Penjualan pelumas yang dilakukan oleh Pertamina kepada agen penyalur pertamina dikenakan
tariff…
Jawab:
PPh Pasal 22 BBM adalah PPh yang harus dipungut oleh produsen atau importir bahan bakar
minyak, gas dan pelumas pada saat mereka melakukan penjualan bahan bakar minyak, gas dan
pelumas tersebut.
Subjek Pemungut
Berbeda dengan subjek pemungut yang sudah dijelaskan pada artikel sebelumnya, subjek
pemungut PPh Pasal 22 berlaku tanpa harus ada surat keputusan penunjukan dari Kepala KPP.
Artinya ada SK dari Kepala KPP maupun tidak, setiap produsen maupun importir bahan bakar
minyak (BBM), gas dan pelumas harus melakukan pemungutan, penyetoran dan pelaporan PPh
Pasal 22 terhadap setiap penjualan ketiga jenis produks tersebut.
Pihak atau subjek yang dikenai PPh Pasal 22 adalah pembeli yang membeli BBM, gas dan
pelumas langsung kepada produsen ataupun kepada importir. Jika kita membeli BBM dari agen
seperti SPBU misalnya, maka kita tidak akan dipungut PPh Pasal 22 lagi oleh agen atau SPBU
tersebut.
Sesuai dengan PMK Nomor 154/PMK.03/2010, tarif PPh Pasal 22 untuk BBM, bahan bakar gas
(BBG) dan pelumas adalah sebagai berikut:
Sedangkan DPP-nya atau nilai yang dipakai untuk menghitung PPh Pasal 22 adalah sebesar
penjualan tidak termasuk PPN. Sayangnya dalam PMK Nomor 154/PMK.03/2010 tidak
dijelaskan apa yang termasuk dalam kelompok BBM dan apa yang dimaksud
dengan ‘penjualan’ yang dijadikan sebagai DPP PPh Pasal 22.
Untuk menentukan jenis BBM yang dimaksud di PMK itu, menurut saya mungkin harus
disesuaikan dengan pemahaman umum di mana biasanya yang dimaksud dengan BBM adalah
bensin, minyak tanah, minyak solar, minyak diesel dan minyak bakar. Sedangkan untuk
pengertian nilai ‘penjualan’ yang menjadi DPP PPh Pasal 22 menurut saya Menteri Keuangan
atau Dirjen Pajak sebaiknya memberikan penegasan khusus. Sebab seperti yang diketahui,
dalam harga seliter BBM biasanya sudah mencakup harga jual, PBBKB, PPN dlsb. Karena harga
jual BBM kan dipatok secara resmi oleh pemerintah.
Disetor Sendiri
Khusus untuk pembelian BBM, BBG dan Pelumas dari PT Pertamina (Persero), biasanya kita
(pembeli) harus menyetor sendiri PPh Pasal 22 dan pajak-pajak lainnya ke bank persepsi
dengan menggunakan SSP. Biasanya yang kita setor itu terdiri dari harga beli, PBBKB, PPN dan
PPh Pasal 22.
Setelah kita menyetorkan ke bank persepsi, SSP tadi kemudian kita bawa ke PT Pertamina untuk
ditukarkan dengan Surat Perintah Pengeluaran Barang (SPPB) yang diterbitkan oleh PT
Pertamina. Selanjutnya SPPB tadi berfungsi sebagai surat perintah kepada depo tersebut untuk
mengangkut dan mengirimkan BBM yang kita beli.
Pada saat SSP kita tukarkan dengan SPPB, kita juga akan mendapat Bukti Pemungutan PPh Pasal
22 dari PT Pertamina. Jika kita (pembeli) bukan berstatus sebagai agen/penyalur BBM, BBG
maupun pelumas, PPh Pasal 22 itu bisa dikreditkan di SPT Tahunan PPh. Sementara jika kita
(pembeli) berstatus sebagai agen/penyalur BBM, BBG maupun pelumas, misalnya SPBU, maka
PPh Pasal 22 tadi bersifat final dan tidak boleh dikreditkan di SPT Tahunan PPh.
5. Koperasi Bersama-sama melakukan pembayaran SHU tahun 2019 kepada anggotanya, antara
lain :
Asep (belum ber NPWP) Rp. 300.000
Iwan (ber NPWP) Rp. 150.000
Krisna (ber NPWP status menikah 2 anak) Rp. 350.000
Putri (ber NPWP status menikah) Rp. 250.000
Jelaskan potensi perpajakannya, apabila saudara sebagai tax consultant Koperasi tersebut!
Sertakan aturannya!
Jawaban
Soal 3
Koperasi Simpan Pinjam Hatiku-Hatimu pada tahun 2010 memperoleh:
SHU : Rp. 60.000.000
Penjualan Koperasi : Rp. 72.000.000
Simpanan pokok : Rp. 18.000.000
Simpanan wajib : Rp. 30.000.000
Juleha Siti Spears seorang anggota Koperasi tersebut memiliki simpanan sukarela Rp.
300.000, simpanan pokok Rp. 500.000, dan simpanan wajib Rp. 2.000.000. Sementara
pembelian Juleha Spears di Koperasi sebesar Rp. 700.000.
Jasa simpanan : 40%
Jasa usaha : 30%
Cadangan Koperasi : 20%
Jasa Pendidikan : 10%
Berapa SHU diterima Juleha Spears?
1. Rp. 1.250.000,
2. Rp. 1.425.500,
3. Rp. 1.575.000,
4. Rp. 1.750.000,
5. Rp. 2.000.000,
Jawaban: C
Masa jawabannya C lagi. Enggak percaya deh? Nah kalau enggak percaya, simak lagi
deh pembahasan di bawah sokin!
Pembahasan:
Diketahui: SHU Rp. 60.000.000, penjualan Koperasi Rp. 72.000.000, total simpanan =
simpanan pokok+simpanan wajib (Rp. 18.000.000 + Rp. 30.000.000 = Rp. 48.000.000,
simpanan Juleha Spears = simpanan sukarela + simpanan pokok + simpanan wajib (Rp.
300.000 + Rp. 500.000 + Rp. 2.000.000 = Rp. 2.800.000), penjualan anggota Rp.
700.000, JM 40%, dan JA 30%.
Ditanya: SHU Juleha Spears?
Hitung lebih dulu Jasa Modal (JM)
JM = (simpanan anggota : total simpanan) x persentase jasa modal x SHU
JM = (2.800.000 : 48.000.000) x 40% x Rp. 60.000.000 = Rp 1.400.000,
JA = (penjualan anggota : total penjualan) x persentase jasa anggota x SHU
JA = (700.000 : 72.000.000) x 30% x 60.000.000 = Rp 175.500,
SHU= JM + JA
SHU Juleha Spears Rp. 1.400.000 + Rp 175.500 = Rp. 1.575. 000,
Nah, Quipperian sekarang sudah mengerti kan gimana cara menghitung SHU Koperasi
Simpan Pinjam, belajar dari kasus penghitungan SHU Grace Ananda Ginem, Doyok
Mcarthur, dan Juleha Siti Spears di atas. Semoga berhasil. Adios!
Penulis: Rahmat Ali
Dasar Hukum Pajak Koperasi
Koperasi adalah salah satu bentuk badan usaha yang wajib membayar
perpajakannya pada negara. Hal itu dijelaskan dalam pasal 2 ayat 1 (b)
Undang-Undang Tentang Pajak Penghasilan.
Dengan kata lain, koperasi merupakan salah satu Wajib Pajak yang harus
melaksanakan kewajiban perpajakannya, termasuk memungut atau
memotong pajak tertentu. Lalu, apa saja yang termasuk ke dalam pajak
koperasi?
Pengertian Koperasi
Menurut Undang-Undang No. 25 tahun 1992, koperasi adalah badan usaha
yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi, dengan
melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai
gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas azas kekeluargaan.
Koperasi produksi adalah koperasi dengan anggota yang terdiri dari para
produsen, baik itu produsen barang maupun jasa. Jenis koperasi ini
menyediakan bahan baku dan menjual barang-barang dari anggotanya
dengan harga yang sesuai.
Koperasi Konsumsi
Koperasi konsumsi adalah jenis koperasi yang dibentuk dan ditujukan untuk
konsumen barang dan jasa. Umumnya, koperasi ini menjual barang untuk
kebutuhan sehari-hari. Pembelinya merupakan anggotanya sendiri sehingga
biasanya harga barang lebih murah daripada di toko lain.
Koperasi Jasa
Juga dikenal dengan nama lain koperasi kredit, jenis koperasi ini dibentuk
untuk mewadahi kegiatan simpan-pinjam para anggotanya. Dana yang dapat
dipinjam bersifat jangka pendek dengan syarat yang mudah dan bunga
rendah.
Koperasi Unit Desa merupakan koperasi dengan anggota yang terdiri dari
warga desa, petani, dan nelayan. Kegiatan koperasi jenis ini adalah
menyediakan kebutuhan pertanian atau perikanan, mulai dari pupuk, bibit
padi, bahan berlayar hingga kredit perahu.
Koperasi Pensiun
Koperasi pensiun adalah jenis koperasi dengan anggota yang terdiri dari
pensiun pegawai negeri. Umumnya, kegiatan usahanya adalah melayani
barang-barang anggota dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan para
pensiunan.
Koperasi Sekolah
Sesuai namanya, koperasi sekolah beranggotakan warga sekolah yang
meliputi guru, siswa, dan sebagainya.
Sumber lainnya adalah modal pinjaman. Modal ini berasal dari anggota
koperasi dan/atau usaha lainnya, bank dan lembaga keuangan lainnya,
penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya, dan sebagainya.
Pajak Penghasilan
Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap orang pribadi dan
badan, berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperoleh selama
satu tahun pajak. Pajak penghasilan yang perlu koperasi bayar di antaranya:
PPh Pasal 23
PPh Pasal 23 merupakan jenis pajak yang dikenakan atas penghasilan yang
diberikan pada wajib pajak dalam negeri seperti bunga, royalti, dividen,
sewa, dan pembayaran jasa. Koperasi dapat perlu membayarkan pajak
penghasilan pasal 23 ini jika badan usaha tersebut bergerak sebagai
koperasi simpan pinjam. Dengan kata lain, koperasi menerima bunga
pinjaman dari pemilik utang. Atas pembayaran bunga maupun imbalan jasa
itu, koperasi wajib melakukan pemotongan PPh pasal 23.
Tidak lupa juga Koperasi perlu menghitung PPh Masa Pasal 25 yang telah
dibayar sendiri dan Kredit Pajak yang diperoleh sepanjang tahun pajak itu.
Selain itu, koperasi harus menghitung PPh Final atas SHU setelah dikurangi
PPh Pasal 29 yang masih kurang bayar sebelum dibagikan ke seluruh
anggota.
Jika telah dikukuhkan sebagai PKP, koperasi wajib membuat Faktur Pajak
sebagai bukti pemungutan pajak (Pajak Keluaran) yang dilakukannya.
Maka, penghasilan bersih yang koperasi dapatkan dikalikan tarif pajak atas
penghasilan kena pajak bagi wajib pajak badan dalam negeri, yaitu 25%,
dengan memerhatikan pasal 31E UU PPh yang menyatakan jika wajib pajak
badan dalam negeri memiliki peredaran bruto sampai dengan Rp 50 miliar
akan mendapatkan pengurangan tarif sebesar 50% tarif yang dimaksud
dalam Pasal 17 ayat 1b dan ayat 2a, yang dikenakan atas Penghasilan Kena
Pajak dari bagian peredaran bruto sampai dengan Rp 4.8 miliar rupiah dan
PP 46 tahun 2012.
Maka, wajib pajak badan, dalam hal ini koperasi, harus menyetorkan dan
melaporkan pajak penghasilannya yang dikenakan tarif 1% final
setiap tanggal 15 bulan berikutnya, dan wajib menyetor PPh Pasal
25.
Dalam undang-undang tentang koperasi, istilah Sisa Hasil Usaha ini turut
dikenal dengan nama Selisih Hasil Usaha. Makna keduanya sama. Mengacu
pada ketentuan pajak Pasal 4 ayat 1g, SHU termasuk dalam dividen
sehingga menjadi objek pajak.
Sisa Hasil Usaha adalah surplus hasil usaha atau defisit hasil usaha yang
diperoleh dari pendapatan koperasi selama satu tahun buku, setelah
dikurangi dengan pengeluaran atas berbagai beban usaha.
SHU merupakan laba yang diberikan pada anggota atas simpanan pokoknya.
Pembagian SHU ini tergantung pada laba yang diperoleh koperasi tersebut
sehingga tidak dijanjikan kepada anggota di awal mendaftar.
Dasar hukum pembagian SHU adalah Pasal 4 ayat 1g dan PMK nomor
111/PMK.03/2010 tentang cara pemotongan, penyetoran, dan pelaporan
pajak penghasilan atas dividen yang diterima atau diperoleh wajib pajak
Orang Pribadi. Maka, SHU ini dikenakan pajak penghasilan sebesar 10% dari
jumlah bruto dan bersifat final.
1. Sebutkan syarat Wajib Pajak dapat mengajukan SKB PPh Pasal 23!
Jawab
Solusinya, dapat diterbitkan SKB pajak. Dasar aturannya adalah Peraturan
Dirjen Pajak Nomor PER-01/PJ/2011 yang diatur dalam Surat Edaran
Direktur Jenderal Pajak nomor SE-11/PJ/2011.
Ada 2 (dua) aturan yang mengatur Pembebasan PPh khususnya PPh Pasal 23, yaitu:
atau
Wajib Pajak yang atas penghasilannya hanya dikenakan pajak bersifat final
2. PER-32/PJ/2013
PER-32/PJ/2013 antara lain mengatur tatacara Pembebasan PPh sebagai akibat dari
Penghasilan WP dikenakan PPh Final sesuai PP-46/2013.
Oleh karena itu, mohon agar dijelaskan apa dasar permohonan Pembebasannya,
apakah sesuai angka 1 atau 2.
QUOTE
Suprianto4 Mei 2018 pukul 12.29
Dear Moderator,
nomor 2.
Terimakasih
QUOTE
Moderator4 Mei 2018 pukul 21.27
Referensi:
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : PER - 32/Pj/2013 Tentang Tata Cara
Nomor 46 Tahun 2013 Tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Usaha
Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu
QUOTE
Suprianto15 Mei 2018 pukul 15.47
Moderator,
Terimkasih