Anda di halaman 1dari 7

Nama : Ovie Aprilla

NIM : 160 114 0441

PRODI : TBG

Mata kuliah : Ekologi Tumbuhan

Tugas Analisis jurnal

Judul jurnal: Populasi dan Pola Distribusi Tumbuhan Paliasa di Kecamatan Bontobahari
(Andi Sry Wahyuni, Lilik Budi Prasetyo Dan Ervizal A. M. Zuhud)

Hasil Analisis: Tumbuhan paliasa dikenal sebagai obat herbal yang digunakan secara
tradisional oleh masyarakat Sulawesi Selatan. Pengetahuan penggunaan tumbuhan paliasa
tersebut berkembang dari pengalaman empiris yang diwariskan secara turun temurun.
Penelitian ini bertujuan untuk menduga populasi serta pola sebaran tumbuhan paliasa
(Kleinhovia hospita L.) di Kecamatan Bontobahari.
Menurut penelitian Raflizar bahwa ekstrak dari tumbuhan paliasa ini mengandung
senyawa kimia saponin, cardenolin, bufadienol, antrakinon, scopoletin, keampferol,
quercetin, serta senyawa sianogenik. Hasil temuan (Li et al. 2009), daun paliasa mengandung
triterpenoid sikloartan, sehingga ekstrak dari tumbuhan tersebut dapat berkhasiat dan
dipercaya dalam pengobatan penyakit liver, hipertensi, diabetes, kolesterol dan hepatitis yaitu
dikonsumsi dengan cara meminum air rebusannya.
Peneliti mengkaji pola distribusi spasial tumbuhan paliasa dengan menggunakan
teknologi informasi spasial yang diperkuat melalui survei lapangan serta mengkaji informasi
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keberadaan tumbuhan tersebut pada suatu
ekosistemnya. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengetahui informasi tersebut
adalah dengan Sistem Informasi Geografis (SIG).
Keistimewaan SIG dalam penelitian ekosistem antara lain dalam hal efisiensi dan
efektifitas dalam pengumpulan, penyimpanan dan pengolahan data dalam jumlah yang besar
pada cakupan wilayah ekosistem yang cukup luas (Stow 1993). Informasi mengenai distribusi
spasial tumbuhan paliasa (K. hospita L.).
Berdasarkan hasil klasifikasi tutupan lahan Kecamatan Bontobahari, ada 6 tipe
tutupan lahan yang menjadi fokus penelitian, yakni hutan, belukar, kebun, kebun campuran,
pemukiman dan ladang. Untuk memungkinkan pengambilan sampel dengan luas kawasan
tutupan lahan yang cukup besar maka pengambilan data populasi menggunakan metode
Petak ukur bujur sangkar berukuran 100 m x 100 m.
Masing-masing tutupan lahan diletakkan 3 petak ukur secara purposive sampling.
Untuk lahan kebun, kebun campuran, ladang dan pemukimanan yang luasannya berbeda-beda
maka setiap lahan per KK luasannya dijumlahkan hingga mencapai 10.000 m2. Pengambilan
data pola sebaran paliasa dimana lokasi ditentukan dengan menandai posisi koordinat pada
setiap temuan tumbuhan paliasa dalam petak ukur dengan menggunakan alat GPS (Global
Positioning System). Data yang dicatat berupa nama jenis tumbuhan dan jumlah individu,
dibedakan menurut tingkat pertumbuhan (tumbuhan bawah, pancang, tiang, dan pohon). Data
yang terkumpul dianalisis menggunakan metode kuadrat dengan rumus D = N/S, dimana D =
kepadatan populasi N= jumlah individu (spesies) S = luas plot contoh. Untuk mengetahui
pola penyebaran individu paliasa maka dapat dihitung dengan menggunakan Indek Morisita
yang distandarisasi (Krebs 1989) menggunakan rumus.
∑ ni ( ni−1 )
IM = N
n(n−1)
Indeks dispersi Morisita yang telah distandarisasi (Ip) berkisar antara -1 sampai 1, dengan
batas kepercayaan 95% pada 0,5 dan -0,5. Pola acak memberikan nilai Ip=0, pola
mengelompok jika Ip>0, dan pola yang seragam jika Ip<0.
Tabel Distribusi spasial tumbuhan paliasa berdasarkan tipe penggunaan lahan di Kecamatan
Bontobahari.
Penggunaan Luas lahan Presentase Jumlah Presentase Rata-
Lahan keseluruhan luas lahan temuan jumlah temuan rata
(Ha) keseluruhan paliasa paliasa N/Ha
(%) (%)
Belukar 1.093,80 9,90 13 2,18 4,33
Hutan 4.639,50 42,01 204 34,17 68
Kebun 135,05 1,22 265 44,39 88,33
Kebun 3.367,59 30,49 61 10,22 22,33
campuran
Ladang 884,11 8,00 13 2,18 4,33
Kawasan 42,38 0,38 0 0,00 0
industry
Tambak 108,67 0,98 0 0,00 0
Sawah 92,71 0,84 0 0,00 0
Pemukiman 681,03 6,17 41 6,87 13,66
Jumlah 11.044,84 597

Bila ditinjau dari hasil klasifikasi penggunaan lahan yang ada di Kecamatan
Bontobahari, tercatat Sembilan penggunaan lahan dengan luas kawasan yang berbeda. Jika
dijumlahkan, maka diketahui luas keseluruhan Kecamatan mencapai 11.044,84 Ha. Petak
contoh berukuran 100 m x 100 m diletakkan pada lahan belukar, lahan hutan, lahan kebun,
lahan kebun campuran, lahan ladang, dan lahan pemukiman. Sementara lahan kawasan
industri, lahan tambak, dan lahan sawah tidak memungkinkan untuk diletakkan petak contoh.
Jumlah populasi sebaran paliasa dihitung berdasarkan jumlah keseluruhan individu paliasa
yang berada di dalam petak contoh.
Berdasarkan hasil pengamatan dugaan populasi tumbuhan paliasa yang tumbuh di
Kecamatan Bontobahari berdasarkan enam tipe penggunaan lahan mencapai 597 individu.
Keseluruhan terdiri dari tingkat strata semai, pancang, tiang dan pohon, dimana kepadatan
populasi paliasa tertinggi berada pada tutupan lahan kebun yakni mencapai 88,33 individu/Ha
dan yang terendah berada pada tutupan lahan ladang dan belukar yaitu 4,33 individu/Ha.
Distribusi seluruh tumbuhan di alam dapat disusun dalam tiga pola dasar, yakni acak,
seragam dan mengelompok. Pola distribusi demikian erat hubungannya dengan kondisi
lingkungan. Untuk dapat mengetahui pola distribusi suatu tumbuhan di alam maka dapat
melakukan perhitungan dengan menggunakan indeks penyebaran. Hulrbert (1990)
menyatakan bahwa indeks Morisita merupakan salah satu ideks penyebaran terbaik.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan indeks morisita (IM), dapat dilihat
bahwa pola distribusi jenis tumbuhan paliasa dienam tipe penggunaan lahan memiliki sifat
yang berbeda seperti yang disajikan pada Tabel.

Pola sebaran tumbuhan paliasa (Kleinhovia hospital L.) di berbagai tipe penggunaan
lahan teridentifikasi secara umum menyebar mengelompok. Paliasa cenderung menyebar
mengelompok, sebab tumbuhan tersebut bereproduksi dengan menghasilkan biji yang jatuh
dekat dengan induknya. Variabel-variabel lingkungan juga menjadi salah satu faktor
pembatas penyebaran paliasa pada tutupan lahan di Kecamatan Bontobahari.
Kelebihan jurnal : Secara umum jurnal ini sudah jelas dalam membahas populasi dan pola
distribusi tumbuhan paliasa di kecamatan bontobahari, metode yang digunakanpun sudah
sesuai dan pembahasannya dilengkapi dengan tabel dan diagram-diagram presentase
sehingga pembaca lebih mudah memahami isi dari jurnal ini.
Kekurangan : diagram dalam jurnal ini hanya berwana hitam putih sehingga kurang menarik
dan sulit untuk dibaca.
Nama : Ovie Aprilla

NIM : 160 114 0441

PRODI : TBG

Mata kuliah : Ekologi Hewan

Tugas analisis jurnal

Judul jurnal: Kepadatan, Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Gastropoda Di Danau


Diatas, Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat.
(Sindi Mardatila, Izmiarti, Jabang Nurdin)

Hasil analisis: Gastropoda (siput) merupakan salah satu kelompok hewan dasar yang
memegang peranan penting dalam ekosistem akuatik yaitu sebagai konsumen primer
(Herbivora) dan konsumen sekunder (Karnivora). Peran penting Gastropoda lainnya
membantu proses dekomposisi material organik secara mekanis melalui aktivitas makannya.
Beberapa berperan negatif karena merupakan hospes perantara dari cacing parasit pada
manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis, kepadatan, keanekaragaman
gastropoda dan pola distribusi gastropoda pada zona litoral di Danau Diatas.
Metode pengumpulan data Gastropoda menggunakan petak kuadrat. Pengambilan
sampel Gastropoda dilakukan pada enam stasiun penelitian. Pada masing-masing stasiun
ditarik garis transek sejajar garis pantai pada zona litoral sampai kedalaman 1-1,5 meter.
Dibuat lima petak kuadrat ukuran 60 x 60 cm 2 pada transek disetiap stasiun dengan jarak
masing-masing plot 3 meter, setiap plot dibagi atas 4 subplot. Substrat dasar dan Gastropoda
yang terdapat dalam setiap subplot dimasukkan ke dalam surber net 30 x 30 cm 2 dan pisahkan
dengan saringan bertingkat Tyler (USA) dengan mata saringan 250 mikron dan 2750 mikron,
selanjutnya masukkan sampel ke dalam plastik berisi air dan 2750 mikron, selanjutnya
masukkan sampel ke dalam plastik berisi air dan tambahkan formalin 40% sebagai pengawet,
serta diberi label sebagai tanda pengenal sampel. Identifikasi Gastropoda dilakukan
berdasarkan beberapa karakter morfologi cangkangnya.
a. Analisa kepadatan populasi

Kepadatan populasi dinyatakan dengan jumlah individu per m2. Kepadatan


dihitung dengan menggunakan rumus menurut Odum.
b. Indeks keanekaragaman jenis

Indeks keanekaragaman dihitung dengan menggunakan rumus Shannon-Wienner.

H’= - Σ pi ln pi

Keterangan :

H’ = Indeks diversitas

Ln = Logaritma natural

pi = Jumlah individu setiap jenis

c. Pola distribusi

Pola distribusi Gastropoda dapat diketahui dengan menggunakan indeks


Morishita menurut Michael yaitu:

N Σ X2 - Σ X

Id = (ΣX)2 - Σ X

Keterangan :

Id = Indeks Morishita

N = Jumlah total individu

x= jumlah individu setiap sampel

Kriteria pola distribusi:

Id>1: Pola sebaran bersifat mengelompok

Id=1: Pola sebaran bersifat acak


Id<1: Pola sebaran seragam

Berdasarkan hasil pengamatan Secara keseluruhan jenis yang ditemukan disemua


stasiun penelitian ada sembilan spesies yaitu: Pila diffusa, Pomacea canaliculata, Bellamnya
javanica, Lymnaea rubiginosa, Gyraulus convexiusculus, Brotia sp., Melanoides granifera,
Melanoides tuberculata, Thiara scabra. Kepadatan rata-rata pada zona litoral di Danau
Diatas yaitu 284,17 ind/m2, Kepadatan total Gastropoda masingmasing stasiun pada zona
Litoral di Danau Diatas berkisar dari 142,78 - 518,33 ind/m2 yang tertinggi ditemukan di
Gelagah dan yang terendah ditemukan di Villa. Nilai indeks keanekaragaman populasi
gastropoda secara keselurahan pada zona litoral di Danau Diatas yaitu 1,07. Indeks
keanekaragaman jenis Gastropoda pada zona litoral di Danau Diatas berkisar antara 0,67-
1,70, yang tertinggi ditemukan di stasiun Villa dan yang terendah ditemukan di stasiun
Gelagah. Pola distribusi populasi gastropoda di Danau Diatas bersifat mengelompok,
sedangkan pola distribusi pada masingmasing stasiun bervariasi yaitu seragam dan
mengelompok. Kondisi fisika kimia air yang diukur tergolong baik dan cocok untuk
kehidupan gastropoda.

Kelebihan : metode yang digunakan pada pengamatan jurnal ini dijelaskan sangat detail
rumus-rumusnya , isi data pengamatan disertai dengan tabel pengamatan yang membantu
memudahkan dalam memahami isi dari pembahasan jurnal. Dilakukan pengukuran parameter
lingkungan sehingga dapat dijadikan perbandingan faktor abiotik yang mempengaruhi
kepadatan,keanekaragaman dan pola distribusi Gastropoda.

Kekurangan: sumber referensi yang digunakan dalam jurnal ini sudah terlalu tua, tidak ada
referensi tahun terbarunya.

Anda mungkin juga menyukai