TRANSPORTASI PASIEN
150 Menit
PENDAHULUAN
Deskripsi Singkat, Relevansi, Tujuan Umum dan Petunjuk Belajar
Deskripsi Sigkat
Memindahkan / mengangkut pasien gawat darurat ke rumah sakit atau
sarana kesehatan yang lebih memadai dengan cepat dan aman tanpa
menambah cidera pada pasien tersebut.
Petunjuk Belajar
Langkah-langkah selama skill lab adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa melakukan discovery learning terkiat skill transportasi
pasien
2. Mahasiswa melakukan pre test
3. Mahasiswa mendapatkan penjelasan dan demonstrasi praktikum (pra
interaksi, fase kerja, terminasi) oleh instruktur
4. Mahasiswa mendemonstrasikan kembali skill yang telah diajarkan
5. Mahasiswa melaksanakan post test
KEMA
MP
UA
N
AK
HI
R
YA
NG
DI
CA
PA
I
(K
O
GN
ITI
F,
AF
FE
KT
IF,
DA
N
Diharapkan setelah mahasiswa melaksanakan skill lab hecting,
mahasiswa mampu:
1. Memahami konsep transportasi pasien
2. Mendemonstrasikan prosedur atau langkah transportasi pasien
3. Mahasiswa mampu mengintegrasikan komunikasi terapeutik,
menunjukkan empati, caring, patient safety, sevice exelence selama
demonstrasi skill.
A. Pengertian
Memindahkan / mengangkut pasien gawat darurat ke rumah sakit
atau sarana kesehatan yang lebih memadai dengan cepat dan aman
tanpa menambah cidera pada pasien tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Diklat Ambulans Gawat Darurat 118. 2007. Buku Panduan BT-CLS (Basic
Trauma and Cardiac Life Support). Ambulans Gawat Darurat 118.
Jakarta
TOOLS PENILAIAN TRANSPORTASI
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT 0 1 2
Tahap Pra Interaksi
1 Mengecek program terapi 1
2 Mencuci tangan 1
3 Mengidentifikasi pasien dengan benar 1
4 Menyiapkan dan mendekatkan alat ke pasien 1
Tahap Orientasi
1 Salam, sapa, perkenalkan diri 1
2 Melakukan kontrak 1
3 Menjelaskan tujuan 1
4 Menjelaskan prosedur 1
5 Menanyakan kesiapan dan kerjasama pasien 1
Tahap Kerja
1 Memasang neckcollar 6
2 Melakukan logroll 6
3 Palpasi area punggung 4
4 Mendekatkan LSB/Scoop scratcher 2
Memposisikan pasien pada LSB/Scoop
5 3
scratcher
6 Menutupi pasien dengan selimut 3
7 Memfiksasi pasien di LSB/Scoop scratcher 2
Mengangkat pasien dengan menggunakan kaki
8 5
terkuat sebagai tumpuan
Tahap Terminasi
1 Melakukan evaluasi tindakan yang dilakukan 1
2 Menyampaikan rencana tindak lanjut / RTL 1
3 Mengajak pasien membaca Hamdalah 1
4 Berpamitan dan menyampaikan kontrak 1
5 Membereskan dan mengembalikan alat 1
6 Mencuci tangan 1
7 Mencatat kegiatan dalam catatan keperawatan 1
Penampilan selama tindakan
1 Ketenangan selama tindakan selama tindakan 1
2 Melakukan komunikasi ang terapiutik 1
3 Menjaga keamanan dan kenyamanan pasien 1
TOTAL SCORE 50
Kegiatan Belajar
PEMBIDAIAN
150 menit
PENDAHULUAN
Deskripsi Singkat, Relevansi, Tujuan Umum dan Petunjuk Belajar
Deskripsi Singkat
Pembidaian adalah suatu cara untuk mengistirahatkan (immobilisasi)
bagian tubuh kita yang mengalami cedera dengan menggunakan suatu
alat. Bidai atau spalk adalah alat dari kayu, anyaman kawat atau bahan
lain yang kuat tetapi ringan yang digunakan untuk menahan atau menjaga
agar bagian tulang yang patah tidak bergerak (immobilisasi).
Petunjuk Belajar
Langkah-langkah selama skill lab adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa melakukan discovery learning terkiat skill pembidaian
2. Mahasiswa melakukan pre test
3. Mahasiswa mendapatkan penjelasan dan demonstrasi praktikum (pra
interaksi, fase kerja, terminasi) oleh instruktur
4. Mahasiswa mendemonstrasikan kembali skill yang telah diajarkan
5. Mahasiswa melaksanakan post test
KEMA
MP
UA
N
AK
HI
R
YA
NG
DI
CA
PA
I
(K
O
GN
ITI
F,
AF
FE
KT
IF,
DA
N
Diharapkan setelah mahasiswa melaksanakan skill lab hecting,
mahasiswa mampu:
1. Memahami konsep pembidaian
2. Mendemonstrasikan prosedur atau langkah pembidaian
3. Mahasiswa mampu mengintegrasikan komunikasi terapeutik,
menunjukkan empati, caring, patient safety, sevice exelence selama
demonstrasi skill.
A. Pengertian
Pembidaian adalah suatu cara untuk mengistirahatkan (immobilisasi)
bagian tubuh kita yang mengalami cedera dengan menggunakan
suatu alat. Bidai atau spalk adalah alat dari kayu, anyaman kawat
atau bahan lain yang kuat tetapi ringan yang digunakan untuk
menahan atau menjaga agar bagian tulang yang patah tidak bergerak
(immobilisasi).
B. Tujuan Pembidaian
1. Untuk mencegah gerakan (immobilisasi) fragmen patah tulang
atau sendi yang mengalami dislokasi
2. Untuk meminimalisasi / mencegah kerusakan pada jaringan
lunak sekitar tulang yang patah (mengurangi / mencegah cedera
pada pembuluh darah, jaringan saraf perifer, dan pada jaringan
patah tulang tersebut)
3. Untuk mengurangi perdarahan dan bengkak yang timbul
4. Untuk mencegah terjadinya syok
5. Untuk mengurangi nyeri dan penderitaan
C. Prinsip Pembidaian
1. Lakukan pembidaian pada tempat dimana anggota badan
mengalami cidera ( korban yang dipindahkan)
2. Lakukan juga pembidaian pada persangkaan patah tulang, jadi
tidak perlu harus dipastikan dulu ada tidaknya patah tulang
3. Melewati minimal dua sendi yang berbatasan
D. Syarat – Syarat Pembidaian
1. Siapkan alat – alat selengkapnya
2. Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah. Sebelum
dipasang diukur dulu pada anggota badan korban yang tidak
sakit
3. Ikatan jangan terlalu keras dan terlalu kendor
4. Bidai dibalut dengan pembalut sebelum digunakan
5. Ikatan harus cukup jumlahnya, dimulai dari sebelah atas dan
bawah tempat yang patah
6. Kalau memungkinkan anggota gerak tersebut ditinggikan setelah
dibidai
7. Sepatu, gelang, jam tangan dan alat pengikat perlu dilepas
E. Macam/Type Bidai atau Splint
1. Rigid splint (bidai kaku) yaitu yang terbuat dari kayu, logam,
plastik yang keras dll. Pada bidai rigid harus diberi padding
sebelum dipasang pada pasien
G. MODEL-MODEL PEMBIDAIAN
1. Pembidaian pada ekstremitas atas
a. Patah tulang clavikula
1) Sering terjadi pada sendi bahu
2) Pembidaian dengan :
a) Arm sling atau mitela
b) Sling dan Swathe (mitela dengan pembatas tubuh)
c) Bidai konvigurasi
b. Sendi bahu
1) Dislokasi sendi sering terjadi, bisa untuk pertama
kalinya atau rekuren (trauma minimal dapat
menimbulkan rekuren dislokasi)
2) Sendi terkunci pada satu posisi, sangat nyeri dan tidak
bisa di gerakan
3) Pembidaian dengan :
a) Bidai pada posisi tersebut
b) Rongga atau ruang antara bahu dan lengan di isi
dengan kain atau handuk sebagai padding (swathe)
c. Humerus
1) Patah tulang humerus bisa terjadi di proksimal, bagian
tengah atau distal dekat dengan sendi siku
2) Pembidaian dengan :
a) Dengan sling atau swathe dengan posisi siku fleksi
atas
b) Posisi lengan lurus dan bidai sesuai dengan
panjang lengan
c) Nilai pulsasi arteri radialis, gerakan jari-jari tangan
dan sensibilitas tangan / lengan bawah
d. Siku
1) Siku harus di bidai pada posisi pasca cidera, tidak perlu
di upayakan supaya lurus
2) Bila lengan dekat siku tampak bengkak, lakukan
pembidaian dan pasang Sling
3) Bila siku dalam posisi lurus pasca cidera, lakukan
pembidaian dari ketiak sampai ke tangan pada dua sisi
e. Lengan bawah dan pergerakan tangan
1) Merupakan daerah yang sering mengalami cidera
2) Pembidaian mulai dari proksimal siku sampai ke ujung
jari-jari tangan kemudian pasang arm sling
3) Dapat juga menggunakan splint / bidai udara
c. Lutut
1) Cidera pada lutut bisa berupa dislokasi, patah tulang
atau cidera pada ligamentum
2) Bila terjadi dislokasi atau bengkak yang hebat, harus
segera di evaluasivaskularisasi dan pemeriksaan
neurologis sensorik dan motorik di daerah pergelangan
kaki
3) Pembidaian dengan :
a) Bila posisi lutut lurus saat di temukan, pasang bidai
di sisi dalam dan luar tungkai mulai dari panggul
(selangkangan )sampai ke kaki
b) Bila posisi lutut fleksi saat di temukan, bidai pada
posisi tersebut dengan dua bidai disisi dalam dan
luar mulai dari femur sampai ke tungkai
d. Tibia dan Fibula
1) Cedera pada tungkai bawah ini sering dijumpai, karena
tulang tibia terletaklangsung di bawah kulit, sedang
fibula agak terlindung oleh otot-otot
2) Patah tulang biba pada tibia saja atau keduanya
3) Pembidaian dengan :
a) Pembidaian pada tibia dan fibula di pasang pada
bagian dalam tungkai mulai dari selangkangan
sampai ke kaki dan bidai bagioan luar mulai dari
tulang femyr sampai ke kaki. Kemudian di ikat
dengan kain atau strap, dapat juga di gunakan bidai
plastic udara.
e. Pergelangan Kaki dan Kaki
1) Bidai di daerah pergelangan kaki dan kaki biasanya di
gunakan bantalatau kain selimut atau handuk mulai dari
tungkai bawah sampai jari-jari kaki kemudian diikat
dengan tali kain
5. Membalut mata
8. Membalut Jari
1. Bidai / splint
2. Pembalut (bila pelu)
3. Perban / elasted bandage / gypsona (bila perlu)
4. Kasa steril
5. Gunting plester / perban
6. Hand scoen
7. Baju pelindung / skort
PROSEDUR KETERAMPILAN
BO SKOR
NO ASPEK YANG DINILAI
BOT 1 2 3
Tahap Pra Interaksi
1. Mengecek program terapi 1
2. Mencuci tangan 1
3. Mengidentifikasi pasien dengan benar 1
4. Menyiapkan dan mendekatkan alat ke pasien 1
Tahap Orientasi
1. Salam, sapa, perkenalkan diri 1
2. Melakukan kontrak 1
3. Menjelaskan tujuan 1
4. Menjelaskan prosedur 1
5. Menanyakan kesiapan dan kerjasama pasien 1
Tahap Kerja
1. Menjaga privacy 1
2. Mengajak pasien membaca Basmalah 1
Melepaskan pakaian pasien sehingga bagian
3. ekstremitas atau bagian yang mengalami 3
cidera tampak semua
Periksa pulsasi dan sensorik bagian distal dari
4. tempat fraktur sebelum dan sesudah 6
pemasangan splint / bidai
Jika ekstremitas tampak sangat membengkok
5. dan nadi tidak teraba coba lakukan traksi 4
ringan
Luka terbuka harus ditutup dulu dengan kasa
6. steril dan perdarahan di kontrol dulu baru 4
kemudian dipasang bidai
Pasang bidai dengan melewati 2 sendi dari
7. 6
tulang yang fraktur
Pasang padding / bantal secukupnya terutama
8. 4
pada tulang yang menonjol
Tahap Terminasi
1. Mengevaluasi tindakan yang dilakukan 1
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut / RTL 1
3. Mengajak pasien membaca Hamdalah 1
Berpamitan dan menyampaikan kontrak yang
4. 1
akan datang
5. Membereskan dan mengembalikan alat 1
6. Mencuci tangan 1
Mencatat kegiatan dalam lembar catatan
7. 1
keperawatan
Penampilan selama tindakan
1. Ketenangan selama tindakan selama tindakan 1
2. Melakukan komunikasi ang terapiutik 1
3. Menjaga keamanan dan kenyamanan pasien 1
TOTAL SCORE 50
DAFTAR PUSTAKA
Skills Laboratory Manual, 2003, Vital sign Examination and Bandages and
Splints, Skills Laboratory, School of Medicine Gadjah Mada
University, Yogyakarta.
Stevens, P.J.M., Almekinders, G.I., Bordui, F., Caris, J., van der Meer,
W.E., van der Weyde, J.A.G. 2000. Pemberian Pertolongan Pertama
dalam Ilmu Keperawatan. EGC. Jakarta.