Anda di halaman 1dari 5

FINANCIAL MANAGEMENT

CASE ANALYSIS
GRAMEEN BANK: THE GRAMEEN GENERAL CREDIT SYSTEM

KELOMPOK 1

ANITA MUTIARA D. 452411


FADEL KHALIF MUHAMMAD 452449
HELGA EKA P. 452479
IDHAM HAMIDI 452484
RAMA MYER G. 452543
SHAFIRA SARAVINA 452565

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2020
Case Analysis Grameen Bank

I. PENDAHULUAN
Grameen Bank (GB) adalah bank kredit mikro di Bangladesh, setiap tahun meminjamkan
ratusan juta dolar kepada jutaan wirausahanya yang miskin. Keinginan direktur pelaksana bank,
Muhammad Yunus untuk mengentaskan kemiskinan di Bangladesh dihadapkan pada tantangan
luar biasa seperti banjir dan ketidakmampuan klien membayar kembali pokok ditambah bunga
pinjaman. Kedua hal tersebut telah mengganggu proses pemberian pinjaman tanpa jaminan GB.
Yunus harus memutuskan bagaimana cara memperpanjang bantuan yang diperlukan tanpa
merusak persepsi peminjam bahwa Grameen adalah bank, bukan lembaga bantuan. Kasus ini
mencakup sejarah bank dari tahun 1975 hingga 1998, dengan konsentrasi pada peristiwa di
pertengahan tahun sembilan puluhan.
Grameen Bank telah membalikkan praktik perbankan konvensional dengan menghilangkan
kebutuhan akan agunan atau jaminan dan menciptakan sistem perbankan yang didasarkan pada
rasa saling percaya, akuntabilitas, dan partisipasi. Konsep yang diusung GB sangat bagus untuk
mengentaskan kemiskinan dengan memberikan kredit kepada orang termiskin dari yang miskin
di pedesaan Bangladesh, dimana sebagian besar tidak memiliki harta untuk dijaminkan. Sistem
kredit mikro GB menjadi pendorong dan katalisator dalam pengembangan kondisi sosial
ekonomi kaum miskin yang bahkan tidak masuk ke dalam kriteria kredit perbankan dengan
alasan bahwa mereka miskin dan karenanya tidak ada jaminan sebagai dasar penagihan.
Case Analysis berikut akan membahas Grameen Bank dan praktiknya melalui dua poin yaitu:
A. Perbedaan sistem kredit Grameen Bank dengan Bank Konvensional;
B. Perbandingan sistem kredit Grameen General System/GGS dan Grameen Classic
System/GCS (sistem baru dengan sistem lama).

II. PEMBAHASAN
A. Perbedaan Sistem Kredit Grameen Bank VS Conventional Bank
Grameen Bank meluncurkan Grameen Credit dengan ketentuan:
 Penerima adalah Kaum miskin, terutama wanita;
 Tanpa agunan yang dijaminkan karena berbasis kepercayaan;
 Ditawarkan untuk program wirausaha atau usaha apapun yang menghasilkan; dan
 Menggunakan prinsip dimana bank yang mendatangi nasabah, bukan sebaliknya,

Berikut beberapa perbedaan antara Grameen Bank dengan Bank Konvensional:


1. Untuk mendapatkan pinjaman, peminjam harus bergabung dengan sekelompok peminjam
yang terdiri dari 5 orang. Kredit dapat dibayar dengan angsuran mingguan, dimana secara
bersamaan seorang nasabah dapat menerima lebih dari satu pinjaman dengan catatan
pinjaman sebelumnya sudah dilakukan pelunasan. Kredit GB menawarkan tingkat bunga
pinjaman yang tetap selama masa pinjaman, yaitu sebesar 20% per tahun. Kredit yang
disediakan GB juga memprioritaskan pembangunan ekonomi sosial. Produk GB bertujuan
meningkatkan status sosial masyarakat miskin, salah satunya adalah perbaikan kualitas

Page | 1
pendidikan masyarakat miskin melalui beasiswa pendidikan anak-anak dan pinjaman siswa
untuk pendidikan tinggi. Pada Bank Konvensional, peminjam hanya terikat dengan dirinya
sendiri tanpa ada kelompok yang terikat. Kredit yang diberikan bank konvensional dapat
beragam, salah satunya adalah kredit konsumtif seperti membeli kendaraan pribadi.

2. Prinsip dan Skema Kredit Grameen Bank dengan bank konvensional. Perbankan
konvensional didasarkan pada prinsip bahwa semakin banyak yang Anda miliki, semakin
banyak yang bisa Anda pinjam. Perbankan konvensional memberikan kreditnya pada
kelompok peminjam yang dianggap berkecukupan atau memiliki penghasilan tetap,
dimana mayoritas mengharuskan calon peminjam memiliki nilai tabungan minimal dalam
kurun waktu tertentu, misalnya dalam waktu 3 bulan memiliki tabungan paling minimal 5
s.d. 10 juta rupiah. Sedangkan skema pemberian kredit pada GB memberikan pinjamannya
kepada kaum miskin, terutama kaum wanita yang tidak memiliki penghasilan tetap, tetapi
ingin memperbaiki taraf hidupnya melalui wirausaha.

3. Keputusan untuk meminjamkan dana Grameen Bank berdasarkan pada trust atau
kepercayaan, sedangkan bank konvensional umumnya mengharuskan pemenuhan kriteria
3C yaitu Character, Capacity, dan Capital. Character adalah bagaimana seseorang
menangani kewajiban utang masa lalu. Hal ini dapat ditelusuri dari history kredit dan latar
belakang pribadi, kejujuran dan keandalan peminjam untuk membayar utang kredit selama
masa pinjaman. Capacity berarti seberapa besar utang yang dapat diberikan kepada
peminjam tanpa memberatkan peminjam. Pada umumnya, sumber dan aliran pendapatan
calon peminjam terlebih dahulu dianalisis dan kewajiban yang masih melekat juga
dipertimbangkan, karena mungkin dapat mengganggu pembayaran. Capital berarti terdapat
aset yang tersedia milik peminjam, seperti real estate, surat kepemilikan kendaraan pribadi
atau saham yang dapat dijaminkan atau digunakan untuk membayar utang jika suatu saat
pendapatan tidak tersedia untuk membayar kredit yang jatuh tempo.

4. Tujuan utama dari bank konvensional adalah memaksimalkan laba. Tujuan utama Grameen
Bank adalah untuk memberikan bantuan keuangan kepada orang miskin, terutama wanita
dan golongan yang paling miskin, agar mereka mampu meningkatkan kemampuan
ekonomi dan status sosial dengan skema yang menguntungkan GB dan peminjam.

5. Cabang-cabang GB terletak di daerah pedesaan, tidak seperti bank konvensional yang


mencoba untuk menempatkan diri sedekat mungkin dengan distrik bisnis dan pusat kota.
Ditambah lagi, Grameen Bank memiliki prinsip “jemput bola” yang berarti bahwa bukan
klien yang mendatangi bank, melainkan bank yang mendatangi klien. Berbeda dengan
skema bank konvensional, mereka hanya “menunggu bola” yang berarti calon peminjam
harus mendatangi bank apabila ingin melakukan peminjaman.

Page | 2
6. Model kredit Grameen Bank dilakukan dengan bertahap dimana Branch Manager dan
sejumlah pekerja bank awalnya mengunjungi desa-desa untuk membiasakan diri dengan
lingkungan lokal di mana mereka akan mulai dengan mengidentifikasi calon klien, serta
menjelaskan tujuan, fungsi, dan mode operasi bank kepada penduduk lokal. Branch
Manager meng-cover area sekitar 15 hingga 20 desa. Peminjam kemudian membentuk
kelompok yang terdiri dari lima orang. Dalam hal ini, terdapat tanggung jawab kolektif
kelompok berfungsi sebagai jaminan atas pinjaman.. Kelompok ini diamati selama sebulan
untuk melihat apakah para anggota mematuhi skema kredit GB. Jika peminjam membayar
pokok dan bunga selama lima puluh dua minggu, maka kelompok yang dapat memenuhi
syarat tersebut dapat menaikkan jumlah pinjaman. Di skema ini, terdapat tekanan
kelompok bagi anggotanya untuk membayar kewajiban tepat waktu.
Pada bank konvensional, nasabah harus mendatangi bank untuk melakukan permintaan
pinjaman. Tekanan untuk membayar pinjaman bukan didapatkan dari kelompok karena
pinjaman seseorang tidak memberikan efek apapun terhadap ketersediaan dana bagi
peminjam lainnya. Tekanan untuk membayar pinjaman pada bank konvensional terletak
pada agunan yang dijaminkan, dimana harga agunan biasanya lebih tinggi dibanding
jumlah pinjaman yang didapatkan. Hal inilah yang kemudian mendorong peminjam untuk
melunasi pinjamannya.

7. Pada bank konvensional, ketika seorang nasabah kesulitan membayar kewajiban


pinjamannya, pihak perbankan akan menyita aset yang dijaminkan. Pada sistem kredit
Grameen Bank, apabila nasabah kesulitan membayarkan kewajibannya, maka peminjam
dapat mengatur ulang term and condition pembayaran yang meringankan baginya, bahkan
dapat menunda pembayaran untuk jangka waktu tertentu tanpa dikenakan denda apapun.

B. Perbandingan Sistem Kredit Grameen General System (baru) dan Grameen Classic
System (lama)
Pada 1998, terjadi banjir yang merendam daerah-daerah kumuh selama kurang lebih 2
bulan. Hal ini menyebabkan 1,2juta member Grameen Bank tidak mampu membayar
pinjaman mereka. Net profit tergerus dari Tk 103juta pada 1998 menjadi Tk 77juta pada 1999
dan Tk 11juta pada tahun 2000. Oleh karena itu, Grameen Bank memberlakukan sistem baru
yang dinamai Grameen II atau Grameen General System (GGS). Berikut perbedaan antara
sistem lama (GCS) dengan sistem yang baru (GGS):

1. Tidak ada lagi tanggung jawab kelompok. Sistem yang baru menganut prinsip tanggung
jawab individu. Oleh karena itu, bila di sistem sebelumnya hanya bisa dua dari lima orang
paling membutuhkan yang dapat melakukan peminjaman dalam 6 minggu pertama,
pada sistem yang baru lima orang tersebut dapat meminjam sekaligus. Plafon peminjaman
biasanya sekitar Tk 5000, tetapi jumlah pastinya ditentukan oleh Kendra Manager.

2. Pada sistem yang lama, Debitur wajib meminjam untuk satu tahun dengan jumlah cicilan
yang tetap per minggunya meskipun terkadang debitur hanya membutuhkan pinjaman

Page | 3
jangka pendek seperti 3 bulan atau 6 bulan. Dengna dibentuknya sistem yang baru (GGS),
debitur dapat menentukan sendiri jangka waktu pinjaman, mulai dari 3 bulan hingga 3
tahun dengan jadwal dan besaran jumlah cicilan yang dibayarkan per minggu. Hal ini
sangat bermanfaat karena mengakomodasi perbedaan kebutuhan antar individu.
3. Pada sistem yang lama, tidak ada skema bagi non-debitur untuk melakukan simpanan ke
Grameen Bank. Di sistem yang baru, dilakukan promosi untuk membuka tabungan bagi
non-debitur, tetapi non-debitur tetap tidak diperbolehkan untuk melakukan peminjaman di
Grameen Bank.
4. Sistem yang lama hanya mengakomodasi orang-orang miskin yang tergabung dalam suatu
kelompok masyarakat dan memiliki pekerjaan walaupun hanya beternak ayam. Sistem
yang lama tidak mengakomodasi kaum pengemis yang tidak memiliki pekerjaan sama
sekali bahkan mereka tidak diterima oleh kelompok manapun. Sistem yang baru (GGS)
mengakomodasi kaum pengemis dengan memberikan pinjaman tanpa bunga (0%) dengan
jumlah pinjaman sebesar Tk 500 walaupun mereka tidak bergabung dengan kelompok
masyarakat. Untuk meningkatkan taraf hidup mereka, Para pengemis diberikan ID Card
Grameen Bank dan ditugasi untuk menjual barang-barang seperti permen, pita, dan
lainnya.
5. Terdapat konsep asuransi pinjaman pada sistem yang baru. Debitur hanya diwajibkan
mendeposit sebesar 3% dari jumlah pinjaman yang outstanding. Jika terjadi sesuatu dan
debitur meninggal, jumlah pinjaman yang outstanding dibayarkan oleh asuransi tersebut.
Sistem yang lama tidak menggunakan fasilitias asuransi pinjaman ini.

III. KESIMPULAN
Grameen Bank memiliki beragam fasilitas yang tidak dimiliki oleh bank konvensional.
Tujuan utama Grameen Bank bukanlah mendapatkan profit yang sebesar-besarnya, tetapi
lebih dominan ke arah mendorong kemajuan ekonomi dan level sosial masyarakat miskin
di desa. Pinjaman tanpa agunan Grameen Bank mengharuskan adanya sistem seleksi yang
ketat dari pihak Grameen dan pengawasan dari dua level, yaitu dari anggota kelompok
masyarakat dan manajer kredit untuk memastikan bahwa debitur dapat membayar tepat
waktu. Debitur dapat menentukan term and condition pinjaman dengan bunga yang kecil
dan fleksibilitas besaran cicilan yang sanggup dibayarkan.
Hal ini sangat menarik, karena walaupun tanpa agunan, ternyata repayment rate per Mei
2006 berada pada level 98,55% dengan jumlah pinjaman yang outstanding berkisar
US$444,39 juta. Fleksibilitas pinjaman ini sangat menjanjikan profit bagi Grameen Bank,
walaupun profit bukanlah tujuannya. Tahun pertama implementasi sistem yang baru
meningkatkan profit Grameen Bank dari Tk 60juta pada 2002 menjadi Tk 358juta pada
2003. Skema ini kemudian banyak diadopsi oleh negara-negara berkembang lainnya untuk
mengentaskan kemiskinan masyarakat pedesaan.

Page | 4

Anda mungkin juga menyukai