Anda di halaman 1dari 32

Kegiatan Belajar

TRANSPORTASI PASIEN

150 Menit

PENDAHULUAN
Deskripsi Singkat, Relevansi, Tujuan Umum dan Petunjuk Belajar

Deskripsi Sigkat
Memindahkan / mengangkut pasien gawat darurat ke rumah sakit atau
sarana kesehatan yang lebih memadai dengan cepat dan aman tanpa
menambah cidera pada pasien tersebut.
Petunjuk Belajar
Langkah-langkah selama skill lab adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa melakukan discovery learning terkiat skill transportasi
pasien
2. Mahasiswa melakukan pre test
3. Mahasiswa mendapatkan penjelasan dan demonstrasi praktikum (pra
interaksi, fase kerja, terminasi) oleh instruktur
4. Mahasiswa mendemonstrasikan kembali skill yang telah diajarkan
5. Mahasiswa melaksanakan post test
KEMA
MP
UA
N
AK
HI
R
YA
NG
DI
CA
PA
I
(K
O
GN
ITI
F,
AF
FE
KT
IF,
DA
N
Diharapkan setelah mahasiswa melaksanakan skill lab hecting,
mahasiswa mampu:
1. Memahami konsep transportasi pasien
2. Mendemonstrasikan prosedur atau langkah transportasi pasien
3. Mahasiswa mampu mengintegrasikan komunikasi terapeutik,
menunjukkan empati, caring, patient safety, sevice exelence selama
demonstrasi skill.

LATIHAN / TRIGGER CASE

Seorang laki-laki 30 tahun menjadi korban tabrak lari. Pasien tergeletak


dan meminta tolong di tengah jalan. Apa yang selanjutnya dilakukan?
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Memindahkan / mengangkut pasien gawat darurat ke rumah sakit
atau sarana kesehatan yang lebih memadai dengan cepat dan aman
tanpa menambah cidera pada pasien tersebut.

B. Panduan dalam mengangkat penderita :


a. Kenali kemampuan diri dan kemampuan team work
b. Nilai beban yang akan diangkat, jika tidak mampu jangan
dipaksakan
c. Kedua kaki berjarak sebahu, satu kaki sedikit ke depan
d. Berjongkok, jangan membungkik saat mengangkat
e. Tubuh sedekat mungkin ke beban yang harus diangkat
f. Jangan memutar tubuh saat mengangkat
g. Panduan tersebut juga berlaku saat menarik / mendorong

C. Tekhnik memindahkan penderita dapat dibagi atas :


b. Pemindahan darurat (emergency move) :
1) Tarikan baju
2) Tarikan selimut
3) Tarikan bahu atau lengan
c. Pemindahan non-darurat (non emergency move)
1) Pengangkatan langsung dari lantai / tempat tidur
2) Pengangkatan ekstremitas
3) Pengangkatan dengan LSB
D. Syarat pasien dapat ditransportasikan jika :
a. Air Way : tidak ada sumbatan jalan nafas
b. Breathing : pernafasan stabil / sudah diberikan bantuan oksigen
c. Circulation : tidak ada tanda-tanda syok / syok sudah tertangani
Balut tekan jika ada perdarahan, serta dilakukan pembidauan
tanda-tanda faktur

E. Beberapa hal yang harus dimonitor selama transportasi


penderita :
d. Kesadaran penderita
e. ABC penderita
f. Tanda-tanda vital (RR, TD, N)
g. Pemberian obat sesuai instruksi dokter, atau sesuai prosedur
h. Pemberian darah bila diperlukan
i. Melakukan dokumentasi selama transportasi

Transportasi Pasien selama di ambulans


Pemakaian KED

Long Spine Board Scoope Strecher


Brankar KED

Tarikan Baju Tarikan Selimut

Tarikan Bahu atau lengan Pengangkatan langsung


Pengangkatan Ekstremitas Pengangkatan dengan LSB

PERALATAN DAN BAHAN

Alat yang digunakan :


1. Kendaraan, misal : Ambulan beserta perlengkapan medisnya
2. Scoope Strecher
3. LSB : Long Spine Board
4. KD : Kendrick Extrication Device
5. Brankar dll

DAFTAR PUSTAKA
Diklat Ambulans Gawat Darurat 118. 2007. Buku Panduan BT-CLS (Basic
Trauma and Cardiac Life Support). Ambulans Gawat Darurat 118.
Jakarta
TOOLS PENILAIAN TRANSPORTASI
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT 0 1 2
Tahap Pra Interaksi        
1 Mengecek program terapi 1      
2 Mencuci tangan 1      
3 Mengidentifikasi pasien dengan benar 1      
4 Menyiapkan dan mendekatkan alat ke pasien 1      
Tahap Orientasi        
1 Salam, sapa, perkenalkan diri 1      
2 Melakukan kontrak 1      
3 Menjelaskan tujuan 1      
4 Menjelaskan prosedur 1      
5 Menanyakan kesiapan dan kerjasama pasien 1      
Tahap Kerja        
1 Memasang neckcollar 6      
2 Melakukan logroll 6      
3 Palpasi area punggung 4      
4 Mendekatkan LSB/Scoop scratcher 2      
Memposisikan pasien pada LSB/Scoop
5 3      
scratcher
6 Menutupi pasien dengan selimut 3      
7 Memfiksasi pasien di LSB/Scoop scratcher 2      
Mengangkat pasien dengan menggunakan kaki
8 5      
terkuat sebagai tumpuan
Tahap Terminasi        
1 Melakukan evaluasi tindakan yang dilakukan 1      
2 Menyampaikan rencana tindak lanjut / RTL 1      
3 Mengajak pasien membaca Hamdalah 1      
4 Berpamitan dan menyampaikan kontrak 1      
5 Membereskan dan mengembalikan alat 1      
6 Mencuci tangan 1      
7 Mencatat kegiatan dalam catatan keperawatan 1      
Penampilan selama tindakan        
1 Ketenangan selama tindakan selama tindakan 1      
2 Melakukan komunikasi ang terapiutik 1      
3 Menjaga keamanan dan kenyamanan pasien 1      
TOTAL SCORE 50  
Kegiatan Belajar

PEMBIDAIAN

150 menit

PENDAHULUAN
Deskripsi Singkat, Relevansi, Tujuan Umum dan Petunjuk Belajar

Deskripsi Singkat
Pembidaian adalah suatu cara untuk mengistirahatkan (immobilisasi)
bagian tubuh kita yang mengalami cedera dengan menggunakan suatu
alat. Bidai atau spalk adalah alat dari kayu, anyaman kawat atau bahan
lain yang kuat tetapi ringan yang digunakan untuk menahan atau menjaga
agar bagian tulang yang patah tidak bergerak (immobilisasi).
Petunjuk Belajar
Langkah-langkah selama skill lab adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa melakukan discovery learning terkiat skill pembidaian
2. Mahasiswa melakukan pre test
3. Mahasiswa mendapatkan penjelasan dan demonstrasi praktikum (pra
interaksi, fase kerja, terminasi) oleh instruktur
4. Mahasiswa mendemonstrasikan kembali skill yang telah diajarkan
5. Mahasiswa melaksanakan post test
KEMA
MP
UA
N
AK
HI
R
YA
NG
DI
CA
PA
I
(K
O
GN
ITI
F,
AF
FE
KT
IF,
DA
N
Diharapkan setelah mahasiswa melaksanakan skill lab hecting,
mahasiswa mampu:
1. Memahami konsep pembidaian
2. Mendemonstrasikan prosedur atau langkah pembidaian
3. Mahasiswa mampu mengintegrasikan komunikasi terapeutik,
menunjukkan empati, caring, patient safety, sevice exelence selama
demonstrasi skill.

LATIHAN / TRIGGER CASE

Tn. M 32 tahun dibawa ke IGD Rumah Sakit Post kecelakaan kerja.Klien


terjatuh dan mengeluh kakinya sakit. Apa yang seharusnya dilakukan?
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Pembidaian adalah suatu cara untuk mengistirahatkan (immobilisasi)
bagian tubuh kita yang mengalami cedera dengan menggunakan
suatu alat. Bidai atau spalk adalah alat dari kayu, anyaman kawat
atau bahan lain yang kuat tetapi ringan yang digunakan untuk
menahan atau menjaga agar bagian tulang yang patah tidak bergerak
(immobilisasi).
B. Tujuan Pembidaian
1. Untuk mencegah gerakan (immobilisasi) fragmen patah tulang
atau sendi yang mengalami dislokasi
2. Untuk meminimalisasi / mencegah kerusakan pada jaringan
lunak sekitar tulang yang patah (mengurangi / mencegah cedera
pada pembuluh darah, jaringan saraf perifer, dan pada jaringan
patah tulang tersebut)
3. Untuk mengurangi perdarahan dan bengkak yang timbul
4. Untuk mencegah terjadinya syok
5. Untuk mengurangi nyeri dan penderitaan
C. Prinsip Pembidaian
1. Lakukan pembidaian pada tempat dimana anggota badan
mengalami cidera ( korban yang dipindahkan)
2. Lakukan juga pembidaian pada persangkaan patah tulang, jadi
tidak perlu harus dipastikan dulu ada tidaknya patah tulang
3. Melewati minimal dua sendi yang berbatasan
D. Syarat – Syarat Pembidaian
1. Siapkan alat – alat selengkapnya
2. Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah. Sebelum
dipasang diukur dulu pada anggota badan korban yang tidak
sakit
3. Ikatan jangan terlalu keras dan terlalu kendor
4. Bidai dibalut dengan pembalut sebelum digunakan
5. Ikatan harus cukup jumlahnya, dimulai dari sebelah atas dan
bawah tempat yang patah
6. Kalau memungkinkan anggota gerak tersebut ditinggikan setelah
dibidai
7. Sepatu, gelang, jam tangan dan alat pengikat perlu dilepas
E. Macam/Type Bidai atau Splint
1. Rigid splint (bidai kaku) yaitu yang terbuat dari kayu, logam,
plastik yang keras dll. Pada bidai rigid harus diberi padding
sebelum dipasang pada pasien

2. Traction splint (bidai dengan traksi/tarikan) yaitu alat mekanik


yang dapat melakukan traksi pada bidai untuk mengurangi nyeri,
mengurangi perdarahan dan memperkecil kemungkinan cidera
lebih lanjut. Bidai dengan tarikan ini tidak me-realigment atau
mereposisi tulang yang patah.

3. Circumferential splint ( bidai melingkar ) yaitu bidai yang secara


utuh menutupi atau membungkus ekstremitas yang mengalami
cidera, contoh bidai udara yang mempunyai efek kompresi atau
penekanan pada bagian luar ekstremitas yang cedera dapat
mengurangi bengkak.
4. Splint improvisasi (bidai dengan improvisasi) yaitu merupakan
bidai yang dibuat sendiri dengan memakai benda-benda yang
ada misalnya membuat bidai dari papan/kardus/koran/tongkat dll

F. Hal-hal yang perlu diperhatikan selama melakukan pembidaian


1. Selalu memperhatikan keadaan sebelum, selama, dan sesudah
bekerja
2. Jangan lupa mendokumentasikan hasil dan melaporkan kapada
dokter atau perawat yang bertanggung jawab
3. Bidai rigid yaitu bidai yang terbuat dari kayu, logam, plastik yang
keras dll. Pada bidai rigid harus diberi padding sebelum dipasang
pada pasien
4. Bidai lembut / lunak seperti air splint ( udara ), vakum splint,
bantal dll. Bidai jenis ini bagus untuk tungkai dan lengan bawah.
Celana anti syok ( PASG – Pneumatik Anti Syok Garmen atau
MAST – Military Anti Syok Trousers ) adalah bidai udara yang
sangat baik. Bidai udara ini memiliki keuntungan karena efek
kompresinya sehingga perdarahan bisa dikurangi namun
kerugianya tekanan dapat meningkat bila temperature naik atau
ditempat ketinggian. Bidai ini jangan dipakai pada fraktur yang
mengalami angulasi karena dapat mengakibatkan tekanan yang
akan meluruskan fraktur secara otomatis, kerugian lainnya
adalah bahwa denyut nadi pada ekstremitas tidak dapat
dimonitor bila bidai terpasang juga seringkali bidai melekat pada
kulit dan timbul rasa nyeri bila bidai dilepas. Bantal merupakan
bidai yang baik untuk cidera pada kaki, juga dapat digunakan
kain pada dislokasi sendi bahu. Bidai dari kain seperti mitela atau
elastic bandage sangat baik untuk cidera klavikula, sendi bahu,
lengan atas dan siku. Dengan menggunakan dinding dada
sebagai peyangga yang kuat dan membidai lengan pada dinding
dada
5. Taksi Split dibuat untuk fraktur ekstremitas inferior. Alat ini
mengimobilisasi fraktur dengan cara menarik ekstremitas pasien
secara terus menerus, tarikan yang terus menerus ini juga
menjaga agar otot paha yang kuat tidak mengalami spasme.
Traksi mencegah gerakan dari ujung tulang yang dapat merusak
struktur neurovaskular
6. Bila memasang bidai terlalu ketat bisa menekan jaringan saraf,
pembuluh darah atau jaringan di bawah bidai yang bisa
memperparah cidera yang sudah ada juga menghambat aliran
darah sehingga bisa mengakibatkan iskemik jaringan / kematian
jaringan (nekrosis)
7. Bila memasang bidai terlalu longgar akan terdapat pergerakan
yang luas pada tulang yang patah sehingga juga bisa
menimbulkan kerusakan pada syaraf perifer, pembuluh darah
atau jaringan sekitarnya akibat pergerakan ujung-ujung fragmen
patah tulang
8. Bila pembidaian dilakukan terlalu lama dapat memperlambat
transportasi penderita yang mengalami cidera yang mengancam
jiwa.

G. MODEL-MODEL PEMBIDAIAN
1. Pembidaian pada ekstremitas atas
a. Patah tulang clavikula
1) Sering terjadi pada sendi bahu
2) Pembidaian dengan :
a) Arm sling atau mitela
b) Sling dan Swathe (mitela dengan pembatas tubuh)
c) Bidai konvigurasi

b. Sendi bahu
1) Dislokasi sendi sering terjadi, bisa untuk pertama
kalinya atau rekuren (trauma minimal dapat
menimbulkan rekuren dislokasi)
2) Sendi terkunci pada satu posisi, sangat nyeri dan tidak
bisa di gerakan
3) Pembidaian dengan :
a) Bidai pada posisi tersebut
b) Rongga atau ruang antara bahu dan lengan di isi
dengan kain atau handuk sebagai padding (swathe)
c. Humerus
1) Patah tulang humerus bisa terjadi di proksimal, bagian
tengah atau distal dekat dengan sendi siku
2) Pembidaian dengan :
a) Dengan sling atau swathe dengan posisi siku fleksi
atas
b) Posisi lengan lurus dan bidai sesuai dengan
panjang lengan
c) Nilai pulsasi arteri radialis, gerakan jari-jari tangan
dan sensibilitas tangan / lengan bawah

d. Siku
1) Siku harus di bidai pada posisi pasca cidera, tidak perlu
di upayakan supaya lurus
2) Bila lengan dekat siku tampak bengkak, lakukan
pembidaian dan pasang Sling
3) Bila siku dalam posisi lurus pasca cidera, lakukan
pembidaian dari ketiak sampai ke tangan pada dua sisi
e. Lengan bawah dan pergerakan tangan
1) Merupakan daerah yang sering mengalami cidera
2) Pembidaian mulai dari proksimal siku sampai ke ujung
jari-jari tangan kemudian pasang arm sling
3) Dapat juga menggunakan splint / bidai udara

f. Tangan dan jari-jari


1) Bila satu jari mengalami patah tulang atau cidera maka
dapat di bidai dengan jari di dekatnya
2) Juga dapat di pakai bidai yang terbuat dari kayu atau
alumunium yang sepanjang dan selebar jari
3) Bila jari yang mengalami patah lebih dari satu maka
seluruh tangan harus di immobilisasi dalam posisi
fungsional caranya dengan mengisi telapak tangan
dengan kapas yang di buat seperti bola atau handuk
kecil di buat seperti bola untuk di genggam kemudian
seluruh tangan di balut dengan elastis perban, bila perlu
di pasang papan bidai ke lengan bawah.

2. Pembidaian pada ekstremitas bawah


a. Pelvis
1) Patah tulang pada daerah pelvis sering disertai
perdarahan yang dapat menimbulkan syok jadi jika
terdapat fraktur, perhatikan sirkulasi dengan
mengevaluasi rutin nadi dan tekanan darah penderita
2) Pembidaian dengan :
a) Memasukan Long back board (papan lebar yang
panjang) dari punggung sampai ke paha penderita,
kemudian diberi padding / pembatas dari kain
diantara paha setelah itu fiksasi bagian tubuh
dengan papan tersebut
b. Panggul dan Femur
1) sendi panggul merupakan bagian proksimal dari tulang
femur, dan cidera pada panggul sering ditemukan baik
pada dewasa atau orang tua
2) patah tulang femur juga berpotensi untuk perdarahan
yang banyak dan mengakibatkan syok penderita.
3) Pembidaian dengan :
a) Bidai yang paling baik untuk patah tulang femur
adalah bidai tarik (trastion splint) dan kita harus
tahu cara penggunannya atau alternatif lain yang
sering digunakan adalah dengan memasang bidai
disisi dalam paha mulai dari ketiak sampai ke kaki
dan satu bidai lagi disisi luar mulai dari ketiak
sampai ke kaki
b) Bila tidak ada bidai sama sekali, dalam tindakan
darurat dapat di gunakan tungkai yang sehat
sebagai bidai.

c. Lutut
1) Cidera pada lutut bisa berupa dislokasi, patah tulang
atau cidera pada ligamentum
2) Bila terjadi dislokasi atau bengkak yang hebat, harus
segera di evaluasivaskularisasi dan pemeriksaan
neurologis sensorik dan motorik di daerah pergelangan
kaki
3) Pembidaian dengan :
a) Bila posisi lutut lurus saat di temukan, pasang bidai
di sisi dalam dan luar tungkai mulai dari panggul
(selangkangan )sampai ke kaki
b) Bila posisi lutut fleksi saat di temukan, bidai pada
posisi tersebut dengan dua bidai disisi dalam dan
luar mulai dari femur sampai ke tungkai
d. Tibia dan Fibula
1) Cedera pada tungkai bawah ini sering dijumpai, karena
tulang tibia terletaklangsung di bawah kulit, sedang
fibula agak terlindung oleh otot-otot
2) Patah tulang biba pada tibia saja atau keduanya
3) Pembidaian dengan :
a) Pembidaian pada tibia dan fibula di pasang pada
bagian dalam tungkai mulai dari selangkangan
sampai ke kaki dan bidai bagioan luar mulai dari
tulang femyr sampai ke kaki. Kemudian di ikat
dengan kain atau strap, dapat juga di gunakan bidai
plastic udara.
e. Pergelangan Kaki dan Kaki
1) Bidai di daerah pergelangan kaki dan kaki biasanya di
gunakan bantalatau kain selimut atau handuk mulai dari
tungkai bawah sampai jari-jari kaki kemudian diikat
dengan tali kain

3. Pembidaian pada cedera tulang belakang


a. Cervical
1) Bidai pada tulang cervical biasanya di gunakan rigid
cervical immobilisasi atau bisa juga digunakan bantal
pasir atau handuk / selimut gulung di letakan di samping
kiri dan kanan kepala. Penderita dibaringkan pada long
spine board sebelum dibawa

b. Vertebra Torakal dan Lumbal


1) Pembidaian pada patah tulang vertebra (cervical,
torakal dan lumbal) memerlukan teknik menggeser atau
memindahkan penderita saat kita memasukan long
spine board dan di perlukan 4 orang untuk prosedur ini

2) Bila terdapat juga patah tulang lengan atau tungkai,


bagian tersebut sudah harus di bidai lebih dulu sebelum
kita melakukan pembidaian pada tulang belakang
3) Pembidaian dengan :
a) Penolong 1 memegang kepala dengan sedikit
melakukan traksi Untuk mempertahankan
aligment / kesegarisan tulang cervical
b) Penolong 2 memasang rigid cervical immobilization
c) Lengan kiri dan kanan penderita diletakan di
samping badan penderita
d) Penolong 2 memegang bahu dan pergelangan
tangan penderita
e) Penolong 3 dengan sisi yang sama dengan
penolong 2 memegang panggul dan pergelangan
kaki penderita
f) Penolong 4 mempersiapkan long spint board dan
memberi komando Untuk memutar penderita ke sis
penolong 2 dan 3
g) Pada saat memutar gerakan kepala, bahu dan
pelvis harus bersamaan dan di awasi langsung oleh
penolong 1 untuk meklihat aligment penderita
h) Penolong 4 memasukan long spint board di bawah
badan penderita dan memberi komando kembali
Untuk memutar tubuh penderita ke posisi semula,
gerakan harus bersamaan antara kepala bahu dan
pelvis
i) Penolong 1 harus menghindari melakukan fleksi
atau hiperekstensi pada proses log roll ini
j) Penolong 2 dan 3 mempertahankan aligment
vertebra torakal den lumnal serta pelvis
4) Penderita kemudian di bidai dengan long spine board.
Sisi kanan dan kiri kepala diberi penahan Untuk
mencegah gerakan rotasi kepala; rongga yang
terbentuk antara board dan tubuh . penderita diisi
dengan padding atau kain handuk / selimut
Contoh macam-macam pembalutan
1. Pembalut Gulung Untuk Kepala

2. Pembalut dasi untuk rahang,pipi&alis

3. Pembalut membelit kepala


4. Balut 3-segi dikepala

5. Membalut mata

7. Membalut luka di dada

6. Pembalut dasi Untuk ketiak


7. Balut lipat silang mendaki di bahu

8. Membalut Jari

9. Membalut silang mendaki di ibu jari

10. Membalut tangan

11. Membalut silang di tangan


12. Membalut gulung Untuk lengan dan siku

13. Membalut 3-segi ditelapak kaki


PERALATAN DAN BAHAN

1. Bidai / splint
2. Pembalut (bila pelu)
3. Perban / elasted bandage / gypsona (bila perlu)
4. Kasa steril
5. Gunting plester / perban
6. Hand scoen
7. Baju pelindung / skort

PROSEDUR KETERAMPILAN

1. Tahap Pra Interaksi


a. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada.
b. Mengidentifikasi pasien dengan tepat.
c. Mencuci tangan.
d. Menempatkan alat didekat pasien dengan benar.
2. Tahap Orientasi
a. Mengucapkan salam, menyapa nama pasien dan
memperkenalkan diri.
b. Melakukan kontrak untuk tindakan yang akan dilakukan.
c. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada pasien.
d. Menanyakan kesiapan pasien sebelum kegiatan dilakukan.
3. Tahap Kerja
a. Menjaga privasi pasien.
b. Mengajak pasien membaca basmalah dan berdoa.
c. Melepaskan pakaian pasien sehingga bagian ekstremitas atau
bagian yang mengalami cidera tampak semua
d. Periksa pulsasi dan sensorik bagian distal dari tempat fraktur
sebelum dan sesudah pemasangan splint / bidai. Bila
memungkinkan periksa daerah ekstremitas distal dari fraktur atau
amati gerakan dari pasien yang tidak sadar
e. Jika ekstremitas tampak sangat membengkok dan nadi tidak
teraba coba lakukan traksi ringan dan jika ada tahanan jangan di
teruskan dan pasang bidai pada posisi tersebut
f. Luka terbuka harus ditutup dulu dengan kasa steril dan
perdarahan di kontrol dulu baru kemudian dipasang bidai
g. Pasang bidai dengan melewati 2 sendi dari tulang yang fraktur
h. Pasang padding / bantal secukupnya terutama pada tulang yang
menonjol
i. Pada fraktur terbuka, jangan memasukan ujung tulang yang
patah kedalam lagi. Tutup bagian ulang yang keluar dengan kasa
steril baru kemudian dipasang bidai
j. Bila ada cidera lain yang lebih serius dan mengancam nyawa,
bidai di pasang setelah pasien di stabilkan
k. Jika ragu-ragu ada tidaknya fraktur, tetap pasang bidai pada
daerah ekstremitas yang di curigai ada cidera
4. Tahap terminasi
a. Melakukan evaluasi tindakan yang dilakukan.
b. Menyampaikan rencana tindak lanjut / RTL
c. Merapikan pasien dan lingkungan.
d. Mengajak pasien membaca Hamdalah dan berdoa kepada Allah.
e. Berpamitan dengan pasien dan menyampaikan kontrak yang
akan datang.
f. Membereskan dan mengembalikan alat ke tempat semula.
g. Mencuci tangan.
h. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan.

CHECK LIST PENILAIAN DEMONSTRASI SKILL

BO SKOR
NO ASPEK YANG DINILAI
BOT 1 2 3
Tahap Pra Interaksi
1. Mengecek program terapi 1
2. Mencuci tangan 1
3. Mengidentifikasi pasien dengan benar 1
4. Menyiapkan dan mendekatkan alat ke pasien 1
Tahap Orientasi
1. Salam, sapa, perkenalkan diri 1
2. Melakukan kontrak 1
3. Menjelaskan tujuan 1
4. Menjelaskan prosedur 1
5. Menanyakan kesiapan dan kerjasama pasien 1
Tahap Kerja
1. Menjaga privacy 1
2. Mengajak pasien membaca Basmalah 1
Melepaskan pakaian pasien sehingga bagian
3. ekstremitas atau bagian yang mengalami 3
cidera tampak semua
Periksa pulsasi dan sensorik bagian distal dari
4. tempat fraktur sebelum dan sesudah 6
pemasangan splint / bidai
Jika ekstremitas tampak sangat membengkok
5. dan nadi tidak teraba coba lakukan traksi 4
ringan
Luka terbuka harus ditutup dulu dengan kasa
6. steril dan perdarahan di kontrol dulu baru 4
kemudian dipasang bidai
Pasang bidai dengan melewati 2 sendi dari
7. 6
tulang yang fraktur
Pasang padding / bantal secukupnya terutama
8. 4
pada tulang yang menonjol
Tahap Terminasi
1. Mengevaluasi tindakan yang dilakukan 1
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut / RTL 1
3. Mengajak pasien membaca Hamdalah 1
Berpamitan dan menyampaikan kontrak yang
4. 1
akan datang
5. Membereskan dan mengembalikan alat 1
6. Mencuci tangan 1
Mencatat kegiatan dalam lembar catatan
7. 1
keperawatan
Penampilan selama tindakan
1. Ketenangan selama tindakan selama tindakan 1
2. Melakukan komunikasi ang terapiutik 1
3. Menjaga keamanan dan kenyamanan pasien 1
TOTAL SCORE 50

DAFTAR PUSTAKA

Kozier, B., Erb, G. 2003. Wound Care in Fundamental of Nursing:


Concepts and Procedures. 3rd Edition. Addison-Wesley Publishing
Company. Massachuset. USA

Skills Laboratory Manual, 2003, Vital sign Examination and Bandages and
Splints, Skills Laboratory, School of Medicine Gadjah Mada
University, Yogyakarta.

Stevens, P.J.M., Almekinders, G.I., Bordui, F., Caris, J., van der Meer,
W.E., van der Weyde, J.A.G. 2000. Pemberian Pertolongan Pertama
dalam Ilmu Keperawatan. EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai