Gaguritan-Geguritan - I Gunandir - Jae Cekuh - Mpu Sampurna PDF
Gaguritan-Geguritan - I Gunandir - Jae Cekuh - Mpu Sampurna PDF
V
TIDAK OIPER0AGANGKAN UNTUK UMUM A,]
GEGURITAN
UDIATMIKA CAR ITA
GEGURITAN
UDIATMIKA CAR ITA
P E RP U S 1
p [j G a i P E Wl B ■ \n
f P t MGEM 3A N G a . \
D E W R T E M E ’i P , A ,\l
__-
00005105
m
•
° K.’
asomasi
i a £ r
Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya dilarang diperbanyak dalam
bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan
untuk keperluan penulisan artikel aiau karangan ilmiah.
IV
KATA PENGANTAR
Buku yang berjudul G eguritan Udiatrrdka Carita ini semula berupa cerita
lisan yang berbahasa Bali di daerah Bali. Pengalihaksaraan dan penerjemahan
dilakukan oleh Drs. I Gusti Ngurah Bagus dan penyuntingan terjemahan oleh
Drs. Sumardi,M.Sc.
Mudah-mudahan terbitan ini bermanfaat bagi pembinaan dan pengem
bangan sastra di Indonesia.
v
DAFTAR ISI
Halaman
KATA P E N G A N T A R ....................................................... v
DAFTAR I S I ................................................................. vi
I. PENDAHULUAN........................................................ 1
Udiatmika Carita, disebut pula Geguritan Jae Cekuh, adalah salah satu
geguritan bertema Panji yang cukup menarik di samping geguritan yang bertema
Panji lainnya di Bali. Banyak yang menarik dari Udiatmika Carita ini. Ajaran
hidup dan kehidupan menusia berdasarkan ajaran agama Hindu, kepercayaan
Tuhan Yang Mahaesa, serta sikap hidup dalam masyarakat, menjadi titik tolak
penulisan cerita.
Udiatmika Carita yang memakai bahasa Bali Kepara bercampur dengan
bahasa Bali Tengahan dan bahasa Jawa Kuna ditulis dengan huruf Bali di atas
daun lontar.
Demikian ceritanya.
Tersebut I Gunandir berasal dari Endang Dadapan mempunyai dua orang
anak dari isterinya Ni Candri. Anaknya yang sulung bernama Ni Jae dan yang
bungsu bernama Ni Cekuh. Pekegaan I Gunandir senantiasa mencuri dan sifat
nya inilah yang menyebabkan kematiannya.
Tersebutlah seorang raja di Puspanegara bernama Giri Santun dan permasuri-
nya bernama Dyah Suklawati. Beliau berputra seorang putri bernama Udiatmika.
Pada suatu malam bertiup angin yang amat kencang yang menerbangkan
Udiatmika. Udiatmika jatuh di Endong Dadapan serta dipungut oleh Men Jae
yang sedang mencari sayur-sayuran di hutan. Bayi yang dipungutnya itu di
peliharanya dan dinamai Ni Luh Tasik. Karena ulah jedua saudaranya, Ni Luh
Tasik diusir oleh orang tua yang memeliharanya. Karena itu, ia memerintahkan
anak-anaknya mencari Ni Luh Tasik hingga bertemu. Sepeninggal anak-anaknya
ini. Men Jae meninggal.
Di hutan Ni Jae dan Cekuh beijumpa dengan Luh Tasik dan mengajaknya
kembali pulang. Namun, Luh Tasik menolaknya. Akhirnya Jae dan Cekuh
1
2
Raden Darmika atau Raden Mantri itu disiksa serta dilemparkannya ke sungai
hingga hanyut sampai di Sungai Jalatunda di Gunung Karangsegari. Dalam
keadaan tak sadarkan diri, ia dipungut oleh Pendeta Subudi yang kebetulan
berada di tempat itu. Raden Mantri ditolong di asrama pendeta itu. Setelah sadar
Raden Darmika menjelaskan keadaan dirinya dan tujuannya untuk mencari
Udiatmika. Di sini Raden Mantri mendapat pelajaran tentang isi weda-weda dan
pelajaran hidup dengan darma. Resi Subudi kemudian menjelaskan bahwa istri
nya berada di Margalangu dicuri seorang raja raksasa bernama Durgasmala.
Raden Mantri melanjutkan peijalannya menuju ke timur sesuai dengan pe
tunjuk Resi Subudi lalu bertemu dengan seorang pedagang nasi di desa Basur.
Di sini Raden Mantri menamakan dirinya I Tamtam. Pada suatu saat I Tamtam
pergi dari rumah pedagang nasi itu dan sampai pada sebuah taman yang bernama
Wisarga Murub kepunyaan raja di Banjarsari. I Tamtam kemudian di tangkap
oleh penjaga taman dan dihadapkannya ke hadapan raja. Raden Mantri mem
perkenalkan dirinya sebagai I Tamtam yang tak kenal akan asal mulanya. Kemu
dian I Tamtam diangkat menjadi tukang sapu di istana itu. Sautu ketika terjadi
lah perdebatan antara I Tamtam dengan Sengguhu Made dan Dalang Kukuh
tentang ajaran keagamaan. Melihat keadaan itu raja kemudian menanyakan
asal mula 1 Tamtam sebenarnya. I Tamtam kemudian menjelaskan keadaan
dirinya yang sebenarnya. Atas petunjuk raja, Raden Mantri kemudian melanjut
kan perjalanannya ditemani oleh Patih Sudarma dari kerajaan itu, dan sampai
di rumah. Dukuh Tumulung. Di sini Raden Mantri mendapat pelajaran memanah
dan memperoleh sebuah senjata cakra. Raden Mantri meneruskan perjalanannya
dan sampai di Gunung Mahendra dan bertemu dengan Dukuh Banggras. Di
sini Raden Mantri mendapat beberapa macam ilmu, di antaranya ilmu me
ngisap tenaga dan ilmu kebatinan. Berapa saat kemudian Raden Mantri me
lanjutkan perjalannya menuju tempat Dukuh Sudarmi di dekat Gunung Arjuna.
Di sinilah Raden Mantri mendapat pelajaran tentang cara-cara seorang raja
memerintah. Setelah berapa lama, kemudian Raden Mantri beserta pengiring
nya menuju ke Citrakuta dan bertemu dengan Dukuh Sakti serta pelayannya
I Pageg dan I Pagag. Dari Dukuh Sakti, Raden Mantri mendapat pelajaran ten
tang Dharma serta cara untuk mendapatkan Dyah Uditmika kembali. Selama
di perjalanan menuju tempat Udiatmika, Raden Mantri menyamar sebagai
seorang dukun wanita bernama Desak Nyunyur disertai oleh Pageg dan Pagag
sebagai penjual bunga. Selama di perjalanan Raden Mantri membawa sebuah
Pasupati pemberian Dukuh Sakti. Tersiar kabar bahwa Udiatmika sakit. Pen
jaganya mencari Desak Nyurnyur untuk mengobatinya. Pertemuan antara
Raden Darmika dan Udiatmika telah terjadi serta mereka bersepakat hendak
4
pergi di malam hari itu juga. Raden Mantri kemudian membeli seekor kuda putih
untuk kendaraan Dyah Udiatmika. Kuda tersebut dijaga oleh I Pagag pada
tempat yang telah ditentukan.
Tersebutlah seorang jin Bonjor Nyantung dari Gunung Bata Ringgit. Jin itu
berada di Langunagara hendak mencuri ke istana. Kebetulan saat itu Udiatmika
ke luar dan langsung menaiki kuda putih yang sudah tersedia tanpa sepengatahu-
an I Pagag. Jin itu keluar dan langsung menuntun kuda yang dinaiki Udiatmika.
Jin Bonjor Nyantung sangat kaget mengetahui di atas kuda itu terdapat seorang
gadis. Dengan daya upaya Udiatmika merayu jin tersebut agar tidak menodai
dirinya. Akhirnya, ia dapat melepaskan diri dari tempat jin itu dan menyamar
dengan berpakaian laki-laki.
Di Langunegara para raksasa ribut kehilangan Udiatmika. Patih Tulekepang
disuruh mencarinya. Karena bantuan Candrasih, Udiatmika terhindar dari segala
malapetaka dengan membuat sebuah patung menyerupai Udiatmika.
Dari udara, Tulekepang melihat tingkah laku jin Bonjor Nyantung merayu
seorang gadis. Maka, berperanglah Tulekepang dengan Bonjor Nyantung.
Tersebutlah perjalanan Udiatmika dalam penyamaran ke luar dari gua dan
sampai di negara Mayura. Tak lama berselang Raden Darmika sampai pula di
negara Mayura serta menjelaskan keadaan sebenarnya bahwa Udiatmika itu
adalah isterinya. Di Mayura, Raden Darmika kawin lagi dengan putri Smaratajun.
Tak lama kemudian datang tantara raksasa menyerang Mayura. Teijadilah
peperangan sangat hebat. Karena tantara Mayura banyak yang mati, Raden
Darmika langsung teijun ke peperangan hingga tentara raksasa itu hancur.
Karena kekuatan A ji W egig yang dilepaskan raja raksasa itu, banyak tentara
Mayura tuli dan lumpuh. Demikian pula halnya Raden Darmika jatuh tak sadar
kan diri. Mendengar keadaan demikian Dyah Udiatmika segera ke peperangan
membawa obat sandilata . Raden Mantri beserta tentara sehat kembali.
Atas perintah Dukuh Sakti yang datang saat itu, Raden Darmika melepaskan
panah Pasupati hingga seluruh raksasa mati. Kemudian Raden Darmika melepas
kan panah angin hingga seluruh mayat raksasa itu terlempar ke laut.
Setelah keadaan aman, dilangsungkanlah upacara perkawinan antara Raden
Darmika dengan Dyah Smaratajun disaksikan oleh Dyah Udiatmika.
II. ALIH BAHASA DAN ALIH AKSARA
GEGURITAN UDIATMDCA CARITA
la la.
1. Yang diceriterakan dalam 1. N e m alingga ring pengawi,
geguritan ini,
I Gunandir pada waktu masih I G unandir duk jejaka,
muda,
terlalu miskin, kalintang-lintang emisa,
lahir di desa Endong Dadapan, m ijil ring E n d on g Dadapan,
tiada suka diam di rumah, tuara bisa j enek jum ah,
seorang yatim piatu, katinggalan ayah ibu,
sebatang kara tanpa sanak putungdane t an pabraya,
keluarga.
2. Kesenangannya hanya mencuri, 2. W isayane tuah mamaling,
setelah ia dewasa, sam pun ia tu tu g taruna,
beristri dengan Ni Candri, N i Candri rek e rabine,
telah lama diam di Endong kasuen R in g E n d on g D adapan
Dadapan,
Ni Candri ngidam, N i C andri reke mangidam,
tujuh hingga delapan bulan ulu lek lam ine sampun,
lamanya,
lahirlah anaknya kembar. m ijil anaknyane kembar.
5
6
5. ’’
Anak kita sudah berumur 5. Tigang wulan w us n i cening,
tiga bulan,
apa yang akan dilakukan sekarang apa j ani pacan g gawah,
untuk upacara nanti”, buat pacan g upakarane.
Pan Jae lalu menjawab, Pan Jae raris manimbal,
”Ah mudah hal itu bu, ah gam pang en to m em ene,
apa saja yang dekat ditangkap, asing n in ggil pacan g ejuk,
anak babi sapi dan kuda,” k u cit sam pi kaliha jaran.
2b. 2b.
12. Memang cita-cita menjadi pen 12. M ula tapane dadi m aling,
curi,
permohonan kakak waktu akan pinunas belin e m anjanm a,
menjadi manusia,
lalu mendapat kejahatan, m ikolih an g kadustane,
mencuri merampok untuk m aling m egal en to laba,
mendapat hasil,
merampok dijalan, m am ikas lam pah in g jalan,
sedikit kawan tak kuhiraukan, m ip it braya tuara kengguh,
asal kakak ada yang dapat yasalane b eli mabahan.
dibawa.”
13. Men Jae tegas menjawab, 13. M en J a ep en et nyaw urin
’’
T ersebut ajaran zaman dulu, ada tutur ane kuna,
tersebut dalam nyanyian Tantri, ana ring gita Tantrine,
sang Ustakara, sang Utaskara punika,
mengadu kebersihan tapak. ngadu tlapakane kedas,
tangannya,
hingga ia menjadi pendeta, sam pe ida dadi wiku,
akhirnya berkorban jiwa. tan w angde m apunia jiwa.
4c l
4a. 13. M ulih n gelin gM en J ae
13. Men Jae pulang menangis m esesam batan ,
merintih-rintih,
nasibku malang, awake tan paw idi,
tanpa sanak keluarga, ludin tanpabraya,
inilah keadaan sebagai manusia, en e b ek ele majatma,
suka duka hidup mati, suka duhka lara p a ti,
tak dapat diceraikan, tu sin gd a d i belas ,
selama masih hidup. salaw ase tonggun urip.
14. Saat itu anaknya diupacarai, 14. K upakara pianake duk punika,
peralatannya lengkap, sok ia pada maisi,
sesuai dengan kebiasaan, nganutin pakram an,
melaksanakan upacara tiga bulan, ngilenang tigang wulan,
bayi itu sehat sentosa semuanya, rere lunas-lunas sami,
kedua anaknya itu pun sudah pianaknyane dadua u gi sam i
besar. sam pun kelih.
15. Suatu malam Men Jae mimpi, 15. N uju w en gi M en Jae raris
kejatuhan bulan, nyumpna,
sebagian hilang, kaguruntung H yang sasih,
bulan itu hanya sebagian, setengahnya hilang ,
segera Men Jae bangun, bulane tuah asibak ,
tergesa-gesa, M en Jae bangun sada gelist
pikirannya sangat bingung. ia kapupungan
16. Selalu termenung pikirannya 16. B engang-bengong engsek manah
kacau lalu duduk, tur manegaky
memikirkan keadaannya, pineh sesane pa sti,
apa maknanya, apa kojarannya,
tak tahu baik buruknya, ala ayu ton g tawang,
tak henti-hentinya menangis sigsigan sedih d i h ati tan
dalam hatinya, pepengatan,
laksana gula kejatuhan hujan lu irgen d is tiben g riris.
gerimis.
pengganti sang Tri Guna yang panlah ida sang Tri Guna
selalu dipuja, kastawa,
senang bahagia di dunia, subageng rat kawiryane,
sangat tersohor akan pengaruh kasub buat in g gu n a sampun,
nya,
banyak hamba rakyatnya, w adua nira tan patanding,
terkenal di dunia lain, kaloktas ring ja m loka,
semuanya subur, sam ia mawaha wuh,
negara aman tenteram, kreta treptin g kang nagara,
tak ada kejadian apa-apa, ndatan am ,
penjahat pengacau takut, dusta durjana ow e di,
terhadap baginda raja. ring sira S ri Narendra.
5a. 5a.
6. Kemudian terdengarlah suara 6. Sabda parintara karenga
dari langit, mangkin,
Udyatmika, udyatm ika,
keadaan putrinya itu, panolah Sang Rara,
dan segala perkataan ini katinut ujare mangke.
diikutinya.
15
6a. 6a
13. Sekarang diceritakan Men Jae, 13. Cinarita M en Jae mangkin,
ia berada di rumahnya ditemani ia ring jum ah sareng pianak
oleh anaknya, nyarung,
bemasehat kepada anaknya, m apitutur ring rarehe,
ibu adalah seorang janda yang yan m em e lacu r balu,
miskin,
bapakmu telah lama hilang, bapan cen in g ical lami,
telah lama tak ada beritanya, salawase tan pegatra,
sudah mati ataukah masih y en m ati yan idup,
hidup,
ibu seorang dirilah yang me m em enew ek mangem banang,
meliharamu,
anakku sayang diamlah di cen in g pada sayang m jum ah
rumah bersama adikmu, sareng adi,
ibu akan pergi mencari makan. m em e luas m angalih daar.
14. Setiap hari ia berulang-ulang, 14. Sadina-dina ia ngemaraning,
mencari makan, ngalih daar sem eng sam pasanja,
hingga pagi sore bekeija pada nanggap upah ring berayane,
tetangganya,
18
15. Kemudian pergi masuk ke dalam 15. R a risiu n ga nyusup m aring giri,
hutan,
dan setelah tiba di tempat tujuan, sapraptane ana ring kanana,
mengerjakan apa yang hendak m am uatang m aring gawene,
dikerjakan,
mencari sayur-sayuran, m angrereh p a can gju k u t,
ke sana ke mari sampai siang hari, m ailehan sam pe lingsir,
dan sudah banyak mendapat, suba pada Itu bakat,
semuanya dibawanya, saluiraning kapundut,
kemudian bersedia-sedia hendak m ulih ia m akire budal,
pulang,
kemudian Men Jae pulang dengan lam pah ga gison M en Jae ia
langkah cepat-cepat, mangeraris,
teringat akan tugasnya. eling ring gaginan.
6b.
2. Konon di sana Men Jae, 2. M en Jae ditu k ocapan ,
hatinya takut berani, bani takut m aring ati,
bila dilihat agaknya akan tampak, y an g tingal m ainab katon,
bila dicari mungkin akan didapat yan ruruh lam unia tepuk,
kan,
walau ia berwujud, yadiapin ia marupa,
apakah tidak salah, sin g nya pelih,
mata disulap. m atane kena sunglapan.
13. Pagi hari kala matahari terbit, 13. E ndang surya pasem engan,
Ni Jae bangun sambil marah- N iJ a e bangun hgaprigpig,
marah,
Luh Tasik dan Cekuh gemetar, Luh Tasik Cekuh m angetor,
hari sudah galang tanah, pinih suba dauh tehi,
adiknya segera bangun, arinnyane bangun epag,
lalu mencuci muka, tur masugi,
dan pergi ke pancuran mengambil kapancoran n gam bil toya.
air.
7b. 7b.
14. Ingin memasak tetapi beras sudah 14. Jaga rtgarateng brase telas,
habis,
lalu segera memberitahukannya, raris m apiorah gelis,
pergilah menumbuk padi berdua, kem a nebuk sareng karo,
nanti kakak yang membersihkan nyam an k e em bok ngalesung,
nya,
mereka berdua segera bekeija, lantas e n co l maka dadua,
mengambil padi, nuunang padi,
dan sudah selesai di lesung. pu pu t sam pun rin g ketungan.
15. Kakak Jae pekerjaanku sudah 15. E m bok Jae suba peragat,
selesai,
Ni Jae dengan marah berkata, N iJ a e bangras nyaurin,
’’
H eran sekali aku ini, sangat saja k ola en gon tm ih g siga
kamu tak dapat menolongnya, bisa tulung,
kamu makan saja.” k ola nyanan d i puaregan ada nulu -
ngin, siga iau je g mangaman.
16. Sudah selesai menjadi beras, 16. Sam pun p u pu t m anados beras,
kemudian memasaknya, pilih rdris m ahgradih ,.
langsung ke dapur , rauh dane terus kepaon,
Ni Jae segera keluar, N iJ a e m en gecolan pesu.
22
8a. 8a.
20. Ni Jae datang segera, 20. N i J ae teka ngencolan,
sadar akan ibunya marah, tau ring m em ene pedih,
lalu ia berkata halus, dadi pesu m am unyi alon,
sejak pagi saya sibuk, m eng ban tiang tuyuh,
menumbuk padi lalu memasak, saking nebuk sam pe nyakan,
hanya tahu makan, tan nidik,
Ni Luh Tasik hanya tidur saja. N i Luh Tasik ia nyalempang.
21. Men Jae marah, M en J ae d a d i gregetan,
membangunkan anaknya serta nundun pianak tur
23
memukulnya, m anigtig.
’’
T asik kamu hanya makan dan Tasik nidik m iwah m edog,
senang-senang saja, sam pat luune masepuk,
kotoran berhamburan,”
setelah senja kala, sandikala kang diwasa,
kemudian datang, nulia prapti,
Ni Cekuh melemparkan kayu N i Cekuh ngentungan saang.
api.
22. Ni Luh Tasik pergi menghilang, 22. N i Luh Tasik m acecala,
jurang di pinggir kota, pangkung m ating tep i siring,
lembah ngarai yang dalam di m unduk pangkung ju ran g kaw ot
tempuhnya ingin mati, pam argine nyadia lam pus ,
Men Jae yang berada di rumah M en Jae m ating um ah ,
nya,
menyesalkan diri, n yeselati,
sampai siang tak dapat tidur. m aka lem ah d a d i nindra.
8b. 8b.
25. Agar kau selalu bertengkar, 25. A pan g setata iba maiyegan,
hingga kau lahir kembali, sam pe tekaning dim adi,
24
Pupuh Maskumambang
1. Oh Tuhan lihatlah hamba ini 1. A duh dew a d o n g cin gak titiang
kesedihan, sedih,
selalu menderita, tan asah nandang lara,
mengenang anaknya semua, m engajap pianake sami,
sedih dan rindu seorang diri. sedih kangen padewekan.
9a. 9a.
6. Men Jae makin lesu siang. 6. Sayan kuru M en J ae rah im wengi,
malam,
lalu masuk ke tempat tidur, n y o gjo g kapedem an,
dilupakan tak bisa lupa, lilayang ton g d a d i lali,
selalu terbayang-bayang di hati. tan m angantung rin g manah,
7. Tak berbuat apa-apa dan sering 7. Tan pangapa tan sira am angan
tak makan, sai,
membiarkan diri, m angentaning awak,
makin dihibur makin bingung, lipurang sum angkin paling,
pikirannya mengambang. m am h nyane nerawung-nerawung.
Pupuh Jayendriya
1. Tersebutlah pmjalanan orang
L W amanen lam pahe sang m angeruruh,
yang mencari,
Ni Jae dan Ni Cekuh,
N i Cekuh m uang N i Jae9
turun lembah naik gunung,
tedung pangkun g m unggah giri,
perjalanannya terantuk-antuk
pam argine p a ti en cu l m enyusup
masuk ke hutan belantara,
kagu nung-gunung,
dan selalu lapar dan dahaga,
bedak layah ia setata,
tiba-tiba kini mereka bertemu
arinnyane N i Luh Uyah,
dengan adiknya Ni Luh Uyah,
di tengah hutan.
ring telen gin g wanaw asa
2. Ni Jae maju ke muka dan berkata
2. N i Jae ngarepang tur m awuwus
halus,
alus pam unyine,
adikku mari kita pulang,
adi f ani jalan mulih,
ibu sangat sedih,
nyane sanget sendu ,
kakak turut diusir,
em bok m asih m ilu katundung,
kesalahan kakak dahulu,
iwang em bok ane suba,
jangan terlalu disedihkan,
sam pun ny e berang kadurus,
relakanlah dirimu,
liliyang a d i ring raga,
karena kita bersaudara.
satoning adi manyama.
10a. 10a.
7. Walaupun berpisah aku di sini 7. Jaw at pasah adoh d in i ditu ,
dan di situ,
28
10b. 10b.
11. Tiba-tiba datang seorang wanita 11. K aget ada d a don g tua turin
tua renta, cakluk,
tak tentu dari mana datangnya, tan karuan sangkane,
tinggi besar dan berambut putih, agung landung ram but p u tih ,
berkata lemah lembut, m a sleyog m unyine nyunyur,
bernasihat dengan baik, m apitutur sarw i luung,
”Oh anakku semua, duh dew a sam i sang rara,
janganlah kau sedih, kadurus idew a sendu,
yang tak tahu akan apa-apa, nora weruh m ating kalingan,
sampai menyesal akan diri gu m an ti m an yelsel raga
sendiri.”
Pupuh Ginanti
Pupuh Ginanti
1. Luh Tasik kemudian menjawab, L Luh Tasik nim bal mawuwus,
perkataannya pelan manis, alon pangucap m anisf
’’
Ham ba belum mengenal, titiang durung sauninga,
teruskanlah anugrah tuanku, durus ratu pisukain ,
agar segera hamba mati, m angde age titiang pejah,
tak tahan hamba menderita. tan d u gi titiang nandakin.
bukan-bukan,
itulah yang menyebabkan keadaan sangkan m ungguh k adi m angkin
sebagai sekarang ini.
4. Belum sama sekali hamba 4. D urung pisan titiang ratu,
tahu,
sadar akan perihal ini, weruh ring sengketa ne m angkin,
manusia, manusa,
jin buta atau dewa, jim buta dew a ,;
silakan makanlah hamba bila durus tadah yan jim ,
tuan seorang jin,
bila tuan dewa, y en su jati tuara dewa,
sukalah tuan berkawan.” sueca ratu m akakanti
1la. lla.
6. Junjungan hamba sebenarnya, 6. Puspatan titiange patu t,
Candra Asih yang dipuja, Candraasih w us kastawi,
berkuasa.di hutan belantara, m angedag d i wanantara,
menjadi ratu para buta, ya ta m aring para satua,
dan seluruh binatang, nguni-nguni tana w ant
tak ada yang berani.
7. Hamba kenal asal mula tuanku, 7. Titiang weruh ring sangkan ratu,
tuanku adalah putra sang raja, idew a putran N repati,
raja Puspanegara, R atu ring Puspanegara,
banyak hamba sahayanya wadua w ibuh tan patanding,
tak terbilang,
bernama sang Triguna, aranira sang Triguna,
ibu tuanku bernama Diah ibune D yah Su k law ati
Suklawati.
31
llb .
13. Gandarwi berkata, 13. Sira Candarw i sumaur,
’’
Jangan tuanku ragu-ragu, sam pun ratu waking atit
bawalah cincin hamba ini, niki sim sim titiang bakta,
yang dapat menarik segala yang pangaradan sarw i su ci,
suci,
merupakan mustika dari segala m ustika ka sarwa ratnaf
permata,
karena ia berasal dari segala lantaran ia sarwa wangi.
harum-haruman.
14. Bila tuanku menemui kesusahan, 14. Yen idew a am anggih sungsut,
di mana saja sedang berada, satiba lakuning margi,
panggilah hamba melalui mustika awat titiang ring mustika,
ini,
segera hamba akan datang, saksana titiang ngerauhin ,
berguna untuk membendung w iguna ning tam bak baya,
bahaya,
dan menghasilkan yang baik. piknohnyane sari-sari,
15. Ada pula persembahan hamba 15. M alih ana punian ingsun,
yang lain,
campuran tumbuh-tumbuhan sandi lata tam ba luih,
melata obat yang amat
mujarab,
yang merupakan sari-sarinya, sari n ing masih kita,
sebagai obat, lata k osa li puniki,
segala penyakit akan menjadi kancan lara d a d i waras,
sembuh,
airnya yang diberikan, w ennya ika pisukanin.
12a.
19. Sisa yang mati, 19. Sesan pejah puniku,
masih sakit delapan pasang, ulung pasang kantun sakit,
sang Diah lalu berkata, sang D iah rara telah karuna,
bertanya dengan halus, atatanya saha m anis,
”Apa yang menyebabkan apa krananta sungkana,
bersedih itu,
menyesal seorang diri.” n yelsel •raga padidihin.
12b. 12b.
25. Hal itu yang selalu dicari, 25. Punika tem uang satuuk,
suka duka lara pati, suka duka lara p a tit
umpamakan orang yang beijalan, angdeyang w ang jalan,
sepanjang peijalanan, sepanjang-panjanging m argi,
panas dan sejuk tak pernah pan es tis norana pasah,
berpisah,
dan tidak dapat dilewati.” tan keneng pacan g lem pasin
26. Luh Tabia berkata menyembah, 26. Luh Tabia nem bah umatur,
’’
Sekarang hamba bersedia; ngiring titiang ratu mangkin,
menghambakan diri menyem nyaw ita ngaturang jiw a ,
purnakan hidup hamba,
hamba turut ke mana saja, satiba lam pah sailing.
35
29. Hamba tidak tahu sama sekali, 29. D urung pisan titiang weruh,
siapa tuan putri yang terhormat sapa sira sang ayu luih,
ini,
amat agung cahaya muka tuan, dahat kaw at ;ring sua-bawa,
dari mana asal tuan, saking en di sangkan prapti,
tiba di tempat yang sepi ini, m ara m ating sunia desa,
dan semuanya muda-muda.” sam i pada tru n itru n i
30. ”M em ang benar kami adalah 30. Tuhu kam i para w udu,
wanita,
berkelana di gunung alas, m anglalana ring wana giri,
tak tahu asal-usulnya, tan wruh m ating kalingan,
berkeliling siang malam, m ahideran lem ah wengi,
bersedia menolong setiap yang nyadia nulung kancan duhka,
mendapat kesedihan,
walaupun payah harus dijalani. nadian lesu tuigingsir.
13a. 13a,
32. Sang Ayu segera menolongnya, 32. Sang ayu gelis manulung,
ayam-ayam itu diobatinya, ayam nyane katambanin,
memakai air sendilata, antuk toyan sandilata,
binatang itu semuanya menjadi sato waras m aka sami,
sehat,
sang Diah mendoakan, Sang diah asung nugraha,
agar tidak menderita sakit lagi. m angda sam pun m alih sakit.
34. Itu dipakai penolak bala, 34. N ika dado sang acundung,
puja Ida Hyang Sri, astaw a ida H yang Sri,
dipuja dalam kandang ayam, astana ring kandang ayam,
mereka yang diberitahu menuruti, sang inujaran m isinggih,
Sang Diah lalu turun, sang D iah rara raris tedah,
masuk ke dalam taman di bawah m unggah taman sorin g ad ri
gunung.
35. Sampai sore beliau berada di sana, 35. M asasanjan ida ditu,
dan di sana mereka tidur bersama, irika m akolen sami,
keesokan paginya melihat bunga- udyana kocapan wredi,
bunga,
diceritakan taman yang ada, ranunnya kasatan toy a,
bunga kekurangan air, kem bangnya tan ana m abu kti
dan tak ada kembang dengan baik.
36. Tiba-tiba datang orang yang 36. K aget teka sang mangwangun,
membuatnya,
37
38. ’’
Nama hamba Gede Tulus, 38. Naman titiang G de Tulus,
penghidupan hamba adalah hasil laban titiangne sawah,
sawah, buktiang titiang ne setata
ini yang menjadi penghidupan buktiang titiang ne setata
hamba bersama istri hamba dan tan ana sanding ring
tidak ada yang lain,” anakebi,
sang Putri belas kasihan, karunia ida sang rara,
bangunannya tak berhasil. w angunane tan p a k reti
13b.
39. ’’
Bangunlah sebuah sanggar 39. Sanggar Taw ang wangun ditu,
tawang, banten canang burat wangi,
dengan upacara canang burat purnam a tilem e tujuang,
w angi, m angastaw a ring H yan g Sri,
laksanakan saat hari Purnama dan pam ucun tam ane buatang,
Tilem,
diciptakan Hyang Sri, taru en d on g ia tandurin.
dan usahakan di bagian pojok
taman ini,
tanami pohon endong. ”
40. Gede Tulus mengikutinya, 40. G de Tulus m apiturut,
tanamannya tumbuh subur, tam ane anulisa wredi,
segala usahanya menimbulkan k reti dan kirang sandangan,
hasil,
mendapat hasil yang baik, m akolihang sari-sari,
kemudian sang Diah melanjutkan sang D iah lumaku mangetan,
38
perjalannya,
menuju Endong Sari. ju m u ju g ring E n d on g Sari.
14a. 14a.
45. Nasihatnya sangat baik, 45. Sarwa m ule m anik tatur,
untuk mendapatkan kesenangan, sangkan m aharja astiti,
berasal dari kata-kata yang saking purw a kata tuayang,
diucapkan,
’’
Ibu jangan kau sedih, m em e hayua kita kingking,
pakailah hal itu sebagai ingatan, anggeh pak elin g d i m anah,
gembiralah para muda-mudi itu. pisukanin truna-truni
46. Bila ingin mengambil padi, 46. Yan ngatuju n gam bil pantun,
jangan' mengambil saat kajeng haja nuju kajeng manis,
manis,
hal ini ibu selalu ingatkan, elin g m em e apang setata,
pujalah Dewi Sri setiap waktu, D ew i S ri acep sai,
aturkan canang genep, canang gsep unggahang,
di tempat padi agar kita irit. m aring lum bung apang inih.
47. Untuk menyimpan beras dalam 47. M any im p en beras m aring pulu.
peti beras,
hendaknya ibu selalu ingat-ingat, taler m em e apang eling,
jangan dicampur dengan yang tan w enang aw orin lian,
lain-lain,
agar jangan dimakan bubuk, apang eda bubuke mangalih,
agar Tuhan mengaruniai, pan g su eca Ida Bathara,
itulah yang menyebabkan berhasil k e to kranane m asari
baik.
48. Bila hendak menuangkan nasi, 48. Yaning m an ogtogan g sangu,
di pagi hari, ring kalane punika,
nasi dingin itu, nasi din gin e) punika,
terlebih dahulu dipisahkan sanehang dum un wadahin,
tempatnya,
dikatakan amat boros, k o o s berat kojaranya,
karena itu Betari Sri amat murah. m enggaj Id a B athariSri.
49. Jika menumbuk padi, 49. Yadiapin nebuk ngalesung,
dalam pekerjaan sekarang ini, nyakap ga e bukajani,
melaksanakan upacara keagamaan, kadi m em e ngupadesa,
agar Sang Hyang Sri merestui, apang m asurya Sang H yang Sri,
memukul bunyi-bunyian, m agagonjakan m angoncang,
hal ini yang menyebabkan irit.” punika nglantarin inih.
40
50. Men Balu berkata sambil ber 50. M en B alu m anem bah matur, ■
datang sembah,
’’
Ham ba menjunjung tinggi mulai titiang nyuun saking mamgkin,
sekarang ini,
anugrah tuanku pada hamba ini,” pasuecan ratu ring titiang,
sang Ayu lalu pergi beijalan, sang ayi raris mamargi,
serta menghilangkan penderitaan saha citayaning mala,
nya,
diamlah ibu baik-baik. kantun m em e apang becik.
14b.
51. Tak diceritakan dalam perjalanan, 51. Tan w am anen hana ring hanu,
mereka terus beijalan inenuju kagenahan terus mamargi,
suatu tempat,
tempat beliau di hutan dahulu, dangu Id a m ating alas,
bertemu dengan sebuah taman kacunduk tam an awredhi,
yang indah,
sangat terpelihara tumbuh subur, kabinaw a alpasara,
dibangun oleh Dukuh Sudakmi. wangunan D ukuh Sudakm i,
52. Jro Dukuh sudah wafat, 52. Jro D ukuh pralina sampun,
yang masih hidup seorang pem kantun panjeroan asiki,
bantu wanita,
yang menjaga taman itu, m angem it udiana ika,
pagi sore membersihkannya, selid sore mangisakin,
tak ada orang yang menghiraukan* nora ana w ang wanehan,
nya,
tersebutlah Men Pucung pada M en P u cu ng ia rtuju enjing.
suatu pagi.
15a.
15a.
6. Sandat gadu n g sam i n eden g sekar
6. Bunga sandat dan bunga gadung
ipun m iwah tam mkma,
sedang berbunga,
dan pohon rukma, kungkulan tan gguli gading,
anggrek arum w am i-w am i
di atasnya pohon tangguli gading,
sam i kembang.
anggrek beraneka semua berbunga.
7. Bunga seroja dan bunga gambir, 7. Sroja m ilu sekar gam bir,
dan bunga menuh, lawan menuh,
berdampingan dengan pohon nyanding w ali priya tigaron,
tigaron,
m uang candigari w aribang ipun,
dan bunga canigara serta bunga
waribang,
m atata sam i mawarna.
semuanya berwarna warni.
42
kotor, kadulu,
agaknya menimbulkan kesedih ulat m angwangun duhka,
an,
lalu gadis itu marah, sang rara tum uli sen git,
”01eh kau, ah oh uduhf
ikan hina kau. dadia candala ta mincu
14. Pikiranku jadi menderita 14. M anah ingsun da di neraka
olehmu, ia d e mu,
dan kau angin, m uah kita maruta,
sampai hati kau turut serta, tresna iba manulurin,
bertiup kencang, mangalinus,
sebagai menantang aku yang u lat nangtang sang duhkita.
sedih ini.”
15b. I5b.
15. Banyak kupu-kupu bersuara 15. K um bang hum ung kueh ia
ribut tak berkeputusan, m adu lur-du Iur,
mengisap bunga, m angrabasing puspa,
terbang berkeliling ke sana u m ian gm ib er sana-sini,
ke mari,
membuat bingung, ngaw e ibuk,
dan kumbang itu menyakitkan denia kum bang kam a sula.
telinga.
16. Jae Cekuh dan Ni Tabia 16. Jae Cekuh lan N i T obia
memeluknya, rn lya m angelut,
”Oh tuan putri, duh dew a sang rara,
mengapa tuan bersedih, nguda ratu pa ti elik,
jangan berkelanjutan, sam pun kadurus,
sadarlah diri tuanku.” elingang ratu ring raga*
17. Tak lama ketiga putri itu di sana, 1 7. Nahan tangguh sang tiga,
tuan putri lalu mandi, tri iriku,
di pancuran yang airnya bening, in in i m asucian ring
setelah selesai, pancuran su ci ening,
sore hari mereka hendak sam pun pu pu t,
meninggalkannya pergi. kala sore ia mananggal.
18. Tiba-tiba datang Men Pucung 18. Saget rauh M en P u cu ng
hendak mandi, pacan g manjus.
44
16a.
22. Ikan pecal dan sate pusut, 22. Iw ak ipun p e c e l lan sate pu su t ,
udang berbumbu, udange mabasa,
ayam panggang dan ikan lele, panggang ayam muah lele malih,
srobsob kepiting, srob sob yuyu,
dan telur dadar yang digoreng. gegoren gan taluh dadar.
nya,
setelah selesai, w us p u p u t,
mereka kenyang semuanya. w areg ida m aka sampiyan.
24. Sang Diah Ayu berkata dengan 24. Sang diah ayu m engandika
lemah lembut, m anis arum,
”Aku ingin berkata, nira m apidarta,
dengarkanlah olehmu, y e k i renga sira bibi,
agar mendapat keselamatan, pan g rahayu,
tidak boros dan menjumpai nora k u w os nem u lana.
keselamatan.
25. Ingatkanlah bahwa setiap 25. E lin g tuhu bilan g enjing
pagi ibu menyapu, b ib i nyapu,
dari tempat tidur, saking paturonan,
dalam rumah agar bersih, ring je r o umah p u p u t resik,
kemudian baru keluar, lantas pesu,
menyapu di halaman. m asesapuh m ating natar.
27. Kemudian mandi sambil mencari 27. Wau martjus sam bilang mang-
air, am bil banyu,
mempersembahkan sirih, canange aturang,
penghormatan kepada Sang panyanggrane ring Sang
Hyang Sri, H yang Sri,
yang benar, sdne patut,
sirih kapur yang suci. pam ucangan sane sukla.
16b. 16b.
30. Tidak diceritakan mereka 30. Sang catu r tan ucapan
berempat berada di sana, lam ine ditu,
di Alpasara, m aring alpasara,
saat hampir bulan Purnam a Purnam an K apat w us nampi,
K apat,
sang Diah Ayu, sang D iah Ayu,
membersihkan diri dalam m abresih m aring udyana.
kolam itu.
31. Setelah sang Udiatmika mandi 31. Wus adiu s sang U diatm ika ne
di sana, ditu ,
Cekuh Jae dan Tabia, Cekuh Jae Tabia,
mempersembahkan bunga ngajum sekar ring sang
kepada Tuhan, Widi,
harum-haruman, lenga harum,
dan Raden Dewi berhias. raden dew i nannandang pa y as.
32. Warnanya cantik pinggangnya 32. Warna m ulus m adyn ram ping
ramping jarinya lurus, kara ruru s,
betisnya laksana pudak, w etise m am udak,
susunya laksana kelapa gading, susune mp.it tur nyangkih,
dadanya menonjol, dada jujul,
bahunya bidang dan kukunya bau w idang naka panjang.
panjang.
33. Perkataannya manis pandangan- 33. Sabda nyunyur kenying
sayu, m anis cingak balut,
bibir merah, lam bene ngatirah,
giginya bersih dan runcing, w ajane alus m aingid,
demikian pula taringnya, m iw ah siung,
gusinya memerah delima. isite ngem bang rijana.
47
17a. 17a.
38. Kemudian sang Ayu pulang 38. R aris m antuk k apon dok ida
kembali ke pondok, sang Ayu,
tersebutlah perjalanannya, pam argine kocap,
beliau ingat yang lalu, elin g ida suka nguni,
sang Diah Ayu, sang diah ayu ,
kemudian berkata dengan m aw ecana rin gJ ae Tabia.
JaeTabia.
39. ”Dan kau Cekuh sediakan 39. M iwah Cekuh pahom an caw isang
pedupaan di sana,” ditu,
48
41. Berdatang sembah serta memeluk 41. N em bah m atur m angelut jariggian
sang Ayu, rin g sang Ayu,
bersedia mempersembahkan, sayaga ngaturang,
pakaian beraneka warna, busana m awam i-wam i,
serta makanan, saha sangu,
pakaian untuk dua tahun. sandangane kalih tiban
44. Bernama Raden Darmika sangat 44. P ekik nulus R aden D arm ika
bagus* puniku,
berasal dari negara lain, saking lenan pura,
putra Raja Gilingwesi, putran R atu Silingw esi,
itu patut dihormati, nyandang sungsung,
beliaulah yang akan menjadi sira lakine sarata.
suami tuan.
49
17b. 17b.
47. Sebenarnya ia adalah penunggu 47. Jatin ipun tunggun gesan g
hidup yang dapat beijalan, uningm alaku,
ada tiga pemberian, trini kang rarapan,
yaitu tiga bayu sabda idep, bayu sabda idep trini,
agar menukik, pan g sum uyug,
selalu menjaga suami. ngem ban w ang laki setato.
48. Bayu itu maksudnya tindak 48. Bayu iku tegese tindak
bila salah, y an g luput,
malu terhadap suami, elek rin g pria,
orang-orang semua tak senang, w idu warga pada sengit,
timbullah keributan, m etu nyut,
dan terhadap suami akan m ating lakine marebat.
timbul pertengkaran.
49. Sabda itu artinya berkata bila 49. Sabda iku tegese m angucap luput,
salah,
berani kepada suami, langgia m ating priya,
semua keluarga akan berani, windu w arga pada bani,
rakyatpun berani, bala purun,
mereka akan berbuat kejahatan. asayu to pada corah.
50. Idep itu artinya pikiran bila 50. Id ep iku tegese manah yan
salah, luput.
50
51. Seorang istri menjaga laki-laki 51. Nara wadu ngam ong laki catu r
dengan empat tujuan, suduky
semuanya dari hasil musyawarah, sam i ringpaum an,
terus menjaganya, m angem ban sai-sai,
tiga hal di atas, tri paw on ipun,
serta selalu menyapa dengan saha party am bram a
kata-kata manis. suswara.
52. Suami istri laksana sebuah perahu 52. L aki wadu upam ane prahu
yang besar, agung,
berangkat berlayar, lunga malelayar,
sambil menjaga layar dan kemudi, nyaga bidak m uang kem udi,
agar perahu itu menuju tujuan pada anut prahu ken cen g
dan cepat jalannya harus seia turin gancang. •
sekata.
53. Pengemudi di belakang salah, 52. Tukang ipun salah ngam udi ring
mungkin jalannya berubah, pungkur,
bila pemegang layar yang salah, m anaw ane obah,
jalannya tak akan cepat, y an g tukung bidak nyane pelih,
pasti tak akan mencari tujuan.” b oy a sinah pacan g tungkap.
18a. 18a.
54. Setelah jin Candrasih selesai 54. Sam pun p u pu t Jim Candrasih
berkata, m aw uw us,
”O tuan 'Putri, ih dew a sang Ratna.
ingatkan akan nasihat hamba, eling-eling den pakeling,
nini akan pulang, n in i mantuk,
karena hari sudah siang.” w us rahina kang diwasa.
55 Pagi hari setelah matahari ber 55. D a w u h p itu Sang H yang
sinar, R aw i sam pun m etu ,
akhirnya gadis itu, w ekasan sang Rara,
tak dapat tidur semalam suntuk, tan ana nidra saw engi tur jum ujug,
lalu masuk ke asrama bersama kapasraman kalih inya.
51
pembantunya.
56. Mereka berempat berkeliling 56. Sang kacatur m ideranin
menyenangkan hatinya, pacan g kulangun,
sambil memetik bunga, m ahas ngalap sekar,
angin bertiup dengan lembut, samirana ne ngusisir,
perlahan-lahan, ararantun ,
meniup bunga pucuk muda. harm rin g sekar sinuam.
18b. 18b.
3. Memberi pengertian kepada orang 3. A jnyananira sw eca m ating
yang congkak, sarwa garw a ,
suci murni laksana bulan, su ci k adi sasih,
mengetahui weda dan sruti, ngam ong w eda m w ang seru ti
kaya akan hamba sahaya, w ibuh wadua ran akikit,
banyak bupatinya tak terhitung, bu pati tan keneng itung,
bahudanda semuanya gembira, baudanda pada rena,
para petani berhaal baik, bala tani lintang wredi,
subur makmur, teduh landuh ,
karena tindakan baginda raja. kirtin angunge makrana.
19a.
8. Demikian sabda beliau, 8. Nahan w uw us sangN ata,
bahudanda berkata serempak, Bahudanda saur paksi,
menyetujui pendapat beliau, m am ingsinggih S ri Narendra,
kemudian Raden Anom ber R aden A n om m atur singgih,
datang sembah,
’’
Hamba bersedia untuk nyadia titiang ja d i ngiring,
menerimanya,
bila tuanku sudah yakin, yan pukulan w us hawruh,
karena hamba terlalu bodoh, d on in g titiang lintang tuna,
jauh kurang dengan para kacew a ring w atek mantri,
menteri,
belum mengetahui tentang durung m angguh yan darm a
pikiran kadarman, tatimbangan.
54
19b. 19b.
12. Putra raja berkata, 12. N repa putra mangandika,
’’
Teruskanlah sekarang tuanku, du ru s ratu sane mangkin,
menjadi raja diraja, ratuayang nata ning nata,
pegangan seorang yang berkuasa, agem an sang m awa bu m i
segala hal dan pikiran yang sarwa naya nene su lit,
sukar-sukar,
selalu belajar,” panugrahane satuuk,
Sang Wiku berkata, sang Wiku asung wecana,
’ ’
K ew ajiban raja, tata ratu,
adalah membahagiakan negara. sandi n ingm ah ayu jagat.
15. Tingkah seorang yang tak 15. Yan am bek w ang asrnaha,
berpenghasilan,
tak diketahui kerusakannya, karusakan tan uningin,
rakyat miskin serta banyak ja ga t sayah m aling galak,
pencuri,
mendatangi raja, m an gepet sang Narapati,
mencerca raja, tininda S ri Nrepati,
dan rakyat bodoh, katkan balane punggung,
semua itu membuat kesusahan, sehanane m enyebelan g age sira
segera tuan menolongnya, manulungin,
jangan menghitung, ayw a ngitung,
banyaknya harta benda yang kueh ing biaya pacan g
dikorbankan. punia.
20a.
16. Lihatlah desa-desa, 16. Cingak dew a padusunan,
setiap yang kurang diberitahukan, asing tunapituturin,
di antaranya pratim a desa, m akadi pratim an desa,
pura puseh pura desa agar baik, Puseh D ew a m angda becik,
bila tidak demikian, yan in g nora kadi yukti.
situasi desa akan ribut, D esa bondannara umung,
setiap pertemuan akan bertengkar, bilan g sangkep m iyegan,
* perkataan atas mengatasi, ujare saling tam bungin,
tak menentu, p a ti kacuh,
segera tuan menolongnya. tulung dew a gegelisa n
17. Bila puma Dalem rusak akan 17. Pura D alem e . karusakan punika
menimbulkan penyakit, ngaw etuang sakit,
orang mati tak berkeputusan, nara pejah tan putusan,
laki perempuan tua muda, rara bajang agung alit,
bila itu dibiarkan, ika Jtyandang patam tam inK
akan inenghancurkan raja, m angrugiang sang N ata Ratu,
yang menyebabkan hasilnya d u li labane makirang.
57
berkurang,
bala tentara tak akan bertambah, B alane nora werdi,
tetapi bila selamat, yan rahayu,
jalan akan lancar dan mendatang m arga gan tar w etu laba.
kan hasil.
18. Keadaan sebuah taman negara, 18. D arm aning taman nagara,
bila tidak dipelihara, pada nora karisakin,
padi akan banyak kerusakan nara ja gu l pari rusak ,
bila orang-orang bodoh,
dan hal ini menimbulkan orang taler m angaw inang rusit,
berbuat kenakalan,
desa-desa kurang bersih, padusunan kirang bresih,
akan banyak penyakit yang akueh pin akite metu, :
timbul,
hal semacam ini perlu diganti nyandang gen tosin pangem puan,
petugasnya,
yang tahu akan ilmu pengetahuan, ne weruh ring afnyana aji,
agar selamat, m angde kukuh,
sebagai penuntun desa.” maka gurun padusunan.
19. Demikian uraian sang pendeta, 19. Patangguh ning Bhagawanta,
terhadap raja putra itu, m aring putrane Narapati,
lalu beliau berkata sambil ngandika saha ngadpada,
berdatang sembah,
titiang dahat m am isinggih,
’’Hamba akan menjunjung tinggi,
y o g y a sajnyana aji,
sebenarnya hal ini,
tigang sasih ranah m pu,
selama tiga bulan kemudian,
irika p u pu t samaya,
saat itulah janji hamba,
kabiseka m awa bum i,
menduduki tahta kerajaan,
kantun kulub ,
sekarang belum masak,
ring p idarta sang Sadaka.
terhadap ajaran sang Sadaka.
20. Pikiran hamba belum tetap, 20. Manah titian g kantun obah,
karena umur masih amat muda, kagenda yusan e alitf
sebagai seorang muda, angganing arep ing muda,
setiap yang baru dilihat, asing anyar wau kaksi,
ingin untuk mendapatkan, kengin ndatan kagugiianin,
walau tak ada hasilnya, nispatakaw redian ipun,
semua ini belum dapat durung rata sida pasah, '
58
dipisahkan,
kesenangan hamba setiap hari, legan titiang sahi-sahi,
berburu, m ababuru ,
di dalam hutan belantara.” rin g telen g ing wanawasa.
20 b. 20b.
21. Baginda raja lain menyelanya, 21. Sang Srinata raris nanggal,
memberikan nasihat, m anyelem pulungin sajnya aji,
’
’D engarlah baik-baik, renga dew a ju a tatasang,
ajaran sang pendeta yang benar, pasw aneh pandita yukti,
jangan anaknda ragu-ragu aja sira bari-bari aneng
terhadap kebenaran perkataan ujar ring sang Putus,
sang Putus,
kau akan kena kutukan, kna upadraw a dew a,
anakku hanya kau sendiri, putran bapa tuah sinunggil,
jangan menolak, ayuw a nglimur,
perhatian nasihat-nasihat itu. tu tute ju a tatasang.
27. Burung bangau bersuara sekali, 27. Suaran ban gone apisan,
burung-burung terkejut lalu kagiat m ib er pada paksi,
terbang, rin g u n in in g ban go ikat
konon masa lalu tentang burung
bagau itu, lu ir pangaduh kanang stri,
laksana sakit seorang wanita, wawu n eden g warapsari,
yang baru meningkat dewasa, kapwarangan wau-wau,
dikawin paksakan, m aring y ayah kalih rena,
oleh ibu bapaknya, wau am or in g saw engi,
baru bergaul semalam, anyerit antu,
menjerit lalu pingsan, wau tem be rinbasa.
karena baru merasakan.
28. Di malam hari, 28. R i dasam i punang kresna,
terlintaslah bulan di langit, sasih katon aneng Langit,
hanya setengah, satengahnya katinghalan,
warnanya pucat karena terang acum kasundarin rawi,
matahari,
laksana wanita yang kesedihan, luir w anita kasih-kasih ,
sambil melihat suaminya, sarw i ninjo laki nipun,
melalui sebelah pintu, m ahalingan lawang asibak,
sebagai perbuatan orang yang lam pah sang sen en g m an yilib ,
suka bekeija tidak terang-
terangan,
yang masih ada, sang akantun ,
keterangan yang tertinggal. pakirang w us katinggalan.
21b. 2 1 b.
29. Mencari bunga di dalam telaga, 29. Ruru pu spa ning udyana,
di dalam tanah kelihatan seperti m aring lem ah sawang
menangis, ndngis,
melekat pada jaring laba-laba, katut m aring kabang kakawa ,
laksana orang yang sedang angganing w ang seden g asih ,
berkasih-kasihan,
memeluk dengan beralaskan nglut galen g menanpanin,
bantal,
maka tidur lelap, dadianya nidra katungkul,
tanda • waktu sudah berbunyi, m aglendeng panalikah,
gembira bersanria-sama batigiin, kascaryan m awungu sami,
61
32. Sekitar pukul 6 pagi lalu ber 32. D auh pisan terus cawisang,
jalan,
tombak demikian juga bedil, tum bak b edile tan mari,
dan sudah melewati kerajaan, sam pun langkung ring nagara,
selalu diiringkan oleh hambanya, tan sah kadeyan m angiring,
tetapi tak seekor buruan yang m ababuru tatan olih,
didapatnya,
masuk ke gunung alas, m anyusup kagunung-gunung,
berkeliling di tengah hutan, m aider m adianing wana,
menuruni lembah menaiki tedun luwah m unggah giri,
gunung,
dan akhirnya malam hari, n du gi dalu,
maka tidurlah di tengah hutan. m akolem wancala.
62
mandi itu,
dari bawah pohon nagasari, saking so r ing nagapuspa,
para gadis itu tidak mengetahui para wanita tan u n ing,
nya,
asik semuanya mandi, ngaligas m ak obok sami,
mereka ribut mandi dalam telaga geger m adiyus ring ranu,
itu,
berhias mengantarkan sang pa jelen te m angiring sang
Diah, diah,
dan sudah selesai mandi, saget sam pun mandayani,
kemudian pulang, raris mantuk,
selesailah mandi di telaga itu. p u pu t adyus ring udyana.
22b. 22b.
37. Perjalanan diikuti oleh Raden 37. K etu tbu ri lam pah ira olih sira
Mantri, R aden M antri,
I Pagag ke depan, Paman Pagag mangarepang,
”Ya tuanku ada jelita, inggih ratu sang Apakik,
bulan di dunia sudah kelihatan, sasih bu m i sinah m angkin,
turun di dalam telaga itu, m ating udiyana m anurun,
di tengah hutan, naring telen g in g wanawasa,
karena kebijaksanaan yang saking wikun sang mangawi,
mengadakan,
agar jangan, m angda sampun,
orang lain yang menyaksikan? nara lian mangantenang.
nya.
39. I Pagag lalu menghadap kakaknya, 39. Pagag nangkil ring kaharnya,
bila kemalangan yang menyebab kaget laeure ngawinin,
kan,
siapa tahu gadis pingitan, singnya istri sangkringan,
alangkah malangnya menjelma aduh laeure dum adi,
ini,
ingin tetap seorang diri, saking nyadia padidihan,
melihat gadis siang dan malam, m an on ton istri siang dalu,
dan ditambah dengan nasih sial, lan mawawah catu r krandan
kemalangan bertumpuk-tumpuk, dew eke m atindih,
karena nasib menghamba ber saking lacur b eli ngawula,
sama saya. sareng titiang.
40. Aku kagum benar, 40. K asob saja manah titiang,
kebahagiaan orang beristri, sadian anake marahi,
berdiam di tempat yang sunyi, m agenah ring suni antara,
menyembunyikan seorang istri, m anyingidang anak istri,
yang dapat menimbulkan bahaya, anggon m am ayasin ukir,
namun ia tak pernah bingung, ia satata nara ibuk ,
mungkin mereka tak memikirkan inab ton g ngitungang pangan,
makanan,
karena jauh perhatiannya, lian lengannyane sai,
tiba-tiba ia jatuh, saget runtuh,
tinggallah Raden Mantri sendiri. katun ida Rahadyan.
23a. 23a
41. Semua amat kaget, 41. K agiat kalintang osah,
ribut menjerit, dadi um ung pada nyerit,
I Pagag Pageg berteriak meminta 1Pagag P ageg m aguyang
tolong, tulung-tulung m anulam i,
”Ya tuan sang bagus, inggih ratu sang apekik .
mengapa tuan demikian ini, nguda ratu ju a kadurus,
tuan adalah permataku, m as m irah titiang idewa,
sampai hati tuan meninggalkan, lalis ratu maninggalin,
lihatlah ke belakang, nolih kepungkur,
sang Diah beserta pembantunya.” sang D iah lan f para inya.
65
23b. 23b.
5. Setelah sampai di taman, 5. Teka ring umah ing tam an ,
raja putra akhirnya mulai sadar, nrepati putranora manglilir,
segera mereka menolongnya, sahasa sam ia manulung,
sang Dewi lalu berkata, sang D ew i mawencana,
”Kau Jae, sira Jae,
segera disembur beliau itu,” enggal sem bar sang kantun,
para pelayan memberikannya, para inya im ang ngaturang,
menolong bergantian. matu lung aganti-ganti
6. Tak ada orang lain, 6. Narana waneh santana,
adalah seorang putra raja, Prabu Putra lanang sanunggil,
dari negara yang amat terkenal, ring nagara dahat kastu ,
raja yang kaya akan rakyat, ratu w ibuh ing wadwa,
pendeta-pendetanya bijaksana para B iksu Trenawindu ajnya
bernama Biksu Tresnawindu, pu tu s ,
sampai hati tuan meninggalkan, dadi las dew a m atinggal,
dan Raden Dewi lalu menangis. R aden D ew i nuli manangis.
’
Teruskanlah cinta tuan, tulus ratu sueea rin g titiang,
terhadapku, sukan titian g kapilangu,
kegembiraan saya tak terhingga, tan m ari wanekekang.
tak pernah puas,” R aden D ew i pun m angucape
kemudian Raden Dewi berkata m anis nyunyur,
manis,
memberikan obat, w alesaken tam ba ning wangt
mengandung daya hidup. ring dagingin g ajnya ja t i
24a.
10. Ditempatkan pada ujung kepala, 10. M aka tutuk su ci muka,
dwijendra yang terletak pada dw ijundra sane m unggguh ring
pusat, nabi
di mata terletak sinta, ring pan on sintane m ungguh,
dalam kebajikan tempat yang genah landepe ring guna,
tajam,
hal itulah, nika m alih,
yang ingin hamba minta, nyandang tunas titian g ratu,
belum masak dalam sarungnya, durung m anjinging urangka,
dan sarung dimasuki keris. urangka m anjinging keris.
11. ’’B ila tuan kasihan kepada saya, 11. Y an asung dew a ring titiang ,
tunjukanlah kasih tuan kepada m an yihn ayang.suecane ring
saya sekarang,” titiang mangkin,
kemudian putra raja itu diam m enen g sang anom ngalesu,
kepayahan,
lalu Pagag menyahut, pun Pagag nim bal imang,
diikuti oleh, kasarengin,
adiknya dengan nada senda ring rahine saw ur guyu
gurau ’ ’
Seekor ayam bertaji, ayam m ataji sinunggal,
memukul tapi tak melukai.” m agebug nora n aton in
24b. 24b.
16. Dewa kecantikan di dunia ini, 16. D ew a ning ayu sajagat,
tak ada lagi, ta tan ana,
69
25a. 25a.
21. Raden Dewi berkata sambil 21. Sang ajen g asawur sembah,
menyembah,
’’
Hamba akan menurutinya, inggih titiang wantah jaga ngiring,
bila tuan sudah menghendaki y an sam pun m antuk ring kayu n,
nya,
memperhamba saya orang yang ngawu layang titiang nista,
hina ini,
kurang guna kurang harta kurang inag gun a inakaya ina
kepandaian, kaweruh,
sudilah tuan memberikannya, ledang ratu m akayang,
kesucian hati yang bersih. sukla ning ajnyana luih.
22. Tak tahu hamba mengatakan 22. Tan uning titiang ngaturang,
apa-apa,
tentang hal itu, yan punika,
yang tuan kehendaki sekarang karsayang ratu mangkin,
ini,
hamba tak tahu sama sekali, dereng pisan titiang weruh,
sebagai kehendak sang suci, luir ning karsan i mirah,
karena itu, liw at sangka,
agar jangan salah tindak marilah m anda sam pun salah sengguh
kita tanyakan, n giring ratu paguruang,
kepada sang pendeta.” ring jen g pratidasidi.
25b. 25b.
26. Melihat berkeliling, 26. Mawas ikang dasa desa,
Raden Mantri, Raden Mantri,
tidur berdua dengan Raden Dewi, alaron lan Raden Dewi,
sambil melihat-lihat ke bawah, sarwi ngawas ukut-ukut,
tetapi masih tetap di tempat tan sah m ating paturuan,
tidur, ngarih-arih,
berkata kasih sayang,
”Oh mas juita, ngarih-arih.
72
28. Setelah beliau tiba di rumah, 28. Saprapta ira ring umah,
mereka duduk bersanding di ring kalangka alungguh tur
tempat duduknya, masanding,
wajah sang Diah Ayu, w adanene sang D yah Ayu,
pucat laksana bulan, acum luir sasangka,
telah semalam dimakan Kalarau, w us katadah saw engi d e Kalarawu ,
pelayannya mempersembahkan panjrow an ngaturang dahar,
makanan,
dipersembahkannya pada mereka katur ring rahadian kalih,
berdua.
29. Setelah selesai semuanya, 29. Saw usan ida katuran,
mengatur perhiasan, nandang pahyas,
sang Ayu dan pembantunya ida sang A yu D iah apekik
sudah selesai, paw on gan e taler sampun,
Pagag Pageg dengan girang, P agag P ageg sarw i girang,
marilah kita segera hamba duh glisin titiang ngiring
mengantarkan di muka, u li d i malu,
agar jelas dapat mencari jalan, kapangguh m argine antar,
hamba bersedia mendahuluinya. titiang nyadia m angungkurin
30. Kemudian bersedia untuk 30. R aris ngireyang mamarga,
berangkat,
segala persiapan sudah tersedia, babekelane w us pu pu t cum awis,
kemudian berjalan, tu m u li raris lumaku,
73
34. Harimau yang sedang tidur 34. M ong nidra nufya katrajang,
diterjang,
lalu turut berlari suaranya milu mlayu suarane luir
laksana tanda bahaya, panitir,
segera mendaki gunung, enggal mangunggahin gunung,
burung-burung ribut suara paksine humung humiang angin
angin, meriak menempuh aris masiek camara ngungkul,
pohon cemara yang melindungi,
mungkin menyapa orang yang mahinab nyapa sang prapta,
datang,
dan kelihatannya pohon tapak tampakbalene ngulapin.
bala melambai-lambai.
35. Tersebutlah pohon madu, 55 , Tam madune kocapan,
di tepi jalan buahnya pinggir ing enu wohnyane
bergantungan, pasuranting,
tiba-tiba datang sebuah lengan teke wijange manempuh,
mengenainya,
kapuknya terlepas, kapuknyane matinggal,
mungkin takut, inab jerih,
terhadap ujung lengan sang Ayu, ring tungtung mijane sang Ayu,
hanya bisa bersuara burung Tuhu tahune masuara,
tuhu-tuhu bersuara,
laksana sebagai petunjuk jalan. inab matujuhin m argi
36. Tidak diceritakan lamanya 36. Tan kocapan suening marga,
dalam perjalanan,
telah melewati hutan rimba, ngalangkung maring sunia wanagiri,
Jenggala terbentang luas di jenggala jam bat kapungkur,
belakang,
dengan cepat langkah di jalan, enggal lampahe d i marga,
di taman, maring taman.
Raden Mantri maju ke depan, Raden Mantri raris nuju,
istrinya tak pernah terpisah, garwanira nora pasah,
banyak orang yang mengiringkan- panca muang katah mangiring.
nya.
26b. 26b.
37. Seorang penjaga taman 37. Tunggun tamane manyanggra.
75
menyongsongnya,
menyiapkan segala macam mas manyawisang sarwa saha mas
manik, manik,
bale masnya amat mengagumkan, bale mase anglalangun,
dikelilingi sebuah taman, kulilinganing taman,
serta di pinggirnya banyak bunga, tur m atepi sarwa sari arum -
yang harum-harum, arum,
berpagarkan kembang sepatu mapager pucuk abang,
merah,
dan memakai pagar besi kuning. mancaksaji w esi kuning.
38. Tersebutlah di malam hari, 38. Wengi kala kawuwusan,
bulan menyinari taman sari sasih m ifil manyuluh taman
tersebut, asri,
lalu Raden Mantri turun, Rahaden Mantri tumurun,
dari bale kemasan itu, saking parhyangan rukma,
sambil bersenang-senang, sa saha lila,
bersama Raden Galuh, sareng ida Raden Galuh,
mengelilingi telaga, maiderin udiyana,
Jae Cekuh dan Tabia Jae Cekuh Tabya ngiring.
mengantarkannya.
39. Beliau berdua lalu diam 39. Sang kalih raris manabdab,
sejenak,
”Ah saudara-saudaraku ketiganya, uduh kala kakan nira maka tri,
namamu akan kuganti, nama siragen tos ingsun,
Jae bernama Priyaksa, Jae ngaran Priyaka,
saudara Cekuh, Kaka Cekuh,
namamu Soka, Soka namane patuh,
dan Tabia berganti nama, muang tabia gum atia nama,
bernama Ni Jempiring.” araniraNi Jempiring.
40. Telah lama berkata-kata, 40. Sasuenneam cgarwulan,
kembali beliau masuk munggah malih,
ke rumah murda manik yang maring murda manik nginggil,
tinggi itu,
kasur sari beserta bantal kasur sari galeng tumpuk,
yang mantul-mantul,
harum semerbak, wangine mahimpugan,
harum seluruhnya, sumar merik,
76
anakku Raden,
dinobatkan menjadi raja, sira nanakku rirugya,
sebagai rencana semula. k adi rem bayan sam pun
3. Hari manakah yang baik, 3. N d i kang diw asa utami,
yang patut, lawan y o g ia ,
untuk pernikahan anakku, pawarangan anak ingsun,
dengan putri baginda raja, rin g suta sang Prabu,
di negara Awun-awun, rin g Dwun-Dwun negari,
yang bernama Dyah Gerong, sang D yah G eron g m aka nama,
dan lamaran kita sudah m anglam ar katrim a sampun,
diterimanya,”
sang Bagawanta berdatang sembah, sawur singgih Bhagawanta,
terutama Bagawan Tresnawindu, Trenawindu utami,
’’
Paduka tuanku, duh ira sang Naranata,
yang kaya akan hamba sahaya. sang w ibuh ing bala agung.
4: Ya paduka tuanku, 4. Singgih N ata Naresuari,
mohon maaf, sawakena,
sang bujangga berdatang sembah, B hujangga A ji umatur,
dan kepada Catur wangsa, ring sam a kacatur,
sudi menerima dengan baik, prapti pada sukla nampi,
bahwa pada hari Rabu landep B udan L andepe punika,
sekarang ini,
hari yang sangat baik, ngabiseka dahat ayu,
untuk perkawinan, y a ta m aring pawarangan,
dan para resi membenarkannya, para resi masinggih,
dan sudah ditetapkan harinya, pu tu s ing diwasaika,
kurang sebelas hari dari saking m angke kirang
sekarang.” salikur.
5. Baginda raja beserta permaisuri 5. Sang B upati lan nari suka cita,
amat gembira, harum am anis mawuwus,
berkata dengan manis, singgih para biksu,
”Ya tuanku para pendeta, lan rakryana sira patih,
beserta para patih, undangan ikang bala,
panggilah rakyat semuanya, salw ir gegelaran patu t,
dan seluruh keramaian, kancan ikung unian-unian,
seluruh tontonan, m w ang sasolahan somi,
beserta tari-tarian, uparengga ning kadatwan,
katekeng wangun tur-watu.
78
28a 28a.
12. Adapun tempat pengantin amat 12. M uang bale pawarangan asri,
indah,
berhias, m uparengga,
serba keemasan, sarua kanaka catur,
berpermata gemerlapan, sasocane murub,
semua terukur, m atat ah pada maukir,
pintu emasnya sangat indah, htwung ikang dwara em an,
semua raja sudah duduk, papatiayan sam i mungguh,
diapit dengan karang curing, sinlanging ratna m abangr
di atasnya beratapkan candra m ahapit karang curing,
kanta, kahungkulan candra kanta,
dan semuanya membuat m anyuluh sarwa ulangan ,.
ketakjuban.
28b. 28b.
13. Di depan rumah permata itu, 13. R in g areping um ah m as m anik puspa,
terdapat segala macam bunga, sam i n eden g arum-arum ring natar
semuanya harum semerbak aturut.
berleret teratur di halaman,
bangunan laksana kembang,
banyak minum-minuman, waw angun luir kesari,
sambil bercengkerama yang sam i pada m un gw in n gpan ap
mengandung ajaran, sarw i kanaka m w ang tutur,
berleret di tepi jalan, ajajar angapit marga,
berwarna hitam merah putih ireng abang putih, kuning,
dan kuning,
berwarna wami, obekan sarwa ning warna,
jenis minuman itu. m ungguh rin g pana n in g santun.
14. Adapun gambaran para bala J4. Pratim a luir w ang ajurit,
tentara,
yang berada di sebelah kanan, m u n ggu in g .kanan,
yang berada di sela-sela minuman, m ating selaning pana santun,
sudah teratur, tur m acaw i sampun,
bentuknya laksana Dewa-Dewa, aw anguhlu if dpsari,
beijaga-jaga menunggu air hidup, prayatna art&emit mreta,
senjata cakra dan gada, cakra danda lim pung,
demikian pula para Dewa yang m uang apsara m awa laras,
memegang panah,
laksana kekuatan Batara Wisnu luir tuduh ing H yartg Hari,
di dunia,
kalahlah sang Kala dan Ludra m aring sem ara buwana so r kala
sebagai musuhnya. ludra kang musuh.
29a. 29a
17. Guna-guna sudah terletak pada 17. Guna Su n dam u n ggu in g
lirikannya, Uring,
di hidung, m aringgrana,
terletak guna-guna Bugis, guna B u gise umungguh,
yang terletak di gigi, ne ungguh ring unta,
adalah guna-guna Sasak, guna Sasake tan mari,
di bibir terletak, lati lam be malingga,
guna-guna Melayu, ada gun a Malayu,
di buku-buku anggota badan, ^hilang sandi m aka angga,
terdapat guna-guna Jawa, m ijil lan guna Jawi,
guna-guna Bali yang sudah gun a B aline kaw uw us pasung,
terkenal,
bernama guru banjur. nam a guru banjur.
18. Dengan mantra yang bertuah, 18. M uang kasungan m antra sidi,
tiga kali memusatkan pikiran, p in g tiga angam pet bayu,
menyatukan kaki, anunggalang suku,
menyembah ke lima arah, anem bah m am anca desi,
ke kiri tiga kali, m ider kiw a y a p in g tiga,
Batari Durga yang dimohonkan, B athari D urga ne katuwur,
sambil memukulkan kaki m uah m aketeban p in g solas,
sebelas kaki,
diciptakan Sang Hyang Wengi, kaincepang Sang H yang Wengi,
sesajen dan korban sudah tersedia, saji carune kumadang,
dan memakai ramuan ikan y o g ia masrana pin dan g kuluk .
pin dan g kuluk.
19. Sikap utama yang dilakukan, 19. Prigalan saneutam i,
IC a m b ra berag, I Cambra-berag,
dan I Pripih pasung guru, lan pripih pasun g guru,
semua sudah diresapkan, telas som i riangsuk,
sudah diwujudkan, w us kinojanan wedi,
wajahnya betul-betul gemerlapan, ja ti rupane dumilah,
setiap orang yang melihatnya sin g ngatenang pada lulut,
cinta kasih,
setelah semua ini meyakinkan w us anandel ikang manah,
dirinya,
semuanya akan disiapkan untuk sinah pu pu t in g suami.
83
sang suami,
karena kawin pertamakalinya, tem be pewarangan,
dengan Raden Mantri sudah R aden M antri kacep sampun.
diciptanya.
20. Asap dupa tak berkeputusan, 20. K ukus dupane tan m ari,
kulit pala, gandot-pala,
bau asap harum semerbak, kukuse wartgi sumambur,
bau harumnya telah mengepul, w angine m apupul,
dan sudah tentu mempengaruhi paparasan sam pun pasti,
rasa,
daya upaya telah diatur, sirat naya hinapenan,
disempurnakan dengan empat sinurna den in g serebuk catur,
macam serbuk,
bergelang emas berpermata, apin ggel kanaka ratna,
diperciki harum-haruman, lenga m uang burat wangi,
memakai kalung permata ge akahing ratna dumilah,
merlapan,
beranting-anting berpermata. anting-anting ratna mutu.
29b. 29b.
21. Giginya tajam berkilat, 21. U ntune nyalang m alungid,
di bagian belakangnya memakai m abusana basm a ikang sumung-
basma, kin,
sudah lengkap berpakaian, asandangan sampun,
segala perlengkapan seorang p a cu n g nira pram esuari,
permaisuri,
banyak wanita yang menolong telas kadang para wanita
nya, jarum an pada manulung,
menghias Dyah Suma (?), mahyas-hyas sang D yah Suma,
ia selalu bercermin, tan sah ira m acerm in,
dan hari hampir siang, m eh rahina kang diwasa,
Dyah Gerong menunggu orang D iah G eron g nunggu sang
yang menjemputnya. nyungsung.
30a. 30a.
3. Hamba tak banyak kata, 3. Titiang tan panjang ratu,
walaupun ini yang menyebabkan yata pacan g ngw ang m atapa
hamba mati, lam pus,
hamba tak lepas dari kaki Raden nora pasah ring sukunta R aden
Mantri, Mantri,
walaupun hamba mempunyai y ata titiang m em enyan siu,
seribu orang madu,
hamba'akan tetap setia. titiang wantah jaga tuwon.
4. Hamba menunggu di taman, 4. R in g tam an titiang nunggu,
tuan meninggalkan hamba untuk m aninggalin titian g pacan g
pulang, mantuk,
para pembantu Rijasadan para inya R ijata K em piring,
Jempiring,
hamba m ohon agar tetap berada, tunas titiang m angda kantun,
hamba tak akan pergi. titiang tan w enten m akaon
5. Hamba menunggu di sini, 5. Irik i titiang nunggu,
selamanya tak akan ke istana salam ine nora kapuri ratu,
tuanku,
supaya tenang upacara perkawin tan m on i karyan ratune m abuncing-
an tuanku, m abuncing,
sebab sudah terlanjur, duaning kaduk sam pun luput,
tak tahu akan makna kata-kata.” tan w eruh rin g dagin g babaos.
30b. 30b.
10. Sang Dyah masih tertidur, 10. Sang D iah anindra sira kantunt
Raden Mantri meninggalkannya R aden M antri ninggalin tur
dengan berat hati, ngungun,
tangannya masih ditindih oleh kari kang tangan katindih ring
Raden Dewi, R aden Dewi,
nafasnya mendengus keluar, srupatane deresm etu ,
lalu keluarlah Raden Mantri m ijil ida dabdab a lo n
pelan-pelan.
4. ’’
L ew atlah tengah malam, 4. Sam pun langkung rin g m adia ning
hamba masih berbincang-bincang, latri,
memikirkan akan kehebatannya, kantun titiang mawos,
saat perkawinan anaknda sekarang ngem anahin pacan g kulangane,
ini, ring jatu-kram an titiang ne m angkin,
anugrah ayah ibu.” pasun g ibu aji,
31a.
7. Semua kemilau, 7. Ijom an ten m an m e ngendih,
intan gemerlapan, intene sumebyor,
kainnya bercelup air emas, macawite tatur kang wastrane,
bersabuk sutra kuning, m apetek sarwa tungsir kuning,
memakai keris yang indah, nyungklit kris i utami,
berbulu keris emas indah grantim mas adi mumb.
gemerlapan.
8. Adapun wajah putra baginda, 8. Yan wamanen sutane narpati,
Raden Putra, Rahadyan Sang Anom,
laksana Hyang Semara bagusnya, kadi Sang Hyang Smara pekike,
tak ada yang menyamainya di nara ana sam sor m g langit,
bawah langit,
konon mereka yang mengiring- kocap sang mangiring,
kannya,
semua bagus-bagus. papatehan sam i bagus.
10. Setelah tiba saatnya pukul 9 10. Sampun sira hias dauh kalih,
(dauh ro) keluarlah,
tombak bedil semua sudah m ijil Prabu Anom,
tersedia,
lontek dan umbul-umbul semua tumbak bedil ia suyaga reko,
nya, raaonteke umbul-umbul sami,
tempat sirih dibawa serta, lalahcangan tah kari,
demikian pula payung kebesaran. pangancahgan udung agung.
11. Jalannya pelan-pelan, 11. Pamargine dada dabdah aris,
langkahnya patah-patah, tindak sukune ngenjot,
senyumnya manis laksana madu, Iwir madu gen dis samitane,
pandangan matanya tajam manis, mwah cacingakagaiakam anis,
89
31b. 31b.
12. Penuh sesak tak terbatas, 12. Ebekan yuh penuh tan pasisring,
semua ingin melihat, lanya nyadia ngeton,
laki perempuan dan seluruh laki istri m w ang w atek
rakyatnya, krandane,
suara gong bedil serta sorak g o n g b e d il suryak wanti-
sorai, wanti,
suara terompet tak ketinggalan, som prete tan kari.
juga B aris D adap turut serta pula. Baris dadap tana kantun.
,13. Bendera berkibar ditiup angin, 13. T u n ggu lku m lab tem puh in gm aru ti
suara kadencong, suaraning kadencong,
suara genderang bertalu-talu, m redangga bubar kalih m recune,
demikian pula suara kembang geger um iang balane mangiring,
api,
suara tentara yang mengiringkan gurnita suara wong, .
riuh rendah,
orang-orang bergembira, tur m apetin g lan git murub.
yang menyebabkan langit ke
merah-merahan.
14. Terompet dan suara lain yang 14. K alasangke m uang rawa ngiring,
mengiringkannya,
sangat ramai orang yang me ram e ikang nonton,
nonton,
tabuhan tari pencak bertalu-talu, pen cak tam bure mawanti-wantine,
suara bedil berdentuman, suara b edile ia kumaritih,
sepanjang jalan, sepanjang in g margi,
kemudian tidak diceritakan tan ucapan ia ring hnu.
keadaan dijalan.
15. Tidak diceritakan keramaian di 15. Ndan ucapan kram eaning je r o
istana, puri,
tersebutlah di tanah lapang, alun-alun reko,
tontonan amat banyak, dahat akw ehunen-unenane,
dan jenis tontonan bermacam- m uang sasolahane mawami-
macam, wam i.
90
32a. 32a.
19. Ada seorang wanita yang sedang 19. Ana wanita sedeng asuci,
mandi,
terkejut, manahe kasiog,
mendengar bahwa pengantin mamiarsa buncinge rauh reke,
sudah datang,
segera mengambil kainnya, pahiju ngambil wastra gelis,
tetapi bajunya tertinggal, klambinnyane kari,
terlihat susunya padat berisi. nurojane lintang gemuh.
91
20. Menutup susunya dengan kedua 20. N ekep susu antuk pa n i kalih,
tangannya, m am endak w ang katon,
menyongsong orang yang datang, inab nyapa antuk susunnyane,
seperti menegur dengan susunya, a m waneh stri p eten g m anyerit,
dan ada lagi seorang wanita m ungguh ring tangga gelis,
hamil menjerit,
segera duduk di atas tangga, m anyugagag raris runtuk.
kakinya terangkat lalu jatuh.
21. Seorang wanita hamil melahirkan 21. Wang am eteng anaknyane
bayinya, mijil,
hendak berangkat, wau kapilayen,
ingin melihat yang menarik ja ga m an in jo pikendranyane,
hatinya,
segera datang suaminya menegur, lakinnyane gisu teka ngalimlin,
”Oh ibu, uduh m em en cening,
kau selalu mengikuti keinginanmu m lu rin dem en tan pangguh.
tetapi tak mendapat
apa-apa.”
22. Lain lagi para wanita istana, 22. M alih para w anita rung puri,
semua keheranan, d a d i sam i bengong,
yang menyebabkan pekerjaannya dadianya kelirin g gaginane,
kacau,
mereka sedang menggulung sirih sedek ngalekes tur ngangget
dan memetik bunga, sari,
segera pergi mendekat seperti w inuat ngam araninluir ngaturin
hendak mempersembahkan rin g sang Prabu.
kepada raja.
23. Demikian pula pedagang nasi, 23. D a d i katunggun i dagang nasi,
karena terlalu keheranan, bane lintang kasub,
tak ingin akan barang dagangan tan kalingu barang padolane,
nya,
banyak anjing yang makan asune akw eh m anggunggahin,
dagangannya,
dan seorang pedagang tuak yang i dagang tuak nyanding,
berdekatan,
bergerak ke belakang lalu ter m akakirig raris runtuh.
jatuh.
92
24. Demikian pula si pedagang nasi, 24. Dadi saha i dagang nasi,
melempar seekor anjing, nimpug i segawon,
lalu mengenai tempat nira si mangenanin wadah sajeng-
pedagang tuak, nyane,
pedagang nira itu lalu bangun i dagang tuak dadi bangun
dan marah, sengit,
terhadap pedagang nasi itu, ring i dagang nasi,
maka terlontarlah kata-kata dadiannya y eg pati kacuh.
tak menentu.
32b. 32b.
25. Banyaklah keadaan yang me 25. Akweh wang maninjo y an
nonton kalau diceritakan, ginurit,
lalu masuk ke istana, ngranjing ring kedaton,
tak lama kemudian baginda raja, Ida Narendra tan ana sue,
duduk di tempat yang sudah alungguh sami anutin linggih,
ditentukan,
dihadap oleh para tamu, kasungguh sang tamu i,
makanan yang enak-enak sudah rayunana sad-rasapuput.
terhidang.
26. Sudah selesai semua upacara 26. Puput sami upakara buncingan,
perkawinan,
di tempat persidangan, ring bale pangraos,
duduklah pengantin laki-laki lanang istri masanding buncinge,
perempuan,
suara meriam tak putus-putusnya, unining mriyam tan mari nitir,
di istana Awun-awun, ring awun-awun puri,
sebagai tanda adanya keramaian. macihna luir guruh tenth.
2. Ada pula yang lain mengatakan, 2. Wenten m alih nara waneh pada
menyatakan tak sebanding sama mawuwus,
sekali, m angojah an g adoh tanding,
sebabagai timur dan selatan, k adi w etan lawan kidul,
mereka yang mendengar lalu san g m am ireng m anyaw urin
menjawab,
laksana barat dan utara. Iw ir ku lon lawan lor.
33a. 33c l
6. Bersuami istri haruslah di- 6. A laki istri nyandang sira
perkokohkan, pikukuh,
laksana sebuah rumah, luir n in g w enm a y an upami,
rumah itu akan sempurna, y a dum ilah rahayu,
hendaknya penunggunya yan tan yatn a sang
memperhatikan, ngam ongin,
membersihkan dan menjaganya. m angusakin m uang panun ggun
7. Tiga hal tingkah laku yang 7. Tigang soroh tindak tanduk in g
perlu, anguh,
94
janganlah pula kepada mereka ayua M i sang satunggun urip,
yang menjaga hidup ini,
perbuatan yang salah menyebab salah tindak dari kecag,
kan kehilangan,
menyebabkan kecurigaan suami, dadi sum lang sliang in g swani,
dan menimbulkan buah pem m aw astu kaucap m ating wong.
bicaraan masyarakat.
8. Pikiran yang salah akan me 8. M anah salah ngrusak wyil,
nimbulkan kerusakan,
pada diri seorang raja, rin g Prabu,
ini bernama ratu ngapes gumi, ngaran ratu n gapes gum i,
rakyat akan meniru perbuatan balane sam i maniru ring ulah
raja yang tak baik, prabu n e alit,
menyebabkan istri gampang d a d i rab i gam pang htwih;
mengalami kesusahan.
9. Pikiran yang salah akan merusak 9. M anah salah ngerusak w iyaning
kan kebijaksanaan raja, ratu,
dicela masyarakat, tnim ta rin g w ang sabumi,
rakyat akan sedih, bala ratu sam i sungut,
rusak disebabkan wanita. karusak w it saking wadon.
10. Bila ketiga tingkah itu sudah 10. Yah rahayu lam pahe tiga
benar, punika,
berbuah yang benar dan berkata- tindak patu t swara manis,
kata yang baik,
pikiran selalu jujur, lan id ep e n yu ju r manerus,
itulah yang bernama d ew i ning tw i ngaran d ew i n ing putri,
p u tri (putri sejati),
mereka itulah yang selalu menjaga y a ta ngem ban rin g paturon.
di tempat tidur.
11. Laksana seorang miskin berdagang 11. L w ir i nista m adagang Iwas
ke sana ke mari, manglu,
kebetulan banyak mendapat m ju katah m adw e hati,
keuntungan,
demikian pula banyak makanan kalih akweh sangun ipun,
yang dipunyainya,
pikirannya akan suci bersih, m anah nyane su ci hening,
itulah yang merupakan dewa nika dew a n ora kawot.
kekuatan.
95
33b. 33b.
13. Jangan berbohong saat mengem 13. Aywa cidra sira ngemban sang
ban seorang suami, jalu,
jangan pikiran tak menentu, nora kna alang eling,
pikiran agar bulat, angen-angen ika manda pulung,
bila terlupa akan suami, yaning lupa maring laki,
laksana asmara menghilang. saksat asmara manyolong.
14. Tak terkatakan menjadi seorang 14. Tan ucapan dadi istri dadi ayu,
istri utama,
menyebabkan nama suami, masih nama ning alaki,
terkenal di mana-mana, maring dasa desa kasuh,
pandai memerintah negara, prajnya m angem pu nagari,
tanpa ragu-ragu menghormati m arm ane nyunsung sang katong.
raja.
15. Kelima jari-jarimu laksana penjaga 15. Lim ang jr iji u pam i ngem it
jiwamu, jiw am u,
kuat menjadi suami, pageh puguh ngrakaa laki,
jangan berani menentang, aja w anis ira murug,
seluruh keija di istana, karya rin g jr o puri,
cumbulah di tempat tidur. acum buw ana ring paturon.
16. Ibu jari penjaga tindakan, 16. Ibu ja r i tegese m angem ban laku,
apapun yang dikehendaki suami, slw ir karsa ning laki,
akan cepat mempersembahkannya, dadi gam pang glis kahatur,
itu tanda berbakti, iku tandae astiti,
menghormati keutamaan raja. ngyngsung utam aning prabon.
18. Ya, bila kita umpamakan jari 18. Yan upam a ing ja r i kita
kita ini anakku, nakku ,
junjunglah suamimu, unggulane sira sw am i,
yang bernama jari manis, m iw ah ngaran jr iji m adu ,
segala yang manis dan harum m anis arum tandakin,
dilaksanakan,
dan ingatlah akan segala tingkah elin g sira alalakon.
lakumu.
19. Dan pada kelingking berarti 19. M alih kacing teges sesana
tata laksana penyelamat, pangestu ,
sesukar-sukamya pekerjaan, sasulit-sulit ing kardi,
tak patut tingkahmu kasar, tan w enang agal budim u ,
sadarlah anakku menjadi seorang eling dew a dadi istri,
putri,
yang sudah menjadi tempat m ula ning wadah patem on.
pertemuan.
20. Supaya benar-benar baik 20. M angda tuhu netepang pakardin
perbuatanmu, ingsunf
sebagai istri utama, ja t i istri utamU
keutamaan yang tulus terus, utam a ning ja ti manerus,
benar-benar sebagai putra raja, m ituhu putra Narpati,
dalam perbuatan di luar atau di ring gaginan j aba jro.
dalam puri.”
34b. 34b.
7. Patih tua mengaturnya, 7. Patih w redane ngencangang
mengatur para pengiring, nabdabang w atek mangiring,
adapun keadaan upacara, m uang upakara n in g karot,
beliau yang dinobatkan menjadi Id a kang biseka ratu,
raja,
Diah Gerong tak pernah berpisah, D iah G eron g nora pasah,
tempat duduknya di sebelah kiri, m ungguing kiri,
di atas tempat duduk emas. ana rin g p lan gk m mas.
8. Kasur alas duduk gemerlapan, 8. Lungka-lungkane dumilah,
diapit payung kebesaran, catra agunge m angapit,
terdapat pula tombak mamas dan tam bak m am as tu n ggu l reko,
tunggul,
lengkap segala tatacara raja-raja, tetep M r tata n ing ratu,
demikian pula sesajen untuk
upacara, m uang sa jfsa fi ningycqnya,
tak ketinggalan, ndatan mari,
pendeta yang terkenal. sang Sadaka pratiata.
memegang kerajaan.
15. Seluruh ajaran itu baik, 15. Luw ih kancan kanda punika,
yang patut kau pelajari, ne nyandang dew a pelajahin,
peganglah Widi Papineatan, W idi-papincaaan am ong,
demikian pula Atma Prasangsa, A tma-prasangsa puniku,
demikian pula bermacam-macam m iw ah kancan n in g wariga,
Wariga,
perlu ada, nyandang esti,
dipakai alat dalam negara. maka p rab ot in g nagara
16. Dan juga tentang kamoksan, 16. M alih kam oksan punika,
serta A ji K aputusan yang hebat, lan a ji kaputusan luih,
K anda P at yang sakti, kanda em pat sane kawot,
sebagai dasar kepandaian, m aka dasar soroh kawruh,
semua itu anaknda pentingkan, pun ika dew a saratang,
sebagai penjaga jiwa, tunggun urip,
untuk dipakai menyadarkan diri. anggen pak elin g ring raga
17. Sastra Sanga dipakai menjaga diri. 1 7. Sastra sanga ngam on g raga,
Sastra Jendra sebagai pengikat sastra jen dra talim gum i.
dunia,
Utara M om m a itu dipercaya, Utara manawa gugon,
Om kara dasarnya, om kara tu i dasar ipun,
dan Saradresti itu, Saradrestines punika,
amat sempurna, lintang luwih,
bernama .Brahmana Parana ngaran Brahmanda-purana.
35b. 35b.
18. Raja yang kurang wibawa, 18. R atu tuna kawibawan,
agaknya tak akan berarti di dunia, cam pah katon m ating bumi,
atau raja yang tak berpengaruh, m iw ah Prabu kapramadan,
rakyat kecil akan berani, bala m d it d a d i purun,
laksana seekor kambing, k a di m erida y a n g vipoma,
akan memanjat, m angunggahin,
karena pohon kayu itu sudah duahing taru sam pun
rebah.” rebah,
19. Demikian kata sang pendeta, 19. M angkana sabda n in g pandita,
baginda raja membenarkannya, sang Prabu dahat m isinggih,
dan sesudah selesai segala sam pun pu pu t babaos.
101
pemberian nasihat,
direstui oleh para empu, binojanan w atek mpu,
wiku sakti semuanya, w iku sakti makabehan,
dipersembahkannya sesajen, katuran saji,
kepada para ratu dan para pra-ratu lawan p a n d ita
pandita.
20. Tersebutlah rakyat dan para 20 Sam pun linggih kaw uw usan bala
menteri sudah semuanya m antri agung alit,
duduk,
mencari tempatnya masing- w us sam i ngelingin nggon,
masing,
kemudian menjamu para tamu, m anaw i ikanang tamu,
dengan makanan yang enak= riantuk b oga sadrasa,
enak,
yang tersediakan, unnguaning saji,
basm a dan permata yang indah- prabasm a lan m anik
indah. yogya
36b. 36b.
30. Sangat malu melihat, 30. K im ud san mangantenang,
kata-kata tetangga di sini, m unyin pisagane dini,
ke luar masuk beriring-iringan, rerad-rerod p u les pesuan,
tak mau duduk terpisah, twara b isa jo h mahmgguh,
karena malang menghamba; saking lacur mamarekan,
sebagai sekarang ini, buka jani,
negara kita ditundukkan gu m in e kalahang pendonan.
pendatang.
31. Ni Bayan berteriak tergopoh-gopoh 31. M acen gk en gN i B ayan rengas,
selalu tersandung dari pagi, p a ti k epu g ulin g tuni,
kepala pusing dari dapur, m apin cer u li d i paw on,
setiap yang datang menuduh, asing teka pada rtuduh,
sering kali mengambil air, m an yu an gyeh busan-busan,
selalu kena marah, ningeh munyi,
namun segala keija tak berguna. tuyuhe tatan paguna.
32. ”N asib buruk menjadi hamba, 32. L acure mamerekan,
berada di istana saat ini, sukat jan in e puri,
diamlah di dapur kau Bayan, n en gil kuda B ayan d i Pawon,
104
35. Segera Nginte dan Ngemban 35. N gin te N gem ban nyaup imang,
mengambilnya,
mereka berdua amat sarat, m apekoh sareng kakalih,
lalu dibawanya ke istana, kabuat m antuk kakadaton,
berhenti di tepi jalan, kareyang rin g p in ggir enu,
kemudian sadar akan dirinya, wau m elin g m aring raga.
Raden Dewi, R aden D ew i,
suaranya tak jelas kedengaran. sabdane grem ek-grem ekan.
37a. 37a.
36. Ia terheran-heran melihat, 36. Heran ida m angatonang,
demikian pula para inangnya, m uang w an gjron e sami,
keheran-heranan, kem em egan pada bengong,
siapa; yang datang dan tak w ang apa teka ne kantu.
105
sadarkan dirinya,
Jempiring Soka dan Priyaka, Jem pirin g S ok a Priyaka,
menyembah, m atur singgih,
mungkin madu tuan putri. m anaw i m enyan i dewa.
37. K ononD yahG erong, 37. D iah G eron g m angkin koeapan,
membuat daya upaya, dadi m etu daya sandi,
pulang tergopoh-gopoh, raris budal tur ngaduVUngang,
tersandung di sana-sini, p a ti k epag p a ti kepu n g ,
melihat duri terus diterjang, k a to n d u i m asih katrebak,
banyak luka-luka, ielas sitsit,
darahnya mengalir ke luar, rahem etu tanpegatan.
40. Malu rasanya di negara ini, 40. K irnud kantun ring nagara,
dihina oleh setiap orang, cin eda titiang rin ggu m i,
menjadi buah bibir, d a d os ujar-ujar kawon,
senangkan pikiran kanda, becikan g kayu n i ratu,
walaupun saya mati di sepanjang diastu pejah selantang jalan,
jalan,
saya m ohon diri, titian g pam it,
menjadi putri yang sangat tak d a d os p u tri lintang durbala.
berguna.”
106
38a.
7. Baginda raja segera kembali ke 7. M abos m antuk sang Prabu
istana, m angapuriang,
lalu menceritakan kepada ngandikayang rin g i ari,
permaisurinya,
istrinya amat gembira, suka rabin ida,
mendengar kata-kata baginda, m angrenga ujar sangN ata,
mengenyam rasa cinta kasih, m upu kulangune karasmin,
tak terkira-kira, ndatan pangeka,
di istana berkasih-kasihan. m arin gpu ri sam i kasih.
8. Tak diceritakan raja di istana, 8. Tan ucapan sang Prabu ring
tersebutlah di taman, kadatuan,
Dewi Udyatmika, ring udiana reke mangkin,
dijaga oleh para embannya, D ew i Udyatmika, *
berkata bercampur tangis, kahem ban ring para hinya,
”Oh bibi, sasam bate aw or tangis,
malang nasibmu sekarang ini. duh b ib i hinya,
terus lacure ne jadi.
38b. 38b.
13. Sepanjang jalan ditempuh setiap 13. Sapan jan gjalan e sadina
hari, maentap,
panas dan teduh selalu ada, panes tise tan mari,
akan menjumpai senang dan jaga kapangguhe sam pun dew a
sedih," sungkawa,
"demikianlah kata Ni Jempiring, nahan ujar N i Jem piring,
memperingatkan Raden Dewi. m atur pam ungua m aring Rahaden
D ew i
109
15. Ah lepaslah jiwa ini agar semua 15. A h jiw a h in gh aapan g kita
nya bebas, gantes,
panas aku menerimanya, panas k ai nandakin,
sebenarnya duka yang ada, akuda m uat duka,
maka tak pernah habis, dadi tuara bisa telah,
sejak kecil sampai sekarang, u li h elin g sam pe jam ,
itulah sebabnya, en to makrana,
senang hatiku aku mati. lascarya aku ngemasin.
39a.
19. Di mana kata-kata ini terdapat, 19. Yan ring n api m ungguh tan
yang menyebabkan mengalami kojararm yai
kesedihan, kram a manmu kingking,
dalam Purwa apa terdapat, yan rin g parwan apa,
ataukah dalam Kanda apa y en ta ana ring kanda,
terletak,
ataukah Adiparwa, ring adipurana malih,
sudah disebutkan, sam pun kaucap,
’’
U diatm ika berkata dengan U dyatm ika kasih-asih,
sedih.
20. Seluruh persendiannya panas 20. San di panes gem eter anggane sang
serta badan Diah gemetar, D iah,
mereka yang duduk di bawah ring so r pada miling,
sadar,
cepat kakak, age sira kaka,
ada yang memberi boreh, w enten m angaturang odak,
atau melimaunya dengan m iw ah papu ser sarwa etis,
yang sejuk-sejuk,
dengan air cendana, w ening cendana,
ada pula yang lain mengipasi. w enten lian mangilihin.
21. Ni Priyaksa bergegas mengambil 21. N iP riy a k a gisu d a n e ngam bil
kasur, tilam,
pakaiannya dilepaskannya, pangangge telas kaam bil,
semua dibungkus, m abon gk os w us samian,
mencari udara sejuk di taman m angetis ring udyana das
dan saat itu sudah hampir rah im sam pun nampi,
siang,
sekarang tersebutlah, ndan ucapan,
di Margalangan kini. rin g M argalangu n e m angkin
22. Seorang raja bernama Durgasmala, 22. N garandra Prabu Durgasmala,
berkuasa di Marglangu, ringM argalayu singgih,
amat sakti, dahat kabinawa,
sebagai seorang raksasa, ring d e Danrnja,
sebagai seorang raja raksasa, m akadi Danawapati,
tentaranya amat banyak, wibuh in g wadua.
para rajak tak ada yang berani, B upati tan kikitin.
23. Saat dauh kalih keluarlah raja 23. Dauh kalih m ijil sira S ri
raksasa itu, Danuja,.
diapit oleh tombak baya, tom bak baya m angapit,
datang ke balai sidang, m ara ring paseban,
pendeta dan pendeta Agung, Pandita bahudanda,
demikian pula patih dan maha miwah Patih lantanda Mantri,
patih,
tak ada yang duduk, tan palinggaran?
tempatnya penuh sesak. siuh penuh tan padring.
24. ”Ya, para patih dan rakyatku 24. Eh patih kita sira saday a,
semua,
demikian pula para bijaksana, miwah ia w atek mangaji,
demikian pula para pendeta, kalih para Pandita,
siapa yang mendapatkan, siapa ta m akolihang,
isi mimpiku, ngamaranin hiiripenkui,
siapa yang sanggup, asih nyidayang,
menjadi kepercayaan istana.” dadi nabe p u ri
25. Kembali raja raksasa; itu ber 25. N gam alihin yaksa-raja mawacana,
kata,
’’
M alam hari aku mimpi melihat nguni dahi ipen tu i mangguh
seorang putri utama, . stri mautama,
di tengah hutan, H telenging wanantara,
yang bernama Udyatmika, U diatm ika maka nami,
berasal dari Giripuspa, w it giripuspa,
putra seorang raja yang utama. putran ratu lintang hiih.
39b. 39b.
26. Pagi hari setelah bangun dari 26. Wahu n glilir nguni erring ring
tempat tidur, patUruan,
kemudian ada lagi, dadianya w enten malih,
112
31. Tiga hari lamanya di udara, 31. Tigang d im law asne ring ambara,
untuk menuju tempatnya, tan m ari ngungsi puri,
tersebutlah mereka bertiga, sang tiga kocapan,
masing-masing masuk ke dalam m anyusup nunggal-nunggal,
hutan,
Soka Prayaka dan Jempiring, S ok a Priaka Jem piring,
ke hutan, rin g wanawasan,
menuju Jro Dukuh Sakti. n gejog J ero D ukuh S a k ti
40a. 40a.
32. Tersebutlah hari tengah malam, 32. Tengah w en gi kangnfateam
segera utusan itu turun, kawuwusan,
di Langunegara, utusan tedun d ige lis,
membawa Dewi Udyatmika, ring Langu-nagara,
raja sedang dihadap, m uat D ew i Udiatmika,
di halaman, sang Prabu sedek katangkil,
di bawah pohon yang rimbun. na rin g paseban,
sor in g padapa m ilik
Pupuh Sinom Pupuh Sinom
1. Raksasa itu turun di halaman, 1. B uta tedun ring paseban,
setiap orang yang menghadap kagiat w atek m aningkil,
amat kaget,
negara gelap gulita, p eten g d ed et tekang nagara,
angin bertiup kencang, angin tarik tan sanipi,
merup&kan pratanda yang amat kabinaw a antuk ciri,
hebat,
debu beterbangan bergulung- abune m lek ngalinus,
gulung,
pohon-pohon di halaman rebah, w reksa sem pal rin g paseban,
tanda-tanda itu merupakan nika ciri nora becik,
tanda tak baik,
sang Diah Ayu, sang D iah Ayu,
adalah putri kerajaan. m aka ratu ning kadatuan.
40b. 40b.
4. Raden Dewi ditempatkannya, 4. R aden D ew i kalinggayang,
di sebuah taman yang amat m aring udyana lintang luwih,
indah,
penjaganya amat baik, saking rem bayan para yogya,
dijaga, oleh para menteri, kakem it ring w atek mantri,
diiringkan oleh gadis-gadis, para w anita lan mangiring,
berdiam pada sebuah rumah ring b ale m as ngendih murub,
keemasan yang gemerlapan,
ada pula yang lain memper len ngaturan para puspa,
sembahkan bunga,
harum-haruman, gagandan lan burat-wangi,
menimbulkan rasa senang, ngaw e lulut,
menarik perhatian sang Diah. ngalap citan e sang Diah.
115
41a. 41c l
8. Diapit oleh dua perangkat 8. D u lan g m angane ngapitang,
makanan,
serta diiringkan oleh tentara len -bala m antri mangiring,
dan patihnya,
membawa berjenis-jenis kain, m angaw a sarwa sandangan ,
pakaian emas dan permata, busana m as lan ratnadi,
makanan yang enak-enak, b oga sad rasane luih,
beijenis-jenis buah-buahan sarwa pala m anis nyunyur ,
yang ranum,
harum-haruman semerbak, lenga-wangi m ahim pugan,
bunga beraneka warna, ukeh pu spa mawam i-wam i,
kemudian menuju, tu r m anuju,
sang raja ke taman. sang Prabu m ating udiana.
9. Setelah sampai di luar taman, 9. Prapta ring jabayan tam an,
segala pembawaan terlebih babuatane katur riyin,
dahulu dipersembakannya, sang D ew i m angda uninga,
agar sang Dew i tahu, y an Sang Prabu m angda prapti,
bahwa raja akan datang, sang A yu ngranjing ring pu ri,
sang Ayu lalu masuk ke dalam geb la g ngancing lawang sampun,
kamar,
segera menutup pintu, S ri B u pati raris munggah,
kemudian raja masuk, nepak lawang nabda aris,
mengetuk pintu berkata
pelan-pelan,
’’Ratu Ayu, R atu Ayu,
bukakanlah saya pintu. bungkahin titiang lowongan.
41b. 41b.
12. Apa jadinya saya ini tuan, 12. N api d a d os titiang dewa,
tidak membalas dengan baik, tid on g w ales saking aris,
mengeluarkan kata-kata, ngaw ijilang pangandika,
agar ada tanda setuju, m angde w enten c ir i sudi,
untuk saya pakai kenangan m onm on an g titian g ring ati,
di hati,
yang saya ingkatkan seumur ne buktiang titiang satuw uh,
hidup,
jadikanlah saya hamba, kaw ulayang ju a titiang,
tukang merangkul menggendong juru saup n yan gkol ngabin,
dan memangkunya,
hanya sepatah kata saja, akecap ratu,
balaslah cinta saya ini. upahin ju a karm an titiang,
13. Bila tuan tak hendak menjawab, 13. Yan nora ica anyapa,
sudilah dengan kerlingan saja, ledang ratu antuk liring,
walaupun dibatasi jendela, diastun m abelat jan dela,
sedia saya menerimanya, titiang nyadia pacan g ngiring,
yang permataku, duh dew a ratu m as manik,
jiwa saya tuan, atm a ju itan titiang ratu,
tuan hambakanlah saya, i dew a m anjakang titiang,
jangan tuan curiga, sam pun ratu walangati,
akan dihormati, pacan g sungsang,
118
42a. 42a.
17. Tak diceritakan ia berada di 1 7. N datita ida ring pura,
tempat itu,
sudah lewat tengah malam, sam pun langkung m adia ratri,
keadaan sang Diah, m asem sam batan manangis,
menangis dan meratap,
menyesalkan diri terasa tak n yelsel raga tan paw idhi,
ber-Tuhan,
berada dalam rumah keemasan ring umah m as endih ngunggul,
yang* gemerlapan,
hari sudah hampir siang, sam pun nam pi das rahina,
burung-burung bersuara riuh paksine um ung mamunyi,
rendah,
sebagai memberitahukan, inabm atur,
memberitahukan orang dirindu nanginin sang katuridan.
kan.
18. Sinar bulan kelihatannya pucat, 18. A cum warnane H yang Wulan,
setelah matahari terbit, wau sang H yang R aw i m ijil,
laksana wajah sang Diah, upam i m uka sang Diah,
duduk bersimpuh di atas tanah, m am ulisah ring pretiw i,
wajah kusam dipupuri, warna ucem kapupurin,
rambut kusut sarang nyamuk, ram but gem p el kaput legu,
badannya kurus karena tak angga kiris tan panidra,
tidur,
tanah yang berdebu tampak lem ah legu katon tis,
nyaman,
terisak-isak, segu-segu,
badannya rusak karena sakit angga niw ang sakit manah.
hati.
19. Tersebut hari sudah pukul 19. D auh kalih kawuwusan,
tujuh,
desa-desa sudah terang seluruh dasa d e si sinang sami,
nya,
baginda raja berpakaian, sang Prabu nandang busana,
ingin mengulangi untuk nyadia m alih ngamaranin,
120
mendatanginya,
disangka sang Dewi akan suka, sinangguh ledang sang Dewi,
segala daya dan pikiran di precaya sam pun rin g kayun,
pusatkan,
dengan mantra-mantra yang naya sandi kahincepang,
pasti,
sudah dari dahulu, ja p a m antrane w us p a sti
tetap berhasil. saking dangu, .
nyeceh wantah m ikolihang.
42b. 42b.
20. Sudah selesai pemusatan pikiran, 20. Sam pun pu p u t raregepan,
pertemuan I Rangkesari, patem on I Rangkesari,
diletakkannya di mata, m apasang ana rin g netra,
di gigi membuat rasa kasihan, rin g untu p iola s luwih,
di hidung dan di bibir, m aring irung m iwah lati,
pengeger yang membuat cinta pan geger m a ra lulut,
asmara,
konon isi rawatan tersebut, dagin g p a p etete kocap,
lempengan-lempengan penakluk pripihan panangkep gum i,
dunia,
semua diletakkan, som i mungguh,
sari asam dan wang Aijuna. m anik asem jin ah Arjuna.
24. "Apa gunanya saya ini tuan, 24. A pa gunan titiang dewa,
perkataan saya tak teijawab, atur titiang tan kacawis,
perbuatan saya tak ada yang ulah titiang nora salah ,
o
salah,
para raksasa bersatu oleh kakak, R aksasa krta ning beli,
mendapatkan teman-teman yang m am uatang kanca ning sulit,
sulit,
walaupun dengan perang tak nguni.
takut,
walaupun menemui kematian.
mengharap-harap dari dahulu,
percayalah tuan, g o g e ratu,
jangan pikiran tuan jijik. ayua cala ngkanang manah.
43a. 43a.
25. Tuan saya sayangi, 25. ID e w a sayangan titiang,
selama hidup ini, salawase kari maurip,
apa gunanya bersedih hati, m akingking apa gunan nya,
jangan menolak kata-kata kakak, ajak tulak ujar beli,
asal kakak yang tuan hormati, kew ala b e li siw in adi,
selamanya di Margalangu, ringM argalangu satuwuh.
122
43b. 43b.
29. Matanya merah laksana duri merah, 29. N etra bang kadi turi bang,
kumisnya gemetar, jajaw in e m angubirbir,
mukanya merah laksana dipukul, m uka rakta M r tinepak,
kakinya dihentak-hentakaimya kateb-kateb m am inehin,
sambil berpikir-pikir,
jika dilawan ia adalah seorang yan tinggalin inab takut,
wanita,
jika ditinggalkan dikira takut, dua-para ikang manah, ■
pikirannya bercabang, tu i kaslek rahs mamargi,
memang benar-benar bingung lalu
beijalan, rengat-rengut,
menggerutu, m o b o s m antuk kajaba pura.
lalu’langsung pulang menuju
istana,
30. Sang Yaksendra makin bingung, 30. Yaksendra m ingkin o sah,
sudah seluruh akalnya dikeluar upayana sam pun sami,
kan,
kekayaan disuruh menyerahkan raja busana dirunang ngaturang
kepada Raden Dewi, ring R aden D ew i,
ditambah lagi dengan segala kaw ew ehin m as manik,
macam mas manik.
44a. 44a.
44b. 44b.
12. Aku memberimu seratus ringgit, 12. N ira asun g satus rin ggit ,
dipakai membeli kepada dukun anggen nuku rin g i balian ,
itu,
sisanya kamu yang mengambil karinnyane iba nyuwang,
nya,
dipakai bekal dijalan, anggen sangu m aring jalan ,
bila kamu belum mendapatkan yan ton den iba maan,
nya,
jangan berbalik kembali, aja tulak rin g pitu d u h ,
walaupun harus menginap.” diastuke pacan g minepan.
13. Hambanya mengiringkannya, 13. I Parekan telas mangiring,
minta lalu berangkat, m anunas lantas majalan,
dan konon sudah beqalan, tur sam pun m am indah reko,
tak diceritakan dijalan, tan ucapan m aring m arga ,
sudah di luar kerajaan, lintang dura ning nagara,
Pagag tertawa terbahak-bahak, pan P a gog kedek ngaruguk,
’’
K akak tunggulah aku. uduh b eli icang antyang.
22. ’’
M em ang benar sebagai kata-kata 22. Patut kadi m unyin adi,
adik,
mari kita mencari racun yang jalan ngalih tubane mlah,
baik,
agar tidak dua kali, apang eda sam pe p in d o ,
satu kali agar berhasil,”' sapisan apang nyidayang,
demikian Pagag lalu berkata, pun Pagag raris angucap ,
”Di sana kita membeli harga a ji dasa rtumbas d itu,
sepuluh,
129
24. Sesudah tiba di istana, 24. Sam pun rauh rin g je r o p u ri,
Pagag Pageg segera mempersem Pagag P ageg gUs hgaturang,
bahkannya,
diterima oleh Dewi Gerong, katrim a rin g D ew i G eron g ,
’’Apakah benar guna-guna yang saja k e guna utam a ,
utama,
berapa harganya ini Pagag, a ji kuda iba Pagag ,
guna-guna dibeli di sana,” bakat b eligu n a n e d itu ,
I Pageg segera berkata. I P ageg gelis ngaturang ,
25. ’’
Saya bersumpah harganya sem 25. A ji sia-dasa pan g kitin g ,
bilan puluh,
agar saya dimakan kijang, apang titiang sarap kidang,
demikian juga agar rambut saya m alih pan g ja titiang b otak ,
habis,
bila tuanku tak mempercayai lam un ratu tan pangega ,
nya,”
Raden Dewi lalu menelannya, R aden D ew i raris nguntal,
Pagag Pageg ke luar sambil ter Pagag P ageg pesu ngrukguk ,
tawa,
dengan sembunyi terus pergi ke nyaru-nyaru terus kapasar.
pasar.
26. Perut Diah Gerong sakit, 26. D iah G eron g w eten ge sakit,
ia mengaduh dan berguling- aduh-aduh ida maguyang,
guling,
130
29. Tak lama berselang kesedihan ini, 29. Tan sue kanang kingking,
semua kita ini akan berakhir mati, sam i am baw anin pejah,
konon hidup ini, idu pe m apupul reko,
memang kembali kepada kematian, twah rm lih m aring palatra,
setelah kesedihan berlalu, w us pu tu s ikanang duhka,
mayat sudah tenang dalam ge lis pakara sam pun layon luir
kuburan. m anis in g patala.
47a.
47b. 47b.
1. I Pagag kemudian memeluknya, L I Pagag raris m pdu pan g,
sukar aku hendak merayunya, kew eh titiang pacan g m anglem esin,
wanita yang sangat bodoh, anake luh b logp isa n ,
sudah sering menyerahkan diri, suba masrah sahi-sahi,
diajak berkata tetapi ia diam, ajak n gom on g ia manengti,
tersenyum-senyum sebagai kenying-kenying ulat ngarungu.
mendengarkan agaknya,
134
48a.
5. Hari hampir siang perjalanan, 5. Wau das-lemah majalan,
terlihatlah tujuh buah gunung, gu n u n g papitu kapanggih ,
berkeliling di keempat penjuru m aide m am anca desa,
angin,
dikelilingi bermacam-macam m ahider ban sarwa sari,
bunga,
tiga berada di tengah yang amat tatiga d i tengah sakti,
sakti,
memang benar mempunyai danau saja m adam d i duwur,
di surga,
tiga buah keluar mata air, tatiga m aklebutan,
semuanya berasal dari tri nadi nika saking tri nadi,
(tiga sungai),
semua berkumpul dan mengalir sam i kum pul urusane k e
ke laut. nagara.
Pupuh Dandanggula
Pupuh Dandanggula
1. Kemudian Raden Mantri tertidur,
7. R aris nidra ida R aden M antri,
dijaga oleh pengiringnya Pagag,
katungkulang olih kaka Pagag ,
bersama-sama adiknya,
kasarengin rin g arine,
semua terlalu payah,
sam i dahat ing lesu ,
melek setiap hari,
m agadangin sai-sai,
diganggu oleh junjungannya,
kauyak ring tuan nira ,
I Pagag turut tidur,
I Pagag sareng aturu ,
adiknya disuruh menjaganya,
katuduh arinya ngraksa ,
agar bersedia-sedia,
ap an gy atn a ,
kakak akan mengiringkannya
kaka ngiring ida ja n i,
sekarang ini,
tidurlah di tempat tidur. sirep m aring paturonan.
48b. 48b.
3. Raden Mantri marah serta berdiri, 3. R aris ngadeg kroda R aden M antri,
tiba-tiba para dukun lari tunggang kancit balian sam i pabelesat,
langgang,
sangat takut dikejar ke mana- lintang jerih kauber reke,
mana,
jatuh bangun di taman, m aring taman p a ti kepu gt
para pendeta segera lari dengan pandita ge p e sam i pahiju mahga-
susah payah, dam plang,
dikejar berkeliling, m aideran kinepung,
dan konon ada dikatakan, nulia w enten katututan,
seorang pendeta, ida Pranda,
ditangkap dan dipukul, karebutan katampelin,'
cepat tolong bapak. tulungin bapa enggalang.
4. Mengapa baru sekarang kakak 4. N guda dew a wau pangguhin beli,
lihat,
kau sangat kucintai, sayang pisan atm a ju itan titiang
i dew a,
lalu I Pagag Pageg dipeluknya, kagelut IP a ga g P ageg,
lalu didorongnya masuk, raris kasurung mantuk,
di bale keemasan yang tinggi, rin g bale rukm ane nginggil,
pendeta dan dukun, pandita m iwah balian,
demikian para senggu, m iwah w atek senggu,
semua mengantarkannya, sam i wantah m angiringang,
segera I Pagag, ge lis I Pagag,
merayu dan bernyanyi, m angsum sum sam bil nem bangin,
Sang Anom yang gila itu sang A n om suka y an edan .
gembira.
49b. 49b.
4. Tinggal tiga orang saudara, 4. Enu nyam ane buin tatelu ,
setia turut ke sana ke mari, tresna ajak kena mai,
kebetulan mempunyai kesenangan patuh sasenengan,
yang sama,
sama-sama senang terhadap paturu seneng rin g k edis ,
burung,
burung perkutut yang utama, titiran lintang utama,
suaranya bergema dengan manis ngatengkung m unyine manis,
nya.
5. Tempatnya bersuara amat sukar, 5. Sangke ton gose ngatengkung,
di ujung sebatang pohon yang rin g tungtung taru en dep tui.
rendah,
140
’’
Aduh tolonglah, aduh tulun g ju a tulungin,
tolonglah itu disiksa, tulun g bapa kasentekang,
darahku terus mengalir, rah bapa tan p egat p esu ,
kepala dipukul, tendase kena jagu ran ,
’’
segera I Pagag Pageg menolong, katulungan rin g Pagag Pageg
a gelis ,
bernyanyi tembang pengganti. m agending tem bang pagantian.
50b. 50b .
51a.
5. Pagag Pageg, 5. Pagag Pageg,
bernyanyi berganti-ganti, m aganti-ganti m angidung ,
menidurkan raja, nupdupang sang N ata ,
semua pendeta tersisih, Panditane kam pih sam i,
serta mendengarkannya, sarw i ngrungu ,
bernyanyi selama memasak nasi. m atem bang apanyakanan .
r
144
51b. 51b.
52a. 52a.
8. Banyak kalau hal itu dikarang, S. Singgih katah y an gin u rit .
tentang keadaannya itu, rin g kanana,
adapun beliau Sri Darmika, sirang Sri Darm ika Prabu,
pegalanannya terus lanjut, lam pahe m anyusup ,
mencari Diah Udyatmika istrinya, m am indrih D iah Udyatmika,
sudah dekat di suatu desa, nam pek ring karang nagara,
banyak dijumpai pondok dan p o n d o k sawah keh katem u ,
sawah.
demikian pula kebun dan gunung- miwah tegai pagunungan ,
gunung,
perjalanannya pelan-pelan, pam argine sada arts,
dan hari menjelang senja, sandya kala kang diwasa,
setelah raja ke luar dari hutan. sah saking adri sang Prabu.
52b. 52b.
53a. 53a.
8. Tiba-tiba sampai di sini, 8. K aget titiang irik i manuju,
tak kenal di mana tempat ini, tan weruh rin g tibane,
desa apa namanya, D esa napi n e puniki,
149
53b.
2. Pikirannya suci laksana bulan, 2. A dayan Ida m alilang luir sasih,
serta sudah selesai atas yoganya, m uang pu tu s in g yoga,
tak ada yang menyamai kesucian norana sama kanang lewih,
nya,
kata-katanya bertuah dan ber wak bajra lan sid i wakya.
pengaruh.
3. Suaranya laksana bunga teratai Wakyan nira kadi kum uda sum ar
harum semerbak, merik,
tak hilang siang malam, siang latri ndatan pegat,
berdiam diri di dalam telaga, rin g telaga m ona um ili,
memenuhi seluruh bumi ini. m angebeking buwanaanda.
54a. 54a.
11. Kini Raden Mantri dijamu, 11. Sinw agatan R aden M antri sane
mangkin,
di asrama sang Pendeta, rin g pasram an ida,
tak berpanjang kata, tan apanjang sang tinari,
semua segera mengantarkannya. sagrehan sam i ngiringang.
12. Setelah tiba sang Pendeta 12. Sapraptane sang Pandi angarcana
lalu menyembah Tuhan, Widi,
tamu berada di balai-balai, sang tam ui rin g plangkan.
152
14. ’’
Sangat besar sang Maharesi, 14. Mara-bara pukulun sang M aharesi,
berbaik hati kepada saya, suecane ring titiang,
menolong orang yang kesengsara m anulung w ang kasih-asih,
an,
ya saya telah meninggal dunia. inggih titiang wus pralaya.
15. Siapakah nama sang Maharesi, 15. Sapa sira pasajnya sang M aharesi,
berbaik hati kepada saya, m ulia kadi kita,
menolong saya, m anulung ring aw ak mami,
dan siapa pula di asrama ini.” m iwah ne m aring pasraman.
16. ”Y a,”sang Pendeta berkata 16. Inggih patu t w ecanan sang M aha
sebenarnya, resi,
’’
nam anya Gunung Karang, ngaran G unung Karang,
tempat asrama ini, genah ing pasram an iki,
di tepi Sungai Jalatunda. r i tep i ning Jalatunda.
17. Bernama pendeta Subudi 17. M apasajnya Pranda S u bu di
saya ini, tuah mami,
diam di asrama, unggua ning pasraman,
namanya Satawarsa, Catawarsa maka nami,
dihormati oleh orang-orang yang y asa ning w ang wus ngalintang.
lewat,
18. Kemudian kembali sang Resi 18. N am pi walek matakuan sira ida
bertanya, Resi,
tentang beradanya di sini, ri sangkan in g paran,
dan sebabnya diikat, lan sangkan in g kena tali,
silakan tuan ceritakan. durus dew a pidartayang.
19. Sang Pendeta sudah tahu dalam 19. R in g ajnyana sam pun w ikan ida
hatinya, Resi,
153
21. ’’
Sem bah saya sekarang o, * 21. A tu r ira u m u m M p u n gk u n e
Pendeta, m angkin ,
apa akal saya agar sanggup apa nayan inguang m angde
berjumpa, kasida pinanggih ,
dengan Diah Dewi Udyatmika. rin gD iah D ew i Udyatmika,
22. Tak dapat perasaan saya dipisah 22. N ora pasah cita ning w ang ring
kan dari sang Dewi, sang D ew i,
di mana tempatnya,” rin g dija m agenah ,
sang Pendeta menjawab, ida Pranda m anyaw urin ,
perkataannya manis halus. arum in g wecana.
23. ”Ya, tuanku maafkanlah saya, 23. Inggih dew a agung aksam a patik
mengapa bingung, aji,
dipengaruhi oleh kekotoran nguda hapalinga,
seorang wanita, kaliput m aya ning stri,
sudah meninggalkan negara. m atlasan ninggal nagara.
24. Hal itu tidak benar, 24. D udu ika singgih dew a S ri B upati,
istri yang utama, istri kang utam a ,
sebagai penguat istana, sane maka kancing p u ri,
sebagai dewa di kerajaan. maka dew a ning kadatuan.
25. Bila di rupa sangat cantik, 25. Yan rin g rupa lintang ratu antuk
lewih,
bila putri utama, y an g in g p u tri utam a ,
tak akan meninggalkan pergi, b oy a ledang m aninggalin ,
bersama-sama seia sekata. siok u sekian sinarengan.
154
27. Tatkala dipengaruhi oleh wanita, 27. R i tatkala kasmaran rin g w ang
istri,
ia yang akan menolongnya, sira katulung,
tetapi bila istri kena pengaruh y an p u tri kena semari,
asmara,
laki-lakilah yang patut menolong falu w eneng m atulunga,
nya.
28. Semua itu karena kehendak 28. N ika D ew a saking karsa ning
Tuhan, H yang Widi,
sebagai seorang yang bekeija, kang w ang nanggap upah ,
bertemu asmara dengan istri, m atem u kiud ngajak rabi,
akibatnya mendapat upah seorang kram m m p i upah putra.
putra.
29. Demikianlah Tuanku, 29. Sapunika singgih D ew a S ri
N rapati,
bila bibit itu suci, y en b ib ite sukla,
pertemuan laki perempuan, sakrasine jalu istri,
pasti tuan akan mendapat upah.” sirnh D ew a p olih upah.
55a. 55a.
30. Sri Darmika berdatang sembah 30. M atur sem bah S ri Darm ika rin g
kepada sang Resi, sang Resi,
”Tak pantas anaknda, tan w em n g pun ram k,
untuk mendengarkan ajaran m angrungu tatua N pun gkui,
pendeta,
seolah-olah terasa kenyang tanpa luir w areg tan pendaa.
makan,
31. Raja mohon kepada sang Resi, 31. M aharaja p in u m se rin g sang
R esi,
apa yang dinamai suci, m p i ngaran sukla,
berhubungan dengan istri. m atem u rin g a m k istri,
155
32. Sang Pendeta berkata manis, 32. Sang Sadu m aw encana harum
m anis ,
’’
Y ang tersebut dalam ajaran, kata m unggah rin g tatua,
Smaragama yang benar, asm ara gam a su jatit
hal itu namanya demikian. maka ngarannya punika.
33. Yang bernama suci di luar agar 33. Ngaran sukla rin g jab a jero
bersih, m angda bresih ,
tidak bercampur dengan kotoran, tan kaw oran lara ,
pertemuan suami istri, patem u n e m am i istri,
yang menyebabkan putra selamat d a d i putrane raharja.
sentosa.
34. Hal itu masih kurang utama dari 34. K antun kirang utam ane rin g
ajaran Dewa, D ew aji,
sebagaimana halnya kita ini, m ula kadi kita ,
sepatutnyalah mempertemukan y o g ia m atem uang ajnya lewih,
ajaran yang baik,
agar berputra utama. m angda m aputran utama.
37. Raden Mantri berdatang sembah, 37. M atur sem bah sang apekik sane
mangkin,
’’
Su di menganugrahi saya, m ecan e m aring titiang ,
mengajarkan isi ajaran itu, m angajar dagin g ing a ji ,
agar saya mengetahuinya. m angdan titiang sahuninga.
38. Memang benar saya sama sekali 38. J ati pisan durung titiang ja ti
156
55b. 55b.
40. Saya bersedia berguru pada Maha 40. N yadia titian g m anyawita rin g
resi, M aharesi,
menyerahkan hidup, m angaturang jiw a ,
selama saya masih hidup, salam in titiang m ahurip ,
amat sedih menjadi raja yang erang d a d os ratu nista.
hina.”
41. ”Ya paduka baginda yang bijak 41. Inggih dew a sira ratu lintang
sana, lew ih t
adanya kita sebagai manusia, y an y o gia k adi ngw ang ,
maafkan saya tuanku, aksam a patik N repati,
hal itu saya bersedia memberi nyadia titiang mangaturang.
tahukannya.
43. Pendeta dan raja, 42. B iksu Nata,
patut bersatu, nyandang pisan m anyadangin ,
saling tuntun, paras-paros naya,
bila raja kurang sesuatu diingat R atu tuna pakelingin,
kan,
bila pendeta sedih ditolong. Wiku duka tinulungan.
43, Saya bersedia berbakti kepada 43. N yadia titiang b ak ti rin g S ri
baginda raja, Ndrapati,
tentang isi ajaran-ajaran, sadaging in g tatua ,
yang ada dalam diri saya, anane rin g awak mami,
dan ini bukan sebagai suatu per b oy a jaga m angubayang.
janjian.
157
47. Semua malapetaka lahir dari 47. Saking angga alanyane som i
badan, m ijil,
jangan kurang bijaksana, ayw a tan wiw eke,
menjaga musuh di hati, ngem pu Sad ripu rin g hati,
agar tidak dipengaruhinya. m angda sam pun kaliputan.
48. Jika hal itu yang mempengaruhi 48. Y an punika ngaliput fagate dadi,
negara,
akan menjadi tempat orang gila, da di sanggar edan,
ikatlah semua itu dengan pasti, ringkes dew a apang pasti,
satukan untuk melepaskan ngelepas panahe sanunggal.
panah.”
56a. 56a,
49. Demikian ajaran pendeta kepada 49. Nahan sabda sang Pandia ring
raja, san gN rapati,
suka mengajarkannya, ica mapawarah,
segala yang rahasia, sadanging-daginging pingit.
158
56b. 56b.
7. Yang dimakan adalah hasil budi 7. Sane teda w oh in g bu dh i krana
dari pengetahuan, ning w ruht
semua bermain bersama aku, sam in ata lawan m am i,
adapun perbedaan hasil yang beda nugrahan puniku,
didapatkan itu,
tergantung pada kehendak Tuhan, pisukane Sang H yan g Widi,
tergantung pada kedudukan tinggi pangkat luhur lawan sor.
dan rendah.
8. Sastra ditinggalkan sebenarnya 8. Sastra katinggal kardin w an gjatin
adalah perbuatan manusia, ipu n ,
rupa tulisan tidak sama semua rupan tu lis nora sam i,
nya,
sifatnya berbeda-beda, beda-beda lam pah ipu n ,
Bali Arab Cina dan Belanda, B ali A rab G n a Welandi,
kanan kiri dan bawah. ngiwa nengen lan m angisor.
57a. 57a.
14. Terlihat dua bila ia selalu dilihat, 14. Tinghal karo y en sira karian dulu.
161
15. Suatu lingkaran yang melingkari 15. Jati w indu m angliput w atek
seluruh yang lahir, tumuwuh,
jika dilihat satu perbuatan, y an dinulu tingah saw iji,
lihatlah lurus anakku, k en cen g terang tinghal anakku,
tak ragu-ragu dalam hati, tan m aro cita ning ati,
satukan pandangan tuan. tunggalan tinghal sang anom .
16. Jika mata rabun pandangan akan 16. Yening samar m ata sam ar iku
samar, n dulu,
karena tak jelas wajahnya, kram tan terang ikang warni,
adapun pandangan menjadi samar, den in g samar rin g andulu,
dan pandangan bergoyang, lan tinghal kalih ngabirbir,
itulah kesesatan pertemuan.” iku sasar in g patem on.
17. Diraba ke sana ke mari di mana 1 7. Sasar-susur dija jem ak dija usud,
diambil dan di mana di raba,
kembali Raden Mantri menjawab, m m p i w alen R aden Mantri,
”Anaknda belum puas, durung w areg ra m k mpu,
mendengarkan nasihat yang m angrenga pitu tu r jati,
benar,”
sang Pendeta kembali berkata. sang B iksu m alih m am awos.
18. Manis perkataan sang Pendeta, 18. M anis arum w acikane sira Mpu,
”Anakku datanglah mendekat, sisia m m p i am areki,
saya ingin bertanya kepada sang ingsun tanya ri sang Prabu,
Prabu,
kenalah akan dirimu suci, weruh aw ak sira muni,
mereka yang mendekatinya sang am iarsa sam i bengong.
keheranan.
19. Telah ada dalam tubuh Tuanku, 19. Irika w us a m rin g angga sang
Prabu,
wajah Tuhan Yang Mahaesa, sasm itan Ida H yan g Widi,
saya hanya menceritakan, kew ala m am i atutur,
memberitahukan Tuanku, m angaturin Sri Bupati,
menjaga hal itu amat sukar. lintang keyuh sira ngam ong.
162
20. Darma dan kebenaran sebagai 20. D arm a patu t dasare ngam ong
dasar menjaganya, pu n iku ,
tak dapat diubah-ubah lagi, nora kena obah m alih ,
karena diri dikuasai, m ula ragane kaw engku ,
jangan tuan ragu-ragu, aja sira alang elin g ,
memang hal itu amat sukar. dahat dew a a b o t rep ot .
57b. 57b.
21. Hal itu patut dijunjung dan 21. N ika pa tu t nyandang pisan sem
disembah, bah suw un ,
pengetahuan berarti kebenaran, kaw ruhane ngaran sujati,
jangan tuan amat susah, aja sira atum pang su h ,
karena amat gampang, ‘dangannyane tan sinipi,
namun terlalu berat. nanging lintang dew a a b o t .
22. "Wahai Mpu bau harum meliputi 22. D uh pukulun suganda ranak M pu,
hamba,
tak puas-puas murid Maharesi tan waneh rana M aharesi,
ini,
laksana badan saya ini, tersaksat angga ning hulun,
kena tetesan air hidup, katetesan sanjiw ani,
mendengar ajaran-ajaran yang m angrnga pitu tu r kawot.
mulia itu.
23. Mohon jelaskan lagi tuanku Resi, 23. N unas m alih tatuiyang Ratu R esi
tentang asmaragama yang benar, sem aragam ane sujati
agar saya tahu, m angde ingsun sida weruh,
terhadap semua isinya, rin g dagingnya maka sami,
dan menantikan sang Pendeta ber gum antia Pranda m am awos.
kata,”
58a. 58a.
5. Semaraturida itu, 5. Sem araturida puniku,
maknanya kurang baik, tegesn yan e kirang beeik,
pikiran yang menguasai jodoh, manah ngam on g jatukarm a,
yang menyebabkan perbuatan kaget n ados kafdin e pelih,
salah,
yang menyebabkan anak men d a d i pu trane m am urka,
jadi pemarah,
dan tak suka menurut kata-kata. nora jen ek ningeh munyi.
164
11. Sang pendeta tersenyum hambar, 11. San g Sadaka sem u guyu,
”Jangan tuan mempercayainya, sam pun ratu m anguguanin ,
memang benar mampu mengobati, w iakti sid i matatam ban,
bila menolong orang yang hidup, y an nulungin anak urip,
mereka yang mati tak tertolong ne pejah tan katulungan,
olehnya,
akan terbukti semua kebohongan m acihna m auke sami.
nya.
12. Karena tak tertolong, 12.- D uaning ton g sida katulung,
mereka yang sudah mati, rin g sane kenyekanm ati,
sebenarnya dukun itu, jatin ipm rn aliyan an ,
bukan menolong yang sakit, ton g tulun g rin g anak sakit,
tetapi menyukarkan orang yang m akew ehin anak duhka,
sedih,
sudah jatuh di himpit tangga sam pun lacur m alih ludih.
(sudah menderita disukarkan
lagi).
13. Seorang muridnya berkata, 13. Sisyane sane mahatur,
’’
Ham ba heran Pendeta, angen titiang ratu R e sit
konon amat pandai, dahat sid i kocapanga,
memperlihatkan orang yang me eden gang terang sang nyakitin ,
nyakitinya,”
’’
sang Pendeta berkata, M pu D anghyang m anyatwayang,
’’
Jangan mempercayai perkataan eda ngugu ucapan paling.
yang bingung itu.
14. Apalagi orang yang bingung akan 24 m K aling pa lin g bisa tuhu,
dapat dipercayai,
setiap hari ia gila, sangkar edan ia sawai,
perkataannya tak menentu, ucapane ngawag-awag,
mengatakan orang yang me data u capan g nyakitin ,
nyakitinya,
kebetulan ada yang mempercayai k adon g tuin m anguguana ,
nya,
sedang rumahnya hancur dan anak um ahe uw ug pianak mati.
meninggal.
15. Pasti akan kesedihan, ’ 15. Tan w an gde sedih ngunngun ,
166
16. Maka itu selidiki terlebih dahulu, 16. Sangkannyane malu ruruh,
agar jangan keliru, apan g eda ngandang sai,
bila mempelajari sastra, yan m elajahin aksara,
jangan heran terlebih dahulu, eda m alu m angungunin,
perhatikanlah baik-baik tuan, aw as dew a apan g t at as.
’
’R aden Mantri menjawab. R aden M antri manyaurin.
17. ’’
Seoran g yang benar-benar 1 7. Yan w ang saja nora weruh,
bodoh,
apa yang dikatakan tentangnya, kojaranya sapunapi,
sang Pendeta menceritakan, sang Sadaka m anatwayang,
bila Tri Wangsa tidak bersatu, yan Tri wangsa tan atep in ,
tidak benar mereka itu satu dulu sawangsan ikang w ang,
wangsa,
ini akan menimbulkan rusaknya m angadakang rusak gum i.
negara.
18. Negara akan kacau kebanyakan 18. E y u r jagat kakuehan pan du n g,
pencuri,
menyukarkan orang yang ber n gopetan g sang Nawa bum i,
kuasa,
itu bernama carma wangsa, carm a w angsa iku nama,
teringatlah baginda raja, m anget sira S ri Narpati,
akan wangsa kecurian,, iku wangsa kapalingan,
tak sesuai dengan adat- tan m anut in g tata kram a .
istiadat.”
59a. 59a.
19. Sang Prabu berkata kembali, 19. Sang Prabu matth maatur,
’’
Sudilah tuan sekarang ini, seu ca ratu sane m angkin ,
167
59b. 59b.
60a. 60a.
32. Jangan Baginda Raja kuatir, 32. H ayua sangsaya sang Prabu ,
asal tuan berbakti, kew ala ratu astiti, .
dan selalu menjaga diri, n gam ong ragane satata,
jangan memilih yang akan di aja m am ilih n ggon lin ggih ,
pakai tempat duduk,
dan segala yang dimakan, saham ning sarwa pangan ,
semua itu tak ada yang kotor. maka sam i nora w eci.
33. Cucikan hati tuan, 33. Sukla ning h ati pun ika ,
tak dikotorkan oleh apapun jua, tan kaw oran m p i lu ir ,
170
ada pun badan manusia itu angga nin g w ang m ula mala,
memang kotor,
karena mereka selalu mementing k ram n ing sawa kangpim rih,
kan bangkai,
segala apa yang dimakan manu sakueh in g w ang sarwa baksa,
sia.”
demikianlah kata sang Resi. nahan sabda nin g sang Resi.
35. ’’Sem ua itu maknanya sangat 35. Sam i lew ih p itik et ipun ,
baik,
tidak benar disebarluaskan, aja wera nora sidi,
kata-kata yang terdapat dalam pangucape m ating lon tar ,
lontar,
’’Sang Pendeta menjawab halus, sang Pradya a lon nyawurin,
’’sangat perlu tuan dengarkan nyandang pisan dew a miarsa,
tetapi jangan terlalu percaya. nanging aja m angugonin.
36. Semua itu sebagai alat untuk 36. Punika m awasta petaku t,
menakuti,
semua ucapan dalam lontar, suarane rin g lon tar sami,
japa artinya mencipta, ja p a tegese mangajap,
mantra itu sebenarnya ada tiga, m antra iku ja ti n in g tri,
bayu idep dan sabda, bayu idep m uang sabda,
semua itu dijaga dengan baik. nika am on g apan g pasti.
37. Bayu berarti tindakan, 37. B ayu ngaran tindak ika,
agar tuan berhati-hati, m angda dew a plapanin,
jangan melalaikan orang-orang, ayua m asam pe m ating wang,
pikirkan setiap melangkah, lam pahe sai astiti,
jangan memburukkan orang lain, nora m angw icini w on g lian,
dan selalu membuat akal upaya. wvweka ngaran rin g kardi.
171
60b. 60b.
39. Idep artinya budi,
budi maknanya kebenaran, 39. Id ep b u d i aran ipun,
budi pekerti itu panjang, b u d i tatuane sujati,
bila pikiran memang lurus, b u d i sam reti n e daw a ,
penciptaannya memang benar, y en ja ti kencen g in g ati,
memuja Tuhan Yang Mahaesa. ben er ikang pangastaw a ,
nyungsung ida Sang H yang Widi.
40. Jangan berbudi kasar,
di dalam maupun di luar istana 40. A ja agal b u di agul,
agar suci, ringjaba je r o m angda su ci,
jangan tuan membeda-bedakan, sam pun dew a m asanehan,
di dalam merah tetapi di luar je r o abang jaba p u tih ,
putih,
sadarlah tuanku Maharaja, elin g sira M aharaja,
bila menjaga budi itu. y en m angku a ti ning budi.
41. Yang bernama pasikepan itu, Ngaran pasikepan iku,
dipergunakan untuk membohongi kangge m ogb ogin w ang alit,
anak kecil,
orang-orang yang kurang pengerti narane kirang pangartian,
an,
sangat takut menjaga orang sakit, ngem ban sakit lintang jerih ,
agar ada yang disombongkan, m angda w enten kasum bungang,
dipercaya dalam hati. kagega rin g je r o ning hati.
42. Makna pripih (lempengan) itu, 42. Pripih iku teges ipun,
orang yang penakut agar memper w an ggetap apang ngugonin,
cayainya,
bila disuruh di kala malam hari, kala w en gi katuduhang,
jauh ke sana ke mari, m alih adoh kena mai.
172
43. Wang Arjuna sangat terkenal, 43. Jinah A rjuna m anik kasub,
dibawa dengan baik, aba bu n gsel buluh m aliht
hal itu juga merupakan suatu punika taler bebanggan,
kebanggaan,
dipakai untuk membenarkan hati anggen gagiras manah jerih,
yang kalah,
bagi orang yang bijaksana, anggan ida sang sujana,
tak mungkin mempercayainya. * masa k e pacan g nguguanin.
44. Mempercayai sabuk untuk me 44. Sabuk piw olas kagugu,
nimbulkan rasa kasihan,
demikian pula guna-guna, m uang pangasih-asih m alih,
dibawa dan ditujukan, kasandang maka karepan,
terhadap orang perempuan, m elaksana rin g anak istri,
mempercayai kata-kata dukun, m iturut pangucap Balian,
jangan tuan mempercayainya. sam pun dew a m anguguanin.
61a. 61a.
61b. 61b.
52. ’
’Tentang kebenaran agama itu, 52. Jatining agam a iku,
amat utama tuanku, lintang ratu rin g utami,
tidak benar tindakan dengan d u d u gam a n in g keris tum bak ,
keris atau tombak,
manusia salah menerimanya, jadm an e salah panam pi,
mengatakan agamanya yang rusak, kojarang gam ane rusak ,
mereka yang mengatakan itu ne ngucapang bin gu n g paling.
yang bingung.
53. Belum pernah saya menjumpai, 53. D urung titiang nahen mangguh,
tentang kerusakan agama, rin g kerusakan ning agam i
bila sifat sarung tombak, yan in ggam an saw ung tum bak ,
dapat rusak dicuri pencuri, uning rusak pandung m aling ,
dengarkanlah Tuanku karena piarsa kna maharaja reh keris
keris itu hasil perbuatan pakardin ja d m i.
manusia.
54. Yang bernama sirna dan adat, 54. Sirna adat wastan ipun,
dijalankan oleh semua manusia, kam argiang rin g w atek ja n m i
kelihatan dari pakaiannya, m acihna saking sandangan ,
sirna dan adat berbeda, sirna adat saneh sami,
sedangkan isi agama adalah satu, dagin g gam a ja ti tunggal,
dijunjung oleh setiap yang sungsunga rin g w atek urip.
hidup.
55. Perbedaannya disebabkan pemuja 55. Tuah sew os lantaran ipunf
an terhadap Tuhan, astitin e ring H yan g Widi,
dari mesjid oleh orang Arab, saking m esjid w on g A rab ,
dari Kristus oleh orang Belanda, saking K ristus nara W elandi
orang Cina dari pratima, w on g Cina saking pratim a ,
dan dari pura oleh orang Bali. saking pura nara Bali.
56. Jawa Islam adalah sama, 56. Jawa Islam wantah patuh,
menirukan agama Arab ini, maniru gam a A rab iki,
dahulu Jawa beragama Budha, n guni Jawa gam a Budha,
175
62a.
59. Pakaian orang Belanda itu, 59. Sandangan W elandi pun iku ,
celana jas dan memakai topi, celana ja s kalih m atepi,
pakaian orang Jawa dan Bali Jawa B ali tunggal sandang,
sama,
karena asalnya sama, den in g w iw itnyane tunggi,
sesuai dengan keadaannya masing- nurut pangerang suang-suang
masing terbukti dari pakaian m ahcihna saking panganggi.
nya.
60. Orang Belanda yang tetap kokoh, 60. W elandine kang pinih kukuh,
pakaiannya tetap, tetep m angagem panganggi,
itu merupakan tanda suci mulia, iku tanda su ci mulia,
baginda raja membenarkannya, m isinggih sang Marapati,
orang Jawa dan Bali berubah, Jawa lan B alin e bondan,
pakaiannya selalu berubah. sandangane m erobah sahi.
176
61. Sekarang ini, saya bingung, 61. Sane m angkin titian g bingung ,
melihat tingkah manusia, m angantenang solah jadm i,
meniru memakai sepatu, m aniru ngangge dudublah ,
memakai kupluk dan celana, ngangge kupluk celana malih,
memakai kain sarung sebagai ngangge wastra sasarungan ,
tanda hatinya bingung. tanda bin gu n g p eten g ati.
63. Jika benar-benar keturunan orang 63. Yen turunan B ali tuhu ,
Bali,
patutlah sesuai dengan Tuanku, y o g ia m anut ringN repati,
sebagai tanda yang jelas, tanda nganggo tinghal terang ,
tidak meniru pakaian orang lain, nora niru lian panganggi,
tidak dipakai hanya untuk sekali, tan nganggo tin gal apisan,
sesuai dengan tatakrama.” tinut m aring tata krami.
62b. 62b.
65. Sang Resi pelan-pelan berkata, 65. Sang R e si a lon m aw uw us,
”Ya Raden dengarlah, singgih R aden sapuniki,
sesuai dengan ajaran guru saya, yan pitu tu r n aben in gw an g,
danghyang yang jiwanya sudah sira danghyang pu tu s bu di,
sempurna,
agamanya tidak pasti, agam ane tan parupa,
’’
baginda raja mendekat di sang Prabu nesek ngungkurin.
belakangnya.
177
63b. 63b.
10. Kedarmaan yang dipakai dasar, 10. D arm a sadu anggen dasar,
untuk mencari, mangrereh,
isi kesenangan yang sebenarnya, dagin g sukane su jati,
memang di sana tempatnya, anak m ula ada ditu,
kehidupan itu ditutupi racun, m retane kapu t w isia ,
tidak terang, kabang-kabang,
berlapis-lapis amat gelap, lapis-lapis p eta n g p itu ,
musuh dalam diri, sad ripu dalem pun ika,
itulah yang tuan lawan. nika dew a sai prangin.
12. Sang Pendeta berkata sambil ber- 12. Sang Pandia gu yu wecana,
senda,
’’T idak mustahil tidak bingung nora tan ceda ranak mami,
anakku,
cari di dalam masih di luar, rereh rin g je r o kari m etu ,
di bolak-balik tak ada, balik-balik tan ana,
bila diumpamakan, yan upami,
laksana ingin melihat telinga, n gton karna sam in ipun,
walaupun berkeliling delapan yadian m am uter p in g dom as,
ratus kali,
diri payah tak melihat apa-apa. raga tuyuh ton g kaaksi.
13. Memang selalu dilihat, 13. Sam pun katin gal satata,
tetapi tak benar, nanging dudu,
menglihatkan kedua mata, paningal socan ekalih,
yang bernama pendengaran, ngaran pangrenga pu n ik u ,
bukan pendengaran telinga, b oy a pangrangen karna,
telah tercium, w us kahungas,
bukan penciuman nidung, nora pangen dusin g irung,
ya memang rasa yang buKan inggih rasa dudu rasa,
teiasa,
sebagai perasaan badan ini. rasa nin gan ggan ta iki.
14. Bila disebutkan semuanya akan 14. Yan ucapang sam i iwang,
salah,
bila dijalani, yan lam pahin,
bukan jalan yang dijalani,” dudu tindakin mamargi,
baginda raja kembali berkata, sang Prabu m alih umatur,
’’
Pelaksanaan yang bagaimana, kaya angapa laksana,
dan perbuatan-perbuatan, tindak-tanduk,
yang anaknya lakukan bapak,” sira ranak duh Pukulun,
sang Pendeta lalu berkata, sang Sadaka sung wecana,
’’
K esucian dalam hati yang tulus. enang-ening in gajn yan a lewih,
64a. 64a.
16. Kita katakan sebagai air, 16. R in g to y a ratu baw osang,
bila sudah selesai, sam pun p u p u t,
bila dirasakan semuanya itu, yan in grasanin sinam i,
seluruh orang di dunia ini, narane sajagat ratu,
hanya sanggup mengatakan, uningnyane ngucapang,
akhirnya saja, pam uputnya,
perkataannya itu tidak memuas nora waneh ujar ipu n ,
kan,
bila dikurangi akan berkurang, yan kirangin d a d os tuna,
bila ditambah juga akan kurang. w ew ehin kirangan m alih .
17. Tak ada orang yang tahu, 17. N ora harm nara wikan,
merasakan rasa air dengan pasti, m angecapang rasan to y a su jati
pasti,
karena memang keturunan Wisnu, reh m ula titisin g Wisnu,
menyimpan kehidupan dari zaman n gasebel m erta w it kuna,
dahulu,
menjadi hamba, w us mamanjak,
pada manusia dari dahulu, rin g m anusa saking dangu,
di dunia dipakai memasak, anggen m aratengan rin g loka,
setiap makhluk memakainya pratak gu n an e manjusin.
untuk mandi.
18. Demikianlah Tuanku, 18. Sam angkana M aharaja,
memang sebenarnya, m ula wantah,
hasil perbuatan seorang wiku kardin sang Wiku utami,
yang utama,
tak perlu diubah lagi, nora nyandang obah ratu,
banyu y eh sebenarnya adalah air, banyu y eh tuah to y a,
walaupun itu air suci, yadian tirta,
namanya amat banyak, lintang katah wastan ipun.
tetapi sebenarnya adalah air, jatin n yan e wantah to y a,
orang-orang dapat menamainya. un in g narane ngaranin ,
Yang dipakai mandi itu sebenar- 19. N e panjusin iyeh w antah ,
nya adalah air,
memang ia sebenarnya, ip m ja t i ,
sering dipakai mandi, panjusin apang sai9
kita dapat mengatakan banyak, uning raga ngojahang liu 9
seringkali berganti tempat, pa n g im bih ga n ti w adah ,
orang yang bijaksana hanya sekali, yan in g pisan w ang pangaw eruh ,
cari air di danau, rereh m aring d a m n toya,
kita akan payah untuk mengisi bisa tuyuh m angisinin.
nya.
64b. 64b.
Tak ada air yang suci kecuali, 20. N orana su ci n in g tirta sajaw aning ,
sang Pendeta yang bijaksana, ragan sang Wiku sid it
memegang air hidup yang suci, n gam bel m ereta sukla iku^
siang malam pagi sore, siang latri silid sanja ,
dari dahulu, saking kuna ,
tulus ikhlas kepada sesama, asung rin g w atek tumuwuh,
di sanalah tuan memohon, ditu dew a mapinunas,
orang yang meminta memberi sane nunas ngalugrahin.
keikhlasan.
Karena beliau selalu ikhlas, 21. Wit satuw uk ida lugra ,
belum minta, durung m n a st
sudah diberikannya, gelisan kalugrahin,
disebut berkorban, m adam punia kawuwus,
tak henti-hentinya mengucapkan tan p egat m anguncar w eda 9
weda,
walaupun tidak diperintah, nora tuduh ,
berbunyi siang malam, ngalining rah im dalu 9
suara gentanya nyaring, suaran gen tane ngarem piang ,
tak terdengar bila berbunyi. tan kapiren gyan m em unyi.
Yang mendengar berbunyi, 22. Sane m angrenga masuara,
mereka yaijg bersuara, ne m asuara ,
sering mendengarkan, m angrenga sai-sai9
dipakai obat selalu, m a m d os tam ba satuwuk.
183
65a. 65a.
26. Raja menjawabnya, 26. Sang Prabu nyaw is wecana,
’’
B ila saya, y en in g fitiang,
belum bertemu, prasida durung kapanggih,
dengan adik saya Udyatmika, a ri U dyatm ika iku 9
anaknda tak akan kembali, m indah tanak matulak,
karena kemarahan pendeta, dukan Pranda ,
saya derita sampai mati, m asin titian g pacan g lam pus ,
sebelum hamba bertemu, sedurung inguang katemuna,
dengan Raden Dewi. m aring sira R aden D e w i
27. Teruskan anugerah tuan, 27. K apua ratu durus seu ca ,
saya disuruh, pitu du h in ,
untuk pergi pulang, titiang pam argine m ulih ,
lebih suka saya menghamba, suka y on titiang m anyungsung,
sukalah tuan memperhamba, ledan iratu manjakang,
ke luar dari hati pendeta, saking adnyaning R atu Wikut
tuan sebagai guru saya, ratu m eraga n abe n in g ngwang,
saya berada di kaki sang Maha- ana rin g je n g mahamuni.
muni.”
28. Sang Pendeta lalu berkata. 28. Sang Pandia raris ngandika ,
Ya tuan, singgih dewa,
sang Sri Darmika jalannya amat sang S ri D arm ika afi,
sukar, lintang sengka margan ipun,
jalannya ke timur, m am urwa ika m ara,
sangat sulit menempuh hutan durga lawan alas m iwah gu n u n g,
dan gunung,
lembah dan sungai, parung ju ran g lan bengawan
untuk mencari Raden Dewi. mangaruruh R ahaden D e w i
30. Namun anakku tak akan kalah, 30. A n gin g tan sor sira nanak,
tak akan kurang, ndatan kurang ,
mendapat teman dijalan, ring m arga maka kanti,
tuan akan menang berperang,, jay a ratu m agegebug,
tuan adalah raja di dunia, sira dew a n ing jagat,
menguasai dunia itu sebagai m engku b u m i maka tedu n g w atek
payung para raja, ratu,
dijalan tuan mendapat keuntung rin g awan m am angguh laba,
an,
w atek pu tu s maka kanti.
semua orang suci sebagai kawan.”
65b. 65b.
31. Raja kemudian menyembah, 31. Sang Prabu raris m anyem bah,
segera memeluk, saharsa n gelu t,
kaki sang Mahamuni, je n g ira M aham uni,
”Hamba mohon diri ke hadapan titiang pam it ring je n g Mpu,
pendeta,
tuan guru telah berkenan, sang Guru asung nugraha,
memberi ajaran batin yang a ji m enen g utam a ning ajnyana
utama,” pu tu s,
mereka yang diberkahi lalu sang kasungan raris rtunas,
mohon diri,
menyembah lalu ke luar. w us m anyem bah raris m ijil.
9. Jualannya, 9. Dagangane,
amat laris, lais tan sinipi,
I Tamtam di dapur, I tam tam d i paw on,
dengan tekun, dahat e n c o l
m enolong bibinya, ngayih b ibin nyane,
membuat sayuran, n ga w eju k u t,
sambil menurunkan nasi, sam bil ngangkid nasi,
sambel sudah habis, sam bele tan kari,
menggoreng ikan dan menjerang n goren g iw ak nadar taluh.
telor.
10. ' Dagangannya, 10. Dagangane,
habis tak bersisa, telas ndatan kari,
amat laris, larisne m ahosok,
siang malam, rahina dalu.
188
66b. 66b.
12. Keesokan harinya, 12, B enjang sem eng ,
berjalan tergesa-gesa, gagisen mamargi,
I jalannya cepat-cepat, lam pah nyane en co l ,
I Tamtam, ia I Tamtam,
mengikuti bibinya, n utug bibinnyane,
dari belakang, saking pungkur,
langkahnya cepat, tindaknyane gip ih ,
tidak diceritakan di jalan, tan cerita d i m argi,
sudah sampai di pasar. m aring pasar sam pun rawuh .
13. Masuk ke sana ke mari, 13, P atilu plu p,
I Tamtam mengikutinya, I Tamtam nyarengin ,
k o ^ l mereka berkeliling, sam i m ider rek o ,
dan sudah selesai berbelanja, sam pun pu pu t m abelanja,
saat ini hari, ne m angkin Sang H yang Rawi,
konon sudah siang, reke sam pun lingsir,
segera hendak pulang, ge lis m akire mulih,
dan barang hasil belanja segera bebelanjane ge lis kapikul.
dipikul.
67b. 67b.
26. ’
’Bangunlah bibi, 26. Bangun b ib it
marilah pergi sekarang, _ jalan luas n ejan i.
192
68a. 68a.
I Tamtam, 31. Ia I Tamtam,
terbakar dimakan api, puw un kateda g e n i,
memasak di dapur, m anyakan rin g paw on.
suara kentongan, suaran gendongan.
bertalu-talu, kadahat buluse.
riuh rendah, m agusuran,
orang datang memberi pertolong w ang teka nulungin.
an
serta menyiram, rawuh manyiramin.
menolong dengan air. m atatulung antuk banyu.
Segera, 32. Gagelisan,
I Tamtam ke luar pintu, I Tam tam m edal k ori,
kemudian pergi meninggalkannya, m anglantas m akawon.
orang di desa Basur, w ang in g Basur,
amat ribut, lintang um ungnyane,
yang terbakar, satadahe,
tak ada yang melihat, tan barn m angguhin,
semua sudah pindah, m agusuran somi.
dan api sudah mati. apinnyane padem sampun.
69a. 69a.
9. Menyebabkan perasaannya ter 9. D adia citen g ngulangun ,
pesona,
bunga-bunga yang muda berkum an om pu span e asri m apulpul,
pul,
raja teringat akan istrinya dahulu, m anget m aringN arendra
G arbhini nguni,
saat kelesuannya dulu, rin g alpasarane dum un ,
saat bercumbu di tempat tidur. kala acum buana n en g patu ron .
10. Kemudian memetik sekuntum 10. R aris m em etik santun ,
bunga,
sambil menyebut Ni Diah Ayu, sarw i m anulane N i D iah A y u ,
memanggil-manggil sambil beliau m asasam batan tan m ari ida
menangis, nangis,
mengharap-harap sang Ayu, ngape-ape rin g sang A y u ,
di mana kau berada. dija i dew a m ahenggon.
12. Raden Mantri tak menj awab, 12. Sang abagus tan pasaw ur ,
berbuat seperti orang gila, ngaw e sesolah hiir w ang buduh,
seluruh bunga-bungaan dirusak kancan pu spa karusak d e sang
oleh baginda, N atapu ek i,
sebagai tingkah seorang gila, sapari-polah luw ir buduh,
menimbulkan perasaan marah ngaw e seb et sang m angeton.
bagi orang yang melihatnya.
13. Kemudian perkataannya tak 13. N tu sabdene ngacuh.
menentu,
197
maka malu orang yang men dadianya elek sam i sang ngarungu,
dengarkannya,
karena marah mereka mende dukannyane m am irengan sareng
ngarkannya, sam i,
keempat orang itu segera menang sang catur sahasa ngejuk,
kapnya,
diikat lalu ditariknya. kabasta raris kahoros.
14. Ini terima karena kesalahanmu, 14. N en e nam pi salah nu,
karena terlalu jahat dan kau, m rekak cu lig lintang ib e rusuh >
mengganggu, merusakkan taman ngrusak tanem en ida sang ,
baginda raja,
sang Bagus sudah terikat kakinya, sang B agus sam pun kahim pus,
oleh keempat orang itu. sareng catur pun m apokoh.
15. Orang yang terikat itu lalu di- 15. Sang kapusan kapundut,
gotongnya,
dijalan perjalanannya cepat, enggal lam pahe rin g marga
sampun,
dan setelah sampai sekarang sapraptane ring m arga katur
dipersembahkannya, mangkin,
kepada baginda raja, m aring je n g ida sang Prabu,
dan hambanya duduk tepekur. perekan m atur nyalem poh.
69b. 69b.
70a 70a
70b. 70b.
14. ’’
B erbelat belit, 14. Sangkur m ikuh,
heran aku akan akalmu, dayan iba kagok aku,
pandai kamu berkata-kata, ririh iba m apeta,
kau berkata dengan lugu, b e lo g p o jo l ia m am unyi,
dengan halus, dadialu s,
kau menolak perkataanku.” bariban iba nulak peta.
71b. 71b.
72b. 72b.
73a. 73a.
10. Pikiran benci menjadi racun, 70. D u leg h ati m awak wisia,
hidup itu adalah pikiran yang suci, m ratane m anahe ening ,
tenaga berwujud pada bhuta bayu pangaw ak in g bhuta ,
Tuhan kosong ada dalam pikiran, dew an e suw ung in g budi,
tempat bhuta itu dalam darah, palingga ning buta getih ,
demikian halnya agar kau menge k eto ca i apang tahu,
tahuinya,
dan untuk menanyakan, lam un buat m anakonang,
sari darah yang sebenarnya. sarin getih e sujati.
209
73b. 73B.
12. Rupa Dewa dan rupa Bhuta, 12. R upan dew a kalih buta,
di mana tuan melihatnya, rin g dija ratu m am anggih,
pernahkah tuan menegur Dewa, nahen ratu nyapa dewa,
maupun memerintahkan Bhuta- m iw ah nguduh buta-buti,
Bhuti,
mungkin tuan sudah tahu pasti, inab sam pun tatas jati,
bahwa Dewa di dalam budi itu dew a rin g bu din e suwung,
kosong,
dan darah tempat bhuta, getih palingga n in g buta ,
heran hamba mendengarnya, kasub titiange mamiragi,
dan akhirnya saya bingung men d a d i inguh titiang ratu m am i-
dengarkannya. ragiang.
15. Bila saya hitung semuanya, 15. Y ening sam i w ilang titiang,
mungkin ada lima ratus ribu buah, pilih w enten lim ang keti,
ambillah semuanya itu, punika am bil telasang,
bila tuan senang berkata sendiri, lam un ratu seneng ngum ik,
demikian pula sastra tentang sastra w arigane malih,
wariga,
nyanyian Tuhan dan mantra amat dew a sruti m antra wibuh,
banyak,
kidung kekawin tak kurang, kidun g kakawin tan kirang,
demikian pula aji w egig, lan a ji wegigm alih,
ambillah itu tuan, am b il ratu,
saya bersedia mempersembah nyadia titiang mangaturang.
kannya.”
74a. 74a.
16. Sengguhu Made lalu menjawab, 16. Sengguh e M ade raris nimbal,
”M em ang benar sebagai katamu, saja buka m unyin cai,
wajah dan Bhuta, rupan dew a lawan buta,
hal itu tak pernah dilihat, ditu masih tuara panggih,
O Tamtam sekarang, ih Tam tam tuah n e jani.
211
74b. 74b.
20. Dan A rda Candra sebagai kepala 20. M alih bisa Arda-Candra,
N ada yang satu,
demikian keadaan sebenarnya ten ggek ada ne ab esik ,
Tamtam,
dikelilingi oleh Arda Candra, k eto sujatinnya Tam tam ,
demikianlah lengkap semuanya, k eto jan gk ep maka sami,
semua sudah lengkap di sana, suba tegep pada d itu ,
memakai sarana asap menyan, masrana bahan asep m enyan,
itulah pelajaran, an e k eto pelajahin,
perlu dibawa, nyandang kadutf
untuk penjaga diri.” anggen pasikepan awak.
23. Ada perumpamaan dalam lontar, 23. Wenten sasim bin grin g lontar,
konon bersama-sama lahir, rek e sareng ajak m ijil,
itu adalah saudara empat,” punika nyam ane patpat.
Jro Senggu menjawab,” Jero Senggu m anyaw urin ,
Tidak benar demikian kakak, tri saja k eto b eli,
mereka selalu menjaga diri kita, ngem pu ragane satuw uk ,
adapun ajaran Kanda Empat, m ungw ing tutur K anda E m pat ,
tak pernah dapat dipastikan, ton g taken bisa m edasin,
hingga mati, kayang lam pus ,
juga hal itu yang menuntunnya.” m asih en to manandanang.
75a. 75a.
75b.
28. Semua itu sudah aku tahu, 28. A n e k eto suba tawang,
seluruh isi sm erti itu, dagin g sam retine sami,
paman tidak menyombongkan m aman sin g nyubungang awak,
diri,
kini paman akan memberitahu ja n i maman m angorahin,
kannya,
cara orang bertapa, tingkahe nam gun sumadi,
tersebut dalam sastra, ada d i sastrane mungguh,
agar dilandasi oleh kesucian, m angda dasarin ban kedas,
suci dan pikiran yang jujur, a n ea lu s rurus ati,
dari kejujuran, saking rum s,
menjalankan gagasan. m angencengang paitungan.
215
76a. 76a.
33. -Kemudian Jro Dalang melihatnya, 33. Jero D alang raris m anyingak,
sangat sukar memikirkannya, lintang ibuk mam inehin,
apa yang diraba dan apa yang di en cep u sud encen jem a k ,
ambil,
ke heran-heranan sambil komat- bengang-bengong kemak-kemik,
kamit,
jari-jari tangan dihitung, jrijin e ceceh petekin,
tersenyum-senyum bak orang kenyir-kenyir inab tahu,
tahu,
ia duduk gelisah, jengka-jengku ia m enegak,
sebentar-sebentar berpindah busan-busan ia m akisid,
tempat,
meraba-raba, p a ti usud,
jari tangan meraba sapu. jrijin e m angusud sampat.
34. Muka merah karena malu, 34. M uka bang kabatek jengah,
tambahan pula karena ditertawai, kaludan ia kakedekin ,
lalu menjawab dengan kasar, m asaut m unyinya banggras,
’
’Siiahkan menjawabnya la w utang ja n i tim palin,
sekarang,”
lalu dukun Kasub menjawabnya, balyan K asub nuli nyaw is ,
’
’L ebih dari empat puluh orang, langkungang rin g patang p u lu h ,
jumlah para cerdik. pakum pulan w atek w ikan,
217
35. Sudah terkenal dari dahulu, 35. U ling kuna lintang k lok toh ,
pandai di negara ini, ririhe d i jagat din i,
mengapa tidak bersatu, apa krana ton g sanunggal,
lagi pula datang dari jauh, m alih ipun m angendonin ,
laksana dengdeng mencari api, sakast den gden g ngalih a p i,
hamba amat malu tuanku,” lintang jengah titiang ratu ,
raja lalu bersabda, sang N ata raris ngandika,
’
’Bapaklah yang melawannya, bapa suba m anim palin ,
jangan takut, eda takut,
bela negara ini.” jen gahan g gu m in e bapa.
38. Karena itu memang sukar belajar, 38. Sangkan sengka san malajak,
mencari rupa angin, m angalin rupa ning angin,
tak dapat dicarikan guru, ton g d a d i pacan g paguruang,
pergi Berusaha agar dapat melihat mangruruh m angda kapanggih,
nya,
terasa lebih tinggi dari langit, rasa tegehan rin g langit,
sangat jauh bila hendak dijangkau, ejoh ne y an pacan g jujuh,
meskipun banyak pedoman untuk yadian liu gagelaran,
melaksanakannya,
bersedia untuk mengejarnya, m isadia m angetut buri,
sudah pasti, fu sin g burn ing,
mereka yang diam akan men ne m endep-m endep makatang.
dapatkannya.
77a. 77*
39. Meskipun banyak mempunyai 39. Yadyan liu nam ping lontar,
lontar,
konon semuanya baik-baik, k oca p sane lewih-lewih,
tetapi aku tak tahu, lam un nanang twara nawang,
mengartikan kata-kata perumpa m anginger basa sasim bing,
maan,
lebih baik disimpan baik-baik, mlahan sep el pan g ilid ,
bila tak dapat membukanya, lam un tuara bisa m elu tf
mengupas bahasa jarw a dan basa jarw a dirga p elu ta,
dirga,
sebenarnya tiga itulah yang benar, tatiga sangkan in g jati,
jangan menghibur diri, eda nyalim ur,
memegang yang tidak pasti. nyungkem in idep-idepan.
40. Yang tak benar dikatakan benar, 40. Sane b o y a kaden saja,
yang benar dikatakan salah, sane tuhu kaden tosing,
benar kepunyaan sendiri tetapi ja tig e la h tuara tawang,
tak dikenal,
karepa pikiran bapak itu bingung, ban kneh mananga paling,
tuara bisa m angingetin,
tak dapat menandai,
rupanya amat samar, ban gob a n e lintang saru ,
219
77b. 77b.
43. Pikiran raja bimbang, 43. Sang Prabu sum langing manah,
bahwa I Tamtam adalah keturun rin g I Tamtam tus ning lew ih ,
an orang mulia,
lalu turun dan bersabda, nulia tedun mangandika,
”Ya jelaskan anakku sekarang, duh tinggarang cen in g mangkin.
220
78a. 78a.
48. Sudi tuan hamba junjung,” 48. L edang ratu sungsung titiang
Raden Mantri menjawab, R aden M antri m anyaw urin ,
’
’Bukannya saya tidak mau,” b oy a ngw ang pacan g sumengga,
raja Silingwangi menjawab, prabu silingw angi nyaw is ,
’
’Teruskan pemberian tuan, durusang icane cen in g ,
jangan kau sampai hati, hayua sira narnk iju,
akan meninggalkan ayah, pacan g m aninggalin bapa ,
lanjutkan ajaran-ajaran itu, future m alih leledin,
yang benar, sane tuhu ,
jelaskan isi ajaran itu. daging future cihnayang.
78b. 78b.
3. Bila tuan kesukaran dalam pepe 3. Yan nanak pakew uh ning jurit,
rangan,
segera tuan mengirim utusan, age sira m apotusan ,
ajaklah patih ini, y e k i ajak papatih e ,
yang bernama patih Sudarma, kang aran Patih Sudarm a ,
ayah menyerahkan padamu, bapa asung rin g i dew a ,
untuk bersama saja, m angiring satiba laku ,
adu bila mengalami kesukaran. arepang kabayantaka.
4. Terus berjalan ke kanan anakku, 4. A n galor purane cening,
di sana ada guruku, riku ana naben bapa ,
di sana tuan bertanya, irika dew a atan y a,
bernama Dukuh Tumulung, I Dukuh Tum ulung nama.
223
79a. 79a.
79b. 79b.
13. Telah lama kehilangan istri, 13. Wus lam i kicalan putri,
kurang lebih dua tahun. pinih w enten kalih warsa,
225
16. Sudilah tuanku sekarang ini, 16. L edan g ratu sane mangkin,
berhenti tuanku di sini, irika ratu masanggra,
jangan tuanku tergesa-gesa, ayua sang Prabu gigisan ,
pelan-pelanlah tuanku, dabdabang ratu dabdabang,
pastikan darm atula itu, darm atula ratu pastian g ,
akal untuk melawan musuh, dayane nandingin m usuh ,
dan laksanakan rasa kasih ja m nuraga glarang.
sayang.
17. Hamba tak perlu lagi, 1 7. N ora nyandang titiang malih,
menceritakan hal yang utama, m angaturang kautaman,
Tuanku sudah bijaksana, Prabu w us kalintang k aw ot ,
arif terhadap sang sujana, w ijn yam rin g sang su ja m ,
226
80a. 80a.
23. Setelah mohon diri lalu berjalan, 23. Wus pam it raris mamargi,
mereka bertiga tak berpisah, tan kesah sareng katiga,
dan berjalan pelan-pelan, sarw i alon kang lampahe,
mengikuti arah gunung, anuw ut ga ti ning waria,
perjalanan mereka bertiga, sang katrini lumampah,
tidak diceritakan dijalan, tan ucapan m aring hnu,
sudah sampai di kaki bukit. prapta rin g pukuh acala.
24. Lalu menuruni lembah jurang 24. Tedun ring luah pangkung trebis,
yang dalam,
di sana ia berkeliling, m ideran ida irika,
di Gunung Mahendra, m aring g iri M ahendrane,
duri-duri dan lintah sangat galak, k etk et ban dil p a cet galak,
karena sangat sibuk, duaning repete kalintang,
kaki tak terasa kaki, ikang suku tan luir suku,
darah terus menetes. rudira tan papegatan.
80b. 80b.
27. Demikian pula dua ekor burung 27. M uang i m ayura masanding,
merak berdekatan,
hinggap di pohon meranggas, rin g taru ligir m atinggah,
melihat kakinya, rin g sukarnyane m an gilo,
bulunya gemerlapan, bulune ngredep dum ilah,
ditimpa sinar matahari, m atem puh sena ning surya ,
perbuatannya membuat ke salah nyane ngaw e ibuk,
bingungan,
mengalahkan orang yang men lindih sang duka kasmaran.
derita asmara.
28. Raden Mantri amat sedih, 28. R aden M antri sedih kingking,
ucapannya memilukan hati, sasabate mlad-prana,
ah kau burung hina, duh uduh pa k si nyalulong,
mungkin kau tahu aku kesengsara irib ped as ring sangsara,
an,
menggambarkan orang kesedihan, nyiptain anak w iyoga,
Patih berkata menyadarkannya, I Patih m atur piw ungu,
”Ya tuanku. singgih dew a panem bahan.
30. Demikian perkataan Gusti Patih, 30. Nahan tangguh G u sti Patih,
baginda raja lalu berjalan, sang Prabu raris mamarga,
berjalan masuk, lum am pah m anyusup reko.
229
81a. 81a.
31. Kini sudah sampai, 31. Sam pun prapta sane m angkin ,
di luar Padukuhan, rin g babah ing Padukuhan,
anjing datang menyalak, asune nyagjag m an gon gk on g ,
Ni Cekuh segera melihat, N i Cekuh iseng m anyangjag ,
Ni Jae dikenalnya, N i Jae kahelingang ,
karena rasa kangennya kemudian ban isen gey a m agelut ,
ia berpelukan,
di belakang baginda raja. rin g pungkur ida sang Nata.
81b. 81b.
82a. 82a.
10. Setelah ahli pengetahuan itu, 10. Sam pun tama ning pangajian,
kepada Ki Dukuh, rin g K i Dukuh,
selama dua bulan, lawas rupa kalih sasih,
sang Dukuh lalu berkata, dane D ukuh nulya m atur,
’’
Tuanku, pukulun M aharaja,
saya ini, inggih titiang,
berbakti keharibaan Tuanku, subakti m aring je n g Prabu,
mempersembahkan I Sutama m angaturang I Sutam a,
bergelar I Sucandra Geni.” ngaran I Sucandra Sgeni.
13. Jangan tuan bersedih hati, 13. Sam pun ratu manyungkanan,
empat masalah semua akan b ek ele mula,
dijumpai, luir catur sam i panggih,
satu per satu maknanya, w iji-w iji teges ipun,
pertama bernama brata, pratam a mangaran brata,
yang kedua, rin g p in g rw af
233
82b. 82b.
83a
20. Laksana air hidup dikelilingi oleh 20. L uir am reta ilehin wisia,
racun, tu i satata,
dan selalu. w isyane kapanggih.
235
24. Tak ada kesukaran pada bunga, 24. Tan harta m ew eh in g pu spa,
tak akan berubah, ndatan ob a h ,
bunga-bunga itu tak akan rusak, n d ta n osik sari-sari,
demikianlah tuanku, samangkana sirang Prabu,
suka duka dalam kerajaan, suka w iry a rin g praja,
amat jauh, ad oh ratu,
bau harum jalak datang mencari, arum e galak mangruruh,
kedatangannya menghancurkan rawuh ipun ngrabas puspa,
bunga, sapunika y an upami.
demikian perumpamaannya.”
83b. 83b.
84a. 84a.
31. Demikian antara lain Dukuh 31. Nahan sawaneh D ukuh Banggras,
Banggras, sang catur,
mereka berempat, m ituhu tlas mangiring,
percaya dan akan menurutinya, nulipam it trus lumaku,
kemudian mohon diri dan ber m anyusup rin g worn,
jalan, sira prabu,
memasuki hutan, hairing sang tiga iku,
baginda raja, Jae Cekuh nora pasah,
diiringi oleh mereka bertiga, m uang dane patih sudarm i.
Jae Cekuh tak pernah berpisah,
demikian pula Patih Sudarmi.
32. Konon hari sudah hampir siang, 32. D as rahina m angkin k ocap ,
angin aris, sam igatine,
bertiup sepoi-sepoi, anem puh mangusirsir,
diikuti suara riuh di gunung, katub rin g geger in g gunung,
seolah-olah membangunkan, nanginin y an sawangang,
mereka yang sedang tidur, rin g sang turn,
burung kalindungan clengak- kalindungan clengak clenguk,
clenguk, inab ngugah sang anidra,
laksana menggoyang-goyangkan tum uli raris mamargi.
orang tidur,
kemudian terus berjalan.
33. Kemudian beliau berkata, 33. R aris ida ngandika ,
”Ya patih, ah eh patih,
hari hampir siang, m eh rahinane manampi,
karena suara burung riuh, ban suaraning pa k si unung,
mungkin ia menyuruh,” inab ipun m ituduhang,
Jae Cekuh, Jae Cekuh,
dan 1Patih semuanya bangun, la n l patih sam i bangun,
”Ya Tuanku, singgih ratu panem bahan,
marilah tuanku berjalan.” k e ratu mamargi.
34. Mereka berempat lalu berjalan, 34. Sang catur raris mamarga,
agak pelan-pelan, sada aris,
jalannya bersama pengiringnya, lam pahe lawan pangiring,
dan segera bertemu, sagetja enggal ia kacunduk,
sangat senang tak ada bandingan w iarya tan patandingan,
nya,
239
84b. 84b.
85a.
85b. 85b.
86a.
5. Kemudian Jro Dukuh ke luar, 5. Jro D ukuh tum uli dan e m ijil,
kemudian menjemput, nulia kacandak ,
baginda raja di halaman, sang Prabu ring natar,
Ki Dukuh berkata pelan-pelan, K i D ukuh dabdab ature ,
berkata kepada baginda raja, a saut rin g sang Prabu ,
’’
M aafkanlah hamba orang yang kesam a kawula m iskin ,
miskin,” sang N ata ge lis m animbal,
raja segera menjawab, hayua panjang wuwus,
’’
Jangan berpanjang kata, manira dahat kalintang ,
aku ini amat sangat, ring duhkita,
sengsara dan duka, inab bapa sam pun uning ,
mungkin bapak sudah tahu, sadurunge nira prapta.
sebelum saya tiba.”
6. Sang Dukuh menjawab dengan 6 . D ane D ukuh m esen m anyawurin,
senyum, singgih Prabu ,
”Ya Tuanku, luir ning inangdika,
sebagai yang Tuanku katakan,” panjrow ane nulya a ge ,
pelannya segera datang, pala bungkah w us kahatur,
sudah mempersembahkan umbi- maka m iwah toy a su ci,
umbian, sang N ata g e lis narirna,
demikian pula air suci, lan I Patih sam pun ,
244
86b. 86b.
87a. 87a.
13. Yang bernama natayoga adalah 13. N atayoga ngaran angga tek i,
badan kita, R a jay oga ,
raja, ngaran ing pam anah ,
nama itu adalah pikiran, B a k tiy oga ngarannyane,
yang bernama .baktiyoga semua w us kasidan puniku,
itu lan ngaran in g dw ijati,
telah tercapai, pu tu s in g b u d i ika,
dan yang bernama dw ijati, sira Prabu pan g w erukt
pikiran yang putus, ayua ta sira m alupa ,
baginda raja agar mengetahuinya, denda awas,
jangan tuan melupakannya, ala lan ayua n ing bum i,
dan tuan berhati-hati, bu m ine ngaran sarira.
baik buruknya dunia,
dan dunia itu bernama sarira.
14. Yang bernama sarira adalah tubuh 14. Sarira ngaran angganta jati,
yang sebenarnya, sujatining,
yang sebenarnya itu, anggane katinggalan,
tubuh dilepaskan, n e m awasta ala ayu n e,
dan yang bernama baik buruk, n ados panjak satuwuk,
akan selalu menjadi hamba, rin g Batara miwah Buti,
pada Bathara dan Bhuta, ika dew a n in g awak.
247
87b. 87b.
17. ’’K arena saya belum puas men 1 7. Apart durin g ingsun waneh mami-
dengarkannya, arsi,
silakan paman menceritakan duh durusang mantan m alih tat-
kembali, w ayang ,
mengatasi nafsu itu, martasarin ragadine,
terus berulang-ulang,” apan g m elid satuwuk,
Dukuh berkata halus, dane D ukuh m atur aris ,
’’
U sir kala itu, aw ur tikanang kala ,
setiap bulan, ngasasih pu n ik u ,
lengkaplah keempat arah, tegepan g am anca desa ,
jangan lupa, ayua lupa ,
penyakit agar hilang, m alane pang m akingking m aringf
tidak merusakkan negara. tatan m angrusak nagara.
18. Pada bulan kasanga supaya 18. R in g masa kasanga m angda law iht
yang baik, cacarune,
korbannya, ratu utamayang,
yang diutamakan, sarwa su ci aturane ,
persembahan segala yang suci, n yepian g sadinan ipunt
adakan sepi hari itu, sipen g sunia ja tif
agar betul-betul sepi mati bila y an g sang Prabu kasidan ,
Tuanku melakukan, sida ja ti tuhu ,
supaya benar-benar yakin, punika kalintang dangan ,
hal itu amat mudah, mangasorang,
mengalahkan, duratm akane Narpati,
musuh tuanku, durung katum bak w us alah .
belum ditumbak sudah kalah.
19. Kita tetap tinggal di istana, 19. R aga j en ek m alinggih rin g p u ri,
musuh tempatnya jauh dan m usuh ad oh ,
semuanya sudah mati, sam i sam pun p eja h f
tidak ada kesusahan apa pun, nora m apakew uhe ,
itulah merupakan senjata karis pujika kris baru ,
yang baru, b oy a ratu kadi m angkin ,
bukan sebagai keadaan baginda saw ane kaduhkitan,
sekarang, p a ti parag-purug,
249
88a. 88a.
22. Bila keduanya besarnya sama, 22. Yaning sama agunge kakalih ,
yang kotor, sane letuh ,
juga yang suci, m uang su ci punika ,
pekeijaan tak akan berhasil, tan kasidan pagaw ene,
250
88b. 88b.
24. Konon sudah tiga malam lama 24. Tau ucapan sue tigan g wengi,
nya,
berkata-kata, m abawosan,
bersama mereka bertiga, ida sareng tatiga,
’’
Teruskanlah ikhlasan paman, durusang m alih ican e ,
bila bapak benar-benar sudi,” y an in g bapa durus asung ,
kata baginda raja, ujar e sang Sri Ndrapati,
Ki Dukuh menceritakan, K i D ukuh mengaturang,
pendidikan dan doa-doa, pangjya m uang kastru ,
demikian pula tentang kepandaian m iwah A ji D anurdara ,
memanah,
setelah selesai, sam pun tam at,
raja diberikannya lagi, sang Prabu katuran m alih ,
panah Angin yang hebat. heru A ngin kabinawa.
25. Kurang lebih satu bulan, 25. Sawatara m alih asa sih,
baginda raja, SriN aren dra,
belaiar di sana kemudian irika m angafya K i D ukuh
Ki Dukuh dengan berkata, teges ature,
’’
Karena sekarang sudah selesai, dw aning m angkin w us p u p u t,
berangkatlah Tuan dengan baik, m argi ratu saking aris,
selesaikan pekerjaan Tuan, karyane ju a putusang,
jangan terlalu terlena, ay u a m u pu ulangun,
pekerjaan tidak akan selesai, nora sida karya ngarant
bila dilepaskan, y en tum usang,
ajaran siang malam itu, tuture lem ah w en gi,
pekerjaan akan sia-sia.” kanirguna kunang karya.
26. Raden Mantri tak berkata panjang 26. Tan panjang sira R aden M antri,
lagi, w arning singgiha,
menurutinya, k adi katuduhang rin g dija reke
sebagai diperintah ke mana arah margine,
jalannya, ngungsine ka m argalangu,
menuju ke Margalangu, dan e D ukuh m atur aris,
Ki Dukuh berkata pelan-pelan, patu t ratu mamurwa,
’’Hendaknya Tuanku ke Timur, tatan salah dunung,
tidak salah tempat,” m alih sang N ata ngandika,
kembali baginda raja bersabda, saha dabdab,
pelan-pelan, suka tan suka ne m angkin,
’’R ela atau tidak rela sekarang ini, N i Luh Tabia tunas titiang.
Ni Luh Tabia saya akan minta.”
27. Ki Dukuh tak lama menjawab, 27. N ora panjang K i D ukuh nyaw urin,
’’
Karena memang, duaning mula,
kepunyaan Dewi Uyah, drew en N i D ew i Uyah,
tak boleh dilupakan, tan d a d os pacan g lupane,
dan keempat itu, punika sane catur,
memang menjadi kesayangan tuah kakasih Sri Bupati,
baginda, ala ayu tan pasah,
suka duka tak akan berpisah, kawula sam pun wruh,
hamba sudah tahu, ja y a ratu rin g payudan,
semoga tuan menang dalam pepe nora salah,
rangan, ature p a tik N arpati,
tak akan salah, akw eh m am angguhang laba.
252
89a.
28. Semua bersama-sama mohon diri, 28. Sagrehan sam i sam pun m apam it,
Ni Luh Tabia, N i Luh Tabia,
m ohon diri setelah menyembah, m apam it wus m anyem bah,
konon Ki Dukuh mengantarkan K i D ukuh ngiringang reke,
nya, rawuh rin g jaba sam pun ,
dan sudah sampai di halaman luar, nguningang gu n u n ge kangin,
memberitahukan gunung di ayua nyim pangin awan,
sebelah timur, G trakuta tuju.
jangan salah jalan, R aden M antri manuwutang,
tujulah Citrakuta, w us mamindah,
Raden Mantri menurutinya, sinam i lam pahe ngiring,
telah pergi, m aring padukuhan.
semua mereka itu mengikuti per
jalanan itu,
ke luar dari tempat Dukuh.
29. Dukuh Sudarmi balik kembali, 29. D ukuh Sudarm i m aw angsul m alih,
tak diceritakan, tan ucapan,
sudah tiba di taman, rauh ana rin g taman,
tersebutlah peijalanan baginda kocapan sang N ata lampahe,
raja, kairing sareng catur,
diiringkan oleh empat orang, lam pah ira sada aris,
peijalanannya agak pelan, siang latri tan rarianan,
siang malam tak pernah berhenti, m anut geger ing gunung,
mengikuti suara ribut di gunung, marga kiluk langkung rangka,
jalannya berkelok-kelok amat durgam a awan,
sukar, repet-repet lin tan f sripit,
jalannya kecil dan amat sempit, tukad sraya kapangguhang.
terlihatlah Sungai Srayu.
30. Luasnya tak terkira-kira, 30. Tan patandin g lintang linggahnya
airnya tenang dan amat bening, wiakti,
berhenti beserta para pengiring d egd eg toyannya dahat lintang -
nya, nirmala.
253
89b. 89b.
32. Raden Mantri terhenyak keheran 32. K alalen ida R aden Mantri,
an disertai, kairingang,
oleh Patih dan pengembannya, rih Patih laninya,
didekatnya kebun yang luas, tegai linggah panyandinge,
tempat itu sangat indah, genah lintang rahayu,
dikelilingi bermacam-macam kaideran sarwa sari,
bunga, w anginya m ahim pungan,
harum semerbak, angin dab-dab alus,
angin bertiup tenang, m anem puh kam rikan puspa,
mengembus keharuman bunga, lintang pum a,
amat sempurna, m aolahan tem puh angin,
bergoyang-goyang ditempuh m aring ad ri Citrakuta.
angin,
di hutan Citrakuta.
254
9Ga.
90b. 90b.
91a. 91a.
11. Segera baginda raja berkata pelan, 11. Srenggara lon sang Prabu ma~
”Benar sebagai yang dikatakan wuwus,
itu, w iakti luw ir ujare,
kebetulan aku sudah meninggal kaduk nira ninggal puri,
kan istana, erang y an nora kapangguh,
malu jika tak dijumpai, yadian m angem asin lampus,
walau mati sekali pun, jalan k e nira iringang,
antarkan aku, sim pan g rin g p o n d o k K i Dukuh,
sehingga di tempat Ki Dukuh, apan g ingsun tatas weruha,
agar aku lekas mengetahuinya, sam bil nira nunas kaka .
sambil aku minta paman.
12. Tak patut pulang diam-diam, 12. Tan patu t tingkahe n y olon g
tak membalas budi, mantuk,
paman pelajari hal itu, m anirat danane,
tambahan pula telah lama dan k eto kaka pelajahin,
telah memberikan nasi, m alih su e tuyuh m angingu,
dan pula beliau amat bijaksana, m alih dan e lintang putus,
patut di sana memohon, n yan dan gditu mapinunas,
kebetulan menjumpai biksu,” m ungpung m anggih anak biksu,
Patih membenarkannya, dan e Patih mamatutang,
Pagag Pageg berkata menyembah. Pagag P ageg m atur sembah.
13. Marilah Tuanku hamba mengiring 13. In ggih m a rgin girin gra tu ,
kan Tuanku,”
segera membawa tempat air, ge lis m am uat bacoke,
I Pagag mengambil tempat air itu, I Pagag con ta n ge kam bil,
258
14. Mereka ribut bersenda gurau, 14. M agonjakan sam i pada umung,
jalannya menuju ke timur, m anganginang parane,
beijalan naik pelan-pelan, ngam unggahang sada aris ,
Toyamuna sudah dilewati, T oya m una sam pun langkung,
mereka saling gelut, saget m anggih m arga libu t ,
semua naik perlahan-lahan, p eten ge tan pasingsingan ,
karena jalan amat gelap. lam pahe sam i silih glu t ,
m akituk sam i ngunggahang ,
marga peten ge kaliwat.
91b. 91b.
15. Kemudian kini dengan angin ber 15. A n gin e baret m angkin kacunduk,
tiup kencang, kalintang jejeh e,
amat menakutkan,
beijalan dengan menggigil, kunaku sarw i m anggigil,
karena terlalu dingin, antuk din gin e kalangkung,
maka jalannya amat pelan, lam pahe dabdab kalangkung ,
jalannya pelan sambil menoleh- lam pahe dabdab m akituk ,
noleh,
jalannya tidak cepat, pam argine nora ginggang,
namun tetap tidak akan mundur, m anyadiayang nora m undur ,
konon kini sudah sampai, k oca p m angkin sam pun prapta,
di puncak Citrakuta. rin g agra ning Citrakuta.
16. Terang di ufuk timur hingga ke 16. G alang k an gin raw u h lor,
utara,
di bagian selatan amat mem- k idu l ditu kalintang langene ,
pesonakan,
terasa tak ingin kembali, rasa tan balik prihatin,
tak ada yang mengalahkannya, andap ad oh pu n kandulu.
tetapi ada pula cacat celanya, w enten maka ca ca d ipun,
karena terlalu sepi, baan m ungm unge tan paw ang ,
amat luas membentang, linggahyane tan patanggu,
di sana beliau beristirahat, ararian ida irika,
dan sudah berada di atas bumi. m adya-pada kahungkulan.
17. Terang benderang tak pernah 17. Sinang galan g nora ada dalu,
malam,
tak berciri hari siang, tan kacirian siange ,
burung belibis berbunyi, cakrawaka ne m a m m y U
lama beliau beristirahat, kasuen ida m angrerantun ,
terasa dalam pikirannya, ngrasarasayang rin g kayun,
terasa semua laksana dalam rasa nika M r pangipian ,
mimpi,
Ki Patih memperingatkannya, K i Patih m atur pam ungu,
marilah Tuanku berjalan, n girin gk e ratu m am arga ,
agar cepat sampai. m angda gelis ratu prapta .
18. Seorang hambanya ke depan lalu 18. Parekan ngarepang raris matur,
berkata,
’’
M engapa Tuanku terlalu lama ta nguda ratu kasuen ,
masih jauh yang hendak dituju,” kantun adoh kang inungsi,
segera baginda berdiri, ge lis ju m lag anake agun g ,
hambanya menuntun berjalan, parekan ngem ban lum akut
selalu gembira, tresna w ilise satata,
selalu mengapit perjalanannya, m angapit m argane nerust
dilihatnya telaga berair, telaga toy a kapangguha,
Pagag Pageg memberitahukan Pagag P ageg mangaturang.
nya.
19. Raden Mantri berhenti lalu turun, 19. R aden M antri mararian raris
menuju telaga itu, ted u n t
serta para pengiringnya turut ana m ating talagane,
serta, lan pan girin g sareng sam if
di sana kemudian mandi, m adalon irika manjus,
semua berenang dan berkecim m angum bang sam i m akubuk,
pung,
karena terlalu berburu harum, antuk w engine kalintang,
disertai rasa manis, saw ang m anis rasan ipu n t
laksana burung belibis menyelam, M r w aliw is m osilem an.
260
92a. 92a.
20. Setelah baginda raja selesai mandi, 20. Puput m asuci ida sang Prabu ,
demikian pula para pengiringnya, m iwah pangiringe,
kemudian melanjutkan peijalanan, tum uli raris m am argiy
jalannya terus ke timur, rnamurua lam pahe n em sy
terlihatlah telaga Petaka, telaga Petakane pangguh ,
airnya jernih, toyannyane luih nirm ala ,
perjalanannya sudah lewat, lam pahe ngaliw at sampun,
terlihatlah Ki Dukuh, dane Dukuh kapangguh ,
dukuh di daun talas. rin g m an kladine masila.
21. Sambil tertawa Ki Dukuh turun 21. Saha gu yu i D ukuh tunedun tin
mendekati dan berkata, dih wecanane,
menjemput baginda raja. m endaki S ri Narapati,
’’
Paduka yang mulia datang,” rahajeng ratu rauh,
mengambil tangan baginda raja, nyam but tangane sang Prabu,
sang Bagus lalu berkata, sang Bagus nim bal w ecana ,
”Ya-kami semua selamat.” inggih titiang sam i rahayu ,
Ki Dukuh mempersilakan mam K i D ukuh ngaturin sim pang ,
pir, rauh m aring papendekan.
ke tempat peristirahatannya.
22. Semua sudah dipersilalcan duduk 22. Sam pun sam i katuran m alungguh,
hanya suka dan dukanya, tuah suka dukane ,
’’W alaupun tak memberi apa-apa, diastu tan asung n api,
namun pemberian bapak aku suecan bapane kasuw un ,
junjung, gantin titiang m angkin rawuh ,
tujuan saya sekarang datang, nika bapa pisukayang,
itulah yang bapak gembirakan, sadum nge titiang m atury
sebelum saya berkata apa-apa, bapa sam pun sahuninga ,
bapak sudah mengetahui, rin g titiang mraga sangsara.
keadaan saya yang sengsara.”
23. Raden Darmika sudah menerima 23. R aden D arm ika m anerim a sam
nya, pun,
lalu berkata, raris m ijil wacanane,
’’Walaupun tak memberikan apa- diastu tan kasungan napi,
apa,
namun pemberian bapak dijun suecan bapane kasuw un,
jung,
tiba-tiba saya datang sekarang, kaget titiang m angkin rawuh,
hal itu bapak gembirakan,” nika bapa pisukayan g ,
I Dukuh sudah mempersembah I D ukuh ngaturang sampun,
kannya,
’’Maafkanlah persembahan hamba, am pura aturan titia n g,
apa yang dipersembahkan dari m ijil saking padukuhan.
tempat ini.”
92b. 92b.
24. ’’Berikanlah saya jalan yang benar, 24. K aturin titiang m argane patu t,
karena saya serba kurang, an tu k titiang katunayan, \
kurang berguna dan kurang ina guna tuna sakti,
sakti,
tak mengetahui kewibawaan, kaw ibaw an kirang tuhu, t
pakailah saya putra yang sebenar- anggen titian g putra tuhu,
nya,”
Ki Dukuh berkata pelan-pelan, I D ukuh alon angucap,
manis sambil tersenyum, saha m anis sem u gu y u t
”Ya Tuanku Maharaja, singgih D ew a M aharaja,
Tuan adalah putra kerajaan. I D ew a Putra sasana.
25. Ya sang Bagus, 25. Singgih dew a sang Bagus,
perkataan Tuan tak salah, tan salah ujare,
sebelum saya kenal, sadurunge titiang uning,
memang sebenarnya Tuanlah ini. sam pun ia wantah i ratu,
dari kapan hal ini demikian, m aring pidan puniku,
laksana seorang sujana, tan pindah luir sang sujana,
berjalan salah tujuan, n gam ong lam pah salah tu ju ,
hal itu bernama salah lewat, tuna liw at iku ngaran,
lima kali menggantikan sungai,” p a gen tos nadi p in g panca.
26. Baginda raja lalu menjawab, 26. Sang Prabu raris nim bal matur,
”Tak salah perkataanmu, tan sim pang ujare,
hanya saya salah menerimanya, wantah titiang salit tam pi,
apa yang bernama hidup dalam n di ngaran urip in g windu.
262
kekosongan,
sudah amat terkenang-kenang, langkung in gan gen sampun,
Ki Dukuh kembali menjawabnya, K i D ukuh n im bal wacana,
”Ya dengarkan kata-kata hamba, duh piarsa atur sang hulunf
satukanlah pikiran, gelen gaken ikang manah,
pusatkan ujung pikiran. p a titis tungkung in g manah.
27. Akan terasalah segala perasaan, 27. R asa ning rasa kapangguh ikut
ditandai pada badan sendiri, kaciriang anggane ,
laksana masuk ke dalam pintu M r ngranjing ing law ang ah st
pelan-pelan,
terasa ke luar bersama-sama, sama rasane m aw etu ,
dari tanda pintu itu, undag ning law ang iku,
panca nama pintu itu, pan ca ngaran ing lawangan.
para diri Tuanku adalah m oksa. ” kam oksa rin g anggan ing Prabu ,
baginda raja berkata, Nrepa-Putra mangandika,
’’
Jelaskan lebih lanjut bapa,” durusang tinggarang bapa,
Tuanku sudah diajarkan, dcn sa sam pun agurua,
laksana ukuran segi tiga, M r sepat siku-siku,
pikirkanlah dalam hati.” tim bang-tim bang ring gu a garba,
raja berkata agar meneruskan. sang Prabu m atur durusang.
93a. 93a.
28. ”Ya adapun keadaan hal itu,” 28. Jnggih pangaran nyane pu n ik u ,
kata Ki Dukuh, atu r dane K i D ukuhe,
’’
suara ke luar dari kesusahan,” sabda m etu saking osek,
kesusahan itu oleh Ki Dukuh di K i Dukuh ngarannya bayu ,
namai bayu,
bernama bayu karena keluarnya, bayu ngaran m edal ipun,
ya, ke luar dari cipta, inggih m edal sakeng cipta,
dan cipta ke luar dari pikiran, cipta m etu saking kayun,
asal mula pikiran dari budi, w et ing kayun saking budya,
dan budi diliputi Tuhan. b u d i kuwuban in g Hyang.
93b. 93b.
33. Adapun sifat Wiksipta itu, 33. K unang kram aning Wiksipta iku,
tahu tinggi rendah, weruh anggah-ungguhe,
terhadap tatakrama manusia. ring.pada tatane janm i.
264
34. Yang keempat adalah Ekagreta, 34. K apin g catur Ekagretan ipun,
keadaannya menyatu, m anunggal arane,
itulah diciptakan bulat-bulat, nika wus aseka kapti,
selalu percaya akan alam nirwana, nguguaning kasunyatan nerus,
tidak mengharapkan kesenangan tan arep kawiriyan Prabu ,
duniawi,
umpama bersuka-sukaan, maka m iwah suka wahya,
hanya menuju alam tenang, kew ala langgeng pen u ju ,
menuju nirbanayusa, m aring kanirbanan yusa,
yang ke luar dari Ekagreta. m ijil saking Ekagreta.
35. Yang kelima adalah Niruda, 35. N iruda kaping panca puniku,
tingkat-tingkatannya, undag-undagane,
mulai dari Ekagreta lanjut, saking Ekagreta ngraris,
menuju ke N iruda, nungkap ka N iruda iku,
yang memerintah badan ini ingin ngreh angga m erih anggan ratu,
menjadi badan yang mulia, ngaran pasam uan ning naya,
bernama pertemuan budi, m angreh rasa ja ti iku,
memerintah perasaan yang maka teges jatin rasa,
sebenarnya,
bersatu pada semua rasa. tunggal rasa samudaya.
36. Hal ini disebabkan rasa ini tidak 36. A pan rasa nora rua telu,
dua atau tiga, n gam ong satunggale,
menjaga yang satu, rasa ning H yang M urbeng bumi,
perasaan Tuhan Yang Mahakuasa, Wiweka rin g angga satuwuk,
selalu menyelidiki diri sendiri, w eruh maka beda niyaku,
tahu dengan jelas akan perbedaan- dagin g sakala niskala,
perbedaan, tan nyandang m aring lemah,
tentang isi skala dan niskala, duh dew a Prabu Darmika.
265
94a. 94a.
37. Yang bernama jasmani dan rohani, 37. R in g w ahyadyatm ika ngaran ipun,
itu adalah berbeda, rin g ja b a je r o apang jati,
luar dalam agar pasti, saking r o w lam pah ipun,
berjalan dari dua ini, . pangungsine sane p a tu t ,
untuk mendapatkan yang benar, ngungsi urip kadyatm ika,
menuju hidup batiniah, apan rua uripnya iku,
karena ada dua macam hidup itu, teges p a ti lan uripnya,
tegasnya mati dan hidup, ik a n gp a ti urip wahya .
mati dan hidup jasmaniah.
38. Adapun hidup itu membawa mati, 38. Ngaran urip ngaw apati,
ingatkan juga hal itu sekarang, ipun in gerju ga mangke,
sekarang hidup besok mati, m angke hidup besu k m ati,
ingatlah hal itu sekarang Tuanku, inger ju a w angsite Prabu,
berlaksana yang benar, m elaksana apang tuhu,
bila sudah meninggalkan Niruda, y an w us ninggal in g Niruda,
tak ada perasaan malu terhadap tan arta elik lawan hyu n ,
apa yang dirasakan,
penyerahan jiwa raga, paserahane raga jiw a ,
karena Tuhan yang menghendakinya. den in g Sang H yang Tuduh nitah.
39. Bila menghendaki Diah Udyat- 39. Yan m am rih D iah U dyatm ika ik u t
mika itu,
yang bernama Luh Tasik, Luh Tasik arane ,
rasa keindahan yang benar-benar, kasum a rasa sujati,
kejarlah dengan N iruda , N irudane anggen n gepu ng ,
yang tertua lebur bertindih-tindihan, atuha sira atupang suhf
K asipta M uda dan W iksipta , K asipta M uda W iksipta,
dan Ekagreta yang baik, Ekagreta luw ih ipun,
menaiki tingkat yang keempat, m anungkab undang p in g em pat ,
M uda dapat pada Niruda. M uda sida m aring N iruda .
40. Sangat sukar tempatnya hal itu, 40. Lew ih sangka genahnya puniku,
demikiannya jalannya, m iwah m argannyane.
266
94b. 94b.
41. Ukur baik-baik hal itu, 41. Sepat siku sikunen pu n ik u ,
jangan tergesa-gesa, ayua sira a get
pikirkan sebelum sangsara, m anguda y an durung wiadi,
belum danpai menjadi pendeta, durung wikan d a d i wUcu,
dan beryoga sebelum patut, lan m ayoga y o g ia durung ,
jangan melebur sebelum dosa ayua ngentas durung tatas,
sebelum jelas mengetahui, m apitutur durung ketur ,
bernasihat sebelum yakin tahu, ngajar-ajar durung pajar ,
mengajar sebelum pajar , pajar ngaran galan g w etan .
dan pajar berarti terang di sebelah
timur.
42. Tuan tuju darma itu, 42. K adarm ane dew a sane ju ju r ,
sekarang pelaksanaannya, m angke laksanane,
lihatlah diri sendiri, raga sarira w as tingling ,
lihatlah jalan yang baik dan buruk, pilih marga ala ayu;
bila selalu berbuat baik, y en in g ulah ayu manerus,
tak mengharapkan keuntungan tan pim rih labane prapta ,
yang akan datang,
laksana buah-buahan yang masak lu ir woh-w ohan masak runtuh ,
jatuh,
tidak mengharapkan balasan dan
tidak mengharapkan ada yang
datang,
hal itu bernama mengambil tanpa ngaran ngam bil tan patangan .
tangan.
43. Adapun ketiga langkah yang datang, 43. Ikan g lam pah ja ti tri pun iku ,
adalah nista m adia utam a , ” mangkana lu ir nyane ,
267
95a. 95a.
4. Hasil dari nista itu, 4. P ikolih nista puniku,
memuja Tuhan Yang Mahaesa. ngastawa rin g Sang H yang Widi,
hasil pemberiannya tentu nista, panugrahan taler nista,
hasil orang yang demikian ini. pik olih agw ang sapuniki,
memakai alat aksara, ngangge gelaran aksara, ,
mengharap-harapkan hasil. m angacep-acep p ik olih .
-A *
268
95b 95b.
10. Ki Dukuh menjawab sambil ter 10. M esem K i D ukuh sumawur,
senyum,
’
’Benar ya Tuanku, patu t dew a Sri N arpati,
jika sanggup memegang pikiran, yan sawawa ngawa manah,
laksana air yang jernih, angga n in gtoy a d egd egen in g,
yang keluar dari sumur, m aw etu saking wulakan,
tak dikotori apa-apa lagi.” tan kaw oran n api m alih .
11. Sang Bagus amat gembira, 11. Suka cita Sang Bagus,
menerima pikiran yang utama, m anrim eng cita utam i,
’’L agi bapak akan menjelaskan, m alih bapa m idartayang,
keadaan gunung ini, ketasan gu n u n g pu n ik i,
di bagian selatan utara timur dan rin g k idu l ku lon lo r wetan.
barat,
lebih rendah dari gunung ini. andapan rin g gu n u n g iki.
kedudukan Sang Hyang Iswara, linggan Ida Sang H yang Isw ara ,
berhiaskan warna putih, sueta w am ane m akendit,
seluruhnya berwarna putih, maka sam i m aw am a petu k ,
bunga teratai indah dan juga putih. ram ia tunjung taler pu tih .
96a. 96a.
18. Di sebelah timur sungai itu, 18. Weten tukad nya pu n iku ,
airnya mengalir jernih, m aileh em bahnya hning,
bernama Sungai Narmada, w e Narm ada iku ngaran,
melewati negara puspasari, nem puh ja ga t Puspasari,
tempat Udyatmika, purin N i Niah U dyatm ika ,
air itulah yang menghidupkannya. w e punika ngamretanin.
21. Yang keempat dari barat daya, 27. M ating N airiti kapin g catur,
semua rupanya kwanta, kw anta rupane sami,
Dewanya Hyang Rudra, H yang R udra dew ata nika,
telaganya penuh tunjung, telaga tunjung taler sami,
daerah kekuasaan Hyang Rudra, w aw engka R udra buwana,
semua tidak berbeda. nora beda maka sam i.
22. Sungai tersebut berkilau-kilauan, 22. Tukad m akiris puniku,
bernama Mandakini, ngarannyane M andakini,
airnya amat jernih, toyannya dahat nirm ala ,
mengairi Pulau Manyeti, ngem bahin pu lo M anyeti,
menghidupkan segala yang hidup, ngam retanin luir m angkihan ,
seluruh kekuasaannya. waw engkan punika sa m i
96b. 96b.
24. Aliran air teijun, 24. P em bahing we cebar-cebur,
bernama Sungai Suranadi, ngaran tukad Suranadi,
airnya deras, suluk m adalem tan telah ,
itulah yang mengairi, nika sane m angem bahin,
sampai di Nusa Kambangan, tiba ka Nusa K am bangan ,
seluruhnya dihidupkannya. kakuwuh ne kamretanin.
25. Sekarang tersebut sekali lagi, 25. K apisan m angkin kaw uw us,
diceritakan di barat daya, na rin g Bayabia baw osin,
Dewanya Hyang Sengkara, H yang Sangkara dew ata n ia ,
rupanya jingga, jin gga rupane su jati,
tunjung di taman itu warnanya kum uda ning taman jin gga ,
jingga,
terletak di barat daya. daging kaler-kawuhe sami.
26. Air sungai di hutan Tamasa itu, 26. We Tamasa tukad ipu n ,
mengalir di lapangan istana, suluk pem bahnyane sam i,
sampai di lapangan istana, tiba awun-awun pu ra ,
272
97b. 97b.
37. Baginda raja lalu berkata, 37. Sang Prabu raris mawuwus,
”A pa sebabnya tidak hidup, n api k ram ton g m aurip,
bagi yang sudah bernama mati, sane sam pun m awasta pejah ,
bila benar-benar sebagai penghi- yan ja ti pangurip jam i,
dup manusia,
bagi yang sudah sampai di dunia,” ne tiba rin g m adiapada ,
Ki Dukuh lalu menjawab. K i D ukuh raris nyaw urin .
38. ’’
D em ikian sebabnya, 38. Sapu n ik ik ran an ipu n ,
adapun tirta yang utama ini, tirtane lew ih pu n ik i,
setelah diterima di dunia, w us tam pi ka m adiapada,
Noja Mona itu mencampurinya, n oja m onane nyam puin,
bila disampaikan yang asli, yan tulen ika tibakang ,
akan mati kembali yang hidup itu. pejah ta urip-urip malih.
40. Adapun pekerjaan Tuan agar di 40. Ikanang karyanta tulus,
teruskan,
Tuan telah terlena mendengarkan kalalen R atu mamiarsi,
nya,
bila saya menceritakan, y en in g titiang manatusyang,
cerita tentang gunung masih sa kandan gun un g katah kari,
ngat banyak,
kelak bila sudah berhasil, esuk yan w us labda karya,
saat itu kembali bercerita.” in ka m alih bawosin.
41. Raja lalu kembali, 41. Sang Prabu raris mawangsul,
Ki Dukuh kemudian mengiring - I D ukuh raris mangiring,
kannya,
tak diceritakan dijalan, tan ucapan m aring dalan,
sudah sampai di pondok, kapondokan reke prapti,
makanan sudah tersedia, rayunane w us cum adatig,
umbi-umbian semuanya suci. pala bungkah sarwa suci.
275
98a.
43. Jangan kurang berhati-hati Tuan 43. H ayua kurang y atn a ratu,
ku,
setelah sampai maupun selama di sraw uhe m iwak rin g margi,
peijalanan,
jalannya sebagai menyamar, m argine kadi nyamar,
Pagag Pageg agar mengiringkan - Pagag Pageg m angda ngiring,
nya,
yang lain menjual bunga, ada lian n ga dol sekar,
berpakaian sebagai orang wanita. masadangan lu ir ning istri.
44. Agar Tuanku tidak dikenal, 44. M angda tan kacirian iratu,
sebagai dukun sampai di istana rm dadukung tek en g puri,
itu,
sambil Tuanku menjual bunga, sam bil ratu n gadol puspa,
pasti beliau akan dilihat, sinah ida pasang panggih,
Tuanku putri beliau sakit, N repa P utri ida sungkan,
mengenangkan baginda raja. m angangen sang Sri Bupati.
98b. 98b.
2. Berkata bajgnda raja, 2. N gandika sang S ri Bupati,
’’Aduh kakak, aduh kaka ,
segera kita mengatur untuk ber abiata m atata atur,
kata-kata,
aku menjadi orang perempuan, ingsim n ados wadu,
I Pagag mengakui istrinya, I Pagag nagngkenin rabi,
demikian caranya untuk berkata, ak eto maparibana,
I Pageg menjadi iparku, I P ageg ngakuin iperiku ,
aku bernama Desak Nyunyur, D esak N yunyur gara nira,
karena salah kawin, d a d i salah pangam bil,
mengatakan diri dibuang, ngaku awak kakutangan,
bila nanti ada yang menanyainya singnya ada netes ditit.
di sana.”
277
99a. 99a.
6 Konon tersebutlah raksasa yang 6. Yaksa truna k ocap mangkin,
dewasa,
datang ke pasar, tekeng pasar ,
bermain berkumpul-kumpul, salila m apunduh-pund uh ,
sesuai dengan apa yang disukai m anut sukan ipun,
nya,
tempat terpisah-pisah, gen ah e malih-malih,
yang lain ada yang bersama-sama w entenlian sareng adasa ,
sepuluh orang,
sangat kuat makan buah-buahan, kuat am angan pala gan tun g ,
saling menyombongkan diri, jengahnyane salin g suakang,
saling berlomba makan, manadah saling endik,
berlomba paling banyak mem magung-agungan m am ayah ,
bayar,
karena pedagangnya cantik. ban dagange m anis ayu.
99b. 99b.
10. Ada seorang yang mabuk, 10. D adiannya w enten asik i,
berkata tak menentu, ia mamunyah,
semua dilihatnya musuh, m unyinnyane w etu n ga cu h ,
lalu menantang berteriak-teriak, sam i kantenang m usuh ,
negara diaduk ke barat ke timur m anangtangin dengkat-dengkik,
semua diamuk,
setiap yang dilihat sebagai kijang. jagate m aintogang kaja-kangin
telaskam u k,
dikejar dan dilempari, asing kakatonang kidun g ,
pasar ribut, kakepung katinpungin,
kata kotor dikatakannya. pek en u yu t m aguyuran ,
n e ja il kecapan g am uk .
11. Ada yang jatuh ditindih kembali, 11. Wenten runtuk katindihin ,
saling landa, salin g uyak,
ada yang menangis terisak-isak, ada m angeling segu-segu,
badannya sakit, aw ake aduh-aduh,
280
ada seorang laki-laki amat marah, w enten laki lintang sen git ,
karena istrinya dilanda kawannya, luhnyane uyak timpala,
segera marah dan menggigit, sahasa ge d e g pa d an gu tn gu t ,
orang-orang di pasar lari, w ang pasar sa w i pada serab,
laki-laki mendatanginya, w atek laki m anyagjagin,
menghalangi dan melerainya, m am elatin tur malasang,
dan banyak yang menggelutnya. sahasa kueh m am ek u l
13. Tersebutlah Pagag Pageg sekarang 13. Pagag P ageg k oca p mangkin,
ini,
yang berada di pasar, na rin g pasar ,
bersama istrinya Desak Nyunyur, sareng rabi D esak N yunyur ,
masih tetap dalam pasar, jeron in g pasar kantun ,
diam agar sering berjualan, m on d ok m adolan pan g saif
konon hari sudah sore, sere dew asa kocapan ,
sudah saatnya berkunjung, saw pun masa n in g manganggur,
datang berbelanja laki perempuan, lanang istri teka m anum bas,
yang lain masih berhias, waneh m apahyas kari,
yang lain berpupur berharum- lian m apupur magegandan,
harum, '
dan semua yang muda datang w atek trunane manganggur.
berkunjung.
100a. 100a.
14. I Pagag sibuk membantu adiknya, 14. IP a g a g en co l ngayahin ,
281
lOOb. lOOb.
18. Tak terkira-kira larisnya, 18. Laisnyane tan sinipi,
tak ada yang tak membayar, tan sirikan,
para pemuda datang membeli, trunane teka manuku,
demikian pula para wanita, m iwah para wadu,
senang melihatnya, salulut pada ninghalin,
terhadap gerak gerik si pedagang, ring polahn ya i dagang,
segala yang digerakkannya semua sin g solahang pangus,
serasi,
suaranya nyaring dan manis, m unyinnya m anis m akem piang,
I Pagag senyumnya manis, IP a g e g sem u pangid,
berkata ditambah dengan gerak m unyine m aim buh polah,
gerik,
ditambah lagi dengan pandangan m aw ew eh paliate balut:
sayu.
19. Entah berapa bulan lamanya, 19. Pirang sasih m aka land,
beijualan dan para raksasa itu m adedagang w ang danuja som i
keadaannya sudah biasa, caluh,
dan sudah acap kali menolong, lan serin g matatulung,
menolong orang sakit, m anulungin anak sakit,
Desak Nyunyur memberi obat, D esak N yunyur m atetam ban,
dan amat ampuh bila menolong, lintang sid i m atetubm g yata
m anusane olas,
itulah maka orang-orang belas sarnpun kapulangin sih,
kasihan,
sesudah diberi kebaikan, punika maka kranannya,
283
101a. 101a.
23. ’’A tas perintah baginda raja, 23. Saking pituduh Narpati,
yang mengutusku ke mari, ngutus titiang,
agar Saudara mau, m angda u gi jro n e katun,
memberikan pertolongan,” ngaturang pitulung,
sukalah saudara menolongnya, sapala ke jro n e bakti,
Pagag Pageg mendekati, Pagag P ageg manesekang,
memberi tanda kepada Desak ngujiw at rin g D esak Nguyur,
Nyurnyur,
laksana rasa genit digaruk, gn ite twah buka gagas,
sang Bagus tahu akan isyarat itu, sang B agus wruh in g wangsit,
tak panjang menjawabnya, sum aw ur tan ana panjang,
’’Saya bersedia besok pagi.” titiang ngiring ben jan g esuk.
102a. 102a.
8. ’’
B ibi Inya amat setia, 8. B ib i Inya lintang saung,
mengobati sakitku, m anam banin m aring sungkan ing-
sun,
dari mana dukun yang amat saking n api D edukune sane sandi,
pandai itu,”
lalu ia menjawab, pun sayan m anim bal matur,
’’K onon dari Lesangpura.” k oca p saking Lesanpura.
suami yang dibayangkannya sudah sang suam i rin g angene sam pun
datang, w eruh,
akalnya timbul untuk menyuruh upayane m etu nuduh m angkin,
nya sekarang,
pada para pelayannya semua, m ating para inya ipu n ,
’’
Carikan saya bun kalot. ” rerehang titiang bun kalot.
13. Itulah obat yang benar, 13. N ika tam bane patu t,
dipakai boreh sembur dan jamu, anggen urap sem bar m iwah jam u ,
semua pelayannya keluar, panjrow an sam i reke sam pun m ijil,
mencari obat tersebut, m angrereh tam ba pu n ik u ,
mereka berdua sempat berbicara. sang kalih sela m abawos.
102b. 102b.
14. Dari mula kesengsaraan dahulu, 14. Wit sangsarane dangu,
semua diceritakan dengan baik, kaw ejangang kabeh sam pe katurf
tak henti-hentinya air matanya ke tan putusan srupatane pada m ijil,
luar,
semua pelayannya datang, pangjrow ane sam i rawuh,
mereka berdua mengusap matanya. sang kalih nyadsadin panon.
15. Obat itu sudah dipersembahkan-^- Tam bane sam pun katurt
nya,
diambil obat itu oleh sang Dukun, katanggap tam bane rin g jr o D u
kuh,
diberikan kepada Raden Dewi, katibakang m ating R aden D ew i,
sang Ayu lalu berkata, sang A yu raris m aw uw us,
’’
Pikiranku merasa terharu.” m erasa len glen g manah ingong.
16. Dukun itu tak banyak berkata-26. Balian tan panjang atur,
kata,
besok pagi saya datang kembali, benjang sem eng m alih titiang ra
wuh,
kemudian Desak Nyunyur lalu m dngraris D esak N yunyur raris
berjalan, mamargi,
Pagag Pageg sudah dijumpainya, Pagag Pageg wus kacunduk,
ditunggu di luar taman. ring jabayan taman m angantos.
17. Cepat perjalannya sudah sampai, 27. A gelis lam pahe rawuh,
di taman menghadap sang Ayu ring udyane tangkil rin g sang Ayu,
288
103a. 103a.
19. Sang Dyah Ayu berkata, 19. A ture sang D yah Ayu,
’’
Tunggulah saya malam ini, an tosan gtitian g rin g m angkedalu,
di luar taman sebelah kiri, ring jabayan tam ane tunggu
rin g kiri,
tengah malam saya datang, m adia dalu titian g rawuh,
tunggulah dengan rasa bakti.” saha bakti anggen ngantos.
22. ’’
N anti di tengah malam, 22. N yam an rin g tengah dalu,
tunggulah Raden Dewi, an tos ida R ahadyan wadu.
289
aku akan pergi dan menunggu di nira kesah nene ja n i ditu nganti.
sana,
di tepi Margalangu, ring tep i n in g M agalangu,
bersama Pageg dan aku menung sareng Pageg ingsun ngantos.
gu.”
9. Konon beliau, 9. K o ca p id a ,
Raden Dewi baru ke luar, R aden D ew i wau m ijil „
dari rumah di taman, saking umah tam an ,
untuk menuju tempat sesuai per kadi ubayane ungsi,
janjian,
terantuk ke sana ke mari dengan pa ti en tu l sada dabdab.
perlahan-lahan.
104a. 104a.
10. Malam gelap gulita, 10. P eteng dedet,
mendung dan hujan rintik-rintik, m egane dulurin riris,
laksana sebagai diperintah, dadi luir m uduhang ,
kilat jarang meneranginya, tatite arang nyundarin ,
agaknya sebagai membantu. saw ang tresna m ituduhang.
104b. 104b.
19. Tak dikatakan, 19. Tan ucapan,
perjalanan I Jin berlangsung, tindake I Jim lumaris,
sudah lewat jauh, sam pun lintang dura,
burung-burung ramai bersuara, paksin e ram e m amunyi,
hari makin hampir terang. sayan-sayan tatas galang.
20. Jalannya mendaki, 20. Ngam unggahang,
jalannya agak lamban, lam pahnyane sada aris,
mengikuti serakan padi, nut ge ger lumampah,
293
105a. 105a.
28. Dari dahulu, 28. Saking kuna,
di gua Ratu Ringgit, ring gua n in g R atu R in ggit,
tempat hamba, pagenahan titiang,
malam tadi iseng mencuri, nguni dalu iseng m am aling,
merampok ke Langunegara. m am andung kahangunegara.
105b. 105b.
37. Siang hari, 37. N uju lemah,
hari tidak baik, diw asane nora becik,
kakak dan saya mengantuk melek b eli titiang haripan m agadang
semalaman, nguni sawengi,
menyebabkan pertemuan cacat. panadin kram ane cacad.
106a. 106a.
106b. 106b.
2. Segera ke istana, 2. G elis ngapuriang,
seorang pelayan memberitahukan panferow ane mangaturang,
nya,
tak diceritakan dijalan, tan ucapan m ating nmrgi,
menghadap kepada Bastinata, tangkil rin g B astinata,
di tempat penangkilan, irika m ating paseban ,
baginda raja yang sedang dihadap, sang Prabu sedek tinangkil,
konon datanglah, k ocapan prata,
pelayannya menyembah. panjerow ane m angubakti.
3. ”Ya Tuanku, 3. Singgih Prabu,
paduka raja junjungan, dew a nata panem bahan ,
lepas hamba menjaga, lu pu t ingulun angem it,
istri baginda di taman, garw ane rin g taman,
Diah Dewi Udyatmika, D iah D ew i U dyatm ika,
sekarang tak masih di sana, ne m angkin tan harm kari,
tidak terlihat, tan kapangguha,
299
107a. 107a.
8. Setelah duduk, 8. W usm alungguh,
baginda raja lalu berkata, sang Prabu raris ngandika,
”Ya patih semuanya dan mentri, eh patih-patih m antri,
apa akal, angapa upaya,
sekarang untuk mencari sang Diah, m angke m angruruh sang D iah ,
agar terlihat jalannya, m argane sida kapanggih,
walaupun akan berperang, diastu m ayuda,
pikirkan hal itu patih.” lah ta tim bang siw a patih.
107b. 107b.
14. Sangat tergesa-gesa, 14. Gagisun rengas,
I Pagag menyampaikan, 1 Pagag mangaturang,
tentang semua pesoalannya, ring paindikanc sami,
”Mari kita cepat-cepat, ngiring ke gelisang,
agar tak terkejar, m angda tan katututan,
apa yang akan dibela, papin e ratu tindihin,
tak ada hasilnya, tan ana buktian,
bertanyalah kepada I Dukun. dene 1 D ukun tunasin.
108a. 108a.
19. Raden Dewi, 19. R aden Dewi,
sekarang ini masih dalam gua, m angkin kantun je r o ning guwa,
dicuri oleh bangsa jin, kapandung rin g wangsa Jim ,
di malam itu, duk w engine punika,
I Pagag tertidur, I Pageg kalelepan,
menjemput Raden Dewi, m am endaki R aden D ew i,
tiba-tiba datang, pandunge perapta,
segera mengambil kudanya. angam et kudane gelis.
108b. 108b.
25. RajaYaksa, 25. Yaksapati,
Durgasmala menyuruh, D urgasm ala ngadikayang,
penjaga di istana, ring pangem puan rin g pu ri,
pada I Tulakepang, ring I Tulakepang,
agar berusaha, ngupaya ,•
’’H anya Bapaklah sekarang ini, tan len bapa tuah ne jani,
aku harapkan, arepang nira,
terhadap kesukaran sebagai se pakew ehe buka m angkin .
karang ini.
26. Jika berhasil, 26. Yankasidan,
olehmu istriku, olih bapa garua nira,
demikian pula dukun yang jahat m iwah Ib a lia n rush,
itu,
ada hasilmu, nika laban bapa,
terimalah seribu setiap bulan, saribu tam pi ngabulan,
pergilah hari ini, m angkat sadina puniki,
I Tulakepang,” I tulakepang,
tak banyak berkata lalu me- tan panjang telas mangiring,
ngiringkannya.
27. Setelah menyembah, 27, W usm anem bah,
lalu mohon diri dan beijalan, raris m apam it majalan,
segera beijalan dijalan, aw aning gagana gelis,
turun pangkung, tedun m ating lemah,
masuk ke dalam desa-desa, m asuk ka desa-desa,
gunung dan hutan dilihatnya, gu n u n g alas kaslaksakin,
demikian ngarai dan jurang, lan pangkung jurang,
juga tidak dilihatnya. m asih yuara ja kapanggih,
109a. 109a.
2. Saat itu segera Raden Dewi ber 2. Trika ge lis R aden D ew i sila
sila, langguh,
di bawah pohon beringin, ana rin g sor waringin,
di tengah gunung, ring m adia n in g alas agung,
mengheningkan pikirannya, angeningang cipta pasti,
tingkahnya pelan-pelan. solah e dabdab tur alon,
110a. 110a.
12. Tak akan urung mereka berdua 12. Tan w angie yan sang kalih
akan datang, pacan g raw uh ,
mengejar sang Dewi, m angetut tindak sang D ew i,
inilah untuk menolak musuh, y ek i panulak in g musuh,
bentuknya amat sesuai, wangunane lintang pa sti,
Jin membuat sebuah patung. nini Jim akarya togog.
13. Bahannya paras bentuknya amat 13. A ntuk paras wanunane luya
serupa, sampun,
sebagai wajah Raden Dewi, luir w im bang R aden D ew i,
sangat cantik wajahnya, asri sinang rupan ipunt
berkilat cantik ramping, ngaling nyalang lintang raw it ,
senyumnya laksana sang Sinom. sasm itane luir sang Sim on.
14. Kalau dilihat gambar ini sama 14. ayu ning gam bar w aluya y en
keayuannya, dinulU
terpekur sebagai orang menangis, m asidekus luir m anangis,
menangis dengan lesu, m anangis sarwi ngalesu,
jika dilihat dari belakang, saking pu n gk u ryan tingbalih,
apalagi bila dari jauh. napi m alih saking adoh.
15. Rupanya sama betul tak ada beda 15. R u pa ja ti nora aneng ipun,
nya,
berkata nini Candrasih, m atur nini Candrasih ,
”ya Dewi yang molek, singgih dew i puspasantun ,
silakan dicela, duruang ratu caeadin,
bentuk menirukan sang Anom. wangunane niru sang Anom .
16. Raja putri berkata manis, 16. N repa wadu m angandika m anis
nyunyur ,
”Tak perlu dicela lagi, tan nyandang sedanin m alih ,
ya saya berani bertanya, inggih titian gpu ru n m atur ,
apa sebabnya sebagai sekarang ini, napi krana kadi m angkin ,
tak henti-hentinya menjumpai ke tan pegat nem u pakeyoh.
sukaran.
309
110b. 110b.
19. Nama beliau adalah Raden Putri 19. Nama sira R aden Putri
Smaratejun, Sm arateju n ,
tak ada putra lain, tan a m sen tam m alihf
hanya beliau wanita seorang, punika sasiki wadu,
putra baginda raja Sri Narpati a m k sira S ri N arpati B upati
Bupati yang sangat berkuasa. dahat in g katong.
20. Kesukaran di Mayura menyenang 20. Suka w iry a rin g M ayura lintang
kan, w ibuht
tak kurang apa-apa, nora kurang m p i m aliht
di sanalah tuan diam, irika dew a m alungguh ,
tunggulah suami tuanku, an tosan g N arendra suam if
desa di sebelah timur. a m n ikang desa purwa.
21. Lagi pula sudah menunggu-nunggu 21. M alih sam punngape-apedangu,
dari dahulu,
putra baginda raja, putra nira S ri N arpati,
mimpikan suaminya, n yu m pem yan g lakin ratu ,
sedih siang malam, tm k in gk in g rah im w en gif
namun beliau selalu menunggunya. tan m ari ida m angantos.
22. Adapun pikiran hamba bila hal ini 22. N aya titiang bilih ratu
benar, pa tu t ,
sebaiknya tuan berpakaian laki-laki, y o g ia anganggo lelak i,
310
23. Raden Dewi berkata sambil ter 23. R aden D ew i asem u gu yu am uw us,
senyum,
”Ya memang benar Nini Jin, singgih patu t n ini Jim ,
saya bersedia mengikutinya, titiang nyadia maming-tuhu,
saya dapat melakukannya, uning titiang ngamarginin,
kehendakku agar tak dilihatnya.” panyudin e tan tu m on .
24. Candrasih kembali berkata, 24. Candrasih ngam alihin dane m atur,
’’C arilah jalan dengan menyamar, m asaruam argane ungsi,
tidak akan salah anak cantik, nora sim pang nanak ayu,
sekarang pikiran kalah patung ini, to g o g e m angkin nawosin,
agar orang yang mengejarnya ter sang mamrih m anda kapingon.
tarik”
25. Kemudian Candrasih mencari air, 25. Crandrasih nulia gelis m angrereh
banyu.
Raden Dewi dimandikannya, R aden D ew i kasiramin,
badannya dibersihkannya, kasutsut anggane sampun,
patung itu dimandikan juga, to g o g ik a kasiramin,
dengan air yang kotor. rin g panjusan io y a kawon.
26. Raja putri sudah memakai pakai 26. N repa wadu sandangane sam pun
annya, karangsuk,
berpakaian sebagai laki-laki, m abusana cara laki,
pakaian yang serba indah, sandagan sarwa rahayu,
pemberian Nini Candrasih, pisukan nini Candrasih,
serta keris dengan kepala keris m uang duhung landyan patos.
yang sederhana.
lila. lila.
27. Wajah baginda putri wajahnya 27. B a gu sgen jin g wadana N repa Wadu,
amat bagus,
tak ada cacatnya lagi, tan kena cin eda m alih,
dan kudanya sudah dinaikinya, kudane katum pak sampun,
tempat duduknya amat indah, lungkaAungkane lintang asri,
berkilat dan bercahaya. k adi gila p tur ngulencok.
311
28. Berkeris dan membawa pedang 28. N yun gklit keris n yam bitpedan g
serta cambuk, m aring m iwah p ecu t ,
mendapat dari Nini Jin, am ait m aring nini Jim ,
Candrasih berkata halus, Candrasih m atur alus ,
’’B eijalanlah Tuan dengan tenang, m argi dew a saking arisf
intan permataku sang Anom.” m as mirah dew a sang anom.
29. Peijalanan sang Ayu menuju ke 29. N gaw etan lam pah sira sang
timur, A yu ,
jalannya pelan-pelan, lam pahe sada arist
melalui suara riuh di gunung, m anuwuk geger ning gu n u n g ,
tersebutlah Nini Jin sekarang, n ini Jim kocapan m angkin ,
hilang tak kelihatan. nulia m usna nora katon.
30. Tersebutlah Jin alas, 30. Tan kocapan su en e m angalih ,
Bonjor Nyantung, B on jor N yantung ,
baru bangun setelah malam hari, wau bangun sam pun w engif
meraba ke sana ke mari, p a ti gabag p a ti usud,
memanggil-manggil ke luar ma kawuk-kawuk pesu m ilih t
suk,
diam termenung. ben gong-ben gon g m anyontol.
31. Keesokan paginya setelah mataha 31. B enjang sem eng en dag surya
ri terbit di timur, ga lan g tim ur
tak terlihat sang Dewi, sang D ew ian datankapan ggih,
masuk ke dalam gua mengambil ngranjing guw a n gam bil pa lu ,
palu,
sangat cepat tak terkira-kira, sebetn yan e tan patanding ,
berkobar-kobar laksana sebuah ngabar-abar kadi obor.
obor.
32. Kemudian berteriak ke mana- 32. Terus m engerak rin g pa ti ,
mana masuk ke sana ke mari, luplup.
turun lembah dan gunung, tedun pangkung m iwah g ir j‘
f
mencarinya tetapi tak melihat, m angrereh nora kapangguhfi
kemarahannya amat sangat, sen git nyane tid on ggigis, ‘
air matanya ke luar menetes. y eh m a id m ijilp a cerod ok .
. ;• •. • * ••••• 'J A
3T2
Pupuh M p PupuhM p
111b. lllb.
1. Tak diceritakan lamanya mencari, 1 Tan ucapan suen e mangalih,
I Jin Bonjor itu, ipun M im B onjor,
sambil menangis dan memanggil- m aduluran tangis sesam bate,
manggil,
siang malam, lem ah peteng,
menyelidik dan mencari, ipun m anyuliksik,
tak mengikuti jalan, tan m anut in g margi,
menyebut-nyebut sang Ayu. angame-ame sang Ayu.
112a. 112a.
6. Mengapa diam, 6 . N gu dam en en g,
Tuan laksana bulan, ratu kadi R atih ,
ya Tuan sang Anom, duh dew a sang A n om ,
saya sadar, taken titiang,
mempunyai kesalahan, m adue kaiw angane,
dan amat sangat, tur kalintang,
saya tidur lelap tak mau men titiang pu les etis tan kayun
dekati, ngelonin,
mengapa tuan malu membangun nguda kim ud ratu nundun.
kan.
7. Karena saya, 7. D uaning titiang,
amat mengantuk, kalintang in g arip,
dari mencuri, rauk saking nyolon g,
memang selalu, setata tuah,
saya ini tiga hari, m ungguing dew ek titian g tigang
din a,
tidur siang malam, pu les siang latri,
jangan merasa kuatir, sam punang ju a ajerih,
membangunkan saya tidur. m anundun titiang aturu.
112b 112b.
*
113a. 113a.
113b. 113b.
24. Akan mendapatkan seorang putri 24. Jagi m anindit,
lagi.
seorang putri muda dan cantik, p u tri m alih asiki,
ia itu, p u tri ayu anom ,
ia adalah jo d o h tuanku, in ggihpum ka,
yang sudah dijodohkan, ia p a sti jod on e,
dengan tuan Putri, w us papasang.
318
’’
M udah-m udahan, m oga-m oga,
Tuan semuanya, dew a maka sami,
berhasil dalam perjuangan, rinang rin g ajurit,
hasilnya mendapatkan kebahagia tindake nem u rahayu .
i»
an.
29. Bila Tuanku, 29. Y eningR atu,
kesukaran di jalan, pacan g kew eh rin g m argi,
maupun dalam peperangan, y ata rin g palugon,
panggillah hamba, undangan t i tiang,
dengan segera, inggih R atu den age,
hamba akan besedia, titiang nyadia,
datang menolongnya,” rawuh m anulungin,
raja mengiakannya, Prabu m atur inggih ,
dan perjalanannya menuju ke mainarurwa ida lumaku.
timur.
114a. 114a.
30. Menurun, 30. M anedunang,
perjalanan baginda raja, lam pah N repati,
dengan pelan-pelan, sarw i dabdab a lon ,
dan tidak jauh, natan a d oh ,
Patih Sudarmine, I Patih Sudarm ine,
tiga orang diiringkan oleh para tigang w ang para inya ngiring,
inya,
beserta Pagag Pageg, Pagag P ageg m alih,
mengiringkan dari belakang. m angiringang sakeng pungkur.
114b. 114b.
4. Pikiran itu, 4. Manah iku,
tak sukar walau dibatasi gunung, ton g sengka blatin gunung,
321
8. Kakaknya, 8. K akanipttn,
I Pagag lalu menjawab, I Pagag ram rrnsaut,
’’B ila seorang yang sanggup, y en in g anik bisa,
mampu memberitahukan setiap sida sai m angom ongin,
saat,
yang mengetahuinya, sane tahu,
juga orang yang bijaksana. m asih ida sang Sujarn.
322
USa. 115a.
12. Nama itu yang terkenal, 12. Ngaran iku,
memenuhi dunia ini, i tukang sane kasub,
suara sarjana itu adik, bek rin g ja m loka,
tidak akan lebih, sm ran sarjam n e adi,
hanya di alam ini. tusin g langkung,
wantah m ating m adia pada.
ll Sb. 115b.
20. SangAbagus, 20. SangAbagus,
kemudian berkata pelan-pelan, nulia alon ida mawuwus,
”Apa yang menyebabkan maka apa ke makrana galang,
hancur,
324
116a. 116a.
27. Segera ditujukan, 27. G elis katuju,
Geni i Astra mengenainya, G eni astra ngenen sam pun,
I Patih membunuh, I Patih m am anggal,
dengan panah arda Dedali, untuk, heru arda D ed a li,
dan sudah mati, pejah sam pun,
mereka berdua dalam keadaan sang kalih sedek mayuda.
sedang berkelahi.
28. Kedua panah itu, 28. Isu kalih,
sudah diambilnya, sam pun reke w us kasambut,
terlihatlah mayat itu, kacingak kang sawa,
keduanya bukan manusia, dudu jadm a m aka kalih,
tetapi yaksa sebenar-benarnya, Yaksa tuhu,
berkelahi dengan jin. lawan jim matadingan.
117a. 117a.
5. ”Ya Tuan Maharaja, 3. Singgih dew a Maharaja,
mengapa Tuan bingung, nguda ratu d a d i paling,
Tuan gila dengan patung, edan ratu teken togog,
sampai Tuan lupa dengan ajaran- d a d i lupa rin g pitutur,
ajaran,”
328
117b. 117b.
11. Mungkin sudah dekat dengan negeri, H - B ilih tam pek rin g negara,
barat daya dari sini, lorw etan saking irik i,
bernama negara Mayura, m awasta jagat M ayura,
bersiaplah Tuanku, apang yatn a dew a Prabu,
datang di desa Mayura, rawuh rin g M ayura desa,
agar cepat, m a n gd a d igelis,
undanglah raja Siliwangi. Prabu Siliw angi undang.
12. Jelas akan menjumpai suka duka, 12. Sinah nem u suka duka,
akhirnya Tuan kawin, teka nin g dew a m abuncing,
musuh dan tentara bercampur, m usuh saha bala awor,
raja Durgasmala akan datang, Prabu D urgasm ala raw uh,
sedia memerangi Tuan, nyadia m anyiatin i dew a
untuk merebut, m angrebutin,
Diah Dewi Udyatmika.” D iah D ew i Udyatmika.
13. Raden Mantri berkata sembah, 13. R aden M antri saur sembah,
’’Saya akan menurutinya,” titiang wantah telas mangiring,
Ki Dukuh tak tampak lagi, dane D ukuh nora katon,
baginda raja sudah berangkat, sang Prabu lum am pahsam pun,
tak diceritakan dijalan, tan ucapan m aring marga,
demikian pula para pengiringnya, lan pen girin g,
tersebutlah peijalanan Tuan Putri. lam pah pu trine kocapan.
14. Mencambuk kudanya agar cepat, 14. M ecut kuda mangim angang,
sampai di pinggir desa, rauh m aring tepisiring,
matahari sudah di barat, sang H yang Suryangadenkulon,
rasanya sejuk, tis~tis manda senan ipun,
tersebutlah orang di Mayura, w ang m aring M ayura kocap,
semuanya gembira, lega sami,
bersenang-senang di luar istana. m asesan jan ring bancingah.
118a. 118a.
17. Karena saya belum jelas tahu, 1 7. D en in g titiang durung tat as,
negara apa ini, nagara napi puniki,
saya benar-benar heran,” antuk rupa titiang gaw ok,
orang ditanyai segera menjawab, sang tinanyan ge lis sumaur,
”In i adalah negara Mayura, pu n ik i jagat Mayura,
rajanya hebat, ratu lem h,
berkuasa di tiga dunia ini. jay a hum i rin g tri lok a.
18. Orang yang datang berkata, 18. Sang m alingse bau ngucap,
’’
K atakan kepada Baginda Raja, wekasan ring Sri Nrapati,
saya ingin menghadap ke istana, nira jaga tangkil ke jero,
sebutkan asalku, gatin nirane kawuwus,
dari raja Lesanpura, saking Prabu Lesanpura,
tak ada yang lain, nora malih,
pergilah bapa memberitahukan kem a bapa m angaturang.,
nya.”
19. Hamba itu menurutinya, 19. Parekane manyunang,
tak.lama kemudian segera ber nora panjang mamargi,
jalan,
segera masuk ke istana, tum uli raris ngadaton,
baginda raja sedang kesusahan, sang Prabu seden g pakeyuh,
dihadap oleh Bahudanda, katangkil rin g Bahudanda,
di dalam istana, rin g je r o puri,
putranya menangis. putrane matetangisan.
331
22. Sambil merundukkan badan ber 22. N anglung angga m atur sembah,
kata dan menyembah,
”Ya Paduka Raja, singgih dew a Sri Narpati,
seorang pendatang menunggu di datengan rin g jab a nyantos,
luar,
ingin menghadap tuanku, ja g i tangkil ring Sang Prabu,
mengendarai kuda seorang diri, m angrada m anunggang kuda,
amat bagus, lintang pekik,
laksana Panji dalam gambar.” kadi panjine rin g gam bar.
23. Raja lalu bersabda, 23. Sang Prabu raris ngandika,
’’
Patih pergilah ke sana jemput, kem a ju a patih jagjagin,
segera diantar ke istana,” enggal iringang k a jero,
kemudian Ki Patih ke luar, sandike K i Patih pesu,
' segera datang di luar istana, ge lis rawuh rin g bancingah,
dan terlihat, tur kapanggih,
orang yang berbuat ulah. ida sang m angeka bawa.
24. I Patih bertanya sungguh-sungguh, 24. I Patih seken nunasang,
’’K arena saya belum mengetahui duaning titiang durung uning,
nya,
agar jangan salah berkata-kata, m angda sam pun salit rawos,
orang yang ditanya berkata pelan- sang tinayan alon muus.
pelan,
332
27. Tempat duduk manik telah ter 27. Planka m anik w us cum adang,
sedia,
kemudian beliau segera duduk, nulya ida gelis m alinggih,
baginda raja bersabda pelan-pelan, Sang Prabu ngandika a lon ,
agar jangan salah sangka, m angka sam pun salah sen gguh ,
”Ya siapa Tuan ini, inggih dew a sapasira,
amat bagus, lintang pek ik ,
wibawanya sangat cemerlang.” swabhawa sum lang galang.
28. Sang Anom berkata menjelaskan 28. Sang A nom m atur uninga, ,
nya,
’’
Ham ba adalah Raden Darmika titiang R aden D arm ika ja ti,
sebenarnya,
dan saya adalah putra raja Lesan putra saking Lesanpura ,
pura,
adapun sebabnya saya datang, krana titian g rawuh,
mendapat kesukaran di hutan, m angguh duhkita ring alas,
hamba paling, titiang paling,
berburu tak mendapat apa-apa. mahaburu tan eliha.
333
119a. 119a.
29. Para pengantar semua hilang, 29. Pangiringe sam i ical,
semuanya tak ada yang terlihat, kabeh tan ana kapanggih,
di dalam hutan yang lebat, ri tlen g in g kanana kawot,
telah terlupa karena lamanya, Jati antuk lam in ipun,
ada adik hamba, w enten pernah adin titiang,
tak terlihat, tan kapanggih,
itu yang hamba cari. punika ne ruruh titiang.
30. Siang malam menaiki kuda, 30. Syan g latri m anunggang kuda,
tiba-tiba melihat sebagai sekarang kaget m angguh k adi mangkin,
ini,
ke sanalah hamba menuju, irik i titiang m angojog,
ya Tuanku hamba salah berbahasa, singgih ratu dew a iwang basa,
ya Tuan-tuan semuanya, ratu sami,
negara apa namanya ini.” nagara napi wastan nya.
33. Bila anaknda benar-benar sudi, 33. Yan i dew a tulus sweca,
bapak akan memungutnya seka duduk bapa n en e mangkin,
rang ini,
akan bapak angkat menjadi raja, jn en gan g bapa kaprabon,
bersama sang Ayu yang kesedihan, iringan sang A y u sungsut,
anaknda kawin, i dew a majatu-krama.
334
119b. v119b.
34. Sang Bagus berkata, 34. Sang Bagus m atur sem bah,
’’
Lain kali hamba menurutinya, benjangpungkurtitiangm angiring,
sekarang ini saya masih menung m angkin kari titiang nyantos,
gu,
adik hamba belum datang, arin titiang derertg rawuh,
tak terlihat dalam hutan, tan kapangguh rin g kanana,
yang bernama Raden Udyatmika. nam a R aden Udyatmika.
37. Bila benar permohonan saya, 37. Yen patu t pinunas titiang,
sebaiknya cari sekarang ini, b ecik ruruh n en e mangkin,
adik sang Anom, arine inggih sang anom ,
panggil seluruh rakyat, atag bala pek a ratu,
mencari di hutan, n yelak sajd n rin g wam wasa,
agar segera, m angdagelis,
perkawinan anaknda.” .. puarangan id e ianak.
120a. 120a
41. Keadaan tentang berita di istana, 41, Bagia ia orta ning pura,
para pelayan wanita berbisik-bisik, panjrow ane telas paw isik,
membicarakan hanya sang Anom, m engucapang tuah sang Anom ,
itulah yang bernama bagus terus, en to m adan bagus manerus,
tak ada yang menyamainya, dipada ton g ada sama,
amat bagus, bagus genjing,
calon suami sang Diah. papacangan ida sang Diah,
43. Sesaat mendengar sang Diah tiba- 43. Wau m iarsa nadak uyang,
tiba gelisah,
setelah beritanya bahwa ia sudah kapehan ortan e prapti,
datang,
gelisah resah termangu-mangu, grebiag-grebiugbengong-bengong,
mengharap-harap agar bertemu, ngajap-ajap pan g kacunduk,
berpura-pura beliau ke luar, rm n yarm n g ida ka jaba,
ingin melihat sesuai dengan kata m anuut ucap N i Bayan.
Ni Bayan.
44. Nginte dan Ngemban mangiring- 44. N gin te N gem ban m angiringang,
kannya,
berpura-pura bercengkerama, nyaru-nyaru m ajang sasih,
konon beliau berteduh, m esangidan ida reko,
konon obatnya sudah datang, k oca p tam ban ida rawuh,
sang tamu sedang makan, sang tam ui sedek ngrayunang.
Raden Dewi, R aden D ew i,
berhiaskan kembang yang harum. m ahalingan sekar sinuam.
121b. 12 lb.
9. Berdiam saat makin mendekat, 9. M ajadeng sayan nangsekang,
sang Dewi makin kikuk, sang D ew i saw ang k abilbil,
laksana kalah wibawa, luir kasoran kawlbawan,
pandangannya sayu berwajah tangis, u dep tingal sem u jen gis,
pikiran takut karena cinta, manah turidane wedi,
karena pikirannya malu, kabatek kayune kim ud,
baru ingin menyapa, bau jaga m asocapan,
hatinya berdebar-debar, k a teteg bayune nitir,
sangat bingung, lintang ibu k,
dan selalu menjauhkan pandangan. tan m ari n gejohang tingal.
10. Sang Diah kata-katanya halus, 10. M anis pangucape sang Diah,
menyapa orang yang baru datang, m enyapa sang wawu prapti,
kakak Bagus baru tiba, bali Bagus wau prapta,
sang Anom segera turun, tum edun sang A n om gelis,
mengambil tangan sang Dewi, nyam but tangane sang D ew i,
ingin lama memadu senyuman, arsa lam a ngadu kenyung,
sang Bagus menjawab pelan-pelan, sang B agus alon mananggal,
bibirnya bergerak lancar, n ga teltel latine kalis,
laksana gula, kadi juruh,
mengenai orang yang bertanya. katindihin sang lodaka.
11. ’’
Sore ini saya datang, 11. Wau srow titiang prapta,
datang ke mari tak tahu jalan, kababas tiba iriki.
340
15. Pagi hari setelah matahari ter 15. E n jin g ri wus en dag surya ,
bit,
kepala pasukan semua sudah ke wira m antri ne w us m ijil,
luar,
kentongan sudah dipalu, gen don gan raris tinepak,
bala tentara telah datang, bala peka telas prapti,
tingkahnya laksana akan bertem solah lu ir nangun jurit,
pur,
lengkap senjatanya serta riuh- sregep senjata tur umung,
rendah,
lalu segera berangkat bersama- raris lum am pah sagrehan ,
sama,
kepala pasukan memberitahukan wira m antrine ngorahin,
nya,
bahwa sudah lewat, sam pun langkung,
batas kerajaan. tep i sirin g in g nagara.
122b. 122b.
17. Sangat kaget baru beliau men 77. K agiat wau miarsa,
dengarnya,
demikian pula pengiring semuanya, m iwah pen girin ge sam i,
baginda lalu berkata, sang Prabu raris ngandika,
’
T a sti musuh Bapak Patih, sinah m usuh bapa Patih,
agar semua bersiap-siap, m angda yatna sareng sam i,
panah dan busur dipegang baik-baik, panah langkap agem wuwuh,
semua sudah disiapkan, sida wus rinangsukan,
laki perempuan maju ke depan, m angarepang lanang istri,
walaupun mati, y adin lampus,
asal membela sang Nata.” lam un tindih ring sang Nata.
18. Sorak sorai makin mendekat, 18. Sayan tam pek kanang suriak,
raja dan Ki Patih, sang Prabu lan dane Patih,
busur sudah dipentangkan, gandew a sam pun pinentan g,
terlihatlah rakyat membawa ja katon wadua nikul jaring,
ring,
banyak anjing-anjing yang lari, akueh asune pa b elesit,
mengejar binatang yang lari, m angetut bu ron e m layu,
banyak tentara yang kurang hati- bala arm akuen sengap,
hati,
berhenti menunggu I Patih, ja n ggel m anyantos I Patih,
kemudian mendekat, w us mandulu,
sang Anom yang berada di tengah sang A n om ri telen g in g
hutan. kanana.
19. Wira Menteri lalu ke depan, 19. Wiru M antrine ngarepang,
karena sudah disampaikan, den in g sam pun kasturin,
oleh para tentaranya, olih waduane,
mendekatlah beliau sang Patih, sum uka m iw ahdaneG ustiPatih,
dan semua sudah mendekat, sam pun sam i nganam pekin,
konon sang Abagus, k oca p ida sang Abagus,
tak jadi melepaskan panah, w urung ida m entang panah,
karena terlihat bukan musuh, duaning katon dudu hari,
dengan tersenyum, sarw i kenyung,
segera ke depan bertanya. ngarepang ge lis atanya .
123b. 123b.
25. Ya saya tak akan berpanjang ka 25. N ggih titiang norana panjang,
ta,
akan menghadap ke istana, m anangkil rauh ka pu ri,
kepada Raja Mayura,” rin g ida Prabu M ayura,
bala tentaranya bersiap-siap se w aduane m atuptup sam i,
muanya,
semua hendak mengiringkannya, sagrehan jaga m angiring ,
sang Anom lalu beijalan, s& ngA nom raris lum aku,
sorak sorai ramai dalam hutan um ung suryake rin g alas,
itu,
tak diceritakan dalam peijalan- tan ucapan m ating rnargi,
an,
sudah sampai, sam pun rauhf
di desa Mayura. ana rin g M ayura desa.
26. Ribut di halaman luar istana, 26. G eger um ung rin g bancingah,
seluruh isi istana kaget, kagiat saisi n in g puri,
segera ke luar, im ang m etu kajabayan,
ingin agar mengetahuinya. m anyadiayang m angda uning,
345
27. Yang lain ada yang sakit akan 27. Waneh ada nyakit manak,
melahirkan,
orang yang sakit itu mengum m am isuh anake nyakit,
pat,
mereka ribut dukun sangat ja uyut balian tan patem ah,
hat,
mungkin bukan bersiap untuk - inab ton g tragianang kai,
ku,
pergi tak memberitahukannya, tatan piw orah m agedi,
minta ongkos banyak-banyak, gede-gede mrih sasantun,
ditambah diberi makan, kaludan baang mangamah,
kamu tidak memikirkannya, fu sin g iba mangenehin,
mengaduh anaknya kemudian la aduh-aduh pam kn yan e raris
hir. lekad.
124a. 124a.
28. Konon baginda raja, 28. K on opan ida sang Nata,
beserta sang tamu mendengar, sareng tam ui m am iarsi,
hambanya mengabarkan, parekan w us mangaturang,
baginda raja segera ke luar, ida sang Prabu g e lis m ijil,
bersama-sama dengan Raden sinarengan R aden Mantri,
Mantri,
beserta Dewi Smaratejun, lan D ew i Sm aratejun,
melihat dari halaman tengali, n on jo saking ja b a tengah,
berbatasan dengan ancak saji, m ahalingan ancak saji,
baginda raja, sang S ri Prabu,
menyapa orang yang baru da m anyapa Sang wau prapta .
tang.
29. Sang Ayu membuat akal, 29. Sang A yu m angeka bawa,
segera beliau menjemputnya, gagison ida m endakin.
346
30. Orang yang melihatnya bingung, 30. Sang m angeton keem engan,
124b. 124b.
32. Raja Mayura menegaskan, 32. Prabu M ayura netesang,
kepada Raden Mantri, rin g ida R ahadcn M antri,
bingung bapak melihatnya, salit inur bapa nyingak ,
mengapa adik disembah, nguda arine baktinin,
bukan merupakan adat raja- tan sasana rung B upati,
raja,
berbeda dengan tatacara seorang ngasorin sasanan ratu,
raja,
mereka yang baru datang menjawab, sang wau prapta mananggal,
”Tak benar hal itu Tuanku, du iu sanak dew a aji,
sebenarnya, jatin ipun,
beliau adalah istri saya sebenar ida wantah garuan titiang.
nya.
33. Sebenarnya saya Sri Darmika, 33. Titiang ja ti Sri Darmika,
putra raja Lesanpura, putra saking Lesanpura,
ini adalah Dewi Udyatmika, n ik i D ew i Udyatmika,
putra raja Puspasari, okan ratu Puspasari,
tidak benar laki-laki, b oy a tuhu laki-laki,
sebenarnya ia adalah wanita, ja ti ida wantah wadu,
’’Raden Dewi menceritakan,” R aden D ew i m idartayang,
ya memang benar Tuanku se inggih w iakti ratu sam i,
kalian,
saya datang dengan menyamar. titiang rauh saking nay a ngeka
bawa.
125a. 125a.
36. B aginda raja hatinya gembira, 36. Suka atine sang Nata,
melihat putra laki perempuan, nyingak putra lanang istri.
Raden Mantri menceritakan, R aden M antri manatuayang,
semuanya kepada para raja, sam i rin g w atek Bupati,
dari bermula sampai sekarang, saking ngaw it rauh mangkin,
selalu menjumpai kesedihan, ton sah duhkita kapangguh,
selama beliau mengembara, salawas ida ngum bara,
hingga meninggalkan Lesanpura, sam pe ninggal Lesanpura,
semua sedih, sam i ibu k,
orang-orang yang mendengarkan sang m iarsa ring panangkilan,
nya di penghadapan.
37. Semua sudah disampaikannya, 37. Sam i sarhpun kauningan,
tentang kesedihan berdua, rin g duhkitane sang kalih,
raja Mayura bersabda, Prabu M ayura ngandika,
kata-katanya halus manis, alus pangucape lindih,
’’
D engar Tuan bertiga, piarsa dew a maka trini,
khusus anak Bagus, m akadi tuah nanak Bagus,
sudilah Tuan menerima, ledang jaga patrim enang,
adik Tuan di sini, rin g rain i nanak dini,
agar jadi, nanda durus,
bapak mempunyai mantu. bapa m adrebe santana .
39. Seluruh minuman tak habis di 39. M inum agesti tan telah ,
minum,
dan para resi telah berunding, was rarem bayan sang Resi,
kurang sebelas hari lagi, kirang m alih solas dina,
saat sang Diah kawin, dew asa sang D iah m abuncing,
dengan Raden Mantri, m angiring Rahaden M antri,
dan sudah lewat tengah malam, sam pun langkung m adia d alu,
para raja sudah santap, para ratu pu pu t nadah,
turut serta para pimpinan pasu wira M antri telas m angiring ,
kan,
sang Abagus, sang A bagus ,
dipersilakannya tidur. katuran nidra ngapuriang.
125b. 125b.
40. Tersebutlah besok paginya, 40. E njang en jin g kawuwusan,
baginda raja bangun, m aw ungu sira B u pati,
kemudian ke luar ke penghadap nulia m ijil kapaseban ,
an,
Bahudanda semua hadir, atep Bahudanda tangkil,
pendeta dan kepala pasukan, Pandita lan wira M antri,
kemudian Raden Anom ke luar, R aden A nom raris m etu ,
berunding di balai penghadapan, rarem bayan rin g paseban,
semua pekeijaan sekarang, tan lian karyane m angkin ,
dan sudah selesai, sam pun pu pu t ,
tentang hari pernikahan. tekeng dina pabuncingan.
126a. 126a.
44. Sebelum putus tangan hamba, 44. Yan durung rem patastangw ang,
jangan Tuan hendak pindah, sam pun ratu jaga gingsir,
dari pelaminan,” harm m uring pawarangan ,
setelah selesai perjanjiannya, pu tu s ubayane p a sti,
hari hampir senja, nam pi lin gsir sangH yangR aw i,
rakyat dan menteri semua pulang, bala m antri telas um antuk ,
orang-orang ke istana, w atek ratu m angapuryang ,
tak diceritakan sudah malam, tan ucapan sam pun wengi,
dan sudah pagi hari, sem en g sam pun ,
konon sang Patih pergi. k oca p Papatihe lunga.
46. Mereka yang diundang tak ber- 46. Sang inudang ndatan panjang,
panjang kata,
bersiap lalu berangkat, sayaga raris m am argi,
lengkap dengan segala senjata sregep senjata sandangan ,
yang dibawa,
bala tentara semuanya mengiring- bala peka telas m angiting ,
kannya,
demikian pula para kepala pasukan, kalih w atek wira M antri,
tak diceritakan dalam peijalanan, tan ucapan m ating enut
sang Waksitana di Mayura, Waksitasa ring Mayura,
memperbincangkan daya upaya, m anim bangang naya sandi,
untuk melawan musuh, nglatin m usuh ,
dan persiapan perkawinan. lan gelaran ning pawaranang.
126b. 126b.
3. ’T a Patihku, 3. Eh Patihku,
kamu sekalian, sira kita prasam ,
panggillah tentaramu sekalian, atagen waduanta sami,
besok pagi-pagi berangkat, en jin g esuk mangkat,
ke Mayunegara, ka M ayuranegara,
353
7. Didekatinya, 7. K apepetin,
seluruh desa-desa, d ik d esa desane samian,
selalu mereka beijepit-jepit, ndatan m ari ia pajerit,
telah melewati negara, wus langkung nagara,
masuk ke dalam hutan, m anyusup rin g kanana,
kebetulan semua binatang, kaplengan bu rone sami.
354
berkumpul, rm karesekan,
berpuluh-puluh bersama-sama. n yem pel w erek sane sam i.
127a. 127a.
8. Tak diceritakan, 8. Tan ucapan,
lamanya dijalan, lam innyane m aring dalan,
perjalanannya laksana hujan angin, lam pah luir ujan angin,
tiba-tiba dijumpai, kaget katututan ,
di tengah hutan, rin g telen g in g wanawasa,
perjalanan Raja Siliwangi, lam pah Prabu Siliw angi,
beserta bala tentaranya, lan balagane,
yang menuju istana Mayura. ne ngungsi M ayura pu ri.
127b. 127b.
14. Semua gembira, 14. S a m iren a,
seluruh raksasa di peperangan, bala Yaksa ring payudan,
makan mayat dan minum darah, manadah sawa lan getih,
peperangan selama dua hari, prange kalih dina,
siang malam tak henti-hentinya, siang latri tan rarianan,
konon ada yang mati, k oca p arm m angem asin,
I Patih Mayura, I Patih Mayura,
mendampingi rajanya. m akatikin B upati.
128b. 128b.
26. Patih Sanda, 26. Patih Sanda,
Wiragara Suranggana, Wiragara Suranggana,
kesepuluh Patih Kadi, p in g dasa Patih K adi,
yang terakhir Singgala, pem u n tu t Singgala,
banyak patih yang bagus-bagus, akueh Patih Sumuka,
berpengiring menteri, m airingang w atek Mantri,
semuanya berjumlah dua puluh, sam i ron g dasa.
yang lain lagi para ketua. sapara ju ru n e malih.
27. Banyaknya lima puluh, 27. Lim ang puluh.
dan tentara dua ratus ribu, m uang wadua kalih laksa,
semuanya lengkap, pu p u t ia sregep sami,
dengan perlengkapannya, m uang babekelan,
riuh rendah lalu berangkat, um ung raris umangkat.
suara bedil berdentuman, suaran b ed il kum aritig.
dan genderang, m iwah mredangga.
mengikuti mereka berempat ber n getu t sang catur mamargi.
jalan.
359
%
32. Tengah malam, 32. Tengah wengi,
tersebutlah di Mayura, rin g M ayura kacarita,
mempersiapkan pakaian perhiasan m anyaw isang payas bu n cin g,
pengantin,
segala emas-emasan datang, w atek kram ian prapta,
sangat cocok sang Diah si perawan, nuliasin sang D iah R ara,
bersama Raden Mantri, m iwah ida R aden Mantri,
memakai perhiasan, m anandang pahias,
berpakaian emas manik. mabusana em as manik.
129a. 129a.
33. Tak disebutkan, 33. Tan kawuwus,
keindahan pakaian itu, . m ulia nikang busana,
kebagusan Raden Mantri, baguse R aden Mantri,
laksana Hyang Manobana, lu ir H yang M anobam ,
menjelma menguasai dunia ini, manjanma nitah jagat,
kedua Dewinya, D ew i nira maka kalih,
Diah Udyatmika, D iah Udyatmika,
dengan Diah Smaratejun. D iah Sm aratejun rnalih,
34. Keningnya pipih laksana ikan 34. Wimbane m elok,
melok,
menyerupai bulan kembar, angganing sasangka kembar,
sebagai pinang dibelah dua, luir ja m b e paro kalih,
tak dapat dicela, tan kna cineda,
pakaiannya serba keemasan, busanane sarwa emas,
tak tidur semalam, ndatan panidra sawengi,
wajahnya pucat, m ukane kem bang,
laksana bulan kena sinar mata luir wulan ananin rawi.
hari.
35. Konon sekarang ini, 35. K oca p mangkin,
hari sudah menjelang siang, tatas rah im kamantian,
pengantin kemudian ke luar, bu n cin ge raris m ijil,
mengeliliifjsji halaman luar, m angiderinbancingah,
diiringi oleh para balatentara, kram pag ta n n g w adud nira,
mamas tombak dah bedil, m ayas tam bak nntdng bedil,
kendang bertalu-talu, fn redan ggagoor.
361
129b. 129b.
38. Kemudian terlihat, 38. N uliakaton,
musuh ribut dengan hebat, babiphan satrune krune,
raja raksasa itu berhenti, jan ggel sang Yaksapati,
segera dibalas, agelis tinim palan,
membuat taktik perang Makara, manguangun gelar Makara,
berjalan dengan hebatnya, madurgama terus mamargi,
laksana Kalantaka, luir Kalantana,
menghancurkan dunia yang sangat nadah jagat ngeresresin.
mengerikan.
39. Karena sangat pandai, 39. W itwidagia,
Patih Mangkunegara, I Patih M angkunegara,
demikian pula Patih Siliwangi, lan Prabu Siliwangi,
memukul dari tengah, ngeregin rin g tengah.
130b. 130b.
131a. 131a.
11. Sepulang raja raksasa itu, 11. Pam ulih danuja pati,
ia sangat bingung, m angubang dane kalintang,
setelah dihembus angin, wus binanting de mrutane,
dipilihlah raksasa yang pandai- m agilih yaksane prajnyan.
pandai,
patih Sumuka dua puluh, Patih Sumuka ron g dasa,
punggawa lima ribu, para panggawa lintang siu,
menteri tak bilang banyaknya. para m antri tan pawilang.
12. Adapun nama para patih, 12. Bacakan w atek Papatih,
pertama I Tan Kober, Itan K ober kapratama.
yang kedua Patih Kurangkeng, Patih K urangkeng kalihnya,
ketiga I Gnicandra, pin g liga I Gnicandra,
keempat bernama Candrageni, catur Candrageni nama,
kelima I Baret Ngalinus, lim a I B aret Ngalinus,
Salang Angin Baret Ciga. Salang A ngin B aret Ciga.
13. Sang Dumraksa dan sang Dum- 13. Dum raksa lawan Dumraksi,
raksi
sang Durga dan sang Durmuka, D urga kalawan Durmuka,
sang Kalakita dan sang Kala- K alakita lan Kalaparon,
paron.
sang Bandusa dan sang Tulak- Bandusa lan Tulakmingmang,
mingmang.
Landa Lendi Dora Kala, Landa-Lendi D ora Kala,
namanya Kala Durga, Kala D urga ngaranipun,
Durmuka semuanya dua puluh. Durm uka wus kalih dosa.
14. Segera mereka berangkat meng 14. GeUs um angkat m anglelesin,
hancurkan,
dan mereka sudah berkereta, punUca wus kretayasa,
dahulu mereka tak pemah kalah, dangu-dangu tan harta sor,
setiap yang menghalangi jatuh, asing k apan g w us rebah,
semua kalah tak dapat berkata- lilih sam i tan pangucap,
kata,
mereka semua menang berperang, jaya done magagebug,
dan banyak patih yang menjadi akueh patih jajarahan.
tawanan.
15. Segera mereka berangkat, 15. Umangkat sagrehan gelis,
banyak yang berjalan di udara, akueh mahawan gagana,
laksana mendung menutupi, luir m ega mumahab reko,
ada yang lain berjalan di tanah, harm len mahawan lemah,
menaiki kuda gajah dan berkereta nunggang kuda gajah rata,
sorak-sorai riuh-rendah di jalan, suryake rin g marga hum rng,
suaranya laksana bunyi petir. prakata lu ir sabda m ng gelap.
131b. 131b.
16. Rakyat Siliwangi tahu, 16. Tangeh wadua Siliw angi,
segera membalas dan ribut, geUs nyaw isang babiuhan,
memakai teknik Jaladi, nama Jaladi gelar reko,
tentara raksasa membuat, wadua Yaksane ngwangum ng,
berupa gunung alas, m apinda w ukir karnna,
maka itu cepat berperang, dadianya henggal matem puh,
sebagai laut pasang. angga ning sagara pasang.
17. Peperangan amat ramai, 17. R om e p astu rin g prajurit,
tersebutlah raja raksasa itu, danufa p ati kocepm t,
melontarkan panahnya, m anglepas puakenisurm ya,
laksana hujan dari langit, Itdr warsa sakengam bara,
mengenai tentara manusia itu. mangenan waduam anusa.
368
20. Habis mati panah api itu, 20. Brasta padem sara geni,
menyebabkan langit terang ben duastu langite m alilang,
derang,
konon perang di bawah, k ocap yudane ring sor,
saling kejar-mengejar ke sana saling ungai mailehan,
ke mari,
semuanya pandai berperang, sam i pada w idagdeng perang,
saling pukul dan saling kejar, silih danda silih tuju,
patahlah taktik raja raksasa itu. rem pah gelar Yaksaraja.
21. Dua orang penjaga luarnya mati, 21. Sibeh gelar padem kakdlih,
patih yang sangat hebat, Papatih langkung karura,
dahulu tak pernah kalah, dangu-dangu nora kasor,
sang Kaladurga dan Lenda, sang Kadalurga m uang Lenda,
mereka itu sudah mati, nama nika wus kantaka,
kemudian raja raksasa itu, m apu Yaksaratu,
membentuk keributan yang luar mangun biuha madurgama.
biasa.
369
132a. 132a.
22. Bentuk siasat itu dua macam, 22. Wangunane rupa kalih,
bernama gelar Sukata, mangaran Sukata gelar,
gelar raja di tengah, m ating kiri gagelarane,
kuri di bagian sebelah mengelilingi B upatine m ating tengah,
rajanya, n giter ida Nata Raja,
di bagian kanan Dumuk Angun- kanah D usuk Angun-angun,
angun,
nama siasat perang tersebut. ngaran kanang babiuhan.
23. Siasat Raja Siliwangi, 23. Biuha Prabu Siliw angi,
bernama Wukir Sagara, mangaran Wukir Sagara,
untuk melawan raja raksasa itu, nandingin Yaksa patine,
hasil bentukan Mangkunegara, wangunan M angkunegara,
sangat suka dengan gelar padma, durga m eweh padm a biuha,
itulah yang dibentuknya, punika wantah ajum yudane,
perkelahian untuk perang tanding. perang tandingan.
24. Dumuk Angun-angun menang, 24. Dum uk Angun-angun rundih,
hancur gelar Wukir Sagara, rem pak gelar Wukir Sagara,
sang Durgasmala, w ig Durgasmala,
. segera masuk ke dalam gelar itu, nulia age ngasukinikanang gelar,
selalu memutar pedangnya, tan m ari m anguyeng pedang,
sekuat tenaga mengamuk, parikesa ntdia ngamtik,
dan Raja Siliwangi meninggal Nata Siliw angi pejah.
dunia.
25. Setelah direbut bersama-sama, 25. W uskarebutkaberangin,
oleh Raja Durgasmala, olih Prabu Durgasmala,
tentara lari kepayahan, bala kosa m alayu gepe,
menuruni lembah dan ngarai, ndupin pangkungm uang jurang,
tak berani melihat, tan ana ward mamenga,
terantuk ke sana ke mari, kadi kena pati kepug,
diburu oleh Basu raja. kaburu d e Basu raja.
26. K onon perkelahian sang Patih, 26. K ocap perang done I Patih,
berkelahi dengan sang raksasa, m atem puh ring Idanuja,
I Tan Kobar yang terkenal, I Tan K ober pangerege,
sama-sama pandai berkelahi, sama ia w idagdeng perang,
membelit laksana petir, m atangkis angga ning kilap.
370
agak terlambat I Tan Kobar saat itu, kasep I Tan K obar ditu,
hancur terkena gada. rem uk katibanan gada.
132b. 132b.
27. Raja raksasa itu menolongnya, 27. Prabu Yaksa manulungin,
mengamuk dari belakang, rm ngam uk saking iringan,
hancur yang berada bagian luar, telas pasah sibeh gelora,
sisa yang mati lalu lari tung sisan pejah malayu gesang,
gang-langgang,
I Patih Mangkunegara, I Patih Mangkunegara,
dikelilingi dan tertangkap, kakiter kera kaejuk,
diikat dan disiksa. wus kabasta kasakitan.
28. Ki Patih Sudarmi, 28. M alayu K i Patih Sudarmi,
segera ke istana memberitahukan, gelis kapuri mangokasang,
kepada Raja Muda, ring Ida sang Prabu Anom ,
yang baru selesai disucikan, wau puput m apedgala,
duduk di atas singgasana, m alungguh ring singgasana,
mendampingi sang Ayu Diah, m anyanding sang Diah Ayu,
dan utusan itu sudah memberi utusan wus nguningang.
tahukannya.
29. Patih Mangkubumi berdiri, 29. N anggal Patih M angkubumi,
diamlah Tuanku, fum eneng ratu panembahan,
percayakan hamba sekarang ini, andelen inghulun mangke,
melawan raja raksasa itu, nandingin ID an uja raja,
segera ia berangkat, gisudane wus umangkat,
diterima oleh raja raksasa itu, kacandak de Yaksa Prabu,
peperangan seimbang. payudane kadi timbang.
30. Wira Mantri yang lari ketakutan 30. Wira M antri m alayu jerih,
itu,
kembali ke peperangan, tulak m alih kapayudan,
karena melihat pimpinannya, dening gustin e wus katon,
membela ke peperangan, m atulung rin g rana saba,
tersebutlah Raden Darmika, Raden Darm ika kocapan,
mengejar ke peperangan, n getut kapayudan sampun,
mengikuti Mangkunegara. ngungkirin Mangkunegara.
371
133a. 133a.
3. Setelah tiba di tengah peperangan, 3. Prapta ringtelangingranangga,
terlihatlah perkelahian, katon paperangan,
Patih Mangkubumi, I Patih M angkubumi,
di sana ia direbut, kinem bulan done ditu,
oleh tentara raksasa, olih bala danuja,
ribut gelisah, geger umyang,
demikian pula bunyi kendaraan, lan swaran tunggangan ipun,
bercampur dengan suara genderang, aw er uni ning mredangga.
kemudian Raden Mantri m eno Raden M antri manuluttgin.
longnya.
133b. 133b.
8. Hancur panah yang satu itu, S. Rem uk ikanm ng hru tunggal,
kembali lagi, nuli tm lih,
raja raksasa itu bersedia-sedia, ngereyang Yaksapati,
dengan sebuah senjata panah api olih sara gen i murub,
berkobar-kobar,
dan setelah dilepaskannya, wus sam pun katiwakang
Raden Mantri, R aden Mantri,
bersiap sedia menghadapinya, yatn aidam apag sampun,
dengan panah Sambuartaka, antuk isu Sambuartaka,
api itu padam. winasa ikanang geni.
134b. 134b.
18. Tersebutlah raja raksasa itu, 18. K ocapan I D edtya Raja,
dengan diam-diam, m anyingseang,
melepaskan a ji wegig, m anibakang a ji w egig,
yang bernama penaw ut bayu,
kesaktian para buta, kaw isesa rung buta,
sudah meyakininya, ngum andekng.
376
135a. 135a.
23. Konon Raden Darmika, 23. K ocap R ahaden Darmika,
beserta kusirnya, miwah srati,
yang bernama Patih Sudarmi, kang ngaran Patih Sudarm i,
Pagag Pageg yang mengapit ba Pagag P ageg n gapit Prabu,
ginda,
berada di tempat duduk kereta, rin g saluning siandana,
beserta I Patih, lan I Patih,
turut pula Mangkubumi di sana, M angkubum i sareng ditu,
terlambat beliau pergi, kasepan ida m atinggal,
juga beliau terkena. taler ia kakenanin.
24. Oleh kesaktian raksasa itu, 24. Olih kaw isesa ning buta,
lemah lunglai, m angelesu,
di tempat duduk kereta manik ring saku ning rata manik,
itu,
tak tahu akan kanan kiri, tan wruh m aring lo r k idu l,
terasa badannya tak beijiwa, rasa tan paatm aangga ,
di dadanya, m aring dada,
masih terasa ada denyutan, kaktege marasa kantun,
demikian pula patih dan tentara m iwah patih bala diksa,
nya,
laksana rumput ditiup angin kadi trena tem puh angin.
25. Tak tahu apa-apa, 25. N ora weruh ring paran-paran
tetapi, sake wah,
semua raksasa saling tertawa, sanuja sam i pakrikik,
jalannya meraba-raba bercampur, ngabag lam pahnyane maduk,
dengan tentara manusia, m aring b a h manusa,
tak dapat ditandai, tan kacinan.
378
yang mana kawan dan yang mana en cen tim pal encen musuh.
musuh,
tetapi suara aduh raksasa itu, anghing pangaduh in gya k sa,
amat keras dan mengerikan. lintang gora m angresresin .
136a. 136a.
6. Di sana dicari dan ke mana dikejar, 6. D ija alih dija turuh,
ya Tuan laksana bulan, singgih dew a kadi ratih,
segala ratu dari dunia tiga ini, kancan ratuing ja ga t tiga,
380
bila menjumpai Tuan mas permata, yan mangguh ratu mas manik,
tentu akan lupa terhadap peker sinah lupa ring pakaryan,
jaan,
cinta kepada Raden Dewi. kaluput ring Raden Dewi.
7. Sang Hyang Hari pasti bingung, 7. Sang HyangHari jantendingung,
bila mengetahui Tuan Mas Per yaning wruh ring Mas Manik,
mata,
beliau akan lari dari surga, minggat ida saking suarga,
hanya Tuanlah yang dituju, tuah iratu ne pinjuji,
turun ke dunia ini, turun mating madiapada,
lupa akan Dewi Sri. lupa mating D ew i Sri.
136b. 136b.
12. Pelayannya lalu memeluk, 12. Inyan e raris memkul,
”Ya Tuan Raden Dewi, singgih ratu R aden D ew i,
ingatlah akan diri Tuan, elingang ratu elingang,
jangan menyedihkan hati,” ' sam punang du h kiteng ati,
Raden Dewi Udyatmika, R aden D ew i U dyatm ika,
tergesa-gesa sebagai orang bingung. gigisu n sakadi pating.
15. ’
’Pikiranku sudah bulat untuk 15. Pageh cita nira lam pus,
mati,
382
137a. 137a.
18. Demikian kata-kata sang Arum, 18. Mangkana tangguh sang Arum,
kemudian Udyatmika sadar pelan- ngalesu Udyatmika aris,
pelan,
berkata pelan-pelan, ngandika sabdane banban,
’’
A dikku sediakan sekarang, aringku cawisang mangkin,
biarkan keadaan raja di peperang- heneng Prabu ring payudan,
an,
AM «
19. Sudah lengkap semuanya sang 19. Wus sregep ida sang Ayu,
Ayu,
beserta madunya dan dukun, kalih menyan lan usadi.
383
kebersihan,
berkeliling hingga matahari ting m ider jan tes tajeg surya,
gi»
kakinya lesu masuk dalam darah. suku lesu n geleb getih .
137b. 137b.
25. Berhenti di bawah sebatang pohon 25. M ararian m aring sorin g tunggul,
meranggas,
suara burung gagak menakutkan w ani ning gagak ngreseng ati,
hati,
bergoak-goak sambil minum darah, ngalup alup m inum erah,
bermain meloncat-loncat, acanda-canda padingkrik,
ada yang lain membeberkan isi lan ngeberang basang-basang,
perut,
merasakan darah makan daging. n yicipin rah nasah daging.
26. Terlihat hebat, 26. Sam baw a ana kandulu,
berkereta manik yang bersinar- masuara kang rata manik,
sinar,
teja ngungkul mengelilingi, teja ngungkul kulilingan,
menutupi baginda raja, n glipu t sira S ri Narpati,
Raden Dewi Udyatmika, R aden D ew i Udyatmika,
tergesa-gesa berjalan. gagisun nuli mamargi.
27. Demikian pula Dewi Smaratejun, 27. Lan D ew i Sm aratejun,
berdiri segera memegang busur, n gadeg ngawa langkap gelis,
mengiringkan kakaknya, m angiring rakan ida,
Jae Cekuh semua bersiap-siap, Jae Cekuh yatna sami,
mengejar peijalanan sang Diah, m engetut lam pah sang Diah,
segera berjalan tak memperhati tan pangitung g e lis lumaris.
kan apa-apa.
28. Segera sampai di tempat tujuan, 28. Prapta ring inungsi sampun,
terlihatlah Raden Mantri, katon ida R aden Mantri,
lunglai di atas kendaraan, m anglesu ring siandana,
terlihat sebagai mayat, lu ir lay on wau kaaksi,
giginya putih karena kena panas. waja sentak kapanesan.
385
30. Mereka yang pingsan lalu bangun, 30. Sang kantu raris mawungu,
kemudian duduk, tum uli raris m alinggih ,
ingatannya laksana dalam mimpi, cita luir kadi pangipian,
berkata belas kasihan, m angandika ngasih-asih,
terhadap istrinya yang baru da ring garw ane prapta.
tang,
Raden Dewi menjawab. R aden D ew i manyawurin.
138a. 138a.
31. ’’B ila saya tidak datang, 31. Yaning nora titiang rawuh,
menolong Tuanku, m anulungin Sri Narapati,
sengsara dalam peperangan nandang lara rin g payudan,
lihatlah tentara semuanya, b oy a cingak bala sami,
mendapat bahaya di peperangan,” sengkala m aring payudan.
Raden Mantri baru teringat. R aden M antri wawu meling.
33. Sang Diah tak panjang kata, 33. Sang D iah nora panjang atur,
kemudian I Patih diperciki, lan I Patih kaketisin,
seorang Mangkunegara terkemuka, m ukia ning M angkunegara,
dan kedua hamba laki-laki, lan parekane kakalih,
Pagag Pageg kemudian duduk, Pagag P ageg raris negak,
menggaruk-garuk kepalanya sam m asiksikan m angunm ilm il.
bil berkata-kata seorang diri.
386
34. ”Wah sangat berbahagia saya tuan 34. Badah bagian titiang ratu ,
ku,
lahir menjadi hamba, da di parekan dum adi,
tak ada pikiran hamba, nora w enetu manah titiang ,
mudah-mudahan tak pernah mati, m adak tusing taken m ati,
ataukah mendapat malapetaka, w iadin manernu sangkala ,
asalkan tidak mati seterusnya.” lam un tusing lantas mati.
35. Raden Dewi kemudian turun, 35. R aden D ew i n u li tedunf
berkeliling sambil mengobati, rnaider sarw i nam banin ,
semua telah tertolong, telas sam i tinulungan,
yang pingsan maupun yang mati, sane kantun m iwah m ati,
tentara dan menteri yang mati, bala m antrine antara,
demikian pula Raja Siliwangi. miwah Prabu Siliw angi.
138b. 138b.
37. Patih Tulakmingmang lalu turun, 37. Patih Tulakm ingm ang tedun ,
menolong raja raksasa itu, m anulungin Yaksapati,
Raden Mantri kemudian melihat, R aden M antri raris nyingak,
musuh akan menggantikan, satrune ana ngantinin,
kemudian teringat akan janji, u gi elin g rin g ubayat
dengan Dukun dahulu. ngiring Dukuh sane nguni.
38. Dahulu janji sudah pasti, 38. Sangketane pa sti dumun,
bila menjumpai bahaya kematian, y en in g m angguh baya p a tit
agar ia segera dipanggil, m angka done ge lis undang ,
karena itulah maka sekarang, nika kerana nene mangkin,
diam lalu menciptakan, m eneng maksana ngastawa ,
sang Dukuh lalu kelihatan datang. don e D ukuh katon mijil.
387
139a. 139a.
139b. 139b.
’’
B enai Tuan, 13. Wenang dewa.
kejahatan dibunuh, corahe patenin ,
berani terhadap sang Anom, langgia ring sang A n om ,
hal itu dipertimbangkan, nika tim bang ,
dalam hati Tuan, ring je r o kaptine,
jangan salah, hayua salah,
menyayangi musuh yang jahat, asih satru wegig,
pasti akan benci, m am urkane p a sti,
tak lepas dari Tuanku. tan m inta luput ring Prabu.
140a. 140a.
17. Di dalam kulit, 17. Jeron in g ku lit ,
terdapat dua warna, w enten warna kaliht
putih dan kuning di dalamnya, putih kuning rin g je r o ,
ia akan tumbuh, ia manados,
putih kuningnya, putih kuningnya ,
dari telur itu, ikang tuluh ,
itu yang bernama inti, ne mangaran sari„
dan kulitnya hanya, kang sarira inggih,
menjadi badan saja. enados angga kadulu.
140b. 140b.
23. Agar jangan, 25. M an gdatan ,
baginda raja tercela, rinedu *SWN repati,
393
2. Dilepaskan, 2. Katibakang,
oleh beliau Sri Darmika, olih ida Sri Darmika,
panah yang hebat itu selanjutnya, sara surustra ngeraris,
datang menegang, m angasut datenga,
mengenai raksasa yang berham m anuw uk laksana nyerambah,
buran, m angelipung m any ere t g e t ih,
asik minum darah, ngam uk danuja,
mengamuk sang raksasa, aw or telen g in g ajurit.
kacau di tengah peperangan itu.
3. Habis terbunuh semua raksasa itu, 3. B arasta pejah bale danuja sinam ian ,
141a. 141a.
4. Mencari kesempatan untuk lari, 4. N gungsi melayu,
untuk menuju ke negaranya, m anyudi tekeng nagara,
banyaknya tujuh orang raksasa, pitu n g danuja sami,
mengharapkan dirinya, nyadiayang awak nia ,
agar hidup tetap, m angdannya mahuripe,
ingin dahulu mendahului, pahayune saling langkungin ,
setelah tertolong, wus katulungan,
maka itu semua matanya melihat karanane m engedat sami.
kembali.
5. Beliau Ki Dukuh, 5. D en e Dukuh,
lalu berkata kepada baginda raja, raris m atur ring sang Nata,
’’Lanjutkan baginda raja, durus dew a Narapati,
lepaskan panah itu,” isune tibakang,
baginda raja bersedia-sedia, yatn a sira sang Nata,
segera melepaskan Pasupati, ngalepas Pasupati gelis,
setelah berhasil baik, w us labda karya,
semua terkena panah. kaedum an panah sami.
395
141b. 141b.
10. Mangkubumi, 10. M angkubum i,
396
142a. 142a.
142b. 142h.
2. Para ratu bersiap-siap, 2. Sam i yatn a w atek para ratu,
demikian pula pengiringnya, kalih pangiringe,
399
143a. 143a.
6. Di jalan pejalanan pelan-pelan, 6. D abdab lam pah hana ring enu,
banyak pelajaran, akueh ginestine,
Ki Dukuh kepada baginda raja, dane D ukuh rin g N arapati,
asal yang kelihatan atau dide asing katon m uang karungu ,
ngar,
sepanjang jalan memberi nasihat, sapanfang marga m atuturf
”Ya Tuanku Maharaja, singgih dew a maharaja,
jangan Tuan bermain-main, ayun sira agal-agal,
menjaga raga dan diri, n gam on g b u di miwah raga ,
dijunjung di Mayura. kasungsung na rin g Mayura,
7. Tak ubahnya sebagai burung malam, 7. Tan bina soalah paksi capeluk,
suaranya manis, arum w ecanane ,
dagingnya tak enak semuanya, dagingnya puak maka sam it
tak ada yang perlu ditiru, tan harm sandang tiniru,
mencari makan malam hari, ngalih pangan dalu-dalu,
itu yang bernama pikiran gelap, iku ngaran d ed et manah,
sebagai gerak, bandingan upam in ipun,
burung merak, kadi solah i M ayura ,
wajahnya bagus dan geraknya g o b a bagus solah dabdab.
pelan.
8. Ditambah lagi suara halus ma 8. M am eweh suara m redu arum,
nis,
baru matahari terbit, wau endag suryane ,
sayapnya indah berkilauan, m angredep kam pide asri,
itu yang perlu Tuan tiru, nika dew a nyandang tiru ,
sebagai tingkah untuk menjadi sareng tingkah n gadeg ratu ,
raja,
dari pagi dihadap, saking en jin g katangkila,
selalu membuat kegembiraan, ndatan obah nggaw e lulut,
memegang wibawa dan kata-kata ngadu bawa sabda tinghal,
jelas,
401
144a. 144a.
14. Selalu diam karena memang suka 14. J e g m eneng saking renane
bepergian, manganggur,
di tengah sawah, rin g tengah carike,
tiba-tiba orang datang marah- kaget nara teka sengit,
marah,
makan daging siput itu, manadah ulam i kakui,
ia tidak galak dan tidak bi nora galak nora ibuk,
ngung,
tak pernah sukar yang meng nora sengka sang manuatang,
hendaki,
karena ia tak lari, dw aning ipun tan pam layu,
sebagai tanda gembira dalam ba tanda rena m aring awak,
dan sendiri,
selalu menyerahkan hidup. nyerahang jiw a ne satata.
403
144b. 144b.
18. Alangkah gembiranya di malam 18. Tan m ari jim a n e kale ning
hari, dalu,
para raja, w atek bupatine,
berteduh sambil berunding, atayub sam bil agosti,
yang lain ada yang bernyanyi, ada len angidung-ngidung.
404
19. Konon malam sudah berlalu, 19. K ocap w engine sam pun kaldu,
para raja, w atek bupatin e ,
kemudian pulang mohon diri, nulia budal telas mapam it,
ke istananya masing-masing, suang-suang ngungsi kuwu,
baginda raja lalu ke istana, sang Prabu nulia ngadaton,
beserta tamunya, m iwah tam ui M aharaja,
Raja Siliwangi dan I Dukuh, Siliw angi lan I Dukuh,
telah tidur dalam istana, w us m anidra ring je r o pura,
dan tersebutlah keesokan paginya. benjang sem ang kawuwusab.'
20. Setelah pukul delapan baginda 20, D a w u h k a lih m ijil sang Prabu,
raja ke luar,
di penghadapan penuh sesak, b eb et pasebane,
beserta bahudanda semuanya, miwah Bahudanda sami,
Bagawanta dan Wiku, Bagawanta para Wiku,
semua duduk dengan teratur, atap sam ia tata lungguh.
Raja Tuan Biksu, Prabu L ingsir mawecana,
apa yang harus anaknda keijakan, singgih-singgih B atu Biksu,
karena baru menang dalam pe kapatutan sira nanakduaning,
perangan. w us ja y a m aring perang.
21. Danghyang dan Bagawanta cepat 21. D anghyang B agaw anta g e lis
menjawab, mawuwus,
’’
Sebenarnya adakan upacara pe protista patute,
nyucian,
karena baru datang dari berperang, duaning rawuh rin g ajurit,
sebagai upacara ratu,” upakaran tata ratu.
145a. 145a.
22. Semua pendeta berkata, 22. Para y o g in e sam i mahatur,
konon membenarkannya, m am atutang reke,
baginda raja Tua menjawab, nam pi w ales Prabu Lingsir,
’’
B esok ayah akan pergi, ne ben jan g bapa lum aku,
Mangkubumi ke Puspasari, M angkubum i Puspasantun,
ayah ke Lesanpura, k e Lesanpura tuah bapa,
Mangkunegara yang diutus, M angkunegara kautus,
ayah segera akan mengundang age bapa ngundang ida,
beliau,
agar beliau mengetahuinya.” lam akene sira wruha.
145b. 145b.
6. Kita tidak dapat menguasai sang 6. N ora kena gin am bel kang wus
Hyang Widhi, kasuhun,
maka itu kita dilimpahi suka duka, martna n ing ala lan b ecik ,
benar dan salah, sane patu t lawan lu pu t ,
yang diterima dan dipilih, sane tam pi m w ang panilih,
supaya tuanku mengetahui da purw ane wruha saking ngke .
tangnya tiada lain dari diri sendiri.
7. Supaya sungguh-sungguh menjadi 7. M ula pa sti duh dew a nama ning
raja yang dimuliakan, Prabu ,
ialah kebijaksanaan yang tidak ter- m iwah asya pandita ningf
hingga,
mereka para pendeta yang Tuanku wiku-wiku kang kawengku,
kuasai,
jangan segan-segan memberikan ayua pegat p in et kasih ,
rasa kasih,
demikian pula rakyat jelata. rangsuken utam aning w on g .
8. Bila tidak lupa kepada Tuhan pa 8. H ayua sira lali rin g sang lu pu t ,
duka akan selamat, angarepaken patitis ,
mengutamakan tujuan menuju ke
bajikan.
407
11. Hati-hati dalam berbicara, H- W etennyane awas dew ane naw us,
sebabTuhan tidak dilihat, ngastitine tan kaaksi,
siang malam harus dipikirkan, anggen m ating siang dalu,
Tuanku jangan salah tanggap, hayua dew a salah tam pi,
sayang menjadi buah bibir. errtan andadi kzlaken.
12. Yang mulai lahir di dunia, 12. D itu m ungguh ring rat ne istri
w ijil ipun,
dilindungi oleh para dewata, kasangga d e para dew atadi,
laksana iman yang benar, lam pah bu di sane patut,
sebab Tuanku sebagai wakil Tuhan, ratu w akil Bataradi,
sebagai pusat yang sangat mulia. payogan e lintang kawot.
146a. 146a.
13. Penjelmaan manusia berbudi lu-13. Pom a-pom a kadum an manusalu •
hur, hur.
408
16. Tegaskan semoga nyata diketahui, 16. N ora kena alang-alang awas den
winuwus,
pikirkan saat meninggal, awasen u benging p a ti,
tersebut membahayakan bila itu, babayaning tuas umatur,
menyimpang dari batin, y en in g luput angga n ekit
menyebabkan kesukaran saat su nem u kapeyuh in g layon.
dah meninggal.
17. Jangan menyimpang m engen dali-i7. N gam on g raga terang galan g nora
kan diri dengan jujur, bin gun g ,
serta memuliakan saat meninggal, lawan kam ulia ning p a ti,
berat memperlakukan seorang raja, a b ote tinitah Prabu ,
karena penjelmaan Tuhan, pra dew ane am baw ani,
bila dikendalikan mudah menen krana m ekul gam pang eyoh.
tang.
18. Tidak tercapai bila melakukan 18. N ora ica yan ngaw ag pam or ing
tujuan sembar angan, dum ungt
409
146b. 146b.
19. Sri Darmika bersabda perlahan- 19. Sri D arm ika nim bal alon
lahan, m awuwus,
’’
Banyak jalan saat meninggal,” akeh pam arga n in g pati.
Raja Siliwangi bersabda, Prabu Siliw angi mawuwus,
’’
K elak bila hamba meninggal, esuk y an g ingsun ngem asin,
hamba pulang ke dunia akhirat. abalik ring purw an ingong.
20. Bukan dari satu timbulnya keba 20. N ora A yu saw iji kamuluan
hagiaan, ipun,
cahayanya memenuhi dunia, senane ngebekin g bumi,
bila hamba meninggal pulang ke sun m ati balik rin g iku,
dunia sana,
tersebut asalnya dari satu, aran w iw it in g sawiji,
maka itu kebahagiaan tak ada rahayu tan harm roro.
duanya.”
22. Sri Darmika mohon serta sujud 22. Sri D arm ika anem bah alon,
sembah,
I Dukuh berkata ”Ya hamba ngalungsur I D ukuh ngandika
tidak mau, malih,
raja tua bersujud sembah, singgih titiang b oy a kayun,
kelak bila hahiba meninggal. aw ot-sari Prabu Lingsir,
b esok rin g antakan ingong.
410
23. ’
’B iarpun kemudian ataukah se 23. In ggih besuk inggih m angke sam in
karang sama saja, ipun,
tidak ada Hyang Adipati,- tah harm H yarig A d ipati,
itu ada dalam diriku, w us sam i m ungguh rin g ingsun,
hamba telah tahu dengan putraku ngw ang wus wruh rin g anak nanti,
pokoknya hamba amat bahagia.” liw at suksm a w us in gon g.
25. Memaksa diri mewujudkan Bha- 25. Paksa ngaden sariran Batara Guru,
tara Guru,
seumur hidup, satuwuh kawisesana,
laki perempuan tidak demikian, lanang w ad on tan siniku,
sebab asalnya dari satu, den in g m ula ning sawiji,
menyebabkan bijaksana. makrana raga sinikon.
147a. 147a.
26. Yang demikian angkuh tiada pan 26Punika sama g d e ton kena tiru,
tas diteladani,
manusia bohong banyak bicara, jadm a m okak m angengkokin ,
bicara angkuh tidak tentu tujuan, tutur buduh ngaw i angkuh,
itu tiada benar, punika dudu pu n ik i,
yang dianggap bukan sebenarnya. inggih k eto dudu keto.
27. Bila demikian lebih baik paduka 27. Y ening k eto b ecik dew a m aring
ikut hamba, ingsun,
karena paduka mengalami ke duaning ratu a b ot budi,
sukaran-kesukaran ,
Raja Sasrabahu yang lalu, nguni Prabu Sasrabahu,
tidak mau dihadap, lam un ton arsa tinangkil,
patihnya yang diperkenankan. pepatih e kang kintonan.
411
28. Bila Patih Swanda mengenakan 28. Suarida yan m angrasuk busana
busana kerajaan, ratu,
lenyaplah wajahnya sebagai se ical rupa ning pepatih,
orang putra,
sangat berwibawa dihormati oleh sin iw i de Punggawa Agung,
para punggawa,
karena tidak dikenal, norana nara uning,
dikira raja yang sebenarnya. dinalih pasti sang k aton g.
29. Bila orang waspada di mana 29. Yan w ang awas m asa k e ipun
dia akan keliru, slinut,
sesungguhnya Patih Swanda, suanda-suanda pitu w i,
Sasrabahu berkata, Sasrabahu mawuwus,
’’
B ila tidak diberikan, yan nora kaican bilih,
jangan-jangan mereka akan le musna rupane sang karo.
nyap.”
30. Pada saat Swanda dilihat, ^0 Yan Suanda tatkala wus kadulu,
paduka raja tiada tampak, sang Prabu adatan kaaksi,
saat Sasrabahu dilihat, yan Sasrabahu kadulu ,
Patih Swanda pun tiada, Suanda ndatan kaaksi,
dilihat bersamaan. awasen panunggal row .
32. Yang ingin dikuasai tiada d i- ^ * N ora kena kang pirtarih pacang
dapatkan, ginelut,
selalu membuat kejengkelan orang sang len ngadang-ngadang sisip ,
lain,
bila mempercayai istri mencari, y an g garw ane pacan g gugu,
kebajikan mengakibatkan kebi sayan pu tek ngalih ening,
ngungan,
lama-lama semakin jauh jaraknya. sayan-sayan m abelat ad oh .
33. Sebab dia berdua bukanlah satu,^* A pan iku durung patu t kalih
ipu n ,
412
147b. 147b.
34. Sri Darmika menghormat sambil 34. Nembah mesem Sri Darmika sarwi
tersenyum, mkul,
1 Dukuh merangkul seraya berkata , arenggara I Dukuh mengeling,
’’
Adapun paduka mengalah, awanan dewa mangungkul,
karena telah sadar dengan diri/’ wus kreta mating galih,
raja Mayura pun duduk. Prabu Mayura nyulempoh.
35. ’’Yang tiada lain tuan yang m e 35. Inggih punika nora lian sane
nguasai, mengku,
pertama kali memerintah nama gusti mamurwani,
saat raja duduk, Prabu sira malungguh,
Dukuh menghaturkan sujud, pravatna sira wotsari,
menyembah serta memuji raja ngajum ring Mayura Katong.
Mayura.
36. ’’Saya mohon dengan hormat 36. Pandita len dadia wenten ma-
bolehlah mengajukan pendapat, wuwus,
kelak bila saya meninggal, tekening ingsun mati,
hanya kemuliaan yang aku harap wantah caya kang tinunggu,
kan,
menuju tempat Hyang Adipati, dununge Hayang Adipati,
sesama sekarang dan mendatang. yang ring besuk lan ring mengko.
37. Hamba ingin menjumpai kebaha 37. Manah titiang ngacep caya pang-
giaan, ketemu,
saat melakukan perkawinan, tekening ingsung mabuncing,
bersama sang Hyang Ayu. ring gustine sang Hyang Ayu,
setelah tiba di keraton, sampun ngranjing jero ning puri,
supaya selalu berdampingan pada nora madoh mating ingong.
ku.”
413
38. Dukuh berkata ”A pa boleh buat 38. Ujar Dukuh yania k eto lu pu t
karena telah teijadi, kadurus, 6
melakukan daya upaya tidak ber am asang daya m anggih p elik ,
hasil,
memperlakukan diri sembarangan, ngolah awak kadung caluht
kepada Gusti selalu salah paham, teken gu sti salah dalih,
cepat melakukan tiada tahu tuju gan cang tindak tan w ruh ring
an.” don.
148a. 148a.
39. ’’D em ikianlah tuanku supaya hati- 39. N ika Prabu pelapanin m angda
hati semoga berhasil,” kapangguh,
raja Mayura bersujud sembah, Prabu M ayura w otsari,
’’
Sem oga saya berhasil, dum adak titiang mamangguh,
berkat nasihat tuan, nugraha sabda ning gusti,
saya menjumpai keharuman saat mamrih m anis ing layon .
meninggal.”
148b. 148b.
4. Tak disebutkan keramaian di 4. Tan ucapan kajim a ning puri,
istana,
telah berlangsung tujuh hari, sam pun sapta diw asa laminnya,
tersebutlah utusan sekarang, putusane k ocap m angkin ,
telah tiba menghadap raja, w us inundang sang Prabu ,
tidak lama kemudian raja yang nora panjang sang katurin,
diundangnya,
berangkatlah Raja Puspasantun, Prabu kalih wus m angkat,
mereka berdua sama senang, Prabu Puspasantun ,
para bupati, kalih garw a sam a suka ,
semua mengiringkannya, bupalaka, telas sam i ngiring B upati,
sangat penuh sesak di jalan. um ung lam pahe rin g awan.
415
6. Perjalanan Sri Baginda sudah de 6. N ora adoh lam pahe ring nguri,
kat,
raja Mayura, Prabu M ayura ,
segera bersabda, gelis m awecana,
kepada bahudanda, ring w atek bahudandane,
mereka disuruh menghiasi jalan m angy asin tekeng ngukur,
raya,
sampai di perbatasan kota, denin g sang Prabu ayat prapti,
karena Sri Baginda akan datang para Punggaw ane prapta ,
para punggawa serta perajurit saha wadua sampun, m am ahyasin
telah datang menghiasi istana,
sudah siap, je r o ning kuta ,
istana sudah dihias, sam pun tragia ,
saat sudah tengah hari. pu pu t rarengga ning p u ri,
m eh tajeg sang hyang su rya
7. Diceritakan sekarang di Mayura, 7. K ocap rin g M ayura sane mangkin,
para menteri, bala m antri,
dan para bahudanda, miwah bahudanda ,
sudah duduk teratur, huw us atata lungguhe ,
menyambut saat kedatangan raja, m am edak anake agung ,
gambelan sanjata api berdentum g o n g b ed il gu bar ngaritig ,
an,
kaden cen g sungu suaranya hiruk ka d en con g sungu umiang.
pikuk,
416
149a. 149a.
8. Tidak lama kemudian raja tiba, 8. N ora lam i kalih Prabu prapti,
dengan suara riuh diiringi oleh geger umung, w aduane ngiringang ,
prajuritnya,
menunggangi gajah serta kereta gajah kuda siandane ,
kuda,
suara meriam berdentuman, m ariyane keplag-keplug ,
mereka turun di halaman istana, tedun rin g bancingah aris,
disapa oleh Raja Darmika, kasapa dew a sang Nata,
Tuanku raja baru datang, Prabu wau rauh,
Raden Darmika berdatang sem m anyem bah R aden D arm ika ,
bah,
bersama kedua permaisurinya, kalih garwa,
menghadap serta bersujud sem ngarepang sarwa ngubakti,
bah,
ya ibu bapa baru tiba, ibu a ji nggih prapta.
10. Raja terhormat mereka telah duduk 10. Prabu tam ui w us sam i m alinggih ,
semua tertib, sam i sayaga,
di kursi permata, ring plangka m anik dum ilah ,
417
11. Hamba sangat mengharapkan pada 11. Titiang ju ju t rin g sira Narpati,
Tuanku Raja,
di negara mana Tuanku bertahta,” na rin g dijam am angku nagara.
raja seraya berkata, Prabu tam u i nanggal rek e,
”Ya dari Puspasantun,” singgih saking Puspasantun,
yang lain juga berkata, waneh m angaturang aris,
saya dari Lesanpura, w ang sakeng Lesanpura,
mereka sama-sama mencerita sama-sama matur,
kan,
kurang bahagia, m anatuayang m andabagia,
sejak dahulu, saking kuna,
sabda Raja Puspasari, ujar Prabu Puspasari,
benar telah kehilangan putra. y ak n i kaicalan putra.
149b. 149b.
12. Ketika masih kecil ditiup angin, 12. K ari raro kakeburang angin,
hampir tiga bulan, meh tigang sasih,
beliau bermaksud datang, id a ja ga prapta,
mencari putranya Udyatmika U dyatm ika puspatane,
yang disayanginya,
demikianlah saat ditimpa keseng nahan teka n in g lacur,
saraan,
lalu Udyatmika bangkit, U dyatm ika tum edun aris,
dari kursi permata, saking palangka rukma.
418
13. Putranya dirangkul seraya berkata 13. M anyam but putra saw ur lan
sambil menangis, tangis,
ketiga putranya,* karas-aras putrane katiga,
dicium hingga lenyap rasa duka, sen du tur dahat sukane,
berkata halus manis, harum am anis mawuwus,
Baginda Raja Lesanpura, Prabu Lesanpura malih,
disembah oleh mereka bertiga, kasem bah ring sang tiga,
ayah ibtaya lalu bangkit, ibu a ji tedun ,
mencium seraya berkata, sarw i ngaras ngandika ,
tersendat-sendat, megat-megat,
air matanya berlinang, srupatane tan sah m ijil,
tidak putus-putusnya menasihati m dkeling tatun putusan.
nya.
14. Tersebutlah Raja Tua di Mayura, 14. Prabu L ingsir ring M ayura
mangkin,
menghadap, mangarepang,
lalu menerangkan diri, nulia ninggarang raga,
kepada raja sahabatnya, rin g kalih Prabu warange,
serta berkata halus, ngandika m anis arum,
”Ya Tuanku Raja dan Permaisuri, singgih Prabu Pramusuari,
saya minta maaf, sinam pura k adi ngwang,
sebelumnya' sudi kiranya Tuanku, m ahatur rumuhun,
menerima keadaan putra-putri suka ratu lew ih tan suka,
hamba,
yang sangat dimuliakan di negara ne rin g titiang,putraniralanang
Mayura.” istri,
kahagungang rin g Mayura.
150a. 150a.
15. Beliau berdua berkata, 15. B u pati kalih m aturaris,
419
150b. 150b.
6. Kesenangan rakyat tak terhingga, 6. Wadua dem it legannya tan k adiy
konon yang berjualan, sang m adolan rek of
banyak mendapat keuntungan, saling pagungin,
siang malam mereka beijualan, ia olih batetien ,
di Kerajaan Mayura, rahina w engi m ahadelan sam i,
tidak ada rakyat mengeluh. rinkanang bum i,
tatan hana bala kewuh.
7. Para raja serta para tamu, 7. Watek ratu m iwah tam uit sam if
beijalan perlahan, lunga m elon-elon,
mengelilingi negara Mayura, m aideran rin g ja ga t Mayura,
waktu menjelang sore mereka ber- kala sore masesanjan sam i,
cakap-cakap,
menuju tempat perdamaian, kataman masuci,
dan tamannya sangat indah. udyana dahat rahayu.
151a.
12. Bila diceritakan banyak menarik, Yan ucapang akueh ngulangunin,
tak ada yang jelek, tan harm kawon,
bangunan-bangunan patut ditiru, wangunane nyandang tem pa reke,
para raja telah mengelilingi, w atek ratu wus sam i kuliling,
istana yang amat megah itu. wanguna n in g pu ri tatan cedan
ipun.
13. Sudah berselang satu bulan tujuh Wus asasih saptang dina mangkin,
hari,
menjelang hari baik, kang diw asa reke, da sang tamui,
15. ”Ya putraku jangan lupa, 15. A yua lali asewa irik i,
kepada raja Mayura, duh dew a sang K aton g,
kebaikan budimu, pah tiga bu di
dibagi tiga untuk menaruh kasih manah tresm n e ka Lesanpura,
sayang kepada negara Lesanpura,
demikian pula rakyat negeri Pus uang ring Puspasari,
pasari,
diawasi supaya mereka, liaten gum anti sih,
menaruh kasih sayang padamu.” daba kasemaran ipun.
151b. 15 lb.
2. Raja Puspasari bersabda, 2. N im bal Prabu Puspasari,
’
’Cukup sekian anakku, pom a-pom a sira nam k,
152a. 152a.
9. Jangan Tuanku melupakan ke 9. H ayua m aninggalangan pasti,
benaran yang patut,
dari diri seorang raja, saking anggane sang Nata,
seorang penguasa ibarat w ang agung sasamanyane,
matahari menyinari dunia ini, diwangkara n god ag jagat,
agar yang lain tidak ada memberinya takna surya wanehan,
kecuali Tuanku yang menguasai, m ung saw iji ne manguwub,
menerangi di tiga dunia ini.
menerangi di tiga dunia ini. m anyudarin tri m andala .
12. Hanya matahari selalu ada, 12. Suryane kew ala kari,
tetap tidak berubah, tetep n oran ah en o bah,
selalu terbenam di barat, surup ring ed ad i k u lon ,
dan pagi terbit di timur, en jin g m edal saking w etan,
sehari-hari selalu demikian, sadina-dina tan telag,
jalannya tetap dan pasti, lam pah pageh da di ja lu ,
demikianlah tuanku raja. m angka dew a M aharaja.
152b. 152b.
16. Para raja telah pulang, 16. Watek ratu telas m apam it,
bersama prajuritnya, lan teka ning bala dika,
kendaraannya sudah siap, tunggangan um adang reko,
gajah kuda amat banyak, gajah kuda sam i umiang.
tamu raja kemudian naik, Prabu tam ui raris munggah,
ke dalam kereta duduk teratur, rin g rata tatur m alungguh,
dihormati oleh anaknya. sinem bah de hanak ira.
17. ’’
Silakan Paduka berangkat, 17. M arga ratu saking aris.
anaknda tidak memperpanjang la- Ib u A ji nora panjang,
*«
P.
berlinang air matanya, angem beng-ngem beng in g panon,
kendaraan segera berangkat, tunggangane ge lis lumampah,
diceritakan yang ditinggalkan, kocapan sang katinggalan,
air matanya bercucuran, y eh panone deresm etu ,
hati-hati ayah ibu dalam per alon ibu a ji lungha.
jalanan.
18. Diceritakan Raja Siliwangi, 18. K ocap Prabu Siliwangi,
lalu berjabat tangan raja muda, tum uli m angadu tangan,
’’A yah m ohon diri padamu, rin g Prabu M ayura A nom ,
bapa pam it ring idewa,
ayah sangat berterima kasih, lintang bapa nyuksm ayang,
terhadap kebaikan budimu,” m aring kayun sanga bagus.
Raja Muda berkata. Prabu A n om m atur nimbal.
153a. 153a.
19. ’’A yah tidak mendapat apa, 19, Bapa nora olih napi,
hanya mengetahui perasaan, kew ala wruh m aring rasa,
keadaan isi negara Mayura, rasa jagat M ayurane,
jangan ayah melupakan, elingang bapa elingang,
sampai mati kelak, w ekas teka ning antaka.
427
21. ’’Sem uanya ayah telah ketahui, 21. Bapa sam pun m olih sam i,
tentang bekal sebagai manusia, rin g bebekelan manjadma,
harta mas tidak berguna, m as perak nora gunane,
itu hanya kenikmatan semasa kasukaniring m adiapada ,
hidup, duh ranak bapa mamindah,
”Ya anakku ayah tetap beijaya, m oga tatan gin gsir lungguh,
dan ayah jumpai kelak .” pangguh bapa tekeng daha.
22. Raja Muda berkata, 22. R aja Sunu m atur singgih,
”Ya paduka raja,”
Raja Siliwangi lalu berangkat, Prabu Siliw angi m angkat,
ikut serta pengikutnya, maka miwah pangiringe ,
semuanya serentak beijalan, sam i bungkah sapisanan,
tidak diceritakan dalam perjalan tan ucapan lam pah ira,
an,
setelah raja Mayura ditinggal k oca p ida Prabu kantun,
kan,
lalu paduka masuk ke istana. nulia ngranjing ring kadatuan.
23. Setelah tiga hari beliau bertiga 23. K ocap lam pahPrabu katri tigang
dalam perjalanan, dina w us praptang,
tibalah mereka di negaranya ma suang-suang tekeng nagarane,
sing-masing,
tidak ada hambatan, ndatan ana kacantulan,
telah meresap keutamaan negeri nyusup rasa n ing Mayura,
Mayura,
sampai prajuritnya selamat, teka ning wadua rahayu ,
428
153b. 153b.
25. Ketiga negara sangat subur, 25. Tri loka lintang ing werdi,
rakyat tidak ada mengeluh, tan ana kakiuhan bala,
tua muda laki perempuan, agung alit lanang wadon,
menekuni ajaran darma, manlebang darma sasana,
tidak ada yang melakukan ke nora ana malaku corah,
jahatan,
karena kewibawaan raja, saking utama ning Prabu,
yang berlandaskan hukum. telas ngugua ning darma tatua.
p E R P 'J i
P U S A T P £ ‘rf w , l
PENGEM3ANG*- A
D E P A R T £ .v' E ! .rtN
DAN K c 8 - ~ -J
^6/z,