Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ginjal

Ginjal pada umumnya adalah alat untuk menyaring sejumlah besar volume darah dan
melewatkan filtrat hasil saringan melalui tubulus yang panjang, dilapisi oleh sel-sel
yang dengan selektif mengangkut senyawa ke dalam dan keluar filtrat. Sebagian
besar pengangkutan selektif tersebut menyangkut penyerapan air dan solute (bahan-
bahan terlarut) dari filtrat, untuk digunakan kembali di dalam tubuh. Sebagian lagi
berupa sekresi aktif dari sel-sel kedalam filtrat. Hasil akhir dari semua proses ini
adalah urin yang bila semuanya berjalan baik, memuat tiap kelebihan air dan elektrolit
yang telah diminum, bersama-sama dengan produksi harian urea, asam urat, kreatinin,
dan produk sisa lainnya yang tak dibuang di tempat lain. (McGilvery Goldstein, 1996
)

Volume urina normal 24 jam pada orang dewasa antara 750 dan 2000 ml, ini
tergantung pada masukan cairan (biasanya merupakan suatu kebiasaan) dan
kehilangan cairan melalui jalan lain (terutama keringat, yang tanpa demam,
tergantung aktifitas fisik dan suhu luar). Suatu perubahan yang jelas dalam
pengeluaran urina dapat menjadi tanda yang menonjol pada penyakit ginjal.

Oligura berkembang juga pada setiap penyakit bukan ginjal pada mana
terdapat kekurangan masukan cairan, atau kehilangan cairan berlebihan melalui jalan
lain, sebagai contoh melalui perdarahan, atau diare dan muntah. Pengeluaran urine
minimal dalam 24 jam yang dibutuhkan untuk mengeluarkan produk-produk sisa dari
metabolisme normal kira-kira 500 ml. Seorang pasien dapat dikatakan mengalami
oliguria bila volume urine dibawah 400 ml alam 24 jam, dan anuria bila dalam 24 jam
volume di bawah 100 ml. (Baron, 1995)

Universitas Sumatera Utara


Urin terutama tersusun dari air. Dalam keadaan normal seluruh asupan cairan
akan diekskresikan keluar termasuk 400 hingga 500 ml yang diekskresikan ke dalam
urin. Sisanya akan diekskresikan lewat kulit, paru-paru pada saat bernapas dan feces.
Elektrolit, yang mencakup natrium, kalium, klorida, bikarbonat dan ion-ion lain yang
jumlahnya lebih sedikit juga diekskresikan melalui ginjal. Kelompok ketiga substansi
yang muncul dalam urin terbentuk dari berbagi produk akhir metabolisme protein.
Produk akhir yang utama adalah ureum, dengan jumlah sekitar 25 g, diproduksi dan
diekskresikan setiap harinya. Produk lain dari metabolisme protein yang harus
dieksresikan adalah kreatinin, fosfat dan sulfat. Asam urat yang terbentuk sebagai
produk metabolisme asam nukleat juga dieliminasi ke dalam urin.

Sebagian substansi yang terdapat dengan kadar konsentrasi yang tinggi dalam
darah biasanya akan direabsorpsi seluruhnya melalui transportasi aktif dalam tubulus
ginjal. Asam amino dan glukosa biasanya disaring di glomerulus dan direabsorpsi
sehingga kedua subtansi ini tidak diekskresikan ke dalam urin. Namun glukosa akan
terlihat dalam urin jika kadarnya dalam darah begitu tinggi sehingga konsentrasinya di
dalam filtrat glomerulus melampaui kapasitas reabsorpsi tubulus. Protein dalam
keadaaan normal juga tidak ditemukan dalam urin. Molekul-molekul ini tidak akan
disaring di glomerulus karena ukurannya yang besar. Penampakan protein dalam urin
biasanya menunjukkan adanya kerusakan glomerulus yang menyebabkan organ
tersebut menjadi keropos sehingga molekul-molekul berukuran besar dapat
melewatinya. (Brunner Suddart, 2002)
Tabel 2.1 Filtrasi, Reabsorpsi dan Ekskresi Bahan Tertentu dari Plasma yang
Normal
Disaring 24 jam Direabsorbsi 24 jam Diekskresi 24 jam*
Natrium 540,0 g 537,0 g 3,3 g
Klorida 630,0 g 625,0 g 5,3 g
Bikarbonat 300,0 g 300,0 g 0,3 g
Kalium 28,0 g 24,0 g 3,9 g
Glukosa 140,0 g 140,0 g 0,0 g
Kreatinin 1,4 g 0,0 g 1,4 g
Asam urat 8,5 g 7,7 g 0,8 g

*Semua merupakan nilai normal yang umum. Ditemukan variasi yang luas yang bergantung pada diet.

Universitas Sumatera Utara


2.2 Anatomi Ginjal

Gambar 2.2 Anatomi Ginjal

Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen, terutama di daerah lumbal, di sebelah
kanan dan kiri tulang belakang, dibungkus lapisan lemak yang tebal, di belakang
peritonium. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari kiri, karena hati menduduki ruang
banyak di sebelah kanan.

Setiap ginjal panjangnya 6 – 7 ½ sentimeter, dan tebal 1 ½ sampai 2 ½


sentimeter. Pada orang dewasa beratnya kira – kira 140 gram. Bentuk ginjal seperti
biji kacang dan sisi dalamnya atau hilum menghadap ke tulang punggung. Sisi luarnya
cembung. Pembuluh – pembuluh ginjal semuanya masuk dan keluar pada hilum.
Diatas setiap ginjal menjulang sebuah kelenjar suprarenal. Ginjal kanan lebih pendek
dan lebih tebal dari yang kiri.

Struktur halus ginjal terdiri dari atas banyak nefron yang merupakan satuan –
satuan fungsionil ginjal; diperkirakan ada 1.000.000 nefron dalam setiap ginjal. Setiap

Universitas Sumatera Utara


nefron mulai sebagai berkas kapiler ( badan Malpighi atau glomerulus ) yang erat
tertanam dalam ujung atas yang lebar pada uriniferus atau nefron. Dari sini tubulus
berjalan sebagian berkelok – kelok dan dikenal sebagai kelokan pertama atau tubula
proximal dan sesudah itu terdapat sebuah simpai, simpai Henle. Kemudian tubula itu
berkelok – kelok lagi, disebut kelokan kedua atau tubula distal, yang bersambung
dengan tubula penampung yang berjalan melintasi kortex dan medula, untuk berakhir
dipuncak salah satu piramidis ( Evelyn Pearce, 1999)

Ada banyak glomerulus dalam ginjal. Glomerulus merupakan suatu ruangan


penyaring. Ruangan di dalam glomerulus di sekitar umbai kapiler bertekanan relatif
rendah, sedangkan tekanan di dalam umbai kapiler dipertahankan relatif tinggi karena
vas eferens, arteriol yang membawa darah keluar dari umbai kapiler, mengerut lebih
kuat di banding dengan vas aferens, arteriol yang membawa darah memasuki umbai
kapiler. Perbedaan tekanan yang relatif tinggi ini menyebabkan cairan dengan cepat
merembes menembus dinding kapiler. Solut yang berukuran kecil ikut menembus
bersama cairan tanpa banyak kesulitan tetapi hanya sebagian amat kecil albumi serum
atau protein-protein lain yang dapat menembus dinding kapiler. Sel darah boleh
dikatakan tak ada yang melewati dinding kapiler. (McGilvery Goldstein, 1996)

Filtrat dialirkan dari tiap glomerulus melalui suatu tubulus (pembuluh). Bagian
proksimal (awal) tubulus ini berbentuk sangat berkelok-kelok dan disebut tubulus
contortus proximalis. Bagian ini terdapat pada kulit luar (korteks) ginjal. Bagian
selanjutnya berbentuk lurus dan menukik menuju kedalaman ginjal membentuk
lengkung Henle. Glomerulus yang terletak di bagian korteks yang lebih dalam
membentuk lengkung yang lebih panjang, menukik sampai mendekati medulla
sebelum membelok kembali ke arah korteks. Bagian lengkung Henle yang menurun
dan sebagian dari bagian yang menanjak berdinding sangat tipis sehingga mudah di
tembus air.

Bagian distal (akhir) tubulus berkelok-kelok lagi membentuk tubulus contortus


distalis sebelum sekali lagi membelok kembali ke arah medulla sebagai tubulus
colligentes yang strukturnya berbeda. Di dalam medulla, tubuli colligentes bergabung

Universitas Sumatera Utara


ke dalam ductus colligentes yang sifatnya berbeda lagi. Ductus colligentes ini
akhirnya akan mengalikan uina ke pelvis renalis.

Sel-sel tubulus sepanjang perjalanannya dikelilingi oleh jaringan kapiler yang


merupakan percabangan va efferens. Dalam jaringan ini tekanan darah relatif rendah.
Hal ini mempermudah terjadinya absorbsi. Sebagai ringkasan, terdapat perbedaan
takanan yang tinggi dari kapiler ke lumen dalam glomerulus yang mendorong
terjadinya filtrasi. Sebaliknya ada perbedaan tekanan yang rebdah dari lumen ke
kapiler sekitar tubulus yang mendorong terjadinya absorbsi. (McGilvery Goldstein,
1996 )

2.2.1 Fungsi Ginjal

Fungsi ginjal pada dasarnya ada 3 yaitu :


1. Fungsi eksresi
Ginjal akan mengeluarkan urine sekitar 1,5 liter/24 jam (1 ml/menit), yang
mengandung banyak sekali zat-zat sisa / limbah metabolisme (proses
pembangunan energi, bahan dasar jaringan tubuh dan lain-lain dari bahan
makanan yang masuk kedalam tubuh, dari berbagai jalur). Zat-zat ini banyak
sekali yang sifatnya toksik (racun) yang berbahaya bila terlalu banyak
tertumpuk didalam tubuh.
2. Fungsi regulasi
Ginjal memproduksi urine sebanyak cairan yang masuk kedalam tubuh
dikurangi kebutuhan tubuh. Urine ini semula adalah berupa filtrasi darah di
glomerulus. Ginjal dapat mengatur jumlah produksi urine, banyaknya bahan-
bahan yang harus diserap kembali oleh tubuh, dan banyaknya bahan-bahan
yang dikeluarkan. Dengan demikian relugasi air dan elektrolit darah
merupakan salah satu fungsi utama ginjal.

Universitas Sumatera Utara


3. Fungsi hormonal
Ginjal menghasilkan berbagai hormon yang sangat perlu bagi tubuh, seperti :
• Renin
Hormon ini menyebabkan pembentukan angiotensin II yaitu protein yang
bersifat vasokonstriktor kuat yang berguna untuk memacu retensi garam.
Hormon ini perlu untuk pemeliharaan tekanan darah.
• Vitamin D
Merupakan hormon steroid yang dimetabolisme di ginjal menjadi bentuk
aktif 1,25-dihidroksikolekalsiferol, yang terutama berperan meningkatkan
absorpsi kalsium dan fosfat dari usus.
• Eritropoetin
Merupakan protein yang diproduksi di ginjal; hormon ini meningkatkan
pembentukan sel darah merah di sumsum tulang.
• Prostaglandin
Diproduksi di ginjal; memiliki berbagai efek, terutama pada tonus
pembuluh darah ginjal. (Lubis Rasyid Harun, 1999)

Di dalam ginjal ada dua macam aliran cairan yaitu darah dan filtrat. Pada
waktu istirahat arus darah yang deras, yang merupakan seperlima dari curah jantung
(cardiac output), mengalir memasuki ginjal. Di dalam ginjal darah akhirnya mencapai
umbai kapiler yang terdapat dalam glomerulus. Glomerulus merupakan suatu ruangan
penyaring. (McGilvery Goldstein, 1996)

2.3 Pengendalian Keseimbangan Air dan Elektrolit Oleh Ginjal

Ginjal mengatur cairan dan natrium secara pararel untuk mempertahankan volume dan
osmolalitas tubuh (normalnya 285-295 mosmol/kg). Osmolalitas urin maksimal
adalah 1400 mosmol/kg dan karena 600 mosmol zat sisa harus diekresikan setiap
harinya, maka volume urin harian minimal adalah 600/1400 = 0.43 L. (Chris
O,callaghan, 2007)

Universitas Sumatera Utara


Ginjal melakukan metabolisme pernapasan secara aktif dan bersifat cukup
fleksibel dalam aktifitas metaboliknya. Organ ini dapat menggunakan glukosa darah,
badan keton, asam lemak bebas dan aam amino sebagai sumber bahan bakar, yang
akan diuraikan selanjutnya melaui siklus asam sitrat untk menghasilkan ATP melalui
fosforilasi oksidatif.

Di glomerulus, air dan ion difiltrasi secara bebas. Seiring filtrat yang bergerak
di sepanjang tubulus, ion direabsorbsi dan air mengikutinya secara osmosis.
Reabsorbsi air dipengaruhi oleh permeabilitas epitel tubulus terhadap air dan gradien
osmotik kedua sisi epitel. Transport Na+ dan K+ terutama penting di dalam ginjal,
yang harus mempertahankan konsentrasi kation vital ini dengan sebaik-baiknya di
dalam tubuh, dengan menahan Na+ dan mengeluarkan K+. (Albert L. Lehninger, 1982)

Absorbsi membutuhkan energi dimana energi tersebut dipasok oleh (Na+ +


K+)-ATPase; gradien kadar Na+ yang di timbulkan oleh enzim ini digunakan untuk
memindahkan ion-ion lain masuk atau keluar sel tubulus. Tekanan darah arterial
menyebabkan terjadinya filtrat yang dapat dikatakan bebas protein dalam glomerulus
ginjal. Karena adanya kekurangan protein, kadar bahan-bahan terlarut total dalam
filtrat lebih rendah daripada dalam plasma darah. Dengan kata lain, kadar air filtrat
lebih tinggi daripada plasma darah. Dengan demikian tekanan osmotik filtrat adalah
lebih rendah dibanding dengan plama darah. (McGilvery Goldstein, 1996)

Air cenderung mengalir dari filtrat melalui hubungan lekat (tight junction)
antara dua sel tubulus dan melalui sel-sel tubulus kedalam darah. Filtrat akan masuk
ke dalam ruang osmotik diantara sel-sel tubulus sendiri dan juga diantara sel-sel
tubulus dengan membran dasar. Ruang osmotik sangat kecil di banding volume sel-sel
tubulus. Ada suatu gerakan protein menyeberangi membran dasar masuk dan keluar
ruang osmotik, dan ini membuat cairan dalam ruang osmotik menjadi lebih pekat
daripada filtrat dalam lumen.

Ion mineral dikembalikan dari filtrat glomerulus ke dalam darah melalui hasil
kerja enzim (Na+ + K+)-ATPase yang dikaitkan dengan permeabilitas permukaan
membran yang berbeda-beda dalam sel-sel tubulus. ATPase tersebar luas dalam

Universitas Sumatera Utara


membran basolateral (bagian membran plasma yang menghadap membran dasar sel
tubulus yang berdekatan). Membran basolateral permeabel terhadap K+, tetapi tidak
terhadap Na+, sehingga K + yang dipompa ke dalam sitosol dapat bocor keluar sel,
tetapi Na+ yang dipompa keluar sel tak dapat masuk. (McGilvery Goldstein, 1996)

Hanya 2 % dari total kalium tubuh terdapat di luar sel di cairan ekstraselular
yang tepat, semua sel menggunakan mekanisme pump-leak. Mekanisme ini meliputi
pompa Na+/K+ ATPase yang melakukan tranpor aktif kalium ke dalam sel, diimbangi
oleh berbagai kanal lain, yang memungkinkan kalium bocor keluar sel. Kalium
intraseluler dapat dikontrol dengan mengubah aktivitas pompa atau mengubah jumlah
atau permeabilitas kanal kalium. Pada sel tubulus, membran sel dibagi menjadi bagian
apikal dan basolateral, masing-masing memiliki populasi pompa dan kanal yang
berbeda. Hal ini memungkinkan sistem pump-leak digunakan untuk transpor kalium di
sepanjang epitel tubulus. Oleh karena itu kadar kalium harus dikontrol ketat dalam
batas yang aman karena gradien K+ di kedua sisi membran sel sangat menentukan
potensial listrik membran tersebut dimana potensial listrik ini mempengaruhi
eksitabilitas listrik pada jaringan seperti saraf dan otot, termasuk jantung. (Chris
O,callaghan, 2007)

Natrium adalah kation ekstraseluler utama dan kadarnya dikendalikan dengan


ketat. Ion natrium dam klorida di filtrasi secara bebas di glomerulus, sehingga
konsentrasi ion-ion ini dalam filtrat sama dengan konsentrasinya dalam darah ( 135-
145 mmol/L untuk natrium ). Asupan diet harian natrium klorida biasanya 2-10 g,
namun volume filtrat harian sekitar 200 L mengandung sekitar 2 kg natrium klorida.
Ginjal kemudian mereabsorbsi sejumlah besar garam di tubulus proksimal dan ansa
Henle. Sebanyak 65 % dari natrium yang difiltrasi akan direabsorpsi di tubulus
proksimal. Di awal tubulus proksimal, terjadi sebagian besar proses reabsorpsi, namun
pada tautan sel (cell junction) terdapat sedikit kebocoran sehingga membatasi gradien
konsentrasi yang dapat dicapai antara filtrat dan plasma peritubulus. Diakhir tubulus
proksimal laju tranport lebih lambat, namun taut erat (tight junction) memungkinkan
terbentuknya gradien yang lebih besar. (Chris O,callaghan, 2007)

Universitas Sumatera Utara


Natrium berperan dalam menjaga keseimbangan asam-basa didalam tubuh
dengan mengimbangi zat-zat yang membentuk asam. Natrium berperan dalam trasmisi
saraf dan kontraksi otot. Natrium berperan pula dalam absorbpsi glukosa dan sebagai
alat angkut zat-zat gizi lain melelui membrab terutama melalui dinding usus.
(Almatsier, 2002)

Na+ bergerak dari filtrat ke sitosol melalui beberapa jalur. Na+ berdifusi secara
pasif menembus membran lumen, yang tidak seperti membran basolateral mudah
dilewati Na+. Membran lumen juga mengandung pengangkut Na+. Diantaranya
adalah antiporter Na+/H+ yang menggunakan gradien kadar Na+ untuk memompa H+
dari sitosol ke dalam filtrat. (Mcgilvery Goldstein, 1996)

Karena ion-ion mineral dipindahkan dari filtrat keruang osmotik timbul


gradien osmotik. Gradien tersebut tidak pernah membesar karena air dengan cepat
mengalir melalui sel-sel kedalam ruang osmotik. Karena ruang osmotik sempit, timbul
tekanan hidrolik dalam ruang osmotik yang memaksa air menyeberangi membran
dasar dan masuk kedalam jaringan kapiler disekitarnya. Gerakan air sedemikian
mudah sehingga hanya diperlukan sedikit perbedaan kadar dan perbedaan tekanan
hidrolik untuk menghasilkan aliran yang efektif. (Mcgilvery Goldstein, 1996)

Universitas Sumatera Utara


2.4 Penyakit Yang Dapat Merusak Ginjal

Berbagai penyakit dapat merusak semua komponen yang membentuk ginjal, yaitu
meliputi pembuluh darah, saluran penyaring darah, pembentuk air seni (nefron) dan
saluran penampung air seni. Hampir semua kelainan ginjal akan berakibat kepada
kerusakan total fungsi ginjal.

Jenis-jenis penyakit yang dapat merusak ginjal antara lain :


a. Batu ginjal
Salah satu penyebab mengendapnya batu adalah terlalu pekatnya kadar garam
dalam air seni, pengaruh faktor bawaan tubuh dimana air seninya lebih mudah
mengendapkan batu karena didalam air seninya mengandung zat kapur lebih
banyak dari orang normal, keadaan ini disebut hiperkalsiuria. Faktor lain yang
juga berpengaruh adalah makanan.
b. Obat dan zat kimia yang merusak ginjal (nefrotoksin)
c. Zat kimia ataupun obat-obatan yang masuk kedalam tubuh dalam jumlah yang
abnormal dapat mengganggu fungsi ginjal kita. Zat racun atau toksin perusak
ginjal dapat masuk kedalam darah lewat makanan, udara pernafasan, suntikan ,
ataupun diserap lewat kulit.
d. Infeksi ginjal
Infeksi ginjal tidak dapat dilepaskan dari infeksi saluran kemih. Umumnya
saluran yang menyerang ginjal berasal dari luar tubuh, masuk lewat saluran
kencing bawah (uretra), merambat lewat dinding kandung kemih, lalu ke ureter
dan ke ginjal. Yang membuat kuman lebih muda h menyerang yaitu jika
terdapat sumbatan atau hambatan pada aliran air seni pada saluran kemih. 85%
infeksi saluran kemih disebabkan oleh kuman tinja bernama Escherichia coli.
e. Radang ginjal ( glomerulonefritis )
Pada penyakit glomerulonefritis tertentu, kaitannya erat sekali dengan infeksi
kuman dibagian tubuh lain.sebagai contoh, ada kuman penyakit Streptococcus
beta hemolitikus grup A bersarang di tenggorokan atau di luka kulit,tubuh
kemudian bereaksi memproduksi zat anti terhadap kuman itu. Reaksi tubuh
terhadap kuman ternyata dapat menimbulkan peradangan dan merusak ginjal

Universitas Sumatera Utara


yang disebut glomerulonefritis setelah Streptococcus. Peradangan ginjal dapat
juga terjadi setelah seseorang terkena infeksi hepatitis virus, pneumonia,
campak, cacar air, sipilis, malaria, tipoid dan berbagai infeksi lain.
f. Diabetes mellitus
Kadar gula darah yang tidak terkontrol dalam jangka waktu yang panjang akan
mengakibatkan penebalan pembuluh darah ginjal sehingga protein bocor
kedalam air
kemih dan darah tidak disaring secara normal di dalam ginjal.
g. Hipertensi
Tekanan darah yang tinggi dan tidak terkontrol dalam jangka waktu yang
panjang akan mengakibatkan penebalan pembuluh darah ginjal sehingga
fungsi ginjal terganggu.
h. Tumor dan Kanker Ginjal
Jenis tumor atau kanker sangat bervariasi, namun yang sering ditemukan
adalah tumor Grawitz (disebut juga nefrokarsinoma, hipernefroma,
adenikarsinoma ginjal) dan tumor Wilm (nefroblastoma). Tumor Grawitz
merupakan tumor ganas (kanker) ginjal yang kebanyakan menyerang pria (2-3
kali lebih sering ditemukan pada pria dibanding wanita). Semua umur dapat
diserangnya, termasuk bayi dan anak-anak. Tumor Grawitz mudah menyebar
antara lain ke paru-paru, hati dan tulang. Tumor Wilm merupakan merupakan
tumor ganas (kanker) yang paling sering menyerang anak kecil (usia 2-4
tahun). Pada umumnya gejala dan tanda yang sering dirasakan penderita antara
lain, kencing berdarah, sakit perut, berat badan menurun, mual, muntah dan
diraba ada benjolan (massa) dalam perutnya. Tumor ginjal mugkin berasal dari
tumor ganas organ lain, terutama kanker paru sering beranak ke ginjal. (Willie
Japaries, 1992)

2.4.1 Tanda-Tanda Fungsi Ginjal Terganggu

Tanda adanya gangguan pada ginjal sangat bervariasi, ada yang lama tidak
menampakkan tanda atau gejala sama sekali, baru belakangan timbul keluhan dan ada
pula langsung timbul gejala hebat. Pada dasarnya, adanya keluhan yang tidak begitu

Universitas Sumatera Utara


menonjol pada seseorang harus dipikirkan kemingkinan hal itu disebabkan oleh
gangguan pada ginjal.

Tanda-tanda atau gejala yang menunjukkan fungsi ginjal terganggu antara lain
yaitu :
 Kencing darah
Air seni yang berwarna merah dan mengandung sel darah di dalamnya.

 Pengosongan kandung kemih tidak tuntas


Biasanya ditandai oleh masih ingin buang air kecil meskipun baru saja
dikeluarkan, sehingga biasanya sering sekali ke toilet. Pada orang normal,
sehabis buang air kecil kandung kemih dapat dikosongkan betul-betul.

 Volume air seni sangat besar


Volume normal berkisar 2 L setiap hari, tetapi apabila melebihi 2500 ml
perhari ini menandakan adanya kelainan. Hal ini dapat terjadi pada penderita
penyakit gula.

 Waktu buang air seni terasa nyeri (disuria)


Ini biaanya pertanda adanya radang, infeksi atau luka pada leher kandung
kemih atau saluran keluarnya (uretra)

 Volume air seni menjadi sangat berkurang


Yaitu kurang dari 500 ml per hari, dissebut juga oliguria atau stop sama sekali
(anuria, yaitu kurang dari 100 ml per hari). Ini disebabkan oleh berkurangnya
aliran drah ke ginjal, akibat syok (renjatan), kekeringan (dehidrasi) akibat
muntaber dan lain-lain. Dapat juga akibat adanya sumbatan disaluran kemih.

 Keluarnya batu utuh atau pecahannya sewaktu kencing


Menunjukkan adanya ketidak beresan pada kandung kemih, saluran kemih
atau pun pada ginjal itu sendiri.

Universitas Sumatera Utara


 Nyeri hebat (kolik)
Hal ini biasanya disebabkan oleh adanya batu yang terlepas dan menggores
atau meregangkan dinding saluran kemih (ginjal atau ureter)

 Pembengkakan (sembab atau edema)


Disebabkan oleh penimbunan air berlebihan dalam tubuh.

 Kulit
Kulit yang pucat dan juga tampak bekas garukan (karena gatal) dan infeksi
yang dapat disebabkan radang ginjal

 Perlunakan tulang
Hal ini disebabkan ginjal penting dalam mengaktifkan vitamin D.

Adanya satu atau lebih dari aneka tanda atau keluhan diatas sudah dapat
dijadikan indikasi bahwa terdapat gangguan pada ginjal. Tetapi untuk lebih
memastikan ginjal kita terganggu sebaiknya konsultasi ke dokter dan di lakukan
pemeriksaan lebih lanjut seperti pemeriksaan laboratorim, foto rontgen ataupun USG.
(Willie Japaries, 1992)

2.5 Gagal Ginjal Kronik

Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan
fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangung progesif dan cukup lanjut. Penyebab
gagal ginjal kronik adalah glomerulonefritis, diabetes mellitus, sumbatan karena batu
dan infeksi saluran kemih, penyakit pembuluh darah (hipertensi) kelainan bawaan dan
lain-lain. (Lumenta dkk, 1997)

Bila gagal ginjal kronik telah bergejala umumya diagnosis tidak sukar
ditegakkan. Gejala dan tanda GGK akan dibicarakan sesuai dengan gangguan sistem
yang timbul.

Universitas Sumatera Utara


Sistem Hematologi
a. Anemia, dapat disebabkan berbagai faktor antara lain :
1. berkurangnya produksi eritropoetin, sehingga rangsangan eritropoesis pada
sumsum tulang menurun.
2. hemolisis, akibat berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana uremia
toksik
3. defesiensi besi, asam folat, dan lain-lain akibat nafsu makan yang berkurang
4. perdarahan, paling sering pada saluran cerna dan kulit
b. Gangguan fungsi trombosit dan trombositopenia
c. Gangguan fungsi leukosit

Sistem Saraf dan Otot


Pasien merasa pegal pada kakinya sehingga selalu digerakkan, rasa semutan dan
seperti terbakar terutama di telapak kaki,. Lemah , tidak bisa tidur, gangguan
konsentrasi, tremor dan kejang.

Kulit
Kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning-kuningan akibat penimbunan
urokrom dan juga terdapat bekas garukan-garukan karena gatal.

Sistem Kardiovaskular
Nyeri dada, sesak napas, gangguan irama jantung akibat aterosklerosis dini dan
gangguan elektrolit

Sistem Endokrin
Gangguan seksual : libido, fertilitas dan ereksi menurun pada laki-laki akibat produksi
testosteron dan spermatogenesis yang menurun. Pada wanita timbul gangguan
menstruasi, gangguan ovulasi sampai amenorea. Gangguan metabolisme lemak dan
gangguan metabolisme vitamin D. (Maxine A Papadakis, 2001)

Universitas Sumatera Utara


2.5.1 Pemeriksaan Gagal Ginjal Kronik

Untuk memperkuat diagnosa penyakit gagal ginjal kronik sering diperlukan


pemeriksaan penunjang baik pemeriksaan laboratorium maupun radiologi.

Dari hasil pemeriksaan diagnosis laboratorium menunjukkan antara lain :


1. Urine
- volume : biasanya kurang dari 400 ml/24 jam (oliguria) atau tidak ada
urine (anuria, yaitu kurang dari 100 ml)
- warna : secara abnormal urine keruh mungkin disebabkan oleh pus
(nanah), bakteri, lemak, partikel koloid, pospat atau asam
urat, sedimen kotor. Warna kecoklatan menunjukkan
adanya darah.
- berat jenis : kurang dari 1.015 (menetap pada satu titik menunjukkan
kerusakan ginjal berat)
- osmolalitas : kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan tubular
- protein : derajat tinggi proteinuria (3+ s/d 4+)

2. Darah
- BUN/ kreatinin : meningkat (10 mg/dl)
- haemoglobin (Hb) : menurun atau anemia, biasanya Hb kurang dari 7 -8 g/dl
- kalium : peningkatan sehubungan dengan retensi sesuai dangan
perpindahan selular atau asidosis / pengeluaran jaringan.
Kadar kalium 6,5 mEq atau lebih besar.
- natrium : hipernatremia / hiponatremia
- magnesium/fosfat : meningkat
- kalsium : menurun. (Marilyn E. Doenges dkk, 2000)

Pada pemeriksaan radiologi biasanya yang dilakukan adalah:


- foto polos abdomen : melihat bentuk, besar ginjal ataupun batu dalam ginjal.
- ultrasonografi (USG) : menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks, kandung
kemih serta prostat

Universitas Sumatera Utara


- foto dada : terlihat tanda-tanda bendungan paru akibat kelebihan air,
efusi pleura, kardiomegali dan efusi perikardial.

Pada penderita gagal ginjal kronik perlu dilakukan usaha-usaha pengobatan


konservatif berupa diet, pembatasan minum, obat-obatan dan lain-lain untuk
memperlambat atau mencegah kerusakan ginjal lebih lanjut. Namun apabila ginjal
sudah menunjukkan kerusakan yang lebih lanjut atau yang disebut gagal ginjal
terminal maka keadaan ini memerlukan pengobatan khusus / terapi pengganti. Terapi
penggantidapat berupa dialisis dan transplantasi ginjal. (Maxine A Papadakis, 2001)

Universitas Sumatera Utara


2.6 Hipertensi

Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam
arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana
tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko
terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal.

Pada pemeriksaan tekan darah akan di dapat dua angka. Angka yang lebih
tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah
diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Dikatakan tekanan darah tinggi
jika pada saat duduk tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, atau tekanan
diastolik mencapai 90 mmHg atau lebih.
Tabel 2.6 Klasifikasi dan Tindak Lanjut Pengukuran Tekanan Darah
Katagori Tekanan darah Tekanan darah Tindak lanjut yang

sistolik (mmHg) diastolik (mmHg) dianjurkan

Pilihan < 120 < 80 Cek ulang dalam waktu


2 tahun
Normal < 130 < 80 Cek ulang dalam waktu
2 tahun
Normal tinggi 130-139 85-90 Cek ulang dalam waktu
1 tahun
Hipertensi
Derajat 1 (ringan) 140-159 90-99 Konfirmasi dalam
waktu 2 bulan
Derajat 2 (sedang) 160-179 100-109
Evaluasi atau rujuk
Derajat 3 (berat) > 110 dalam waktu 1 bulan
> 180

Evaluasi atau rujuk


dalam waktu 1 minggu
(Lawrence M Tierney, 2003)

Universitas Sumatera Utara


2.6.1 Etiologi dan Klasifikasi Hipertensi

Berdasarkan etiologi dan klasifikasinya, penyebab hipertensi terbagi atas :


A. Hipertensi primer (esensial)
Sekitar 95% kasus penyebab hipertensi tidak dapat ditentukan. Hipertensi esensial
biasanya muncul pada pasien yang berusia antara 25-55 tahun, sedangkan usia
dibawah 20 tahun jarang ditemukan. Patogenesis hipertensi esensial adalah
multifaktorial. Faktor genetik berperan penting. Anak- anak yang salah satu orang
tuanya menderita hipertensi, cenderung mempunyai tekanan yang lebih tinggi,
faktor lingkungan juga berperan penting. Intake garam yang meningkat juga
berperan dalam patogenesis hipertensi esensial. Merokok dan mengkonsumsi
alkohol secara berlebihan juga dapat meningkatkan tekanan darah.
B. Hipertensi sekunder
Riwayat penyakit, pemeriksaan dan tes laboratorium rutin dapat
mengidentifikasikan pasien yang mugkin mempunyai hipertensi sekunder dan
memerlukan evaluasi lebih lanjut. Penyebab hipertensi sekunder adalah sebagai
berikut :
1. Penggunaan estrogen
Terjadi peningkatan tekanan darah pada wanita yang menggunakan
kontrasepsi oral. Hipertensi yang berhubungan dengan kontrasepsi lebih umum
dialami wanita berusia lebih dari 35 tahun, yaitu pada wanita yang telah
mengkonsumsi obat-obatan kontrasepsi lebih dari 5 tahun dan pada individu
yang obesitas.
2. Penyakit ginjal
Setiap penyakit parenkim ginjal dapat mengakibatkan hipertensi, dan kondisi
ini merupakan penyebab hipertensi sekunder yang paling umum. Sebagian
besar kasus berhubungan dengan peningkatan volume intravaskular atau
peningkatan aktivitas hormon angiotensin-aldosteron
3. Kelainan hormonal
4. Hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan
5. Penyebab lain hipertensi sekunder
Seperti pada orang yang mengalami keracunan timbal akut. (Lawrence M Tierney,
2003)

Universitas Sumatera Utara


2.7 Pengendalian Tekanan Darah

Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara :
1. Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada
setiap detiknya.
2. Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka
tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri
tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui
pembuluh yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan
inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal
dan kaku karena arteriosklerosis. Dengan cara yang sama, tekanan tekanan
darah juga meningkat pada saat vasokontriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola)
untuk sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di
dalam darah.
3. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya
tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan funsi ginjal sehingga tidak
mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah
dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat. (Wahyu
Rahayu Utaminingsih, 2009)

2.8 Komplikasi Hipertensi Yang Tidak Diterapi

Komplikasi hipertensi berkaitan baik dengan tekanan darah yang sudah meningkat
sebelumnya dengan konsekuensi perubahan dalam pembuluh darah dan jantung.
Tekanan darah yang naik turun atau tidak stabil sangat erat kaitannya dengan
kerusakan organ terget.

Komplikasi spesifik antara lain sebagai berikut :


 Komplikasi ginjal
Kelompok yang paling rentan terkena kerusakan ginjal akibat hipertensi adalah
orang berusia lanjut, penyandang obesitas, orang berkulit hitam, dan mereka
yang berasal dari subbenua India, terutama penyandang diabetes. Dampak

Universitas Sumatera Utara


primernya adalah kerusakan pada pembuluh darah ginjal akibat tekanan yang
meningkat. Pada pasien hipertensi Na+ intraseluler meningkat dalam sel darah
dan jaringan lainnya. Hal ini akibat dari abnormalitas peratukaran Na+-K+ dan
mekanisme transpot Na+ lainnya.

 Komplikasi Kardiovaskuler
Resistensi vaskular yang tinggi membuat jantung teregang dan menyebabkan
hipertrofi ventrikel kiri.

 Retinopati
Kerusakan pada retina mata, dimana retinopati sering terjadi dan dibagi dalam
stadium menurut keparahannya.

 Penyakit serebrovaskuler
Hipertensi cenderung merupakan penyeban utama stroke, terutama perdarahan
intraserebral. Komplikasi serebrovaskular sangat erat berkaitan dengan
tekanan darah sistolik daripada diastolik. (Chris O’Callaghan, 2007)

2.9 Pencegahan dan Penanggulangan Hipertensi

Modifikasi gaya hidup dapat mempunyai pengaruh yang mendasar morbiditas dan
mortalitas. Diet yang kaya akan buah-buahan, sayuran dan rendah lemak serta rendah
lemak jenuh dapat menurunkan tekanan darah.

Terapi tambahan dapat mencegah atau mengurangi hipertensi akibat


kardiovaskular seperti :
1. Kurangi berat badan jika berlebih.
2. Batasi asupan alkohol, etanol tidak lebih dari 1 oz (30ml), bir (misal 24 oz = 720
ml), anggur 10 oz (300 ml) atau wiski 2 oz (60 ml) tiap hari atau 0,5 oz (15 ml)
etanol tiap hari untuk wanita dan orang dengan berat badan yang lebih ringan
3. Tingkatkan aktivitas fisik aerobik (30-45 menit hampir tiap hari dalam 1 minggu)

Universitas Sumatera Utara


4. Kurangi asupan natrium tidak lebih dari 10 mmol/hari (2,4 gram natrium atau 6
gram natrium klorida)
5. Pertahankan asupan kalium yang adekuat dalam diet ( kira-kira 90 mmol/hari)
6. Pertahankan intake kalsium dan magnesium yang adekuat dalam diet untuk
kesehatan secara umum
7. Berhenti merokok dan kurangi asupan lemak jenuh dalam diet dan kolesterol
untuk kesehatan kardiovaskuler secara keseluruhan (Lawrence M Tierney, 2003)

2.10 Spektrofotometri

Spektrometer adalah alat yang menghasilkan sinar dari spektrum dan panjang
gelombang tertentu, dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang
ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk
mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan, atau
diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang (Khopkar, 2002).

Variasi warna suatu sistem berubah dengan berubahnya konsentrasi suatu


komponen, membentuk dasar apa yang disebut ananlisis kolorimetrik oleh ahli kimia.
Warna itu biasanya disebabkan oleh pembentukan suatu senyawa berwarna dengan
ditambahkan reagensia yang tepat, atau warna itu dapat melekat dalam penyusun yang
diinginkan itu sendiri. Intensitas warna kemudian dapat dibandingkan dengan yang
diperoleh dengan menangani kuantitas yang diketahui dari zat itu dengan cara yang
sama.

Kalorimetri dikaitkan dengan penetapan konsentrasi suatu zat dengan


mengukur absorbsi relatif cahaya sehubung dengan konsentrasi tertentu zat ini. Dalam
kolorometri visual, cahaya putih alamiah ataupun buatan umumnya digunakan sebagai
sumber cahaya, dan penetapan biasanya dilakukan dengan suatu instrument sederhana
yang disebut kalorimeter atau pembanding (comparator) warna.

Keuntungan utama metode kolorimetri dan spektofotometri adalah bahwa


metoe ini memberikan cara sederhana untuk menentapkan kuantitas zat yang sangat

Universitas Sumatera Utara


kecil. Batas atas metode kolorimetri pada umumnya adalah penetapan konstituen yang
ada dalam kuantitas kurang dari 1 atau 2 persen.

Beberapa senyawaan yang tak dapat larut, dalam jumlah-jumlah sedikit, dapat
disiapkan dalam keadaan agregasi sedemikian sehingga diperoleh suspensi yang
sedang-sedang atabilnya. Sifat-sifat dari setiap suspensi akan berbeda-beda menurut
konsentrasi fase terdispersinya. Bila cahaya dilewatkan melalui suspensi itu, sebagian
dari energi raiasi yang jatuh didisipasi (dihamburkan) dengan penyerapan (absorpsi),
pemantulan (refleksi), pembiasan (refraksi), sementara sisanya ditransmisi
(diteruskan). Pengukuran intensitas cahaya yang ditransmisi sebagai fungsi dari
konsentrasi fase terdipersi adalah dasar dari analisa turbidimeri. (Vogel, 1989)

Pada penentuan kadar natrium (Na) didalam serum darah digunakan


kalorimetri test dengan menggunakan metode Magnesium Uranil Asetat. Reagen yang
digunakan berupa kit reagen yang sudah siap pakai. Adapun prinsip dari pemeriksaan
ini adalah ion natrium (Na+) ditambah dengan uranil asetat berlebih dengan
magnesium asetat menghasilkan larutan sodium magnesium uranil asetat. Dengan
penambahan thioglycolate akan membentuk larutan berwarna kuning coklat. Larutan
ini akan di baca pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 550 nm.

Pada penentuan kadar kalium di dalam serum darah digunakan turbidimetri


test dengan metode TPB (Tetraphenylboron). Reagen yang digunakan berupa kit
reagen yang sudah siap pakai. Prinsip dari pemeriksaan ini adalah setelah serum
ditambah dengan trichloracetic acid (TCA) dalam suasan asam, endapan ion kalium
dengan natrium tetraphenylboron (Na-TPB) akan terjadi kekeruhan yang tetap dalam
suspensi kalium tetraphenylborate. Kekeruhan yang terjadi sebanding dengan
konsentrasi kalium dalam sampel. Pembacaan dilakukan dengan menggunakan alat
spektrofotometer. (QCA, 2004)

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai