Anda di halaman 1dari 8

Kegiatan Belajar

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD)


PADA BAYI DAN ANAK

150 Menit

PENDAHULUAN
Deskripsi Singkat, Relevansi, Tujuan Umum dan Petunjuk Belajar

Deskripsi Sigkat
Bantuan hidup dasar pada bayi dan anak merupakan hal yang penting
untuk kelangsungan dan kualitas hidup anak. American Heart
Associations (2015) telah memberikan panduan bantuan hidup dasar
untuk bayi (usia kurang dari 1 tahun) dan anak ( usia 1 tahun sampai
masa pubertas yang ditandai dengan pembentukan dada pada wanita dan
pertumbuhan rambut aksila pada pria). Bantuan hidup dasar pada
pediatrik dapat dilakukan bedasarkan algoritma 1 penolong dan 2
penolog. Urutan siklusnya meliputi kompresi, airway, breathing (C-A-B).
Relevansi
Materi yang telah dipelajari sebelumnya terkait dengan anatomi, fisiologi
dan patofisiologi sistem pernafasan dan sirkulasi darah (jantung-paru)
kemudian dihubungkan dengan upaya respon cepat dalam keadaan henti
jantung atau henti nafas khususnya pada bayi dan anak
Petunjuk Belajar
Langkah-langkah selama skill lab adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa melakukan discovery learning tentang anatomi fisiologi
pernafasan dan sirkulasi (jantung-paru)
2. Mahasiswa melakukan pre test
3. Mahasiswa mendapatkan penjelasan dan demonstrasi praktikum (pra
interaksi, fase kerja, terminasi) oleh instruktur
4. Mahasiswa mendemonstrasikan kembali skill yang telah diajarkan
5. Mahasiswa melaksanakan post test

KEMA
MP
UA
N
AK
HI
R
YA
NG
DI
CA
PA
I
(K
O
GN
ITI
F,
AF
FE
KT
IF,
DA
N
Diharapkan setelah mahasiswa melaksanakan skill lab BHD bayi dan
anak, mahasiswa mampu:
1. Memahami indikasi bantuan hidup dasar pada bayi dan anak
2. Memahami prosedur bantuan hidup dasar pada bayi dan anak
3. Mendemonstrasikan prosedur bantuan hidup dasar pada bayi dan
anak
4. Mahasiswa mampu mengintegrasikan komunikasi terapeutik,
menunjukkan empati, caring, patient safety, service excellence
selama demonstrasi skill.
LATIHAN / TRIGGER CASE

Bayi 2 bulan tersedak air susu formula, bayi tampak kebiruan, tidak
menangis. Sebagai seorang perawat, apa yang saudara lakukan?

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Bantuan hidup dasar merupakan suatu upaya resusitasi.
Resusitasi merupakan upaya yang dilakukan terhadap penderita atau
korban yang berada dalam keadaan gawat atau kritis untuk
mencegah kematian. Faktor yang mempengaruhi kondisi anak yang
menjalani resusitasi adalah kondisi anak sebelumnya, waktu
dimulainya resusitasi jantung paru (RJP), awal terdeteksinya henti
jantung, dan kualitas dari proses bantuan hidup dasar atau lanjutan.
Resusitasi jantung paru sangat berhubungan dengan keberhasilan
kembalinya sirkulasi spontan.
Bantuan hidup dasar (BHD) pada anak adalah tindakan
resusitasi tanpa menggunakan alat atau dengan alat yang terbatas
seperti bag-mask ventilation (ambubag)
Resusitasi jantung paru segera dan efektif berhubungan dengan
kembalinya sirkulasi spontan dan kesempurnaan pemulihan
neurologi. Beberapa penelitian menunjukkan angka survival dan
keluaran neurologi lebih baik bila RJP dilakukan sedini mungkin. Saat
jantung berhenti oksigenasi akan berhenti pula dan menyebabkan
gangguan otak yang tidak dapat diperbaiki walaupun terjadi dalam
beberapa menit. Waktu merupakan hal yang sangat penting saat kita
menolong korban yang tidak sadar dan tidak bernapas.
Tindakan ini dibedakan berdasarkan usia anak <1 tahun atau
lebih dari satu tahun, yang merupakan suatu teknik yang dipakai
untuk menyelamatkan jiwa yang sangat berguna pada keadaan
emergensi, termasuk henti napas dan henti jantung. Resusitasi
jantung paru bertujuan untuk mempertahankan pernapasan dan
sirkulasi agar oksigenasi dan darah dapat mengalir ke jantung, otak,
dan organ vital lainnya. Penyebab terjadinya henti napas dan henti
jantung berbeda-beda tergantung usia. Pada bayi dan anak penyebab
tersering adalah:
1. Sudden infant death syndrome (SIDS)
2. Penyakit pernapasan
3. Sumbatan saluran napas (termasuk aspirasi benda asing)
4. Tenggelam
5. Sepsis
6. Penyakit Neurologis
7. Terbakar
B. ALGORITMA BHD BAYI/ANAK SATU PENOLONG
PROSEDUR KETERAMPILAN

Penolong yang akan melakukan BHD dan korban harus yakin berada
pada tempat yang aman. Kemudian lakukan langkah-langkah sesuai
algoritma. Dalam membebaskan jalan napas. Membebaskan jalan napas
dapat dilakukan diantaranya sebagai berikut :
1. Jika korban tidak sadar dan tidak dicurigai adanya trauma, buka jalan
napas dengan teknik Head Tilt–Chin Lift Maneuver dan jangan
menekan jaringan lunak di bawah dagu karena akan menyebabkan
sumbatan.
2. Pada korban yang dicurigai mengalami trauma leher gunakan teknik
Jaw-Thrust Maneuver untuk membuka jalan napas, yaitu dengan cara
meletakkan 2 atau 3 jari dibawah angulus mandibula kemudian
angkat dan arahkan keluar, jika terdapat dua penolong maka yang
satu harus melakukan imobilisasi tulang servikal.
3. Mengeluarkan benda asing pada obstruksi karena aspirasi benda
asing dapat menyebabkan sumbatan ringan atau berat, jika
sumbatannya ringan maka korban masih dapat bersuara dan batuk,
sedangkan jika sumbatannya sangat berat maka korban tidak dapat
bersuara ataupun batuk. Jika terdapat sumbatan karena benda asing
maka pada bayi dapat dilakukan teknik 5 kali back blows (slaps) atau
5 chest thrust.
4. Pada anak yang masih sadar dapat dilakukan teknik Heimlich
maneuver hingga benda yang menyumbat dapat dikeluarkan.
5. Sedangkan pada anak yang tidak sadar dilakukan teknik Abdominal
thrusts dengan posisi terlentang.
6. Kemudian buka mulut korban, lakukan cross finger maneuver untuk
melihat adanya obstruksi dan finger sweeps maneuver untuk
mengeluarkan benda asing yang tampak pada mulut korban, namun
jangan melakukan teknik tersebut pada anak yang sadar karena
dapat merangsang "gag reflex" dan menyebabkan muntah.
7. Menila napas pada korban sudah tidak menggunakan metode listen,
look and feel, namun saat ini hanya melihat pegerakan dinding dada
dan simultan dilakukan dengan meraba nadi dalam 10 detik, jika nadi
<60 x/menit lakukan kompresi jantung luar. Pada bayi <1 tahun dapat
dilakukan teknik kompresi di sternum dengan dua jari (two-finger
chest compression technique) yang diletakkan 1 jari di bawah garis
imajiner intermamae atau two thumb–encircling hands technique yang
direkomendasikan jika didapatkan dua penolong. Pada anak >1 tahun
kompresi jantung luar dilakukan dengan teknik kompresi pada
pertengahan bawah sternum dengan satu atau kedua telapak tangan
tapi tidak menekan prosesus xypoid ataupun sela iga.

CHECK LIST PENILAIAN DEMONSTRASI SKILL

N BO SKOR
ASPEK YANG DINILAI
O BOT 0 1 2
Tahap Kerja
1. Aman diri, aman pasien, aman lingkungan 3
Memeriksa/ menentukan kesadaran pasien,
2. 3
dengan menepuk bahu atau kaki
3. Bila tidak ada respon, segera panggil bantuan 3
Posisikan pasien terlentang, kedua tangan
4. 3
pasien disamping, dengan alas keras
Mengkaji napas dan periksa denyut nadi
(bersamaan) apakah denyut benar-benar
5. 3
terasa dalam 10 detik.
bayi : brakhialis; anak : carotis
Bila tidak teraba lakukan kompresi jantung luar
6. 5
30 kali
Menentukan titik kompresi pada garis yang
7. 3
menghubungkan kedua papila mamae
Menempatkan tangan
anak : 2 tangan atau 1 tangan (untuk anak yang
8. sangat kecil) di separuh bagian bawah sternum 3
bayi : 2 jari di bagian tengah dada, tepat
dibawah garis puting
9. Mulai kompresi berkelanjutan pada kecepatan 3
100-120x/menit
Melakukan kompresi dengan kedalaman 5 cm
(anak) dan 4 cm (bayi) atau minimum sepertiga
10 3
dari diameter AP dada, pastikan dada recoil
sempurna
Memberikan ventilasi sebanyak 2 kali, dengan
11 membuka jalan nafas (head tilt dan chin lift, atau 3
jaw thrust) dan memastikan jalan napas paten
Lakukan RJP 30 kompresi ; 2 ventilasi sebanyak
12 5
5 siklus +/- 2 menit
setelah 5 siklus +/- 2 menit, evaluasi nadi dan
13 3
napas
Jika nadi teraba nafas tidak ada berikan ventilasi
14 3
5-6 detik sekali
Jika nadi dan nafas ada, posisikan miring
15 3
mantap.
Penampilan selama tindakan
1. Ketenangan 1
2. Menjaga keamanan dan kenyamanan pasien 1
3. Menggunakan bahasa yang dimengerti pasien 1
TOTAL SCORE

DAFTAR PUSTAKA

1. Spencer B, Jisha Chacko J, Donna Sallee D. Guidelines for


cardiopulmonary resuscitation and emergency cardiac care: An
overview of the Changes to pediatric basic and advanced life support.
Crit Care NursClin N Am. 2011;23:303–10.
2. Atkins DL, Berger stuarrt, Duff JP, Gonzales JC, Hunt EA, Joyner BL,
et al. pediatric bassic life support and cardiopulmonary resuscitation
quality 2015 American heart association guidlnes update for
cardiopulmonary resuscitation and emergency cardiovascular
care. Pediatric. 2015;136(2):S167−75.
3. American Heart association. Highlightof the americn heart association
guidlines update for CPR and ECC. 2015:20–5.

Anda mungkin juga menyukai