan telaga m oja ,


airnya bening bersih, toyan nya h ening luih,
pembersih orang kesedihan panglukatan dasa mala,
pikiran,
burungnya adalah langit, urusan ipu ne malih,
pakaiannya tunjung putih, pangluwaran lara jati,
hanya delapan belas, pabresian w ang kaw elas Hyun,
yang lain semua musuhnya. tuah plakutus saja lawannya
m akejang .

7. Sarinya terdapat di bagian 7. A da sarinya d i tengah,


tengah,
dihinggapi burung titiran, k edis titiran ninggahin,
sebenarnya bertiga, jatin n ya sareng tatiga ,
yang poleng merah dan putih, ne saliwah barak putih.
136

suaranya halus, palin g pam unyine haris,


menggaruk-garuk sambil bersuara m asisikan m angatengkung ,
tengkung ,
seekor lainnya air di mulutnya,
ne asik i ngem u toy a,
bernama Sang Hyang Taya,
sang H yan g Taya ngaran ek it
membuat sarang,
ngaw e sebu n ,
bertelur madu seorang diri.
m ataluh madu sinunggal.

Pupuh Dandanggula
Pupuh Dandanggula
1. Kemudian Raden Mantri tertidur,
7. R aris nidra ida R aden M antri,
dijaga oleh pengiringnya Pagag,
katungkulang olih kaka Pagag ,
bersama-sama adiknya,
kasarengin rin g arine,
semua terlalu payah,
sam i dahat ing lesu ,
melek setiap hari,
m agadangin sai-sai,
diganggu oleh junjungannya,
kauyak ring tuan nira ,
I Pagag turut tidur,
I Pagag sareng aturu ,
adiknya disuruh menjaganya,
katuduh arinya ngraksa ,
agar bersedia-sedia,
ap an gy atn a ,
kakak akan mengiringkannya
kaka ngiring ida ja n i,
sekarang ini,
tidurlah di tempat tidur. sirep m aring paturonan.

2. Kini beritanya telah meluas, 2. M alungha-lungha ortan e mangkin,


karena sakitnya putra raja, antuk panyungkan N repati Putra ,
sang permaisuri tergesa-gesa, gagisun Pram isuarine ,
memanggil para M pu , m anawuhin para M put
beserta dukun yang dipercayai di lan balian kangge rin g p u ri,
istana,
serta seluruh pujangga, m iwah kancan Bujangga,
konon semuanya datang, k ocap sam i raw uh ,
hingga penuh di taman, n ugi penuh ring udiane,
dan sudah bersiap-siap, w us sayage,
segala macam obat-obatan, luir tatam bane sam i,
segala dukun telah datang. w etek w iadine perapta .

48b. 48b.
3. Raden Mantri marah serta berdiri, 3. R aris ngadeg kroda R aden M antri,
tiba-tiba para dukun lari tunggang kancit balian sam i pabelesat,
langgang,
sangat takut dikejar ke mana- lintang jerih kauber reke,
mana,
jatuh bangun di taman, m aring taman p a ti kepu gt
para pendeta segera lari dengan pandita ge p e sam i pahiju mahga-
susah payah, dam plang,
dikejar berkeliling, m aideran kinepung,
dan konon ada dikatakan, nulia w enten katututan,
seorang pendeta, ida Pranda,
ditangkap dan dipukul, karebutan katampelin,'
cepat tolong bapak. tulungin bapa enggalang.
4. Mengapa baru sekarang kakak 4. N guda dew a wau pangguhin beli,
lihat,
kau sangat kucintai, sayang pisan atm a ju itan titiang
i dew a,
lalu I Pagag Pageg dipeluknya, kagelut IP a ga g P ageg,
lalu didorongnya masuk, raris kasurung mantuk,
di bale keemasan yang tinggi, rin g bale rukm ane nginggil,
pendeta dan dukun, pandita m iwah balian,
demikian para senggu, m iwah w atek senggu,
semua mengantarkannya, sam i wantah m angiringang,
segera I Pagag, ge lis I Pagag,
merayu dan bernyanyi, m angsum sum sam bil nem bangin,
Sang Anom yang gila itu sang A n om suka y an edan .
gembira.

Pupuh Sinom Pupuh Sinom


I. Bila Tuhan tak meridoi, L Yan w id i tan nugraha,
tak akan mampu memenuhi, b oy a sida lan m angisi,
keinginan terhadap gajah, keneh gajah lan sadiasa,
karena terlalu besar, ban ged en e tan sinipi,
karena diri selalu buta, awak buta sai-sai,
maka bernama butasiu, sangkan m adan butasiu,
keinginan untuk mengetahui m abudi m anawang gajah,
gajah,
perasaan hati yang dipakai, sad-rasan id ep e mai.
138

terantuk di sana-sini, p a ti hentul,


si Buta ingin tahu. i buta m abudi nawang.

2. Gajah sangat besar dan galak, 2. Gajah g e d e galak pisan ,


lebih besar dari bumi ini, gedenan kapi ning gum i,
bila tak tahu mengaturnya, yan ta bisa m anuduhang ,
akan menjadi musuh yang d a d i m usuh m anyak it in,
menimbulkan sakit,
berjalan ke sana ke mari, m ajalan kem a mai,
tersandung dan terantuk, p a ti k epu g p a ti kaplug,
gajah yang berada di rumah, gajah jum ah alih luas,
di cari jauh,
karena ditutupi oleh kebutaan, butan e m anyaputin,
membuat kepayahan, sangkan tuyuh,
dan tak dapat melakukan apa- m alaksana tuara nyidayang.

49a. apa' 49a.


3. Gajah sendiri tak dikenal, 3 . Gajah gelah tuara tawang,
bagaimana cara mengetahuinya, kenken ban m angingetin,
yang dipegang dikatakan dia, en to ne kantenang ia,
karena ia berada di depan, sangkane is m angulonin,
itulah yang menyebabkan sangkannyane d a d i paling,
bingung,
ini perlu dikejar agar diketahui, nyandang u ber apang tuhu,
karena tubuh itu tak berbadan, aw ake tu i tan paaw ak ,
dunia ini ada dunianya, gu m in e malih magumi,
ketiganya itu, tiga ik u ,
dunia ini jangan dapat berpisah. gu m in e eda baanga belas.
4. Raden Mantri berkata, 4. R aden M antri m angandika ,
”Kau Pagag memang pandai ber­ d u eg saja Pagag m agending,
nyanyi, lintang rena cita ning ngaw eg
’’
kem udian Pageg menggantikan ga n ti P ageg buain m agending,
bernyanyi, pun P ageg m atur singgih,
kemudian Pageg mohon maaf, m ajedet m asem u kenyung ,
melirik sambil tersenyum, m asolah sam bil m atem bang,
menari dan bernyanyi, lintang pam gid m anandakin,
amat terampil bergerak,
dan serasi, m alih pangus,
mempergunakan tembang Ginanti. G inanti anggonnya tem bang.
139

Pupuh Ginanti. Pupuh Ginanti


1. Telah lama saya bingung, 1. U ling sue ban titiang bin gun g
mencari saudara ke sana ke mari, ngalih nyama kem a mai,
karena berita-berita semua tak ban ortan e sam i gawang,
menentu,
ayah sudah meninggal, I bapa ngalahin m ati,
ibu menghilang, i m em e suba hilang ,
itulah sebabnya saya merantau. to kerana titiang m ajinjin .
2. Seorang tetangga sudi mencerita­ 2. A da braya ola s nutur ,
kan,
konon saudara banyaknya empat, nyam a k ocap catur sami,
laki-laki dan perempuan, luM uh m iwah lanangdanang,
semuanya cantik dan bagus, ayu-ayu bagus sam i,
ada yang lahir sakit-sakitan, ada len lekad pepen an ,
ia adalah kakak yang lahir terbe­ ia b e li lekad sidori,
lakang.
3. I Ketut lahir terdahulu, 3. I K etu t lekad simalu,
dan kini sudah mati, lantas ja n i suba mati,
mati di bale tengah, m atinnya d i bale tengah,
saya tak dapat menengoknya, ton g m am puh titiang n elok in ,
jalannya terlalu sukar, am ana lintang rungka,
kuburannya berisi api. gagum uke m isi g e n t

49b. 49b.
4. Tinggal tiga orang saudara, 4. Enu nyam ane buin tatelu ,
setia turut ke sana ke mari, tresna ajak kena mai,
kebetulan mempunyai kesenangan patuh sasenengan,
yang sama,
sama-sama senang terhadap paturu seneng rin g k edis ,
burung,
burung perkutut yang utama, titiran lintang utama,
suaranya bergema dengan manis­ ngatengkung m unyine manis,
nya.
5. Tempatnya bersuara amat sukar, 5. Sangke ton gose ngatengkung,
di ujung sebatang pohon yang rin g tungtung taru en dep tui.
rendah,
140

tak mau mencari pemikat, tuaranyak ngalih papikat,


getah perekat tak melekat. engket kalis pen ek sengkil,
dan dipanjat sukar,
hanya sifat perbuatan yang laksana anggon maka tang,
sanggup mendapatkannya
terpaksa ditinggalkan pergi jaw in in g kalahin mulih.
pulang.
6. Sang Anom kemudian duduk 6. Sa n gA n om raris m ahingguh ,
beliau sangat gembira mendengar­ lintang ledang ida m iarsi,
kannya,
sang Permaisuri amat senang, Pram isuari lintang suka ,
seluruh kesengsaraan ditanyakan w atek w iadi m anetes ,
sampai jelas,
semua pembicaraan disampaikan gagonjakan e uningang #
sambil mendengarkan nyanyian m angrungu tem bange manis.
yang manis.

Pupuh Dandanggula Pupuh Dandanggula


1. Sengguhu Pangi ke depan berkala 1. Sengguhu Pangi ngarepang aris ,
halus.
mengingatkan beliau yang sakit m apungu ring ida wang sungkan ,
itu,
ingatlah tuan akan negara ini. elingang ratu jagat e,
gembirakan hati tuanku, liliyang kayu n sang Prabu,
kesenangan terhadap wanita, sukane ring anak istri,
tuanku menguasai negara ini. i ratu m am engku ja ga t ,
tak akan kekurangan orang cantik, tan kirang w ang a y u ,
walaupun ingin beristri delapan yata pacang m arabi d o mas.
ratus.
tak sukar mencari di negara ini. b oy a sengka ngalihin saw engkon
sami,
yang ada di Lesanpura. ana rin g Lesanpura.

2. Akhirnya sang Bagus marah, 2. D adi kroda ida Sanga p ek ik ,


terhadap Jro Senggu beliau Jero Sangguhu bendune kalintang ,
amat marah,
kemudian ia dipukul, raris dane kakam plangin ,
kumisnya dicabutinya. telas kabutbut raw isipun ,
141

’’
Aduh tolonglah, aduh tulun g ju a tulungin,
tolonglah itu disiksa, tulun g bapa kasentekang,
darahku terus mengalir, rah bapa tan p egat p esu ,
kepala dipukul, tendase kena jagu ran ,
’’
segera I Pagag Pageg menolong, katulungan rin g Pagag Pageg
a gelis ,
bernyanyi tembang pengganti. m agending tem bang pagantian.

Pupuh Ginanti Pupuh Ginanti


50a. 50a.

1. Sebagai perbuatan si kera, 1. Waluya tingkah I L utung ,


karena salah sangka, pam kase salah dalih ,
bayangan diri dianggap, law at ibane kadenang ,
leak betina diajak berkasih- liak lua ngajak kasih ,
kasihan,
setelah dekat ingin dicium, mara paak ukuh dim an,
akhirnya hidung terantuk dan cunguhnya m akepug ngeling.
menangis.
2. Sang kera mengaduh dan me­ 2. Aduh-aduh ia I L utung ,
ngerang,
karena amat sakit, ban sakitnya tid o n g gigis,
saat itu siapa yang disesalkan, d ik eton e nyen selselang,
karena diri sendiri yang bingung, aw ake tuah bin gu n g paling,
sebagai menghitung bintang, um pam a m atekin bin tan g ,
belum sepuluh sudah bingung, ton den dasa suba palin g .

50b. 50b .

3. Satu dua tiga empat, 3. Satu dua tiga am pat,


lima enam, lim a enam ,
dan tujuh delapan kembali, lan tujuh delapan m alih ,
sembilan sepuluh sudah selesai, sam bilan sapuluh p u p u t ,
cara bahasa Melayu namanya, sacara M elayu w astannya ,
cit ne sa sigo lak na yek pek nya cit ne sa sigo lak na eyek
itu, p o k n y a p u niku,
dikatakan sudah sepuluh, kaucap w us adasa ,
menghitung dengan bahasa Cina. cara cina ngawilangin.
142

4. Konon cara bahasa Belanda, 4. B isa cara U landi ne k oca p ,


in twe dri pir pep ses sepen dan in tw e du p ir p ep ses sepen
lagi, m alih ,
ah nehen itu kemudian Pagag ter­ ah nehen nyane puniku pun
tawa terbahak-bahak, Pagag kdek ngrakgak,
kakaklah yang berceritera. m endep a d i kaka te ja n i m anutur ,
mempersembahkan cacang- m angaturang cacangkrim an ,
kriman,
paling dahulu kaki Pucung ber- dim aluang kaki P ucung manu-
nasihat. turin .

Pupuh Pucung Pupuh Pucung


1. Agak sepi sesuatu yang kosong, 1. R am ang rum ung ada sang m airib
suwung,
walaupun lubangnya digigit, ja ti p egp eg songnya,
mungkin lubang ketu n ggen g , son g katunggeng ia m airib,
batas bawah bambu muda, tungkek em bung ,
mengeluarkan air terputus-putus. m edal toy a megat-megat.

2. Airnya, 2. Toyan ipun ,


tak mau diminum anjing, tuara d adi t edan asu,
lubangnya berupa bunga, songnyane kusum a ,
besar kecil menginginkannya, agung alit tuah m arih ,
lubang itu, ason g puniku,
amat rahasia. pin git nyane tan pira.

3. Rahasianya, 3. P ingit ipun ,


lebih rahasia dari sarang burung pingitan rin g subun kukur ,
kukur,
kerahasiaan, p in g it ,
sangat ceroboh, nyane wera,
kecerobohannya sering dicerita­ w erane ceritayang sai,
kan,
kerahasiaannya, p in git ipun ,
karena tak ada orang pasti tahu. antuk tid on g ada ped as .
4. Mana lubangnya, 4. K en son g ipun ,
memang benar banyak orang yang saja liyu anak tahu.
mengetahuinya,
143

tetapi tak ada orang jelas, nanging tuara tatas ,


lebar dari dalamnya, linggah dalem nyane sami,
memang banyak orang, tuah ia liu ,
yang memasuki dengan tangkai nyelek ban patin panyokcokan.
gobek.

51a.
5. Pagag Pageg, 5. Pagag Pageg,
bernyanyi berganti-ganti, m aganti-ganti m angidung ,
menidurkan raja, nupdupang sang N ata ,
semua pendeta tersisih, Panditane kam pih sam i,
serta mendengarkannya, sarw i ngrungu ,
bernyanyi selama memasak nasi. m atem bang apanyakanan .

Pupuh Dangdang Pupuh Dangdang

1. Semua dukun itu malu men­ 1. K im ud I Balian m irengang sam i,


dengarkannya,
mantra dan weda tak mempan, jap a mantra lan w eda ton g silah ,
tambahan lagi amat malu, en du gi lintang k a bilbile ,
obat tak mempan, tam bane ndatan kalingu ,
demikian upacara tak berhasil lawan banten t an kikitin,
sedikit pun,
dikalahkan oleh kebodohan dan b e lo g p o jo le ngalahang,
keluguan,
itu yang menyebabkan ribut, en to makrana hyuh ,
pendeta senggu dan dukun, Pandita Senggu lan Balyan,
lalu pulang, raris b u d a l
jika diandaikan perjalanannya, pam argin eyan upami.
jalan D em ang-D em ung di per­ D em ang D em ung rin g awan.
jalanan.

Pupuh Demung Pupuh Demung

1. Sepeninggal baginda raja, 1. Satedah sira N repati,


diantarkan oleh para menteri dan kairingang rin g para m antri lan
mpu, m pu ,
beserta para senggu. m iwah w atek sengguhu.

r
144

tak diceritakan di perjalanan, tan w uw usane rin g margi,


semuanya kesedihan, m akabehan kerang-irang,
semuanya menuju rumahnya sam i pada ngungsi,
masing-masing,
.dan setelah raja, rin g sam pune Maharaja,
masuk istana, rin g sabiantara ngaranjing,
seluruh hamba menyongsong, w atek krandan telas mamendak,
dan pencuci kaki sudah diper­ w ajik cek or sam pun katur.
sembahkannya.
2. Tak diceritakan Raden Mantri, 2. N dan ucapan raden M antri ring
di taman, udiana,
dijaga oleh dua orang hambanya, parekan karo m angem pu,
mereka amat lelah, lesun nyane kalalu,
siang malam mempersembahkan siang dalu ngaturang gending,
nyanyian,
dapat kesempatan tidur, rtulia nidra kalelepan .
nafasnya mendengus, angsure pada geras-gerus,
karena amat kelelahan, bahan kurune kalintang,
kedua hambanya itu, parekane maka kalih,
tak merasakan apa-apa, tan tahu ring pajagatan,
sudah dekat tengah malam. sam pun nam pi tengah dalu.

3. Raden lalu bangun, 3. Rahadian raris matangi,


keadaan amat sunyi, lintang sunia,
terlihatlah hambanya bergelim­ katon parekan m animpruk,
pangan,
sang Bagus lalu bangun, ju m lag sang abagus,
ia segera ke luar, d a d i iju ida m ijil,
meninggalkan rumah keemasan sah saking umUh kanaka,
itu,
tak terlihat yang akan dituju, nora kanten kang tinuju,
tak sadarkan diri, tan hana eling rin g raga ,
langsung ke luar dari taman, saking taman mangeraris,
menuju ke barat, m anuju m aring pascim a.
dan jalannya sudah jauh. lam pahe sam pun kalangkung.

51b. 51b.

4. Kini hari sudah siang. 4. Sam pun tajeg suria mangkin.


145

konon ada seorang hamba yang k ocap ana,


baru bangun, parekan wau mawungu,
junjungannya tak terlihat, gu stin e tan kap'tun,
segera ia turun mencarinya, m acebur ngarereh agelis,
berkeliling di taman, m aring taman m ailehan ,
memanggil sang Prabu, ndulam e ida sang Prabu,
Pageg berkata kepada kakaknya, Pageg ngucap rin g kakannya,
”Ya kakak di mana akan dicari,” aduh b e li dija alih,
”1Pagag berkata dengan keras, I Pagag ujare banggras,
’’
M engapa kau takut tidur.” nguda a d i m ilu turn.

5. Sebaiknya sekarang dicari, 5. M elahan ja n i suba alih ,


di dalam hutan, m aring alas.
ataukah di gunung, yadiapin rin g gunung-gunung,
jangan merasa lelah, eda ngitung tuyuh,
kedua mereka itu berjalan, sang kalih raris mamargi,
perjalanannya ke timur, lam pahnyane mamurwana,
mencari siang malam, nyeliksikin y a siang dalu,
kakak dan adiknya tak pernah tan sah kaka lan arinnya,
berpisah,
entah berapa lamanya, pirang lek maka lami,
hambanya itu berusaha mencari parekan sah m am uatang
menahan payah dan lapar kuru layah p a ti en tu l
ke sana ke mari.
6. Pagag kemudian berkata, 6. Pun Pagag kedeh mamunyi,
kepada kakaknya, rin g kakane,
’’
Tunggulah saya,” an tosan g titiang dihulu,
kakaknya menunggu, kakene m anunggu,
”Ke mana kita sekarang adik, kija laku ja n i a d i.
terdengar ada kokok ayam di nika w enten suaran ayam .
sana,
mari kita mampir ke sana, jalan b eli singgah ditu,
’’
kedua mereka itu lalu berjalan, sang kalih nulia m ajalan ,
sang Dukuh dijumpainya, dane D ukuh kapanggihin,
semuanya sudah diceritakannya, telas sam i sam pun katurang,
Jro Dukuh berkata halus. jr o D ukuh m unyinya halus.

7. Tunggulah di sini, 7. A n tos ca i ja n i dini,


akan datang, jaga prapta.
146

Raden Darmika,” R aden Darm ika Prabu ,


ia selalu, tan sah m apitutur,
memberi pelajaran, ujare K i Dukuh Sakti,
pelajaran Ki Dukuh Sakti, ujar e K i Dukuh S a k ti
yang berada di Gunung Gayura, ana n in g G unung G ayura ,
maka mereka di sana diam ber­ dadia tum ut m adadukuh,
sama-sama,
menanam umbi-umbian, m atatandur pala bungkah,
mereka berdua diam di gunung sang kalih na rin g g irif
itu,
entah berapa bulan lamanya di pirang sasih anang kana,
sana,
diceritakan sang raja gila. cinarita Prabu B uduh.

52a. 52a.
8. Banyak kalau hal itu dikarang, S. Singgih katah y an gin u rit .
tentang keadaannya itu, rin g kanana,
adapun beliau Sri Darmika, sirang Sri Darm ika Prabu,
pegalanannya terus lanjut, lam pahe m anyusup ,
mencari Diah Udyatmika istrinya, m am indrih D iah Udyatmika,
sudah dekat di suatu desa, nam pek ring karang nagara,
banyak dijumpai pondok dan p o n d o k sawah keh katem u ,
sawah.
demikian pula kebun dan gunung- miwah tegai pagunungan ,
gunung,
perjalanannya pelan-pelan, pam argine sada arts,
dan hari menjelang senja, sandya kala kang diwasa,
setelah raja ke luar dari hutan. sah saking adri sang Prabu.

Pupuh Adri Pupuh Adri


1. Konon terdapat seorang anak 1. K oca p w enten anak tani p a cu l,
petani,
di sebuah pegunungan, rin g pagunungan,
di Desa Karang, rin g desa K arang ne m angkin ,
bersaudara tiga orang, m anyam a tuah sareng tatelu ,
tempat tinggalnya berdekatan, pon dok n yan e y a m apunduh,
I Jagabedil dan Tumbak, I Jagabedil m iwah Tumbak,
147

konon namanya, w astannyane kawuwus,


menanam umbi-umbian, m atatandur palabungkah,
dan bermacam buah-buahan. lan pala gan tun g mawarha.

2. Dikacau oleh pencuri, 2. Karusuhan antuk pandung,


setiap malam tiba, satangkil w engine ,
selalu dijaga, kagebagin sai-sai,
selalu dijaga bertiga, sang tiga tan sah atunggu,
sebentar tak diperhatikan, sabilang sep alih pandang
jagung dan ketela telah hilang, kasela jagu n ge ica l ,
karena amat marah, karena seb ete kadurus,
setiap malam berkeliling, sabilang w en gi m ideran ,
disebabkan terlalu sedih perasaan­ antuk jen gah e kalintang.
nya.
3. Kurang lebih tengah malam, 3. Pinih w enten rek o tengah dalu ,
lamanya, maka lam innyane,
Raden Mantri kemudian datang, R aden M antri raris p rap ti,
jalannya tersandung ke sana pam argine p a ti hentul,
ke mari,
memanggil-manggil Diah Ayu, ngape-ape D iah A y u ,
Tumbak Bedil dan Jaga, Tum bak B ed il m iwah Jaga ,
segera menangkapnya, sahasa raris m angejuk,
dan suara riuh rendah di sawah, um ung suarane rin g sawah ,
ada pencuri tolonglah aku. ana m aling tulung icang .

52b. 52b.

4. Banyak keluarganya datang 4. Pisagane teka m atulung,


menolong,
lengkap dengan senjata, sregep gagaw ane ,
sabit pemukul dan bedil, arit p en ton g m iwah b ed il ,
semua memukul sekuat-kuatnya, sahasa sam i m am ukul,
yang lain ada pula yang mener­ ada len ninjak m am ukul,
jang dan memukul,
Raden Mantri lalu rebah, R aden M antri raris rebah ,
setiap orang yang datang me­ asin g teka pada nanjung ,
nyepaknya,
ia telentang di tanah. m ulisah ida rin g lem ah ,
dan orang-orang yang menyiksa sang m angosa ia mamatbat.
itu lalu memaki-maki.
5. Raden Mantri berkata pelan-pelan, 5. R aden M antri alon mamuwus,
’’
Bapak kakak semuanya jangan bapa b eli ayua a ge,
tergesa-gesa,
apa kesalahan saya ini, napi iw ang titiang m angkin,
maka langsung menyiksa saya,” kerana sahasa kadurus,
mereka bertiga menjawab, sang tiga asawur gangsul,
’’
Jangan kamu berkata lagi, eda buin iba m angucap,
kamu membuat kerusuhan, iba ja n i suba rusuh,
setiap malam berbuat jahat, sapeteng-peteng manyorah,
kepunyaanku kau makan. gelah kaine iba bayar.

6. Memang benar wajahmu bagus, 6. Saja tuah goba n ibane bagus,


telapak tanganmu bersih, kedas telapakane,
memang cocok sebagai pencuri, pantes dadi tukang maling,
mungkin seorang pemalas, inab d a d i juru mayus,
setiap siang pergi ke sana ke sabilang lemah luas nganggur,
mari,
di malam hari sebagai kalong, d i peten ge kadi bukal,
bisa pula menjadi pencuri, bisa da d i sang hyang karung,
setiap yang dekat dipindahkan, asin g n in ggil en to kisidang,
ketela jagung babi atau ayam.” kasela jagu n g k u cit siap.

7. Ia disangka benar-benar pencuri, 7. K asengguhan ida m aling tuhu,


oleh para petani itu, m aringw an g tanine.
*Raden Mantri berkata sambil R aden M antri saw ur tangis,
menangis,
’’
Saya berjalan tak tahu arah, titiang palin g salaku-laku,
kurang lebih tiga malam, pinih w enten tigang santun,
perjalanan saya melarat, pam argine titiange malang,
masuk ke gunung-gunung, m anyusup rin g gunung-gunung,
pergi dari Lesanpura/ kesah saking Lesanpura,
tak tahu apa-apa. tan un in g rin g paran-paran.

53a. 53a.
8. Tiba-tiba sampai di sini, 8. K aget titiang irik i manuju,
tak kenal di mana tempat ini, tan weruh rin g tibane,
desa apa namanya, D esa napi n e puniki,
149

mungkin saya salah cara, ja ti titiang salah unduk ,


tak terasa akan perjalanan ini, nora masa ning lum aku ,
saya terlalu salah langkah, dahat titiang salah tindak ,
datang ke mari di malam hari, tekane m anuju dalu,
maafkanlah saya, sinam pura iw ang titiang ,
saya sama sekali tak tahu.” nenten pisan sahuninga .

9. Bedil menjawab dengan marah, 9. Pun B ed il nim bal wancanane


bendu,
”Ah banyak bicaramu, aduh liyu petane,
tahu hanya menangis, kabisane bantas m angeling,
berkata-kata agar dipercayai, ngaw e peta apang kagugu ,
mengatakan diri suci, ngaku-ngaku aw ak sadu ,
bermacam-macam yang kau data-data buin takonang ,
tanyakan,
apakah kau kira aku memper­ kaden iba kai m angugu ,
cayaimu,
kau j ahat kebanyakan mulut, ojah corah liunan p eta ,
menuding dan menerjangnya. m anuding in tur maninjak.

10. Jangan kau mengatakan diri ter- 10 . E da m am unyi iba m atatu ,


luka,
ini hasil kejahatan itu, enen inab corah e ,
mati kamu di sini sekarang, bangka iba ja n i d in i,
tak mempercayai kata-kata tu sin g ngugu petan rusuh ,
penjahat,
memang benar pertama kalinya saja ja n i tum ben tepu k ,
bertemu,
tak malu kau berkata, pon gah ibane m angucap ,
kata-kata penjahat sering menipu, petan dusta sai ngapus ,
membuat diri agar dilepas, m angrunaym g aw ak lepas ,
agar kau tetap hidup.” apan g iba enu huripa .

11. Tersebutlah Jaga dan Bedil, l 1. Jaga B ed il aglis reke kawuwus,


tubuh Raden Mantri masih ter­ anggane kari katalen ,
ikat,
dihanyutkan terumbang-ambing, kanyut ida m aluncat-luncit,
terantuk di sana-sini, p a ti kepag p a ti kepug,
Jaga dan Bedil sudah sampai di rawuh y a rin g umah ipun.
rumahnya,
150

kini hari sudah hampir malam, sam pun reke m m p i wengiya,


tersebutlah sang Bagus sekarang, sang bagus m angkin kawuwus,
tak sadarkan diri, nenten m elin g m aring raga,
laksana mayat mengambang. kadi sawa ning kumambang.

Pupuh Maskumambang Puguh Maskumambang.


1. Sekarang diceritakan pendeta 1. Wangsitana Pranda Sabudi,
Subudi,
yang sedang berada di asrama, ne mangkin harta rin g pasraman,
di Gunung Karangnagari, rin g G unung Karangnagari,
di tepi Sungai Jalatunda. rin g tep i ning Jalatunda.

53b.
2. Pikirannya suci laksana bulan, 2. A dayan Ida m alilang luir sasih,
serta sudah selesai atas yoganya, m uang pu tu s in g yoga,
tak ada yang menyamai kesucian­ norana sama kanang lewih,
nya,
kata-katanya bertuah dan ber­ wak bajra lan sid i wakya.
pengaruh.
3. Suaranya laksana bunga teratai Wakyan nira kadi kum uda sum ar
harum semerbak, merik,
tak hilang siang malam, siang latri ndatan pegat,
berdiam diri di dalam telaga, rin g telaga m ona um ili,
memenuhi seluruh bumi ini. m angebeking buwanaanda.

4. Di asramanya muridnya amat 4. R in g pasram an sisyan ida tan


banyak, kikitin,
yang datang laki perempuan, jalu stri prapra,
laksana lebah mencari bunga, luir taw on m angrubut sari,
di tepi lahar. rin g paninggar walahar.
5. Tidak diceritakan lagi, 5. N dan tucapan,
hari sudah dauh dua, wus rahina dawuh kalih,
konon sang pendeta, sang Sadaka kocap,
menyucikan diri di Sungai rin g Jalutunda m abresih,
Jalutunda,
dan banyak muridnya yang akw eh siayane mangiringang.
mengiringkannya.
151

6. Tiba-tiba para pengiringnya 6. D adi kagyat sang m angiring n en e


amat terkejut, m angkin,
baru melihat, wau m angatom ng,
tubuh Raden Mantri, anggan ida R aden M antri,
disangka mayat kambang. sinengguh sawa kum ambang.

7. Meloncat-loncat di atas air 7. Luncat-luncat m aring toyan e


sungai ke hilir, um ili,
sang Pendeta berkata, sang Biksu ngandika,
’’
C epat ambil itu,” enggal pu n du t n to jani,
para muridnya segera maju. sisiane pada ngarepang.
8. Banyak orang yang menarik 5. Sareng katah m asuatang ngajak
ke luar, kasisi,
”Ya tuanku Resi, gisu m angaturang singgih Ratu
Resi,
seorang terikat dan sudah me­ nara m abasta wus
ninggal, pefah.

9. Berkata sang Pendeta dengan 9. M awacana Ida Pranda arum


manis, m anis,
segera ditolong, tulung ju a enggalang,
segera talinya diputuskan, talinya gelis pegatin,
dan sudah selesai pekeijaannya. sam pun ram pung kinaryanan.
10. Sesudah sang Pendeta selesai /0. Sam pun wusan Ida Sadaka
mandi, m abresih ,
tersebutlah badan itu, anggane kaucap.
Raden Mantri kemudian sadar, R aden M antri tandua m eling,
para murid itu semua gembira. sisiane som i kascaryan.

54a. 54a.
11. Kini Raden Mantri dijamu, 11. Sinw agatan R aden M antri sane
mangkin,
di asrama sang Pendeta, rin g pasram an ida,
tak berpanjang kata, tan apanjang sang tinari,
semua segera mengantarkannya. sagrehan sam i ngiringang.
12. Setelah tiba sang Pendeta 12. Sapraptane sang Pandi angarcana
lalu menyembah Tuhan, Widi,
tamu berada di balai-balai, sang tam ui rin g plangkan.
152

dihadap oleh murid-murid, kahiring rin g sisia sami,


dijamu dengan makanan yang tinam ui boga sad rasa.
enak,
13. Setelah Pendeta selesai 13. Wus ngarcana Ida Pranda raris
memuja lalu ke luar, mifil,
dan semua sudah duduk, telas sam i m alunggua ,
Raden Mantri menyembah, R aden M antri nem bah aris,
dengan halus,
berkata kepada sang Pendeta. atw ang ring sang Sadaka.

14. ’’
Sangat besar sang Maharesi, 14. Mara-bara pukulun sang M aharesi,
berbaik hati kepada saya, suecane ring titiang,
menolong orang yang kesengsara­ m anulung w ang kasih-asih,
an,
ya saya telah meninggal dunia. inggih titiang wus pralaya.
15. Siapakah nama sang Maharesi, 15. Sapa sira pasajnya sang M aharesi,
berbaik hati kepada saya, m ulia kadi kita,
menolong saya, m anulung ring aw ak mami,
dan siapa pula di asrama ini.” m iwah ne m aring pasraman.
16. ”Y a,”sang Pendeta berkata 16. Inggih patu t w ecanan sang M aha­
sebenarnya, resi,
’’
nam anya Gunung Karang, ngaran G unung Karang,
tempat asrama ini, genah ing pasram an iki,
di tepi Sungai Jalatunda. r i tep i ning Jalatunda.
17. Bernama pendeta Subudi 17. M apasajnya Pranda S u bu di
saya ini, tuah mami,
diam di asrama, unggua ning pasraman,
namanya Satawarsa, Catawarsa maka nami,
dihormati oleh orang-orang yang y asa ning w ang wus ngalintang.
lewat,
18. Kemudian kembali sang Resi 18. N am pi walek matakuan sira ida
bertanya, Resi,
tentang beradanya di sini, ri sangkan in g paran,
dan sebabnya diikat, lan sangkan in g kena tali,
silakan tuan ceritakan. durus dew a pidartayang.
19. Sang Pendeta sudah tahu dalam 19. R in g ajnyana sam pun w ikan ida
hatinya, Resi,
153

sebagai orang yang suci, ja ti m raga sukia,


sebelum beliau tahu, sadurunge ida uhing,
terhadap baik buruknya dunia rin g ala ayu n in g jagat.
ini.
20 K atatuayang rin g ida R ahaden
20. Diceritakanlah oleh Raden Mantri,
M antri,
jalan kesengsaraannya,
lam pahe sangsara,
dari bermula hingga sekarang,
saking kaw it sam pe mangkin,
sangat kaget orang yang
gagetun wang mamiyarsa.
mendengarkannya.

21. ’’
Sem bah saya sekarang o, * 21. A tu r ira u m u m M p u n gk u n e
Pendeta, m angkin ,
apa akal saya agar sanggup apa nayan inguang m angde
berjumpa, kasida pinanggih ,
dengan Diah Dewi Udyatmika. rin gD iah D ew i Udyatmika,
22. Tak dapat perasaan saya dipisah­ 22. N ora pasah cita ning w ang ring
kan dari sang Dewi, sang D ew i,
di mana tempatnya,” rin g dija m agenah ,
sang Pendeta menjawab, ida Pranda m anyaw urin ,
perkataannya manis halus. arum in g wecana.
23. ”Ya, tuanku maafkanlah saya, 23. Inggih dew a agung aksam a patik
mengapa bingung, aji,
dipengaruhi oleh kekotoran nguda hapalinga,
seorang wanita, kaliput m aya ning stri,
sudah meninggalkan negara. m atlasan ninggal nagara.
24. Hal itu tidak benar, 24. D udu ika singgih dew a S ri B upati,
istri yang utama, istri kang utam a ,
sebagai penguat istana, sane maka kancing p u ri,
sebagai dewa di kerajaan. maka dew a ning kadatuan.
25. Bila di rupa sangat cantik, 25. Yan rin g rupa lintang ratu antuk
lewih,
bila putri utama, y an g in g p u tri utam a ,
tak akan meninggalkan pergi, b oy a ledang m aninggalin ,
bersama-sama seia sekata. siok u sekian sinarengan.
154

26. Benar tuan ditinggalkannya lama, 26. Patu t D ew a katinggalin lami-


lami,
ia dianggap tak setia, dudu sinangguh ya,
ingatlah akan diri tuan, elingang anggane m angkin,
itu bernama, putri penolong. istri pitu lu n g ta harannya.

27. Tatkala dipengaruhi oleh wanita, 27. R i tatkala kasmaran rin g w ang
istri,
ia yang akan menolongnya, sira katulung,
tetapi bila istri kena pengaruh y an p u tri kena semari,
asmara,
laki-lakilah yang patut menolong­ falu w eneng m atulunga,
nya.
28. Semua itu karena kehendak 28. N ika D ew a saking karsa ning
Tuhan, H yang Widi,
sebagai seorang yang bekeija, kang w ang nanggap upah ,
bertemu asmara dengan istri, m atem u kiud ngajak rabi,
akibatnya mendapat upah seorang kram m m p i upah putra.
putra.
29. Demikianlah Tuanku, 29. Sapunika singgih D ew a S ri
N rapati,
bila bibit itu suci, y en b ib ite sukla,
pertemuan laki perempuan, sakrasine jalu istri,
pasti tuan akan mendapat upah.” sirnh D ew a p olih upah.

55a. 55a.
30. Sri Darmika berdatang sembah 30. M atur sem bah S ri Darm ika rin g
kepada sang Resi, sang Resi,
”Tak pantas anaknda, tan w em n g pun ram k,
untuk mendengarkan ajaran m angrungu tatua N pun gkui,
pendeta,
seolah-olah terasa kenyang tanpa luir w areg tan pendaa.
makan,
31. Raja mohon kepada sang Resi, 31. M aharaja p in u m se rin g sang
R esi,
apa yang dinamai suci, m p i ngaran sukla,
berhubungan dengan istri. m atem u rin g a m k istri,
155

agar bisa berputra utama. m angda m aputra utama.

32. Sang Pendeta berkata manis, 32. Sang Sadu m aw encana harum
m anis ,
’’
Y ang tersebut dalam ajaran, kata m unggah rin g tatua,
Smaragama yang benar, asm ara gam a su jatit
hal itu namanya demikian. maka ngarannya punika.

33. Yang bernama suci di luar agar 33. Ngaran sukla rin g jab a jero
bersih, m angda bresih ,
tidak bercampur dengan kotoran, tan kaw oran lara ,
pertemuan suami istri, patem u n e m am i istri,
yang menyebabkan putra selamat d a d i putrane raharja.
sentosa.

34. Hal itu masih kurang utama dari 34. K antun kirang utam ane rin g
ajaran Dewa, D ew aji,
sebagaimana halnya kita ini, m ula kadi kita ,
sepatutnyalah mempertemukan y o g ia m atem uang ajnya lewih,
ajaran yang baik,
agar berputra utama. m angda m aputran utama.

35. Sepatutnyalah tuanku percaya, 35. Patut D ew a Sang N rapati m angu -


gonin,
terhadap asmara gama, rin g asm ara gam a ,
patut tuan usahakan, nyandang pisan dew a pin rih ,
supaya tahu akan ajaran suci ajn ya m k la m angda wikan.
itu.
36. Pelaksanaan ajaran Dewa amat 36. L intang sengka laksanane dew a
sukar, aji,
bila Tuhan tak merestuinya, y an tan am n g ida ,
Tuhan kedua mereka itu, Sang H yang Widi maka kalih,
sukar akan berhasil.” sam bawa dew a kasidan.

37. Raden Mantri berdatang sembah, 37. M atur sem bah sang apekik sane
mangkin,
’’
Su di menganugrahi saya, m ecan e m aring titiang ,
mengajarkan isi ajaran itu, m angajar dagin g ing a ji ,
agar saya mengetahuinya. m angdan titiang sahuninga.
38. Memang benar saya sama sekali 38. J ati pisan durung titiang ja ti
156

tak mengetahuinya, uning,


silakan menceritakannya, durus pidartayang ,
perbuatan yang benar-benar baik, jati-jati ning pakardi,
perbuatan yang dapat menjaga laksanane n gam on g raga.
diri,
39. Saya minta bagaimana asal mula­ 39. T itiang nunas purw an ipun
nya, sapunapi,
manusia di dunia ini, narane sajagat,
hal itu diajarkan, nika ratu pahican in ,
untuk bekal saya menjadi manu­ b ek el titiange manjanma.
sia.

55b. 55b.

40. Saya bersedia berguru pada Maha­ 40. N yadia titian g m anyawita rin g
resi, M aharesi,
menyerahkan hidup, m angaturang jiw a ,
selama saya masih hidup, salam in titiang m ahurip ,
amat sedih menjadi raja yang erang d a d os ratu nista.
hina.”
41. ”Ya paduka baginda yang bijak­ 41. Inggih dew a sira ratu lintang
sana, lew ih t
adanya kita sebagai manusia, y an y o gia k adi ngw ang ,
maafkan saya tuanku, aksam a patik N repati,
hal itu saya bersedia memberi­ nyadia titiang mangaturang.
tahukannya.
43. Pendeta dan raja, 42. B iksu Nata,
patut bersatu, nyandang pisan m anyadangin ,
saling tuntun, paras-paros naya,
bila raja kurang sesuatu diingat­ R atu tuna pakelingin,
kan,
bila pendeta sedih ditolong. Wiku duka tinulungan.
43, Saya bersedia berbakti kepada 43. N yadia titiang b ak ti rin g S ri
baginda raja, Ndrapati,
tentang isi ajaran-ajaran, sadaging in g tatua ,
yang ada dalam diri saya, anane rin g awak mami,
dan ini bukan sebagai suatu per­ b oy a jaga m angubayang.
janjian.
157

44. Ya bersedia-sedialah selama kita 4 4 m N ggih dabdabang m ungpung raga


masih kecil, kari a lit,
belajar menjaga diri, m elajah ngftm ong raga,
jalankan darm a patu t itu, darm a patu te guguanin,
dan jangan selalu membenci haywa d o le g lana rin g wang.
orang.
45. Jangan sombong terhadap diri 45. H ayw a bangga m uang bonggan
sendiri, rin g raga n eki,
walaupun kepada orang yang nista yata rin g w ang nista,
sekalipun,
walaupun diri dikatakan orang yadiapin kaucap ririh ,
pandai,
dan sombong mengagungkan diri. edasum bung nginggilang raga.
46. Bandingkan dengan segala per- 46. Tiru-tiruang m aningkahang sari-
buatan baik, sari,
sadarlah tuan, m enget sira nanak,
hati-hati terhadap diri, ragane ga lih ga lih in ,
ingatlah akan ajaran-ajaran. future ratu elingang.

47. Semua malapetaka lahir dari 47. Saking angga alanyane som i
badan, m ijil,
jangan kurang bijaksana, ayw a tan wiw eke,
menjaga musuh di hati, ngem pu Sad ripu rin g hati,
agar tidak dipengaruhinya. m angda sam pun kaliputan.

48. Jika hal itu yang mempengaruhi 48. Y an punika ngaliput fagate dadi,
negara,
akan menjadi tempat orang gila, da di sanggar edan,
ikatlah semua itu dengan pasti, ringkes dew a apang pasti,
satukan untuk melepaskan ngelepas panahe sanunggal.
panah.”

56a. 56a,
49. Demikian ajaran pendeta kepada 49. Nahan sabda sang Pandia ring
raja, san gN rapati,
suka mengajarkannya, ica mapawarah,
segala yang rahasia, sadanging-daginging pingit.
158

dan Raden Mantri mendengarkan­ R aden M antri mamirengang.


nya.
50. Semua sudah diajarkan oleh guru­ Telas paojah rin g D anghyang
nya, N abin e m angkin ,
segala isi ajaran, dagin g kaputusan,
demikian pula isi weda-weda, maka m iwah w eda sam i,
pelajaran tentang pengetahuan a ji kawruh ing suksm a .
kebenaran.

Pupuh Magatruh Pupuh Magatruh


1. Empu Srenggara berkata pelan, 1. Sira M pu Sranggara alon matu tur,
”Ya tuanku jangan marah singgih Prabu sam pun runtik
(runtik) karena saya berani duan in g titiang langgia m atur,
berkata,
terhadap tuanku, m aring jen g sira N rapati,
saya menjelaskan kata-kata. titiang ninggarang babaos.
2. Banyak orang yang sebenarnya 2. Kuah in g nara w on g saw iji jatin
orang itu satu, ipun,
memang wajahnya dua, w iakti rupane kakalih,
hanya laki dan perempuan, wantah istri lawan jalu,
diturunkan oleh Hyang Widi katurunang rin g Sang H yang W idi,
(Tuhan Yang Mahaesa),
ketentuannya tidaklah
pau ger norana sew os.
berbeda.

3. Banyak perbuatan Tuhan Yang 3. K ueh in g nara asung pakardin


Mahaesa, Sang H yang A gu n g,
semua diwujudkan oleh Tuhan, wangunan H yang maka sam i,
semua mempunyai kaki dan kabeh adue tangan suku,
tangan,
mata hidung telinga dan bibir, netra grana lati,
kemaluan laki-laki serta lan pupurus lawan pu ta .
lubangnya.
4. Pada orang wanita terletak pada 4. Yan rin g wadu na rin g baga saneh
kemaluannya, ipun,
bagian yang lain semua sama, sew osnyane pateh sami,
orang di dunia semuanya harum. nara jagat sam ia arum.
159

warnanya dua macam, w am annyane rupa kalih,


asal mulanya tidak berbeda. purw annya norana sew os.
5. Jumlah mereka kurang lebih satu 5. Katah ipun sagulm a tan kirang
pasukan tentara (sagulma), langkung,
mereka itu memenuhi dunia ini, punika n gebekin gu m it
patokannya sagulma, sagulm a patokan ipun t
setiap dua belas kembali satu, undag roras w angsul sawiji,
juga setiap dua belas satu orang. ta losin ju ga sik i w on g .
6. Dan pelajari arti yang sangat tinggi 6. Lan gu lik tegese agung m angung -
itu, m l
setiap manusia sudah mengerti, m anusane w us mangartU
wajah dunia ini sangat indah, rupa nin g jagat lintang rum ,
yang tertinggi hanya satu, ne tegeh ngunggul asik i,
sebenarnya itu adalah wangsa inggih ja ti kang wangsa wong.
orang.

56b. 56b.
7. Yang dimakan adalah hasil budi 7. Sane teda w oh in g bu dh i krana
dari pengetahuan, ning w ruht
semua bermain bersama aku, sam in ata lawan m am i,
adapun perbedaan hasil yang beda nugrahan puniku,
didapatkan itu,
tergantung pada kehendak Tuhan, pisukane Sang H yan g Widi,
tergantung pada kedudukan tinggi pangkat luhur lawan sor.
dan rendah.
8. Sastra ditinggalkan sebenarnya 8. Sastra katinggal kardin w an gjatin
adalah perbuatan manusia, ipu n ,
rupa tulisan tidak sama semua­ rupan tu lis nora sam i,
nya,
sifatnya berbeda-beda, beda-beda lam pah ipu n ,
Bali Arab Cina dan Belanda, B ali A rab G n a Welandi,
kanan kiri dan bawah. ngiwa nengen lan m angisor.

9. Setelah dikaruniai kesejahteraan 9. Wus kasungan rahayu en get iku ,


aku teringat,
memetik hasil kepandaian adalah ngalap kang w oh kawruh w oh
hasil budi, b u d i,
160

untuk mencapai kesejahteraan, nungkap an ggen e rahayu,


menghitung hasil satu per satu, w ilang rakan wiji-wiji,
hasil budi merupakan hasil w o h w it b u d i w oh w it kaw ruh.
pengetahuan.
10. Karena itu disimpulkan ke- 10 . Pan Winarya panunggal ringkes
gembiraan yang tunggal itu, ipun,
adalah sastra hasil Tuhan, sastra tulisan H yang Widi,
banyaknya sagulma (satu pasuk­ kang sagulm a katah ipunt
an),
disatukan kelihatan sakti, riningkes katon sakti,
maka menjadi manusia agar mem­ m apangartian d a d i w on g.
punyai pengertian.
11. Bila mempergunakan sastra 11. Yaning n gengge sastran ida Sang
Tuhan, . H yan g A gung,
sastra itu akan masuk ke dalam sastra n glipu t je r o n in g w arni,
diri,
banyaknya sastra itu sesuai keh in g sastra m anut angkuh,
dengan tugasnya,
dan diujudkan sastra dasa bayu, makarangan sastra u rip,
itulah yang kau percayai. punika dew a pituron.

Sukar menjaga jiwa yang gagah


12. 12. A b o t ipun n gam ong bu dh i agul~
berani,
agul,
sedikit memetik nilai sastra, m anganggit sastrane ak dik,
suaranya ringkas tetapi lengkap, ringkes jan gk ep suaran ipun,
di sanalah terbukti, irika dew a m aciri,
jiwa yang luhiir akan kalah. ikang bu dh i lukur asor.
13. Jika seorang ingin memperhatikan
Yen sira hyun m ihat tulisan
sastra dipakai untuk cermin
an ggage tinghal ati,
hati,
sastra Hyang Agung, sastra tulisan H yang Agung,
tak akan terlihat, tan kna sira tinghali,
bila perhatian bercabang (per­ rin g tinghal karo malu long.
hatian mendua).

57a. 57a.
14. Terlihat dua bila ia selalu dilihat, 14. Tinghal karo y en sira karian dulu.
161

terlihatlah wajah Tuhan itu dua, kanten Widhi rupa kalih,


sebab Tuhan itu, karnan ira H yan g Agung,
tak dapat dilihat, tan kna tinghati,
dan tak ada Tuhan dua. tan hana H yang W idi roro.

15. Suatu lingkaran yang melingkari 15. Jati w indu m angliput w atek
seluruh yang lahir, tumuwuh,
jika dilihat satu perbuatan, y an dinulu tingah saw iji,
lihatlah lurus anakku, k en cen g terang tinghal anakku,
tak ragu-ragu dalam hati, tan m aro cita ning ati,
satukan pandangan tuan. tunggalan tinghal sang anom .

16. Jika mata rabun pandangan akan 16. Yening samar m ata sam ar iku
samar, n dulu,
karena tak jelas wajahnya, kram tan terang ikang warni,
adapun pandangan menjadi samar, den in g samar rin g andulu,
dan pandangan bergoyang, lan tinghal kalih ngabirbir,
itulah kesesatan pertemuan.” iku sasar in g patem on.

17. Diraba ke sana ke mari di mana 1 7. Sasar-susur dija jem ak dija usud,
diambil dan di mana di raba,
kembali Raden Mantri menjawab, m m p i w alen R aden Mantri,
”Anaknda belum puas, durung w areg ra m k mpu,
mendengarkan nasihat yang m angrenga pitu tu r jati,
benar,”
sang Pendeta kembali berkata. sang B iksu m alih m am awos.

18. Manis perkataan sang Pendeta, 18. M anis arum w acikane sira Mpu,
”Anakku datanglah mendekat, sisia m m p i am areki,
saya ingin bertanya kepada sang ingsun tanya ri sang Prabu,
Prabu,
kenalah akan dirimu suci, weruh aw ak sira muni,
mereka yang mendekatinya sang am iarsa sam i bengong.
keheranan.
19. Telah ada dalam tubuh Tuanku, 19. Irika w us a m rin g angga sang
Prabu,
wajah Tuhan Yang Mahaesa, sasm itan Ida H yan g Widi,
saya hanya menceritakan, kew ala m am i atutur,
memberitahukan Tuanku, m angaturin Sri Bupati,
menjaga hal itu amat sukar. lintang keyuh sira ngam ong.
162

20. Darma dan kebenaran sebagai 20. D arm a patu t dasare ngam ong
dasar menjaganya, pu n iku ,
tak dapat diubah-ubah lagi, nora kena obah m alih ,
karena diri dikuasai, m ula ragane kaw engku ,
jangan tuan ragu-ragu, aja sira alang elin g ,
memang hal itu amat sukar. dahat dew a a b o t rep ot .

57b. 57b.
21. Hal itu patut dijunjung dan 21. N ika pa tu t nyandang pisan sem ­
disembah, bah suw un ,
pengetahuan berarti kebenaran, kaw ruhane ngaran sujati,
jangan tuan amat susah, aja sira atum pang su h ,
karena amat gampang, ‘dangannyane tan sinipi,
namun terlalu berat. nanging lintang dew a a b o t .
22. "Wahai Mpu bau harum meliputi 22. D uh pukulun suganda ranak M pu,
hamba,
tak puas-puas murid Maharesi tan waneh rana M aharesi,
ini,
laksana badan saya ini, tersaksat angga ning hulun,
kena tetesan air hidup, katetesan sanjiw ani,
mendengar ajaran-ajaran yang m angrnga pitu tu r kawot.
mulia itu.
23. Mohon jelaskan lagi tuanku Resi, 23. N unas m alih tatuiyang Ratu R esi
tentang asmaragama yang benar, sem aragam ane sujati
agar saya tahu, m angde ingsun sida weruh,
terhadap semua isinya, rin g dagingnya maka sami,
dan menantikan sang Pendeta ber­ gum antia Pranda m am awos.
kata,”

Pupuh Ginanti Pupuh Ginanti


1. "Dasarnya sekali adalah, 1. N e su jati dasar ipu n ,
rasa cinta yang murni, suka lila legaw a tui,
sari dari asmaragama, sm aragam a pastika,
terutama bersenggama, m asangguna ne utam i,
menciptakan putra yang utama, nlebang putra utama,
agar menentramkan negara. m angda ngrahayuang gum i.
163

2. Pandai dan bagus, 2. W icaksanajintang bagus,


mengikuti tatakrama, tinut m aring tata krani,
tak menjadi korban daya upaya, tan d a d i pakua n in g naya.
karena sebagai payung negara, dudning da di catran bum i,
ke. dunia gelap betul-betul diresap­ kasunia dan e incepang,
kan,
itulah pikiran yang baik. nika pakarasdne lewih.
3. Yakinilah tuanku, 3. D urusang ratu pituhu,
diikuti perasaan yang baik, ajnyana luih anggeh nulurin ,
diresapkan oleh laki perempuan, laki istri m angincapang,
peganglah sembilan penguasa agem an sang nawa bum i,
dunia ini,
ingatlah tuanku, elingang dew a SangN aia,
lima semuanya. duaning panca maka samL
4. Asmaragama itu amat cantik, 4. Sem aragam a lintang ayu,
hal itu tuan puja, punika R atu astiti,
menjaga istri di tempat tidur, ngem ban rabi rin g pam rem an,
agar hasil perbuatan menjadi m angda p a k a rd in eb ecik ,
baik,
ya tuan Sri Darmika, singgih dew a S ri darm ika,
agar bisa berputra mulia. pan g sida m aputra lew ih .

58a. 58a.
5. Semaraturida itu, 5. Sem araturida puniku,
maknanya kurang baik, tegesn yan e kirang beeik,
pikiran yang menguasai jodoh, manah ngam on g jatukarm a,
yang menyebabkan perbuatan kaget n ados kafdin e pelih,
salah,
yang menyebabkan anak men­ d a d i pu trane m am urka,
jadi pemarah,
dan tak suka menurut kata-kata. nora jen ek ningeh munyi.

6. Semaranala itu tidak selamat, 6. Sem aranala tan rahayu,


perasaan sedih saat berpadu manah duhkita rin g karasmin.
asmara,
bila bisa berhasil saat pertemuan sin g nya d a d i rin gpatem uan .
ini,
t'!

164

anak tak henti-hentinya sakit, tan p egat pu trane sakit,


melarat hingga dewasa, sam pe duw ur nem u lara ,
orang tuanya sukar mengatasi sang lingsir kew eh nandakin.
nya,
7. Semaragama disebutkan, 7. Sem ara ganane kawuwus,
teringat akan perbuatan bohong m enget m aring m rekak culig,
dan jahat,
hasil bercumbu, je r o ning acumbuwana,
bernasib baik hingga berhasil, sin g sadia pacan g dadit
kelak kemudian hari putranya, kapungkur ikanang pu tra ,
pem bohong penipu dan suka m rekak bob ab tur m am aling .
mencuri.
8. Yang terakhir adalah semaratu- 8. Semara-turane pam uput ,
rana,
dengan paksa meniduri seorang w ang paksa wadu turonin,
wanita,
bila hal itu yang menjelma, kaget punika m anadyang ,
anak akan menjadi bodoh angkuh putrane b e lo g sigu g tuli,
tuli,
tak dapat diajar, sangkar tongkena d i ajart
kemudian akan menimbulkan m ani salahe m an adi
kesalahan.
9. Mumpung tuanku belum berputra, 9. M ungpung durung ratu asunu ,
ingat-ingat akan hal itu, eling-eling den pakeling,
pakai nasihat sebagai hasil anggen pitu tu r tatam ian ,
kenangan,
ajarlah muda-mudi, pisukanin truna-truni,
tambahan lagi bila sanggup pilih sida m anyusupang,
meresapkannya,
resapkan dalam semaragama.” n elebang rin g smara gami.
10. Sang Bagus bertanya, 10. Pinunase sang abagus,
’’
A pakah tidak dapat diobati, b oy a k e d a d os tam baniri,
dicarikan obat, rerehang m aring usada ,
demikian pula pada dukun, rin g balian kenten ge m alih ,
di sana diobati, irika k e patulungang ,
agar hilang penyakit itu.” larane m angda m agingsir.
165

11. Sang pendeta tersenyum hambar, 11. San g Sadaka sem u guyu,
”Jangan tuan mempercayainya, sam pun ratu m anguguanin ,
memang benar mampu mengobati, w iakti sid i matatam ban,
bila menolong orang yang hidup, y an nulungin anak urip,
mereka yang mati tak tertolong ne pejah tan katulungan,
olehnya,
akan terbukti semua kebohongan­ m acihna m auke sami.
nya.
12. Karena tak tertolong, 12.- D uaning ton g sida katulung,
mereka yang sudah mati, rin g sane kenyekanm ati,
sebenarnya dukun itu, jatin ipm rn aliyan an ,
bukan menolong yang sakit, ton g tulun g rin g anak sakit,
tetapi menyukarkan orang yang m akew ehin anak duhka,
sedih,
sudah jatuh di himpit tangga sam pun lacur m alih ludih.
(sudah menderita disukarkan
lagi).
13. Seorang muridnya berkata, 13. Sisyane sane mahatur,
’’
Ham ba heran Pendeta, angen titiang ratu R e sit
konon amat pandai, dahat sid i kocapanga,
memperlihatkan orang yang me­ eden gang terang sang nyakitin ,
nyakitinya,”
’’
sang Pendeta berkata, M pu D anghyang m anyatwayang,
’’
Jangan mempercayai perkataan eda ngugu ucapan paling.
yang bingung itu.
14. Apalagi orang yang bingung akan 24 m K aling pa lin g bisa tuhu,
dapat dipercayai,
setiap hari ia gila, sangkar edan ia sawai,
perkataannya tak menentu, ucapane ngawag-awag,
mengatakan orang yang me­ data u capan g nyakitin ,
nyakitinya,
kebetulan ada yang mempercayai­ k adon g tuin m anguguana ,
nya,
sedang rumahnya hancur dan anak um ahe uw ug pianak mati.
meninggal.
15. Pasti akan kesedihan, ’ 15. Tan w an gde sedih ngunngun ,
166

menyesalkan diri tak berguna n yelsel awak tan pakerti,


apa-apa,
bermacam-macam yang disesal­ data-data kaselselang,
kan,
meninggalkan tempat persembah­ pura sanggahe am bulin,
yangan,
kawan yang m enolong disangka nyam a olas kaden bangga,
sombong,
berbicara ke sana ke mari. m atuturan kem a m a i

16. Maka itu selidiki terlebih dahulu, 16. Sangkannyane malu ruruh,
agar jangan keliru, apan g eda ngandang sai,
bila mempelajari sastra, yan m elajahin aksara,
jangan heran terlebih dahulu, eda m alu m angungunin,
perhatikanlah baik-baik tuan, aw as dew a apan g t at as.

’R aden Mantri menjawab. R aden M antri manyaurin.
17. ’’
Seoran g yang benar-benar 1 7. Yan w ang saja nora weruh,
bodoh,
apa yang dikatakan tentangnya, kojaranya sapunapi,
sang Pendeta menceritakan, sang Sadaka m anatwayang,
bila Tri Wangsa tidak bersatu, yan Tri wangsa tan atep in ,
tidak benar mereka itu satu dulu sawangsan ikang w ang,
wangsa,
ini akan menimbulkan rusaknya m angadakang rusak gum i.
negara.
18. Negara akan kacau kebanyakan 18. E y u r jagat kakuehan pan du n g,
pencuri,
menyukarkan orang yang ber­ n gopetan g sang Nawa bum i,
kuasa,
itu bernama carma wangsa, carm a w angsa iku nama,
teringatlah baginda raja, m anget sira S ri Narpati,
akan wangsa kecurian,, iku wangsa kapalingan,
tak sesuai dengan adat- tan m anut in g tata kram a .
istiadat.”

59a. 59a.
19. Sang Prabu berkata kembali, 19. Sang Prabu matth maatur,
’’
Sudilah tuan sekarang ini, seu ca ratu sane m angkin ,
167

memenuhi permohonan saya, lingganih pinunas titiang,


berkata tanpa isi apa-apa kepada m atur pu yu n g rin g sana Resi,
sang Pendeta,
tanpa ada prasangka, nenten w enten dinaksiran,
berani saya mengharapkannya. purun titiang m ikedehin.

20. Bila seorang, 20. K ancan narane pu n iku,


seandainya salah mengadakan pa de iw ang aw or sem ari,
hubungan asmara,
bukankah dapat diruwat, b oy a k e d a d os kalukat,
oleh Sengguhu Dalang dan Resi, ring sengguhu D alang Resi,
agar berkurang penderitaannya, m angda m alane reredan,
mengotori orang-orang di dunia. cedangga w ang m aring bumi.

21. Setelah selesai dipuja kemudian 21. Wus kastawa d a d os juru,


menjadi seorang pawang,
dalang sering meruwat, D alange ngalukat sai,
sengguhu memantrai, sengguhune m ula maweda,
memberi air suci Ida Resi, lan patirtan Ida R esi,
semuanya itu disebut Empu di dunia, sinanggeh E m pu ning jagat,
dan catur membenarkannya.” catur wangsane m ingsinggih.
22. Resi Subudi berkata, 22. R e si S u bu di mawuwus,
berkata dengan lemah lembut, srenggara harum amanis,
”B ila tak ada orang yang me­ yan tan ana m anetepang asm are-
laksanakan asmaragama yang gam ane lewih,
baik,
demikian pula darma dan tatua, maka m iwah darm a tatua,
japa yoga dan semadi itu. ja p a y oga n e lan semadi.

23. Di mana dipegang dan di mana 23 D ija ga m b el dija usud,


di raba,
kesengsaraan agar bisa hilang, m alane m angda magingsir,
meskipun diruwat dengan y ad ian lukat antuk w eda ,
mantra,
kum ba sangku demikian pula kum ba sangku pu spa malih,
bunga-bungaan,
isi air bermacam-macam, m isi toyan e m abikas,
sam sam dan beras kuning yang sam sam laleng bija kuning.
tidak menyatu.
168

24. Ah amat hebat tuanku, 24,. A h sam baw a pisan ratu ,


mudah-mudahan agar kembali m angda m alih kadia nguni,
sebagai dahulu,
yang bernama sirna dan adat, sirna adat iku nama,
dipegang oleh keempat wangsa agem en icatur ja n m i,
manusia,
yang dianggap sebagai adat maka sim a ning nagara,
dalam negara,
bukan itu yang sebenarnya. dudu iku ne sujati.
25. Kesejahteraan yang benar, 25. N e su jati ning rahayu,
tak lain adalah asmaragama, tan lian asmara-gami,
peganglah dengan hati yang suci, em on g en ing in gajn yan a ,
itulah bibit yang utama, niku b ib it in g utam i,
hal itu bisa menjelma, yan punika m anadosang,
kebijaksanaan tak ada yang m e­ tan patandin gi kanang lewih.
nandinginya.

59b. 59b.

26. Selamat seterusnya, 26. L ew ih rahayu lunas-lanus,


tak ada apa-apa lagi, tan pangapa-apa m alih ,
walaupun upacaranya dihilangkan, yata lepas upakara,
tetapi perlengkapannya sudah pasikepan ne w us p a sti,
pasti,
yang ada dalam hati, dalem in g sarira hana,
karena bibit itu sangat utama. wireh b ib ite utami.

27. Sunannya tak ada, 27. Tatan arm sunan ipun,


bila manusia sudah mengerti, y an in gja dm a w us mangarti,
makan daging berlebih-lebihan m an godag dagin g in g lok a,
di dunia,
dan tak ada apa-apa lagi, nora hana apa m alih,
pada diri orang yang bijaksana, ri angganing sang sujana ,
baginda raja.menjawab. sirang prabu manyawurin.

28. Tuan mengatakan dukun, 28. I balyan ucapan g ratu ,


jin setan demikian pula Dewa, pejin setan dew a m alih ,
menyebutkan butadengen, butadengen ucapanga,
dan pula d e sti dan pem ali lian d e sti lan pem ali,
169

semua itu mengalahkan manusia, punika ngasoratig jad m a ,


dapat membuat manusia kesakit­ uning m anyakitin jadm i.
an,
29. Banyak orang yang bingung, 29. Kakwehan narane bin gu n g ,
percaya dan yakin serta dibela, gu gen tuw onkatindih in,
percaya terhadap gunung yang tanah gun un g ten get guguan ,
angker,
takut akan pohon yang besar, taru agung kataku tin,
sanggah meru candi dan pura, sanggah meru can di pura ,
semua itu hasil perbuatan ma­ sam i pakardi ning jadm i.
nusia.

30. Karena terlalu bingung, 30. A ntuk bin gun ge kadurus,


setiap tempat yang angker di­ data angker keharanin ,
datangi,
batu karang yang gersang, tunuan parung watu karang,
disebabkan oleh jin buta dan antuk jin buia-buti,
buti,
jangan tuan percayai, ta m tuhu m aharaja ,
hal itu dinamai oleh manusia. k u m n g wang punang arani.
31. Manusialah yang paling atas, 31. M anusane pilih duur,
dewa dan batara menyangganya, dew a batara m tak in ,
kala dengan buta menyembah, kala dengen buta nem bah ,
jin setan tak ada yang berani, jin setan tan a m wani,
Brahma, Wisnu, dan Smara, Brahma, Wisnu, lan Sm ara ,
semua mereka itu menjadi patih. nika m ukia ning papatih.

60a. 60a.

32. Jangan Baginda Raja kuatir, 32. H ayua sangsaya sang Prabu ,
asal tuan berbakti, kew ala ratu astiti, .
dan selalu menjaga diri, n gam ong ragane satata,
jangan memilih yang akan di­ aja m am ilih n ggon lin ggih ,
pakai tempat duduk,
dan segala yang dimakan, saham ning sarwa pangan ,
semua itu tak ada yang kotor. maka sam i nora w eci.
33. Cucikan hati tuan, 33. Sukla ning h ati pun ika ,
tak dikotorkan oleh apapun jua, tan kaw oran m p i lu ir ,
170

ada pun badan manusia itu angga nin g w ang m ula mala,
memang kotor,
karena mereka selalu mementing­ k ram n ing sawa kangpim rih,
kan bangkai,
segala apa yang dimakan manu­ sakueh in g w ang sarwa baksa,
sia.”
demikianlah kata sang Resi. nahan sabda nin g sang Resi.

34. Berkata sang Putra Raja, 34. A tu r ira R aja Sunu,


’’Sudilah tuan pendeta sedikit seuca ratu m alih kedik,
lagi,
menceritakan segala isi, m am tuayan g sadagingnya,
seluruh isi lontar yang utama, da gin g lon tare utami,
japa mantra penjaga diri, japa mantra pasikepan ,
umpamanya,
isi lempengan-lempengan.” maka m iwah dagin g pripih .

35. ’’Sem ua itu maknanya sangat 35. Sam i lew ih p itik et ipun ,
baik,
tidak benar disebarluaskan, aja wera nora sidi,
kata-kata yang terdapat dalam pangucape m ating lon tar ,
lontar,
’’Sang Pendeta menjawab halus, sang Pradya a lon nyawurin,
’’sangat perlu tuan dengarkan nyandang pisan dew a miarsa,
tetapi jangan terlalu percaya. nanging aja m angugonin.
36. Semua itu sebagai alat untuk 36. Punika m awasta petaku t,
menakuti,
semua ucapan dalam lontar, suarane rin g lon tar sami,
japa artinya mencipta, ja p a tegese mangajap,
mantra itu sebenarnya ada tiga, m antra iku ja ti n in g tri,
bayu idep dan sabda, bayu idep m uang sabda,
semua itu dijaga dengan baik. nika am on g apan g pasti.
37. Bayu berarti tindakan, 37. B ayu ngaran tindak ika,
agar tuan berhati-hati, m angda dew a plapanin,
jangan melalaikan orang-orang, ayua m asam pe m ating wang,
pikirkan setiap melangkah, lam pahe sai astiti,
jangan memburukkan orang lain, nora m angw icini w on g lian,
dan selalu membuat akal upaya. wvweka ngaran rin g kardi.
171

38. Sabda berarti perkataan, 38. Sabda ngaran ingpaw uw us,


pandangan halus dan tersenyum w ulat harum k en y ir m anis,
manis,
pegang teguh perkataan yang baik, pageh dew a rin g susabda,
sesuai dengan laku yang baik, m anut m aring solah b ecik ,
jangan salah pengertian, ayua salah in g pangartian ,
membaca nilai-nilai lontar. ngw acen lon tar sari-sari.

60b. 60b.
39. Idep artinya budi,
budi maknanya kebenaran, 39. Id ep b u d i aran ipun,
budi pekerti itu panjang, b u d i tatuane sujati,
bila pikiran memang lurus, b u d i sam reti n e daw a ,
penciptaannya memang benar, y en ja ti kencen g in g ati,
memuja Tuhan Yang Mahaesa. ben er ikang pangastaw a ,
nyungsung ida Sang H yang Widi.
40. Jangan berbudi kasar,
di dalam maupun di luar istana 40. A ja agal b u di agul,
agar suci, ringjaba je r o m angda su ci,
jangan tuan membeda-bedakan, sam pun dew a m asanehan,
di dalam merah tetapi di luar je r o abang jaba p u tih ,
putih,
sadarlah tuanku Maharaja, elin g sira M aharaja,
bila menjaga budi itu. y en m angku a ti ning budi.
41. Yang bernama pasikepan itu, Ngaran pasikepan iku,
dipergunakan untuk membohongi kangge m ogb ogin w ang alit,
anak kecil,
orang-orang yang kurang pengerti­ narane kirang pangartian,
an,
sangat takut menjaga orang sakit, ngem ban sakit lintang jerih ,
agar ada yang disombongkan, m angda w enten kasum bungang,
dipercaya dalam hati. kagega rin g je r o ning hati.

42. Makna pripih (lempengan) itu, 42. Pripih iku teges ipun,
orang yang penakut agar memper­ w an ggetap apang ngugonin,
cayainya,
bila disuruh di kala malam hari, kala w en gi katuduhang,
jauh ke sana ke mari, m alih adoh kena mai.
172

dengan gampang memerintahkan ngulah gam pang nuduh anak,


seseorang,
karena ada yang diperintahkan. duaning w enten kasungkanin .

43. Wang Arjuna sangat terkenal, 43. Jinah A rjuna m anik kasub,
dibawa dengan baik, aba bu n gsel buluh m aliht
hal itu juga merupakan suatu punika taler bebanggan,
kebanggaan,
dipakai untuk membenarkan hati anggen gagiras manah jerih,
yang kalah,
bagi orang yang bijaksana, anggan ida sang sujana,
tak mungkin mempercayainya. * masa k e pacan g nguguanin.
44. Mempercayai sabuk untuk me­ 44. Sabuk piw olas kagugu,
nimbulkan rasa kasihan,
demikian pula guna-guna, m uang pangasih-asih m alih,
dibawa dan ditujukan, kasandang maka karepan,
terhadap orang perempuan, m elaksana rin g anak istri,
mempercayai kata-kata dukun, m iturut pangucap Balian,
jangan tuan mempercayainya. sam pun dew a m anguguanin.

61a. 61a.

45. Karena sebagai orang laki yang 45. D uaning kaki b lo g p a cu l,


bodoh,
tambahan pula malu berkata-kata, m aw eweh kim ud mamunyi,
dipegang dipakai membangkitkan p a p etet anggen gagiras,
semangat,
agar berani berkata, m angda k e pengah m am unyi,
berkunjung kepada tunangan, m anganggurin gagelane,
supaya berkata-kata dengan pan g caluh pon gah m amunyi.
gampang.
46. Ah bukankah yang tuan harus 46. A h ah b oy a nene tuhu,
percayai,,
bila memang bukan jod oh se­ y an in g dudu jo d a jati,
benarnya,
setiap manusia beserta dengan nara sam i ngajak karm a ,
karmanya,
sebelum dipastikan, sadurunge w us pinasti.
173

oleh Hyang Prama Wisesa, ring sang Hyang Prama Wisesa,


ada yang lebih dahulu ada yang wenten dunam wenten dori.
kemudian.
47. Ingatkan jangan bingung, 47. Eling siru aja bingung,
mempercayai hasil keija manusia, mangugu pakardin jarum,
jangan mengatur orang yang aja ngolah anak wikan,
pandai,
dalam tubuh dipilih-pilih, ring angg/a dewa galihin,
karena makanan sudah selesai, duaning sangu sampun pragat,
dan yang tiga perlu disayangi. ne tatiga jua emaning.
48. Ajawera artinya, 48. Ajawera teges ipun,
jangan menyebutkan dengan ber­ hayua ngucap masolah pelih,
buat yang salah,
perbuatan darma yang meng­ darma sadu budi malilang
gembirakan terpusat memuja jujur mangatiti Widi,
Tuhan,
bila kurang dari tiga, yaning singsal ne tatita,
berbuat dosa pada Tuhan. mutang ala ring Hyang Widi.
49. Bila saya sudah dipercaya, 49. Yaning nira wus mituhu,
tak boleh berkata-kata yang tan wenang mangucap lebih,
lebih,
laksana pepatah padi, kadi pariyan upama,
menunduk karena berisi, sarwi nguntul wus madaging,
tak akan banyak berkata-kata, tan wenang bawaha mojar,
sebenarnya orang demikian yogia ning wang wus madaging.
mudah penuh berisi.
50. Semua orang memang bagus, 50. Jadma sami nula bagus,
sebagai bekal lahir, bekele dumadipasti,
keindahan sudah berada di tubuh, trijatane mating angga,
apa yang perlu ditambah, napi ne malih wewehin,
bila dikurangi akan menyebabkan yan kirangin dados cacad,
cacad,
ditambah lagi cacad yang lain. unjukin cacadan malih.
51. Raja kembali berkata, 51. Sang Prabu malih umatur,
’’
Sukalah tuan menceritakan, den ladang ratu nuturin,
tentang wangsa orang di dunia ini,. wangsa nara ne ring jagat.
174

misalnya Jawa Selam dan Bali, k adi Jaw i Selam B a li


Cina Belanda dan Arab, Cina W elandim iw ah A rab ,
agama mereka bagaimana.” agam ane sapunapi.

61b. 61b.
52. ’
’Tentang kebenaran agama itu, 52. Jatining agam a iku,
amat utama tuanku, lintang ratu rin g utami,
tidak benar tindakan dengan d u d u gam a n in g keris tum bak ,
keris atau tombak,
manusia salah menerimanya, jadm an e salah panam pi,
mengatakan agamanya yang rusak, kojarang gam ane rusak ,
mereka yang mengatakan itu ne ngucapang bin gu n g paling.
yang bingung.
53. Belum pernah saya menjumpai, 53. D urung titiang nahen mangguh,
tentang kerusakan agama, rin g kerusakan ning agam i
bila sifat sarung tombak, yan in ggam an saw ung tum bak ,
dapat rusak dicuri pencuri, uning rusak pandung m aling ,
dengarkanlah Tuanku karena piarsa kna maharaja reh keris
keris itu hasil perbuatan pakardin ja d m i.
manusia.
54. Yang bernama sirna dan adat, 54. Sirna adat wastan ipun,
dijalankan oleh semua manusia, kam argiang rin g w atek ja n m i
kelihatan dari pakaiannya, m acihna saking sandangan ,
sirna dan adat berbeda, sirna adat saneh sami,
sedangkan isi agama adalah satu, dagin g gam a ja ti tunggal,
dijunjung oleh setiap yang sungsunga rin g w atek urip.
hidup.
55. Perbedaannya disebabkan pemuja­ 55. Tuah sew os lantaran ipunf
an terhadap Tuhan, astitin e ring H yan g Widi,
dari mesjid oleh orang Arab, saking m esjid w on g A rab ,
dari Kristus oleh orang Belanda, saking K ristus nara W elandi
orang Cina dari pratima, w on g Cina saking pratim a ,
dan dari pura oleh orang Bali. saking pura nara Bali.
56. Jawa Islam adalah sama, 56. Jawa Islam wantah patuh,
menirukan agama Arab ini, maniru gam a A rab iki,
dahulu Jawa beragama Budha, n guni Jawa gam a Budha,
175

saat Majapahit masih jaya, kari agung M ajapahit,


Pangeran Demak menggantikan, gu m an ti pangeran D em ak,
orang Jawa berganti agama. w ang Jaw i g e n to s agami,

57. Sesuai dengan sikap agama, 5 7. M ami m ating agem ipun,


itu ucapannya ke luar dari mulut, ujare m eta rin g lati,
orang Bali, w on g Bali,
Dewa Bathara, D ew a Batara,
meminta air suci dan sembahyang, m am m as tirta m abakti,
orang Belanda Iseroh Allah, Iseroh Alah in g Welanda,
orang Cina Pekong yang dijun­ Cina tu i P ek on g inuji.
jungnya.
58. Orang Arab terhadap Muhammad 58. A rab rin g M uham m ad Rasul,
rasulnya,
dan ke Mekah untuk naik haji, tur kam ekah m unggah a ji,
walaupun kepala gundul dan nadian gu n du l nganggo sorban,
memakai sorban,
baju jubah dan kalung tasbih, baju ju bah kalung tasbih,
memakai kupluk dan bersarung, m akuphik ngangge sarungan,
orang Cina memakai celana dan G n a ja ler lawan to p i .
topi.

62a.
59. Pakaian orang Belanda itu, 59. Sandangan W elandi pun iku ,
celana jas dan memakai topi, celana ja s kalih m atepi,
pakaian orang Jawa dan Bali Jawa B ali tunggal sandang,
sama,
karena asalnya sama, den in g w iw itnyane tunggi,
sesuai dengan keadaannya masing- nurut pangerang suang-suang
masing terbukti dari pakaian­ m ahcihna saking panganggi.
nya.
60. Orang Belanda yang tetap kokoh, 60. W elandine kang pinih kukuh,
pakaiannya tetap, tetep m angagem panganggi,
itu merupakan tanda suci mulia, iku tanda su ci mulia,
baginda raja membenarkannya, m isinggih sang Marapati,
orang Jawa dan Bali berubah, Jawa lan B alin e bondan,
pakaiannya selalu berubah. sandangane m erobah sahi.
176

61. Sekarang ini, saya bingung, 61. Sane m angkin titian g bingung ,
melihat tingkah manusia, m angantenang solah jadm i,
meniru memakai sepatu, m aniru ngangge dudublah ,
memakai kupluk dan celana, ngangge kupluk celana malih,
memakai kain sarung sebagai ngangge wastra sasarungan ,
tanda hatinya bingung. tanda bin gu n g p eten g ati.

62. Pakaiannya meniru-niru, 62. Pinganggene niru-niru,


menyerupai pakaian orang Arab, cara A rab irib irib ,
berkeliling membawa mata gelap, m ider ngawa m ata gelap,
perbuatan itu tak menentu, nika solah tan pasiring,
saru tak tentu tempat, sam ar kahalingan padang ,
tak sesuai dengan watak raja. tan m anut agem Narepati.

63. Jika benar-benar keturunan orang 63. Yen turunan B ali tuhu ,
Bali,
patutlah sesuai dengan Tuanku, y o g ia m anut ringN repati,
sebagai tanda yang jelas, tanda nganggo tinghal terang ,
tidak meniru pakaian orang lain, nora niru lian panganggi,
tidak dipakai hanya untuk sekali, tan nganggo tin gal apisan,
sesuai dengan tatakrama.” tinut m aring tata krami.

64. ”Dan anaknda memohonkan, 64. Pun ranak janjan am uwun,


berdua saja dengan sang Pendeta, ring padaduan Mahamuni,
orang yang memeluk agama, narane ngagem agam a ,
wangsa apa yang paling baik, wangsa napi pinih lew ih ,
pemujaannya sempurna, pangastaw ane kasuma,
diterima oleh Tuhan Yang Maha- katrim a rin g Sang H yang Widi.

62b. 62b.
65. Sang Resi pelan-pelan berkata, 65. Sang R e si a lon m aw uw us,
”Ya Raden dengarlah, singgih R aden sapuniki,
sesuai dengan ajaran guru saya, yan pitu tu r n aben in gw an g,
danghyang yang jiwanya sudah sira danghyang pu tu s bu di,
sempurna,
agamanya tidak pasti, agam ane tan parupa,
’’
baginda raja mendekat di sang Prabu nesek ngungkurin.
belakangnya.
177

Pupuh Pangkur Pupuh Pangkur

1. ’’Y ang kosong itu tidak berisi, 1. N oranem adagingnora,


sangat sukar tuan mempelajari­ lintang sengka yen id e m mela-
nya, jahin,
bila semuanya tak menyatu, yan tan nunggil ringpandulu,
tak mampu dilihat, tan sida mangantenang,
bila masih, yaning kari,
mempergunakan penglihatan lapis ngangge aksi lapis pitu,
tujuh,
perbuatan yang tak menentu, tingkahe malih anrawang,
laksana buku batang tebu. socan tebu yan upami.
2. Bukan karena japa mantra dan 2. Dudu japa mantra yoga,
yoga,
bukan brata atau yasa dan dudu brata, m m n g yasa lan
semadi, samadi,
demikian pula bukan tapa, tapa-tapi juga dudu,
terasa amat mudah, gam pang nyane lewih gampang,
bila dikerjakan amat sukar, sungkan nyane dahat ratu,
sebagai orang menghambakan angga ning wang mamarekan,
diri,
sudah terbiasa datang ke istana. caluhe anangkil kapuri.
3. Di istana selalu menunggu, 3. Satata ring jro ngantosang,
perintah, dadawuhan,
dari baginda raja, ida sang Sri Bupati,
dari dahulu memang tak tahu, saking dangu ndatan tahu,
bila menerima perintah beliau, nampi pawecanan ida,
ini dikerjakan, ne marginin,
memang hal itu banyak diketahui akweh uning saking dum un,
dari dahulu,
keesokan harinya tak pasti lagi, enjang esuk nara tatas,
itu sebagai tanda tak tahu apa- nika cihna tan uning.
apa.
4. Orang yang seribu menjadi satu, 4. Ikang nara syu sanunggal,
laksana beliau, kadi ida,
raja Kresna terkenal di empat sang Prabu Arimurti,
penjuru dunia, catur tamanane kawuwus.
178

karena pandainya menghamba­ w ite Pradnyan m am arekan,


kan diri,
kepada raja, r i sang Bupati,
siang malam berada di sana, siang datu nunggu ditu,
karena itu mempunyai empat krana catur m adrw eparab ,
nama,
semuanya indah-indah. sam i pada lewih-lewih.

5. Sang Kresna itu, 5. Sang A rim urti punika,


sebelumnya, sadurunge ,
beliau sudah mengetahuinya, wantah ida sam pun uning,
jauh sebelum sudah melihat dan b etel tinghal terus pangrungu,
mendengar,
beliau menjadi mata-mata dunia, ida d a d os telik jagat,
karena bijaksananya, antuk kawruh,
disenangi oleh seluruh dunia dan kahalem ring triloka dum un,
Tuhan,
sebagai tonggak dunia, maka pakua n ing buw ana,
dan menjadi payung dunia ini. maka catra nikang bu m i.
6. Tersebutlah sang Kresna, 6. Padm anaba ne kocapan,
beliau mampu, m rasidayang,
memegang kesatuan negaranya, m angam belang pan cer gum i,
sebagai hidup dunia ini, urip in g buwana iku,
hanya beliau yang disebut-sebut, wantah ida inucap. naman ida ,
terlalu suci dan adil, lintang su ci tur adil,
padmawijaya yang mulia, padm a w ijaya mulia,
dengarkanlah tuanku. rengen sira Narapati,
7. Tersebutlah beliau sang Kresna, 7. Hana sira Janardana,
beliau selalu menghidupi, satata wantah ida ngamretanin,
seluruh isi dunia, olah tanegara sampun,
tak henti-hentinya siang malam, siang latri tan putusan,
bertahun-tahun, k adi warsa,
membahagiakan seluruh dunia, m angliyahin jagat w ibuh,
seluruh yang berada di angkasa, sakuhuba ning akasa,
serta yang ada di tanah. saka sangga d e pratiw i.
8. Yang terakhir beliau sang Kresna, 8. Pam untat ida sang Kresna,
179

anugrah beliau, sueca ne ring,


kepada dunia, i jaga t sari-sari,
tak ada cacat celanya sebagai se­ tan kena cinada ratu,
orang raja,
sepanjang hidup beliau, saduk sapenyanertg ida,
bila diumpamakan, upam i,
laksana Bathara Wisnu menjelma, k adi sang H yan g A ri ida nurun,
merasuk ke dalam diri manusia, ngawatara rin g manusa,
memberi hidup kepada seluruh ngam retanin jagat sami.
dunia.”
9. Baginda Raja bertanya kembali, 9. Sang Prabu m alih m nasang,
’’Lanjutkan Bapak, durus ratu ,
nasihati kembali, telasang ju a pituturin,
mudah-mudahan hamba ini, bilih sida ranak M pu,
melaksanakan sebagai kehendak, m ituhu kadi arsa,
’’D anghyang, sira Danghyang,
lalu kembali bemasihati, n du gi m alih m apitu tu r,.
’’Pikirkan tuan dalam hati, tim bang dew a ringajnyana,
segala nasihat itu dipilih-pilih. tuture galih-galihin.

63b. 63b.

10. Kedarmaan yang dipakai dasar, 10. D arm a sadu anggen dasar,
untuk mencari, mangrereh,
isi kesenangan yang sebenarnya, dagin g sukane su jati,
memang di sana tempatnya, anak m ula ada ditu,
kehidupan itu ditutupi racun, m retane kapu t w isia ,
tidak terang, kabang-kabang,
berlapis-lapis amat gelap, lapis-lapis p eta n g p itu ,
musuh dalam diri, sad ripu dalem pun ika,
itulah yang tuan lawan. nika dew a sai prangin.

11. Semua itu akan menjadi godaan, 11. Punika d a d os gagodan,


setiap pekeijaan, sarajakarya,
setiap gerak dibayangi, lam pahe kaim bangin,
tidak pernah berpisah dengan nora pasah salam pah laku,
setiap perbuatan,
dan juga tak pernah ditinggalkan, nanging k o tatan katinggal,
’’R aden Mantri, bertanya me- R aden Mantri,
180

negaskan, m apinunas d a h a tju ju t,


”Di mana itu tempatnya bapak, rin g dija ratu magenah,
agar hamba jelas mengetahuinya.” m angda titiang tatas uning.

12. Sang Pendeta berkata sambil ber- 12. Sang Pandia gu yu wecana,
senda,
’’T idak mustahil tidak bingung nora tan ceda ranak mami,
anakku,
cari di dalam masih di luar, rereh rin g je r o kari m etu ,
di bolak-balik tak ada, balik-balik tan ana,
bila diumpamakan, yan upami,
laksana ingin melihat telinga, n gton karna sam in ipun,
walaupun berkeliling delapan yadian m am uter p in g dom as,
ratus kali,
diri payah tak melihat apa-apa. raga tuyuh ton g kaaksi.
13. Memang selalu dilihat, 13. Sam pun katin gal satata,
tetapi tak benar, nanging dudu,
menglihatkan kedua mata, paningal socan ekalih,
yang bernama pendengaran, ngaran pangrenga pu n ik u ,
bukan pendengaran telinga, b oy a pangrangen karna,
telah tercium, w us kahungas,
bukan penciuman nidung, nora pangen dusin g irung,
ya memang rasa yang buKan inggih rasa dudu rasa,
teiasa,
sebagai perasaan badan ini. rasa nin gan ggan ta iki.

14. Bila disebutkan semuanya akan 14. Yan ucapang sam i iwang,
salah,
bila dijalani, yan lam pahin,
bukan jalan yang dijalani,” dudu tindakin mamargi,
baginda raja kembali berkata, sang Prabu m alih umatur,
’’
Pelaksanaan yang bagaimana, kaya angapa laksana,
dan perbuatan-perbuatan, tindak-tanduk,
yang anaknya lakukan bapak,” sira ranak duh Pukulun,
sang Pendeta lalu berkata, sang Sadaka sung wecana,
’’
K esucian dalam hati yang tulus. enang-ening in gajn yan a lewih,

15. Ia sebagai jiwa dan jasadnya, 15. Singgih wahyadyatm ika,


laksana bunga, kadi puspa,
ya baginda raja, duh dew a sang N repati,
181

harumnya tak terkira, arum nyane tan kadulu,


laksana gula laiknya, M r gen d is yanbinayang,
terasa gigi, rasa gigi,
rasa manisnya tak kelihatan, m anisnyang tan kapangguh,
yang lain sebagai garam, m alih rin g tasik upam a,
rasanya sering dirasakan. rasannya sering kapanggih.

64a. 64a.
16. Kita katakan sebagai air, 16. R in g to y a ratu baw osang,
bila sudah selesai, sam pun p u p u t,
bila dirasakan semuanya itu, yan in grasanin sinam i,
seluruh orang di dunia ini, narane sajagat ratu,
hanya sanggup mengatakan, uningnyane ngucapang,
akhirnya saja, pam uputnya,
perkataannya itu tidak memuas­ nora waneh ujar ipu n ,
kan,
bila dikurangi akan berkurang, yan kirangin d a d os tuna,
bila ditambah juga akan kurang. w ew ehin kirangan m alih .

17. Tak ada orang yang tahu, 17. N ora harm nara wikan,
merasakan rasa air dengan pasti, m angecapang rasan to y a su jati
pasti,
karena memang keturunan Wisnu, reh m ula titisin g Wisnu,
menyimpan kehidupan dari zaman n gasebel m erta w it kuna,
dahulu,
menjadi hamba, w us mamanjak,
pada manusia dari dahulu, rin g m anusa saking dangu,
di dunia dipakai memasak, anggen m aratengan rin g loka,
setiap makhluk memakainya pratak gu n an e manjusin.
untuk mandi.
18. Demikianlah Tuanku, 18. Sam angkana M aharaja,
memang sebenarnya, m ula wantah,
hasil perbuatan seorang wiku kardin sang Wiku utami,
yang utama,
tak perlu diubah lagi, nora nyandang obah ratu,
banyu y eh sebenarnya adalah air, banyu y eh tuah to y a,
walaupun itu air suci, yadian tirta,
namanya amat banyak, lintang katah wastan ipun.
tetapi sebenarnya adalah air, jatin n yan e wantah to y a,
orang-orang dapat menamainya. un in g narane ngaranin ,
Yang dipakai mandi itu sebenar- 19. N e panjusin iyeh w antah ,
nya adalah air,
memang ia sebenarnya, ip m ja t i ,
sering dipakai mandi, panjusin apang sai9
kita dapat mengatakan banyak, uning raga ngojahang liu 9
seringkali berganti tempat, pa n g im bih ga n ti w adah ,
orang yang bijaksana hanya sekali, yan in g pisan w ang pangaw eruh ,
cari air di danau, rereh m aring d a m n toya,
kita akan payah untuk mengisi­ bisa tuyuh m angisinin.
nya.

64b. 64b.
Tak ada air yang suci kecuali, 20. N orana su ci n in g tirta sajaw aning ,
sang Pendeta yang bijaksana, ragan sang Wiku sid it
memegang air hidup yang suci, n gam bel m ereta sukla iku^
siang malam pagi sore, siang latri silid sanja ,
dari dahulu, saking kuna ,
tulus ikhlas kepada sesama, asung rin g w atek tumuwuh,
di sanalah tuan memohon, ditu dew a mapinunas,
orang yang meminta memberi sane nunas ngalugrahin.
keikhlasan.
Karena beliau selalu ikhlas, 21. Wit satuw uk ida lugra ,
belum minta, durung m n a st
sudah diberikannya, gelisan kalugrahin,
disebut berkorban, m adam punia kawuwus,
tak henti-hentinya mengucapkan tan p egat m anguncar w eda 9
weda,
walaupun tidak diperintah, nora tuduh ,
berbunyi siang malam, ngalining rah im dalu 9
suara gentanya nyaring, suaran gen tane ngarem piang ,
tak terdengar bila berbunyi. tan kapiren gyan m em unyi.
Yang mendengar berbunyi, 22. Sane m angrenga masuara,
mereka yaijg bersuara, ne m asuara ,
sering mendengarkan, m angrenga sai-sai9
dipakai obat selalu, m a m d os tam ba satuwuk.
183

penuh sesak di dunia, am epet rin g buwana,


halnya sama, duaning pada,
laksana lakon wayang, saksat w ayang solah ipun ,
digerakkan oleh ki dalang, kasolahang ban I Dalang,
lupa ingat siang malam. lupa elin g ring siang latri.

23. Seringkali ki dalang menceritakan. 23. Sering-sering I D alang ngelam-


pahang,
perbuatan manusia, soaijadm a,
sering ia disindir, sai ia kasisim bingin ,
geraknya dibatasi oleh sebuah m abelat kelir solah ipun,
layar,
diceritakan oleh ki dalang, antuknya m angelam pahang,
ke sana ke mari, raya-ruyu ,
dilagakan, kasiatang pada jem ur,
setelah selesai melakonkan rin g w usnya mapawayangan,
wayang,
lalu disimpan semuanya dalam m asim pen ring ge d a n g sami.
tempatnya.
24. Sudah selesai semuanya anakku, ?4. Inggih pu pu t nanak ingwang,
pikirkan hal itu, hayun sira,
ingatkan dalam setiap tindakan, alang-alang rin g pakardi,
selalu jangan berpisah, aja pasah ta satuwuk,
laksana istri tuan, suam inta ika upama,
setiap hari, sari-sari,
jangan berpisah dari pertemuan, hayua belas m aring patem u ,
bila tidak demikian, yan nora kadi mangkana,
pekerjaan tuan laksana uang. saksat jin ak kang pakardi.
25. Telah lama tuan meninggalkan 25. S u e ratu ninggal pura,
istana,
ayah dan ibu, yayah ibu,
para pendeta yang dikasihi, B aw udandane kasihin,
pulanglah tuanku, m antuk ratu dew a Prabu,
bahagiakan negara, pahayU kanang negara,
para menteri dan rakyat sedih tan rahayu bala m antri sedih
melarat, ngunngun,
seperti telaga tanpa berisi air, k adi ranu tan patoya,
istana Lesanpura sunyi sepi.” sunia pura Lesanpuri.
184

65a. 65a.
26. Raja menjawabnya, 26. Sang Prabu nyaw is wecana,
’’
B ila saya, y en in g fitiang,
belum bertemu, prasida durung kapanggih,
dengan adik saya Udyatmika, a ri U dyatm ika iku 9
anaknda tak akan kembali, m indah tanak matulak,
karena kemarahan pendeta, dukan Pranda ,
saya derita sampai mati, m asin titian g pacan g lam pus ,
sebelum hamba bertemu, sedurung inguang katemuna,
dengan Raden Dewi. m aring sira R aden D e w i
27. Teruskan anugerah tuan, 27. K apua ratu durus seu ca ,
saya disuruh, pitu du h in ,
untuk pergi pulang, titiang pam argine m ulih ,
lebih suka saya menghamba, suka y on titiang m anyungsung,
sukalah tuan memperhamba, ledan iratu manjakang,
ke luar dari hati pendeta, saking adnyaning R atu Wikut
tuan sebagai guru saya, ratu m eraga n abe n in g ngwang,
saya berada di kaki sang Maha- ana rin g je n g mahamuni.
muni.”
28. Sang Pendeta lalu berkata. 28. Sang Pandia raris ngandika ,
Ya tuan, singgih dewa,
sang Sri Darmika jalannya amat sang S ri D arm ika afi,
sukar, lintang sengka margan ipun,
jalannya ke timur, m am urwa ika m ara,
sangat sulit menempuh hutan durga lawan alas m iwah gu n u n g,
dan gunung,
lembah dan sungai, parung ju ran g lan bengawan
untuk mencari Raden Dewi. mangaruruh R ahaden D e w i

29. Ia bertempat di Margalangu, R in g M argalangu magenah,


raja raksasa, ratu danuja,
yang mencuri dahulu, m am andung sane nguni,
yang bernama Durgasmala, D urgasm ala n e kaw uw us,
tentaranya amat banyak, kalintang w ibuh in g wadua,
menteri dan rakyatnya, bala mantri,
sangat setia kepada pemimpinnya, dreda n iw i rin g tuhan ipun,
banyak tentara raksasanya, peka raksasa tan kirang ,
semuanya sakti-sakti. sak ti m anta gu n a so m i
185

30. Namun anakku tak akan kalah, 30. A n gin g tan sor sira nanak,
tak akan kurang, ndatan kurang ,
mendapat teman dijalan, ring m arga maka kanti,
tuan akan menang berperang,, jay a ratu m agegebug,
tuan adalah raja di dunia, sira dew a n ing jagat,
menguasai dunia itu sebagai m engku b u m i maka tedu n g w atek
payung para raja, ratu,
dijalan tuan mendapat keuntung­ rin g awan m am angguh laba,
an,
w atek pu tu s maka kanti.
semua orang suci sebagai kawan.”

65b. 65b.

31. Raja kemudian menyembah, 31. Sang Prabu raris m anyem bah,
segera memeluk, saharsa n gelu t,
kaki sang Mahamuni, je n g ira M aham uni,
”Hamba mohon diri ke hadapan titiang pam it ring je n g Mpu,
pendeta,
tuan guru telah berkenan, sang Guru asung nugraha,
memberi ajaran batin yang a ji m enen g utam a ning ajnyana
utama,” pu tu s,
mereka yang diberkahi lalu sang kasungan raris rtunas,
mohon diri,
menyembah lalu ke luar. w us m anyem bah raris m ijil.

Pupuh Mijil. Pupuh Mijil


1. Menuju ke timur, 1. Hamurwa,
perjalanan Raden Mantri, tindake R ahaden M antri',
saat panglong, m anuju rin g panglong,
bulan satu, ika candra,
sapta mina, saptam i nem angke,
perjalanannya, lam pah ira ,
dengan pelan-pelan, sarw i dabdab aris ,
tanpa ada pengiring, norana mangiring,
dan tersebutlah hari hampir nam pi w en gi kawuwus.
malam.
2. Siang malam, 2. Sian g dahi,
beliau berjalan. nulia ida mamargi.
186

menuju tuan yang benar, m angungsi rek o, ka m arga ayu ,


tak pernah jemu, nora ana waneh,
naik gunung, m unggah gu n u n g,
turun lembah, tedun pangkung aris,
berjalan selama tujuh hari, sapta rahina mamargi,
kemudian dilihatnya desa Basur. dusun B asure kapangguh .
3. Lalu menuju, 3. R aris n g o jo g ,
si dagang nasi, ia I dagang nasi,
sambil bertanya, sarw i m apitak on ,
’’N egara apa namanya ini jro nagari napi ko w astuane je ro
dagang,” dagang ,
lalu dijawabnya halus, mulia nyaw ur aris ,
’’A dapun di sini, m ungw ing jagat iki,
bernama desa Basur.” n iki ngaran D usun Basur.
4. Pedagang nasi ini berkata halus, 4. A lu s ature i dagang nasi,
melihat cahaya mukanya cemer­ duaning bawa k aw ot,
lang,
bagus, bagus mulus,
dan manis, turin apekike,
terheran-heran pikirannya, b en gon g kasob, m anahnyane
p a sti,
sambil bertanya halus, m apitaken aris ,
mencari tahu siapa anak yang m aring sira sang abagus.
bagus.
5. ”Ya saya ini, 5. Jnggih titiang,
orang yang amat miskin, nara lintang m iskin ,
menjelma tanpa guna, da di w ang tan panggon,
tak kenal ibu bapak, tan w eruh ring bapa m iw ah m em e,
1 Tamtam, I Tamtam,
nama saya ini sebenarnya, aran titiange jati,
setiap ada orang memberi, asing-asing ngw ehin ,
saat itu baru makan. irika titiang ngalungsur,

6. Dalam pikiran baginda raja, 6. R in g angen, ida S ri Bupati,


tak ada tanda-tanda, tan kacirian reko,
ingin mencari, ja g i ngruruh,
sebagai tujuannya. kadi pangaptine,
187

pertanyaannya kepada si dagang patakene. rin g i dagang nasi,


nasi,
agar segera dijumpai, m angda g lis kapanggih,
lalu beliau banyak bertanya. tur ceceh ida mawuwus.

7. ”Ya bibi, 7. Inggih b ib i,


saya mohon maaf,” ndaw eg pisan m alih ,
raja yang menguasai, agu n ge ngaw engken sane
m angodag,
di desa Basur ini, padusun Basur e,
pedagang nasi itu, i dagang nasi,
kembali menceritakan, m anuturang malih,
sebenarnya di sini, patutn ya puniki.
ada seorang raja yang terkenal. Sang Prabu sane kawuwus.

8. Sangat tertarik, 8. D ahat kapulut,


pedagang nasi itu, ia i dagang nasi,
terhadap wajah pemuda itu, rin g rupan sang anom ,
diamlah di sini, n on gos dini,
kau bersama ibu, cen in g ajak meme,
menolong ibu menjual nasi, m anulungin b ib i ngadep nasi,
sang Bagus menerimanya, sang bagus m isinggih,
dan ia tekun menolongnya. sken ida matatulung.

9. Jualannya, 9. Dagangane,
amat laris, lais tan sinipi,
I Tamtam di dapur, I tam tam d i paw on,
dengan tekun, dahat e n c o l
m enolong bibinya, ngayih b ibin nyane,
membuat sayuran, n ga w eju k u t,
sambil menurunkan nasi, sam bil ngangkid nasi,
sambel sudah habis, sam bele tan kari,
menggoreng ikan dan menjerang n goren g iw ak nadar taluh.
telor.
10. ' Dagangannya, 10. Dagangane,
habis tak bersisa, telas ndatan kari,
amat laris, larisne m ahosok,
siang malam, rahina dalu.
188

amat ramai, kelangkung ramene,


keuntungannya terus bertambah, batin nyane n ik el tur ngalilir,
pedagang nasi kaya, sugih dagang nasi,
semenjak I Tamtam di sana. suka I Tamtam d itu,

11. Suatu malam, 1L N uju dalu ,


bibinya berkata, b ib irn y a m am unyi,
kepada 1 Tamtam, ring I Tamtam reko,
’’
B esok pagi, jalan mani,
kau bersama ibu, cen in ga ja k m em e,
berbelanja/' m abelanja,
karena semuanya habis, reh telas maka sami,
tajg^da garam, tusing ada tasik,
cabe bawang jahe dan kencur.” tabia baw ang ja e cekuh.

66b. 66b.
12. Keesokan harinya, 12, B enjang sem eng ,
berjalan tergesa-gesa, gagisen mamargi,
I jalannya cepat-cepat, lam pah nyane en co l ,
I Tamtam, ia I Tamtam,
mengikuti bibinya, n utug bibinnyane,
dari belakang, saking pungkur,
langkahnya cepat, tindaknyane gip ih ,
tidak diceritakan di jalan, tan cerita d i m argi,
sudah sampai di pasar. m aring pasar sam pun rawuh .
13. Masuk ke sana ke mari, 13, P atilu plu p,
I Tamtam mengikutinya, I Tamtam nyarengin ,
k o ^ l mereka berkeliling, sam i m ider rek o ,
dan sudah selesai berbelanja, sam pun pu pu t m abelanja,
saat ini hari, ne m angkin Sang H yang Rawi,
konon sudah siang, reke sam pun lingsir,
segera hendak pulang, ge lis m akire mulih,
dan barang hasil belanja segera bebelanjane ge lis kapikul.
dipikul.

14. Ketiak berkeringat, 14, Peluh sipah,


bercucuran dalam perjalanan, sam i d i margi,
jalannya cepat-cepat, pam argine gan can g ,
189

memikul dan menjinjing bersama m ikul nyuw un ta sareng bibine.


bibinya,
dan setelah tiba, nulia rawuh,
di rumahnya, rin g um ahnya g e lis,
tiba-tiba kini ada orang berbelan­ saget ana m angkin w ang
ja ribut-ribut. m abelanja jan ten u y u t.

15. Cepat-cepat, 15. Pahimangin,


memasak bibi, ju a m an graten gbibi,
sudah payah, sem u kebukan loh,
dari tadi pagi, u lin g tu nif
ibu kutunggu, m em e ju n tos,
setiap orang datang, titiang bilan g teka,
semua mereka menunggu, pada ia m ajin jin ,
banyak orang yang menunggu kueh m afigantos nasi,
nasi,
segera pedagang itu memasak. i dagang m angrateng gisu.

16. Maka segera, 16. D u giaw inan,


meladeni menjual nasi, m angayahin nasi,
dan semua orang heran, nulia sam i ngon,
amat sangat, tan tandingan,
karena terlalu laris, ri antuk lahise,
tak henti-hentinya, tan pegatan,
terus-menerus selamanya, slam innyane sahi,
tiga bulan siang malam penuh suetigan g sasih siang dalu
sesak. g e g e r untung.
17. Setiap hari habis, 17. B ilang telas,
barang dagangannya sekarang ini, dagangane mangkin,
I Tamtam dipercayai, I Tam tam kagugon,
disuruh, katuduhang,
seorang diri oleh bibinya, m aring b ib in e ndewek,
ke pasar, ta kapasar,
tiap hari berbelanja, m abelanja sairsai,
membeli apa saja, num bas napi M r,
lama-kelamaan sudah terbiasa. kasuen rek o sam pun caluh.

18. Pagi-pagi sekali, 18. Sem en g pisan,


sekarang ia pergi ke pasar, ka pasar, ne mangkin,
untuk membeli sajen, num bas canang reko.
190

harum-haruman, sarwa ganda,


dan bunga, miwah ia sekar e,
lalu beijualan, raris m adol,
ke istana, m angranjing kapuri,
menjajakan dengan lemah lembut, m atatanjan aris,
masuk ke sana ke mari. m ailehan p a ti luplup.

19. Berbelanjalah kepada hamba, 19. Tum basin titiang ,


bunga yang harum, sekar ne merik-merik,
demikian pula harum-haruman m uang gagandan kawot,
yang semerbak,
serta pinang, miwah sedah,
yang amat kuning, kalintahg gadinge,
para pelayan istana, w ang je r o n e ,
semuanya menjawab, sam i pada nyaw urin,
datang berbelanja, rawuh m anum basin,
dan semua sajen habis terjual. canangnyane sam i durus.
20. I Tamtam, 20. Ia I Tamtam,
lalu berkata halus, d u gim a tu r aris,
sambil duduk, sarwa m an yu lon poh ,
’’
B elilah harum-haruman ini. waw angen tum bas ,
beserta bunga-bunga, maka m iwah sekare,
persembahkan kepada, aturang rin g,
raja putra, putran Rajapati,
kesenangan istrinya,” w aw enengan istri,
para pelayan itu lalu berkata. w ang je r o raris mawuwus.
21. ”Y ang ada di istana, 21. A na ring jero,
belum beristri, nora hana istri,
beliau masih muda, ida kantun anom ,
raja belum, Prabu durung,
mengambil istri, m angalap rabine,
laki-laki, lanang wantah,
tinggal hanya seorang diri, sanunggil sane kari,
tak ada yang lain,” nora anamalih,
sudah terang sekarang keadaan­ gatrane trang m angkin sampun.
nya.
22. Pedagang itu segera ke luar, 22. I dagang m obos,
tanpa mohon diri. tur tatan papam it.
191

di pasar termenung, m aring pasare b en gon g ,


lalu pulang, raris budak
hari sudah amat sore, sam pun lintang sore ,
kemudian membuat, sarw i ngawe,
daya upaya di jalan, naya m aring margi,
namun tak sanggup, ndata sida kapti,
kerjanya hanya melamun. gaw en e m upu kulangun .

23. Sambil berjalan, 23. Lam pahe sarw i,


ia menoleh-noleh, ida m anolih-nolih,
berhenti di jalan-jalan, sing jalan m anyontol,
pikirannya bingung, engsek m anah ,
terhadap tindakannya yang rin g iw ang kaptin e ,
salah,
kemudian dibawanya, raris kabuat,
segala barangnya pulang, gagaw ene m ulih ,
setibanya di rumah, sapraptene m angkin ,
hari sudah senja. Sang H yang Surya sam pun surup.

67b. 67b.

24. Bibinya kemudian mendatangi, 24. B ibinnyane raris manyagjagin,


’’
B ibi sangat heran, dahat b ib i engon,
karena kau datang amat sore, denin g lintang sanja nya tekane ,
kemudian I Tamtam, ia I Tam tam ,
menjawab dengan halus, alon manyawurin,
’’
Saya amat payah bibi, kuru titiang b ib i,
tak betah seorang diri.” padew ekan fu sing nau .
25. ’’B esok bibi, 25. M ani te meme,
akan ikut menyertaimu, pacan g manyarengin,
marilah pelan-pelan,”kemudian ngiring alon-alon ia I Tam tam ,
1 Tamtam,
menjawab dengan halus, alus pesu m unyine,
’’M arilah tidur, sam i sirep ,
karena hari sudah malam,” den in g lintang w en gi,
konon keesokan paginya, k ocap enjang-anjing,
I Tamtam kemudian bangun. ia I Tam tam nuli bangun .

26. ’
’Bangunlah bibi, 26. Bangun b ib it
marilah pergi sekarang, _ jalan luas n ejan i.
192

sudah lewat dengan jam 7,” langkung rin g dawuh ro,


lalu bibinya, bibin n yan e ,
bangun dan mengatur, bangun tur nabdabang ,
segala yang kurang teratur, sarwa iw ang ,
peqalanannya di jalan, lam pahe d i margi,
berjalan berdua, lunga sareng kalih t
dan kini sudahlah sampai. k ocap m angkin sam pun rawuh.

27. Banyak barang-barang yang di 27. A kueh bablanjan nyane,


beli,
oleh bibi, ia i b ib i ,
sirih pinang dan kapur, base lan buwah pa m or ,
demikian pula segala macam m w ang basa-basa,
bumbu,
bermacam-macam, sawarna-warnine,
kacang-kacangan, kacang kom ak ,
demikian kayu api, m iwah kayu a p it
"Marilah pulang nak, cen in g m ai m ulih f
dan bawa kayu api itu." en to saang ca i nikul.
28. Bibinya, 28. Ia IB ib i,
berjalan tanpa menoleh-noleh, majalan tan p a n olih ,
timbul pikiran sang Anom, m anahe sang anem ,
untuk membuat, raris ngaw e ,
kesulitan, ia kasalitanef
setelah terlihat, w us k aton ,
bibinya jauh berjalan, b ib in e doh mamargi,
kemudian baru diikutinya, wawu katututin,
dan kayu api ditinggalkannya saange katinggal ditu,
di sana.
29. Payah hibinya, 29. Kasuan b ib in e ,
menunggu di rumah, jum ah m anyantosin ,
baru terlihat I Tamtam, Tam tam wawu k aton ,
dan tidak membawa apa-apa, tur m atalang ,
hanya ia datang, tinghal ia tekane,
"Oh, Tamtam, uduh Tam tam ,
tak bertelinga kau, inab tan pakuping,
sekarang tanganmulah, lim ane tuah jani.
193

dipakai menanak nasi sampai an ggon nyakan apangpuw un.


terbakar.”
30. I Tamtam, 30. Ia I Tamtam,
mengeluarkan a ji wingit, m a tek ajiw in git,
segera masuk ke dapur, ge lis ngaranjing rin g pa w on ,
kemudian membakar, n du gi m orbor,
kedua tangannya, kakalih tangane,
api berkobar-kobar, gen in e m urub,
tak terkira-kira, tatan patandin g ,
api besar berkobar-kobar, ngrudug ikang geni,
dan bibinya berteriak minta bibinnyane katulung-tulung.
tolong.

68a. 68a.
I Tamtam, 31. Ia I Tamtam,
terbakar dimakan api, puw un kateda g e n i,
memasak di dapur, m anyakan rin g paw on.
suara kentongan, suaran gendongan.
bertalu-talu, kadahat buluse.
riuh rendah, m agusuran,
orang datang memberi pertolong­ w ang teka nulungin.
an
serta menyiram, rawuh manyiramin.
menolong dengan air. m atatulung antuk banyu.
Segera, 32. Gagelisan,
I Tamtam ke luar pintu, I Tam tam m edal k ori,
kemudian pergi meninggalkannya, m anglantas m akawon.
orang di desa Basur, w ang in g Basur,
amat ribut, lintang um ungnyane,
yang terbakar, satadahe,
tak ada yang melihat, tan barn m angguhin,
semua sudah pindah, m agusuran somi.
dan api sudah mati. apinnyane padem sampun.

Konon bibinya, 33. K oca p b ib in ,


sekarang ini. nyane sane m angkin.
menangis terisak-isak. m angeling dehes-dehes.
194

karena rumahnya, antuk umah,


habis terbakar, telas puw un reko,
tambahan pula, law ut m im buh.
Tamtam tak dijumpainya, Tam tam tan kapanggih,
barulah terpikir dalam hatinya, wawu ngrasa rin g hati,
menyesal dan bersedih hati. m apangenan sedih ngunngun.
34. Diceritakan, 34. K acarita ,
I Tamtam sekarang ini, I Tamtam ne m angkin ,
jalannya terus ke depan tidak ber­ tindake m angulon,
belok, tan m am engat
jalannya lurus, m enga yan tindake ,
tak diceritakan perjalanannya tan warnanen lam pahe rin g margU
dijalan, tan karuan inungsi,
tak tentu yang akan dituju, pam argine luir ning gam buh.
jalannya laksana jalan gambuh.
Pupuh Gambuh
Pupuh Gambuh
1. E y eg tuas ira sang Prabu ,
1. Raja ingin berbaring, angen-angen sira D iah A y u ,
terkenang beliau akan Diah Ayu, tan dua pu tu s ana rin g cita
tak putus-putusnya terbayang pinanggih,
dalam kenangannya, yata norana kapangguh ,
walaupun tak dijumpainya, sira p u tri N i D iah A nom .
beliau Ni Diah Anom.
68b
68b.
2. Warn akw eh kapangguh ,
Banyak hutan yang dijumpainya, satsat lam pahe sang m acang
laksana peijalanan untuk ber­ kulangun,
senang-senang, diastun nyusup m aring telen g
walaupun masuk hutan belantara, gahana g iri ,
ham belani pacan g lam pust
mungkin menyebabkan kematian, ja ti satia rin g sang A nom .
memang benar-benar setia
terhadap sang Anom.
3. Walaupun menaiki gunung, 3. Yadiapin m unggah gu n u n g ,
dan akan amat bergembira bila langkung bagia yan k e pangguh ,
dapat dilihatnya,
sebagai ganti hasil yang bagus, olih nukar ajnyana yarn n e lew ih ,
195

ditambah lagi dengan kebijak­ nem bah m awuwuh in g kawruh,


sanaan,
karena diri memang keturunan raga m ula tos ning katong.
seorang raja.
4. Keadaan itu dihentikan, 4. M ungguing m atam u p u pu t,
diam sang Bagus, rarem bayan ida sang bagus,
berganti nama seperti di desa ge n tos nama kadia rin g B am r
Basur dahulu, nguni,
bernama I Tamtam, I Tam tam sane kawuwus,
nama Raden Anom. paparabane R aden A n om
5. Pikirannya susah, 5. Sengka citan e rin g tanu,
berkeliling di desa-desa, m anglalana m aring dusun-dusun,
sampailah perjalanan Raden tan dum ade lam pahe rahaden
Mantri, mantri,
naik gunung menuruni lembah, m unggah gunung tedun parung,
namun jalannya halus pelan-pelan. pam argine dabdab alon.
6. Tiba-tiba melihat sebuah taman, 6. N ulia taman kacunduk,
adapun nama taman itu adalah ngaran in g taman Wisargd m urub,
Wisarga*Murub, druw en Ida Prabu rin g Banjar
kepunyaan raja di Banjar Sari, Sari,
seorang raja yang amat kaya, prabu kelintangin wibuh,
dihormati rakyatnya dan raja- kasiw i rin g bala k aton g .
raja lainnya.
7. Taman itu amat iridah, 7. Taman lintang rahayu,
di sana terdapat bermacam bunga- kancan pu span e sam i mahungguh,
bungaan,
ke sanalah raja kemudian masuk, irika raris sang N repati ngeranjing,
dan pula di sana amat sepi, malih lintang m nian ipun,
tak ada seorang pun yang menung­ nora hana w on g m anunggon.
gunya.
8. Raja amat keheranan, 8. K asub ida sang Prabu,
melihat temannya yang amat nodyanane alalangun,
mempesonakan, lintang atub jim ba re tatan
halamannya luas tak ada yang patanding,
melawan,
rumah dalam taman itu indah, umah in g tam an rahayu.
196

dan pohon nagasari berada tak naga pu spa nora adoh.


jauh.

69a. 69a.
9. Menyebabkan perasaannya ter­ 9. D adia citen g ngulangun ,
pesona,
bunga-bunga yang muda berkum­ an om pu span e asri m apulpul,
pul,
raja teringat akan istrinya dahulu, m anget m aringN arendra
G arbhini nguni,
saat kelesuannya dulu, rin g alpasarane dum un ,
saat bercumbu di tempat tidur. kala acum buana n en g patu ron .
10. Kemudian memetik sekuntum 10. R aris m em etik santun ,
bunga,
sambil menyebut Ni Diah Ayu, sarw i m anulane N i D iah A y u ,
memanggil-manggil sambil beliau m asasam batan tan m ari ida
menangis, nangis,
mengharap-harap sang Ayu, ngape-ape rin g sang A y u ,
di mana kau berada. dija i dew a m ahenggon.

11. Penunggu taman kemudian 11. Panunggun tam ane rawuht


datang,
berempat memeriksa taman itu, m am eriksa udyana sareng catur ,
terlihatlah seorang yang bagus kapangguh anak bagus sedek
sedang menangis, m am n gis ,
segera keempatnya bertanya, age atanya sang catur ,
ya saya ingin bertanya. inggih titiang m atur pitaken.

12. Raden Mantri tak menj awab, 12. Sang abagus tan pasaw ur ,
berbuat seperti orang gila, ngaw e sesolah hiir w ang buduh,
seluruh bunga-bungaan dirusak kancan pu spa karusak d e sang
oleh baginda, N atapu ek i,
sebagai tingkah seorang gila, sapari-polah luw ir buduh,
menimbulkan perasaan marah ngaw e seb et sang m angeton.
bagi orang yang melihatnya.
13. Kemudian perkataannya tak 13. N tu sabdene ngacuh.
menentu,
197

maka malu orang yang men­ dadianya elek sam i sang ngarungu,
dengarkannya,
karena marah mereka mende­ dukannyane m am irengan sareng
ngarkannya, sam i,
keempat orang itu segera menang­ sang catur sahasa ngejuk,
kapnya,
diikat lalu ditariknya. kabasta raris kahoros.
14. Ini terima karena kesalahanmu, 14. N en e nam pi salah nu,
karena terlalu jahat dan kau, m rekak cu lig lintang ib e rusuh >
mengganggu, merusakkan taman ngrusak tanem en ida sang ,
baginda raja,
sang Bagus sudah terikat kakinya, sang B agus sam pun kahim pus,
oleh keempat orang itu. sareng catur pun m apokoh.

15. Orang yang terikat itu lalu di- 15. Sang kapusan kapundut,
gotongnya,
dijalan perjalanannya cepat, enggal lam pahe rin g marga
sampun,
dan setelah sampai sekarang sapraptane ring m arga katur
dipersembahkannya, mangkin,
kepada baginda raja, m aring je n g ida sang Prabu,
dan hambanya duduk tepekur. perekan m atur nyalem poh.

69b. 69b.

16. ”Ya paduka Tuanku, 16. Singgih ratu sang Prabu,


hamba mendapatkan seorang gila, titiang p olih nara edan ratu,
yang merusakkan tanaman tuanku m angrusak tanem an in g taman
di taman, B u pati,
dan ia amat jahat, dahat langkung cu lig ipun,
dan orang ini amat kuat. jadm a iku lintang kaw ot .

17. Kesalahannya amat besar, 1 7. D osan ipun m angelangkung,


hamba menunggu sabda Tuanku, titiang nyantos wacanan sang
Prabu,
walaupun membunuhnya hamba adiapin m am adem ang titiang
bersedia,” mangiring,
kemudian dengan pelan baginda sang Prabu raris mandulu,
raja,
bersabda pelan dan halus. mangandika dabdab alon,.

18. ”Jangan kamu terlalu keras, 18. A yu a kita kadurus,


menyiksa orang gila, mahari-bawa rin g w ang buduh,
walaupun perbuatannya terlalu yadiapin m an glin tan gsolah
jahat, nyane b egig,
sepatutnya tak benar ia diikat, y ogiy an ia tan patu t m aim pus,
karena memang perbuatannya m ula solahnyane kawon.
jelek.
19. Bila orang yang gila ini mati, 19. Yan pejah i wang bu du h ,
kamu yang berbuat terhadap iku m aring wang edan b in gun g ,
orang gila yang bingung,
ia ini orang yang amat bagus, y a ek i jadm a lintang bagus p ek ik ,
disesuaikan dengan yang kamu pinahan luir ujarm u ,
katakan,
orang itu orang yang salah ber­ iku jadm a salah baw os.
kata-kata.
20. Akan amat terhina, 20. Tininda da di agung ,
menyebabkan buah pembicaraan tan d a d i ujar-ujar tan pa tu t ,
yang tak baik,
segera kau lepaskan talinya,” age kita lepasen ikanang tali,
para hamba itu sudah menuruti­ parekan m angiring sampun,
nya,
kemudian raja bertanya. nulia Prabu m apitakon.

21. ”Ya kau orang bagus, 21 . Eh ta kita w ang B agus ,


dari mana kedatanganmu ini, saking n di sangkanta sira rawuh,
kemudian Raden Mantri berkata sanga B agus rtulya m awencana
halus,” arist
’’
Ham ba seorang amat sengsara, titian g nista kaolas hijun,
diri hamba amat menderita. lintang m acung aw ak titiang.

Pupuh Pucung Pupuh Pucung

70a 70a

1. Ya Tuangku, 1. Singgih Prabu,


nama hamba I Tamtam, I Tam tam titiang kawuwus,
tak tahu asal mula hamba, nara weruh rin g sangkan ,
199

tak kenal ibu bapak, m em e bapa nenten uning,


amat menderita, lintang lacur,
dan tidak pernah bertempat ting­ tan jenek-jenek magenah.
gal yang tetap.
2. Hamba hidup, 2. T itian gidu p,
meminta di jalan-jalan, rin g jalan-jalan m anglungsur,
terasa perut kenyang di perjalan­ w areg rin g sambangan,
an,
bila sial tak dapat meminta, lacure tan p olih ngidih,
akan kelaparan, durus sedu k,
tak makan makanan. m akenta nora mangsa.

3. Baginda raja, 3. Sira Prabu,


bersabda halus manis, m angandika m anis narum,
diamlah di sini, din ike mangenah,
karena sudah hampir malam, den in g suba nam pih wengi,
”Ya Tuanku,” singgih ratu,
berkata I Tamtam. atu m yan e ia I Tam tam .

4. Baginda raja lalu masuk ke istana, 4. Sira Prabu,


I Tamtam di luar dan diberikan­ m angranjing rin g p u ri agung,
nya makanan, I Tam tam rin g jaba,
dan sudah malam, kaicen ajengan m angkin,
tidur bersama para hambanya. sam pun dalu,
m anindra sareng parekan.

5. Tidak disebut lagi, 5. N dahkaw uw us,


hari sudah amat malam, w engine sam pun kalangkung,
tersebutlah keesokan paginya, en jin g kawuwusan,
kurang lebih pukul 8 pagi, bilih w enten dawuh kalih,
sudah penuh, atap sampun,
rakyat dan para patih di halaman bala m antri rin g paseban.
luar.

6. Semuanya menunggu, 6. Sam i rtunggu,


para pendeta dan para empu, baw udanda m iwah Mpu,
segera baginda raja ke luar, g e lis m ijil sang Nata,
persidangan kelihatan indah, panangkilan katon asri,
hebat dan berwibawa, abra murub,
kemudian baginda raja duduk. sang N ata nuli malingga.
200

7. Kemudian bersabda, 7. R arisnuw us,


bertanya tentang baik buruk atanya rin g ala ayu ,
keadaan,
yang hadir menyatakan, prayogia ngaturang,
keselamatan kerajaan semuanya, karahyuan w en gkon e sami,
dan sudah selesai pembicaraan sam pun pu pu t rarem bayan ring
di balai pertemuan. paseban.

8. Bagindaraja, 8. Ida sang Prabu,


berkata dengan halus memanggil ngandika asem u gu yu ndawuhin
I Tamtam, I Tam tam ,
tak diceritakan jalannya amat tan ucapan lam pahe gelis,
cepat,
segera datang, kaget raw uh,
I Tamtam berkata sambil me­ I Tamtam m atur m enyem bah.
nyembah.

70b. 70b.

9. ”Ya tuanku, 9. S in ggih ra tu ,


hamba adalah orang dari desa,” titian g w on g kaw ula du su n ,
baginda raja bersabda, san gN ata ngandika,
”Di sinilah kau sekarang,” d in i ja n i ca i ngiring,
”Ya Tuanku, duh pukulun,
baginda raja yang kujunjung. D ew a N ata panem bahan.
10. Amat sukar Tuanku, 10. M ew eh ratu ,
bila hamba turut berjalan, y en ngiring titian g lum aku,
karena sudah tiba, k adon g sam pun napak,
jalan hamba sejak dahulu, lam pah titiang sakeng nguni,
dan amat sukar, sengkaratu,
bila hamba mengubah langkah.” titian g jaga ngobah lam pah .
11. ’’
Bersam a aku, 11. A jak aku,
di sini kau selamanya, d in i iba ju a satuwuk.
’’
Tam tam berkata Tam tam m atur sem bah,
sambil menyembah, y a rn satuw uk titiang ajrih,
’’
B ila selamanya hamba takut, rin g sang Prabu,
bersama tuanku, m angda sam pun titian g langgya.
agar jangan hamba kualat.”
201

12. Semua orang tertawa; 12. S a m igu y u ,


seluruh mereka yang mendengar­ w ang paseban pada ngrungu,
kan di balai pertemuan, sang Prabu ngandika,
raja berkata, w ang gu n u n g m anam pi m unyi,
’’O rang desa menerima perkataan, fu sin g tahu,
tidak tahu, iba rin g tata negara.
dengan tata pemerintahan.”
13. Sangat ribut, 13. Sarw ihu m u ng,
karena senda guraunya, kaguyonan atu r ipun ,
raja berkata, sang N ata ngandika,
’’
M engham balah kau di sini,” m amarekan iba dini,
Tamtam berkata, Tam tam matur,
”Tak mau selalu menghamba.” tan d u g i m arek satata.

14. ’’
B erbelat belit, 14. Sangkur m ikuh,
heran aku akan akalmu, dayan iba kagok aku,
pandai kamu berkata-kata, ririh iba m apeta,
kau berkata dengan lugu, b e lo g p o jo l ia m am unyi,
dengan halus, dadialu s,
kau menolak perkataanku.” bariban iba nulak peta.

15. Pendeknya, 15. Tegesipun,


menghamba dengan beliau, m am arekan ngiring Prabu,
bila tuanku pergi, kala ida hmga,
memeriksa seluruh kerajaan, Im anatasin desa desi,
turut menghitungnya, bareng ngitung,
jumlah penduduk di kerajaan ini. sakweh jiw a n in g wawengkan.

16. Berkata menyela, 16. N anggal matur,


I Tamtam kepada baginda raja, I Tamtam rin g Sang Prabu,
”H al itu amat sulit, nika lintang sengka,
karena kekurangan hamba men­ katunan titiang dum adi,
jelma,
untuk menghitung bulu, n gitun g bulu,
pada diri saja tak akan sanggup. rin gd ew ek tatan sumandang.

17. Apalagi menghitung, 17. K aling ngitung,


yang jauh amat sukar, sane adoh langkung keyuh,
ingin pergi memastikan, jaga rawuh natas,
melihat orang semuanya, m am edasin nara sami,
202

tentu saja tuanku, jan ten ratu ,


akan salah oleh hamba melihat­ iw ang ban titiang maliat.
nya.
71a. 71a.

18. Amat sukar, 18. L intang keyuh,


untuk menghilangkan hal itu, pacan g ngilangang pun ikut
’’
raja berkata, sang Prabu ngandika ,
”Aku tak akan menyerahkan fu sin g iba serahin kaif
padamu,
untuk menghitungnya, pacan g ngitung,
hanya turut mengaturnya.” kew ala bareng nabdabang.

19. Tamtam berkata, 19. Tam tam matur,


dengan gembira sambil tersenyum, tabuh agsada kenyung,
’’ham ba telah menolaknya, titian g telas m am indah ,
untuk mengatur seisi dunia ini, nabdabang dagingin g gu m it
tinggi rendah, lebah gelintung,
mungkin sukar untuk memikul­ dew a inab tau sumandang.
nya.
20. Karena itu, 20. Kranan ipun,
sampai sekarang ada lembah dan kantun m angkin ju ran g pan g -
ngarai, kungt
apalagi diri hamba, kaling dew ek titian g ,
mengatasi pekerjaan Tuhan, ngelancangin pakardin Widi,
laksananya, pindan ipun t
setiap hari itu bukan selama­ sabran d im ndatan sam .
nya.”
21. Berkata dengan tertawa, 21. S a w u rgu y u ,
setelah raja mendengarnya, sang prabu wau ngarungu ,
”Ya kau Tamtam, em h iba Tam tam ,
agar pekerjaan setiap hari, gaw en iba apang sait
menjadi tukang sapu, ju ru sapu ,
dari istana sampai ke luar.” saking p u ri terus kajaba.
22. ”Ya Tuanku, 22. Singgih Prabu ,
hamba bersedia memenuhi kehen­ nyadia titiang ngiring ratu ,
dak Tuanku,”
orang-orang sudah bubar, w ang paseban bubar ,
dan hari sudah siang, sam pun lin gsir Sang H yang Resi,
raja masuk ke istana. A nak Agung,
m anguranjing kakadatuan.

23. Tidak diceritakan, 23. N dankaw uw us,


I Tamtam menyapu setiap hari, I Tam tam satata nyapu,
tiga kali setiap hari, rahina p in g tiga,
malam harinya hanya dua kali, w enginya wantah p in g kalih,
siang malam, siang datu,
I Tamtam tak pernah tidur. I Tam tam tan ana nidra.
24. Semuanya bersih, 24. Sam i alun,
amat bersih sudah disapu, ga d in g nyalang telas kasapu,
hingga ke tempat peraduannya, rawuh rin g pam erem an,
semua sudah dibersihkan, karisakin maka sami,
dan semua sudah jelas, tatas sampun,
segala sesuatu di istana. saingkah-ingkuh rin g purian.

25. Selamanya itu, 25. Sasuenipun,


tak ada orang yang melihat, tan ana anak mam angguh,
I Tamtam tidur, I Tam tam manidra,
pekerjaannya hanya menyapu, gagaw en e nyam pat sai,
makan, nu n assan gu ,
juga sambil menyapu. taler sam bilang nyampat.

26. Entah berapa lamanya, 26. Tankahitung,


lama I Tamtam di sana, lam inya I Tam tam ditu,
kebetulan hari bulan terang, nuju suklan kapit,
para resi menyucikan diri, w atek resin e m abresih,
hampir malam hari, nam pidalu,
berkumpul di istana. ararem an rin g jra raja.

71b. 71b.

27. Baginda raja, 27. Sang Prabu,


duduk paling dahulu, p in g rihin ida m alungguh,
kemudian pendeta datang, panditan e prapta,
lima puluh tujuh orang jumlah­ seket pitu kw eknya sami.
nya,
dalang Senggu, D alang Senggu,
kira-kira ada tiga puluh orang. rupa w etan tigang dasa.
204

28. Dukun, 28. Balian ipun,


yang datang hanya delapan belas rawuh wantah plukutus,
I orang,
semuanya duduk dengan teratur, atata lungguh atap,
setelah semuanya makan minum, w us ngrayunin m inum sami,
kemudian membac atar di sana, m aw os d itu ,
memakai lontar ya. »#ama. sadaging lon tar utama.

29. Tengah malam, 29. Tengah dalu,


setelah saat sepi mati, w us masa n in g sep i m ungsung,
mengeluarkan ajaran-ajaran, paw isik rencana,
memulai ajaran yang menakutkan, ngarem bayang a ji wingit,
I Tamtam masuk, Tam tam masuk,
pura-pura ia menyapu. nyapu-nyapu ia m any ampat.

30. Melihat dan berkata, 30. N engokm u w u s,


sang Pendeta Gede Langkung, Ida Pranda G de Langkung,
”Ah kau Tamtam, ah a h iba Tamtam,
mengganggu kau datang ke mari, ngim urdm ur teka mai,
tidak benar, tuara patu t ,.
belum waktunya menyapu. durung m asa n in g m any ampat.

31. Keluarlah ke sana, 31. K em apesu ,


tak benar kau mendengarkannya, ton g sandang iba ngarungu,
dirimu kotor namanya, aw ak leteh adana,
yang betul-betul bernama golong­ ne ja ti m adan pagerw si,
an masyarakat,
semua yang suci, w atek putus,
mempelajari isi sastra.” ngarem bayang daging sastra .
32. Kemudian berkata, 32. R arism atur,
I Tamtam di sana duduk, I Tamtam n yalem poh ditu,
”Ya tuan Pendeta, singgih ratu Pranda,
sudilah tuan menceritakan yang ledan g ratu m angaturin sane
benar, tuhu,
buktikan kehinaan hamba ini. m alam titiange cihnayang.
33. Rupanya, 33. Pupan ipun,
cacat pada badan hamba, m ala ri angga n in g hulun,
walaupun berbadan suci, yata maraga sukla.
205

wajah yang suci itu yang bagai­ rupan su ci sapunapi.


mana,
sudilah tuan, ledan g ratu,
menceritakan wajah suci itu. natuayang rupa n in g sukla .
34. Nasib hamba malang, 34. T itiang lacur,
ditimpa kotor yang amat sangat, kaharanan let eh agungf
apa yang kurang pada hamba, tunayan ring Ida R esi,
yang kurang dengan sang Resi, ku pin g cunguh,
telinga atau hidung mata dan m ata bungut titian g ngelah.
mulut hamba mempunyainya.
35. Kembali berkata, 35. M alihm uw us,
sang Pendeta dengan kaget, Ida Pranda tur gigisun,
walaupun berbadan suci, badah ca i Tamtam,
”Wah kau Tamtam, sangat ptan e nyujugin,
keras kata-katamu, yan san B iksu,
terlalu kamu mencoba, tuara nutur babajangan.
bila seorang pendeta,
tidak menceritakan tentang hal
muda-mudi.”

Pupuh Sinom. Pupuh Sinom

1. Pakailah contoh-contoh bila 1. Tiru-tiruang ju a m asolah aw ake


ingin bertindak, galih-galihin,
periksalah pada diri sendiri, gob a n e balu pedasang,
lihat dahulu rupamu, maka an ggon m anyuluhin,
dipakai sebagai gambaran, ditu suba sinah jati,
kala itu akan jelas, go b a kasar yadin bagus,
rupa buruk ataukah bagus, m akane tu i terang ngedengang,
cermin yang akan memperlihat­ solah e buin suluhin,
kannya, ala ayu,
lihatlah kembali segala tingkah tuture an ggon nyinahang .
laku,
baik buruknya,
ajaran yang dipergunakan untuk
menjelaskannya.
206

2. I Tamtam berkata sambil me­ 2. Ia I Tam tam m atur nyem bah,


nyembah,
’’D engarkan tuan-tuan sekalian, singgih piarsa ratu sam i,
saya orang hina memohon, titian g tam bet mapinunas,
bersedia saya ingin mengetahui, nyadia titiang m angda uning ,
tentang tingkah untuk bertapa, rin g tingkah nangun sem adi,
ingin menyucikan diri, m isadia maraga p u tu s ,
hal itu yang saya tanyakan, p u tu s ,
karena tuanku sudah tahu, punika tunasang titiang ,
dan sudah suci, w ireh ratu sam pun uning ,
sanggup membersihkan ajaran. lintang pu tu s ,
nyidayang m esahin sastra.
3. Maafkan perkataan hamba, 3. Sinam pura atu r titiang,
memang benar belum mengetahui­ ja ti titiang deren g un in g ,
nya,
saya tetap menanyakannya, titian g ju ju t m anunasang,
agar tidak keliru lagi, m angda titiang suud palin g ,
berilah saya sekarang ini, katurin titiang ne m angkin ,
tetapi saya berkata tanpa isi, nanging titiang m atur pu yu n g ,
tanpa ada daksina , nora anam adaksina ,
yang dipersembahkan kepada sang sane katur ring Sang R e si ,
Resi,
sangat banyak, akueh ratu ,
yang ingin saya mohonkan. nyandang sane tunas titiang .

72b. 72b.

4. Sudilah tuan menceritakan, 4. L edan g ratu m am aw osang ,


yang mana bernama benar dan ewcen patu t en cen pelih,
yang mana salah,
saya orang hina belum jelas, titian g tam bet durun g tatas,
tahu menentukan di depan dan m angelingin malu kori,
di belakang, kew ala kecap in g a ji,
hanya kata dalam ajaran, pangguh titiang nyantung -
saya melihat bulat-bulat, nyantung ,
saya berani menertawainya, titiang pangkah m angedekang,
tetapi belum tahu memastikan. durung un in g m angingetin ,
v*
207

akhirnya tersandung, tur kadelum uk,


sebagai tempat sirih dibalikkan. luir pacrakene lingebang.
5. Saya berani diolok-olok, 5. T itiang purun kaguyonin,
dalam pertemuan ini, m aring pararem an sam i,
saya terlalu berani berkata, titian g m atur ngawag-awag,
ke barat ke timur, tani kawuh tani kangin,
tetapi saya sangat ingin mengikuti­ titian g kedeh jaga ngiring,
nya,
agar segala kotoran hilang, leteh e m angda tan kantun,
mengikuti orang yang bijaksana, m atuw utin anak wikan,
dikatakan lahir tidak berguna, kaucap m ala dum adi,
kurang ajaran, tuna hatur,
jangan tuan terlalu marah.” sam punang banget m amenduang.

6. Sang Pendeta berkata agak marah, 6 . Banggras m ofar Ida Pranda,


’’
D engarkan sekarang Tamtam, Tam tam padingehang jani,
memang benar sebagai yang kau saja buka m unyin iba ,
katakan,
mempunyai mata hidung dan ngelah m ata cunguh ku pin g ,
telinga,
walaupun dapat berkata, yadiapin bisa m am unyi,
namun pikiranmu tidak benar, keneh iba tuara patu t ,
tak dapat mengartikannya, tuara tau m angincepang ,
seisi mantra w eda dan sruti, dagin g m antra w eda sru ti,
jangan teranjur, aja cawuh,
itu sangat rahasia Tamtam. lintang p in git iba Tamtam,
7. Terlalu permintaanmu, 7. B as liw at pinunas iba 9
ingin menyamai diriku, nagih m anuw utin kai,
ajaran apa yang sudah diketahui, tutur apa suba tawang,
tiba-tiba terlalu gampang kau ja n ga lu h iba m am unyi,
berkata,
apalagi ingin berbuat semadi, kalingke ngalih sem adi,
untuk mengetahui ajaran yang naw ang tutur nyantung-nyantung,
bulat.
karena hal itu amat sukar, den in g m ula lintang sengka,
meminta yang tak mungkin di­ ane tidon g-tidon g tagih,
minta,
terhadap satu huruf pun. rin g talen g lu n g ,
208

barangkali kau belum tahu. irib iba tuara nawang.

73a. 73a.

8. Pengetahuanmu hanya dapat ber­ 8. B isane bantas m etayang,


kata,
kau mencari dalam ajaran kamu ditu tu re iba ngalih,
amat bohong,
untuk menguji diriku, b o g b o g ibane kaliwat,
di sini aku sudah dipakai, an ggon m anyugjugin kai,
mencari isi ajaran, kahi suba kanggo d in i,
menjelaskan K anda Pat, m angincepang dagin g tutur,
tak akan sanggup melawannya, m am utusang kanda em pat,
segala ajaran, tuara kangguh m anim palin,
berada pada diriku ini.” kancan tutur,
m akejang d in i rnaraga.

9. Kembali I Tamtam bertanya, 9. I Tam tam m alih nunasang.


”Dew a Bhuta yang benar, D ew a B huta ne sujati,
katanya tempatnya satu, k oca p tunggal pagenahnya,
apa yang membatasinya, y en napi ratu selatin ,
yang menyebabkan Tuhan itu aw inan dew ane sukil,
sukar,
tak pernah saya melihatnya, durung titiang nahen mangguh,
”sang Pendeta berkata, Ida Pranda m angandika,
”Aku sekarang memberitahukan­ B apa ja n i m a m tu rin ,
nya,
agar tahu, apang tahu,
dengarkanlah baik-baik. padingehang apang tatas.

10. Pikiran benci menjadi racun, 70. D u leg h ati m awak wisia,
hidup itu adalah pikiran yang suci, m ratane m anahe ening ,
tenaga berwujud pada bhuta bayu pangaw ak in g bhuta ,
Tuhan kosong ada dalam pikiran, dew an e suw ung in g budi,
tempat bhuta itu dalam darah, palingga ning buta getih ,
demikian halnya agar kau menge­ k eto ca i apang tahu,
tahuinya,
dan untuk menanyakan, lam un buat m anakonang,
sari darah yang sebenarnya. sarin getih e sujati.
209

di sana berkumpul, ditu kum pul,


sebagai tempat Dewa yang palinggan dew a utama.
utama.”
11. Kembali I Tamtam bertanya, 11. I Tam tam m alih nunasang,
’’
K arena tuan amat mengetahui­ d en in gratu lintang uning,
nya,
tentang masuk ke luar semua itu, nyurupang dew a rin g raga,
tempat bhuta, inab ratu nahen m anggih,
mengapa tuan tidak memanggil­ rin g pasu k w etunnya sam it
nya,
tolong panggillah sebentar, genah dew a buta iku,
kepastiannya, nguda tatan ratu ngojah,
dan jangan membohonginya. indayang wangsitin,
k ed ik y
ja tin ipun,
sam punang ratu ngubdayang .

73b. 73B.

12. Rupa Dewa dan rupa Bhuta, 12. R upan dew a kalih buta,
di mana tuan melihatnya, rin g dija ratu m am anggih,
pernahkah tuan menegur Dewa, nahen ratu nyapa dewa,
maupun memerintahkan Bhuta- m iw ah nguduh buta-buti,
Bhuti,
mungkin tuan sudah tahu pasti, inab sam pun tatas jati,
bahwa Dewa di dalam budi itu dew a rin g bu din e suwung,
kosong,
dan darah tempat bhuta, getih palingga n in g buta ,
heran hamba mendengarnya, kasub titiange mamiragi,
dan akhirnya saya bingung men­ d a d i inguh titiang ratu m am i-
dengarkannya. ragiang.

13. Tuan dapat menceritakannya, 13. lin in g ratu manatuayang,


tuan mencari dalam ajaran-ajaran, ring tuture ratu ngalih,
yang tuan pergunakan mem­ anggen m am ogbogin titiang,
bohongi saya,
saya tak sudi mempercayainya. m asa nyak titian g nguguanin,
210

amat terlalu tuan membohongi­ lim pad ratu m am ogbogin ,


nya,
karena saya orang gunung, bane titiang jad m a gunung,
berkata tanpa batas, m angandika tan pajangka,
mengatakan diri pandai, ngaku-aku raga uning,
senang akan ajaran, sen en g nutur,
mengepulkan isi tempat sirih.” ngalepugang dagin g pabuan.

14. Sang Pendeta bingung, 14. Ida Pranda kahem engan,


I Tamtam kembali berkata, I Tam tam m alih mamunyi,
”Di rumah saya ada lontar, jum ah titiang w enten lontar,
semuanya itu hebat-hebat, nika sam i lewih-lewih,
sangat baik semuanya, saslisah punika sam i,
pangiw a usada tenung, pangiw a usada tenung,
beserta ajaran keputusan, lawan tutur kaputusan,
seluruh macam tembang, sakancan dandane sam i,
darm a pu tu s, darm a p u tu s,
dan ajaran tentang m oksa. m iwah tutur in g kamoksan.

15. Bila saya hitung semuanya, 15. Y ening sam i w ilang titiang,
mungkin ada lima ratus ribu buah, pilih w enten lim ang keti,
ambillah semuanya itu, punika am bil telasang,
bila tuan senang berkata sendiri, lam un ratu seneng ngum ik,
demikian pula sastra tentang sastra w arigane malih,
wariga,
nyanyian Tuhan dan mantra amat dew a sruti m antra wibuh,
banyak,
kidung kekawin tak kurang, kidun g kakawin tan kirang,
demikian pula aji w egig, lan a ji wegigm alih,
ambillah itu tuan, am b il ratu,
saya bersedia mempersembah­ nyadia titiang mangaturang.
kannya.”

74a. 74a.

16. Sengguhu Made lalu menjawab, 16. Sengguh e M ade raris nimbal,
”M em ang benar sebagai katamu, saja buka m unyin cai,
wajah dan Bhuta, rupan dew a lawan buta,
hal itu tak pernah dilihat, ditu masih tuara panggih,
O Tamtam sekarang, ih Tam tam tuah n e jani.
211

bapak sekarang berkata, tapa te ja n i manutur,


bukalah telingamu lebar-lebar, ku pin g cain e bekbekang,
pelajari ajaran-ajaran sastra, petem u n sastrane gulik,
dari sanalah, u li ditu,
sebagai dasar ingin mengetahui­ dasar e m akita m w ang.
nya.

17. Pindahkan dasaksara itu, 17. Dasaksara ne kisidang,


karena itu yang paling utama, duan in g en to pinih lewih,
lepaskan satu per satu, ukud-ukud ia tinggalang,
supaya semuanya berbentuk titik, apan g ia ngawirtdu sami,
bila semua itu terkumpul, disu ban e ia m apilpil,
masukkan ke dalam nol itu, m angranjing jeron in g windu,
demikianlah agar kamu mengetahuinya, k en to ca i apan g m w ang,
bila ingin pandai, dari sana, lam unnya m akita ririh,
sastra agar lenyap. u li ditu,
sastrane apanga Uang.

18. Hilangnya dari lontar, 18. Diw iU m ge m ating lontar,


sudah berada dalam badan, suba diragane nadi,
dari sana ia dibuka, u li ditu ia hawugang,
di sana akan timbul dasa bayu, dasa dayune magalih,
dasa bayu itu terpusat, rin g padm a w redaya mungguh,
bertempat di pusat hati, d a d i dasar kahwruhan,
yang menjadi dasar pengetahuan,
menjaga jiwa ke sana ke mari, ngem pu jiw a kem a m ai,
supaya mudah, apang aluh,
membakar kotoran di badan. n gesen g maka n in g sarira.

19. Membakar penyakit babai di 19. N gesen g babai rin g awak,


badan,
demikian pula yang ada di rumah, m iwah rin g pak u bon malih,
dipergunakan alat tembaga seram tem baga marajah.
bergambar,
dimulai dengan dua AH kara, A h kara dadua pangaw it,
serta UM kara bersatu, m uang UM kara sartunggil,
demikian Tamtam agar kau tahu. k eto Tam tam apan g tahu.
212

adapun seorang itu tahu, awanan anake nawang,


jangan kau menghina, ada iba m anyigugin,
nol tiga buah, w indu t e h ,
beijejer di atas OM kara itu. m ajajar duw ur OM kara.

74b. 74b.

20. Dan A rda Candra sebagai kepala 20. M alih bisa Arda-Candra,
N ada yang satu,
demikian keadaan sebenarnya ten ggek ada ne ab esik ,
Tamtam,
dikelilingi oleh Arda Candra, k eto sujatinnya Tam tam ,
demikianlah lengkap semuanya, k eto jan gk ep maka sami,
semua sudah lengkap di sana, suba tegep pada d itu ,
memakai sarana asap menyan, masrana bahan asep m enyan,
itulah pelajaran, an e k eto pelajahin,
perlu dibawa, nyandang kadutf
untuk penjaga diri.” anggen pasikepan awak.

21. I Tamtam berkata pelan,” 21. I Tam tam m asaw urdabdab,


Benar Jro Senggu sekarang ini, pa tu t Jero Senggu ne m angkin,
bercerita kepada saya, m apidarta ne rin g titiang,
hal itu kembali dibicarakan, punika m alih baw osin ,
konon yang tahu akan hidup, sane k ocap un in g u rip,
adalah pancawisaya itu, panca w isaya pu n ik a,
dan yang bernama catur loka, sane madan catur loka,
demikian pula manik astagina, m anik asta gin a m alih,
yang mana itu, en cen iku,
yang bernama manik sakecap. ne ngaran m anik sakecap .

22. K onon tak boleh dilupakan, 22. K ocap tan d a d os engsapang ,


karena memang pemberian Tuhan, m ula pican Sang H yang Widi,
menjaga keadaan badan, takap in graga w isaya ,
hal ceritakan kembali, punika tatuayang m alih ,
agar saya turut pandai, m angda titiang sareng ririh ,
tetapi agar benar, an gin g ke apanga patu t,
untuk saya dengarkan, antuk titiang m aningkahang,
sekarang supaya ajaran itu di­ m angda terang tuture mangkin,
jelaskan oleh Jro Senggu, rin g Jero Senggu,
agar jelas saya mengetahuinya. m angda tatas titiang nawang.
213

23. Ada perumpamaan dalam lontar, 23. Wenten sasim bin grin g lontar,
konon bersama-sama lahir, rek e sareng ajak m ijil,
itu adalah saudara empat,” punika nyam ane patpat.
Jro Senggu menjawab,” Jero Senggu m anyaw urin ,
Tidak benar demikian kakak, tri saja k eto b eli,
mereka selalu menjaga diri kita, ngem pu ragane satuw uk ,
adapun ajaran Kanda Empat, m ungw ing tutur K anda E m pat ,
tak pernah dapat dipastikan, ton g taken bisa m edasin,
hingga mati, kayang lam pus ,
juga hal itu yang menuntunnya.” m asih en to manandanang.

75a. 75a.

24. ”Yang mana sebenarnya itu, 24 . E n cen ja tin n y atoton an ,


sudahkah tuan pernah melihat­ suba taken jro n e manggih,
nya,
demikian pula mengaku bersau­ m alihnya ngangkenin nyam a ,
dara,”
demikian kata I Tamtam, k eto I Tam tam nyawurin,
kata-katanya lancar tak takut tabuh geta r tuara p ih id ,
sedikit pun,”
Mengapa tak pernah terlihat, nguda tuara taen tepu k ,
apakah tak keliru, d o n g k e salah pangartian,
tuan terlalu cepat mempercayai­ enggalang je r o n gu gon in ,
nya,
dapat menceritakan, bisa nutur,
mengatakan ada empat Bhuta. ngaden ada buta pa tp a t .
25. Ah semua itu tak benar, 25. A h nora hana saja ,
ia tak dapat menjaga hidup ini, ton g bisa ia ngem pu u rip,
hanya tersebut dalam lontar, kew ala k ecap in g lon tar ,
tuan sudah sangat mempercayai­ ragane teleb n gu gon in ,
nya,
hal itu yang dipakai mengajarnya, punika anggen n uturin ,
agar saya mempercayainya, apang titian g enyak m angugu,
jangan tuan lanjutkan bercerita, sam pun kadurus ngucapang,
yang bukan-bukan dikatakan, sane boyan anggen ngending,
tuan bingung, raga bin gu n g ,
hanya sekedar mempercayainya. m angugu id epd depan .
214

26. Jangan tuan meyakininya saja, 26. E da kari m angandelang,


ingatkan yang sebenarnya, alih sam retinya jati,
dan buktikan benar-benar, n e buktiang apan g pasaja,
jangan ragu mengajarnya, aja ngam ang m ituturin,
pikiran saya’ bingung, papin eh titangeppaling,
sering terlihat, anak m ula sai tepuk,
saudara-saudara kita berada nyam ane m asuk rin g raga,
dalam diri,
maka sering kali bingung, kem a sai-sai tuara bingung,
sering kali disuruh menjaga sai tunden ngreksa jiw a .
hidup ini.”
27. Jro Senggu pikirannya bingung, 27. Jero Senggu ibu k manah,
terhenyak tak dapat berkata-kata, on gsek ton g bisa mamunyi,
tak tahu bagaimana menjawabnya, to n g bakat baan ngusudang,
Dalang Kukuh menjawab, D alang K ukuh manyaurin,
’’Jangan terlalu mengatasinya, eda sanget m aduwurin,
kau Tamtam kau terlalu, ca i Tam tam nda kadurus,
di sini memang tempat sastra, m ula d in i um ah sastra,
baiklah paman yang akan men­ beh te maman m anim palin,
jawabnya,
tidak sukar, tu sin g ibuk,
sudah sejak kecil mempelajari ulin gcen ik kutun sastra.
sastra.

75b.

28. Semua itu sudah aku tahu, 28. A n e k eto suba tawang,
seluruh isi sm erti itu, dagin g sam retine sami,
paman tidak menyombongkan m aman sin g nyubungang awak,
diri,
kini paman akan memberitahu­ ja n i maman m angorahin,
kannya,
cara orang bertapa, tingkahe nam gun sumadi,
tersebut dalam sastra, ada d i sastrane mungguh,
agar dilandasi oleh kesucian, m angda dasarin ban kedas,
suci dan pikiran yang jujur, a n ea lu s rurus ati,
dari kejujuran, saking rum s,
menjalankan gagasan. m angencengang paitungan.
215

29. Penglihatan agar jelas, 29. F an gaw aseapn g terang,


bila sudah menjelang ketenangan, y an suba m anrawang ening,
ketenangan yang benar-benar, en inge su jati mulia,
itu sering dicipta dan dituju, en to sai a cep patitis,
demikianlah kau lakukan ber­ k en to ca i bulak balik,
ulang-ulang,
dengan cara pelan dan halus, saking dabdab saking alus,
jangan diliputi nafsu, sam punang ke kesamaran,
bila masih tercium bau, y an sam a bau kaaksi,
tundalah mempercayainya, ada nden ngugu,
karena masih ditutup setan. kari katekep ban setan.

30. Kebenaran itu tidak dua, 30. Su jatine nora dadua,


bila sanggup memusatkan, yan sida bahan m anitia
baik buruk akan menjadi jelas, ala ayu nora samar,
segala yang ada di dunia ini, sarwa harm ne d i gum i,
tetapi serasikan menandainya, nanging pantesang ngingetin,
karena dari keserasian akan saking pantes m anggih patut,
mendapatkan kebenaran,
kebenaran inilah yang menuntun, saking p a tu t manandanang,
untuk mencapai keheningan m anyufuh m anahe ening,
pikiran,
hening itu,
menyebabkan dapat melihat masa an ing iku,
yang akan datang. m angaw etw ang b etel tinghal.
31. Pandangan yang benar-benar 31. Tingale sujatine terang,
jelas,
dari sanalah melihat dengan baik, u li ditu aw as lingling,
sampai terlihat dengan jelas, apang nganti nem u galang,
asal dikatakan akan benar, asin g dalih y a p itu w i,
mengatakan timur memang benar dalih kangin ja ti kangin,
timur,
katakan barat benar barat, dalih kauh ja ti kauh,
walaupun dicerca dan dicela, yadin dalih cacad-cacad,
bila ingin diambil, yen in gju ju h ,
dekat tetapi tak dapat diraih.” paek tuara bakat jem ak.
216

76a. 76a.

32. Kemudian I Tamtam menjawab, 32. I Tamtam ra m m anim bal,


sambil tersenyum manis, saha kenyen arus m anis,
’’
W alaupun hal itu diketahui, yadian ane k eto taw ang,
paman tidak mengetahui hilang­ pralina maman ton g uning,
nya,
sering kehancuran itu berbahaya, alane pralina sai,
coba jeiaskan, indayang sih maman m elut,
mungkin paman sudah mengenal­ kaget maman suba nawang,
nya,
ceritakan sedikit saja, indayang w angsitang k edik ,
jangan banyak, e d a y a liy u ,
dan tujukan pada diri sendiri.” sok tujuw ang ane d i awak.

33. -Kemudian Jro Dalang melihatnya, 33. Jero D alang raris m anyingak,
sangat sukar memikirkannya, lintang ibuk mam inehin,
apa yang diraba dan apa yang di­ en cep u sud encen jem a k ,
ambil,
ke heran-heranan sambil komat- bengang-bengong kemak-kemik,
kamit,
jari-jari tangan dihitung, jrijin e ceceh petekin,
tersenyum-senyum bak orang kenyir-kenyir inab tahu,
tahu,
ia duduk gelisah, jengka-jengku ia m enegak,
sebentar-sebentar berpindah busan-busan ia m akisid,
tempat,
meraba-raba, p a ti usud,
jari tangan meraba sapu. jrijin e m angusud sampat.
34. Muka merah karena malu, 34. M uka bang kabatek jengah,
tambahan pula karena ditertawai, kaludan ia kakedekin ,
lalu menjawab dengan kasar, m asaut m unyinya banggras,

’Siiahkan menjawabnya la w utang ja n i tim palin,
sekarang,”
lalu dukun Kasub menjawabnya, balyan K asub nuli nyaw is ,

’L ebih dari empat puluh orang, langkungang rin g patang p u lu h ,
jumlah para cerdik. pakum pulan w atek w ikan,
217

dikalahkan oleh seorang anak kakasorang rin g anak cerik,


kecil,
semua takut, sam i dek u t ,
mungkin kurang sastra. Inab katunayan sastra.

35. Sudah terkenal dari dahulu, 35. U ling kuna lintang k lok toh ,
pandai di negara ini, ririhe d i jagat din i,
mengapa tidak bersatu, apa krana ton g sanunggal,
lagi pula datang dari jauh, m alih ipun m angendonin ,
laksana dengdeng mencari api, sakast den gden g ngalih a p i,
hamba amat malu tuanku,” lintang jengah titiang ratu ,
raja lalu bersabda, sang N ata raris ngandika,

’Bapaklah yang melawannya, bapa suba m anim palin ,
jangan takut, eda takut,
bela negara ini.” jen gahan g gu m in e bapa.

36. Dukun Kasub mendengarkannya, 36. B alian K asub mamirengang,


duduk bersila dengan menyilang­ m asila num pukang batis,
kan kaki,
bercekak pinggang sambil meng­ m anyingking m agagejeran ,
gigil,
kata-katanya lancar dan jelas, geta r m unyinnyane tingkis,
kedua tangannya bergerak men­ ngaw e tatab sarw i n elik ,
delik,
tangannya turun naik, lim an nyaw e m enek tuwun,
geraknya laksana mengadu solah lu ir nyiatang w ayang ,
wayang,
lalu I Tamtam ditantang,” I Tam tam tur katangtangin ,
Jangan malu, eda k im u d ,
marilah sekarang diadu. ja n i suba ia centokang.

37. Baiklah sekarang habiskan, 37. Enah on yan g ja n i togtogang,


akalmu yang licik itu, nayan ibane ne cu lig ,
buktikan pertanyaan paman, patok an nanange buktiang ,
apakah benar bernama timur, apa ja ti m adan kangin ,
bahwa itu benar-benar leluhur, en to kaw itan p itu i,
diam pada wuku Sinta, Sinta rin g wuku untung gu h ,
semua orang mengatakan, sam i jan m a m angucapang ,
dewanya adalah Hyang Iswara, H yan g Isw ara dew anya tuwi,
isi kosong itu. m isi puyung.
218,

angin berbunyi tanpa badan. angin m unyi nora mawak.

38. Karena itu memang sukar belajar, 38. Sangkan sengka san malajak,
mencari rupa angin, m angalin rupa ning angin,
tak dapat dicarikan guru, ton g d a d i pacan g paguruang,
pergi Berusaha agar dapat melihat­ mangruruh m angda kapanggih,
nya,
terasa lebih tinggi dari langit, rasa tegehan rin g langit,
sangat jauh bila hendak dijangkau, ejoh ne y an pacan g jujuh,
meskipun banyak pedoman untuk yadian liu gagelaran,
melaksanakannya,
bersedia untuk mengejarnya, m isadia m angetut buri,
sudah pasti, fu sin g burn ing,
mereka yang diam akan men­ ne m endep-m endep makatang.
dapatkannya.

77a. 77*

39. Meskipun banyak mempunyai 39. Yadyan liu nam ping lontar,
lontar,
konon semuanya baik-baik, k oca p sane lewih-lewih,
tetapi aku tak tahu, lam un nanang twara nawang,
mengartikan kata-kata perumpa­ m anginger basa sasim bing,
maan,
lebih baik disimpan baik-baik, mlahan sep el pan g ilid ,
bila tak dapat membukanya, lam un tuara bisa m elu tf
mengupas bahasa jarw a dan basa jarw a dirga p elu ta,
dirga,
sebenarnya tiga itulah yang benar, tatiga sangkan in g jati,
jangan menghibur diri, eda nyalim ur,
memegang yang tidak pasti. nyungkem in idep-idepan.
40. Yang tak benar dikatakan benar, 40. Sane b o y a kaden saja,
yang benar dikatakan salah, sane tuhu kaden tosing,
benar kepunyaan sendiri tetapi ja tig e la h tuara tawang,
tak dikenal,
karepa pikiran bapak itu bingung, ban kneh mananga paling,
tuara bisa m angingetin,
tak dapat menandai,
rupanya amat samar, ban gob a n e lintang saru ,
219

karena bergeloranya rajah dan pam u rti n in g rajahtam ah ,


tamah,
berbagai wajah yang terlihat, endah rupane kaaksi,
tetapi bukan itu, b oy a iku,
jasmaniah dan rohaniah yang ja ti n in g wahyadiatm ika.
sejati.
41. Bila hanya dapat membaca, 41. K ew ala bisa mamaca,
bapak sudah mengatakan diri suba nanang ngaku ririh,
pandai,
bercerita dalam pertemuan, n gen d og titian g rin g pm rem an,
kata-kata saling mengatasi, baw ose saling langkungint
sangat berpura-pura tahu, ban get m api-m api uning,
karena banyak mempunyai ban liyu n e ngelah tutur ,
cerita,
pengetahuan hanya bercerita, kabisane baan ngorta,
semuanya tanpa bukti, sam i ton g ada m abukti,
tak percaya, b oy a ngugu ,
hal itu belum bernama orang yang durung madan anak wikan.
pandai.
42. Semua manusia itu bohong, 42. Jadm a sam i pada bobad,
kata-katanya tidak terbukti, m unyinnyane tan pabu k ti,
semua gila berkata tak menentu, sam i buduh ngawag-awag,
yang menyebabkan tak diketahui, sane nguduh ton g uningin,
di sana akan terbukti, iriku sinah m acirif
yang sekejap tak diketahui, m alih a jeb o s ton g tahu ,
apalagi ingin tahu yang besok, kaling k e n e m ani taw ang ,
terbukti semua bohong, m acihna m aw uke sami,
sangat tercela, lintang letuh,
mayat selalu dibawa berkeliling.” bangkene sai indengang.

77b. 77b.

43. Pikiran raja bimbang, 43. Sang Prabu sum langing manah,
bahwa I Tamtam adalah keturun­ rin g I Tamtam tus ning lew ih ,
an orang mulia,
lalu turun dan bersabda, nulia tedun mangandika,
”Ya jelaskan anakku sekarang, duh tinggarang cen in g mangkin.
220

mungkin kau bukan orang biasa inab tan w on g sudra jati,


yang sebenarnya,
terlihat dari wibawamu, saking bawanta ton g tuhu,
bercahaya mulia terang-temerang, cara lew ih sum elap galang,
ceritakan yang sebenarnya, tatw ayang ane sujati,
jangan menyamar.” an e tuhu,
sam pun m elaksana nyamar.

44. I Tamtam menjelaskannya, 44. I Tam tam m atur uninga,


’’Ham ba adalah putra seorang raja, titian g putran N arapati,
yang berputra seorang laki-laki, m aputra jalu sanunggal,
hanya hamba yang masih ada, w antah titiang sane kari,
beliau adalah raja di Lesanpura, bu pati ring Lesanpuri,
hamba seorang yang berdosa tuan­ duryasa titiang pukulun,
ku,
hamba bernama Sri Darmika, Sri Darm ika aran titiang,
sudah lama ditinggalkan istri, tin ggal rabi sam pun lami,
ia sangat cantik, lintang ayu,
bernama Dewi Udyatmika. sira D ew i U dyatm ika .
45. Telah lebih dari dua tahun, 45. Wus langkung rin g kaling warsa,
hamba meninggalkan istana, kesah titiang saking puri,
untuk membawa kembali sang buat m antuk sira sang Dyah,
Dyah,
dan sudah terdengar berita, w us ana w orti kapanggih,
sang Dewi dicuri, kapandung ida sang dew i,
dan sudah berada di Margalangu, sam pun m aring M argalangu,
. bernama sang Sri Durgasmala, sang S ri D urgasm ala nama,
adapun tugas hamba sekarang ini, inggih karyan titian g mangkin,
walau mati sekalipun, diastun lampus,
asalkan membela sang Dyah. lam un tindih rin g sang Dyah.
46. Bila tuanku belas kasihan kepada 46. Lam un ratu durus sueca,
hamba,
tolonglah hamba sekarang ini, tulung titian g sane mangkin,
di mana negara tersebut, rin g dija jagad punika,
agar segera hamba melihatnya,” m angda titian g g e lis kapanggih,
dengan sedih m ohon dikasihani, am elad prana m inta kasih,
baginda raja merasa belas kasihan, sang N arendra kaw elas hyun,
”ya kau Raden Darmika, duh R aden Darmika,
221

beribu maaf, gen g am pura n ene mungkin,


tak dapat memenuhi, b oy a katur ,
sebagai yang kau inginkan. M r ning pam erih idew a.

78a. 78a.

47. Bila kau bersedia, 47. Yan i dew a wantah su eca ,


baiklah tetap tinggal di sini, ngiring ke jen ek iriku ,
dijunjung oleh rakyat dan para . k a su n gd eb a la m a n tria,
menteri,
dan para pendeta menjawab, w atek wiku m unyawurin ,
para dukun demikian pula Dalang balian dalang Senggu m ulih ,
Senggu,
semuanya turun, m akabehan pada tedun,
’’
K alah hamba terhadap tuanku, luput titiang rin g i dew a ,
disebabkan oleh rasa kebingungan bin gu n g titiunge ngawanin ,
hamba,
ya tuan, inggih ratu ,
maafkanlah hamba. sinam pura atur titiang .

48. Sudi tuan hamba junjung,” 48. L edang ratu sungsung titiang
Raden Mantri menjawab, R aden M antri m anyaw urin ,

’Bukannya saya tidak mau,” b oy a ngw ang pacan g sumengga,
raja Silingwangi menjawab, prabu silingw angi nyaw is ,

’Teruskan pemberian tuan, durusang icane cen in g ,
jangan kau sampai hati, hayua sira narnk iju,
akan meninggalkan ayah, pacan g m aninggalin bapa ,
lanjutkan ajaran-ajaran itu, future m alih leledin,
yang benar, sane tuhu ,
jelaskan isi ajaran itu. daging future cihnayang.

49. Ada suatu tanda-tanda, 49. Wenten w angsit kam im itan,


bahwa laut itu tidak bertepi, segarane tan patepi,
kelihatan seekor burung kuntul tam pak in g kuntul anglayang ,
melayang,

di mana diam di sana tenang, en di en en g en di en ing ,


dan suara orang mati, miwah w uni ning w on g m ati,
bunyi lontar itu sangat sederhana, suaran lontar p o lo s ikuf
bila tuan mengijinkannya, yan dew a asung nugraha ,
222

ayah sedia bersama-sama, bapa nyadia sareng sam i,


menjadi korban, d a d os ca m ,
sampai dalam perjuangan demi teka n in g smara-laga.
cinta.

Pupuh Smarandana Pupuh Smarandana


1. Segera menjawab dengan halus. 1. Srenggara m m manyawurin,
’’
Tuanku raja Lesanpura, sang Prabu Lesanpura,
raja yang amat perkasa, singgih Prabu lintang Jcawot,
mudah-mudahan anaknda men­ d u gi am angguh N arendra putra ,
dapatkan,
kemenangan memerangi, jay a titiang m agagebug,
hingga benar-benar sampai di um ugi adreben g pura.
negaranya.
2. Saat itu hamba bersedia, 2. Irika titiang m angiring ,
segala yang ayahnda inginkan, salw ir ning pakarsan bapa ,
ya saat ini belum waktunya, inggih m angkin du m n g jnasannya,
saya masih kesedihan,” kantun titiang m andabagya ,
raja Silingwangi menjawab, Prabu Silingw angi nanggal,
’’
Berjalanlah anakku, m argi sira nanak bagus ,
mudah-mudahan mendapat ke­ m oga anem u digjaya.
menangan.

78b. 78b.

3. Bila tuan kesukaran dalam pepe­ 3. Yan nanak pakew uh ning jurit,
rangan,
segera tuan mengirim utusan, age sira m apotusan ,
ajaklah patih ini, y e k i ajak papatih e ,
yang bernama patih Sudarma, kang aran Patih Sudarm a ,
ayah menyerahkan padamu, bapa asung rin g i dew a ,
untuk bersama saja, m angiring satiba laku ,
adu bila mengalami kesukaran. arepang kabayantaka.
4. Terus berjalan ke kanan anakku, 4. A n galor purane cening,
di sana ada guruku, riku ana naben bapa ,
di sana tuan bertanya, irika dew a atan y a,
bernama Dukuh Tumulung, I Dukuh Tum ulung nama.
223

amat suci dan bijaksana, den in g dahat in g kretarta ,


menyebabkan jelas terlihat.” jalaran sida kapangguh ,
marga ka langunegara.
5. Raden Mantri menurutinya, 5. R aden M antri m am ingsinggih ,
kemudian beijalan, tum uli ra m m am arga ,
jalannya tergesa-gesa, pam argine sada a gef
diiringi oleh I Patih, I Patih nuli ngiringang ,
sudah lewat kerajaan, sam pun langkung in g nagara,
kini tak diceritakan mereka yang ndan ucapana sang kantun,
ditinggalkannya,
sudah masuk ke istana. raris ngranjing mangapuriang.

6. Peijalanan mereka berdua, 6. Lam pahe sira sang kalih,


menuju ke utara, m angungsi m aring utara ,
menuju rumah Jro Dukuh, ngungsi p on d o k Jero D ukuhe ,
tak diceritakan dalam peijalanan. tan ucapa m aring dalan ,
konon segera diceritakan, g e lis in g cerita k oca p t
sudah sampai sekarang, ge lis m angkin sida raw uh ,
di rumah Ki Dukuh itu. rin g p on d ok K i Dukuh ika .

7. Seorang hamba wanita segera 7. Weng ja ro nyagjagin ,


mendekatinya,
kaget Raden Mantri, kagiat sira R aden M antrya ,
diketahuinya bahwa ia adalah kalingan reke N i Jae ,
Ni Jae,
”Di mana junjunganmu se­ gu st in iba ja n i dija,
karang,”
Ni Jae duduk lalu menyembah, N i Jae nyulem poh nyem bah,
dan semua sudah diceritakannya. n gelin g dane segu-segu ,
indike tela s katurang.

79a. 79a.

8. Ki Dukuh lalu ke luar, 8. D ane dukuh nuli m ijil,


berkata menyapanya, ngandika ica m anyapa ,
’’
G usti Patih baru datang, G u sti Patih tem be rauh,
mengiringkan baginda raja, pu n ik i sira kiringang,
raja di Lesanpura. G u sti Patih m am artayang,
m angiring ida sang Prabu ,
bu pati rin g Lesanpura.
224

9. Kemudian I Dukuh menyembah, 9. N ulia I Dukuh wotsari,


menyapa dengan kata manis, arus am anis m anyapa ,
”Ya raja yang perkasa, singgih Prabu lintang kaw ot ,
duduklah tuan.” durus ratu m alungguha ,
raja kemudian duduk, sang Prabu raris malingga,
dan Patih tidak jauh berada, tan adoh sang Patih sampun,
dan sudah mempersembahkan tur haturan sarwa pala.
buah-buahan.
10. Ki Dukuh berkata halus, 10. K i Dukuh ngaturang aris,
’’
M aafkanlah hamba, am pura ratu sangN ata,
persembahan hamba amat buruk, aturan titiange kawon,
karena hamba sangat melarat, antum titian gdah at nista,
ya sebagai tanda bakti hamba, nggih buktin titian g satata,
yang timbul dari Dukuh, m aw etu saking dadu kah ,
selamanya tak berbeda.” salam ine, norana siwah.
11. Baginda menjawab sambil ter­ 11 . Sang Nata ken yin g nyaw urin,
senyum,
’’
Jangan dipanjangkan lagi, sam pun malih m am anjangang,
saya pun amat melarat, titiang taler lintang kaw on ,
tercela dan sengsara, duryasa lan kajantakay
meminjam keagungan nama, p olih nyelang nama kagungan,
tetapi sebenarnya itu adalah ham­ latin ipun wantah patuh ,
ba,
tak ada yang rendah dan tak ada tana asor tan duhuran.
yang lebih tinggi.”
12. Ki Dukuh berkata halus, 12. K i D ukuh um atur aris,
”Apa yang tuan cari, n api ratu ulatgata ,
baru kali ini tuan datang, rawuh ratu kadi tem b e,
sampai di tempat hamba,” prapta m ating p o n d o k titiang,
raja lalu menjawab, sangN ata raris ngandika,
’’
Tujuan saya datang, pisadian titiange rawuh,
mohon bantuan bapak. nunas tulung ne rin g bapa.

79b. 79b.

13. Telah lama kehilangan istri, 13. Wus lam i kicalan putri,
kurang lebih dua tahun. pinih w enten kalih warsa,
225

nama Udyatmika, U dyatm ika m ungw ing parab,


itulah yang saya inginkan, ptinika sadiayang nira ,
kemana jalannya, rin g dija patu t margannya,
untuk menuju negara Marga- ngungsi jagat M argalangu ,
langu,
bahwa sang Dewi berada di sana. sirang d ew i w as irika.

14. Bila bapak sudi, 14. Yaning bapa durus asih ,


belas kasihan kepada saya, rin g manira kolas-arsa ,
untuk mencapai tujuan itulah laksanane m apikenoh punika ne
yang bapak tunjukkan, paicayan g ,
karena berita sudah jelas, duaning o r ti sam pun tela ,
musuh raksasa yang sakti dan satru sakti yaksa agung ,
agung,
dan amat banyak tentaranya.” langkung wibuh m aring wadua.

15. Ki Dukuh menjawab sambil 15. M esem K i D ukuh m any aw is,


tersenyum,
”Ya baginda raja negara itu amat singgih ratu narendra,
jauh,
benar sebagai yang dikatakan, jagat ika lintang a d oh ,
selama saya berada, tuhu kadi kang inucap,
diam di Gunung Semeru, selam in titiang agesang
hanya berita yang saya dengar. j enek m aring gu n u n g Sem eru ,
langkung wibuh m aring wadua.

16. Sudilah tuanku sekarang ini, 16. L edan g ratu sane mangkin,
berhenti tuanku di sini, irika ratu masanggra,
jangan tuanku tergesa-gesa, ayua sang Prabu gigisan ,
pelan-pelanlah tuanku, dabdabang ratu dabdabang,
pastikan darm atula itu, darm atula ratu pastian g ,
akal untuk melawan musuh, dayane nandingin m usuh ,
dan laksanakan rasa kasih ja m nuraga glarang.
sayang.
17. Hamba tak perlu lagi, 1 7. N ora nyandang titiang malih,
menceritakan hal yang utama, m angaturang kautaman,
Tuanku sudah bijaksana, Prabu w us kalintang k aw ot ,
arif terhadap sang sujana, w ijn yam rin g sang su ja m ,
226

namun berani hamba memper­ purun titiang m akelingang,


ingatkan,
agar tidak menimbulkan kesedih- m angda sam pun a tum pang suh ,
anriebih lagi,
untuk melaksanakan darma. ngam argiang darm a laksana.

18. Adapun bakti hamba berganti, 18. B aktin titiange magusti,


berkorban terhadap baginda raja, m apunia ring jen g sang Mata,
senjata cakra ini, niki sanjata cakrane ,
dipergunakan melawan raja anggen m apag Yaksa R aja ,
raksasa itu,
demikian juga ilmu memanah,” m iw ah aji danu-dara,
raja mengikutinya, M aharaja papituhu ,
dan diamlah beliau di sana. ju m en en g ida irika.

80a. 80a.

19. Kurang lebih dua bulan, 19. Sawantara kalih sasih,


sudah selesai pengetahuan mema­ pu tu s m aring danur dara ,
nah,
Ki Dukuh berkata halus, K i D ukuh m ahatur dabdab,
“Sekehendak tuankulah,” ledang ratu pakayunan,
raja lalu bersabda, sang Prabu raris ngandika,
’’
K arena semuanya sudah selesai, duaning sam pun wus p u tu s ,
saya moJhon diri dari bapak. sira pan it m aring bapa.
20. Mudah-mudahan bapak selamat, 20. Pang rahajeng bapa kari,
ini saya akan ajak, punika ajak m anira ,
Ni Luh Jae, panjrow ane N i Luh Jae ,
karena ia kesayangannya, den in g kakasih ida ,
dari sang Ayu Udyatmika, rin g sang A yu U dyatm ika ,
Ni Jae berkata pelan-pelan, N i Jae alon umatur,
”Jro Dukuh hamba menerimanya. Jro D ukuh titian g mamindah.
21. Hamba mencari sang Dewi, 21. Sah titiang ngrereh sang D ew i,
turut serta baginda raja,” m angiring ida sang Nata,
Ki Dukuh berkata pelan, K i D ukuh ngandika a lon ,
’’B aiklah berjalanlah kau dengan nah majalan nyai pan g m elah ,
baik,
iringkan beliau baginda raja. iring ida M aharaja,
227

mudah-mudahan selamat, m oga m am angguh rahayu,


mendapat hasil yang baik. anem u kadirga yusan.

22. Tujulah Gunung Mahendra, 2 2 . G unung M ahendrane ungsi,


terus ke selatan mengikuti jalan n gidul ben er kadiang marga,
itu,
dari sana akan tiba, saking irik i tibane,
terdapat kakak hamba, w enten prernh kakan titiang,
diam di sana, irika dane magenah,
perlu tuanku pakai kawan, nyandang anggen kanti ratu,
bernama Dukuh Banggras.” maka ngaran D ukuh Banggras.

23. Setelah mohon diri lalu berjalan, 23. Wus pam it raris mamargi,
mereka bertiga tak berpisah, tan kesah sareng katiga,
dan berjalan pelan-pelan, sarw i alon kang lampahe,
mengikuti arah gunung, anuw ut ga ti ning waria,
perjalanan mereka bertiga, sang katrini lumampah,
tidak diceritakan dijalan, tan ucapan m aring hnu,
sudah sampai di kaki bukit. prapta rin g pukuh acala.
24. Lalu menuruni lembah jurang 24. Tedun ring luah pangkung trebis,
yang dalam,
di sana ia berkeliling, m ideran ida irika,
di Gunung Mahendra, m aring g iri M ahendrane,
duri-duri dan lintah sangat galak, k etk et ban dil p a cet galak,
karena sangat sibuk, duaning repete kalintang,
kaki tak terasa kaki, ikang suku tan luir suku,
darah terus menetes. rudira tan papegatan.

80b. 80b.

25. Suara burung riuh rendah, 25. Paksine um ung m am unyi,


keker sugem dan burung kalin­ keker sugem kalidungan,
dungan,
burung-burung ribut, sataw ane ia geger,
suara sang Dyah terngiang, saw ang sabda ning sang Dyah,
minta agar dijemput, ngandika nagih pan g papag,
di sana baginda amat payah, irika ida ngalesu,
keringatnya bercucuran. srupatane tan putusan.
228

26. Angin berhembus suara daun 26. Sam iranane ngusisir,


cemara gemuruh,
ribut sebagai rebah, m asiyok w uni ning camara,
demikian pula suara kumbang, m aring geger pada soy or,
suaranya merdu dan lembut, lan suara ning wulun kum bang,
laksana merayu sang Ayu, w unine m redu kom ala
di tempat tidur. luir m angerem ih sang Ayu,
punika ring pam erem an.

27. Demikian pula dua ekor burung 27. M uang i m ayura masanding,
merak berdekatan,
hinggap di pohon meranggas, rin g taru ligir m atinggah,
melihat kakinya, rin g sukarnyane m an gilo,
bulunya gemerlapan, bulune ngredep dum ilah,
ditimpa sinar matahari, m atem puh sena ning surya ,
perbuatannya membuat ke­ salah nyane ngaw e ibuk,
bingungan,
mengalahkan orang yang men­ lindih sang duka kasmaran.
derita asmara.
28. Raden Mantri amat sedih, 28. R aden M antri sedih kingking,
ucapannya memilukan hati, sasabate mlad-prana,
ah kau burung hina, duh uduh pa k si nyalulong,
mungkin kau tahu aku kesengsara­ irib ped as ring sangsara,
an,
menggambarkan orang kesedihan, nyiptain anak w iyoga,
Patih berkata menyadarkannya, I Patih m atur piw ungu,
”Ya tuanku. singgih dew a panem bahan.

29. Bangunlah tuanku, 29. D urusang ratu matangi,


mengapa bermacam-macam tuan­ nguda data ratu pyarsa,
ku rasakan,
marilah berjalan pelan-pelan, m argi alon ang mamarga,
hamba mengantar masuk, iring titiang m asusupan,
ke dalam hutan, m aring kanan warsa,
agar terlihat, m angda kasidan kapangguh.
Raden Dewi Udyatmika.” R aden D ew i Udyatmika.

30. Demikian perkataan Gusti Patih, 30. Nahan tangguh G u sti Patih,
baginda raja lalu berjalan, sang Prabu raris mamarga,
berjalan masuk, lum am pah m anyusup reko.
229

diantar oleh mereka berdua, sang kalih dane ngiringang ,


tak tentu tempat tujuan, satiba ning lam pah ,
sampai di tepi selatan, rawuh rin g tep i ning kidu l,
Gunung Mahendra. rin ggiri M ahendra.

81a. 81a.

31. Kini sudah sampai, 31. Sam pun prapta sane m angkin ,
di luar Padukuhan, rin g babah ing Padukuhan,
anjing datang menyalak, asune nyagjag m an gon gk on g ,
Ni Cekuh segera melihat, N i Cekuh iseng m anyangjag ,
Ni Jae dikenalnya, N i Jae kahelingang ,
karena rasa kangennya kemudian ban isen gey a m agelut ,
ia berpelukan,
di belakang baginda raja. rin g pungkur ida sang Nata.

Pupuh Pangkur. Pupuh Pangkur


1. Karena amat gembira, 1. Saking legane kelintang ,
berkata-kata sambil bertangis- m ap itu tur tan sah ia saling
tangisan teringat masa yang tan gisin ,
lampau,
kegembiraannya bersama sang elin g saduknyane dum unf
Dyah, sukane ngiring sang D yah ,
datang bahaya, karawuhan durga,
lalu lari ke sana ke mari. tur m alayu p a ti k epu g ,
Raden Mantri mendengarkannya, R aden M antri m am iarsa ,
kemudian beliau menoleh ke raris ida nolih kuri.
belakang.
2. ”Ah sangat bahagia kau dijumpai, 2. A h bagia k o kapangguha ,
ah Cekuh mengapa kau di sini, uduh Cekuh apa krana nyai d in i,
di mana tuanmu berada,” gu stin e dija m alungguh,
Ni Cekuh berkata sambil menyem­ N i Cekuh m atur sem bah ,
bah,
"Tuan Putri, R aja P utri,
dulu dicuri oleh seorang raksasa, kapandung rin g Yaksa dum un ,
dan sudah diterbangkannya, inggih sam pun kekeburang,
di langit memanggil-manggil. rin g am bara engkik-engkik.
230

3. Hamba amat takut 3. A jerih titiange kalintang,


kemudian hamba, n du gi titian g,
lari dahulu-mendahului, m alayu saling langkungin ,
tanpa menghiraukan hutan tani alas ju ran g pangkung,
jurang dan lembah,
yang hamba lintasi, sane lintangin titiang,
hanya tangis, kim on tangis,
tuan putri itu yang hamba dengar sang R aja P utri puniku,
di udara,
kemudian sampai hamba di sini. pyarsaan titiang ring ambara,
tum iba titiang iriki.

81b. 81b.

4. Perjalanan hamba terpisah, 4. Palas ratu margan titiang,


para pelayan tuanku semua, nanging w ang jeron ,
I Dukuh kemudian memungut co k o r idew ane sam e,
hamba,
belas kasihan kepada hamba, dane Dukuh raris nuduk,
sebagai seorang Dukuh, w olas ring dew ek titiang,
maka dukuh.
ia dipanggil Dukuh Banggras," Dukuh Banggras kang kawuwus,
raja lalu bersabda, sang Prabu raris ngandika,
"Katakan aku datang." okasang manira p ra p tl

5. Segera 1 Cekuh memberitahukan 5 . I Cekuh en col ngaturang,


nya,
kepada Ki Dukuh, rin g K i Dukuh,
bahwa baginda raja datang, yan sang N erepati prapti,
segera Dukuh ke luar, gelis m edal dane D ukuh ,
menyapa dengan manis, rum am anis manyapa,
"Ya Tuanku, singgih Prabu ,
baru tuanku datang, kadi tem be ratu raw uh ,
di padukuhan ini, rin g genah Padukuhan,
silahkan Tuanku duduk. ngiring ke ratu m alinggih.

6. Maafkan atas kenistaan hamba," 6 . A ksam a kawulane nista,


lalu membalas, nam pi walen.
231

Raclen Mantri, Ida Rahaden M antri,


’’
Jangan memanjangkan kata, sam pun k e m anjangang wuwus,
aku amat menderita,” nira lintang sangsara,
setelah duduk, wus m alungguh,
segera Ki Dukuh menjamunya, age K i D ukuh m atam iyu,
umbi-umbian taias dan sabrang, pala bungkah keladi sabrang,
dan air yang suci. lan w e kalintang suci.

7. Setelah semua dipersembahkannya, 7. Sam pun sam i katurang ,


beliau berkenan. sueca ida,
Raden Mantri menerimanya, m anrim a Rahaden M antri,
kemudian Dukuh bertanya, muah atakon dane D ukuh,
sebab kedatangannya, rin g sangkane datanga,
diceritakannya, katatuayang,
oleh Raden Mantri, m aring Ida Sanga B agus,
setelah puas perasaannya, nora waneh luir n in garsa,
belas kasihan Ki Dukuh men­ kasob K i Dukuh miarsi.
dengarkannya.
8. ’’B ila tuanku sudi, 8 . Pilih ledang ke I Dewa,
hamba mengajak, iring titiang,
tuanku di sini, ju a iratu iriki,
kasihan hamba terhadap tuanku, angen titiang ang rin g sang
adapun musuh tuanku, Prabu,
amat sakti, y en satrune sang Nata,
sukar tuan menyerangnya, lintang sakti
karena tuanku seorang diri, m ew eh ratu pacan g mglurug,
sedangkan raksasa beribu-ribu,” reh sang Prabu ngeraga,
D anujane koti-koti.

9. Raja bersedia, 9. L edan g Ida Maharaja,


tak lama antaranya, samantara,
untuk belajar, maka suenya mangaji,
tentang pengetahuan memanah, a ji papanahan sampun,
dan pengajaran panawutan, lawan a ji panawutan,
mengisap tenaga, nguyub bayu,
bila terjadi peperangan, rikalang peran g ajuluk,
semua ini sudah dikuasai, sam i sam pun w us dragayang,
oleh baginda raja. na rin g sira S ri Narapati.
232

82a. 82a.

10. Setelah ahli pengetahuan itu, 10. Sam pun tama ning pangajian,
kepada Ki Dukuh, rin g K i Dukuh,
selama dua bulan, lawas rupa kalih sasih,
sang Dukuh lalu berkata, dane D ukuh nulya m atur,
’’
Tuanku, pukulun M aharaja,
saya ini, inggih titiang,
berbakti keharibaan Tuanku, subakti m aring je n g Prabu,
mempersembahkan I Sutama m angaturang I Sutam a,
bergelar I Sucandra Geni.” ngaran I Sucandra Sgeni.

11. Raja lalu menerimanya, 11. Sang Prabu raris manerima,


setelah diterima, wus kawasa,
persembahan Ki Dukuh, pasung K i Dukuh sami,
saat untuk berangkat sudah tiba, lunga kang diw asa sam pun,
kala malam tiba, tim irane mananggal,
saat itu berbicara, m aw os ditu,
I Dukuh bersama baginda raja, ID u k u h m arang sang Prabu,
membicarakan daya upaya dalam kancan naya ning payudan,
peperangan, sang A n om ngandika malih.
sang Anom kembali berkata.
12. ’’
Pengalam an suka dan duka, 12. Pam argane suka duka,
tentang itulah, nika tuah,
sekarang diceritakan, tatuayang sane mangkin,
bila paman menolong, sapala k e maman asung,
saya orang yang sangat kurang, rin g titiang i katunan,
”Ki Dukuh, dane Dukuh,
berkata dengan manis, arum m anis dane matur,
’’
M aafkan beribu maaf hamba, gu n g sinam pura,
memberitahukan Tuanku. m am ungu ring je n g Narpati.

13. Jangan tuan bersedih hati, 13. Sam pun ratu manyungkanan,
empat masalah semua akan b ek ele mula,
dijumpai, luir catur sam i panggih,
satu per satu maknanya, w iji-w iji teges ipun,
pertama bernama brata, pratam a mangaran brata,
yang kedua, rin g p in g rw af
233

bernama sopam a, ngaran sopana puniku,


ketiga bernama aw as, kapin g tiga ngaran awas,
yang keempat bernama jati. ngaran ja ti p in g pat yeki.

14. Dilepaskan kesatuannya itu, 14. Tinggalan panunggal ika,


terlepas, pasm on e,
dari keempatnya ini, sane catur pu n ik i,
menderita jadinya, ikangaranta m ukain ipun,
tepatnya menderita kesengsaraan, tegese nem u lara,
dan sopama, lan sopana,
artinya tindak perbuatan, tegese lam pahing laku,
awas artinya dilepas, aw as tegese katingal,
jati artinya mengecap. ja ti tegese ngecapin.

82b. 82b.

15. Brata laksana kulit, 15. Brata upam u ning carm a ,


dan sopama itu, Sopan a inggih,
sebagai daging, ring daging upmi,
awas laksana tulang, aw as upam ining balung,
jati adalah yang sebenarnya, ja ti sam pun upam a sane patut,
memang kelihatan hanya kulit, wantah kulit sinah ipun,
terbungkus semuanya di dalam, rin g je r o sam i inangkeban,
dan bukanlah tugas sang kulit. y en nora laku rin g kulit.

16. Selamanya tak dilepaskan, 16. Selam ine tan ketinggalan,


karena kulit itu, den in g antuk i kulit,
karena memang hanya dia, punika wantah ipun,
untuk membungkus daging yang m angaput dagin g utama,
utama,
mengutamakan, ngutam ayang,
tulang bertugas untuk memperkuat, balung m ukia rin g pakukah,
menguatkan segala pekerjaan, m agehang saraja karya,
dan sumsum merupakan air sum aum e m retane suci.
hidup yang suci.
234

17. Bersatunya keempat itu, 17. Panunggil in g catu r ika,


menjadi asap, d a d i kukus,
bernama angen yang menjadi ngaran angen d a d i angin,
angin, d a d i pen gu cape metu,
yang menyebabkan ke luar kata- ala ayu ning ujar,
kata, d a d os musuh,
baik buruk perkataan, m iwah kanti ia punika i carm a
menjadi musuh, sam i nahenang,
atau semua itu kulit yang me­ nandakin satunggun urip.
rasakan,
menjaga selama hidup.
18. Segala tindak perbuatan, 18. Sopana punang lalampah,
selalu suci, ngening akena,
atau jalan yang kotor, roged e punang margi,
menjumpai nasib yang baik, ngresyakin titah rahayu ,
dan yang bernama awas, lan sane mawasta awas,
memotong, m am unggelin,
lawan kesengsaraan itu agar m alane tangkis pan g rampung,
hancur, kalih mawasta J ati ika,
yang lain yang bernama jati itu, tan sam ar ndulurin aksi.
penglihatan tidak samar-samar.
19. Sampai brata sopam a, 19. Tekaning Branuta Sopana,
tak benarlah, tatan pa tu t ,
seberat-berat laku dijalan, sahara tingkah in g margi,
perbuatan yang tak mendapatkan durbala gaw e ning laku,
hasil, aw as ja ti ikana,
lihatlah baik, nora kena,
agar jangan terkena, katam pi pam or ing gunung,
terkena kapur di gunung, busana tunggal in g tingkah,
pakaian satu dengan perbuatan, kang catur tan kena gam pil.
bila keempatnya tidak tersimpan
baik.

83a

20. Laksana air hidup dikelilingi oleh 20. L uir am reta ilehin wisia,
racun, tu i satata,
dan selalu. w isyane kapanggih.
235

racun yang terlihat, sucine cam bin letuh,


kesucian bercampur dengan kotoran, da dos letah satata,
p eten g pitu,
yang menjadi kotor selalu, ngaliput d a d i p eten g agu n g,
gelap gulita, akueh satru pandung galak,
yang meliputi menjadi gelap hitam malan anggane ngawanin.
pekat,
banyak musuh dan pencuri galak,
disebabkan oleh keburukan diri.
21. Jika diumpamakan sebagai kotoran, 21. Luir ning bacin y an upqma,
kancan asu,
setiap anjing, suka pada ngamaranm,
suka mendatanginya,
karena memang suka dengan duh ratu Matmrqja,
kotoran, pineh ratu,
ya tuanku baginda raja, m alane dahat m angliput,
pikirlah tuan, m ating anggane sang Nata,
kesengsaraan itu amat meliputi, krana kaicalan rabi.
tubuh tuanku,
sebab itu kehilangan istri.
22. Adapun brata sopama, 22. Pikenan Berata Sopana,
menyusahkan, amalani,
diderita sebagai sekarang ini, m am angguh kadi m angkin,
hati-hatilah ja ti sudah hilang, aw as Jati nora kantun,
dikalahkan oleh rajah tamah, kasoran d e Rajah Tamah,
laksana pemikat, M r papikat,
ada pada tubuh tuanku, na rin g angganing sang Prabu,
adapun musuh datang galak, krena m usuh rawuh galak,
laksana anjing mencium kotoran. kadi asu ngendus bacin.

23. Bila tuanku menguasai, 23. Y an sang N ata w us kawasa,


menyatukan, panunggalan,
awas dan jati itu, iku aw as m iwah Jati,
laksana bunga yang berbau harum, M r n in g pu spa m am bu harum,
selalu kumbang itu datang, tan m ari i bramara,
mengisap bunga yang harum itu, sam i rauh,
mencari madu bunga, m angucup in g pu spa arum ,
semua menimbulkan kesenangan m uatang m adu palawa,
236

pada bunga itu. kancan in g suka rin g sari.

24. Tak ada kesukaran pada bunga, 24. Tan harta m ew eh in g pu spa,
tak akan berubah, ndatan ob a h ,
bunga-bunga itu tak akan rusak, n d ta n osik sari-sari,
demikianlah tuanku, samangkana sirang Prabu,
suka duka dalam kerajaan, suka w iry a rin g praja,
amat jauh, ad oh ratu,
bau harum jalak datang mencari, arum e galak mangruruh,
kedatangannya menghancurkan rawuh ipun ngrabas puspa,
bunga, sapunika y an upami.
demikian perumpamaannya.”

83b. 83b.

25. Ya pendek kata, 25. Inggih bawak y an inucap,


Ki Dukuh, dane Dukuh,
memperingatkan baginda raja, m akeling Sang S ri Narapati,
malam sudah berlalu, w engine m atinggal sam pun,
tersebutlah esok paginya, en jin ge kawuwusan,
terang benderang, sinang galang,
seluruh desa sudah tampak, d ik dasa desane sampun,
matahari sudah terbit, w us m ijil Sang H yang Baskara,
sa m N ata raris manvawis.
26. ”Ya memang benar kata-kata 26. Singgih y ogia ujar maman,
paman, kadahatan,
amat sangat, iw ang titiang manandangin,
kesalahan yang saya lakukan, wawu titiang lir mawungu,
baru saja menyadarinya, angga ning taru lata,
sebagai kayu meranggas, tepen jaw uh,
dikenai hujan, wawu k epit daun ipun,
daunnya baru tumbuh, tan m ari jaga mapuspa,
selalu ingin berkembang, m anyaratang w oh e wredi.
penting agar buahnya tumbuh.
27. Saya mematahkan cinta, 27. T itiang m unggelin pitresna,
karena yang dikatakan, duaning kabaw os,
tak ada lagi, norana ja m malih,
pemberian bapak itu saya junjung, pisukan bapa kasuhun,
Ni Cekuh saya ambil, N i Cekuh tum as titiang.
237

karena dari dahulu, saking sam pun,


kesayangan sang Ayu,” kakasih ida sang ay u ,
Ni Cekuh berkata sambil me­ N i Cekuh m atur m anyum bah,
nyembah, Jero Dukuh titiang mapam it.
”Jro Dukuh hamba mohon diri.
28. Saya tidak akan lupa, 28. B oya titiang pacan g lu pa,
akan kebaikan, rin g pasu ecan ,
Jro Dukuh dari dahulu, Jero Dukuh saking nguni,
”dan keempatnya sudah mohon sang catur m apam it sam pun,
diri, K i Dukuh ngastungkara,
Ki Dukuh mendoakan, m ugi-m ugi jaya ratu sang Prabu,
’’
M udah-mudahan berhasil Tuan­ m am angguh kadirgayusan,
ku, teka ning sam i pangirin g .
mendapatkan kebahagiaan,
demikian pula semua pengiring­
nya.
29. Semoga tidak lupa, 29, Pom a-pom a hayua lupa,
terhadap menunggalnya, rin g pam unggalan,
yang dua itu, nyane kakalih,
bau harum berdasarkan bau urum e m adasar bengu,
busuk, m ula tunggal inggenah,
tempatnya memang satu, nora pasah,
tidak terpisah, je le m elah sai m akum pul.
baik buruk selalu berkumpul,” R aden M antri telas nyuunang
Raden Mantri menerima, m alenin ada m apam it.
kemudian beliau mohon diri.

84a. 84a.

30. Kepada Neriti Dewa Nata, 30. R in g N eriti D ew a Nata,


”Jalan itu, kunang marga,
perlu dituju, nyandang punika inungsi,
bernama Dukuh Sudarmi, D ukuh Sudarm i kawuwus,
nama itu dihormati, pu spalane kastawa,
ya tuanku, ratu,
beliau adalah kakak hamba, pranah kakan titiang iku,
dekat dengan Gunung Arjuna, tam pekan G unung Arjuna,
tapanya amat berhasil.” patapane lintang wredhL
238

31. Demikian antara lain Dukuh 31. Nahan sawaneh D ukuh Banggras,
Banggras, sang catur,
mereka berempat, m ituhu tlas mangiring,
percaya dan akan menurutinya, nulipam it trus lumaku,
kemudian mohon diri dan ber­ m anyusup rin g worn,
jalan, sira prabu,
memasuki hutan, hairing sang tiga iku,
baginda raja, Jae Cekuh nora pasah,
diiringi oleh mereka bertiga, m uang dane patih sudarm i.
Jae Cekuh tak pernah berpisah,
demikian pula Patih Sudarmi.
32. Konon hari sudah hampir siang, 32. D as rahina m angkin k ocap ,
angin aris, sam igatine,
bertiup sepoi-sepoi, anem puh mangusirsir,
diikuti suara riuh di gunung, katub rin g geger in g gunung,
seolah-olah membangunkan, nanginin y an sawangang,
mereka yang sedang tidur, rin g sang turn,
burung kalindungan clengak- kalindungan clengak clenguk,
clenguk, inab ngugah sang anidra,
laksana menggoyang-goyangkan tum uli raris mamargi.
orang tidur,
kemudian terus berjalan.
33. Kemudian beliau berkata, 33. R aris ida ngandika ,
”Ya patih, ah eh patih,
hari hampir siang, m eh rahinane manampi,
karena suara burung riuh, ban suaraning pa k si unung,
mungkin ia menyuruh,” inab ipun m ituduhang,
Jae Cekuh, Jae Cekuh,
dan 1Patih semuanya bangun, la n l patih sam i bangun,
”Ya Tuanku, singgih ratu panem bahan,
marilah tuanku berjalan.” k e ratu mamargi.
34. Mereka berempat lalu berjalan, 34. Sang catur raris mamarga,
agak pelan-pelan, sada aris,
jalannya bersama pengiringnya, lam pahe lawan pangiring,
dan segera bertemu, sagetja enggal ia kacunduk,
sangat senang tak ada bandingan­ w iarya tan patandingan,
nya,
239

rumput kasna , padang kasna ,


rumput tumbuhan menjalar sangat trenane sawawa d itu,
hebat di sana, sarwa ngraw it tininghalan,
terlihat sangat indah, padanglepase ngalilit.
dan padang lepas melilitnya.

84b. 84b.

35 Laksana Tasa dukanya dibangun 35. L uir tanginin kang duhkita


kan.
raja. sang Prabu,
air matanya mengalir, serupatane dres m ijil.
kidang selalu lincah, i kidang binal kadu lu .
jantan betina bermain-main, laki b i m akidangan.
matanya redup, paliat balut.
suaranya nyaring melenguh, uninnya jan gih nvalenguk.
tingkahnya membangunkan me­ polah m n du n in sang pasah.
reka yang berpisah,
duduk lalu menangis n yu lem poh raris m anangis

36. Kata-katanya keluar dengan tangis 36. M ijil wacana sigsigan .


terisak-isak. aduh sa to ,
?’Kau binatang, kapireng ku kasih-asih ,
kudengar kau berkasih-kasihan tinangkap tatas rin g aku
jelas terdengar olehku, nandang y oga sangsara
sangat menderita kesengsaraan.** raris gisu.
lalu dengan segera. K i Patih m atur pam ungu
Ki Patih mengingatkan. apa sira kadedin irika iku rungisi
”Apa yang ada di sana yang tuan
tangisi.
37. Saat sasih kesanga , 37. Masa ning sasih Kasangha.
binatang hutan, bu ron alas,
memang mereka lincah melompat- wantah ia binal p a gejir ,
lompat, sapunika gam an ipu n ,
memang demikianlah sifat ngiring ratu gagelisan ,
mereka, Sang H yang Rawi,
marilah cepat-cepat tuanku, sam pun tajeg lintang kebus,
. matahari sudah tinggi dan amat sang Prabu raris m am arga ,
panas, sasam bate ngasih-asih.
raja lalu berjalan,
memanggil-manggil dengan rasa
pilu.
38. Gunung di sebelah barat sudah 38. G ununge kulon katinghal.
terlihat, R aden M antri,
Raden Mantri, m angandika sada aris,
berkata agak pelan, Paman Patih tinghaliku,
’’
Paman Patih lihatlah itu, gu n u n g napi ne punika,
gunung apa itu, dahat asri,
sangat indah,” K i Patih nulya mahatur,
Ki Patih berdatang senibah, m anaw i G unung Arjuna,
mungkin Gunung Arjuna, m angunggul masuara asri.
sangat indah,
dan tinggi.

85a.

3C). Semua takajub melihatnya, 39. Sam i kulangun m anyingak,


dan baginda raja, sang Prabu,
sambil berkata agar dipercepat, sarw i ngandika p a glisin ,
jalannya cepat-cepat, lam pahe dahat pa h iju ,
gembira mengambil orang-orang, m alila jin erit ing wang,
baru terlihat, wawu ngaksi,
gunung amat tinggi, gu n u n ge tegeh m angunggul,
laksana menyapu rasa kedukaan, luir sanapuhan ikang duka,
laksana gunung itu memanggilnya. gun un ge kadi ngulapin.
40. Sampai di tempat, 40. D aten g rin g adahcala,
di pinggir selatan, tep i kidu l,
kemudian terlihat sebuah taman, nulya taman kapanggih,
telaga yang amat indah, udiana lintang rahayu,
bunga-bunga sedang mekar, puspannya n eden g kembang,
berwarna-warna, m aw asni rupa,
dan semua teratur, tur ipun maturut-turut,
banyak ikan yang berenang di m ina kw eh ngum bang rin g tlaga,
telaga itu, to y an tlaga ening su ci.
air telaga itu jernih dan suci.
241

41. Keadaannya sudah berlalu, 41. H anda-yeni w us manunggal,


di sana. irika ,
Raden Mantri tidur, 'm akolem R aden M antri,
rumah di taman yang amat me­ ring umah taman rahayu ,
nenangkan, citan e M aharaja ,
pikiran baginda raja, nora lian ,
tak ada yang lain, sana ngawangun taman ikut
yang membangun taman itu, kakange i Dukuh Sudarm i ika,
kakak 1 Dukuh Sudarmi itu. I Dukuh Banggras kang nami.
namanya Dukuh Banggras.
42. Tak diceritakan malam harinya, 42. Tan ucapan wenginia,
keesokan paginya, enjang en jin gt
sekarang sudah datang menunjuk­ weruh kawuwusan mangkin,
kan. dasa desa sinah sampun,
desa-desa sudah terlihat, surya anunggang acala,
matahari sudah memanjat gunung. R aden M antri,
Raden Mantri, wau reke Ida m aw ungu ,
baru bangun. m asuci m aring pan coran .
membersihkan diri di pancuran, kairing antuk IP atih .
diiringi oleh I Patih.
43. Ceritakan kembali 1 Lu h Tabia. 43. K ocap malih I Luh Tabia , *
dan sudah lama. sam pun lam if
bersama Ki Dukuh Sudarnii, ngiring K i Dukuh Sudarm i,'
beliaulah yang memungutnya, dane pecak nuduk ipun,
dengan cepat pergi ke pancuran, seneng en col kapancuran ,
membawa tempat air dari labu, nyuw un w aluh ,
untuk mengambil air, nyadai pacang n gam bil banyut
lalu bertemu dengan baginda raja, pacunduk ida sang Nata.
kaget laksana hancur dalam gula. kagiat luir lebur in g gendis.

Pupuh Dandang Gendis. Pupuh Dandang Gendis

85b. 85b.

1. Kemudian raja bersabda, 1. R aris ngandika sang NarapatU


”0 Tabia, eh eh Tabia ,
sangat berbahagia kau jumpai,” bagia k o kacunduka,
Luh Tabia berkata sambil me- dija k e gu sti ibanet
nyembah, Luh Tabia nem bah m atur,
’’
Adapun beliau tuan Putri, yan ida N arendra Putri,
. dicuri oleh raksasa, kapandung d eD a n u ja ,
sudah diterbangkannya, kekeburang sam pun,
hamba sangat takut,” ajrih titiange kulintang,
bertiga, sareng tiga,
Jae dan Cekuh berkata membenar­ Jae Cekuh m atur w iakti,
kannya, luir n in g atur N i Tabia.
sebagai kata Ni Tabia.
2. Kini semua menangis, 2. Umung reke tangise mungkin,
yang berada di sini, ne irika,
di taman, m aring udayana,
teringat akan suka dukanya, elin g rin g suka duhkane,
dan kesengsaraan dahulu, m uang sangsarane dum un,
tiba-tiba dijumpai sekarang, sangget ne m angkin kapanggih,
tak lama mereka mengenyam nora sue sam i suka,
kesenangan, kadadiannya,
maka itu, matu tur w us reke sam i masuci-
mereka bercerita setelah selesai an,
mandi, mangandika,
bersabdalah, ida sang Sri Darm ika A ji,
beliau Sri Darmika Aji, duh Tabia dija magenah.
’’Aduh Tabia,
di mana kau diam.”
3. Ni Luh Tabia kemudian ber­ 3. N i Luh Tabia nulu m atur aris,
kata pelan-pelan, D ukuh Sudarmia,
’’
Dukuh Sudarmi, w olas ne rin g titiang,
sudi memungut hamba, martuduk m aring alas,
memungutnya di hutan, arane titiang n ik i kantun,
hingga masih ada hamba di sini, m ahurip m akadi mangkin,
hidup sebagai sekarang ini, ledangan ratu sum im pang,
sudilah tuanku mampir, rin g p on d o k K i Jro D ukuh,
di tempat Ki Jro Dukuh,” sang Prabu alon wecana,
raja bersabda halus, m anis m alenyad,
amat manis, iba m ajalan rumihin,
’’
B erjalanlah kau lebih dahulu, w ekasang nira prapta.
kemudian aku akan datang.”
243

4. I Luh Tabia beijalan tergesa-gesa 4. I Luh Tabia im ang m aring margi,


dijalan, katut buria ,
terus diikuti, rin g ida sang Nata,
oleh baginda raja, horana sue lam pahe,
tak lama beijalan, w us sam pun nuruhang banyu ,
setelah menuangkan airnya, gigisu n ngaturang aris,
segera mempersembahkan dengan atur nyane N i Luh Tabia ,
hormat, ring dane K i Jro D ukuh ,
kata Ni Luh Tabia, Prabu Lensanpura prapta ,
kepada Ki Jro Dukuh, maka nama ida R aden Darm ika
bahwa raja Lesanpura datang, A ji,
yang bernama Raden Darmika K apangguh Ida rin g taman.
Aji,
beliau dijumpai di taman.

86a.

5. Kemudian Jro Dukuh ke luar, 5. Jro D ukuh tum uli dan e m ijil,
kemudian menjemput, nulia kacandak ,
baginda raja di halaman, sang Prabu ring natar,
Ki Dukuh berkata pelan-pelan, K i D ukuh dabdab ature ,
berkata kepada baginda raja, a saut rin g sang Prabu ,
’’
M aafkanlah hamba orang yang kesam a kawula m iskin ,
miskin,” sang N ata ge lis m animbal,
raja segera menjawab, hayua panjang wuwus,
’’
Jangan berpanjang kata, manira dahat kalintang ,
aku ini amat sangat, ring duhkita,
sengsara dan duka, inab bapa sam pun uning ,
mungkin bapak sudah tahu, sadurunge nira prapta.
sebelum saya tiba.”
6. Sang Dukuh menjawab dengan 6 . D ane D ukuh m esen m anyawurin,
senyum, singgih Prabu ,
”Ya Tuanku, luir ning inangdika,
sebagai yang Tuanku katakan,” panjrow ane nulya a ge ,
pelannya segera datang, pala bungkah w us kahatur,
sudah mempersembahkan umbi- maka m iwah toy a su ci,
umbian, sang N ata g e lis narirna,
demikian pula air suci, lan I Patih sam pun ,
244

segera diambil oleh baginda raja, nam pi sore kawuwusan,


demikian pula sang Patih, kang kocapan,
menerima yang diberikannya, w engine ne m angkin nam pi,
diceritakan, rin g w ulung tabeh punika.
kini malam sudah tiba,
kentongan malam sudah ber­
bunyi.
7. Raja mohon.belas kasihan, 7. Sang N atangandika m inta kasih,
’’Aduh bapak, aduh bapa,
tolonglah saya ini, tu lan g ju a titiang,
supaya saya sanggup sekarang, m angda sida kadi m angkin ,
menyerang Margalangu, m angebug m argalangu,
agar bapak menolongnya, y an tan bapa tulus asih ,
saya yang menderita ini, rin g titiang kalasarsa,
dan sangat sukar,” dahat in g pakawuh,
Ki Dukuh lalu berkata, K i D ukuh raris m angucap,
sambil tersenyum, saha kenying,
’’M aafkanlah hamba ini tuanku,” aksam a patik N repati,
lalu berkata kepada baginda raja. m atur rin g je n g S ri Naranata.
8. ’’Am at sukar bila tuanku, 8 . D ahat in g sengka y an Sri Narpati,
ingin menyerang, jaga ngrundah,
Langunegara, ring langunegara,
raksasa amat sakti, D anuja lintang saktine,
serta rakyatnya amat banyak, lan w adua lintang wibuh,
jalannya amat sempit dan sulit, marga repet m alih sripit,
bila tidak dengan akal baik, yan tan pu tu s in g naya,
sebaiknya tuan jangan lakukan,” nora nyandang ratu,
raja lalu membalasnya, sang Prabu alon m animbal,
dengan manis, saha manis,

’Lanjutkan kasih bapak sekarang durus sueca bapa mangkin,
ini, rin g ngw ang katunan naya .
terhadap orang yang kurang akal.

86b. 86b.

9. Memang saya sudah bersedia-sedia 9. Wantah titiang nyadia ne mang-


sekarang ini, k in ,
ingin minta, pacan g nanas.
245

pelajaran kepada bapak, ajaran ring bapa,


jangan ragu-ragu memberikannya, ayua makubda icane,
kepada saya yang ingin di­ ring titiang kawolas hyun,
kasihani,” singgih-singgih Sri Bupati,
raja selalu mengia-iakan, m ojar Dukuh Sudarmi ika,
Dukuh Sudarmi berkata, duh ratu sang prabu,
’’
Aduh Tuanku,” yening yogia kadi titiang,
bila hamba sudah diijinkan, ngatumng,
mempersembahkan, naya-myane sujati,
akal yang benar-benar. mangdan sang Prabu digjaya.

10. Rasa simpati perlu diadakan, 10. Janahuraga nyandang esti,


dari sanalah , saking derika,
akan menyatukan rapat, papakua ningbala,
lihat pada diri sendiri, to li henm aring anggane,
asal usaha yang benar, sukate sane patut,
nafsu pada diri dilawan terlebih ragadine prangin riyin,
dahulu, yen punOca wus alah,
bila hal itu telah kalah, norana mangimur,
tidak akan mengganggu, mretanin lila legawa,
pelihara rasa senang dan gem­ ring latri siang,
bira, mangada rida dados kanti,
siang malam, malane dados amreta.
agar dapat menjadi kawan,
kesengsaraan akan menjadi air
hidup.
11. Pujalah yang empat itu, 11. Sane catur jua ratu astiti,
karena itu, duaning punika,
merupakan pengikat diri yang maka tali' ning angga,
dipegang manusia,” kahangenring manusane,
raja bersabda pelan-pelan, alon Prabu mawuwus,
’’
Bagaim ana jalannya itu, mragan ipun sapunapi,
dan apa namanya, muang apa mangaran,
yang merupakan pegangan seorang ageman sang Prabu,
raja,” ’
’’
Ya tuanku, ' ,r singgih-singgih Maharaja,
dengarkanlah,” piarsakna,
kata D ukuh Sudarm i, ature Dukuh Sudarmi,
246

baginda raja mengiakannya. ksam akna sang Nata.


12. Adapun nama pegangan seorang 12. N garen in g agem an sang B upati,
raja, kang pratam a ,
yang pertama, ngaran Nata-yoga,
bernama Natayoga, R ajayoga p in g kalihe,
rajayoga yang kedua, B a k tiy oga k aping t elu,
baktiyoga ketiga, D w ijati p in g catur inggih,
dan dwijati yang keempat, nyandang ika tetepang,
itu perlu selalu dilaksanakan, sane agem satuw ukf
yang selalu dipegang, . agem an i catur jad m a,
pegangan keempat kelompok m akam iw ah,
manusia, pretam a Sang Sri B upati,
terutama tuanku raja, lan tri wangsa punika.
dan triwangsa lainnya.

87a. 87a.

13. Yang bernama natayoga adalah 13. N atayoga ngaran angga tek i,
badan kita, R a jay oga ,
raja, ngaran ing pam anah ,
nama itu adalah pikiran, B a k tiy oga ngarannyane,
yang bernama .baktiyoga semua w us kasidan puniku,
itu lan ngaran in g dw ijati,
telah tercapai, pu tu s in g b u d i ika,
dan yang bernama dw ijati, sira Prabu pan g w erukt
pikiran yang putus, ayua ta sira m alupa ,
baginda raja agar mengetahuinya, denda awas,
jangan tuan melupakannya, ala lan ayua n ing bum i,
dan tuan berhati-hati, bu m ine ngaran sarira.
baik buruknya dunia,
dan dunia itu bernama sarira.
14. Yang bernama sarira adalah tubuh 14. Sarira ngaran angganta jati,
yang sebenarnya, sujatining,
yang sebenarnya itu, anggane katinggalan,
tubuh dilepaskan, n e m awasta ala ayu n e,
dan yang bernama baik buruk, n ados panjak satuwuk,
akan selalu menjadi hamba, rin g Batara miwah Buti,
pada Bathara dan Bhuta, ika dew a n in g awak.
247

itulah yang merupakan Dewa m an gereh : saw atek idu p,


dalam tubuh, ngaran ahis m iwah kasar,
yang memerintah segala yang awasakna,
hidup, salaw ase kari u rip,
yang halus atau yang kasar, o se k in g r a t satata.
menguasainya,
selama masih hidup,
yang selalu menyusahkan dunia.”
15. Baginda raja kembali bertanya,
”Sebagai apa,
lam pah itu paman, 15. SriN arpati m alih manyawurin,
lanjutkan mengajarnya, kaya apa,
ragu saya mengetahuinya, maman kunang lampah,
terhadap tindakan penjaga hidup tulusakna pituture,
•i ”
mi, m arm ane ingsun pangw eruh ,
Ki Dukuh berdatang sembah, rin g tindak satunggun urip,
”Ya Tuanku, K i D ukuh m atur sembah,
sebenarnya lam pah itu, pukulun sang Prabu,
jangan melupakannya, sujatine kunang lampah,
itulah yang menjaga budi, hayua lupa,
laksana perjalanan matahari. samakna kang n gam ong budhi,
tatan pen d oh surya marga .
16. Kini lampah sebagai penjaga
hidup,
tidak akan memilih, 16. M angka lam pahe satunggun urip,
memilih di perjalanan, nora milih,
akan sama yang baik dan buruk, pilih m aring marga,
tak ada kotoran, sam a ju a ala ayune,
demikian pula tak ada yang tan ana ucin ipun,
harum, m alih nora ana wangi,
demikianlah Tuanku, sapunika sang Nata,
ya hamba peringatkan, inggih m atur pam ungu,
beranilah hamba terhadap tuanku, purun titiang rin g i dewa,
bila diijinkan, y a n in g y o gia ,
oleh tuanku,” m aring je n g patik Narpati,
raja menjawab. prabu anim bal wacana.
248

87b. 87b.

17. ’’K arena saya belum puas men­ 1 7. Apart durin g ingsun waneh mami-
dengarkannya, arsi,
silakan paman menceritakan duh durusang mantan m alih tat-
kembali, w ayang ,
mengatasi nafsu itu, martasarin ragadine,
terus berulang-ulang,” apan g m elid satuwuk,
Dukuh berkata halus, dane D ukuh m atur aris ,
’’
U sir kala itu, aw ur tikanang kala ,
setiap bulan, ngasasih pu n ik u ,
lengkaplah keempat arah, tegepan g am anca desa ,
jangan lupa, ayua lupa ,
penyakit agar hilang, m alane pang m akingking m aringf
tidak merusakkan negara. tatan m angrusak nagara.

18. Pada bulan kasanga supaya 18. R in g masa kasanga m angda law iht
yang baik, cacarune,
korbannya, ratu utamayang,
yang diutamakan, sarwa su ci aturane ,
persembahan segala yang suci, n yepian g sadinan ipunt
adakan sepi hari itu, sipen g sunia ja tif
agar betul-betul sepi mati bila y an g sang Prabu kasidan ,
Tuanku melakukan, sida ja ti tuhu ,
supaya benar-benar yakin, punika kalintang dangan ,
hal itu amat mudah, mangasorang,
mengalahkan, duratm akane Narpati,
musuh tuanku, durung katum bak w us alah .
belum ditumbak sudah kalah.
19. Kita tetap tinggal di istana, 19. R aga j en ek m alinggih rin g p u ri,
musuh tempatnya jauh dan m usuh ad oh ,
semuanya sudah mati, sam i sam pun p eja h f
tidak ada kesusahan apa pun, nora m apakew uhe ,
itulah merupakan senjata karis pujika kris baru ,
yang baru, b oy a ratu kadi m angkin ,
bukan sebagai keadaan baginda saw ane kaduhkitan,
sekarang, p a ti parag-purug,
249

sangat kesengsaraan, lew ih sengka kunang lam pah


tertusuk ke sana ke mari, ngelam pahin ,
jalan yang sukar atau gampang M r pitu tu r in g arsi,
tetap ditempuh, duh singgih ratu sang Nata.
sebagai ajaran-ajaran yang ter­
dengar,
demikianlah ya tuanku.
20. Ya umpamakan yang jauh, 20. Singgih adoh ratu yan upam i,
bila diibaratkan, yan anggan ning ,
kesucian air, kanirm alan toy a ,
kesuciannya tidak tetap, tan a j eg kauningane,
walaupun tidak jauh, diastunnya norana jau h ,
tidak tercampur lagi, tan kaworan am bah malih,
karena asalnya memang dari tanah, w it m ula mawadah tanah ,
yang menyebabkan tidak mulus, makrana tan m ulus ,
bau busuk bercampur, ain ge wantah m aw oran ,
dengan tanah, antuk tanah,
walaupun seringkali diperhatikan, adin sai aw as lingling,
namun kotorannya tidak terpisah. regednyane nora pasah.

88a. 88a.

21. Hanya saja kotorannya sedikit, 21. K ew ala letuhnyane kedik,


tidak akan sanggup, b oy a sida ,
selalu akan terpisah, pacan g pasah satata,
dengan sesamanya, saking m aring sasamine,
selamanya tak akan putus, salam ine tan p u tu s ,
bila sudah terlalu suci, yan sam pun kagungan su ci,
menjaga sifat yang terhormat, n gam ong b u d i sewawa,
tidak ugal-ugalan, nora agal-agul,
itu yang bernama darm a sunia , iku ngaran darm a sunia ,
sudah dikuasai, w us kawasa ,
segala yang diharapkan terpenuhi, sakarep sam i m adaging,
dan itu berasal entah dari mana. w iku w it sangkan in g paran.

22. Bila keduanya besarnya sama, 22. Yaning sama agunge kakalih ,
yang kotor, sane letuh ,
juga yang suci, m uang su ci punika ,
pekeijaan tak akan berhasil, tan kasidan pagaw ene,
250

apalagi yang kotor itu lebih besar, kalingke kagungan Iatuh,


laksana mendung meliputi dunia ini, luir m ega ngebakin gum i,
tak tahu akan apa-apa, tan wruh rin g paran-paran,
menyebabkan pikiran kacau, n adi manah bin gun g ,
ajaran sastra akan jauh, sastra adoh rawuh mangap,
laksana burung pikat, luir papikat,
sial di badan yang menimpanya, m ala ning angga tum indih ,
istri yang dipeluk dicuri orang.” rabi kupkup ju an g anak,

23. Berganti-ganti bersenda gurau, 23. guyu-gum uyu masilih-silih,


merasakan kalah, angalap kasor,
ada pun baginda raja kurang gerak, ida M aharaja den in g katunan
sebagai yang dikatakan oleh Ki lam pahe ,
Dukuh, sakadi ujar K i D ukuh , .
’’
Saya amat salah berjalan, lintang titiang iw ang margi,
tak salah sebagai yang dikatakan tan sim pang luir in ucap ,
itu, m adak sida m angguh ,
mudah-mudahan sanggup melihat­ sakadi piw ekas bapa titiang
nya, nyadia ,
saya sanggup sesuai dengan kata m ataki-taki nindakin,
paman itu, satunggun ingsun ageseng.
hati-hati bertindak,
selama kita tidak terbakar.”

88b. 88b.
24. Konon sudah tiga malam lama­ 24. Tau ucapan sue tigan g wengi,
nya,
berkata-kata, m abawosan,
bersama mereka bertiga, ida sareng tatiga,
’’
Teruskanlah ikhlasan paman, durusang m alih ican e ,
bila bapak benar-benar sudi,” y an in g bapa durus asung ,
kata baginda raja, ujar e sang Sri Ndrapati,
Ki Dukuh menceritakan, K i D ukuh mengaturang,
pendidikan dan doa-doa, pangjya m uang kastru ,
demikian pula tentang kepandaian m iwah A ji D anurdara ,
memanah,
setelah selesai, sam pun tam at,
raja diberikannya lagi, sang Prabu katuran m alih ,
panah Angin yang hebat. heru A ngin kabinawa.
25. Kurang lebih satu bulan, 25. Sawatara m alih asa sih,
baginda raja, SriN aren dra,
belaiar di sana kemudian irika m angafya K i D ukuh
Ki Dukuh dengan berkata, teges ature,
’’
Karena sekarang sudah selesai, dw aning m angkin w us p u p u t,
berangkatlah Tuan dengan baik, m argi ratu saking aris,
selesaikan pekerjaan Tuan, karyane ju a putusang,
jangan terlalu terlena, ay u a m u pu ulangun,
pekerjaan tidak akan selesai, nora sida karya ngarant
bila dilepaskan, y en tum usang,
ajaran siang malam itu, tuture lem ah w en gi,
pekerjaan akan sia-sia.” kanirguna kunang karya.
26. Raden Mantri tak berkata panjang 26. Tan panjang sira R aden M antri,
lagi, w arning singgiha,
menurutinya, k adi katuduhang rin g dija reke
sebagai diperintah ke mana arah margine,
jalannya, ngungsine ka m argalangu,
menuju ke Margalangu, dan e D ukuh m atur aris,
Ki Dukuh berkata pelan-pelan, patu t ratu mamurwa,
’’Hendaknya Tuanku ke Timur, tatan salah dunung,
tidak salah tempat,” m alih sang N ata ngandika,
kembali baginda raja bersabda, saha dabdab,
pelan-pelan, suka tan suka ne m angkin,
’’R ela atau tidak rela sekarang ini, N i Luh Tabia tunas titiang.
Ni Luh Tabia saya akan minta.”
27. Ki Dukuh tak lama menjawab, 27. N ora panjang K i D ukuh nyaw urin,
’’
Karena memang, duaning mula,
kepunyaan Dewi Uyah, drew en N i D ew i Uyah,
tak boleh dilupakan, tan d a d os pacan g lupane,
dan keempat itu, punika sane catur,
memang menjadi kesayangan tuah kakasih Sri Bupati,
baginda, ala ayu tan pasah,
suka duka tak akan berpisah, kawula sam pun wruh,
hamba sudah tahu, ja y a ratu rin g payudan,
semoga tuan menang dalam pepe­ nora salah,
rangan, ature p a tik N arpati,
tak akan salah, akw eh m am angguhang laba.
252

perkataan hamba ini,


akan banyak mendatangkan
hasil.”

89a.

28. Semua bersama-sama mohon diri, 28. Sagrehan sam i sam pun m apam it,
Ni Luh Tabia, N i Luh Tabia,
m ohon diri setelah menyembah, m apam it wus m anyem bah,
konon Ki Dukuh mengantarkan­ K i D ukuh ngiringang reke,
nya, rawuh rin g jaba sam pun ,
dan sudah sampai di halaman luar, nguningang gu n u n ge kangin,
memberitahukan gunung di ayua nyim pangin awan,
sebelah timur, G trakuta tuju.
jangan salah jalan, R aden M antri manuwutang,
tujulah Citrakuta, w us mamindah,
Raden Mantri menurutinya, sinam i lam pahe ngiring,
telah pergi, m aring padukuhan.
semua mereka itu mengikuti per­
jalanan itu,
ke luar dari tempat Dukuh.

29. Dukuh Sudarmi balik kembali, 29. D ukuh Sudarm i m aw angsul m alih,
tak diceritakan, tan ucapan,
sudah tiba di taman, rauh ana rin g taman,
tersebutlah peijalanan baginda kocapan sang N ata lampahe,
raja, kairing sareng catur,
diiringkan oleh empat orang, lam pah ira sada aris,
peijalanannya agak pelan, siang latri tan rarianan,
siang malam tak pernah berhenti, m anut geger ing gunung,
mengikuti suara ribut di gunung, marga kiluk langkung rangka,
jalannya berkelok-kelok amat durgam a awan,
sukar, repet-repet lin tan f sripit,
jalannya kecil dan amat sempit, tukad sraya kapangguhang.
terlihatlah Sungai Srayu.
30. Luasnya tak terkira-kira, 30. Tan patandin g lintang linggahnya
airnya tenang dan amat bening, wiakti,
berhenti beserta para pengiring­ d egd eg toyannya dahat lintang -
nya, nirmala.
253

dan segera mandi, ararian lan pangiringe,


setelah selesai lalu berjalan, a ge a su ci sampun,
arah menuju timur, w us p u p u t raris mamargi,
bertemu dengan lahar besar, pangungsine mamurwa,
bernama Suranadi, m am angguh walahar agung,
setelah melihatnya, suranadi maka ngaran,
segera berjalan ke depan, w us araw ut,
segera sampai pada sebuah danau lum am pah m angulwan ge lis,
yang berair. prapta m aring d a m n toy a .

89b. 89b.

31. Luasnya tak terkira-kira, 31. K abim w a linggahe tan sipi,


dipuja-puja, d u s kastaw a,
bernama Danau Yeh Muna, ra m Yeh M u m ngaran,
konon selalu ke utara ke selatan, lor h idu i kadulu reke,
karena amat keheranan, d en in g kalangkung ulan gan ,
di sana bermalam dengan tenang, irika m akolem aris,
tenang dan amat sejuk, sunia t is kadahatan,
di sana ada bunga tunjung hijau, tunjung wUis d itu ,
tak ada lain melainkan dalam nora lian m aring telaga,
telaga baginda raja, ida sang N ata,
semua amat senang, kalintang jim a n e sam i,
dan sudah selesai mandi. sam pune pu p u t m asucian.

32. Raden Mantri terhenyak keheran­ 32. K alalen ida R aden Mantri,
an disertai, kairingang,
oleh Patih dan pengembannya, rih Patih laninya,
didekatnya kebun yang luas, tegai linggah panyandinge,
tempat itu sangat indah, genah lintang rahayu,
dikelilingi bermacam-macam kaideran sarwa sari,
bunga, w anginya m ahim pungan,
harum semerbak, angin dab-dab alus,
angin bertiup tenang, m anem puh kam rikan puspa,
mengembus keharuman bunga, lintang pum a,
amat sempurna, m aolahan tem puh angin,
bergoyang-goyang ditempuh m aring ad ri Citrakuta.
angin,
di hutan Citrakuta.
254

Pupuh Adri Pupuh Adri

1. Semua tertidur di pinggir danau, 1. Sam i nidra rin g p in ggir in g danu,


di Citrakuta, m aring G trakuta,
di tengah gunung yang sangat rim adianing gu n u n g angraw it,
tinggi, K i D ukuh Sak ti kawuwus,
tersebutlah Ki Dukuh Sakti, m angandika sada alus,
berkata lemah-lembut, ana rin g parekane rua,
kepada dua orang pembantunya, Pagag P ageg kem a pesu,
Pagag Pageg keluarlah kamu, m aring taman m aglindengan,
beijalan-jalanlah di taman, sam bilang m angam bil toya.
sambil mencari air.
2. Pagag Pageg segera menurutinya, 2. Pagag Pageg gelis m angiring sam~
karena sudah lama, pun,
serta membawa air dipikulnya, antuk saking suennyane,
segera turun dengan bunyi gran- m iwah con tan ge kaundit,
dang-grundung, im ang tedun grandang-grundung,
sambil bernyanyi dijalan, d i m arga sam bil m akidung,
suaranya ribut disertai gerak- u yu t sam bilang m apolah,
gerik, enggal lam pahe rin g hnu,
cepat perjalanannya dijalan, prapta m aring tam an ,
lalu sampailah di taman, wau m ijil sang hyang surya ,.
sesaat matahari baru terbit.

9Ga.

3. Sesaat setelah sampai keduanya 3. K agiat parekane wau rawuh,


kaget, m aring pin ggir toyane,
di tepi tempat berair itu, katon nara sirep sepi,
terlihat orang sedang tidur nesek m angungkalin sampun,
nyenyak, pun Pagag raris mawuwus,
lalu mendekat serta memper­ anak m uani a d i dadua,
hatikannya, adin e m asaw ur guyu,
Pagag berkata, n ik i hihduh sareng tiga,
”Ada dua laki-laki adik,” gagelan b eli inab teka .
adiknya menjawab sambil ber-
senda,
”In i terdapat tiga orang wanita.
255

mungkin pacar kakak sudah da­


tang.”
4. Mereka ribut bersenda gurau, 4. M agulgulan reke pada u y u t ,
karena terlalu lama, antuk saking suennyane,
baginda raja lalu terbangun, sang Prabu raris matangi,
Pagag Pageg lalu berteriak, Pagag Pageg raris m angelur ,
dikenalnya bahwa rajanya datang, kalingan gu stin e rawuh,
berguling-guling pada kaki beliau, m agunyang rin g je n g ida r
gembira akibat kesedihannya, legane kabatek su n gu t ,
menangis tak henti-hentinya, tangise tan papegatan,
baginda raja terasa hendak me­ sang Prabu n gem ben g ing tih ga l
nangis.
5. Air matanya bercucuran, 5. Srupatane tan m ari p esu ,
melihat hambanya, m anyingak parekane,
laksana jiwanya hilang, luir ketus tikanang h ati,
karena bfchar-benar cinta, du ah in g kakasihe iu h u ,
selalu setia, tresnane tindih satuw uk ,
lania sama-sama berdiam diri kasuen pada blegbegah,
karena kaget, K i P atik raris nw wungu ,
Ki Patih lalu bangun ia kaget kagiat dan e m am irengang;
mendengar, m iwah w angjrone sdmidn:
demikian pula para pelayan
wanitanya.
6. Semua menangis terisak-isak, 6. Tangise um ung sam i pasegu ,
tak lania kemudian, sam aniara suane, v
Raden Mantri lalu mandi, R aden M antri masucU
pengiringnya semua mengikutinya, kakainya ngiring sam pun,
demikian pula turut patih beliau, lah I Patih dane tum ut,
pikirannya jernih, nirm ala ikanang m dm hy
setelah mandi lalu bercerita, w us m abresih raris matutur,
menceritakan suka dukanya, ngandikayang suka d u k at
kesengsaraannya hingga datang sangsara sam pe prapta.
di sini.

90b. 90b.

7. Ki Pagag Pageg menceritakan 7. Pagag P ageg m angatiirang lacur ,


tentang kemelaratannya.
256

"Pergi ke sana ke mari, satiba parane,


mencari Raden Mantri, mangruruh Raden Mantri,
hingga menghamba pada Ki sam pe mamanjak ring Dukuh,
Dukuh,
kurang lebih sudah dua tahun, pinih w entenkalih team,
yang selama hamba menghamba, inggih suen titiang mamanjak,
bakti hamba kepada Tuanku, baktin titiang ring i ratu,
Tuanku.hilang saat sakit, ical ratu kari sungkan,
hamba amat sedih. erang titiange kalintang.

8. Dukuh Sakti kemudian memu­ 8. Dukuh Sakti dane manuduk,


ngutnya,
di tengah hutan ini, , ring tengah alase,
hingga hamba tetap ada sampai kram karitun titiang mangkin,
sekarang,
menyuruh hamba menunggu ngandikayang nyantosratu,
Tuanku,,
konon Tuanku akan datang, kocap ratu pacang rawuh,
tiba-tiba Tuanku sekarang datang, saget ratu mangkin prapta,
saya amat beruntung, sadian titjangemanulus,
tak salah apa yang dikatakannya, tan sim pang kadi inucap,
benar-benar Ki Dukuh kata-kata­ ja ti K i Dukuh wak-bajra.
nya ampuh.

9. Mari Tuanku pulang, 9. Ngiring jua i ratu mantuk,,


karena sudah amat lama, duaning lintang suene,
pergi dari istana, wus matinggal maring puri,
ayah dan bunda pasti sedih, tbu ajisim hn gun gun ,
demikian pula para rakyat dan kalih bala mantri ratu,
Mantri.” sang Nota raris ngandika,
raja lalu berkata, -: . durung masan nira mantuk,
’’
B elum waktunya aku pulang, yan tan kapangguh sang Dyah,
bila belum bertemu dengan Raden D ew i Udyatmika.
sang Dyah,
Raden Dewi Udyatmika.
10. Pagag Pageg terus mendesak, 10. Pagag Pageg kedeh manyurung,
ingatkan negara. elingangjagate.
257

ditinggalkan terlalu lama, katingalin lami-lami,


Tuanku yang memundurkan dan ratu n gan degratu ungunggul,
Tuanku yang memajukannya, kasungsung ratu ngunggul,
dijunjung oleh rakyat semuanya, kasungsung rin g ja ga t iku,
tak akan kurang wanita, anak istri b oy a kirang,
walaupun yang cantik sekali pun, jaw at sane lintang ay u ,
yang lebih cantik daripada sang luih rupane m aring sang Dyah,
Dyah, d a d os aw atang istri ical.
mengapa terlalu menyusahkan
istri yang hilang.”

91a. 91a.

11. Segera baginda raja berkata pelan, 11. Srenggara lon sang Prabu ma~
”Benar sebagai yang dikatakan wuwus,
itu, w iakti luw ir ujare,
kebetulan aku sudah meninggal­ kaduk nira ninggal puri,
kan istana, erang y an nora kapangguh,
malu jika tak dijumpai, yadian m angem asin lampus,
walau mati sekali pun, jalan k e nira iringang,
antarkan aku, sim pan g rin g p o n d o k K i Dukuh,
sehingga di tempat Ki Dukuh, apan g ingsun tatas weruha,
agar aku lekas mengetahuinya, sam bil nira nunas kaka .
sambil aku minta paman.
12. Tak patut pulang diam-diam, 12. Tan patu t tingkahe n y olon g
tak membalas budi, mantuk,
paman pelajari hal itu, m anirat danane,
tambahan pula telah lama dan k eto kaka pelajahin,
telah memberikan nasi, m alih su e tuyuh m angingu,
dan pula beliau amat bijaksana, m alih dan e lintang putus,
patut di sana memohon, n yan dan gditu mapinunas,
kebetulan menjumpai biksu,” m ungpung m anggih anak biksu,
Patih membenarkannya, dan e Patih mamatutang,
Pagag Pageg berkata menyembah. Pagag P ageg m atur sembah.
13. Marilah Tuanku hamba mengiring­ 13. In ggih m a rgin girin gra tu ,
kan Tuanku,”
segera membawa tempat air, ge lis m am uat bacoke,
I Pagag mengambil tempat air itu, I Pagag con ta n ge kam bil,
258

segera bersama-sama menaiki sagrehan m n ggah in gunung,


gunung,
Patih dan Jae Cekuh, IP a tih lan Jae Cekuh,
Ni Luh Tabia tak pernah berpisah, N i Luh Tabia nora pasah ,
I Pageg mengantarkannya di bela­ I P ageg ngiring dipungkur,
kang,
dan Pagag berjalan lebih dahulu, dane Pagag ngiring duluan,
tingkahnya tetap sebagai dahulu. solahnyane kadi kuna.

14. Mereka ribut bersenda gurau, 14. M agonjakan sam i pada umung,
jalannya menuju ke timur, m anganginang parane,
beijalan naik pelan-pelan, ngam unggahang sada aris ,
Toyamuna sudah dilewati, T oya m una sam pun langkung,
mereka saling gelut, saget m anggih m arga libu t ,
semua naik perlahan-lahan, p eten ge tan pasingsingan ,
karena jalan amat gelap. lam pahe sam i silih glu t ,
m akituk sam i ngunggahang ,
marga peten ge kaliwat.

91b. 91b.

15. Kemudian kini dengan angin ber­ 15. A n gin e baret m angkin kacunduk,
tiup kencang, kalintang jejeh e,
amat menakutkan,
beijalan dengan menggigil, kunaku sarw i m anggigil,
karena terlalu dingin, antuk din gin e kalangkung,
maka jalannya amat pelan, lam pahe dabdab kalangkung ,
jalannya pelan sambil menoleh- lam pahe dabdab m akituk ,
noleh,
jalannya tidak cepat, pam argine nora ginggang,
namun tetap tidak akan mundur, m anyadiayang nora m undur ,
konon kini sudah sampai, k oca p m angkin sam pun prapta,
di puncak Citrakuta. rin g agra ning Citrakuta.
16. Terang di ufuk timur hingga ke 16. G alang k an gin raw u h lor,
utara,
di bagian selatan amat mem- k idu l ditu kalintang langene ,
pesonakan,
terasa tak ingin kembali, rasa tan balik prihatin,
tak ada yang mengalahkannya, andap ad oh pu n kandulu.
tetapi ada pula cacat celanya, w enten maka ca ca d ipun,
karena terlalu sepi, baan m ungm unge tan paw ang ,
amat luas membentang, linggahyane tan patanggu,
di sana beliau beristirahat, ararian ida irika,
dan sudah berada di atas bumi. m adya-pada kahungkulan.

17. Terang benderang tak pernah 17. Sinang galan g nora ada dalu,
malam,
tak berciri hari siang, tan kacirian siange ,
burung belibis berbunyi, cakrawaka ne m a m m y U
lama beliau beristirahat, kasuen ida m angrerantun ,
terasa dalam pikirannya, ngrasarasayang rin g kayun,
terasa semua laksana dalam rasa nika M r pangipian ,
mimpi,
Ki Patih memperingatkannya, K i Patih m atur pam ungu,
marilah Tuanku berjalan, n girin gk e ratu m am arga ,
agar cepat sampai. m angda gelis ratu prapta .

18. Seorang hambanya ke depan lalu 18. Parekan ngarepang raris matur,
berkata,
’’
M engapa Tuanku terlalu lama ta nguda ratu kasuen ,
masih jauh yang hendak dituju,” kantun adoh kang inungsi,
segera baginda berdiri, ge lis ju m lag anake agun g ,
hambanya menuntun berjalan, parekan ngem ban lum akut
selalu gembira, tresna w ilise satata,
selalu mengapit perjalanannya, m angapit m argane nerust
dilihatnya telaga berair, telaga toy a kapangguha,
Pagag Pageg memberitahukan­ Pagag P ageg mangaturang.
nya.
19. Raden Mantri berhenti lalu turun, 19. R aden M antri mararian raris
menuju telaga itu, ted u n t
serta para pengiringnya turut ana m ating talagane,
serta, lan pan girin g sareng sam if
di sana kemudian mandi, m adalon irika manjus,
semua berenang dan berkecim­ m angum bang sam i m akubuk,
pung,
karena terlalu berburu harum, antuk w engine kalintang,
disertai rasa manis, saw ang m anis rasan ipu n t
laksana burung belibis menyelam, M r w aliw is m osilem an.
260

gembira berenang dalam telaga bin al ngum bang m aring telaga.


itu.

92a. 92a.

20. Setelah baginda raja selesai mandi, 20. Puput m asuci ida sang Prabu ,
demikian pula para pengiringnya, m iwah pangiringe,
kemudian melanjutkan peijalanan, tum uli raris m am argiy
jalannya terus ke timur, rnamurua lam pahe n em sy
terlihatlah telaga Petaka, telaga Petakane pangguh ,
airnya jernih, toyannyane luih nirm ala ,
perjalanannya sudah lewat, lam pahe ngaliw at sampun,
terlihatlah Ki Dukuh, dane Dukuh kapangguh ,
dukuh di daun talas. rin g m an kladine masila.
21. Sambil tertawa Ki Dukuh turun 21. Saha gu yu i D ukuh tunedun tin­
mendekati dan berkata, dih wecanane,
menjemput baginda raja. m endaki S ri Narapati,
’’
Paduka yang mulia datang,” rahajeng ratu rauh,
mengambil tangan baginda raja, nyam but tangane sang Prabu,
sang Bagus lalu berkata, sang Bagus nim bal w ecana ,
”Ya-kami semua selamat.” inggih titiang sam i rahayu ,
Ki Dukuh mempersilakan mam­ K i D ukuh ngaturin sim pang ,
pir, rauh m aring papendekan.
ke tempat peristirahatannya.
22. Semua sudah dipersilalcan duduk 22. Sam pun sam i katuran m alungguh,
hanya suka dan dukanya, tuah suka dukane ,
’’W alaupun tak memberi apa-apa, diastu tan asung n api,
namun pemberian bapak aku suecan bapane kasuw un ,
junjung, gantin titiang m angkin rawuh ,
tujuan saya sekarang datang, nika bapa pisukayang,
itulah yang bapak gembirakan, sadum nge titiang m atury
sebelum saya berkata apa-apa, bapa sam pun sahuninga ,
bapak sudah mengetahui, rin g titiang mraga sangsara.
keadaan saya yang sengsara.”
23. Raden Darmika sudah menerima­ 23. R aden D arm ika m anerim a sam ­
nya, pun,
lalu berkata, raris m ijil wacanane,
’’Walaupun tak memberikan apa- diastu tan kasungan napi,
apa,
namun pemberian bapak dijun­ suecan bapane kasuw un,
jung,
tiba-tiba saya datang sekarang, kaget titiang m angkin rawuh,
hal itu bapak gembirakan,” nika bapa pisukayan g ,
I Dukuh sudah mempersembah­ I D ukuh ngaturang sampun,
kannya,
’’Maafkanlah persembahan hamba, am pura aturan titia n g,
apa yang dipersembahkan dari m ijil saking padukuhan.
tempat ini.”

92b. 92b.

24. ’’Berikanlah saya jalan yang benar, 24. K aturin titiang m argane patu t,
karena saya serba kurang, an tu k titiang katunayan, \
kurang berguna dan kurang ina guna tuna sakti,
sakti,
tak mengetahui kewibawaan, kaw ibaw an kirang tuhu, t
pakailah saya putra yang sebenar- anggen titian g putra tuhu,
nya,”
Ki Dukuh berkata pelan-pelan, I D ukuh alon angucap,
manis sambil tersenyum, saha m anis sem u gu y u t
”Ya Tuanku Maharaja, singgih D ew a M aharaja,
Tuan adalah putra kerajaan. I D ew a Putra sasana.
25. Ya sang Bagus, 25. Singgih dew a sang Bagus,
perkataan Tuan tak salah, tan salah ujare,
sebelum saya kenal, sadurunge titiang uning,
memang sebenarnya Tuanlah ini. sam pun ia wantah i ratu,
dari kapan hal ini demikian, m aring pidan puniku,
laksana seorang sujana, tan pindah luir sang sujana,
berjalan salah tujuan, n gam ong lam pah salah tu ju ,
hal itu bernama salah lewat, tuna liw at iku ngaran,
lima kali menggantikan sungai,” p a gen tos nadi p in g panca.

26. Baginda raja lalu menjawab, 26. Sang Prabu raris nim bal matur,
”Tak salah perkataanmu, tan sim pang ujare,
hanya saya salah menerimanya, wantah titiang salit tam pi,
apa yang bernama hidup dalam n di ngaran urip in g windu.
262

kekosongan,
sudah amat terkenang-kenang, langkung in gan gen sampun,
Ki Dukuh kembali menjawabnya, K i D ukuh n im bal wacana,
”Ya dengarkan kata-kata hamba, duh piarsa atur sang hulunf
satukanlah pikiran, gelen gaken ikang manah,
pusatkan ujung pikiran. p a titis tungkung in g manah.

27. Akan terasalah segala perasaan, 27. R asa ning rasa kapangguh ikut
ditandai pada badan sendiri, kaciriang anggane ,
laksana masuk ke dalam pintu M r ngranjing ing law ang ah st
pelan-pelan,
terasa ke luar bersama-sama, sama rasane m aw etu ,
dari tanda pintu itu, undag ning law ang iku,
panca nama pintu itu, pan ca ngaran ing lawangan.
para diri Tuanku adalah m oksa. ” kam oksa rin g anggan ing Prabu ,
baginda raja berkata, Nrepa-Putra mangandika,
’’
Jelaskan lebih lanjut bapa,” durusang tinggarang bapa,
Tuanku sudah diajarkan, dcn sa sam pun agurua,
laksana ukuran segi tiga, M r sepat siku-siku,
pikirkanlah dalam hati.” tim bang-tim bang ring gu a garba,
raja berkata agar meneruskan. sang Prabu m atur durusang.

93a. 93a.

28. ”Ya adapun keadaan hal itu,” 28. Jnggih pangaran nyane pu n ik u ,
kata Ki Dukuh, atu r dane K i D ukuhe,
’’
suara ke luar dari kesusahan,” sabda m etu saking osek,
kesusahan itu oleh Ki Dukuh di­ K i Dukuh ngarannya bayu ,
namai bayu,
bernama bayu karena keluarnya, bayu ngaran m edal ipun,
ya, ke luar dari cipta, inggih m edal sakeng cipta,
dan cipta ke luar dari pikiran, cipta m etu saking kayun,
asal mula pikiran dari budi, w et ing kayun saking budya,
dan budi diliputi Tuhan. b u d i kuwuban in g Hyang.

29. Kini Ki Dukuh memberi pelajar­ 29. M angke pewarah-warah dane


an, D ukuh ,
menceritakan tentang darma, ngojah kadarman,
agar tahu tentang pikiran dan pan g weruh sira manah budi,
budi.
263

yang merupakan panca indra, ngaran pancendria iku,


lima banyaknya pikiran itu, panca kueh manah iku,
dan ada pun namanya masing- ngaran nyane suang-suang,
masing K asipta m uda,
dan Wiksipta Ekagrata, lan W iksipta Ekagreta,
N iruda Pancasadaya. N iruda Pnacasadaya.
30. Demikian banyaknya tingkatan 30. N iku kabeh undaga n in g kayun,
dalam pikiran,
laksana anak tangga, tuir p a lit ejane ,
lima bagian semuanya, pa lit p a let panca sam it
hal itu diketahui terlebih dahulu, iku pa n g weruh rum uhun,
dengarkan hal itu Tuanku. piarsa kena sira sang Prabu ,

28. ’’Pikiran berbeda-beda Tuanku, 31. Ikan g manah beda-beda ratu,


dan sifat-sifatnya, maka kram annyane,
K asipta yang mula-mula ikang kasipta p in g rihin,
sebagai pikiran anak-anak, kadi manah rare tuhu,
pikirannya tidak tetap, nora langgeng manah ipun,
setiap yang baru dilihat, asing anyar kapangguha,
tampak baik dan dicintai, katon b ecik tur kapulut,
kata-kata yang baik tak dipercaya, sabda anyar den guguana,
itu benar-benar ke luar dari ja ti w etu ning kasipta.
Kasipta.

32. Sifat Muda, 32. K ram aning ngaran m uda puniku,


itu umpama muda-mudi, truna-truni luire,
loba pemarah dan angkara, m om o murka angkara twi,
loba dan sewenang-wenang, lob a apa kadi aku ,
tak tahu akan baik buruk, tar w eruh rin g ala ayu,
percaya sekali pada diri, aw ake ju ga andelang,
aku berani dan aku pandai, aku w ani prajnya aku,
aku sakti tak ada yang menyamai, aku sakti nora sama,
demikian sifat muda itu. mangkana karep in g m uda.

93b. 93b.

33. Adapun sifat Wiksipta itu, 33. K unang kram aning Wiksipta iku,
tahu tinggi rendah, weruh anggah-ungguhe,
terhadap tatakrama manusia. ring.pada tatane janm i.
264

berbuat yang baik, m alaksana ne rahayu ,


segala perbuatan dengan hasil w iw eka tindak in g tanduk,
pertimbangan,
sesuai dengan suasana, m anut ucap in g sasana,
tingkah laku yang baik diutama­ silane biakta dum unung,
kan,
disertai dengan kesungguhan lawan satia rin g w encana,
kata-kata,
semua ini keluar dari Wiksipta. w etunnya saking W iksipta.

34. Yang keempat adalah Ekagreta, 34. K apin g catur Ekagretan ipun,
keadaannya menyatu, m anunggal arane,
itulah diciptakan bulat-bulat, nika wus aseka kapti,
selalu percaya akan alam nirwana, nguguaning kasunyatan nerus,
tidak mengharapkan kesenangan tan arep kawiriyan Prabu ,
duniawi,
umpama bersuka-sukaan, maka m iwah suka wahya,
hanya menuju alam tenang, kew ala langgeng pen u ju ,
menuju nirbanayusa, m aring kanirbanan yusa,
yang ke luar dari Ekagreta. m ijil saking Ekagreta.
35. Yang kelima adalah Niruda, 35. N iruda kaping panca puniku,
tingkat-tingkatannya, undag-undagane,
mulai dari Ekagreta lanjut, saking Ekagreta ngraris,
menuju ke N iruda, nungkap ka N iruda iku,
yang memerintah badan ini ingin ngreh angga m erih anggan ratu,
menjadi badan yang mulia, ngaran pasam uan ning naya,
bernama pertemuan budi, m angreh rasa ja ti iku,
memerintah perasaan yang maka teges jatin rasa,
sebenarnya,
bersatu pada semua rasa. tunggal rasa samudaya.
36. Hal ini disebabkan rasa ini tidak 36. A pan rasa nora rua telu,
dua atau tiga, n gam ong satunggale,
menjaga yang satu, rasa ning H yang M urbeng bumi,
perasaan Tuhan Yang Mahakuasa, Wiweka rin g angga satuwuk,
selalu menyelidiki diri sendiri, w eruh maka beda niyaku,
tahu dengan jelas akan perbedaan- dagin g sakala niskala,
perbedaan, tan nyandang m aring lemah,
tentang isi skala dan niskala, duh dew a Prabu Darmika.
265

tak samar-samar lagi, tan nyandang sam ar pandulu,


dan sudah terang tanah, w us galangan m aring lem ah
baginda Darmika. duh dew a Prabu Darmika.

94a. 94a.

37. Yang bernama jasmani dan rohani, 37. R in g w ahyadyatm ika ngaran ipun,
itu adalah berbeda, rin g ja b a je r o apang jati,
luar dalam agar pasti, saking r o w lam pah ipun,
berjalan dari dua ini, . pangungsine sane p a tu t ,
untuk mendapatkan yang benar, ngungsi urip kadyatm ika,
menuju hidup batiniah, apan rua uripnya iku,
karena ada dua macam hidup itu, teges p a ti lan uripnya,
tegasnya mati dan hidup, ik a n gp a ti urip wahya .
mati dan hidup jasmaniah.
38. Adapun hidup itu membawa mati, 38. Ngaran urip ngaw apati,
ingatkan juga hal itu sekarang, ipun in gerju ga mangke,
sekarang hidup besok mati, m angke hidup besu k m ati,
ingatlah hal itu sekarang Tuanku, inger ju a w angsite Prabu,
berlaksana yang benar, m elaksana apang tuhu,
bila sudah meninggalkan Niruda, y an w us ninggal in g Niruda,
tak ada perasaan malu terhadap tan arta elik lawan hyu n ,
apa yang dirasakan,
penyerahan jiwa raga, paserahane raga jiw a ,
karena Tuhan yang menghendakinya. den in g Sang H yang Tuduh nitah.

39. Bila menghendaki Diah Udyat- 39. Yan m am rih D iah U dyatm ika ik u t
mika itu,
yang bernama Luh Tasik, Luh Tasik arane ,
rasa keindahan yang benar-benar, kasum a rasa sujati,
kejarlah dengan N iruda , N irudane anggen n gepu ng ,
yang tertua lebur bertindih-tindihan, atuha sira atupang suhf
K asipta M uda dan W iksipta , K asipta M uda W iksipta,
dan Ekagreta yang baik, Ekagreta luw ih ipun,
menaiki tingkat yang keempat, m anungkab undang p in g em pat ,
M uda dapat pada Niruda. M uda sida m aring N iruda .
40. Sangat sukar tempatnya hal itu, 40. Lew ih sangka genahnya puniku,
demikiannya jalannya, m iwah m argannyane.
266

jarang manusia yang tahu, arang w enten nara uning,


Margalangu mudah Tuanku, M argalangu gam pang ratu ,
dibandingkan dengan negara itu, n gu padi jagat pu n ik u ,
untuk menjaga Dewi Diah, y en in g ngem ban D ew i D iah ,
sukar sangat licin untuk ditangkap, m ew eh lintang licin celut,
karena perasaannya utama, den in g rasane utam a ,
perikemanusiaannya yang menye­ pratakjana n e ngupadiang.
babkannya.

94b. 94b.
41. Ukur baik-baik hal itu, 41. Sepat siku sikunen pu n ik u ,
jangan tergesa-gesa, ayua sira a get
pikirkan sebelum sangsara, m anguda y an durung wiadi,
belum danpai menjadi pendeta, durung wikan d a d i wUcu,
dan beryoga sebelum patut, lan m ayoga y o g ia durung ,
jangan melebur sebelum dosa ayua ngentas durung tatas,
sebelum jelas mengetahui, m apitutur durung ketur ,
bernasihat sebelum yakin tahu, ngajar-ajar durung pajar ,
mengajar sebelum pajar , pajar ngaran galan g w etan .
dan pajar berarti terang di sebelah
timur.
42. Tuan tuju darma itu, 42. K adarm ane dew a sane ju ju r ,
sekarang pelaksanaannya, m angke laksanane,
lihatlah diri sendiri, raga sarira w as tingling ,
lihatlah jalan yang baik dan buruk, pilih marga ala ayu;
bila selalu berbuat baik, y en in g ulah ayu manerus,
tak mengharapkan keuntungan tan pim rih labane prapta ,
yang akan datang,
laksana buah-buahan yang masak lu ir woh-w ohan masak runtuh ,
jatuh,
tidak mengharapkan balasan dan
tidak mengharapkan ada yang
datang,
hal itu bernama mengambil tanpa ngaran ngam bil tan patangan .
tangan.
43. Adapun ketiga langkah yang datang, 43. Ikan g lam pah ja ti tri pun iku ,
adalah nista m adia utam a , ” mangkana lu ir nyane ,
267

selesailah Ki Dukuh memberi nista m adia utam a niki,


nasihat,
pu pu t I D ukuh m itutur,
kurang lebih tiga malam,
pinih ten tigang dalu Nrepa-
bersama baginda putra raja, putra kahiringang,
terasa pikirannya gembira bersama asal lila rin g I Dukuh,
Ki Dukuh, m unggah m aring G unung
menaiki Gunung “ Meny an; M enyan,
berkata berganti-ganti. gum ati-ganti wecana.

Pupuh Ginanti Pupuh Ginanti


1. Berdua' mereka bercakap-cakap, L Sareng kalih rm pitutur,
sampai di puncak gunung, ana rin g agra ning wukir,
dekat dengan Gunung Citrakuta, tam pak G unung Citrakuta,
baginda raja berkata halus, sang Prabu ngandika aria,
’’
Sebenarnya saya Paman, titiang sam ping wantah m am an,
sangat merasakan dengan baik nyuksem ayang m aka sami.
semua itu.

2. Seluruh yang diceritakan tadi, 2. Saluirin sw ecane wau,


sudilah Bapak menjelaskannya, ledang bapa mangaturia,
bila saya kurang atau lebih, yen tuna lebih antuk titiang,
meniru semuanya itu, m angojahang maka sami,
’’Dukuh berkata pelan-pelan, dane D ukuh m atur dabdab,
’’Silakan Tuanku.” durus S ri Narapati.
3. Baginda putra raja berkata, 3. N arendra putra mawuwus,
’’Yang Bapak pegang adalah bakti, piaran bapa d e astiti,
ya perkiraan saya, singgih cacetayan titiang,
isi semua ajaran tadi, daging pitu tu re sam i,
yang tiga itu saya minta, sane tiga tunas titiang,
dimulai dari nista. ” saking nistane p in g rihin.

95a. 95a.
4. Hasil dari nista itu, 4. P ikolih nista puniku,
memuja Tuhan Yang Mahaesa. ngastawa rin g Sang H yang Widi,
hasil pemberiannya tentu nista, panugrahan taler nista,
hasil orang yang demikian ini. pik olih agw ang sapuniki,
memakai alat aksara, ngangge gelaran aksara, ,
mengharap-harapkan hasil. m angacep-acep p ik olih .

-A *
268

5. Mantra-mantra yang dipuji, 5. Japa mantranekasumbung,


p iga brata dan semadi, puja brata lan samadi,
japa yoga dan penyatuan pikiran, tapa yoga miwah diam ,
pemujaan yang selalu dilakukan, pangantawa anggeri perih,
ke luar dari pikiran loba, metu saking rmrnh loba,
angkara murka untuk berbakti. angkara murka ngastiti.

6. Semuanya itu adalah perbuatan 6. Ikakabeh nista laku,


nista,
kesibukan berbakti, gatin ikang pangastiti,
untuk mendapatkan segala impian, m ikolihang sarwa ipian,
sangat mudah Tuhan itu, lintang kulub pican Widi,
kebanyakan isinya akan terbalik, akwehan daginge sungsang,
lama kelamaan baru hal itu ter­ kasuen-suen wau kapanggih.
lihat.
7. K onon yang madia itu, 7. Sane media kocapipun,
ke luar dari penerimaan budi, metu saking panrim eng budi,
tergantung pada rasa pikiran, gum antung rasan bredaya,
di sanalah akan terlihat secara irika katingal aris,
halus,
laksana bayangan sepintas, luir wawayangan sakedap,
sederhana pemberian Tuhan itu. amadia nugrah ing Widi.
8. Hasil yang utama itu, 8. Labane utama iku,
jalannya demikian, laksam ne sapuniki,
suka senang dan ketangkasan, suka lila muang lagawa,
tak ada yang diharapkan hasilnya, nora a m kang pinerih perih,
bila ada hasilnya, saget a m laba teka,
hasilnya itu bukan diharap-harap­ ton jaluk ganjaran mili.
kan.
9. Tak ada perasaan kesukaran, 9. N oram rasa pakewuh metune
sakeng utami,
keluar dari keutamaan, kadi rasan ing woh-wohan,
laksana rasa buah-buahan, tan marasa ngolah malih,
tak perlu untuk mengolahnya, kewala suka legawa,
hanya saja kesenangan dan ke­ ngangge darma pangastiti.
tangkasan itu,
mempergunakan kebaktian dar­
ma.”
269

95b 95b.
10. Ki Dukuh menjawab sambil ter­ 10. M esem K i D ukuh sumawur,
senyum,

’Benar ya Tuanku, patu t dew a Sri N arpati,
jika sanggup memegang pikiran, yan sawawa ngawa manah,
laksana air yang jernih, angga n in gtoy a d egd egen in g,
yang keluar dari sumur, m aw etu saking wulakan,
tak dikotori apa-apa lagi.” tan kaw oran n api m alih .

11. Sang Bagus amat gembira, 11. Suka cita Sang Bagus,
menerima pikiran yang utama, m anrim eng cita utam i,
’’L agi bapak akan menjelaskan, m alih bapa m idartayang,
keadaan gunung ini, ketasan gu n u n g pu n ik i,
di bagian selatan utara timur dan rin g k idu l ku lon lo r wetan.
barat,
lebih rendah dari gunung ini. andapan rin g gu n u n g iki.

12. Berbeda-beda rupanya, 12. Saneh-saneh rupan ipun,


tak sama rupanya, tan sam a ikanang wami,
demikian pula kaki gunung itu, m iwah pukuh in g acala,
sekelilingnya semua berisi, m ahider sam i m adaging,
rupanya seperti air danau, toy a d a n u rupania,
keindahannya saling melebihi. lew ihnyane salin g lingganin.

13. Sudilah Bapak Dukuh, 13. D urus ledang bapa Dukuh,


menceritakan hal itu semuanya, natuayang punika sami,
agar saya mengetahuinya, m angda titiang sahuninga,
kasihiliah saya ini,” rin g titian g kaw elas asih,
Ki Dukuh berkata lancar, k i D ukuh m asawur banban,
”Ya dengarkanlah Tuanku. singgih piarsan S ri Narpati.

14. Bersediakah Tuanku, 14. Yatna ju ga sira Prabu,


akan ajaran saya yang benar- wawarah titiang sujati,
benar ini,
resapkan dengan sempurna, saking pu m a dew a awas,
dengarkanlah ini satu per satu, ik i rengua wiji-wiji,
rupanya dan namanya, rupania lan nama nira,
merupakan keliling dunia ini. p id er buwana puniki.

15. Di kaki gunung itu, 15. R in g pukuh in g gu n u n g iku,


di tepi timur yang dipuji. tep i w etan kang p in u ji,
270

kedudukan Sang Hyang Iswara, linggan Ida Sang H yang Isw ara ,
berhiaskan warna putih, sueta w am ane m akendit,
seluruhnya berwarna putih, maka sam i m aw am a petu k ,
bunga teratai indah dan juga putih. ram ia tunjung taler pu tih .

16. Airnya selalu suci, 16. T oyane nirm ala manerus,


keluar tenang dan mengalir, linggah d egd eg tur m angilir ,
bernama Sungai Srayu, tukad Srayu ika ngaran ,
melewati negara bagian timur, m aem puh jagate kangin ,
di daerah kekuasaan Mayura, saw aw engka sin g Mayura,
menghidupkan segala yang hidup. ngam retanin lu if maurip.

96a. 96a.

17. Adapun tempat yang kedua, 1 7. K aping kalih genahan iku,


rupanya merah muda, dadu rupane saw aw i,
Dewanya Hyang Nisera, H yan g N isera dew ata nia,
telaganya berisi tunjung semua, telaga tunjung taler sam i,
warnanya bukan tidak sesuai, warnan nyane nora siwah,
daerahnya di Tenggara. sawengka n ing k lod kangin.

18. Di sebelah timur sungai itu, 18. Weten tukad nya pu n iku ,
airnya mengalir jernih, m aileh em bahnya hning,
bernama Sungai Narmada, w e Narm ada iku ngaran,
melewati negara puspasari, nem puh ja ga t Puspasari,
tempat Udyatmika, purin N i Niah U dyatm ika ,
air itulah yang menghidupkannya. w e punika ngamretanin.

19. Ketiga ya Tuanku, 19. K aping tiga inggih pukulun,


sekarang di bagian selatan itu, ring D aksina sane m angkin,
bernama Hyang Brahma, H yan g Brahma ika ngaran ,
danau penuh tunjung merah, ranu tunjung abang sam i,
warna merah selatan itu, saw am an kidu le rakta,
semua tidak ada yang berbeda. nora saneh maka sami.
20. Air bah mengalir, 20. B labar agung m agrudug,
bernama Sungai Brantas, K ali Brantas iku nam i,
sungai yang dalam dan berputar- kali kalungka m ulekan,
putar,
mengairi, ngem bahin Dangunegari,
tempat musuh Tuanku, genah ripune sang N atat
seluruh jaksa dihidupkan. kancan Yaksa kamretanin.
271

21. Yang keempat dari barat daya, 27. M ating N airiti kapin g catur,
semua rupanya kwanta, kw anta rupane sami,
Dewanya Hyang Rudra, H yang R udra dew ata nika,
telaganya penuh tunjung, telaga tunjung taler sami,
daerah kekuasaan Hyang Rudra, w aw engka R udra buwana,
semua tidak berbeda. nora beda maka sam i.
22. Sungai tersebut berkilau-kilauan, 22. Tukad m akiris puniku,
bernama Mandakini, ngarannyane M andakini,
airnya amat jernih, toyannya dahat nirm ala ,
mengairi Pulau Manyeti, ngem bahin pu lo M anyeti,
menghidupkan segala yang hidup, ngam retanin luir m angkihan ,
seluruh kekuasaannya. waw engkan punika sa m i

23. Yang kelima di baratnya, 23. Ring panca Pascim a iku,


semua warnanya kuning, p ita rupannyane sam i,
Dewanya Mahadewa, M ahadewa dew atanya ,
tunjung telaganya berwarna ku­ tunjung udyanane kuning ,
ning,
tak ada yang lain, nora ada m asanehan ,
warna barat semuanya. saw am an kaw uhe sami.

96b. 96b.
24. Aliran air teijun, 24. P em bahing we cebar-cebur,
bernama Sungai Suranadi, ngaran tukad Suranadi,
airnya deras, suluk m adalem tan telah ,
itulah yang mengairi, nika sane m angem bahin,
sampai di Nusa Kambangan, tiba ka Nusa K am bangan ,
seluruhnya dihidupkannya. kakuwuh ne kamretanin.
25. Sekarang tersebut sekali lagi, 25. K apisan m angkin kaw uw us,
diceritakan di barat daya, na rin g Bayabia baw osin,
Dewanya Hyang Sengkara, H yang Sangkara dew ata n ia ,
rupanya jingga, jin gga rupane su jati,
tunjung di taman itu warnanya kum uda ning taman jin gga ,
jingga,
terletak di barat daya. daging kaler-kawuhe sami.

26. Air sungai di hutan Tamasa itu, 26. We Tamasa tukad ipu n ,
mengalir di lapangan istana, suluk pem bahnyane sam i,
sampai di lapangan istana, tiba awun-awun pu ra ,
272

istana Dewi Sri Nrapati, purin D ew i S ri N rapati,


yang sudah meninggal, kang sam pun ngem asi pejah,
air itulah yang menghidupkannya. toy a ika ngam retanin .

27. Sampai ketujuh dihitung, 27. K aping saptane kaitung,


di bagian utara desa lagi, rin g Utara desa m alih,
Dewanya Hyang Wisnu, H yang Wisnu maka dew ata,
warnanya hitam, iren g w am ane sujati,
seluruh isi bagian utara, sadaging kaja punika,
telaga berisi teratai hitam. telaga tunjung ireng sami.
28. Ada pula sungai yang airnya se­ 28. Wentan tukad en ing terus,
lalu jernih,
airnya amat suci, toyannyane lintang suci,
namanya Sungai Jaluwi, w e Jaluw i maka nama,
melalui kota Lesanpura, nem puh kota Lesanpuri,
kerajaan sang Maharaja, rajyan sira Maharaja,
orang seluruh kerajaan yang me­ w ang waw engkan mamanjusin.
makai untuk mandi.
29. Kedelapan sudah selesai berke­ 29. Ping asta paidere puput,
liling,
semua berada di Airsania, ring airsania maka sami,
dewanya Hyang Sambu, H yang Sam bu ngaran dewata,
warnanya semua biru, biru w am anyane sami,
tunjung dalam telaga itu tidak telaga tunjung nora siwah,
berbeda,
dan daerah kekuasaannya di timur lan wew engkan kaler-kangin.
laut.
97a. 97a.
30. Sungainya adalah Jambu Dwipa, 30. Jam bu-dwipa kalin ipun,
airnya berbau harum, toyannya m aham bu merik,
mengalirnya ke laut, labuhnyane ka segara,
itu yang mengalir siang malam, nika m ilu siang latri,
diterima oleh segara madu, sagara m adu menatak,
rasa manisnya tak terkira-kira.” m anisnyane tan sim ipi.
31. ”Tak jemu-jemunya saya memper­ 31. ”Tan waneh titian g m angungu,
hatikan,
terhadap cerita gunung ini,” ring tatuan gu n u n g puniku,
baginda raja lalu memohon, Sang Prabu raris manunas,
273
Dukuh Sakti lalu menjawab, Dukuh Sakti nulia nyawis,
”Ya di tengahnya itu, inggih rin g m adia pun iku,
semuanya bersatu.”, panunggalannyane sami.
32. Adapun yang di tengah itu Tuan­ 32. R in g m adia punika ratu,
ku,
wah, di gunung itu, rin g adah in g gu n u n g inggih,
tempat Sang Hyang Siwa, linggah ida Sang H yang Siwa,
wajahnya lima, panca m pannyane sami,
dan tunjungnya berwarna lima, tunjungnya am anca warna,
dan adapun hal itu warna daerah m uang warnahwawengkansam i.
kekuasaannya.
33. Bernama Telaga Nona, 33. Telaga N ona wastanipun,
sekelilingnya bertepi, m aileh dados m anepi,
di sana terdapat tanjung hitam, kum uda kresna irika ,
dan terlalu terlarang, pingitn yan e tan sinipi,
di sana raja yang terkutuk, raja pinulah punika,
membahayakan seluruh dunia. m am bayonin ja ga t sami.
34. Di tiga dunia ini Tuanku, 34. R in g jagat tigane ratu,
pantangannya tidak sama, nora ja m a antuk pingit,
Hyang Maruta takut, ajerih ida H yang Maruta,
mengenai teratai hijau itu, m anem puh tunjunge w ilis,
tidur hingga tak merasakan, sirep lu ir tekeng marasa,
raja yang terkutuk dikenalnya. raja pinulah tibanin.
35. Keadaan air Mona itu, 35. Sajron ing we N ona ipun,
telaga itu Noja itu amat harum, telaga N oja lintang m erik,
airnya berwarna kuning, wam an kuning toyan ik a,
pembersih tirta yang utama, ika patirtan utami,
pembersih seluruh dpsa, panglukatan dasa mala,
setiap orang yang menghendaki asin g w ang m angarep suci.
kesucian.
36. Di dalam Telaga Noja itu Tuanku, 36. Jero n ing telaga N oja ratu,
airnya putih dan amat mulia, toy a su ets l&ngkung lew ih ,
sebagai tirta menghidupkan isi tirta pangurip in g ja ga t,
dunia,
segala yang mati, kancan pejah pati-pati,
kepunyaan Sang Hyang Siwa, drew en ida Sang H yan g Siwa,
dapat menghidupkan segala ma­ dados pangurip in g prani.
khluk.”
274

97b. 97b.
37. Baginda raja lalu berkata, 37. Sang Prabu raris mawuwus,
”A pa sebabnya tidak hidup, n api k ram ton g m aurip,
bagi yang sudah bernama mati, sane sam pun m awasta pejah ,
bila benar-benar sebagai penghi- yan ja ti pangurip jam i,
dup manusia,
bagi yang sudah sampai di dunia,” ne tiba rin g m adiapada ,
Ki Dukuh lalu menjawab. K i D ukuh raris nyaw urin .
38. ’’
D em ikian sebabnya, 38. Sapu n ik ik ran an ipu n ,
adapun tirta yang utama ini, tirtane lew ih pu n ik i,
setelah diterima di dunia, w us tam pi ka m adiapada,
Noja Mona itu mencampurinya, n oja m onane nyam puin,
bila disampaikan yang asli, yan tulen ika tibakang ,
akan mati kembali yang hidup itu. pejah ta urip-urip malih.

39. Namanya Nawa Sanga, 39. Nawa Sangawastanipun,


semuanya sembilan jumlahnya, p u pu t sanga maka sam i,
sampai di tengah-tengah, teka ning m adia punika,
marilah ke pondok sekarang, ngiring kapondokan rnangkin,
pekeijaannya yang disiapkan, karyane ratu cawisang,
untuk mencari beliau Raden Dewi. m am rih sira R aden Dewi.

40. Adapun pekerjaan Tuan agar di­ 40. Ikanang karyanta tulus,
teruskan,
Tuan telah terlena mendengarkan­ kalalen R atu mamiarsi,
nya,
bila saya menceritakan, y en in g titiang manatusyang,
cerita tentang gunung masih sa­ kandan gun un g katah kari,
ngat banyak,
kelak bila sudah berhasil, esuk yan w us labda karya,
saat itu kembali bercerita.” in ka m alih bawosin.
41. Raja lalu kembali, 41. Sang Prabu raris mawangsul,
Ki Dukuh kemudian mengiring - I D ukuh raris mangiring,
kannya,
tak diceritakan dijalan, tan ucapan m aring dalan,
sudah sampai di pondok, kapondokan reke prapti,
makanan sudah tersedia, rayunane w us cum adatig,
umbi-umbian semuanya suci. pala bungkah sarwa suci.
275

42. Tak diceritakan lama di sana, 42. Ton w am anen su en e ditu,


Dukuh berkata halus, dane D ukuh m atur aris,
”Ya paduka Tuanku, singgih dew a M aharaja,
teruslah Tuan beijalan, asota sira lumaris,
agar dijumpai, lam akane kapangguha,
raja putri. sira N arendra Garini,

98a.
43. Jangan kurang berhati-hati Tuan­ 43. H ayua kurang y atn a ratu,
ku,
setelah sampai maupun selama di sraw uhe m iwak rin g margi,
peijalanan,
jalannya sebagai menyamar, m argine kadi nyamar,
Pagag Pageg agar mengiringkan - Pagag Pageg m angda ngiring,
nya,
yang lain menjual bunga, ada lian n ga dol sekar,
berpakaian sebagai orang wanita. masadangan lu ir ning istri.

44. Agar Tuanku tidak dikenal, 44. M angda tan kacirian iratu,
sebagai dukun sampai di istana rm dadukung tek en g puri,
itu,
sambil Tuanku menjual bunga, sam bil ratu n gadol puspa,
pasti beliau akan dilihat, sinah ida pasang panggih,
Tuanku putri beliau sakit, N repa P utri ida sungkan,
mengenangkan baginda raja. m angangen sang Sri Bupati.

45. Segala perlengkapan perang Tuan 45. Sarawa yu da bakta ratu,


bawa,
demikian pula yang saya persem­ lan aturan titiang malih,
bahkan,
bernama senjata Pasupati, Pasupat-astra ngaran,
untuk menentang raja raksasa nggen m awas Danuja-pati,
itu,”
gembira hatinya menerima, suka citan e m anrim a,
baginda raja lalu m ohon diri. N repa suta nulia pam it.

46. Dari Jero Dukuh, 46. M aring dane J ero Dukuh,


dua orang pengiringnya mengiring­ kadiane kalih m angiring.
kan,
276

sudah lewat dari padukulian itu, langkung m aring padukt^han ,


berpakaian sebagai orang perem­ panganggene cara istri,
puan,
menuju desa di selatan, m angungsi daksina desa,
masing-masing dengan caranya ter­ gagam an sam i kam ongin.
sendiri.
Pupuh Demung Pupuh Demung
1. Diceritakan beliau di j alan, L K aw am a ida rin g margi,
bertiga, sareng tiga,
supaya membuat daya upaya, m asang pangupaya sampun,
pelayannya memikul, parekan m am ikul,
dengan sebuah bakul yang pe­ antuk besek pada im bih,
nuh,
melalui tujuh desa, sapta desa lum apah ,
tak diceritakan sudahlah sampai, ndan ucapan sam pun rawuh,
di tepi kerajaan, m aring tep i ning % w aw engkan ,
kemudian bersembunyi, m asingidan lumaria,
berhenti di bawah pohon beri­ ararian sor in g wandira ,
ngin,
pakaiannya laksana seorang peda­ busanane luir pangulu .
gang..

98b. 98b.
2. Berkata bajgnda raja, 2. N gandika sang S ri Bupati,
’’Aduh kakak, aduh kaka ,
segera kita mengatur untuk ber­ abiata m atata atur,
kata-kata,
aku menjadi orang perempuan, ingsim n ados wadu,
I Pagag mengakui istrinya, I Pagag nagngkenin rabi,
demikian caranya untuk berkata, ak eto maparibana,
I Pageg menjadi iparku, I P ageg ngakuin iperiku ,
aku bernama Desak Nyunyur, D esak N yunyur gara nira,
karena salah kawin, d a d i salah pangam bil,
mengatakan diri dibuang, ngaku awak kakutangan,
bila nanti ada yang menanyainya singnya ada netes ditit.
di sana.”
277

3. Ya sangat banyak bila dikarang, 3. Singgih katah y an ginurit,


persiapan, rarembayan,
mereka bertiga sudah selesai, sareng tiga sam pun pu pu t ,
serta segera berangkat, n u li ge lis lum aku ,
konon perjalanannya sudah selesai, kocapan lam pahe perapti,
berada di Langunegara, hana rin g langunagara ,
lalu menuju ke pasar, ka psar raris m anuju ,
kemudian menurunkan barang da­ ram nedunang dagangan ,
gangannya,
segala macam bunga-bungaan, sarwa sekar m aeam i,
lenga w angi serta harum-haruman, lenga w angi m uang gagandan,
baunya harum semerbak. am bune w angi makebyar.

4. Konon tersebutlah orang di pasar 4. Wang in g pasar k oca p mangkin,


sekarang,
tak putus-putusnya, tan putusan ,
datang berbondong-bondong, tekannya m adulur-dulur,
laki perempuan bercampur, m aduk lanang w adu,
pulang pergi beribu-ribu, ulang-atih kota-koti,
manusia dan raksasa bercampur, manusa yaksa mahoran,
di bawah kekuasaan Margalangu, w aw engkaning M argalangu ,
gandarwa jin dan pisaca, gandarwa jim lan pisaca ,
laki perempuan barang dagangan­ am am asar luh m uani,
nya, pada m am uat dagangannya ,
seluruh jenis buah-buahan.
sakancan ing pala gantung.

5. Duku rambutan salak dan wani, 5. Langsat buluan salak wanif


demikian pula nangka, m iwah nangka ,
manggis ceroring delima dan sen- m anggis cen trin g delim a sentul,
tul,
durian kapundung, duren m uang kepundung,
juet sotong dan jeruk, ju e t so to n g sum aga m alih ,
jambu pakel dan getas, nyam bu pa k el miwah geta s ,
semangka dan mentimun, sum angka lawan katim un ,
jeruk manis dan pisang, jeru k m anis lawan pisang ,
tanggulun dan muntis, tenggulun lan m untis ,
kaliasem dan terong, kaliasem lan teron gn ya ,
kucalcil dan cempaluk. k u calcil miwah cem paluk.
278

99a. 99a.
6 Konon tersebutlah raksasa yang 6. Yaksa truna k ocap mangkin,
dewasa,
datang ke pasar, tekeng pasar ,
bermain berkumpul-kumpul, salila m apunduh-pund uh ,
sesuai dengan apa yang disukai­ m anut sukan ipun,
nya,
tempat terpisah-pisah, gen ah e malih-malih,
yang lain ada yang bersama-sama w entenlian sareng adasa ,
sepuluh orang,
sangat kuat makan buah-buahan, kuat am angan pala gan tun g ,
saling menyombongkan diri, jengahnyane salin g suakang,
saling berlomba makan, manadah saling endik,
berlomba paling banyak mem­ magung-agungan m am ayah ,
bayar,
karena pedagangnya cantik. ban dagange m anis ayu.

7. Ada pula yang lain hanya di­ 7. A da ten sane kapecil,


pegang,
terlalu kenyang, kapenuhan,
perutnya kenyang mengaduh, b etek basang aduh-aduh,
muntah minta tolong, ngutah tulung-tulung,
semua yang dimakan ke luar se­ tatedane m etu sam iy
muanya,
akibat tak tahu makan, nora bisane m anadah ,
suka dipuji, dem en atine kaajum,
dan kebetulan banyak berduit itu lagute liu m angelah artaf
yang dipakai menipu,
muntah dan berak di pasat, en to an ggon m am on gbogin ,
mereka yang menonton menjadi ngutah m isin g naring pasar ,
gaduh.
w ang m en on ton akueh jem ur.
8. Kini ada dua belas orang, 8 . Sareng roras k oca p mangkin,
yaksa muda-muda, yaksa truna ,
semuanya suka minum, sam i betah-betah m inum ,
mengelilingi dagang nasi, ngiterdagang sangut
demikian pula tak ketinggalan nira sajen g wayahe tan m ari,
yang keras,
279

daging lembu dan sate ayam, iw ak lem bu sate ayam ,


anyang pindan g kuluk , lawar pen yu pindang kuluk ,
masakan kambing dan pecel kuda, ebat kam bing p e c e l jaran ,
juga daging kebo, iw ak k ebon e m alih ,
berlomba berkuat-kuatan minum, m anginum m aendeg-endegan,
malu bila kalah minum. erang yan kasorahg m inum .
9. Raksasa yang suka makan, 9. R aksasa len betah nidik,
sekuat-kuatnya, parikosa ,
sekali habis tujuh bakul, sapisan telas p itu n g waluh ,
demikian pula daging goreng satu m uang lablabane akuali,
panci,
semuanya ini habis sekali, ik i telas kinum apisant
mengercayakan diri tinggi besar, m engandel aw ake gangsuh,
yang lain ada yang memukul- len m atepuk-tepuk tangan ,
mukulkan tangan,
mengacungkan dan menantang, ngujiw at m anangtangi,
sorak sorai tak henti-hentinya, suryake tan papegatan,
semua mereka yang menonton wang m anonyon pada umung.
riuh rendah.

99b. 99b.
10. Ada seorang yang mabuk, 10. D adiannya w enten asik i,
berkata tak menentu, ia mamunyah,
semua dilihatnya musuh, m unyinnyane w etu n ga cu h ,
lalu menantang berteriak-teriak, sam i kantenang m usuh ,
negara diaduk ke barat ke timur m anangtangin dengkat-dengkik,
semua diamuk,
setiap yang dilihat sebagai kijang. jagate m aintogang kaja-kangin
telaskam u k,
dikejar dan dilempari, asing kakatonang kidun g ,
pasar ribut, kakepung katinpungin,
kata kotor dikatakannya. pek en u yu t m aguyuran ,
n e ja il kecapan g am uk .
11. Ada yang jatuh ditindih kembali, 11. Wenten runtuk katindihin ,
saling landa, salin g uyak,
ada yang menangis terisak-isak, ada m angeling segu-segu,
badannya sakit, aw ake aduh-aduh,
280

ada seorang laki-laki amat marah, w enten laki lintang sen git ,
karena istrinya dilanda kawannya, luhnyane uyak timpala,
segera marah dan menggigit, sahasa ge d e g pa d an gu tn gu t ,
orang-orang di pasar lari, w ang pasar sa w i pada serab,
laki-laki mendatanginya, w atek laki m anyagjagin,
menghalangi dan melerainya, m am elatin tur malasang,
dan banyak yang menggelutnya. sahasa kueh m am ek u l

12. Banyak perbuatan nakal, 12. Katah pulahnyane culig,


di dalam pasar, jeron in g pasar ,
laki perempuan bercampur, lanang w adon saw i w aduk ,
hari sudah hampir sore, nam pi lingsir saw pun ,
orang-orang di pasar semua pulang, w ang m apasar pada mulih,
karena negara itu amat luas, antuk nagarane linggah ,
walau sore masih tetap ada, sam pe lin gsir w asih kantun ,
kemudian semuanya pulang, nulia saw i pada budal,
banyak pula orang yang masih katah w ang sane kari,
J tinggal,
diam di alam pasar, m an ondok sajrening pasar ,
tetap berjualan siang malam. kantun m adolan siang dalu.

13. Tersebutlah Pagag Pageg sekarang 13. Pagag P ageg k oca p mangkin,
ini,
yang berada di pasar, na rin g pasar ,
bersama istrinya Desak Nyunyur, sareng rabi D esak N yunyur ,
masih tetap dalam pasar, jeron in g pasar kantun ,
diam agar sering berjualan, m on d ok m adolan pan g saif
konon hari sudah sore, sere dew asa kocapan ,
sudah saatnya berkunjung, saw pun masa n in g manganggur,
datang berbelanja laki perempuan, lanang istri teka m anum bas,
yang lain masih berhias, waneh m apahyas kari,
yang lain berpupur berharum- lian m apupur magegandan,
harum, '
dan semua yang muda datang w atek trunane manganggur.
berkunjung.

100a. 100a.
14. I Pagag sibuk membantu adiknya, 14. IP a g a g en co l ngayahin ,
281

karena banyak orang datang, muang arinnya,


yang lain membeli tunjung, ban ramene wang mamiku,
yang lain gagem pol, len manumbas tunjung,
ada yang membuat hiasan, lan gagem polane malih,
asik hanya berbedak, wenten nangun papayasan,
para wanita berjalan-jalan di sore m angilo puput majenu,
hari,
bersedia-sedia akan pesiar, para wanita masasanjan,
semua membeli bunga, manyadiayang ia saMi,
Desak Nyunyur berkata. som i pada numbas sekar.
Desak Nyunyur mawuwus.

15. ”In i adalah tunjung Ni Wati, 15. N iki tunjung N i Wati,


yang paling utama, ne utama,
sudilah kawan, membeli,” karsake jeron e nuku,
si pembeli menawar, nawah sanga mamiku,
setangkai lima ratus, malimang atus katih,
’’seribu harganya satu pasang,” m aji siu ne apasang,
kata I Desak Nyunyur, pamunyin 1 Desak Nyunyur,
”tak boleh ditawar, boya dados malih tawah,
harganya pasti,” pangargannyane pasti,
lakinya duduk bersimpuh, ne laki nyulem poh ndlegan,
para pemuda berkata bersenda trunane masawur guyu.
gurau.
16. ’’M engapa terlalu mahal Tuan,” 16. Nguda bas mahelan gusi,
lebih mendekat, manesekang,
yang putih kurus menjawab, ne putih lanjang masawur,
’’Y ang menyebabkan hal itu, napi krananipun,
karena menanamnya ini, mapan mulene puniki,
amat halus dan sukar sekali,” duaning d u s ngrawit pisan,
demikian pula Pageg, pun Pageg,
berkata sambil tersenyum, masawur kenyung,
’’K arena itu amat jarang,” apan arang punika,
sambil ia beraksi dan mengang- matanjek tur makejit,
angkat keningnya.
mangajumang dagangannya,
polahe manudut kahyun.

17. Adapun teratai biru ini, 17. Tunjunge biru puniki,


282

katanya menggambarkan bahaya, kojarahnya, m anam pen tan ra­


hayu,
itulah gunanya, paw igu m n ip m ,
yang kedua teratai yang putih, kalihnya i tunjung putih,
hiasan untuk menonton rejang, payasan m anonton rejang,
teratai kuning ini untuk m enon­ tunjunge kuning puniku m anon­
ton gam buh bersum pang, ton gam buh sum pangang,
dan teratai yang merah ini, i tunjung bang malih,
perlu dipakai untuk bertemu, nyandang pisan cundukang,
bila ke luar untuk berkunjung.” kala n in g pesu manganggur.

lOOb. lOOb.
18. Tak terkira-kira larisnya, 18. Laisnyane tan sinipi,
tak ada yang tak membayar, tan sirikan,
para pemuda datang membeli, trunane teka manuku,
demikian pula para wanita, m iwah para wadu,
senang melihatnya, salulut pada ninghalin,
terhadap gerak gerik si pedagang, ring polahn ya i dagang,
segala yang digerakkannya semua sin g solahang pangus,
serasi,
suaranya nyaring dan manis, m unyinnya m anis m akem piang,
I Pagag senyumnya manis, IP a g e g sem u pangid,
berkata ditambah dengan gerak m unyine m aim buh polah,
gerik,
ditambah lagi dengan pandangan m aw ew eh paliate balut:
sayu.
19. Entah berapa bulan lamanya, 19. Pirang sasih m aka land,
beijualan dan para raksasa itu m adedagang w ang danuja som i
keadaannya sudah biasa, caluh,
dan sudah acap kali menolong, lan serin g matatulung,
menolong orang sakit, m anulungin anak sakit,
Desak Nyunyur memberi obat, D esak N yunyur m atetam ban,
dan amat ampuh bila menolong, lintang sid i m atetubm g yata
m anusane olas,
itulah maka orang-orang belas sarnpun kapulangin sih,
kasihan,
sesudah diberi kebaikan, punika maka kranannya,
283

dan itulah sebabnya, adu h m ating Margalangu.


sudah biasa di Margalangu.
20. Tersiar berita, 20. Kalunga-lunga orti,
mengobati, matetam bahan,
karena sering disebut-sebut, antuk sadinane mawuwus,
tambahan pula dukun wanita, malih balian wadu,
terkabarlah sampai ke istana, m agatra rawuh ka puri,
para emban yang berada di ta­ para inya n e ring taman,
man,
gempar setelah mendengarnya, geger sam i wus mangrungu,
segera diberitahukannya kepada g e lis katur rin g Yaksaraja,
raja raksasa itu,
tentang saktinya Raden Dewi, sungkane Prahaden D ew i,
Udyatmika di taman, U dyatm ika rin g taman,
sudah lama dan sangat kurus. lintang kuru sam pun dangu.

101a. 101a.

21. ”Ya Baginda Raja, 21. Singgih dew a S ri Narpati,


maafkanlah hamba Tuanku,” duh aksama,
dikatakan amat sangat, ature patik sang Prabu,
sang Putri sakit, gahat in g kawuwus,
’’Sebaiknya Tuanku tolong, nara w adu d a d os wyadi,
penyakit Baginda Putri,” y ogia sira patulungan,
raja lalu berkata, sungkane N arendra Wadu,
’’Terserah padamu sekarang, sang Prabu raris ngandika,
menjaga sang Dyah di taman, kangge iba n e jani,
untuk menolongnya di sana.” m angem ban sang D yah rin g taman,
m atulungan ja n i ditu.

22. Darma segera terlihat, D arm ane g lis kapanggih,


terhadap mereka yang sedih, ring sang suma,
dari lama menderita rindu, uling sw e nandang wulangun,
bercumbu rayu, acum bw ana harum,
pelayannya menurut, panjrow ane m atur singgih,
dan telah mohon diri lalu me­ w us m apam it tu r m anyum bah,
nyembah,
segera berjalan ke luar, kajaba en ggal lumaku,
berkata kepada Ni Desak, m am unyi m ating N i Desak,
284

”Jro Dukun tolonglah sekarang, J ro balyan tu lan g ja n i,


Raja Putri sakit, S ri Narendra Putri sungkan,
ya sakitnya sakit payah.” inggih m anyungkane lesa .

23. ’’A tas perintah baginda raja, 23. Saking pituduh Narpati,
yang mengutusku ke mari, ngutus titiang,
agar Saudara mau, m angda u gi jro n e katun,
memberikan pertolongan,” ngaturang pitulung,
sukalah saudara menolongnya, sapala ke jro n e bakti,
Pagag Pageg mendekati, Pagag P ageg manesekang,
memberi tanda kepada Desak ngujiw at rin g D esak Nguyur,
Nyurnyur,
laksana rasa genit digaruk, gn ite twah buka gagas,
sang Bagus tahu akan isyarat itu, sang B agus wruh in g wangsit,
tak panjang menjawabnya, sum aw ur tan ana panjang,
’’Saya bersedia besok pagi.” titiang ngiring ben jan g esuk.

24. Utusan itu kembali pulang, 24. Utusane raris mulih,


tak diceritakan, tan wam anen,
malam sudah berlalu, w angine sam pun ngelangkung,
masa orang tidur, m asa ning aturu,
ketiga mereka itu berbisik-bisik, sang tiga mabisik-bisik,
membicarakan daya upaya, ngarem bayang pangupaya,
menjelang keesokan paginya, benjang ring sedek rawuh,
dan sudah dapat tidur, w us pu pu t raris manidra, •
pagi hari setelah matahari terbit, snen g w us endag ahi,
ketiga mereka itu lalu ke istana, sang tiga raris ngapuryang,
perjalanannya di jalan laksana lam pah in g awan Iw ir gam buh.
gambuh.

Pupuh Gambuh Pupuh Gambuh


101b. 101b.
1. Konon sekarang sudah sampai, 1. K ocapan m angkin rauh,
di halaman dan seorang pelayan rin g bancingah panjrow an m a -
menunggu, nunggu,
dukun itu juga segera dipanggil, I Balian ju ga ge lis sam pun kau -
lapin,
dan sudah diantar ke taman, kiringang taman sampun,
285

pelayan perempuan berkata pelan- b ib i in ya m atur alon.


pelan,
2. Yang laki agar tetap tinggal, 2 . Lakine m angda kantun,
di luar taman menunggu, ring jaban tam ane nunggu,
saya tak berani kepada baginda tan purun titiang rin g ida sang
raja, Bupati,
untuk mencampurkan orang laki- m enyam bang w ang jejalu,
laki,
agar jangan mendapatkan hal yang m angda tan m anem u kawaon.
tak baik,

3. Desak Nyunyur berkata, 3. D esak N yunyur mawuwus,


’’
A yah tunggulah di sini dahulu, bapa d in i m alu manunggu,
’’
Pagag Pageg kemudian terse­ Pagag Pageg nulya knyem aris
nyum lalu menjawab, nyawurin,
”Ya Ibu agar selamat, nah m em e apang rahayu,
mempersembahkan obat dukun.” ngaturang tam ba dudukon.

4. Dukun itu beijalan, 4. J ero B alian gelislu m ak u ,


Bibi Inya menjaga dari belakang, b ib i inya ngem ban saking pungkur,
Pageg berkata senda gurau meng­ pun P ageg saw ur gu y u hguji-
ganggu, watin,
ongkosnya diambil semua, sasantune tingkeb wakul,
tidak boleh kurang. tan w enten d a d os m ahlong.

5. Karena ia adalah Taksu Agung,


jangan asal berkata, 3. D uaning selir taksu agung,
di sana sang Dukun masuk ke sam punang am pah sawuh ditu,
istana, m am argi I Balian m angranjing
tak bimbang akan perkataan itu, rin g puri,
jalannya pelan-pelan. tan sulang rin g ujaripun,
6. Konon sekarang, lam pahnyane dabdab alon.
segera tiba di taman raja, 6. K ocapanm an gkin sam pun ,
agelis rawuh rin g taman sang
Pelayannya memberitahukan ke­ Prabu,
pada tuan Dewi, B ib i inya m angokasang rin g Tuan
”Ya Tuan sang Ayu, D ew i,
ada seorang dukun yang amat singgih dew a duh sang Ayu,
terkenal, w enten Balian lin tan g kasub.
286

7. Tak lain kakak Tuanku, 7. N ora lian rakan ratu,


Sri Danuja Agung yang berkenan,” Sri D anuja A gu n g sane asung,
sang Dukun mengobati, m anuduhang d on e dukun tnanam-
banin,
sang Dewi lalu bangun, sang D ew i raris mawungu,

katanya manis dan pelan. sabda m anis tur sarw i alon.

102a. 102a.
8. ’’
B ibi Inya amat setia, 8. B ib i Inya lintang saung,
mengobati sakitku, m anam banin m aring sungkan ing-
sun,
dari mana dukun yang amat saking n api D edukune sane sandi,
pandai itu,”
lalu ia menjawab, pun sayan m anim bal matur,
’’K onon dari Lesangpura.” k oca p saking Lesanpura.

9. ”Ya Bayan keluarlah, 9. Nah Bayan kem a pesu,


ajaklah dukun itu ke mari,' ajak m ai I D ukun puniku,
Kebayan lalu menyembah dan K ebayan m anem bah m apam it
mohon diri lalu ke luar, raris m ijil,
sampai pada dukun itu, rawuh m aring don e Dukun,
dan sudah selesai pembicaraan. w us pu p u t m abebaw os.
10. Tak lama kemudian sudah datang, N ora su e w us rauh,
di rumah yang tinggi di taman, ana rin g umah taman tnangunggul,
sang Dukun lalu masuk ke istana, don e D ukuh m angranjing m aring
je r o puri,
menjongkok lalu berkata, m anglung angga raris matur,
Dyah Udyatmika lalu terlihat. D yah U dyatm ika w us katon.

11. Raden Dewi segera berkata, R aden D ew i ge lis mawuwus,



’Sudilah Ibu mengobati aku,” ica m em e nam banin ingsun,
Raden Dewi sudah merasakan, w aspada sam pun sira R aden Maha-
dew i,
bahwa suaminya sudah datang, sira laki sam pun rawuh,
karena semuanya tampak jelas. duaning sam i sinah katon.

12. Hatinya girang. M agirang jeron in g kalbu.


287

suami yang dibayangkannya sudah sang suam i rin g angene sam pun
datang, w eruh,
akalnya timbul untuk menyuruh­ upayane m etu nuduh m angkin,
nya sekarang,
pada para pelayannya semua, m ating para inya ipu n ,
’’
Carikan saya bun kalot. ” rerehang titiang bun kalot.
13. Itulah obat yang benar, 13. N ika tam bane patu t,
dipakai boreh sembur dan jamu, anggen urap sem bar m iwah jam u ,
semua pelayannya keluar, panjrow an sam i reke sam pun m ijil,
mencari obat tersebut, m angrereh tam ba pu n ik u ,
mereka berdua sempat berbicara. sang kalih sela m abawos.

102b. 102b.
14. Dari mula kesengsaraan dahulu, 14. Wit sangsarane dangu,
semua diceritakan dengan baik, kaw ejangang kabeh sam pe katurf
tak henti-hentinya air matanya ke tan putusan srupatane pada m ijil,
luar,
semua pelayannya datang, pangjrow ane sam i rawuh,
mereka berdua mengusap matanya. sang kalih nyadsadin panon.

15. Obat itu sudah dipersembahkan-^- Tam bane sam pun katurt
nya,
diambil obat itu oleh sang Dukun, katanggap tam bane rin g jr o D u­
kuh,
diberikan kepada Raden Dewi, katibakang m ating R aden D ew i,
sang Ayu lalu berkata, sang A yu raris m aw uw us,
’’
Pikiranku merasa terharu.” m erasa len glen g manah ingong.

16. Dukun itu tak banyak berkata-26. Balian tan panjang atur,
kata,
besok pagi saya datang kembali, benjang sem eng m alih titiang ra­
wuh,
kemudian Desak Nyunyur lalu m dngraris D esak N yunyur raris
berjalan, mamargi,
Pagag Pageg sudah dijumpainya, Pagag Pageg wus kacunduk,
ditunggu di luar taman. ring jabayan taman m angantos.

17. Cepat perjalannya sudah sampai, 27. A gelis lam pahe rawuh,
di taman menghadap sang Ayu ring udyane tangkil rin g sang Ayu,
288

memberikan obat dan boreh, ngaturang tam ba miwah odaJc, *


yang harum kemudian sanga Putri sane m ihik sang pu tri raris
lalu berkata, m aw uw us, ^
”M em e Desak amat bersungguh- m em e D esak Lintang tuwon.
sungguh.”
18. Saat sepi di taman, 18. R in g taman nuju suwung,
para pelayannya sedang sibuk di sedang epag panjrow an d itu ,
sana,
adapun menyatukan pembicaraan luir pa tem u an gbebaw ose suam i
; antara suami istri, istri,
membicarakan akan pulang, ngavm langang jaga niantuk,
malam ini akan lari. m angke w engi m an garorod .

103a. 103a.
19. Sang Dyah Ayu berkata, 19. A ture sang D yah Ayu,
’’
Tunggulah saya malam ini, an tosan gtitian g rin g m angkedalu,
di luar taman sebelah kiri, ring jabayan tam ane tunggu
rin g kiri,
tengah malam saya datang, m adia dalu titian g rawuh,
tunggulah dengan rasa bakti.” saha bakti anggen ngantos.

20. Peijanjian sudah pasti, 20. Ubaya pasti sampun,


dukun itu ke luar menuju pasar, m edal I B aliankapasar nuju,
1 Pagag disuruh sekarang membeli I Pagag katuduh num bas kuda
kuda putih, m angkin,
tak lama sudah beijalan, tan panjang m am argi sam pun,
sebagai yang disuruh raja. kadi patuduh sang katong.

21. Dibelinya kuda betina, 21. K uda w adon katuku,


segera dipersembahkannya kepada agelis katur rin g ida sang Prabu,
baginda raja,
dan kakaknya Pagag masih me­ kaka Pagag m angantos ring
nunggu di jalan, m argi kari,
bawa kuda di sana, tunggangane aba ditu,
di luar taman menunggu. ring jaban tam ane antos.

22. ’’
N anti di tengah malam, 22. N yam an rin g tengah dalu,
tunggulah Raden Dewi, an tos ida R ahadyan wadu.
289

aku akan pergi dan menunggu di nira kesah nene ja n i ditu nganti.
sana,
di tepi Margalangu, ring tep i n in g M agalangu,
bersama Pageg dan aku menung­ sareng Pageg ingsun ngantos.
gu.”

23. Perjanjian sudah selesai, 23. Pasangkene puput,


I pageg sendirian mengantarkan ndew ek I Pagag ngiring sang
baginda, Prabu,
pergilah I Pageg mengiringkan lungang / Pageg ngiring sang
baginda, Prabu,
saat malam telah menjelang, lungang diw asa w engine m angkin
nampk,
pembantunya sudah pergi parekane lunga sampun,
sesuai dengan perjanjiannya me­ luir ubayane kaantos.
nunggu,
24. Hari gelap ditambah dengan jauh, 24. Wengi dilurin jaw u h ,
gelap gulita serta sindung, p eten g d ed et m aduluran sindung,
hambanya lama menunggu Raden parekane ksuen n gantos R aden
Dewi, Dew i,
hingga termangu-mangu di sana, sam pe ngundap ipun ditu,
bersandar hingga akhirnya ter­ m asuleleng paris m angerok.
tidur,
25. Sekarang lain diceritakan, 25. Waneh m angkin kawuwus,
datang orang dari Gunung Bata saking G unung Bata R in ggit ra-
Ringgit, wuh,
seorang pencuri bangsa jin amat ju ru pandung w ang jim kalintang
nakal, rusit,
setiap malam pergi mencuri, luas m am aling bilan g dalu ,
seperti ikan berenang tak me­ kadi m im ngum bang ngaro.
nentu.

Pupuh Maskumambang Pupuh Maskumambang


103b. 103b.
1. Dengan pupuh Maskumambang, 1. M askum ambang,
jin mambang peasaannya kembang, jim m am bang kem bang ing hati,
tergesa-gesa bangun, bangun marabraban,
ke luar dari guanya, saking guannyane m ijil.
290

setelah menjelang hari malam. rin g wau dalune kocap.

2. Setelah memuja, 2. W uskastawa,


nama Bonjor Nyantung, B on jo r N yantung maka nam iy
jin alas itu bersiap-siap, jim alas punika,
hendak berangkat, m akire jaga m am argi,
siap dengan alat-alat perlengkap­ sregep sanjata sandangan.
annya.
3. Besar gemuk dan pendek, 3. G de pontang,
matanya merah dan rambutnya m ata barak ram but kuning ,
kuning,
keriting semrawut, gin cen g m aprurutan ,
hidungnya besar giginya putih, cunguh nyam bu g ig i pu tih ,
kulitnya biru laksana pengasah pi­ k u lit biru buka gilap.
sau.
4. Badannnya kokoh, 4. A w ak kuat,
kulitnya berkerut kurap, kuliynyane keskes gudig,
besar berotot, ged e batikelan ,
tangannya kaku seperti belimbing, * tangane agal m alingbing ,
jari-jarinya laksana bumbung. jrijin e luir ulakan.
5. Tingginya, 5 . Tegehnyane ,
laksana tugu di sawah, lu ir tugune d i carik ,
telapak tangannya terbuka, telapaknyane kebat,
pandangannya galak laksana kilat, paliat golak luir tatit,
suaranya besar laksana guntur. suara °or? kadi kilat ,

6. Sangat hebat, 6 . Lintangkrura,


badannya berbulu, sw aknya mahulu sami,
alisnya laksana mendung, alis kadi m ega ,
kumisnya lebat serta brewok, kum is rep et lan w ok berist
dadanya bidang dan langkahnya tangkah linggah tindak gancang.
cepat.

7. Tak diceritakan, 7. T an kocapan,


sudah ke luar dari Gunung Ringgit, kesah sakingG unung R in ggit ,
jalannya turun, lam pah m anedunang,
cepat laksana berguling, gan cang luir lesu n g nyuririt,
tak diceritakan dalam perjalan­ tan ucapan m ating dalam .
an.
291

8. Segera tiba, 8 . E nggal prapta,


I Jin Alas sekarang, IJ im A las sane mangkin,
di Langunagara, ring Langunagara ,
dan sudah tengah malam menje­ tengah w engisam pun prapti,
lang,
ingin masuk ke istana. praya ngranjing ka je ro pura .

9. Konon beliau, 9. K o ca p id a ,
Raden Dewi baru ke luar, R aden D ew i wau m ijil „
dari rumah di taman, saking umah tam an ,
untuk menuju tempat sesuai per­ kadi ubayane ungsi,
janjian,
terantuk ke sana ke mari dengan pa ti en tu l sada dabdab.
perlahan-lahan.

104a. 104a.
10. Malam gelap gulita, 10. P eteng dedet,
mendung dan hujan rintik-rintik, m egane dulurin riris,
laksana sebagai diperintah, dadi luir m uduhang ,
kilat jarang meneranginya, tatite arang nyundarin ,
agaknya sebagai membantu. saw ang tresna m ituduhang.

11. Lama beliau, 11. L a m iid a ,


berjalan mencari jalan, lum am pah m angalih m argit
lama kelamaan sampailah, kasuen manibakang,
dan di luar hampir sampai, ring jab a sam i m anginggil,
I Jin Alas sampai bersama-sama IJ im A las sareng prapta.

12. Baru terlihat, 12 . W aukaton,


kuda itu segera dinaikinya, kudane raris unggahin ,
jalannya laksana tangga pertama lam pah luir pajogang,
untuk melangkah,
Jin datang mengambil tali, Jim e teka nem puh tali,
baru sampai di luar. wawu n go jo g rin g jabayan.

13. Ini yang disebut, 13. N ekojaran ,


untung diri untuk mencuri, sadian dew ek e mamaling,
belum dicari sudah dapat, ton den alih bakat,
karena tepat dijalani, ulian beneh ban nindihin,
tali kuda itu diambil. talin kudane kajem ak .
292

14. Semuanya diam, 14. Sam i m eneng,


karena perjalanan mencuri, duaning lam pahe mamaling,
nyenyak tidurnya I Pagag, pulesn ya I Pagag,
tak sadar dirampok oleh pencuri, ton g tau kabegal maling,
maka pencuri kena dicuri. dadu dusta kem alingan .

15. Bersandar, 15. M anyuleleg,


I Pagag tidur bermimpi, I Pagag pu les m angipi,
mimpi dengan air bah, n gipi belabaran ,
jalan dijalan putus, pegat sw ane m argi,
Bonjor Nyantung lalu pergi. B on jor N yantung nuli lunga.

16. Amat gembira, 16. L intang suka,


karena keberhasilannya, m anahnyane m apikolih,
bersedia-sedia ingin pulang, nyadia pacan g budal,
tak sadar keuntungan berakibat, tan wruh bagia m atindih,
karena hari amat gelap. den in g peten ge kalintang.

17. Sambil menarik kuda, 17. M aidjaran,


ia sama-sama diam di jalan, pada m eneng ia dim argi,
karena semua ikhlas, den in g sam i nyerah,
sang Dewi duduk berdiam diri, m eneng sang D ew i m alinggih ,
karena disangka I Pagag. kasengguhang pun I Pagag.

18. I Jin setan itu, m18. H im setan,


kebetulan kuda itu jinak, manuh jarane sadia,
itulah maka ia tak menoleh-noleh, nika krana tan panoleh,
dan disangkanya hanya kuda saja. ksengguh jaran kawala.

104b. 104b.
19. Tak dikatakan, 19. Tan ucapan,
perjalanan I Jin berlangsung, tindake I Jim lumaris,
sudah lewat jauh, sam pun lintang dura,
burung-burung ramai bersuara, paksin e ram e m amunyi,
hari makin hampir terang. sayan-sayan tatas galang.
20. Jalannya mendaki, 20. Ngam unggahang,
jalannya agak lamban, lam pahnyane sada aris,
mengikuti serakan padi, nut ge ger lumampah,
293

setelah tiba di Gunung Ringgit, rawuh m aring G unung R inggit,


di gua sebuah gunung. m aring gu a nikang acala.
21. Di tempatnya, 21. Stania ,
di gua itu baru terlihat, ring gu a wawu m an olih ,
terkejut dan rebah, m akesiab tur ebah,
karena mendapatkan hasil, ban k en dele m apikolih,
demikian pula Jin terduduk di pun Jim m aguyang ring tanah.
tanah.
22. Maka kaget, 22. D a d ik a gia t,
Udyatmika sekarang, U dyatm ika nene m angkin,
baru melihat, wau ne m anyingak ,
mengingat-ingatkan dalam pikiran­ m inget-inget je r o ning a ti,
nya,
bukan pelayan I Pagag. dudu parekan I Pagag.
23. Lalu turun. 23. R aris tedun ,
Raden Dewi mendekati, m anesekang R aden D ew i,
pendeknya dalam pikirannya, cu te t ikang m anah ,
tak mempunyai rasa takut, nora ana cita ajerih ,
dan berkata manis. sarw i m anis mangandika.
24. ”Yakau, 24. Eh eh sapu ,
sangat baik hati dengan ini, kapiw olas ring pu n ik i,
menuntun kendaraanku, manuntun tunggangan,
bersama melihat-lihat gunung, ajak m anggih rin g wanadri,
maka itu mengetahuinya. sam akena wus wruha.
25. Bila manusia, 25. Yan m anusa,
yaksa keluarga Jin, yakas tui wangsa jin ,
segera jelaskan,” age pidartayang,
Bonjor Nyantung gemetar, B on jor N yantung ngaprag-prig,
kemudian bangun gembira. wau bangun mangarakgak.
26. Meloncat-loncat, 26. M adedingkling,
bertingkah sambil berkata, m apolah sam bil m am unyi,
”Ya Tuanku, singgih panem bahan,
Dewa Ayu laksana bulan, D ew a A yu luir ratih,
saya adalah keturunan Jin. toa n in g Jim wantah titiang.
27. Bonjor Nyantung, 27. B on jor Nyantung,
nama hamba yang sudah dikenal, aron titiang wus kastawi.
294

keturunan Jin setan, treh in gJ im setan,


pekeijaan hamba mencuri, gaw en titiange m am aling,
dan berbuat hal ini setiap malam. bilan g en gi melaksana.

105a. 105a.
28. Dari dahulu, 28. Saking kuna,
di gua Ratu Ringgit, ring gua n in g R atu R in ggit,
tempat hamba, pagenahan titiang,
malam tadi iseng mencuri, nguni dalu iseng m am aling,
merampok ke Langunegara. m am andung kahangunegara.

29. Untung saya ini, 29. Bagian titiang,


mendapat kuda beserta seorang olih kuda m im buh pu tri,
putri,
siapa nama Tuan, siapa m ungguing parab ,
cantik laksana putra seorang ayu luir suta-yoni,
sakti,
sangat berbaik hati mengikuti luih sueca nutug titiang.
saya.”
30. Menerima serta membalasnya. 30. Nampi walen,
Tuan Dewi amat manis, sira D ew i harum m anis,
’’
M emang sudah jodoh, m ula j a tu-krama,
dengan kanda Jin, teken titiang kakan gJim ,
Tuhan telah beberkah untuk me- H yang Widi ica manemuang.
memukannya.
31. Namaku, 31. Aran titiang,
adalah Ni Diah Widi Tasik Gumi, N i Diah Tasik Gumi,
dewa kerajaan, dew a ning kadatuan,
putra raja Langunagari, pra putra Langunagari,
dan tak suka kawin dengan tan suku marabian lian.
orang lain.
32. Untung saya, 32. Sadian titiang,
baru sekarang saya bisa berte­ wau m angkin sida panggih,
mu,
telah lama mengharap-harapkan- sue baan ngajap-ajap,
nya,
selalu saya mimpi, tan m ari titiang mangipi,
295

saya terlalu merindukannya. lintang titiang kasemaran.

33. Kesedihan, 33. N gengkik-engkik,


dari lama siang malam, ulin g kuna lem ah wengi,
baru sekarang saya beruntung, wau titiang sadia,
bertemu dengan Kakak Jin, katem u ne b eli Jim,
silakan ambil saya ini. durus duduk kuda titiang.

34. Adapun sekarang ini, 34. M ungguing m angkin , * _


bagaimana pikiran kakak, sapunapi suecane beli,
suka tau tidak suka, suka tan lew ih suka,
jelaskan tentang rasa kasih se­ tinggarang ju a ican e mangkin.
karang ini.

Min setan lalu menjawab. Jim setan raris mananggap.

35. ”Am at sangat Tuan, 35. Lintang dewa,


pikiran saya* untuk membela Tuan, manah titiang m ela ning a ti,
apalagi sudah jodoh, kaling suba karm a,
saya bujang Tuan gadis, titiang anom ratu truni,
Tuan amat saya sayangi. iratu sayangang titiang.

36. Marilah Tuan, 36. N girin g ratu,


cepat-cepat masuk ke dalam gua, ngranjing kagua ju a paglisin ,
pikiran saya heran,” engen manah titiang,
Raden Dewi menjawab, R aden D ew i manyawurin,
’’
Malam nanti saya bersedia.” m angkin dalu nyadia titiang.

105b. 105b.
37. Siang hari, 37. N uju lemah,
hari tidak baik, diw asane nora becik,
kakak dan saya mengantuk melek b eli titiang haripan m agadang
semalaman, nguni sawengi,
menyebabkan pertemuan cacat. panadin kram ane cacad.

38. Saya bersedia, 38. Titiang nyadia,


agar berputra bangsa Jin, m angda m aoka sawangsa jim ,
yang amat hebat, sane lintang krura,
mari hal itu dibuat, ngiring nika pakardinin,
saling menemukan kesenangan. pada m atem uang kalegan.

39. Agar sama-sama, 39. M angda sama,


perasaan sama-sama senang, bayuna nem uang karasain.
296

di tempat tidur, ne rin g paturonan ,


berhasil anak akan lahir, sadia okan e m anadi,
laki-laki sebagai ayahnya. purusa maniru bapa.
40. Bila sekarang, 40. Yaning mangkin,
tenaga lemah sama-sama mengan­ bayu enduk sam i aripf
tuk,
menyebabkan pikiran salah, nadi manah salah ,
tak sesuai dengan tingkah jin, tan m anut karma n ing jim ,
menyebabkan penakut dan pikir­ w etu geta p manah darm a .
an darma,
41. Diri tua, 41. R agaedah,
membuat perbuatan yang salah, m akardinin salah kram i,
memanggil keturunan, ngatag turunan ,
tak mempunyai keturunan maling, tan m adue sentana m aling ,
pikiran sava akan senang.” nora suka manah titiang.

42. Maka gembiralah, 42. D adi r e m ,


pikirannya percaya, m anahnyane m angugwanin,
jin alas berkata, Jim alas m engucap ,
’ ’
Malam nanti agar benar-benar,’
' nyam an w engi apang p a sti,
Raden Dewi berkata, ’ ’Baiklah.” R aden D ew i m asaur enak.

43. Marilah Kakak, 43. M argikaka,


ke tempat tidur karena mengan­ kapaturon dw aning arip,
tuk.
malam liari dihabiskan, ring w engine telasang ,
keinginannya sekarang, pangahate uling m angkin ,
sekarang payah mari tidur." m angkin lesu ngiring nidi a.

44. Maka jinak, 44. D adim an u h ,


Bonjor Nyantung diberi kata-kata B on jor N yantung kamanisin,
manis,
lalu bersama-sama, raris sim ren gan ,
masuk dalam gua, kaguannyane w us ngeranjing,
tak was-was terhadap daya upaya. tam selang rin g upaya.

45. Bersama-sama, 45. M asarengan ,


tingkahnya laksana berlaki istri, polah lu iralak i rabi,
demikian pula jin ia tertidur, pun Jim ia m agebyang ,
kini akal dengan kata manis, kejuruhan m y a san di,
297

tidur karena rasa enggan. pu lese kabatek emar.

106a. 106a.

46. Matahari terbit, 46. E n dagdurya,


konon hari telah siang, rahinane k oca p mangkin,
I Pagag yang tertidur bersandar di p u lese I Pagag,
tepijalan, n yu leleg te p i n in g m argi,
tak tahu akan apa-apa. nora tahu pajagatan.

47. Sementara itu, 47. Samantara,


matahari sudah tinggi, dauh ro Sang H yang Rawi,
orang-orang yang ke pasar da­ w ang m am asar teka,
tang,
tak henti-hentinya laksana pasir tan pegat pasir wukir,
di gunung,
laki perempuan berdagang. lanang istri madadagang.

48. Mereka semua ribut, 48. Sam iu yu t,


setiap yang datang menertawai­ asing teka m angedakin,
nya,
mengatakan I Pagag, ngucapang I Pagag,
nafasnya sebagai suara gong, angsur e lu ir g o n g bedil,
pantas orang-orang keheranan. pan tesan ak e kagiat.

49. Dokar yang ditarik kuda, 49. D ok a r kuda,


ribut melintas dijalan, u yu t n galintang rin gm argi,
Pagag terjaga baru bangun merasa Pagag m angaliab,
bingung, wau bangun d a d i m aling,
menenangkan dirinya. m anginget-ingetang awak.
50. Meraung-raung, 50. Cengur-cengur,
1 Pagag menangis ke sana ke mari, I Pagag n gelin g warurwiri,
menanyakan kuda, m anakonang jaran,
malahan ia ditertawainya, keludan ia kakedekin,
di pasar berkeliling. rin g pasare m ailehan.
51. Berkata-kata, 51. Sasam bate,
nasibnya buruk menjelma, tan bagiane manumadi,
menuruti perintah. n girin gpak u yu n m .
298

tak jadi berbakti menghamba, tan tu lu s b ak ti maniwi,


kepayahan yang menjadi akibat. m atine ngalih awanan.

52. Sangat bingung, 52. L intang ibu k f


I Pagag memikirkannya, ia I Pagag m angenehin,
untuk menerima kemurkaan, nam penin dadukan,
menyesalkan diri dengan kesedih­ n yelsel awak sam bil sedih ,
an,
ah, menghamba tak berguna. ah m amarekan durlaba.

Pupuh Durma Pupuh Durma


1. Sangat ribut, L G eger umung,
pelayan-pelayan di taman, w ang jeron e rin g tam an ,
menanyakan Raden Dewi, ngibukang R aden D ew i,
bertanya-tanya, atnyatinanya ,
dan selalu mencari-cari, tan m ari m agusuran,
hingga tengah hari, nam pi tajeg Sang H yang R aw i,
tak terlihat, tan kapangguha ,
dicari di taman. ring tawan kaslasakin.

106b. 106b.
2. Segera ke istana, 2. G elis ngapuriang,
seorang pelayan memberitahukan­ panferow ane mangaturang,
nya,
tak diceritakan dijalan, tan ucapan m ating nmrgi,
menghadap kepada Bastinata, tangkil rin g B astinata,
di tempat penangkilan, irika m ating paseban ,
baginda raja yang sedang dihadap, sang Prabu sedek tinangkil,
konon datanglah, k ocapan prata,
pelayannya menyembah. panjerow ane m angubakti.
3. ”Ya Tuanku, 3. Singgih Prabu,
paduka raja junjungan, dew a nata panem bahan ,
lepas hamba menjaga, lu pu t ingulun angem it,
istri baginda di taman, garw ane rin g taman,
Diah Dewi Udyatmika, D iah D ew i U dyatm ika,
sekarang tak masih di sana, ne m angkin tan harm kari,
tidak terlihat, tan kapangguha,
299

dan sudah semua tempat dicari. w us sam ikasiaksakin.

4. Dari pagi, 4 . Saking enjing,


hamba semua mencarinya, w ang je ro n e telas m angibukang,
tak ada yang melihatnya,” tan w enten m am anggihin,
raja merah padam, san g N ata k abm gan ,
baru ia mendengar, w a u id a m am arsa,
turun lalu menuding, tedun raris m anudingin,
memukul muka, m an gdedel m uka,
orang-orang mencoba melerainya. w ang m anyoba m angrebutin.

5. Para pelayannya amat takut, 5. L intang jerih,


lalu lari tunggang langgang, panjerow ane raris m angadam plang,
lari menderita kesakitan, m alayu am n dan g sakit,
para mentri bangun, wira m antri pasurangkab,
memegang baginda raja, m anekul Maharaja,
memperingatkan dengan halus, m apiw ungu sadaaris,
”M ari pelan-pelan, ngiring dabdabang,
jangan demikian Tuanku.” hayua dew a N arapati.

6. Amat telanjur, 6 . Kadurusan,


marah kepada rakyat Tuan, duka rin g wadwa matwang,
hal itu kita bicarakan dengan nika baw osang den yukti,
■baik,
bila ia dibunuh, yan ia pinejahan,
siapa yang akan ditangani, siapa muah tinanyan,
tak ada yang berani menghadap, norana purun manangkil,
akan menceritakannya, jagangaturang,
agar itu menjadi jelas dan terang. m angdannyane teteh jati.

7. Setelah selesai pembicaraan, 7. P uput sapidarta,


tak ada yang ditanyai ke mana tan ana kang tinanyan,
akan dicari,
hal itulah dibicarakan, n e ring d ija pacan g ungsi,
kita kurang pandai, punika m awosang,
orang perempuan dipercayai un­ raga kirang wiweka,
tuk menjaganya,
maka itu mudah, sang w adu an delan gem it,
bagi orang yang hendak berlaku dadiannya gam pang,
pencuri.”
sang m alaksana mamaling.
300

107a. 107a.
8. Setelah duduk, 8. W usm alungguh,
baginda raja lalu berkata, sang Prabu raris ngandika,
”Ya patih semuanya dan mentri, eh patih-patih m antri,
apa akal, angapa upaya,
sekarang untuk mencari sang Diah, m angke m angruruh sang D iah ,
agar terlihat jalannya, m argane sida kapanggih,
walaupun akan berperang, diastu m ayuda,
pikirkan hal itu patih.” lah ta tim bang siw a patih.

9. Sang Patih, 9. D ane Patih,


Tulakepang sekarang datang, Tulakepang m angkin prapta,
menghadap di balai penghadapan, m ating paseban m anangkil,
datang dari taman, rauh saking tam an,
menerima hilangnya Sang Diah, netas icale san g D iah,
yang dicurigai dalam hati, sane kasum lang in g in g ati,
tak ada yang lain, norana lim a ,
dukun yang mengobatinya. balian sane manambanin.

10. Demikianlah, 10. Sam punika,

perkataan Ki Tulakepang, atu re K i Tulakepang,


dan sudah dipercayakan sekarang, w us kapercaya mangkin,
oleh baginda raja, olih sang Narendra,
lalu beliau berkata, raris idam angandika,
.’’Para mentri mari sekarang, w ira m antri jalan jani,
cari dukun itu, ruruh i balian,
agar ia dijumpai.” apan g ia m u sti kapangguh.
11. Menteri yang gagah berani, 11. Wita mantri,
semuanya berkata serempak, kabeh pada masawuran,
’’
D iam lah Tuanku, ju m en en g patih aji,
percayakan kepada hamba, ingulunsum andang,
mencari dukun itu,” m angruruh pu n i balian,
raja raksasa itu berkata, Yaksa raja m anyawurin,
’’
Bunuhlah, orang yang membawa lah pinejahan yan an gajak R aden
Raden Dewi. D ew i.
12. Bila tak bersama-sama. 12. Yan tan sareng,
Raden- Dewfc dengan dukun itu. R a d en D ew i rin g i balian^
301

jangan mengadu kepandaian, ayua ta ngam er a ji,


segera persembahkan, age atur ana,
agar aku mengetahui, pradane aku wruha,
dapat bertanya dengan adikku,” olih atnya ring i adi,
demikianlah katanya, nahan w ecana,
para mantri mengiringkannya. pram antrine m ingsinggih.

13 Kemudian berangkat, 13. R a m mangkat,


ribut seluruh bala tentara, geger um ung saha bala,
kentongan dipalu, gen don gan e kagedig,
berkumpul di halaman luar, kum pul rin g bancingah,
I Pagag lalu mendengar, I Pagag raris miyarsa,
segera pergi, miyarsa,
melewati desa, ngim angang raris m agedi,
bertemu dengan Raden Mantri. ngalintang desa,
kacunduk R aden Mantri.

107b. 107b.
14. Sangat tergesa-gesa, 14. Gagisun rengas,
I Pagag menyampaikan, 1 Pagag mangaturang,
tentang semua pesoalannya, ring paindikanc sami,
”Mari kita cepat-cepat, ngiring ke gelisang,
agar tak terkejar, m angda tan katututan,
apa yang akan dibela, papin e ratu tindihin,
tak ada hasilnya, tan ana buktian,
bertanyalah kepada I Dukun. dene 1 D ukun tunasin.

15. Siapa tahu beruntung, 15. K aget bagia,


dapat pembicaraan di sana, p olih babawasan irika,
saat itu baru Tuanku bersiap- wau ratu kinkinin,
siap,
walau berperang,” adiapin mayuda,
baginda raja terpana, sang N ata K apem etan,
berjalan diam tidak berkata-kata, ndatan m asabda mamargi,
segera di jalan, agrlis in g swan,
sudah sampai di tempat Dukun. ring Padukuhan prapti.

16. Sangat kaget, 16. Srenggara,


Dukun berkata menyapa, dane D ukuh m atur manyapa.
302

”Ya Tuanku Baginda Raja, singgih dew a N repati,


jangan dipanjangkan, sam pun mamanjangang,
saya sudah mengetahuinya, titiang sam pun sahuninga,
tentang nasib sial sekarang ini, padabdab lacune m angkin,
senangkanlah, paripum ayang,
sang Putri akan didapatkan.” sang Putri pacangkeni.

17. Raden Mantri, 17. R aden Mantri,


Pageg dan baginda tak berkata, P ageg tan pasabda,
air matanya hampir ke luar, m angem bang we ning aksi,
sangat terasa sedih, duhkitane lintang,
tak mendapatkan kesimpulan, tan putusan katemuang,
Pagag Pageg amat takut, Pagag P ageg lintang jerih ,
kata-katanya manis, harum wacana,
Ki Dukun berkata pelan-pelan. K i D ukuh m aturaris.

18. ”Ya Tuanku, 18. In ggih ra tu ,


Raja Lesanpura, sang B upati Lesanpura,
jangan ragu-ragu dalam pikiran, ayua ta walang in g ati,
sakit kesedihan, sungsut kasungkawan,
belum waktunya, durung masa ning m adia,
kesedihan masih sedikit, duhkane kari ak edik ,
akan berhasil, pacan g nemekang,
tak dapat dihindari. tan keneng ju a impasin.

108a. 108a.
19. Raden Dewi, 19. R aden Dewi,
sekarang ini masih dalam gua, m angkin kantun je r o ning guwa,
dicuri oleh bangsa jin, kapandung rin g wangsa Jim ,
di malam itu, duk w engine punika,
I Pagag tertidur, I Pageg kalelepan,
menjemput Raden Dewi, m am endaki R aden D ew i,
tiba-tiba datang, pandunge perapta,
segera mengambil kudanya. angam et kudane gelis.

20. Tak tahu, 20. Tatanw eruh,


I Jin bahwa kuda itu berisi I Jim kudane m isi jadm a,
orang,
baru tahu sudah di gunung, rin g gu n u n g wau uning,
terhadap beliau sang Diah, m ating ida sang Diah,
303

beliau sudah berdaya upaya, ida sam pun ngupaya,


menipu Jin yang jahat itu, nguluk-uluk H im wegig,
jangan khawatir, sam pun sangsaya,
pasti tuanku akan menang.” sinah jay a Nrepati.

21. Maka itu hilanglah, 21. D en in g sirna,


kedukaan baginda raja, citane sira sang N ata,
mendengar kata Ki Dukun Sakti, ngerenga K i D ukuh Sakti,
katanya tak ragu-ragu, ujare tan madua,
baginda raja meyakini, sang Prabu ngum andelang,
saling bertukar alat-alat, sadane masilih-silih,
di pertapaan, m aring patapan,
tersebutlah mereka yang mencari­ kocapan sang mangalih.
nya.
22. Pergi ke sana ke mari, 22. Pabelesat,
para mantri Langunegara yang ga­ wira m antri Langunegara,
gah-gagah,
lengkap dengan segala senjata, sregep sanjata sami,
siandana dan kuda, siandana lawan kuda,
beribu-ribu balatentara, koti-koti kang wadua,
diperiksa suruh desa, kapepetan desa-desi,
di lembah ngarai, ma ring pangkung luah,
sampai ke gunung-gunung. rawuh kagiri-giri.

23. Malang sekali, 23. M andabahagia,


para menteri semunya, wira m antri makabehan,
tak ada melihatnya,. tan ana mamanggihin,
selama di hutan, sasuene ring alam,
dukun itu tak terlihat, i balian tan kacirian,
karena ia memakai pakaian laki, denin g nganggo cara laki,
maka mereka pulang, dadiannya budal,
seluruh baudanda semuanya. para baudandane sami.

24. Semua mempersembahkan, 24. Sam im atur,


ke istana kepada Raja Yaksa itu, kapuri rin g Yksa R aja,
”Ya Tuanku Baginda Raja, singgih dew a sang Bupati,
tak dijumpai, nenten kapangguha,
istri Tuanku, guruane dew a batara,
demikian pula dukun yang meng­ miwah baliane nambanin,
obati,
304

sudah berusaha, sam pun sadya,


hamba mencarinya.” wus patik anyelaksakin .

108b. 108b.
25. RajaYaksa, 25. Yaksapati,
Durgasmala menyuruh, D urgasm ala ngadikayang,
penjaga di istana, ring pangem puan rin g pu ri,
pada I Tulakepang, ring I Tulakepang,
agar berusaha, ngupaya ,•
’’H anya Bapaklah sekarang ini, tan len bapa tuah ne jani,
aku harapkan, arepang nira,
terhadap kesukaran sebagai se­ pakew ehe buka m angkin .
karang ini.
26. Jika berhasil, 26. Yankasidan,
olehmu istriku, olih bapa garua nira,
demikian pula dukun yang jahat m iwah Ib a lia n rush,
itu,
ada hasilmu, nika laban bapa,
terimalah seribu setiap bulan, saribu tam pi ngabulan,
pergilah hari ini, m angkat sadina puniki,
I Tulakepang,” I tulakepang,
tak banyak berkata lalu me- tan panjang telas mangiring,
ngiringkannya.
27. Setelah menyembah, 27, W usm anem bah,
lalu mohon diri dan beijalan, raris m apam it majalan,
segera beijalan dijalan, aw aning gagana gelis,
turun pangkung, tedun m ating lemah,
masuk ke dalam desa-desa, m asuk ka desa-desa,
gunung dan hutan dilihatnya, gu n u n g alas kaslaksakin,
demikian ngarai dan jurang, lan pangkung jurang,
juga tidak dilihatnya. m asih yuara ja kapanggih,

28. Konon sekarang ini, 28, K ocap mangkin.


Raden Dewi Udyatmika, R aden D ew i Udyatmika,
ada di dalam gua sebuah gu­ ana rin g gu a n in g wukir,
nung,
sudah dua hari, sam pun kalih dina,
jin alas masih tidur, Jim alas kari nidra.
305

Raden Dewi lalu ke luar, R aden D ew i raris m ijil,


mengambil bungkusan, n gam bil bungkusan ,
diambilnya pakaiannya. panganggene kaambil.

29. Tiba-tiba ada, 29. K aget ada,


dilihatnya pakaian seorang lelaki, sandangan laki kacingak,
celana baju dan destar, ja ler baju lan pekir,
pakaian itu dipakainya, punika sinandang,
berubah menjadi orang laki-laki, m alingse d a d i lanang,
terlihat pedang si jahat, pedangnyane m ijil culig,
lalu dibawanya, raris kabakta,
wajah laksana orang laki-laki. w im bane luir lelaki.

30. Sesudah pasti, 30. Hana pasti,


sekarang sudah bersedia-sedia, m angkin sam pun kaagemang,
lalu beijalan, tum uli raris mamargi,
kudanya dinaikinya, kudane katunggang,
dilecut dan dilarikan, kapecu t kagetakang,
beijalan siang malam, lam pahe rahina wengi,
tidak berhenti-henti, tatan rarianan,
tujuh hari berada di jalan. pitu n g dina ne rin g margi.

109a. 109a.

31. Tersebutlah, 31. K acarita,


Tulakepang mengejar sang Diah, Tulakepang n getu tsan g Diah,
mencium bau harum, ngendus eb om m am bi,
lalu dilihatnya, raris kapangguha,
tetapi takut memastikannya, dadi takut m ituwiang,
karena berwajah orang laki-laki, den in g rupane lelak i,
pikirannya itu tak benar, dudu rin g manah,
maka mundurlah orang yang men­ m asangidan sang mamerih.
cari itu.
32. Maka payahlah, 32. D adi lesu.
Raden Dewi menunggangi kuda, R aden D ew i nunggang kuda,
kala senja menjelang, kala sore manampi,
lalu berhenti di bawah pohon mararian sor ing kroya,
kroya,
di tengah hutan, ring telen gin g wanantara.
306

bingunglah Raden Dewi, h em eng sira R aden D ew i,


ingin beijalan, jaga mamarga,
tak tahu yang akan dituju. tan weuh ne pacan g ungsi.

Pupuh Magatruh Pupuh Magatruh

1. Tiba teringatlah akan Candrasih L K ancit m elin g rin g Candrasih


yang dahulu, nene dum un,
saat di taman Alpasari, du k rin g taman Alpasari,
pemberitahuannya sudah pasti, p itek ete sam pun puput,
nanti mendapat bahaya pati, besuk y an kabaya pati,
atau mendapat kesukaran. yadian m anem u pakeyoh.

2. Saat itu segera Raden Dewi ber­ 2. Trika ge lis R aden D ew i sila
sila, langguh,
di bawah pohon beringin, ana rin g sor waringin,
di tengah gunung, ring m adia n in g alas agung,
mengheningkan pikirannya, angeningang cipta pasti,
tingkahnya pelan-pelan. solah e dabdab tur alon,

3. Kedua tangannya sudah dibelit- 3. A sidakep asta nira kalih


kannya, sampun,
tak lain yang diciptanya, nora lian ikang inisti,
memusatkan jiwanya, sam adi risajroning kalbu,
gurunya yang sebenarnya, guru kang sujati,
agar memberi petunjuk. rrngda ica asung babawos.

4. Tidak lupa m endpta agar datang, 4. N datan pasah mangastawa


m angda rawuh,
mengheningkan 'cipta, angranasika mamusti,
tak mendengar dan tidak m em ­ tan m angerenga tan
perhatikan, mangerungu,
agar sanggup beijumpa, m angda sida ju a kapanggih,
akhirnya gurunya tampak. gu ru nira nulia katon.

5. Jelas Candrasih dahulu, 5. N yalantra Candrasih nulia kadulu,


penglihatannya tak samar-samar, ndatan sam ar kang pangaksi,
ibunya berkata pelan-pelan, sira sin i alon mawuwus,
”Ya Tuan Putri, duh sira N arendra putri,
dengarlah anakku.” lesu ikang rartak ingong. ,
307

6. Sudah bangun Udyatmika lalu 6 . Wus ngalesu U dyatm ika sarw i


berkata, matur,
ibunya telah dilihatnya, sira n ini w us kaaksi,
mendekati gurunya, am edek sang G uru ,
perkataannya m ohon dikasihi, sabda sira m am elas asih,
sang Ayu lalu teijatuh duduk. sang A yu raris nyulem poh.
7. ’’
T olon glah hamba terhadap kesu­ 7. Tulung ingsun tk a n in ga b a la
karan hamba, kewuh,
di tengah hutan belantara, m aring telen g in g waria giri,
tak tahu utara selatan, tan ada wruh r in g lo r kidul,
dicuri raksasa dahulu, pandung Yaksa sane nguni,
hampir ketemu dengan baginda m eh katem u rin g sang K atong.
raja.
8. Salah bertindak saat ingin akan 8 . Salah tindak nyandangsunpacang
pulang, mantuk,
kembali diambil oleh pencuri, m alih kam et olih m aling,
Bonjor Ngantung berada di gu­ B on jor N yantung aneng
nung, gunung,
sama pencuri itu, ngarannya ikanang m aling,
untung aku dapat menipunya. sadya olih sun m abengoh.

9. Setelah kesedihan yang kedua sa­ 9. Telas kerangan sang kalih


ya jumpai, pan ggih puniku,
itulah sebabnya saya sekarang, nika marman ingsun ik i,
mengharapkan ibu datang, nulane n in i pan g rawuh,
karena saya kesukaran mencari dahat ingsun m ew eh ring
jalan, m argi,
dan tidak bertemu sebagai orang tan pakanthi d a d i wadon.
wanita.
10. Karena saya berpakaian laki-laki, 10. D en in g ingsun nganggo jejalu,
maka tak seorang yang berani, lam akane tatan wani,
setiap orang melihat, asing-asing w ang kapangguh,
sepanjang jalan, sapanjang-panjang in g margi,
saya amat kesulitan.” manira kalintang eweh.

11. Candrasih berkata membalasnya, U . N am pi walen Candrasih dane


muwus,
”Ya aduh tuan laksana Ratih, singgih duh sang kadi Ratih,
308

saya sedia menolong, kaw ula nyadia m anulung ,


jangan ragu-ragu, ayua sem ang w alang a ti,
tak akan ada kesukaran. tan ana pacang pakew oh.

110a. 110a.
12. Tak akan urung mereka berdua 12. Tan w angie yan sang kalih
akan datang, pacan g raw uh ,
mengejar sang Dewi, m angetut tindak sang D ew i,
inilah untuk menolak musuh, y ek i panulak in g musuh,
bentuknya amat sesuai, wangunane lintang pa sti,
Jin membuat sebuah patung. nini Jim akarya togog.
13. Bahannya paras bentuknya amat 13. A ntuk paras wanunane luya
serupa, sampun,
sebagai wajah Raden Dewi, luir w im bang R aden D ew i,
sangat cantik wajahnya, asri sinang rupan ipunt
berkilat cantik ramping, ngaling nyalang lintang raw it ,
senyumnya laksana sang Sinom. sasm itane luir sang Sim on.

14. Kalau dilihat gambar ini sama 14. ayu ning gam bar w aluya y en
keayuannya, dinulU
terpekur sebagai orang menangis, m asidekus luir m anangis,
menangis dengan lesu, m anangis sarwi ngalesu,
jika dilihat dari belakang, saking pu n gk u ryan tingbalih,
apalagi bila dari jauh. napi m alih saking adoh.

15. Rupanya sama betul tak ada beda­ 15. R u pa ja ti nora aneng ipun,
nya,
berkata nini Candrasih, m atur nini Candrasih ,
”ya Dewi yang molek, singgih dew i puspasantun ,
silakan dicela, duruang ratu caeadin,
bentuk menirukan sang Anom. wangunane niru sang Anom .
16. Raja putri berkata manis, 16. N repa wadu m angandika m anis
nyunyur ,
”Tak perlu dicela lagi, tan nyandang sedanin m alih ,
ya saya berani bertanya, inggih titian gpu ru n m atur ,
apa sebabnya sebagai sekarang ini, napi krana kadi m angkin ,
tak henti-hentinya menjumpai ke­ tan pegat nem u pakeyoh.
sukaran.
309

17. Segera Nini Jin berkata sambil 17. N anggal m atur n in iJ im sa h a


tersenyum, kenyuh,
”Suka duka itu tetap ada, suka duhkitane kari,
belum masanya hilang sekali, durungm asaninginggihram pung,
jalani segala yang diterima, babaktane kang lam pahin ,
percayalah terhadap bangunan paw angun titiang gugoh.
saya ini.
18. Pasti akan bertemu dengan sang 18. Tan w angde kapangguhsiraring
prabu, prabu ,
ada di istana Mayura, ana rin g M ayura pu ri,
dan pasti akan mempunyai madu, apan kapasti rm rm du,
ya tuanku putri, duh sira N arendra p u tri,
dengan putri Mayura. a m rin g p u tri M ayura.

110b. 110b.
19. Nama beliau adalah Raden Putri 19. Nama sira R aden Putri
Smaratejun, Sm arateju n ,
tak ada putra lain, tan a m sen tam m alihf
hanya beliau wanita seorang, punika sasiki wadu,
putra baginda raja Sri Narpati a m k sira S ri N arpati B upati
Bupati yang sangat berkuasa. dahat in g katong.
20. Kesukaran di Mayura menyenang­ 20. Suka w iry a rin g M ayura lintang
kan, w ibuht
tak kurang apa-apa, nora kurang m p i m aliht
di sanalah tuan diam, irika dew a m alungguh ,
tunggulah suami tuanku, an tosan g N arendra suam if
desa di sebelah timur. a m n ikang desa purwa.
21. Lagi pula sudah menunggu-nunggu 21. M alih sam punngape-apedangu,
dari dahulu,
putra baginda raja, putra nira S ri N arpati,
mimpikan suaminya, n yu m pem yan g lakin ratu ,
sedih siang malam, tm k in gk in g rah im w en gif
namun beliau selalu menunggunya. tan m ari ida m angantos.
22. Adapun pikiran hamba bila hal ini 22. N aya titiang bilih ratu
benar, pa tu t ,
sebaiknya tuan berpakaian laki-laki, y o g ia anganggo lelak i,
310

datanglah ke Mayura, ka M ayura m angda rawuh,


mengatakan putra dari Lesanpuri, ngaku putra Lesanpuri,
berburu dan tersesat. m abeboros tur kadalon.

23. Raden Dewi berkata sambil ter­ 23. R aden D ew i asem u gu yu am uw us,
senyum,
”Ya memang benar Nini Jin, singgih patu t n ini Jim ,
saya bersedia mengikutinya, titiang nyadia maming-tuhu,
saya dapat melakukannya, uning titiang ngamarginin,
kehendakku agar tak dilihatnya.” panyudin e tan tu m on .

24. Candrasih kembali berkata, 24. Candrasih ngam alihin dane m atur,
’’C arilah jalan dengan menyamar, m asaruam argane ungsi,
tidak akan salah anak cantik, nora sim pang nanak ayu,
sekarang pikiran kalah patung ini, to g o g e m angkin nawosin,
agar orang yang mengejarnya ter­ sang mamrih m anda kapingon.
tarik”
25. Kemudian Candrasih mencari air, 25. Crandrasih nulia gelis m angrereh
banyu.
Raden Dewi dimandikannya, R aden D ew i kasiramin,
badannya dibersihkannya, kasutsut anggane sampun,
patung itu dimandikan juga, to g o g ik a kasiramin,
dengan air yang kotor. rin g panjusan io y a kawon.

26. Raja putri sudah memakai pakai­ 26. N repa wadu sandangane sam pun
annya, karangsuk,
berpakaian sebagai laki-laki, m abusana cara laki,
pakaian yang serba indah, sandagan sarwa rahayu,
pemberian Nini Candrasih, pisukan nini Candrasih,
serta keris dengan kepala keris m uang duhung landyan patos.
yang sederhana.

lila. lila.
27. Wajah baginda putri wajahnya 27. B a gu sgen jin g wadana N repa Wadu,
amat bagus,
tak ada cacatnya lagi, tan kena cin eda m alih,
dan kudanya sudah dinaikinya, kudane katum pak sampun,
tempat duduknya amat indah, lungkaAungkane lintang asri,
berkilat dan bercahaya. k adi gila p tur ngulencok.
311

28. Berkeris dan membawa pedang 28. N yun gklit keris n yam bitpedan g
serta cambuk, m aring m iwah p ecu t ,
mendapat dari Nini Jin, am ait m aring nini Jim ,
Candrasih berkata halus, Candrasih m atur alus ,
’’B eijalanlah Tuan dengan tenang, m argi dew a saking arisf
intan permataku sang Anom.” m as mirah dew a sang anom.
29. Peijalanan sang Ayu menuju ke 29. N gaw etan lam pah sira sang
timur, A yu ,
jalannya pelan-pelan, lam pahe sada arist
melalui suara riuh di gunung, m anuwuk geger ning gu n u n g ,
tersebutlah Nini Jin sekarang, n ini Jim kocapan m angkin ,
hilang tak kelihatan. nulia m usna nora katon.
30. Tersebutlah Jin alas, 30. Tan kocapan su en e m angalih ,
Bonjor Nyantung, B on jor N yantung ,
baru bangun setelah malam hari, wau bangun sam pun w engif
meraba ke sana ke mari, p a ti gabag p a ti usud,
memanggil-manggil ke luar ma­ kawuk-kawuk pesu m ilih t
suk,
diam termenung. ben gong-ben gon g m anyontol.

31. Keesokan paginya setelah mataha­ 31. B enjang sem eng en dag surya
ri terbit di timur, ga lan g tim ur
tak terlihat sang Dewi, sang D ew ian datankapan ggih,
masuk ke dalam gua mengambil ngranjing guw a n gam bil pa lu ,
palu,
sangat cepat tak terkira-kira, sebetn yan e tan patanding ,
berkobar-kobar laksana sebuah ngabar-abar kadi obor.
obor.
32. Kemudian berteriak ke mana- 32. Terus m engerak rin g pa ti ,
mana masuk ke sana ke mari, luplup.
turun lembah dan gunung, tedun pangkung m iwah g ir j‘
f
mencarinya tetapi tak melihat, m angrereh nora kapangguhfi
kemarahannya amat sangat, sen git nyane tid on ggigis, ‘
air matanya ke luar menetes. y eh m a id m ijilp a cerod ok .
. ;• •. • * ••••• 'J A
3T2

Pupuh M p PupuhM p
111b. lllb.
1. Tak diceritakan lamanya mencari, 1 Tan ucapan suen e mangalih,
I Jin Bonjor itu, ipun M im B onjor,
sambil menangis dan memanggil- m aduluran tangis sesam bate,
manggil,
siang malam, lem ah peteng,
menyelidik dan mencari, ipun m anyuliksik,
tak mengikuti jalan, tan m anut in g margi,
menyebut-nyebut sang Ayu. angame-ame sang Ayu.

2. Kemudian bertemu, 2. Turkacunduk,


sekarang dengan sebuah patung, to go ge ne mangkin,
terlihat dari jauh, katon saking edoh,
Bonjor Nyantung amat gembira B on jo r N yantung kalintang
agaknya, legan e kasengguhang,
disangka Raden Dewi, sira R aden D ew i,
segera mendekati, ga gison nyagjagin,
tiba-tiba mengambil dan memikulnya. ja gja g saup term manikul.
3. Dengan usaha keras ia memaksa­ 3. M agagim eh m asih ia lawanin,
kan,
karena terlalu berat, duaning dahat abot,
mencumbu rayu, ngasih-asih,
ke luar kata-katanya, ju ga pesan m unyine,
”Ya Tuanku, singgih dewa,
mas permataku, m as titiang manik,
mengapa minggat, nguda ju a ngam bulin,
Tuan lari hendak pulang.” m ob os dew a jaga mantuk.
4. Menguatkan tenaganya, 4. N gangsehang bayu,
konon dengan memulainya, reke m anyum unin,
jalannya pelan-pelan, lam pahnyane alon.
I Jin alas, M im alas,
sering kali kepayahan, ceceh angsegane,
keringatnya, pelu h nyane,
tak henti-hentinya mengalir, tanpegat m angidr,
pelan-pelan mendaki gunung. alon-alon m unggah gunung.
5. Setelah tiba, 5. Sam punraw uh,
313

di tengah gunung, ring m adyaning wukir,


karena terlalu berat, denin g lintang a b o t,
Bonjor Nyantung, B on jor Nyantung,
perkataannya halus, aim pam unyine,
’’
M arilah Tuan, ngiring dew a,
berhentilah di sini, ararian irik i,
maafkanlah karena jauhnya saya am purayang u gi antuk adoh
kelelahan.” tiang lesu .

112a. 112a.
6. Mengapa diam, 6 . N gu dam en en g,
Tuan laksana bulan, ratu kadi R atih ,
ya Tuan sang Anom, duh dew a sang A n om ,
saya sadar, taken titiang,
mempunyai kesalahan, m adue kaiw angane,
dan amat sangat, tur kalintang,
saya tidur lelap tak mau men­ titiang pu les etis tan kayun
dekati, ngelonin,
mengapa tuan malu membangun­ nguda kim ud ratu nundun.
kan.
7. Karena saya, 7. D uaning titiang,
amat mengantuk, kalintang in g arip,
dari mencuri, rauk saking nyolon g,
memang selalu, setata tuah,
saya ini tiga hari, m ungguing dew ek titian g tigang
din a,
tidur siang malam, pu les siang latri,
jangan merasa kuatir, sam punang ju a ajerih,
membangunkan saya tidur. m anundun titiang aturu.

8'. Bila berkehendak, 8 . Yasing iseng,


tuan rindu asmara, R atu nandang semari,
jangan tuan lari, ayua ratu m obos,
berilah tanda, m anyiptanin,
dengan gerak-gerik, antuk tatingkahe,
mengajukan, m anyulukang,
keinginan dengan suami, kayun m ating rabi,
ingatkanlah sekarang, elingang ju a mangkin,
314

lain kali jangan minggat .” kapungkur sam pu m n g ngam bul.

9. Kata-kata Jin itu, 9. Pam unyinJim ,


ia merayu-rayu, ia mangasi-asih,
merayu Diah patung itu, m angrutnrum D iah Togog,
berhenti, arariam ,
di tengah hutan, rin g m adianing wukire,
serta memeluknya, sarw i ngelut,
menciuminya, ceceh manimanin,
”Ya balaslah adik,” inggih w alesang adi,
I Jin Alas kembali menubruknya. M in i alas m alih ngaplug.

10. Terbentur, 10. M ageledug,


dahi J Jin terasa keras, gidatn yan e I Jim w au.m erasa
katos,
sat itu baru berpikir-pikir dalam d i tu makira-kira dihatine,
hatinya,
dirasakannya, karasayang,
semua diraba-rabanya, pecik-pecik sami,
baru diketahui, wau kauningin,
semuanya sudah hilang. lalingsen saparan iku.

11. Lalu dipeluknya, 11. R aris kapeluk,


patung itu ditangisinya, to go ge panglingin,
”Aduh Tuan sang Anom, duh dew a sang A nom ,
mengapa, sanunapi,
apa yang menyebabkan,” ju a dew a kranane,
banyak kata-kata, akuch suara,
I Jin itu, hyane IJ im ngig,
selalu menangis, tan m ari manangis,
sekarang utusan tersebut. utusane m angkin rawuh.

112b 112b.

12. Ia mencium bau ke sana ke mari, 12. N gendus eb o dane mai,


sesuai dengan embusan angin, m anut angin m alon,
lalu terbang, m esat m iber,
di langit, m ating ambarane,
utusan itu, utusane,
selalu memperhatikan, tam m ari ngulingling,
laksana burung kekelik. kadi pak si kakelik.
315

seperti apa adanya. nulia ana kang kadulu.


13. Tulakepang, 13. Tulakepang,
patih Langupuri, Patih L angupuri,
ia sudah melihat, sam pun dane n geton ,
semua perbuatan, sapari p ola h ,
I Bonjor Nyantung, I B on jo r N yantunge,
dari langit, saking am bara ,
sudah diperhatikan dengan baik, w us kahawas tingling,
dilihatnya sang Dewi, kacingak sang D ew i,
berdua orang laki-laki. karonan ring w on g jalu.

14. Kemudian segera turun, 14. R aris tedun ,


ia mendekatinya, dane m anyagjagin,
setelah tiba di bawah, sam pun rawuh rin g sor,
sekuat tenaga konon merebutnya, sahasa danem angrebutin reke,
I Jin Alas, IJ im Alas,
disepaknya dari belakang, kasepak saking wuri,
terkejut lalu menoleh, tangkejut m anolih,
segera kemudian mengejarnya. parikosa raris n gepung .

15. Selalu, 15. Tatanm ari,


Jin Alas mengejar, Jim A las m angungsi,
kayu-kayu rebah, tarune m angro pad,
karena dilaluinya, w it katem puh,
di tengah perjalanan, ring tengah kananane,
Tulakepang, Tulakepang,
si Patih menantangnya, Patih manangtangin,
salahmu maka kamu menderita, salah ibane ngem asin,
mencuri istri baginda raja. n y olon g garuane sang Prabu .

16. Jin setan, 16. Jim setan,


diam dan terus mengejarnya, m eneng m angetut buri,
matanya merah bersinar, netra bang m an yeroto,
segera mengejarnya, ge lis nutug,
sekarang jalan I Patih, lam pah I Patih m angke,
berguling-guling, magulungan,
perkelahian mereka berdua, yu dan e sangkalih,
saling gelut dan saling banting, m agulet m apanting,
berganti-ganti menggigit. salin g u gel ia m agutgut.

*
113a. 113a.

17. Semua takut, 17. Sam i kukuh,


menahan rasa sakit, rm n ah em n g sakit ,
berkelahi saling tarik, m ayuda saling horos,
binatang di hutan, buron alas ,
amat takut, kalintang ferih e,
semuanya lari, telas malayu,
terantuk ke sana ke mari, p a ti purug-purugin,
yang ada di hutan dan di gunung, haneng waria g irit
dan pohon di hutan itu habis tum­ alas kanan telas rubuh.
bang.
18. Tak diceritakan, 18. Tan ucapan,
lamanya bekelahi, lam ine hajurit,
tak ada yang kalah, nora ana kasor ,
tersebutlah Raden Mantri, k oca p R aden M antri,
yang berada di gunung Citrakuta. sane m angke rin g patapan ,
ia I D ukuh Sakti,
m uang parekan sam i,
na rin g G trakuta gunung.

19. Di pagi hari, 19. Sem engw aw u,


matahari terbit, m ijil Sang H yang R aw i,
segala yang berada, w atek ing m ahenggon,
di pondok itu, m aring p o n d o k ,
I Dukuh Sakti, I D ukuh Saktine ,
duduk di atas kladi, dane D ukuh ,
semuanya menghadap, duw ur in g kladi m alinggih ,
demikian sang Abagus. sam i reko nangkil,
kalih ida sang Abagus.

20. I Dukun Sakti, 20. I D ukuh Sakti,


berkata halus, m engandika aris,
sambil mengeluarkan kata-kata pelan, sarw i ngucap a lon ,
’’D engarkan Tuanku nasihat ini, m iarsa dew a sang N ata tutur e,
yang patut, sane nyandang,
sekarang tuan tuju, dew a mangkin un gsi,
hanya negara di sebelah timur, tuah jagate kangin ,
merupakan peqalanan yang baik m argane jaya sang Prabu.
tuanku.
21. Karena sudah, 21. D uaning sampun,
ditentukan oleh Tuhan, kapasti rin g Widi,
mendapatkan kesukaran, rnanemu pak eyoh kari akidik,
tinggal lagi sedikit, kantun sira,
kesukaran itu, N arpati tandangin,
sepatutnya, id a R aden Putri,
tuanku cari, rin g M ayura w us malungguh.
Raden Dewi,
berada di Mayura.

22. Tak benar, 22. Tatan patut,


berada di Langupuri, rin g Langupuri m ajurit,
karena tempat ini buruk, duaning genah kaw on,
Tuanku sudah amat suci, I D ew a sam pun lintangsucine,
pasti terjadi peperangan, sinah paperang,
tuan berdua, dew anekakalih,
karena Hyang Widi, saking sang H yang Widi,
memberkahi tuan berperang. isu n g m arga m agagebug.

23. Sangat baik, 23. L ew ih b ecik ,


berangkatlah Tuanku sekarang, m arga dew ane mangkin,
ya Tuanku baginda raja, duh dew a sang katong,
banyak yang akan mengiringkan- iku kabeh ajak pangiringe,
nya,
untuk pergi ke sana, m angiunganin,
ke Mayura puri, k e M ayurapuri,
bila sudah bertemu , yan sam pun kapanggih,
dengan istri Tuanku itu. garw an ta sira sang Prabu.

113b. 113b.
24. Akan mendapatkan seorang putri 24. Jagi m anindit,
lagi.
seorang putri muda dan cantik, p u tri m alih asiki,
ia itu, p u tri ayu anom ,
ia adalah jo d o h tuanku, in ggihpum ka,
yang sudah dijodohkan, ia p a sti jod on e,
dengan tuan Putri, w us papasang.
318

tak akan dapat ditolak, rin g da N repa Putri,


bersama Diah Smaratejun. tarikena wiwalin,
nama D iah Sm aratejun.

25. Dari sanalah, 25. Saking irika,


akan dipakai sekutu, inggih maka kanti,
sangat setia kepada sang Anom, dreda ring sang A nom ,
sangat banyak, dahatakueh,
bala tentaranya, buat bala pekane,
negara subur, ja ga t gem uh,
di samping itu amat suci, kalih lintang suci,
pasti raja raksasa itu, ped as Yaksa pati,
terbunuh oleh sang Prabu. pinejah d en in g sang Prabu.
26. Tak.berani, 26. Sarw iletuh,
mendekat segala yang kotor, tan warn nesekin,
karena sudah amat terkenal, d en in g lin tan g kasob,
disebabkan karena, duaning kalintang,
amat mulia kesuciannya, agun g in g sucine,
karena itulah Tuanku, krana dew i,
berangkatlah sekarang, m angkin ju a mamargi,
agar segera, m angda sida gelis,
bertemu dengan tuan putri.” kapanggubringsang N repawadu.
27. Tak panjang kata, 27. Tan panjang,
Raden Mantri menurutinya, R ahaden M antri ngiring,
bersiap-siap di pondok, m akire rin g pon dok ,
parainya, kaka Inya,
dan para patih, m iwah papatihe,
akan turut, jaga tumut,
semua mereka itu mengiringkan - telah ia mangiring,
nya,
keMayura puri, ka M ayurapuri,
dan bersiap-siap akan berangkat. m akire pacan g lumaku.
28. Semua sudah, 28. Sam isam pun,
m ohon diri kepada Dukun Sakti, pam it rin g D ukuh Sakti,
untuk mengiringkan baginda raja, ngiringang sang K atong,
sang Dukun, d on e Dukuh,
berkata halus, tur alus ujare,
319

’’
M udah-m udahan, m oga-m oga,
Tuan semuanya, dew a maka sami,
berhasil dalam perjuangan, rinang rin g ajurit,
hasilnya mendapatkan kebahagia­ tindake nem u rahayu .

an.
29. Bila Tuanku, 29. Y eningR atu,
kesukaran di jalan, pacan g kew eh rin g m argi,
maupun dalam peperangan, y ata rin g palugon,
panggillah hamba, undangan t i tiang,
dengan segera, inggih R atu den age,
hamba akan besedia, titiang nyadia,
datang menolongnya,” rawuh m anulungin,
raja mengiakannya, Prabu m atur inggih ,
dan perjalanannya menuju ke mainarurwa ida lumaku.
timur.

114a. 114a.
30. Menurun, 30. M anedunang,
perjalanan baginda raja, lam pah N repati,
dengan pelan-pelan, sarw i dabdab a lon ,
dan tidak jauh, natan a d oh ,
Patih Sudarmine, I Patih Sudarm ine,
tiga orang diiringkan oleh para tigang w ang para inya ngiring,
inya,
beserta Pagag Pageg, Pagag P ageg m alih,
mengiringkan dari belakang. m angiringang sakeng pungkur.

31. Para hambanya, 31. IParekan,


berbuat sesukanya, m apolah tan wah-wih,
dengan pelan-pelan, aja alon-alon,
Pagag membalasnya Pagag nanggap,
kata-kata ke luar, pesu pam unyine,
apa sebabnya ia dijalani, apa krana ad oh yan tin d ak in ,
dilihat amat dekat, liatin pahek gati,
kakaknya menjawabnya. kakannyane saw urguyu.

32. Menurut kakak, 32. P in ih b eli,


320

dari yang kamu katakan, saking ju d u l a d i,


hanya dipakai bermain-main, tuah anggon gaguyon,
dipakai percakapan, anggen tutur,
menyembunyikan rasa payah, m anyaruang kenyele,
sekarang kakak, kaka jam ,
menasihati adik, m anuturin ad i,
jangan menyenangkan diri, ne ngrenanin hati,
memakai tembang pupuh pu cu n g . ” anggon tem bangpupuhpucun g.

Pupuh Pucung Pupuh Pucung


1. Pageg mendengarkan, L Pageg ngrungu,
kakaknya bemasihat, kakannyane ia manutur,
’’
B ila perjalanan dipercepat, yan gan cangin g tindak,
secepat-cepatnya seorang manu­ sagancang-gancang in g janm i,
sia,
bila diukur, y en in g ukur,
seratus satu hari. satus arahina.

2. Jika diperhatikan, 2. Y an pan dulu,


lebih-lebih kecepatannya, lebih-lebih gan cang ipun,
tetapi bila tempatnya tinggi dan nanging y en in g tinggar,
jelas,
tak ada yang menghalanginya, tan pangaling-aling napi,
bila, diukur, y en in g ukur,
seribu pai jauh pandangannya. siu p a i asapa liat.

3. Bila dihitung, 3 . Y ening itung,


sesaat saja sudah selesai, akijapan suba rampung,
demikian perbandingannya, k eto yan bandingan,
lebih cepat melihat daripada men­ gan cang lyat m uang jalanin,
jalani,
kasarnya, kasar iku,
dibandingkan dengan kecepatan teken kagancangan manah.
pikiran.

114b. 114b.
4. Pikiran itu, 4. Manah iku,
tak sukar walau dibatasi gunung, ton g sengka blatin gunung,
321

maupun dibatasi lautan luas, faw at selat segara,


pikiran itu tidak mencari jalan i rm rnh fu sin g ngim pasin,
yang lain,
sampai di sana, H iked ditu,
kembali hanya sekejap. m abalik tuah ajahan.

5. Tidak payah, 5. Tusingkuru,


sebentar datang kembali, afaban m abalik rawuh,
amat sukar mengejarnya, sengka bahan ngurukang,
peijalanan pikiran itu amat cepat, gan can g m anabe mamargi,
segera menjawab, gUs masawut,
adiknya memastikan. adinnyane ngaluwedang.

6. Amat hebat, 6. D adi ngunggul,


hingga aku heran mendengarnya, dadi kasub ican g ngrungu,
terhadap apa yang bernama pikir­ rin g n e m adan manah,
an itu,
bagaimana caranya memberitahu­ kenken bahan manguianin,
kan,
agar terbiasa, apan g caluh,
dapat memerintah pikiran itu. bisa m anguduhang manah.

7. Agar tahu, 7. A pang tau,


bagaimana caranya sekarang ber­ ktidiang f ani ban maunduk,
tindak,
diajak berunding, ajdk m aom ongan,
pikiran itu agar menjawabnya, m anabe apang nyautin,
setiap yang dikerjakan, setam pah laku,
dapat diajak berunding.” bisa ajak rm itungan.

8. Kakaknya, 8. K akanipttn,
I Pagag lalu menjawab, I Pagag ram rrnsaut,
’’B ila seorang yang sanggup, y en in g anik bisa,
mampu memberitahukan setiap sida sai m angom ongin,
saat,
yang mengetahuinya, sane tahu,
juga orang yang bijaksana. m asih ida sang Sujarn.

9. Bila tak masak, 9. Y an tanktdub,


mendengarkan dulu, ban ngrungu n e dum un,
ketika berada di pertapaan. sadttk rin g patapan,
9

322

beliau sang Dukun memberitahu­ dane D ukuh m angwangsitin,


kannya,
konon pikiran itu memenuhi k oca p m arnh n gebekin jagat.
dunia ini.
10. D andingnya, 10. D an din gipu n ,
empat atau lima sudah selesai, undag patpat lim a puput,
bila suaranya nyaring, y en santer in g suara,
maka nyaringnya suara manusia, m aka santer m unyin janm i,
tak akan lebih, tusin g langkung,
jauhnya setengah pai. adoh nyane tengah pai.

11. Suara kentongan, 11. Suara kulkul,


hanya tiga pai dan tidak lebih, tuah tigang p a l tan langkung,
bila meriam berbunyi, yan m ariyem masuara,
hanya satu pulau dipenuhi, tuah aptdo kaabekin,
yang terkenal, sane kasub,
suaranya sang bijaksana. suara ida sang Sarjana.

USa. 115a.
12. Nama itu yang terkenal, 12. Ngaran iku,
memenuhi dunia ini, i tukang sane kasub,
suara sarjana itu adik, bek rin g ja m loka,
tidak akan lebih, sm ran sarjam n e adi,
hanya di alam ini. tusin g langkung,
wantah m ating m adia pada.

13. Yang paling baik, 13. Sane ngunggul,


tak ada'bersafnamu, tusing ada sa m iku,
orang pandai itu, sang Su jam ika,
memang dialah yang paling tinggi, ida wantah pinih luih,
amat terkenal, lintang ngunggul,
memenuhi tiga dunia ini.” m angebek rin g tri buw am .

14. Pelan-pelan, 14. M angrerantun,


raja di kaki gunung, sang Prabu ringpukuhgunung,
lalu berkata, raris mangandika,
”A pa yang Kakak pertengkarkan, apak ak a kaprebatin,
yang menyebabkan ribut,” k orem uyut,
segera I Pageg memberitahukan­ I P ageg gian ngaturang.
nya.
323

15. ’’Hamba Tuanku,” 15. Panjakratu,


I Pagag ia bercerita,” IPageg ipun rmnutur,
konon orang pandai, kocap, sang Sujana,
suaranya memenuhi dunia, munyinnya ngebekin gumi,
sangat heran Tuanku, karena ratu,
hamba mendengarkannya.” manah titiang mamiarsa.
16. Dengan senda gurau, 16. Aturguyu,
baginda raja berkata, sang Prabu raris mawuwus,
’’Sebenarnya demikian Kakak, patut keto kaka,
bila ingin pandai, lamunnya makita,
terlebih dahulu harus belajar, uning rmlajah malu,
berkokok di dalam telur.” makruyuk ring jeroning antiga.
17. Semuanya bersenda gurau, 17. Samiguyu,
mendekat mengharapkan nasehat. manesek nunas pitutur,
tersebut pada sore hari. sore kawuwusan,
semua mereka tidur di sana, makolem irika sami,
semua payah, pada lesu.
berkasur daun-daunan. makasur antuk ron-ronan.
18. Tak diceritakan, 18. Tan kawuwus,
malam itu, maring wenginya puniku,
tersebutlah di pagi hari, semeng kawuwusan,
baginda raja bangun, sang Prabu raris matangi,
dan semuanya bangun, sami bangun,
seluruh pengiringnya. watek pangiringe samyan.
19. Setelah bangun baginda raja lalu 19. Wus mawungu sang Prabu raris
beijalan, lumaku,
masuk ke dalam hutan, manyusup ring alas,
dekat Gunung Ringgit, tampek maring gunung Ringgit,
hutan lebat, alas atub,
semuanya kelihatan patah-patah. sami galang rempak palpal.

ll Sb. 115b.
20. SangAbagus, 20. SangAbagus,
kemudian berkata pelan-pelan, nulia alon ida mawuwus,
”Apa yang menyebabkan maka apa ke makrana galang,
hancur,
324

cepat lihat ke mari Patih, cin gak m ai en ggal Patih,


■ mungkin musuh, inab musuh,
menimbulkan kesedihanku.” m m dunin duhkitan nira.

21 Sudah bersiap-siap, 21. Y tanasam pon,


baginda raja lalu mengambil panah, sang Prabu m angam bil isu,
beserta busurnya, maka m iwah langkap,
demikian pula pelayan beserta parekan m iwah I Patih,
sang patih,
semua sudah bersiap-siap, seregep sampun,
semuanya bersedia memegang pa­ seani yatna ngagem manah.
nah.

22. Pandangannya berkeliling ke sana 22. M erengang ditu,


ke mari,
ke belakang ke depan maupun ke kuri karep lan diduur,
atas,
selalu diperhatikannya baik-baik, tan m ari ngawasang,
beliau berjalan pelan-pelan, lam pah ida sada haris,
lalu masuk, sarw i nyusup,
tiba-tiba ada orang yang sedang saget barn w aduing wang.
berkelahi.
23. Setelah terdengar, 23. Wus karungu,
lama beliau diam di sana, jan ggal ida kasuen ditu,
suasananya tak jelas, suarane tan tatas,
perkelahian dengan bergulat, yu dan e seden g m alilit,
Bonjor Nyantung, B on jor Nyantung,
berkelahi dengan Tulakepang. m ajuluk ring Tulakepang.
24. Makin ke depan, 24. Sayan dangu,
mereka yang berjalan sudah dekat, sang m am argatam pek sampun,
terdengar saling caci, kew ala salin g batbat,
perkataannya didengar, m unyinnyane kapiyarsi,
sudah jelas, inab sampun,
memperebutkan Raja Putri. m arebatin R aja Putri.

25. Perkataannya, 25. M unyinipun,


mereka berdua sedang bergumul, sang kaUh sedek m agelut,
”Oh, maling yang hina, eh dunta capala,
ke istana mencuri, ka puri-puri m atm ling.
325

istri sang raja, garuan Prabu,


yang bernama Udyatmika.” nama D ew i U dyatm ika.

26. Sudah, 26. Inggih sampun,


sudah jelas terdengar, sang sapta terang ngarungu,
segera bertindak, g e lis m elaksana,
baginda raja maupun sang patih, sang Prabu m iwah IP atih ,
dan lalu beijalan, w us kadalu,
Raden Mantri sangat marah. Prabu M antri kabrahmatian.

116a. 116a.
27. Segera ditujukan, 27. G elis katuju,
Geni i Astra mengenainya, G eni astra ngenen sam pun,
I Patih membunuh, I Patih m am anggal,
dengan panah arda Dedali, untuk, heru arda D ed a li,
dan sudah mati, pejah sam pun,
mereka berdua dalam keadaan sang kalih sedek mayuda.
sedang berkelahi.
28. Kedua panah itu, 28. Isu kalih,
sudah diambilnya, sam pun reke w us kasambut,
terlihatlah mayat itu, kacingak kang sawa,
keduanya bukan manusia, dudu jadm a m aka kalih,
tetapi yaksa sebenar-benarnya, Yaksa tuhu,
berkelahi dengan jin. lawan jim matadingan.

29. Sangat sedih, 29. D ahat sendu,


perkataan baginda raja, sabdah ida sang Prabu,
”A pa sebabnya kamu ini, apa krana iba,
memperebutkan Raden Dewi, m angrebatin R aden D ewi,
yang mengakibatkan mati, m asin lampus,
tak mendapat hasil apa-apa.” twarsa iba pelih buktya.

30. Banyak di sana, 30. A keh ditu,


kata-kata sang Abagus, pam atbate sang Abagus,
dan selalu memperhatikan apa tan m ari m irengang katon
yang terlihat di tengah hutan, m aring m adianing w ukir,
adapun .tentang Raden ‘ Galuh, R aden Galuh,
samar-samar terlihat karena jauh­ duaning adohm araw at mantra.
nya.
326

Kemudian memerintahkan, 31. R aris nuduh ,


kedua hambanya ke gunung. parekan dadua ka gunung ,
Pagag Pageg segera pergi, Pagag Pageg imang.
keduanya mendekati. sareng kalih m anyagjagin ,
dan sudah sampai. sam pun rauh ,
keduanya duduk menangis. d o o- d oo ngling maguyang.

Telah lama di sana. 32. K asuen ditu,


para hamba wanitanya, panjrew an tiga manutung,
bertiga menyusul, bareng ia m aguyang ,
mereka turut duduk, katon R aden D ew i sedih ,
terlihatnya Raden Dewi sedih, tan pasaw ur ,
tak berkata-kata, katangkilin sareng panca.
diharap oleh mereka berlima.

Berteriak-teriak, 33. Gelar-gelur,


sang Patih dan Baginda Raja, dan e Patih lan sang Prabu,
cepat ajak ke mari, en ggal m ai ajak.
semua tak menghiraukannya, m asih tan panglinu sami.
baginda raja amat murka lalu sang Prabu, langkung duka
pergi ke atas. raris munggah.

Konon sudah tiba, 34. K oca p rauh,


sang Patih yang mengiringkan I Patih ngiring sang Prabu,
baginda raja,
berkata bersenda gurau, aguyu wecana,
maju ke depan merayu, ngarepang mangasih-asih,
meraba-raba, ngusud-usud ,
patung itu diam tidak berkata- to g o g m eneng tan pangucap .
kata.
Saat itu, 35. K ala ditu,
sudah diketahui bahwa itu adalah kacirian gam bare sampun,
patung,
sebenarnya merupakan kiasan, duaning terang papindan.
jiwa penuh kesedihan. m angebek duhkiteng,
sedih dan merana, sedih ngungun.
kata-katanya laksana ginada. sasam bate lu ir ginada.
327

PupuhGinada Pupuh Ginada


1. ’’Tuan sampai hati, 1. L intan g lalis ju s i dewa,
meninggalkan saya dalam kesedihan, n in ggal titian g kasih-asih,
ya mas permataku Tuah, duh dew a ratu m as ingong,
telah habis kesetiaan Tuan, pu p u t ican iratu,
telah lama sayajnengembara, law as ban titiang ngumbara,
hingga sekarang, sam pa mangkin,
baru adik terlihat. wau a d i kapangguha.

2. Dahulu memang benar-benar salah, 2. Sane sam pun w iakti twang,


benar-benar saya tertuju pada adik, spala titiang rin g adi,
sampai hati menjadi patung, kadurus m anados togog,
bukan karena kemarahan Tuhan, b oy a saking bendun ratu,
meresapkan segala kesalahan saya, m anyusupan iw ang titiang,
ya sekarang ini, inggih mangkin,
maafkanlah kesalahan saya.” sinam pura iw ang titiang.

3. Amat banyak bila diceritakan, 3. D ahat akueh y a n g ucapang,


kata-kata Raden Mantri, pandulam en R aden Mantri,
di tengah hutan, rin g m adianing w ukir reko,
telah dua hari siang malam, w us kalih d im siang dalu,
semuanya sedih tanpa tidur, sam i sedih tan panidra.
Raden Mantri, R aden Mantri,
baru teringat dengan perjanjian. wau elin g rin g ubaya.

4. Perjanjian di pertapaan, 4. Sangketane rin g patapan,


dengan Dukun Sakti, nuning d on e D ukuh Sakti,
berkata-kata dalam hatinya, rin g angen ida m am aw os,
selalu m ohon bantuan, tan m ari m am m as tulung,
segera ia datang saw eca dane datenga,
dan duduk, tur m alinggih,
lalu ia berkata. raris don e mangandika.

117a. 117a.
5. ”Ya Tuan Maharaja, 3. Singgih dew a Maharaja,
mengapa Tuan bingung, nguda ratu d a d i paling,
Tuan gila dengan patung, edan ratu teken togog,
sampai Tuan lupa dengan ajaran- d a d i lupa rin g pitutur,
ajaran,”
328

I Pagag mengikutinya dari jauh, I Pagag adoh ngojahang,


adapun sebabnya bingung karena k ram paling,
wanita. dahat bingung w aw adom n.
6. Adiknya berkata, 6. A d in e m ojar nyanbada,
’’
Kakak saya turut sedih, b eli ieang bareng sedih,
karena itu saya sangat heran, kabatek m anahe engon,
karena rupa patung itu tepat sekali, ban rupa gam bare tuhu,
tak berbeda sedikit pun, saking ngawinang,
patung seperti sang Diah.” lu y ajati,
to g o g e k adi sang Diah.

7. Ki Dukuh berkata sambil tersenyum, 7. M esem K i D ukuh ngandika,


’’
D engarkan Tuan-tuan semuanya, piaran dew a sareng somi,
sebab adanya patung ini, krananipun w on ten togog,
seorang gandarwa telah menolong­ gandarw a asung mantdung,
nya,
bernama NiCandrasih, N i Candrasih parabnya,
sebagai temannya, maka kanti,
yang berada dalam diri istri tuan. a m rin ggarw an i dewa.

8. Adapun mereka berdua berusaha, 8 . D uaning san g kalih sahasa,


karena sangat mengharapkan, dahat m abm tan gpu n mamrih,
pakaian sudah berganti, panganggene w us m agentos,
berpakaian sebagai orang laki-laki, m asadangan lu ir jejalu,
agar beliau tidak diketahui, m angda ton ida kadrian,
diganti, kagentosin,
dengan wajah patung padas ini. antuk gam bar to g o g paras.
9. Karena kepandaian gandarwa itu, 9. D en in g prafnyane gandarwa,
sebentar saja sudah menjelma, nghingajahan sam pun nadi,
agar musuh keheranan, isatru m angda kapingon,
itulah keadaannya, sapunika sangkan ipun,
musuh sudah dibunuh, m usuh sam pun pinejahan,
oleh baginda, d e Nrapati,
yang mencuri adik Tuanku. n e ngungsi rain i dewa.

10. Teruskan Tuan berjalan, 10. D urusang ratu mamarga,


tinggalkanlah patung ini, tinggalin to g o g puniki,
hanya merupakan bayangan sang wantah lalingsen sang A nom ,
Anom,
329

tak perlu Tuan sedihkan, tan sandang sungsutang ratii,


Raden Dewi Udyatmika, R aden D ew i U dyatm ika,
yang sebenarnya, nena ja ti,
masih mengendarai kuda. kari ida nunggang kuda.

117b. 117b.

11. Mungkin sudah dekat dengan negeri, H - B ilih tam pek rin g negara,
barat daya dari sini, lorw etan saking irik i,
bernama negara Mayura, m awasta jagat M ayura,
bersiaplah Tuanku, apang yatn a dew a Prabu,
datang di desa Mayura, rawuh rin g M ayura desa,
agar cepat, m a n gd a d igelis,
undanglah raja Siliwangi. Prabu Siliw angi undang.

12. Jelas akan menjumpai suka duka, 12. Sinah nem u suka duka,
akhirnya Tuan kawin, teka nin g dew a m abuncing,
musuh dan tentara bercampur, m usuh saha bala awor,
raja Durgasmala akan datang, Prabu D urgasm ala raw uh,
sedia memerangi Tuan, nyadia m anyiatin i dew a
untuk merebut, m angrebutin,
Diah Dewi Udyatmika.” D iah D ew i Udyatmika.

13. Raden Mantri berkata sembah, 13. R aden M antri saur sembah,
’’Saya akan menurutinya,” titiang wantah telas mangiring,
Ki Dukuh tak tampak lagi, dane D ukuh nora katon,
baginda raja sudah berangkat, sang Prabu lum am pahsam pun,
tak diceritakan dijalan, tan ucapan m aring marga,
demikian pula para pengiringnya, lan pen girin g,
tersebutlah peijalanan Tuan Putri. lam pah pu trine kocapan.

14. Mencambuk kudanya agar cepat, 14. M ecut kuda mangim angang,
sampai di pinggir desa, rauh m aring tepisiring,
matahari sudah di barat, sang H yang Suryangadenkulon,
rasanya sejuk, tis~tis manda senan ipun,
tersebutlah orang di Mayura, w ang m aring M ayura kocap,
semuanya gembira, lega sami,
bersenang-senang di luar istana. m asesan jan ring bancingah.

15. Para istri pergi ke pasar, 15. Watek istrine mamasar,


kemudian Raden Galuh tiba, R aden Galuh raris prapti,
330

lalu turun di luar istana, tedun rin g bancingah reke,


kemudian kudanya dituntunnya, kudane nuli katuntun,
orang yang melihatnya kaget, w ang m angetan sam i kagiat,
melihatnya atas kedatangannya. datengane wus ngalintang.
16. Orang yang melihat riuh-rendah, 16. G eger um ung sang m anyingak,
semuanya keheran-heranan, ben gon g kasob pada sam i,
orang-orang benar-benar keheranan, sam ian rnrane tuah ben gon g,
melihat seorang yang bagus, ngatonang anake bagus,
sang tamu lalu berkata, sang tam ui n u li ngartdika,
sambil tersenyum, sarw i kenying,
’’
Saya mohon bertanya. titiang ndaw eg mapinunas.

118a. 118a.
17. Karena saya belum jelas tahu, 1 7. D en in g titiang durung tat as,
negara apa ini, nagara napi puniki,
saya benar-benar heran,” antuk rupa titiang gaw ok,
orang ditanyai segera menjawab, sang tinanyan ge lis sumaur,
”In i adalah negara Mayura, pu n ik i jagat Mayura,
rajanya hebat, ratu lem h,
berkuasa di tiga dunia ini. jay a hum i rin g tri lok a.

18. Orang yang datang berkata, 18. Sang m alingse bau ngucap,
’’
K atakan kepada Baginda Raja, wekasan ring Sri Nrapati,
saya ingin menghadap ke istana, nira jaga tangkil ke jero,
sebutkan asalku, gatin nirane kawuwus,
dari raja Lesanpura, saking Prabu Lesanpura,
tak ada yang lain, nora malih,
pergilah bapa memberitahukan­ kem a bapa m angaturang.,
nya.”
19. Hamba itu menurutinya, 19. Parekane manyunang,
tak.lama kemudian segera ber­ nora panjang mamargi,
jalan,
segera masuk ke istana, tum uli raris ngadaton,
baginda raja sedang kesusahan, sang Prabu seden g pakeyuh,
dihadap oleh Bahudanda, katangkil rin g Bahudanda,
di dalam istana, rin g je r o puri,
putranya menangis. putrane matetangisan.
331

20. Tadi malam bermimpi, 20. N guni dalu m anyum pena,


memimpikan Raden Mantri, n yu m pem yan g R aden Mantri,
putra dari Lesanpura, putra saking Lesanpura,
yang bernama Sri Darmika, S ri D arm ika ne kawuwus,
bagusnya tak ada tandingan, baguse tan sam en pada,
amat bagus, lintang genjing,
raja bagus di dunia. dew an p a n ji n e d i jagat.

21. Selalu menangi;, 21. Tan m ari matatangisan,


memanggil-manggil Raden Mantri, ngape-ape R aden M antri,
ribut di istana, am ung m a rin gjero kadatuan,
Diah Dewi Smaratejun, D iah D ew i Samaratejun,
diam para wiku sekalian, eneng para wiku samian,
serta sengsara, miwah wiadi,
kemudian seorang hamba datang. parekane raris teka.

22. Sambil merundukkan badan ber­ 22. N anglung angga m atur sembah,
kata dan menyembah,
”Ya Paduka Raja, singgih dew a Sri Narpati,
seorang pendatang menunggu di datengan rin g jab a nyantos,
luar,
ingin menghadap tuanku, ja g i tangkil ring Sang Prabu,
mengendarai kuda seorang diri, m angrada m anunggang kuda,
amat bagus, lintang pekik,
laksana Panji dalam gambar.” kadi panjine rin g gam bar.
23. Raja lalu bersabda, 23. Sang Prabu raris ngandika,
’’
Patih pergilah ke sana jemput, kem a ju a patih jagjagin,
segera diantar ke istana,” enggal iringang k a jero,
kemudian Ki Patih ke luar, sandike K i Patih pesu,
' segera datang di luar istana, ge lis rawuh rin g bancingah,
dan terlihat, tur kapanggih,
orang yang berbuat ulah. ida sang m angeka bawa.
24. I Patih bertanya sungguh-sungguh, 24. I Patih seken nunasang,
’’K arena saya belum mengetahui­ duaning titiang durung uning,
nya,
agar jangan salah berkata-kata, m angda sam pun salit rawos,
orang yang ditanya berkata pelan- sang tinayan alon muus.
pelan,
332

saya adalah putra Lesanpura, titiang putra Lesanpura ,


ingin menghadap, nyadia tangkil,
dengan Baginda Raja Mayura.” ring ida Prabu Mayura.

25. I Patih berkata dan menyembah,


’’
M ari Tuanku Raja, 25. I Patih m atur sem bah,
Tuanku diharapkan datang ke ngiring ratu S ri N arpati,
istana,” ratu katuran ngapuriang,
oleh baginda raja, rin g ida Sang Nata R atu,
segeralah datang ke istana,” datengan ge lis ngapuryang,
segera masuk, nyadia tangkil,
dan Patih mengiringkannya. dane Patih mangiringang.

26. Pelayannya mengambil kudanya, 26. Parekane nyam but kudat


kepunyaan sang Bagus, druw en ida sanga p ek ik ,
konon langkahnya teratur, k oca p lam pahe ngadaton,
sampai di istana agung, prapta m ating pu ri agung ,
baginda raja lalu menyapanya, Sang Prabu raris m enyapa ,
kepada yang baru datang, rin g sang prapti,
lalu dipersilakan duduk. raris katuran malingga.

27. Tempat duduk manik telah ter­ 27. Planka m anik w us cum adang,
sedia,
kemudian beliau segera duduk, nulya ida gelis m alinggih,
baginda raja bersabda pelan-pelan, Sang Prabu ngandika a lon ,
agar jangan salah sangka, m angka sam pun salah sen gguh ,
”Ya siapa Tuan ini, inggih dew a sapasira,
amat bagus, lintang pek ik ,
wibawanya sangat cemerlang.” swabhawa sum lang galang.
28. Sang Anom berkata menjelaskan­ 28. Sang A nom m atur uninga, ,
nya,
’’
Ham ba adalah Raden Darmika titiang R aden D arm ika ja ti,
sebenarnya,
dan saya adalah putra raja Lesan­ putra saking Lesanpura ,
pura,
adapun sebabnya saya datang, krana titian g rawuh,
mendapat kesukaran di hutan, m angguh duhkita ring alas,
hamba paling, titiang paling,
berburu tak mendapat apa-apa. mahaburu tan eliha.
333

119a. 119a.
29. Para pengantar semua hilang, 29. Pangiringe sam i ical,
semuanya tak ada yang terlihat, kabeh tan ana kapanggih,
di dalam hutan yang lebat, ri tlen g in g kanana kawot,
telah terlupa karena lamanya, Jati antuk lam in ipun,
ada adik hamba, w enten pernah adin titiang,
tak terlihat, tan kapanggih,
itu yang hamba cari. punika ne ruruh titiang.

30. Siang malam menaiki kuda, 30. Syan g latri m anunggang kuda,
tiba-tiba melihat sebagai sekarang kaget m angguh k adi mangkin,
ini,
ke sanalah hamba menuju, irik i titiang m angojog,
ya Tuanku hamba salah berbahasa, singgih ratu dew a iwang basa,
ya Tuan-tuan semuanya, ratu sami,
negara apa namanya ini.” nagara napi wastan nya.

31. Raja Mayura menjawab, 31. Prabu M ayura mananggap,


’’
A kulah yang memerintah di sini, bapa sane n god ag driki,
dipuja oleh rakyat Mayura, kastawa ja ga t Mayura,
berbahagia menjadi raja, manda-bagya n yenengratu,
tetapi tidak mempunyai putra nora pasen tam lanang,
laki-laki,
ada seorang wanita, w enten istri,
adik Tuan seorang. sane ton dew a sanunggal.

32. Kebahagiaan bapak tiba, 32. Bagyan bapane maneka,


cepat Tuan sekarang datang, enggal m angkin dew a prapti,
dari kemarin sang Dyah Anom, saking d ib i sang D yah A nom ,
memanggil-manggil anak Bagus, m anulane manak Bagus,
tak henti-hentinya menangis, tangise tan paputusan,
terlihat, kapanggihin,
anaknda dalam impian. ranak rin g jr o swapna.

33. Bila anaknda benar-benar sudi, 33. Yan i dew a tulus sweca,
bapak akan memungutnya seka­ duduk bapa n en e mangkin,
rang ini,
akan bapak angkat menjadi raja, jn en gan g bapa kaprabon,
bersama sang Ayu yang kesedihan, iringan sang A y u sungsut,
anaknda kawin, i dew a majatu-krama.
334

dengan tuan putri, rin g twan putri,


yang bernama Smaratejun.” Sm aratejun m unggw ing nama.

119b. v119b.
34. Sang Bagus berkata, 34. Sang Bagus m atur sem bah,
’’
Lain kali hamba menurutinya, benjangpungkurtitiangm angiring,
sekarang ini saya masih menung­ m angkin kari titiang nyantos,
gu,
adik hamba belum datang, arin titiang derertg rawuh,
tak terlihat dalam hutan, tan kapangguh rin g kanana,
yang bernama Raden Udyatmika. nam a R aden Udyatmika.

35. Hamba lahir kembar, 35. T itian g m ijil wantah kembar,


berdua laki-laki, laki-laki sareng kalih,
sudilah Tuanku menunggunya, ledang ratu pacan g nyantos,
agar adik hamba melihatnya, m angda arin titiang mangguh,
saat perkawinan hamba, ri pajatukram an titiang,
ya sekarang ini, inggih mangkin,
hamba mohon maaf. am pura pinunas titiang,

36. Prabu Mayura membenarkannya, 36. Prabu M ayura matutang,


dijawab oleh Bahudanda, Bahudandane nyaurin,
’’
B ila Tuanku hanya menunggu, y en ratu kari m anyantos,
sang Dewi terlalu rindu, sang D ew i langkung wulangun,
tentu saja akan kurus karena sinah kuru antuk lama,
lamanya,
menunggu, m anyantosin,
mereka yang dirindukannya. kalingke sam pun kapiarsa.

37. Bila benar permohonan saya, 37. Yen patu t pinunas titiang,
sebaiknya cari sekarang ini, b ecik ruruh n en e mangkin,
adik sang Anom, arine inggih sang anom ,
panggil seluruh rakyat, atag bala pek a ratu,
mencari di hutan, n yelak sajd n rin g wam wasa,
agar segera, m angdagelis,
perkawinan anaknda.” .. puarangan id e ianak.

38. Sarig Prabu kembali berkata, 38: S a n g Prabu m dlih ngandika,


’’
Benar sebagai perkataan Patih, patu t kadi ujar Patih, •
335

cara mencarinya sebagai halnya tingkah ngntruh iu irm aboros.


berburu,
besok pagi agar berkumpul, ben jan gsem en g m angda kum pul,
di luar halaman saat matahari rin g bancingah en dag surya,
terbit,
lalu berangkat, terus mamargi,
dan Paman Patih mengaturnya.” bapa Patih mangencakang.

39. Karena sudah sepakat, 39, D en in g sam pun m u sti nira,


Mantri pulang meninggalkan, b ad ai M antrine m akaon,
m ohon diri kepada baginda raja, pam it rin g ida sang Prabu,
ke luar dari istana, m ijil saking je r o kadatuan,
para mantri, w atek mantri,
mencari rumahnya masing-masing. ngingetin p u ri suang-suang.

120a. 120a

40. Konon ceritanya berulang kembali, 40, M awantun ceritan e kocap,


kata-kata dalam istana, bebaw ose rin g je r o puri,
konon para wanita dalam istana, wanita n in g pu ri reko,
sudah mengantarkan hidangan, ngaturang parnm iu sampun,
tetap sebagai tatakrama raja-raja, tatap lu ir tata n in g Nata,
emas manik, rukm a manik,
tempat hidangan baginda raja. prangkatan sang raja-yogia,

41. Keadaan tentang berita di istana, 41, Bagia ia orta ning pura,
para pelayan wanita berbisik-bisik, panjrow ane telas paw isik,
membicarakan hanya sang Anom, m engucapang tuah sang Anom ,
itulah yang bernama bagus terus, en to m adan bagus manerus,
tak ada yang menyamainya, dipada ton g ada sama,
amat bagus, bagus genjing,
calon suami sang Diah. papacangan ida sang Diah,

42. Raden Dewi bangun, 42, R aden D ew i m angrepta,


baru mendengar orang yang berbi­ wau m ireng w dng pabisik,
sik-bisik itu,
’’
Kakak Bayan apa benar demi­ kaka Bayan saja keto,
kian,”
pelayannya menjawab halus, w angjerone rnasaur gUyu,
’’
M em ang benar saya berani ber­ nggih ja t i pan g titiang b angka,
sumpah mati,
belum pernah melihat, durung manggih,
karena bagusnya saya lemas.” antuk bagune le b titiang.

43. Sesaat mendengar sang Diah tiba- 43. Wau m iarsa nadak uyang,
tiba gelisah,
setelah beritanya bahwa ia sudah kapehan ortan e prapti,
datang,
gelisah resah termangu-mangu, grebiag-grebiugbengong-bengong,
mengharap-harap agar bertemu, ngajap-ajap pan g kacunduk,
berpura-pura beliau ke luar, rm n yarm n g ida ka jaba,
ingin melihat sesuai dengan kata m anuut ucap N i Bayan.
Ni Bayan.
44. Nginte dan Ngemban mangiring- 44. N gin te N gem ban m angiringang,
kannya,
berpura-pura bercengkerama, nyaru-nyaru m ajang sasih,
konon beliau berteduh, m esangidan ida reko,
konon obatnya sudah datang, k oca p tam ban ida rawuh,
sang tamu sedang makan, sang tam ui sedek ngrayunang.
Raden Dewi, R aden D ew i,
berhiaskan kembang yang harum. m ahalingan sekar sinuam.

Pupuh Sinom Pupuh Sinom


120b. 120b.
1. Pembicaraan tentang cahaya L Bawa ikang gin ostin nira,
mukanya itu,
baginda raja beserta tamu, sang Prabu kalih tamui,
makan minum serba yang lezat, m angan nginum sarwa menak,
makanan serta yang utama, rayuan sarwa utami,
demikian pula buah-buahan yang m iwah sarwa pala manis.
manis,
raja Mayura berkata, Prabu M ayura mewuwus,
kepada seorang pelayan wanita, m aring wanita pangayuh,
’’
P anggillah Raden Dewi, attain R ahaden D ew i,
agar pulang, m angda mantuk,
bertemu dengan kakaknya.” m apangguh rin g rakan ida.
337

2. Utusan itu beqalan cepat, 2. Sang inutus m angim angang,


menghadap Raden Dewi, tangkil m ating R aden D ew i,
sang Dewi telah mendengarnya sang D ew i m iarsa dum unan,
terlebih dahulu,
segera masuk ke istana, agelis m angranjing ka puri,
Nginte dan Ngemban bertemu, N gin te N gem ban kacunduk,
lalu berkata kepada beliau, raris m atur rin g je n g ida,
”Ya Tuanku laksana bulan, singgih ratu kadi ratih,
agar datang, m angda ratih,
tuanku berada di luar. i ratu ana in g jaba.
3. Ayah dan ibu tuanku menyuruh, 3 . Ib u a ji manduhang,
untuk menegur sang Bagus, nyapa ida sang apek ik ,
tak lain itu adalah, nora lian wantah punika,
orang yang sang Dewi sebut- ikang inam e sang D ew i,
sebut,
ya beliau telah datang, singgih punika w us prapti.
Raden Dewi berkata sambil ter­ R aden D ew i saw ur kenyung,
senyum,
”Ya baiklah tunggulah dan ber- nah bareng nira jan tosan g,
sama-sama denganku,
sekarang aku akan berhias, m anira m akire mangkin,
akan datang dan iringkan ber­ pacan g rawuh iringang ajak
sama-sama. r m a kejang.

4. Sangat lengkap perhiasannya, 4 . D ahat ida m anyadiayang,


untuk bertemu dengan Raden kapanggih rin g R aden Mantri,
Mantri,
kemudian mengatur hiasannya, tum uli m anandang pahyas,
kakak Inya menghiasnya, kaka Inya mamahyasin,
dengan bunga-bunga yang serba harum, antuk akar sarwa w angi,
ikatan rambutnya besar laksana patahe gem pu k lu ir wakul,
bakul,
berbunga tunjung kuning, m asum pang tunjung pita,
berharum-harum serba semerbak, m agagandan sarw i wangi,
sangat jelita, lintang ayu,
sanggul halus berkilat. pu su n ge oleh m alenyad .
5. Bedak amat rata, 5. Jenune kalintang asat,
sudah diratakan dengan bercermin, m ateltel pu p u t macrem i,
338

berbau harum semerbak, m am bu w angi m ahim pugan,


serbuk emas, serebuk em ase,
bersinar-sinar, paku n yitn yit ,
selendang yang amat jarang ber­ alendang arang sutra wttia,
warna hijau,
kulit selalu berwarna kuning, cam ane kuning kadalu,
badannya semampai, m agatra tungtung , in g roja ,
air mukanya kemerahan laksana asem u bang luir mangtangin,
menantang, raga gem u h ,
badannya berisi, susu ru pit ngangkih nyalang.
susunya kecil penuh berkilat.

6. Halus lembut berbulu-bulu, 6. L em pung lem bu t medang-medang,


mengalahkan rebung bambu ku­ ngasorang em bung tiin g gadin g
ning,
pinggang ramping tinggi semampai, m adia ram ping a d eg lanfar,
senyuman laksana gula, sasm itane luir gendis,
berkain kain tangi, mawastra sutrane tangi,
berukir air emas, m acaw i antuk w e tatur,
betisnya berkilat laksana pudak, w en tise nyalang m am udak ,
cahaya muka mengalahkan bulan, w im bane ngasorang sasih,
selalu, yan m andulu ,
runcing mengalahkan susuk yang lan cip alah taji m angan .
tajam.
7. Keningnya tajam, 7. Tanjane tajep m alenyad ,
mengalahkan sayap burung surindit, ngasorang kam pid surindit ,
bibirnya bercahaya merah, latine nyalang ngatirah,
telah selesai berpakaian seka­ pu p u t pakirane mangkin,
rang,
seluruh embannya mengiringkan- para inyane mangiring,
nya,
laksana gading watu, luir gading-gading w atu,
mengiringkan sang Ayu Diah, m angiring sang ayu Diah,
bercahaya terang laksana bulan m akebiah lu irru tih m ijil,
baru terbit,
kemudian ke luar, raris metu,
sang kesedihan membawa sirih. sang sum a m anam pa canang.
339

8. Dari jauh memperhatikannya, 8 . Saking adoh martgawasang,


selalu mengadu pandang, tan m ari m angadu ak si,
laksana sambar menyambar kilat, kadi p a gotek i kilap,
terkena mungkin melukainya, m akebiah inab m atonin,
saling pandang dan saling mem­ salin g aw as saling lingling,
perhatikan,
laksana ayam yang pandai berkelahi, lu iray am wikan majuluk,
ditambah lagi samar karena sinar m aw eweh alep in g damar,
lampu,
sang Diah mengingatkan dalam sang D iah m angingat in g ati,
hatinya,
antara berani dan takut, bani takut,
ingatannya sebagai dalam impian. dalihane luir ipian.

121b. 12 lb.
9. Berdiam saat makin mendekat, 9. M ajadeng sayan nangsekang,
sang Dewi makin kikuk, sang D ew i saw ang k abilbil,
laksana kalah wibawa, luir kasoran kawlbawan,
pandangannya sayu berwajah tangis, u dep tingal sem u jen gis,
pikiran takut karena cinta, manah turidane wedi,
karena pikirannya malu, kabatek kayune kim ud,
baru ingin menyapa, bau jaga m asocapan,
hatinya berdebar-debar, k a teteg bayune nitir,
sangat bingung, lintang ibu k,
dan selalu menjauhkan pandangan. tan m ari n gejohang tingal.

10. Sang Diah kata-katanya halus, 10. M anis pangucape sang Diah,
menyapa orang yang baru datang, m enyapa sang wawu prapti,
kakak Bagus baru tiba, bali Bagus wau prapta,
sang Anom segera turun, tum edun sang A n om gelis,
mengambil tangan sang Dewi, nyam but tangane sang D ew i,
ingin lama memadu senyuman, arsa lam a ngadu kenyung,
sang Bagus menjawab pelan-pelan, sang B agus alon mananggal,
bibirnya bergerak lancar, n ga teltel latine kalis,
laksana gula, kadi juruh,
mengenai orang yang bertanya. katindihin sang lodaka.

11. ’’
Sore ini saya datang, 11. Wau srow titiang prapta,
datang ke mari tak tahu jalan, kababas tiba iriki.
340

saya tersesat di dalam hutan, palin g titiang rin g kanana,


tidak dapat berburu, m ababuru ndatan o lih ,
ada seorang adik saya laki-laki, w enten arin titiang laki,
belum dijumpai, durung wantah ju a kapangguh,
bernama Raden Udyatmika, R aden U dyatm ika ngaran,
sangat terkenal bagus di dunia, kastawa bagus rin g gum i,
Tuan telah rela berbalas kasihan, su eca ratu ,
kepada diri saya.” rin g titiang kaw elas arsa.

12. Raden Dewi lalu menjawab, 12. R aden D ew i raris naggal,


’’B ila seandainya Tuanku m eme­ yan ratu wantah nagingin ,
nuhi,
bertanda di negara Mayura, n yen en g ring Jagat M ayura ,
disungsung oleh rakyat dan men­ kasungsung rin g bala m antri,
teri,
secara lahir, saya tidak berbaha­ tan bagian titiang dum adi,
gia,
tak menjumpai saudara laki-laki,- tan harta sasanak jalu,
sudilah Tuan saya junjung, kayun ratu sungsung titiang,
memelihara negara di sini,” nabehin jagat irik i,
tak berkata-kata, udatan saur,
sang Bagus mencari akal. sang Bagus angeka bawa.

13. ’’Saya minta maaf, 13. Sinam pura atur titiang,


sudilah Tuan menunggunya, ledan g ratu m anyantosin,
bila adik saya sudah datang, y en w us arin inguang prapta,
saat itulah saya akan memenuhi­ drika titiang pacan g ngiring,
nya,”
Sang Ayu berkata mengiakan, sang A yu m atur singgih,
tengah malam telah lewat, m adia latri naggal sam pun,
sang tamu disuruhnya tidur, sang tam ui katuran nidra ,
mereka yang menderita kemudian sang sum a raris m apamit,
m ohon diri,
satu-satu pergi, pacalu bcu b ,
para pengiring lalu turut ke is­ pangiringe pangapuriang.
tana.
14. Raden Mantri telah tertidur, 14. R aden M antri w us manidra,
sangat payah di jalan, lintang kuru ne m am argi,
tak tahu akan keadaan, n ota weruh rin g pajagatan ,
341

tersebutlah sang Ayu di istana, k oca p sang A yu rin g p u ri,


terbayang-bayang dalam hatinya, m agantung’ gantung rin g atit
terasa selalu terkenang, rasa sum dap ring pandulu,
Raden Bagus sang Darmika, R aden Bagus sang D arm ika ,
tiba-tiba Raden Dewi gelisah, nadak uyang R aden D ew i,
gelisah resah, grebiag-grebiag,
semalam tak tertidur. saw engi ndatan panidra.

15. Pagi hari setelah matahari ter­ 15. E n jin g ri wus en dag surya ,
bit,
kepala pasukan semua sudah ke wira m antri ne w us m ijil,
luar,
kentongan sudah dipalu, gen don gan raris tinepak,
bala tentara telah datang, bala peka telas prapti,
tingkahnya laksana akan bertem­ solah lu ir nangun jurit,
pur,
lengkap senjatanya serta riuh- sregep senjata tur umung,
rendah,
lalu segera berangkat bersama- raris lum am pah sagrehan ,
sama,
kepala pasukan memberitahukan­ wira m antrine ngorahin,
nya,
bahwa sudah lewat, sam pun langkung,
batas kerajaan. tep i sirin g in g nagara.

16. Dijalan peijalannya cepat, 16. E nggal lam pahe d i marga,


sampai di tepi hutan, prapti ring tep i w ukir,
lalu masuk ke dalam hutan, m angranjing ring wana-wasa,
banyak binatang yang didapatkan­ kawehan bu rone k en if
nya,
sudah tiga malam lamanya seka­ tigang dalu suennya mangkin,
rang ini,
tentara Mayura berburu, bala M ayura m aburu ,
sampai tengah hari, rah im m eh tajeg surya ,
sorak bertalu-talu, suryake mawanti-wanti,
baru didengar, wau karungu,
oleh beliau Sri Darmika. antuk ida Sri D arm ika.
342

122b. 122b.
17. Sangat kaget baru beliau men­ 77. K agiat wau miarsa,
dengarnya,
demikian pula pengiring semuanya, m iwah pen girin ge sam i,
baginda lalu berkata, sang Prabu raris ngandika,

T a sti musuh Bapak Patih, sinah m usuh bapa Patih,
agar semua bersiap-siap, m angda yatna sareng sam i,
panah dan busur dipegang baik-baik, panah langkap agem wuwuh,
semua sudah disiapkan, sida wus rinangsukan,
laki perempuan maju ke depan, m angarepang lanang istri,
walaupun mati, y adin lampus,
asal membela sang Nata.” lam un tindih ring sang Nata.

18. Sorak sorai makin mendekat, 18. Sayan tam pek kanang suriak,
raja dan Ki Patih, sang Prabu lan dane Patih,
busur sudah dipentangkan, gandew a sam pun pinentan g,
terlihatlah rakyat membawa ja ­ katon wadua nikul jaring,
ring,
banyak anjing-anjing yang lari, akueh asune pa b elesit,
mengejar binatang yang lari, m angetut bu ron e m layu,
banyak tentara yang kurang hati- bala arm akuen sengap,
hati,
berhenti menunggu I Patih, ja n ggel m anyantos I Patih,
kemudian mendekat, w us mandulu,
sang Anom yang berada di tengah sang A n om ri telen g in g
hutan. kanana.
19. Wira Menteri lalu ke depan, 19. Wiru M antrine ngarepang,
karena sudah disampaikan, den in g sam pun kasturin,
oleh para tentaranya, olih waduane,
mendekatlah beliau sang Patih, sum uka m iw ahdaneG ustiPatih,
dan semua sudah mendekat, sam pun sam i nganam pekin,
konon sang Abagus, k oca p ida sang Abagus,
tak jadi melepaskan panah, w urung ida m entang panah,
karena terlihat bukan musuh, duaning katon dudu hari,
dengan tersenyum, sarw i kenyung,
segera ke depan bertanya. ngarepang ge lis atanya .

20. E, siapa kamu ini, 20. Eh sapa ta kita k o sapa,


bertemu di dalam hutan, kacunduk rin g waria giri,
343

diantar oleh para tentara, mairingang baladika,


menjawab sang Patih, masaur done I Patih,
’’
saya sebenarnya adalah utus­ titiang utusan sufati,
an,
Raja Mayura mengutusnya, Prabu Mayura manuduh,
mencari-cari di hutan ini, nyelaksakin wana-wasa,
adik baginda Darmika, arine Darmika aji,
konon tersesat, kecap bingung,
berburu di dalam hutan. maburu ring telenging kanana.
123a. 123a.
21. Konon Raden Udyatmika, 21. K ocap Raden Udyatmika,
adalah adik baginda raja, panelah sang Narendra ari,
itulah yang saya kehendaki, punika tnadiayang titiang,
sampai keadaannya seperti seka­ kram titiang kadi mangkin,
rang ini,
’’Sang Abagus, sang Abagus,
berpikir dalam hatinya dan ingin ngrasaeng atiringngam andelang
membantahnya, suntanu,
lama beliau diam, kasuen ida kapenotan,
curiga dengan Raden Dewi, sunilang ring Raden Dewi,
segera menjawab, gelis mawuwus,
’’C oba Bapak jelaskan.” indayangbapatinggarang.
22. Patih Mayura menjelaskannya, 22. Patih Mayura nguningang,
sudah sampai tiga hari ini, . tigang d im wus prapti,
menaiki kuda, saat matahari ter­ surup surya nunggang kuda,
benam,
beliau datang tanpa pengiring, raug ida tan pangiring,
sekarang sudah ada dalam istana, mangkin sarnpun m ating puri,
diterima oleh sang Prabu, kasanggra antuk sang Prabu,
datangnya laksana diperintah, rauh ida iuri tuduhang,
karena putranya menderita rindu, anak ida kaprihatinkapilangu,
melihat seorang laki-laki dalam mamangguh ianang rm gsuapm ,
impian.
23. Bernama Raden Darmika, 23. Maparah Raden Darmika,
hingga beliau sedih dan sengsara, sam pe ida sedih kingking,
para ratu semuanya gelisah, watak ratu sand osah,
demikian pula Prabu Lingsir, kalih ida Prabu Lingsir,
344

beliau berputra hanya seorang, m aputra ida asiki,


bernama Diah Smaratejun, ngaran D iah Sm aratejun,
amat jelita, ayun e mangayang-ayang,
yang diharapkan segera datang, sang inapti gelisan prapfi,
itulah sebabnya, kenanan ipun,
saya diutus ke hutan. kahutus titiang kaalas.

24. Karena hendak dikawinkan, 24. D uaningjagakapuarangang,


Raden Mantri tak bersedia, R aden M antri tan mangiring,
bila adiknya belum datang, yan tan rauh arin idat
konon tersesat dalam hutan, k oca p rin g alase palin g ,
demikian pula para tentara yang m iwah waduane m angiring ,
mengiringkannya,”
itulah sebabnya, sapunika kranan ipun,
sang Abagus meyakininya, sang A bagus ngum andelang ,
berkata manis, ngandika arum am anist
”Ya benar, inggih patu t,
sayalah adiknya itu. titian g wantah arin ida.

123b. 123b.

25. Ya saya tak akan berpanjang ka­ 25. N ggih titiang norana panjang,
ta,
akan menghadap ke istana, m anangkil rauh ka pu ri,
kepada Raja Mayura,” rin g ida Prabu M ayura,
bala tentaranya bersiap-siap se­ w aduane m atuptup sam i,
muanya,
semua hendak mengiringkannya, sagrehan jaga m angiring ,
sang Anom lalu beijalan, s& ngA nom raris lum aku,
sorak sorai ramai dalam hutan um ung suryake rin g alas,
itu,
tak diceritakan dalam peijalan- tan ucapan m ating rnargi,
an,
sudah sampai, sam pun rauhf
di desa Mayura. ana rin g M ayura desa.

26. Ribut di halaman luar istana, 26. G eger um ung rin g bancingah,
seluruh isi istana kaget, kagiat saisi n in g puri,
segera ke luar, im ang m etu kajabayan,
ingin agar mengetahuinya. m anyadiayang m angda uning,
345

semua mereka terlupa, asing en oen sam i lali,


heran dengan orang yang bagus, kasob rin g anake bagus,
tak ada yang ingat akari dirinya, nora elin g m aring awak,
anaknya menangis tak dilihat­ panak n gelin g tan katolih,
nya,
sangat rindu, lintang lulut,
tak ada yang mengedipkan mata. nora kana makijapan.

27. Yang lain ada yang sakit akan 27. Waneh ada nyakit manak,
melahirkan,
orang yang sakit itu mengum­ m am isuh anake nyakit,
pat,
mereka ribut dukun sangat ja ­ uyut balian tan patem ah,
hat,
mungkin bukan bersiap untuk - inab ton g tragianang kai,
ku,
pergi tak memberitahukannya, tatan piw orah m agedi,
minta ongkos banyak-banyak, gede-gede mrih sasantun,
ditambah diberi makan, kaludan baang mangamah,
kamu tidak memikirkannya, fu sin g iba mangenehin,
mengaduh anaknya kemudian la­ aduh-aduh pam kn yan e raris
hir. lekad.

124a. 124a.
28. Konon baginda raja, 28. K on opan ida sang Nata,
beserta sang tamu mendengar, sareng tam ui m am iarsi,
hambanya mengabarkan, parekan w us mangaturang,
baginda raja segera ke luar, ida sang Prabu g e lis m ijil,
bersama-sama dengan Raden sinarengan R aden Mantri,
Mantri,
beserta Dewi Smaratejun, lan D ew i Sm aratejun,
melihat dari halaman tengali, n on jo saking ja b a tengah,
berbatasan dengan ancak saji, m ahalingan ancak saji,
baginda raja, sang S ri Prabu,
menyapa orang yang baru da­ m anyapa Sang wau prapta .
tang.
29. Sang Ayu membuat akal, 29. Sang A yu m angeka bawa,
segera beliau menjemputnya, gagison ida m endakin.
346

baru dilihat kakaknya, wau katon rakan ida ,


duduk lalu berbakti, n yu lem poh raris ngubakti,
serta air matanya menetes, sarw i ngem ben g toyan aksi,
memeluk pinggang yang baru m angehit jan ggu an e sang rauh,
datang,
”Ya Tuanku baru datang,” singgih dew a wau prapta,
berkata sambil menangis, ajare asaw ang tangis,
sambil memeluk, sarw i nekul,
perkataannya putus-putus. w acam n e megat-megat..

30. Orang yang melihatnya bingung, 30. Sang m angeton keem engan,

berbisik-bisik di tepi, pabisik-bisik rin g pin ggir,


berkata dengan temannya, m angucap sareng tim palnya,
mengapa adiknya disembah, nguda adine baktinin,
bingung memikirkan olehnya, sinur baan m angenehin,
baginda raja segera berkata, Prabu lin gsirg elis mawuwus,
menyambut kedatangan yang baru nyam but lungayan sang prapta,
datang,
disuruhnya masuk ke istana, katuran ngranjing k e pu rif
sang Diah Ayu, sang Diah Ayu,
mengiringkannya ke istana. m angiringang k e je r o pura.

31. Menteri dan Bahudanda semua­ 31. M antri Baudanda telasa,


nya,
segera masuk ke istana, m angrem pak rauh k e pu ri,
tentaranya semua pulang, balapeka som i budal,
tersebutlah yang berada di is­ kocapan ana rin g p u ri,
tana,
setelah semua duduk di tempat w us sand m atata m alinggih,
masing-masing,
demikian pula semua menteri, rrdwah para m antri sampun,
konon sang berbuat akal, k oca p sang mangaka-bawa,
tak henti-hentinya kesedihan, ton pasah mangarih-arih ,
menangis, segu-segu,
kegembiraannya menyebabkan ke­ sukane mapuara duka.
sedihan.
347

124b. 124b.
32. Raja Mayura menegaskan, 32. Prabu M ayura netesang,
kepada Raden Mantri, rin g ida R ahadcn M antri,
bingung bapak melihatnya, salit inur bapa nyingak ,
mengapa adik disembah, nguda arine baktinin,
bukan merupakan adat raja- tan sasana rung B upati,
raja,
berbeda dengan tatacara seorang ngasorin sasanan ratu,
raja,
mereka yang baru datang menjawab, sang wau prapta mananggal,
”Tak benar hal itu Tuanku, du iu sanak dew a aji,
sebenarnya, jatin ipun,
beliau adalah istri saya sebenar­ ida wantah garuan titiang.
nya.
33. Sebenarnya saya Sri Darmika, 33. Titiang ja ti Sri Darmika,
putra raja Lesanpura, putra saking Lesanpura,
ini adalah Dewi Udyatmika, n ik i D ew i Udyatmika,
putra raja Puspasari, okan ratu Puspasari,
tidak benar laki-laki, b oy a tuhu laki-laki,
sebenarnya ia adalah wanita, ja ti ida wantah wadu,
’’Raden Dewi menceritakan,” R aden D ew i m idartayang,
ya memang benar Tuanku se­ inggih w iakti ratu sam i,
kalian,
saya datang dengan menyamar. titiang rauh saking nay a ngeka
bawa.

34. Dijalan saya takut, 34. A jerih titiange rin g marga,


bila saya sebagai orang wanita, den in g titiang maraga istri,
lalu berhenti di hadapan raja,
laki perempuan yang mendengar­ maririan rin g panangkilan,
kannya, sang m iarsa lanang istri,
karena sudah pasti keadaannya, den in g p a sti rupa jati,
dan karena semua salah sangka, haram sam i salah sengguh,
sang Dewi diberi pakaian, sang D ew i katuran wastra,
segera berganti pakaian, pram angke nuli asalin,
berpakaian wanita, ngangge wadu,
cantik jelita. ayun e mangayang-ayang.
348

35. Berdampingan di atas kedudukan 35. M asanding rin gplan gk a em as,


emas,
berdua dengan Raden Mantri, kalih ida R aden Mantri,
tidak jauh di sebelah kirinya, ndatan adoh m aring kiwa,
tampak sebagai gunung sari, katon kadi gun un g sari,
disertai putri Mayura, p u tri M ayura nyarengin,
Diah Dewi Smaratejun, D iah D ew i Sm aratejun,
bersanding dengan Diah n yan din gD iah U dyam ika,
Udyatmika,
duduk pada pintu, m alungguh ana rin g kori,
semuanya cantik, sam i ayu,
laksana emas kembar. lu ir sasangka m etu kembar.

125a. 125a.
36. B aginda raja hatinya gembira, 36. Suka atine sang Nata,
melihat putra laki perempuan, nyingak putra lanang istri.
Raden Mantri menceritakan, R aden M antri manatuayang,
semuanya kepada para raja, sam i rin g w atek Bupati,
dari bermula sampai sekarang, saking ngaw it rauh mangkin,
selalu menjumpai kesedihan, ton sah duhkita kapangguh,
selama beliau mengembara, salawas ida ngum bara,
hingga meninggalkan Lesanpura, sam pe ninggal Lesanpura,
semua sedih, sam i ibu k,
orang-orang yang mendengarkan­ sang m iarsa ring panangkilan,
nya di penghadapan.
37. Semua sudah disampaikannya, 37. Sam i sarhpun kauningan,
tentang kesedihan berdua, rin g duhkitane sang kalih,
raja Mayura bersabda, Prabu M ayura ngandika,
kata-katanya halus manis, alus pangucape lindih,
’’
D engar Tuan bertiga, piarsa dew a maka trini,
khusus anak Bagus, m akadi tuah nanak Bagus,
sudilah Tuan menerima, ledang jaga patrim enang,
adik Tuan di sini, rin g rain i nanak dini,
agar jadi, nanda durus,
bapak mempunyai mantu. bapa m adrebe santana .

38. Ya anaknda Udyatmika, 38. Singgih dew a Udyatmilca,


sudilah Tuan diam di sini, ledan g m alinggih irik i,
berada di negara Mayura, n yen en g riang ja ga t Mayura,
349

dijunjung oleh para Menteri, * kasungsung rin g para M antri,


pimpinlah negara di sini, pacek in loka irik i,
bermadu dengan Smaratejun,” niam enyan Sm aratejun ,
mereka berdua tak berpanjang sang kalih norasa panjang ,
lebar,
hamba menuruti Sri Bupati, titiang ngiring Sri B upati,
kemudian datanglah seluruh ma­ nulya m etut
kanan yang enak-enak. kancaning boga sadrasa.

39. Seluruh minuman tak habis di­ 39. M inum agesti tan telah ,
minum,
dan para resi telah berunding, was rarem bayan sang Resi,
kurang sebelas hari lagi, kirang m alih solas dina,
saat sang Diah kawin, dew asa sang D iah m abuncing,
dengan Raden Mantri, m angiring Rahaden M antri,
dan sudah lewat tengah malam, sam pun langkung m adia d alu,
para raja sudah santap, para ratu pu pu t nadah,
turut serta para pimpinan pasu­ wira M antri telas m angiring ,
kan,
sang Abagus, sang A bagus ,
dipersilakannya tidur. katuran nidra ngapuriang.

125b. 125b.
40. Tersebutlah besok paginya, 40. E njang en jin g kawuwusan,
baginda raja bangun, m aw ungu sira B u pati,
kemudian ke luar ke penghadap­ nulia m ijil kapaseban ,
an,
Bahudanda semua hadir, atep Bahudanda tangkil,
pendeta dan kepala pasukan, Pandita lan wira M antri,
kemudian Raden Anom ke luar, R aden A nom raris m etu ,
berunding di balai penghadapan, rarem bayan rin g paseban,
semua pekeijaan sekarang, tan lian karyane m angkin ,
dan sudah selesai, sam pun pu pu t ,
tentang hari pernikahan. tekeng dina pabuncingan.

41. Raden Darmika bersabda, 41. R aden Darm ika ngandika,


kepada Patih Sudarmi, rin g dane Patih Sudarm i,
’’
B esok Bapak aku utus, benjang bapa utus nira ,
pulang ke Banjarsari, budal m ating Banjarsari,
350

beritahukan Sri Siliwangi atirin Sri SiHwangi,


ceritakan tentang keadaanku, wekasang karian rm ningsun,
agar diiringi oleh hamba sahaya, mangda m airingan panjak,
lengkap dengan para menteri sregep saha wira Mantri,
panglima,
bila betul, yen in g tuhu,
sebagai janji dahulu.” M r ubayane kuma.
42. ”Ya Tuan sekalian, 42. Singgih ratu-ratu samian,
tak akan jadi perkawinan ini, ton tulus jaga m abuncing,
karena musuh akan datang, karena ripu pacang prapta,
karena sayalah yang menyebab­ wantah titiang mangawanin,
kannya,
bagaimana Tuan sekalian, sapunapi ratu saru,
karena saya datang membawa ke­ dening titiang m akta pakeyuh.
sukaran,
Raja Durgasmala namanya, Prabu Durgasm ala nona,
pernah mencuri Raden Dewi, polih ngam et Raden Dewi,
raja raksasa, Yaksa Agung,
ingin merebut dan mengejar sa­ m angrebut m angetut titiang.
ya.”
43. Bahudanda berkata sambil me­ 43. Bahudanda m atur sem bah,
nyembah,
’’
Jangan Tuanku kuatir, sam pun ratu walang ati,
sayalah yang Tuanku hadapkan, titiang ratu pajulukang,
bila raksasa datang semuanya, ri teka rung yaksa somi,
jangan Tuan sampai tak jadi ayua ta wurung m abuncing,
kawin,
tak benar keturunan seorang raja dudu tos ning wira ratu,
yang perwira,
bila sampai mengundurkan ker­ yan pade ngundurang karya,
ja ”
menteri kepala perang berkata, wira M antri nyawurin,
”Ya Tuanku, singgih Prabu,
hamba akan menjadi penghalang titiang dados tambakbaya.
musuh.
351

126a. 126a.
44. Sebelum putus tangan hamba, 44. Yan durung rem patastangw ang,
jangan Tuan hendak pindah, sam pun ratu jaga gingsir,
dari pelaminan,” harm m uring pawarangan ,
setelah selesai perjanjiannya, pu tu s ubayane p a sti,
hari hampir senja, nam pi lin gsir sangH yangR aw i,
rakyat dan menteri semua pulang, bala m antri telas um antuk ,
orang-orang ke istana, w atek ratu m angapuryang ,
tak diceritakan sudah malam, tan ucapan sam pun wengi,
dan sudah pagi hari, sem en g sam pun ,
konon sang Patih pergi. k oca p Papatihe lunga.

45. Patih Sudarmi bersedia, 45. Patih Sudarm i nyawisang,


untuk berangkat, m akire jaga mamargi,
tiga orang Patih Mayura, Patih M ayura katiga ,
mengikuti ke Banjarsari, nyarengin ka Banjarsari,
cepat perjalanan dijalan, enggal lam pahe rin g m argi,
hutan belantara sudah dilewati, wanawasa sam pun langkung ,
tiga hari ada dalam peijalanan, tigan g d im m ating dalan ,
sampailah di Banjarsari, prapta m ating Banjarsari,
dan sudah selesai, inggih puput,
seluruh pembicaraan di istana. daging baw ose ring purian.

46. Mereka yang diundang tak ber- 46. Sang inudang ndatan panjang,
panjang kata,
bersiap lalu berangkat, sayaga raris m am argi,
lengkap dengan segala senjata sregep senjata sandangan ,
yang dibawa,
bala tentara semuanya mengiring- bala peka telas m angiting ,
kannya,
demikian pula para kepala pasukan, kalih w atek wira M antri,
tak diceritakan dalam peijalanan, tan ucapan m ating enut
sang Waksitana di Mayura, Waksitasa ring Mayura,
memperbincangkan daya upaya, m anim bangang naya sandi,
untuk melawan musuh, nglatin m usuh ,
dan persiapan perkawinan. lan gelaran ning pawaranang.

47. Sekarang cepat tersiar, 47. N em angkin kalungang-lungang,


berita yang benar telah sampai, w ortane rauh sujati,
352

karena telah diikuti, den in g sam pun wus dinutan,


hamba kepercayaannya datang, ceraka inandelan prapti,
memberitahukan kepada raja rak­ ngw ekasang rin g Yaksa p a ti,
sasa itu,
Dewi Baginda raja, D ew i nira sirang Prabu,
berada di Mayura, irika naring Mayura,
sampai dengan hari perkawinan, tekaning dina m abuncing,
semuanya diceritakannya, sam i katur,
kepada Raja Durgasmala. rrnring Prabu D urgasm ala .

Pupuh Durma Pupuh Durma


1. Sangat marah, L Lintang sengit,
raja Langunegara, sang Prabu Langunegara,
setelah mendengar berita, wau mamiarsa orti,
wajahnya merah padam laksana m uka bang luir tinepak,
dipukul,
duduk tak tenang, tan jen ek salungguha,
berkata kepada I Patih, m angandika ring I Patih,
’’
P ergilah cepat, enggalang bapa,
pukul kentongan.” gen don gan k e m g e d ig .

126b. 126b.

2. Naik tergesa-gesa, 2. Im ang munggah,


Tan Kober memukul kentongan, Tan K eber n igtig gendongan,
kemudian bala tentara dan pa­ tum ulia bala mantri,
tih,
telah lengkap dengan senjata­ w us sregep sanjata,
nya,
berkumpul di halaman istana, kum pul m aring bancingah,
menghadap baginda raja, m n gk ilin sang Sri Bupati,
semua menanyakan, sam i num sang.
raja menjawab. Sang Nata m anyaurin .

3. ’T a Patihku, 3. Eh Patihku,
kamu sekalian, sira kita prasam ,
panggillah tentaramu sekalian, atagen waduanta sami,
besok pagi-pagi berangkat, en jin g esuk mangkat,
ke Mayunegara, ka M ayuranegara,
353

mengambil Raden Dewi, m angam et Rahaden D ew i,


telah dikawinkan, wus kabuncingang,
dengan peperangan pergunakan perang krura anggen ngambil.
untuk mengambilnya.
4. Semua menteri mengiakan ber­ 4. M atur singgih pram antrine sadaya,
sama,
semua pulang ke rumahnya, budal kapondokanya sam i,
mempersiapkan senjata, ngum pulang sanjata,
tak dikatakan pada malam hari­ tan uningan wenginia,
nya,
konon kini hari sudah pagi, k ocap m angkin sam pun enjing,
mereka yang berada di halaman na ring bancingah,
istana,
menunggu baginda raja. m anunggu Sri Narapati.

5. Kemudian ke luar, 5. N u liam ijil,


Raja Durgasmala, sira Prabu Durgasmala,
matanya sangat hebat, kabinawa punang aksi,
laksana matahari kembar, saksat surya kembar,
berteriak laksana suara guruh, makrak luir suara ninggelap,
besar laksana gunung, agunge kagiri-giri,
segera berangkat, agelis lumampah,
tentaranya beribu-ribu. balane m akoti-koti.

6. Suaranya riuh rendah, 6. G eger umung,


berteriak-teriak tertawa-tawa, pajerit pada makikikan,
semua mengacungkan senjatanya, m angunus kadga sam i,
pedangnya sangat tajam, m aingid pedangnia,
laksana lautan pasang, sakadi sagara pasang,
melalui kaki gunung, m anem puh suku ning wukir,
tak putus-putusnya, tan pegatan,
mengalir laksana pasir di gunung. lu ir nem bah pasir ukir.

7. Didekatinya, 7. K apepetin,
seluruh desa-desa, d ik d esa desane samian,
selalu mereka beijepit-jepit, ndatan m ari ia pajerit,
telah melewati negara, wus langkung nagara,
masuk ke dalam hutan, m anyusup rin g kanana,
kebetulan semua binatang, kaplengan bu rone sami.
354

berkumpul, rm karesekan,
berpuluh-puluh bersama-sama. n yem pel w erek sane sam i.

127a. 127a.
8. Tak diceritakan, 8. Tan ucapan,
lamanya dijalan, lam innyane m aring dalan,
perjalanannya laksana hujan angin, lam pah luir ujan angin,
tiba-tiba dijumpai, kaget katututan ,
di tengah hutan, rin g telen g in g wanawasa,
perjalanan Raja Siliwangi, lam pah Prabu Siliw angi,
beserta bala tentaranya, lan balagane,
yang menuju istana Mayura. ne ngungsi M ayura pu ri.

9. Segera bertanya, 9. G elisatanya,


raja raksasa Durgasmala, Yaksapati D argasm ala ,
kepada Raja Siliwangi, ri sang Prabu Siliw angi,
’’Siapa Tuan yang amat hebat ini, siapa ta kadibia,
berangkat dengan bala tentara,” lum am pah saha bala,
raja kemudian menjawab, sang Prabu raris nyaw urin ,
* ’ ’Tuan ini siapa, kita to sapa,
laksana akan berperang.” yakta luir nangun jurit.

10. Sangat hebat, 10. L intang krura,


suaranya laksana guruh kapat, sabda luir guruh kapat,
”Ah diriku ini, ah awaktu iki,
bernama Durgasmala, D urgasm ala nam a ,
raja di Langunegara, Prabu Langunegara ,
aku hendak mengambil seorang nyadiaku m angam at putri.
wanita,
di Mayura, m aring Mayura,
setiap yang berani akan mati. asin g wani mangemasin.

11. Raja Mayura, 11. S ri Mayura,


salah mengambil istri orang, salah ngalap garw a ning wong,
jiwanya akan menjadi tebusan, jiw an e mangem asin,
kepalanya dipenggal, tinugal gulunia,
akan terjadi pertumpahan darah, glanggangaken punang rah.
Raja Siliwangi menjawab, Prabu Siliw angi nyawis,
’’jik a belum putus, y an durung rem pak,
tanganku keduanya. astanku m aka kalih.
355

12. Jangan demikian, 12. H ayun ta ko,


berkata seenaknya, nyapa kadi aku m ojar,
aku akan membela mati, aku m aka tam pak p a ti,
di tengah Mayura, telen ge ning Mayura,
jangan berkata terlalu lancang,” ayua kadalurung m ojar,
bersiaplah raksasa, yatna-yatna Yaksa iki,
segera didahului, ge lis karihinan,
dan peperangan sangat mengeri­ y u da mangeresresin.
kan.
13. Saling kejar, 13. Salin g ungsi,
saling atas-mengatasi, salin g ungkab matindihan,
hingga ke hutan-hutan, rawuh ka giri-giri,
kacau seluruh tentara, jem u r kanang wadua,
bergulung-gulung berkeliling, m ahuderan magulungan,
saling pukul saling tangkis, saling tindih manangkisin,
sampai di lembah dan jurang, teken g pangkung luah,
sorak bertalu-talu. suryake mawanti-wanti.

127b. 127b.
14. Semua gembira, 14. S a m iren a,
seluruh raksasa di peperangan, bala Yaksa ring payudan,
makan mayat dan minum darah, manadah sawa lan getih,
peperangan selama dua hari, prange kalih dina,
siang malam tak henti-hentinya, siang latri tan rarianan,
konon ada yang mati, k oca p arm m angem asin,
I Patih Mayura, I Patih Mayura,
mendampingi rajanya. m akatikin B upati.

15. Patih Gangga, 15. Patih Gangga,


dibunuh oleh Tan Kobar, pinejah olih Tan Kobar,
patih raja raksasa itu, Papatih Yaksapati,
yang lain patih Sindula, len patih Sindula,
kalah dengan Geni Candra, kasor rin g G eni Candra,
dan patih Srikanti mati, lan patih Srikanti mati,
oleh raksasa, olih danuja,
yang bernama Candrageni. ne mangaran Candragni.
16. Kemudian larilah, 16. D adim alayu,
sampai di desa Mayura, daten g ka M ayura desa,
356

yaitu Patih Sudarmi, ngaran Patih Sudarm i,


sudah tahu keadaan jalan, sam pun wruh rin g m arga ,
yang mengiringkan baginda raja, m angiringang sang N ata,
patih dari Banjarsari, patih saking Banjarsari,
lalu masuk, ngranjing,
ke istana, ngapuriang,
dan berkata kepada Baginda Raja. m ahatur ring sang Nrepati.

17. Sedang berkumpul, 17. S edek kum pul,


para menteri yang perwira di w ira M antra ring je r o pu ra ,
halaman istana,
pekeijaan baginda raja, karya sang S ri B upati,
sudah dimulai, sam pun m angaw itang,
besok pagi akan melakukan per­ ne m ani pabundngan,
kawinan,
segala macam tontonan, ilen-ilen napi luir,
semua sudah datang, t sam i w us prapta,
gong dan bedil berdentuman. g o n g b ed il kum aritig.

18. Demikian pula rakyat, 18. M iw ahbala,


beribu-ribu tak berkeputusan, k oti-k oti tan pegatan ,
menyelenggarakan pekeijaan di ngatur karyane rin g pu ri,
istana,
demikian pula tontonan, kalih sasolahan,
tak henti-hentinya, tan ana keputusan,
gong beri ditabuh, tinabeh kanang g o n g beri,
serta tamu-tamu berdatangan, lan tam ui prapta,
karena semuanya diundang. den in g ka undang sami.
19. Utusan itu, 19. Utusane,
segera berkata menyembah, gelis dane m atur sem bah,
”Ya hamba Tuanku Baginda Raja, singgih ratu Narapati,
kebetulan di persidangan, m ungpung rin g preraman,
ya Tuanku tak berpanjang atur, inggih ratu tana panjang,
hamba sebenarnya baru datang titiang wau wantah saking
dari mengundang. m angundang,
Baginda Raja Siliwangi. sang Prabu Siliw angi.
128a. 128a.
20. Setelah datang, 20. Sam punrauh,
perjalanan hamba di tengah per­ margan titia n grin g kanana,
jalanan,
mengiringkan baginda raja, angiring sang Bupati,
dihadang oleh raksasa, cinandak Raksasa,
yaitu sang Durgasmala, inggih sang Durgasmala,
peperangan sangat hebat, ram es patem puh ning jurit,
nasib tak baik, m ungguh tan sadia,
tiga patih mati. patih tri m angem asin.

21. Raja tua, 21. Prabu Lingsir,


di Mayura bersabda, rin g M ayura mawecana,
”A pa akal sekarang ini,” apa naya nenejani,
I patih menjawab, I Patih mananggal,
demikian pula Mangkubumi, M angkubum i maka ngaran,
”Ya Tuan semuanya, singgih ratu maka sami,
adapun pikiran hamba, y en nayan titiang,
jangan membatalkan perkawinan ayua urung ne m abuncing.
ini.
22. Bagi dua, 22. B agikalih,
tentara dan bahudanda, bala pek a baudanda,
sebagian berperang, abagi m angadu jurit,
yang lain berada di istana, lian ngarentebin pura,
agar pekerjaan selesai, m angda pu tu s kang karya,
semua menjawab serempak, saw ur m anuk m aka sami,
akan membela, jaga nyunang,
mati sekalipun. yadiastu ngem asin pati.

23. Dua orang patih, 23. Patih kalih,


sebagai penjaga istana, maka panyibeh in g pura,
sebagai pemegang istana, m aka salin in g puri,
namanya, m aka ngaranira,
Ki Patih Mangkunegara, K i Patih M angkunegara,
dan kedua Patih Mangkubumi, kalih Patih M angkubum i,
amat berani, lintang prawira,
pandai berperang. W idagda angadu jurit.

24. Ki Patih, 24. D ane Patih,


Mangkunegara berperang. M angkunegara ngadu perang,
lengkap dengan segala pengiring­ w us sregep lan pangiring.
nya.
banyak kendaraannya, akueh tunggangannia,
kuda gajah dan kereta, kuda m uang rata.
peijanjian sudah bulat, ubayane sam pun pasti,
semua bersedia-sedia, pada prayatna.
dan Mangkubumi berada di istana. M angkubum i m ating puri.

25. Kemudian berangkat, 25. R aris mangkat,


I Patih Mangkunegara, I Patih M angkunegara,
Punggawanya sebanyak sebelas Punggawane solas siki,
orang,
masing-masing namanya adalah, ngarannyane suang-suang.
I Patih Srenggabadra, I Patih Srenggabadra,
kedua Patih Munta Munti, kalih Patih M unta M unti,
Patih Magada, Patih Magada,
Durmuka, Durmuka,
dan Suryati. lawan Suryati.

128b. 128b.
26. Patih Sanda, 26. Patih Sanda,
Wiragara Suranggana, Wiragara Suranggana,
kesepuluh Patih Kadi, p in g dasa Patih K adi,
yang terakhir Singgala, pem u n tu t Singgala,
banyak patih yang bagus-bagus, akueh Patih Sumuka,
berpengiring menteri, m airingang w atek Mantri,
semuanya berjumlah dua puluh, sam i ron g dasa.
yang lain lagi para ketua. sapara ju ru n e malih.
27. Banyaknya lima puluh, 27. Lim ang puluh.
dan tentara dua ratus ribu, m uang wadua kalih laksa,
semuanya lengkap, pu p u t ia sregep sami,
dengan perlengkapannya, m uang babekelan,
riuh rendah lalu berangkat, um ung raris umangkat.
suara bedil berdentuman, suaran b ed il kum aritig.
dan genderang, m iwah mredangga.
mengikuti mereka berempat ber­ n getu t sang catur mamargi.
jalan.
359

28. Riuh rendah, 28. G eger hiimung,


sangat sesak, biom antara kapepetan,
sorak sorai berulang-ulang, suryake mawanti-wanti,
perjalanannya berkereta, rmhawan siandaw ,
seluruh ratu, w atek ratu sinamian,
demikian juga para ketua, lan parafurune malih,
menaiki kuda, m enunggang kuda,
semuanya girang berangkat. sinam ian girang mamargi.
29. Tak diceritakan, 29. Ton ucapan,
perjalanan tentara Mayura, lam pahe wadua Mayura,
sudah melewati negara, langkung m aring nagara,
laksana banjir mengalir, kadi gunung embah,
datang ke daerah peperangan, teka ring rana saba,
peperangan kelihatan saling pukul, yudane katon m atigtig,
banyak yang mati, kakuehan pejah,
darah laksana lautan. rudira lu ir jaladi.
30. Hujan rintik-rintik, 30. Ujan tiris, -
tersebutlah hari menjelang so­ nam pi sore kawuwusan,
re,
peperangan belum ada yang ka­ yudane kadi nyapih,
lah,
disela oleh hari telah gelap, kahalangan tim nira,
orang yang berperang kepayahan, sang m ayuda kalesuan,

berhenti di kaki gunung, mararian ring sukuningw ukir,


sang Durgasmala, sang Durgasmala,
pulang ke Lengupuri. budal ke Lengupuri.

31. Konon Patih, 31. K ocap Patih,


sang Mangkunegara, done M angkunegara,
beserta raja Siliwangi, lawas Prabu SUiwangi,
merundingkan peperangan, m angrem bayang yuda,
melawan sang raksasa, nandingin ID antfja,
taktik perang besok pagi, gaglarane sane mani,
yang dibenarkan, nika patutang,
cakra yang amat menakutkan. cakra biuha ngresresin.

%
32. Tengah malam, 32. Tengah wengi,
tersebutlah di Mayura, rin g M ayura kacarita,
mempersiapkan pakaian perhiasan m anyaw isang payas bu n cin g,
pengantin,
segala emas-emasan datang, w atek kram ian prapta,
sangat cocok sang Diah si perawan, nuliasin sang D iah R ara,
bersama Raden Mantri, m iwah ida R aden Mantri,
memakai perhiasan, m anandang pahias,
berpakaian emas manik. mabusana em as manik.

129a. 129a.
33. Tak disebutkan, 33. Tan kawuwus,
keindahan pakaian itu, . m ulia nikang busana,
kebagusan Raden Mantri, baguse R aden Mantri,
laksana Hyang Manobana, lu ir H yang M anobam ,
menjelma menguasai dunia ini, manjanma nitah jagat,
kedua Dewinya, D ew i nira maka kalih,
Diah Udyatmika, D iah Udyatmika,
dengan Diah Smaratejun. D iah Sm aratejun rnalih,
34. Keningnya pipih laksana ikan 34. Wimbane m elok,
melok,
menyerupai bulan kembar, angganing sasangka kembar,
sebagai pinang dibelah dua, luir ja m b e paro kalih,
tak dapat dicela, tan kna cineda,
pakaiannya serba keemasan, busanane sarwa emas,
tak tidur semalam, ndatan panidra sawengi,
wajahnya pucat, m ukane kem bang,
laksana bulan kena sinar mata­ luir wulan ananin rawi.
hari.
35. Konon sekarang ini, 35. K oca p mangkin,
hari sudah menjelang siang, tatas rah im kamantian,
pengantin kemudian ke luar, bu n cin ge raris m ijil,
mengeliliifjsji halaman luar, m angiderinbancingah,
diiringi oleh para balatentara, kram pag ta n n g w adud nira,
mamas tombak dah bedil, m ayas tam bak nntdng bedil,
kendang bertalu-talu, fn redan ggagoor.
361

meriam sambung-menyambung. m riyem m atindih-tindih.


36. Tak diceritakan, 36. Ndan ucapan,
raja raksasa sang Durgasmala, Yaksaraja Durgasmala,
pergi dari Langupuri, sah saking Langupuri,
berangkat dengan kereta yang he­ mahawanan rataabra,
bat,
penuh dengan permata, kahebekan sasocan,
besar tinggi tak ada tandingannya agung luat tan patanding,
delapan ekor kuda, makuda asta,
segera menariknya. m anarik enggal manggrit.

37. Penuh sesak, 37. H ebek penuh,


menteri yang gagah berani semua­ Wira M antrine sadaya,
nya,
menjaga baginda raja, mangem ban Sri Bupati,
ada dalam kereta, hana ring siandana,
serta memegang panah yang ta­ lan m esi panah lengkap,
jam,
menganga tajam bersama kusirnya, balulang m angap m anyeratim in,
menggertak, ngerak makikikan,
dan segera sampai di perjalanan. enggal lam pahe prapti.

129b. 129b.
38. Kemudian terlihat, 38. N uliakaton,
musuh ribut dengan hebat, babiphan satrune krune,
raja raksasa itu berhenti, jan ggel sang Yaksapati,
segera dibalas, agelis tinim palan,
membuat taktik perang Makara, manguangun gelar Makara,
berjalan dengan hebatnya, madurgama terus mamargi,
laksana Kalantaka, luir Kalantana,
menghancurkan dunia yang sangat nadah jagat ngeresresin.
mengerikan.
39. Karena sangat pandai, 39. W itwidagia,
Patih Mangkunegara, I Patih M angkunegara,
demikian pula Patih Siliwangi, lan Prabu Siliwangi,
memukul dari tengah, ngeregin rin g tengah.

+ ' • •«f *’ 1* '


362

segera peperangan berkobar, g e lis m angapluk kang y uda,


raksasa sukar masuk, danujane m ew eh ngranjing ,
dalam cakra yang sangat banyak, rin g biuha cakra ,
I Detiapati lalu mundur, nundur kang ID ediapati.

40. Dari jauh, 40 . Saking adoh,


peperangan dibatasi oleh sungai, payudane belat bangwan,
selalu saling panah, tan m ari silih panahin ,
banyak yang kena panah, akueh kena panah ,
banyak cakra yang maju, cakra biuha nagrepang,
hancur taktik raja raksasa itu, rem pak gelar Yaksapati,
Hakara yang banyak, Hakara biuha ,
ribuan raksasa yang mati. siw an Yaksane mati.

41. Disoraki, 41. K asuryakiny


oleh tentara Mayura, antuk i w adua M ayura ,
musuhnya dihina, m usuhnya kawerin-werin,
lari terbirit-birit, m alayu mangadam plang,
laksana tambak dihancurkan air luir tam bak uyak belabar ,
bah,
raja raksasa tetap tinggal, Prabu Yaksa wantah kari,
ditinggalkan tentara, katinggalan bala ,
sebagai sebuah pancang yang ter­ luir pancu ng m alejer kari.
tinggal tegak.
42. Sangat bingung, 42. D ahat meweh,
raja Langunegara, sang Prabu Langunagara,
ditinggalkan tentaranya, katinggalin wadua sami,
lalu memusatkan mantra, n gregepang japa m antra ,
mengeluarkan aji seribu muka, ngaw etuang a ji sia-mua,
segera dilepaskan sekarang, g e lis katibakang ne m angkin ,
kepada cakra yang hebat itu, rin g Cakra biuha ,
mengenai Siliwangi. pw kane Siliw an gi.
43 Maka semua ketakutan, 43. D adian pekanekaananansium a ,
adanya seribu muka itu, bin gun g tan n geton sam i,
bingung semua tak melihat apa- tan weruh paran-paran,
apa,
tak tahu apa-apa tentara raksasa bala dunuja tulak ,
itu kembali,
semua bersorak, teka sam i m anyuryakin,
sang Dargasmala, sang Dargasmala,
memerintahkan menterinya yang m anuduh wira Mantri.
gagah.
44. Cepatlah kau, 44. A g esira ,
pergilah ke desa Mayura, ge lis ka M ayura desa.
biarkan musuh ditinggalkan, depan g i m usuh kari.
karena tak akan apa-apa, den in g tan pangapa,
hasil yang kita cari, buktine jalan buatang,
suaminya yang dibencanai, lakin nyane ju a patenin,
makan hidangan, sajine tadah,
para tamu semuanya. panam iunnyane sami.
45. Segera mereka berangkat, 45. G elis lumampah,
bersama-sama sebagai gunung ngrudug kadi elar acala.
rubuh,
menimpa laut, m anibanin udadi,
tak diceritakan di perjalanan, tan kacerita ring awam,
sudah tiba dalam negara, sam pun rauh in g nagara,
semua raksasa galak, galak danujane sami,
orang-orang diamuk, m angam uk ring wang,
banyak yang mati di halaman ring bancingah kueh mati.
luar.

46. Kacau balau. 46. Magusuran,


ada yang mempersembahkan, w enten reke mangaturang,
kepada baginda raja, m ating sang Sri Bupati,
yang sedang berada dalam pela­ sedek rin g puarangan,
minan,
sesaat terdiam, m eneng anjahan sida,
kemudian ke luar angin tak terkira- m etu angin tan patanding.
kira,
laksana Hyang Semar a, luir H yang Smara,
api dipakai alat. dahanane maka kanti.

Pupuh Smarandana Pupuh Smarandana


1. Angin bertiup seratus tombak, 1. Satus tom bak kunangangin,
gempa bumi mengerikan segera, hindu agu n g kabinawa,
segera dilepaskannya, agelis katibakang reke,
364

kepada musuh yang amat galak, rin g satrune krura galak,


itu destar semua beterbangan, teken kam bang mahabalang,
diterbangkan angin yang ber­ katub den in g angin nglinus,
hembus kencang,
habis segala musuh di luar. barasta m usuhe rin g ja b a .

2. Habis semua jatuh di Langusari, 2. Telas tiba rin g Langusari,


Raja Durgasmala, sira Prabu D urgasm ala,
beserta semua bala tentaranya, sam i lan bala pekane,
banyak yang kesakitan sisa yang akueh lara sisan pejah ,
mati,
angin berhembus tak putus-putus­ angine tan papegatan,
nya,
bertiup ke gunung-gunung, m enem puh ka gunung-gunung,
sampai pada tentaranya yang teka rin g bala sengkala .
mengalami kesukaran.
3. Semuanya sehat laksana dibersih­ 3. Telas waras kadi sapsapin,
kan,
gembira sebagai sediakala, ledang sakadi ne kuna ,
banyak yang jatuh ke dalam ju ­ kueh runtuh rin g ju ran g jero,
rang,
kesakitan, nandang lara rin g kanana,
semua tentara mulai berkumpul, m atuptup balane samian,
menghadap baginda raja, nangkil ring ida sang prabu ,
beserta Patih Mangkunegara. lan Patih M angkunegara.

4. Raja Siliwangi, 4. Sira Prabu Siliw angi,


berhenti di tengah hutan, ararium telen g ing kanana,
dikelilingi oleh tentaranya, sin oba ring bala reke,
selalu memberitahukan, tan m ari mangajar-ajar,
tatacara dan taktik dalam pepe­ gaglarane rin g payudan,
rangan,
untuk menghadapi raja raksasa nandakin danuja agung,
itu,
sekarang tersebutlah sang m em ­ bun cin ge m angkin kocapan .
pelai.

130b. 130b.

5. Direstui oleh sang Astaseni, 5. A santi sang A stageni,


mereka yang berada di tempat hama ring bale puarangart,
pelaminan,
konon putranya mengapit, putrane m angapit reke.
Raden Darmika di tengah-tengah, Raden Darm ika ring madia,
Diah Udyatmika di kanan, 'Diah Udyatm ika ring kanan,
di sebelah kiri Smaratejun, rin g k iri Sm aratejun,
dikelilingi oleh para hambanya. karem peg de bala sanggia.
6. Tampaknya laksana gunung bunga, 6. K aton kadi gunung sari,
matahari diapit bulan, suryanekaapit bidan,
demikian kata-kata orang yang m angda ucapan w ong nonton,
melihatnya,
semua bulan menjadi satu, m ainayonin menanggal,
persiapan perkawinan telah se­ puput ilen pawarangan,
lesai,
tontonan berganti-ganti, solahan mawantun-wantun,
di malam hari itu. ring wanginnya punika.
7. Upacara baginda teratur beruntun, 7. N ranped karyane Nrapati,
sampai hari esoknya, teka ring rahim benjang,
untuk menobatkan raja, jaga nyenengan kaprabon,
putranya didoarestukan, njaya-njaya strong m nak,
tak lain adalah sang Darmika, nora ban sang Darmika,
akan dinobatkan raja, pacang kabiseka ratu,
kedua istrinya menyertainya. garwa nira ngiring karo.
8. Tak diceritakan di malam hari, 8. Tan wawusan ikaneng wengt,
jam tujuh sudah berhias, dawah kedah sam pm ahias,
konon keluarlah mereka yang rrdjU sang irajya reka,
akan dinobatkan,
beserta kedua istrinya, * lan kakaUh garw a ide,
teratur laksana dalam penghadap­ m atata bale pam ngkilm ,
an,
diiringkan oleh orang cantik-cantik, gading-gading ngiring sampun,
di sebelah kanan pintu mereka rin g kanan k ori sang tiga.
bertiga diam.
9. Jae Cekuh juga mengiringkannya, 9. Jahe Cekuh nalar ngiring,
demikian pula Ni Luh Tabia, m akam rw akN iL uh TabUu
mengapit baginda raja, m angapitida sang katong,.
366

semua cantik dan putih bersih, sand ayu putih nyalang,


tak jauh sambil membawa sirih, tan adoh manampa canang,
Pagag dan Pageg disertakan, Pagag lan Pageg kawuwus,
mendahului mengapitnya. m andungin m angapitang.
10. Gong dan bedil berbunyi, 10. G on g bedile kum aritig,
mengiringkan mereka yang akan m angiringang sang irajya,
dinobatkan,
sampai di tempat pemujaan yang tekeng prasadane kawot,
indah,
tempat menghormat rakyat Mayura, panyiw ian jagat Mayura,
di sanalah beliau dinobatkan, irika wus kabiseka,
sudah diapit oleh sang Astaseni, asta sen i ngapit sampun,
mengeluarkan mantera doa sela­ ngundar weda jaya-jaya.
mat.

131a. 131a.
11. Sepulang raja raksasa itu, 11. Pam ulih danuja pati,
ia sangat bingung, m angubang dane kalintang,
setelah dihembus angin, wus binanting de mrutane,
dipilihlah raksasa yang pandai- m agilih yaksane prajnyan.
pandai,
patih Sumuka dua puluh, Patih Sumuka ron g dasa,
punggawa lima ribu, para panggawa lintang siu,
menteri tak bilang banyaknya. para m antri tan pawilang.
12. Adapun nama para patih, 12. Bacakan w atek Papatih,
pertama I Tan Kober, Itan K ober kapratama.
yang kedua Patih Kurangkeng, Patih K urangkeng kalihnya,
ketiga I Gnicandra, pin g liga I Gnicandra,
keempat bernama Candrageni, catur Candrageni nama,
kelima I Baret Ngalinus, lim a I B aret Ngalinus,
Salang Angin Baret Ciga. Salang A ngin B aret Ciga.

13. Sang Dumraksa dan sang Dum- 13. Dum raksa lawan Dumraksi,
raksi
sang Durga dan sang Durmuka, D urga kalawan Durmuka,
sang Kalakita dan sang Kala- K alakita lan Kalaparon,
paron.
sang Bandusa dan sang Tulak- Bandusa lan Tulakmingmang,
mingmang.
Landa Lendi Dora Kala, Landa-Lendi D ora Kala,
namanya Kala Durga, Kala D urga ngaranipun,
Durmuka semuanya dua puluh. Durm uka wus kalih dosa.
14. Segera mereka berangkat meng­ 14. GeUs um angkat m anglelesin,
hancurkan,
dan mereka sudah berkereta, punUca wus kretayasa,
dahulu mereka tak pemah kalah, dangu-dangu tan harta sor,
setiap yang menghalangi jatuh, asing k apan g w us rebah,
semua kalah tak dapat berkata- lilih sam i tan pangucap,
kata,
mereka semua menang berperang, jaya done magagebug,
dan banyak patih yang menjadi akueh patih jajarahan.
tawanan.
15. Segera mereka berangkat, 15. Umangkat sagrehan gelis,
banyak yang berjalan di udara, akueh mahawan gagana,
laksana mendung menutupi, luir m ega mumahab reko,
ada yang lain berjalan di tanah, harm len mahawan lemah,
menaiki kuda gajah dan berkereta nunggang kuda gajah rata,
sorak-sorai riuh-rendah di jalan, suryake rin g marga hum rng,
suaranya laksana bunyi petir. prakata lu ir sabda m ng gelap.

131b. 131b.
16. Rakyat Siliwangi tahu, 16. Tangeh wadua Siliw angi,
segera membalas dan ribut, geUs nyaw isang babiuhan,
memakai teknik Jaladi, nama Jaladi gelar reko,
tentara raksasa membuat, wadua Yaksane ngwangum ng,
berupa gunung alas, m apinda w ukir karnna,
maka itu cepat berperang, dadianya henggal matem puh,
sebagai laut pasang. angga ning sagara pasang.
17. Peperangan amat ramai, 17. R om e p astu rin g prajurit,
tersebutlah raja raksasa itu, danufa p ati kocepm t,
melontarkan panahnya, m anglepas puakenisurm ya,
laksana hujan dari langit, Itdr warsa sakengam bara,
mengenai tentara manusia itu. mangenan waduam anusa.
368

banyak yang mati, kakauehan manandang lampus,


perkelahian tak henti-hentinya. m akerep tan papegatan.
18. Kemudian ia mgnhadapinya, 18. N ulia dane manandingin,
yaitu Patih Mangkunegara, I Patih Mangkunegara,
dengan panah api terus-menerus, antuk sara gen i ngereped,
habis hancur para raksasa itu dan basm i buta pablesat,
lari,
terbakar di udara, m aring umbara katm uan,
sisa yang mati semuanya lari, . sisan pefah sam i malayu,
demikian pula raja Durgasmala. miwah Prabu Durgasmala.
19. Candrageni Baretangin, 19. Candrageni Baretangin,
Durmuka serta seluruh bala tenta­ Durm uka teka ning wadua,
ranya,
hancur hangus terbakar, berastagesen g wus kaborbor,
kemudian Tulakmingmang mem­ pun Tulakm ingm ang ngualesang
balasnya, tos,
keturunan raksasa bertahta, danuja kreta yasa,
patih dari Margalangu, patih saking Margalangu,
menyambutnya dengan panah. antuk isu sambuattaka.

20. Habis mati panah api itu, 20. Brasta padem sara geni,
menyebabkan langit terang ben­ duastu langite m alilang,
derang,
konon perang di bawah, k ocap yudane ring sor,
saling kejar-mengejar ke sana saling ungai mailehan,
ke mari,
semuanya pandai berperang, sam i pada w idagdeng perang,
saling pukul dan saling kejar, silih danda silih tuju,
patahlah taktik raja raksasa itu. rem pah gelar Yaksaraja.
21. Dua orang penjaga luarnya mati, 21. Sibeh gelar padem kakdlih,
patih yang sangat hebat, Papatih langkung karura,
dahulu tak pernah kalah, dangu-dangu nora kasor,
sang Kaladurga dan Lenda, sang Kadalurga m uang Lenda,
mereka itu sudah mati, nama nika wus kantaka,
kemudian raja raksasa itu, m apu Yaksaratu,
membentuk keributan yang luar mangun biuha madurgama.
biasa.
369

132a. 132a.
22. Bentuk siasat itu dua macam, 22. Wangunane rupa kalih,
bernama gelar Sukata, mangaran Sukata gelar,
gelar raja di tengah, m ating kiri gagelarane,
kuri di bagian sebelah mengelilingi B upatine m ating tengah,
rajanya, n giter ida Nata Raja,
di bagian kanan Dumuk Angun- kanah D usuk Angun-angun,
angun,
nama siasat perang tersebut. ngaran kanang babiuhan.
23. Siasat Raja Siliwangi, 23. Biuha Prabu Siliw angi,
bernama Wukir Sagara, mangaran Wukir Sagara,
untuk melawan raja raksasa itu, nandingin Yaksa patine,
hasil bentukan Mangkunegara, wangunan M angkunegara,
sangat suka dengan gelar padma, durga m eweh padm a biuha,
itulah yang dibentuknya, punika wantah ajum yudane,
perkelahian untuk perang tanding. perang tandingan.
24. Dumuk Angun-angun menang, 24. Dum uk Angun-angun rundih,
hancur gelar Wukir Sagara, rem pak gelar Wukir Sagara,
sang Durgasmala, w ig Durgasmala,
. segera masuk ke dalam gelar itu, nulia age ngasukinikanang gelar,
selalu memutar pedangnya, tan m ari m anguyeng pedang,
sekuat tenaga mengamuk, parikesa ntdia ngamtik,
dan Raja Siliwangi meninggal Nata Siliw angi pejah.
dunia.
25. Setelah direbut bersama-sama, 25. W uskarebutkaberangin,
oleh Raja Durgasmala, olih Prabu Durgasmala,
tentara lari kepayahan, bala kosa m alayu gepe,
menuruni lembah dan ngarai, ndupin pangkungm uang jurang,
tak berani melihat, tan ana ward mamenga,
terantuk ke sana ke mari, kadi kena pati kepug,
diburu oleh Basu raja. kaburu d e Basu raja.
26. K onon perkelahian sang Patih, 26. K ocap perang done I Patih,
berkelahi dengan sang raksasa, m atem puh ring Idanuja,
I Tan Kobar yang terkenal, I Tan K ober pangerege,
sama-sama pandai berkelahi, sama ia w idagdeng perang,
membelit laksana petir, m atangkis angga ning kilap.
370

agak terlambat I Tan Kobar saat itu, kasep I Tan K obar ditu,
hancur terkena gada. rem uk katibanan gada.

132b. 132b.
27. Raja raksasa itu menolongnya, 27. Prabu Yaksa manulungin,
mengamuk dari belakang, rm ngam uk saking iringan,
hancur yang berada bagian luar, telas pasah sibeh gelora,
sisa yang mati lalu lari tung­ sisan pejah malayu gesang,
gang-langgang,
I Patih Mangkunegara, I Patih Mangkunegara,
dikelilingi dan tertangkap, kakiter kera kaejuk,
diikat dan disiksa. wus kabasta kasakitan.
28. Ki Patih Sudarmi, 28. M alayu K i Patih Sudarmi,
segera ke istana memberitahukan, gelis kapuri mangokasang,
kepada Raja Muda, ring Ida sang Prabu Anom ,
yang baru selesai disucikan, wau puput m apedgala,
duduk di atas singgasana, m alungguh ring singgasana,
mendampingi sang Ayu Diah, m anyanding sang Diah Ayu,
dan utusan itu sudah memberi­ utusan wus nguningang.
tahukannya.
29. Patih Mangkubumi berdiri, 29. N anggal Patih M angkubumi,
diamlah Tuanku, fum eneng ratu panembahan,
percayakan hamba sekarang ini, andelen inghulun mangke,
melawan raja raksasa itu, nandingin ID an uja raja,
segera ia berangkat, gisudane wus umangkat,
diterima oleh raja raksasa itu, kacandak de Yaksa Prabu,
peperangan seimbang. payudane kadi timbang.
30. Wira Mantri yang lari ketakutan 30. Wira M antri m alayu jerih,
itu,
kembali ke peperangan, tulak m alih kapayudan,
karena melihat pimpinannya, dening gustin e wus katon,
membela ke peperangan, m atulung rin g rana saba,
tersebutlah Raden Darmika, Raden Darm ika kocapan,
mengejar ke peperangan, n getut kapayudan sampun,
mengikuti Mangkunegara. ngungkirin Mangkunegara.
371

Pupuh Pangkur Pupuh Pangkur


1. Menaiki kereta keemasan, 1. M anunggang rata kancarn,
berkilau-kilauan, abra tmtrub,
cahayanya laksana kilat, tejannyaan tatit.
bercahaya laksana matahari terbit, Dum ilah Iuri surya metu,
pemberian ayahnya, pasungniru sang ayah,
di Mayura, ring Mayura,
dan pakaiannya gemerlapan, lan busana endih murub,
pemberian sang istri raja, pasung ida Pramisuarya,
bernama Kuda Srigading. araning Kuda Srigading.
2. Kusirnya adalah Patih Sudarmi, 2. Srati Patih Sudarm i ika,
Pagag Pageg, Pagag Pageg,
duduk di kanan kiri, ne m angapit kanan keri,
membawa senjata dan panah, ngawa lengkap miwah isu,
segera berjalan, agelis ida mamarga,
kereta itu, lampah rata,
melejit laksana terbang, m asruwit rum asat mabur,
terompet tanduk riuh-rendah ber­ sungune um ung masuara,
bunyi,
para menteri gembira mengiring- jim a para m entri ngiring.
kannya.

133a. 133a.
3. Setelah tiba di tengah peperangan, 3. Prapta ringtelangingranangga,
terlihatlah perkelahian, katon paperangan,
Patih Mangkubumi, I Patih M angkubumi,
di sana ia direbut, kinem bulan done ditu,
oleh tentara raksasa, olih bala danuja,
ribut gelisah, geger umyang,
demikian pula bunyi kendaraan, lan swaran tunggangan ipun,
bercampur dengan suara genderang, aw er uni ning mredangga.
kemudian Raden Mantri m eno­ Raden M antri manuluttgin.
longnya.

4. Segera melepaskan panah, 4. A gelis ngalepas warastra,


memanah tenrara raja raksasa itu, manibakin, waduaneYaksapati,
sudah hancur lebur, saharsa lim pas sampun.
372

banyak yang terkena panah, benged patibaning panah,


laksana hujan, kadi ujan,
tak putus-putusnya dari langit, saking langit tatan putus,
banyak tentara raksasa mati, bala raksasa kueh pejdh,
demikian kuda dan gajah. lan tunggangan kuda asti.
5. Mayat gajah dan kuda, 5. Wangken gajah miwah kuda,
laksana gunung, kadi gunung,
demikian pula keretanya, lan siandanase malih,
darah tdntara yang mati, rudiran waduane lampus,
yang mati di peperangan, agamasin ring payudan,
laksana laut, luir segara,
memenuhi hutan bergulung-gulung, ngebekin kanana ngrudug,
mayat binatang tunggangan me­ wangde rung tunggangan kam-
ngambang, bang,
laksana perahu laiknya. luir bawanayan upami.
6. Tinggal satu sebagai pantangan, 6. Tunggal kari ring pabratan,
laksana bidak, luir bidak,
yang ada pada perahu yang di­ ing bawana tempuh angin,
tiup angin,
demikian pula pakaian para raja, lan busanan watak ratu,
sangat kotor berada dalam lautan kumele ring samudra rah,
darah,
jika diandaikan, yan upami,
udang dan yuyu, mina urang kalih yuyu,
menjijikkan supitnya merah, magetan kapite abang,
berada di kepala raja. ring tenggek sang Narapati.
7. Keadaan peperangan bila dicerita­ 7. Tangeh prange yan uningan,
kan,
siang malam, ring siang dalu,
peperangan saling kejar, yudana silih ungai,
melawan raja raksasa itu, ngarepang I Detya Agung,
membalas dengan sebuah panah, ngualaes antuk kru tunggal,
segera dilepaskan dengan hebat, saukira katibakang turngarudug,
Raden Mantri segera menghadapi­ Raden Mantrigelis mamapag,
nya,
dengan sebuah panah tunggal yang antuk kru tunggala lewih.
hebat.
373

133b. 133b.
8. Hancur panah yang satu itu, S. Rem uk ikanm ng hru tunggal,
kembali lagi, nuli tm lih,
raja raksasa itu bersedia-sedia, ngereyang Yaksapati,
dengan sebuah senjata panah api olih sara gen i murub,
berkobar-kobar,
dan setelah dilepaskannya, wus sam pun katiwakang
Raden Mantri, R aden Mantri,
bersiap sedia menghadapinya, yatn aidam apag sampun,
dengan panah Sambuartaka, antuk isu Sambuartaka,
api itu padam. winasa ikanang geni.

9. Diikuti dengan senjata api, 9. Duluran gen i astra,


dilepaskan, katibakin,
kepada rakyat raja raksasa itu, waduane Yakut pati,
melepaskan cakra dan tombak ngalepas cakra m uang lim pung,
pendek,
semua sudah dimantrainya, puput sam i minantran,
berhasil usahanya, labda karya,
I Tan Kobar sudah mati, I Tan K obar wus nyempunu,
I Lendi dan Bore Tiga, I L endi lan B ore Tiga,
mati dalam peperangan. surengrana nandang pati.

10. Demikian juga semua tentaranya 10. Miwah balannyane brasta,


hancur,
sudah dimusnahkan, sam pun keduman,
dipanah satu-satu, panah ne sawiji-wiji,
tak dapat membalasnya lalu mati, tan pangundili wus lampus,
di tengah peperangan, ring madia ning ratiangga,
sangat marah, lintang sengit,
I Panawa membabi buta, I Panawa m angelim pung,
mengamuk di peperangan, manamuk m ating paberatan,
laksana merabas daun candung di luir ngabas candung ring g ir i
hutan.
11. Saat itu semua mengambil panah, 11. N geka pada m entang panah,
patbuta, patbuta,
lalu bertiup angin kencang, rudia m etu angin tarik,
bergulung-gulung lalu melanda, m anglinus raris manempuh,
374

Raja Durgasmala, rin g Prabu Durgasm ala,


tentara raksasa itu, balayaksa,
semuanya habis tertimpa, brasta sarni tlas katem puh,
dihembus dan telah diterbangkan­ kaam pehang wus kumambang,
nya,
dan tiba di negaranya. sambawa tibane sami.
12. Ada yang tiba di rumahnya, 12. Wenten tiba rin g umahnia,
yang lain terkait, sisan engut,
di puncak kayu di hutan, ne m aring tu n gtm gin g giri,
ada yang jatuh di lembah dan ban tiba ring juran g pangkung,
ngarai,
lain lagi ke dalam lautan, waneh m aring samudra,
yang malang, sane lacur,
laksana layang-layang melayang, luir layang-layang tan turun,
ke sana ke mari di udara, lembakAembak ring ambara,
ditiup oleh angin yang kencang. kalinus de angin tarik.
134a. 134a.
13. Tak terhitung banyaknya raksasa 13. T anketungyaksanepejah,
yang mati,
Raja Durgasmala jatuh di rumah­ sang Prabu Durgasm ala runtuh
nya, ring puri,
sangat malu dikalahkan musuh, orang kasor ring i musuh,
segera mengumpulkan rakyatnya, agelis ngum pulang bala,
beribu-ribu, koti-koti,
kentongan sudah dipalu, gendengan tim pak sampun,
sore hari semurnya sudah ber­ sore sandm atuptupm ,
kumpul,
seluruh mereka yang diterbangkan w atek sane tem puh angin.
angin.
14. Segera ingin membalasnya, 14. N datan m ari m apuliha,
baginda raja, sang Prabu,
menaiki gajah, rw nunggpng sim asti,
patih yang masih hidup, watak patih sane karttm ,
menaiki gajah dan kuda, m enunggang gajah kuda,
segera berangkat, gelis mamargt,
meninggalkan Margalangu, kesah m aring M argalangu,
malam hari sampai di peperangan. w ettgi prcgrttt rin g paprangan,
375

terlihatlah oleh Raden Mantri. tangch ida Raden Mantri.


15. Semua balatentara menghadapinya, 15. Waduane sami ngarepang,
di tengah malam, tengah wengi,
peperangan saling pukul, pasiate saling tigtig,
semua tentara kepayahan, prafurite sam i kuru,
siang malam berperang, siang latri pun mayuda,
saling pukul, saling tusuk, saling berang tuwuk katuwuk,
terlalu mengantuk, aripnyane kaliwatan,
berperang sambil tidur. m am ules sam bil m ajurit.

16. Ada yang mengigau bersorak, 16. Lan ada ip it masuriak,


karena terlalu, kahadatan,
berani dalam peperangan, purusa ing ajurit,
dua penalik sudah tidur, ron g panalik nidra sampun,
baru sadar dirinya, wau m enget ring awak,
pemimpinnya, wira mantri,
mempermalu dirinya, ajejengah dew ek ipun,
o kau orang yang hina, uduh nista m angiadi wang,
di dalam peperangan mimpi ter­ pules ring rasa mangipi.
tidur.
17. Hari kesembilan saat gelap 17. Nawami kresnapaksa,
di malam hari, lintang kulen,
bulan baru muncul, wau m ijil sang H yang Sasih,
mengambang menaiki gunung, kum am bang anunggang gunung,
dan menerangi desa, ring d esi kasundaran,
dan telah bersiap-siap, wus makinkin,
saat itu perang dimulai, yudane saduk putuku,
tiba-tiba hari hampir siang, kandungi tatasrahina,
peperangan ramai. rane patem puh ing jurit.

134b. 134b.
18. Tersebutlah raja raksasa itu, 18. K ocapan I D edtya Raja,
dengan diam-diam, m anyingseang,
melepaskan a ji wegig, m anibakang a ji w egig,
yang bernama penaw ut bayu,
kesaktian para buta, kaw isesa rung buta,
sudah meyakininya, ngum andekng.
376

raksasa itu sudah bersumbar, yaksa m asasum bar sampun,


kepada orang-orang Mayura yang in g dusta wang Mayura,
jahat itu,
pasti akan terasa saat ini. tra m asa h on e ja n t

19. Sekarang sudah dilepaskannya, 29. Sam pun m angkinkatiw akang,


panah itu, an gganin gh ru ,
melecut tentara Mayura dikenai- m anglinus m angenanin bala
nya, M ayura katem puh,
di tengah peperangan, rin gm adian in g ranangga ,
semua terkena, sam i tiba ,
tenaganya sebagai dilepaskan, bayun nyane kadi hem bus ,
semua payah tak dapat berkata- lesu sam i tan pangucap ,
kata,
tahulah Raden Mantri. uning sira R aden M antri.

20. Terhadap daya upaya raksasa itu, 20. R in g pangupaya n in g D etia ,


beliau segera, ge lis idaf
kemudian membalasnya, raris m anim palin ,
dengan mantra siam uka penyela­ antuk a ji siam uka astu ,
mat,
dan sudah dilepaskannya, wus sam pun katiwakang,
mengenai, m angenanin ,
tentara raja raksasa itu, w aring wadua Yaksa Prabu ,
semuanya buta dan merayap-rayap, sam i buta tur ngerangkang ,
berjalan meraba ke sana ke mari. lum aku p a ti gradabin.

21. Patih Tulakmingmang bersedia- 2 L Yatna Patih Tulakmingmang,


sedia,
terbang ke atas, m asat m iber ,
beristirahat dalam embun yang m aandel m ega tipis ,
tipis,
bergantung di langit, rin g um bara ia gum antung,
untuk melepaskan pandangan, pasang m ngah pabratan ,
raja raksasa itu, Yaksa Raja,
terlambat lari, kasep d on e p ocon g malayu,
segera kena kesaktian, g e lis tem puh kawisesan,
tak sadar bahwa ia akan dituju. tan wruh pacan g kaungsi.
22. Raja raksasa itu dengan teguh 22. D an u jaR aja magehang,
hati,
377

jalannya, lam pahnyane,


selalu terantuk ke sana ke mari, tan m ari pa ti purugin,
raksasa saling berteriak, danuja pada pagelur,
sebagai padang dirabas, kadi w ijun artrepa,
ada yang jatuh ke dalam w enten runtuh,
lembah dan ngarai, m anyeburin ju ran g pangkung,
mati kepalanya pecah, pejak m astakane bencarf
jatuh di batu saling susun. n iben g watu saling tindih.

135a. 135a.
23. Konon Raden Darmika, 23. K ocap R ahaden Darmika,
beserta kusirnya, miwah srati,
yang bernama Patih Sudarmi, kang ngaran Patih Sudarm i,
Pagag Pageg yang mengapit ba­ Pagag P ageg n gapit Prabu,
ginda,
berada di tempat duduk kereta, rin g saluning siandana,
beserta I Patih, lan I Patih,
turut pula Mangkubumi di sana, M angkubum i sareng ditu,
terlambat beliau pergi, kasepan ida m atinggal,
juga beliau terkena. taler ia kakenanin.

24. Oleh kesaktian raksasa itu, 24. Olih kaw isesa ning buta,
lemah lunglai, m angelesu,
di tempat duduk kereta manik ring saku ning rata manik,
itu,
tak tahu akan kanan kiri, tan wruh m aring lo r k idu l,
terasa badannya tak beijiwa, rasa tan paatm aangga ,
di dadanya, m aring dada,
masih terasa ada denyutan, kaktege marasa kantun,
demikian pula patih dan tentara­ m iwah patih bala diksa,
nya,
laksana rumput ditiup angin kadi trena tem puh angin.
25. Tak tahu apa-apa, 25. N ora weruh ring paran-paran
tetapi, sake wah,
semua raksasa saling tertawa, sanuja sam i pakrikik,
jalannya meraba-raba bercampur, ngabag lam pahnyane maduk,
dengan tentara manusia, m aring b a h manusa,
tak dapat ditandai, tan kacinan.
378

yang mana kawan dan yang mana en cen tim pal encen musuh.
musuh,
tetapi suara aduh raksasa itu, anghing pangaduh in gya k sa,
amat keras dan mengerikan. lintang gora m angresresin .

26. Tiba-tiba seorang manusia, 26. K aget hana w ang sanunggal,


terhindar, kaluputan,
tak terkena daya upaya itu, tan kena upayan b u ti,
orang itu segera lari, nggih p u n ik a gelis m alayu,
sampai di negara, prapta m aring negara,
memberitahukan, mangwakasang,
kepada istri baginda raja, ring garw ane sirang Prabu,
Diah Dewi Udyatmika, ri D iah D ew i Udyatmika,
Diah Smaratejun mendampinginya. D iah Sm aratejun nyanding.

27. Setelah beliau mendengar, 27. Wau ida mamiyarsa,


tiba-tiba jatuh, kantun runtuh,
di tempat duduk manik, te m aring palangka manik,
Diah Dewi Smaratejun, Diah D ew i Sm aratejun ,
segera merangkul kakaknya, gelis nyaup rakan ida,
Jae Cekuh, Jae Cekuh,
dan Ni Tabia tidak diam, lan N i Tabia ndatan kantun,
segera mereka m enyem bur, gisu sam i pada nyem bar,
tangis di istana riuh rendah. ram e tangise rin g puri.

28. ”Ya Tuan Udyatmika, 28. Singgih dew a Udyatmika,


mengapa lupa, nguda lali,
tuan cantik laksana bulan, ratu ayu Iuri ratih,
di mana Tuan saya cari, dija ruruh titiang ratu,
bila Tuan meninggalkan saya, y en iratu ninggal titiang,
pasti, tan wurungan,
saya akan turut mati, titiang nutug lam pus,
beliau menangis tersedu-sedu, dew e nangis makundah,
siapa bersedia menolongnya.” siapa ola s makanti.

Pupuh Ginanti Pupuh Ginanti


1. Di istana tangis riuh rendah, 1 . Tangise rin g pu ri humung,
selalu menghiba-hiba, tan m ari mangasih-asih,
ayah budanya lalu ke luar, ibu a ji nuli m edal,
379

merangkul Raden Dewi, m anyaup R ahaden D ew i,


diperhatikan di balai-balai keemas­ kalingling rin g planka emas,
an,
lama tak sadarkan dirinya. sue nenten ida meling.

2. Tentang kesedihan sang Ayu, 2. Inggih duhkane sang Ayu,


terlalu banyak bila dikarang, dahat akueh y an ginurit,
pengarang terasa kesukaran, kem engan sang kaw i suara,
baginda merebut negara, m angrencanayang pangawi,
laksana dengan gigi melawan besi. sang Prabu ngrebut nagara,
lu ir pahuntu lawan w est

3. Sama-sama teijepit, 3. Sama-sama ipun,


demikian umpamanya, sapunikayan upami,
berperang melawan raksasa, m aperang lawan danuja,
para embannya selalu berteriak- tan m ari pakrak in gln y a,
teriak,
Jae Cekuh mengharap-harap di­ Jae Cekuh nagsih-asih.
kasihi.
4. ’’
Tuan telah lupa masa dahulu, 4. L ali ratu duk ing dangu,
bersama hamba di gunung, iring titiang rin g wanadri,
hormat hamba kepada Tuan, baktin titiang rin g i dewa,
melayani setengah mati, ngalyanin pamati-mati,
pikiran hamba baru gembira, wau jim a manah titiang,
bertemu dengan Diah sang Dewi. kapangguh rin g D iah sang Dewi.

5. Bila sekarang Tuan meninggal, 5. Yaning m angkin ratu,


meninggalkan hamba kesedihan, ninggal titiang kasih-asih,
Diah Dewa Ratu Mas Mirah, D iah D ew a R atu M as Mirah,
cantik tak ada yang menyamai, ayu norana nandingin,
tak ada yang menyamai di dunia tan sama ring jana-loka,
ini,
mengalahkan Dewi Srikandi. ngasorang D ew i Srik an di

136a. 136a.
6. Di sana dicari dan ke mana dikejar, 6. D ija alih dija turuh,
ya Tuan laksana bulan, singgih dew a kadi ratih,
segala ratu dari dunia tiga ini, kancan ratuing ja ga t tiga,
380

bila menjumpai Tuan mas permata, yan mangguh ratu mas manik,
tentu akan lupa terhadap peker­ sinah lupa ring pakaryan,
jaan,
cinta kepada Raden Dewi. kaluput ring Raden Dewi.
7. Sang Hyang Hari pasti bingung, 7. Sang HyangHari jantendingung,
bila mengetahui Tuan Mas Per­ yaning wruh ring Mas Manik,
mata,
beliau akan lari dari surga, minggat ida saking suarga,
hanya Tuanlah yang dituju, tuah iratu ne pinjuji,
turun ke dunia ini, turun mating madiapada,
lupa akan Dewi Sri. lupa mating D ew i Sri.

8. Walaupun dengan pengarang yang 8. Jawat ring kawine putus,


sudah bijaksana,
bila Tuan membelakanginya, yan i dewa mangungkirin,
pasti akan berpaling dan bingung, sinah paling kabungengan,
gelisah oleh Diah Dewi, osah olih Diah Dewi,
kacau pikirannya, kapusangan mating manah,
pergi meninggalkan pengarang. lunga maninggal pangawi.
9. Walaupun sebagai seorang biksu, 9. Yudiapin sang maraga biksu,
sedang beliau membunyikan gen­ sedek ida mangulining,
tanya,
bertemu saat beliau mengucapkan napetang manguncur weda,
wedanya,
bila Tuan merebahkan diri pada­ yen iratu nyulelegin,
nya,
mungkin beliau akan lupa se­ meh lali ida ajahan,
saat,
wedanya hilang dan bunyi genta weda Uang genta sapi.
sepi.
10. Apalagi orang bujang yang ta­ 10. Kaling ke sang truna tau,
hu,
melihat Tuan sebagi bulan, mangguh dewa kadi ratih,
pasti akan gelisah resah, janten uyang makiayangan,
tergila-gila akan Raden Dewi, buduh m ating Raden Dewi,
tak akan mau bekeija apa-apa. tan ana logos rmngudiang.
381

pergi ke sana ke mari birsenang- M ncar-m incar ganjar-ganjir.


senang.”

11. Ya pendek kata, 11. Inggih bawak y en winuwus,


kata-kata di istana, dulam ene m aring puri,
kemudian sang Diah sadarkan bu m eting ida sang Diah,
diri,
tangannya meraba-raba merobek- lungayane p a ti k ebis,
robek,
kata-katanya putus-putus, sabdane mamegat-megat,
memanggil-manggil Raden Mantri. nam bat-nam bat R a den M an tri

136b. 136b.
12. Pelayannya lalu memeluk, 12. Inyan e raris memkul,
”Ya Tuan Raden Dewi, singgih ratu R aden D ew i,
ingatlah akan diri Tuan, elingang ratu elingang,
jangan menyedihkan hati,” ' sam punang du h kiteng ati,
Raden Dewi Udyatmika, R aden D ew i U dyatm ika,
tergesa-gesa sebagai orang bingung. gigisu n sakadi pating.

13. Segera pergi ke tempat tidur, 13. K apaturon dahat iju,


segera melepaskan keris, m atekasan ngunus keris ,
baru ingin menusuk dirinya, wau jaga nyuduk raga ,
setia kepada suami, setia m aring sirang laki,
sedia untuk mati berdua bersama- nyadia m akaronan seda,
sama,
kerisnya terlihat amat tajam. m eneng kadgane mahingid.

14. Dikiranya, 14. K asengguh dalem in g kalbu,


bahwa Raden Mantri telah m e­ w us palatra R aden Mantri,
ninggal,
meninggal di dalam peperangan, ngem asin rin g rananggana,
semua pelayannya cepat menda­ inya m anyagjagin,
tangi,
dan madunya berteriak; m iwah pakrak em enyan ida,
sambil memeluk Raden Dewi. sarw i m ekul R aden Dewi.

15. ’
’Pikiranku sudah bulat untuk 15. Pageh cita nira lam pus,
mati,
382

sudah kenyang saya menderita waneh titiang nandang sakit,


kesakitan,”
kata Dewi sambil mengangkat ling D ew i mayat curiga,
kerisnya,
Dewi Smaratejun merebutnya, Smaratejun mangrebutin,
”0 h kakak sang Udyatmika, duk kaka sang Udyatmika,
mengapa ini yang Tuan kerjakan. moaku iki kaka arih.

16. Apa gunanya mati, 16. Napi ne m atan g lampus,


baginda raja masih hidup, sang Prabu ne nyenengkari,
bila beliau sudah tiada, yening sampun ida telas,
raja sudah wafat, Narpati ngemasin pati,
saya bersedia mengiringkan Tuan, nyadia titiang ngiring dewa,
bersetia kepada suami. nyatianen sirang suami.
17. Kanda Prabu masih pingsan, 17. Kaka Prabu kari kantu,
di balai-balai di atas kereta ma­ ring salu ring rata manik,
nik,
pingsan sebagai perkataan rakyat kantu Iuri ujar caraka,
itu,
sekarang saya bersedia mengiring- titiang nyadia ngiring mangkin,
kannya,
membuktikan kabar itu, nyujatiang ikanang gatra,
ya Mas Mirah Kakak Dewi.” duh mas mirah kaka Dewi.

137a. 137a.
18. Demikian kata-kata sang Arum, 18. Mangkana tangguh sang Arum,
kemudian Udyatmika sadar pelan- ngalesu Udyatmika aris,
pelan,
berkata pelan-pelan, ngandika sabdane banban,
’’
A dikku sediakan sekarang, aringku cawisang mangkin,
biarkan keadaan raja di peperang- heneng Prabu ring payudan,
an,
AM «

dan kereta sudah tersedia. ratane sampun cumawis.

19. Sudah lengkap semuanya sang 19. Wus sregep ida sang Ayu,
Ayu,
beserta madunya dan dukun, kalih menyan lan usadi.
383

dukun bisa yang utama, sandilata ne utam a,


Mini Candrasih yang mengasihi, pasang N in i Candrasih,
serta senjata bawaannya, saha sanjata sandangan,
Jae Cekuh Tabia mengiringkannya Jae Cekuh Tabia ngiring.
20. Segera Raja Putri naik, 20. G elis m unggah N arenda Wadu,
Smaratejun kusirnya, Sm aretejun m anyerati,
menaiki kereta yang hebat, m anunggangin kreta abra,
beserta tiga orang pelayannya, lan panjrow ane katrini,
suatu cemeti mengguntur, m akebiak p ecu t masuara,
suara kereta bergerit. ton g ton g siandana gum rit.
21. Tak diceritakan di perjalanan, 21. Tan ucapan m ating hau,
cepat perjalanan sang Dewi, enggal lam pahe sang D ew i,
di medan peperangan, m aring sem ara dilaga,
segera berkeliling melihat-lihat, gelis k u lilin g m angingetin,
segala ratu diperiksa, kancan rata pisariksa,
tak ada yang sama dengan ba­ nora sama ring Nrapati,
ginda.
22. Sebanyak itu tak ada yang cocok, 22. Saka kuehnya sam i dudu,
pikiran sang Dewi bingung, ibuk citan e sang D ew i,
saat berangkat berkereta, kala lum am pah in g rata,
kudanya terbenam lalu mati, kudane kalem nulia mati,
dalam darah di peperangan, ring rudira ning paperangan,
laksana lautan agaknya. kadi am aw a m akew ehin.
23. Kereta sudah terbenam, 23. Siandane kelem sampun,
lalu Raden Dewi turun, nulia tedun R aden D ew i,
besera madunya semua berjalan, lan m enyan pada mamarga,
Jae Cekuh dan Tabia mengiring­ Jae Cekuh Tabia ngiring,
kannya,
semua bersedia-sedia membawa yatna sam i ngawa langkap,
senjata,
dan tidak ingin akan kata-kata tan m elin g ring ngaran jerih.
yang bernama lari takut.
24. Memasuki darah dan terus ber­ 24. N grobok rah raris lumaku,
jalan,
mayat kuda gajah dan kusir, w angke kuda gajah serati,
baunya amat busuk, ahlen gan darn ya krura,
384

tak ada yang memperhatikan tan harta karep irtg ga din g,

kebersihan,
berkeliling hingga matahari ting­ m ider jan tes tajeg surya,
gi»
kakinya lesu masuk dalam darah. suku lesu n geleb getih .

137b. 137b.

25. Berhenti di bawah sebatang pohon 25. M ararian m aring sorin g tunggul,

meranggas,
suara burung gagak menakutkan w ani ning gagak ngreseng ati,
hati,
bergoak-goak sambil minum darah, ngalup alup m inum erah,
bermain meloncat-loncat, acanda-canda padingkrik,
ada yang lain membeberkan isi lan ngeberang basang-basang,
perut,
merasakan darah makan daging. n yicipin rah nasah daging.
26. Terlihat hebat, 26. Sam baw a ana kandulu,
berkereta manik yang bersinar- masuara kang rata manik,
sinar,
teja ngungkul mengelilingi, teja ngungkul kulilingan,
menutupi baginda raja, n glipu t sira S ri Narpati,
Raden Dewi Udyatmika, R aden D ew i Udyatmika,
tergesa-gesa berjalan. gagisun nuli mamargi.
27. Demikian pula Dewi Smaratejun, 27. Lan D ew i Sm aratejun,
berdiri segera memegang busur, n gadeg ngawa langkap gelis,
mengiringkan kakaknya, m angiring rakan ida,
Jae Cekuh semua bersiap-siap, Jae Cekuh yatna sami,
mengejar peijalanan sang Diah, m engetut lam pah sang Diah,
segera berjalan tak memperhati­ tan pangitung g e lis lumaris.
kan apa-apa.
28. Segera sampai di tempat tujuan, 28. Prapta ring inungsi sampun,
terlihatlah Raden Mantri, katon ida R aden Mantri,
lunglai di atas kendaraan, m anglesu ring siandana,
terlihat sebagai mayat, lu ir lay on wau kaaksi,
giginya putih karena kena panas. waja sentak kapanesan.
385

pandangannya sayu terlihat bagus. liy ep cingak katon asri.


29. Denyutan dadanya masih terasa, 29. K ateteg dadane kanPun,
segera Raden Dewi naik, nulia munggah R aden D ew i,
ke atas kereta mas, ana ring kreta kencana,
obat sandilata yang hebat itu, sandilata tam ba luih,
segera obat itu diberikan, n ik a gelis katibakang,
diminumkan dan diperciki. kapakinum kaketisin.

30. Mereka yang pingsan lalu bangun, 30. Sang kantu raris mawungu,
kemudian duduk, tum uli raris m alinggih ,
ingatannya laksana dalam mimpi, cita luir kadi pangipian,
berkata belas kasihan, m angandika ngasih-asih,
terhadap istrinya yang baru da­ ring garw ane prapta.
tang,
Raden Dewi menjawab. R aden D ew i manyawurin.

138a. 138a.
31. ’’B ila saya tidak datang, 31. Yaning nora titiang rawuh,
menolong Tuanku, m anulungin Sri Narapati,
sengsara dalam peperangan nandang lara rin g payudan,
lihatlah tentara semuanya, b oy a cingak bala sami,
mendapat bahaya di peperangan,” sengkala m aring payudan.
Raden Mantri baru teringat. R aden M antri wawu meling.

32. Menciumnya dan menggelutinya, 32. Ngaras-aras sarw i ngelut,


’’
Teruskan keikhlasan tuan per­ tum us icane M as Manik,
mataku,
menolong di medan perang, m anulung rin g ranasaba,
saya m ohon sekarang ini, ndaw eg titian g nene mangkin,
supaya Tuan bersedia, sapala D ew a asunga,
mengobati tentara yang sakit.” m angantinin bala sakit.

33. Sang Diah tak panjang kata, 33. Sang D iah nora panjang atur,
kemudian I Patih diperciki, lan I Patih kaketisin,
seorang Mangkunegara terkemuka, m ukia ning M angkunegara,
dan kedua hamba laki-laki, lan parekane kakalih,
Pagag Pageg kemudian duduk, Pagag P ageg raris negak,
menggaruk-garuk kepalanya sam­ m asiksikan m angunm ilm il.
bil berkata-kata seorang diri.
386

34. ”Wah sangat berbahagia saya tuan­ 34. Badah bagian titiang ratu ,
ku,
lahir menjadi hamba, da di parekan dum adi,
tak ada pikiran hamba, nora w enetu manah titiang ,
mudah-mudahan tak pernah mati, m adak tusing taken m ati,
ataukah mendapat malapetaka, w iadin manernu sangkala ,
asalkan tidak mati seterusnya.” lam un tusing lantas mati.
35. Raden Dewi kemudian turun, 35. R aden D ew i n u li tedunf
berkeliling sambil mengobati, rnaider sarw i nam banin ,
semua telah tertolong, telas sam i tinulungan,
yang pingsan maupun yang mati, sane kantun m iwah m ati,
tentara dan menteri yang mati, bala m antrine antara,
demikian pula Raja Siliwangi. miwah Prabu Siliw angi.

36. Tentara raksasa tetap masih, 36. Bala Raksasane kantun,


mengaduh semua merangkak, paduw uh m agahang sam i,
konon Patih Tulakmingmang, k oca p Patih Tulakm ingm ang ,
malu melihat dari langit, m erang n geton saking langit ,
junjungannya raja raksasa, gustinyane Yaksa R ajaf
tetap masih belum melihat. kantun tan w enten nyingakin.

138b. 138b.
37. Patih Tulakmingmang lalu turun, 37. Patih Tulakm ingm ang tedun ,
menolong raja raksasa itu, m anulungin Yaksapati,
Raden Mantri kemudian melihat, R aden M antri raris nyingak,
musuh akan menggantikan, satrune ana ngantinin,
kemudian teringat akan janji, u gi elin g rin g ubayat
dengan Dukun dahulu. ngiring Dukuh sane nguni.
38. Dahulu janji sudah pasti, 38. Sangketane pa sti dumun,
bila menjumpai bahaya kematian, y en in g m angguh baya p a tit
agar ia segera dipanggil, m angka done ge lis undang ,
karena itulah maka sekarang, nika kerana nene mangkin,
diam lalu menciptakan, m eneng maksana ngastawa ,
sang Dukuh lalu kelihatan datang. don e D ukuh katon mijil.
387

P u pu t sinurat rin g dina, ra, ka,


warn, bala, pang , ping, 9 m asih,
ka dasa isaka, 1884, rah , i2. Puniki
G eguritan Jae Cekuh, druen kantor.
Pustaka Sastra D enpasar Bali.
K aturunin antuk Id a Bagus D ege
Widia,
R in g G eria Bau, rin g Cem agi, distrik
Mangui, N anging aksara kirang pitelek.

Pupuh Mijil Pupuh Mijil


1. Entah dari mana datangnya, L Saking tanhana,
ia sekarang datang, prapti dane mangkin,
Ki Dukuh kelihatan, dane D ukuh katon,
baginda raja lalu turun dari sang Prabu tedun saking
keretanya, siandanane,
menyapa, kasinuagaten,
orang yang baru datang, sang wau prapti,
beserta para pengiring semuanya, m uang pangiringe sami,
berdatang sembah lalu berkata. m anyem bah raris um atur.

2. Kedatangannya, 2. Lungan nyane,


baginda raja, sang Sri Maha Bupati,
konon segera disambut, ge lis dinam but reko,
oleh I Dukuh, olih I Dukuh,
katanya manis, alus pesu ujare,
”Ya Tuanku Sang Darmika Tuan­ uduh dew a sang D arm ika A ji
ku,
apa yang penting, napi ulat gati,
maka ingin mengharapkan hamba.” kadi tragia ngajap hulun.

3. Percakapan biasa saja, 3. Ujare sedeng,


saling jawab, masilih-silih,
konon baginda raja, k oca p Prabu katong,
raja Mayura, N arpati Mayura,
segera datang, ge lis prapta reko,
beliau, raja tua, m akadi ida sang Prabu Lingsir.
388

menaiki kereta kencana, nunggang rata manik,


beliau datang ke peperangan. kapayudan ida rawuh.

4. Kemudian turun, 4 . Tum edun hana,


dari kereta dengan segera, ring siandana gelis,
sesaat baru terlihat, ika wau katon,
putranda dan para patih, sang anak m atuang lan papatihe,
mendekatinya, ngananpekang,
baginda Raja Tua, ida Prabu Lingsir,
serta bertanya halus, saha tanya aris,
Raja Muda lalu berkata. Prabu A n om raris matur.

139a. 139a.

5. ’’G uru saya, 5. N aben titiang,


ia adalah Dukuh Sakti,” dane Dukuh Sakti,
segera ia menghormat, agelis ngalap kasor,
Baginda Raja Tua, Prabu Wreda,
berkata manis, m anis rum ujare,
’’Selam at Tuan yang baru datang,” duh rahajeng, sira wau prapti,
Ki Dukuh lalu menjawab, dane D ukuh nyawis,
”Ya sudah cukup baginda Raja.” singgih p u pu t D ew a Prabu.

6. Raden Mantri, 6. R aden Mantri,


kemudian berkata kembali, nulia m atur malih,
”Ya Tuanku yang mulia adapun singgih Prabu k aw ot . karena
saya, titiang,
mengundangnya, inggih ngundang dane,
karena amat susah sebagai seka­ den in g dahat, m ew eh kadi m ang -
rang ini, kin,
di dalam peperangan, ring tengah in g jurit,
untuk melawan raja raksasa itu. m anandingin Yaksa ratu.

7. Tambahan pula yang masih hidup, 7. M olih titiang n e kari maurip,


itulah yang dibicarakan, nika ratu baw os,
dan juga seluruh, tur tum uli,
tentara dan para menteri, som i bala mantrine,
darma peperangan, darm a n in gyu da,
yang Tuanku pikirkan, ratu ne baosin,
melawan raja raksasa itu, nem puh Taksapati,
389

masih ia kesakitan.” nandang lara ipun kantun .

8. ’’Sangat kasihan, 8. D ahat kangen,


hamba melihatnya, titiang m angantenin,
musuh yang kalah itu, rin g I musuh kasor,
laksana babi, kadi baw i,
jalannya merangkak,” m agahang lam pahe,
Raja Tua, Prabu Lingsir,
beliau segera menjawabnya, gelis ida m anyaw is,
”Ya Tuan yang bagus, singgih sanga p ek ik i,
apa sebab kasihan pada musuh karana kangen ring i musuh.
itu.”

9. Raden Mantri, 9. R aden Mantri,


lalu menangis, raris managis,
’’Bukanlah pikiran hamba, nora manah ingong,
untuk membunulinya, mamejahi,
segala raksasa itu, w atek danujane,
sudah buta, sarnpun buta,
menderita kebutaan lagi, nandang buta somi,
sebagai tanda mereka tidak berani, tanda nora som i wani,
galak kepada hamba.” magalak m aring inghulun .

10. RajaMayura, 10. Prabu Mayura,


berkata halus, m awacana haris,
”Ah tuan sang Anom, duh dew a sang Anom ,
sebenarnyalah raksasa, y ogia yaksa,
menderita kematian, ngem asin patine,
disebabkan, kaharap ing,
raksasa itu semua jahat, danawa sam i wegig,
tak ada sama sekali, nora hana malih,
sifatnya yang besar. gam an ipun sane patu t .

139b. 139b.

11. Di mana Tuan, 11. D icen dew a,


maka Tuan masih kasihan, karana kari asih,
kepada orang yang berbuat jahat, m aring w an gala k aon ,
tidak sebagai manusia lainnya, tatan fanm a sasanane,
’’R aden menj awab,” R aden manyaurin.
390

Hamba mohon diri, titiang telas m apam it,

m angandika sarwa sendu .

Kembali berkata, 12. N im bal wecana,


Ki Dukuh Sakti, dane D ukuh Sakti,
”Ya Tuanku Raja, duh dew a sang K atong,
memang benar perkataan Tuanku y ogia Prabu L ingsir ujare,
Tua,
setiap orang, kancaning wang,
patut dibunuh, y o g ia wenang patenin ,
akibat dari perbuatan jahatnya, corahe tuan em asin,
mencuri istri baginda raja.” m andunggarum sira Prabu.

’’
B enai Tuan, 13. Wenang dewa.
kejahatan dibunuh, corahe patenin ,
berani terhadap sang Anom, langgia ring sang A n om ,
hal itu dipertimbangkan, nika tim bang ,
dalam hati Tuan, ring je r o kaptine,
jangan salah, hayua salah,
menyayangi musuh yang jahat, asih satru wegig,
pasti akan benci, m am urkane p a sti,
tak lepas dari Tuanku. tan m inta luput ring Prabu.

Pikiran-pikiran, 14. Tim bang-tim bang,


yang Tuan ingin kasihi, dew ane kekasih,
timbang dalam perasaan, m ating angen baos,
baik buruknya, ala ayun,
musuh atau sahabat, m usuh m uang kantine ,
yang perlu, ane nyandang,
dihidupkan atau dibunuh, urip m uang patanin ,
ya Tuanku, singgih Sri N rapati,
jangan tuan salah yang dituju.” ayun dew a salah tuju.

Beliau diam, 15. E m en g sira.


baginda raja, S ri N rapati Aji,
kemudian duduk, nulia m anyulem poh.
memeluk kaki, m am ekuljeng.
Ki Dukuh, dane K i dukuhe.
’’
T entang darma, kadarmane,
391

dalam peperangan Bapak, bapa rin g ajurit,


ceritakan kembali,” ndikayang ju a malih,
Ki Dukuh tertawa. don e D ukuh sarw i gu yu .
16. ’ ’
Jangan Tuan, 16. A y u a ta sira ,
salah mengartikan, salah rin g pangarti,
dengailah kata-kata ini, rengum ning b eb aos ,
laksana sebutir telur, angga ning antiga,
sebagai contoh, y u k ti upamine,
rupanya putih, rupane petak ,
hanya itu pada kulitnya, wantah y a rin g ku lit ,
jauh di dalam, ring jeroan sawat,
tentu ada warnanya. sinah w enten wam an ipun.

140a. 140a.
17. Di dalam kulit, 17. Jeron in g ku lit ,
terdapat dua warna, w enten warna kaliht
putih dan kuning di dalamnya, putih kuning rin g je r o ,
ia akan tumbuh, ia manados,
putih kuningnya, putih kuningnya ,
dari telur itu, ikang tuluh ,
itu yang bernama inti, ne mangaran sari„
dan kulitnya hanya, kang sarira inggih,
menjadi badan saja. enados angga kadulu.

18. Putih telur itu, 18. Putih taluh,


tak masih ada, inggih tatan kari,
hilang tak kelihatan, m atinggal tan k aton ,
menjadi rupa seekor anak ayam, nados n gelipu t rupan pitike,
karena ia, karana ipun ,
ia tahu seluruhnya, uning ia lum aris,
ya jika diumpamakan, inggih yan upam i,
demikian baginda raja. sapunika D ew a Prabu.
19. Jangan ragu-ragu, 19. A ja samar,
terhadap segala yang hidup, ring w atek dum adi,
jangan salah berkata-kata, hayua salah baos,
menjadi manusia, andadi wang,
yang paling baik, pilih utamane,
392

karena kebingungan, k eram bingung ,


manusia yang ada di dunia, nara ne d i b u m it
yang baik adalah di luarnya, n e nulia ring sisi,
meliputi kotorannya. m angeliput ring w ecin ipun.

20. Sudah terang, 20. Sam pun galang ,


siang hari yang menyembunyikan­ lem ahe ngilidin ,
nya,
yang menyebabkan terlena, ngaw inang kapin gon ,
karena diliputi oleh terang, k elipu t galang ,
yang menyebabkan ia bingung, dadi ia bin gun ge ,
itulah sebabnya Tuan, m akeram ratu ,
sering salah menuju, serin g iw ang p in u ji,
kejahatan disayangi, cetahe sayangin,
pelaksanaan darma sudah bingung.” laksam n darm ane bingung.
21. ’’Percayalah,” 21. Iapitu h u n,
kata Baginda Raja Tua, ujare Prabu L ingsir ,
”Ya Tuan sang Anom, duh dew a sang Anom ,
telah lama menderita, sue m n dan g ,
kesengsaraan raksasa itu, sangsara danujane ,
kesalahannya, ikang salah ,
benar harus dibunuh, w em n g wus patenin ,
jangan disakiti, tan km sakitin ,
demikianlah perbuatan seorang nuftun laksana sang sadu.
sadu.

22. Bila tidak dibunuh, 22. Yan tan paten in ,


si raksasa itu, ipun I R aksasi,
tak henti-hentinya mengacau, run pu tu sin g aw orf
bersedia-sedialah Tuan, jaga dew a ,
memeranginya, m atem uang furite,
cepatlah, lah den enggal,
bunuh musuh Tuan, saterune pejahin,
panah Pasupati, sara Pasupati,
yang dipergunakan membunuhnya. anggen ngalap jiw an ipun.

140b. 140b.
23. Agar jangan, 25. M an gdatan ,
baginda raja tercela, rinedu *SWN repati,
393

tidak disebut buruk, tan kaucap kaon.


karena perbuatannya, ia tingkahe,
membunuh-bunuh sekarang ini, pam ati-m ati m angkef
setelah dibunuh, w us pinafahan.
dengan Pasupati, den in g Pasupati,
raja raksasa itu, I R aksasa p a ti,
dan semua tentaranya. kabeh masih balan ipun .

Bila sudah mati, 24. R isam pu n e,


ke laut utara, angem asin pa ti,
dibuang, m ahng sagara lo r t
sekarang raksasa itu, binuangaken ,
tiup dengan angin kencang, m angke danujane.
agar tidak masih, tem puh antuk,
menyusahkan baginda raja.” angin sane tarik,
m angda n or kari,
m akepet in g sira Prabu .

Demikian perkataan, 25. Nahan tanggung ,


Dukuh Sakti, dane Dukuh Sakti,
dan ayah sang Anom, muah yayah sang Anom ,
amat gembira atas perkataan itu, tan m ari ing.
maka marahlah sang Bagus men­ ngaja egar ujare,
dengarnya,
laksana Kalageni, da di keroda,
menelan dunia hebat menggulung- sang B agus miarsi,
gulung.
kadi Kalageni,
nadah ja ga t durga ngelinus.

Pupuh Durma Pupuh Durma


1. Panah yang utama, L Sarotam a,
panah Pasupatipasa, Pasupatipasa A stra ,
disempurnakan dengan mantra, m antera ri n egep malih,
segera mengheningkan cipta, sem adi saksana,
sang Rajaputra, sira sang Nrespasuta,
ujung panah itu tajam, tungtunging isa m alengid,
berbadan api, nala sarira.
rupanya seperti Kala mengerikan. K ala rupa ngeres-resin.
394

2. Dilepaskan, 2. Katibakang,
oleh beliau Sri Darmika, olih ida Sri Darmika,
panah yang hebat itu selanjutnya, sara surustra ngeraris,
datang menegang, m angasut datenga,
mengenai raksasa yang berham­ m anuw uk laksana nyerambah,
buran, m angelipung m any ere t g e t ih,
asik minum darah, ngam uk danuja,
mengamuk sang raksasa, aw or telen g in g ajurit.
kacau di tengah peperangan itu.
3. Habis terbunuh semua raksasa itu, 3. B arasta pejah bale danuja sinam ian ,

dengan segera Tulakmingmang, Tulakm ingm ang nuliagelis,


beserta raja raksasa itu, m uang D anujaraja,
di samping lima patihnya, len papatihe panca,
melihat kepandaian musuhnya, katon wisesan in g ari,
amat hebat, dahating kerura,
galak dengan membunuh semua- . galak ngamah-amah sami.
nya.

141a. 141a.
4. Mencari kesempatan untuk lari, 4. N gungsi melayu,
untuk menuju ke negaranya, m anyudi tekeng nagara,
banyaknya tujuh orang raksasa, pitu n g danuja sami,
mengharapkan dirinya, nyadiayang awak nia ,
agar hidup tetap, m angdannya mahuripe,
ingin dahulu mendahului, pahayune saling langkungin ,
setelah tertolong, wus katulungan,
maka itu semua matanya melihat karanane m engedat sami.
kembali.
5. Beliau Ki Dukuh, 5. D en e Dukuh,
lalu berkata kepada baginda raja, raris m atur ring sang Nata,
’’Lanjutkan baginda raja, durus dew a Narapati,
lepaskan panah itu,” isune tibakang,
baginda raja bersedia-sedia, yatn a sira sang Nata,
segera melepaskan Pasupati, ngalepas Pasupati gelis,
setelah berhasil baik, w us labda karya,
semua terkena panah. kaedum an panah sami.
395

6. Memakai sarana, 6. Sadana,


panah yang utama, kunang panah ne utama,
tujuh lapis raksasa, pitu katub kang Yaksi,
sekali mati, pejah sapisan,
oleh panah tersebut, tum ulia kunang panah,
kembali I Dukuh memperingatkan, I D ukuh m akeling malih,
sudah mati, sam pun peralaya,
angin yang dipakai melawannya. angin anggen m anibakin .

7. Mementangkan panah, 7. M entang panah ,


tiba-tiba datang angin, predbu ta m etu panana ,
bertiup tak terkira-kira, m anglinus tan patanding,
segera dilepaskannya, aglis katibakang,
kepada musuh yang telah mati, m aring satrune w us pejah ,
mayat-mayat semua laksana di­ luir kduk w angkene sami,
keruk,
habis diterbangkan, tlas kahabalang,
jatuh dalam laut. runtuh m aring udadi.

8. Amat gembira, 8. D ahat in g suka,


ikan dalam lautan, iwaknia rin g sam udra,
makan semua mayat itu, anadah wangke sam i,
bertumpuk-tumpuk raksasa, kum pul pada yaksa,
semua gemuk karena kekenyangan, w ibuh kabeh kawarwgan,
bergembira ke sana ke mari, m acanda pun wara-wiri,
semua berkeliaran, sam i m angum bang,
mencari merebut daging. ngara m angrebutin daging.

9. Sudah habis, 9. Sam pun brasta,


musuh baginda raja, m usuh ira M aharaja,
bertumpuk dalam laut, kum pul m aring ubadi,
beserta rajanya, teka ning ratu nia,
seisi negeri gembira, tupalakane jim a,
menyembah kepada baginda raja, sum uyung rin g S ri N arapati,
dalam medan perang, na rin g pabratan ,
para tentara semua menghadap. bala dika pada n an gk il

141b. 141b.
10. Mangkubumi, 10. M angkubum i,
396

dan Patih Mangkunegara, lan Patih M angkunegara,


beserta Raja SUiwangi, lawan Prabu Siliw an gi,
serta Patih Sudarmi, lan Patih Sudarm i, ika,
Pagag Pageg tak terpisah, Pagag P ageg tan pasah,
tak jauh dari baginda Raja Tua, tan adoh sang Prabu Lingsir,
semuanya diam, sam i ararian,
di bawah pohon tenggara. ring sor tenggara kari.
11. Caranya duduk, 11. Tata lungguh,
semuanya dekat dengan baginda sam i nyeba rin g sang N ata,
Raja
penuh sesak tentara semuanya, abek waduane sam if
di padang peperangan, ri tegai peperangan,
dan telah menang, sesam pune w us ja y a ,
bersama Dukuh Sakti, sareng dane D ukuh Sakti,
istrinya datang, garw ane prapta,
mereka berdua laksana bulan. sang kare k adi Ratih.
12. Jae Cekuh, 12. Jae Cekuh,
dan Luh Tabia yang mengiring- lan Luh Tabia ne ngiringang,
kamiya,
membawa tirta usaha, nam pa tirta usadi,
sang Diah keduanya, sang D iah makarenan,
bersama-sama menyembah, prasam a pada nyem bah,
pada kaki suaminya, ana rin g je n g sira suami,
sambil mendekat, sarw i nesekang,
dan diam di sebelah kiri. nyundang lungguh ring kiri.

13. Bertanya, 13. Matdkuan,


istrinya dengan lemah lembut, arum m anis garw a nira,
’’Siapa biksu yang datang ini,” siapa sang B iksu prapta,
sang Bagus menjawab, sang B agus manangkil,
”In i adalah guru saya, punika rtabe nin g wang,
yang amat terkenal beliau adalah kastawa K i D ukuh Sakti,
Ki Dukuh Sakti,
namanya di dunia ini, nam ane ring rat,
menolong saya dahulu.” su eca rin g ingsun n e n gu n i
14. Ke depan, 14. M angfirepang,
kedua putri itu berkata dan me­ p u tri kalih m atur nembah,
nyembah.
397

”Ya Bapak baiu datang, singgih bapa w us prapti,


lebih dahulu dengan anaknda, rihinan rin g ranah,
telah mati menolong baginda raja, ica nulung sang N ata,
sangat menderita, dahat nandang kaprihatin,
di peperangan,” m ating payudan,
Ki Dukuh berkata membenarkan. K i D ukuh m atur singgih.

15. Berganti-ganti, 15. M asilih-silih,


berkata saling merendah, ngalap kasor pawecana,
suka duka masa yang lalu, suka duka nguni,
serta diceritakannya, sarw i katatuayang ,
memasuki hutan, m uang nyusupin kanana,
yang lain kemudian Nini Candrasih len sueca N ini Candrasih,
saat di hutan dihadapi oleh jin. saduk ring alas,
kakem barin olih jim .

142a. 142a.

16. Baik buruknya, 16. Singgih bawah,


bila dikatakan percakapan itu, yan inucap kattang ujar,
tak henti-hentinya saling jawab, tan w us asili-silih,
di tengah peperangan, ri m adia n in g rana,
setelah pekerjaan berhasil, ri sam pun labda karya,
bersabda Raja Tua, m aw ecana Prabu Lingsir,
’’
M arilah pulang, n giring ke budal,
semua ke negara.” tekeng nagara sami.

17. ”Parnan Dukuh, 17. B apa D ukih ,


saya mohon untuk datang, wekas iring titiang budal,
di negara Mayura, m aring M ayura puri,
kedua baginda raja, p in g kalih idewa,
Raja Siliwangi, sang N ata Siliwangi,
serta semua bahudanda, m iwah Bahudanda sami,
saya antar, iringang titiang,
mampir j uga sekarang ini. sim pang ju a sane mangkin.

18. Sangat menggembirakan, 18. L intang suka,


terima kasih kepada Tuan, panrim a ning cita m n g wang,
terhadap, kerelaan Tuan semuanya rin g icon iddwa sami,
sudi menolong saya, su d i nulung titiang,
serta berhasil dalam peperangan, tebar m olih rin g rana,
398

musuh semua mati, m usuhe ngem asin m ati,


sepala Tuan sudi, sapala sueca,
mari mampir ke istana. ngiring sim pang ne ka puri,
19. Akan tetapi Tuan, 19. N angingdew a,
tak ada hasil apa-apa, tan ana laba punapa,
hanya untuk mengetahui, sakew ala ju a uning,
negara saya, rin g nagaran titiang,
di negara Mayura, m aring M ayura desa,
kurang lebih selama, sawatara maka lami,
tiga empat lima, tiga pa t lim a,
enam tujuh hari.” nem pitu n g dina singgih.
20. Demikian, 20. Sampunika,
baginda Raja Tua memohon, Prabu L ingsir m apiwelas,
I Dukuh sudah bersedia, I D ukuh telas m angiring,
demikian juga tamu raja lainnya, lan sang tam ui N ata,
semua membenarkan, para y ogia inam atutang ,
semua berdiri menuruti, sam i n gadeg m am ingsinggih,
kemudian beijalan, raris mamarga,
laksana aliran pasir dari gunung. lu ir em bah ing pasir wukir.

Pupuh Adri Pupuh Adri


1. Para hamba sahaya riuh rendah, 1. G eger um ungw aduane,
demikian pula semua kendaraan­ m iwah para tunggangane,
nya.
gajah dan kereta sudah sedia, gajah rata wus m anyaw is,
demikian pula sangka bersuara lan sangka masuara um ung,
ribut,
dan juga genderang, m uang bubar m redangganipun,
mereka yang menaiki kuda, para ju ru nunggang kuda,
yang menaiki gajah adalah para nunggang gajah w atek ratu,
ratu,
b eijq er kanan kiri jalan, a jejer n gapit rin g m arga ,
mamas dan bedil mengapit jalan. mam as b ed il n gapit jalan .

142b. 142h.
2. Para ratu bersiap-siap, 2. Sam i yatn a w atek para ratu,
demikian pula pengiringnya, kalih pangiringe,
399

untuk pulang ke istana, pacan g rnantuk m ating pu ri,


konon baginda raja, kocapan ida sang Prabu ,
berdua duduk di atas kereta, akran rin g rata malungguh,
di dalam kereta yang gemerlapan, ana rin g rata dum ulah,

Baginda Raja Tua bersama Ki S ri Wreda sareng K i Dukuh,


Dukuh,
Raja Muda bersama kedua istri­ Prabu A n om kalih garw a,
nya,
berada di kereta emas. ana rin g rata kancana.

3. Kusirnya Patih Sudarmi, 3. K ang serati Patih Sudarmi,


beserta Pagag Pageg, kalih sira Pagag Pageg,
turut di kaki kusir, tum ut m ating n gg on in g kusir,
Luh Tabia dan Jae Cekuh, Luh Tabia lan Jae Cekuh,
selalu menjaga sang Ayu, tan sah m angem ban sang Ayu,
semuanya dalam satu kereta, sam i atunggalan rata,
kelihatan seperti gunung menyala, katon kadi gu n u n g murub,
kelihatan sangat gemerlapan, dahat dum ilah katingal,
sorak-sorai tentara dalam pepe­ basuara sena ning rana.
rangan.
4. Yang berada di belakang raja, 4. Sane ngungkurin anake agung,
konon kereta, siandana rokwane,
hanya Raja Siliwangi, wantah Prabu Siliwangi,
di sanalah beliau duduk, irika ida malunguh,
banyak ratu yang turut, akueh sareng para ratu,
demikian pula Patih m uang Patih M angkunegara,
Mangkunegara,
serta duduk Mangkubumi, lan M angkubum i m alungguh,
sebagai kusir di depan, da di serati rin g arepan,
gemerlapan kereta itu. abra m urub kanang rata.

5. Banyak kereta mengiring di be­ 5. Katah ratane ngiring d i


lakangnya, pungkur,
para bupati, w atek Bupatine,
tak terhitung banyaknya, tan w inilang sami,
beijalan bersama-sama, lew ih sagrehan raris lumdku,
di jalan riuh rendah, ge ge r kum ung m ating enu.
400

laksana gunung pasir mengalir, saksat gu n u n g bias nem bah ,


berkobar-kobar menyala, dum ilah murub,
suara kendaraan sangat ramal, rane suara n in g tunggangan ,
bercampur dengan bunyi kendang. sw or w uni ning m redangga .

143a. 143a.
6. Di jalan pejalanan pelan-pelan, 6. D abdab lam pah hana ring enu,
banyak pelajaran, akueh ginestine,
Ki Dukuh kepada baginda raja, dane D ukuh rin g N arapati,
asal yang kelihatan atau dide­ asing katon m uang karungu ,
ngar,
sepanjang jalan memberi nasihat, sapanfang marga m atuturf
”Ya Tuanku Maharaja, singgih dew a maharaja,
jangan Tuan bermain-main, ayun sira agal-agal,
menjaga raga dan diri, n gam on g b u di miwah raga ,
dijunjung di Mayura. kasungsung na rin g Mayura,

7. Tak ubahnya sebagai burung malam, 7. Tan bina soalah paksi capeluk,
suaranya manis, arum w ecanane ,
dagingnya tak enak semuanya, dagingnya puak maka sam it
tak ada yang perlu ditiru, tan harm sandang tiniru,
mencari makan malam hari, ngalih pangan dalu-dalu,
itu yang bernama pikiran gelap, iku ngaran d ed et manah,
sebagai gerak, bandingan upam in ipun,
burung merak, kadi solah i M ayura ,
wajahnya bagus dan geraknya g o b a bagus solah dabdab.
pelan.
8. Ditambah lagi suara halus ma­ 8. M am eweh suara m redu arum,
nis,
baru matahari terbit, wau endag suryane ,
sayapnya indah berkilauan, m angredep kam pide asri,
itu yang perlu Tuan tiru, nika dew a nyandang tiru ,
sebagai tingkah untuk menjadi sareng tingkah n gadeg ratu ,
raja,
dari pagi dihadap, saking en jin g katangkila,
selalu membuat kegembiraan, ndatan obah nggaw e lulut,
memegang wibawa dan kata-kata ngadu bawa sabda tinghal,
jelas,
401

itu bernama solah wahya. solah w ahya iku ngaran.


9. Tepat sekali menirukan suara bu­ 9. L intang patu t m unin puyuh tiru,
rung puyuh,
demikian umpamanya, inggih upam ine,
siapa memimpin akan dihormati, asing arep jaga bakti,
terhadap Tuhan Yang Mahaesa, ring ida sang H yang Sinuhun,
yang harus dijunjung, sane nyandang tanpa suhun,
tidak ragu-ragu, nora o sik nora ginggang,
m endpta setiap gerak, m angantawa slam pah laku,
jalan akan harum semerbak, m erik arum ikanang lam pah,
hal itu bernama penyatuan batin. kapti diatm ika to ngaran.
10. Bila burung murai suaranya b a - ^ Yan b ecica m unyine lintang liu ,
nyak,
banyak kesalahannya, akueh cinedane,
karena berbunyi banyak, antuk n gu ci pun m am unyi,
tentu akan banyak yang salah sinah katah salah tem puh,
dilakukan,
itu yang menjadikan pikiran salah, nika d a di salah ibu k ,
sebagai perbuatan burung jalak, tan bina solah i jalak,
bunyinya kasar perbuatannya ga­ m unyi kasar solah irnul,
nas,
menyebabkan jauh teman-teman­ m angw angunang d oh sasarga,
nya,
menyebabkan benci orang yang nggaw e getin g sang mamiarsa.
mendengarkannya.
11. Itu yang perlu diyakini, 11. Sapunika nyandang pituhu,
percayalah kepada saya, pituhu titiange,
Tuanku semuanya, dew a Prabu maka sami,
selama Tuan menjadi raja, salam ina m adeg agung,
jangan lupa sebagai raja, ayua lupa da di agung,
ya Tuanku Raja ketiganya, singgih dew a sang katiga,
Raja Mayura pertama-tama, Prabu M ayura rumuhun,
Tuanku Tua kedua, Prabu L ingsir kaping rua,
Raja Siliwangi ketiga. Siliw angi kaping tiga.
12. Karena Tuan semua sudah 12. D uaning dew a sam i sam pun
dinobatkan, mungguh,
402

di dunia ini, rin g jagat tigane,


diangkat menjaga dunia ini, kacatri m angem pu bumi,
sifat siput perlu ditiru, solah kakui nyandang tiru,
walaupun ia bertempat dalam pun magenah m aring endut,
lumpur,
itu adalah gambaran pada diri, nika pasem en rin g raga,
karena senang di dalam air, den in g rena m aring hanyu,
kalau dijunjung amat gembira, tegen e lila legawa,
tempatnya di sawah. rin g sawah ipun m agenah .

13. Ia selalu menjaga kebenaran, 13. Sastata ipun nyungkem inpatut,


berada di tempat luas, n ggon e d i linggahe,
tak pernah bingung dan tidak nora ibuk n oraga n jih ,
mudah lepas,
tak pernah terasa kesukaran bila nora kew eh yadian ejuk,
tangkap,
walaupun ia akan mati, diapin ipun pacan g lampus,
tak ia sukarkan, tuara ipun mangwehang,

karena sudah terlalu gembira, antuk renane kalalu,


dan terlalu sejuk, duaning tise kalintang,
ia tak pernah jalang. nora ipun nahan rengas.

144a. 144a.

14. Selalu diam karena memang suka 14. J e g m eneng saking renane
bepergian, manganggur,
di tengah sawah, rin g tengah carike,
tiba-tiba orang datang marah- kaget nara teka sengit,
marah,
makan daging siput itu, manadah ulam i kakui,
ia tidak galak dan tidak bi­ nora galak nora ibuk,
ngung,
tak pernah sukar yang meng­ nora sengka sang manuatang,
hendaki,
karena ia tak lari, dw aning ipun tan pam layu,
sebagai tanda gembira dalam ba­ tanda rena m aring awak,
dan sendiri,
selalu menyerahkan hidup. nyerahang jiw a ne satata.
403

15. Karena tetap ia bertempat di sana, 15. D uaning langgeng ipun


m an on gos ditu,
menjaga padi, m angem it parine,
berada di sawah siang malam, h am ring sawah siang latri,
karena itu ia semua menunduk­ kranan ipun sam i nguntul,
kan kepala,
padi itu penuh berisi, parine m aisi penuh ,
bila kosong ia berdiri tegak, kancan pu yu n g ipun sunggar,
tak ada gunanya, nora hana gunan ipun,
semua mementingkan isinya.” sam i m am uatang dagingnya.
16. Sangat gembira ketiga raja itu 16. L edang sang Prabu tiga
mendengar, ngarungu,
nasihat I Dukuh, tutur ID u k u h e,
selama dalam peijalanan, sapanjang-panjang in g margi,
”Ya paman Dukuh, singgih-singgih Bapa Dukuh,
saya bersedia melaksanakan,” titiang nyadia wantah nyuwun,
konon sekarang sudah sampai, k ocap m angkinsam punprapta,
sudah berada dalam negara, hana ring nagara sampun,
di Mayura, irika naring Mayura,
semua ratu semua turun. watak ratu tedun samian.
17. Semua masuk ke dalam istana 17. M angranjing sam i n a rin g je r o
agung, agung,
demikian pula seluruh menteri, m iwah w atek m antri sami,
dan sudah sore hari, sore kang diw asa sampun.
matahari sudah terbenam, Sang H yang Surya nulia surup,
para raja sudah berderet-deret, para ratu wus m ajajar,
duduk di empat balai-balai, m alinggih ring palengka catur,
cemerlang di penghadapan, dum ilah rin g panangkilah,
ditambah lagi lampu remang- m aw ew eh alep ing damar.
remang.

144b. 144b.
18. Alangkah gembiranya di malam 18. Tan m ari jim a n e kale ning
hari, dalu,
para raja, w atek bupatine,
berteduh sambil berunding, atayub sam bil agosti,
yang lain ada yang bernyanyi, ada len angidung-ngidung.
404

dan selalu bemasihat, ton sah sarw i m apitutur,


kehebatan di peperangan, kam ulyane rin g payudan,
sambil menonton tarian gambuh, sam bilang m anonton gam buh,
makanan semua enak-enak, rayunan sam i utam a,
di dalam istana itu. irika ring dalem rajya.

19. Konon malam sudah berlalu, 19. K ocap w engine sam pun kaldu,
para raja, w atek bupatin e ,
kemudian pulang mohon diri, nulia budal telas mapam it,
ke istananya masing-masing, suang-suang ngungsi kuwu,
baginda raja lalu ke istana, sang Prabu nulia ngadaton,
beserta tamunya, m iwah tam ui M aharaja,
Raja Siliwangi dan I Dukuh, Siliw angi lan I Dukuh,
telah tidur dalam istana, w us m anidra ring je r o pura,
dan tersebutlah keesokan paginya. benjang sem ang kawuwusab.'

20. Setelah pukul delapan baginda 20, D a w u h k a lih m ijil sang Prabu,
raja ke luar,
di penghadapan penuh sesak, b eb et pasebane,
beserta bahudanda semuanya, miwah Bahudanda sami,
Bagawanta dan Wiku, Bagawanta para Wiku,
semua duduk dengan teratur, atap sam ia tata lungguh.
Raja Tuan Biksu, Prabu L ingsir mawecana,
apa yang harus anaknda keijakan, singgih-singgih B atu Biksu,
karena baru menang dalam pe­ kapatutan sira nanakduaning,
perangan. w us ja y a m aring perang.

21. Danghyang dan Bagawanta cepat 21. D anghyang B agaw anta g e lis
menjawab, mawuwus,
’’
Sebenarnya adakan upacara pe­ protista patute,
nyucian,
karena baru datang dari berperang, duaning rawuh rin g ajurit,
sebagai upacara ratu,” upakaran tata ratu.

Raja Muda cepat berkata, Prabu A n om g e lis mawuwus,


’’
U ndanglah ayah bunda hamba, undang ibu ajin titiang,
dari pihak laki-laki dan perem­ saking lanang saking wadu.
puan,
405

ke negara Lesanpura, ka nagara Lesanpura,


dan ke Puspasari. lan Puspasari punika.

145a. 145a.
22. Semua pendeta berkata, 22. Para y o g in e sam i mahatur,
konon membenarkannya, m am atutang reke,
baginda raja Tua menjawab, nam pi w ales Prabu Lingsir,
’’
B esok ayah akan pergi, ne ben jan g bapa lum aku,
Mangkubumi ke Puspasari, M angkubum i Puspasantun,
ayah ke Lesanpura, k e Lesanpura tuah bapa,
Mangkunegara yang diutus, M angkunegara kautus,
ayah segera akan mengundang age bapa ngundang ida,
beliau,
agar beliau mengetahuinya.” lam akene sira wruha.

Pupuh Magatruh Pupuh Magatruh


1. Diceritakan matahari telah con­ 1. K awuw usan diwangkara lingsir
dong ke barat, sampun,
rapat telah selesai, panangkilan bubar sam if
raja lalu ke istana, sang Prabu rod s n gadaton ,
disebutkan hari sudah malam, ton ucapan ring w en gi,
menjelang pagi. rahina ben jan g m angentos.
2. Kedua patih telah berangkat, 2. K ocapan Papatihe kalih lum aku ,
banyak para menteri mengikuti, akueh bala m antri mangiring,
beliau telah meninggalkan negara sah saking M ayura sampun,
Mayura,
selanjutnya peijalanan ke negara m anyujur ka Lesanpura,
Lesanpura,
serta menuju ke negara Puspa­ lan ke Puspasari m angojog.
sari.
3. Kedua utusan tidak diceritakan 3. T an w uwusan lam pahnyane
perjalanannya, kautus,
yaitu Mahapatih Mangkubumi dan dane Patih M angkubum i,
Patih Mengkunegara,
M angkunegara tan kantun,
diceritakan raja dalam istana, k oca p Prabu rin g puri,
bercakap-cakap dengan I Dukuh. sareng I D ukuh m abawos.
406

4. Raja sangat senang melihat, 4. L intang jim a ida sang Prabu


sedang duduk di kursi permata, andulu,
Dukuh berkata sangat sopan, m alinggih ring plangka m anik ,
”Ya paduka raja bertiga, dane D ukuh ngandika rum ,
hamba sangat senang tidak ter- d uh dew a Prabu katrini,
hingga. girang ren ayan tan bawos.
5. Sebagai manusia hidup jangan 5. Wang urip sadinane hayua
lupa, katungkul,
selalu didampingi oleh suka duka, asewa lara lan tangis ,
selama dalam perjalanan jangan malampah laku aja pandung ,
curang,
jangan berjiwa mengatasi dan b u d i agal bu di d em it ,
bertingkah laku hina,
karena itu pasti kita terima purw ane tan y a lan sakit anggon.
pahalanya.

145b. 145b.
6. Kita tidak dapat menguasai sang 6. N ora kena gin am bel kang wus
Hyang Widhi, kasuhun,
maka itu kita dilimpahi suka duka, martna n ing ala lan b ecik ,
benar dan salah, sane patu t lawan lu pu t ,
yang diterima dan dipilih, sane tam pi m w ang panilih,
supaya tuanku mengetahui da­ purw ane wruha saking ngke .
tangnya tiada lain dari diri sendiri.
7. Supaya sungguh-sungguh menjadi 7. M ula pa sti duh dew a nama ning
raja yang dimuliakan, Prabu ,
ialah kebijaksanaan yang tidak ter- m iwah asya pandita ningf
hingga,
mereka para pendeta yang Tuanku wiku-wiku kang kawengku,
kuasai,
jangan segan-segan memberikan ayua pegat p in et kasih ,
rasa kasih,
demikian pula rakyat jelata. rangsuken utam aning w on g .
8. Bila tidak lupa kepada Tuhan pa­ 8. H ayua sira lali rin g sang lu pu t ,
duka akan selamat, angarepaken patitis ,
mengutamakan tujuan menuju ke­
bajikan.
407

jiwa raga patut diserahkan kepada an yudi sane rahayu ,


beliau, pasrahana angga b b u d i,
yang menguasai gampang atau kang am engku gam pang aweh.
sukar.
9. Paduka raja bertiga telah bijak­ 9. Singgih Prabu katiga wus wiku-
sana, w iku ,
sebagai raja penyelamat dunia, Wiku sasa ning bu m i,
iman harus sungguh-sungguh k o ­ ja ti b u di ju a pikukuh,
koh,
para pembesar sebagai pendam- Punggawa pinakang sisi,
Ptog,
sibuk melakukan pekerjaan yang tingkah laku a b et repot.
berat.

10. Jangan segan-segan berunding ber- 10. A ja pu tu s ararasan lawan w iku ,


sama pendeta,
supaya tahu dengan kekurangan pang weruh ring palang in g b u d i,
diri sendiri,
para punggawa serta pembesar- m iwah Punggaw a agung-agung,,
pembesar,
jangan berkeberatan ditanyai, aja keyuh ring panari,
yang kotor jangan diikutsertakan. letuh lam pahe ton awor.

11. Hati-hati dalam berbicara, H- W etennyane awas dew ane naw us,
sebabTuhan tidak dilihat, ngastitine tan kaaksi,
siang malam harus dipikirkan, anggen m ating siang dalu,
Tuanku jangan salah tanggap, hayua dew a salah tam pi,
sayang menjadi buah bibir. errtan andadi kzlaken.

12. Yang mulai lahir di dunia, 12. D itu m ungguh ring rat ne istri
w ijil ipun,
dilindungi oleh para dewata, kasangga d e para dew atadi,
laksana iman yang benar, lam pah bu di sane patut,
sebab Tuanku sebagai wakil Tuhan, ratu w akil Bataradi,
sebagai pusat yang sangat mulia. payogan e lintang kawot.

146a. 146a.
13. Penjelmaan manusia berbudi lu-13. Pom a-pom a kadum an manusalu •
hur, hur.
408

sebab dianugerahi oleh Tuhan, saking suecan B ataradi,


jangan goyah pendapat, sam punang obah pikukuh,
keijakan dengan cermat, pagaw e tuas angukin,
supaya tuanku waspada dengan lam akane was k iten g d o n .
tujuan.
14. Seorang raja tidak boleh m enye- 14. A ja narka kakurangan yaning
but diri kurang, Prabu ,
meyakinkan kekurangan, temdh angendel in g tipis ,
namanya Pandu katum pang suh , ngaran in g pandu katum pang suh,
bila termasyhur menjadi raja, ring ratu ngebekin bu m i,
• tidak tercela di dunia. tan kena Prabu w alang atos.
15. Kalau sekadar setia kepada sang 15. Tipis-tipis asatia rin g sang H yang
Hyang Guru, G uru ,
karenanya diliputi oleh kesaktian kongkulan olih kasaktin ,
terjadilah kewibawaan campur
baur, k am or kaw ibawan kang bawur,

bila dijunjung oleh ilmu yang pu tu s ing tuan nyanga-nunggi,


demikian,
artinya yang mudah dipersulit. lintang gam pang abot-abot.

16. Tegaskan semoga nyata diketahui, 16. N ora kena alang-alang awas den
winuwus,
pikirkan saat meninggal, awasen u benging p a ti,
tersebut membahayakan bila itu, babayaning tuas umatur,
menyimpang dari batin, y en in g luput angga n ekit
menyebabkan kesukaran saat su­ nem u kapeyuh in g layon.
dah meninggal.
17. Jangan menyimpang m engen dali-i7. N gam on g raga terang galan g nora
kan diri dengan jujur, bin gun g ,
serta memuliakan saat meninggal, lawan kam ulia ning p a ti,
berat memperlakukan seorang raja, a b ote tinitah Prabu ,
karena penjelmaan Tuhan, pra dew ane am baw ani,
bila dikendalikan mudah menen­ krana m ekul gam pang eyoh.
tang.
18. Tidak tercapai bila melakukan 18. N ora ica yan ngaw ag pam or ing
tujuan sembar angan, dum ungt
409

bila tidak dilandasi dengan ke­ kawenangan nora ening,


sucian,
tidak dapat dinikmati, nora w enang nem eng anting,
patut selalu terus terang, w nang ik i uning hning,
yang kita lakukan supaya tidak m argane ton kna pindo.
dicela.”

146b. 146b.
19. Sri Darmika bersabda perlahan- 19. Sri D arm ika nim bal alon
lahan, m awuwus,
’’
Banyak jalan saat meninggal,” akeh pam arga n in g pati.
Raja Siliwangi bersabda, Prabu Siliw angi mawuwus,
’’
K elak bila hamba meninggal, esuk y an g ingsun ngem asin,
hamba pulang ke dunia akhirat. abalik ring purw an ingong.
20. Bukan dari satu timbulnya keba­ 20. N ora A yu saw iji kamuluan
hagiaan, ipun,
cahayanya memenuhi dunia, senane ngebekin g bumi,
bila hamba meninggal pulang ke sun m ati balik rin g iku,
dunia sana,
tersebut asalnya dari satu, aran w iw it in g sawiji,
maka itu kebahagiaan tak ada rahayu tan harm roro.
duanya.”

21. Dukuh berkata ’ ’


Tuanku bersab­ 21. Saw ur D ukuh iku ngaw ang
da sembar angan, ngadug adug,
tidak dibenarkan menceritakan raw os k ocap nora dadi,
tanpa bukti,
hamba tidak mau meniru, y arn bapa tan nora niru,
mengerjakan sesuatu menuntut laksanane nyungsung pam rih,
hasil,
melibatkan bunuh diri.” milu-m ilu kapilayan ,

22. Sri Darmika mohon serta sujud 22. Sri D arm ika anem bah alon,
sembah,
I Dukuh berkata ”Ya hamba ngalungsur I D ukuh ngandika
tidak mau, malih,
raja tua bersujud sembah, singgih titiang b oy a kayun,
kelak bila hahiba meninggal. aw ot-sari Prabu Lingsir,
b esok rin g antakan ingong.
410

23. ’
’B iarpun kemudian ataukah se­ 23. In ggih besuk inggih m angke sam in
karang sama saja, ipun,
tidak ada Hyang Adipati,- tah harm H yarig A d ipati,
itu ada dalam diriku, w us sam i m ungguh rin g ingsun,
hamba telah tahu dengan putraku ngw ang wus wruh rin g anak nanti,
pokoknya hamba amat bahagia.” liw at suksm a w us in gon g.

24. Dukuh berkata ’ ’


Tuanku sangat 24 Ujar D ukuh iku am bek bingung
keliru, pengung,
angkuh dengan diri, nguda sw ake akwin,
penerimaannya kurang jelas, panam pine sam ar mangiung,
mengapa itu dilaksanakan ,
menjunjung raja setan. ngajum ang setan raraton.

25. Memaksa diri mewujudkan Bha- 25. Paksa ngaden sariran Batara Guru,
tara Guru,
seumur hidup, satuwuh kawisesana,
laki perempuan tidak demikian, lanang w ad on tan siniku,
sebab asalnya dari satu, den in g m ula ning sawiji,
menyebabkan bijaksana. makrana raga sinikon.

147a. 147a.
26. Yang demikian angkuh tiada pan­ 26Punika sama g d e ton kena tiru,
tas diteladani,
manusia bohong banyak bicara, jadm a m okak m angengkokin ,
bicara angkuh tidak tentu tujuan, tutur buduh ngaw i angkuh,
itu tiada benar, punika dudu pu n ik i,
yang dianggap bukan sebenarnya. inggih k eto dudu keto.

27. Bila demikian lebih baik paduka 27. Y ening k eto b ecik dew a m aring
ikut hamba, ingsun,
karena paduka mengalami ke­ duaning ratu a b ot budi,
sukaran-kesukaran ,
Raja Sasrabahu yang lalu, nguni Prabu Sasrabahu,
tidak mau dihadap, lam un ton arsa tinangkil,
patihnya yang diperkenankan. pepatih e kang kintonan.
411

28. Bila Patih Swanda mengenakan 28. Suarida yan m angrasuk busana
busana kerajaan, ratu,
lenyaplah wajahnya sebagai se­ ical rupa ning pepatih,
orang putra,
sangat berwibawa dihormati oleh sin iw i de Punggawa Agung,
para punggawa,
karena tidak dikenal, norana nara uning,
dikira raja yang sebenarnya. dinalih pasti sang k aton g.

29. Bila orang waspada di mana 29. Yan w ang awas m asa k e ipun
dia akan keliru, slinut,
sesungguhnya Patih Swanda, suanda-suanda pitu w i,
Sasrabahu berkata, Sasrabahu mawuwus,
’’
B ila tidak diberikan, yan nora kaican bilih,
jangan-jangan mereka akan le­ musna rupane sang karo.
nyap.”

30. Pada saat Swanda dilihat, ^0 Yan Suanda tatkala wus kadulu,
paduka raja tiada tampak, sang Prabu adatan kaaksi,
saat Sasrabahu dilihat, yan Sasrabahu kadulu ,
Patih Swanda pun tiada, Suanda ndatan kaaksi,
dilihat bersamaan. awasen panunggal row .

31. Patih Swanda m em perdayakan^* Upaya Suanda ia Sasrabahu,


Sasrabahu,
yang demikian tidak bijaksana, yan ika aran asiki,
adili agar mereka sadar, kem barin ju a pang sira weruh,
melupakan yang tidak diinginkan, m angda lupa upadrawi,
supaya kuat dalam persatuan. m angka tan sor ring pangendog.

32. Yang ingin dikuasai tiada d i- ^ * N ora kena kang pirtarih pacang
dapatkan, ginelut,
selalu membuat kejengkelan orang sang len ngadang-ngadang sisip ,
lain,
bila mempercayai istri mencari, y an g garw ane pacan g gugu,
kebajikan mengakibatkan kebi­ sayan pu tek ngalih ening,
ngungan,
lama-lama semakin jauh jaraknya. sayan-sayan m abelat ad oh .

33. Sebab dia berdua bukanlah satu,^* A pan iku durung patu t kalih
ipu n ,
412

sesungguhnya Swanda adalah pa­ jati tuah Suanda Patih,


tih,
tetapi Sasrabahu adalah raja- apan gustine Sasrabahu,
nya,
yang selalu dekat tetapi tidak nanging tan pasah tan tunggil
sama,
tidak jauh dan tidak berpisah. nora adoh nora amor.

147b. 147b.
34. Sri Darmika menghormat sambil 34. Nembah mesem Sri Darmika sarwi
tersenyum, mkul,
1 Dukuh merangkul seraya berkata , arenggara I Dukuh mengeling,
’’
Adapun paduka mengalah, awanan dewa mangungkul,
karena telah sadar dengan diri/’ wus kreta mating galih,
raja Mayura pun duduk. Prabu Mayura nyulempoh.
35. ’’Yang tiada lain tuan yang m e­ 35. Inggih punika nora lian sane
nguasai, mengku,
pertama kali memerintah nama gusti mamurwani,
saat raja duduk, Prabu sira malungguh,
Dukuh menghaturkan sujud, pravatna sira wotsari,
menyembah serta memuji raja ngajum ring Mayura Katong.
Mayura.
36. ’’Saya mohon dengan hormat 36. Pandita len dadia wenten ma-
bolehlah mengajukan pendapat, wuwus,
kelak bila saya meninggal, tekening ingsun mati,
hanya kemuliaan yang aku harap­ wantah caya kang tinunggu,
kan,
menuju tempat Hyang Adipati, dununge Hayang Adipati,
sesama sekarang dan mendatang. yang ring besuk lan ring mengko.
37. Hamba ingin menjumpai kebaha­ 37. Manah titiang ngacep caya pang-
giaan, ketemu,
saat melakukan perkawinan, tekening ingsung mabuncing,
bersama sang Hyang Ayu. ring gustine sang Hyang Ayu,
setelah tiba di keraton, sampun ngranjing jero ning puri,
supaya selalu berdampingan pada­ nora madoh mating ingong.
ku.”
413

38. Dukuh berkata ”A pa boleh buat 38. Ujar Dukuh yania k eto lu pu t
karena telah teijadi, kadurus, 6
melakukan daya upaya tidak ber­ am asang daya m anggih p elik ,
hasil,
memperlakukan diri sembarangan, ngolah awak kadung caluht
kepada Gusti selalu salah paham, teken gu sti salah dalih,
cepat melakukan tiada tahu tuju­ gan cang tindak tan w ruh ring
an.” don.

148a. 148a.
39. ’’D em ikianlah tuanku supaya hati- 39. N ika Prabu pelapanin m angda
hati semoga berhasil,” kapangguh,
raja Mayura bersujud sembah, Prabu M ayura w otsari,
’’
Sem oga saya berhasil, dum adak titiang mamangguh,
berkat nasihat tuan, nugraha sabda ning gusti,
saya menjumpai keharuman saat mamrih m anis ing layon .
meninggal.”

Pupuh Dandang Gendis Pupuh Dandang Gendis


1. Tidak segan-segan, L N datan pegat salam ine mangkin,
menasihati raja Mayura, m apitutur rin g rajya K ayura ,
oleh Dukuh saleh, olih I D ukuh Saktine,
bagaikan bunga kembang saat saksat warsa tiba rum ,
hujan tiba,
sangat berwibawa, prabaw a wibawa b u d i,
karena sudah jelas diberi pan­ wus galan g kasundaran ,
dangan,
dengan setulus hati, ring tuas wus m angerangsuk ,
menaruh kasih sayang, kapasukan gn in g tresna ,
kepada Sri Darmika, Sri D arm ika,
demikian pula Raja Tua, m iwah ida Prabu L ingsir ,
serta Raja Siliwangi. lawan Siliw angi raja .
2. Setelah dinasehati mereka mem­ 2. Wus kahojah sam i m angulingling,
pertimbangkan,
sambil termenung, saha lengleng,
karena nasehat yang diwejangkan den in g rasa nin g surasa.
itu sangat mantap,
414

dan isinya telah dipahami, w us mangrasa rasasane,


merasakan yang sudah-sudah, rasa n in g arum-arum,
mereka berekreasi menikmati ke­ asanjan wruh wawangi,
indahan,
keadaan bangunan di Mayura, wanguna ning Mayura,
sangat baru dan teratur, wau sam i rahayu ,
serta bertatakrama teratur, pu tu s ing tata wikrama,
raja sangat baik, tatandingan lan tata ning Prabu
lewih,
telah termasyhur di dunia. wus kapuji m aring jagat.

3. Mereka siang malam bertamasya, 3. S elaid sore anjajah sareng sam i,


berkeliling negara Mayura, arsa lila ring rajya M ayura ,
bersama Dukuh Sakti, ngiring I Dukuh Saktine,
demikian pula ketiga raja tidak tansah katiga Prabu ,
ketinggalan,
tujuh hari tujuh malam, pitu n g dina pitu n g ratri,
mereka mandi di permandian yang siniran ring pawitra,
suci,
maka itu kesulitan, tken g angen manerus,
dapat diketahui, nulia pu tu s awas tatas,
yang tersebut terdapat, w us kawas w uw us ing w iati,
dalam astabrata. w asita asta brata.

148b. 148b.
4. Tak disebutkan keramaian di 4. Tan ucapan kajim a ning puri,
istana,
telah berlangsung tujuh hari, sam pun sapta diw asa laminnya,
tersebutlah utusan sekarang, putusane k ocap m angkin ,
telah tiba menghadap raja, w us inundang sang Prabu ,
tidak lama kemudian raja yang nora panjang sang katurin,
diundangnya,
berangkatlah Raja Puspasantun, Prabu kalih wus m angkat,
mereka berdua sama senang, Prabu Puspasantun ,
para bupati, kalih garw a sam a suka ,
semua mengiringkannya, bupalaka, telas sam i ngiring B upati,
sangat penuh sesak di jalan. um ung lam pahe rin g awan.
415

5. Raja Lesanpura telah berangkat, 5. Prabu Leasnpura w us mamargi,


bersama permaisurinya, Pramiswaria,
dengan senang hati, dahat suka cita ,
diiringi oleh para prajuritnya, um ung w atek bocatine,
serta para punggawa menunggangi lan gajah kuda um ung ,
gajah dan kuda,
kabeh balane m angiring ,
•tak diceritakan di perjalanan, tan ucapan rin g m arga ,
perjalanan beliau telah jauh, lam pahe w us langkung,
kedua utusan datang, utusane kalih prapta ,
menghadap baginda raja, mangwakasang, hana ring je n g
sang Bupati,
bahwa kedua raja telah hadir. sang k aton g kalih prapta .

6. Perjalanan Sri Baginda sudah de­ 6. N ora adoh lam pahe ring nguri,
kat,
raja Mayura, Prabu M ayura ,
segera bersabda, gelis m awecana,
kepada bahudanda, ring w atek bahudandane,
mereka disuruh menghiasi jalan m angy asin tekeng ngukur,
raya,
sampai di perbatasan kota, denin g sang Prabu ayat prapti,
karena Sri Baginda akan datang para Punggaw ane prapta ,
para punggawa serta perajurit saha wadua sampun, m am ahyasin
telah datang menghiasi istana,
sudah siap, je r o ning kuta ,
istana sudah dihias, sam pun tragia ,
saat sudah tengah hari. pu pu t rarengga ning p u ri,
m eh tajeg sang hyang su rya
7. Diceritakan sekarang di Mayura, 7. K ocap rin g M ayura sane mangkin,
para menteri, bala m antri,
dan para bahudanda, miwah bahudanda ,
sudah duduk teratur, huw us atata lungguhe ,
menyambut saat kedatangan raja, m am edak anake agung ,
gambelan sanjata api berdentum­ g o n g b ed il gu bar ngaritig ,
an,
kaden cen g sungu suaranya hiruk ka d en con g sungu umiang.
pikuk,
416

bendera biru berkibar, kum elab tunggul biru ,


ditiup angin tersebutlah, katem puh rikang maruta,
raja dan para pengiring, kang kocapan sang Prabu miwah
pangiring ,
bersendau-gurau bersama. kabeh masesembahan.

149a. 149a.
8. Tidak lama kemudian raja tiba, 8. N ora lam i kalih Prabu prapti,
dengan suara riuh diiringi oleh geger umung, w aduane ngiringang ,
prajuritnya,
menunggangi gajah serta kereta gajah kuda siandane ,
kuda,
suara meriam berdentuman, m ariyane keplag-keplug ,
mereka turun di halaman istana, tedun rin g bancingah aris,
disapa oleh Raja Darmika, kasapa dew a sang Nata,
Tuanku raja baru datang, Prabu wau rauh,
Raden Darmika berdatang sem­ m anyem bah R aden D arm ika ,
bah,
bersama kedua permaisurinya, kalih garwa,
menghadap serta bersujud sem­ ngarepang sarwa ngubakti,
bah,
ya ibu bapa baru tiba, ibu a ji nggih prapta.

9. Smaratejun serta Udyatmika, 9. K asam bur tangane ring prapti,


berjabat tangan dengan raja, Sm aratejun lan U dyatm ika ,
ratu tua berkata, sang Prabu L ingsir ujare ,
’’Silakan masuk Tuanku Raja,” durus m angranjing ratu ,
ikut serta para raja pembesar- w atek ratu sam i ngiring lan
pembesar yang mengiringi, w atek para y o g ia ,
semua tidak ketinggalan, sam ian ndatan kantun ,
memasuki istana, m angranjing ring abiantara,
mereka disuguhkan, w us kasanggra ,
air pembasuh yang bersih, padiarga-camana lew ih ,
segera dipersilakan duduk. gelis katuran malingga.

10. Raja terhormat mereka telah duduk 10. Prabu tam ui w us sam i m alinggih ,
semua tertib, sam i sayaga,
di kursi permata, ring plangka m anik dum ilah ,
417

yang gemerlap, didampingi oleh m uang para y o g ia w us tangkil


para pembesar-pembesar, ajejer,
telah menempati tempat duduk w us m angelingin lungguh,
masing-masing,
Raja Tua selalu berdampingan, tari sah Prabu L in gsir manyan-
din g,
Ki Dukuh duduk di tengah- don e D ukuh ring tengah,
tengah,
telah menerangkan, rrddartayang sam pun,
”Ya Paduka Raja baru datang, singgih ratu wus prapta,
maafkanlah, ksam akna,
tiada lain hamba ini, nora lian sakadi kami,
bernama I Dukuh Sakti. I D ukuh Sakti kang haran.

11. Hamba sangat mengharapkan pada 11. Titiang ju ju t rin g sira Narpati,
Tuanku Raja,
di negara mana Tuanku bertahta,” na rin g dijam am angku nagara.
raja seraya berkata, Prabu tam u i nanggal rek e,
”Ya dari Puspasantun,” singgih saking Puspasantun,
yang lain juga berkata, waneh m angaturang aris,
saya dari Lesanpura, w ang sakeng Lesanpura,
mereka sama-sama mencerita­ sama-sama matur,
kan,
kurang bahagia, m anatuayang m andabagia,
sejak dahulu, saking kuna,
sabda Raja Puspasari, ujar Prabu Puspasari,
benar telah kehilangan putra. y ak n i kaicalan putra.

149b. 149b.
12. Ketika masih kecil ditiup angin, 12. K ari raro kakeburang angin,
hampir tiga bulan, meh tigang sasih,
beliau bermaksud datang, id a ja ga prapta,
mencari putranya Udyatmika U dyatm ika puspatane,
yang disayanginya,
demikianlah saat ditimpa keseng­ nahan teka n in g lacur,
saraan,
lalu Udyatmika bangkit, U dyatm ika tum edun aris,
dari kursi permata, saking palangka rukma.
418

serta bersembah sujud, sarw i awot-sahtun,


demikian pula suaminya Sri kalih suam i S ri D arm ika,
Darmika,
bersama madunya, sareng m enyan,
berdatang sembah kepada ibu dan n gu bak ti rin g ibu aji,
ayah,
dari Puspanegara. n e saking Puspanegara.

13. Putranya dirangkul seraya berkata 13. M anyam but putra saw ur lan
sambil menangis, tangis,
ketiga putranya,* karas-aras putrane katiga,
dicium hingga lenyap rasa duka, sen du tur dahat sukane,
berkata halus manis, harum am anis mawuwus,
Baginda Raja Lesanpura, Prabu Lesanpura malih,
disembah oleh mereka bertiga, kasem bah ring sang tiga,
ayah ibtaya lalu bangkit, ibu a ji tedun ,
mencium seraya berkata, sarw i ngaras ngandika ,
tersendat-sendat, megat-megat,
air matanya berlinang, srupatane tan sah m ijil,
tidak putus-putusnya menasihati­ m dkeling tatun putusan.
nya.
14. Tersebutlah Raja Tua di Mayura, 14. Prabu L ingsir ring M ayura
mangkin,
menghadap, mangarepang,
lalu menerangkan diri, nulia ninggarang raga,
kepada raja sahabatnya, rin g kalih Prabu warange,
serta berkata halus, ngandika m anis arum,
”Ya Tuanku Raja dan Permaisuri, singgih Prabu Pramusuari,
saya minta maaf, sinam pura k adi ngwang,
sebelumnya' sudi kiranya Tuanku, m ahatur rumuhun,
menerima keadaan putra-putri suka ratu lew ih tan suka,
hamba,
yang sangat dimuliakan di negara ne rin g titiang,putraniralanang
Mayura.” istri,
kahagungang rin g Mayura.
150a. 150a.
15. Beliau berdua berkata, 15. B u pati kalih m aturaris,
419

bersedia bersama-sama menerima sairinga sama-sama aputra,


sebagai putra,
untuk mengawasi dunia, m angadag jagat itane,
serta menenteramkan di sana-sini m angagungin d in i ditu duaning,
karena putranya diandalkan, nora ana m alih M aki um andang,
untuk menjadi raja, m enyendi kaprabun,
setelah perundingan selesai, pu pu t sam i pawilangan,
dibenarkan oleh seluruh bahudanda, kapatutang, na rin g bahudanda
sam i,
kemudian sang Darmika ke luar. tum uli m etu rahadian .

Pupuh Mijil Pupuh Mijil


1. Makanan dihidangkan tidak putus- L Tan putusan rayunane m ijil,
putusnya,
bermacam-macam, w us m agentos-gentos,
segala macam olahan, tetep kancan, wam an pabatane,
terutama ikan laut, sakanca ulam saka hadadi,
yang telah masak, w usm aolah,
dan bermasam-macam kacang dan kacang-kacang srapah pen yu .
sate penyu.
2. Segala binatang, 2. E bat buron,
disembelih dan dimasak, ne tan ana kari,
dihidangkan kepada raja, katur rin g sang katong,
emas manikam, em an manikam,
dari segala yang indah-indah, lan sarwa mulane,
melengkapi semua hidangan, tetap sarwa rayuane sami,
^tiada taranya, dahat tan patanding,
demikian keadaan dalam bertamu. nahan ikanang panami.

3. Semua hidangan sudah terhidang, 3. Wus katur bogan e m aka sami,


sangat menyenangkan, a lop e tan asor,
tambahan pula dikelilingi dengan m alih m aw eweh sanan damare,
lampu,
jadi jelas kelihatan, dadi sinah,
wajah raja, bawa n in g Narapati,
serta para yogi, miwah w atek y ogi,
yang berada dalam pesta. ana rin g papestan mungguh.
420

4. Mereka senang berpesta, 4 . Sam i jirrn anginun ngesti,


sambil menonton, sam bilang m anonton,
bermacam-macam tarian, dahat akueh sasolahane,
silih berganti, ndatan putusan ia m aganti-ganti
amat menarik, sam i lintang becik,
dipentaskan siang malam. ring siang dalu nora pu tu s .

5. Tiada bandingannya negara Mayu- 5. W awengkaning M ayura tatan pa-


ra, tanding,
rakyat laki perempuan, wadua lanang wadon,
besar kecil, agung a litt
amat senang, kalintang renane,
menerima pemberian raja, manunas secan Sri N arapatit
tak putus-putusnya, tan putusan sai,
bagaikan saat musim hujan. sum asat tiba ning jawuh.

150b. 150b.
6. Kesenangan rakyat tak terhingga, 6. Wadua dem it legannya tan k adiy
konon yang berjualan, sang m adolan rek of
banyak mendapat keuntungan, saling pagungin,
siang malam mereka beijualan, ia olih batetien ,
di Kerajaan Mayura, rahina w engi m ahadelan sam i,
tidak ada rakyat mengeluh. rinkanang bum i,
tatan hana bala kewuh.

7. Para raja serta para tamu, 7. Watek ratu m iwah tam uit sam if
beijalan perlahan, lunga m elon-elon,
mengelilingi negara Mayura, m aideran rin g ja ga t Mayura,
waktu menjelang sore mereka ber- kala sore masesanjan sam i,
cakap-cakap,
menuju tempat perdamaian, kataman masuci,
dan tamannya sangat indah. udyana dahat rahayu.

8. Menjelang pagi hari mereka pergi 8. Kala n in g en jin g m asucian sami,


mandi,
menuju sungai setelah tiba ring walahar reko,
di sana diam sejenak, naring ika sam i arariane,
air sangat besar serta jernih, tatannyane, agung lintang suci,
jernih dan tenang, m airib d egd eg ening,
tidak ada memadai. ndatan pam iring rahayu ,
421

9. Sungai itu dipuja karena sangat K M ula kastaw a ri antuka lewih,


indah,
airnya jernih, toya lintang kawet,
untuk melenyapkan duka lara, pangelburan w atek duhkitane,
serta dasa m ala, dasa m ala,
kembali sempurna, ne kalukat sami,
seluruh rakyat Mayura semuanya m uang M ayura puri,
selamat. kabeh manernu rahayu.
10. Bertambah-tambah ketenteraman K M uweneh wuwuh sukat ane
negara, mangkin,
sejak Raja Anom memerintah, nyeneng Prabu A n om ,
dipuja oleh seluruh rakyat Ma­ kasungsung ring ja ga t Mayurane,
yura,
keharuman bunga, kem bang in g puspa,
tidak henti-hentinya, tan pegat sasahi,
keharumannya semerbak, m aweweh tang wangi,
meliputi negara Mayura. m angliput rin g jagat ditu.
11. Buah-buahan serta ketela, . Pala gan tun g nge taler sawawi,
amat manis, sayan m anis alon,
semua sangat subur tumbuhnya, miwah sam i kalintang wardine,
yang masam dipisahkan, sane m asem tum uli pun lindrih,
semua berbuah, telas aged m apunduh sami,
lebat tidak putus-putusnya. nora pu tu s masan ipun.

151a.
12. Bila diceritakan banyak menarik, Yan ucapang akueh ngulangunin,
tak ada yang jelek, tan harm kawon,
bangunan-bangunan patut ditiru, wangunane nyandang tem pa reke,
para raja telah mengelilingi, w atek ratu wus sam i kuliling,
istana yang amat megah itu. wanguna n in g pu ri tatan cedan
ipun.

13. Sudah berselang satu bulan tujuh Wus asasih saptang dina mangkin,
hari,
menjelang hari baik, kang diw asa reke, da sang tamui,

baginda raja di Mayura, 'Prabu maka lamine.


422

waktu menjelang pagi pukul de­ rah im en jin g wus dawuh •


lapan, kalih,
para raja telah berada dalam si­ ring paseban sam i
dang,
duduk teratur. w atek ratune m alungguh.

14. I Dukuh Sakti berdampingan, 14. Tan adoh dane ID u ku h Sakti,


dengan permaisuri, muah pram i sang K aton g,
serta baginda Raja Lesanpura, Nata a ji Lesanpura reke,
demikian pula Raja Puspasari, m uang ibu a ji ring Puspasari,
beserta istri berkata manis, w ecam n e m anis,
menasihati putranya. m akeling ring sang abagus.

15. ”Ya putraku jangan lupa, 15. A yua lali asewa irik i,
kepada raja Mayura, duh dew a sang K aton g,
kebaikan budimu, pah tiga bu di
dibagi tiga untuk menaruh kasih manah tresm n e ka Lesanpura,
sayang kepada negara Lesanpura,
demikian pula rakyat negeri Pus­ uang ring Puspasari,
pasari,
diawasi supaya mereka, liaten gum anti sih,
menaruh kasih sayang padamu.” daba kasemaran ipun.

Pupuh Smarandana Pupuh marandana


1. Raja Anom berkata, L Prabu A nom awotsari,
”Ya ayahku anaknda menuruti, singgih inggih ingandika,
menyembah sujud, m anyem bah sarw i nyulem poh,
tidak akan hamba lupa, baya titiang pacan g lupa,
mengawasi ketiga negara, ngem pu jagate atiga,
sebelum anaknda menginjak lanjut sadurunge gin gsir tuwuh,
usia,
semoga tercapai seperti apa yang m adaging w ecam n bapa.
ayah harapkan.”

151b. 15 lb.
2. Raja Puspasari bersabda, 2. N im bal Prabu Puspasari,

’Cukup sekian anakku, pom a-pom a sira nam k,

ayahnda mohon pamit, patinggal bapane mangke.


423

sekarang akan pulang ke Puspa- m ulih ka Puspanegara,


negara,
tetapi anaknda jangan segan-se­ aja pegat ararasan ,
gan,
merundingkan masalah bersama ngiring ida w atek biksu ,
mahabiksu,
yang berada di ketiga negeri ini.” ana ring tiga nagara.

3. Keempat maha patih, 3. Catur m ukia ning Papatih,


sebagai pelindung tiga negara itu pakukuh ing jagat tiga ,
diutamakan sebagai pengawal, anggen pa m b an g dadane,
lupa melakukan berunding, aja w us m agunem naya,
siang malam, siang latri sadina-dina ,
dan berikan mereka sandang pa­ w ehin laba sane patu t ,
ngan yang halal,
tiap bulan. ngasasih dew a tetepang.

4. Sri Darmika berkata mengiakan, 4. Sri D arm ika m atur singgih,


Raja Lesanpura bersabda, Prabu Lesanpura nanggal,
”Ya anakku, singgih dew a ranak ingw angy
ayah memberanikan diri padamu, purun bapa ring idewa,
bagaikan ayah melemparkan saksat nasikin sagaray
garam ke laut,
menasihati dirimu, pam ungu ring nanak bagus ,
selama anaknda memegang rakyat. selam ine m angabet wadua.
5. Jangan anaknda tidak memperha­ 5. A yua dew a tan pan olih ,
tikan kewajiban,
ingatlah sesama manusia, elingang sasama ning ngw ang ,
tua muda tiada berbeda, agung alit nora bina ,
hidup mencari penghidupan, ngalih buktine m anjadm a ,
hidup sang raja, buktine M aharaja,
karena mereka mengadakan yang rawuh saking panjak p a cu l,
anaknda warisi di istana ini. katem okang ring je ro rajya.

6. Daerah wilayah semua, 6. W awengkaning maka sami,


dan negara sahabat, tekaning panunggalam ia ,
selidiki baik buruknya, wawasen ala ayu n ef
yang menimpa negara itu, teka ning pen yak it jagat ,
424

secepat mungkin diberi pertolong­ en ggal sira tukungana,


an,
tolong dengan merata, cacaron anggen manulung,
supaya negara tenteram kembali. m angda w erdi kang nagara.

7. Binalah rakyat, 7. A jaraken wadua d em it,


yang tinggal di pedesaan, sane n epi ning nagara,
supaya bebas dari buta huruf, m angda sawawa ngartine,
untuk meringankan beban raja, prasida dengan sang Nata,
untuk menugaskan rakyat, nuduh nitah bala kosa.
’’
R aja Anom menyembah sujud, Prabu A n om aw otsantun,
”Ya anaknda akan laksanakan.” inggih titiang telas nyuwunang.

8. I Dukuh menyambung pembicaraan, 8. D an e D ukuh m enyelung-tungin,


’’
Benar sebagai nasihat raja, y o g ia pakelen g sang N ata,
pantas ditiru oleh Tuanku Raja, telas sam i sandang pin tu w on ,
seperti yang telah diucapkan ba­ pom a sira M aharaja,
ginda,
mengatakan ajaran itu dalam elingang tutur in g arsa,
pikiran
hidup suka duka dan mati, eh ta larapati kacatur,
jangan Tuan lupa akan sesama. aja lupa ring sasana .

152a. 152a.
9. Jangan Tuanku melupakan ke­ 9. H ayua m aninggalangan pasti,
benaran yang patut,
dari diri seorang raja, saking anggane sang Nata,
seorang penguasa ibarat w ang agung sasamanyane,
matahari menyinari dunia ini, diwangkara n god ag jagat,
agar yang lain tidak ada memberinya takna surya wanehan,
kecuali Tuanku yang menguasai, m ung saw iji ne manguwub,
menerangi di tiga dunia ini.
menerangi di tiga dunia ini. m anyudarin tri m andala .

10. Matahari ibarat lelaki, 10. Surya pinaka lalaki,


sebagai lelaki seluruh isi dunia, m aka lakin dagin g jagat,
karena isi dunia seluruhnya diiba­ sam i wadu dagin g nyane,
ratkan seorang perempuan,
yang berada di dalam dunia, nora ne rin g jab a loka,
atau di luar dunia, kalih ne rin g ja b a loka.
425

demikian pula segala yang hidup, kalih ne sarwa m angkihan,


dan yang bernafas sama sekali, m adua bayu sabda ik u ,
tidak ada yang laki-laki. sam i nora ana lam ng.

11. Seluruh batu dan kayu, 11. Taru-taru watu sam i,


segala yang dapat dilihat, kancaning barang katinghal,
yang ada di bawah langit, kueh rin g sor langit e,
tumbuh di bumi, ne kasangga d e bu t ala,
bisa lenyap menjadi tanah, uning pejah da di tanah ,
menjadi air dan abu, dadi toya dadi abu ,
akhirnya kembali menjadi tanah. pasu pu t m angdadi tanah.

12. Hanya matahari selalu ada, 12. Suryane kew ala kari,
tetap tidak berubah, tetep n oran ah en o bah,
selalu terbenam di barat, surup ring ed ad i k u lon ,
dan pagi terbit di timur, en jin g m edal saking w etan,
sehari-hari selalu demikian, sadina-dina tan telag,
jalannya tetap dan pasti, lam pah pageh da di ja lu ,
demikianlah tuanku raja. m angka dew a M aharaja.

152b. 152b.

13. Ingatlah pada nasihat, 13. Eling-eling den pakeling,


seumur hidup Tuanku, satunggun ta kari gesang,
memerintah negara m angedenin ring jagate,
dijunjung oleh rakyat, siniw i d e ja m lok a ,
kelima raja sujud sembah, panca Prabu sam i nem baht
”Di hadapan Dukuh Sakti, m aring jen g dane Dukuh,
saya tidak akan melupakan singgih nora titiang lupa.

14. Setelah Ki Dukuh dihormati, 14. Wus K i Dukuh kabaktinin ,


tiba-tiba, m usuandane tan katinghal,
datang hujan bunga, kaget udan puspa sum iok,
disertai bau harum, lan m aduluran gagandan,
ramai weda pujian, usung w eda astungkarap,
tidak putus-putusnya, mantera- jaya-jaya ndatan putus,
restukan,
harum meliputi istana. w engine ngebekin pura.
15. Semua para raja amat senang, 15. Para ratu jir m sami,
426

dalam persidangan, irika m ating paseban,


menerima pemberian utama, m anrim a pisuka kaw ot ,
setelah matahari condong ke barat, sam pun lingsir sangH ayngSurya,
sehabis menikmati jamuan, wus sam i anadah boga,
bersiap-siap akan pulang mohon m akire pacan g um antuk nunas
diri kepada Raja Mayura. rin g R aja M ayura.

16. Para raja telah pulang, 16. Watek ratu telas m apam it,
bersama prajuritnya, lan teka ning bala dika,
kendaraannya sudah siap, tunggangan um adang reko,
gajah kuda amat banyak, gajah kuda sam i umiang.
tamu raja kemudian naik, Prabu tam ui raris munggah,
ke dalam kereta duduk teratur, rin g rata tatur m alungguh,
dihormati oleh anaknya. sinem bah de hanak ira.

17. ’’
Silakan Paduka berangkat, 17. M arga ratu saking aris.
anaknda tidak memperpanjang la- Ib u A ji nora panjang,

P.
berlinang air matanya, angem beng-ngem beng in g panon,
kendaraan segera berangkat, tunggangane ge lis lumampah,
diceritakan yang ditinggalkan, kocapan sang katinggalan,
air matanya bercucuran, y eh panone deresm etu ,
hati-hati ayah ibu dalam per­ alon ibu a ji lungha.
jalanan.
18. Diceritakan Raja Siliwangi, 18. K ocap Prabu Siliwangi,
lalu berjabat tangan raja muda, tum uli m angadu tangan,
’’A yah m ohon diri padamu, rin g Prabu M ayura A nom ,
bapa pam it ring idewa,
ayah sangat berterima kasih, lintang bapa nyuksm ayang,
terhadap kebaikan budimu,” m aring kayun sanga bagus.
Raja Muda berkata. Prabu A n om m atur nimbal.

153a. 153a.
19. ’’A yah tidak mendapat apa, 19, Bapa nora olih napi,
hanya mengetahui perasaan, kew ala wruh m aring rasa,
keadaan isi negara Mayura, rasa jagat M ayurane,
jangan ayah melupakan, elingang bapa elingang,
sampai mati kelak, w ekas teka ning antaka.
427

supaya kembali menjumpai, tum uli m alih mamangguk,


kemuliaan negeri Mayura.” kautam a ning Mayura.

20. ”Ya anakku, 20. Singgih-singgih dew a aji,


jangan lagi dipanjanglebarkan, sam pun m alih m am anjangang,
hati ayah sangat berat, manah bapa lintang a b o t ,
menerima kemuliaan negeri Ma­ ngawa rasa ning M ayura ,
yura,
bertambah-tambah pemberian m aw eweh ican idewa,
anakku,
semuanya itu telah diketahui, som i wantah sam pun pu pu t ,
tentang firasat kematian.” m aring rasa uning pejah.

21. ’’Sem uanya ayah telah ketahui, 21. Bapa sam pun m olih sam i,
tentang bekal sebagai manusia, rin g bebekelan manjadma,
harta mas tidak berguna, m as perak nora gunane,
itu hanya kenikmatan semasa kasukaniring m adiapada ,
hidup, duh ranak bapa mamindah,
”Ya anakku ayah tetap beijaya, m oga tatan gin gsir lungguh,
dan ayah jumpai kelak .” pangguh bapa tekeng daha.
22. Raja Muda berkata, 22. R aja Sunu m atur singgih,
”Ya paduka raja,”
Raja Siliwangi lalu berangkat, Prabu Siliw angi m angkat,
ikut serta pengikutnya, maka miwah pangiringe ,
semuanya serentak beijalan, sam i bungkah sapisanan,
tidak diceritakan dalam perjalan­ tan ucapan lam pah ira,
an,
setelah raja Mayura ditinggal­ k oca p ida Prabu kantun,
kan,
lalu paduka masuk ke istana. nulia ngranjing ring kadatuan.

23. Setelah tiga hari beliau bertiga 23. K ocap lam pahPrabu katri tigang
dalam perjalanan, dina w us praptang,
tibalah mereka di negaranya ma­ suang-suang tekeng nagarane,
sing-masing,
tidak ada hambatan, ndatan ana kacantulan,
telah meresap keutamaan negeri nyusup rasa n ing Mayura,
Mayura,
sampai prajuritnya selamat, teka ning wadua rahayu ,
428

yang ikut mendatangi negara ne sampun wruh ing Mayura.


Mayura.
24. Tersebutlah Sri Darmika sekarang, 24. Sri Darmika kocap mangkin,
bersama kedua permaisurinya di kalih garwa ring Mayura,
Mayura,
Sangat senang mendengarkan beri­ kasiring tri buwanane,
ta ketiga negara,
tiap-tiap bulan beliau memeriksa nganasih nyiksa nagara,
kekuasaannya,
terus-menerus mengunjungi tiap- ndatan pegat kulilingan sasiang-
tiap daerah, siang dina satuuk,
bagaikan hujan menyejukkan bu­ luir wangsa neduhin jagat.
mi.

153b. 153b.

25. Ketiga negara sangat subur, 25. Tri loka lintang ing werdi,
rakyat tidak ada mengeluh, tan ana kakiuhan bala,
tua muda laki perempuan, agung alit lanang wadon,
menekuni ajaran darma, manlebang darma sasana,
tidak ada yang melakukan ke­ nora ana malaku corah,
jahatan,
karena kewibawaan raja, saking utama ning Prabu,
yang berlandaskan hukum. telas ngugua ning darma tatua.
p E R P 'J i
P U S A T P £ ‘rf w , l
PENGEM3ANG*- A
D E P A R T £ .v' E ! .rtN
DAN K c 8 - ~ -J

^6/z,

Anda mungkin juga menyukai