Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata strategi memiliki arti (1) siasat perang (2) ilmu siasat perang
(3) tempat yang baik menurut siasat perang (4) rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk
mencapai sasaran khusus.
Porter (1996) mengatakan bahwa strategi adalah “alat yang sangat penting untuk mencapai keunggulan
bersaing”.
Glueck dan Jauch (1991) mendefinisikan bahwa strategi adalah “satu kesatuan rencana yang
komprehensif dan terpadu yang menghubungkan kekuatan strategi perusahaan dengan lingkungan
yang dihadapi, semuanya menjamin agar tujuan perusahaan tercapai”.
Mulyadi (2001:72) berpendapat bahwa strategi adalah “pola tindakan utama yang dipilih untuk
mewujudkan visi organisasi, melalui misi”.
Strategi diartikan oleh manajer sebagai rencana mereka yang berskala besar dan berorientasi
kepada masa depan untuk berinteraksi dengan lingkungan persaingan guna mencapai sasaran-sasaran
perusahaan. Strategi adalah “rencana main suatu perusahaan”. Meskipun rencana itu tidak secara persis
merinci semua pemanfaatan SDM, keuangan dan bahan dimasa mendatang, ia memberikan kerangka
untuk keputusan manajerial. Strategi mencerminkan kesadaran perusahaan mengenai bagaimana,
kapan dan dimana ia harus bersaing, melawan siapa, dan untuk maksud (purpose) apa (Pearce dan
Robinson, 1997:20).
Strategi tidak hanya dibutuhkan oleh organisasi profit saja tetapi juga oleh organisasi non profit seperti
rumah sakit, pemerintah daerah, universitas, gereja, organisasi masyarakat, organisasi politik dan
lembaga sosial lainnya. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa organisasi yang mempunyai
strategi yang formal dan jelas, kinerjanya lebih unggul dibandingkan dengan organisasi yang strateginya
tidak terformulasikan dengan jelas (M.S.Idrus, 1997:4).
Strategi dalam perkembangannya memiliki kaitan erat dengan ilmu manajemen kemudian berkembang
dengan istilah manajemen strategi. Dalam manajemen strategi perlu dilandasi dengan fungsi-fungsi
manajemen agar tujuan dari strategi tersebut benar-benar dapat dicapai secara efektif.
Manajemen strategik adalah suatu seni dan ilmu dalam hal pembuatan (formulating), penerapan
(implementing), dan evaluasi (evaluating) keputusan-keputusan antar fungsi yang memungkinkan
sebuah organisasi mencapai tujuannya dimasa mendatang (Umar:1996:86).
Menurut Hitt dkk (1997:7) “Manajemen strategis adalah proses untuk membantu organisasi dalam
mengidentifikasi apa yang ingin mereka capai, dan bagaimana seharusnya mereka mencapai hasil yang
bernilai”. Besarnya peranan manajemen strategis semakin banyak diakui pada masa-masa ini dibanding
masa-masa sebelumnya. Dalam perkembangan global yang memungkinkan pergerakan barang dan jasa
secara bebas diantara berbagai negara, perusahaan-perusahaan terus ditantang untuk semakin
kompetitif. Banyak dari perusahaan yang telah meningkatkan tingkat kompetisinya ini menawarkan
produk kepada konsumen dengan nilai yang lebih tinggi, dan hal ini sering menghasilkan laba diatas
rata-rata.
Pearce dan Robinson (1997:20) membuat definisi yang formal, manajemen strategis didefinisikan
sebagai sekumpulan keputusan dan tindakan yang menghasilkan perumusan (formulasi) dan
pelaksanaan (implementasi) rencana-rencana yang dirancang untuk mencapai sasaran-sasaran
perusahaan.
Manajemen strategi dilaksanakan oleh seluruh level manajemen dalam perusahaan. Ditinjau dari tugas
dan fungsinya, manajemen strategi membentuk suatu piramida, dimana setiap tugas pada tingkatan
piramida tersebut secara bersama melakukan formulasi strategi yang telah ditetapkan, sehingga
pelaksanaannya bersifat bertingkat.
Thomson dan Stricland (1998:44) membedakan hierarki strategi berdasarkan macam bisnis yang
dilakukan, sehingga dapat dibedakan menjadi 2 macam hirarki strategi, yaitu corporate
strategy dan business strategy.
Gambar 2.1
Piramida Strategi
a. Corporate Strategy, merupakan strategi perusahaan yang dikhususkan pada beragam bisnis
atau sekumpulan bisnis.
b. Business Strategy, sering disebut strategi kompetitif karena selain sebagai wujud strategi
perusahaan dengan lini bisnis tunggal, juga berhubungan dengan produk atau jasa di pasar.
c. Functional Strategy, merupakan strategi yang berkaitan dengan interpretasi peran dari fungsi
atau departemen dalam menerapkan strategi bisnis atau strategi korporat.
d. Operating Strategy, merupakan strategi yang bersifat lebih terbatas, yaitu pada tingkatan unit
operasional dan untuk menangani tugas operasional harian dari strategi, sehingga lebih bersifat
berkelanjutan.
Strategi merupakan rencana tindakan yang bersifat umum, berjangka panjang (orientasi kedepan) dan
luas cakupannya. Strategi lebih menitik beratkan kepentingan perusahaan daripada kepentingan
konsumen atau bidang-bidang fungsional lainnya. Konsep strategi tidak membahas satu bidang saja
tetapi semua bidang yang ada di perusahaan yang kemudian berintegrasi.
Manajemen strategi harus dipandang sebagai sebuah proses karena terdapat arus informasi yang dilalui
melalui tahapan-tahapan analisis yang saling terkait menuju pencapaian tujuan. Manajemen strategi
sebagai sebuah proses mempunyai implikasi penting. Pertama, suatu perubahan pada satu komponen
akan mempengaruhi beberapa bahkan semua komponen yang lain. Kedua, bahwa perumusan dan
implementasi strategi terjadi secara berurutan dan ketiga diperlukan umpan balik dari pelembagaan,
tinjauan ulang (review), dan evaluasi terhadap tahap-tahap awal proses ini.
Menurut Jauch dan Glueck (1998:6) proses manajemen strategi adalah “cara atau jalan dimana dimana
para perencana strategi menentukan sasaran dan mengambil keputusan”. Beberapa tahapan penting
yang dirumuskan yaitu :
5. Memilih Strategi
6. Implementasi Strategi
7. Evaluasi Strategi
Wright, Pringle dan Kroll (1993:4) menyusun langkah-langkah proses manajemen strategi, sebagai
berikut :
1. Menganalisis kesempatan dan ancaman atau keberadaan organisasi terhadap dunia luarnya.
4. Merumuskan strategi (dasar hukum, pangsa pasar dan tindakan fungsional agar memperoleh
kesesuaian antara kekuatan dan kelemahan dengan kesempatan dan ancaman-ancaman dari
lingkungannya).
5. Strategi Implementasi.
Menurut Pearce dan Robinson (1997:20), proses manajemen strategi terdiri atas sembilan tugas
penting, yaitu :
1. Merumuskan misi perusahaan, meliputi rumusan umum tentang maksud keberadaan (purpose),
filosofi (philosophy), dan tujuan (goal)
3. Menilai lingkungan ekstern perusahaan, meliputi baik pesaing maupun faktor-faktor kontekstual
umum.
4. Menganalisis opsi perusahaan dengan mencocokkan sumber dayanya dengan lingkungan ekstern.
5. Mengidentifikasi opsi yang paling dikehendaki dengan mengevaluasi setiap opsi yang ada
berdasarkan misi perusahaan.
6. Memilih seperangkat sasaran jangka panjang dan strategi umum (grand strategy) yang akan
mencapai pilihan yang paling dikehendaki.
7. Mengembangkan sasaran tahunan dan strategi jangka pendek yang sesuai dengan sasaran jangka
panjang dan strategi umum yang dipilih.
8. Mengimplementasikan pilihan strrategik dengan cara mengalokasikan sumber daya anggaran yang
menekankan pada kesesuaian antara tugas, SDM, struktur, teknologi, dan sistem imbalan.
9. Mengevaluasi keberhasilan proses strategik sebagai masukan bagi pengambilan keputusan yang
akan datang.
Gambar 2.2
Diprint terpisah
Dengan melihat kepada model diatas, maka dapat disimpulkan bahwa manajemen strategi merupakan
suatu proses yang saling berkaitan antara satu dengan yang lain. Dengan menggunakan suatu proses
manajemen strategi yang bertahap, maka akan menghasilkan formulasi strategi, implementasi strategi
dan evaluasi strategi secara sistematis.
Sedangkan Greenley (1989:16) menyatakan proses manajemen strategi terdiri dari empat tahap utama :
2. Planning Direction
3. Planning Strategy
4. Implementing Strategy
Menurut Pearce dan Robinson, secara umum, proses manajemen strategi dapat dijelaskan sebagai
berikut :
2.2.1. Penentuan Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan
Menurut Pearce dan Robinson (1997:55) visi adalah suatu keinginan terhadap suatu kondisi dimasa yang
akan datang sesuai dengan cita-cita seluruh anggota perusahaan.
Sedangkan menurut Gaspersz (2002:4), visi adalah suatu pernyataan menyeluruh tentang gambaran
ideal yang ingin dicapai oleh organisasi di masa yang akan datang, dengan batasan sebagai berikut:
2. Pencitraan ideal dimasa yang akan datang, yang mempengaruhi mental orang-orang agar berhasrat
mencapainya.
Misi adalah tujuan mendasar (fundamental purpose) yang membedakan suatu perusahaan dari
perusahaan lain yang sejenis dan yang menjelaskan cakupan operasionalnya dalam bentuk produk dan
pasar (Pearce dan Robinson, 1997:55).
Gaspersz (2002:4) menyatakan misi adalah suatu pernyataan bisnis dari perusahaan. Misi mempunyai
batasan :
4. Memberikan basis untuk pembuatan keputusan tentang alokasi sumber daya dan penerapan
tujuan yang tepat.
5. Mendefinisikan bisnis sekarang dan yang akan datang dalam bentuk produk, skor, pelanggan,
alasan-alasan dan pasar.
Sedangkan tujuan menurut Mulyadi (2001:93) adalah pernyataan luas tentang apa yang akan
diwujudkan oleh organisasi. Tujuan merupakan penjabaran dari misi.
Lingkungan selalu cepat berubah dan kecepatan perubahan itu sulit untuk diprediksi. Untuk itu
perusahaan harus benar-benar dapat menganalisa perubahan tersebut dengan baik karena analisa
lingkungan sangat diperlukan oleh suatu perusahaan untuk menentukan alternatif strategi yang akan
diambil sehingga tujuan dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Analisa lingkungan adalah “analisis untuk menentukan peluang dan ancaman yang mempunyai arti
penting bagi perusahaan di masa yang akan datang yang meliputi juga upaya penentuan kekuatan dan
kelemahan perusahaan pada waktu sekarang atau yang mungkin berkembang” (Jauch dan Glueck,
1998:87).
Untuk mengetahui keberadaan suatu perusahaan, lingkungan yang ada perlu dianalisa dengan baik
untuk menghasilkan tujuan perusahaan yang sesuai dengan rencana. Lingkungan yang harus dianalisa
yaitu :
Lingkungan eksternal merupakan salah satu faktor penting yang akan mempengaruhi formulasi dan
keputusan yang bersifat strategik bagi suatu perusahaan. Kajian terhadap lingkungan eksternal
perusahaan nantinya akan menghasilkan peluang (opportunities) dan tantangan (threat) bagi suatu
perusahaan dalam suatu industri. Pearce dan Robinson membagi lingkungan eksternal perusahaan
menjadi 3 sub kategori yang saling berkaitan, yaitu :
Gambar 2.3
a. Lingkungan Jauh (Remote Environment), terdiri dari faktor-faktor dari luar dan biasanya tidak
berhubungan dengan kondisi operasional suatu perusahaan, terdiri dari:
(1). Faktor Ekonomi.
Faktor ini berkaitan dengan sifat dan arah sistem ekonomi tempat suatu perusahaan beroperasi. Faktor-
faktor ini antara lain ketersediaan kredit, disposible income, kecenderungan belanja masyarakat, suku
bunga primer dan lain-lain.
Faktor sosial yang mempengaruhi suatu perusahaan adalah kepercayaan, nilai, sikap, dan gaya hidup
orang-orang di lingkungan ekstern perusahaan, yang berkembang dari pengaruh kultural, ekologi,
demografi, agama, pendidikan, etnik dan lain-lain.
(3). Faktor Politik.
Stabilitas dan arah faktor-faktor politik merupakan pertimbangan penting bagi manajer dalam
merumuskan strategi perusahaan. Faktor-faktor politik termasuk stabilitas keamanan, regulasi, situasi
politik, supremasi hukum dan lain-lain.
(4). Faktor Teknologi.
Untuk menghindari keusangan dan mendorong inovasi, perusahaan harus mewaspadai teknologi yang
semakin canggih, karena teknologi beradaptasi dengan perusahaan terhadap produk baru,
penyempurnaan produk dan teknik produksi.
(5). Faktor Demografi dan Epidemologi.
Istilah demografi mengacu pada hubungan antara manusia dan makhluk hidup lainnya dengan udara,
tanah dan air yang mendukung kehidupan mereka. Ancaman terhadap pendukung kehidupan tersebut
nantinya dapat juga menjadi ancaman bagi perusahaan apabila tidak ada kebijakan khusus untuk
menanganinya. Epidemology mengacu pada hubungan antara berbagai faktor yang menentukan
frekwensi dan distribusi penyakit pada komunitas manusia.
Faktor-faktor dalam lingkungan jauh ini memberikan peluang, ancaman dan kendala bagi perusahaan,
namun jarang sekali perusahaan mempunyai pengaruh terhadapnya.
Pendatang baru membawa masuk kapasitas baru, keinginan untuk merebut bagian pasar, dan juga
sumber daya yang cukup besar. Besarnya ancaman masuk tergantung dari hambatan masuk yang ada
dan dari reaksi peserta persaingan yang sudah ada.
Pemasok dapat memanfaatkan kekuatan tawar menawarnya atas para anggota industri dengan
menaikkan harga atau menurunkan kualitas barang dan jasa yang dijualnya.
Pembeli atau konsumen dapat juga menekan harga, menuntut kualitas tinggi atau layanan yang lebih
banyak, serta dapat mengadu sessama anggota industri yang berakibat turunnya laba industri.
Derngan menetapkan batas harga tertinggi (ceiling price), produk atau jasa substitusi dapat membatasi
potensi suatu industri. Jika industri tidak mampu meningkatkan kualitas atau mendiferensiasikannya,
maka laba dan pertumbuhan industri dapat terancam.
Menurut Pearce dan Robinson (1997:25) keadaan pesaingan suatu industri tergantung pada lima
kekuatan persaingan pokok, yaitu : pendatang baru yang potensial, tingkat rivalitas diantara pesaing
yang ada, produk substitusi, kekuatan tawar menawar pembali, kekuatan tawar menawar pemasok. Jika
digambarkan :
Gambar 2.4
Sumber : Pearce dan Robinson, Manajemen Strategik : Formulasi, Implementasi, dan Pengendalian,
1997.
a. Kekuatan Konsumen, konsumen dapat memaksa untuk mendapatkan pelayanan yang lebih baik
apabila mereka memiliki posisi penawaran yang lebih baik daripada penjual.
b. Kekuatan Pemasok, pemasok yang memiliki kekuatan penawaran yang besar daripada pembeli,
dapat mengontrol kerja dan melakukan ancaman penurunan mutu atau kenaikan harga.
c. Ancaman Produk Pengganti, produk lain yang dapat menjalankan fungsi yang sama seperti pada
produk dalam industri, sehingga pada akhirnya perusahaan tidak hanya berkompetisi dengan
perusahaan sejenis tetapi juga dengan industri yang menghasilkan produk pengganti.
d. Ancaman Pesaing Potensial, pesaing baru pada industri akan berpengaruh terhadap peta
penguasaan yang telah ada karena masuknya pesaing baru berarti adanya penambahan kapasitas
produksi tersebut.
e. Persaingan diantara para Pesaing, tingkat persaingan diantara pesaing yang ada dipengaruhi
diantaranya oleh jumlah pesaing. Kekuatan pesaing, kesamaan produk dan strategi, tingginya biaya
tetap, perjanjian atau kesepakatan antara pesaing, ukuran dan kondisi rintangan keluar.
Menilai posisi bersaing dapat meningkatkan kesempatan perusahaan untuk merancang strategi dengan
mengoptimalkan peluang yang muncul dari lingkungan.
(3). Faktor Pemasok.
Dalam menilai hubungan perusahaan dengan para pemasoknya, beberapa faktor selain dari kekuatan
hubungan itu sendiri, perlu dipertimbangkan seperti harga pemasok, biaya pengiriman, tingkat
ketergantungan perusahaan dan sebagainya.
(4). Faktor Kreditor.
Dalam hal posisi bersaing yang menyangkut kreditur, maka perlu dijaga hubungan baik dengan kreditur.
Hal ini sangat penting sekali untuk mempertahankan tingkat keprcayaan kreditur untuk memperlancar
kinerja perusahaan.
Kemampuan untuk menarik dan mempertahankan karyawan yang berkemampuan sangat penting untuk
keberhasilan perusahaan. Akses kepada karyawan yang dibutuhkan, dipengaruhi oleh 3 faktor utama,
yaitu : reputasi perusahaan, tingkat kesempatan kerja, ketersediaan sumber daya manusia dengan
ketrampilan yang dibutuhkan.
Ialah suatu lingkungan yang berada didalam perusahaan itu sendiri (manajemen perusahaan) sehingga
dapat diketahui tentang kekuatan dan kelemahan perusahaan, dengan cara mengkaji profil yang ada
pada perusahaan.
Pearce dan Robinson (1997:234) menyatakan bahwa analisis lingkungan internal perusahaan dapat
dijalankan melalui pengembangan profil perusahaan, melalui tahap-tahap :
1. Langkah Pertama; menelaah aspek-aspek kunci dari operasi perusahaan, membidik bidang-bidang
kunci untuk penilaian lebih lanjut. Identifikasi dilakukan terhadap faktor-faktor strategik intern
perusahaan baik dilihat dari rancangan fungsional maupun perusahaan secara keseluruhan.
2. Langkah Kedua; mengevaluasi keadaan perusahaan dalam faktor ini dengan membandingkan
kondisi mereka sekarang dengan kondisi yang lalu. Pada langkah inilah perusahaan telah dapat memulai
langkah perencanaan mereka.
3. Langkah Ketiga, pada langkah ini perlu dicari pembanding agar lebih akurat dalam menentukan
apakah kondisi dalam suatu faktor strategik intern merupakan suatu kekuatan atau kelemahan. Ada 3
perspektif untuk menjalankan hal tersebut yaitu persyaratan sukses kunci pada berbagai tahap evolusi
produk pasar yang relevan, kapabilitas pesaing kunci, dan persyaratan sukses dalam industri sektor
pasar yang dimasuki.
4. Langkah Keempat; profil perusahaan yang dihasilkan dalam langkah-langkah sebelumnya akan
menjadi input yang sangat penting bagi proses manajemen strategi, terutama selama tahap formulasi
strategi.
Lebih lanjut dinyatakan oleh (Pearce dan Robinson, 1997:238-239) terdapat beberapa faktor internal
kunci yang biasanya menjadi fokus analisis internal pada sebagian besar perusahaan. Faktor internal
kunci adalah kapabilitas, keterbatasan dan karakteristik dasar perusahaan. Antara lain :
1. Pemasaran; antara lain produk atau jasa perusahaan, bagian pasar, citra, promosi dan periklanan,
saluran distribusi, strategi penetapan harga, layanan purna jual dan lain-lain.
2. Keuangan dan Akunting; antara lain kemampuan modal, hubungan dengan investor dan pemegang
saham, biaya, laporan rugi laba, neraca, analisis rasio keuangan, sistem anggaran dan lain-lain.
3. Produksi, Operasi, Teknik; antara lain hubungan dengan pemasok, riset dan pengembangan
teknologi, inovasi, lokasi, hak paten, efisiensi dan efektivitas peralatan, sistem pengendalian mutu dan
lain-lain.
4. Personalia; antara lain manajemen personalia, skill dan moral karyawan, insentif karyawan,
relationship antar karyawan, tingkat turnover karyawan dan lain-lain.
5. Manajemen Mutu; antara lain hubungan dengan pemasok dan pelanggan, praktek intern untuk
meningkatkan mutu produk dan jasa, prosedur pemantauan mutu dan lain-lain.
6. Sistem Informasi; antara lain ketepatan waktu dan akurasi informasi tentang penjualan,
penggunaan sistem informasi, relevansi penggunaan untuk keputusan dan lain-lain.
7. Organisasi dan Manajemen Umum; antara lain struktur organisasi, citra, prestasi, budaya
organisasi, teknik pengambilan keputusan, sistem perencanaan strategi, sistem pengendalian,
sinergisitas dan lain-lain.
2.3. Analisis SWOT.
Pearce dan Robinson (1997:230-231) menguraikan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity and
Threat) ke dalam pengertian sebagai berikut :
a. Strength (Kekuatan), adalah sumber daya, ketrampilan, atau keunggulan relatif terhadap pesaing
dan kebutuhan pasar yang dilayani atau ingin dilayani. Kekuatan adalah kompetensi khusus (distinctive
competence) yang memberikan keunggulan komparatif bagi perusahaan.
b. Weakness (Kelemahan), adalah keterbatasan atau kekurangan sumber daya atau ketramp[ilan, dan
kapabilitas yang secara serius menghambat kinerja efektif perusahaan.
Analisis SWOT merupakan cara sistematis untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal perusahaan
dengan berdasar asumsi bahwa suatu strategi yang efektif akan memaksimalkan kekuatan dan peluang
serta meminimalkan kelemahan dan ancaman. Menurut Freddy Rangkuti (2000:31), yang disebut
matriks SWOT adalah alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan. Matriks
SWOT ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi
perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan internal perusahaan yang ditunjukkan
melalui 4 sel kemungkinan alternatif strategis, berikut ini:
Gambar 2.5
2. Strategi ST. Adalah strategi menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi
ancaman.
3. Strategi WO, strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara
meminimalkan kelemahan yang ada.
4. Strategi WT, strategi ini berdasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha
meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
2.4. Alternatif Strategi .
Menurut Fred R.David (dalam Umar 2003:35), pada prinsipnya strategi generik dapat dikelompokkan
atas empat kelompok strategi, yaitu :
b. Strategi Intensif (Intensive Strategy). Strategi ini memerlukan usaha-usaha yang intensif untuk
meningkatkan posisi persaingan perusahaan melalui produk yang ada.
d. Strategi Bertahan (Difensive Strategy). Strategi ini bermaksud agar perusahaan melakukan
tindakan-tindakan penyelamatan agar terlepas dari kerugian yang lebih besar, yang pada ujung-
ujungnya adalah kebangkrutan.
Strategi generik diatas dijabarkan kepada strategi utama (lihat gambar 2.6). Berikut ini akan dijelaskan
secara singkat masing-masing strategi utama :
1. Forward Integration Strategy. Strategi ini menghendaki agar perusahaan mempunyai kemampuan
yang besar terhadap pengendalian para distributor atau pengecer mereka, atau bila perlu dengan
memilikinya.
GAMBAR 2.6
Pilihan Strategi
Strategi Generik Strategi Utama
Penciutan Usaha (Divestiture)
Likuidasi (Liquidation)
3. Horizontal Integration Strategy. Strategi ini bertujuan untuk mendapatkan kepemilikan dan
meningkatkan pengendalian terhadap pesaing.
5. Market Development Strategy. Strategi ini bertujuan untuk memperkenalkan produk-produk atau
jasa yang ada sekarang kedaerah yang secara geografis daerah baru.
6. Product Development Strategy. Strategi ini bertujuan agar perusahaan dapat meningkatkan
penjualan dengan cara meningkatkan atau memodifikasi produk atau jasa yang ada.
7. Concentric Diversification Strategy. Strategi ini bertujuan untuk membuat produk baru yang
berhubungan untuk pasar yang sama.
8. Horizontal Diversification Strategy. Strategi ini dilakukan dengan menambahkan produk dan jasa
pelayanan yang baru, tetapi tidak saling berhubungan untuk ditawarkan pada para konsumen yang ada
sekarang.
9. Conglomerate Diversification Strategy. Strategi dengan menambahkan produk atau jasa yang tidak
berhubungan dengan produk atau jasa yang ada saat ini.
10. Joint Venture Strategy. Strategi dimana dua atau lebih perusahaan membentuk suatu perusahaan
temporer atau konsorsium untuk tujuan kapitalisasi modal.
11. Retrenchment Strategy. Strategi ini disebut juga turnaround. Strategi ini dapat dilakukan melalui
reduksi biaya dan aset perusahaan.
12. Divestiture Strategy. Strategi ini dilakukan dengan menjual satu divisi atau atau bagian dari
perusahaan.
13. Liquidation Strategy. Strategi ini dilakukan dengan menjual seluruh aset perusahaan yang dapat
dihitung nilainya.
2.5.Penentuan Strategi.
Aplikasi untuk menentukan strategi berdasarkan konsep Fred R.David (dalam Umar 2003:229) dilakukan
melalui pemakaian beberapa matriks dengan tiga tahap pelaksanaan, yang masing-masing matriks
dijelaskan pada Bab III :
Gambar 2.7
2.6.Implementasi Strategi.
Perusahaan-perusahaan saat ini banyak yeng mempunyai permasalahan dalam hal implementasi
strategi. Banyak biaya yang dikeluarkan untuk membuat formulasi strategi tetapi pada akhirnya
perusahaan tersebut merugi karena strateginya gagal diimplementasikan. Strategi harus
diimplementasikan sesuai dengan rencana.
Tahapan ini membutuhkan komitmen dari seluruh unit, tingkat dan anggota jika perusahaan ingin
sukses. Agar strategi dapat diimplementasikan, dalam implementasinya haruslah sesuai dengan budaya,
struktur, sistem, style, staff, skill dan juga nilai (share value) dalam perusahaan. Implementasi strategi
diperinci secara lebih jelas bagaimana pilihan strategi direalisir sesuai dengan yang direncanakan.
2.7. Evaluasi Strategi.
Tahap terakhir proses manajemen strategi adalah evaluasi strategi. Hal ini untuk melihat sejauh
mana hasil dari tahapan yang dilalui sekaligus sebagai umpan balik dalam melaksanakan proses
manajemen strategi.
“Evaluasi strategi adalah tahap proses manajemen strategis dimana manajer puncak berusaha
memastikan bahwa strategi yang dipilih terlaksana dengan tepat dan mencapai tujuan”