Makalah Sejarah Dan Perkembangan IKM
Makalah Sejarah Dan Perkembangan IKM
Perkembangan Ilmu
Kesehatan Masyarakat
Nurramadhani.A.Sida
(F1F1 11 114)
KELAS A GENAP
Pharmacy Programe
Sains and Math Departement
Halu Oleo University
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT, atas segala limpahan Rahmat dan
Hidayah_Nya berupa islam, iman, ilmu, dan kesehatan, sehingga penulis dapat
Masyaakat” ini.
sebagai manusia yang tidak luput dari kesalahan, penulis menerima setiap kritik
hasanah ilmu pengetahuan serta dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
cabang ilmu, akan lahir ilmu-ilmu baru yang masih saling berkaitan, salah
merupakan salah satu contoh dari perluasan cabang ilmu kesehatan dan
merupakan gabungan dari ilmu sanitasi dan kedokteran, tidak salah bila
materi yang dipaparkan pada ilmu ini banyak mengenai penyakit dan
hasil pemikiran para ahli yang pada akhirnya merumuskan hasil pemikirannya
seorang pelajar selain mnegetahui ilmu yang telah ada juga perlu mengetahui
sejarah ditemukan ilmu tersebut. Hal ini berlaku untuk semua jenis cabang
di Indonesia ?
C. Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
masyarakat di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
Yunani, yakni Asclepius dan Higeia. Berdasarkan cerita mitos Yunani tersebut
Asclepius disebutkan sebagai seorang dokter pertama yang tampan dan pandai
meskipun tidak disebutkan sekolah atau pendidikan apa yang telah ditempuhnya
tetapi diceritakan bahwa ia telah dapat mengobati penyakit dan bahkan melakukan
beracun, makan makanan yang bergizi (baik), cukup istirahat dan melakukan
olahraga.
tersebut, antara lain lebih baik dengan memperkuat tubuhnya dengan makanan
yang baik daripada dengan pengobatan atau pembedahan. Dari cerita mitos
Yunani, Asclepius dan Higeia tersebut, akhirnya muncul 2 aliran atau pendekatan
pendekatan kuratif (pengobatan). Kelompok ini pada umumnya terdiri dari dokter,
penyakit baik fisik, psikis, mental maupun sosial. Sedangkan kelompok kedua,
antara kedua kelompok profesi, yakni pelayanan kesehatan kuratif (curative health
care) dan pelayanan pencegahan atau preventif (preventive health care). Kedua
kelompok ini dapat dilihat perbedaan pendekatan yang dilakukan antara lain
sasaran secara individual, kontak terhadap sasaran (pasien) pada umumnya hanya
sekali saja. Jarak antara petugas kesehatan (dokter, drg, dan sebagainya) dengan
pasien atau sasaran cenderung jauh. Sedangkan pendekatan preventif, sasaran atau
Kedua, pendekatan kuratif cenderung bersifat reaktif, artinya kelompok ini pada
menunggu pasien datang di Puskesmas atau tempat praktek. Kalau tidak ada
pasien datang, berarti tidak ada masalah, maka selesailah tugas mereka, bahwa
pasien datang di kantor atau di tempat praktek mereka, tetapi harus turun ke
menangani klien atau pasien lebih kepada sistem biologis manusia atau pasien
hanya dilihat secara parsial, padahal manusia terdiri dari kesehatan bio-psikologis
dan sosial, yang terlihat antara aspek satu dengan yang lainnya.Sedangkan
terganggunya sistem biologi individual tetapi dalam konteks yang luas, aspek
Dari kebudayaan yang paling luas yakni Babylonia, Mesir, Yunani dan
Roma telah tercatat bahwa manusia telah melakukan usaha untuk menanggulangi
peraturan tertulis yang mengatur tentang pembuangan air limbah atau drainase
Pada zaman ini juga diperoleh catatan bahwa telah dibangun tempat pembuangan
kotoran (latrin) umum, meskipun alasan dibuatnya latrine tersebut bukan karena
kesehatan. Dibangunnya latri umum pada saat itu bukan karena tinja atau kotoran
manusia dapat menularkan penyakit tetapi tinja menimbulkan bau tak enak dan
pada waktu itu dengan alasan bahwa minum air kali yang mengalir sudah kotor itu
terasa tidak enak, bukan karena minum air kali dapat menyebabkan penyakit.
Dari dokumen lain tercatat bahwa pada zaman Romawi kuno telah
Bahkan pada waktu itu telah ada keharusan pemerintah kerajaan untuk melakukan
penyakit menular mulai menyerang sebagian besar penduduk dan telah menjadi
epidemi bahkan di beberapa tempat telah menjadi endemi. Penyakit kolera telah
tercatat sejak abad ke-7 menyebar dari Asia khususnya Timur Tengah dan Asia
Selatan ke Afrika. India disebutkan sejak abad ke-7 tersebut telah menjadi pusat
endemi kolera. Disamping itu lepra juga telah menyebar mulai dari Mesir ke Asia
Kecil dan Eropa melalui para emigran. Upaya-upaya untuk mengatasi epidemi dan
ventilasi rumah telah tercatat menjadi bagian dari kehidupan masyarakat pada
waktu itu. Pada abad ke-14 mulai terjadi wabah pes yang paling dahsyat, di China
dan India. Pada tahun 1340 tercatat 13.000.000 orang meninggal karena wabah
pes, dan di India, Mesir dan Gaza dilaporkan bahwa 13.000 orang meninggal tiap
hari karena pes. Menurut catatan, jumlah meninggal karena wabah pes di seluruh
dunia waktu itu mencapai lebih dari 60.000.000 orang. Oleh sebab itu waktu itu
disebut “the Black Death”. Keadaan atau wabah penyakit-penyakit menular ini
berlangsung sampai menjelang abad ke-18. Disamping wabah pes, wabah kolera
Telah tercatat bahwa pada tahun 1603 lebih dari 1 diantara 6 orang
meninggal, dan pada tahun 1663 sekitar 1 diantara 5 orang meninggal karena
penyakit menular. Pada tahun 1759, 70.000 orang penduduk kepulauan Cyprus
meninggal karena penyakit menular. Penyakit-penyakit lain yang menjadi wabah
pada waktu itu antara lain difteri, tipus, disentri dan sebagainya. Dari catatan-
Bangkitnya ilmu pengetahuan pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19
khususnya penyakit hanya dilihat sebagai fenomena biologis dan pendekatan yang
dilakukan hanya secara biologis yang sempit, maka mulai abad ke-19 masalah
kesehatan adalah masalah yang kompleks. Oleh sebab itu pendekatan masalah
pada abad ilmu pengetahuan ini juga mulai ditemukan berbagai macam penyebab
penyakit dan vaksin sebagai pencegah penyakit. Louis Pasteur telah berhasil
asam carbol (Carbolic Acid) untuk sterilisasi ruang operasi dan William Marton
dilakukan pada tahun 1832 di Inggris. Pada waktu itu sebagian besar rakyat
Inggris terserang epidemi (wabah) kolera, terutama terjadi pada masyarakat yang
tinggal di perkotaan yang miskin. Kemudian parlemen Inggris membentuk komisi
untuk penyelidikan dan penanganan masalah wabah kolera ini. Edwin Chadwich
seorang pakar sosial (social scientist) sebagai ketua komisi ini akhirnya
kondisi sanitasi yang jelek, sumur penduduk berdekatan dengan aliran air kotor
dan pembuangan kotoran manusia. Air limbah yang mengalir terbuka tidak
teratur, makanan yang dijual di pasar banyak dirubung lalat dan kecoa. Disamping
itu ditemukan sebagian besar masyarakat miskin, bekerja rata-rata 14 jam per hari,
dengan gaji yang dibawah kebutuhan hidup. Sehingga sebagian masyarakat tidak
mampu membeli makanan yang bergizi. Laporan Chadwich ini dilengkapi dengan
analisis data statistik yang bagus dan sahih. Berdasarkan laporan hasil
Pada tahun 1848, John Simon diangkat oleh pemerintah Inggris untuk
menangani masalah kesehatan penduduk (masyarakat). Pada akhir abad ke-19 dan
awal abad ke-20 mulai dikembangkan pendidikan untuk tenaga kesehatan yang
profesional. Pada tahun 1893 John Hopkins, seorang pedagang wiski dari
Mulai tahun kedua para mahasiswa sudah mulai melakukan kegiatan penerapan
ilmu di masyarakat. Pengembangan kurikulum sekolah kedokteran sudah
didasarkan kepada suatu asumsi bahwa penyakit dan kesehatan itu merupakan
hasil interaksi yang dinamis antara faktor genetik, lingkungan fisik, lingkungan
kesehatan.
yang telah dibentuk di masing-masing kota, seperti Baltimor telah terbentuk pada
tahun 1798, South Carolina tahun 1813, Philadelphia tahun 1818, dan sebagainya.
Indonesia
yang mula mula tertarik kepada kematian yang terjadi di kalangan masyarakat
kota kota besar di Inggris. Dari pengamatannya yang teliti dapat menghimpun
data yang berkaitan dengan penyakit, sehingga angka kematian pada golongan
masyarakat dapat dicatat dengan sangat teliti. Bertitik tolak dari penelitiannya, ia
masyarakat yang diterima oleh WHO, yang kemudian lahirlah berbagai defenisi
sehat, balasan-balasan tentang usaha usaha pokok kesehatan (basic health service).
pula pengobatan preventif pada unit unit tersebut. Tingkat III : Pelaksanaan
sangat ditakuti masyarakat pada waktu itu. Kolera masuk di Indonesia tahun 1927
dan tahun 1937 terjadi wabah kolera eltor di Indonesia kemudian pada tahun 1948
Sehingga berawal dari wabah kolera tersebut maka pemerintah Belanda pada
bidang kesehatan masyarakat yang lain pada tahun 1807 pada waktu pemerintahan
Gubernur Jenderal Daendels, telah dilakukan pelatihan dukun bayi dalam praktek
persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka penurunan angka kematian bayi
yang tinggi pada waktu itu. Akan tetapi upaya ini tidak berlangsung lama karena
langkanya tenaga pelatih kebidanan kemudian pada tahun 1930 dimulai lagi
dengan didaftarnya para dukun bayi sebagai penolong dan perawatan persalinan.
Selanjutnya baru pada tahun 1952 pada zaman kemerdekaan pelatihan secara
cermat dukun bayi tersebut dilaksanakan lagi. Pada tahun 1851 sekolah dokter
Jawa didirikan oleh dr. Bosch, kepala pelayanan kesehatan sipil dan militer dan
dr. Bleeker di Indonesia. Kemudian sekolah ini terkenal dengan nama STOVIA
(School Tot Oplelding Van Indiche Arsten) atau sekolah untuk pendidikan dokter
pribumi. Setelah itu pada tahun 1913 didirikan sekolah dokter yang kedua di
Pada tahun 1927, STOVIA berubah menjadi sekolah kedokteran dan akhirnya
1938, pusat laboratorium ini berubah menjadi Lembaga Eykman dan selanjutnya
cacar dan sebagainya bahkan untuk bidang kesehatan masyarakat yang lain seperti
Pada tahun 1922 pes masuk Indonesia dan pada tahun 1933, 1934 dan
1935 terjadi epidemi di beberapa tempat, terutama di pulau Jawa. Kemudian mulai
Tercatat pada tahun 1941, 15.000.000 orang telah memperoleh suntikan vaksinasi.
kesakitan ini adalah karena jeleknya kondisi sanitasi lingkungan. Masyarakat pada
bahkan di pinggir jalan padahal mereka mengambil air minum juga dari kali.
karena perilaku penduduk. Oleh sebab itu, untuk memulai upaya kesehatan
masyarakat, Hydrich mengembangkan daerah percontohan dengan melakukan
(Bandung Plan) pada tahun 1951 oleh dr. Y. Leimena dan dr. Patah, yang
preventif tidak dapat dipisahkan. Hal ini berarti dalam mengembangkan sistem
pelayanan kesehatan di Indonesia kedua aspek ini tidak boleh dipisahkan, baik di
sebagai bagian dari upaya pengembangan kesehatan masyarakat. Pada tahun 1956
ini oleh dr. Y. Sulianti didirikan Proyek Bekasi (tepatnya Lemah Abang) sebagai
Proyek ini disamping sebagai model atau konsep keterpaduan antara pelayanan
kesehatan pedesaan dan pelayanan medis, juga menekankan pada pendekatan tim
Inderapura (Sumatera Utara), Lampung, Bojong Loa (Jawa Barat), Sleman (Jawa
dengan kondisi dan kemampuan rakyat Indonesia. Pada waktu itu dibahas konsep
puskesmas yang dibawakan oleh dr. Achmad Dipodilogo yang mengacu kepada
1968 dalam rapat kerja kesehatan nasional, dicetuskan bahwa puskesmas adalah
menyeluruh dan mudah dijangkau dalam wilayah kerja kecamatan atau sebagian
Pada tahun 1969, sistem puskesmas hanya disepakati 2 saja, yakni tipe A
dan B dimana tipe A dikelola oleh dokter sedangkan tipe B hanya dikelola oleh
lain, yakni micro planning untuk perencanaan dan lokakarya mini (Lokmin) untuk
2. Keluarga berencan
3. Gizi
5. imunisasi
BAB III
KESIMPULAN
sejak zaman Romawi dna baru pada abad ke 7 kesehatan masyarakat baru
pada waktu itu dimulai dengan adanya upaya pemberantasan cacar dan kolera