Etika sebuah profesi sangatlah penting. Kegiatan bisnis haruslah memiliki etika,
guru memiliki etika, pembawa berita memiliki etika, seorang manager memiliki
etika. Namun apakah etika perlu dan penting untuk seseorang yang pekerjaannya
hanyalah merancang dan mendesain grafis atau visual?
Desain Grafis itu berasal dari dua kata yaitu Desain dan Grafis. Kata desain
berarti proses atau perbuatan dengan mengatur segala sesuatu sebelum bertindak
atau merancang. Sedangkan grafis adalah titik atau garis yang berhubungan
dengan cetak mencetak.
Jadi dengan demikian Desain grafis ialah suatu bentuk komunikasi visual yang
menggunakan gambar untuk menyampaikan informasi atau pesan seefektif
mungkin. Dalam desain grafis, teks juga dianggap gambar karena merupakan hasil
abstraksi simbol-simbol yang bisa dibunyikan.
Desain grafis diterapkan dalam desain komunikasi dan fine art. Seperti jenis
desain lainnya, desain grafis dapat merujuk kepada proses pembuatan, metode
merancang, produk yang dihasilkan (rancangan), atau pun disiplin ilmu yang
digunakan (desain).
Dalam bidang kompetensi Desain Grafis, hal yang harus dikuasai sebelum bekerja
adalah:
1. Sikap (Attitude)
Kerumitan ketiga aspek ini akan berkembang sejalan dengan makin kompleksnya
masalah komunikasi yang dihadapi.
Dalam bidang desain grafis beberapa pengetahuan dasar umum dan keterampilan
khusus perlu diperoleh sebelum terjun ke lapangan kerja. Berikut pengetahuan
yang wajib dimiliki oleh seorang desainer grafis:
3. Kreatifitas (Creativity)
Berkaitan dengan waktu, desain grafis sangat dipengaruhi oleh dunia bisnis,
teknologi, teori/konsep baru, media baru dan gaya hidup dengan segala
perkembangan dan tuntutannya. Lingkup dunia desain grafis semakin luas dan
kompleks dalam kurun waktu 15 tahun belakangan ini, terutama sejak adanya
krisis global 2008. Untuk itu, untuk mencapai optimasi hasil desain grafis yang
berkualitas, dibutuhkan strategi dan taktik baru. Etika desain merupakan salah
satu konsep untuk pencapaian hasil yang berkualitas tersebut.
Kode etik merupakan pernyataan formal dari nilai-nilai etis dan sosial dalam
sebuah organisasi (komersial). Kode etik biasanya berisi prinsip umum mengenai
keyakinan organisasi pada hal-hal seperti: kualitas, kepegawaian, lingkungan, dll.
Selain itu juga mencakup masalah prosedur yang akan digunakan dalam situasi
tertentu, misalnya: konflik kepentingan, dll. Efektivitas kode etik biasanya
bergantung pada dukungan manajemen dengan pemberian sanksi maupun
penghargaan.
Desain adalah suatu karya cipta atau perancangan manusia yang melakukan usaha
pemecahan masalah untuk menghasilkan karya dalam memenuhi keperluan,
kebutuhan dan keinginan sekelompok masyarakat.
Etika desain yang dibahas disini terbatas pada Desain Komunikasi Visual atau
Desain Grafis, suatu pendekatan dan pertimbangan kreatif yang esensial dan ideal
dalam mencapai optimasi desain yang integral.
Seorang desainer haruslah memiliki respect diri. Seorang desainer tidak boleh
menganggap pekerjaan diri sendiri (desainer) lebih rendah dari pekerjaan lain
dikarenakan desain itu diperlukan dalam berbagai jenis pekerjaan dan dalam
kehidupan sehari-hari.
KONSEP ETIKA DESAINER GRAFIS
1. Benar
2. Baik
3. Dapat diterima/komunikatif
Bahwa hasil karya dapat diterima target sasaran sesuai dengan aspek geografis,
demografis dan khususnya psikografis sasaran, seperti kelas sosial, gaya hidup,
kebiasaan, personalitas, sikap, motivasi. Semua erat dengan kebudayaan dan
norma. Termasuk penggunaan pendekatan komunikasi: emosional, rasional dan
moral.
Kesejahteraan (kampanye)
Sebagai tuntutan abad ke-21, beredar pernyataan bahwa “Good Design not
Enough“. Desain yang baik perlu nilai tambah. Desainer harus dapat
menghasilkan suatu desain yang paling baru diantara desain yang terbaru dan
yang paling baik diantara desain yang baik.
Desain Grafis merupakan bidang ilmu yang meliputi banyak aspek mulai dari
seni, komunikasi, teknologi hingga sosial budaya. Dalam aspek seni rupa, kita
harus mempelajari dasar-dasar seni rupa seperti komposisi, warna, layout,
tipografi dan ilustrasi serta aplikasinya dengan teknologi seperti teknik reproduksi
grafika, fotografi dan komputer. Karena desain grafis adalah seni rupa terapan,
maka ketika terjun dalam dunia bisnis sebaiknya seorang desainer grafis juga
mempelajari ilmu komunikasi, manajemen dan marketing
Dalam berbagai permasalahan memerlukan solusi kreatif dan hal ini dapat
menghasilkan karya yang kreatif. Dalam prosesnya, seorang desainer grafis
memerlukan waktu, ruang, keahlian, atau sumber daya lainnya untk menghasilkan
suatu hasil. Proses desain pada umumnya memperhitungkan aspek fungsi, estetik
dan berbagai macam aspek lainnya yang biasanya datanya didapatkan dari riset,
pemikiran, brainstorming, maupun dari desain yang sudah ada sebelumnya.
KODE ETIK
Kode etik merupakan pernyataan formal dari nilai-nilai etis dan sosial dalam
sebuah organisasi (komersial). Kode etik biasanya berisi prinsip umum mengenai
keyakinan organisasi pada hal-hal seperti: kualitas, kepegawaian, lingkungan, dll.
Selain itu juga mencakup masalah prosedur yang akan digunakan dalam situasi
tertentu, misalnya: konflik kepentingan, dll. Efektivitas kode etik biasanya
bergantung pada dukungan manajemen dengan pemberian sanksi maupun
penghargaan.
Bagi desainer grafis, kode etik bertujuan mencapai 'fair play' yang artinya bahwa
semua yang berhubungan dengan industri maupun profesi tersebut, seperti: klien,
desainer, serta pihak-pihak lainnya memiliki hubungan yang seimbang dalam hak
dan kewajiban sesuai dengan aturan yang disepakati/ berlaku. Kode etik disusun
guna mencegah terjadinya praktek bisnis curang/ tidak adil serta kerugian-
kerugian yang akan diakibatkannya.
Selain itu, kode etik disusun guna memperjelas hal-hal penting dalam hubungan
kerja antara klien, desainer maupun pihak ketiga lainnya, sehingga harapan
masing-masing pihak, serta standar profesional dalam industri/ profesi ini dapat
tercapai. Kode etik juga diharapkan dapat membantu memperjelas pengetahuan
klien mengenai apa, mengapa, bagaimana desain grafis itu.
Secara umum etika kita kenal sebagai tata atur hubungan antara manusia yang
menyangkut hubungan yang berkaitan dengan hak dan kewajiban di dalam
berbagai lini kehidupan, baik dalam sebuah rumah tangga, dalam lingkungan
perumahan, dalam lingkungan kerja maupun dalam lingkungan bernegara. Etika
yang menjadi fokus dalam telaah ini adalah etika yang berkaitan dengan profesi
seorang arsitek. Lingkup pengaturan ini berupa hubungan antara arsitek dengan
owner, arsitek dengan sesama arsitek, arsitek dengan profesi lain yang memiliki
keterkaitan pekerjaan.
Dalam menjalankan tugas profesinya arsitek dibatasi dengan etika profesi. Namun
hanya arsitek yang menjadi anggota Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) saja yang
terikat dengan aturan kode etik yang tercurah dalam Kode Etik Arsitek dan
Kaidah Tata Laku Profesi Arsitek Ikatan Arsitek Indonesia (IAI), juga negara
mulai memasuki pada wilayah ini sejak diberlakukannya Undang-undang Jasa
Konstruksi (UUJK) No. 18 tahun 1999 dan Undang-undang Bangunan Gedung
(UUBG) no. 28 tahun 2008, serta beberapa peraturan pemerintah dan petujuk
operasionalisasi kedua Undang-undang tersebut, saat ini turut mengatur kode etik
secara tidak langsung. Serta harapannya kedepan bahwa Undang-Undang Arsitek
dapat mengimbangi pada sisi lain. Karena bila melihat pada kedua undang-undang
tadi maka lebih memfokuskan kewajiban dari seorang arsitek dan belum mengatur
hak-hak arsitek. Tentunya kondisi perundangan yang demikian saat ini merupakan
sebuah kelemahan perlindungan terhadap seorang perencana.
Pasal 1
Pasal 2
Pasal 3
Seorang arsitek harus menempatkan diri, menata pikiran dan hasil karyanya,
bukan sebagai tujuan melainkan sarana yang digunakan secara maksimal dalam
mencapai tujuan kemanusiaan denganberupaya hemat sumber daya serta
menghindar dampak negatif
Pasal 4
Atas dasar kepercayaan atas keutuhan integritas, keahlian, kujujuran, kearifan dan
rasa sosial yangdilimpahkan kepadanya, maka seorang arsitek mendahulukan
tanggung jawab dan kewajiban dari padahak dan kepentingan diri sendiri.
Pasal 5
Tanpa mengurangi hak dan kepentingan pemberi tugas, seorang arsitek berusaha
memahami dan memperjuangkan kepentingan umat manusia dan masyarakat
pemakai, sekalipun pihak ini bukanpemberi imbalan jasa secara langsung.
Pasal 6
Pasal 7
Dalam menjalankan tugas profesinya arsitek dibatasi dengan etika profesi. Namun
hanya arsitek yang menjadi anggota Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) saja yang
terikat dengan aturan kode etik yang tercurah dalam Kode Etik Arsitek dan
Kaidah Tata Laku Profesi Arsitek Ikatan Arsitek Indonesia (IAI).
Ada 5(lima) kewajiban yang harus dipenuhi oleh arsitek professional (kewajiban
secara umum, kewajiban pada masyarakat, kewajiban pada profesi, kewajiban
pada pengguna jasa, kewajiban pada teman sejawat). Tidak terpenuhinya 5(lima)
kewajiban tersebut oleh arsitek dianggap suatu penyimpangan atau pelanggaran
kode etik.
1. Penyimpangan/Pelanggaran terhadap kepentingan Umum.
Mengajukan imbalan jasa yang tidak sesuai standard /hubungan kerja /standar IAI
bidang arsitektur. Tidak melasanakan tugas pekerjaan sesuai dengan kontrak yang
berisi tentang lingkup penugasan, produk yang diminta, imbalan jasa yg
disepakati, tugas dan tanggung jawab yang diembannya, hak dan kewajiban yang
harus dipenuhi. Mengubah/mengganti lingkup/program/target penugasan tanpa
seijin pemberi tugas Membuka rahasia dan menginformasikan pada pihak lain
tanpa persetjuan pemberi tugas. Menawarkan atau mengarahkan suatu pemberian
kepada calon pengguna jasa atau penggunaan jasa untuk memperoleh
penunjukan. Menyarankan kepada pengguna jasa untuk melakukan pelanggaran
hukum atau kode etik dan kaidah tata laku profesi untuk mendapatkan hasil yang
lebih baik.
Menandatangani suatu pekerjaan sebagai arsitek yang bukan dari hasil desainnya.
Membuat pernyataan yang keliru/menyesatkan/palsu atas fakta materiil,
kualifikasi keprofesian, pengalaman kerja atau penampilan karya kerjanya serta
mampu menyampaikan secara cermat lingkup dan tanggung jawab yang terkait
dengan pekerjaan yang diakui sebagai karyanya. Bermitra dengan orang yang
tidak terdaftar dalam asosianya.