Anda di halaman 1dari 153

SAMBUTAN

Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia dikenal pula sebagai negara maritim
dengan luas lautan mencapai 5,8 juta km2 yang terdiri dari perairan territorial 3,1 juta km2 dan ZEE
Indonesia 2,7 km2. Wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Indonesia terdiri dari 17.504 buah pulau
dan panjang pantai mencapai 95.181 km (KKP, 2011). Kondisi ini merupakan anugrah yang sangat
besar bagi pembangunan perikanan dan kelautan. Disamping itu, sumberdaya ikan yang hidup di
wilayah perairan Indonesia memiliki tingkat keragaman hayati (bio-diversity) sangat tinggi, dan
bahkan laut Indonesia merupakan wilayah Marine Mega-Biodiversity terbesar di dunia. Disamping
sumberdaya dapat pulih sebagaimana dikemukakan di atas, perairan laut Indonesia juga memiliki
sumberdaya tidak pulih seperti mineral (minyak, gas dan lain sebagainya) serta jasa-jasa lingkungan.
Kondisi ini selanjutnya menjadikan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil sangat potensial untuk
dikembangkan berbagai kegiatan. Agar potensi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dapat dikelola
secara optimal dan tepat sasaran, maka perlu dikelola melalui Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K), sebagaimana amanat Undang-Undang Nomor 27 Tahun
2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pulau-Pulau Kecil dan Pulau-Pulau Kecil.

Rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dimaksudkan untuk menentukan arah
penggunaan sumberdaya tiap-tiap satuan perencanaan disertai dengan penetapan struktur ruang
dan pola ruang pada kawasan perencanaan yang memuat kegiatan yang boleh dilakukan dan tidak
boleh dilakukan. Agar dalam prakteknya penyusunan RZWP-3-K Provinsi dapat dilaksanakan dengan
tahapan sesuai dengan peraturan yang berlaku dan sesuai dengan output serta sasaran, maka
diperlukan Pedoman Teknis Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
(RZWP-3-K) Provinsi sebagai panduan bagi pelaksanaan penyusunan RZWP-3-K oleh Pemerintah
Daerah Provinsi.

Dengan disusunnya Pedoman Teknis ini, diharapkan akan memberikan kesamaan persepsi
dalam memberikan arahan teknis kepada Kelompok Kerja Penyusunan RZWP-3-K Provinsi dan
memberikan kemudahan dalam proses penyusunan RZWP-3-K Provinsi kepada pihak-pihak yang
diberikan tugas penyusunan RZWP-3-K Provinsi.
.

Jakarta, Desember 2013


Sudirman Saad

Direktur Jenderal Kelautan Pesisir dan


Pulau-pulau Kecil
KATA PENGANTAR

Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, terdiri atas: (1) Rencana
Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang selanjutnya disebut RSWP-3-K; (2) Rencana
Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang selanjutnya disebut RZWP-3-K; (3) Rencana
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau Pulau Kecil yang selanjutnya disebut RPWP-3-K; dan (4)
Rencana Aksi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang selanjutnya disebut RAWP-3-
K. Sebagaimana amanat UU No. 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau
Kecil pada pasal 7 ayat 3 pemerintah daerah wajib untuk menyusun keempat perencanaan tersebut.

Dalam Undang-Undang No.27 tahun 2007 pada Bab IV tentang Perencanaan pasal 9 ayat (1),
disebutkan bahwa RZWP-3-K merupakan arahan pemanfaatan sumber daya di Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil pemerintah provinsi dan/atau pemerintah kab/kota. Rencana Zonasi Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil sebagai salah satu perencanaan merupakan arahan alokasi ruang untuk
rencana kawasan pemanfaatan umum, rencana kawasan konservasi rencana kawasan strategis
nasional tertentu dan rencana alur. Pedoman Teknis Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K) Provinsi disusun sebagai panduan bagi pelaksanaan penyusunan
RZWP-3-K oleh Pemerintah Daerah Provinsi. Diharapkan dengan adanya Pedoman Teknis
Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil ini, dapat memberikan kesamaan
persepsi dan memberikan kemudahan dalam proses penyusunan RZWP-3-K Provinsi, sehingga dapat
menunjang upaya mengoptimalkan perencanaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

Kami menyadari bahwa buku Pedoman Teknis ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaannya. Ucapan terimakasih dan
penghargaan kami sampaikan sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan pedoman ini. Semoga pedoman ini dapat bermanfaat dalam upaya Perencanaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil di Indonesia.

Jakarta, Desember 2013


Subandono Diposaptono

Direktur Tata Ruang Laut,


Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
DAFTAR ISI

Halaman
Daftar Isi i
Daftar Tabel ii
Daftar Gambar iii
Daftar Lampiran v
Bab 1 Ketentuan Umum I-1
1.1 Istilah dan Definisi I-1
1.2 Acuan Normatif I-5
1.3 Kedudukan, Fungsi dan Manfaat RZWP-3-K Provinsi I-6
1.3.1. Kedudukan RZWP-3-K dalam Sistem Penataan Ruang dan I-6
Sistem Perencanaan Pembangunan
1.3.2. Fungsi dan Manfaat RZWP-3-K I-9
1.4 Maksud dan Tujuan I-10
1.5 Masa Berlaku RZWP-3-K Provinsi I-10

Bab II Ketentuan Teknis Muatan RZWP-3-K Provinsi II-1


2.1 Batas Wilayah Perencanaan RZWP-3-K Provinsi II-1
2.2 Tujuan, Kebijakan, dan Strategi RZWP-3-K Pengelolaan WP-3-K II-3
Provinsi
2.3 Rencana Alokasi Ruang WP-3-K Provinsi II-5
2.4 Peraturan Pemanfaatan Ruang II-8
2.5 Arahan Pemanfaatan Ruang WP-3-K II-9

Bab III Prosedur dan Proses Penyusunan RZWP-3-K III-1


3.1 Prosedur Penyusunan RZWP-3-K III-1
3.1.1. Pra Penyusunan RZWP-3-K III-1
3.2 Penyusunan RZWP-3-K III-4
3.2.1. Persiapan Penyusunan RZWP-3-K III-7
3.2.2. Penyusunan Dokumen Final RZWP-3-K III-8
3.2.2.1. Pengumpulan Data III-9
3.2.2.2. Survei Lapangan III-10
3.2.2.3. Pengolahan dan Analisis Data III-12
3.2.2.4. Deskripsi Potensi dan Kegiatan Pemanfaatan III-13
Sumberdaya Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
3.2.2.5. Penyusunan Dokumen Awal III-14
3.2.2.6. Konsultasi Publik I III-15
3.2.2.7. Penentuan Usulan Alokasi Ruang III-16
3.2.2.8. Penyusunan Dokumen Antara III-32
3.2.2.9. Konsultasi Publik II III-33
3.2.2.10. Penyusunan Dokumen Final III-35
3.2.2.11. Permohonan Tanggapan dan/atau Saran III-36

i
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Ketentuan Pengaturan Alokasi Ruang RZWP-3-K Provinsi II-6
Tabel 2.2 Pembagian Alokasi Ruang RZWP-3-K Provinsi dalam Wilayah Perairan II-6
yang Menjadi Kewenangan Provinsi
Tabel 3.1 Contoh Identifikasi Stakeholders III-1
Tabel 3.2 Tujuan dan Target Peserta Bimtek Penyusunan RZWP-3-K III-2
Tabel 3.3 Materi, Metode, Output dan Lokasi Sosialisasi Penyusunan RZWP-3-K III-2
Tabel 3.4 Tujuan dan Target Peserta Bimtek Penyusunan RZWP-3-K III-3
Tabel 3.5 Materi, Metode, Output dan Lokasi Bimtek Penyusunan RZWP-3-K III-4
Tabel 3.6 Tujuan, Output dan Target Peserta Konsultasi Publik I Penyusunan RZWP-3-K III-15
Tabel 3.7 Materi, Metode dan Lokasi Konsultasi Publik I Penyusunan RZWP-3-K III-15
Tabel 3.8 Klasifikasi Kawasan dalam RZWP-3-K III-19
Tabel 3.9 Identifikasi Potensi Dampak Aktivitas dari Wilayah Sekitar III-25
Tabel 3.10 Klasifikasi Kompabilitas Kegiatan III-27
Tabel 3.11 Contoh Tabel Kesepakatan Arahan Pemanfaatan Ruang III-28
Tabel 3.12 Tujuan,Output dan Target Peserta Konsultasi Publik II Penyusunan RZWP-3-K III-33
Tabel 3.13 Materi, Metode dan Lokasi Konsultasi Publik II Penyusunan RZWP-3-K III-33
Tabel L1.1 Parameter Kesesuaian Perairan Untuk Penangkapan Ikan L.1-2
Tabel L1.2 Tolok Ukur dan Kategori Daya Dukung Lahan Pantai Untuk Pertambakan L.1-3
Tabel L1.3 Parameter Kesesuaian Perairan Untuk Budidaya Air Laut L.1-3
Tabel L1.4 Parameter Kesesuaian Perairan Untuk Budidaya Air Payau L.1-4
Tabel L1.5 Parameter Kesesuaian Perairan Untuk Budidaya Tambak Udang L.1-5
Tabel L1.6 Parameter Kesesuaian Perairan Untuk Budidaya Tambak Bandeng L.1-5
Tabel L1.7 Parameter Kesesuaian Perairan Untuk Budidaya Kerang Hijau L.1-5
Tabel L1.8 Parameter Kesesuaian Perairan Untuk Budidaya Tiram Mutiara L.1-6
Tabel L1.9 Parameter Iklim dan Pengaruhnya terhadap Tambak Garam L.1-7
Tabel L1.10 Parameter Kesesuaian Perairan Untuk Wisata Bahari L.1-7
Tabel L1.11 Kriteria Sosial, Ekonomi dan Budaya dalam Penetapan Lokasi L.1-8
Tabel L1.12 Parameter Kesesuaian Wisata Selam L.1-8
Tabel L1.13 Parameter Kesesuaian Wisata Snorkeling L.1-9
Tabel L1.14 Parameter Kesesuaian Wisata Berperahu, jet Ski dan Banana Boat L.1-9
Tabel L1.15 Parameter Kesesuaian Wisata Pantai Rekreasi Pantai L.1-9
Tabel L1.16 Parameter Kesesuaian Wisata Pantai Olahraga Pantai dan Berjemur L.1-10
Tabel L1.17 Penggolongan Kelas Pelabuhan Berdasarkan Kriteria Teknis L.1-11
Tabel L1.18 Kriteria Pelabuhan Khusus L.1-12
Tabel L1.19 Kriteria Pelabuhan Daratan L.1-12
Tabel L1.20 Skoring Kesesuaian Kawasan Pelabuhan L.1-13
Tabel L1.21 Dampak Kawasan Pertambangan Terhadap Kegiatan Pemanfaatan Ruang L.1-18
Tabel L1.22 Kriteria Fisik Kesesuaian Perairan Kawasan Pertambangan Pasir Laut L.1-19
Tabel L1.23 Parameter Kesesuaian Lahan Pertanian di Pesisir L.1-21
Tabel L1.24 Parameter Kesesuaian Permukiman di Pesisir L.1-21
Tabel L1.25 Kriteria Pemilihan Lokasi Kawasan Industri L.1-22

ii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1.1 Hirarki Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil I-7
Gambar 1.2 Kedudukan Perencanaan Pengelolaan WP3K dalam Sistem Perencanaan I-9
Pembangunan NasionaL
Gambar 2.1 Contoh Penarikan Garis Batas Pada Pulau yang Berjarak II-1
Lebih Dari 2 (Dua) Kali 12 Mil Laut yang Berada Dalam 1 (Satu) Provinsi
Gambar 2.2 Contoh Penarikan Garis Batas Pada Pulau yang Berjarak Kurang Dari II-2
2 (Dua) Kali 12 Mil Laut yang Berada Dalam 1(Satu) Provinsi
Gambar 2.3 Contoh Penarikan Garis Batas Pada Gugusan Pulau-Pulau II-2
yang Berada Dalam Satu Provinsi
Gambar 2.4 Contoh Penarikan Garis Batas Pada Pulau yang Berjarak Kurang Dari 2 II-3
(Dua) Kali 12 Mil Laut yang Berada Pada Provinsi yang Berbeda
Gambar 2.5 Ilustrasi Alokasi Ruang Laut Tiga Dimensi II-8
Gambar 2.6 Hubungan Instrumen Perencanaan, Pengendalian, dan Program II-9
Gambar 3.1 Tahapan dan Proses/Output Penyusunan RZWP-3-K Provinsi III-5
Gambar 3.2 Proses penyusunan RZWP-3-K Provinsi Melalui Pelibatan Masyarakat III-6
Gambar 3.3 Contoh Jangka Waktu Penyusunan RZWP-3-K Provinsi III-7
Gambar 3.4 Contoh Proses Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Zona Pariwisata III-18
Gambar 3.5 Contoh Ilustrasi Klasifikasi Kawasan di WP-3-K III-20
Gambar 3.6 Diagram Penyusunan Peta Pola Ruang Wilayah Laut/Perairan Kabupaten III-21
dan Kota Berdasarkan Peta Paket Sumberdaya
Gambar 3.7 Ilustrasi Contoh Pembagian Kawasan menjadi Zona III-23
Gambar 3.8 Contoh Matriks Keterkaitan antar Kegiatan Pemanfaatan Ruang Pesisir III-26
Gambar 3.9 Mekanisme Pemberian Tanggapan dan/atau Saran III-36
Gambar L.12.1 Contoh Peta Jenis Tanah L12-1
Gambar L.12.2 Contoh Peta Topografi L12-1
Gambar L.12.3 Contoh Peta Kemiringan Lereng L12-2
Gambar L.12.4 Contoh Peta Bathimetri L12-2
Gambar L.12.5 Contoh Peta Geologi L12-3
Gambar L.12.6 Contoh Peta Geomorfologi L12-3
Gambar L.12.7 Contoh Peta Arus L12-4
Gambar L.12.8 Contoh Peta Gelombang L12-4
Gambar L.12.9 Contoh Peta Suhu Permukaan L12-5
Gambar L.12.10 Contoh Peta Kecerahan L12-5
Gambar L.12.11 Contoh Peta Sebaran TSS L12-6
Gambar L.12.12 Contoh Peta Sebaran pH L12-6
Gambar L.12.13 Contoh Peta Sebaran Salinitas L12-7
Gambar L.12.14 Contoh Peta Sebaran DO L12-7
Gambar L.12.15 Contoh Peta Sebaran BOD L12-8
Gambar L.12.16 Contoh Peta Sebaran Ammonia L12-8
Gambar L.12.17 Contoh Peta Sebaran Nitrat L12-9
Gambar L.12.18 Contoh Peta Sebaran Fosfat L12-9

iii
Gambar L.12.19 Contoh Peta Penggunaan Lahan L12-10
Gambar L.12.20 Contoh Peta Pemanfaatan Wilayah Laut L12-10
Gambar L.12.21 Contoh Peta Sumberdaya Air L12-11
Gambar L.12.22 Contoh Peta Mangrove L12-11
Gambar L.12.23 Contoh Peta Terumbu Karang L12-12
Gambar L.12.24 Contoh Peta Lamun L12-12
Gambar L.12.25 Contoh Peta Sumberdaya Ikan L12-13
Gambar L.12.26 Contoh Peta Infrastruktur L12-13
Gambar L.12.27 Contoh Peta Jumlah Penduduk L12-14
Gambar L.12.28 Contoh Peta Pergerakan Ekonomi Wilayah L12-14

iv
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1 Kriteria Kesesuaian L1-1
Lampiran 2 Tabel Pernyataan pemanfaatan Ruang dan Peraturan Pemanfaatan Ruang L2-1
Lampiran 3 Contoh Tabel Indikasi Program L3-1
Lampiran 4 Sistematika Dokumen Final RZWP-3-K L4-1
Lampiran 5 Outline Laporan Akhir RZWP-3-K L5-1
Lampiran 6 Contoh Berita Acara Konsultasi Publik L6-1
Lampiran 7 Contoh Surat Permohonan Tanggapan/saran L7-1
Lampiran 8 Contoh TOR/KAK L8-1
Lampiran 9 Contoh RAB L9-1
Lampiran 10 Contoh Format Penyajian Peta L10-1
Lampiran 11 Contoh NLP (Nomor Lembar Peta) L11-1
Lampiran 12 Contoh Peta-peta Dasar dan Peta Tematik L12-1

v
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi

Bab I
Ketentuan Umum

1.1. Istilah dan Definisi


Dalam pedoman ini yang dimaksud dengan :
1 Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat,
melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil
yang tersedia.
2 Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah suatu proses perencanaan,
pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil
antarsektor, antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah, antara ekosistem darat dan laut,
serta antara ilmu pengetahuan dan manajemen untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
3 Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah suatu proses
penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur kepentingan di
dalamnya, guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil
yang ada dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial dalam suatu lingkungan wilayah
atau daerah dalam jangka waktu tertentu.
4 Wilayah Pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi
oleh perubahan di darat dan laut.
5 Pulau Kecil adalah pulau dengan luas lebih kecil atau sama dengan 2.000 km2 (dua ribu
kilometer persegi) beserta kesatuan ekosistemnya.
6 Pulau-pulau kecil adalah kumpulan beberapa pulau kecil yang membentuk kesatuan
ekosistem dengan perairan di sekitarnya.
7 Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah sumber daya hayati, sumber daya
nonhayati; sumber daya buatan, dan jasa-jasa lingkungan; sumber daya hayati meliputi ikan,
terumbu karang, padang lamun, mangrove dan biota laut lain; sumber daya nonhayati
meliputi pasir, air laut, mineral dasar laut; sumber daya buatan meliputi infrastruktur laut
yang terkait dengan kelautan dan perikanan, dan jasa-jasa lingkungan berupa keindahan
alam, permukaan dasar laut tempat instalasi bawah air yang terkait dengan kelautan dan
perikanan serta energi gelombang laut yang terdapat di wilayah pesisir.
8 Ekosistem adalah kesatuan komunitas tumbuh-tumbuhan, hewan, organisme dan non
organisme lain serta proses yang menghubungkannya dalam membentuk keseimbangan,
stabilitas, dan produktivitas.

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN I-1


Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi

9 Perairan Pesisir adalah laut yang berbatasan dengan daratan meliputi perairan sejauh 12
(dua belas) mil laut diukur dari garis pantai, perairan yang menghubungkan pantai dan pulau-
pulau, estuari, teluk, perairan dangkal, rawa payau, dan laguna.
10 Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah rencana yang memuat arah
kebijakan lintas sektor untuk kawasan perencanaan pembangunan melalui penetapan tujuan,
sasaran dan strategi yang luas, serta target pelaksanaan dengan indikator yang tepat untuk
memantau rencana tingkat nasional.
11 Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah rencana yang menentukan
arah penggunaan sumber daya tiap-tiap satuan perencanaan disertai dengan penetapan
struktur dan pola ruang pada kawasan perencanaan yang memuat kegiatan yang boleh
dilakukan dan tidak boleh dilakukan serta kegiatan yang hanya dapat dilakukan setelah
memperoleh izin.
12 Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah rencana yang memuat
susunan kerangka kebijakan, prosedur, dan tanggung jawab dalam rangka pengoordinasian
pengambilan keputusan di antara berbagai lembaga/instansi pemerintah mengenai
kesepakatan penggunaan sumber daya atau kegiatan pembangunan di zona yang ditetapkan.
13 Rencana Aksi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah tindak lanjut
rencana pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang memuat tujuan, sasaran,
anggaran, dan jadwal untuk satu atau beberapa tahun ke depan secara terkoordinasi untuk
melaksanakan berbagai kegiatan yang diperlukan oleh instansi pemerintah, pemerintah
daerah, dan pemangku kepentingan lainnya guna mencapai hasil pengelolaan sumber daya
pesisir dan pulau-pulau kecil di setiap kawasan perencanaan.
14 Rencana Zonasi Rinci adalah rencana detail dalam 1 (satu) zona berdasarkan arahan
pengelolaan di dalam rencana zonasi yang dapat disusun oleh pemerintah daerah dengan
memperhatikan daya dukung lingkungan dan teknologi yang dapat diterapkan serta
ketersediaan sarana yang pada gilirannya menunjukkan jenis dan izin yang dapat diterbitkan
oleh pemerintah daerah.
15 Peraturan pemanfaatan ruang adalah ketentuan yang mengatur tentang persyaratan
pemanfaatan sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil serta ketentuan pengendaliannya
yang disusun untuk setiap zona dan pemanfaatannya.
16 Izin Lokasi adalah izin yang diberikan untuk memanfaatkan ruang dari sebagian Perairan
Pesisir yang mencakup permukaan laut dan kolom air sampai dengan permukaan dasar laut
pada batas keluasan tertentu dan/atau untuk memanfaatkan sebagian pulau-pulau kecil.
17 Kawasan adalah bagian wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang memiliki fungsi tertentu
yang ditetapkan berdasarkan kriteria karakteristik fisik, biologi, sosial, dan ekonomi untuk
dipertahankan keberadaannya.
18 Zona adalah ruang yang penggunaannya disepakati bersama antara berbagai pemangku
kepentingan dan telah ditetapkan status hukumnya.

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN I-2


Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi

19 Zonasi adalah suatu bentuk rekayasa teknik pemanfaatan ruang melalui penetapan batas-
batas fungsional sesuai dengan potensi sumber daya dan daya dukung serta proses-proses
ekologis yang berlangsung sebagai satu kesatuan dalam ekosistem pesisir.
20 Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang
di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan mahluk lain hidup,
melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.
21 Alokasi Ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah.
22 Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten/Kota adalah rencana
Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten/Kota yang bersifat umum, berisi
arahan tentang alokasi ruang dalam rencana Kawasan Pemanfaatan Umum, rencana
Kawasan Konservasi, rencana Kawasan Strategis Nasional Tertentu, dan rencana Alur Laut.
23 Rencana Tata Ruang Wilayah adalah hasil perencanaan tata ruang berdasarkan aspek
administratif dan atau aspek fungsional yang telah ditetapkan.
24 Kawasan Pemanfaatan Umum adalah bagian dari wilayah pesisir yang ditetapkan
peruntukkannya bagi berbagai sektor kegiatan. (Kawasan Pemanfaatan Umum setara dengan
kawasan budidaya dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang).
25 Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah kawasan pesisir dan
pulau-pulau kecil dengan ciri khas tertentu yang dilindungi untuk mewujudkan pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil secara berkelanjutan. (Kawasan Konservasi setara
dengan kawasan lindung dalam Undang-Undang No.26 Tahun 2007 tentang penataan ruang).
26 Kawasan Strategis Nasional Tertentu adalah Kawasan yang terkait dengan kedaulatan
negara, pengendalian lingkungan hidup, dan/atau situs warisan dunia, yang
pengembangannya diprioritaskan bagi kepentingan nasional.
27 Alur laut adalah merupakan perairan yang dimanfaatkan, antara lain, untuk alur pelayaran,
pipa/kabel bawah laut, dan migrasi biota laut.
28 Sempadan Pantai adalah daratan sepanjang tepian yang lebarnya proporsional dengan
bentuk dan kondisi fisik pantai, minimal 100 (seratus) meter dari titik pasang tertinggi ke arah
darat.
29 Daya Dukung Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah kemampuan wilayah pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lain.
30 Mitigasi Bencana adalah upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik secara struktur atau
fisik melalui pembangunan fisik alami dan/atau buatan maupun nonstruktur atau nonfisik
melalui peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana di wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil.
31 Paket Sumberdaya adalah informasi mengenai kondisi sumberdaya yang ada di area tertentu
di dalam satu unit perencanaan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN I-3


Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi

32 Konsultasi publik adalah proses penggalian masukan yang dapat dilakukan melalui rapat,
musyawarah, dan/atau bentuk pertemuan lainnya yang melibatkan berbagai unsur
pemangku kepentingan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
33 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah.
34 Satuan Kerja Perangkat Daerah adalah organisasi/lembaga pada pemerintah daerah yang
bertanggungjawab pada pelaksanaan tugas di bidang tertentu di provinsi, atau
kabupaten/kota.
35 Pemangku Kepentingan Utama adalah para pengguna sumber daya pesisir dan pulau-pulau
kecil yang mempunyai kepentingan langsung dalam mengoptimalkan pemanfaatan sumber
daya pesisir dan pulau-pulau kecil, seperti nelayan tradisional, nelayan modern, pembudi
daya ikan, pengusaha pariwisata, pengusaha perikanan, dan masyarakat.
36 Masyarakat adalah masyarakat yang terdiri atas Masyarakat Hukum Adat, Masyarakat Lokal,
dan Masyarakat Tradisional yang bermukim di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
37 Masyarakat Hukum Adat adalah sekelompok orang yang secara turun temurun bermukim di
wilayah geografis tertentu di Negara Kesatuan Republik Indonesia karena adanya ikatan pada
asal usul leluhur, hubungan yang kuat dengan tanah, wilayah, sumber daya alam, memiliki
pranata pemerintahan adat, dan tatanan hukum adat di wilayah adatnya sesuai ketentuan
perundang-undangan.
38 Masyarakat Lokal adalah kelompok masyarakat yang menjalankan tata kehidupan sehari-
hari berdasarkan kebiasaan yang sudah diterima sebagai nilai-nilai yang berlaku umum,
tetapi tidak sepenuhnya bergantung pada sumber daya Pesisir dan pulau-pulau kecil
tertentu.
39 Masyarakat Tradisional adalah masyarakat perikanan tradisional yang masih diakui hak
tradisionalnya dalam melakukan kegiatan penangkapan ikan atau kegiatan lainnya yang sah
di daerah tertentu yang berada dalam perairan kepulauan sesuai dengan kaidah hukum laut
internasional.
40 Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional, yang selanjutnya disebut BKPRN adalah badan
yang dibentuk untuk mendukung pelaksanaan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang, yang tugas pokoknya mengoordinasikan penyusunan dan
pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan penataan ruang.
41 Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah, yang selanjutnya disebut BKPRD adalah badan
bersifat ad-hoc yang dibentuk untuk mendukung pelaksanaan Undang-Undang Nomor 26
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang di Provinsi dan di Kabupaten/Kota dan mempunyai
fungsi membantu pelaksanaan tugas Gubernur dan Bupati/Walikota dalam koordinasi
penataan ruang di daerah.

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN I-4


Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi

42 Instansi terkait adalah instansi Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah, unit pelaksana
teknis, dan instansi vertikal yang terkait dengan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil.
43 Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang
memegang kekuasaan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
44 Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota, dan perangkat daerah sebagai
unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
45 Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kelautan
dan perikanan.
46 Direktur Jenderal adalah direktur jenderal yang bertanggung jawab di bidang kelautan,
pesisir dan pulau-pulau kecil.

1.2. Acuan Normatif


Pedoman ini disusun berdasarkan :
1. UU No 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya;
2. UU No 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;
3. UU No 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas;
4. UUU No 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;
5. UU No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
6. UU No 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 1 Tahun 2014;
7. UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan UU
No 12 Tahun 2008;
8. UU No 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran;
9. UU No 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan;
10. UU No 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup;
11. UU No 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas UU No 31 Tahun 2004 tentang Perikanan;
12. PP No 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan/atau Perusakan Laut;
13. PP No 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara pemerintah,
pemerintahan Daerah, Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kab/ Kota;
14. PP No 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan;
15. PP No 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang;
16. PP No 62 Tahun 2010 tentang Pemanfaatan Pulau-Pulau Kecil Terluar;
17. PP No 64 Tahun 2010 tentang Mitigasi Bencana di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;
18. PP No 8 Tahun 2013 tentang Ketelitian Peta Rencana Tata Ruang;
19. Peraturan Presiden Nomor 122 Tahun 2012 tentang Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil;

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN I-5


Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi

20. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No PER.08/MEN/2012 tentang Kepelabuhanan


Perikanan;
21. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. PER.16/MEN/2008 tentang Perencanaan
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;
22. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.PER.17/MEN/2008 tentang Kawasan
Konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;
23. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.PER.30/MEN/2010 Tahun 2010 tentang
Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan;
24. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.PER.2/MEN/2011 tentang Jalur Penangkapan
Ikan dan Penempatan Alat Penangkapan Ikan dan Alat Bantu Penangkapan Ikan di Wilayah
Pengeloaan Perikanan Negara Republik Indonesia;
25. Peraturan Menteri Perhubungan No.PM 68 Tahun 2011 tentang Alur Pelayaran di Laut;
26. Peraturan Menteri Dalam Negeri No.76 Tahun 2012 tentang Pedoman Penegasan Batas
Daerah.

1.3. Kedudukan, Fungsi dan Manfaat RZWP-3-K Provinsi


1.3.1. Kedudukan RZWP-3-K dalam Sistem Penataan Ruang dan Sistem Perencanaan Pembangunan
Pasal 6 ayat 5 UU UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang menyebutkan bahwa
“Ruang laut dan ruang udara, pengelolaanya diatur dengan undang-undang tersendiri”.
Khusus untuk ruang laut yang dimaksud dalam Undang-Undang tersebut adalah UU Nomor 27
Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil sebagaimana telah
diubah dengan UU Nomor 1 Tahun 2014. UU Nomor 27 Tahun 2007 sebagaimana telah diubah
dengan UU Nomor 1 Tahun 2014 merupakan Leg Specialis dari UU Nomor 26 Tahun 2007,
Indonesia mengenal asas Leg Spesialis Derogat Leg Generalis, hal-hal yang sifatnya khusus lebih
diutamakan dari hal yang sifatnya umum. Ruang lingkup pengaturan UU Nomor 27 Tahun 2007
sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 1 Tahun 2014, meliputi ke arah darat mencakup
wilayah administrasi kecamatan dan ke arah laut sejauh 12 mil laut diukur dari garis pantai
(cakupan wilayah pesisir).

Sesuai dengan UU Nomor 27 Tahun 2007 sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 1 Tahun
2014, terdapat 3 (tiga) struktur yang menyusun pengelolaan pesisir dan pulau-pulau kecil, yakni
perencanaan, pemanfaatan, serta pengawasan dan pengendalian. Struktur perencanaan
memuat perencanaan yang bersifat spasial (keruangan) yaitu Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil yang selanjutnya disebut RZWP-3-K. Walaupun UU Nomor 27 Tahun 2007
sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 1 Tahun 2014 tidak secara eksplisit menyebut tata
ruang laut, namun perencanaan spasial tersebut diistilahkan dengan rencana zonasi wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil (RZWP-3-K).

Berdasarkan UU Nomor 27 Tahun 2007 sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 1 Tahun
2014 pada Bab I Pasal 1 disebutkan, “Rencana Zonasi adalah rencana yang menentukan arah
penggunaan sumber daya tiap-tiap satuan perencanaan disertai dengan penetapan struktur dan

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN I-6


Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi

pola ruang pada kawasan perencanaan yang memuat kegiatan yang boleh dan tidak boleh
dilakukan serta kegiatan yang hanya dapat dilakukan setelah memperoleh izin”. Pengertian ini
mirip dengan definisi tata ruang yang tersurat dan tersirat pada Bab 1 Pasal 1 dalam UU Nomor
26 Tahun 2007. Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil di dalam pasal 7
ayat (1), terdiri atas :
1) Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RSWP-3-K), yang memuat
isu, visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan, strategi dan program;
2) Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K), yang memuat
rencana alokasi ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil;
3) Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RPWP-3-K), yang
memuat susunan kerangka kebijakan, prosedur, dan tanggung jawab dalam rangka
pengoordinasian pengambilan keputusan di antara berbagai lembaga/instansi
pemerintah mengenai kesepakatan penggunaan sumber daya atau kegiatan
pembangunan di zona yang ditetapkan; dan
4) Rencana Aksi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RAPWP-3-K), yang
memuat tujuan, sasaran, anggaran, dan jadwal untuk satu atau beberapa tahun ke
depan secara terkoordinasi untuk melaksanakan berbagai kegiatan yang diperlukan
oleh instansi Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pemangku kepentingan lainnya
guna mencapai hasil pengelolaan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil di setiap
Kawasan perencanaan.

Hirarki perencanaan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dapat dilihat pada
gambar 1.1 sebagai berikut :

Gambar 1.1. Hirarki Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil

Selanjutnya di Pasal 7 ayat (3) disebutkan bahwa “Pemerintah daerah wajib menyusun Rencana
Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K) sesuai dengan kewenangan masing-
masing”.

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN I-7


Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi

Pemerintah daerah provinsi menyusun RZWP-3-K dengan memperhatikan:


1. RSWP-3-K dan RPJPD Provinsi atau Kabupaten/Kota yang terkait dengan pengelolaan
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil;
2. alokasi ruang untuk akses publik;
3. alokasi ruang untuk kepentingan sosial, ekonomi, dan budaya dengan tetap
memperhatikan kepemilikan serta penguasaan sumber daya di wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil;
4. keserasian, keselarasan dan keseimbangan dengan RTRW provinsi dan/atau RTRW
kabupaten/kota;
5. integrasi ekosistem darat dan laut;
6. keseimbangan antara perlindungan dan pemanfaatan berbagai jenis sumber daya
pesisir dan pulau-pulau kecil, jasa lingkungan, dan fungsi ekosistem dalam satu
bentang alam ekologis (bioekoregion);
7. perencanaan Pembangunan lainnya seperti Rencana Tata Ruang Hutan/Tata Guna
Hutan Kesepakatan (TGHK), Rencana Induk Pengembangan Pariwisata (RIPP), Kawasan
Rawan Bencana, Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP), prasarana perhubungan laut,
kawasan pemukiman, dan kawasan pertambangan;
8. kawasan, zona, dan/atau alur laut kabupaten/kota yang telah ditetapkan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan; dan
9. peta rawan bencana dan peta risiko bencana.

Dalam Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 1
Tahun 2014 pada Bab IV tentang Perencanaan pasal 9 ayat (1), disebutkan bahwa RZWP-3-K
merupakan arahan pemanfaatan sumber daya di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
pemerintah provinsi dan/atau pemerintah kab/kota. Penyusunan RZWP-3-K seperti apa yang
diamanatkan UU Nomor 27 Tahun 2007 sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 1 Tahun
2014 Pasal 9 ayat (2) tersebut di atas menegaskan bahwa RZWP-3-K harus diserasikan,
diselaraskan, dan diseimbangkan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kab/Kota.
Rencana Tata Ruang Wilayah dalam UU Nomor 26 Tahun 2007 termasuk dalam Rencana Umum
Tata Ruang yang secara hirarki terdiri dari RTRW Nasional, RTRW Provinsi, RTRW Kab/Kota.

Kebijakan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil memiliki keterkaitan dengan
kebijakan perencanaan pembangunan nasional dan kebijakan penataan ruang. Berdasarkan
tujuan perencanaan pembangunan nasional, aktualisasi UU Nomor 25 Tahun 2004 diantaranya
ditandai dengan dihasilkannya: (a) Rencana Pembangunan Jangka Panjang; (b) Rencana
Pembangunan Jangka Menengah; dan (c) Rencana Pembangunan Tahunan. Keseluruhan
dokumen perencanaan tersebut menjadi pedoman bagi pelaksanaan segenap urusan yang
menjadi kewenangan pemerintah daerah dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran daerah
pada akhir periode rencana, dan sekaligus menjadi dasar dalam penganggaran (pembiayaan)
program dan kegiatan yang dilaksanakan pemerintah dan pemerintah daerah. Dalam rangka
menjamin konsistensi pelaksanaan dokumen RZWP-3-K yang sudah disusun, maka hasil tersebut

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN I-8


Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi

perlu menjadi bagian dari proses perencanaan pembangunan daerah. Artinya Pemda perlu
menyusun tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana
pembangunan jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang telah memasukkan
pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Dokumen RSWP-3-K diharapkan berfungsi
sebagai instrumen yang akan dipakai sebagai referensi kebijakan dan program kegiatan dalam
pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil sampai dengan beberapa tahun ke depan
oleh pemerintah daerah, swasta, dan masyarakat. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka
dokumen RSWP-3-K haruslah: (a) sejalan dan menjadi bagian dari sistem dan dokumen
perencanaan pembangunan daerah, serta (b) dilaksanakan secara konsisten oleh masing-masing
sektor, baik daerah maupun pusat.
Pada dasarnya, integrasi dokumen RZWP-3-K tersebut sejalan dengan sistem dan konsep
perencanaan pembangunan yang ada (UU Nomor 25 Tahun 2004) sebagaimana ilustrasi pada
Gambar 1.2 Tampak bahwa adopsi dan pelembagaan dokumen tersebut dilakukan dengan
menjadikan dokumen RZWP-3-K sebagai input dalam penyusunan RPJMD (Rencana
Pembangunan Jangka Mengengah Daerah), RKPD (Rencana Kerja Pemerintah Daerah), Renstra
SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah), dan Renja SKPD.

Perencanaan Spasial

Gambar 1.2 Kedudukan Perencanaan Pengelolaan WP3K


dalam Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

1.3.2. Fungsi dan Manfaat RZWP-3-K


RZWP-3-K Provinsi, antara lain berfungsi:
1) Sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD)
2) Sebagai acuan dalam penyusunan RPWP-3-K dan RAPWP-3-K
3) Sebagai instrumen penataan ruang di perairan laut wilayah pesisir, dan pulau-pulau kecil
4) Memberikan kekuatan hukum terhadap alokasi ruang di perairan laut wilayah pesisir, dan
pulau-pulau kecil
5) Untuk memberikan rekomendasi dalam pemberian perizinan di perairan laut wilayah pesisir,

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN I-9


Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi

dan pulau-pulau kecil


6) Sebagai acuan dalam rujukan konflik di perairan laut wilayah pesisir, dan pulau-pulau kecil
7) Sebagai acuan dalam pemanfaatan ruang di perairan laut wilayah pesisir, dan pulau-pulau
kecil
8) Sebagai acuan untuk mewujudkan keseimbangan pembangunan di WP3K.

Manfaat RZWP-3-K Provinsi adalah untuk :


1) Memfasilitasi akselerasi pertumbuhan ekonomi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
2) Mengidentifikasi daerah-daerah yang sesuai untuk dimanfaatkan
3) Mendorong pemanfaatan ruang dan sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil yang efisien
4) Mengurangi kemungkinan dampak negatif dari pemanfaatan sumberdaya pesisir dan pulau-
pulau kecil
5) Mengidentifikasi daerah-daerah yang penting secara ekologi dan kelangsungan kehidupan
habitat pesisir dan pulau-pulau kecil dan mengurangi konflik dengan pemanfaatan ekonomi
6) Menjamin dan memastikan alokasi ruang untuk keanekaragaman hayati dan konservasi
alam
7) Mendorong kesempatan bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan melalui
keterlibatan dalam proses perencanaan
8) Melindungi ruang yang secara turun-temurun dimanfaatkan untuk kepentingan sosial
budaya masyarakat seperti untuk upacara adat, wilayah ulayat, wilayah suci laut
9) Mengurangi konflik pemanfaatan ruang baik antara pemanfaatan yang tidak kompatibel
maupun konflik antara pemanfaatan manusia dan kelestarian lingkungan alam

1.4. Maksud dan Tujuan


Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan dalam kegiatan penyusunan RZWP-3-K Provinsi oleh
pemerintah daerah provinsi dan para pemangku kepentingan lainnya.

Tujuan disusunnya pedoman ini adalah untuk mewujudkan RZWP-3-K Provinsi yang sesuai dengan
ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 1 Tahun 2014.

1.5. Masa Berlaku RZWP-3-K Provinsi


RZWP-3-K Provinsi berlaku selama 20 (dua puluh) tahun terhitung mulai sejak ditetapkan dan
dapat ditinjau kembali setiap 5 (lima) tahun.

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN I-10


Pedoman Teknis Penyusunan RZWP3K Provinsi

Bab II
Ketentuan Teknis Muatan RZWP-3-K
Provinsi

2.1 Batas Wilayah Perencanaan RZWP-3-K Provinsi


Batas wilayah perencanaan RZWP3K provinsi ke arah darat adalah Kecamatan Pesisir dan ke
arah laut hingga batas wilayah pengelolaan perairan Provinsi sejauh 12 mil laut.

Bagi daerah yang telah memiliki cakupan wilayah di perairan laut berdasarkan peraturan
perundangan yang berlaku, batas wilayah perencanaan RZWP-3-K mengacu pada peraturan
tersebut.

Penentuan batas wilayah perencanaan untuk daerah yang memiliki pulau-pulau kecil mengacu
pada peraturan Permendagri Nomor 76 Tahun 2012 tentang Pedoman Penegasan Batas Daerah,
sebagai berikut :
A. Untuk mengukur batas daerah di laut pada suatu pulau yang berjarak lebih dari 2 kali 12
mil laut yang berada dalam satu provinsi, diukur secara melingkar dengan jarak 12 mil laut
untuk provinsi dan sepertiganya untuk kabupaten/kota.

Gambar 2.1 Contoh Penarikan Garis Batas Pada Pulau yang Berjarak
Lebih Dari 2 (Dua) Kali 12 Mil Laut yang Berada Dalam 1 (Satu) Provinsi
(Sumber : Permendagri No. 76 Tahun 2012)

B. Untuk mengukur batas daerah di laut pada suatu pulau yang berjarak kurang dari 2 (dua)
kali 12 mil laut yang berada dalam satu daerah provinsi, diukur secara melingkar dengan
jarak 12 mil laut untuk Batas Laut Provinsi dan sepertiganya merupakan kewenangan
pengelolaan Kabupaten dan Kota di laut.

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN II-1


Pedoman Teknis Penyusunan RZWP3K Provinsi

Gambar 2.2 Contoh Penarikan Garis Batas Pada Pulau yang Berjarak Kurang Dari
2 (Dua) Kali 12 Mil Laut yang Berada Dalam 1(Satu) Provinsi
(Sumber : Permendagri No. 76 Tahun 2012)

C. Untuk mengukur Batas Daerah di Laut pada suatu Gugusan Pulau-Pulau yang berada dalam
satu daerah provinsi, diukur secara melingkar dengan jarak 12 mil laut untuk batas
kewenangan pengelolaan laut provinsi dan sepertiganya merupakan kewenangan
pengelolaan Kabupaten/kota di laut.

Gambar 2.3 Contoh Penarikan Garis Batas Pada Gugusan Pulau-Pulau


yang Berada Dalam Satu Provinsi
(Sumber : Permendagri No. 76 Tahun 2012)

D. Untuk mengukur Batas Daerah di Laut pada Pulau yang berada pada daerah yang berbeda
provinsi dan berjarak kurang dari 2 kali 12 mil laut, diukur menggunakan prinsip garis
tengah (median line).

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN II-2


Pedoman Teknis Penyusunan RZWP3K Provinsi

Gambar 2.4 Contoh Penarikan Garis Batas Pada Pulau yang Berjarak Kurang Dari 2 (Dua) Kali 12 Mil
Laut yang Berada Pada Provinsi yang Berbeda
(Sumber : Permendagri No. 76 Tahun 2012)

2.2 Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Kabupaten/Kota
Tujuan, Kebijakan, dan Strategi pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi
merupakan terjemahan dari visi dan misi pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
pengembangan provinsi untuk mencapai kondisi ideal pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-
pulau kecil provinsi yang diharapkan.

A. Tujuan
Tujuan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi merupakan arahan
perwujudan alokasi ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi yang ingin dicapai
pada masa yang akan datang (20 tahun).

Tujuan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi memiliki fungsi:
1) sebagai dasar untuk memformulasikan kebijakan dan strategi RZWP-3-K provinsi;
2) memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama RZWP-3-K provinsi; dan
3) sebagai dasar penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi.

Tujuan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi dirumuskan berdasarkan:
1) visi dan misi pembangunan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi;
2) karakteristik wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi;
3) isu strategis; dan
4) kondisi objektif yang diinginkan.
Tujuan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi dirumuskan dengan
kriteria:

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN II-3


Pedoman Teknis Penyusunan RZWP3K Provinsi

1) tidak bertentangan dengan tujuan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
nasional;
2) jelas dan dapat tercapai sesuai jangka waktu perencanaan; dan
3) tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

B. Kebijakan
Kebijakan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi merupakan arah
tindakan yang harus ditetapkan untuk mencapai tujuan pengelolaan wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil provinsi.

Kebijakan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi berfungsi sebagai:
1) sebagai dasar untuk memformulasikan strategi pengelolaan wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil provinsi;
2) sebagai dasar untuk merumuskan alokasi ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil;
3) memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama pengelolaan wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi; dan
4) sebagai dasar penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil.

Kebijakan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi dirumuskan


berdasarkan:
1) tujuan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi;
2) karakteristik wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi;
3) kapasitas sumber daya wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi dalam
mewujudkan tujuan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil; dan
4) ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.

Kebijakan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi dirumuskan dengan
kriteria:
1) mengakomodasi kebijakan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
nasional dan provinsi yang berlaku pada wilayah provinsi bersangkutan;
2) jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan pada
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi bersangkutan;
3) mampu menjawab isu-isu strategis baik yang ada sekarang maupun yang
diperkirakan akan timbul di masa yang akan datang; dan
4) tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

C. Strategi
Strategi pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi merupakan penjabaran
kebijakan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi ke dalam langkah-
langkah operasional untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Strategi pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi berfungsi:
1) sebagai dasar untuk penyusunan rencana alokasi ruang, dan penetapan kawasan
strategis provinsi;

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN II-4


Pedoman Teknis Penyusunan RZWP3K Provinsi

2) memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama dalam RZWP-3-K


provinsi; dan
3) sebagai dasar dalam penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi.

Strategi pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi dirumuskan berdasarkan:
1) kebijakan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil wilayah provinsi;
2) kapasitas sumber daya wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi dalam
melaksanakan kebijakan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil; dan
3) ketentuan peraturan perundang-undangan.

Strategi pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil wilayah provinsi dirumuskan
dengan kriteria:
1) memiliki kaitan logis dengan kebijakan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil;
2) tidak bertentangan dengan tujuan, kebijakan, dan strategi pengelolaan wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil nasional;
3) jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan pada
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi bersangkutan secara efisien dan
efektif;
4) harus dapat dijabarkan secara spasial dalam rencana alokasi ruang wilayah pesisir
dan pulau-pulau kecil provinsi; dan
5) tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

Tujuan, kebijakan, dan strategi tersebut diatas diadopsi dari tujuan, kebijakan, dan strategi
yang tertuang dalam dokumen RSWP-3-K. Apabila belum ada, maka harus merumuskan
Tujuan, kebijakan, dan strategi Pengelolaan WP-3-K.

2.3 Rencana Alokasi Ruang WP-3-K Provinsi


RZWP3K merupakan arahan pemanfaatan sumber daya di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
pemerintah provinsi dan/atau pemerintah Kabupaten/Kota yang secara spasial diwujudkan
dalam alokasi ruang. Alokasi ruang terbentuk dari distribusi peruntukan ruang yang terdiri dari
alokasi-alokasi ruang dengan fungsi-fungsi tertentu.

RZWP-3-K provinsi memuat:


a. pengalokasian ruang dalam Kawasan Pemanfaatan Umum, Kawasan Konservasi,
Kawasan Strategis Nasional Tertentu, dan Alur Laut;
b. keterkaitan antara Ekosistem darat dan Ekosistem laut dalam suatu Bioekoregion;
c. penetapan pemanfaatan ruang laut; dan
d. penetapan prioritas Kawasan laut untuk tujuan konservasi, sosial budaya, ekonomi,
transportasi laut, industri strategis, serta pertahanan dan keamanan.

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN II-5


Pedoman Teknis Penyusunan RZWP3K Provinsi

Ketentuan mengenai alokasi ruang dalam RZWP3K Provinsi diatur sebagai berikut:

Tabel 2.1 Ketentuan Pengaturan Alokasi Ruang RZWP-3-K Provinsi

Hirarki Rencana Ketentuan Alokasi Ruang Keterangan

RZWP-3-K Provinsi 1. Kawasan Pemanfaatan RZWP-3-K Provinsi meliputi:


Umum a. wilayah perairan yang menjadi
2. Kawasan Konservasi kewenangan kabupaten/kota;
3. Kawasan Strategis dan
Nasional Tertentu b. wilayah perairan yang menjadi
4. Alur Laut kewenangan provinsi.

Pengaturan antara batas akhir


wilayah Kabupaten/Kota (4 mil) s/d
12 mil ke arah laut adalah sampai
dengan zona

Tabel 2.2 Pembagian Alokasi Ruang RZWP-3-K Provinsi dalam Wilayah Perairan
yang Menjadi Kewenangan Provinsi
ARAHAN PEMANFAATAN
Kawasan Zona
1. Kawasan Pemanfaatan 1. pariwisata;
Umum 2. pemukiman;
3. pelabuhan;
4. pertanian;
5. hutan;
6. pertambangan;
7. perikanan tangkap;
8. perikanan budidaya;
9. industri;
10. fasilitas umum; dan/atau
11. pemanfaatan lainnya sesuai dengan karakteristik
biogeofisik lingkungannya.
2. Kawasan Konservasi 1. Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (KKP3K);
2. Kawasan Konservasi Maritim (KKM);
3. Kawasan Konservasi Perairan (KKP); dan
4. Sempadan pantai.
3. Kawasan Strategis 1. pengelolaan batas-batas maritim kedaulatan negara;
Nasional Tertentu 2. pertahanan dan keamanan negara;
3. pengelolaan situs warisan dunia;
4. kesejahteraan masyarakat; dan/atau
5. pelestarian lingkungan.
4. Alur Laut 1. alur pelayaran;
2. pipa/kabel bawah laut; dan
3. migrasi biota laut.

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN II-6


Pedoman Teknis Penyusunan RZWP3K Provinsi

Rencana alokasi ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi berfungsi :
a. Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat dan
kegiatan pelestarian lingkungan dalam WP-3-K provinsi;
b. Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan terkait dengan kedaulatan negara,
pengendalian lingkungan hidup, dan/atau situs warisan dunia yang pengembangannya
diprioritaskan bagi kepentingan nasional;
c. Sebagai alokasi ruang untuk kepentingan perlindungan cadangan sumberdaya ikan;
d. Mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang darat – laut dan di ruang
pesisir itu sendiri;
e. Mengatur keseimbangan, keserasian, dan sinergitas peruntukan ruang di laut; dan
f. Sebagai dasar pemberian izin pemanfaatan ruang perairan laut pada wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil provinsi.
g. Sebagai dasar penentuan lokasi reklamasi, yang meliputi lokasi reklamasi dan lokasi
sumber material reklamasi. Zona yang sesuai untuk reklamasi harus mengikuti
Peraturan Presiden Nomor 122 Tahun 2012 tentang Reklamasi di Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil.

Rencana alokasi ruang WP3K dirumuskan dengan memperhatikan :


a. Kebijakan dan strategi Pengelolaan WP-3-K provinsi;
b. Kesesuaian dan Keterkaitan antar kegiatan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil;
c. Daya dukung dan daya tampung wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil;
d. Ketentuan peraturan perundang-undangan yang terkait;
e. kebijakan pengembangan kawasan strategis nasional yang berada di wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil provinsi yang bersangkutan;
f. Rencana alokasi ruang di wilayah pesisir daratan mengikuti nomenklatur RTRW,
sedangkan di wilayah perairan mengikuti RZWP-3-K;
g. Rencana alokasi ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi yang berbatasan
dengan provinsi yang bersangkutan;
h. Sistem klaster dengan mempertimbangkan keterkaitan ekologi, ekosistem, dan sosial
budaya;

Rencana alokasi ruang RZRWP-3-K di perairan ditetapkan sebagai hasil analisis tiga dimensi
ruang, yaitu permukaan, kolom, dan dasar laut. Pada setiap dimensi, alokasi ruang laut dapat
mengakomodasi kegiatan yang multifungsi pada zona tertentu.

Dalam kolom perairan pesisir dan pulau-pulau kecil secara vertikal dapat dialokasikan untuk
berbagai zona/subzona peruntukan. Pemanfaatan ruang dimaksud didasarkan pada hasil
analisis peruntukan ruangnya secara vertikal. Walaupun demikian, alokasi berbagai
zona/subzona tersebut harus disertai dengan peraturan pemanfaatan ruang yang memuat
aturan-aturan kegiatan yang diperbolehkan, kegiatan tidak diperbolehkan, serta kegiatan yang
hanya boleh dilakukan dengan syarat, yang disertai pengaturan tata waktu. Sebagai contoh,
misalnya didalam praktek biasanya pada layer permukaan dapat digunakan untuk kegiatan
pelayaran dan wisata bahari, pada layer kolom perairan dapat digunakan untuk penangkapan

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN II-7


Pedoman Teknis Penyusunan RZWP3K Provinsi

ikan, sedangkan pada layer perairan dasar laut dapat digunakan untuk kegiatan konservasi dan
wisata selam.

Gambar 2.5 Ilustrasi Alokasi Ruang Laut Tiga Dimensi

2.4 Peraturan Pemanfaatan Ruang


Peraturan pemanfaatan ruang provinsi berisi ketentuan persyaratan pemanfaatan ruang dan
ketentuan pengendaliannya yang disusun untuk setiap zona peruntukan dalam RZWP-3-K.
RZWP-3-K provinsi memuat peraturan pemanfaatan ruang pada wilayah perairan yang menjadi
kewenangan provinsi.

Ketentuan peraturan pemanfaatan ruang berfungsi:


1) sebagai alat pengendali pengembangan kawasan/zona/subzona;
2) menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana zonasi;
3) menjamin agar kegiatan pemanfaatan baru tidak mengganggu pemanfaatan ruang yang
telah berjalan dan sesuai dengan rencana alokasi ruang; dan
4) mencegah dampak pembangunan yang merugikan.

Ketentuan persyaratan pemanfaatan ruang merupakan persyaratan kegiatan pemanfaatan


kawasan/zona yang meliputi:
a. jenis kegiatan yang dapat dilakukan di dalam kawasan/zona (dinyatakan dalam kegiatan
yang diperbolehkan, kegiatan tidak diperbolehkan, serta kegiatan yang hanya boleh
dilakukan dengan syarat)
b. Besaran kegiatan pemanfaatan pada kawasan/zona (dinyatakan dalam luas jenis kegiatan
pemanfaatan yang boleh dilakukan pada kawasan/zona)
c. ketentuan teknis kegiatan pemanfaatan kawasan/zona (sesuai dengan ketentuan peraturan
teknis kegiatan sektor bersangkutan)

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN II-8


Pedoman Teknis Penyusunan RZWP3K Provinsi

Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang merupakan kegiatan pengendalian pemanfaatan


ruang yang dilaksanakan melalui instrumen perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta
arahan pengenaan sanksi.

Gambar 2.6. Hubungan Instrumen Perencanaan, Pengendalian, dan Program

Peraturan pemanfaatan ruang memuat ketentuan umum persyaratan kegiatan pemanfaatan


kawasan/zona yang meliputi :

1. ketentuan umum pernyataan pemanfaatan kawasan/zona adalah penjabaran secara umum


ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang yang
mencakup seluruh wilayah administratif;
2. ketentuan umum pernyataan pemanfaatan kawasan/zona berfungsi sebagai:
a. bagi penentuan persyaratan kegiatan pemanfaatan kawasan/zona;
b. bagi bahan pertimbangan pemberian izin ; dan
c. pengawasan kegiatan pemanfaatan ruang.
3. ketentuan umum pernyataan pemanfaatan kawasan/zona yang ditetapkan dalam RZWP-3-
K berisikan:
a) jenis alokasi ruang, deskripsi atau definisi alokasi ruang yang telah ditetapkan dalam
rencana alokasi ruang WP-3-K;
b) ketentuan umum kegiatan yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan serta
kegiatan yang hanya dapat dilakukan setelah memperoleh ijin;
c) ketentuan tentang prasarana minimum yang perlu diatur terkait pemanfaatan ruang;
d) ketentuan khusus yang disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan provinsi untuk
mengendalikan pemanfaatan ruang, seperti pada kawasan konservasi.

2.5 Arahan Pemanfaatan Ruang WP-3-K

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN II-9


Pedoman Teknis Penyusunan RZWP3K Provinsi

Arahan pemanfaatan ruang WP3K dijabarkan ke dalam indikasi program utama dalam jangka
waktu perencanaan 5 (lima) tahunan hingga akhir tahun perencanaan 20 (duapuluh) tahun.
Arahan pemanfaatan ruang WP3K provinsi berfungsi sebagai :
1. acuan bagi pemerintah dan masyarakat dalam pemrograman penataan/pengembangan
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi;
2. arahan dalam penyusunan program sektoral (besaran, lokasi, sumber pendanaan,
instansi pelaksana, dan waktu pelaksanaan);
3. dasar estimasi kebutuhan pembiayaan setiap jangka waktu 5 (lima) tahun; dan
4. acuan bagi masyarakat dalam melakukan investasi

Arahan pemanfaatan ruang WP3K provinsi disusun berdasarkan:


1. rencana alokasi ruang;
2. ketersediaan sumber daya dan sumber pendanaan;
3. kesepakatan para pemangku kepentingan dan kebijakan yang ditetapkan; dan
4. prioritas pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dan pentahapan rencana
pelaksanaan program sesuai dengan RPJPD atau RSWP-3-K.

Indikasi program utama dalam arahan pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
provinsi meliputi :
a. Usulan program utama
Usulan program utama adalah program-program utama pengembangan wilayah pesisir
dan pulau-pulau kecil provinsi yang diindikasikan memiliki bobot kepentingan utama
atau diprioritaskan untuk mewujudkan alokasi ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil provinsi sesuai tujuan.
b. Lokasi
Lokasi adalah tempat yang dijabarkan dalam koordinat geografis serta dituangkan
diatas peta, dimana usulan program utama akan dilaksanakan.
c. Besaran
Besaran adalah perkiraan jumlah/luas satuan masing-masing usulan program utama
pengembangan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang akan dilaksanakan.
d. Sumber Pendanaan
Sumber pendanaan dapat berasal dari APBD provinsi, APBN, swasta dan/atau
masyarakat.
e. Instansi Pelaksana
Instansi pelaksana adalah pelaksana program utama yang meliputi pemerintah (sesuai
dengan kewenangan masing-masing pemerintahan), swasta, serta masyarakat.
f. Waktu dan Tahapan Pelaksanaan
Usulan program utama direncanakan dalam kurun waktu perencanaan 20 (dua puluh)
tahun yang dirinci setiap 5 (lima) tahunan, sedangkan masing-masing program
mempunyai durasi pelaksanaan yang bervariasi sesuai dengan kebutuhan. Program
utama 5 (lima) tahun dapat dirinci kedalam program utama tahunan.

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN II-10


Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi

Bab III
Prosedur dan Proses Penyusunan
RZWP-3-K
3.1. Prosedur Penyusunan RZWP-3-K
Prosedur penyusunan RZWP-3-K merupakan tahapan yang dilalui sebelum disusun RZWP-3-K,
meliputi tahap pra penyusunan RZWP-3-K, yaitu kegiatan identifikasi stakeholder, sosialisasi, dan
pelatihan/Bimbingan Teknis (Bimtek), dan tahap pembentukan tim penyusun RZWP-3-K.

3.1.1. Pra Penyusunan RZWP-3-K


1) Identifikasi Stakeholder
Langkah awal sebelum disusun RZWP-3-K, harus dilakukan identifikasi Stakeholders
‘users’ laut dengan menggunakan pendekatan Stakeholders Analysis yang meliputi
identifikasi pemangku kepentingan, tingkat otoritas yang dimiliki, tingkat kepentingan
masing-masing pemangku kepentingan terhadap sumberdaya dan perencanaan RZWP-3-
K, pengaruh pemangku kepentingan dalam implementasi RZWP-3-K. Kegunaannya adalah
untuk melihat potensi-potensi peluang serta hambatan yang akan terjadi selama
pelaksanaan penyusunan RZWP-3-K, dan agar apabila terjadi hambatan dalam
penyusunan RZWP-3-K, dapat segera dianalisis pihak-pihak mana yang berpengaruh dan
untuk segera ditangani. Analisis ini diharapkan dapat menghasilkan pendekatan dan
strategi untuk melancarkan pelaksanaan penyusunan RZWP-3-K.

Tabel 3.1 Contoh Identifikasi Stakeholders

1. Daftar 2. Otoritas dan 3. Tingkat 4. Tingkat kepentingan 5. Saran 6. Pengaruh


Stakeholders; tingkat kepentingan dan Stakeholders dalam Keterlibatan Stakeholders
SKPD, kelompok kepentingan lokasinya proses perencanaan? dalam proses dalam
users dan masy Stakeholders penyusunan Implementasi
pesisir RZWP-3-K RZWP-3-K
Kelompok Tidak ada Sangat tinggi Sangat berpengaruh Anggota Pokja/ Kepatuhan dan
nelayan bagan otoritas, karena butuh and memiliki kelompok FGD/ Konsultasi kerjasama
tancap pengguna aktif di kualitas air yang nelayan yang Publik/ Stakeholders ini
laut, sangat baik di lokasinya, terorganisir baik. Dekat Responden / sangat penting
tergantung dgn pendukung dengan DKP setempat Gatekeeper/ Key
kualitas air. sumber ekonomi krn mendapatkan Informan Person/
nelayan bantuan modal/alat dll
tangkap,dll
Catatan : Langkah ini ditambahkan skoring analysis stakeholder, termasuk disertainya berita acara
berisikan data kuota anggota untuk verifikasi.

2) Sosialisasi
Sosialisasi perlu dilakukan sebelum dilakukan penyusunan RZWP3K. Sosialisasi
dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai pengelolaan
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil termasuk di dalamnya terkait kebijakan dan
program terkait penyusunan RZWP-3-K, menumbuhkan rasa kepemilikan dari para

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN III-1


Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi

pemangku kepentingan terhadap rencana yang berlangsung di daerahnya. Sosialisasi


perlu dilakukan untuk meminimalisir konflik di kemudian hari, oleh karena itu pada saat
sosialisasi harus melibatkan berbagai pihak terkait. Sosialisasi selayaknya diikuti oleh
target peserta seperti tercantum dalam tabel berikut :

Tabel 3.2 Tujuan dan Target Peserta Sosialisasi Penyusunan RZWP-3-K

Tujuan Target Peserta

 Agar masyarakat mengenal, 1) Pemerintah


mengetahui, dan memahami SKPD daerah yang terdiri dari :
tentang kebijakan dan program 1. Bappeda
 Menjelaskan rencana 2. Dinas Kelautan dan perikanan
penyusunan dokumen 3. Dinas Pekerjaan Umum
perencanaan WP-3-K dan 4. BPN
menumbukan rasa kepemilikan 5. Dinas Kehutanan
Stakeholder terhadap rencana 6. Dinas Pertanian
yang berlangsung di daerahnya 7. Dinas Pariwisata
 Meningkatkan pemahaman dan 8. Dinas Perhubungan
pengetahuan Stakeholder 9. Dinas Perindustrian
terhadap pengelolaan wilayah 10. Dinas Lingkungan hidup.
pesisir dan pulau-pulau kecil 11. Dinas Pendapatan Daerah
12. Dinas Pertambangan/ESDM
13. BUMD
14. dll.
2) TNI AL dan POLAIRUD
3) DPRD
4) LSM
5) Perguruan Tinggi/Akademisi
6) Kelompok Masyarakat (Masyarakat Hukum Adat,
Masyarakat Lokal, dan Masyarakat Tradisional)
7) Camat, Lurah/Kepala Desa
8) Dunia Usaha di Bidang Kelautan dan Perikanan
9) Pers

Sosialisasi penyusunan RZWP-3-K harus memiliki strategi komunikasi agar tercapai tujuan
secara efektif. Penentuan target, pesan utama yang akan disampaikan (key message),
media penyampaian (channeling) dan metode penyampaian harus disusun sedemikian
rupa agar masing-masing Stakeholders memahami perlunya RZWP-3-K. Identifikasi target
sosialisasi dapat diselaraskan dengan identifikasi Stakeholders sehingga dapat
disinkronkan satu sama lain. Materi, jadwal pelaksanaan, metode, serta output sosialisasi
penyusunan RZWP-3-K provinsi, adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3 Materi, Metode, Output dan Lokasi Sosialisasi


Penyusunan RZWP-3-K

Materi Metode Output Lokasi


 Pengelolaan pesisir dan pulau-pulau  Pengumuman  Adanya kesamaan cara - Provinsi sasaran
kecil sesuai dengan amanat UU No.27  Pemutaran film pandang dan pola pikir sosialisasi
Tahun 2007 tentang Pengelolaan berisikan yang sama para eksekutif - Kantor
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil contoh kasus dan legislatif di tingkat Pemerintah

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN III-2


Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi

 Kebijakan RZWP-3-K  Diskusi/ daerah dalam Daerah (Dinas


 Harmonisasi Rencana Tata Ruang seminar/ perencanaan WP-3-K. Kelautan dan
Wilayah (RTRW) dengan Rencana pertemuan  Adanya dukungan dan perikanan atau
Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau- terbuka partisipasi dari Bappeda)
Pulau Kecil (RZWP-3-K)  Media cetak pemerintah daerah agar
dan media didapatkan suatu
elektronik komitmen baik dari
pemerintah daerah
maupun badan legislatif
setempat .
 Adanya pemahaman
tentang RZWP-3-K sebagai
instrumen penataan
ruang perairan laut.

3) Pelatihan/Bimbingan Teknis (Bimtek)


Pelatihan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan anggota Kelompok Kerja
Perencanaan Tata Ruang pada lembaga yang mengkoordinasikan penataan ruang di
daerah/BKPRD (Tim Penyusun RZWP-3-K) dalam menyusun dokumen RZWP-3-K.

Tabel 3.4 Tujuan dan Target Peserta Bimtek Penyusunan RZWP-3-K

Tujuan Target Peserta

 Agar peserta memahami kebijakan dan tahapan Peserta terdiri atas anggota Kelompok Kerja
penyusunan RZWP-3-K Perencanaan Tata Ruang BKPRD (Tim Penyusun
 Agar peserta memahami kebutuhan data dasar dan RZWP-3-K)
tematik, pengumpulan data, survey lapangan,
penyusunan peta tematik dan paket sumberdaya
 Agar peserta memahami pengertian dan jenis bencana,
konsep mitigasi bencana dalam penyusunan RZWP-3-K
 Agar peserta memahami pengertian zona dalam kawasan
konservasi, kebutuhan data dan informasi, pertimbangan
dan ketentuan, delineasi serta pengaturan
 Agar peserta memahami pengertian zona (perikanan
budidaya, perikanan tangkap, pertambangan, pariwisata,
permukiman dan perdagangan, industri), kebutuhan data
dan informasi, pertimbangan dan ketentuan, delineasi
serta pengaturan.
 Agar peserta memahami kriteria, pertimbangan, dan
penentuan alokasi ruang RZWP-3-K
 Agar peserta memahami pengertian Alur Laut, kebutuhan
data dan informasi pertimbangan dan ketentuan,
delineasi serta pengaturan.
 Agar peserta memahami prosedur penanganan konflik
dalam RZWP-3-K
 Agar peserta memahami peran dan pelibatan pemangku
kepentingan dalam RZWP-3-K

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN III-3


Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi

Tabel 3.5 Materi, Metode, Output dan Lokasi Bimtek


Penyusunan RZWP-3-K

Materi Metode Output Lokasi


 Proses penyusunan RZWP-3-K  Simulasi Adanya - Provinsi sasaran
 Pengumpulan dan analisis data spasial serta  Pemutaran peningkatan Bimtek
pemetaan film berisikan pemahaman - Kantor
 RZWP-3-K berbasis Mitigasi Bencana contoh kasus dalam Pemerintah
 Data Informasi, Kriteria, Pertimbangan dan  Diskusi/ penyusunan Daerah (Dinas
Penentuan, Delineasi, serta Pengaturan Kawasan seminar/ RZWP-3-K Kelautan dan
Konservasi, Alur Laut, Zona perikanan budidaya, pertemuan perikanan atau
perikanan tangkap, Zona pertambangan, Zona terbuka Bappeda)
pariwisata, Zona permukiman dan perdagangan,
Zona industri
 Kriteria, pertimbangan, dan penentuan alokasi
ruang
 Resolusi Konflik dalam RZWP-3-K
 Pelibatan pemangku kepentingan dalam RZWP-3-K

3.2. Penyusunan RZWP-3-K


Seluruh tahapan dalam proses penyusunan RZWP-3-K merupakan langkah yang mutlak dilalui
untuk mencapai dokumen final yang merupakan hasil perencanaan bersama.
Proses penyusunan RZWP-3-K, meliputi tahapan sebagai berikut :
1. Persiapan Penyusunan RZWP-3-K
2. Penyusunan Dokumen Final RZWP-3-K
3. Penetapan Ranperda RZWP-3-K

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN III-4


Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi

TAHAPAN PROSES / OUTPUT


Persiapan

1 Persiapan  Penyusunan Rencana Kerja


 Penyusunan TOR/RAB

2 Pengumpulan Data  Pengumpulan data sekunder

 Pengumpulan data primer (apabila data sekunder yang telah


3 Survei Lapangan
dikumpulkan belum memenuhi kebutuhan)

Pengolahan dan  Pengolahan dan analisis data untuk disusun dalam peta-peta
4
Analisis Data tematik

Deskripsi Potensi &  Pendeskripsian terhadap peta-peta tematik yang telah disusun
5 Kegiatan Pemanfaatan
 Peta-peta tematik
Penyusunan Dokumen  Hasil pendeskripsian terhadap peta-peta tematik yang disusun
6
Awal
 Penyampaian Draft Dokumen Awal RZWP3K
 Menjaring masukan
Konsultasi Publik
Penyusunan Dokumen Final RZWP-3-K

 Tumpang susun peta-peta tematik dalam Dokumen Awal yang


telah diperbaiki dari hasil Konsultasi Publik (Penyusunan Paket
Sumberdaya)
Penentuan Usulan  Analisis kesesuaian terhadap kriteria kawasan, zona, sub zona,
8 dan/atau pemanfaatannnya
Alokasi Ruang  Penentuan usulan kawasan, zona, sub zona, dan/atau
pemanfaatannnya

 Hasil perbaikan dokumen awal


 Analisis non spasial
 Analisis konflik pemanfaatan ruang (resolusi konflik)
9 Penyusunan Dokumen  Penentuan Alokasi Ruang
Antara  Penyelarasan , penyerasian dan penyeimbangan dengan RTRW
 Penyusunan pernyataan pemanfaatan ruang peraturan
pemanfaatan ruang
 Penyusunan Indikasi Program
 Draft Rancangan Perda RZWP-3-K
10
Konsultasi Publik
 Penyampaian Draft Dokumen Antara RZWP-3-K
 Menjaring masukan
11 Penyusunan Dokumen
Final  Hasil perbaikan Dokumen Antara

Permohonan
12
 Permohonan tanggapan/saran terhadap Dokumen Final
Tanggapan/Saran

Pembahasan Ranperda 
Penetapan

Pembahasan Draft Ranperda oleh DPRD


RZWP-3-K
Ranperda

13
 Evaluasi

14  Penetapan Ranperda menjadi Perda RZWP-3-K


Penetapan

Gambar 3.1 Tahapan dan Proses/Output Penyusunan RZWP-3-K Provinsi

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN III-5


Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi

Secara umum, tahapan dalam proses penyusunan dokumen Final RZWP-3-K dapat dilihat dalam diagram berikut:

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN III-6


Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi

Gambar 3.2 Proses Penyusunan RZWP-3-K Provinsi melalui Pelibatan Masyarakat

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN III-7


Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi

Gambar 3.3 Contoh Jangka Waktu Penyusunan RZWP-3-K Provinsi

Jangka waktu yang dibutuhkan dalam proses penyusunan RZWP-3-K provinsi hingga dokumen
final selesai diupayakan seefektif mungkin, minimal selama 12 (duabelas) bulan / 24 (dua puluh
empat) bulan dan jangka waktu maksimal adalah 5 (lima) tahun. Ilustrasi jangka waktu minimal
proses penyusunan RZWP-3-K dapat dilihat pada Gambar 3.3.

Tahap penyusunan dipengaruhi oleh situasi dan kondisi aspek politik, sosial, budaya,
pertahanan, keamanan, keuangan/pembiayaan pembangunan daerah, ketersediaan data, dan faktor
lainnya di dalam wilayah provinsi bersangkutan, sehingga perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk
setiap tahap penyusunan RZWP-3-K disesuaikan dengan situasi dan kondisi kabupaten yang
bersangkutan.

3.2.1. Persiapan Penyusunan RZWP-3-K


Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan, meliputi:
1) Persiapan awal pelaksanaan, meliputi: penyusunan rencana kerja, Kerangka Acuan Kerja
(KAK)/Terms of Reference (TOR) dan Rencana Anggaran Biaya (RAB). Rencana kerja
adalah langkah-langkah yang dibuat untuk mencapai target yang disertai dengan jadwal
waktu pelaksanaan dan personil yang melaksanakan. Target yang akan dicapai adalah
tersusunnya Peraturan Daerah (PERDA) mengenai Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan
Pulau-pulau Kecil. Kerangka Acuan Kerja (KAK) / Terms of Reference (TOR) adalah
dokumen perencanaan yang memberikan gambaran umum mengenai pekerjaan yang
akan dilaksanakan. Contoh lengkap TOR dan RAB sebagaimana dalam lampiran 8 dan 9.
2) persiapan teknis pelaksanaan yang meliputi:
a. Penyiapan personil dalam tim kerja
b. Penyiapan administrasi
c. Studi literatur sebagai awal atau referensi untuk pelaksanaan kegiatan.
d. Penyusunan rencana kerja
- Jadwal pekerjaan
- Metode pengumpulan data/survei lapangan berdasarkan Peta RBI, LPI, Peta Laut
Dishidros TNI AL, dan Citra Satelit di wilayah perencanaan.
- Peta rencana lokasi sampling
3) pemberitaan kepada publik perihal akan dilakukannya penyusunan RZWP-3-K.

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN III-8


Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi

3.2.2. Penyusunan Dokumen Final RZWP-3-K


Secara umum, tahapan dalam proses penyusunan Dokumen Final RZWP-3-K adalah sebagai
berikut (Draft Revisi permen KP 16 Tahun 2008):
1) pengumpulan data;
2) survei lapangan;
3) pengolahan dan analisis data
4) deskripsi potensi dan kegiatan pemanfaatan sumberdaya pesisir dan pulau - pulau kecil;
5) penyusunan dokumen awal;
6) konsultasi publik;
7) penentuan usulan alokasi ruang;
8) penyusunan dokumen antara;
9) konsultasi publik;
10) penyusunan dokumen final; dan
11) permintaan tanggapan dan/atau saran.

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN III-9


Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi

Tahap 1 :
3.2.2.1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh data dan informasi yang tersedia berupa
spasial dan non spasial. Data dan informasi yang dikumpulkan terdiri dari 2 (dua) dataset dasar
(terrestrial dan batrimetri) dan 10 (sepuluh) dataset tematik (geologi dan geomorfologi laut,
oseanografi, Ekosistem Pesisir dan Sumberdaya Ikan (jenis dan kelimpahan ikan), penggunaan lahan
dan status lahan, Data Pemanfaatan Wilayah Laut Eksisting, Sumberdaya Air, Infrastruktur,
Demografi, Ekonomi Wilayah dan resiko bencana dan pencemaran). Data dan informasi tersebut
diatas dapat diperoleh dari lembaga atau institusi terkait dalam bentuk laporan, buku, diagram,
peta, foto, dan media penyimpanan lainnya.

Data dasar dan tematik untuk pemetaan rencana zonasi WP-3-K provinsi memiliki skala,
ketelitian dan kedetilan informasi, yaitu: skala minimal 1:250.000

Ketersediaan data harus memenuhi persyaratan secara kualitas maupun kuantitas, yaitu :
a) Kualitas
1. skala;
2. akurasi geometri;
3. kedetailan data;
4. kedalaman data;
5. kemutakhiran data;
6. sumber data.
b) Kuantitas
secara kuantitas memenuhi ketentuan kelengkapan jenis data (12 dataset).

Apabila ketersediaan data belum memenuhi persyaratan kualitas dan kuantitas di atas maka
perlu dilakukan survei lapangan.

Dalam penyusunan rencana zonasi WP-3-K, dibutuhkan data dasar dan tematik dengan skala,
ketelitian data dan kedetilan informasi yang berbeda. Jenis data yang digunakan dalam penyusunan
rencana zonasi dibedakan untuk kabupaten/kota, yang terdiri atas :
1) Peta Dasar dan Citra Satelit
2) Data Spasial Dasar
3) Data Spasial dan Non Spasial Tematik

Jenis, fungsi, dan manfaat data yang diperlukan dapat mengacu pada Pedoman Teknis
Penyusunan Peta RZWP-3-K. Untuk alokasi ruang yang memerlukan kegiatan reklamasi diperlukan
data tambahan berupa data geoteknik.

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN III-10


Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi

Tahap 2 :
3.2.2.2. Survei Lapangan

Survei lapangan dilaksanakan dalam rangka melengkapi data yang belum sesuai kebutuhan.
Adapun jenis data yang akan dikumpulkan adalah data primer. Pengumpulan data primer bertujuan
untuk:
o Melakukan verifikasi terhadap data sekunder yang sudah terkumpul sebelumnya
o Melakukan pengumpulan data primer yang belum tersedia.

Data primer yang dikumpulkan, antara lain :


1. Data Terestrial
a. tanah
b. topografi
c. kemiringan lereng
2. Data Bathimetri
3. Data Geologi dan Geomorfologi Laut (substrat dasar laut)
4. Data Oseanografi (arus, pasang surut, gelombang, kualitas air, biologi perairan)
5. Data Ekosistem Pesisir dan Sumberdaya Ikan
a. Data ekosistem pesisir (terumbu karang, mangrove, lamun)
b. Data jenis dan kelimpahan ikan
6. Data Penggunaan Lahan dan Status Lahan (kepemilikan lahan)
7. Data Pemanfaatan Wilayah Laut Eksisting (misalnya : perikanan budidaya, perikanan
tangkap, pariwisata, pertambangan, pelabuhan, alur pelayaran, alur biota, kawasan
konservasi)
8. Data Sumberdaya Air
9. Data Infrastruktur
10. Data Demografi dan Sosial
a. Jumlah penduduk
b. Jumlah tenaga kerja
c. Kepadatan penduduk
d. Proyeksi pertumbuhan penduduk
e. Mata pencaharian penduduk
f. Jumlah nelayan dan dan pembudidaya ikan
g. wilayah masyarakat hukum adat
h. wilayah penangkapan ikan secara tradisional
i. kondisi dan karakteristik masyarakat setempat termasuk tempat suci dan
kegiatan peribadatannya
j. aktifitas/ritual keagamaan dan situs cagar budaya.
11. Data Ekonomi Wilayah
a. PDRB
b. Pendapatan per kapita
c. Angkatan kerja dan tingkat pengangguran
d. Laju pertumbuhan ekonomi sektoral dan kabupaten
e. Komoditi unggulan

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN III-11


Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi

f. Kegiatan perekonomian perikanan dan kelautan


g. Produksi perikanan
12. Data Resiko Bencana dan Pencemaran
a. Jenis, lokasi, batas riwayat kebencanaan, tingkat kerusakan dan kerugian
bencana
b. Sumber dan lokasi pencemaran

Teknik untuk melakukan survei di lapangan yang antara lain meliputi:

 Observasi
 Pengambilan sampel
 Pengukuran
 Wawancara
 Penyebaran kuesioner
 Focus Group Discussion (FGD)

FGD bertujuan untuk menjaring aspirasi dan masukan dari masyarakat dan para pemangku
kepentingan lain, terkait dengan permasalahan pemanfaatan sumberdaya pesisir dan
pulau-pulau kecil. FGD ini melibatkan instansi pemerintah terkait, unsur perwakilan
masyarakat, tokoh-tokoh masyarakat (tokoh adat), kelompok-kelompok masyarakat yang
bergerak di wilayah pesisir dan laut dan LSM. Metode survei tiap data akan dibahas lebih
lanjut pada Pedoman Teknis Penyusunan Peta RZWP-3-K.

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN III-12


Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi

Tahap 3 :
3.2.2.3. Pengolahan dan Analisis Data

Penyusunan peta rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di tingkat Provinsi
membutuhkan data dasar dan tematik pendukung dalam proses penyusunannya. Data/peta
dasar yang dibutuhkan dalam penyusunan peta rencana zonasi tematik yang disusun dapat
dikelompokkan menjadi 2 (dua) dataset dasar, terdiri dari data terestrial dan bathimetri.
Data/peta dasar tersebut secara umum telah disediakan oleh instansi terkait, namun apabila
tidak tersedia maka perlu dilakukan pemetaan dan analisis sesuai dengan kebutuhan
perencanaan yang dilakukan.

Data yang telah dikumpulkan diolah dan dianalisis sehingga menghasilkan peta-peta tematik.
Pengolahan data dilakukan untuk memperoleh data yang siap digunakan untuk analisis.
Pengolahan data meliputi:

1. Konversi data non spasial ke format spasial


2. Standarisasi format dan kelengkapan data
3. Perbaikan data

Analisis data dilakukan untuk memperoleh informasi sesuai dengan tema yang
dibutuhkan. Aktivitas yang dilakukan adalah:

1. Interpolasi spasial/pemodelan ruang untuk menghasilkan keseragaman data melalui


pendekatan nilai yang sama.
2. Pemodelan matematis
3. Simbolisasi dan penyajian hasil analisis menjadi peta-peta tematik

Data tematik yang dibutuhkan dalam penyusunan peta rencana zonasi terdiri dari 10 (sepuluh)
dataset peta, meliputi geologi dan geomorfologi; oseanografi; penggunaan lahan, status lahan
dan rencana tata ruang wilayah; pemanfaatan wilayah laut; sumberdaya air; ekosistem wilayah
pesisir dan sumberdaya ikan; infrastruktur; demografi dan sosial; ekonomi wilayah; dan
kerawanan dan risiko bencana. Fungsi data/peta tematik tersebut adalah sebagai dasar
penyusunan peta paket sumberdaya dan kesesuaian lahan/perairan.

Pengolahan dan analisis peta tematik dilakukan sesuai dengan hirarki perencanaan, baik
provinsi, kabupaten maupun kota. Beberapa komponen yang harus diperhatikan antara lain
input data, proses pengolahan data dan output peta tematik yang dihasilkan. Input data untuk
penyusunan peta tematik provinsi, kabupaten dan kota berbeda, demikian pula proses
pengolahan yang dilakukan dan kerincian informasi tematik pada output peta.

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN III-13


Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi

Tahap 4 :
3.2.2.4. Deskripsi Potensi dan Kegiatan Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir dan Pulau-
pulau Kecil

Setelah dilakukan pengolahan dan analisis data serta disajikan dalam bentuk peta tematik
selanjutnya dilakukan pendeskripsian terhadap peta-peta tematik yang telah disusun.

a. Deskripsi potensi sumberdaya Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil


Deskripsi potensi sumberdaya dilakukan untuk mengetahui potensi sumberdaya saat
ini (eksisting) berdasarkan peta tematik yang telah disusun. Potensi sumberdaya yang
dapat dideskripsikan antara lain potensi sebaran ikan, potensi ekosistem pesisir,
potensi pariwisata, potensi pertambangan, dll.

2). Deskripsi Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil

Deskripsi ini meliputi deskripsi terhadap potensi kegiatan-kegiatan pemanfaatan


sumberdaya di masa lalu dan saat ini (eksisting) yang terdiri dari rona -rona dan fasilitas
yang terkait dengan pemanfaatan sumberdaya alam (penangkapan ikan, budidaya
perairan, pertanian, penambangan, kehutanan, wisata, habitat cagar alam laut,
kapabilitas sumberdaya), pelabuhan, lokasi-lokasi industri, lokasi-lokasi pemukiman
dan perkotaan, serta fasilitas wisata.

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN III-14


Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi

Tahap 5 :
3.2.2.5. Penyusunan Dokumen Awal

Penyusunan dokumen awal dilaksanakan setelah Tim Teknis melakukan pengolahan dan
analisis data untuk disusun dalam peta-peta tematik. Output dokumen awal adalah peta-peta
tematik.

Sistematika Dokumen Awal, sekurang-kurangnya memuat :


1) Pendahuluan
- Dasar Hukum Penyusunan RZWP-3-K
- Profil Wilayah
- Isu-isu Strategis Wilayah
- Peta-peta yang minimal mencakup peta orientasi wilayah
2) Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
3) Deskripsi Potensi Sumberdaya Pesisir dan Pulau-pulau Kecil dan Kegiatan Pemanfaatan
4) Album Peta Tematik, yang mengacu pada Pedoman Teknis Penyusunan Peta RZWP-3-K

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN III-15


Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi

Tahap 6 :
3.2.2.6. Konsultasi Publik I

Selanjutnya Dokumen awal RZWP-3-K wajib dilakukan konsultasi publik untuk memverifikasi
data dan informasi, dan untuk mendapatkan masukan, tanggapan atau saran. Konsultasi publik
adalah suatu proses penggalian dan dialog masukan, tanggapan dan sanggahan antara pemerintah
daerah dengan pemerintah, dan pemangku kepentingan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
yang dilaksanakan antara lain melalui rapat, musyawarah/rembug desa, dan lokakarya. Tahap ini
merupakan pelaksanaan konsultasi publik I (pertama). Hasil konsultasi publik dituangkan ke dalam
Berita Acara (Lampiran 6), dilengkapi dengan notulensi, daftar hadir, dan dokumentasi.

Tabel 3.6 Tujuan, Output dan Target Peserta Konsultasi Publik I Penyusunan RZWP-3-K
Tujuan Output Target Peserta
 Memverifikasi data  Informasi potensi 1) Pemerintah
dan informasi dan permasalahan SKPD daerah yang terdiri dari :
 Menjaring di wilayah 1. Bappeda
2. Dinas Kelautan dan perikanan
masukan, perencanaan
3. Dinas Pekerjaan Umum
tanggapan, koreksi  verifikasi data dan 4. BPN
dan usulan informasi 5. Dinas Kehutanan
terhadap data dan  Tanggapan berupa 6. Dinas Pertanian
informasi. masukan/usulan 7. Dinas Pariwisata
8. Dinas Perhubungan
9. Dinas Perindustrian
10. Dinas Lingkungan hidup.
11. Dinas Pendapatan Daerah
12. BUMD
13. BPBD
14. Administrasi Pelabuhan
15. dll.
2) TNI AL dan POLAIRUD
3) LSM
4) Perguruan Tinggi/Akademisi
5) Ormas
6) Kelompok Masyarakat (Masyarakat Hukum Adat,
Masyarakat Lokal, dan Masyarakat Tradisional)
7) Camat, Lurah/Kepala Desa
8) Dunia Usaha di Bidang Kelautan dan Perikanan

Tabel 3.7 Materi, Metode, dan Lokasi Konsultasi Publik I


Penyusunan RZWP-3-K
Materi Metode pelaksanaan Lokasi
Draft Dokumen Awal yang memuat :  Fokus group Discussion  Kantor Pemerintah Daerah
 data dan informasi penyusunan (FGD) (Dinas Kelautan dan perikanan
rencana zonasi  Rembug Desa atau Bappeda)
 peta-peta tematik (dapat dilakukan dengan  Kantor kecamatan/
menerapkan model Simulasi) kelurahan

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN III-16


Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi

Tahap 7 :
3.2.2.7. Penentuan Usulan Alokasi Ruang

Setelah dokumen awal diperbaiki sesuai dengan masukan, tanggapan, atau saran pada saat
konsultasi publik I, maka dilanjutkan dengan kegiatan penentuan usulan alokasi ruang. Peta-peta
tematik yang telah disepakati pada saat Konsultasi Publik I (pertama) dan tersusun dalam Dokumen
Awal, selanjutnya dianalisis melalui dua metode, yaitu : a) penyusunan Paket Sumberdaya terhadap
kriteria kawasan; dan/atau b) kesesuaian lahan (perairan pesisir dan/atau daratan pulau kecil)
terhadap kawasan, zona. Hasil analisis ini berupa usulan alokasi ruang. Untuk mempertajam usulan
alokasi ruang maka dilakukan analisis non spasial.

1). Penyusunan Paket Sumberdaya


Paket atau satuan sumberdaya merupakan informasi mengenai kondisi sumberdaya yang ada di
area tertentu di dalam satu unit perencanaan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Unit
perencanaan merupakan kawasan tertentu yang ada di suatu wilayah perencanaan (Provinsi
atau Kabupaten/kota).
Batas spasial unit perencanaan merupakan kombinasi dari kondisi topografi,
oseanografi, ekologi, pemanfaatan/penggunaan lahan/perairan saat ini (eksisting). Di dalam
setiap unit perencanaan terdapat paket-paket sumberdaya yang memiliki potensi untuk
dikembangkan sesuai dengan karakteristik biofisik dan lingkungannya. Berbagai kegiatan
pemanfaatan umum yang dapat dikembangkan diantaranya perikanan tangkap, budidaya
perairan, wisata bahari, permukiman, rekreasi, industri, pertambangan, hutan dan sebagainya.
Secara umum, peta paket sumberdaya secara spasial merupakan kombinasi dari 2 (dua) dataset
dasar (baseline dataset) dan 10 (sepuluh) dataset tematik (thematic dataset) yang diperoleh
melalui tumpangsusun (overlay) peta tematik.
Berdasarkan Peta Paket Sumberdaya hasil proses matching, kemudian dilakukan
pendeskripsian nilai-nilai sumberdaya yang ada di setiap unit pemetaan sumberdaya yang ada.
Secara teknis, proses penyusunan Paket Sumberdaya dan identifikasi nilai-nilai sumberdaya
mengacu pada Pedoman Teknis Penyusunan Peta RZWP-3-K.

2). Analisis Kesesuaian Lahan (Perairan Pesisir dan/atau Daratan Pulau Kecil) Terhadap Kawasan,
Zona
Analisis kesesuaian lahan dilakukan terhadap wilayah perairan pesisir dan/atau daratan pulau
kecil. Analisis kesesuaian lahan dilakukan dengan cara mendeliniasi masing-masing parameter
peta-peta tematik berdasarkan kriteria kesesuaian zona/subzona tertentu. Hasil deliniasi
masing-masing parameter peta-peta tematik tersebut diatas dilakukan overlay/tumpang susun.
Proses ini dilakukan dengan cara yang sama terhadap parameter peta-peta tematik tertentu
berdasarkan kriteria kawasan/zona lainnya.
Hasil dari proses overlay tersebut diatas adalah peta-peta kesesuaian untuk masing-masing
kawasan/zona dengan kategori kesesuaiannya (sesuai (S1), kurang sesuai (S2), dan tidak sesuai
(N)). Masing-masing peta-peta kesesuaian kawasan/zona tersebut kemudian dioverlay
sehingga menghasilkan peta multikesesuaian untuk kawasan/zona. Berdasarkan peta
multikesesuaian dilakukan penilaian kesesuaian akhir untuk kawasan/zona, sehingga dihasilkan
usulan alokasi ruang dalam bentuk peta Alokasi Ruang.

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN III-17


Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi

Apabila dalam satu lokasi memiliki beberapa kategori kesesuaian yang sama maka perlu
dilakukan analisis non spasial.

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN III-18


Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi

Gambar 3.4 Contoh Proses Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Zona Pariwisata

III-19 III-19
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi

3). Penentuan Alokasi Ruang


Rencana alokasi ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi merupakan rencana
distribusi peruntukan ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di provinsi yang meliputi
rencana peruntukan ruang yang ada di kawasan pemanfaatan umum, kawasan konservasi,
kawasan strategis nasional tertentu, dan alur laut. Klasifikasi kawasan pada wilayah pesisir
dan pulau-pulau kecil berdasarkan UU Nomor 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 1 Tahun 2014 adalah
sebagai berikut:

Tabel 3.8 Klasifikasi Kawasan dalam RZWP-3-K


Klasifikasi Kawasan
Keterangan
(Berdasarkan UU Nomor 27 tahun 2007)
Kawasan Konservasi merupakan kawasan pesisir dan Kawasan Konservasi pada UU No 27 tahun
pulau-pulau kecil dengan ciri khas tertentu yang 2007 setara dengan Kawasan Lindung pada
dilindungi untuk mewujudkan pengelolaan pesisir dan UU No 26 tahun 2007
pulau-pulau kecil yang berkelanjutan
Kawasan Pemanfaatan Umum merupakan kawasan Kawasan Pemanfaatan Umum pada UU No 27
yang dipergunakanuntuk kepentingan ekonomi, sosial tahun 2007 setara dengan Kawasan Budidaya
budaya seperti kegiatan perikanan, prasarana pada UU No 26 tahun 2007
perhubungan laut, industri maritim, pariwisata,
permukiman, dan pertambangan
Alur merupakan perairan yang dimanfaatkan antara lain Aturan mengenai alur pelayaran dapat
untuk alur pelayaran, pipa/kabel bawah laut, dan mengikuti Permen Perhubungan No.68 tahun
migrasi biota laut yang perlu dilindungi 2011 tentang Alur Pelayaran di Laut
Kawasan Strategis Nasional Tertentu adalah Kawasan Kawasan Strategis Nasional Tertentu
yang terkait dengan kedaulatan negara, pengendalian memperhatikan kriteria; batas-batas maritim
lingkungan hidup, dan/atau situs warisan dunia, yang kedaulatan negara; kawasan yang secara
pengembangannya diprioritaskan bagi kepentingan geopolitik, pertahanan dan keamanan negara;
nasional situs warisan dunia; pulau-pulau kecil terluar
yang menjadi titik pangkal dan/atau habitat
biota endemik dan langka

Klasifikasi Kawasan di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil berdasarkan UU No. 27 tahun 2007
tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, dapat dilihat pada ilustrasi gambar
di bawah ini.

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN III-20


Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi

Gambar 3.5 Contoh Ilustrasi Klasifikasi Kawasan di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Subandono,

2008)

Peta Rencana Alokasi Ruang WP-3-K Provinsi disusun berdasarkan peta paket sumberdaya
dan/atau kesesuaian terhadap kriteria. Diagram alir penyusunan peta rencana alokasi ruang
berdasarkan peta paket sumberdaya sebagai berikut:

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN III-21


Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi

Gambar 3.6 Diagram Penyusunan Peta Alokasi Ruang Wilayah Laut/Perairan Provinsi Berdasarkan
Peta Paket Sumberdaya

Penentuan alokasi ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil harus memperhatikan hal-hal,
sebagai berikut:
1) Penentuan Kawasan Konservasi
Penentuan Kawasan konservasi harus memperhatikan keberadaan wilayah yang
berpotensi menjadi kawasan konservasi. Kawasan konservasi ditetapkan untuk wilayah
yang memiliki ciri khas tertentu yang dilindungi untuk mewujudkan pengelolaan pesisir
dan pulau-pulau kecil yang berkelanjutan. Pembagian kawasan konservasi disesuaikan
dengan jenis/kategori kawasan konservasi yang ada di Kabupaten/Kota.

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN III-22


Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi

2) Penentuan Kawasan Strategis Nasional Tertentu (KSNT)


Penentuan Kawasan Strategis Nasional Tertentu memperhatikan kriteria-kriteria: batas-
batas maritim kedaulatan negara; kawasan yang secara geopolitik, pertahanan dan
keamanan negara; situs warisan dunia; pulau-pulau kecil terluar yang menjadi titik
pangkal dan/atau habitat biota endemik dan langka.

3) Penentuan Kawasan Pemanfaatan Umum


Penentuan Kawasan Pemanfaatan Umum memperhatikan kriteria: tidak termasuk ke
dalam wilayah yang ditetapkan menjadi kawasan konservasi dan Kawasan Strategis
Nasional Tertentu, dan merupakan wilayah yang sebagian besar dipergunakan untuk
aktivitas ekonomi.

4) Penentuan Alur Laut


Penentuan Alur Laut memperhatikan kriteria: ruang yang dapat dimanfaatkan untuk
alur pelayaran, pipa/kabel bawah laut, dan migrasi biota laut yang perlu dilindungi.
Aturan mengenai alur pelayaran dapat mengikuti Permen Perhubungan No.68 tahun
2011 tentang Alur Pelayaran di Laut, dimana alur pelayaran di laut terdiri atas : (1) Alur
pelayanan umum dan perlintasan; dan (2) Alur pelayaran masuk pelabuhan.
Pipa/kabel bawah laut merupakan instalasi yang dapat dibangun di perairan, dengan
persyaratan, sebagai berikut :
a. penempatan, pemendaman, dan penandaan;
b. tidak menimbulkan kerusakan terhadap bangunan atau instalasi Sarana Bantu
Navigasi-Pelayaran dan fasilitas Telekomunikasi-Pelayaran;
c. memperhatikan ruang bebas dalam pembangunan jembatan;
d. memperhatikan koridor pemasangan kabel laut dan pipa bawah laut; dan
e. berada di luar perairan wajib pandu.
Sedangkan Alur Migrasi Ikan adalah pola ruaya (migrasi) ikan yang dipengaruhi suhu,
salinitas, kecepatan dan arah arus, pasang surut, tinggi dan panjang gelombang, warna
perairan, substrat dasar, kedalaman perairan, dan tipologi kelandaian dasar laut.
Kecepatan dan arah arus akan memberikan indikasi terhadap pola pergerakan dan alur
migrasi ikan, sementara keterkaitan suhu, salinitas, kedalaman perairan, kontur dasar,
dan warna perairan memberikan informasi perairan optimum terhadap ikan-ikan target
tangkapan yang dikehendaki. Alur migrasi biota laut, dapat berupa : alur migrasi
cetacea, tuna, penyu belimbing, penyu lekang, paus dll.

Selanjutnya, penentuan arahan pemanfaatan alokasi ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
dilakukan melalui penentuan zona dan sub zona atau arahan pemanfaatannya pada masing-
masing kawasan. Penentuan zona pada masing-masing kawasan dilakukan dengan
menggunakan metode kesesuaian perairan. Hasil kesesuaian perairan dan contoh peta alokasi
ruang dapat dilihat pada ilustrasi gambar di bawah ini.

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN III-23


Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi

Gambar 3.7 Ilustrasi Contoh Pembagian Kawasan menjadi Zona (Subandono, 2008)

Deliniasi batas kawasan dan zona ditampilkan pada Peta yang menggunakan grid dengan sistem
koordinat lintang (longitute) dan bujur (latitute) pada lembar peta yang diterbitkan oleh
lembaga yang berwenang.

4). Analisis Non Spasial


Setelah diperoleh Peta Alokasi Ruang selanjutnya dilakukan analisis nonspasial :
a. Analisis Kebijakan dan Kewilayahan
Analisis Kebijakan digunakan untuk melihat kedudukan wilayah perencanaan terhadap
kebijakan rencana tata ruang nasional/provinsi/Kabupaten/Kota, dan menyesuaikan
perencanaan yang dibuat dengan kebijakan pembangunan daerah, dengan tujuan agar
tidak terjadi tumpang tindih kegiatan. Disamping itu, analisis yang didasarkan pada
kebijakan pembangunan nasional, termasuk kebijakan geopolitik dan pertahanan
keamanan. Sedangkan analisis kewilayahan merupakan analisis untuk melihat
kecenderungan perkembangan kawasan di wilayah perencanaan berdasarkan potensi
fisik wilayah dan kondisi ekonomi, sosial budaya yang ada.

b. Analisis Sosial dan Budaya


Dalam upaya untuk mencapai pemanfaatan sumberdaya alam secara berkelanjutan bagi
peningkatan kesejahteraan masyarakat, perlu dilakukan penilaian/analisis sosial budaya
di wilayah dan atau kawasan. Penilaian/analisis sosial (urban social indicator) misalnya
kependudukan/demografi, struktur sosial budaya, pelayanan sarana dan prasarana sosial
dan budaya, potensi sosial budaya masyarakat, atau kesiapan masyarakat terhadap suatu
pengembangan.
Tujuan analisis ini adalah mengkaji kondisi sosial budaya masyarakat yang mendukung
atau menghambat pengembangan wilayah dan atau kawasan, serta memiliki fungsi antara
lain :
1. sebagai dasar penyusunan rencana tata ruang wilayah dan atau kawasan serta
pembangunan sosial budaya masyarakat

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN III-24


Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi

2. mengidentifikasi struktur sosial budaya masyarakat


3. menilai pelayanan sarana dan prasarana sosial budaya yang mendukung
pengembangan wilayah dan atau kawasan
4. menentukan prioritas-prioritas utama dalam formulasi kebijakan pembangunan
sosial budaya masyarakat
5. memberikan gambaran situasi dan kondisi obyektif dalam proses perencanaan

c. Analisis Infrastruktur
Analisis infrastruktur di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil bertujuan untuk mengetahui
sebaran infrastruktur yang ada, sebagai data dasar dalam pengembangan struktur
wilayah dan acuan dalam analisis proyeksi kebutuhan sarana dan prasarana kelautan dan
perikanan. Kondisi infrastruktur dapat diketahui berdasarkan data sekunder yang telah
ada dan observasi langsung di lapangan. Pemetaan dilakukan dengan cara digitalisasi data
sekunder dan plotting lokasi secara langsung di lapangan, meliputi sarana dan prasarana
transportasi, air bersih, listrik dan energi, sanitasi, dan prasarana lainnya.

d. Analisis Ekonomi Wilayah


Analisis ekonomi wilayah bertujuan untuk mengetahui pola distribusi perkembangan
ekonomi wilayah melalui PDRB, pertumbuhan pusat-pusat kegiatan di wilayah kajian,
sektor basis wilayah dan/atau kawasan untuk mengetahui sektor yang memberikan
sumbangan/kontribusi relatif yang cukup besar terhadap PDRB di suatu wilayah dan/atau
kawasan sehingga sektor tersebut dikatakan sebagai sektor basis (dominan), dan
komoditas unggulan wilayah pada sektor basis yang memiliki keunggulan komparatif dan
berpotensi ekspor. Komoditas unggulan merupakan Komoditas kunci yang memiliki peran
penting baik secara langsung/tidak langsung dan bersifat multiplier effect.

e. Analisis Pengembangan Wilayah


Identifikasi ini meliputi kegiatan-kegiatan pemanfaatan sumberdaya di masa yang
akan datang yang diproyeksikan di dalam kawasan perencanaan yang berpotensi
untuk pengembangan wilayah. Beberapa pertimbangan untuk melihat potensi
pengembangan wilayah diantaranya:
 Potensi sumberdaya lokal
Potensi sumberdaya lokal dapat dilihat dari sumberdaya unggulan di suatu wilayah
yang akan dibuat RZWP-3-K. Pendekatan identifikasinya menggunakan kerangka
ekonomi kewilayahan, pendekatan keunggulan komparatif (comparative advantage
approach), dan pendekatan keunggulan bersaing (competitive advantage approach).
 Potensi lingkungan strategis
Potensi lingkungan strategis dapat menggunakan cara pandang yang sedang
berkembangan di lingkup global, regional dan nasional. Pendekatan identifikasinya
menggunakan upaya sintesis dari informasi-informasi terkini.

f. Analisis dampak aktivitas dari wilayah sekitar


Identifikasi ini dibutuhkan untuk mengetahui dampak aktivitas dari wilayah sekitar
terhadap wilayah perencanaan zonasi, sehingga dapat dilakukan antisipasi atau adaptasi
yang dibutuhkan. Contoh proses identifikasi ini dapat dilihat pada tabel berikut.

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN III-25


Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi

Tabel 3.9 Identifikasi Potensi Dampak Aktivitas dari Wilayah Sekitar

No Kegiatan Lokasi Potensi Dampak

1 Pertambangan minyak dan gas Perairan Laut dan - Penurunan kualitas air
- Polusi limbah cair
bumi Pesisir
- Kerusakan ekosistem sekitar
2 Pertambangan Bahan Galian C Perairan Laut dan - Penurunan kualitas air
- Kerusakan ekosistem sekitar
(Pasir) Pesisir
- Transpor sedimen
- Perubahan garis pantai
3 Pertambangan Mineral Daratan Pesisir - Penurunan kualitas air
- Kerusakan ekosistem sekitar
- Perubahan geomorfologi laut
- Perubahan garis pantai
4 Pertambangan Batubara Daratan Pesisir - Perubahan garis pantai
- Kerusakan ekosistem sekitar
5 Industri Maritim Pesisir - Penurunan kualitas air,
- Transpor sedimen
- Perubahan sedimen
- Polusi limbah padat dan cair
- Kerusakan ekosistem
6 Permukiman Pesisir dan DAS - Penurunan kualitas air
- Polusi limbah padat dan cair
7 Pariwisata Bahari Perairan Pesisir - Penurunan kualitas air
- Kerusakan ekosistem perairan
- Perubahan alur migrasi ikan dan biota
8 Pertanian Pesisir dan DAS - Penurunan kualitas air
- Transpor sedimen
- Perubahan sedimen
- Polusi limbah cair
9 Budidaya laut Perairan pesisir - Penurunan kualitas air
- Gangguan alur transportasi laut
10 Pelabuhan Pesisir - Penurunan kualitas air
- Transpor sedimen
- Perubahan sedimen
- Polusi limbah padat dan cair

g. Analisis isu dan permasalahan perencanaan di wilayah pesisir dan pulau -pulau
kecil
Identifikasi ini meliputi antara lain:

 Identifikasi daerah rawan bencana: banjir, tsunami, erosi, abrasi, sedimentasi, akresi
garis pantai, subsiden/longsoran tanah, gempa bumi
 Identifikasi masalah lingkungan dan pencemaran: intrusi air laut/asin, polusi,
kerusakan ekosistem/habitat hutan mangrove, kerusakan ekosistem/habitat terumbu
karang
 Identifikasi daerah konservasi/perlindungan: kawasan lindung nasional/kawasan
konservasi yang ditetapkan secara nasional (taman nasional, taman laut, cagar alam,
suaka alam laut), kawasan konservasi yang sedang diusulkan oleh daerah, dan daerah
perlindungan laut lokal

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN III-26


Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi

 Identifikasi aktivitas di daratan yang berpengaruh terhadap kegiatan pada kawasan


perairan
 Konflik penggunaan lahan
 Konflik sosial
 Kesenjangan ekonomi antar wilayah pesisir dengan wilayah daratan utama.

2). Analisis Konflik Pemanfaatan Ruang (Resolusi Konflik)


A. Potensi Konflik
Konflik dalam penyusunan rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, dapat
terjadi pada saat tahap penyusunan rencana alokasi ruang dan pada tahapan konsultasi
publik.
a) Pada tahap penyusunan rencana alokasi ruang, identifikasi konflik dilakukan terhadap
kegiatan-kegiatan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang bersinggungan namun
tidak sesuai (compatible). Hasil analisis paket sumberdaya yang dilanjutkan dengan
beberapa analisis lanjutan, kemudian diidentifikasi antar kegiatan/zona untuk memilih
kegiatan/zona yang paling sesuai dengan cara membuat matrik
kesesuaian/keterkaitan. Matrik keterkaitan antar zona menguraikan hubungan antar
zona dalam suatu wilayah perencanan untuk melihat harmonisasi antar zona.

Konflik dapat terjadi pada pemanfaatan ruang secara horizontal maupun vertikal.
Secara horizontal pada level zona misalnya pemanfaatan pertambangan, industri, dan
perikanan tangkap, sedangkan secara vertikal di perairan misalkan pertambangan,
perikanan tangkap, dan perikanan budidaya.

Gambar 3.8 Contoh Matriks Keterkaitan antar Kegiatan Pemanfaatan Ruang Pesisir

Kompabilitas kegiatan selanjutnya diklasifikasikan menjadi kegiatan-kegiatan, yang


meliputi kegiatan dengan kompabilitas: tinggi, menengah, rendah. Setelah diketahui
kegiatan yang termasuk ke dalam kegiatan dengan jenis kompabilitas (tinggi,
menengah, rendah) kemudian kegiatan tersebut dikelompokkan berdasarkan jenis

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN III-27


Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi

kompabilitasnya dan diidentifikasi kebutuhan ruang (spatial/temporer), kegiatan lain


yang kompatible, dan kegiatan lain yang tidak kompatible, seperti pada tabel berikut :

Tabel 3.10 Klasifikasi Kompatibilitas Kegiatan

1. Kompatibilitas Tinggi 2. Kompatibilitas Menengah 3. Kompatibilitas Rendah

Aktiv Kebutuhan Kegiatan Kegiatan yg Aktivi Kebutuhan Kegiatan Kegiatan yg Aktivi Kebutuha Kegiatan Kegiatan yg
itas Ruang lain yang tidak tas Ruang lain yang tidak tas n Ruang lain yang tidak
(Spatial/te kompatibel kompatibel (Spatial/te kompatibel kompatibel (Spatial/t kompatibel kompatibel
mporer) mporer) emporer)
1

dll

b) Pada tahap konsultasi publik, peluang terjadinya konflik besar sekali. Konflik
dimungkinkan terjadi karena tidak semua harapan dari para pemangku kepentingan
terakomodasi dalam rencana zonasi tersebut. Konflik ini dapat memberikan dampak
positif jika seluruh pihak mau menghormati pemikiran masing-masing pemangku
kepentingan dan memperoleh kesepakatan mengenai kebutuhan prioritas yang perlu
diadopsi dalam rencana zonasi. Di sisi lain, konflik dalam konsultasi publik bisa
berdampak negatif saat ada satu atau lebih pihak memaksakan keinginannya dan tidak
mau bernegosiasi. Pada tahapan ini, jika semua pihak bersikeras untuk memasukkan
keinginannya dalam rencana zonasi makan akan terjadi dead lock sehingga tidak
terjadi kesepakatan. Rencana zonasi menjadi terkatung-katung penyelesaiannya.
c) Pada tahap pembahasan pemberian tanggapan dan/atau saran, konflik kepentingan
berpeluang terjadi apabila masing-masing pemangku kepentingan ada yang merasa
kebutuhannya tidak terakomodasi.

B. Penanganan Konflik
Konflik yang terjadi memerlukan adanya manajemen konflik, yaitu suatu proses yang
diarahkan pada pengelolaan konflik agar terjadi suatu kondisi yang lebih terkendali melalui
suatu rekayasa yang dilakukan untuk mengendalikan konflik agar menjadi lebih baik.
Dengan berusaha mengendalikan konflik, diharapkan tidak sampai terjadi akumulasi dan
besaran berkembangnya konflik menjadi destruktif. Beberapa upaya yang dapat dilakukan
dalam manajemen konflik antara lain:
(1) Pencegahan Konflik, yaitu suatu usaha yang bertujuan untuk membatasi dan
menghindari kekerasan dengan mendorong perubahan perilaku yang positif bagi
fihak-fihak yang terlibat.
(2) Penyelesaian Konflik, yaitu suatu bentuk usaha untuk menangani sebab-sebab konflik
dan berusaha membangun hubungan baru dan yang bisa tahan lama diantara
kelompok-kelompok yang bermusuhan.

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN III-28


Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi

(3) Transformasi Konflik, yaitu suatu upaya yang dilakukan untuk mengatasi sumber-
sumber konflik sosial dan politik yang lebih luas dan berusaha mengubah kekuatan
negatif menjadi kekuatan yang positif.

Secara garis besar ada dua cara penyelesaian konflik yaitu dengan kolaborasi membangun
konsensus dan penyelesaian melalui proses legal. Penyelesaian cara pertama dapat
dilakukan hanya dengan menyertakan pihak-pihak yang terlibat konflik maupun dengan
melibatkan pihak ketiga.
Secara umum strategi resolusi konflik seharusnya dimulai dengan pengetahuan yang
mencukupi tentang peta atau profil konflik sosial yang terjadi di suatu kawasan. Dengan
peta tersebut, segala kemungkinan dan peluang resolusi konflik diperhitungkan dengan
cermat, sehingga setiap manfaat dan kerugiannya dapat dikalkulasikan dengan baik.
Penyelesaian konflik yang terjadi di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dapat diselesaikan
melalui cara Alternative Dispute Resolution (ADR). Beberapa metode resolusi konflik
dengan metode ADR adalah sebagai berikut :
1) Negosiasi langsung
Negosiasi adalah suatu proses yang melibatkan pihak-pihak yang bertikai, bertemu,
dan mencapai suatu kesepakatan yang dapat diterima secara bersama-sama.
2) Konsiliasi
Konsiliasi adalah suatu proses pihak luar sebagai mediasi untuk membawa pihak-pihak
yang berselisih bermusyawarah secara bersama. Pihak yang melakuakn konsiliasi
harus membuat agenda, melakukan pencatatan secara administrasi dan mengunjungi
pihak-pihak yang tidak sempat bertemu langsung, dan bertindak sebagai mediator
dalam pertemuan.
3) Fasilitasi
Merupakan penanganan konflik yang melibatkan fasilitator. Peran fasilitator adalah
menjadi moderator dalam pertemuan yang cakupannya lebih besar dan menjamin
setiap orang dapat berbicara dan mendengar. Fasilitasi juga diterapkan dalam
membantu individu melakukan proses pemecahan masalah (problem solving),
prioritas, dan perencanaan.
4) Mediasi
Mediasi adalah suatu proses penyelesaian konflik dengan menggunakan jasa pihak
luar untuk menjembatani proses negosiasi antaa pihak-pihak yang berselisih. Pihak-
pihak yang berselisih dipertemukan secara bersama oleh pihak luar yang
kedudukannya netral dan independen (berperan sebagai mediator). Dalam proses ini
dikaji secara mendalam dan diputuskan bagaimana konflik tersebut diselesaikan.
Peran mediator adalah membantu semua pihak agar mampu menghasilkan suatu
perjanjian tetapi tidak memiliki kekuatan hukum. Keuntungan dari mediasi adalah : (1)
mediator dapat memfasilitasi komunikasi antara pihak-pihak yang bertikai dan
membangun komunikasi dengan pihak-pihak yang teralienasi, mencegah terjadinya
deadlock yang menghambat resolusi konflik, (2) membantu pihak-pihak yang
berselisih untuk menciptakan kesepakatan bersama, (3) mempercepat proses
negosiasi dan menstimulasi pihak yang berselisih dengan mengajukan penyelesaian
konflik secara kreatif dan realistis, (4) memfasilitasi suatu kerjasama antarpihak yang
bertikai.

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN III-29


Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi

5) Arbitrasi
Arbitrasi adalah proses penyelesaian konflik dengan cara pihak yang berselisih
menyerahkan proses penyelesaiannya kepada pihak yang dapat memberi legitimasi
untuk memutuskan pihak yang benar dalam perselisihan tersebut. Proses semacam ini
juga dapat berlaku dalam penyelesaian konflik melalui jalur hukum.

Penyelesaian konflik yang terbaik adalah melalui negosiasi kolaboratif antara pihak-pihak
yang berkonflik itu sendiri. Cara demikian akan memperbaiki hubungan dan interaksi
antara pihak-pihak yang berkonflik. Namun demikian seringkali pihak-pihak yang
berkonflik itu tidak mampu berinteraksi sehingga diperlukan pihak ketiga yang membantu
proses penyelesaian konflik. Idealnya pihak ketiga tersebut tidak mendominasi proses
penyelesaian konflik dan atau mempunyai kuasa untuk membuat keputusan melainkan
bertindak sebagai fasilitator komunikasi dan peace builder, yang sering disebut sebagai
mediator. Sebagai catatan, pada kenyataannya, kebanyakan konflik yang terjadi dalam
masyarakat sekitar 60 persen diselesaikan melalui mediasi.

Hasil analisis non spasial diformulasikan untuk menyempurnakan usulan peta alokasi ruang
menjadi peta RZWP-3-K.

4). Penyelarasan, Penyerasian dan Penyeimbangan dengan RTRW


Rencana alokasi ruang yang dihasilkan perlu dilakukan penyelarasan, Penyerasian dan
Penyeimbangan antara RZWP-3-K dengan RTRW sesuai UU No.27 Tahun 2007 Jo. UU No. 1
Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Selain itu, juga perlu
diserasikan, diselaraskan, dan diseimbangkan dengan RZWP-3-K propinsi/kabupaten/kota yang
bersebelahan atau berhadapan.

Tujuan penyelarasan, penyerasian dan penyeimbangan antara RZWP-3-K dengan RTRW adalah
untuk mereview dan membandingkan draft dokumen antara RZWP-3-K dengan rencana lain
yang telah disahkan dan untuk merevisi draft dokumen antara RZWP-3-K tersebut, sehingga
konsisten dengan rencana-rencana dan program-program yang bersesuaian yang telah
disahkan.

Penyelarasan, penyerasian dan penyeimbangan tersebut dilakukan melalui tiga (3) cara berikut
ini:
i. Menyelaraskan/ mengadopsi pola ruang dan struktur ruang daratan pesisir RTRW ke dalam
RZWP-3-K
ii. Menyerasikan alokasi ruang perairan pesisir dan pulau-pulau kecil dalam RZWP-3-K yang
bersinggungan dengan pola ruang dalam RTRW
iii. Menyeimbangkan/memadukan rencana Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang telah
ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan ke dalam alokasi ruang perairan
pesisir dalam RZWP-3-K.

Setelah RZWP-3-K diselaraskan, diserasikan dan diseimbangkan dengan RTRW, maka disusun

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN III-30


Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi

deskripsi zona yang memuat : nama, batas dan luas. Contoh deskripsi zona dapat dilihat pada
lampiran 2.

5). Penyusunan Pernyataan pemanfaatan Ruang dan Peraturan Pemanfaatan Ruang


Pernyataan pemanfaatan ruang merupakan hasil akhir dari serangkaian proses penyusunan
rencana alokasi ruang. Penyusunan pernyataan pemanfaatan ruang dilengkapi dengan
peraturan pemanfaatan ruang yang berisi ketentuan persyaratan pemanfaatan ruang dan
ketentuan pengendaliannya yang disusun untuk setiap zona peruntukan dalam RZWP-3-K
Provinsi, terdiri dari kegiatan yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan serta kegiatan
yang hanya dapat dilakukan setelah memperoleh izin. Contoh tabel pernyataan dan peraturan
pemanfaatan ruang dapat dilihat pada lampiran 2.

Arahan pemanfaatan ruang hasil konsep dan rencana dilakukan konsultasi publik II (kedua).
Berikut adalah contoh tabel arahan pemanfaatan ruang yang dikonsultasikan ke Stakeholder.
Tabel 3.11 Contoh Tabel Kesepakatan Arahan Pemanfaatan Ruang
RZWP-3-K Provinsi :
………………………………………………………………

ARAHAN PEMANFAATAN RUANG Hasil Konsultasi Publik dengan Stakeholder terkait

Kawasan Pemanfaatan Umum


Zona Setuju Tidak setuju
Perikanan budidaya
Perikanan tangkap
Pariwisata
Pemukiman
Pelabuhan
dll
Kawasan Konservasi
Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (KKP3K);
Kawasan Konservasi Maritim (KKM);
Kawasan Konservasi Perairan (KKP); dan
Sempadan pantai.
Kawasan Strategis Nasional Tertentu
Alur Laut
Renstra Daerah
Arahan
Pemanfaatan

6). Rekomendasi terhadap RTRW dan Rencana Pembangunan Lainnya


Hasil penyerasian, penyelarasan, dan penyeimbangan RZWP-3-K dengan RTRW, RZW-3-K dapat
digunakan sebagai pertimbangan di dalam penetapan struktur dan pola ruang yang terdapat
didalam RTRW. Rekomendasi terhadap RTRW, meliputi :
1. Alokasi ruang di WP3K untuk kegiatan-kegiatan yang memiliki keterkaitan terhadap
sumberdaya di WP3K;

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN III-31


Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi

2. Kawasan Strategis Nasional Tertentu (KSNT) dapat menjadi muatan kawasan strategis
RTRW;
3. Penetapan Kawasan Strategis WP3K dapat menjadi muatan kawasan strategis Kab/Kota
pada RTRW.

7). Penyusunan Indikasi Program


Indikasi program dijabarkan dalam jangka waktu perencanaan 5 (lima) tahunan hingga akhir
tahun perencanaan 20 (duapuluh) tahun. Contoh Tabel Indikasi Program dapat dilihat pada
lampiran 3.

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN III-32


Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi

Tahap 8 :
3.2.2.8. Penyusunan Dokumen Antara

Penyusunan dokumen antara dilaksanakan setelah melakukan tahapan penentuan usulan


alokasi ruang.
Sistematika Dokumen Antara, sekurang-kurangnya memuat :
1) Pendahuluan
- Dasar Hukum Penyusunan RZWP-3-K
- Profil Wilayah
- Isu-isu Strategis Wilayah
- Peta-peta yang minimal mencakup peta orientasi wilayah
2) Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
3) Deskripsi Potensi Sumberdaya Pesisir dan Pulau-pulau Kecil dan Kegiatan Pemanfaatan
4) Rencana Alokasi Ruang yang berisi Peta RZWP-3-K
5) Peraturan Pemanfaatan Ruang
6) Indikasi Program RZWP-3-K
7) Album Peta Tematik dan Peta RZWP-3-K

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN III-33


Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi

Tahap 9 :
3.2.2.9. Konsultasi Publik II

Konsultasi publik pada tahap ini merupakan pelaksanaan konsultasi publik II (kedua) yang
dilakukan untuk memverifikasi draft rencana zonasi, arahan pemanfaatan dan memeriksa
konsistensi draft RZWP-3-K dengan RTRW dan aturan-aturan lainnya, sehingga draft rencana alokasi
ruang dapat disepakati oleh semua pemangku kepentingan daerah. Sasaran yang ingin dicapai
adalah perbaikan dan penyempurnaan dari draft dokumen antara dan memfasilitasi aspirasi dari
seluruh Stakeholder terkait, serta penetapan alokasi ruang ke dalam kawasan/zona dalam dokumen
final yang akan disusun.
Tabel 3.12 Tujuan, Output dan Terget Peserta Konsultasi Publik II Penyusunan RZWP-3-K
Tujuan Output Target Peserta
 Memverifikasi atau  Tanggapan, 1) Unsur pemerintah
memastikan kembali bahwa masukan atau  Pemerintah Pusat
data dan informasi tematis keberatan terhadap  Pemerintah Daerah
yang menjadi masukan publik hasil perbaikan dari 1. Bappeda
pada tahap konsultasi konsultasi publik 2. Dinas Kelautan dan perikanan
sebelumnya sebelumnya 3. Dinas Pekerjaan Umum
 Menginformasikan hasil  Kesepakatan publik 4. BPN
perbaikan draft rencana zonasi terhadap draf 5. Dinas Kehutanan
dari hasil kesepakatan pada rencana alokasi 6. Dinas Pertanian
konsultasi publik sebelumnya, ruang 7. Dinas Pariwisata
serta menilai 8. Dinas Perhubungan
kelayakan/kesesuaian 9. Dinas Perindustrian
pemanfaatan, analisis, usulan 10. Dinas Lingkungan hidup.
alokasi ruang, serta arahan 11. Dinas Pendapatan Daerah
pemanfaatan dan memeriksa 12. BUMD
konsistensi draft RZWP-3-K 13. dll
dengan RTRW (Penyelarasan, 2) TNI AL dan POLAIRUD
Penyerasian dan 3) DPRD
Penyeimbangan dengan) dan 4) LSM
aturan-aturan lainnya 5) Perguruan Tinggi/Akademisi
6) Ormas
7) Kelompok Masyarakat (Masyarakat Hukum
Adat, Masyarakat Lokal, dan Masyarakat
Tradisional)
8) Camat, Lurah/Kepala Desa
9) Pers
10) Dunia Usaha di Bidang Kelautan dan Perikanan

Tabel 3.13 Materi, Metode, dan Lokasi Konsultasi Publik II Penyusunan RZWP-3-K
Materi Metode pelaksanaan Lokasi
Draft Dokumen Antara yang  Fokus Group Discussion  Kantor Pemerintah
memuat : (FGD) Daerah (Dinas Kelautan
 Hasil perbaikan dokumen awal  Rembug Desa dan perikanan atau
 Hasil Analisis lanjutan (dapat dilakukan dengan Bappeda)
 Penetapan Alokasi Ruang menerapkan model  kantor
 Penyelarasan , penyerasian dan Simulasi) kecamatan/kelurahan
penyeimbangan dengan RTRW

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN III-34


Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi

Hasil dari konsultasi publik II (kedua) adalah diperolehnya kesepakatan pemanfaatan ruang
(kawasan/zona). Hasil konsultasi publik dituangkan ke dalam Berita Acara (lampiran 6),
dilengkapi dengan notulensi, daftar hadir, dan dokumentasi.

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN III-35


Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi

Tahap 10 :
3.2.2.10. Penyusunan Dokumen Final

Setelah Dokumen Antara diperbaiki sesuai dengan masukan, tanggapan, atau saran pada saat
konsultasi publik II, selanjutnya Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil, Peta Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Deskripsi
Kawasan/Zona, Peraturan Pemanfaatan Ruang, dan Indikasi Program dibahasahukumkan menjadi
draft rancangan perda RZWP-3-K.
Dokumen Final merupakan perbaikan Dokumen Antara yang telah dikonsultasipublikkan.
Sistematika dokumen final RZWP-3-K (lampiran 4), sekurang-kurangnya terdiri atas:
1) Pendahuluan yang memuat Dasar Hukum Penyusunan RZWP3K, Profil Wilayah, Isu-isu
Strategis Wilayah, Peta-peta yang minimal mencakup peta orientasi wilayah;
2) Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Provinsi;
3) Deskripsi Potensi Sumberdaya Pesisir dan Pulau-pulau Kecil dan Kegiatan Pemanfaatan
4) Rencana Alokasi Ruang;
5) Peraturan Pemanfaatan Ruang;
6) Indikasi program;
7) Album Peta Tematik dan Album Peta RZWP-3-K; dan
8) Draft Rancangan Perda RZWP-3-K.

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN III-36


Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi

Tahap 11 :
3.2.2.11. Permohonan Tanggapan dan/atau Saran

Dokumen Final RZWP-3-K selanjutnya dimintakan tanggapan dan/atau saran kepada Menteri
Kelautan dan Perikanan dan Gubernur. Berdasarkan UU Nomor 27 Tahun 2007 sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 pasal 14 dan Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor 16 Tahun 2008 pasal 26, mekanisme pemberian tanggapan dan/atau saran, adalah
sebagai berikut :
(1) Gubernur menyampaikan Dokumen Final RZWP-3-K Provinsi kepada Menteri untuk
mendapatkan tanggapan dan/atau saran.
(2) Gubernur menyampaikan dokumen final RZWP-3-K Provinsi kepada Bupati/Walikota di
wilayah provinsi yang bersangkutan, untuk diketahui.
(3) Menteri memberikan tanggapan dan/atau saran terhadap dokumen final RZWP-3-K
dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kerja.
(4) Menteri dalam memberikan tanggapan dapat melibatkan lembaga yang
mengkoordinasikan penataan ruang nasional atau daerah.
(5) Tanggapan atau saran perbaikan oleh gubernur dipergunakan sebagai bahan perbaikan
Dokumen Final RZWP-3-K.
(6) Dalam hal tanggapan dan/atau saran, maka dokumen RZWP-3-K dapat diberlakukan
secara definitif.

Gubernur Menteri KP
1
Tim pemberian
tanggapan MKP
2 3 Tim pemberian
PENYUSUNAN DOKUMEN RZWP-3-K tanggapan
Gubernur
Tanggapan/saran
Lembaga yang mengkoordinasikan
terhadap Tim BKPRN
Dokumen Final (Vocal Point
penataan ruang di daerah/BKPRD KKP)
Tim BKPRD
4

Dokumen Final
RZWP-3-K Provinsi
setelah mendapatkan
tanggapan dan/atau
Dokumen Final RZWP-3-K saran Menteri KP
berikut lampiran
Album Peta

Pembahasan
ranperda dengan
DPRD

Gambar 3.9 Mekanisme Pemberian Tanggapan dan/atau Saran

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN III-37


Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi

Setelah Dokumen Final RZWP-3-K diperbaiki berdasarkan tanggapan dan/atau saran oleh Menteri
selanjutnya dilakukan pembahasan Ranperda di daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN III-38


Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian

1) Perikanan Tangkap
Kriteria-kriteria lingkungan dan ekologi yang harus diperhatikan antara lain sebagai berikut :
 Lokasi harus memperhatikan dan mempertimbangkan habitat kritis dan sensitive yang
terdapat di daratan maupun perairan pesisir (lahan basah; mangrove; padang lamun;
terumbu karang; tempat pembesaran dan pemijahan; gumuk pasir; taman laut, rute migrasi
burung, mamalia & spesies terancam punah lainnya);
 Pembukaan lahan hutan dan pertanian harus diminimalkan;
 Pemenuhan kebutuhan air bersih dan fasilitas pengolahan limbah cair/padat;
 Penetapan pemanfaatan lahan didalam dan sekitar lokasi perencanaan termasuk antisipasi
kegiatan pembangunan yang akan datang;
 Kedekatan jarak terhadap daerah permukiman, perdagangan dan pendidikan;
 Pekerjaan dan orientasi masyarakat yang ada di dekat lokasi perencanaan, guna
meminimalisasi gangguan dan hilangnya kegiatan sosio ekonomi yang ada;
 Pengurangan sumberdaya yang ada harus diminimalkan baik yang terjadi karena dampak
langsung maupun tidak langsung dari kegiatan pembangunan;
 Lokasi pada daerah “brackish water” harus direncanakan secara hati-hati.

Kriteria untuk menentukan daerah penangkapan ikan (fishing ground), antara lain berdasarkan visual
langsung di perairan/pengalaman nelayan dan bantuan teknologi Inderaja dan hidroakustik. Daerah
penangkapan ikan diantaranya ditandai oleh :
 Warna perairan lebih gelap dibandingkan perairan sekitarnya ;
 Ada banyak burung pemakan ikan beterbangan dan menukik-nukik ke permukaan air ;
 Banyak buih/riak di permukaan air ; dan
 Umumnya jenis ikan ini bergerombol di sekitar batang-batang kayu yang hanyut di perairan
atau bersama dengan ikan yang berukuran besar.

Penentuan daerah penangkapan ikan menggunakan metode analisis data inderaja dilakukan dengan
memanfaatkan citra satelit yang dihasilkan terhadap beberapa parameter fisika kimia dan biologi
perairan, seperti :
 Vegetasi mangrove,
 Suhu permukaan laut (SPL) dan arus permukaan laut,
 Konsentrasi klorofil dan produktivitas primer air laut,
 Kedalaman air,
 Terumbu karang, padang lamun, muara sungai,
 Angin di permukaan laut, dan
 Pengangkatan massa air (up-welling) dan pertemuan dua massa air yang berbeda (sea front).

Hasil interpretasi citra tersebut dituangkan dalam bentuk peta tematik, sehingga dapat diperkirakan
tingkat kesuburan suatu lokasi perairan atau kesesuaian kondisi perairan dengan habitat yang
disukai gerombolan (schoaling) ikan dalam bentuk daftar titik koordinat (bujur dan lintang).
Berdasarkan peta tersebut kemudian dibuat regulasi pengusahaan penangkapan ikan yang meliputi
tata ruang, nursery ground, waktu penangkapan dan jenis alat tangkap dan bobot kapal.

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN L.1-1


Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian

Metode hidroakustik merupakan suatu usaha untuk memperoleh informasi tentang obyek di bawah
air dengan cara pemancaran gelombang suara dan mempelajari echo yang dipantulkan. Dalam
pendeteksian ikan digunakan sistem hidroakustik yang memancarkan sinyal akustik secara vertikal,
biasa disebut echo sounder atau fish finder.

Tabel L1.1. Parameter Kesesuaian Perairan Untuk Penangkapan Ikan

KRITERIA KESESUAIAN
INPUT PETA YANG PARAMETER
NO SATUAN
DIBUTUHKAN KESESUAIAN
S1 (80) S2 (60) S3 (40) N (1)

1. Peta Batimetri Kedalaman m 0 - 400 - -


2. Peta Oksigen Terlarut (Data Oksigen mg/L >5 - -
Osenografi Kimia) Terlarut
3. Peta Salinitas (Data Salinitas ‰ 33 - 34 - -
Osenografi Kimia)
4. Peta Suhu Permukaan (Data Suhu Celcius 28 - 32 - -
Oseanografi fisik)
5. Peta Kecerahan (Data Kecerahan - -
Oseanografi fisik)
6. Peta PH (Data Osenografi pH 7 - 8,5 - -
Kimia)
7. Peta Arah Kecepatan Arus Kecepatan - - -
(Data Oseanografi Fisik) arus cm/detik
8. Peta Sedimen (Substrat dasar Substrat dasar - - -
peraiaran) perairan
9. Peta Tinggi Gelombang (Data Tinggi M 0-1 1-2 >=3 >3
Oseanografi fisik) Gelombang
10. Peta Curah Hujan (Data Jumlah Hari hari/thn 150-180 110-150 <110 <100
Klimatologi) Hujan
11. Peta Terumbu karang (Data Tutupan % 60-80 40-60 <40 <20
ekosistem SD Hayati) Terumbu
Karang
12. Peta Mangrove (Data Tutupan 60-80 40-60 <40 <20
ekosistem SD Hayati) Mangrove
13. Peta LPI, Peta Administrasi Jarak Pantai Km 0-10 10-20 >20 >30
Sumber: Anonim dengan modifikasi

2) Perikanan Budidaya
a. Budidaya air laut
Tabel L1.2. Parameter Kesesuaian Perairan Untuk Budidaya Air Laut
Input Peta Yang Parameter Kriteria Kesesuaian
No Satuan
Dibutuhkan Kesesuaian S1 (80) S2 (60) S3 (40) N (1)
1. Peta Suhu Permukaan, FISIK :
o
Peta Sebaran TSS, Peta Temperatur C 26 – 30 28 – 30 30 – 35 >35
Sebaran Salinitas, Peta Kekeruhan m < 30 <5 5–2 <2
Sebaran Tinggi Kecerahan m >3 >5 10-15 >15
Gelombang, Peta Salinitas o/oo 18 – 32 Alami 32 - 34 >34
Sebaran arah dan Gelombang m < 0,5
Kecepatan Arus Arus m/dt < 0,75

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN L.1-2


Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian

Input Peta Yang Parameter Kriteria Kesesuaian


No Satuan
Dibutuhkan Kesesuaian S1 (80) S2 (60) S3 (40) N (1)

2. Peta Sebaran PH, DO, KIMIA :


BOD, Nitrit, H2S, pH - 6–9 6,5 – 8,5 8,5 >8,5
Mercuri (Hg) DO mg/l >4 >6 >8 >8
Kadmium (Cd) BOD mg/l < 45 < 25 <20 <10
Seng (Zn) Nitrit mg/l < 0,1 Nihil Sedang Banyak
Timbal (Pb) H2S mg/l < 0,03 < 0,01 <0.04 <0.05
Kromium (Cr) Mercuri (Hg) mg/l < 0,003 < 0,00001 <0,004 <0,005
Selenium (Se) Kadmium (Cd) mg/l < 0,01 < 0,00002 <1 <2
Tembaga (Cu) Seng (Zn) mg/l < 0,1 < 0,002 <0,8 <1
Perak (Ag) Timbal (Pb) mg/l < 0,01 < 0,00002 <1 <2
Arsen (As) Kromium (Cr) mg/l < 0,01 < 0,00004 <1 <2
Nikel (Ni) Selenium (Se) mg/l < 0,005 < 0,00045 <0,5 <1
Senyawa phenol Tembaga (Cu) mg/l < 0,06 < 0,001 <0,1 <1
DDT Perak (Ag) - mg/l < 0,05 < 0,003 <0,1 <1
Arsen (As) mg/l < 0,01 < 0,0026 <0,1 <1
Nikel (Ni) - mg/l < 0,1 < 0,002 <1 <2
Senyawa phenol mg/l < 0,002 Nihil <0,001 <0,01
DDT mg/l < 0,002 < 0,001 <0,002 <0,003

3. Peta Sebaran Ekosistem BIOLOGI :


di Pesiisr Organisme penempel -
Limbah sampah - Sedikit Nihil Sedikit Banyak
Pemangsa - 500 - 1000 1000 m >500 >200
Tidak ada TTidak ada ada Banyak

4. Peta Sebaran Daerah KEAMANAN :


Rawan Bencana Jarak dari pantai m < 1.000
Alur pelayaran m < 500
Badai/gempa m Tidak ada
Sumber : Pedoman Pemetaan, 2013

b. Budidaya Air Payau


Tabel L1.3. Parameter Kesesuaian Perairan Untuk Budidaya Air Payau
Input Peta Yang Parameter Kriteria Kesesuaian
No Satuan
Dibutuhkan Kesesuaian S1 (80) S2 (60) S3 (40) N (1)
1. Peta Salinitas (Data Salinitas (%) 20 20-35 >35 > 40
Osenografi Kimia
2. Peta Suhu Permukaan Suhu (°C) 26-31 20-26 <20 <10
(Data Oseanografi fisik)
3. Peta Kecerahan (Data Kecerahan (m) 25-34 16-24 <16 atau <10 atau
Oseanografi fisik) >34 >40
4. Peta Oksigen Terlarut Oksigen Terlarut >5 5 <3 <1

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN L.1-3


Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian

(Data Osenografi Kimia


5. Peta Curah Hujan (Data Curah Hujan 2500-3000 1000-2000 <1000 atau <8000 atau
Klimatologi) dan 3000- >3500 > 4000
3500
6. Peta PH (Data Osenografi PH 7,5-8,5 6-7,5 dan >10 atau > 20 atau
Kimia 8,5-10 <6 <5
7. Peta Sebaran Amonia Amoniak (NH3) <0,3 0,3-0,5 >0,5 >1
(data Oseanografi Kimia (mg/l)
8. Peta LPI, Peta Curah Input air tawar Besar Sedang Kurang Tidak ada
Hujan, Peta Sumberdaya
Air
9. Peta Oksigen Terlarut Kesuburan air Tinggi Sedang Rendah Tidak ada
(Data Osenografi Kimia
10. Peta Kerawanan Bencana Pengaruh banjir Tidak ada - Ada -
11. Peta Oksigen Terlarut, Polutan Tidak ada - Ada Ada
Peta Sebaran Amonia (jumlah
(Data Osenografi Kimia besar)
12. Peta Batimetri Kedalaman pirit (cm) >100 50-75 <50 <40
Sumber : Pedoman Pemetaan, 2013

c. Budidaya Tambak Udang


Tabel L1.4. Parameter Kesesuaian Perairan Untuk Budidaya Tambak Udang
No Parameter Kriteria Kesesuaian
Baik Sedang Buruk
1. Curah Hujan (mm/th) 2500-3000 1000-2000 <1000 atau >3500
dan 3000-3500
2. Kecerahan (%) 25-34 16-24 <16 atau >34
3. Kedalaman Pirit (cm) >100 50-75 <50
4. Oksigen Terlarut (mg/l) >5 3-5 <3
o
5. Salinitas ( /oo) 12-20 20-35 >35
o
6. Suhu ( C) 28-31 26-28 <26 atau >31
7. Amoniak (NH3) (mg/l) <0,3 0,3-0,5 >0,5
8. pH 7,5-8,5 6-7,5 dan 8,5-10 >10 atau <6
9. Input air tawar Besar Sedang Kurang
10. Kesuburan air Tinggi Sedang Rendah
11. Pengaruh banjir Tidak ada - Ada
12. Polutan Tidak ada - Ada
Sumber : Pedoman Pemetaan, 2013

d. Budidaya Tambak Bandeng


Tabel L1.5. Parameter Kesesuaian Perairan Untuk Budidaya Tambak Bandeng
Kriteria Kesesuaian
No Parameter
Baik Sedang Buruk
1. Curah Hujan (mm/th) 2500-3000 1000-2000 <1000 atau >3500
dan 3000-3500
2. Kecerahan (%) 25-34 16-24 <16 atau >34
3. Kedalaman pirit (cm) >100 50-75 <50
4. Oksigen Terlarut (mg/l) >5 3-5 <3
o
5. Salinitas ( /oo ) 12-20 20-35 >35
o
6. Suhu ( C) 26-31 20-26 <20
7. Amoniak (NH3) (mg/l) <0,3 0,3-0,5 >0,5
8. pH 7,5-8,5 6-7,5 dan 8,5- >10 atau <6

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN L.1-4


Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian

10
9. Input air tawar Besar Sedang Kurang
10. Kesuburan air Tinggi Sedang Rendah
11. Pengaruh banjir Tidak ada - Ada
12. Polutan Tidak ada - Ada
Sumber : Pedoman Pemetaan, 2013

e. Budidaya Beberapa Biota Laut


Tabel L1.6. Parameter Kesesuaian Perairan Untuk Budidaya Laut
Kondisi Lingkungan
Jenis Biota Salinitas Suhu Nitrat Fosfat pH Oksigen
o
(‰) ( C) (mg/l) (mg/l) (mg/l)
Budidaya Kerang
Kerang Hijau 26 – 33 14 – 32 2,5 – 3,0 0,5 – 1,0 6,5 – 9,0 3–8
Kerang Bulu 18 – 30 15 – 31 1,5 – 3,0 0,5 – 3,0 6,5 – 9,0 3–8
Tiram 15 – 35 15 – 32 1,5 – 3,0 0,5 – 1,0 6,5 – 9,0 2–8
Budidaya Ikan dalam KJA
Beronang 25 – 31 28 – 30 1,0 – 3,2 0,2 – 0,5 6,5 – 8,0 4–8
Kerapu 25 – 30 28 – 30 0,9 – 3,2 0,2 – 0,5 6,5 – 8,0 4–8
Kakap 20 – 30 28 – 30 0,9 – 3,2 0,2 – 0,5 6,5 – 8,0 3–8
Budidaya Rumput Laut
Rumput Laut 30 - 34 27 - 30 - - 6,5 – 8,0 3-8
Sumber : Pedoman Pemetaan, 2013

f. Budidaya Ikan dengan KJA


Tabel L1.7. Parameter Kesesuaian Perairan Untuk Budidaya Ikan dengan KJA
Kesesuaian Lahan
No Parameter
Baik Sedang Kurang
1. Kenyamanan Baik Sedang Kurang
2. Tinggi air pasang > 1,0 0,5 – 1,0 < 0,5
3. Arus (m/detik) 0,2 – 0,4 0,05 – 0,2 0,4 – 0,5
4. Kedalaman air dari dasar jaring > 10 4 – 10 <4

5. Oksigen terlarut (ppm) 5 3–5 <3


6. Salinitas (‰) > 30 20 – 30 < 20
7. Perubahan cuaca Jarang Sedang Sering
8. Sumber listrik Baik Cukup Kurang
9. Sumber pakan Baik Cukup Kurang
10. Tenaga kerja Baik Cukup Kurang
11. Ketersediaan Benih Baik Cukup Kurang
12. Pencemaran Tidak ada Sedang Kurang
Sumber : Pedoman Pemetaan, 2013

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN L.1-5


Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian

g. Budidaya KJA
Tabel L1.8. Parameter Kesesuaian Perairan Untuk Budidaya KJA
Persyaratan Menurut Komoditas
No. Faktor
Kerapu Kakap Putih Kakap Merah
1. Pengaruh angin dan Kecil Kecil Kecil
gelombang yang kuat
2. Kedalaman air dari dasar 5-7 m pada surut 5-7 m pada surut 7-10 m pada
kurung terendah terendah surut terendah
3. Pergerakan air/arus 20-40 Cm/detik ±20-40 Cm/det ±20-40Cm/detik
4. Kadar garam 27-32 ‰ 27-32 ‰ 32-33 ‰
5. Suhu Air Pengaruh 28 ° C-30 °C 28 °C-30 °C 28 ° C-30 °C
6. Polusi bebas bebas bebas
7. Pelayaran tdk menghambat tdk menghambat tdk
alur pelayaran alur pelayaran menghambat
alur pelayaran
Sumber : Pedoman Pemetaan, 2013

h. Budidaya Kerang Hijau


Tabel L1.9. Parameter Kesesuaian Perairan Untuk Budidaya Kerang Hijau
Parameter Kesesuaian Lahan
No
Baik Sedang Kurang
1. Kedalaman (m) 3-7m >7m <3m
2. Substrat Lumpur Pasir Lumpur Pasir, Karang
3. Arus (m/dt) 0,05 - 0,2 m/dt 0,2 - 0,5 >0,5
4. Derah terlarang Aman Cukup Kurang
5. Kecerahan (m) 1-4m 5-8 >8
6. Pencemaran Tidak tercemar/Ringan Tercemar Sedang Tercemar berat
7. Kesuburan perairan Tinggi (>15.000 ind/lt) Sedang (2000- <2000 ind/lt
15.000)
8. Suhu (C) 25 - 27 28 - 30 <26, >30
9. Salinitas (‰) 25 - 30 31 - 35 <21, >35
10. Aksesbilitas Mudah Cukup Kurang
Sumber : Pedoman Pemetaan, 2013

i. Budidaya Tiram Mutiara (Pinctada maxima)


Tabel L1.10. Parameter Kesesuaian Perairan Untuk Budidaya Tiram Mutiara (Pinctada maxima)
Parameter Kesesuaian Lahan
No
Baik Sedang Kurang
1. Terlindung dari pengaruh Baik Sedang Kurang
angin musim
2. Kondisi gelombang Tenang Sedang Besar
3. Arus (cm/detik) 15 – 25 10 – 15 dan 25 – 30 < 10 dan> 30
4. Kedalaman air (m) 15 – 25 > 25 < 15
5. Dasar perairan Berkarang Pasir Pasir/lumpur
o
6. Salinitas ( /oo) 32 – 3 28 – 31 dan 36– 40 < 27 dan > 40
o
7. Suhu ( C) 25 – 35 28 – 31 dan 30– 32 < 22 dan > 32
8. Kecerahan (m) 4,5– 6,5 3,5– 4,4 dan 6,6– 7,7 < 3,5 dan > 7,7
9. Kesuburan perairan Subur Cukup Kurang
10 Sumber benih dan induk Banyak Sedang Kurang

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN L.1-6


Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian

11. Sarana penunjan Baik Cukup Kurang


12. Pencemaran Tidak ada Sedang Kurang
13. Keamanan Aman Cukup Kurang
Sumber : Pedoman Pemetaan, 2013

j. Budidaya Rumput Laut (Sea Weed)


Tabel L1.11. Parameter Kesesuaian Perairan Untuk Budidaya Rumput Laut (Sea Weed)
No Kesesuaian Lahan
Parameter
Baik Sedang Kurang
Baik
1. Terlindung dari pengaruh angin musim Sedang Kurang
2. Kondisi gelombang (cm) < 10 10 – 30 >30 dan < 10
3. 10 – 20 dan
Arus (cm/detik) 20 – 30 < 10 dan > 40
30 – 40
4. Kedalaman air (m) 2,5 – 5 1 – 2,5 < 0,5
5. Dasar perairan Berkarang Pasir Pasir/lumpur
6. Salinitas (‰) 32 – 34 30 – 32 < 30 dan > 34
o
7. Suhu ( C) 24 – 30 20 – 24 < 20 dan > 30
8. Kecerahan (cm) 110 – 60 30 – 40 < 30
9. Kesuburan perairan Subur Cukup Kurang
10. Sumber benih dan induk Banyak Sedang Kurang
11. Sarana penunjang Baik Cukup Kurang
12. Pencemaran Tidak ada Sedang Kurang
13. Keamanan Aman Cukup Kurang
Sumber : Pedoman Pemetaan, 2013

k. Budidaya Molusca (Kerang darah, Kerang bulu, Kerang mutiara, Tiram) dan Teripang
Tabel L1.12. Parameter Kesesuaian Perairan Untuk
Budidaya Molusca (Kerang darah, Kerang bulu, Kerang mutiara, Tiram) dan Teripang
Parameter yang diukur Angka Penilaian Bobot Kredit Nilai
Terlindung dari pengaruh angin musim Baik :5 2 10
Sedang :3 6
Kurang :1 2
Kondisi gelombang Tenang :5 1 5
Sedang :3 3
Besar :1 1
Arus (cm/detik) 15 – 25 :5 1 5
10 – 15 3
& 25 – 30 :3 1
< 10 & > 30 : 1
Kedalaman air (m) 15 – 25 :5 2 10
> 25 :3 6
< 15 :1 2
Dasar perairan Berkarang :5 1 5
Pasir :3 3
Pasir/lumpur : 1 1
Salinitas (‰) 32 – 35 :5 2 10
28 – 31 & 6
36 – 40 :3 2
< 27 & > 40 : 1

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN L.1-7


Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian

Parameter yang diukur Angka Penilaian Bobot Kredit Nilai


o
Suhu ( C) 25 – 35 :5 2 10
28 – 31 6
& 30 – 32 :3 2
< 22 & > 32 : 1
Kecerahan (m) 4,5 – 6,5 :5 1 5
3,5 – 4,4 3
& 6,6 – 7,7 :3 1
< 3,5 & > 7,7 : 1
Kesuburan perairan Subur :5 3 15
Cukup :3 9
Kurang :1 3
Sumber benih dan induk Banyak :5 1 5
Sedang :3 3
Kurang :1 1
Sarana penunjang Baik :5 1 5
Cukup :3 3
Kurang :1 1
Pencemaran Tidak ada :5 2 10
Sedang :3 6
Kurang :1 2
Keamanan Aman :5 1 5
Cukup :3 3
Kurang :1 1
Sumber : Pedoman Pemetaan, 2013

Evaluasi :
85 – 100 % : Bagus (sangat layak)
75 – 84 % : Cukup layak
65 – 74 % : Dapat dipertimbangkan, asalkan parameter yang kurang memenuhi syarat
diperbaiki dengan pendekatan ilmiah dan manajemen yang tepat.
< 65 % : Tidak layak

l. Tambak Garam
Wilayah potensial penghasil garam harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. memiliki ketersediaan bahan baku garam (air laut) yang sangat cukup, bersih, tidak tercemar
dan bebas dari air tawar.
2. memiliki iklim kemarau yang cukup panjang (tidak mengalami gangguan hujan berturut-turut
selama 4 – 5 bulan).
3. memiliki dataran rendah yang cukup luas dengan permeabilitas (kebocoran) tanah yang
rendah.
4. memiliki jumlah penduduk yang cukup sebagai sumber tenaga kerja
Parameter Iklim yang Berpengaruh untuk Tambak Garam, antara lain :
1. Curah hujan tahunan yang kecil, curah hujan tahunan daerah garam antara 1000 1300
mm/tahun.
2. Mempunyai sifat kemarau panjang yang kering yaitu selama musim kemarau tidak pernah
terjadi hujan. Lama kemarau kering ini minimal 4 bulan (120 hari).
3. Mempunyai suhu atau penyinaran matahari yang cukup. Makin panas suatu daerah,
penguapan air laut akan semakin cepat.

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN L.1-8


Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian

4. Mempunyai kelembaban rendah/kering. Makin kering udara di daerah tersebut, peguapan


akan makin cepat.
Tabel L1.13. Parameter Iklim dan Pengaruhnya terhadap Tambak Garam

Parameter Iklim Pengaruh


No
1. Hujan menghambat penguapan air laut serta mengencerkan
larutan pekat air laut yang sudah siap dikristalkan
menjadi garam
2. Angin kecepatan angin mempunyai pengaruh positif terhadap
besarnya penguapan
3. Kelembaban Udara makin rendah kelembaban, penguapan semakin tinggi,
padau mumnya kelembaban udara di daerah tropis cukup
tinggi bahkan di musim kemarau kelembaban masih di
atas (>) 60 %
4. Penguapan kecepatan dan jumlah penguapan tergantung dari suhu,
kelembaban, kecepatan angin
Sumber : BRKP & BMG, Cuaca dan Iklim untuk Tambak Garam, 2005

3) Wisata Bahari
Tabel L1.14. Parameter Kesesuaian Perairan Untuk Wisata Bahari
Input Peta Yang Parameter Kriteria Kesesuaian
No
Dibutuhkan Kesesuaian S1 (80) S2 (60) S3 (40) N (1)
1. Peta Sebagran TSS Warna air Jernih Berwarna berwarna berwarna
2. Peta Kecerahan Material Tidak ada Vegetasi Berwarna berwarna
terapung
3. Peta Kualitas Tanda polusi Tidak ada - Variasi Variasi
Peraiaran (Minyak,Samp (Minyak,Sampah,bu
ah,busa, dll) sa, limbah rumah
tangga)
4. Peta Penggunaan Flora penutup pohon semak Jelas Jelas
Lahan daratan
5. Peta Penggunaan Flora penutup Terumbu Lamun Terbuka atau Kering
lahan, Peta lereng perairan karang rumput
Ekosistem Pesisir
6. Peta Sebaran Karang Kondisi karang Baik Sedang Terbuka buruk
7. Peta Ekosistem WP3K Spesies ikan Bervariasi Sedang Jelek Jelek
B Kepentingan manusia dan faktor
1. Peta Aksesbilitas Pencapaian Mudah Sedang Sulit Sangat sulit
dengan
kendaraan
pribadi
2. Peta Aksesbilitas Pencapaian Mudah Sedang Sulit Sangat sulit
dengan
kendaraan
umum
3. Peta Sarana dan Sarana dan Ada Sedikit Sulit Sangat sulit
Prasarana prasarana
wisata
4. Peta Struktur Ruang Telekomunikasi Ada Ada Tidak ada Tidak ada
RTRW

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN L.1-9


Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian

Input Peta Yang Parameter Kriteria Kesesuaian


No
Dibutuhkan Kesesuaian S1 (80) S2 (60) S3 (40) N (1)
5. Peta Struktur Ruang Listrik Ada ada Tidak ada Tidak ada
RTRW
6. Peta RTRW Perencanaan Ada Belum Tidak ada Tidak ada
7. Peta Struktur Ruang Pelabuhan Ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
RTRW, Peta Struktur /ada
Ruang Kelautan dan
Perikanan
8. Peta Struktur Ruang Sarana jalan Aspal Jalan Tidak ada Tidak ada
RTRW setapak
9. Peta Struktur Ruang Jumlah sedikit sedang Tidak ada Tidak ada
RTRW bangunan
10. Peta Struktur Ruang Air Tawar Ada Ada Tidak ada Tidak ada
RTRW (banyak) (sedikit)
Sumber: Anonim dengan modifikasi

Tabel L1.15. Kriteria Sosial, Ekonomi dan Budaya dalam Penetapan Lokasi
Daya Tarik Daya dukung
Jenis Wisata Jenis AtraksiWisata Nilai Historis
Budaya masyarakat
Wisata Rekreasi Pantai Sedang Tinggi Sedang
Wisata Olahraga Pantai Rendah Tinggi Rendah
Wisata Budaya Tinggi Tinggi Tinggi
Wisata Pesisir & Pantai
Wisata Belanja Rendah Tinggi Rendah
Wisata Makan Rendah Tinggi Rendah
Wisata pendidikan Tinggi Tinggi Tinggi

Wisata Rekreasi Laut Rendah Tinggi Sedang


Wisata Laut Wisata olahraga air Rendah Tinggi Rendah
Wisata Budaya Tinggi Tinggi Tinggi
Sumber: Anonim dengan modifikasi

a. Wisata Selam (sumber lebih update yg terdapat di pedum RZWP3K daripd pedoman
pemetaan,pakai yg mana????????)
Tabel L1.16. Parameter Kesesuaian Wisata Selam

No Kriteria Teknis Bobot S1 S2 S3 TS Keterangan


1. Kecerahan perairan (%) 5 >80 60-80 30-<60 <30 Nilai skor
2. Penutupan komunitas karang (%) 5 >75 50-75 25-50 <25 Kategori S1 = 3
3. Jenis life form karang 3 >12 7-12 4-7 <4 Kategori S2 = 2
4. Jumlah jenis ikan karang 3 >100 50-100 20-<50 <20 Kategori S3 = 1
5. Kecepatan arus (cm/dtk) 1 0-15 >15-30 >30-50 >50 Kategori TS = 0
>15-20 >20-30 >30 Nilai maksimum
6. Kedalaman terumbu karang (m) 1 6-15
3-6 Bobot x skor = 54
Sumber : Yulianda, 2007

Keterangan :
S1 = Sangat sesuai, dengan nilai 83 – 100%
S2 = Cukup sesuai, dengan nilai 50 - <80%
S3 = Sesuai bersyarat, dengan nilai 17 - <50%
TS = Tidak sesuai, dengan nilai <17%

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN L.1-10


Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian

b. Wisata Snorkeling
Tabel L1.17. Parameter Kesesuaian Wisata Snorkeling

No Kriteria Teknis Bobot S1 S2 S3 TS Keterangan


1. Kecerahan perairan (%) 5 100 80-<100 60-<80 <20 Nilai skor
2. Penutupan komunitas karang (%) 5 >75 >50-75 25-50 <25 Kategori S1 = 3
3. Jenis life form karang 3 >12 <7-12 4-7 <4 Kategori S2 = 2
4. Jumlah jenis ikan karang 3 >50 30-50 10-<30 <10 Kategori S3 = 1
5. Kecepatan arus (cm/dtk) 1 0-15 >15-30 >30-50 >50 Kategori TS = 0
>6-10 >10 Nilai maksimum
6. Kedalaman terumbu karang (m) 1 1-3 >3-6
Bobot x skor = 57
7 Lebar hamparan karang (m) 1 >500 100-500 20-100 <20
Sumber : Yulianda, 2007

Keterangan :
S1 = Sangat sesuai, dengan nilai 83 – 100%
S2 = Cukup sesuai, dengan nilai 50 - <80%
S3 = Sesuai bersyarat, dengan nilai 17 - <50%
TS = Tidak sesuai, dengan nilai <17%

c. Wisata Berperahu, Jet Ski dan Banana Boat


Tabel L1.18. Parameter Kesesuaian Wisata Berperahu, jet Ski dan Banana Boat
Kelas Kesesuaian dan Skor
No Kritera teknis Bobot
S1 Skor S2 Skor N Skor
1. Kedalaman (m) 3 10-25 3 5-10 2 <5 1
2. Kecepatan arus (cm/dtk) 5 0-15 3 15-50 2 >50 1
Sumber : Modifikasi dari Bakosurtanal (1996);Yulianda (2007)

Keterangan :
S1 = Sangat sesuai
S2 = Sesuai
N = Tidak Sesuai

d. Wisata Pantai Rekreasi Pantai


Tabel L1.19. Parameter Kesesuaian Wisata Pantai Rekreasi Pantai
Kelas Keseuaian (Skor)
No Kritera teknis Bobot
S1 S2 N
1. Kedalaman perairan (m) 5 0-5 5-10 >10
2. Pasir hitam Lumpur, berbatu
Tipe pantai 5 Pasir putih
berkarang terjal
3. Lebar pantai (m) 5 >15 5-15 <5
4. Material dasar perairan 4 Pasir Pasir berkarang Lumpur
5. Kecepatan arus (cm/dtk) 4 0-20 20-50 >50
o
6. Kemiringan pantai ( ) 4 <15 15-45 >45
7. Kecerahan perairan (%) 4 >80 50-80 <50
8. Kelapa, Hutan bakau,
Penutupan lahan pantai 3 lahan Semak belukar permukiman,bulu
terbuka babi
9. Biota berbahaya 3 Tidak ada Bulu babi Ikan pari,lepu,hiu
10. Ketersediaan air tawar (jarak/km) 3 <1 1-2 >2
Sumber : Modifikasi dari Yulianda (2007)

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN L.1-11


Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian

Keterangan :
S1 = Sangat sesuai
S2 = Sesuai
N = Tidak Sesuai

e. Wisata Pantai Olahraga Pantai dan Berjemur (Sun Bathing)


Tabel L1.20. Parameter Kesesuaian Wisata Pantai Olahraga Pantai dan Berjemur (Sun Bathing)
Kelas Kesesuaian (Skor)
No Kritera teknis Bobot
S1 Skor S2 Skor N Skor
Karang pasir 2 Lumpur/ 1
1. Substrat 5 Pasir 3
lumpur
2. Luasan pantai (m2) 5 >2500 3 1000-2500 2 <1000 1
3. Panjang pantai (m) 5 >300 3 100-300 2 <100 1
Pasir, sedikit 2 Lumpur, 1
4. Tipe pantai 3 Berpasir 3
karang karang
Lahan Semak 2 Hutan 1
5. Penutupan lahan pantai 3 3
terbuka belukar bakau
Sumber : Modifikasi dari Bakosurtanal (1996)

Keterangan :
S1 = Sangat sesuai
S2 = Sesuai
N = Tidak Sesuai

4) Pelabuhan
Kriteria pemilihan lokasi pelabuhan perikanan antara lain:
A. Kriteria Ruang
Kriteria ruang pelabuhan perikanan harus memperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut:
 Kriteria Perikanan, seberapa dekat pelabuhan tersebut dengan menghadap daerah
penangkapan ikan (fishing ground), potensi perikanan (stock assesment) yang belum
termanfaatkan, ketersediaan tenaga kerja (nelayan),
 Kriteria Historis, sudah sejak lama menjadi tempat pendaratan kapal nelayan setempat dan
merupakan perkampungan nelayan, perkembangan produksi perikanan, perkembangan
armada dan peralatan perikanan.
 Kriteria Akses, seberapa besar dekat dengan daerah/tempat pemasaran , seberapa besar
pelabuhan tersebut dibutuhkan untuk mendukung fungsi-fungsi kota (PKN/PKW/PKL),
ketersediaan infrastruktur penghubung dengan daerah lain (jalan) dan kedekatan dengan
jalur pelayaran.
 Kriteria Perkiraan Perkembangan Komoditas, perkiraan kebutuhan pasar akan komoditas,
perkiraan kegiatan lanjutan/ikutan dari kegiatan perikanan tangkap.
 Kriteria Keberadaan Kawasan Pemanfaatan ruang lain disekitarnya, seberapa dekat
pelabuhan tersebut dengan kawasan konservasi, pemukiman nelayan, perkotaan, dan
kawasan industri.
Skoring penilaian pemilihan lokasi pelabuhan perikanan berdasarkan besaran pelabuhan.

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN L.1-12


Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian

B. Kriteria teknis
Kriteria teknis yang harus diperhatikan dalam perencanaan pelabuhan secara umum sebagai
berikut:
1. Lokasi terlindung dari gangguan angin dan gelombang sehingga kapal mudah untuk
bermanuver saat dari/ke pelabuhan.
2. Kapal harus dapat dengan mudah ke luar / masuk pelabuhan. Kedalaman alur pelayaran harus
memenuhi kedalaman yang dibutuhkan saat kapal bermuatan penuh.
3. Tersedia ruang gerak kapal di dalam kolam pelabuhan (luas perairan). Hal ini untuk
memudahkan kapal untuk bermanuver saat akan bersandar, saat akan ke laut atau berlabuh.
4. Pengerukan mula dan pemeliharaan pengerukan yang minim. Pelabuhan seyogyanya tidak
terletak didaerah perairan yang dangkal atau daerah sedimentasi yang menyebabkan
pembengkakan biaya pengerukan dan biaya pemeliharaan pengerukan.
5. Mengusahakan perbedaan pasang surut yang relatif kecil, tetapi pengendapan sedimentasi
harus diperkecil.
6. Memiliki topografi yang landai dan cukup luas untuk pengembangan kawasan selanjutnya.
7. Pelabuhan memiliki tempat penyimpanan tertutup atau lapangan terbuka untuk menampung
muatan. (fasilitas)
8. Tersedianya fasilitas prasarana/infrastruktur lain yang mendukung.
9. Terhubung dengan jaringan angkutan darat yang menghubungkan dengan daerah
pendukungnya/daerah belakangnya.

Tabel L1.21. Penggolongan Kelas Pelabuhan Berdasarkan Kriteria Teknis

Kelas Pelabuhan Perikanan


No. Kriteria Kelas II Kelas III Kelas IV
(PPS)
(PPN) (PPP) (PPI)
1. Luas Lahan (Ha) Min. 30 Ha 15 Ha 5 Ha 2 Ha
Prasarana,
Prasarana, Prasarana,
2. Pemanfaatan Lahan Industri Prasarana
Industri Industri Kecil
Perikanan
Jumlah Kapal
3. 100 75 30 20
(Unit/Hari)

Fasilitas tambat labuh


4. ≥ 60 ≥ 30 ≥ 10 ≥3
u/ kapal berukuran (GT)

5. Panjang Dermaga (m) Min. 300 150 100 50

6. Kedalaman (m) ≥3 ≥3 ≥2 ≥2

Kelas Pelabuhan Perikanan


No. Kriteria Kelas II Kelas III Kelas IV
(PPS)
(PPN) (PPP) (PPI)
Daya Tampung
7. Kapal Sandar sekaligus 6.000 2.250 300 60
(GT)
8. Ikan Didaratkan (Ton/Hari) 60 30 15 – 20 > 10

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN L.1-13


Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian

Fasilitas Pembinaan &


9. Tersedia Tersedia Tersedia -
Pengujian Mutu

10. Sarana Pemasaran Tersedia Tersedia Tersedia -


11. Pengembangan Industri Tersedia Tersedia Tersedia -
Laut Perairan
Teritorial, Pedalaman, Perairan
Laut
ZEEI dan Perairan Pedalaman
12. Skala Layanan Teritorial
Perairan Kepulauan, dan Perairan
dan ZEEI
Internasiona Laut Teritorial Kepulauan
l dan ZEEI
Sebagian u/ Sebagian u/ Lokal,
13. Tujuan Pemasaran Lokal
Ekspor Ekspor Antardaerah
Sumber : Kepmen No. 10 Th 2004 tentang pelabuhan perikanan

Tabel L1.22.Kriteria Pelabuhan Khusus

No Variabel Pelabuhan Pelabuhan


Pelabuhan
Khusus Khusus
Khusus Regional
Nasional Lokal
1. Pelayanan - menangani pelayanan - tidak menangani - tidak menangani
barang-barang pelayanan barang- pelayanan barang
berbahaya dan Beracun barang berbahaya dan berbahaya dan
(B3); beracun (B3); beracun (B3); dan
- melayani kegiatan - melayani kegiatan melayani kegiatan
pelayanan lintas pelayanan lintas pelayanan lintas Kota
Propinsi dan Kabupaten/Kota dalam satu
Internasional. dalam satu Propinsi. Kabupaten/Kota.
2. Teknis - bobot kapal yang - bobot kapal yang - bobot kapal kurang
dilayani 3000 DWT dilayani lebih clan dari 1000 DWT;
atau lebih; 1000 DWT dan kurang - panjang dermaga
- panjang dermaga 70 M dan 3000 DWT; kurang clan 50 M'
atau lebih, konstruksi - panjang dermaga dengan konstruksi
beton/baja; kurang dari 70 M', kayu;
- kedalaman di depan konstruksi - kedalaman di depan
dermaga - 5 M LWS beton/baja; dermaga kurang clan
atau lebih; - kedalaman di depan - 4 M LWS;
dermaga kurang clan -
5 M LWS;

Sumber: Kepmenhub No. 53 Tahun 2002 Tentang Tatanan Kepelabuhan Nasional

Tabel L1.23. Kriteria Pelabuhan Daratan


Pelabuhan Pelabuhan Pelabuhan
No Variabel Khusus Khusus Khusus
Nasional Regional Lokal
> 20.000 < 12.000 < 12.000
volume angkutan barang/peti
1. TEU’s/tahun TEU’s/tahun; TEU’s/tahun;
kemas
> 3 Ha
2. luas terminal < 2 Ha < 2 Ha

3. area penumpukan > 8.000 m2 5.000 – 8.000 m2 < 5.000 m2

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN L.1-14


Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian

750 – 1.000TEU’s < 750 TEU’s


4. kapasitas penumpukan > 1.000 TEU’s
>450 m2 300 – 450 m2 < 300 m2
5. gudang ekspor
> 450 m2 300 – 450 m2 < 300 m2
6. gudang impor
> 350 m2 250 – 350 m2 < 250 m2
7. hangar mekanik
> 400 m2 250 – 400 m2 < 250 m2
8. gedung perkantoran
area bongkar muat dan lalu < 3.000 m2
9. > 6.000 m2 > 6.000 m2
lintas trailer/alat berat
panjang landasan pacu gantry 200 – 250 m2 < 200 m2
10. > 250 m2
crane
Sumber: Kepmenhub No. 53 Tahun 2002 Tentang Tatanan Kepelabuhan Nasional

Tabel L1.24. Skoring Kesesuaian Kawasan Pelabuhan


Nilai
No Nama Kriteria SATUAN
5 4 3 2 1
KRITERIA PERIKANAN
1. Jumlah Armada Unit 75-100 30-75 20-30 10-20 < 10
2. Zona tangkap I,II,III I,II,III I,II I I
pelagis pelagis pelagis pelagis
pelagis
besar,pel besar,pela kecil,pela kecil,
3. Jenis Komoditi kecil,
agis kecil, gis kecil, gis besar, demersa
demersal
demersal demersal demersal l
4. Daerah Operasional mil 0-12 0-12 0-6 0-4 0-4
5. Volume Hasil Tangkap ton/Tahun >6000 2250 300 60 <60
Tidak
6. Kegiatan Lanjutan Ada - - - Ada
7. volume potensi % 60-80 40-60 20-40 10-20 < 10
8. Ikan didaratkan Ton/hari 30-60 20-30 10-20 5-10 <5
Tenaga Kerja Sektor
9. Perikanan orang >5000 1000-5000 500-1000 <500 0

KRITERA HISTORIS
Kawasan
Nelayan(Nelayan/pendudu
10 k) % 15-30 - 0-15 - 0
11 Riwayat Armada Nelayan buah 75-100 30-75 20-30 10-20 < 10
12 Armada kapal dari luar % 50 40-50 30-40 20-30 <20
Tidak
13 Histori Pelabuhan Ada - - - Ada

KRITERIA AKSES
Kolekt
Moda Transportasi Arteri or Arteri -
14 Klas Jalan Primer Primer Lokal Primer Sekunder
Tidak
15 Sumber Air km Ada - - - Ada
Tidak
16 Listrik Ada - - - Ada
17 BBM km Ada - - - Tidak

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN L.1-15


Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian

Ada
18 Fungsi Kota yang dilayani PKN PKW - PKL -
Pusat Kegiatan
KRITERIA PERKIRAAN PROSPEK
20 Kebutuhan Pasar Thd ton > 60 > 30 >20 > 10
Komoditas (volume)
21 Pemenuhan Komoditas di % 60-80 40-60 20-40 10-20 < 10
Pasar
22 Prospek Industri Lanjutan Baik - Sedang - Kurang
KRITERIA KEDEKATAN DG KAWASAN LAIN
23 Kawasan Konservasi km > 10 7,5-10 5-7,5 5-3 <3
24 Kawasan Pemukiman km <3 5-3 5-7,5 7,5-10 > 10
25 Kawasan Industri km <3 5-3 5-7,5 7,5-10 > 10
KRITERIA TEKNIS
26 Topografi m Landai - Datar - Curam
27 Bathimeteri m >8 7-8 6-7 5-6 <5
28 Geologi kohesif kohesif Non- kohesif Non- plastis
kohesif
29 Pasang-Surut Kecil - Sedang - Besar
30 Gelombang m <0,2 0,2-0,5 0,5-0,8 0,8-1 >1
31 Sedimentasi Kecil - Sedang - Besar
32 Angin Kecil - Sedang - Besar
33 Arus Kecil - Sedang - Besar
34 Hidrologi & Sungai Kecil - Sedang - Besar
35 Luas Lahan Darat Ha >30 15-30 5-15 2-5 <2
36 Kapasitas Kapal GT 0-60 0-30 0-10 0-7 0-3
37 Panjang Dermaga m >300 150- 100-150 50-100 < 50
300
38 Kedalaman Kolam labuh m >6 5-6 4-5 3-4 <3
39 Daya Tampung Kapal GT >6000 2250- 300-2250 60-300 < 60
Sandar (GT) 6000
40 Lebar Alur (1 Kapal) m >15 11-14 10 - 5
41 Lebar Alur (2 Kapal) m >40 30-40 30-20 10-20 <10
42 Kedalaman Alur m >8 7-8 6-7 5-6 <5
KRITERIA EKONOMI
43 Komoditi lain Ada - Ada (kecil) - Tidak
(besar) Ada
44 Dukungan/Kesiapan Baik - Sedang - Kurang
daerah belakangnya
45 Prospek Perkembangan Baik - Sedang - Kurang
Kegiatan
46 Ekspor Ada - Ada (kecil) - Tidak
(besar) Ada
47 Import Ada - Ada (kecil) - Tidak
(besar) Ada
45 Prospek Perkembangan Baik - Sedang - Kurang
Kegiatan
Sumber: Analisa TRLP3K
Skoring :
0 – 47 = Tidak direkomendasikan dibangunnya pelabuhan
48 - 94 = Dapat dibangun pelabuhan perikanan setingkat PPI
95 - 141 = Dapat dibangun pelabuhan perikanan setingkat PPI hingga PPP
142 - 188 = Dapat dibangun pelabuhan perikanan setingkat PPI hingga PPN
189 - 235 = Dapat dibangun pelabuhan perikanan setingkat PPI hingga PPS

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN L.1-16


Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian

5) Pertambangan Pasir Laut


Batasan pengembangan kawasan pertambangan pasir laut mengacu pada Keputusan Menteri
Kelautan dan Perikanan No: Kep.33/MEN/2002 tentang Zonasi wilayah pesisir dan laut untuk
kegiatan pengusahaan pasir laut. Berdasarkan Kepmen tersebut, kawasan pertambangan pasir laut
di wilayah pesisir dan laut dapat dibedakan menjadi 2 (dua) zona yaitu:
a. Zona Perlindungan
Zona perlindungan adalah zona di wilayah pesisir dan laut yang telah ditetapkan sebagai
kawasan perlindungan menurut undang-undang atau berdasarkan kriteria dan
pertimbangan tertentu sehingga perlu dilindungi dari kegiatan pengusahaan pasir laut.
Kawasan-kawasan perlindungan tersebut antara lain :
 Kawasan Pelestarian Alam seperti taman nasional dan taman wisata alam
 Kawasan suaka alam seperti; cagar alam dan suaka margasatwa
 Kawasan perlindungan ekosistem, pesisir dan pulau-pulau kecil seperti ; taman laut
daerah, kawasan perlindungan bagi mamalia laut, suaka perikanan, daerah migrasi, biota
laut dan daerah perlindungan laut, terumbu karang serta kawasan pemijahan, ikan dan
biota laut lainnya.
 Perairan yang jarak dari atau sama dengan 2 (dua) mil laut yang diukur dari garis pantai
ke arah perairan kepulauan atau laut lepas pada saat surut terendah.
 Perairan dengan kedalaman kurang dari atau sama dengan 10 meter dan berbatasan
langsung dengan garis pantai yang diukur dari permukaan air laut pada surut terendah
 Instalasi kabel dan pipa bawah laut serta zona keselamatan selebar 500 meter pada sisi
kiri dan kanan dari instalasi kabel dan pipa bawah laut.
 Alur laut kepulauan Indonesia (ALKI)
 Zona keselamatan sarana bantu navigasi

b. Zona Pemanfaatan pengusahaan pasir laut


Zona Pemanfaatan untuk pengusahaan pasir laut dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
1) Zona pemanfaatan bersyarat
Kawasan atau zona pemanfaatan bersyarat adalah zona yang dapat dimanfaatkan
untuk pengusahaan pasir laut dengan persyaratan tertentu.
Kawasan laut yang merupakan zona pertambangan pasir laut dengan persyaratan atau
zona dengan pemanfaatan bersyarat adalah:
 Skema pemisah lalu lintas di laut (Traffic Separation Scheme – TSS).
 Kawasan pemindahan dan atau bongkar muat lepas pantai (Ship to Ship Transfer –
STS) dan daerah lego jangkar.
 Alur lalu lintas pelayaran.
 Kawasan wisata bahari.
 Kawasan penangkapan ikan tradisional.
 Tempat pembuangan bahan-bahan peledak.
 Zona latihan TNI AL.
 Zona pengambilan benda berharga asal muatan kapal tenggelam
 Zona pengeboran lepas pantai (zone off shore drilling) termasuk prasarana
penunjang keselamatan pelayaran.

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN L.1-17


Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian

Perijinan pertambangan pasir laut dapat diberikan dengan beberapa persyaratan yang
bertujuan untuk membatasi kegiatan pertambangan sehingga tidak mengganggu kegiatan
sektor lain.
Beberapa persyaratan yang diterapkan antara lain :
- Pembatasan terhadap jenis dan jumlah kapal yang dioperasikan.
- Penentuan sistem penambangan dan pengerukan yang dilakukan.
- Pembatasan jumlah volume pasir laut yang ditambang.
- Pengaturan jadwal kegiatan penambangan dan pengerukan.

2) Zona terbuka tambang


Zona terbuka tambang adalah zona atau kawasan pesisir dan laut yang dapat dijadikan
lokasi pertambangan pasir laut yang berada di luar kawasan atau zona perlindungan.
Zona terbuka tambang merupakan kawasan perairan yang berada di luar Zona
Perlindungan dan Zona Pemanfaatan Bersyarat. Meskipun pada zona tersebut diijinkan
dilakukannya kegiatan pertambangan pasir laut secara bebas, namun kegiatan tersebut
tetap harus memperhatikan aspek-aspek penting lain yang terkait dengan upaya
pelestarian dan perlindungan ekosistem, maupun perlindungan kehidupan sosial
ekonomi masyarakat nelayan.
Pasal 10 Kepmen KP Nomor Kep.33/MEN/2002 disebutkan bahwa setiap kegiatan
pengusahaan pasir laut diwajibkan menjaga :
- Kelestarian lingkungan pesisir dan laut
- Stabilitas geologi lingkungan pesisir dan laut
- Keberlanjutan usaha nelayan dan petani tambak
- Keserasian kegiatan pertambangan dengan kepentingan pemanfaatan ruang sektor
lain di pesisir dan laut, seperti kegiatan wisata bahari, perikanan tangkap, perikanan
budidaya, pelayaran, serta pertahanan dan keamanan

Pengembangan kawasan pesisir dan laut menjadi zona pertambangan pasir laut harus
memperhatikan beberapa faktor, antara lain:
- Faktor Utama; nilai tambah/nilai ekonomis, potensi tambang.
a. Analisis nilai tambah dari kegiatan pertambangan pasir laut diperlukan untuk melihat
besarnya penerimaan negara/pendapatan asli daerah. Kegiatan pengusahaan tambang pasir
laut diharapkan dapat menjadi pembangkit kegiatan perekonomian di kawasan sekitarnya bila
dibandingkan dengan tingkat kerusakan lingkungan atau gangguan terhadap aktifitas sektor
lain yang mungkin akan terjadi.
b. Nilai dari suatu potensi bahan galian sangat dipengaruhi oleh kuantitas dan kualitasnya.
Potensi bahan galian yang telah dipahami baik geometri, sebaran dan kualitasnya dapat
digolongkan menjadi cadangan bahan galian. Sementara potensi dengan tingkat pemahaman
yang lebih rendah digolongkan sebagai sumberdaya.
Potensi suatu kawasan dapat dibedakan menjadi tinggi, sedang dan rendah. Berdasarkan kualitas
dan kuantitasnya, maka proses penetapan suatu daerah menjadi kawasan pertambangan dapat
digambarkan pada matriks berikut ini.

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN L.1-18


Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian

Penetapan Menjadi
Nilai Tambah Potensi B.Galian
Kawasan Tambang
Sangat Perlu Tinggi Tinggi
Tinggi Sedang
Perlu
Sedang Tinggi
Sedang Sedang
Mungkin Perlu Rendah Tinggi
Rendah Sedang
Sedang Rendah
Tidak Perlu
Rendah Sedang

- Faktor Pembatas; dampak terhadap kondisi fisik (hidro-oceanografi, geologi/geomorfologi),


dampak ekologis, dampak terhadap kawasan lindung, pemanfaatan ruang saat ini (permukiman,
perikanan, pariwisata, alur pelayaran, infrastruktur), sosial-ekonomi masyarakat sekitar,
jangkauan dampak.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kawasan pertambangan pasir laut
yang menjadi faktor pembatas :
 Dampak terhadap lingkungan fisik dan ekosistem
 Hubungan kegiatan pertambangan dengan kegiatan sektor lain
 Dampak terhadap kondisi sosial dan ekonomi masyarakat
 Faktor keamanan terhadap lingkungan, masyarakat disekitarnya, dan pekerja dilapangan

- Faktor Politis/Kebijakan Pemerintah; UU, PP, Kepmen, Perda


a. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No: Kep 33/MEN/2002 tentang Zonasi wilayah
pesisir dan laut untuk kegiatan pengusahaan pasir laut.
b. Keputusan Direktur Jenderal Pesisir dan Pulau-pulau Kecil No. Kep.01/P3K/HK.156/X/2002
tentang Petunjuk pelaksanaan zonasi wilayah pesisir dan laut untuk kegiatan pengusahaan
pasir laut.

Proses kegiatan pertambangan pasir laut meliputi:


1. Pretreatment, perlakuan khusus terhadap bahan yang akan ditambang dengan cara kimiawi
atau mekanis tergantung dari jenis bahan.
2. Ekstraksi/pengerukan, proses pemindahan material pengerukan dari tempat asalnya ke atas
permukaan air.
3. Transportasi, proses pengangkutan dari tempat penambangan menuju tempat
penimbunan/pengolahan.
4. Disposal/penimbunan, proses penimbunan/pembuangan material kerukan.

Seluruh proses kegiatan pertambangan pasir laut diatas akan menimbulkan efek terhadap
lingkungan maupun kegiatan lain yang berada pada kawasan yang sama. Kegiatan pertambangan
pasir laut baik pada zona pertambangan terbuka maupun pada zona pertambangan bersyarat akan
menimbulkan dampak terhadap :
 Lingkungan fisik kawasan dampak terhadap kondisi fisik (hidro-oceanografi,
geologi/geomorfologi),

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN L.1-19


Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian

 Lingkungan hayati/dampak ekologis (kawasan lindung, perikanan)


 Lingkungan sosial, ekonomi, dan budaya (wisata bahari, permukiman, alur pelayaran,
infrastruktur).

Tabel L1.25. Dampak Kawasan Pertambangan Terhadap Kegiatan Pemanfaatan Ruang

No Faktor Variabel

1. Dampak Perubahan pola arus dan perambatan gelombang, erosi dan sedimentasi
hidro-oceanografi dasar laut dan pantai, perubahan bathymetri, peningkatan sedimen
tersuspensi
2. Dampak terhadap ekologi Kerusakan ekosistem mangrove, terumbu karang dan padang lamun,
penurunan populasi ikan
3. Dampak terhadap sosial Penurunan produksi, penangkapan ikan secara tradisional, penurunan
ekonomi produksi kegiatan budidaya lainnya
4. Jangkauan dampak  Jumlah manusia yang terkena dampak
(AMDAL)  Luas wilayah persebaran dampak
 Lamanya dampak berlangsung intensitas dampak
 Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak
 Sifat kumulatif dampak tersebut
 Berbalik atau tidak berbaliknya dampak

5. Dampak terhadap Penurunan kualitas hutan mangrove, terumbu karang, padang lamun,
kawasan lindung sempadan pantai, cagar alam, cagar budaya, suaka margasatwa, taman suaka
alam laut

6. Dampak terhadap Terganggunya dan tercemarnya kawasan pariwisata, kawasan pemukiman,


kegiatan pemanfaatan kawasan perikanan tangkap/budidaya, alur pelayaran, instalasi kabel bawah
ruang laut/infrastruktur lainnya, dll

Sumber: Analisa TRLP3K

a. Dampak positif pertambangan pasir laut


Pasir laut merupakan potensi sumberdaya kelautan yang memberikan sumbangan cukup
besar terhadap devisa negara ataupun PAD. Pertambangan pasir laut tidak hanya memberikan
dampak yang negatif tetapi juga dampak positif, antara lain:
- Penerimaan devisa negara dari pajak ekspor pasir laut
- Pendapatan asli daerah meningkat
- Adanya penyerapan tenaga kerja.
- Tumbuhnya kegiatan ekonomi lokal dan kesempatan berusaha bagi masyarakat.
b. Dampak negatif pertambangan pasir laut
Selain dampak positif, kegiatan pertambangan pasir laut akan menimbulkan dampak negatif
yang cukup signifikan terhadap lingkungan dan ekosistem laut dan pesisir, antara lain:
- Penurunan hasil tangkapan ikan nelayan tradisional yang menimbulkan dampak lebih lanjut
pada penurunan pendapatan nelayan
- Terjadinya abrasi pantai sehingga hal ini dapat membuat benteng atau tembok tambak
budidaya ikan dan udang menjadi goyang, bocor maupun longsor, serta kerusakan
ekosistem pesisir.
- Terjadinya kekeruhan badan air sampai radius 3-4 km dari lokasi penambangan yang
mengganggu usaha budidaya laut seperti keramba jaring apung, serta ekosistem di laut.

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN L.1-20


Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian

- Perubahan pola hidrodinamika air laut akibat perubahan permukaan dasar perairan
- Adanya tenaga kerja pendatang seringkali menimbulkan konflik sosial dengan penduduk
setempat

Kriteria penentuan kawasan pertambangan pasir laut harus memperhitungkan faktor-faktor sebagai
berikut:
 Jumlah estimasi potensi deposit pasir laut.
 Pola hidrodinamika perairan laut yang mencakup pola arus, kecepatan arus dan tinggi
gelombang.
 Jarak dari kawasan konservasi atau daerah perlindungan laut.
 Keberadaan kawasan perlindungan ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil.
 Tingkat kedalaman perairan laut.
 Keberadaan Instalasi kabel dan pipa bawah laut serta zona keselamatan selebar 500 meter
pada sisi kiri dan kanan dari instalasi kabel dan pipa bawah laut.
 Alur laut kepulauan Indonesia (ALKI).
 Keberadaan prasarana keselamatan sarana bantu navigasi.
 Keberadaan Skema pemisah lalu lintas di laut (Traffic Separation Scheme – TSS).
 Keberadaan Kawasan pemindahan dan atau bongkar muat lepas pantai (Ship to Ship Transfer
– STS) dan daerah lego jangkar.
 Alur lalu lintas pelayaran.
 Keberadaan Kawasan wisata bahari.
 Kawasan penangkapan ikan nelayan tradisional.
 Keberadaan Tempat pembuangan bahan-bahan peledak.
 Keberadaan Zona latihan TNI AL.
 Keberadaan Zona pengambilan benda berharga asal muatan kapal tenggelam (BMKT).
 Keberadaan Zona pengeboran lepas pantai (Zone Offshore Drilling) termasuk prasarana
penunjang keselamatan pelayaran.

Tabel L1.26. Kriteria Fisik Kesesuaian Perairan Kawasan Pertambangan Pasir Laut
Kriteria Kesesuaian
No. Kriteria
Baik Sedang Buruk
1. Kandungan Deposit Banyak Sedang Sedikit
2. Kec. Arus (m/ det) <1 1-2 >2
3. Tinggi Gelombang <1 1-2 >2
Jarak dari Kawasan
4. > 10 2 - 10 <2
Konservasi
Sumber : Direktorat TRLP3K, 2003

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN L.1-21


Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian

Tabel L1.27.Kriteria Fisik Kesesuaian Perairan Untuk Subzona Pertambangan


Kawasan Zona Subzona Acuan Kriteria
Pemanfaatan Umum Pertambangan Mineral
Batu bara Kep Men ESDM No.
2095-20/MDJB/1999
Minyak Bumi UU No. 22 Tahun 2001
Gas Bumi tentang Minyak dan
Gas Bumi
Panas Bumi UU No. 27 Tahun 2003
tentang Panas Bumi,
dan peraturan
turunannya
Air Tanah di kawasan -
pertambangan
Pertambangan air laut -

Skema Pemilihan Lokasi Kawasan Pertambangan

Foto Peta Peta


Citra
Udara Topografi /RBI Geologi

Peta Regional

Data Dukung
Delineasi
lainnya : Kriteria Kaw .
Awal Daerah SD
Zona Perlindungan Lindung /Penting /
Mineral Kritis /Berbahaya dan
Kajian

Daerah bukan
Zona Lindung

Zona Kajian Hidro


Penyangga Oceanografi

Zona Pemanfaatan

Eksplorasi

Tambang Studi Faktor Utama


Bersyarat Kelayakan Faktor Pembatas

Tambang
Terbuka

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN L.1-22


Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian

Sumber : Hasil modifikasi Distamben Jabar 2005 dan Kegiatan TP4L (pasir Laut)

Prinsip-prinsip wilayah pertambangan pasir laut secara umum dicirikan oleh :


1. Penetapan kawasan pertambangan pasir laut berarti pada kawasan laut yang bersangkutan
telah menempatkan kegiatan pertambangan pasir laut sebagai prioritas dan sebagai
pendorong pembangunan.
2. Kawasan Pertambangan Pasir laut ditentukan disamping berdasarkan pertimbangan geologi
tetapi juga berdasarkan pertimbangan faktor lingkungan, ekonomi, hukum/perundang-
undangan, sosial-budaya, penilaian rencana manajemen tambang serta optimalisasi
pemanfaatan sumberdaya alam melalui perhitungan biaya-manfaat (cost-benefit).
3. Kawasan pertambangan pasir laut terletak di daerah yang cukup aman untuk dapat
mencemari/memberikan dampak negatif pada daerah vital/strategis atau daerah yang
rentan/peka terhadap gangguan. Oleh karena itu dalam melakukan eksploitasi hendaknya
memperhitungkan kebutuhan, persediaan dari potensi pertambangan.
4. Kawasan pertambangan pasir laut memudahkan/memberi kejelasan pada investor yang
berminat mengembangkan usaha di bidang penambangan, pengolahan maupun jasa
pendukungnya.

Sedangkan prinsip pengembangan kawasan pertambangan yang termuat dalam peraturan antara
lain, yaitu Menurut Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Kep 34/MEN/2002 tentang
Pedoman umum penataan ruang pesisir dan pulau-pulau kecil mengenai perencanaan zona
eksploitasi dan eksplorasi pasir laut harus memperhatikan ketentuan sebagai berikut :
a. Tidak dilakukan pada kawasan suaka alam dan cagar budaya baik yang ada di perairan
maupun dipantai, yang meliputi zona taman nasional, cagar alam, suaka margasatwa,
Taman Wisata Alam dan zona Cagar Budaya.
b. Tidak dilakukan pada daerah yang merupakan area pemijahan, perlindungan, pembesaran
dan tempat mencari makan biota laut. Misalnya pada daerah terumbu karang, daerah
mangrove, padang lamun, dll.
c. Perlu menghindari zona pangkalan pertahanan (militer), alur-alur keluar masuk pesawat
terbang, alur pelayaran, instansi pelayaran, pelabuhan, menara suar, rambu suar, anjungan
kapal tengah laut dan instalasi lain yang bersifat permanen, di atas atau dibawah
permukaan air.
d. Perlu dihindari dari daerah-daerah yang digunakan sebagi laboratorium alam atau tempat
penelitian ilmiah.
e. Di lokasi yang jaraknya kurang dari 250 (dua ratus lima puluh) meter dari batas wilayah,
kuasa pertambangan dan atau wilayah kerja atau apabila berbatasan dengan negara lain
maka ada ketentuan jarak yang ditentukan dalam perjanjian antar Negara Republik
Indonesia dengan negara yang bersangkutan.
f. Memperhitungkan instalasi bawah permukaan air antara lain pipa penyalur, kabel bawah
laut, dermaga laut setiap jenis pondamen (fondasi dermaga), dan perangkap atau alat
tangkap ikan yang sudah ada maupun rencana kedepan sebelum dimulainya usaha
pertambangan tersebut.
g. Penambangan pasir laut di perairan laut tidak boleh menimbulkan terjadinya pencemaran
pada air laut, air sungai, dan udara dengan zat yang mengandung racun, bahan radio aktif,
barang tidak terpakai dan lainnya.

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN L.1-23


Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian

Hirarki Rencana
Rencana tata ruang kawasan pertambangan pasir laut dibuat pada lingkup nasional, provinsi dan
kabupaten/kota.
a. Rencana tata ruang kawasan pertambangan pasir laut nasional
Berisikan persebaran potensi dan arahan lokasi pertambangan pasir laut di seluruh provinsi dan
merupakan bagian dari Rencana Tata Ruang Kelautan Nasional dan Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional. Skala peta rencana ini adalah 1:1.000.000.
b. Rencana tata ruang kawasan pertambangan pasir laut provinsi
Berisikan persebaran potensi dan arahan lokasi di wilayah provinsi, dan sebagai koordinasi
perencanaan antar kabupaten/kota. Merupakan bagian dari Rencana Tata Ruang Pesisir dan
Pulau-pulau Kecil Wilayah Provinsi. Skala peta rencana 1:250.000
c. Rencana tata ruang kawasan pertambangan pasir laut kabupaten/kota
Merupakan rencana pemanfaatan ruang sebagai dasar bagi penetapan lokasi kawasan/zonasi
pertambangan pasir laut dalam wilayah Kabupaten. Skala peta rencanan 1:20.000 sampai
1:10.000.

Hirarki Pengembangan kawasan pertambangan berupa urutan kewenangan yang dimiliki oleh
pemerintah pusat, provinsi (tingkat I) dan kabupaten/kota (tingkat II) yang mengacu pada Pasal 4
Rancangan Undang-undang Pertambangan Umum.
Kewenangan Pemerintah dalam Pengelolaan Pertambangan pasir laut meliputi :
1. Pembuatan Kebijakan nasional
2. Pembuatan Peraturan perundang-undangan di bidang pertambangan umum dalam hal ini
komoditas pasir laut.
3. Pembuatan dan penetapan standarisasi nasional.
4. Pembuatan dan penetapan sistem perizinan pertambangan umum nasional.
5. Pengelolaaan pengusahaan dan pengawasan pertambangan pasir laut pada wilayah lintas
provinsi dan wilayah laut diluar 12 mil laut.
6. Penetapan tatacara pelaksanaan izin dan pengawasan pertambangan pasir laut pada wilayah
lintas provinsi dan wilayah laut di luar 12 mil laut.
7. Penetapan kebijakan pemasaran, pemanfaatan dan konservasi.
8. Penetapan kebijakan kerjasama dan kemitraan.
9. Penetapan kriteria kawasan pertambangan pasir laut.
10. Perumusan dan penetapan tarif iuran tetap dan iuran produksi yang menjadi bagian
pemerintah.
11. Pembinaaan dan pengawasan pelaksanaan pengelolaan dan penyusunan peraturan daerah
di bidang pertambangan pasir laut;
12. Pengelolaan informasi geologi, potansi bahan galian dan informasi pertambangan nasional.
13. Penyusunan neraca sumberdaya pasir laut tingkat nasional.

Kewenangan provinsi dalam pengelolaaan pertambangan pasir laut meliputi :


1. Penetapan kerja sama dan kemitraan di bidang pertambangan pasir laut.
2. Pembuatan peraturan perundang-undangan daerah di bidang pertambangan pasir laut.

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN L.1-24


Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian

3. Pengelolaan pengusahaan dan pengawasan Pertambangan pasir laut pada wilayah lintas
kabupatan/kota dan wilayah laut di luar sepertiga dari batas laut daerah provinsi.
4. Penetapan tata cara pelaksanaan pemberian izin pengawasan pertambangan pasir laut
pada wilayah lintas kabupaten/kota dan wilayah laut sepertiga dari batas laut daerah
provinsi.
5. Pengelolaan informasi geologi, potensi bahan galian pada wilayah lintas kabupaten /kota
dan informasi pertambangan di wilayah kabupaten /kota.
6. Penyusunan neraca sumber daya pasir laut tingkat provinsi

Kewenangan Kabupaten /kota diatur dalam pengelolaan pertambangan pasir laut meliputi :
1. Penetapan kerjasama dan kemitraan di bidang pertambangan pasir laut.
2. Pembuatan peraturan perundang-undangan daerah di bidang pertambangan pasir laut.
3. Pengelolaan pengusahaan dan pengawasan pertambangan pasir laut di wilayah kabupatan
/kota dan wilyah laut sampai dengan sepertiga dari batas laut daerah provinsi.
4. Penetapan tata cara pelaksanaan izin dan pengawasan pertambangan pasir laut di wilayah
kabupaten /kota dan wilayah laut sampai dengan sepertiga dari batas laut daerah provinsi.
5. Pengelolaan informasi geologi, potensi bahan galian informasi pertambangan di wilayah
kabupaten /kota.
6. Penyusunan neraca sumberdaya bahan galian tingkat kabupaten /kota.

6) Pertanian di Pesisir

Tabel L1.28. Parameter Kesesuaian Lahan Pertanian di Pesisir


Kriteria Kesesuaian Lahan
No. Kriteria
Baik Sedang Buruk

1. Kesuburan Tanah Tinggi sedang Rendah


2. Kelerengan dan keadaan <3% dan 80% dari <5 % dan 50% dari <8 % dan 40% dari
permukaan tanah wilayah rata wilayah rata wilayah rata
3. Kelas drainase Terhambat Agak terhambat Tidak terhambat
4. pH tanah lapisan atas (0 –30 cm) 5.5 – 7.4 <4.0 dan 7.5 – 8.0 < 3.5 & > 8.5

5. Banjir dan Genangan musian Tanpa < 2 km tanpa ada 2 – 7 km adanya


genangan genangan
permanen < 1m permanen >= 1 m
6. Batu-batu di kawasan Permukaan <5% 5 – 50 % >50 %
7. Zone agroklimat A1..A2. B1.B2 B3.C1.C2.C3 C3.D1.D2.D3
8. Ketinggian (Mdpl) < 500 500 - 750 750 – 1000
9. Daya hantar lis trik (m mhos/cm) <4 4-6 >6
Sumber : Manajemen Sumberdaya Pertanian, IPB (2003)

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN L.1-25


Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian

7) Permukiman di Pesisir
Tabel L1.29. Parameter Kesesuaian Permukiman di Pesisir

Kesesuaian
No Kesesuaian Satuan
Sesuai Cukup Sesuai Tidak Sesuai

1. Jarak dari sarana jalan m 200 200 – 500 >500


2. Jarak dari lahan gambut m ≥ 200 150 – 200 0-149
3. Jarak dari lahan rawa m ≥ 500 300 – 500 0 - 299
4. Kelerengan % ≤8 8 - 15 ≥ 15
5. Jarak dari daerah banjir m 500 300 – 500 0 - 300
6. Jarak dari daerah pasang surut m > 300 150 – 300 0 - 150
7. Sempadan pantai
- sungai besar m ≥ 100
- sungai kecil m > 50
- sungai di daerah permukiman m > 15
dibangun jalan inspeksi

Sumber Dit. TRLP3K 2005


8) Kawasan Industri
Tabel L1.30. Kriteria Pemilihan Lokasi Kawasan Industri
No Kriteria Pemilihan Lokasi Faktor Pertimbangan
1. Jarak ke Pusat Kota Minimal 10 Km
2. Jarak terhadap permukiman Minimal 2 (dua) km
3. Jaringan jalan yang melayani Arteri primer
4. Sistem jaringan yang melayani Jaringan listrik, Jaringan telekomunikasi, air
5. Prasarana angkutan Tersedia pelabuhan laut sebagai outlet ekspor-impor

6. Topografi / kemiringan tanah Maksimal 15%


7. Jarak terhadap sungai Maks 5 (lima) km dan terlayani sungai tipe C dan D
atau kelas III dan IV
8. Daya dukung lahan Sigma tanah : 0,7 – 1,0 kg/cm2
9. Kesuburan tanah Relatif tidak subur (non-irigasi teknis)
10. Peruntukan lahan Non-Pertanian, Non-Permukiman, Non-Konservasi
11. Ketersediaan lahan Minimal 50 Ha
12. Harga lahan Relatif (bukan merupakan lahan dengan harga yang
tinggi di daerah tersebut)
13. Orientasi lokasi Aksessibilitas tinggi, Dekat dengan potensi tenaga
kerja
14. Multiplier Effects Bangkitan lalulintas = 5,5 smp/ha/hari, Kebutuhan
lahan industri dan multiplier-nya = 2 x luas
perencanaan KI, Kebutuhan rumah (1,5 TK ~ 1 KK),
Kebutuhan Fasum dan Fasos
Sumber : Pedoman Teknis Kawasan Industri, Kementerian Perindustrian, 2010

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN L.1-26


Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN L.1-27


Lampiran 3. Tabel Pernyataan dan Peraturan Pemanfaatan Ruang

Tabel L3.1. Contoh Pernyataan dan Peraturan Pemanfaatan Ruang

RZWP-3-K Provinsi : Posisi Geografis Aktivitas yg


Aktivitas yg
…………………………………………………………………………… Lon (X) Lat (Y) Lokasi Luas tidak
diperbolehkan
diperbolehkan
Rencana Alokasi Ruang
1). KAWASAN PEMANFAATAN UMUM
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
Zona
Perikanan Budidaya
Perikanan Tangkap
Pariwisata
Pelabuhan
Pertambangan
dll....
2). KAWASAN KONSERVASI
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
Kategori Kawasan Zona
Kawasan Konservasi Pesisir
dan Pulau-Pulau kecil
(KKP3K)
Kawasan Konservasi
Maritim (KKM)
Kawasan Konservasi
Perairan (KKP)
Sempadan pantai
3). ALUR
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN L.3-1


Lampiran 3. Tabel Pernyataan dan Peraturan Pemanfaatan Ruang

RZWP-3-K Provinsi : Posisi Geografis Aktivitas yg


Aktivitas yg
…………………………………………………………………………… Lon (X) Lat (Y) Lokasi Luas tidak
diperbolehkan
diperbolehkan
Kategori Kawasan
Alur pipa dan kabel
Alur pelayaran
Alur migrasi biota
4). KAWASAN STRATEGIS NASIONAL TERTENTU
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
Kategori Kawasan
Instalasi Militer
Perbatasan dan PPK terluar
Situs warisan dunia
Habitat Biota Endemik

Nilai-Nilai Utama Zona / Sub : …………………………………………………………


Zona
Prioritas utama untuk : ...……………………………………………………...
Pembangunan 5 tahun
kedepan
Isu-isu perencanaan : ………………………………………………………….
strategis 5 tahun kedepan
Kebutuhan Pengendalian : …………………………………………………………..
Ruang

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN L.3-2


Lampiran 3. Contoh Indikasi Program

Tabel L5. 1 Contoh Indikasi Program

TAHAP I TAHAP II TAHAP III TAHAP IV


Sumber Instansi
No Program Utama Lokasi (Tahun ke) (Tahun ke) (Tahun ke) (Tahun ke)
Dana Pelaksana
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
A. RENCANA KAWASAN KONSERVASI
1. TPPKD dan SAP
a. Penetapan TPPKDD 5 Lokasi APBN, APBD DKP, KemKP
TPPKD
Penyusunan Rencana Pengelolaan TPPKD & APBN, APBD DKP, KemKP,
b. Lokasi KKPD
SAP LSM LSM
dan SAP
c. Penataan batas TPPKD dan SAP
dll
2. Sempadan Pantai
a. Identifikasi pantai – pantai rawan abrasi dan Seluruh DKP, DisLH
APBN, APBD
rawan tsunami Kecamatan Kem KP
b. Pantai DisPUDis LH
Pembangunan struktur buatan/alami untuk
rawan abrasi APBN, APBD Kem PU
penanggulangan abrasi dan tsunami
& tsunami KemKP
c. Seluruh DKP, DisPU
Penataan lingkungan pantai APBD
Kecamatan Bappeda
dll
B. RENCANA KAWASAN PEMANFAATAN UMUM
1. Zona Perikanan Tangkap
Sosialisasi aturan alat tangkap, besar armada Seluruh
a. APBN, APBD DKP, KemKP
pada jalur penangkapan ikan Kecamatan
b. Studi kelayakan pembangunan PPI dan TPI DKP, DisPU
APBN, APBD,
Pembangunan PPI dan TPI dan sarana Pulau X Kem KP,
c. swasta
prasarana pendukungnya swasta
dll
2. Zona Perikanan Budidaya
DKP,
a. Pembangunan Balai Benih Ikan Pulau Y APBN, APBD
Kem KP
Sentra2x DKP,
b. Pemberdayaan keluarga pembudidaya APBN, APBD
Budidaya Kem KP

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN L.3-1


Lampiran 3. Contoh Indikasi Program

TAHAP I TAHAP II TAHAP III TAHAP IV


Sumber Instansi
No Program Utama Lokasi (Tahun ke) (Tahun ke) (Tahun ke) (Tahun ke)
Dana Pelaksana
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Sentra DKP,
c. Peningkatan ketrampilan pembudidaya APBN, APBD
Budidaya Kem KP
dll
C. RENCANA ALUR LAUT
DKP, LIPI,
Penelitian identifikasi jenis – jenis ikan yang Alur migrasi APBN, APBD
a. BPPT, LSM
bermigrasi dan polanya biota LSM
KemKP,
Pengembangan sistem pengawasan dan Alur migrasi APBN, APBD DKP, LSM
b.
monitoring alur migrasi biota biota LSM KemKP,
Identifikasi kondisi sarana prasarana Seluruh DisHub, Dis
c. APBN, APBD
pelabuhan lokal dan dermaga wisata Kabupaten Par
dll
D. RENCANA KAWASAN STRATEGIS
1. KSNT
Sosialisasi koordinat-koordinat batas
a.
Negara/wilayah
TNI, Polair,
Pemasangan dan pemeliharaan rambu dan Pulau A,B,C APBN, APBD
b. DKP, Kem KP
tanda batas Negara/wilayah
c. Melakukan pengawasan batas Negara/wlayah
dll
2. Kawasan Minapolitan
a. Sosialisasi pengembangan minapolitan
DKP,
temu usaha/kemitraan pemngembangan
b. Kawasan APBN, APBD, Kem KP,
minapolitan
Minapolitan Swasta Swasta,
pengembangan sarana-prasarana pendukung
c. Disprindag
minapolitan
dll

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN L.3-2


Lampiran 4. Sistematika Dokumen Final RZWP3K Provinsi

Tabel L4. 1 Sistematika Dokumen Final RZWP3K Provinsi

BAB URAIAN MUATAN

I Pendahuluan 1) Dasar Hukum Penyusunan RZWP3K;


2) Profil Wilayah;
3) Isu-isu Strategis Wilayah; dan
4) Peta-peta yang minimal mencakup peta orientasi wilayah
II Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 1) Tujuan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Provinsi;
Provinsi dan
2) Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil Provinsi.
III Deskripsi Potensi Sumberdaya Pesisir dan Pulau-pulau Kecil dan Kegiatan 1. Deskripsi mengenai potensi 12 data set beserta peta-peta
Pemanfaatan tematiknya; dan
2. Deskripsi kegiatan pemanfaatan eksistingnya.
IV Rencana Alokasi Ruang Rencana alokasi ruang, meliputi :
1. Kawasan Pemanfaatan Umum
2. Kawasan Konservasi
3. Kawasan Strategis Nasional Tertentu
4. Alur Laut
Rencana alokasi ruang dijabarkan ke dalam zona dan arahan pemanfaatan
untuk setiap zona pada masing-masing kawasan.
V Peraturan Pemanfaatan Ruang Pengaturan pemanfaatan ruang WP3K, meliputi pernyataan kawasan/zona
terdiri dari kegiatan yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan serta
kegiatan yang hanya dapat dilakukan setelah memperoleh izin.
VI Indikasi Program Tabel indikasi program utama jangka panjang yang dirinci pada program
jangka menengah 5 (lima) tahunan kabupaten, yang mencakup indikasi
program utama, lokasi, besaran, waktu pelaksanaan, perkiraan
pembiayaan, sumber dana, kelembagaan, dan instansi pelaksana
VII Album Peta Tematik dan Album Peta RZWP-3-K Album peta terdiri dari:
1. Peta-peta tematik
2. Peta RZWP3K Skala 1 : 250.000
VIII Draft Rancangan Perda RZWP-3-K

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN L.4-1


Lampiran 5. Outline Laporan Akhir RZWP3K Provinsi

Tabel L3. 1 Outline Laporan Akhir RZWP3K Provinsi

SUB
BAB URAIAN ISI KETERANGAN
BAB

I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Uraian mengenai sedikit gambaran umum wilayah perencanaan, isu,
potensi, dan isu permasalahan, serta perlunya disusun RZWP3K di
wilayah perencanaan.
1.2 Maksud, Tujuan dan Sasaran Maksud, tujuan dan sasaran Penyusunan Rencana Zonasi WP-3-K
1.3 Landasan Hukum Penyusunan RZWP-3-K Daftar Peraturan perundang-undangan yang berlaku, seperti UU,
Permen, Perda, dll.
1.4 Ruang Lingkup:
1.4.1. Ruang lingkup wilayah perencanaan Ruang lingkup wilayah perencanaan merupakan batasan (delineasi)
wilayah perencanaan. Disertai peta wilayah perencanaan.
1.4.2. Ruang lingkup materi dokumen Ruang lingkup materi dokumen RZWP3K berisi garis besar substansi
RZWP-3-K yang ada di dokumen RZWP-3-K.
1.5 Output Berisi penjelasan keluaran (output) yang dihasilkan dalam
penyusunan RZWP3K
1.6 Sistematika Laporan Penjelasan singkat sistematika atau outline laporan akhir pada setiap
Bab

II Tinjauan Kebijakan 2.1 Kebijakan Non Spasial Pada bab ini diuraikan tinjauan kebijakan non spasial yang dijadikan
bahan rujukan kegiatan RZWP-3-K, yaitu :
a. Kebijakan strategis
b. UU, PP, Permen, Kepmen, Perda
c. RPJPD
d. Dokumen Renstra WP3K (jika sudah ada)
e. dll
2.2 Kebijakan Spasial Pada bab ini diuraikan tinjauan kebijakan spasial yang dijadikan
bahan rujukan kegiatan RZWP-3-K, yaitu :
a. RTRW Nasional/Provinsi/Kabupaten/Kota
b. dll

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN L.5-1


Lampiran 5. Outline Laporan Akhir RZWP3K Provinsi

SUB
BAB URAIAN ISI KETERANGAN
BAB

III Metodologi 3.1 Metodologi Penyusunan RZWP3K Menjabarkan dan membuat alur INPUT – PROSES – OUTPUT terdiri
dari:
1) Kerangka Alur Proses Kegiatan dan
2) Kerangka Pikir Substansi
3.2 Pengumpulan Data Berisi penjelasan Data dan informasi yang dibutuhkan dalam
penyusunan peta rencana zonasi, terdiri atas 12 Datasets :
A. Baseline Datasets :
1. Terestrial
2. Batimetri
B. Thematic Datasets :
1. Geologi dan Geomorfologi
2. Oseanografi
3. Penggunaan Lahan, Status Kepemilikan Lahan, RTRW
4. Pemanfaatan Wilayah Laut
5. Kesesuaian Lahan/Perairan dan Sumberdaya Air
6. Ekosistem Pesisir dan Sumberdaya Ikan
7. Infrastruktur
8. Demografi dan Sosial
9. Ekonomi Wilayah
10.Risiko Bencana
3.3 Analisis Menjabarkan metode analisis yang dipakai dalam menganalisis 12
data set

IV Profil Wilayah Pesisir 4.1 Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Penjabaran terhadap letak geografis wilayah, kondisi demografi,
dan Pulau-pulau Kecil sosial ekonomi makro, arah kebijakan pembangunan, kontribusi
sektoral terhadap PAD, arahan struktur dan pola ruang.
Disertai dengan peta-peta:
- Orientasi wilayah
- Sebaran kepadatan penduduk per kabupaten dan kecamatan

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN L.5-2


Lampiran 5. Outline Laporan Akhir RZWP3K Provinsi

SUB
BAB URAIAN ISI KETERANGAN
BAB
- Rencana Pola Ruang dalam RTRW
- Rencana Struktur Ruang dalam RTRW

Selain itu juga menggambarkan kondisi wilayah pesisir yang meliputi


gambaran umum kondisi eksisting daerah, berisi deskripsi umum,
sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil, pola penggunan lahan
dan perairan, serta kondisi sosial budaya dan ekonomi. Hal-hal yang
terkait antara lain:
- luas Perairan,
- panjang garis pantai,
- jumlah pulau-pulau kecil,
- jumlah administrasi kecamatan pesisir,
- luasan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil,
- pulau yang berpenghuni dan tidak berpenghuni,
- pemanfaatan ruang saat ini di WP-3-K
4.2 Gambaran Fisik, Sosial, Budaya dan Ekonomi Gambaran eksisting terhadap 12 Datasets yang ada.
Wilayah

V Deskripsi Potensi 5.1 Deskripsi potensi sumberdaya Pesisir Dan - Berisi deskripsi mengenai potensi 12 dataset sumberdaya
Sumberdaya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dilakukan untuk mengetahui potensi sumberdaya saat ini
Pulau-pulau Kecil dan (eksisting) berdasarkan peta tematik yang telah disusun.
Kegiatan Pemanfaatan Potensi sumberdaya yang dideskripsikan antara lain
potensi sebaran ikan, potensi ekosistem pesisir, potensi
pariwisata, potensi pertambangan, dll.
5.2 Deskripsi Pemanfaatan Sumberdaya - Berisi deskripsi meliputi deskripsi terhadap potensi
Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil kegiatan-kegiatan pemanfaatan sumberdaya di masa lalu
dan saat ini (eksisting) yang terdiri dari rona-rona dan
fasilitas yang terkait dengan pemanfaatan sumberdaya
alam (penangkapan ikan, budidaya perairan, pertanian,
penambangan, kehutanan, wisata, habitat cagar alam laut,

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN L.5-3


Lampiran 5. Outline Laporan Akhir RZWP3K Provinsi

SUB
BAB URAIAN ISI KETERANGAN
BAB
kapabilitas sumberdaya), pelabuhan, lokasi-lokasi industri,
lokasi-lokasi pemukiman dan perkotaan, serta fasilitas
wisata.

VI Analisis Wilayah 6.1 Analisis Kebijakan dan Kewilayahan - Menganalisis tinjauan kebijakan yang dijadikan bahan rujukan
Perencanaan kegiatan RZWP-3-K, yaitu :
a. RTRW
b. RPJPD
c. Dokumen Renstra WP3K (kalau sudah ada)
- Menganalisis konflik kepentingan yang terjadi di
provinsi/kabupaten/kota yang bersangkutan
6.2 Analisis Sosial dan Budaya Analisis untuk mengetahui kondisi masyarakat dari sisi struktur dan
komposisi penduduk dan sisi sosial, budaya, dan agama
6.3 Analisis Infrastruktur Analisis untuk mengetahui sebaran infrastruktur yang ada, sebagai
data dasar dalam pengembangan struktur wilayah dan acuan dalam
analisis proyeksi kebutuhan sarana dan prasarana kelautan dan
perikanan.
6.4 Analisis Ekonomi Wilayah Analisis untuk mengetahui kondisi perekonomian masyarakat,
struktur ekonomi dan pola distribusi perkembangan wilayah, sektor
basis, komoditas unggulan dan pertumbuhan pusat-pusat kegiatan di
wilayah kajian
6.5 Analisis Daya Dukung Wilayah Analisis untuk mengetahui daya tampung maksimum lingkungan
yang dapat diberdayakan manusia
6.6 Analisis Risiko Bencana Analisis untuk mengetahui kerawanan dan risiko bencana yang dapat
dilakukan dengan menggunakan metode GIS, pemodelan, dan
identifikasi lokasi secara langsung di lapangan. Data sekunder
kerawanan dan risiko bencana dapat diperoleh dari instansi yang
terkait.

VII Rencana Zonasi 7.1 Tujuan, Kebijakan dan Strategi Berisi tujuan yang ingin dicapai dengan disusunnya RZWP3K,

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN L.5-4


Lampiran 5. Outline Laporan Akhir RZWP3K Provinsi

SUB
BAB URAIAN ISI KETERANGAN
BAB
Wilayah Pesisir dan Pengembangan Kebijakan dan strategi secara umum terhadap penyusunan rencana
Pulau-pulau Kecil zonasi.
7.2 Rencana Alokasi Ruang
a. Kawasan Pemanfaatan Umum
b. Kawasan Konservasi
c. Kawasan Strategis Nasional Tertentu
d. Alur Laut
7.3 Arahan, Pernyataan, dan Peraturan Berisi arahan dan pernyataan pemanfaatan ruang pada masing2
Pemanfaatan Ruang kawasan:
a. Arahan Pemanfaatan Ruang Kawasan Pemanfaatan Umum
b. Arahan Pemanfaatan Ruang Kawasan Konservasi
c. Arahan Pemanfaatan Ruang Kawasan Strategis Nasional Tertentu
d. Arahan Pemanfaatan Ruang Alur
Pada bagian ini setiap arahan pemanfaatan ruang pada Rencana
Alokasi Ruang dituliskan peraturan pemanfaatan ruang untuk
kegiatan yang diperbolehkan, kegiatan yang tidak diperbolehkan,
dan kegiatan yang dibatasi dan kegiatan yang hanya dapat dilakukan
setelah memperoleh izin.
Arahan pemanfaatan ruang dapat dibuat tabel atau dapat dirinci
secara tertulis
7.4. Rekomendasi dan Harmonisasi RZWP-3-K Berisi rekomendasi terhadap RTRW dan peraturan lainnya dalam
dengan RTRW rangka penyerasian, penyelarasan, dan penyeimbangan

VIII Indikasi Program Penjabaran indikasi program utama dalam jangka waktu
perencanaan 5 tahunan sampai akhir tahun perencanaan 20 tahun.

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN L.5-5


Contoh. Berita Acara Konsultasi Publik

BERITA ACARA KONSULTASI PUBLIK


PENYUSUNAN RENCANA ZONASI WILAYAH PESISIR
DAN PULAU-PULAU KECIL (RZWP-3-K)
PROVINSI
Nomor : ..................................................

Pada hari ini ........., tanggal ........., bulan........., tahun ........., kami yang bertanda tangan di bawah
ini, telah mengadakan Rapat Konsultasi Publik ke-...... terhadap Dokumen ............ Rencana Zonasi
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Provinsi ..........

Berdasarkan hasil rapat tersebut, disepakati tanggapan/saran/masukan terhadap Dokumen ...........


Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Provinsi ............sebagai berikut:
1. ....................................................
2. ....................................................
3. ....................................................
4. ....................................................

Untuk perbaikan Dokumen ............. Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Provinsi
..................... sehingga secara substantif sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 27 Tahun
2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor 16 Tahun 2008 tentang Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-
pulau Kecil, Pedoman Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
Kabupaten/Kota, dan peraturan perundang-undangan bidang perencanaan pengelolaan wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil lainnya.

Secara rinci masukan/saran perbaikan Dokumen .................. Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil Provinsi............. tercantum dalam tabel pada lampiran Berita Acara ini.

Demikian Berita Acara ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

.................., ......................

Pimpinan Rapat,

Nama :...............................
Jabatan/NIP: ....................

Lampiran :
1. TANDA TANGAN PESERTA KONSULTASI PUBLIK KE-........
2. MASUKAN/SARAN PERBAIKAN DOKUMEN

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN L.6-1


Contoh Konsep Surat Permohonan Tanggapan dan/ Saran

GUBERNUR......................
.................., ....................201......

Nomor :
Lampiran : 1 (satu) berkas
Perihal : Permohonan Tanggapan dan/Saran Terhadap Dokumen Final Rencana Zonasi
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Provinsi...................

Kepada Yth.

1. Menteri Kelautan dan Perikanan

2. Bupati/Walikota...........................

di-
....................................

Dalam rangka Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (WP-3-K), Provinsi............
telah menyusun dokumen final Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K)
Provinsi....... Dokumen tersebut telah mendapat kesepakatan di daerah.
Sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-Undang No. 27 Tahun 2007 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil pasal 14 ayat (4), dokumen final Rencana Zonasi
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K) perlu mendapat tanggapan dan/atau saran dari
Menteri yang bertanggung jawab di bidang kelautan dan perikanan. Pada kesempatan ini kami
memohon tanggapan dan/ atau saran dari Saudara Menteri terhadap dokumen final RZWP-3-K
Provinsi.....................
Demikian disampaikan, atas perhatiannya kami menyampaikan terimakasih.

Gubernur..........................

.................................................

Tembusan Kepada Yth. :


1. Ketua BKPRN
2. Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas
3. Ketua DPRD Provinsi ..........................
4. Ketua BKPRD Provinsi ..........................
5. Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, KKP
6. Direktur Tata Ruang Laut Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, KKP

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN L.7-1


Lampiran 8. Contoh TOR RZWP-3-K

KERANGKA ACUAN KERJA

DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL


KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
DIREKTORAT TATA RUANG LAUT, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

PENYUSUNAN RENCANA ZONASI


WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL
DI PROVINSI.............

2013

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN L.8-1


Lampiran 8. Contoh TOR RZWP-3-K

KERANGKA ACUAN KERJA


PENYUSUNAN RENCANA ZONASI WILAYAH PESISIR
DAN PULAU-PULAU KECIL PROVINSI

1. Latar Belakang
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia dikenal pula sebagai negara
2 2
maritim dengan luas lautan mencapai 5,8 juta km yang terdiri dari perairan territorial 3,1 juta km
2
dan ZEE Indonesia 2,7 km . Wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Indonesia terdiri dari 17.504
buah pulau dan panjang pantai mencapai 95.181 km (KKP, 2011). Kondisi ini merupakan
anugrah yang sangat besar bagi pembangunan perikanan dan kelautan. Disamping itu,
sumberdaya ikan yang hidup di wilayah perairan Indonesia memiliki tingkat keragaman hayati
(bio-diversity) sangat tinggi, dan bahkan laut Indonesia merupakan wilayah Marine Mega-
Biodiversity terbesar di dunia, yang memiliki sekitar 8.500 species ikan, 555 species rumput laut
dan 950 species biota terumbu karang. Sumberdaya ikan tersebut meliputi 37 persen dari
species ikan di dunia. Disamping sumberdaya dapat pulih sebagaimana dikemukakan di atas,
perairan laut Indonesia juga memiliki sumberdaya tidak pulih seperti mineral (minyak, gas dan
lain sebagainya) serta jasa-jasa lingkungan seperti sumber energi yang berasal dari arus pasang
surut, gelombang, perbedaan salinitas, angin dan perbedaan suhu air laut di lapisan permukaan
dan lapisan dalam perairan yang dikenal dengan ocean thermal energy convertion (OTEC).
Kondisi ini selanjutnya menjadikan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil sangat potensial untuk
dikembangkan berbagai kegiatan. Potensi sumberdaya kelautan, seperti minyak dan gas,
meneral dan energi, perhubungan laut, industry maritim, dan industri jasa seperti pariwisata serta
perikanan yang terdiri dari perikanan tangkap dan budidaya sangat potensial untuk
pembangunan ekonomi nasional.
Akan tetapi, dalam pemanfaatan dan pengolahan sumber daya alam tersebut masih
belum optimal dan kurang tepat sasaran. Disamping wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang
rentan terhadap perubahan lingkungan, bencana alam, dan perubahan iklim, juga banyaknya
konflik pemanfaatan ruang dan kerusakan habitat yang diakibatkan oleh ulah manusia.
Untuk itu, wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil perlu dikelola secara terpadu dalam
rangka mewujudkn tata ruang wilayah yang aman, nyaman dan produktif, agar diperoleh
manfaat baik dari segi lingkungan, ekonomi, sosial, dan budaya.
Keberadaan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah
Pulau-Pulau Kecil dan Pulau-Pulau Kecil jo Undang-Undang No. 1 Tahun 2014 mengamanatkan
bahwa dalam rangka pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, yang didalamnya
meliputi kegiatan perencanaan, pemanfaatan, pengawasan dan pengendalian, memerlukan
upaya yang sistematis dan terukur agar dapat mengoptimalkan potensi wilayahnya demi
kesejahteraan masyarakat.
Pengelolaan WP3K dilaksanakan dengan tujuan :
a. melindungi, mengonservasi, merehabilitasi, memanfaatkan, dan memperkaya Sumber Daya
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil serta sistem ekologisnya secara berkelanjutan;
b. menciptakan keharmonisan dan sinergi antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam
pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;
c. memperkuat peran serta masyarakat dan lembaga pemerintah serta mendorong inisiasif
masyarakat dalam pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil agar tercapai
keadilan, keseimbangan, dan keberlanjutan; dan
d. meningkatkan nilai sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat melalui peran serta masyarakat
dalam pemanfaatan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
Dalam UU No 27 Tahun 2007 jo Undang-Undang No. 1 Tahun 2014 pasal 7 ayat (3),
memandatkan kepada Pemerintah Daerah untuk menyusun semua dokumen perencanaan
sesuai dengan kewenangan masing-masing. Salah satu perencanaan yang wajib disusun adalah

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN L.8-2


Lampiran 8. Contoh TOR RZWP-3-K

perencanaan spasial yang berupa Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
(RZWP-3-K), yang berfungsi sebagai arahan pemanfaatan bagi berbagai kegiatan berbasiskan
pada sumberdaya di wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil.

2. Maksud dan Tujuan


Maksud yang ingin dicapai dari kegiatan ini adalah menyusun dokumen Rencana Zonasi
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K) Provinsi.
Tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan ini adalah :
 Melakukan identifikasi potensi sumberdaya alam, sumberdaya fisik, dan sumberdaya
manusia, serta kendala pemanfaatan sumberdaya alam
 Memformulasikan tujuan, kebijakan dan strategi pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-
pulau kecil
 Menyusun rencana alokasi ruang RZWP-3-K
 Menyusun peta dasar, peta-peta tematik, dan peta RZWP-3-K
 Menyusun peraturan pemanfaatan ruang
 Memformulasikan indikasi program
 Menyusun Dokumen Awal, Dokumen Antara, dan Dokumen Final RZWP3-K
 Menyusun Ranperda RZWP3K
(Disesuaikan dengan fokus pekerjaan, apakah sampai dengan tahap dokumen awal, dokumen
antara, atau dokumen final.)

3. Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai dari kegiatan ini antara lain :
a. teridentifikasinya potensi dan permasalahan wilayah
b. terformulasikannya tujuan, kebijakan, dan strategi pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-
pulau kecil
c. tersusunnya rencana alokasi ruang
d. tersusunnya peta-peta tematik dan peta RZWP-3-K
e. tersusunnya peraturan pemanfaatan ruang
f. terformulasikannya indikasi program
g. tersusunnya Dokumen Awal, Dokumen Antara, dan Dokumen Final RZWP3-K
h. tersusunnya Ranperda RZWP3K

4. Lokasi Kegiatan
Wilayah perencanaan kegiatan Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil Provinsi adalah ke arah darat adalah Kecamatan Pesisir dan ke arah laut hingga batas
wilayah pengelolaan perairan Provinsi sejauh 12 mil laut.

5. Sumber Pendanaan
(Besarnya anggaran disesuaikan dengan fokus pekerjaan.)

6. Landasan Hukum
1. UU No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya;
2. UU No 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;
3. UU No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
4. UU No 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas UU No 31 Tahun 2004 tentang Perikanan;
5. UU No 1 Tahun 2014 tentang Perubahan atas UU No 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;
6. PP No 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan;
7. PP No 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang;
8. PP No 64 Tahun 2010 tentang Mitigasi Bencana di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;
9. PP No 8 Tahun 2013 tentang Ketelitian Peta Rencana Tata Ruang;
10. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.PER.16/ MEN/2008 tentang Perencanaan
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;
11. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.PER.17/MEN/2008 tentang Kawasan
Konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;
12. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.PER.8/MEN/2012 tentang Kepelabuhanan
Perikanan;

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN L.8-3


Lampiran 8. Contoh TOR RZWP-3-K

13. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.PER.18/MEN/2013 tentang Perubahan


Ketiga atas Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.PER.2/MEN/2011 tentang Jalur
Penangkapan Ikan dan Penempatan Alat Penangkapan Ikan dan Alat Bantu Penangkapan
Ikan di Wilayah Pengeloaan Perikanan Negara Republik Indonesia.

7. Studi-Studi Terdahulu
Studi-studi yang telah dilakukan, antara lain :
1) RTRW Provinsi
2) RPJPD Kabupaten/Kota
3) RTRW Kabupaten/Kota
4) dll

8. Ruang Lingkup Pekerjaan


Tahapan pelaksanaan kegiatan penyusunan RZWP-3-K adalah sebagai berikut:
8.1. Persiapan
1) Penyiapan personil dalam tim kerja (tenaga ahli dan tenaga pendukung sesuai dengan
tata laksana personil).
2) Penyiapan administrasi.
3) Studi literatur sebagai awal atau referensi untuk pelaksanaan kegiatan.
4) Penyusunan rencana kerja
- Jadwal pekerjaan
- Metode pengumpulan data/survei lapangan berdasarkan Peta RBI, LPI, Peta Laut
Dishidros TNI AL, dan Citra Satelit di wilayah perencanaan.
- Peta rencana lokasi sampling

8.2. Pengumpulan Data Sekunder


Data sekunder yang dikumpulkan, meliputi :
1. Data terestrial (diambil dari Dokumen RTRW)
a. Peta topografi
b. Peta kemiringan lereng
c. Peta tanah
2. Data Bathimetri
3. Data geologi dan geomorfologi laut
4. Data ekosistem pesisir dan kelimpahan sumberdaya ikan
a. Data ekosistem pesisir (terumbu karang, mangrove, lamun)
b. Data kelimpahan sumberdaya ikan
5. Data penggunaan lahan dan status lahan
a. Status (kepemilikan) Lahan (tanah negara, bukan tanah negara,dll)
6. Data pemanfaatan wilayah laut eksisting (misalnya perikanan budidaya, perikanan
tangkap, pariwisata, pertambangan, pelabuhan, alur pelayaran, alur biota, kawasan
konservasi)
7. Data sumberdaya air
8. Data infrastruktur
9. Data sosial dan budaya
a. Jumlah penduduk
b. Jumlah tenaga kerja
c. Kepadatan penduduk
d. Proyeksi pertumbuhan penduduk
e. Mata pencaharian penduduk
f. Jumlah nelayan dan dan pembudidaya ikan per kecamatan
g. wilayah masyarakat hukum adat
h. wilayah penangkapan ikan secara tradisional
i. kondisi dan karakteristik masyarakat setempat termasuk tempat suci dan
kegiatan peribadatannya
j. aktifitas/ritual keagamaan, situs cagar budaya.
10. Data ekonomi wilayah
a. PDRB
b. Pendapatan per kapita
c. Angkatan kerja dan tingkat pengangguran

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN L.8-4


Lampiran 8. Contoh TOR RZWP-3-K

d. Laju pertumbuhan ekonomi sektoral dan kabupaten


e. Komoditi unggulan
f. Kegiatan perekonomian perikanan dan kelautan
g. Produksi perikanan
11. Data resiko bencana dan pencemaran
a. Jenis, lokasi, batas riwayat kebencanaan, tingkat kerusakan dan kerugian
bencana
b. Sumber dan lokasi pencemaran
12. Rencana Struktur dan Pola Ruang Wilayah dari RTRW Provinsi
13. Rencana Struktur dan Pola Ruang Wilayah dari RTRW Kabupaten/Kota

Apabila data tersebut masih dalam bentuk hardcopy (analog), format gambar (jpg, pdf, tif,
ppt) harus dikonversi ke dalam format standar (shapefile).

8.3. Perumusan Tujuan, Kebijakan, dan Strategi


Tujuan, kebijakan, dan strategi diadopsi dari Tujuan, kebijakan, dan strategi yang tertuang
dalam dokumen RSWP-3-K. Apabila belum ada, maka harus merumuskan Tujuan,
kebijakan, dan strategi Pengelolaan WP-3-K melalui FGD. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi
pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi merupakan terjemahan dari visi
dan misi pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil pengembangan provinsi untuk
mencapai kondisi ideal pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi yang
diharapkan.

1. Tujuan
Tujuan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi merupakan arahan
perwujudan alokasi ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi yang ingin
dicapai pada masa yang akan datang (20 tahun).

Tujuan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi memiliki fungsi:
1) sebagai dasar untuk memformulasikan kebijakan dan strategi RZWP-3-K provinsi;
2) memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama RZWP-3-K provinsi;
dan
3) sebagai dasar penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi.

Tujuan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi dirumuskan


berdasarkan:
1) visi dan misi pembangunan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi;
2) karakteristik wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi;
3) isu strategis; dan
4) kondisi objektif yang diinginkan.
Tujuan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi dirumuskan dengan
kriteria:
1) tidak bertentangan dengan tujuan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
nasional;
2) jelas dan dapat tercapai sesuai jangka waktu perencanaan; dan
3) tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

2. Kebijakan
Kebijakan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi merupakan arah
tindakan yang harus ditetapkan untuk mencapai tujuan pengelolaan wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil provinsi.

Kebijakan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi berfungsi sebagai:
1) sebagai dasar untuk memformulasikan strategi pengelolaan wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil provinsi;

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN L.8-5


Lampiran 8. Contoh TOR RZWP-3-K

2) sebagai dasar untuk merumuskan alokasi ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil;
3) memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama pengelolaan wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi; dan
4) sebagai dasar penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil.

Kebijakan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi dirumuskan


berdasarkan:
1) tujuan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi;
2) karakteristik wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi;
3) kapasitas sumber daya wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi dalam
mewujudkan tujuan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil; dan
4) ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.

Kebijakan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi dirumuskan dengan
kriteria:
1) mengakomodasi kebijakan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
nasional dan provinsi yang berlaku pada wilayah provinsi bersangkutan;
2) jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan pada
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi bersangkutan;
3) mampu menjawab isu-isu strategis baik yang ada sekarang maupun yang
diperkirakan akan timbul di masa yang akan datang; dan
4) tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

3. Strategi
Strategi pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi merupakan
penjabaran kebijakan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi ke
dalam langkah-langkah operasional untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Strategi pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi berfungsi:
1) sebagai dasar untuk penyusunan rencana alokasi ruang, dan penetapan kawasan
strategis provinsi;
2) memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama dalam RZWP-3-K
provinsi; dan
3) sebagai dasar dalam penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi.

Strategi pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi dirumuskan


berdasarkan:
1) kebijakan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil wilayah provinsi;
2) kapasitas sumber daya wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi dalam
melaksanakan kebijakan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil; dan
3) ketentuan peraturan perundang-undangan.

Strategi pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil wilayah provinsi dirumuskan
dengan kriteria:
1) memiliki kaitan logis dengan kebijakan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil;
2) tidak bertentangan dengan tujuan, kebijakan, dan strategi pengelolaan wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil nasional;
3) jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan pada
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi bersangkutan secara efisien dan
efektif;
4) harus dapat dijabarkan secara spasial dalam rencana alokasi ruang wilayah pesisir
dan pulau-pulau kecil provinsi; dan

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN L.8-6


Lampiran 8. Contoh TOR RZWP-3-K

5) tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

8.4. Survey Lapangan


Survei lapangan dilaksanakan dalam rangka pengumpulan data sekunder dan primer yang
belum tersedia, serta validasi terhadap data sekunder yang sudah terkumpul sebelumnya.
Adapun jenis data primer yang dikumpulkan, antara lain :
1). Teresterial / topografi
Terestrial
Peta tanah umumnya sudah ada di peta RTRW sehingga apabila peta RTRW sudah
tersedia, maka tidak perlu dilakukan analisis pemetaan tanah di lokasi perencanaan.
Topografi
Pemetaan topografi suatu wilayah dimaksudkan untuk mengetahui kondisi relief atau
kelerengan dan ketinggian tempat di atas permukaan laut.
Peta topografi umumnya dapat diperoleh dari instansi terkait (diturunkan dari peta
Rupabumi skala 1 : 250.000 untuk kabupaten). Apabila peta topografi untuk skala
tertentu tidak tersedia, perlu dilakukan survei lapangan.
Beberapa metode pengukuran kemiringan lereng, yaitu :
1. Metode Went Worth
Peta Kemiringan Lereng dapat diperoleh melalui perhitungan dari peta topografi
menggunakan rumus “Went-Worth” yaitu pada peta topografi yang menjadi dasar
pembuatan peta kemiringan lereng dengan dibuat grid atau jaring-jaring berukuran
1 cm kemudian masing-masing bujur sangkar dibuat garis horizontal. Dengan
mengetahui jumlah konturnya dan perbedaan tinggi kontur yang memotong garis
horizontal tersebut, dapat ditentukan kemiringan atau sudut lereng.
2. Metode Terestris
Pengukuran topografi dilakukan dilapangan dilakukan dengan menggunakan
peralatan ukur seperti : Theodolit, Waterpass, GPS, dan Total Station.
3. Metode pemodelan Digital Elevasi Model (DEM)
Informasi topografi yang diwakili oleh bentuk relief dan kemiringan lereng dapat
diperoleh melalui pemodelan DEM. Data DEM diolah melalui analisis kontur
permukan bumi yang diperoleh dari peta rupabumi.

2). Bathimetri
Pengumpulan data bathimetri dimaksudkan sebagai data dasar dalam menganalisis
kedalaman perairan laut. Metode penentuan lokasi survei dan pengukuran dengan
menggunakan metode pemeruman, yaitu penentuan lokasi ditentukan secara sistematis
dengan pertimbangan dapat mewakili karakteristik kedalaman di wilayah perairan
setempat. Metode pengambilan data, yaitu :
- Grid pengukuran 30 meter yaitu dengan perekaman data bathimetri setiap 1 (satu)
detik. Misal: Lebar tegak lurus ke arah laut (ke utara) 12 mil/ kedalaman
maksimum 100 m dan sejajar garis pantai Provinsi ........ sepanjang .......km
- Koordinat titik - titik pengukuran didapat dengan menggunakan alat GPS (Global
Positioning Sistem) yang telah terintegrasi dengan Echosounder.

3). Geologi dan geomorfologi


A. Geologi laut
Peta geologi dasar laut memberikan petunjuk tentang susunan lapisan batuan dasar
laut dan pada umumnya memberikan informasi tentang formasi apa saja yang ada
di daerah yang dipetakan. Metode identifikasi, antara lain :
1. Analisis citra satelit altimetry
2. Pemeruman dasar perairan
3. Peralatan Pengambilan contoh sedimen dasar laut
Untuk mendeteksi lokasi dan jenis substrat dasar laut dilakukan survey
pengambilan sample. Survey substrat dasar laut dilakukan pada kedalaman
maksimal 100 m.
4. Analisa Laboratorium (Analisis besar butir, Analisis mineral berat, Analisis
Geokimia, Analisis Unsur Tanah Jarang, Mikrofauna

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN L.8-7


Lampiran 8. Contoh TOR RZWP-3-K

B. Geomorfologi laut
Pemetaan geomorfologi laut dimaksudkan untuk memperoleh informasi bentuk
lahan laut. Metode pengumpulan data menggunakan teknik interpretasi citra,
pengolahan citra secara digital dan survei lapangan.
Penentuan Lokasi sampel dilakukan menggunakan metode acak proporsional
berstrata (Stratified Proportional Random Sampling). Analisis penginderaan jarak
jauh dilakukan dengan plotting data dan perbaikan interpretasi (re interpretasi)
berdasarkan hasil groundcheck/survei lapangan

4). Oceanografi
Seluruh pengumpulan data primer dataset oseanografi dilakukan hingga kedalaman 50
m, data yang diambil meliputi:
1. Fisika Perairan
a. Arus
Arus diukur dengan Current meter bolak balik dengan berbagai type yang dapat
mengukur dari berbagai arah atau dengan ADCP (Acoustic Dopler Current
Profiler). Pengukuran arus untuk mengetahui arah dan kecepatan arus.
Arus diukur selama 3 hari 3 secara bolak-balik pada .... titik pengamatan secara
simultan bersamaan dengan pengukuran pasang surut. Pengukuran sebaiknya
dilakukan pada saat kondisi pasang surut pada fase spring tide (pasang surut di
saat bulan purnama atau bulan mati), hal ini untuk memperoleh hasil pengukuran
arus yang optimal.

b. Pasang Surut
Pasang surut diukur dengan menggunakan peralatan Tide Recorder, selama 7
hari 7 malam pada .... stasiun pengamatan secara simultan. Setelah dilakukan
pengukuran harus diikat dengan Bench Mark terdekat (kalau ada). Jika tidak ada
maka harus dibuatkan Bench Mark. Pengukuran pasut dilakukan bersamaan
dengan pengukuran arus.

c. Gelombang
Gelombang dapat diprediksi dari data angin dengan mempertimbangkan panjang
fetch, kecepatan dan arah angin. Apabila pasang surut diukur dengan tide
recorder, maka tinggi gelombang dapat diketahui dari pengukuran pasang surut.

Gelombang juga dapat diukur dengan alat papan berskala, meteran, serta
Wave Rider atau Wave Recorder, pada saat musim barat dan musim timur,
masing-masing selama 7 hari dengan interval waktu pencatatan antara 10 menit
– 1 jam.

d. Suhu, Kecerahan, dan TSS


1) Suhu
Suhu diinterpretasi dengan citra satelit modis dan dilakukan ground check
dengan thermometer pada titik lokasi yang ditentukan berdasarkan
interpretasi citra satelit.
2) Kecerahan
Kecerahan dilakukan secara insitu dengan menggunakan secchi disk pada
titik lokasi yang ditentukan berdasarkan analisis.
3) Total Suspended Solid (TSS)
Total Suspended Solid (TSS) dilakukan di laboratorium.

2. Kimia dan Biologi Perairan


1) pH dan Salinitas
pH, Salinitas diukur dengan menggunakan waterchecker dan dianalisis di
laboratorium.
2) COD, BOD, Amonia
COD, BOD, Amonia diutamakan diukur di muara sungai dengan
menggunakan waterchecker dan dianalisis di laboratorium.
3) Klorofil

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN L.8-8


Lampiran 8. Contoh TOR RZWP-3-K

Klorofil dianalisis dengan citra satelit modis/seaWIFS dan dilakukan ground


check pada titik pengambilan sample yang lokasinya ditentukan berdasarkan
analisis citra satelit.

5). Ekosistem pesisir dan sumberdaya ikan


1. Ekosistem Pesisir
A. Terumbu Karang
Data dan informasi tentang terumbu karang yang dikumpulkan, yang meliputi :
sebaran, luasan, dan kondisi terumbu karang. Untuk mendeteksi keberadaan,
sebaran dan luasan terumbu karang dilakukan analisis citra satelit, dengan
resolusi minimal 20 x 20 m. Hasil analisis citra satelit digunakan untuk penentuan
lokasi sample, dengan jumlah sample .... titik pengamatan. Berdasarkan
penentuan titik sample, dilakukan survey lapangan untuk mengetahui tutupan
dan kondisi terumbu karang.

B. Lamun
Data dan informasi tentang lamun yang dikumpulkan, meliputi : sebaran, luasan,
dan kondisi lamun. Jumlah sample ..... titik pengamatan. Berdasarkan penentuan
titik sample, dilakukan survey lapangan untuk mengetahui tutupan dan kondisi
lamun.
Identifikasi data lamun menggunakan metode penginderaan jauh (on screen
digitizing/transformasi Lyzenga dan survei lapangan dengan metode Transek
Kuadrat. Pengukuran struktur komunitas padang lamun dilakukan melalui
Metode Transek Kuadrat yang dibentangkan secara tegak lurus terhadap garis
pantai. Metode ini digunakan untuk mengetahui komposisi spesies dan
persentase penutupan lamun. Petak pengamatan seluas 10 m x 10 m, pada
petakan tersebut diletakkan kuadrat ukuran 1 m x 1 m secara sejajar luas areal
pengamatan. Pengamatan didukung dengan kamera bawah air (underwater
camera) sesuai dengan ukuran yang ditetapkan. Hasil yang diperoleh dari
metode ini adalah persentase tutupan relatif

C. Mangrove
Data dan informasi tentang mangrove yang meliputi : sebaran, luasan, dan
kondisi (penutupan tajuk dan kerapatan pohon) mangrove. Untuk mendeteksi
keberadaan, sebaran dan luasan mangrove dilakukan analisis citra satelit,
dengan resolusi minimal 20 x 20 m. Hasil analisis citra satelit digunakan untuk
penentuan lokasi sample, dengan jumlah sample .... titik pengamatan.
Berdasarkan penentuan titik sample, dilakukan survey lapangan untuk
mengetahui penutupan tajuk (%) dan kerapatan pohon (jumlah pohon per
hektare) dan kondisi mangrove.

Identifikasi data mangrove menggunakan metode penginderaan jauh (on screen


digitizing/transformasi Lyzenga dan survei lapangan dengan plot petak. Untuk
mengidentifikasi struktur komunitas mangrove, menggunakan plot/petak dengan
ukuran 10 x 10 meter yang diletakkan secara acak.

Dilakukan identifikasi jumlah individu setiap jenis, dan lingkaran batang setiap
pohon mangrove. Data-data mengenai spesies, jumlah individu dan diameter
pohon yang telah dicatat pada tabel Form Mangrove.

Berdasarkan data-data mangrove yang telah diidentifikasi di lapangan berupa


spesies, jumlah individu dan diameter pohon, dilakukan pengolahan lebih lanjut
untuk memperoleh kerapatan jenis, frekuensi jenis, luas area penutupan, dan
nilai penting jenis suatu spesies dan keanekaragaman spesies.

2. Sumberdaya ikan
A. Ikan Demersal

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN L.8-9


Lampiran 8. Contoh TOR RZWP-3-K

Data dan informasi yang dikumpulkan yaitu sebaran ikan demersal, diperoleh
dari hasil survey lapangan. Survey lapangan dilakukan bersamaan dengan
survey ekosistem (terumbu karang,lamun, dan mangrove), untuk memperoleh
jenis, kelimpahan, keanekaragaman, keseragaman, dominansi ikan demersal,
dan makrobentos.
Untuk mendeteksi digunakan metode analisis GIS dengan pendekatan
ekosistem perairan. Beberapa parameter yang digunakan yaitu sebaran dan
kualitas terumbu karang, padang lamun, mangrove, kedalaman perairan,
topografi perairan, kecerahan, perubahan cuaca dan pencemaran.

Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan metode overlay dan skoring
parameter-parameter sebaran dan kualitas terumbu karang, padang lamun,
mangrove, kedalaman perairan, topografi perairan, kecerahan, perubahan
cuaca dan pencemaran.

B. Ikan Pelagis
Data dan informasi yang dikumpulkan, meliputi sebaran ikan pelagis. Untuk
mendeteksi keberadaan ikan pelagis dilakukan analisis citra satelit, dengan
resolusi minimal 20 x 20 m terhadap kedalaman, klorofil, TSS, suhu permukaan
laut, serta dikombinasikan dengan pola arus dari hasil simulasi model
hidrodinamika. Hasil analisis citra satelit digunakan untuk penentuan lokasi
ground check untuk mengetahui jenis dan kelimpahan ikan, dengan jumlah
sample 10 titik pengamatan.

C. Jenis Ikan yang dilindungi


Ddata dan informasi jenis ikan yang dilindungi dikumpulkan bersamaan dengan
survei ikan pelagis dan ikan demersal.

6). Pemanfaatan ruang laut (Marine use)


Data dan informasi yang dikumpulkan, meliputi : area pertambangan, konservasi(Daerah
yang dapat dimanfaatkan) yang sudah ditetapkan, Pariwisata, BMKT, Tambat Labuh,
Rig, Floating Unit, Bangunan perikanan permanen (KJA, Seabed,dll), Area penangkapan
ikan modern dan tradisional, udidaya laut: rumput laut, mutiara. Untuk mendeteksi lokasi
pemanfaatan wilayah laut yang ada dilakukan analisis citra satelit google pro dengan
resolusi minimal 1 m dan data sekunder pemanfaatan wilayah laut. Hasil analisis citra
satelit google pro digunakan untuk ground check untuk mengetahui jenis pemanfaatan
wilayah laut yang ada.

7). Infrastruktur
Data dan informasi yang dikumpulkan, meliputi : Bandara, terminal, pasar umum,
pelabuhan umum, kawasan industri, kantor pemerintah, sekolah, rumah
sakit/puskesmas, bangunan wisata/sejarah. Infrastruktur khusus, misalnya : Pasar ikan,
KUD, Balai Benih Ikan (BBI), Pelabuhan perikanan, Tempat Pelelangan Ikan, Gudang
penyimpanan, Bangunan perlindungan pesisir (jeti, penahan gelombang). Jaringan
sarana prasarana, misalnya : transportasi, sumberdaya air, energi, telekomunikasi,
persampahan, sanitasi, drainase. Untuk mendeteksi keberadaan infrastruktur di atas
dilakukan analisis citra satelit google pro. Untuk mendeteksi lokasi dan sebarannya
dilakukan ground check dengan menggunakan GPS.

9). Sumberdaya air


Sumberdaya air di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil menggambarkan informasi
mengenai potensi air alami yang ada di wilayah daratan pesisir dan pulau-pulau kecil.
Pendekatan yang digunakan untuk memperoleh data sumberdaya air :
• Identifikasi batas DAS dari data sekunder yang sudah ada di instansi terkait.
• Perhitungan cadangan air permukaan : untuk daerah aliran sungai yang telah
dilakukan pengukuran debitnya agar menggunakan data hasil pengukuran debit
sungai pada DAS tersebut.
• Perhitungan cadangan air bawah tanah ada beberapa pendekatan: perhitungan
cadangan air bawah tanah diperlukan data tebal akifer, sebaran akuifer dan
transmisibilitas akuifer baik akuifer tidak tertekan maupun tertekan.

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN L.8-10


Lampiran 8. Contoh TOR RZWP-3-K

10). Demografi dan sosial


Data dan informasi yang dikumpulkan, meliputi
a) Demografi, meliputi : jumlah penduduk, gender, tenaga kerja, jumlah nelayan dan
pembudidaya ikan, mata pencaharian, pendidikan
b) Sosial, meliputi : wilayah masyarakat hukum adat (lokasi, batas dan karakteristik),
wilayah penangkapan ikan secara tradisional (lokasi, batas, dan karakteristik),
kelembagaan
c) Budaya, meliputi : kondisi dan karakteristik masyarakat setempat termasuk agama,
tempat suci dan kegiatan peribadatannya, aktifitas/ritual keagamaan, kearifan lokal,
situs cagar budaya dll.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara terstruktur maupun wawancara
mendalam, observasi (pengamatan langsung) dan diskusi dengan kelompok-kelompok
masyarakat (Focus Group Discussion).

11). Ekonomi wilayah


Data dan informasi yang dikumpulkan, meliputi : Pendapatan perkapita, Pola pergerakan
ekonomi wilayah, Angkatan kerja dan tingkat pengangguran, Tenaga kerja, Pendapatan
di sektor perikanan, Produksi perikanan, Pendapatan rata-rata dan pengeluaran,
komoditas unggulan, dll. Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan cara
wawancara terstruktur maupun wawancara mendalam, observasi (pengamatan
langsung) dan diskusi dengan kelompok-kelompok masyarakat (Focus Group
Discussion).

12). Risiko Bencana dan Pencemaran


Data dan informasi yang dikumpulkan, meliputi : resiko bencana (jenis, lokasi, batas,
riwayat kebencanan, tingkat kerusakan, kerugian) dan pencemaran (sumber
pencemaran). Untuk mendeteksi resiko bencana dan pencemaran dilakukan ground
check dengan menggunakan GPS dan wawancara.

8.5. Analisis Data dan Penyusunan Peta-Peta Tematik


1) Bathimetri
Hasil pengukuran bathimetri diolah dengan menggunakan software surfer atau
sejenisnya dengan cara interpolasi terhadap titik-titik kedalaman yang telah diukur di
lapangan. Titik-titik lokasi yang memiliki informasi kedalaman kemudian diinterpolasi
menghasilkan peta kedalaman (isobath) perairan. Peta bathimetri skala 1: 250.000
digambar dengan interval 0;2;5;10;15;20;30;50;70;100.

2) Oseanografi
1. Fisika Perairan
a) Arus, gelombang, dan Pasut
a. Arus
Hasil pengukuran digambarkan dalam scatter diagram, vektor plot,
current rose (mawar arus). Untuk distribusi spasial pola arus untuk tiap
500 m disimulasikan dengan model hidrodinamika pola arus dengan grid
maksimal 500 x 500 m, dan dikalibrasi dengan hasil pengukuran. Peta
arus skala 1:250.000, digambar dalam bentuk kontur isoline dengan
interval per 0,05 m/detik.
b. Gelombang
Gelombang diprediksi dari data angin dengan mempertimbangkan
panjang fetch, kecepatan dan arah angin. Distribusi spasial tinggi dan
arah gelombang setiap 500 m disimulasikan dengan model refraksi
gelombang. Peta tinggi gelombang skala 1:250.000 digambarkan dalam
bentuk kontur isoline per 0,1 m.
c. Pasang Surut
Penyedia jasa harus memplot hasil pengukuran pasang surut untuk
mengetahui tinggi elevasi muka air pasang surut terhadap waktu
pengukuran. Kemudian diolah dengan analisis harmonic pasang surut
dengan menggunakan metode admiralty untuk mengetahui komponen

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN L.8-11


Lampiran 8. Contoh TOR RZWP-3-K

pasang surut sehingga dapat diketahui tipe pasang surut serta


karakteristik pasang surut lainnya.
b) Suhu
Suhu yang telah diperoleh dari hasil interpretasi citra yang telah di lakukan
groundcheck, penyedia jasa harus menuangkan dalam peta suhu skala
1:250.000, dan digambar dalam bentuk kontur isoline dengan interval per 1
(C).
c) Kecerahan
Data kecerahan yang telah diperoleh dari hasil pengukuran dituangkan dalam
peta kecerahan skala 1:250.000 dan digambarkan dalam bentuk kontur
isoline dengan interval per 1 meter
d) TSS
Sampel TSS yang diambil dianalisis di laboratorium dan dilakukan interpolasi
sehingga menghasilkan Peta TSS skala 1:250.000 dan digambar dalam
bentuk kontur isoline.

2. Kimia dan Biologi Perairan


a) pH dan salinitas
Peta pH digambar dalam bentuk kontur isoline dengan interval per 0,5. Peta
o
Salinitas digambar dalam bentuk kontur isoline dengan interval per 1 /oo.
b) COD, BOD dan amonia
Peta COD, BOD, Amonia digambar pada skala 1:250.000. Peta COD dan BOD
digambar dengan bentuk kontur isoline dengan selang 0,4 mg/l. Peta Amonia
digambar dalam bentuk kontur isoline dengan selang 0,1 mg/l.
c) Klorofil
Peta klorofil skala 1:250.000, digambar dalam bentuk kontur isoline dengan
3
interval per 0,1 mg/m .

3) Ekosistem Pesisir
Ekosistem pesisir dianalisis untuk mengetahui sebaran, luasan dan kondisinya. Hasil
analisis ditampilkan pada peta ekosistem pesisir skala 1:250.000 dalam bentuk polygon
dan kondisi dalam bentuk pie chart.

4) Sumberdaya Ikan
a) Sumberdaya ikan demersal
Hasil survey Sumberdaya ikan demersal dianalisis untuk mengetahui jenis,
kelimpahan, keanekaragaman, keseragaman, dominansi ikan demersal, dan
makrobentos. hasil analisis sumberdaya ikan demersal ditampilkan pada Peta
sumberdaya ikan demersal skala 1:250.000 digambar dalam bentuk pie chart
dengan informasi dasar ekosistem pesisir.
b) Sumberdaya ikan pelagis
Hasil survey sumberdaya ikan pelagis dianalisis untuk mengetahui lokasi,
keberadaan, jenis dan kelimpahan ikan pelagis. hasil analisis ditampilkan pada
Peta sumberdaya ikan pelagis skala 1:250.000 digambar dalam bentuk polygon,
dan jenis serta kelimpahan ikan dalam bentuk pie chart dengan informasi dasar
lokasi fishing ground.
c) Ikan yang dilindungi
Hasil survey sumberdaya ikan yang dilindungi dianalisis untuk mengetahui lokasi,
keberadaan, jenis dan kelimpahan ikan yang dilindungi. hasil analisis ditampilkan
pada Peta sumberdaya ikan yang dilindungi skala 1:250.000 digambar dalam
bentuk polygon, dan jenis serta kelimpahan ikan dalam bentuk pie chart

5) Pemanfaatan Wilayah Laut Eksisting


Hasil survey pemanfaatan wilayah laut dituangkan pada Peta pemanfaatan wilayah laut
skala 1:250.000 dalam bentuk polygon dan point.

6) Substrat Dasar Laut


Hasil pengambilan sample substrat dasar laut dianalisis di laboratorium untuk
mengetahui persentase ukuran butir dan jenis substrat. Hasil survey substrat dasar laut
dituangkan pada Peta Substrat Dasar Laut skala 1:250.000 dalam bentuk polygon.

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN L.8-12


Lampiran 8. Contoh TOR RZWP-3-K

7) Infrastruktur
Hasil survey infrastruktur dituangkan pada peta infrastruktur skala 1:250.000 dalam
bentuk point.

8) Demografi dan Sosial


Data demografi dan sosial dituangkan pada peta demografi dan sosial skala 1:250.000
dalam bentuk point/polygon disertai informasi yang disajikan dalam bentuk
diagram/tabel/pie chart.

9) Ekonomi Wilayah
Data ekonomi wilayah dituangkan pada peta ekonomi wilayah skala 1:250.000 dalam
bentuk point/polygon disertai informasi yang disajikan dalam bentuk diagram/tabel/pie
chart.

10) Resiko Bencana dan Pencemaran


Data resiko bencana (jenis, lokasi, batas, riwayat kebencanan, tingkat kerusakan,
kerugian) dan pencemaran (lokasi dan sumber pencemaran) dituangkan pada peta
resiko bencana dan pencemaran skala 1:250.000 dalam bentuk polygon/point.

8.6. Penyusunan Dokumen Awal


Dokumen Awal memuat : 1). Pendahuluan (Dasar Hukum Penyusunan RZWP3K, Profil
Wilayah, Isu-isu Strategis Wilayah, Peta-peta yang minimal mencakup peta orientasi
wilayah), 2). Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil, dan 3) Album Peta Tematik.
Album Peta Tematik disesuaikan dengan Pedoman Teknis Pemetaan RZWP3K, yang
terdiri atas :
1) Peta Wilayah Perencanaan WP3K Provinsi
2) Peta Rencana Struktur dan Pola Ruang Wilayah dari RTRW Provinsi
3) Peta Topografi
4) Peta Kemiringan Lereng
5) Peta Tanah
6) Peta Bathimetri
7) Peta Geologi Laut
8) Peta Geomorfologi Laut
9) Peta Arus
10) Peta Gelombang
11) Peta Suhu Permukaan Laut (SPL)
12) Peta Kecerahan
13) Peta pH
14) Peta Salinitas
15) Peta Sebaran Klorofil
16) Peta Sosial Ekonomi dan budaya
a. Peta ekonomi wilayah
b. Peta Wilayah masyarakat Hukum Adat
c. Peta Wilayah penangkapan ikan secara tradisional
17) Peta Penggunaan Lahan Eksisting (RTRW)
18) Peta Pemanfaatan Perairan (Eksisting)
a. Peta Perikanan Budidaya
b. Peta perikanan tangkap (Fishing ground)
c. Peta Pelabuhan
d. Peta Pariwisata
e. Peta Alur pelayaran
19) Peta ekosistem pesisir dan kelimpahan sumberdaya ikan
a. Peta sebaran ekosistem pesisir (terumbu karang, mangrove dan lamun)
b. Peta kelimpahan sumberdaya ikan
20) Peta Status (kepemilikan) lahan
21) Peta Sumber daya air
22) Peta Infrastruktur (RTRW)
a. Peta Jaringan jalan

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN L.8-13


Lampiran 8. Contoh TOR RZWP-3-K

b. Peta transportasi laut


c. Peta jaringan Listrik
d. Peta Jaringan Telekomunikasi
e. Peta Jaringan Air Bersih

23) Peta Demografi


a. Peta Jumlah Penduduk
b. Peta Kepadatan Penduduk
c. Peta Proyeksi Pertumbuhan Penduduk
d. Peta Mata Pencaharian Penduduk
24) Peta Resiko bencana dan pencemaran
a. Peta resiko bencana (jenis dan lokasi bencana)
b. Peta pencemaran (lokasi dan sumber pencemaran)

8.7. Konsultasi Publik I


Konsultasi publik dilakukan kepada POKJA dan masyarakat sebanyak 40 orang di Provinsi,
yang terdiri atas : Pusat (KKP), Provinsi (Bappeda, DKP, Dinas Pariwisata, Dinas
Kehutanan, Dinas Perhubungan, BLHD, Dinas PU, Dinas Pertambangan, BPBD, BPN,
Administrasi Pelabuhan, Perguruan Tinggi, HNSI, LSM, Camat Pesisir, Polairud, TNI AL,
DPRD, Bagian Hukum Sekda, Tokoh Adat) untuk memberikan masukan dan saran terhadap
Tujuan, Sasaran, kebijakan, dan Strategi Pengelolaan WP-3-K, disamping itu Konsultasi
Publik I dimaksudkan untuk memperoleh masukan dan saran serta memverifikasi data
dan/atau peta-peta tematik serta informasi. Hasil konsultasi publik dituangkan ke dalam
Berita Acara, dilengkapi dengan notulensi, daftar hadir, dan dokumentasi.

8.8. Penyusunan Paket Sumberdaya


Berdasarkan peta dasar dan peta tematik yang telah disusun, selanjutnya dilakukan analisis
paket sumberdaya, yang berisi informasi mengenai karakteristik perairan yang merupakan
kombinasi dari berbagai parameter yang ada. Hasil analisis paket sumberdaya dituangkan
ke dalam peta paket sumberdaya. Berdasarkan Peta Paket Sumberdaya dilakukan
pendeskripsian nilai-nilai sumberdaya.

8.9. Analisis Kesesuaian Perairan


Selain menggunakan paket sumbedaya, dapat juga dilakukan analisis kesesuaian perairan
dengan menggunakan kriteria-kriteria untuk menentukan kesesuaian kawasan/zona/sub
zona.

8.10. Analisis Non Sasial


Selanjutnya dilakukan analisis non spasial yang meliputi :
a) Analisis Kebijakan dan Kewilayahan
b) Analisis Sosial dan Budaya
c) Analisis Infrastruktur
d) Analisis Ekonomi Wilayah
e) Analisis Daya Dukung Wilayah
Hasil analisis non spasial diformulasikan untuk menyempurnakan usulan peta alokasi ruang.

8.11. Analisis Konflik Pemanfaatan Ruang


Analisis konflik pemanfaatan ruang dilakukan baik di wilayah perairan maupun
penyelarasannya dengan struktur ruang dan pola ruang di darat. Analisis konflik
pemanfaatan ruang di perairan dilakukan terhadap potensi penggunaan ruang perairan
secara tiga dimensi (horizontal dan vertikal). Dalam analisis tersebut, perlu diikuti dengan
alternatif penyelesaian konflik (resolusi konflik).

8.12. Penentuan Alokasi Ruang


Hasil akhir keseluruhan proses dituangkan ke dalam Draft peta RZWP3K berupa rumusan
alokasi ruang kawasan/zona/subzona.

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN L.8-14


Lampiran 8. Contoh TOR RZWP-3-K

8.13. Penyusunan Peraturan Pemanfaatan Ruang


Penyusunan draft ketentuan-ketentuan mengenai kriteria dan persyaratan dalam
pemanfaatan ruang untuk setiap zona/sub zona yang akan menjadi muatan peraturan
pemanfaatan ruang.

8.14. Penyusunan Indikasi Program


Penyusunan desain/rancangan rangkaian program pemanfaaatan ruang jangka panjang
(20 tahun) yang tersusun ke dalam tahapan jangka menengah dan institusi yang menjadi
leading sector. Dalam desain program tersebut, termasuk mencantumkan lokasi dan
sumber pendanaan program serta indikasi program utama/prioritasi program.

8.15. Penyusunan Ranperda


Penyusunan naskah Rancangan Perda RZWP-3-K Provinsi yang terdiri atas:
1. Ranperda, yang merupakan rumusan pasal per pasal dari Dokumen Final yang
disajikan dalam bentuk A4.
2. Lampiran, yang terdiri atas peta rencana alokasi ruang yang disajikan dalam bentuk
A3, serta tabel indikasi program.

8.16. Penyusunan Dokumen Antara


Penyusunan Dokumen Antara, yang memuat Dokumen Awal yang telah
dikonsultasipublikkan ditambah dengan penetapan alokasi ruang wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil, hasil analisis paket sumberdaya dan kesesuaian perairan, dan telah
dioverlay dengan analisis non spasial dan telah dilakukan penyelarasan, Penyerasian dan
Penyeimbangan antara RZWP-3-K dengan RTRW dilengkapi dengan Peta-peta tematik
dan Draft Peta Rencana Zonasi.
Sistematika Dokumen Antara, meliputi : 1). Pendahuluan (Dasar Hukum Penyusunan
RZWP-3-K, Profil Wilayah, Isu-isu Strategis Wilayah, Peta-peta yang minimal mencakup
peta orientasi wilayah), 2). Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Pengelolaan Wilayah Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten/Kota, 3) Draft RZWP-3-K, 4). Peraturan Pemanfaatan
Ruang, 5). Indikasi Program, dan 6). Album Peta Tematik.

8.17. Konsultasi Publik II


Konsultasi publik dilakukan kepada POKJA dan masyarakat sebanyak 40 orang di
Provinsi, yang terdiri atas : Pusat (KKP), Provinsi (Bappeda, DKP, Dinas Pariwisata, Dinas
Kehutanan, Dinas Perhubungan, BLHD, Dinas PU, Dinas Pertambangan, BPBD, BPN,
Administrasi Pelabuhan, Perguruan Tinggi, HNSI, LSM, Camat Pesisir, Polairud, TNI AL,
DPRD, Bagian Hukum Sekda, Tokoh Adat), untuk menjaring masukan terhadap usulan
peta alokasi ruang. Hasil konsultasi publik dituangkan ke dalam Berita Acara, dilengkapi
dengan notulensi, daftar hadir, dan dokumentasi.

8.18. Penyusunan Dokumen Final


Dokumen Final merupakan perbaikan terhadap Dokumen Antara yang telah
dikonsultasipublikkan, dengan sistematika : 1). Pendahuluan (Dasar Hukum Penyusunan
RZWP3K, Profil Wilayah, Isu-isu Strategis Wilayah, Peta-peta yang minimal mencakup
peta orientasi wilayah), 2). Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Pengelolaan Wilayah Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten/Kota, 3) Rencana Alokasi Ruang, 4). Peraturan
Pemanfaatan Ruang, 5). Indikasi Program, dan 6). Album Peta Tematik dan Album Peta
RZWP-3-K. Dokumen Final tersebut dilengkapi dengan Draft Ranperda RZWP-3-K.

9. Keluaran
Keluaran (output) kegiatan Rencana Zonasi WP3K Provinsi (contoh sampai dengan tahap
Dokumen Final), antara lain :
1. Laporan Pendahuluan
2. Laporan Antara
3. Draft Laporan Akhir
4. Laporan Akhir
5. Dokumen Awal RZWP-3-K
6. Dokumen Antara RZWP-3-K
7. Dokumen Final RZWP-3-K
8. Album peta

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN L.8-15


Lampiran 8. Contoh TOR RZWP-3-K

9. Draft Ranperda RZWP-3-K


10. DVD Softcopy seluruh Laporan dan Dokumen
(Disesuaikan dengan fokus pekerjaan, apakah sampai dengan tahap dokumen awal, dokumen
antara, atau dokumen final.)

10. Standar Teknis


Sandar teknis Pelaporan dan Peta adalah sebagai berikut :
1) Format Laporan
 Kertas (HVS, A4, 80 gram)
 Tulisan (huruf standar, 1,5 spasi)
 Sampul/cover (Hard cover, laminating, biru muda)
2) Format Peta
(1) Peta disajikan berdasarkan hasil interpertasi citra, ground check dan analisis potensi
wilayah.
(2) Peta-peta yang disajikan meliputi:
- Peta Hasil Interpretasi Citra, skala sesuai sumber citra.
- Peta-peta Tematik, skala sesuai sumbernya.
- Peta Kerja / Peta Analisis, skala 1:250.000
- Draft peta dibuat dengan sistim referensi geografis grid UTM (Universal
Tranverse Mercartor) dan sistem proyeksi WGS 84.
(3) Untuk Hardcopy keseluruhan peta tersebut dalam laporan, Dokumen Awal dan Album
peta dapat disajikan dalam bentuk perkecilan optis sampai batas ukuran / format yang
masih dapat dibaca dan diterima dari segi estetika (ukuran A3, kertas 100 gr).
(4) Untuk Softcopy keseluruhan laporan dan peta tersebut meliputi:
- Laporan Pendahuluan, Laporan Antara, Draft Laporan Akhir, Laporan Akhir,
Dokumen Awal, Dokumen Antara, dan Dokumen Final dalam bentuk MsWord dan
(.pdf)
- Peta Dasar dan Peta Tematik dalam bentuk digital dalam format shape file (*.shp)
dan disusun dalam bentuk geodatabase (*.gdb).
- Citra Satelit dalam bentuk raw data dan header citra dasar serta sudah terkoreksi
secara geometrik dan radiometrik. Citra satelit yang digunakan memiliki resolusi
spasial 10 x 10 m dan minimal perekaman tahun 2009.
- Album Peta dibuat dalam skala 1:250.000.
- Softcopy tersebut disimpan dalam Digital Video Disk (DVD)

11. Personil
(Kebutuhan tenaga ahli dan tenaga pendukung disesuaikan dengan fokus pekerjaan dan
anggaran yang tersedia)

11.1. Kebutuhan Tenaga Ahli


Tabel 1. Tenaga Ahli dan Tenaga Pendukung

No Klasifikasi Tenaga Ahli Kualifikasi/Jumlah Pengalaman

Tenaga Ahli
1 Ahli Pengelolaan Sumberdaya S2 Manajemen Sumberdaya Perairan (1 5 Tahun
Pesisir (Team Leader) orang)
2 Ahli Pengelolaan Sumberdaya S1 Manajemen Sumberdaya Perairan/ S2 5 Tahun / 3 Tahun
Pesisir Manajemen Sumberdaya Perairan
(1 orang)
3 Ahli Perencanaan Wilayah S1 Planologi, S1 Pengambangan 5 Tahun / 3 Tahun
Wilayah/S2 Planologi, S2 Perencanaan
Wilayah (1 orang)
4 Ahli Geografi (Sistem S1 Geografi/ S2 Geografi (1 orang) 5 Tahun / 3 Tahun
Informasi Geografi) dan
Penginderaan Jauh
5 Ahli Kelautan/Ahli S1 Kelautan,S1 Oseanografi,S1 Sipil 5 Tahun / 3 Tahun
Oseanografi Hidro / S2 Kelautan,S2 Oseanografi,S2

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN L.8-16


Lampiran 8. Contoh TOR RZWP-3-K

Sipil Hidro
(1 orang)
6 Ahli Perikanan S1 Perikanan/ S2 Perikanan (1 orang) 5 Tahun / 3 Tahun

7 Ahli Sosial Ekonomi S1 Sosial Ekonomi/ S2 Sosial Ekonomi (1 5 Tahun / 3 Tahun


orang)
8 Ahli Geologi dan Geomorfologi S1 Geologi, S1 Teknik Geologi, S1 5 Tahun / 3 Tahun
Laut Geografi/ S2 Geologi, S2 Teknik
Geologi, S2 Geografi
(1 orang)
9 Ahli Permodelan S1 Oseanografi,S1 Teknik Kelautan,S1 5 Tahun / 3 Tahun
Hidrodinamika Teknik Sipil / S2 Oseanografi,S2
Teknik Kelautan,S2 Teknik Sipil (1
orang)
10 Ahli Hidrografer S1 Kelautan,S1 Oseanografi,S1 Sipil 5 Tahun / 3 Tahun
Hidro / S2 Kelautan,S2 Oseanografi,S2
Sipil Hidro
(1 orang)
Tenaga Pendukung
1 Tenaga Selam Perikanan Sertifikat B1 (1 orang) 3 Tahun

2 Teknisi Oseanografi S1 Oseanografi/ (3 orang) 2 Tahun


3 Tenaga Survei Sosial Ekonomi S1 Sosial Ekonomi Perikanan 2 Tahun
(1 orang)
4 Tenaga Survei ekosistem S1 Perikanan (1 orang) 2 Tahun
pesisir dan pulau-pulau kecil
5 Tenaga Survei Geologi dan S1 Geologi/ S1 Geografi 2 Tahun
Geomorfologi Laut (1orang)
6 Operator GIS dan Remote S1 Geografi/S1 Geodesi/S1 Kelautan 2 Tahun
Sensing (1 orang)

7 Operator Komputer D3 Komputer (1 orang) 2 Tahun


8 Kartografer S1 Geografi / S1 Geodesi/ S1 Kelautan/ 2 Tahun
S1 Planologi (10 orang)
9 CAD Drafter S1 Oseanografi / S1 Kelautan / S1 Teknik 2 Tahun
Sipil

11.2. Kualifikasi Personil


Kualifikasi personil untuk pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
11.2.1. Tenaga Ahli
1) Ahli Pengelolaan Sumberdaya Pesisir (Team Leader)
Tugas dan Tanggung Jawab :
a. mengkoordinasikan pelaksanaan pekerjaan
b. menyusun langkah-langkah pelaksanaan kegiatan perencanaan yang dilakukan
seluruh bidang keahlian.
c. melaksanakan pembahasan laporan pendahuluan, draft laporan akhir, dan
laporan akhir di pusat
d. Melakukan asistensi dengan pemberi pekerjaan dalam rangka pelaksanaan
pekerjaan di pusat
e. memimpin pelaksanaan survei lapangan dan pembahasan di daerah.
f. menyiapkan kerangka model proses perencanaan pengelolaan WP3K.
g. melakukan analisis hubungan antara kesesuaian peruntukan dengan aspek-
aspek non-spasial untuk mewujudkan alokasi ruang WP3K.
h. menyusun indikasi program
i. melakukan pengendalian atas pelaksanaan kegiatan masing-masing bidang
keahlian.

2) Ahli Pengelolaan Sumberdaya Pesisir


Tugas dan Tanggung Jawab :

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN L.8-17


Lampiran 8. Contoh TOR RZWP-3-K

a. membantu Team Leader dalam memformulasikan tujuan, kebijakan, sasaran,


dan strategi pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
b. mengumpulkan data lintas sektor terkait tentang kebijakan pengelolaan wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil.
c. melakukan FGD dalam rangka perumusan tujuan, kebijakan, sasaran, dan
strategi pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

3) Ahli Perencanaan Wilayah


Tugas dan Tanggung Jawab :
a. membantu Team Leader dalam menyusun konsep, analisis, dan perencanaan
pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
b. mengumpulkan data lintas sektor terkait tentang kebijakan pengelolaan wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil.

4) Ahli Sistem Informasi Geografis.


Tugas dan Tanggung Jawab :
a. membantu Team Leader dalam analisis GIS untuk penyusunan Rencana Zonasi
WP-3-K
b. melakukan proses pengolahan citra (koreksi dan interpretasi)
c. menyiapkan peta kerja sebagai acuan untuk survei lapangan
d. melakukan survei lapangan berupa ground check hasil interpretasi citra, plotting
posisi pemanfaatan perairan laut yang sudah ada (eksisting) dan infrastruktur
e. melakukan analisis data hasil survei lapangan
f. menyiapkan peta-peta tematik hasil survei lapangan masing-masing bidang
keahlian sesuai dengan kaidah one map policy.
g. melakukan analisis paket sumberdaya
h. melakukan analisis kesesuaian peruntukan perairan
i. menuangkan hasil analisis spasial dan non spasial untuk menentukan alokasi
ruang
j. menyiapkan peta rencana zonasi.
k. Menyusun database manajemen sistem sesuai standar Pedoman Pemetaan
RZWP3K
l. melaksanakan pertemuan-pertemuan dengan penyedia pekerjaan, pada saat
pembahasan laporan pendahuluan, laporan antara, dan draft laporan akhir, serta
asistensi
m. mengikuti pelaksanaan survei lapangan, pembahasan dan konsultasi publik di
daerah

5) Ahli Kelautan/Ahli Oseanografi


Tugas dan tanggung jawab :
a. membantu Team Leader dalam analisis oseanografi untuk penyusunan Rencana
Zonasi WP-3-K
b. menelaah data-data sekunder terkait oseanografi, meliputi : arus, gelombang,
pasang surut, suhu, kecerahan, pH, salinitas, COD, BOD, amonia, klorofil,
c. melakukan survei lapangan terkait oseanografi
d. melakukan pengolahan data hasil survei terkait oseanografi
e. menyiapkan hasil analisis dalam bentuk numerik, tubular, dan sebaran (spasial)
f. memberi masukan penyiapan peta-peta tematik hasil survei lapangan terkait
oseanografi.
g. melaksanakan pertemuan-pertemuan dengan penyedia pekerjaan, pada saat
pembahasan laporan pendahuluan, laporan antara, dan draft laporan akhir, serta
asistensi
h. mengikuti pelaksanaan survei lapangan, pembahasan dan konsultasi publik di
daerah

6) Ahli Perikanan
Tugas dan tanggung jawab :
a. membantu Team Leader dalam analisis perikanan untuk penyusunan Rencana
Zonasi WP-3-K

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN L.8-18


Lampiran 8. Contoh TOR RZWP-3-K

b. menelaah data-data sekunder terkait perikanan, meliputi : produksi perikanan,


pengolahan hasil perikanan, konsumsi perikanan, distribusi perikanan, tata niaga
hasil perikanan, sumberdaya ikan (pelagis, demersal), fishing ground,
kelimpahan ikan, ekosistem pesisir (terumbu karang, mangrove, lamun), sarana
dan prasarana perikanan, sosial ekonomi perikanan,
c. melakukan survei lapangan terkait perikanan
d. melakukan pengolahan data hasil survei terkait perikanan
e. menyiapkan hasil analisis dalam bentuk numerik, tubular, dan sebaran (spasial)
f. memberi masukan penyiapan peta-peta tematik hasil survei lapangan terkait
perikanan.
g. melaksanakan pertemuan-pertemuan dengan penyedia pekerjaan, pada saat
pembahasan laporan pendahuluan, laporan antara, dan draft laporan akhir, serta
asistensi
h. mengikuti pelaksanaan survei lapangan, pembahasan dan konsultasi publik di
daerah

7) Ahli Sosial Ekonomi


Tugas dan tanggung jawab :
a. membantu Team Leader dalam analisis sosial ekonomi untuk penyusunan
Rencana Zonasi WP-3-K
b. menelaah data-data sekunder terkait sosial ekonomi, yang meliputi :
- Demografi : jumlah penduduk, gender, tenaga kerja, jumlah nelayan dan
pembudidaya ikan, mata pencaharian, pendidikan
- Sosial : wilayah masyarakat hukum adat (lokasi, batas dan karakteristik),
wilayah penangkapan ikan secara tradisional (lokasi, batas, dan
karakteristik), kelembagaan
- Budaya : kondisi dan karakteristik masyarakat setempat termasuk agama,
tempat suci dan kegiatan peribadatannya, aktifitas/ritual keagamaan, kearifan
lokal, situs cagar budaya dll.
- Ekonomi : mata pencaharain, pendapatan perkapita, angkatan kerja dan
tingkat pengangguran, pendapatan kegiatan ekonomi perikanan dan
kelautan, produksi perikanan, pendapatan rata-rata dan pengeluaran,
komoditas unggulan, dll.
c. melakukan analisis lokasi optimum kegiatan kelautan dan perikanan
d. melakukan survei lapangan terkait sosial ekonomi
e. melakukan pengolahan data dan informasi hasil survei terkait sosial ekonomi
f. menyiapkan hasil analisis dalam bentuk numerik, tubular, dan sebaran (spasial)
g. memberi masukan penyiapan peta-peta tematik hasil survei lapangan terkait
sosial ekonomi.
h. melaksanakan pertemuan-pertemuan dengan penyedia pekerjaan, pada saat
pembahasan laporan pendahuluan, laporan antara, dan draft laporan akhir, serta
asistensi
i. mengikuti pelaksanaan survei lapangan, pembahasan dan konsultasi publik di
daerah

8) Ahli geologi dan geomorfologi laut


Tugas dan tanggung jawab:
a. membantu Team Leader dalam analisis geologi dan geomorfologi laut untuk
penyusunan Rencana Zonasi WP-3-K
b. menelaah data-data sekunder terkait geologi dan geomorfologi laut meliputi
substrat dasar laut, morfologi dasar laut, morfologi pantai.
c. melakukan survei lapangan terkait geologi dan geomorfologi laut meliputi
pengambilan sampel substrat dasar, observasi morfologi pantai.
d. melakukan pengolahan data terkait substrat dasar laut, morfologi dasar laut,
morfologi pantai.
e. memberi masukan penyiapan peta-peta tematik hasil survei lapangan terkait
geologi dan geomorfologi laut.
f. melaksanakan pertemuan-pertemuan dengan penyedia pekerjaan, pada saat
pembahasan laporan pendahuluan, laporan antara, dan draft laporan akhir, serta
asistensi

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN L.8-19


Lampiran 8. Contoh TOR RZWP-3-K

g. mengikuti pelaksanaan survei lapangan, pembahasan dan konsultasi publik di


daerah

9) Ahli Permodelan Hidrodinamika


Tugas dan tanggung jawab:
a. melakukan permodelan hidrodinamika, yang meliputi : pola arus dan gelombang
untuk berbagai musim (musim barat, musim, timur, musin peralihan)
b. melaksanakan pertemuan-pertemuan dengan penyedia pekerjaan, pada saat
pembahasan laporan pendahuluan, laporan antara, dan draft laporan akhir, serta
asistensi

10) Ahli Hidrografer


Tugas dan tanggung jawab:
a. melakukan permodelan bathimetri
b. melaksanakan pertemuan-pertemuan dengan penyedia pekerjaan, pada saat
pembahasan laporan pendahuluan, laporan antara, dan draft laporan akhir, serta
asisten

11.2.2. Tenaga Pendukung


1) Tenaga Selam Perikanan
Tugas dan Tanggung Jawab :
a. Membantu Tenaga Ahli Perikanan dalam melakukan survey terumbu karang dan
sumberdaya ikan (ikan demersal)
b. Membantu menganalisis ekosistem pesisir

2) Teknisi Oseanografi
Tugas dan Tanggung Jawab :
a. Membantu Tenaga Ahli Oseanografi dalam melakukan pemasangan peralatan
dan pengukuran oseanografi
b. Membantu Tenaga Ahli Oseanografi dalam pencatatan dan analisis data
oseanografi
3) Tenaga Survei Sosial Ekonomi
Tugas dan Tanggung Jawab :
a. Membantu Tenaga Ahli Sosial Ekonomi dalam melakukan survey sosial ekonomi
4) Tenaga survei ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil
Tugas dan Tanggung Jawab :
a. Membantu Tenaga Ahli Perikanan dalam melakukan survey ekosistem pesisir
dan pulau-pulau kecil
5) Tenaga survei geologi dan geomorfologi laut
Tugas dan Tanggung Jawab :
a. Membantu Tenaga Ahli geologi dan geomorfologi laut dalam melakukan survey
geologi dan geomorfologi laut meliputi pengambilan sampel substrat dasar,
observasi morfologi pantai.
6) Operator GIS dan Remote Sensing
Tugas dan Tanggung Jawab :
a. Membantu proses pemasukan data digital spasial;
b. Membantu menyusun peta-peta tematik;
c. Membantu menginterpretasi citra;
d. Membantu menyusun database manajemen sistem sesuai standar Pedoman
Pemetaan RZWP3K;
7) Operator Komputer
Tugas dan Tanggung Jawab :
a. Membantu proses pemasukan data digital;
b. Membantu menyusun dokumen laporan;
c. Membantu dalam bidang administrasi kegiatan, surat menyurat dan lain-lain.
8) Kartografer
Tugas dan Tanggung Jawab :
a. Membantu Tenaga Ahli GIS dalam menyiapkan format standar (layout) peta
tematik maupun peta Rencana Zonasi

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN L.8-20


Lampiran 8. Contoh TOR RZWP-3-K

b. Membantu Tenaga Ahli GIS dalam menuangkan data dan informasi, serta
rencana ke dalam peta yang sesuai dengan kaidah-kaidah kartografi
9) CAD Drafter
Tugas dan Tanggung Jawab :
a. Membantu Tenaga Ahli Hidrografer dalam menuangkan data dan informasi
terkait dengan bathimetri

12. Jangka Waktu Penyediaan Kegiatan


(Jangka waktu pelaksanaan kegiatan Penyusunan RZWP-3-K disesuaikan dengan fokus
pekerjaan dan anggaran yang tersedia)

Tabel 2. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan


Bulan
No. Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Persiapan
a. Penyiapan personil dalam tim kerja (tenaga ahli dan
tenaga pendukung sesuai dengan tata laksana personil
b. Penyiapan administrasi
c. Studi literatur sebagai awal atau referensi untuk
pelaksanaan kegiatan
d. Penyusunan rencana kerja
2 Pengumpulan Data Sekunder
3 Perumusan Tujuan, Sasaran, Kebijakan, dan Strategi
4 Survey lapangan
5 Analisis Data dan Penyusunan Peta-Peta Tematik
6 Penyusunan dokumen awal
7 Konsultasi Publik I
8 Analisis Paket Sumberdaya
9 Analisis Kesesuaian
10 Analisis Non Spasial
11 Penetapan Alokasi Ruang
12 Penyusunan Dokumen Antara
13 Konsultasi Publik II
14 Penyusunan Dokumen Final dan Ranperda
15 Penyusunan Laporan
- Penyusunan laporan Pendahuluan
- Penyusunan Laporan Antara
- Penyusunan Draft Laporan Akhir
- Penyusunan Laporan Akhir
16 Pembahasan Laporan
1) pembahasan laporan di pusat
- inception meeting
- interim meeting
- draft final meeting
2) pembahasan laporan di daerah
- inception meeting
- interim meeting
- draft final meeting

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN L.8-21


Lampiran 8. Contoh TOR RZWP-3-K

13. Kegiatan Pelaporan


13.1. Penyusunan Laporan Pendahuluan
Laporan pendahuluan memuat antara lain :
a) Pendahuluan
b) Tinjauan Kebijakan
c) Metodologi
d) Gambaran Umum
e) Rencana Pelaksanaan Kegiatan, yang memuat :
- rencana kerja rinci (termasuk rencana lokasi pengambilan titik sample dataset);
- rencana waktu pelaksanaan (dibuat per hari);
- rencana mobilisasi tenaga ahli dan peralatan survei;

13.2. Penyusunan Laporan Antara


Laporan Antara merupakan Laporan Pendahuluan yang telah diperbaiki berdasarkan
masukan dan informasi yang diperoleh dari berbagai pemangku kepentingan di pusat
dan di daerah ditambahkan hasil analisa yang diperoleh dari data primer dan sekunder.

13.3. Penyusunan Draft Laporan Akhir


Draft laporan akhir merupakan penyempurnaan Laporan Antara yang telah diberikan
masukan dan informasi dari berbagai pemangku kepentingan di pusat dan telah
dilakukan pembahasan di daerah. Dalam tahap ini dapat dilakukan proses pengolahan
data dan analisis kembali.

13.4. Penyusunan Laporan Akhir


Laporan akhir memuat laporan pekerjaan yang telah dilakukan dalam penyusunan
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Laporan akhir memuat
Pendahuluan, Tinjauan Kebijakan, Metodologi, Gambaran Umum, dan Analisis.
Laporan Akhir disusun setelah Draft Laporan Akhir disepakati oleh semua pihak.

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN L.8-22


Lampiran 9. Contoh Komponen RAB (Rencana Anggaran Biaya) Penyusunan RZWP-3-K

RENCANA ANGGARAN BIAYA


Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K)
Provinsi
Tahun Anggaran 2013

Kode Tahapan Pelaksanaan dan Rincian Komponen Biaya Volume Satuan


1 2 3 4
Belanja Jasa Profesi
I BIAYA LANGSUNG PERSONEL
- Tenaga Ahli
- Ahli Pengelolaan Sumberdaya Pesisir (Team Leader) 12 OB
- Ahli Pengelolaan Sumberdaya Pesisir 4 OB
- Ahli SIG / Geografi 8 OB
- Ahli Oseanografi/Ahli Kelautan 6 OB
- Ahli Perikanan/Ahli Ekosistem Pesisir 4 OB
- Ahli Sosial Ekonomi 4 OB
- Ahli Geologi dan Geomorfologi laut 4 OB
- Ahli Permodelan hidrodinamika 4 OB
- Ahli Teknik Sipil (untuk reklamasi, dll) 4 OB
- Ahli Perencanaan Wilayah (untuk analisis kewilayahan dan lintas wilayah) 8 OB
- Ahli Hidrografer 4 OB
- Asisten Tenaga Ahli
- Tenaga Selam Perikanan (Instruktur) (1 orang x 6 hari) 1 OH
- Teknisi Oseanografi (1 orang x 17 hari) 17 OH
- Tenaga Survei Sosial Ekonomi (1 orang x 6 hari) 6 OH
- Tenaga Survei ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil 10 OH
- Tenaga Survei Geologi dan Geomorfologi Laut 17 OH
- Operator GIS dan Penginderaan Jauh (1 orang x 3 bulan) 3 OB
- Operator Komputer (1 orang x 5 bulan) 12 OB
- Kartografer ( 10 orang x 3 bulan) 30 OB
- Penyelam lokal (3 orang x 6 hari) 18 OH
- Tenaga Administrasi 12 OB
- Tenaga Survei Bathimetri 17 OH
- CAD Drafter 1 OB

II BIAYA LANGSUNG NON PERSONEL


1) Persiapan
A. Sosialisasi
Belanja Bahan
- Bahan Komputer 1 PKT
- ATK 1 PKT
- Penggandaan bahan 1 PKT
- Konsumsi pertemuan sosialisasi [60 ORG x 1 KL] 60 OK
Honor Output Kegiatan
- Honorarium Ketua/Wakil Sosialisasi [1 ORG x 1 KL] 1 OK
- Honorarium Anggota Panitia Sosialisasi [4 ORG x 1 KL] 4 OK
Belanja Barang Non Operasional Lainnya
- Uang Transport Kegiatan Dalam Kota [60 ORG x 1 KL] 60 OH
Belanja Sewa
- Sewa Kendaraan Roda 4 (Papua) [1 UNIT x 3 HR] 3 UH
- Sewa Ruangan [ 1 unit x 1 hari] 1 UH
Belanja Jasa Profesi
- Honorarium Narasumber Eselon II [1 ORG x 2 JAM x 1 KL] 2 OJ
- Honorarium Narasumber Eselon III [2 ORG x 2 JAM x 1 KL] 4 OJ
- Honorarium Moderator [1 ORG x 2 JAM x 1 KL] 2 OJ
Belanja Perjalanan Lainnya
- Perjalanan dalam rangka sosialisasi [3 ORG x 1 KL] 3 OK

B. Pembentukan Pokja
Belanja Bahan
- Konsumsi rapat koordinasi Tim Pokja [40 ORG x 3 KL] 60 OK
Honor Output Kegiatan
> Tim Pokja
- Honorarium Ketua/Wakil ketua [1 ORG x 5 KL] 5 OK
- Honorarium Sekretaris [1 ORG x 5 KL] 5 OK
- Honorarium Anggota [8 ORG x 5 KL] 40 OK
> Tim Pokja Lintas Sektor
- Honorarium Pengarah Tim Pelaksana Kegiatan [1 ORG x 5 BLN] 5 OB
- Honorarium Penanggung Jawab Tim Pelaksana Kegiatan [1 ORG x 5 KL] 5 OB
- Honorarium Ketua Tim Pelaksana Kegiatan [1 ORG x 5 BLN] 5 OB
- Honorarium Wakil Ketua Tim Pelaksana Kegiatan [1 ORG x 5 BLN] 5 OB
- Honorarium Sekretaris Tim Pelaksana Kegiatan [1 ORG x 5 BLN] 5 OB
- Honorarium Anggota Tim Pelaksana Kegiatan [6 ORG x 5 BLN] 30 OB
Belanja Barang Non Operasional Lainnya
- Uang Transport Kegiatan Dalam Kota [20 ORG x 3 LOK] 60 OH
Belanja Sewa
- Sewa Kendaraan Roda 4 (Papua) [1 UNIT x 3 HR] 3 UH
- Sewa Ruangan 1 UH
Belanja Perjalanan
- Perjalanan dalam rangka pembentukan pokja [ 3 ORG x 3 KL] 9 OK

2) Pengumpulan Data Sekunder


Belanja Bahan
- Penggandaan data terestrial 1 PKT
- Penggandaan data bathimetri 1 PKT
- Penggandaan data geologi dan geomorfologi 1 PKT
- Penggandaan data oseanografi 1 PKT
- Penggandaan data ekosistem pesisir dan sumber daya ikan 1 PKT
- Penggandaan data penggunaan lahan dan status lahan 1 PKT
- Penggandaan data pemanfaatan wilayah laut 1 PKT
- Penggandaan data sumber daya air 1 PKT
- Penggandaan data infrastruktur 1 PKT
- Penggandaan data sosial dan budaya 1 PKT
- Penggandaan data ekonomi wilayah 1 PKT
- Penggandaan data risiko bencana dan pencemaran 1 PKT

Belanja Modal
- Pengadaan citra sumberdaya 3 scene
- Pengadaan dan Pengolahan Peta Dasar Digital dan Hardcopy RBI 12
sheet
- Pengadaan dan Pengolahan Peta Dasar Digital dan Hardcopy LPI 7 sheet
- Pengadaan dan Pengolahan Peta Dasar Digital dan Hardcopy Dishidros 2 sheet

3) FGD Perumusan Tujuan, Sasaran, Kebijakan, dan Strategi

Belanja Bahan
- ATK 1 PKT
- Komputer 1 PKT
- Penggandaan Bahan 1 PKT
Belanja Sewa
- Sewa Kendaraan Roda 4 (papua) [1 UNIT x 3 HR] 3 UH
- Sewa ruangan 1 UH
Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Dalam Kota
- Uang Transport Kegiatan Dalam Kota [40 orang x 1 KL] 40 OK
- Konsumsi Rapat ( 40 orang x 1 KL) 40 OK
Belanja Perjalanan Lainnya
- Perjalanan dalam rangka Perumusan Tujuan, Sasaran 4 OK

4) Survei Lapangan
Belanja Bahan
- ATK 1 PKT
- Bahan Komputer 1 PKT
- Penggandaan Bahan 1 PKT

1 Survey Data Bathimetri


Belanja Sewa
- Sewa Kapal 3 UH
- Sewa Echosounder [ 1 unit x 4 Hari + 4 mob-demob] 8 UH
Belanja Perjalanan
- Perjalanan Tenaga Ahli Hidrografer 1 OK
- Perjalanan Asisten Tenaga Ahli Hidrografer 1 OK

2 Survey Data Geologi dan Geomorfologi Laut


Belanja Sewa
- Sewa Kapal (menggunakan kapal untuk survey oseanografi) 0 UH
- Sewa Alat Bor [ 1 unit x 13 Hari + 4 mob-demob] 17 UH
Belanja Jasa
- Analisis Lab 1 PKT
Belanja Perjalanan
- Perjalanan Tenaga Ahli Geologi dan Geomorfologi 1 OK
- Perjalanan Asisten Tenaga Ahli Geologi dan Geomorfologi 1 OK

3 Survey Data Oseanografi


Belanja Sewa
- Sewa Kapal untuk survey oseanografi [1 unit x 13 Hr] 13 UH
- Sewa Kapal untuk pemasangan alat [ 2 unit x 1 Hr] 2 UH
- GPS [1 UNIT x 13 HR + 4 hr mob-demob] 17 UH
a. Arus dan Gelombang
Belanja Sewa
- ADCP (2 unit x 3 hari + 4 hari mob-demob) 10 UH
Belanja Jasa
- Pengolahan data arus dengan ADCP 2 unit
b. Pasang Surut
Belanja Sewa
- Sewa Tide recorder [2 UNIT x 7 HR + 4 hari mob-demob] 18 UH
Belanja Jasa
- Pengolahan data pasang surut dengan tide recorder 2 unit
c. Substrat Dasar Laut
Belanja Sewa
- Sewa Grab Sampler (10 titik sampel) [1 UNIT x 13 HR + 4 hr mob-demob] 17 UH
- Analisis Substrat Laut 10 Sampel
d. Kualitas Air (Suhu, pH, Salinitas)
Belanja Sewa
- Sewa water checker [1 UNIT x 13 HR + 4 hr mob-demob] 17 UH
d.1) Kecerahan (165 titik sample)
Belanja Sewa
- Sewa Sechi dish [1 UNIT x 13 HR + 4 hr mob-demob] 17 UH
e. Survey Kimia perairan (COD, BOD, Ammonia)
Belanja Jasa
- Analisis kima perairan BOD, COD, Amonia (165 titik) 165 titik
f. Survey Biologi Perairan
Belanja Jasa
- Paket Analisis klorofil (165 titik sampel) 165 titik
g. Survey Pemanfaatan lahan perairan dan daratan / Infrastruktur
Belanja Sewa
- GPS [1 UNIT x 7 HR + 4 hr mob-demob] 17 UH
- Sewa Kendaraan Roda 4 [1 UNIT x 7 Hr] 10 UH
- Sewa kendaraan roda 2 10 UH

Belanja Perjalanaan Dalam Rangka Survei Oseanografi


- Ahli Oseanografi 1 OK
- Teknisi oseanografi [ 3 orang x 1 KL] 3 OK

4 Survey Data Ekosistem Pesisir dan Sumberdaya Ikan


Belanja Sewa
- Alat selam [4 UNIT x 6 HR] 24 UH
- Kompressor [1 UNIT x 6 HR] 6 UH
- Tabung selam [4 UNIT x 6 HR] 24 UH
- Under Water Camera [1 UNIT x 6 HR] 6 UH
- Transek, meteran, jangka sorong [1 UNIT x 6 HR] 6 UH
- Sewa Kapal utk survey ekosistem [1 UNIT x 6 HR] 6 UH
- GPS 10 UH
- Kapal utk survey sumberdaya ikan pelagis 6 UH
- Fishfinder 6 UH
- Jaring 6 UH
Belanja perjalanan
- Ahli Perikanan 1 OK
- Tenaga Selam (Instruktur) 1 OK
- Tenaga survei ekosistem [ 2 orang x 1 KL] 2 OK

5 Survey Pemanfaatan Ruang Laut


Belanja Sewa
- GPS [1 UNIT x 4 Hr+4 mob-demob] 8 UH
- Sewa Kendaraan Roda 4 [ 1 unit x 4 hr] 4 UH
- Sewa kendaraan roda 2 [1 unit x 4 hr] 4 UH
- Sewa kapal [1 unit x 4 hr] 4 UH
Belanja Perjalanan
- Ahli penginderaan jauh dan SIG 1 OK
- Asisten Ahli penginderaan jauh dan SIG 1 OK

6 Survei Infrastruktur
Belanja Sewa
- GPS [1 UNIT x 3 Hr + 4 hari mob-demob] 7 UH
- Sewa Kendaraan Roda 4 3 UH
Belanja Bahan
- Dokumentasi (kamera) [ 1 unit x 7 Hr] 7 UH
Belanja Perjalanan
- Ahli penginderaan jauh dan SIG 1 OK
- Asisten Ahli penginderaan jauh dan SIG 1 OK

7 Survei data Sosial dan Budaya


Belanja Bahan
- Penggadaan kuisioner 1 PKT
Belanja Sewa
- Sewa Kendaraan Roda 4 [ 1 unit x 3 hr] 5 UH
Belanja Bahan
- Dokumentasi [ 1 unit x 6 hr] 8 UH
Belanja Perjalanan
- Perjalanan Ahli Sosial Ekonomi 1 OK
- Perjalanan Asisten Ahli Sosial Ekonomi 1 OK

8 Survei Data Ekonomi Wilayah


Belanja Bahan
- Penggadaan kuisioner 1 PKT
Belanja Sewa
- Sewa Kendaraan Roda 4 [ 1 unit x 7 hr] 7 UH
Belanja Bahan
- Dokumentasi [ 1 unit x 6 hr] 8 UH
Belanja Perjalanan
- Perjalanan Ahli Sosial Ekonomi 1 OK
- Perjalanan Asisten Ahli Sosial Ekonomi 1 OK

9 Survei Data Risiko Bencana dan Pencemaran


Belanja Sewa
- Sewa botol sampel (menggunakan hasil survei osenografi) 0 PKT
- Sewa Sedimen Grab (menggunakan hasil survei osenografi) 0 UH
- Sewa GPS (menggunakan hasil survei osenografi) 0 UH
- Sewa Kapal (menggunakan hasil survei osenografi) 0 UH
- Sewa Kendaraan Roda 4 7 UH
Belanja Bahan
- Dokumentasi 10 UH
Belanja Jasa
- Paket Analisis logam berat Hg 108 sampel
- Paket Analisis logam berat Pb 108 sampel
- Paket Analisis logam berat Cd 108 sampel
- Pemodelan hidro-oseanografi bencana 1 PKT
Belanja Perjalanan
- Perjalanan tenaga ahli dalam rangka survei 1 OK
- Perjalanan tenaga pendukung dalam rangka survei 1 OK

5) Penyusunan Dokumen Awal


Belanja Bahan
- ATK 1 PKT
- Bahan Komputer 1 PKT
- Pencetakan Dokumen Awal 1 eksemplar
- Pencetakan Album Peta 2 eksemplar

6) Konsultasi Publik 1 dan 2


Belanja Bahan
- ATK 1 PKT
- Bahan Komputer 1 PKT
- Penggandaan Bahan 1 PKT
Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Dalam Kota
- Uang Transport Kegiatan Dalam Kota [40 ORG x 2 KL] 80 OK
- Konsumsi Rapat [40 orang x 2 KL] 80 OK
Belanja Sewa
- Sewa Kendaraan [ 1 unit x 3 hari x 2 KL] 6 UH
- Sewa Ruangan [ 1 unit x 1 hari x 2 KL] 2 UH
Belanja Perjalanan
- Perjalanan dalam rangka konsultasi publik [ 3 orang x 2 KL] 6 OK

7) Penyusunan Dokumen Antara


Belanja Bahan
- ATK 1 PKT
- Bahan Komputer 1 PKT
- Penggandaan Bahan 1 PKT
- Pencetakan Dokumen Antara 1 eksemplar
- Pencetakan Album Peta 2 eksemplar

8) Penyusunan Dokumen Final


Belanja Bahan
- ATK 1 PKT
- Bahan Komputer 1 PKT
- Pencetakan Dokumen Final dan Draft Ranperda 5 eksemplar
- Pencetakan Album Peta 2 eksemplar
- Softcopy DVD 10 Keping

9) Penyusunan Laporan Pendahuluan


Belanja Bahan
- ATK 1 PKT
- Bahan Komputer 1 PKT
- Pencetakan Laporan Pendahuluan 5 eksemplar

10) Pembahasan Laporan Pendahuluan di Pusat


Belanja Perjalanan Dinas Dalam Kota
- Konsumsi rapat ( 30 orang x 1 KL) 30 OK

11) Penyusunan laporan Antara


Belanja Bahan
- Pencetakan Laporan Antara 5 eksemplar
- Pencetakan Album Peta 2 eksemplar

12) Pembahasan Laporan Antara di Pusat


Belanja Perjalanan Dinas Dalam Kota
- Konsumsi rapat ( 30 orang x 1 KL) 30 OK

13) Penyusunan Draft laporan Akhir


Belanja Bahan
- Pencetakan Laporan Antara 5 eksemplar
- Pencetakan Album Peta 2 eksemplar

14) Pembahasan Draft Laporan Akhir di Pusat


Belanja Perjalanan Dinas Dalam Kota
- Konsumsi rapat ( 30 orang x 1 KL) 30 OK

15) Penyusunan Laporan Akhir


Belanja Bahan
- Pencetakan Laporan Akhir 5 eksemplar
- Pencetakan Album Peta 2 eksemplar

16) Pembahasan Laporan Akhir di Pusat


Belanja Perjalanan Dinas Dalam Kota
- Konsumsi rapat ( 30 orang x 1 KL) 30 OK

17) Pembahasan di Daerah dalam rangka laporan pendahuluan dan draft laporan akhir
Belanja Perjalanan Dinas Dalam Kota
- Konsumsi rapat ( 40 orang x 2 KL) 80 OK
- Uang Transport Kegiatan Dalam Kota [40 ORG x 2 KL] 80 OK
Belanja Sewa
- Sewa Kendaraan Roda 4 (Papua) [1 UNIT x 3 HR x 2 KL] 6 UH
- Sewa Ruangan [ 1 unit x 1 hari x 2 KL] 2 UH
Belanja Perjalanan
- Perjalanan Dalam Rangka Pembahasan [2 orang x 2 KL] 4 OK
Lampiran 10. Contoh Format Penyajian Peta

Standar layout Peta Tematik dan Peta Rencana Zonasi WP-3-K Skala Provinsi ( 1:250.000)

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN L.10-1


Lampiran 11. Contoh NLP (Nomor Lembar Peta)

2716 2816

2715 2815 2915 3015

2714 2814 2914 3014

2813 2913 3013

2912 3012

2911 3011

Tabel L11. Contoh Ilustrasi Pembagian NLP (Nomor Lembar Peta) skala 1:250.000

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN L.11-1


Lampiran 12. Contoh Peta Dasar dan Peta Tematik

Contoh Peta Dasar dan Peta Tematik


A. Peta dasar
1) Terestrial
1. Tanah

Gambar L.12. 1. Contoh Peta Jenis Tanah

2. Topografi

Gambar L.12. 2. Contoh Peta Topografi

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN L.12-1


Lampiran 12. Contoh Peta Dasar dan Peta Tematik

3. Kemiringan Lereng

Gambar L.12.3. Contoh Peta Kemiringan Lereng

2) Bathimetri

Gambar L.12.4. Contoh Peta Bathimetri

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN L.12-2


Lampiran 12. Contoh Peta Dasar dan Peta Tematik

B. Peta Tematik
1. Geologi

Gambar L.12.5. Contoh Peta Geologi

2. Geomorfologi

Gambar L.12.6. Contoh Peta Geomorfologi

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN L.12-3


Lampiran 12. Contoh Peta Dasar dan Peta Tematik

3. Oseanografi
a. Arus

Gambar L.12.7. Contoh Peta Arus

b. Gelombang

Gambar L.12.8. Contoh Peta Gelombang

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN L.12-4


Lampiran 12. Contoh Peta Dasar dan Peta Tematik

c. Data Fisika dan Kimia Perairan


1) Parameter Fisika

Gambar L.12. 9. Contoh Peta Suhu Permukaan

Gambar L.12.10. Contoh Peta Kecerahan

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN L.12-5


Lampiran 12. Contoh Peta Dasar dan Peta Tematik

Gambar L.12.11. Contoh Peta Sebaran TSS

2) Parameter Kimia

Gambar L.12.12. Contoh Peta Sebaran pH

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN L.12-6


Lampiran 12. Contoh Peta Dasar dan Peta Tematik

Gambar L.12.13. Contoh Peta Sebaran Salinitas

Gambar L.12.14. Contoh Peta Sebaran DO (Oksigen Terlarut)

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN L.12-7


Lampiran 12. Contoh Peta Dasar dan Peta Tematik

Gambar L.12.15. Contoh Peta Sebaran BOD

Gambar L.12.16. Contoh Peta Sebaran Ammonia

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN L.12-8


Lampiran 12. Contoh Peta Dasar dan Peta Tematik

Gambar L.12.17. Contoh Peta Sebaran Nitrat

Gambar L.12.18. Contoh Peta Sebaran Fosfat

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN L.12-9


Lampiran 12. Contoh Peta Dasar dan Peta Tematik

4. Penggunaan Lahan, Status Lahan dan Rencana Tata Ruang Wilayah

Gambar L.12.19. Contoh Peta Penggunaan Lahan

5. Pemanfaatan Wilayah Laut

Gambar L.12.20. Contoh Pemanfaatan Wilayah Laut

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN L.12-10


Lampiran 12. Contoh Peta Dasar dan Peta Tematik

6. Sumberdaya Air

Gambar L.12.21. Contoh Peta Sumberdaya Air

7. Ekosistem Pesisir dan Sumberdaya Ikan


a) Eksosistem Pesisir

Gambar L.12.22. Contoh Peta Mangrove

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN L.12-11


Lampiran 12. Contoh Peta Dasar dan Peta Tematik

Gambar L.12.23. Contoh Peta Terumbu Karang

Gambar L.12.24. Contoh Peta Lamun

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN L.12-12


Lampiran 12. Contoh Peta Dasar dan Peta Tematik

Gambar L.12.25. Contoh Peta Sumberdaya Ikan

8. Infrastruktur

Gambar L.12.26. Contoh Peta Infrastruktur

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN L.12-13


Lampiran 12. Contoh Peta Dasar dan Peta Tematik

9. Demografi dan Sosial

Gambar L.12.27. Contoh Peta Jumlah Penduduk

10. Ekonomi Wilayah

Gambar L.12.28. Contoh Peta Pergerakan Ekonomi Wilayah

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN L.12-14

Anda mungkin juga menyukai