0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
29 tayangan15 halaman
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Pengendalian OPT pada tanaman kedelai dapat dilakukan dengan pendekatan pengelolaan hama terpadu yang menggabungkan berbagai metode seperti budidaya, biologi, dan kimia.
2. Hama utama pada tanaman kedelai muda adalah lalat bibit, sedangkan pada daunnya adalah ulat grayak, lalat putih, dan kutu. Pengendaliannya dilakukan dengan insektis
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Pengendalian OPT pada tanaman kedelai dapat dilakukan dengan pendekatan pengelolaan hama terpadu yang menggabungkan berbagai metode seperti budidaya, biologi, dan kimia.
2. Hama utama pada tanaman kedelai muda adalah lalat bibit, sedangkan pada daunnya adalah ulat grayak, lalat putih, dan kutu. Pengendaliannya dilakukan dengan insektis
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Pengendalian OPT pada tanaman kedelai dapat dilakukan dengan pendekatan pengelolaan hama terpadu yang menggabungkan berbagai metode seperti budidaya, biologi, dan kimia.
2. Hama utama pada tanaman kedelai muda adalah lalat bibit, sedangkan pada daunnya adalah ulat grayak, lalat putih, dan kutu. Pengendaliannya dilakukan dengan insektis
Kegiatan pengendalian OPT merupakan sebuah usaha yang dilakukan
untuk menekan populasi dan tingkat penyebaran OPT secara luas. Menurut Krisnawati dkk (2016), Organisme pengganggu tanamanan utama yang terdapat pada tanaman kedelai yaitu hama penggerek polong, namun selain itu masih terdapat berbagai macam OPT lainnya yang dapat menyerang tanama kedelai seperti ulat grayak, lalat bibit, lalat putih, tikus, karat daun dan sklerotium. Pengendalian OPT dapat dilakukan berdasarkan konsepsi pengelolaan hama terpadu (PHT). Menurut Bortolotto dkk (2015) pengelolaan hama terpadu pada tanaman kedelai dilakukan untuk menjamin keberlanjutan produktivitas tanaman kedelai dimana didalam penerapannya mengandung prinsip ekonomi dan ekologi. Pengendalian berdasarkan dengan konsepsi PHT lebih menekankan pengendalian menggunakan berbagai macam cara untuk mengerungi penggunaan bahan kimia secara berlebih. Penggunaan bahan kimia merupakan solusi terakhir apabila semua jenis cara tidak dapat menekan populasi OPT (Indiati dan Martowo. 2017). Penerapan PHT juga dilakukan dengan cara kombinasi dari tindakan budaya, biologi, dan kimia untuk memberantas OPT (Sharma dkk. 2014) Hama yang menyerang kedelai pada saat tanaman muda adalah lalat bibit. Lalat bibit meletakan telurnya pada daun muda menetas dan menggerat batang. Pengendalian hama terpadu dapat menggunakan pestisida larfin pada benih dengan dosis 20 g/ kg benih. Hama daun dapat terdiri dari ulat grayak, lalat putih dan kutu kebul. Pemberantasan hama ini dapat dilakukan dengan penyemprotan antabron 50 EC, matadon 25 EC, Meirus 25 EC dengan dosis 2cc/l air, selain itu pengendalian juga dapat dilakukan dengan menggunakan tanaman pinggir jagung sebagai pengendalian fisik untuk menekan populasi hama (Puspitasari dkk.2016). Hama lain yang menyerang tanaman kedelai adalah penggerek polong. Hama ini dapat diatasi dengan melakukan penyemprotan insektisida berbahan aktif klorpirifos 500g/l dan sipermetrin 50g/l dengan konsentrasi 1,50 ml/l. Penyemprotan dilakukan 1 minggu setelelah berbunga dan diulang setiap 2 minggu jika menunjukkan gejala penyerangan. Penyemprotan dapat dihentikan ketika 2 minggu sebelum panen (Rusyana dkk. 2018). Pengendalian hama tikus dapat dilakukan sebelum tanam kedelai dimulai dengan cara membersihkan lingkungan areal pertanaman. Pengemposan dan pengumpanan juga dapat dilakukan untuk mengendalikan hama tikus pada saat musim tanam kedelai. Pengendalian penyakit seperti karat daun dan sklerotium dapat digunakan fungisida seperti ditenm45 dengan dosis 2g/l air, sedangkan pengendalian virus dapat dilakukan secara mekanik dengan mencabut dan membakar tanaman yang terserang agar memotong arus penyebaran. Untuk pengendalian gulma seperti rumput teki, krokot, dan putri malu dapat dilakukan dengan cara penyiangan gulma. Penyianga dilakukan dengan mencabut gulma yang terdapat di areal pertanaman kedelai (Silva. 2017). DAFTAR PUSTAKA Bortolotto, O.C, A.P. F. R.C.O.D.F.Bueno, A.D.F. Bueno, Y. K.S.da Kruz, A. P.Queiroz, A. Sanzovo, dan R. B. Ferreira. 2015. The Use of Soybean Integrated Pest Management in Brazil.Agronomy Science and Biotechnology, 1(1): 25 – 32. Indiati, S.W, dan Marwoto. 2017. Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pada Tanaman Kedelai, Buletin Palawija, 15(2): 87 – 100. Krisnawati, A, M. S.Y. I. Bayu, dan M. M Adie. 2016. Identification of Soybean Resistance to Pod Sucking Bug (Riptortus Linearis) by No. – Choice Test. Biosaintifika. 8(3): 406 – 413. Puspitasari, M, P.Hidayati, Pudjianto, Marwoto, dan B. T. Rahardjo. 2016. Pengaruh Pola Pengelolaan Hama Terhadap Populasi Serangga Hama Pada Lahan Kedelai Varietas Anjasmoro Dan Wilis. HPT Tropika, 16(1): 25 – 34. Rusyana,N. P.M, I.G N. Bagus, A. A. A. A. S. Sunari. 2018. Populasi dan Serangan Hama Polong Kedelai Etiella zinckenella (Treitschke) (Lepidoptera: Pyralidae) yang Diperlakukan dengan Inseksida Berbahan Aktif Klorpiros 500G/l dan Sipermetrin 50 g/l. Agroteknologi Tropika, 7(2): 192 – 199. Sharma A.N., G. K. Gupta, R.K Verma, O.P Sharma, S. Bhagat, N. Amaresan, M.R. Saini, C.Chattopadhyay, S.N. Sushil, R. Asre, K.S. Kapoor, K. Satyagopal, dan P.Jeyakumar. 2014. Integrated Pest Management Package For Soyben. LBS Building: New Delhi. Silva, A.F, L. Galon, I. A.E.A Ferreira, G. Concenco, E. U. R. Junior, dan P. R.R Rocha. 2017. Weed Management in the Soybean Crop. Crop Protection, 95(1): 60 – 68.
Iinduksi Ketahanan Cabai (Capsicum Annuum L.) Terhadap Ktuu Kebul (Aleurotrachelus Trachoides) (Hemiptera: Aleyrodidae) Dengan Rizobakteri Indigenos Terseleksi PDF
Pengaruh Daya Simpan Trichoderma Harzianum Pada Berbagai Media Cair Terhadap Efektivitas Trichoderma Harzianum Dalam Menekan Perkembangan Dan Pertumbuhan Jamur Petogen Tular Tanah