3 (1), 64-71
Abstract
The problem in this research was whether through mind mapping activity can improve
cognitive development on Group B2 of PAUD (Early Childhood Education) IT Ulul Albaab of
Bengkulu. The aim of this classroom action research was to improve cognitive development
through mind mapping activity on Group B2 of PAUD IT Ulul Albaab of Bengkulu. This was a
classroom action research (CAR). In this research it was proven that through mind mapping
activity can improve students’ cognitive development. It was proven from the average result
of students’ cognitive development on cycle I reached the mean score of 3.70 with classical
mastery of 74% which categorized as Good criteria, then on cycle II the mean score reached
4.27 with classical mastery of 85.4% which classified into Good criteria. The suggestion for
teacher was to implement mind mapping activity to improve students’ cognitive
development.
64
Yurike Dwi Arimbi, Sri Saparahayuningsih, dan Mona Ardina
Jurnal Ilmiah Potensia, 2018, Vol. 3 (1), 64-71
Menurut Piaget (dalam Suparno, hingga yang banyak anak masih mengalami
2001:79), bila anak yang berumur 3-12 kebingungan, anak masih mengalami
tahun diberi bermacam-macam objek dan kesulitan ketik menuangkan ide dalam
diminta membuat klasifikasi yang serupa bentuk gambar dan memahami materi
menjadi satu, ada beberapa kemungkinan yang diajarkan. DePorter (dalam Rahayu,
yang terjadi. Anak-anak menyusun objek- 2014:19), mengatakan bahwa cara yang
objek tidak hanya berdasarkan pada baik untuk membantu mengingat
kesamaan, tetapi juga menjajarkannya perkataan, bacaan dan meningkatkan
dalam ruang, baris, bentuk, warna dan pemahaman terhadap materi yaitu dengan
lain-lain, sehingga membentuk suatu menggunakan mind mapping.
gambaran yang banyak. Anak yang lebih Berdasarkan latar belakang
dewasa akan mengelompokkan objek- permasalahan tersebut, maka dapat
objek itu secara terstruktur, dengan kata dirumuskan masalah dalam penelitian
lain, anak yang lebih dewasa adalah: Bagaimana cara meningkatkan
mengklasifikasi objek secara lebih perkembangan kognitif anak melalui
sistematis. Pernyataan tersebut didukung kegiatan mind mapping di kelompok B2
oleh pernyataan dari Ginsburg dan Opper PAUD IT Ulul Albaab Kota Bengkulu? Dan
(dalam Suparno, 2001:66), bahwa anak Apakah melalui kegiatan mind mapping
yang berumur 2-5 tahun masih sulit dapat meningkatkan perkembangan
membuat klasifikasi benda. Pada umur 5-7 kognitif anak di kelompok B2 PAUD IT Ulul
tahun, anak mulai dapat membuat Albaab Kota Bengkulu?
klasifikasi, tetapi masih sulit untuk Berdasarkan rumusan masalah
merangkum keseluruhan. Oleh sebab itu, tersebut, maka tujuan dalam penelitian ini
perkembangan kognitif anak perlu adalah: mengetahui bagaimana cara
distimulasi dan diberi rangsangan agar meningkatkan perkembangan kognitif anak
dapat meningkat terutama pada ciri melalui kegiatan mind mapping di
pengklasifikasian pada tahap praoprasional kelompok B2 PAUD IT Ulul Albaab Kota
perkembangan kognitif dengan kegiatan Bengkulu, dan mengetahui apakah melalui
mind mapping. kegiatan mind mapping dapat
Mind mapping diperkenalkan oleh meningkatkan perkembangan kognitif anak
Tony Buzan dan telah dipergunakan oleh di kelompok B2 PAUD IT Ulul Albaab Kota
jutaan orang pintar di dunia. Disaat anak Bengkulu.
sedang membaca peta pikiran yang dibuat, Perkembangan kognitif tahap
maka anak merekam gambar dan warna, praoprasional terdiri dari :1) umur 2-4
dimana gambar dan warna melibatkan tahun, dicirikan dengan perkembangan
kerja otak kanak, sehingga terjadilah pemikiran simbolis dan 2) umur 4-7 tahun,
sinergi pada otak anak. Dengan demikian dicirikan dengan perkembangan pemikiran
kerja otak menjadi lebih rileks dan tidak intuitif. Pemikiran intuitif adalah pesepsi
mengalami kejenuhan (Ariani, 2009:25). langsung akan dunia luar tetapi tanpa
Berdasarkan hasil pengamatan dinalar terlebih dahulu. Begitu seorang
yang dilakukan di PAUD IT Ulul Albaab kota anak berhadapan dengan sesuatu hal, ia
Bengkulu, bahwa di kelas B2 dari 9 orang mendapatkan gagasan atau gambaran dan
anak, pada saat kegiatan mewarnai masih langsung digambarkan. Maka, intuisi
ada anak yang belum mengetahui merupakan pemikiran imajinal atau sensasi
beberapa warna pensil warna, ketika langsung tanpa dipikir terlebih dahulu.
Mengurutkan Objek dari yang sedikit Kelemahannya adalah pemikirannya hanya
65
Yurike Dwi Arimbi, Sri Saparahayuningsih, dan Mona Ardina
Jurnal Ilmiah Potensia, 2018, Vol. 3 (1), 64-71
66
Yurike Dwi Arimbi, Sri Saparahayuningsih, dan Mona Ardina
Jurnal Ilmiah Potensia, 2018, Vol. 3 (1), 64-71
67
Yurike Dwi Arimbi, Sri Saparahayuningsih, dan Mona Ardina
Jurnal Ilmiah Potensia, 2018, Vol. 3 (1), 64-71
kriteria Cukup. Pada siklus 1 pertemuan ke- Perkembangan kognitif anak pada
3 rata-rata 3,70 dengan ketuntasan belajar aspek “membedakan ukuran” terbukti
sebesar 74% dan berada pada kriteria Baik. dapat meningkat melalui kegiatan mind
Selanjutnya pada siklus 2 pertemuan ke-1 mapping. Hal ini terbukti dari semua
nilai rata-rata perkembangan kognitif anak subjek mengalami peningkatan dari kriteria
mencapai 3,72 dengan ketuntasan klasikal Sangat Kurang menjadi Sangat Baik dan
82,2% dan berada pada kriteria Baik. Pada kriteria Baik menjadi Sangat Baik, pada
siklus 2 pertemuan ke-2 memperoleh nilai awalnya anak-anak masih mengalami
rata-rata sebesar 4,11 dengan ketuntasan kebingungan ketika membedakan ukuran
klasikal 82,2 % dan berada pada kriteria objek potongan gambar yang kecil hingga
Baik. Selanjutnya pada siklus 2 pertemuan paling besar, setelah diberi penjelasan dan
ke-3 nilai rata-rata anak mencapai 4,27 contoh dalam melakukan kegiatan mind
dengan ketuntasan klasikal mencapai mapping, pada pertemuan terakhir pada
85,4% dan berada pada kriteria Baik. siklus II semua anak telah berada pada
Berdasarkan pengolahan data kriteria Sangat Baik. Hasnida (2014:50)
penelitian yang telah dilakukan, bahwa berpendapat bahwa dalam pembangunan
melalui kegiatan mind mapping dapat pengetahuan anak tidak terlepas dari
meningkatkan perkembangan kognitif anak peran guru, Peran guru yang diharapkan
dan dapat dilihat berdasarkan hasil unjuk adalah guru yang mampu membangun
kerja anak setiap pertemuan baik secara pengetahuan anak dengan memberikan
klasikal maupun individu pada siklus I dan kesempatan yang seluas-luasnya pada
siklus II. anak untuk bereksplorasi, sehingga anak
Perkembangan kognitif anak pada mampu membangun pengetahuan dari
aspek “mengurutkan objek” saat kegiatan apa yang dilakukannya.
mind mapping terbukti meningkatkan Pada aspek “memasangkan
perkembangan kognitif anak, karena pasangannya” pada siklus I memperoleh
semua subjek yang diteliti terbukti nilai rata-rata yang berada pada kriteria
mengalami peningkatan. Awalnya nilai cukup. Pada awalnya anak berada pada
anak berada pada kriteria Sangat Kurang kriteria Sangat Kurang dan Cukup, hal ini
setelah dilakukan perbaikan nilai anak dikarenakan pada siklus I anak-anak masih
berada pada kriteria Cukup, dari kriteria mengalami kesulitan memasangkan
Baik menjadi Sangat Baik, hal ini terbukti potongan gambar mind mapping, padahal
semakin bertambahnya kemampuan anak ketika dijelaskan dan dicontohkan oleh
ketika mengurutkan objek mind mapping guru, potongan gambar di pasangkan di
sesuai dengan pola urutan dari jumlah ujung garis panah sesuai dengan warna
yang sedikit sampai banyak. Menurut gambar dan garis yang ada di pola mind
Gardner (dalam Suparno, 2001:19) mapping berdasarkan warna. Pada siklus I
menjelaskan intelegensi sebagai pertemuan ke-2 dan ke-3 ada beberapa
kemampuan untuk memecakan persoalan- anak mengalami penurunan dikarenakan
persoalan atau menghasilkan produk, yang anak-anak memasangkan potongan
berarti bahwa perkembangan kognitif anak gambar tidak sesuai dengan pola yang ada,
harus diberi stimulasi dan rangsangan Pada pertemuan terakhir disiklus II semua
terlebih dahulu dengan kegiatan yang anak berada pada kriteria Sangat Baik
menyenangkan dan membuat anak dimana anak sudah dapat memasangkan
termotivasi memecahkan masalah yang potongan gambar sesuai dengan ukuran
sedang dihadapi. dari yang paling kecil hingga yang paling
68
Yurike Dwi Arimbi, Sri Saparahayuningsih, dan Mona Ardina
Jurnal Ilmiah Potensia, 2018, Vol. 3 (1), 64-71
besar sesuai dengan pola mind mapping siklus II pada aspek “menyebutkan warna
yang dikerjakan. Pada pertemuan ini guru objek” anak yang awalnnya berada pada
memberikan motivasi kepada anak, kriteria Sangat Kurang pada siklus II sudah
memberikan pujian apabila jawaban anak- berada pada kriteria Cukup walaupun ada
anak ketika menempelkan sesuai dengan beberapa anak yang mengalami
pola mind mapping dengan mengacungkan penurunan pada siklus II pertemuan ke-2,
jempol dan tepuk salut. Menurut Schaefer karena disetiap pertemuannya direfleksi
(dalam Mufidah, 2013:10) mengemukakan dan diperbaiki anak-anak yang berada
bahwasannya penghargaan dalam bentuk pada kriteria Kurang menjadi kriteria Baik
hadiah disamping memberi motivasi juga dan Sangat Baik.
akan meningkatkan rasa percaya diri anak. Menurut pendapat Piaget (dalam
Dengan hadiah yang diterima, anak merasa Suparno, 2001:106) yang mentayakan
yakin dan percaya diri terhadap semua unsur yang juga penting dalam
perbuatan yang dilakukannya. Anak-anak memperkuat pemikiran seseorang adalah
tidak ragu-ragu, bimbang dan merasa latihan dan pengalaman. Latihan berpikir,
aman terhadap perilakunya sendiri. merumuskan masalah dan
Penghargaan yang diberikan kepada anak memecahkannya, serta mengambil
tidak harus berbentuk materi, tetapi dapat kesimpulan akan membantu seseorang
juga berupa kata-kata pujian dan untuk mengembangkan pemikian atau
senyuman pada anak. Penghargaan intelegensinya. Pengetahuan dibentuk
merupakan sesuatu hal positif yang diraih dalam proses asimilasi dan akomodasi
anak, Penghargaan diberikan setelah suatu terhadap skema pengetahuan seseorang,
tindakan baik dilakukan. supaya proses pembentukan pengetahuan
Pada aspek “menyebutkan warna itu berkembang, pengalaman sangat
objek” pada siklus I berdasarkan hasil menentukan. Semakin banyak orang
unjuk kerja yang diperoleh anak berada mempunyai banyak pengalaman mengenai
pada kriteria Kurang dan Sangat Kurang. persoalan, lingkungan atau objek yang
Hal ini disebabkan pada pertemuan ke-1 dihadapi, maka semakin mengembangkan
anak bingung karena kurang pemikiran dan pengetahuannya. Dari
memperhatikan penjelasan dari guru, aspek “menyebutkan warna” ketika
kemudian anak hanya menempelkan melakukan kegiatan mind mapping ini
potongan gambar ke pola mind mapping terbukti dapat meningkatkan
tanpa mengetahui apa warna gambar yang perkembangan kognitif anak.
terdapat pada mind mapping yang sedang Pada aspek “menyebutkan jumlah
dikerjakan, anak-anak hanya hapal dengan objek”, nilai yang diperoleh anak pada
warna merah, kuning, hijau, biru, ungu, siklus I pertemuan ke-1 masih belum
orange dan lain-lain tetapi ketika diminta optimal. Hal ini disebabkan karena pada
untuk menyebutkan warna pada potongan pertemuan ke-1 anak-anak kurang
gambar yang ditempelkan anak tidak memperhatikan bagaimana penjelasan
mengetahui warnanya, anak hanya yang guru jelaskan kemudian anak hanya
menebak-nebak warna apa yang terdapat menempelkan potongan gambar ke pola
pada potongan gambar tanpa mengetahui mind mapping tanpa mengetahui dan
warna yang benar pada mind mapping menghitung ada berapa banyak objek yang
yang dikerjakan. setelah dilakukan berada pada setiap potongan gambar yang
pengulangan, perbaikan dan motivasi, sedang dikerjakan karena anak hanya
anak-anak mengalami perubahan pada hapal angka 1, 2, 3, 4 dan 5 tetapi tidak
69
Yurike Dwi Arimbi, Sri Saparahayuningsih, dan Mona Ardina
Jurnal Ilmiah Potensia, 2018, Vol. 3 (1), 64-71
70
Yurike Dwi Arimbi, Sri Saparahayuningsih, dan Mona Ardina
Jurnal Ilmiah Potensia, 2018, Vol. 3 (1), 64-71
DAFTAR PUSTAKA
Al-Tabany, Trianto Ibnu Badar. 2015.
Desain Pengembangan
Pembelajaran Tematik. Jakarta.
Prenadamedia Group.
Ariani, Lita dan Femi Olivia. 2009. Belajar
Membaca yang Menyenangkan
untuk Anak Usia Dini. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Hasnida. 2014. Analisis Kebutuhan Anak
Usia Dini. Jakarta Timur: PT.
Luxima Metro Media.
71
Yurike Dwi Arimbi, Sri Saparahayuningsih, dan Mona Ardina