Anda di halaman 1dari 37

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Asma Bronkial

Asma Bronkial adalah satu hipereaksi dari bronkus dan trakea, sehingga

mengakibatkan penyempitan saluran napas yang bersifat reversible. Akibatnya,

setiap hari penderita akan mengalami kesulitan bernafas. (Naga S Sholeh, 2012)

Asma Bronkial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten,

reversible dimana trachea dan bronchi berespon secara hiperaktif terhadap

stimuasi tertentu . (Wahid abdul, Dkk. 2013)

Asma Bronkial adalah penyakit inflamasi kronik pada jalan napas yang

dikarakteristikkan dengan hiperesponsivitas, edema mukosa, dan produksi mukus

inflamasi ini pada akhirnya berkembang menjadi episode gejala asma yang

berulang: batuk, sesak dada, mengi dan dispnea . (Brunner dan Suddarth, 2015)

Asma Bronkial adalah penyakit inflamasi kronik saluran napas yang

melibatkan banyak sel dan elemen selular. Inflamasi kronik ini terkait dengan

hiperreaktivitas saluran nafas, pembatasan aliran udara, gejala respiratorik dan

perjalanan penyakit yang kronis. (Alwi Idrus, Dkk. 2015)

Asma Bronkial adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami

penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang

menyebabkan peradangan; penyempitan ini bersifat berulang namun reversible,

dan diantar episode penyempitan bronkus tersebut terdapat keadaan ventilasi yang

lebih normal. (Nurarif Huda Amin, Dkk. 2016)

1
2.1.2 Etiologi

Suatu stimulus menyebabkan reaksi penyebab radang, meningkatkan

ukuran lapisan bronchial; ini mengakibatkan penyempitan jalur udara. Mungkin

ada reaksi otot bronchial yang lembt pada waktu yang sama. Ada dua macam

Asma:

1. Asma Ekstrinsik

Asma Ekstrinsik juga dikenal sebagai atopic, disebabkan oleh alergi seperti

serbuk sari, serangan binatang, jamur atau debu. Sering dibarengi deingan

rhinitis alergik dan eksem; ini mungkin ada dalam keluarga.

2. Asma Intrinsik

Asma Intrinsik juga dikenal sebagai nonatopic, disebabkan oleh faktor non-

alergik seperti infeksi jalur pernafasan, terpapar udara dingin, perubahan

kelembaban udara, atau iritasi pernapasan. (Digiulio Mary, Dkk. 2014)

2.1.3 Klasifikasi

Pada dasarnya Asma Bronkial dibedakan atas beberapa macam, yang paling

dominan adalah Asma Bronkial jenis campuran (intrinsik dan ekstrinsik).

Dibawah ini beberapa klasifikasi dari Asma Bronkial meliputi:

1. Asma Ekstrinsik Atopik/Intrinsik, jenis ini ditandai dengan adanya faktor

pencetus yang tidak jelas seperti commond cold, latihan/emosi. Asma ini

sering muncul pada klien dengan usia setelah 40 tahun. Serangan asma ini

makin lama makin serng sehingga akan terjadi bentuk-bentuk gabungan

dengan brochitis kronis.

2. Asma Ektrinsik Non Atopik/ekstrinsik/Alergi merupakan bagian kecil dari

penderita Asma Bronkial dewasa dengan penyebab Alergi yang jelas. Asma

2
Bronkial jenis ini umumnya dimulai sejak masa kanak-kanak dengan anggota

keluarga yang mempunyai riwayat penyakit atopik seperti hayfever, eksema,

dan dermatitis. Adapun bahan alergen biasanya adalah pollen, ammal, dander,

spora, jamur, debu dan bulu binatang dan yang lebih jarang adalah susu dan

coklat.

3. Asma campuran/kombinasi ekstrinsik dan intrinsik. Mayoritas penderita

Asma Bronkial adalah jenis campuran

4. Asma Bronkial karena kegiatan jasmani

5. Asma kriptogenik

6. Asma Bronkial yang berkaitan dengan penyakit bronkopulmoner. (Riyadi

Sujono, 2011)

2.1.4 Manifestasi Klinis

a. Gejala Asma Bronkial yang paling umum adalah batuk (Dengan atau tanpa

disertai produksi mukus), dispnea, dan mengi (Pertama-tama pada ekspirasi,

kemudian bisa juga terjadi selama inspirasi)

b. Serangan Asma Bronkial ppaling sering terjadi pada malam hari atau pagi

hari.

c. Eksaserbasi Asma Bronkial sering didahului oleh peningkatan gejala

selama berhari-hari, namun dapat pula terjadi secara mendadak.

d. Sesak dada dan Dispnea.

e. Diperlukan usaha untuk melakukan ekspirasi memanjang.

f. Seiring proses eksaserbasi, sianosis sentral sekunder akibat hipoksia berat

dapat terjadi.

g. Gejala tambahan, seperti diaforesis, takikardia, dan pelebaran tekanan nadi

3
mungkin dijumpai pada pasien Asma Bronkial.

h. Asma Bronkial yang disebabkan oleh latihan fisik: gejala maksimal selama

menjalani latihan fisik, tidak terdapat gejala pada malam hari, dan terkadang

hanya muncul gambaran sensai seperti “tercekik” selama mejalani latihan

fisik.

i. Reaksi yang parah dan berlangsung terus-menerus, yakni status asmatikus,

bisa saja terjadi.

j. Eksema, ruam, dan edema temporer merupakan reaksi alergi yang biasanya

menyertai Asma Bronkial. (Brunner dan Suddarth, 2015)

2.1.5 Patofisiologi

Asma Bronkial ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos

bronkeolus yang menyebabkan sulit bernafas. Penyebab yang umum adalah

hipersensitibilitas bronkeolus terhadap benda asing di udara. Rekasi yang timbul

pada Asma Bronkial tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut:

seseorang yang alergi diduga mempunyai antibody Ig,E abnormal dalam jumlah

besar dan antiboy ini terutama melekat pada sel mast yang melekat pada

interstisial paru yang sudah berhubungan erat dengan bronkeolus dan bronchus

kecil. Bila seseorang menghirup alergen bereaksi dengan antibody yang sudah

terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai

macam zat, diantaranya histamin zat anafilaksis yang bereaksi lambat. Faktor

kemotatik eosinifilik dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor ini akan

menghasilkan edema lokal pada dinding bronkeolus dan spasme otot polos

bronkeolus sehingga menyebabkan tahanan saluran nafas menjadi sangat

meningakat. (Wahid abdul,Dkk. 2013)

4
2.1.6 Komplikasi

a. Status Asmatikus : Suatu kedaan darurat medis berupa serangan asma

akut yang berat bersifat refrator terhadap pengobatan yang lazim dipakai.

b. Atelektaris : ketidakmampuan paru berkembang dan mengempis.

c. Hipoksemia.

d. Pneumoniathoraks.

e. Emfisema.

f. Deformitas thoraks.

g. Gagal nafas.

2.1.7 Penatalaksanaan

a. Prinsip umum dalam pengobatan Asma Bronkial :

1) Menghilangkan obstuksi jalan nafas.

2) Menghindari faktor pencetus yang bisa menimbulkan serangan Asma

Bronkial.

3) Menjelaskan kepada penderita dan keluarga mengenai penyakit Asma

Bronkial serta pengobatannya.

b. Pengobatan pada Asma Bronkial :

1) Pengobatan non farmakologik

a) Memberikan penyuluhan.

b) Menghindari faktor pencetus.

c) Peberian cairan.

d) Fisioterapi nafas (senam Asma)

e) Pemberian oksigen bila perlu.

2) Pengobatan farmakologi

5
a) Bronkodilator : Obat yang melebarkan saluran nafas.

Terbagi menjadi dua golongan :

1. Andrenergik (Adrenalin dan efedrin) misalnya :

terbutalin/Bricasama.

Obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk tablet,

sirup, suntikan da semprotan (Metered dose inhaler) ada yang

berbentuk hirup (Ventolin diskhaler dan bricasma turbuhaler) atau

cairan brochodilator (Alupent, Berotec brivasma sets ventolin)

yang oleh alat khusus diubah menjadi aerosol (partikel sangat

halus) untuk selanjutnya dihirup.

2. Santin/Teofilin (aminofilin)

Cara pemakaian adalah dengan disuntikkan langsung ke

pembuluh darah secacar perlahan. Karena sering merangsang

lambung bentuk sirup atau tablet sebaiknya diminum setelah

makan, ada juga yang berbentuk supositoria untuk penderita yang

tidak memungkinkan untuk minum obat mislanya dalam kondisi

muntah atau lambungnya kering.

b) Kromalin

Bukan bronkodilator tetapi obat pencegah serangan Asma Bronkial

pada penderita anak. Kromalin biasanya diberikan bersama obat anti

Asma Bronkial dan efeknya baru terlihat setelah satu bulan.

c) Ketolifen

6
Mempunyai efek pencegahan terhadap Asma Bronkial dan diberikan

dalam dosis dua kali 1 mg/hari. Keuntungannya adalah dapat diberikan

secara oral.

d) Kortikosteroid hidrokortison 100-200 mg jika tidak ada respon maka

segera penderita diberi steroid oral.

2.2 Konsep Keluarga

2.2.1 Definisi

Salah satu aspek yang penting dalam keperawatan adalah keluarga.

Keluarga adalah bagian dari masyarakat yang perannya sangat penting untuk

membentuk kebudayaan yang sehat, dari keluarga inilah pendidikan kepada

individu dimulai, dari keluarga inilah akan tercipta tatanan masyarakat yang baik,

sehingga untuk membangun suatu kebudayaan seseorang dimulai dari keluarga

(Padila, 2012).

Keluarga sebagai unit asuhan dalam keperawatan, mendefinisikan

keluarga sebagai “sebuah kelompok” yang mengidentifikasi diri dan terdiri atas

dua individu atau lebih yang memiliki hubungan khusus, yang dapat terkait

dengan hubungan darah atau dapat juga tidak, namun berfungsi sedemikian rupa

sehingga mereka menganggap dirinya sebagai keluarga (Friedman M

Marilyn,Dkk, 2010).

Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah

tangga karena pertalian darah, ikatan perkawinan atau adopsi (Widyanto Candra

Faisalado, 2014).

2.2.2 Ciri-Ciri Keluarga

a. Menurut Robert Mac Iverdan Charles Horton (Padila, 2012):

7
1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.

2. Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan

hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk atau di pelihara.

3. Keluarga mempunyai suatu sistem tata nama (Nomen Clatur)

termasukperhitungan garis keturunan.

4. Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh

anggotaanggotanyaberkaitan dengan kemampuan untuk

mempunyai keturunan danmembesarkan anak.

5. Keluarga merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah

tangga

b. Ciri keluarga Indonesia

1. Mempunyai ikatan yang sangat erat dengan dilandasi semangat

gotong royong .

2. Dijiwai oleh nilai kebudayaan ketimuran.

3. Umumnya dipimpin oleh suami meskipun proses pemutusan

dilakukan secara musyawarah.

4. Berbentuk monogram

5. Bertanggung jawab

6. Mempunyai semangat gotong royong

2.2.3 Tipe Keluarga

Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai

macam pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan social maka tipe keluarga

berkembang mengikutinya agar mengupayakan peran serta keluarga dalam

8
meningkatkan derajat kesehatan maka perawat perlu mengetahui berbagai tipe

keluarga.

Dalam sosiologi keluarga berbagai bentuk keluarga digolongkan sebagai

tipe keluarga tradisional dan non tradisional atau bentuk normative atau non

normative. Sussman (1947), Macklin (1998) menjelaskan tipe-tipe keluarga

sebagai berikut:

a. Keluarga tradisional

1. Keluarga inti, yaitu terdiri dari suami, istri dan anak. Biasanya

keluarga yang melakukan perkawinan pertama atau keluarga

dengan orang tua campuran atau orang tua tiri.

2. Pasangan istri, terdiri dari suami dan istri saja tanpa anak, atau

tidak ada anak yang tinggal bersama mereka. Biasanya keluarga

dengan karier tunggal atau karier keduanya.

3. Keluarga dengan orang tua tunggal, biasanya sebagai konsekuensi

dari perceraian.

4. Bujangan dewasa sendirian.

5. Keluarga besar, terdiri keluarga inti dan orang-orang yang

berhubungan.

6. Pasangan usia lanjut, keluarga inti dimana suami istri sudah tua

anak-anaknya sudah berpisah.

b. Keluarga non tradisional

1. Keluarga dengan orang tua beranak tanpa menikah, biasanya ibu

dan anak.

9
2. Pasangan yang memiliki anak tapi tidak menikah, didasarkan pada

hukum tertentu.

3. Pasangan kumpul kebo, kumpul bersama tanpa menikah.

4. Keluarga gay atau lesbian, orang-orang berjenis kelamin yang

sama hidup bersama sebagai pasangan yang menikah.

5. Keluarga komuni, keluarga yang terdiri lebih dari pasangan

monogami dengan anak-anak secara bersama menggunakan

fasilitas, sumber yang sama.

Gambaran tentang bentuk atautipe keluarga tersebut menggambarkan

banyaknya bentuk struktur yang meonjol dalam keluarga. Implikasi bagi

keperawatan bahwa tidak ada bentuk keluarga yang benar atau salah, layak atau

tidak layak, melainkan keluarga harus dipahami dalam konteksnya, tipe tersebut

hanya sebuah referensi bagi penataan kehidupan keluarga dan berbagai kerangka

kelompok kerja primer dengan memperhatikan setiap upaya keperawatan

dilandasi pemahaman dan keunikan dari setiap keluarga (Padila 2012).

2.2.4 Struktur Keluarga

Struktur keluarga menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan

fungsi keluarga dimasyarakat. Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam,

diantaranya adalah:

1. Patrilineal

Adalah keluarga sederhana yang terdiri dari sanak saudara sederhana

dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur

garis ayah.

10
2. Matrilineal

Adalah keluarga sederhana yang terdiri dari sanak saudara sederhana

dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur

garis ibu.

3. Matrilokal

Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah

istri.

4. Patrilokal

Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah

suami.

5. Keluarga Kawin

Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga,

dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena

adanya hubungan dengan suami atau istri (Padila 2012).

2.2.5 Fungsi Keluarga

Berkaitan dengan peran keluarga yang bersifat ganda, yakni satu sisi

keluarga berperan sebagai matriks bagi anggotanya, disisi lain keluarga harus

memenuhi tuntutan dan harapna masyarakat, maka selanjutnya akan di bahas

tentang fungsi keluarga sebagai berikut:

Friedman (1998) dalam Padila (2012) mengidentifikasikan lima fungsi

dasar keluarga, yakni:

a. Fungsi afektif

11
Fungsi afektif berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang

merupakan basis kekuatan dari keluarga. Fungsi afektif berguna untuk

pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak

melalui keluarga yang bahagia. Anggota keluarga mengembangkan

konsep diri yang positif , rasa di miliki dan memiliki, rasa berarti serta

merupakan sumber kasih sayang. Reinforcement dan support dipelajari

dan dikembangkan melalui interaksi dalam keluarga.

Komponen yang perlu di penuhi oleh keluarga untuk memenuhi fungsi

afektif adalah:

1. Saling mengasuh, cinta, kasih, kehangatan, saling menerima dan

mendukung. Setiap anggota keluarga yang mendapat kasih sayang

dan dukungan, maka kemampuannya untuk memberi akan

meningkat sehingga tercipta hubungan yang hangat dan

mendukung. Hubungan yang baik dalam keluarga tersebut akan

menjadi dasar dalam membina hubungan dengan orang lain di luar

keluarga.

2. Saling menghargai, dengan mempertahankan ilkim yang positif

dimana setiap anggota keluarga baik orang tua maupun anak di

akui dan di hargai keberadaan dan haknya.

3. Ikatan dan identifikasi, ikatan ini mulai sejenak pasangan sepakat

hidup baru. Kemudian di kembangkan dan di sesuaikan dengan

berbagai aspek kehidupan dan keinginan yang tidak dapat dicapai

sendiri, misalnya mempunyai anak. Hubungan selanjutnya akan

dikembangkan menjadi hubungan orang tua anak dan antar anak

12
melalui proses identifikasi. Proses identifikasi merupakan inti

ikatan kasih sayang, oleh karena itu perlu diciptakan proees

identifikasi yang positif dimana anak meniru perilaku orang tua

melalui hubungan interaksi mereka. Fungsi afektif merupakan

sumber energi yang menentukan kebahagiaan keluarga. Sering

penceraian, kenalan anak atau masalah keluarga lainnya timbul

akibat fungsi afektif keluarga yang tidak terpenuhi.

b. Fungsi sosialisasi

Adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk

berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan

dengan orang lain di luar rumah.

c. Fungsi Reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan

meningkatkan sumber daya manusia. Dengan adanya program

keluarga berencana, maka fungsi ini sedikit dapat terkontrol. Namun

disisi lain banyak kelahiran yang tidak diharapkan atau diluar ikatan

perkawinan sehingga lahirnya keluarga baru dengan satu orang tua

(single parents).

d. Fungsi Ekonomi

Untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti makanan,

pakaian dan rumah, maka keluarga memerlukan sumber keuangan.

Fungsi ini sulit dipenuhi oleh keluarga di bawah garis kemiskinan

(gakin atau pra keluarga sejahtera). Perawat berkontribusi untuk

13
mencari sumber-sumber di masyarakat yang dapat digunakan keluarga

meningkatkan status kesehatan mereka.

e. Fungsi Perawatan Kesehatan

Fungsi lain kesehatan adalah fungsi perawatan kesehatan. Selain

keluarga menyediakan makanan, pakaian dan rumah, keluarga juga

berfungsi melakukan asuhan keperawatan terhadap anggotanya baik

untuk mencegah terjadinya gangguan maupun merawat anggota yang

sakit. Keluarga juga menentukan kapan anggota keluarga yang

mengalami gangguan kesehatan memerlukan bantuan atau pertolongan

tenaga profesional. Kemampuan ini sangat mempengaruhi status

kesehatan individu dan keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan

pemeliharaan kesehatan terhadap anggotanya dapat dilihat dari tugas

kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Tugas kesehatan keluarga

tersebut adalah:

1) Mengenal masalah kesehatan.

2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.

3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.

4) Mempertahankan suasana rumah yang sehat.

5) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.

Kelima tugas kesehatan tersebut saling terkait dan perlu dilakukan oleh

keluarga. Perawat perlu melakukan pengakajian untuk mengetahui sejauh mana

keluarga dapat melaksanakan kelima tugas tersebut dengan baik, selanjutnya

memberikan bantuan atau pembinaan terhadap keluarga untuk memenuhi tugas

kesehatan keluarga tersebut.

14
2.2.6 Tugas Keluarga

Menurut Padila (2012) pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas

pokok sebagai berikut:

1. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya

2. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga

3. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan

kedudukannya masing-masing

4. Sosialisasi antar anggota keluarga

5. Pengaturan jumlah anggota keluarga

6. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga

7. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya

2.2.7 Peranan Keluarga

Peran adalah sesuatu yang diharapkan secara normatif dari seseorang

dalam situasi sosial tertentu agar dapat memenuhi harapan – harapan. Peran

keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang dalam

konteks keluarga. Jadi peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku

interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan

situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola

perilaku dari keluarga, kelompok, dan masyarakat. Setiap anggota keluarga

mempunyai peran masing – masing, antara lain adalah:

1. Ayah

Ayah sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran sebagai pencari

nafkah, pendidik, pelindung / pengayom, pemberi rasa aman bagi

15
setiap anggota keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat

kelompok sosial tertentu.

2. Ibu

Ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak –

anak,pelindung keluarga dan juga sebagai pencari nafkah tambahan

keluarga dan jugasebagai anggota masyarakat kelompok sosial

tertentu.

3. Anak

Anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan

perkembangan fisik, mental, sosial dan spiritual (Bakri, 2014).

2.2.8 Perkembangan Keluarga

1. Tahap keluarga pemula (beginning family)

Keluarga baru/pasangan yang belum memiliki anak.

a. Membangun perkawinan yang saling memuaskan

b. Menghubungkan jaringan persauradaan secara harmonis

c. Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai orang

tua)

d. Menetapkan tujuan bersama

e. Persiapan menjadi orang tua

f. Memahami prenatal care (pengertian kehamilan, persalinan dan

menjadi orang tua)

2. Tahap keluarga sedang mengasuh anak (Child bearing)

Keluarga dengan anak pertama berusia kurang dari 30 bulan

Studi klasik le master (1957) dari 46 orang tua dinyatakan 17% tidak

16
bermasalah selebihnya bermasalah dalam hal:

a. Suami merasa diabaikan

b. Peningkatan perselisihan dan argumen

c. Enterupsi dalam jadwal kontinyu

d. Kehidupan seksua, sosial terganggu dan menurun

Tugas perkembangan keluarga tahap ini adalah :

a. Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap

(integrasi bayi dalam keluarga)

b. Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan

kebutuhan anggota keluarga

c. Mempertahakan hubungan perkawinanyang memuaskan

d. Memperluas persahabatan keluarga besar dengan menambah peran

orang tua, kakek dan nenek

e. Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan anak

f. Konseling KB post partum 6 minggu

g. Menata ruang untuk anak

h. Menyiapkan biaya Child bearing

i. Memfasilitasi role learning anggota keluarga

j. Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.

3. Tahap keluarga dengan anak usia prasekolah

Keluarga dengan anak pertama berusia 30 bulan sampai 6 tahun

Tugas perkembangan keluarga :

a. Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang

bermain, privasi dan keamanan

17
b. Mensosialisasikan anak

c. Mengintergrasikan anak yang baru dan memenuhi kebutuhan anak

yang lain

d. Mempertahankan hubungan yang sehat (hubungan perkawinan dan

hubungan orang tua-anak) serta hubungan diluar keluarga (keluarga

besar dan komunitas)

e. Pembagian waktu, individu, pasangan dan anak

f. Pembagian tanggung jawab

g. Merencanakan kegiatan dan waktu stimulasi tumbuh dan kembang

anak

4. Tahap keluarga dengan anak usia sekolah

Keluarga dengan anak pertama berusia 6 – 13 tahun

Tugas perkembangan keluarga :

a. Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi

sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang

sehat

b. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan

c. Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga

d. Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual

e. Menyediakan aktivitas untuk anak.

5. Tahap keluarga dengan anak

Keluarga dengan anak pertama berusia 13-20 tahun

Tugas perkembangan keluarga :

18
a. Memberikan keseimbangan antara kebebasan dan tanggung jawab

ketika remaja menjadi deawasa dan semakin mandiri

b. Memfokuskan kembali hubungan intim perkawinan

c. Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak

d. Mempersiapkan perubahan untuk memenuhi kebutuhan tumbuh

dan

kembang anggota keluarga

6. Tahap keluarga dengan anak dewasa

Keluarga dengan anak pertama meninggalkan rumah

Tugas perkembangan keluarga :

a. Memperluas siklus keluarga dengan memasukan anggota keluarga

baru dari perkawinan anak-anaknya

b. Melanjutkan dan menyesuaikan kembali hubungan perkawinan

c. Membantu orangtua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami atau

istri

d. Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat

e. Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian

anaknya

f. Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi

anak-anaknya

7. Tahap keluarga usia pertengahan (middle age family)

Tugas perkembangan keluarga :

a. Menyediakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan

19
b. Mempertahakan hubungan yang memuaskan dan penuh arti

deangan para orang tua ( lansia) dan anak-anak

c. Memperkokoh hubungan perkawinan

d. Persiapan masa tua atau pensiun

8. Tahap keluarga lanjut usia

Tugas perkembangan keluarga :

a. Penyesuaian tahap masa pensiun dengan cara merubah cara hidup

b. Mempertahakan pengaturan hidup yang memuaskan

c. Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun

d. Mempertahankan hubungan perkawinan

e. Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan

f. Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi

g. Melakukan life review masa lalu.

2.3 Asuhan Keperawatan Keluarga

Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks dengan

menggunakan pendekatan yang sistematis untuk bekerja sama dengan keluarga

dan individu-individu sebagai anggota keluarga.

Tahapan dari proses keperawatan keluarga meliputi:

1. Pengkajian

2. Perumusan diagnosa keperawatan

3. Penyusunan perencanaan

4. Perencanaan asuhan keperawatan

5. Penilaian (Padila, 2012)

20
2.3.1 Pengkajian

Pengkajian Keperawatan Keluarga menurut Padila (2012) meliputi :

1. Data umum

Pengkajian data umum keluarga meliputi :

1) Nama kepala keluarga (KK)

2) Alamat dan telepon

3) Pekerjaan kepala keluarga

4) Pendidikan kepala keluarga

5) Komposisi keluarga dam genogram

Komposisi Keluarga

Menjelaskan anggota keluarga yang diidentifikasikan sebagai bagian

dari keluarga mereka. Komposisi tidak hanya mencantumkan

penghuni rumah tangga, tetapi juga anggota keluarga lain yang

menjadi bagian dari keluarga tersebut. Bentuk komposisi keluarga

dengan mencatat terlebih dahulu anggota keluarga yang sudah

dewasa, kemudian diikuti dengan anggota keluarga yang lain sesuai

dengan susunan kelahiran mulai dariyang lebih tua, kemudian

mencantumkan jenis kelamin, hubungan setiap anggota keluarga

tersebut, tempat tinggal lahir/umur, pekerjaan dan pendidikan.

Genorgam

Genogram Keluarga merupakan sebuah diagram yang

menggambarkan

konstelasi keluarga (pohon keluarga). Genogram merupakan alat

peng-

21
kajian informatif yang digunakan untuk mengetahui keluarga, riwayat

dan sumber-sumber keluarga. Untuk hal tersebut, maka genorgram

keluarga harus memuat informasi tiga generasi (keluarga inti dan

keluarga masing-masing orangtua)

6) Tipe keluarga

Menjelaskan mengenai jenis/tipe keluarga beserta kendala atau

masalah-masalah yang terjadi dengan jenis/tipe keluarga tersebut

7) Suku bangsa

Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi

budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan

8) Agama

Mengkaji agama yang disnut oleh keluarga serta kepercayaan yang

dapat mempengaruhi kesehatan

9) Status sosial ekonomi keluarga

Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatn baik dari

kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu

ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan serta

barang-barang yang dimiliki oleh keluarga

10) Aktivitas rekreasi keluarga

Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat dari kapan saja keluarga pergi

bersama-sama untuk mwngunjungi tempat rekreasi tertentu, namun

dengan menonton televisi dan mendengarkan radio juga merupakan

aktivitas rekreasi.

2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

22
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini

Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh anak tertua dari

keluarga inti. Contoh : keluarga bapak A memiliki dua orang anak,

anak pertama berusia tujuh tahun dan anak kedua berusia empat

tahun, maka keluarga bapak A berada pada tahap perkembangan

keluarga dengan usia anak sekolah.

2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Menjelaskan perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

menjelaskan mengenai tugas perkembangan keluarga yang belum

terpenuhi oleh keluarga serta kendala-kendala mengapa tugas

perkembangan tersebut belum terpenuhi.

3) Riwayat keluarga inti

Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti,

meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-

masing anggota keluarga, perhatian keluarga terhadap pencegahan

penyakit termasuk status imunisasi, sumber pelayanan kesehatan

yang biasa di gunakanan keluarga dan pengalaman terhadap

pelayanan kesehatan.

4) Riwayat keluarga sebelumnya

Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak

suami dan istri.

3. Pengkajian Lingkungan

23
1) Karakteristik rumah

Karakteristik rumah diidentifikasikan dengan melihat luas rumah,

tipe rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, jarak septic tank dengan

sumber air, sumber air minum yang digunakan serta dilengkapi

dengan denah rumah.

2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW

Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas

setempat meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan atau

kesepakatan penduduk setempat serta budaya setempat yang

mempengaruhi kesehatan.

3) Mobilitas geografis keluarga

Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan melihat kebiasaan

keluarga berpindah tempat.

4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk

berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana

interaksi keluarga dengan masyarakat.

4. Struktur Keluarga

1) Sistem pendukung keluarga

Termasuk sistem dukungan keluarga adalah jumlah anggota keluarga

yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk

menunjang kesehatan mencakup fasilitas fisik, fasilitas psikologis

24
atau dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial atau

dukungan dari masyarakat setempat.

2) Pola komunikasi keluarga

Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antara anggota keluarga

a) Apakah anggota keluarga mengutarakan kebutuhan-kebutuhan

dan perasaan mereka dengan jelas

b) Apakah anggota keluarga memperoleh dan memberikan respon

dengan baik terhadap pesan

c) Apakah anggota keluarga mendengar mengikuti dan pesan

d) Bahasa apa yang digunakan dalam keluarga

e) Pola yang digunakan dalam komunikasi untuk menyampaikan

pesan (langsung atau tidak langsung)

f) Jenis-jenis disfungsional komunikasi apa yang terlihat dalam pola

komunikasi keluarga

3) Struktur kekuatan keluarga

Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi

orang lain untuk mengubah perilaku.

4) Struktur peran

Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara

formal maupun informal.

5) Nilai atau norma keluarga

Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang di anut oleh keluarga

yang berhubungan dengan kesehatan

25
6. Fungsi Keluarga

1) Fungsi efektif

Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan

memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap

anggota keluarga lainnya, bagaimana kehangatan tercipta pada

anggota keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap

saling menghargai.

2) Fungsi sosialisasi

Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh

mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya serta

perilaku.

3) Fungsi perawatan kesehatan

Hal yang perlu dikaji sejauhmana keluarga melakukan pemenuhan

tugas perawatan kesehatan keluarga adalah:

a) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah

kesehatan, maka perlu dikaji sejauhmana keluarga mengetahui

fakta-fakta dari masalah kesehatan, meliputi pengertian, tanda

dan gejala, faktor penyebab dan yang mempengaruhinya serta

persepsi keluarga terhadap masalah.

b) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan

mengenai tindakan kesehatan yang tepat, perlu dikaji :

a. Sejauh mana kemampuan keluarga mengerti mengenai sifat

dan luasnya masalah?

b. Apakah masalah kesehatan yang dirasakan oleh keluarga?

26
c. Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah

kesehatan yang dialami?

d. Apakah keluarga merasa takut akan dari penyakit?

e. Apakah keluarga mempunyai sifat negatif terhadap masalah

kesehatan?

f. Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas yang ada?

g. Apakah keluarga kurang percaya terhadap kesehatan yang

ada?

h. Apakah keluarga dapat informasi yang salah terhadap

tindakan dalam mengatasi masalah?

c) Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga merawat

anggota keluarga yang sakit termasuk kemampuan memelihara

lingkungan dan menggunakan sumber atau fasilitas kesehatan

yang ada di masyarakat, maka perlu dikaji :

a. Apakah keluarga mengetahui sifat dan perkembangan

perawatan yang dibutuhkan untuk mengurangi masalah

kesehatan atau penyakit?

b. Apakah keluarga mempunyai sumber daya dan fasilitas yang

diperlukan untuk perawatan?

c. Apakah keterampilan keluarga mengenai macam perawatan

yang diperlukan memadai?

d. Apakah keluarga mempunyai pandangan negative perawatan

yang diperlukan?

27
e. Apakah keluarga kurang dapat melihat keuntungan dalam

pemeliharaan lingkungan di masa mendatang?

f. Apakah keluarga mengetahui upaya peningkatan kesehatan

dan pencegahan penyakit?

g. Apakah keluarga merasa takut akan akibat tindakan

(diagnostik, pengobatan dan rehabilitasi)?

h. Bagaimana falsafah hidup keluarga berkaitan dengan upaya

perawatan dan pencegahan?

d) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga

memelihara lingkungan rumah yang sehat, maka perlu dikaji:

a. Sejauhmana keluarga mengetahui sumber-sumber keluarga

yang dimiliki?

b. Sejauhmana keluarga melihat keuntungan atau manfaat

pemeliharaan lingkungan?

c. Sejauhmana keluarga mengetahui pentingnya hygiene dan

sanitasi ?

d. Sejauhmana keluarga mengetahui upaya pencegahan

penyaki?

e. Bagaimana sikap atau pandangan keluarga terhadap hygiene

dan sanitasi?

f. Sejauhmana kekompakan antar anggota keluarga ?

4) Fungsi reproduksi

Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah:

a) Berapa jumlah anak?

28
b) Apakah rencana keluarga berkaitan dengan jumlah anggota

keluarga?

c) Metode yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan

jumlah anggota keluarga?

5) Fungsi ekonomi

Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah:

a) Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan

dan papan ?

b) Sejauhmana keluargamu memanfaatkan sumber yang ada di

masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga?

7. Stres dan koping keluarga

1) Stresor jangka pendek dan panjang

a) Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang

memerlakukan penyelesaian dalam waktu kurang dari enam

bulan.

b) Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga

yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari enam

bulan.

2) Kemampuan keluarga berespon terhadap stresor dikaji sejauh mana

keluarga berespon terhadap.

3) Strategi koping yang digunakan

Dikaji strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi

permasalahan atau stress.

4) Strategi adaptasi disfungsional

29
Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang

digunakan

keluarga bila menghadapi permasalahan atau stress.

8. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. metode yang

digunakan sama dengan pemeriksaan fisik klinik.

9. Harapan keluarga

Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap

petugas kesehatan yang ada (Friedman, 2010)

2.3.2 Perumusan Diagnosa Keperawatan

1. Kesiapan Meningkatkan Koping Keluarga

a. Definisi

Suatu pola manajemen tugas adaptif oleh individu utama (anggota

keluarga, orang terdekat, atau sahabat) yang melibatkan tuntutan

kesehatan klien, yang dapat ditingkatkan.

b. Batasan karakteristik

1) Mengungkapakan keinginan untuk mengetahui dampak krisis

terhadap pertumbuhan

2) Mengungkapkan keinginan untuk memilih pengalaman yang

mengoptimalkan kesejahteraan

3) Megungkapkan keinginan untuk meningkatkan hubungan

dengan orang lain yang mengalami situasi yang sama

30
4) Mengungkapkan keinginan untuk meningktakna gaya hidup

5) Menngungkapkan keinginan untuk menigngkatkan promosi

kesehatan.

2.3.3 Penyusunan Perencanaan

Tabel 2.8 Intervensi dan Kriteria Hasil

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

(NOC) (NIC)
Pengetahuan: Manajemen Stroke Dukungan Keluarga

Perilaku promosi kesehatan 1. Tingkatkan hubungan saling percaya

1. Menggunakan perilaku yang menghindari dengan keluarga.

resiko 4 2. Identifikasi sifat dukungan spiritual

(sering menunjukkan). bagi keluarga.

2. Memonitor lingkungan terkait resiko 4 3. Pertimbangkan beban psikologis dan

(sering menunjukkan) prognosis terhadap keluarga.

3. Keseimbangan aktivitas dan istirahat 4 4. Dengarkan kekhawatiran atau

(sering menunjukkan) perasaan dan pertanyaan dari

4. Melakukan perilaku kesehatan secara rutin keluarga.

4 (sering menunjukkan) 5. Dukung pengambilan keputusan

5. Menggunakan dukungan sosial untuk dalam merencakan perawatan jangka

meningkatkan kesehatan 4 (sering panjang bagi pasien yang bisa

menunjukkan) mempengaruhi struktur dan keungan

6. Menggunakan teknik-teknik pengurangan keluarga.

stres yang efektif 4 (sering menunjukkan) 6. Bantu keluarga untuk mendapatkan

7. Menjaga hubungan sosial 4 (sering pengetahuan, keterampilan dan alat

menunjukkan). yang diperlukan untuk mendukung

keputusan mereka terhadap perawatan

pasien

7. Advokasi pasien, jika diperlukan.

31
2.3.4 Perencanaan Asuhan Keperawatan

Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan,

mencakup tujuan umum dan khusus, rencana intervensi serta dilengkapi dengan

rencana evaluasi yang memuat kriteria dan standar.

Feeman (1970) dalam Fiedman (1998) mengklasifikasikan intervensi

keperawatan keluarga menjadi :

1. Intervensi supplemental

Perawat sebagai pemberi perawatan langsung dengan mengintervensi

bidang-bidang yang keluarga tidak dapat melakukannya.

2. Intervensi fasililatif

Perawat berusaha memfasilitasi pelayanan yang diperlukan keluarga

seperti pelayanan medis, kesejahteraan sosial, transportasi dan

pelayanan kesehatan rumah.

3. Intervensi perkembangan

Perawat melakukan tindakan dengan tujuan memperbaiki dan mening-

katkan kapasitas keluarga dalam perawatan diri dan tanggung jawab

pribadi. Perawat membantu keluarga untuk keluarganya termasuk

dukungan internal dan eksternal.

2.3.5 Penilaian

Untuk penilaian keberhasilan tindakan, maka selanjutnya dilakukan

penilaian. Tindakan-tindakan keperawatan keluarga mungkin saja tidak dapat

dilakukan dalam satu kali kunjungan, untuk itu dilakukan secara bertahap,

demianhalnya dengan penilaian. Penilaian dilaksanakan dengan menggunakan

pendekatan SOAP (Subyektif, Obyektif, Analisa dan Planning).

32
S : Hal-hal yang dikemukakan keluarga, misalnya keluarga anak P nafsu

makannya

lebih baik.

O : Hal-hal yang ditemukan perawat yang dapat diukur, misalnya anak P naik BB

nya 0,5 kg.

A : Analisa hasil yang telah dicapai, mengacu pada tujuan dan diagnose

P : Perencanaan yang akan datang setelah melihat respons keluarga.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Studi kasus dalam karya tulis ini adalah untuk mengeksplorasi masalah

asuhan keperawatan pada keluarga yang mengalami Asma Bronkial dengan

Masalah Keperawatan Kesiapan Meningkatkan Koping Keluarga di Puskesmas

Sukosari Kabupaten Bondowoso.

33
3.2 Batasan Istilah

Batasan istilah dalam studi kasus ini adalah asuhan keperawatan pada

keluarga yang mengalami Asma Bronkial dengan Masalah Keperawatan Kesiapan

Meningkatkan Koping Keluarga di Puskesmas Sukosari Kabupaten Bondowoso.

3.3 Lokasi dan Waktu

Pada studi kasus ini dilakukan asuhan keperawatan pada keluarga yang

mengalami Asma Bronkial dengan Masalah Keperawatan Kesiapan Meningkatkan

Koping Keluarga di Puskesmas Sukosari Kabupaten Bondowoso selama 2

minggu.

3.4 Partisipan

Partisipan dalam penyususnan studi kasus ini adalah 1 keluarga dengan

Asma Bronkial.

3.5 Pengumpulan Data

Pada sub bab ini dijelaskan terkait metode pengumpulan data yang

digunakan:

1. Wawancara (hasil anamnesa berita tentang identitas klien. Keluhan

utama, riwayat penyakit sekarang – dahulu – dan lain-lain). Sumber

data dari klien, keluarga danperawat lainnya.

2. Observasi dan pemeriksaan fisik (dengan pendekatan IPPA: inspeksi,

palpasi,perkusi, auskultasi) pada sistem tubuh.

3. Studi dukumentasi dan angket (hasil dari pemeriksaan diagnostik dan

data lainyang revelan).

3.6 Uji Keabsahan Data

34
Uji keabsahan data dimaksudkan untuk menguji kualitas data/nformasi

yang di peroleh sehingga menghasilkan data dengan validitas tinggi. Disamping

intergritas penulis (karena penulis menjadi instrument utama), uji keabsahan data

dilakukan yaitu dengan :

1. Memperpanjang waktu pengamatan / tindakan dan

2. Sumber informasi tambahan menggunakan triangulasi dari tiga

sumber data utama yaituklien, perawat dan keluarga klien yang

berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.

3.7 Analisis Data

Analisis data dilakukan penulis di lapangan, sewaktu pengumpulan data

sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data dilakukan dengan cara

mengemukakan fakta, selanjutkan membandingkan dengan teori yang ada dan

selanjutnya di tuangkan dalam opini pembahasan. Teknik analisis yang di

gunakan dengan cara menarasikan jawaban-jawaban yang di peroleh dari hasil

intrepetasi wawancara mendalamyang akan di lakukan untuk menjawab rumusan

masalah.Teknis analisis digunakan dengan cara observasi oleh penulis dan studi

dokumentasi yang menghasilkan data untuk selanjutnya diitrepretasikan dan

dibandingkan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi dalam

intervensi tersebut. Urutan dalam analisis adalah :

1. Pengumpulan data

Data dikumpulkan dari hasil WOD ( wawancara, observasi, dan

dokumen ). Hasil di tulis dalam bentuk catatan lapangan, kemudian

di salin dalam bentuk transkrip

( catatan terstruktur )

35
2. Mereduksi data

Dari hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan

di jadikan satu dalam bentuk transkrip dan dikelompokkan menjadi

data subyektif dan obyektif, dianalisis berdasarkan hasil pemeriksaan

diagnostik kemudian dibandingkan nilai normal.

3. Penyajian data

Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk tabel, gambar, bagan

dan teks naratif. Kerahasian klien dijaga dengan mengaburkan

identitas dari klien.

4. Kesimpulan

Dari data yang disajiakan, kemudian data dibahas dan di bandingkan

dengan hasil-hasil penulisan terdahulu dan secara teontis dengan

perilaku kesehatan. Penarikan kesimpulan ddilakukan dengan cara

indikasi. Data yang dikumpulkan terkait dengan data pengkajian,

diagnosis, perencanaan, tindakan dan evaluasi.

3.8 Etika Penelitian

Dicantumkan etika yang mendasar penyusunan studi kasus, terdiri dari :

1. Informed consent ( persetujuan menjadi klien )

Informed consent diberikan kepada responden yang diteliti. Peneliti

member penjelasan mengenai maksud dan tujuan penelitian pada

responden, jika responden bersedia maka harus menandatangani

lembar persetujuan dan apabila responden menolak, peneliti tidak

akan memaksa dan tetap menghormati haknya.

36
2. Anonymity ( tanpa nama )

Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang didapat

untuk disembunyikan yaitu bisa dengan tanpa nama atau inisial.

3. Confidentiality ( kerahasian )

Subjek berhak untuk meminta bahwa data yang diberikan untuk

dirahasiakan.

37

Anda mungkin juga menyukai