Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan nikmat kesehatan yang diberikan sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah tentang “Peran perawat dalam pemeriksaan penunjang”. Tak lupa
juga shalawat dan salam kami haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Kami sadar bahwa makalah ini masih belum sempurna dan masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, kami mohon saran dan kritik yang membangun dari para
pembaca agar makalah ini dapat lebih baik dari sebelumnya.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat membawa manfaat bagi kita semua.
Indonesia sebagai negara berkembang, memiliki tenaga kesehatan yangcukup banyak, terutama tenaga
perawat. Namun, para perawat ini belummemasuki daerah
daerah terpencil, para tenaga ini juga sangat kesulitan dalammemaksimalkan asuhan keperawatan,
karena keterbatasan alat, terutama alatuntuk pemeriksaan penunjang.Pemeriksaan penunjang dianggap
sangat penting, karena ada beberapa pemeriksaan yang tidak dapat dilakukan tanpa menggunakan alat-
alat dalam pemeriksaan penunjang, dan pemeriksaan penunjang sangat berguna dalammenentukan
jenis penyakit maupun mengontrol perkembangan proses penyembuhan. Pemerikasaan Penunjang,
dengan tujuan agar memilikikemampuan diagnosis yang lebih akurat.
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………...i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………….ii
BAB I PENDAHULUAN
1.4 Manfaat………………………………………………………………………..2
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………..iii
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur pemeriksaan khusus dengan mengambil
bahan atau sampel dari penderita, dapat berupa urine (air kencing), darah, sputum (dahak), dan
sebagainya untuk menentukan diagnosis atau membantu menentukan diagnosis penyakit bersama
dengan tes penunjang lainya, anamnesis, dan pemeriksaan lainya.
1) Mikrobiologi, untuk mengamati air seni, darah, dahak, peralatan medis, begitupun jaringan yang
mungkin terinfeksi. Spesimen tadi dikultur untuk memeriksa mikroba patogen.
3) Hematologi, menerima keseluruhan darah dan plasma. melakukan perhitungan darah dan selaput
darah.
4) Kimia klinik, biasanya menerima serum, mereka menguji serum untuk komponen-komponen yang
berbeda.
5) Toksikologi, menguji obat farmasi, obat yang disalahgunakan, dan toksin lain.
7) Serologi, menerima sampel serum untuk mencari bukti penyakit seperti Hepatitis atau HIV.
10) Sitologi,menguji usapan sel (seperti dari mulut rahim) untuk membuktikan kanker dan lain-
lain.Rontgen
A. Pemeriksaan Rontgen
Rontgen atau dikenal dengan sinar X merupakan pemeriksaan yang memanfaatkan peran sinar X
dalam mendeteksi kelainan pada berbagai organ diantaranya dada, jantung, abdomen, ginjal, ureter,
kandung kemih, tengkorak, rangka.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan radiasi radiasi sinar X yang sedikit karena
tingginya kualitas film sinar X dan digunakan untuk melakukan skrinning dari berbagai kelainan yang ada
pada organ.
Sinar X merupakan pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan gelombang radio,
panas, cahaya sinar ultraviolet, tetapi mempunyai panjang gelombang yang sangat pendek sehingga
dapat menembus benda-benda. Sinar X ditemukan oleh sarjana fisika berkebangsaan Jerman yaitu W. C.
Rontgen tahun 1895
a. Konvensional
Jenis pemeriksaan:
b. Pemeriksaan Khusus.
Jenis pemeriksaan :
1. Oesophagus
Pemeriksaan secara radiologi organ traktus digestivus pada daerah oesophagus dengan menggunakan
bahan kontras melalui oral (barium sulfat yang dilarutkan dalam air 1:1)
2. Maag Doedonum
Pemeriksaan secara radiologi pada organ lambung dengan menggunakan bahan kontras melalui oral
(barium sulfat yang dilarutkan dalam air.
3. Follow Through
Pemeriksaan secara radiologi pada organ usus halus dengan menggunakan bahan kontras melalui
oral (barium sulfat yang dilarutkan dalam air.
Pemeriksaan secara radiologi pada organ traktus urinarius (ginjal ,urether, buli & buli) dengan
menggunakan bahan kontras melalui penyuuntikan intravena.
5. Appendikogram
Pemeriksaan secara radiologi pada daerah appendik dengan menggunakan bahan kontras barium
sulfat yang di larutkan dalam air yang kemudian di minum.
Pemeriksaan secara radiologi pada organ traktus urinarius (ginjal, urether, buli & buli) dengan
menggunakan bahan kontras yang dimasukan melalui kateter kedalam ginjal dan saluranya.
Pemasangan kateter tersebut dilakukan di kamar operasi).
7. Bipoler Uretrogram
Pemeriksaan secara radiologi pada organ traktus urinarius (ginjal, uretra, buli-buli) dengan
menggunakan bahan kontras yang dimasukan melalui kateter sistomi kedalam buli-buli dan secara
retrograde melalui urether.
8. Hystero Salvingography
Pemeriksaan secara radiologi pada organ genitalia wanita dengan menggunakan bahan kontras
yang dimasukan melalui uterus dan tuba uterine.
9. Myelography
Pemeriksaan secara radiologi pada organ. canalis medulla spinalis dengan menggunakan bahan
kontras yang dimasukan melalui lumbal fungsi.
10. Fiestelography
Pemeriksaan secara radiologi untuk fistel )kedalaman, hubungan dengan organ lain) dengan
menggunakan bahan kontras dimasukan melalui fistel tersebut. 2.5 pemeriksaan Laboratorium
2.2 Pemeriksaan RONTGEN
Rontgen
A. Pemeriksaan Rontgen
Rontgen atau dikenal dengan sinar X merupakan pemeriksaan yang memanfaatkan peran
sinar X dalam mendeteksi kelainan pada berbagai organ diantaranya dada, jantung, abdomen,
ginjal, ureter, kandung kemih, tengkorak, rangka.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan radiasi radiasi sinar X yang sedikit
karena tingginya kualitas film sinar X dan digunakan untuk melakukan skrinning dari berbagai
kelainan yang ada pada organ.
Sinar X merupakan pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan
gelombang radio, panas, cahaya sinar ultraviolet, tetapi mempunyai panjang gelombang yang
sangat pendek sehingga dapat menembus benda-benda. Sinar X ditemukan oleh sarjana fisika
berkebangsaan Jerman yaitu W. C. Rontgen tahun 1895
B. Jenis-Jenis Pemeriksaan Rontgen
a. Konvensional
Pemeriksaan radiologi tanpa bahan kontras.
Jenis pemeriksaan:
1. Thorax : Pemeriksaan secara radiologi organ thorax
2. Kepala : Pemeriksaan secara radiologi organ kepala
3. Extermitas : Pemeriksaan secara radiologi organ ektermitas
4. Vetebrae : Pemeriksaan secara radiologi organ vertebrae : vetebrae cervical,vetebrae
thoraxal, vetebrae lumbal, vetebrae sacral, coccigius.
5. Mamoghraphy : Pemeriksaan secara radiologi organ payudara dengan menggunakan
pesawat khusus mammography dengan kapasitas kilo volt rendah dan waktu expose panjang
b. Pemeriksaan Khusus.
Pemeriksaan radiologi dengan bahan kontras.
Jenis pemeriksaan :
1. Oesophagus
Pemeriksaan secara radiologi organ traktus digestivus pada daerah oesophagus dengan
menggunakan bahan kontras melalui oral (barium sulfat yang dilarutkan dalam air 1:1)
2. Maag Doedonum
Pemeriksaan secara radiologi pada organ lambung dengan menggunakan bahan kontras melalui
oral (barium sulfat yang dilarutkan dalam air.
3. Follow Through
Pemeriksaan secara radiologi pada organ usus halus dengan menggunakan bahan kontras
melalui oral (barium sulfat yang dilarutkan dalam air.
4. Intra Vena Pyeleography (IPV)
Pemeriksaan secara radiologi pada organ traktus urinarius (ginjal ,urether, buli & buli)
dengan menggunakan bahan kontras melalui penyuuntikan intravena.
5. Appendikogram
Pemeriksaan secara radiologi pada daerah appendik dengan menggunakan bahan kontras
barium sulfat yang di larutkan dalam air yang kemudian di minum.
6. Retrograde Pyelography (RPG)
Pemeriksaan secara radiologi pada organ traktus urinarius (ginjal, urether, buli & buli)
dengan menggunakan bahan kontras yang dimasukan melalui kateter kedalam ginjal dan
saluranya. Pemasangan kateter tersebut dilakukan di kamar operasi).
7. Bipoler Uretrogram
Pemeriksaan secara radiologi pada organ traktus urinarius (ginjal, uretra, buli-buli)
dengan menggunakan bahan kontras yang dimasukan melalui kateter sistomi kedalam buli-buli
dan secara retrograde melalui urether.
8. Hystero Salvingography
Pemeriksaan secara radiologi pada organ genitalia wanita dengan menggunakan bahan
kontras yang dimasukan melalui uterus dan tuba uterine.
9. Myelography
Pemeriksaan secara radiologi pada organ. canalis medulla spinalis dengan menggunakan
bahan kontras yang dimasukan melalui lumbal fungsi.
10. Fiestelography
Pemeriksaan secara radiologi untuk fistel )kedalaman, hubungan dengan organ lain)
dengan menggunakan bahan kontras dimasukan melalui fistel tersebut.
2.3 Pemeriksaan USG
Penggunaan USG paling banyak adalah untuk mempelajari janin dalam kandungan (kehamilan),
organ perut, panggul, otot dan tendon, payudara, jantung dan pembuluh darah. Keunggulan USG
dibandingkandengan MRI adalah kemudahan operasionalnya, ketersediaannya yang lebih luas
(karena harga yang lebihterjangkau) dan interaktivitasnya karena memberikan gambar dinamis
secara langsung. Dibandingkan CTdan rontgen, USG memiliki keunggulan karena tidak
radioaktif. Namun demikian, USG memilikiketerbatasannya sendiri, misalnya untuk
penyelidikan jaringan yang terhalang tulang dan kondisi otak danneurologis yang kompleks.
Setiap perangkat memiliki bidang penerapan masing-masing di mana mereka paling tepat
digunakan.
Kehamilan
: untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan janin, termasuk bila ada kelainan(seperti
spina bifida
). Lihat
7 Manfaat USG Kehamilan
untuk informasi lebih lanjut.
Organ perut:
untuk menyelidiki sakit perut, mual, muntah , suara abnormal dan benjolan. Strukturyang
diperiksa mungkin termasuk kandung empedu, saluran empedu, hati, pankreas, limpa, ginjaldan
pembuluh darah besar. USG sulit untuk memeriksa struktur yang mengandung udara
sepertilambung dan usus karena udara tidak memantulkan gelombang suara.
Panggul:
untuk menyelidiki nyeri panggul wanita atau keluhan haid tidak normal, fibroid, kistaatau
kondisi lain yang berkaitan dengan sistem reproduksi wanita.
Payudara:
untuk menyelidiki lebih lanjut kelainan yang ditemui pada pemeriksaan fisik ataumammogram.
Organ lainnya
: untuk menyelidiki berbagai kondisi di mata, sistem kemih, dan jaring lunaklainny
2.4 pemeriksaan CT-Scan
Pemeriksaan CT Scan
Alat CT scan adalah generator pembangkit sinar-x yang bila dioperasikan oleh operator
akan mengeluarkan sinar-x dalam jumlah dan waktu tertentu. CT Scan adalah suatu prosedur
yang digunakan untuk mendapatkan gambaran dalam dari berbagai sudut kecil dari organ tulang
tengkorak dan otak serta dapat juga untuk seluruh tubuh.
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk memperjelas adanya dugaan yang kuat antara suatu
kelainan, yaitu :
1) Gambaran lesi dari tumor, hematoma dan abses.
2) Perubahan vaskuler : malformasi, naik turunnya vaskularisasi dan infark.
3) Brain contusion.
4) Brain atrofi.
5) Hydrocephalus
6) Inflamasi
1. pemeriksaan CT Scan tanpa kontas maupun dengan kontras
1) CT-SCAN OTAK
Potongan axial dari OM Line/Reids base line sampai vertex, tebal potongan : 4–5 mm
infratentorial, 8-10mm supratentorial atau semua rata 7mm. Lesi dimidline sebaiknya dibuat
potongan coronal sebagai tambahan. Kondisi tulang pada kasus trauma/ suspect fraktur tulang
kepala. Indikasi kontras: tumor, infeksi, kelainan vaskuler mencari AVM, aneurysma.
2) CT-SCAN HYPOFISE
Potongan coronal 1-5mm tanpa dan dengan bolus kontras, dilanjutkan dengan axial scan
2-5mm dari OM Line sampai supraseller distren (2mm bila lesi kecil /mikroadenoma atau
kelenjar hipofise normal ; 5mm bila tumor besar/ makroadenoma) F.O.V kecil (160-200) mulai
dari procesus clinoideus anterior sampai dorsum sellae.
3) CT-SCAN TELINGA / os.PETROSUM
Teknik : High Resolusi CT / kondisi tulang
· kasus non-tumor/trauma basis cranii: potongan axial dan coronal 2mm sejajar dengan axis
os.petrosum. mencakup seluruh tulang os.petrosum, tanpa kontras, kondisi tulang (WW dan WL
yang tinggi)
· kasus tumor / infeksi (abses ) potongan axial 2-5mm mencakup seluruh os.petrosum tanpa
dan dengan kontras, kondisi tulang dan soft tissue. Potongan coronal 2-5mm sebagai tambahan,
dalam kondisi tulang dan soft tissue. Mencakup seluruh os.petrosum dan proses abnormalnya.
4) CT-SCAN ORBITA
Tumor/ infeksi: Potongan axial 3-5mm dari dinding inferior sampai dinding superior
cavum orbita, sudut sejajar dengan N.opticus atau menggunakan garis infraorbito meatal line,
tanpa dan dengan kontras. Setelah itu dibuat potongan coronal 3-5mm mencakup seluruh cavum
orbita. Fractur orbita : potongan coronal dan axial 2-4mm tanpa kontras, dicetak dalam kondisi
soft tissue dan tulang pada daerah fraktur. F.O.V. kecil (160-200).
5) CT-SCAN NASOPHARYNX, LIDAH
Nasopharynx: potongan axial 3-5mm, FOV 250mm, kondisi dengan filter agak tinggi
(lebih tinggi dari otak) dan pallatum sampai sinus frontalis, sudut sejajar pallatum. Tanpa dan
dengan kontras bolus, kemudian dilanjutkan dengan potongan axial 5mm sejajar corpus
vertebrae cervicalis dari C2 s/d C6 F.O.V 200mm untuk mencari pembesaran kelenjar. Setelah
itu dibuat potongan coronal 3-5mm, tergantung besar –kecilnya kelainan dari choana sampai
cervical vertebrae sejajar dengan dinding posterior nasoprynx F.O.V. 250mm, potongan coronal
kadang perlu dibuat dalam kondisi tulang apabila ada destruksi basis cranii.
Oropharynx: sama dengan nasopharynx hanya mulainya agak rendah, garis axial dimulai
dari mandibula keatas.
Lidah: pasti harus diganjal gigi/rongga mulutnya dengan sepotong gabus, agar pada
potongan coronal lidah tidak menyatu dengan pallatum. Teknik hamper sama dengan
nasopharynx, hanya axial dan coronalnya harus mencakup seluruh daerah lidah.
Bila tumor diduga berada di 2/3 depan lidah lebih baik dibuat coronal dahulu tanpa dan
dengan bolus kontras, baru kemudian dibuat axialnya. Sedangkan untuk tumor dipangkal lidah,
sebaiknya dibuat axial dahulu baru cornal. Kontras diberikan pada potongan yang diperkirakan
akan memberi informasi baik.
6) CT-SCAN LARYNX / PITA SUARA
Potongan pre kontras : axial 5mm dari epiglottis sampai cincin trachea 1-2, sejajar
dengan pita suara.
Potongan dengan kontras : axial 2-3mm didaerah pita suara, mulai dari batas atas sampai
batas bawah lesi. Bila ada kelenjar membesar, dibuat potngan leher 5mm post bolus kontras
(delayed scan) F.O.V. 160-200mm, tanpa dan dengan bolus kontras.
7) CT-SCAN THYROID
Potongan axial 3-5mm dari bagian atas kelenjar thyroid samapi bagian bawah biasanya
mulai setinggi C5-6 sampai thoracic inlet, tanpa dan dengan bolus kontras, kemudian di ulang /
delayed scan untuk mendapatkan batas lesi dan tambahan informasi yang lebih baik setelah
seluruh kelenjar mengalami penyengatan merata, F.O.V. 160-200mm.
Catatan : untuk CT-Scan pita suara dan thyroid dapat dibuatkan teknik MPR (Multiplanar
Rekontruksi) untuk menghasilkan potongan coronalnya, untuk itu harus dibuat potongan 1-2mm
pada waktu bolus kontras sepanjang daerah yang diperlukan untuk potongan coronalya.
8) CT-SCAN SINUS PARANASALIS
Teknik High Resolusi
Sinusitis: Potongan coronal 2mm di1/2 bagian depan dan 4mm 1/2 bagian posterior,
mulai dari os.nasale sampai dengan nasopharynx, potongan axial dari dasar sinus maxillaries
sampai sinus frontalis 3-5mm, tanpa bahan kontras, kondisi soft tissue (WW diatas 2000, WL
diatas 200) F.O.V 200-250mm
Tumor sinus : Potongan coronal 3-5mm dari dinding depan sinus sampai nasopharynx /
tumor habis tanpa dan dengan kontras, kemudian axial 3-5mm dari dasar sinus sampai sinus
frontalis / mencakup seluruh tumor, kondisi soft tissue / tulang dan kondisi massa tumor dengan
WW yang rendah.
9) CT-SCAN THORAX
(bila memungkinkan sebaiknya dipakai teknik high resolusi). Potongan axial prekontras/
polos dari puncak paru sampai diafragma, tebal potongan 10, index 10-15. Bolus kontras
diberikan mulai dari arkus aortae samapi hilus inferior, tebal potongan 5-8mm. Bila proses
dibawah hilus potongan post kontras diteruskan kebawah sampai mengenai seluruh proses
terpotong. Kondisi dicetak dalam 2 macam: kondisi parenkim paru dan kondisi mediastinum.
Permintaan khusus untuk parenkim paru dapat dibuat sbb: biasanya pada indikasi parenchymal
lung disease / emphysema. Axial scan tanpa kontras filter high resolusi, tebal potongan 2mm
dengan index potongan 8-10mm dari puncak paru sampai diafragma.
Tumor esophagus : pemeriksaan thorax scan sambil minum oral kontras sampai
didapatkan lumen tumor yang sempit / batas antara esophagus yang lebar dan yang sempit
sebagai batas atas tumor.Bolus kontras diberikan pada daerah tumor mulai batas atas sampai
batas bawah, dicetak dalam kondisi mediastinum. Potongan coronal dan sagital dapat diperoleh
melalui MPR (untuk itu perlu dibuat potongan tipis 2-3mm sewaktu dibolus).
10) CT-SCAN ABDOMEN ATAS
Potongan Axial dari diafragma sampai ginjal. Prekontras: tebal potongan 10, index 10-
15mm. Bolus kontras diberikan pada daerah yang menjadi tujuan pemeriksaan. Organ /
kelainannya yang diperiksa besar (hepar, lien): tebal potongan 10mm, index 8-12mm. Organ /
kelainannya sedang (ginjal, lambung, usus) dipakai tebal potongan 5-8mm. Organ / kelainannya
kecil (pancreas, kandung empedu,……..) tebal potongan 2-5mm.
Pada kasus tertentu seperti tumor yang hipervaskuler/hemangioma khusus untuk hepar
dan ginjal, perlu dibuat delayed scan apbila dicurigai ada kelainan pada bolus kontras.Pada alat
spiral / helical CI, untuk hepar dan ginjal sebaiknya dipakai program volume/spiral scan untuk
mendapatkan dual phase(fase arterial dan portal pada hepar atau fase cortex dan medulla pada
ginjal), kemudian dibuat lagi delayed scan untuk mendapatkan fase equilibrium(untuk hepar) dan
fase excresi (untuk ginjal) dimana system pelviocalycesnya terisi penuh. Untuk kasus CA
pancreas pakai kontras negatife (minum air saja).
11) CT-SCAN ABDOMEN BAWAH / PELVIC
Potongan axial dari lumbal 5 sampai buli-buli / kelenjar prostate. Prekontras : tebal
potongan 10mm. Bolus kontras didaerah yang ada kelainan, tebal potongan tergantung besar
kecilnya kelainan. Biasanya dipakai tebal potongan 5mm. Persiapan pasien sering tidak sampai
mengisi baik rectum-sigmoid, untuk itu perlu dimasukkan kontras rectum. Khusus untuk Ca
cervix yang masih stadium II-III, dibuat potongan 3mm pada waktu bolus kontras. Delayed scan
kadang diperlukan bila: batas tumor tidak jelas. Potongan koronal dan sagital dapat diperoleh
melalui teknik MPR.
12) CT-SCAN SPINE
Potongan axial F.O.V. 160mm, tanpa kontras atau dengan kontras intrathecal, disebut
CT-Myelografi. Untuk kasus HNP: potongan hanya didaerah ruang discus, sejajar dengan discus,
tebal potongan 2-4mm. Kondisi soft tissue dan tulang bila perlu. Untuk penilaian canal stenosis,
dapat dibuat satu potongan tepat ditengah korpus vertebrae, tegal lurus dengan axis corpus.
Untuk kasus tumor/spondylylitis/metastasis tulang: potongan sejajar dengan corpus vertebrae
didaerah yang ada kelainannya. Kondisi soft tissue dan tulang . Bila perlu (umumnya harus)
diberikan bolus kontras terutama pada kasus abses paravertebral atau untuk melihat infiltrasi
tumor kedalam canalis vertebralis.