Disiapkan oleh:
Dr. I Wayan Sengara
1. PENDAHULUAN
Stabilitas lereng merupakan salah satu aspek penting dalam analisis dan disain
geoteknik. Untuk dapat melakukan analisis stabilitas lereng dengan baik, maka perlu
diketahui dan dipahami metoda analisis stabilitas lereng. Analisis stabilitas lereng ini
memerlukan pemahaman mengenai cara perhitungan lereng secara mekanika serta
penguasaan terhadap pemilihan parameter-parameter tahanan geser tanah yang
bersesuaian dengan kondisi-kondisi yang ada pada lereng tersebut.
Kondisi-kondisi yang perlu diperhatikan dalam analisis stabilitas lereng antara lain
adalah geometri lereng, pelapisan, komposisi dan karakteristik masing-masing lapisan
tanah, kondisi pembebanan dan kecepatan pembebanan, kondisi tegangan awal, over-
consolidation ratio, lintasan tegangan, kondisi muka air, serta kondisi tekanan air pori
atau drainasenya. Analisis stabilitas lereng harus sesuai dengan kondisi-kondisi tertentu
di lapangan yang dicerminkan dalam penggunaan parameter-parameter tahanan geser
tanah yang representatif.
di mana : ff = tegangan geser pada bidang runtuh pada saat keruntuhan
ff ' = tegangan normal efektif pada bidang runtuh pada saat keruntuhan
Kriteria keruntuhan Mohr-Coulomb ditunjukkan oleh garis lurus yang dikenal dengan
nama Mohr-Coulomb failure envelope. Garis ini menunjukkan batas kondisi stabil dan
keruntuhan. Setiap tegangan yang berada di bawah garis adalah keadaan stabil.
Sedangkan keruntuhan terjadi kalau tegangan menyentuh atau melewati garis keruntuhan
Mohr-Coulomb. Besaran-besaran c dan ' merupakan parameter-parameter tahanan geser
tanah efektif yang merepresentasikan sifat-sifat atau besarnya tahanan geser dari tanah
tersebut.
Untuk analisis stabilitas lereng berdasarkan teori keseimbangan batas menggunakan
kriteria keruntuhan Mohr-Coulomb diperlukan parameter-parameter yang didapatkan dari
test-test di lapangan ataupun di laboratorium. Dalam hal ini, maka diperlukan parameter-
parameter tanah c dan dari test triaxial di laboratorium, ataupun parameter-parameter c
atau dari hasil korelasi hasil test lapangan.
Hubungan antara kekuatan tanah undrained dan drained pada tanah kohesif
Kuat geser undrained pada suatu tanah jenuh tidak dipengaruhi oleh adanya
perubahan pada tegangan total. Kondisi seperti ini terjadi sesaat setelah adanya
penambahan beban (akibat timbunan/embankment) ataupun pengurangan beban (akibat
galian/ekskavasi) pada suatu tanah lempung lunak jenuh yang mempunyai permeabilitas
tanah yang kecil. Tanah yang berperilaku seperti ini memiliki nilai = 0 (selubung
keruntuhan Mohr-Coulomb berupa garis lurus horizontal). Konsep = 0 dapat digunakan
untuk masalah-masalah stabilitas pada tanah Normally Consolidated (NC) dan slightly
overconsolidated.
Kondisi stabilitas dari suatu lereng pada tanah lempung jenuh dapat kita evaluasi
perubahannya sebagai fungsi waktu sesuai dengan proses disipasi tekanan air pori yang
terjadi. Gambar 6 memperlihatkan kondisi stabilitas suatu timbunan dan galian pada
suatu tanah lempung. Variasi besarnya faktor keamanan, kekuatan geser, tekanan air pori
dan beban terhadap waktu diperlihatkan. Pada suatu timbunan (loading) untuk tanah
lempung NC, mengikuti bertambahnya waktu, berkurangnya akses tekanan air pori
mengakibatkan naiknya kekuatan geser tanah dan faktor keamanan. Sebaliknya, pada
suatu galian lereng (unloading) maka akan terjadi kondisi tekanan air pori sebaliknya dari
kondisi loading. Dalam hal ini, bertambahnya akses tekanan air pori akan mengakibatkan
kekuatan geser tanah semakin menurun yang berakibat faktor keamanan semakin kecil.
Suatu tanah yang mempunyai over-consolidation ratio (OCR) antara atau lebih besar
dari 4 sampai 8, volume tanah cenderung meningkat (terjadi dilasi) selama pembebanan
geser yang memberikan konsekuensi menurunnya tekanan air pori selama pembebanan
geser. Dalam hal ini, kuat geser undrained akan lebih besar dari kuat geser tanah kondisi
drained. Perlu diperhatikan bahwa tekanan air pori negatif yang tinggi akan
mengakibatkan tanah mengalami swelling dan mereduksi kekuatan tanah. Sehingga
pemakaian kekuatan tanah undrained dalam hal ini akan memberikan hasil yang tidak
aman. Menurut Terzaghi dan Peck (1967), konsep = 0 tidak dapat digunakan untuk
tanah lempung dengan OCR lebih besar dari 2 sampai 4.
Gambar 6. Kondisi stabilitas untuk sebuah timbunan dan galian lereng pada tanah
lempung NC (dari Bishop dan Bjerrum, 1960)
Tabel 2 berikut memperlihatkan kondisi kuat geser tanah dan drainase yang kritis
untuk analisis stabilitas.
Tabel 2. Kondisi kritikal untuk stabilitas lempung jenuh. (Lee, 1995)
Jenis Tanah
Soft (NC) Clay Stiff (Highly OC) Clay
Timbunan
Kondisi kritikal Kasus Unconsolidated Kemungkinan kasus UU tapi
Undrained (UU) tanpa drainase cek juga kasus Consolidated
Drained (CD)
Catatan Gunakan = 0, c = ff dengan Stabilitas biasanya bukan
koreksi yang sesuai. problem utama.
Galian atau natural slope
Kondisi kritikal Bisa keduanya, kasus UU atau Kasus CD (drainase penuh).
CD.
Catatan Jika tanah sangat sensitif, dapat Gunakan analisis tegangan
beralih dari kondisi drained ke efektif dgn equilibrium pore
undrained. presssure; jika clay agak
fissured, c’ dan juga mungkin
’ dapat menurun sbg fungsi
waktu.
CD test
Long term stability Triaxial test C’ dan ’
CU test dg
pengukuran tek.
air pori
Ring shear test C’r dan ’r
residual
Tabel 3. Angka keamanan minimum untuk lereng galian terbuka (tanpa gempa)
(Konsensus TPKB DKI-Jakarta, 1999; Djayaputra, 1999)
Keandalan Parameter Tanah
Kondisi Lingkungan Kurang Cukup
Temporer Permanen Temporer Permanen
Tidak ada hunian manusia 1.3 1.5 1.25 1.3
atau bangunan sekitar
Banyak bangunan sekitar 1.5 2.0 1.3 1.5
Dalam keadaan adanya beban gempa, faktor keamanan untuk seluruh kondisi >= 1.1
Tabel 4. Angka keamanan minimum untuk galian dengan
menggunakan sistem dinding penahan
(Konsensus TPKB DKI-Jakarta, 1999; Djayaputra, 1999)
References:
1. Holtz R.D., and Kovacs, W.D., An Introduction to Geotechnical Engineering,
Englewood Cliffs, New Jersey, Prentice Hall, 1981.
2. Edil, Tuncer. B., Seepage, Slopes, and Embankments, CEE-530 Class Notes,
University of Wisconsin-Madion USA, 1982.
3. Abramson, L.W. et al., Slope Stability dan Stabilization Methods, John
Wiley&Sons, Inc., New York, 1995.