Anda di halaman 1dari 8

Nama / NPM : Yolawati (21801091124)

Kelas : 6A
Matkul : Perubahan Sosial & Pembngunan

Tugas:
Atas gambar Fenomena diatas:
1. Terdapat persoalan - persoalan (Problem sosial) apa saja..?
2. Apa yang dapat di rencanakan untuk merubah
3. Kearah mana perubahan tersebut di buat.
4. Tahapan - Tahapan Perubahan.
5. Teori dan Pendekatan yang di pakai.
6. Analisis Persoalan dan teori terkait.

1.problem sosial dari fenomena di atas :


Dari gambar di atas dapat di lihat bahwa terdapat persoalan-persoalan (problem
sosial) antara lain : permukiman kumuh, kurangnya air bersih di daerah tersebut, kemiskinan,
dll Permukiman kumuh dianggap sebagai masalah yang sering dihadapi disemua kota-kota
besar di Indonesia, bahkan di negara berkembang lainnya.
Kawasan permukiman kumuh dianggap sebagai istilah penyakit kota yang harus
diatasi, namun untuk mengatasi masalah tersebut tidak lah mudah tentunya pasti ada ketidak
sepahaman antara penduduk dan petugas .Pertumbuhan penduduk merupakan faktor utama
yang mendorong pertumbuhan permukiman. Sedangkan kemampuan pengelola kota dan
kondisi sosial ekonomi masyarakat akan menentukan kualitas permukiman yang terwujud.
2. Rencana yang dapat untuk merubah persoalan-persoalan tersebut yakni dengan
melakukan:
• Penyelenggaraan infrastruktur permukiman skala kawasan yang dapat menciptakan
peluang ekonomi baru
• .Mendorong Pemda sebagai Nakhoda dalam menyelenggarakan kegiatan penanganan
permukiman kumuh
• Pencegahan dilakukan untuk tumbuh dan berkembangnya perumahan dan permukiman
kumuh baru
• Penyelenggaraan infrastruktur permukiman
mendukung kebijakan pelaksanaan Padat Karya

3. Perubahan tersebut di buat untuk mengarahkan :


1. Menurunnya Luas Permukiman Kumuh
2. Mewujudkan kolaborasi penanganan kawasan kumuh dari berbagai kepentingan
3. Melalui penyediaan infrastruktur permukiman sebagai penataan kawasan permukiman
kumuh yang mana diprioritaskan pada peningkatan akses air minum dan sanitasi serta
merubah wajah Kawasan tersebut
4. Mendorong Pemerintah Daerah sekitar dalam penerapan regulasi terkait Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat dilingkungan masing-masing

4. Tahapan - tahapan perubahan permukiman kumuh


Untuk mewujudkan perilaku masyarakat yang sejalan dengan menciptakan lingkungan
hunian yang baik dan kondusif, dibutuhkan komunikasi yang efektif terhadap semua pelaku
program. Guna menciptakan komunikasi yang efektif ini dibutuhkan konsep manajemen
pengelolaan kawasan. Konsep ini adalah gagasan untuk memberikan pembelajaran dalam
mengubah pemikiran, sikap dan perilaku masyarakat yang terorganisir dengan aturan-aturan
atau kesepakatan yang dikelola secara bersama berdasarkan ilmu pengelolaan (manajemen).
• Pemugaran yakni Kegiatan yang dilakukan untuk perbaikan dan/atau pembangunan
kembali perumahan dan permukiman menjadi perumahan dan permukiman yang layak
huni.
• kegiatan perombakan dan penataan mendasar secara menyeluruh meliputi rumah dan
prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dan permukiman.
• kegiatan memindahkan masyarakat terdampak dari lokasi perumahan kumuh atau
permukiman kumuh yang tidak mungkin dibangun kembali karena tidak sesuai dengan
rencana tata ruang dan/atau rawan bencana.

Elemen Sosial Masyarakat sebagai Dasar Pembangunan Permukiman, sbb:


Pertama, Struktur. Adalah elemen dasar yang membentuk suatu keteraturan dari kehidupan
sosial (social life). Struktur adalah setiap tindakan atau alat yang digunakan pihak yang
berkuasa untuk mengatur, memerintah sampai mengeksploitasi. Struktur sosial adalah pola
hubungan antara kelompok sosial, memiliki sifat mengatur, menghambat dan memberi
kendala tetapi sekaligus memberi fasilitas pada tindakan manusia (aktor).

Kedua, Kultur. Sistem nilai, norma, sistem kepercayaan dan semua kebiasaan serta adat
istiadat, yang telah mendarah daging (internalized) pada sistem kepribadian
individu/masyarakat sehingga memiliki kekuatan membentuk dan menjadi pedoman pola
perilaku dan sikap anggota masyarakat (dari dalam).

Ketiga, Proses Sosial. Adalah arena yang dapat menjadi sumber perubahan struktur maupun
kultur. Social order is a negotiated order. Negosiasi yang dinamis dan kreatif antaranggota
masyarakat, mengembangkan kualitas dan kuantitas ruang dan kesempatan untuk
berlangsungnya proses sosial yang dinamis.
Dalam melakukan perubahan tersebut tentunya ada kendala- kendala yang dihadapi
yakni
Terbatasnya dana yang dimiliki pemerintah untuk penataan dan pengelolaan kota dalam
menghadapi masalah kependudukan tersebut di atas juga telah menyebabkan fasilitas
perumahan dan permukiman menjadi terbatas dan mahal pembiayaannya. Di daerah
perkotaan, warga yang paling tidak terpenuhi kebutuhan fasilitas perumahan dan
permukimannya secara memadai adalah mereka yang tergolong berpenghasilan rendah dan
atau dengan kata lain orang miskin. Abrams (1964) misalnya mengatakan bahwa pada waktu
seseorang dihadapkan pada sebuah masalah mengenai pengeluaran yang harus dilakukan
untuk pemenuhan kebutuhan-kebutuhan hidupnya, makan, berpakaian, dan pengobatan untuk
kesehatan, maka yang pertama dikorbankan adalah pengeluaran untuk rumah dan tempat
tinggalnya.
Masalahnya, bagi mereka masyarakat miskin yang berpenghasilan rendah, tidak dapat
mengabaikan begitu saja kebutuhan akan rumah dan tempat tinggal karena masalah ini
penting dalam dan bagi kehidupan mereka, tetapi di satu sisi mereka juga tidak mampu untuk
mengeluarkan biaya prioritas bagi pengembangan dan pemeliharaan rumah dan lingkungan
permukimannya agar layak untuk dihuni. Semakin kecil bagian dari penghasilan yang dapat
disisihkan guna pembiayaan pemeliharaan rumah dan fasilitas permukiman, semakin kumuh
pulakondisipermukimannya.

Jika pertumbuhan lingkunan permukiman kumuh ini dibiarkan, derajat kualitas hidup
masyarakat miskin akan tetap rendah. Akan mudah menyebabkan kebakaran, memberi
peluang tindakan kriminalitas, terganggunya norma tata susila, tidak teraturnya tata guna
tanah dan sering menimbulkan banjir yang akhirnya menimbulkan degradasi lingkungan yang
semakin parah. Penggusuran pada permukiman kampung kota yang kumuh oleh pihak-pihak
terkait tidak sepenuhnya menyelesaikan masalah, selain cara ini tidak manusiawi, para
pemukim kembali menyerobot tanah terbuka lainnya sehingga hilang satu akan tumbuh dua
atau lebih permukiman kumuh yang baru lagi.
Teori dan Pendekatan
Teori perubahan sosial pada dasarnya dapat dikelompokkan dalam dua kelompok, yaitu teori
klasik dan teori modern.

a. Teori Klasik Perubahan Sosial

Pemikiran para tokoh klasik tentang perubahan sosial dapat digolongkan ke dalam beberapa
pola, perubahan sosial pola linear, perubahan sosial pola siklus, dan perubahan sosial
gabungan beberapa pola.

1. Pola Linear

Perubahan sosial mengikuti pola linear seperti dikemukakan oleh Auguste Comte. Dia
mengatakan bahwa kemajuan progresif peradaban manusia mengikuti suatu jalan yang alami,
pasti, sama, dan tak terelakkan. Perubahan selalu berubah dari yang sederhana ke arah yang
lebih kompleks, selalu berubah menuju ke arah kemajuan.

2. Pola Siklus

Menurut pola siklus, masyarakat berkembang laksana sebuah roda. Pada suatu saat ada di
atas, saat lain ada di bawah. Masyarakat mengalami kemajuan dalam peradabannya, namun
suatu saat akan mengalami kemunduran bahkan mungkin mengalami suatu kemusnahan.
Perjalanan peradaban manusia laksana sebuah perjalanan gelombang , bisa muncul tiba-tiba,
berkembang, kemudian lenyap. Bisa juga diibaratkan seperti perkembangan seorang manusia
mengalami masa muda, masa dewasa, masa tua dan kemudia punah.

3. Gabungan Beberapa Pola

Teori ini menggabungkan pola linear dan pola siklus. Perubahan sosial dalam masyarakat
bisa berbentuk pola siklus dan linear. Contoh perubahan linear, dicontohkan oleh pemikiran
Marx, menurut Marx, masyarakat berubah dari masyarakat komunis tradisional ke arah
komunis modern. Menurutnya perkembangan pesat kapitalisme akan memicu konflik antar
buruh dengan kaum borjuis yang akan dimenangkan oleh kaum buruh kemudian akan
membentuk masyarakat komunis. Pemikiran siklis Marx terlihat dari pandangannya bahwa
sejarah manusia adalah sejarah perjuangan terus menerus antara kelas-kelas dalam
masyarakat. Setelah satu kelas menguasai kelas lainnya siklus akan berulang lagi.Max
Weber, salah satu tokoh yang menggabungkan pola siklus dan linear dalam melihat
perubahan sosial. Pandangan siklisnya terlihat dalam mengkaji jenis wewenang yang ada
dalam masyarakat. Menurutnya, di dalam masyarakat terdapat tiga jenis wewenang, yaitu
wewenang kharismatis, rasional-legal, dan tradisional . Wewenang yang ada dalam
masyarakt akan beralih-alih: wewenang kharismatis akan mengalami rutinisasi sehingga
berubah menjadi wewenang tradisional atau rasional legal, kemudian akan muncul wewenang
kharismatis kembali, dan itu akan berulang lagi. Sedangkan pandangan linearnya terlihat dari
cara memandang masyarakat, bahwa perubahan masyarakat akan menuju kearah peningkatan
yaitu masyarakat yang rasional (rasionalitas).

b.. Teori – Teori Modern Perubahan Sosial

Berikut ini adalah beberapa pandangan teori modern perubahan sosial.

1. Teori Modernisasi

Teori ini berpandangan bahwa negara-negara terbelakang akan meniru seperti apa
yang telah dilakukan oleh negara-negara industri maju. Dengan meniru negara-negara
maju mereka akan menjadi negara berkembang melalui proses modernisasi. Negara-
negara terbelakang dipandang perlu untuk merubah keadaan tradisionalnya ke arah yang
lebih modern dengan memperbaiki sejumlah kekurangannya. Sejumlah perbaikan itu
menyangkut : menurunnya angka kematian dan kelahiran, menurunnya ukuran dan
pengaruh keluarga, terbukanya sistem stratifikasi, perubahan sistem feodal ke birokrasi,
menurunnya pengaruh agama, beralihnya sistem pendidikan dari keluarga dan komunitas
ke sistem pendidikan formal, munculnya kebudayaan massa, dan munculnya
perekonomian pasar dan industrialisasi. (Kamanto Sunarto dikutip dari Etzioni, 1973:177)

2. Teori Ketergantungan (Dependencia)

Teori ini berpandangan bahwa berdasarkan pengalaman kepada negara-negara


Amerika Latin telah terjadi perkembangan dunia yang tidak merata. Di satu pihak negara –
negara maju mengalami perkembangan, di lain pihak secara bersamaan negara-negara dunia
ketiga mengalami kolonialisme dan neo-kolonialisme bahkan justru menjadi semakin
terbelakang, dunia ketiga tidak megalami tahap “tinggal landas”. Keadaan ini menciptakan
negara dunia ketiga yang ekonominya berbasis kepada sumber daya alam selalu tergantung
pada negara industri maju .

Pendekatan perubahan sosial

A. PENDEKATAN EKUILIBRIUM

Ekuilibrium artinya keseimbangan. Dilihat dari segi teori pada prinsipnya pendekatan ini
mengatakan bahwa syarat kehidupan suatu masyarakat adalah adanya keseimbangan atau
Ekuilibrium di antara bagian- bagian yang terdapat di dalamnya. Apabila ada faktor yang
masuk dalam mengganggu keseimbangan antar bagian-bagian tersebut akan mengakibatkan
terjadinya kegoncangan dalam kehidupan masyarakat. Dalam kehidupan yang demikian itu
masyarakat akan mengusahakan tercapainya keseimbangan (ekuilibrium) yang baru. Dari
kondisi keseimbangan sebelumnya sampai ke kondisi yang baru, di situlah terjadi proses
perubahan sosial. Dalam membicarakan perubahan sosial dengan pendekatan ekuilibrium ini,
tokoh ilmuwan sosial yang tidak boleh dilewatkan adalah Talcott Parsons. Dengan teori
Struktural-fungsionalnya, Talcott parsons tergolong mendominasi teori-teori sosiologi di
Eropa dan Amerika sejak akhir Perang Dunia Kedua sampai ke pertengahan tahun 60-an.

B. PENDEKATAN MODERNISASI

Intisari pandangan kelompok ini adalah bahwa proses terjadinya perubahan sosial berkorelasi
dengan proses industrialisasi yang ditandai oleh penemuan dan penggunaan alat-alat
teknologi modern dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, sehingga pendekatan ini
lebih menekankan pada adanya faktor eksternal yaitu perkembangan teknologi sebagai
pendorong utama berlangsungnya perubahan sosial.
Beberapa tokoh ilmu sosial, khususnya sosiologi dapat dikemukakan sebagai penganut utama
pendekatan ini, di antaranya adalah Neil Smelser, Wilbert More dan Marion Levy. Untuk
pengembangan kehidupannya, maka dalam masyarakat harus berlangsung pembangunan
ekonomi. Tahapan pembangunan ekonomi tersebut disesuaikan dengan faktor-faktor sumber
daya yang di miliki serta teknologi yang dapat digunakan. Teknologi itu sendiri berkembang
sesuai dengan perkembangan kecerdasan dan akal budi manusia.

Dalam masyarakat tradisional yang didominasi oleh lingkungan pertanian, pembangunan


ekonomi masyarakat bertumpu pada kegiatan pertanian dengan segala aspek-aspek kehidupan
sosial yang terkait dengan pertanian. Masyarakat agraris tradisional masih relatif dan
sederhana tuntutan kehidupannya, yakni sekedar untuk mencukupi kebutuhan pokok sehari-
hari (subsistem). Dengan demikian skala-skala kegiatan ekonomi juga masih relatif terbatas,
alat atau teknologi yang digunakan juga masih bersifat sederhana, sekedar untuk mengolah
lahan pertanian untuk menghasilkan bahan-bahan sesuai dengan keperluan pokok keluarga.

C. PENDEKATAN KONFLIK

Pendekatan konflik dalam teori-teori perubahan sosial dapat dibedakan antara lain: teori
konflik versi klasik dan teori konflik versi modern. Dalam pembahasan mengenai teori-teori
perubahan sosial klasik, khususnya ketika membahas pandangan-pandangan Karl Marx,
pendekatan konflik ini memerlukan banyak pembahasan, pemikiran Karl Marx yang menjadi
pangkal tumbuhnya pendekatan konflik. Dalam banyak hal, pandangan tokoh klasik lainnya
yakni Max Weber, juga dapat dipandang sejalan dengan pendekatan konflik. Jika Marx lebih
memfokuskan diri pada konflik antara kelas-kelas masyarakat dalam mempertahankan
kepentingan ekonominya, terutama antara kelas pemilik modal dan kelas pekerja, maka
pandangan Weber lebih berfokus pada konflik antara kelompok penguasa dalam
mempertahankan kekuasaannya.

5. teori dan pendekatan yang di pakai

Dari penjelasan di atas bahwa fenomena tentang gambar tersebut menggunakan teori
ketergantungan (Dependencia) dan teori modernisasi. Teori ini berpandangan bahwa
berdasarkan pengalaman kepada negara-negara Amerika Latin telah terjadi perkembangan
dunia yang tidak merata. Di satu pihak negara –negara maju mengalami perkembangan, di
lain pihak secara bersamaan negara-negara dunia ketiga mengalami kolonialisme dan neo-
kolonialisme bahkan justru menjadi semakin terbelakang, dunia ketiga tidak megalami tahap
“tinggal landas”. Keadaan ini menciptakan negara dunia ketiga yang ekonominya berbasis
kepada sumber daya alam selalu tergantung pada negara industri maju.

Teori Modernisasi Teori ini berpandangan bahwa Dengan meniru negara-negara maju mereka
akan menjadi negara berkembang melalui proses modernisasi. Negara-negara terbelakang
dipandang perlu untuk merubah keadaan tradisionalnya ke arah yang lebih modern dengan
memperbaiki sejumlah kekurangannya. Sejumlah perbaikan itu menyangkut : menurunnya
angka kematian dan kelahiran, menurunnya ukuran dan pengaruh keluarga, terbukanya sistem
stratifikasi, perubahan sistem feodal ke birokrasi, menurunnya pengaruh agama, beralihnya
sistem pendidikan dari keluarga dan komunitas ke sistem pendidikan formal, munculnya
kebudayaan massa, dan munculnya perekonomian pasar dan industrialisasi. (Kamanto
Sunarto dikutip dari Etzioni, 1973:177)

6. Analisi Persoalan Dan Teori Terkait

Dari fenomena pada gambar diatas tentang permaslahan persoalan di permukiman


kumuh tentunya berkaitan dengan teori-teori perubahan sosial yaitu teori ketergantungan dan
teori modernisasi. Serta pendekatan yang digunakan dalam fenomena tersebut adalah
pendekatan modernisasi dan pendekatan konflik. Dimana teori modernisasi adalah suatu cara
pandang dalam konteks pembangunan yang dilihat dari aspek psikologi dan nilai budaya,
misalnya, memandang kemiskinan suatu negara adalah karena disebabkan oleh faktor-faktor
internal negara. Masyarakat agraris tradisional masih relatif dan sederhana tuntutan
kehidupannya, yakni sekedar untuk mencukupi kebutuhan pokok sehari-hari (subsistem).
Sedangkan pendekatan konflik pendekatan konflik ini memerlukan banyak pembahasan,
pemikiran Karl Marx yang menjadi pangkal tumbuhnya pendekatan konflik. Dalam banyak
hal, pandangan tokoh klasik lainnya yakni Max Weber, juga dapat dipandang sejalan dengan
pendekatan konflik.. Kawasan permukiman kumuh dianggap sebagai istilah penyakit kota
yang harus diatasi, namun untuk mengatasi masalah tersebut tidak lah mudah tentunya pasti
ada ketidak sepahaman antara penduduk dan petugas .Pertumbuhan penduduk merupakan
faktor utama yang mendorong pertumbuhan permukiman.Selalu ada konflik terhadap
persoalan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai