Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“PENYAKIT TBC”

DISUSUN

Oleh :
KELOMPOK I

FARIT TEMAN 501190026


RIFALDY TAHIR 501190078
AFDILAH IBRAHIM 501190033
INTAN NABILA BABA 501190003
MUTIA KASIM 501190042
SRIWANDA UMAHANI 501190009`

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS GORONTALO
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmatnya,

sehingga penulisan makalah ini dapat terselesaikan dan telah rampung.

Makalah ini berjudul“Penyakit TBC”. Dengan tujuan penulisan sebagai sumber

bacaan yang dapat digunakan untuk memperdalam pemahaman dari materi ini. Selain itu,

penulisan makalah ini tak terlepes pula dengan tugas mata kuliah ilmu Penyakit Menular.

Namun penulis cukup menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena

itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran pembaca yang bersifat membangun.

Limboto, 05 April 2020

Penyusun

KELOMPOK I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 4
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Penulisan 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Etiologi TBC 5

B. proses penularan penyakit TBC 5

C. proses penyebaran bakteri penyakit TBC 6

D. upaya pencegahan atau penanggulangan penyakit TBC 8

BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 11
B. Saran 11
DAFTAR PUSTAKA
BAB  I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Tuberculosis Paru (TB-Paru) masih menjadi masalah kesehatan

masyarakat. Menurut WHO tahun 2007 menunjukkan bahwa Tuberculosis Paru

merupakan penyebab kematian pada semua golongan usia dari golongan penyakit

infeksi. Antara tahun telah dilakukan survei prevalensi dengan hasil 0,4% - 0,6%

penyakit Tuberculosis Paru menyerang sebagian besar kelompok usia produktif kerja

dengan penderita Tuberculosis Paru. Tuberkolusis paru masih merupakan problem

kesehatan masyarakat terutama pada Negara yang sedangkan berkembang. Angka

kematian sejak  mulai berkurang sejak di terapkan program pengobatan pemberian

gizi dan tata cara kehidupan penderita. Keadaan penderita membaik semenjak di

temukankannya streptomisin dan macam obat-obat anti tuberkulin pada tahun

berikutnya.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Etiologi TBC?

2. Bagaimana proses penularan penyakit TBC?

3. Bagaimana proses penyebaran bakteri penyakit TBC?

4. Bagaimana upaya pencegahan atau penanggulangan penyakit TBC?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui Etiologi TBC

2. Untuk mengetahui proses penularan penyakit TBC

3. Untuk mengetahui proses penyebaran bakteri penyakit TBC

4. Untuk mengetahui upaya pencegahan atau penanggulangan penyakit TBC


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian TBC

Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang sebagian besar disebabkan

oleh kuman mycobacterium tuberkulosis, kuman tersebut biasanya masuk ke dalam

tubuh manusia melalui udara pernafasan ke dalam paru. Kemudian kuman tersebut

dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh lain melalui sistem peredaran darah. Sistem

saluran limfe, melalui saluran nafas (bronchi) atau penyebaran langsung ke bagian-

bagian tubuh lainnya

B. Etiologi penyakit TBC

Penyebab tuberkulosis adalah mycobacterium tuberculosis, sejenis kuman

berbentuk batang dengan ukuran panjang 1 – 4 /um dan tebal 0,3 – 0,6 /um. Sebagian

besar kuman terdiri dari asam lemak lipid. Lipid inilah yang membuat kuman lebih

tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik. Kuman dapat

tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin. Hal ini terjadi karena

kuman berada dalam sifat dormant (tidur). Di dalam jaringan, kuman hidup sebagai

parasit intraseluler yakni dalam sitoplasma makrofag. Sifat lain kuman ini adalah

aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi

kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan oksigen pada bagian apikal paru-paru

lebih tinggi daripada bagian lain, sehingga bagian apikal ini merupakan tempat

predileksi penyakit tuberculosis. (Departemen Kesehatan RI, 2004 )

C. Patofisiologi/Penularan

Daya penularan dari seorang penderita tuberculosis ditentukan oleh banyaknya

kuman yang terdapat dalam penderita, persebaran dari kuman-kuman tersebut dalam

udara serta dikeluarkan bersama dahak berupa droplet dan berada di udara di sekitar
penderita tuberculosis. Dan kuman dapat terlihat langsung dengan mikroskop pada

sediaan dahaknya penderita BTA positif adalah sangat menular.

Penderita tuberculosis eksterna paru tidak menular, kecuali penderita itu

menderita tuberculosis paru. Penderita tuberculosis BTA positif mengeluarkan

kuman-kuman ke udara dalam bentuk droplet yang sangat kecil pada waktu batuk atau

bersin. Droplet yang sangat kecil ini mengering dengan cepat dan menjadi droplet

yang mengandung kuman tuberculosis dan dapat tetap bertahan di udara selama

beberapa jam.

Droplet yang mengandung kuman ini dapat terhisap oleh orang lain jika

kuman tersebut sudah menetap dalam paru dari orang yang menghirupnya, mereka

mulai membelah diri (berkembang biak) dan terjadi infeksi, ini adalah cara bagaimana

infeksi tersebut menyebar dari satu orang ke orang lain. Orang yang serumah dengan

penderita Tuberculosis Paru BTA positif adalah orang yang besar kemungkinan

terpapar dengan kuman tuberculosis. (Suparman waspadji Sarwono, 2005)

D. Epidemiologi/proses penyebaran bakteri penyakit TBC

Tuberculosis Paru masih merupakan problem kesehatan masyarakat terutama

di negara-negara yang sedang berkembang. Angka kematian sejak awal abad ke 20

mulai berkurang. Sejak ditetapkannya prinsip pengobatan dengan perbaikan gizi dan

tata cara kehidupan penderita. Keadaan penderita lebih baik sejak ditemukannya obat

streptomycin. ( Doenges E. Marilynn, 2002)

Penyakit Tuberculosis Paru sebagian besar menyerang usia produktif kerja

yang di atas 25 tahun dengan ekonomi lemah dan sebagian besar orang yang telah

terinfeksi (80 – 90). Pada umumnnya 2 atau 3 % dari mereka yang baru terkena

infeksi akan timbul tuberkulosis paru-paru. Bila mempertimbangkan kepekaan

seseorang terhadap tuberculosis, maka harus diperiksa dua faktor resiko :


1. Resiko mendapatkan infeksi.

Resiko timbulnya penyakit klinik, tergantung dari faktor-faktor berikut.

a. Infeksi diantara masyarakat.

b. Kepadatan penduduk.

c. Keadaan sosial kurang baik.

d. Pengobatan yang tidak teratur.

2. Gambaran Klinik/Gejala

Gejala-gejala paling umum pada penderita Tuberculosis Paru adalah :

a. Demam

Biasanya subfebris menyerupai demam influenza dan kadang-kadang panas

badan dapat mencapai 40 – 41 0C serangan demam dapat sembuh kembali

begitulah seterusnya hilang timbulnya demam influenza ini, sehingga klien

merasa tidak terbebas dari serangan demam influenza. Dan keadaan ini sangat

dipengaruhi daya tahan tubuh penderita dan berat ringannya infeksi kuman

tuberculosis yang masuk.

b. Batuk

Gejala ini banyak ditemukan. Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus,

batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar karena

terlibatnya bronkus pada setiap penyakit tidak sama. Mungkin saja bentuk

baru ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni setelah

berminggu-minggu atau berbulan-bulan peradangan bermula. Sifat batuk

dimulai dari batuk kering (non produktif) kemudian setelah timbul peradangan

menjadi produktif (menghasilkan sputum) keadaan berlanjut adalah batuk

darah (hemoptoe) karena terdapat pembuluh daran yang pecah. Kebanyakan


batuk darah pada tuberculosis terjadi pada kavitasi, tapi juga terjadi pada ulkus

dinding bronkus.

Pada penyakit yang ringan (baru timbul) belum dirasakan sesak nafas,

sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana

infiltrasinya sudah setengah bagian paru-paru.

c. Nyeri dada

Gejala ini agak jarang ditemukan nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah

sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.

d. Malaise

Penyakit tuberculosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering

ditemukan berupa anoreksia (tidak ada nafsu makan). Badan semakin kurus

(berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam dan lain-

lain. Gejala malaise ini makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul

secara tidak teratur.

E. Pencegahan dan penanggulangan Penyakit Tuberculosis

1. Pencegahan penyakit TBC

Sebenarnya seseorang bisa terhindar dari penyakit TBCdengan berpola hidup

yang sehat dan teratur. Dengan system pola hidup seperti itu diharapkan daya tubuh

seseorang akan cukup kuat untuk membersihkan perlindungan terhadap berbagai

macam penyakit. Orang yang benar-benar sehat meskipun ia diserang kuman TBC,

diperkirakan tidak akan mempan dan tidak akan menimbulkan gejala TBC.

Menghindari kontak dengan orang yang terinfeksi penyakit tuberkulosis,

mempertahankan status kesehatan dengan asupan nutrisi yang cukup, minum susu

yang  telah dilakukan pasteurisasi, isolasi jika pada analisa sputum terdapat bakteri
hingga dilakukan pengobatan, pemberian imunisasi BCG untuk meningkatkan daya

tahan tubuh terhadap infeksi oleh basil tuberkulosis virulen.

2. Pengobatan Penyakit Tuberculosis

Jenis dan dosis OAT (Obat Anti Tuberculosis) :

a. Isoniazid (H)

Isoniazid (dikenal dengan INH) bersifat bakterisid, efektif terhadap

kuman dalam keadaan metabolik aktif, yaitu kuman yang sedang berkembang.

Efek samping yang mungkin timbul berupa neuritis perifer, hepatitis rash,

demam Bila terjadi ikterus, pengobatan dapat dikurangi dosisnya atau

dihentikan sampai ikterus membaik. Efek samping ringan dapat berupa

kesemutan, nyeri otot, gatal-gatal. Pada keadaan ini pemberian INH dapat

diteruskan sesuai dosis.

b. Rifampisin (R)

Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman semi-dorman (persisten).

Efek samping rifampisin adalah hepatitis, mual, reaksi demam,

trombositopenia. Rifampisin dapat menyebabkan warnam merah atau jingga

pada air seni dan keringat, dan itu harus diberitahukan pada keluarga atau

penderita agar tidak menjadi cemas. Warna merah tersebut terjadi karena

proses metabolism obat dan tidak berbahaya.

c. Pirazinamid (P)

Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang berada dalam sel

dengan suasana asam. Efek samping pirazinamid adalah hiperurikemia,

hepatitis, atralgia.
d. Streptomisin (S)

Bersifat bakterisid, efek samping dari streptomisin adalah nefrotoksik

dan kerusakan nervus kranialis VIII yang berkaitan dengan keseimbangan dan

pendengaran.

e. Ethambutol (E)

Bersifat bakteriostatik, ethambutol dapat menyebabkan gangguan

penglihatan berupa berkurangnya ketajaman penglihatan, buta warna merah

dan hijau, maupun optic neuritis.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penyakit Tuberculosis Paru (TB-Paru) masih menjadi masalah kesehatan

masyarakat. Menurut WHO tahun 2007 menunjukkan bahwa Tuberculosis Paru

merupakan penyebab kematian pada semua golongan usia dari golongan penyakit

infeksi. Antara tahun telah dilakukan survei prevalensi dengan hasil 0,4% - 0,6%

penyakit Tuberculosis Paru menyerang sebagian besar kelompok usia produktif kerja

dengan penderita Tuberculosis Paru.

Penyakit Tuberculosis Paru adalah suatu penyakit menular, masalah yang

terjadi pada klien pola nafas tidak efektif, resiko penularan terhadap keluarga dan

orang lain perlu mendapat perhatian secara seksama.

B. Saran

Pendidikan/penyuluhan kesehatan perlu ditingkatkan dan dilaksanakan secara

intensif kepada : individu, keluarga, kelompok masyarakat, tentang cara penularan

dan cara pencegahan, pemberantasan, penanggulangan, pengobatan penyakit

Tuberculosis Paru, agar masyarakat dapat berperan serta aktif untuk memelihara dan

meningkatkan derajat kesehatannya serta dapat segera memeriksakan kesehatannya.


DAFTAR PUSTAKA

1. Carpenito Lynda Juall, 2006, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, edisi

2, penerbit EGC, Jakarta.

2. Departemen Kesehatan RI, 2004, Pedoman Penaykit Tuberculosis dan

Penanggulangan, , edisi

3. Doenges E. Marilynn, dkk, Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3, penerbit EGC,

Jakarta

4. Suparman, Waspadji Sarwono 2005, Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, FKUI, Jakarta.

5. http://modulkesehatan.blogspot.co.id/2012/12/makalah-tb-paru.html,diakses

Anda mungkin juga menyukai