Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS PERKEMBANGAN KURIKULUM MATEMATIKA DI

INDONESIA

Disusun oleh : Kelompok 12

APRIYA TRI SUCI (0305182116)

NAZLY AULIA RIZKY (0305183163)

SAUFAZIA ANNISA (0305182065)

Dosen Pengampuh :Dr. MARA SAMIN LUBIS, M. Ed

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

MEDAN

T.A 2019/2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Robbil ‘Alamiin, segala puji bagi Allah SWT., atas segala
karunia dan nikmat-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah dengan sebaik-
baiknya. Sholawat dan salam selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad
saw.yang telah membawa manusia dari zaman kejahiliahan menuju zaman yang
terang benderang. Makalah yang berjudul “ Analisis Perkembangan Kurikulum
Matematika Di Indonesia” disusun dalam rangka untuk memenuhi tugas mata
kuliah Telaah Kurikulum yang diampuh oleh Bapak Dr. Mara Samin Lubis, M.
Ed.

Dari penulisan makalah ini mungkin terdapat berbagai macam kekurangan,


karena itu dengan penulisan makalah ini mengharapkan masukan berupa kritik
dan saran untuk pembenahan dalam penulisan makalah berikutnya.

Medan, Oktober 2019

penyusun

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar 1

Daftar Isi 2

BAB I Pendahuluan 3

BAB II Pembahasan 4

A. Ilmu Matematika dalam Kurikulum Pendidikan di Sekolah 4


B. Perkembangan Kurikulum Matematika di Indonesia 4

BAB III Kesimpulan 10

DAFTAR PUSTAKA 11

2
BAB I

PENDAHULUAN

Matematika merupakan subjek penting yang harus di pelajari oleh siswa-


siswa di Indonesia. Tetapi pada kenyataannya masih banyak dari siswa di
Indonesia yang tidak bisa memecahkan masalah matematika dengan baik.
Beberapa alasan mengapa hal ini terjadi dikarenakan pembelajaran yang hanya
berpusat kepada guru ataupun siswa (pembelajaran satu arah), ketersediaan sarana
dan prasarana, metode pengajaran dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi
siswa dalam belajar matematika. Akibatnya, siswa hanya terpaku pada cara
belajar yang guru berikan, bersifat pasif, dan tidak termotivasi di dalam
pembelajaran matematika tersebut.

Dalam pembelajaran matematika, para peserta didik dibiasakan untuk


memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang sifat-sifat yang dimiliki dan
yang tidak dimiliki dari sekelumpulan obejek (abstraksi). Selanjutnya, peserta
didik dilatih untuk membuat perkiraan atau kecenderungan berdasarkan kepada
pengalaman atau pengetahuan yang dikembangkan melalui contoh-contoh khusus
(generalisasi). Pembelajaran Matematika merupakan Proses yang dirancang
dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan yang memungkinkan
peserta didik dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika, sehingag
pemahaman konsep-konsep dari matematika dapat dipelajari dengan baik oleh
peserta didik.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Ilmu Matematika dalam Kurikulum Pendidikan di Sekolah


Kurilulum merupakan perangkat mata pelajaran dan program
pendidikan oleh suatu lembaga penyelenggaraan pendidikan yang berisi
rancangan pelajaran yang akan dipelajari dan dilalui oleh peserta didik
dalam satu periode jenjang pendidikan.1
Matematika menurut riwayat dan perwujudannya adalah suatu
pengetahuan, hal ini juga dapat dilihat dari asal-usul perkataan matematika
itu sendiri. Istilah matematika berasal dari kata latin Mathematic, yang
semula diambil dari kata Yunani, mathematike yang berarti (scince,
knowledge) yang sebelumnya berhubungan erat dengan kata mathanin yang
mengandung arti belajar (to learn). Jadi, berdasarkan asal-usulnya kata
matematika itu sendiri semula berarti pengetahuan yang diperoleh dari
proses belajar.2 Matematika sekolah merupakan bagian dari matematika
sebagai ilmu yang dipilih atas dasar kepentingan pengembangan
kemampuan berfikir dan kepribadian peserta didik serta kepentingan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

B. Perkembangan Kurikulum Matematika di Indonesia

Berikut ini akan dipaparkan bagaimana analisis kurikulum matematika


di sekolah Indonesia yaitu:

1. Pembelajaran Matematika Tradisional


1
Mara Samin Lubis, Telaah Kurikulum pendidikan menengah
umum/sederajat, (Medan : Perdana Publishing, 2016), h. 1
2
Dedi Kusnandi, “ MaPan: Jurnal Matematika dan Pembelajaran”
Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran Matematika di SMA Negeri
1 Makassar, Vol 2, No 1, Juni 2014, p – ISSN : 2354-6883; e – ISSN : 2581-172x

4
Pemerintah mulai menyusun program pendidikan setelah terlepas
dari penjajahan kolonia. Matematika diletakkan sebagai salah satu
program wajib yang saat itu lebih diletakkan pada ilmu hitung dan cara
berhitung. Sehingga hal ini lebih mengutamakan kepada melatih otak,
bukan kegunaannya. Sementara itu cabang matematika yang diberikan di
sekolah menengah pertama adalah aljabar dan ilmu ukur (geometri)
bidang. Geometri ini diajarkan terpisah dengan geometri ruang selama
tiga tahun.
2. Pembelajaran Matematika Modern
Matematika modern diajarkan dimulai setelah adanya kurikulum
1975. Model pembelajaran matematika modern ini muncul karena adanya
kemajuan teknologi. Brownell mengemukakan bahwa belajar matematika
harus merupakan belajar bermakna dan berpengertian. Teori ini sesuai
dengan teori Gestalt yang muncul sekitar tahun 1930, dimana Gestalt
yang menegaskan latihan lafal atau sering disebut drill adalah sangat
penting dalam pengajaran namun diterapkan setelah tertanam pengertian
pada siswa.
3. Matematika dalam Kurikulum 1975
Dalam bidang matematika sendiri pada tahun 1975 ini terjadi
perubahan dalam pengajaran matematika di Indonesia. Menurut
Ruseffendi yang dikutip oleh Supriadi, terjadi pergeseran dari pengajaran
yang lebih menekankan kepada hafalan kepengajaran yang bersifat rutin,
namun soal-soal yang diberikan lebih mengutamakan yang bersifat
pemecahan masalah daripada yang bersifat rutin. Program pengajaran
pada matematika modern lebih memperhatikan adanya keberagaman
antar siswa. Ada pergeseran dari pengajaran yang berpusat pada guru
menjadi berpusat kepada siswa.
4. Matematika dalam Kurikulum 1984
Pada dasarnya Kurikulum 1984 tidak jauh berbeda dengan Kurikulum
1975. Kurikulum Matematika 1984 disajikan kepada siswa SD hingga
Sekolah Menengah Umum Tingkat Atas (SMTA) lebih berkaitan satu

5
sama lainnya (Depdikbud, 1987). Dengan demikian diharapkan agar
kesenjangan ataupun tumpang tindih antara matematika SD dan Sekolah
Menengah (SM) dapat teratasi. Selain itu, materi yang dirasakan sangat
padat pada Kurikulum 1975 dikurangi. Pengurangan dilakukan terutama
dalam pengulangan yang dirasakan tidak perlu, konsep-konsep yang
tidak mendasar, penyesuaian topik dengan perkembangan kemampuan
siswa. Penambahan juga dilakukan sesuai dengan perkembangan yang
terjadi dewasa itu. Bahan-bahan baru tersebut antara lain permainan
geometri, aritmetika sosial untuk SD, geometri ruang untuk SM, dan
pengenalan komputer untuk SMA.
5. Matematika dalam Kurikulum tahun 1994
Dalam kurikulum tahun 1994, pembelajaran matematika
mempunyai karakter yang khas, seperti struktur materi sudah disesuaikan
dengan psikologi perkembangan anak, materi keahlian seperti komputer
semakin mendalam, model-model pembelajaran matematika kehidupan
disajikan dalam berbagai pokok bahasan. Dengan demikian, kurikulum
ini lebih mengedepankan tekstual materi, namun tidak melupakan hal-hal
yang kontekstual yang berkaitan dengan materi. Seperti halnya mengenai
materi soal cerita menjadi sajian menarik disetiap akhir pokok bahasan,
hal ini diberikan dengan pertimbangan agar siswa mampu menyelesaikan
permasalahan kehidupan yang dihadapi sehari-hari.
6. Matematika dalam KBK dan KTSP
Pada tahun 2004 Pemerintah menerapkan kurikulum baru dengan
nama kurikulum berbasis kompetesi. Kurikulum Berbasis Kompetensi
merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi
yang dilakukan dan cara pencapaiannya disesuaikan dengan keadaan
dan kemampuan daerah yang memiliki pencapaiannya. Wahana dalam
pencapaiannya tersebut diwujudkan dengan mempertimbangkan
keseimbangan etika, estetika, logika, dan kinestetika.3

3
Herry Widyastono, Pengembangan Kurikulum di Era Otonomi Daerah,
(Jakarta : Bumi Aksara, 2015), h. 62

6
Kurikulum ini berlaku tidak lama karena harus disesuaikan dengan
peraturan perundang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, yang kemudian dijabarkan dalam ketentuan lebih
lanjut dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
standar Nasional Pendidikan pengembangan Kurikulum 2004.

Standar Nasional Pendidikan yaitu, standar kompetensi lulusan


(SKL) yang digunakan sebagai acuan utama pengembangan standar isi,
standar proses, standar penilaian pendidikan, standar pendidik dan
tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan,
dan standar pembiayaan.4

Pentingnya dalam penguasaan kompetensi matematika bagi


kehidupan peserta didik, dan juga telah dikeluarkan Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) oleh Pemerintah melalui Permen 23 Tahun
2006. Adapun SKL untuk mata pelajaran matematika adalah :

1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan


antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara
luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.
2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami
masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan
menafsirkan solusi yang diperoleh.
4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau
media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,
yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam

4
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 tahun 2013
tentang standar kompetensi lulusan pendidikan dasar dan menengah.

7
mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam
pemecahan masalah.

Dengan demikian pengembangan kurikulum matematika di tingkat


satuan pendidikan haruslah relevan kecenderungan pembelajaran
matematika saat ini dan mengakomodir standar kompetensi lulusan
yang telah ditetapkan pemerintah.5
7. Matematika dalam Kurikulum tahun 2013
Pelaksanaan penyusunan kurikulum 2013 merupakan lanjutan
pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Kurikulum
2013 dikembangkan atas teori “pendidikan berdasarkan standar”
(standard-based education), dan teori kurikulum berbasis kompetensi
(competency-based curriculum). Pendidikan berdasarkan standar
menetapkan adanya standar nasional sebagai kualitas minimal
warganegara yang dirinci menjadi standar isi, standar proses, standar
kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar
sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan
standar penilaian pendidikan.6 Perubahan dikurikulum 2013 yang cukup
mendasar dalam pengembangan kurikulum 2013 adalah cara proses
pembelajaran yang selama ini peserta didik belajar dengan cara diberi
tahu oleh guru bergeser kearah peserta didik harus berusaha mencari
tahu. Peserta didik diajak untuk mengamati, observasi dan kemudian
peserta didik mencoba untuk mempersentasikan apa yang dia amati
tersebut. Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi yang siap
di dalam menghadapi masa depan. Karena itu kurikulum disusun untuk
mengantisipasi perkembangan masa depan. Adapumn objek yang
menjadi pembelajaran dalam penataan dan penyempurnaan kurikulum
2013 menekankan pada fenomena alam, sosial, seni dan budaya.

5
Departemen Pendidikan Nasional Badan Penelitian Dan Pengembangan Pusat
Kurikulum, Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Matematika,2007, h. 4
6
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 70 tahun 2013

8
Untuk mengembangkan proses berfikir matematis peserta didik
sehingga peserta didik mehamami matematika secara hakikatnya,
kurikulum 2013 menuntut proses pembelajaran matematika diarahkan
pada pembelajaran menemukan konsep-konsep matematika, belajar dari
permasalahan real sesuai dengan prinsip pembelajaran konstruktivisme
dengan menggunakan pendapatan ilmiah. Terkait evaluasi hasil
pembelajaran, kurikulum 2013 menghendaki evaluasi secara holistic
mencakup aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan Penilaian
dilakukan bukan hanya dengan hanya metode test (ulangan/ujian tertulis)
tetapi juga menggunakan metode non-test (portofolio) dimana penilaian
dilakukan terhadap proses yang mencakup ranah sikap, unjuk kerja, dan
hasil karya menggunakan auntentic assessment.

9
BAB III

KESIMPULAN

Dari penjabaran di atas terlihat bagaimana lika-liku perkembangan


matematika mulai dari matematika tradisoanal yang begitu sederhana, hanya
sekedar melatih hafalan dan kemampuan otak, sampai perkembangan dipengaruhi
oleh perkembangan teknologi Internasional.

Perkembangan Kurikulum Matematika di Indonesia terjadi perubahan


sesuai dengan perkembangan zaman. Perubahan yang terjadi hanya pada metode
pengajaran terhadap peserta didik dan kemajuan dari teknologi, perubahan
tersebut menjadikan peserta didik agar lebih aktif, kreatif, inovatif serta memiliki
nilai moral yang baik.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ariani, Dessy Noor, “Muallimuna Jurnal Madrasah Ibtidaiyah” Hubungan


antara Technological Pedagogical Content Knowledge dengan Technology
Integration Self Efficacy Guru Matematika di Sekolah Dasar, VOL. 1, NO. 1,
OKTOBER 2015, ISSN: 2476-9703

Departemen Pendidikan Nasional Badan Penelitian Dan Pengembangan


Pusat Kurikulum, Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Matematika,2007.
Herman Tatang, kurikulum matematika tahun 1984 dan pendidikan
matematika realistik.
Kusnandi, Dedi. “ MaPan: Jurnal Matematika dan Pembelajaran”
Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran Matematika di SMA Negeri 1
Makassar, Vol 2, No 1, Juni 2014, p – ISSN : 2354-6883; e – ISSN : 2581-172x.
Lubis, Mara Samin. 2016. Telaah Kurikulum pendidikan menengah
umum/sederajat,.Medan : Perdana Publishing.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 tahun 2013
tentang standar kompetensi lulusan pendidikan dasar dan menengah.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia


Nomor 70 tahun 2013
Widyastono Herry. 2015.pengembangan Kurikulum di Era Otonomi
Daerah. Jakarta : Bumi Aksara.

11

Anda mungkin juga menyukai