Anda di halaman 1dari 9

No PERBANDINGAN TEKNOLOGI SDH DAN PDH

. PDH SDH
1. Jenis Sinyal Plesinkron , yaitu adanya Jenis sinyal sinkron ,adanya clock acuan
pergeseran Clock
2 Bitrate dasar 1.544 Kb/s (PCM-24) sbg Bit rate dasar sebesar 155.52 Mb/s (STM-1)
T1 dan 2.048 Kb/s (PCM-30) sbg E1
3. Teknik multipleks bit per bit Teknik multipleks byte per byte
4. Penyelarasan terhadap bitrate dari frame Sinkronisasi menggunakan justifikasi positif ,
dengan metode jastifikasi positif negative dan nol
5 Penyelarasan phase menggunakan Penyelarasan phase menggunakan teknik
buffer memory pointer
6 Setiap tahapan / orde multipleks Setiap tahap / orde memiliki struktur frame
memiliki struktur frame berbeda yang identic
7 Pengaksesan sinyal selalu prosedur Pengaksesan sinyal kecepatan rendah secara
bertingkat indvidu

Synchronous Digital Hierarchy (SDH)


(Keywords: SDH, PDH, sistem komunikasi optik )

SDH (Synchronous Digital Hierarchy) adalah suatu standar internasional (protocol) sistem
transport pada telekomunikasi berkecepatan tinggi melalui jaringan optik/elektrik, yang dapat
mengirimkan sinyal digital dalam kapasitas yang beragam. Di Amerika, SDH juga dikenal
dengan sebutan SONET(Synchronous Optical Network). SDH disusun kira-kira tahun 1990
dan menjadi temuan yang revolusioner dalam bidang telekomunikasi berbasis fiber optik
karena kelebihan kemampuan dan biayanya.

Dalam transmisi telepon digital, ‘synchronous’ berarti bit-bit dari satu panggilan, akan dibawa
dalam satu frame transmisi. Dengan kata lain masing-masing koneksi memiliki bit rate dan
delay yang konstan. Sebagai contoh, jaringan SDH memungkinkan beberapa Internet Service
Provider (ISP) menggunakan satu fiber optik secara bersama-sama, tanpa terganggu oleh trafic
data masing-masing dan adanya tindakan saling curi kapasitas antar ISP. Hanya bilangan-
bilangan integer tertentu berkelipatan 64 kbit/s yang dapat digunakan dalam SDH.

Sebelum adanya SDH, awal 1970an, sistem telekomunikasi digital menggunakan


metode PCM (Pulse Code Modulation). Lalu awal tahun 1980an sistem digital menjadi semakin
besar dan kompleks, banyak fitur-fitur baru yang tidak mampu didukung oleh sistem yang lama.
Salah satu yang utama adalah multiplexing tingkat tinggi (high order) dengan bit rate 140 Mbps
hingga 565 Mbps di Eropa. Masalahnya yaitu harga bandwitdh dan device digital saat itu sangat
mahal. Sebagai solusi dibuatlah suatu teknik multiplexing yang memungkinkan untuk
menyatukan data-data secara non synchronous, dan dinamakan Plesiochronous Digital
Hierarchy (PDH). Plesiochronous artinya hampir synchronous, karena bit-bit pada satu frame
dapat berasal dari koneksi yang berbeda-beda.

Walaupun saat itu PDH menjadi solusi, namun PDH memiliki banyak kelemahan, diantaranya:
 Format digital PDH berbeda-beda tergantung region, contoh: format PDH di Eropa
berbeda dengan format PDH di Amerika atau Jepang.
 Tidak kompatible dengan interface yang multivendor, contoh: interface PDH di Eropa
(E1) tidak kompatibel dengan interface PDH di Amerika atau Jepang.
 Struktur multiplexing yang tidak synchronous dan kaku (rigid).
 Topologi berbentuk linear (bus), kurang fleksibel dan tidak ada alternative routing
(manual).
 Kemampuan manajemen yang terbatas.
Karena kelemahan-kelemahannya itu, maka dibutuhkan metode multiplexing yang baru yaitu
SDH. Kelebihan-kelebihan dari SDH yaitu:
 Format digital SDH sama di seluruh dunia.
 Kompatible dengan interface yang multivendor.
 Struktur multiplexing yang synchronous dan flexibel.
 Kemudahan dan efisiensi traffic pada koneksi add-and-drop dan cross-connect
 Kemampuan manajemen yang lebih powerful.
 Topologi berbentuk ring, fleksibel dan memiliki kemampuan self-healing rings dengan
menggunakan alternative routing.
 Kompatible dengan jaringan sebelumnya (PDH) dan jaringan masa depan (B-ISDN,
dsb).

Gambar: Perbandingan Hierarki PDH dan


SDH

Akan tetapi, metode SDH pun memiliki kelemahan. Kemapuan multiplexing SDH yang flexibel
dan kompatible dengan interace multivendor, menyebabkan jumlah interface yang terhubung
pada SDH jauh lebih banyak dan beragam dibandingkan pada PDH. Ditambah lagi pada sistem
SDH terdapat koneksi add-and-drop dan cross-connect yang memungkinkan kanal-kanal
berbeda kapasitas dijadikan satu multiplexing. Keadaan ini tentunya membuat sistem
manajemen jaringan SDH jauh lebih rumit dibandingkan PDH. Selain itu, dari segi cost,
komponen SDH lebih mahal dibanding komponen PDH.

Saat ini di Indonesia pun, metode SDH sudah banyak digunakan menggantikan PDH. Akan
tetapi tidak semuanya diganti. Beberapa jaringan PDH masih ada dan digunakan untuk
mendukung jaringan SDH.
sekilas tentang SDH (Synchronous Digital Hierarchy)

SDH merupakan suatu hirarki permultiplexan secara digital dengan menggunakan


transmisi sinkron dengan menggunakan atomic clock. SDH mengambil peranan vital
dalam perkembangan dunia telekomunikasi. Dengan kemunculan SDH ini kapasitas
dan keseragaman dapat diatasi.
Pada zaman sekarang ini, dimana jumlah user pengguna jasa telekomunikasi
semakin tinggi, maka tentunya akan membuat trafik semakin tinggi juga. Trafik
yang tinggi ini juga harus diimbangi dengan peningkatan kualitas dari perangkat
(dalam hal ini teknologi permultiplexan). Karena sebenarnya bisa saja trafik yang
tinggi ini dihandel dengan penambahan kuantitas (jumlah), namun tentunya hal ini
menjadi sangat tidak efektif.
SDH sendiri muncul untuk menggantikan sistem permultiplexan yang sudah ada
sebelumnya, yaitu PDH ( Plesiochronous Digital Hierarchi). Sistem PDH ini
digantikan karena tidak mendukung beberapa hal yang dibutuhkan saat ini, seperti
penambahan kapasitas yang cukup besar dan keseragaman. Keseragaman disini
maksudnya adalah standar yang sama untuk setiap negara. Sebagai contoh, Eropa
menggunakan standar 2,048 Mbps (E1) tetapi Amerika menggunakan standar 1,544
Mbps (T1). Oleh karena itu, akan sangat sulit untuk meng-crossconnect kan kedua
benua tersebut apabila tidak memiliki standar yang sama. Dengan adanya SDH
maka masalah tersebut kemudian dapat diatasi. Berikut ini adalah gambar hirarki

multiplexing PDH dan SDH.


pada gambar diatas terlihat bahwa sebelum adanya SDH, sistem permultiplexan
PDH adalah seperti yang di sebelah kiri, untuk jepang, Amerika Utara, dan Eropa
berbeda-beda kapasitas akhir multiplexnya. Sedangkan pada SDH meskipun
awalnya memliki standar yang berbeda (E1 dan T1), namun pada akhir
permultiplexannya memiliki kapasitas yang sama, yaitu sebesar kelipatan 155,52
(disebut sebagai STM-1)
Meskipun telah ada SDH, namun PDH tidak ditinggalkan. Hal ini dikarenakan PDH
masih bisa dihandel oleh SDH. Namun pada kenyataannya sekarang ini, para
vendor rata2 sudah tidak memproduksi PDH lagi dan terus mengembangkan
kapasitas SDH.

STM-N merupakan satuan yang dipakai oleh SDH. STM-N besar nya adalah N x
155,52 Mbps. Nilai N yang ada adalah 1, 4, 16, 64, 128, dst. Nilai STM (Synchronous
Transport Modul) ini sendiri masih terus ditingkatkan kapasitasnya. Sistem transmisi
yang mampu mengangkut kapasitas yang cukub besar ini biasanya dapat berupa
optik (masih terus dikembangkan) dan microwave (kapasitasnya tidak dapat
sebesar optik).

STM-1
sebelum lebih jauh membahas mengenai multiplexing pada SDH, akan lebih baik
apabila kita mengenal STM-1 terlebih dahulu. STM-1merupakan satuan dasar pada
SDH. frame STM-1 berukuran 270 x 9 byte.
Stuktur dari STM-1 adalah sebagai berikut:
1. Overhead. Dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Section Overhead (SOH)
Section Overhead terletak pada 9 kolom awal sebagai monitoring,
maintenance, dan servis. Terbagi menjadi dua berdasarkan fungsinya,
yaitu:
1. Regeneration Section Overhead (RSOH) berfungsi untuk memonitor
regeneration section dari SDH. Terletak pada baris ke 1 sampai 3 dan
kolom ke 1 sampai 9.
2. Multiplex Section Overhead (MSOH) berfungsi untuk memonitor
multiplex section dari SDH. Terletak pada baris ke 5 sampai 9 dan
kolom ke 1 sampai 9.
b. Path Overhead (POH)
Path Overhead terletak pada VC (Virtual Container). Berfungsi sebagai
label VC , error checking dan path status. Terbagi menjadi 2 berdasarkan
letaknya, yaitu:
1. High Order Path Overhead (HPOH), merupakan POH untuk beberapa VC-
12.
2. Low Order Path Overhead (LPOH), merupakan POH untuk VC-12
2. Pointer
Digunakan untuk mengindentifikasikan awal alamat dari informasi.
3. Information Payload
Berisikan sinyal-sinyal informasi/tributary.
Diagram hirarki multiplexing dari SDH adalah sebagai berikut

keterangan:
C= Container, merupakan sinyal informasi yang masih mentah (belom memiliki
POH)
VC= Virtual container, merupakan sinyal informasi yang telah memiliki POH
TU = tributary unit, merupakan sinyal
yang telah memiliki pointer
AU = administrative unit, mirip dengan TU namun kapasitasnbya lebih besar.
AUG = administrative unit group, merupakan kumpulan AU.
Mapping = merupakan proses pemberian POH
Aligning = merupakan proses pemberian pointer
multiplexing = mengalikan satuan yang
sama sehingga kapasitasnya menjadi lebih besar.

Angka-angka dibelakang C, VC, TU, AU, AUG menunjukan besarnya kapasitas.


sebagai contoh, nilai satu E1 (2,048 Mbps) setara dengan C-12 (container level 12),
nilai 1 E3 (24,368 Mbps = 16 E1) setara dengan C-3, dan seterusnya.

tanda perkalian menunjukan jumlah yang


dibutuhkan agar satuan yang letaknya lebih kekiri dapat menjadi senilai dengan
satuan yang letaknya berada disebelah kanannya. Contohnya adalah diperlukan
tiga TU-12 untuk menjadi satu TUG-2. Jadi apabila kita ingin menghitung berapa E1
untuk 1STM-1 adalah
1 STM-1 = 1 x 1 x 3 x 7 x 3 C-12(E1) = 63 E1.
cara yang sama dapat kita lakukan
apabila ingin mengetahui berapa kapasitas yang dapat ditampung dalam suatu
STM-N.

Contoh Proses multiplexing dari sinyal PDH ke SDH (STM-4)


(Perhatikan gambar hirarki diatas)
Sinyal PDH setara dengan E4 atau C-4.
Seperti yang terlihat pada gambar, sinyal ini kemudian akan mengalami proses
mapping (penambahan overhead) sehingga menjadi VC-4. Selanjutnya VC-4
tersebut akan mengalami aligning (penambahan pointer) sehingga menjadi AU-4.
Sinyal ini kemudian akan dibentuk menjadi AUG-1, dan
dimultiplexing 4 kali sehingga menjadi AUG-4. Selanjutnya setelah menjadi AUG-4
sinyal ini menjadi STM-4.
Dengan cara yang sama maka kita dapat menjelaskan proses multiplexing yang
lain.
pengertian E 1 ??
Dalam digital telekomunikasi , di mana kawat sepasang fisik tunggal dapat digunakan untuk membawa
percakapan suara simultan banyak oleh -division multiplexing waktu , standar di seluruh dunia telah
diciptakan dan disebarkan. Para Konferensi Eropa dan Telekomunikasi Administrasi Pos (CEPT) awalnya
terstandar sistem E-carrier, yang direvisi dan memperbaiki sebelumnya Amerika T-carrier teknologi, dan
ini kini telah diadopsi oleh International Telecommunication Union Sektor Standarisasi Telekomunikasi
(ITU-T) . Ini sekarang banyak digunakan di hampir semua negara di luar Amerika Serikat, Kanada dan
Jepang.

Pembawa standar E 1 merupakan bagian dari Plesiochronous Digital Hierarchy (PDH) di mana kelompok
sirkuit E1 dapat digabung ke E3 kapasitas hubungan yang lebih tinggi antara pertukaran telepon atau
negara. Hal ini memungkinkan operator jaringan untuk menyediakan swasta akhir-akhir sirkuit E1
antara pelanggan di berbagai negara yang memiliki kapasitas tinggi link satu di antaranya.

Secara fisik E1 ditransmisikan sebagai 32 timeslots dan E3 512 timeslots, tetapi digunakan untuk
framing dan biasanya satu dialokasikan untuk pensinyalan call setup dan meruntuhkan. Tidak seperti
layanan data internet, sistem E-carrier secara permanen mengalokasikan kapasitas untuk panggilan
suara untuk seluruh durasi. Hal ini memastikan kualitas panggilan tinggi karena transmisi tiba dengan
penundaan singkat yang sama ( latency ) dan kapasitas setiap saat.

sirkuit E1 sangat umum di sebagian besar pertukaran telepon dan digunakan untuk terhubung ke
perusahaan menengah dan besar, untuk pertukaran terpencil dan dalam banyak kasus antara
pertukaran. garis E3 digunakan antara pertukaran, operator dan / atau negara, dan memiliki kecepatan
transmisi 34,368 Mbit / s.

Apa sih E1 itu ?

Link E1 mengoperasikan lebih dari dua set terpisah kabel, biasanya twisted pair kabel. A 3
nominal Volt puncak sinyal dikodekan dengan pulsa menggunakan metode yang menghindari waktu yang
lama tanpa perubahan polaritas.Garis data rate adalah 2.048 Mbit / s ( full duplex , yaitu 2.048 Mbit / s
downstream dan 2.048 Mbit / s upstream) yang dibagi menjadi 32 timeslots, masing-masing
dialokasikan 8 bit pada gilirannya. Jadi masing-masing timeslot mengirim dan menerima sebuah 8-
bit PCM sampel, biasanya disandikan menurut hukum-algoritma A , 8000 kali per detik (8 x 8000 x 32 =
2.048.000). Ini sangat ideal untuk panggilan suara telepon di mana suara itu sampel menjadi bit nomor
8 pada saat itu data rate dan direkonstruksi di ujung lain. Para timeslots diberi nomor dari 0 sampai 31.
Satu timeslot (TS0) disediakan untuk membingkai tujuan, dan bergantian mengirimkan pola tetap. Hal
ini memungkinkan penerima untuk mengunci ke awal setiap frame dan cocok masing-masing saluran
secara bergantian. Standar memungkinkan untuk penuh Cyclic Redundancy Check yang akan dilakukan
di semua bit ditransmisikan di setiap bingkai, untuk mendeteksi apakah sirkuit ini kehilangan bit
(informasi), tetapi ini tidak selalu digunakan.
Satu timeslot (TS16) sering dicadangkan untuk tujuan signaling, untuk mengontrol call setup dan
teardown menurut salah satu dari beberapa protokol standar telekomunikasi. Ini termasuk Channel
Associated Signaling (CAS) di mana satu set bit yang digunakan untuk mereplikasi membuka dan
menutup sirkuit (seolah-olah mengangkat gagang telepon dan berdenyut digit pada ponsel rotari), atau
menggunakan sinyal nada yang melewati pada suara sirkuit sendiri. Lebih baru-baru ini digunakan
sistem Common Channel Signaling (CCS) seperti ISDN atau Signalling System 7 (SS7) yang mengirim
pesan singkat disandikan dengan lebih banyak informasi tentang panggilan termasuk caller ID, jenis
transmisi yang dibutuhkan dll ISDN sering digunakan antara sentral telepon lokal dan bisnis tempat,
sementara SS7 hampir secara eksklusif digunakan antara pertukaran dan operator. Secara teori, sebuah
sinyal SS7 timeslot tunggal dapat mengendalikan hingga 4096 sirkuit per channel signaling menggunakan
Channel 12-bit Kode Identifikasi (CIC) , sehingga memungkinkan sedikit efisien lebih banyak
menggunakan bandwidth transmisi secara keseluruhan karena link E1 tambahan akan menggunakan
semua 31 suara saluran. ANSI menggunakan CIC 14-bit yang lebih besar sehingga dapat menampung
hingga 16.384 sirkuit. Dalam lingkungan yang paling, saluran signaling beberapa akan digunakan untuk
menyediakan redundansi dalam kasus kesalahan atau padam.
Berbeda dengan sebelumnya T-carrier sistem yang dikembangkan di Amerika Utara , semua 8 bit dari
tiap sampel yang tersedia untuk setiap panggilan. Hal ini memungkinkan E1 pola yang akan digunakan
sama baiknya untuk panggilan circuit switch data, tanpa risiko hilangnya informasi.
Sementara CEPT asli standar G.703 menetapkan beberapa pilihan untuk transmisi fisik, hampir secara
eksklusif HDB3 format yang digunakan.

Definisi
- Link Sebuah saluran searah berada dalam satu timeslot dari E1 atau T1 Line, tercatat 64 kbit / s
(64'000 bit / s) data digital mentah.
- Line Sebuah fisik E1 atau T1 koneksi satu arah.
- Trunk Sebuah fisik E1 atau T1 koneksi bidirectional.

Tingkat Hierarchy

The
PDH berdasarkan tingkat sinyal E0 dirancang sehingga setiap tingkat yang lebih tinggi
dapatmultipleks seperangkat sinyal tingkat yang lebih rendah. Berbingkai E1 dirancang untuk membawa
data E0 30 channel + 1 signaling saluran, semua tingkatan lainnya dirancang untuk membawa 4 sinyal
dari tingkat bawah. Karena kebutuhan untuk overhead bit, dan bit pembenaran untuk
memperhitungkan perbedaan tingkat antara bagian-bagian dari jaringan, masing-masing tingkat
berikutnya memiliki kapasitas yang lebih besar dari yang diharapkan dari sekedar mengalikan tingkat
level sinyal yang lebih rendah (jadi untuk E2 contoh adalah 8,448 Mbit / s dan bukan 8,192 Mbit / s
seperti yang sudah diduga ketika mengalikan tingkat E1 dengan 4).
Catatan, karena bit interleaving digunakan, sangat sulit untuk menyatukan anak-anak sungainya tingkat
rendah langsung, memerlukan peralatan untuk individu demultiplex setiap tingkatan satu ke satu yang
diperlukan.

Anda mungkin juga menyukai