(Evaporation Pprocess)
CB/Concentrate
Broth
(Cooling)
MSG Crystal
1. Pengenceran Tetes
Tetes dari tangki penampung material plant di pompa ke tangki pengenceran dan
ditambahkan air dengan perbandingan 1:2 untuk mengencerkan tetes sampai konsentrasi 31,50
Be. Karena dalam tetes mengandung ion kalsium yang harus diendapkan, maka dalam
pengenceran ditambahkan H2SO4 pekat untuk mengikat ion Ca menjadi garam kalsium sulfat.
H2SO4 disini juga berperan sebagai pengatur PH larutan agar terjadi pengendapan sempurna
garam kalsium yang terbentuk.
Tetes dari tangki pengenceran dialirkan ke tangki thickner untuk menurunkan endapan
CaSO4. over flow dari tangki thickner di pompa separator, dari separator akan keluar filtrat dan
ditampung dalam tangki penampung tetes, sedang sludge yang dihasilkan separator ditampung
dalam tangki penampung bersama dengan sludge yang dihasilkan thickner. Kedalam tangki
penampung ini ditambahkan air untuk mencairkan sludge. Setelah ditambah air, sludge cair
(slurry) tersebut di pompa ke decanter. Dari decanter dihasilkan filtrat dan sludge. Filtrat dari
decanter di recycle ke tangki pengenceran, sedangkan sludgenya dibuang sebagai limbah padat
berupa padatan CaSO4.n H2O (Gypsum).
2. Fermentasi Tetes.
Tetes yang akan di fermentasi terlebih dahulu disterilisasi. Sebelum dilakukan sterilisasi
tetes, tangki disterilisasi dalam keadaan kosong pada suhu 120 0 C selama 30 menit. Setelah itu,
tetes dari tangki penampung di pompa ke tangki sterilisasi dan dilakukan sterilisasi pada suhu
1200 C selama 15-20 menit. Media pemanas pada tangki sterilisasi tersebut adalah steam. Setelah
sterilisasi, tetes kemudian didinginkan sampai suhu mencapai 32-350 C dengan unit cooling
tower. Sebelum tejadi proses fermentasi terlebih dahulu dilakukan inkubasi bakteri pembuat
asam glutamat pada tangki pilot. Tangki pilot sebelum dioperasikan disterilisasi dalam keadaan
kosong pada suhu 1200 selama 30 menit. Tetes steril dari tangki sterilisasi dikirim dengan pompa
sentrifugal ke dalam tangki pilot, kemudian dimasukkan. Biakan bakteri pembuat asam glutamat
melalui inlet secara aseptis. Inkubasi pada tangki pilot dilakukan selama 15 jam pada suhu 31 0 C
dan flow rate udara masuk sebesar 10 m3/jam serta penambahan NH3 sebagai buffer dengan PH
awal 7,0. untuk melihat pertumbuhan bakteri apakah normal apa tidak, pada usia 12 jam mulai
diperiksa cell volume (CV) nya dengan spektropotometer. Sebelum perlakuan fermentasi, tangki
fermentor telah disterilisasi pada suhu 1200 C selama 30 menit, kemudian saluran tetes steril dari
tangki sterilisasi ke tangki fermentor dan tangki media dibuka untuk dimasukkan dalam tangki
fermentor sampai volume tertentu. Biakan hasil inkubasi dimasukkan dalam kedalam tangki
fermentor dan ditambah dengan obat-obatan dan air. Lalu pengaduk dijalankan, proses
fermentasi berlangsung selama 32 jam pada kisaran suhu 32-37 0 C, penambahan udara masuk
sebesar 1,6 m3/jam, pada tekanan 0,5 kg/m3 dan PH 7,7. Selama proses fermentasi, dilakukan
pengontrolan bakteri yang meliputi kontrol OD dan CV dengan spektropotometer. Untuk
mengontrol proses fermentasi dilakukan analisa kadar GA dengan warburg apparatus dan kadar
gula dengan metode somoghy. Kontrol bakteri dan kontrol proses dilakukan setiap 2-3 jam
sekali. Pada CV tertentu (kira-kira setelah melewati fase pertumbuhan dipercepat bakteri
pembuatan glutamat). Mulai ditambah sukrox untuk menghambat pertumbuhan bakteri pembuat
asam glutamat agar bakteri tersebut mulai memproduksi asam glutamat.setelah usia fermentasi
32 jam proses fermentasi dihentikan.
6. Pengemasan
Tahap akhir dari proses pengolahan MSG adalah pengemasan. Pengemasan yang
digunakan adalah plastik yang dicetak diruang printing. Plastik yang digunakan adalah jenis
polyethylene (PE) untuk bagian dalam dan untuk bagian luar adalah plastik oriented
polyprophylen (OPP), juga dalam botol ukuran kecil. Untuk filling MSG ke dalam pengemas,
digunakan mesin pengemas otomatis auto packing machine. Alat ini bekerja secara otomatis
sesuai dengan berat yang diinginkan. Para pekerja hanya mengontrol mesin pengemas dan hasil
kemasan. Setelah dikemas maka (untuk ukuran kode 8,5 M-100M) dilakukan cutting secara
manual, diberi label, dan kemudian dimasukkan dalam dus serta dilem dus-dus tersebut dibawa
oleh conveyer ke storage. Untuk memenuhi kebutuhan local, kemasan yang digunakan
mempunyai ciri-ciri tertentu seperti : kemasan primer plastik (polyethylene) tidak terlalu tebal,
kemasan sekunder (karton gelombang) memiliki spesifikasi gelombang yang lebih kecil ukuran
panjang, tinggi dan tebalnya. Untuk kemasan ekspor memiliki ciri-ciri seperti : plastik lebih
tebal, spesifikasi gelombang mempunyai ukuran yang lebih besar sehingga tahan gencatan,
benturan, bantingan yang mungkin terjadi saat transportasi.
DESKRIPSI PROSES
Proses pengolahan MSG melalui beberapa tahap, yaitu : pengenceran, fermentasi, evaporasi,
Kristalisasi MSG , pengeringan dan penyaringan, serta pengemasan. Pada proses pengenceran
Ca ditambahkan dengan H2SO4 sehingga menjdi CaSO4 + H2O . Penambahan H2SO4 ini
untuk mengikat ion Ca menjadi garam sulfat dan mengatur PH supaya terjadi pengendapan
sempurna.
Setelah itu dilakukan proses fermentasi. Pada proses ini dilakukan sterilisasi pada semua
wadah dan komponen yang akan digunakan pada proses sterilisasi. Hasil pengenceran
dimasukkan ke dalam tangki yang telah di sterilisasi kemudian ditambahkan NH 3 sebagai
penyangga supaya pH stabil. Pada proses ini dilakukan pengembangbiakan bakteri aam
glutamat.
Kemudian dilakukan proses Evaporasi. Sebelum dilakukan evaporasi, terjadi pemanaan untuk
mengurangi beban evaporator dan menghambat pertumbuhan bakteri yang di fermentasi. Setelah
itu, hasil fermentasi dimasukkan ke tabung dan dilakukan proses evaporator bertujuan untuk
menguapkan pelarut agar lebih pekat untuk mempermudah proses kristalisasi.
Selanjutnya proses kristalisasi MSG yaitu proses pemanasan larutan hasil evaporasi sehingga
menjadi kristal lalu dilakukan proses pengeringan dan penyaringan MSG berdssarkan ukuran
MSG. Dan yang terakhir dilakukan proses pengemasan MSG yang siap dipasarkan ke konsumen.