Kelas : 6A
Matkul : Perubahan Sosial & Pembngunan
Tugas:
Atas gambar Fenomena diatas:
1. Terdapat persoalan - persoalan (Problem sosial) apa saja..?
2. Apa yang dapat di rencanakan untuk merubah
3. Kearah mana perubahan tersebut di buat.
4. Tahapan - Tahapan Perubahan.
5. Teori dan Pendekatan yang di pakai.
6. Analisis Persoalan dan teori terkait.
Kedua, Kultur. Sistem nilai, norma, sistem kepercayaan dan semua kebiasaan serta adat
istiadat, yang telah mendarah daging (internalized) pada sistem kepribadian
individu/masyarakat sehingga memiliki kekuatan membentuk dan menjadi pedoman pola
perilaku dan sikap anggota masyarakat (dari dalam).
Ketiga, Proses Sosial. Adalah arena yang dapat menjadi sumber perubahan struktur maupun
kultur. Social order is a negotiated order. Negosiasi yang dinamis dan kreatif antaranggota
masyarakat, mengembangkan kualitas dan kuantitas ruang dan kesempatan untuk
berlangsungnya proses sosial yang dinamis.
Dalam melakukan perubahan tersebut tentunya ada kendala- kendala yang dihadapi
yakni
Terbatasnya dana yang dimiliki pemerintah untuk penataan dan pengelolaan kota dalam
menghadapi masalah kependudukan tersebut di atas juga telah menyebabkan fasilitas
perumahan dan permukiman menjadi terbatas dan mahal pembiayaannya. Di daerah
perkotaan, warga yang paling tidak terpenuhi kebutuhan fasilitas perumahan dan
permukimannya secara memadai adalah mereka yang tergolong berpenghasilan rendah dan
atau dengan kata lain orang miskin. Abrams (1964) misalnya mengatakan bahwa pada waktu
seseorang dihadapkan pada sebuah masalah mengenai pengeluaran yang harus dilakukan
untuk pemenuhan kebutuhan-kebutuhan hidupnya, makan, berpakaian, dan pengobatan untuk
kesehatan, maka yang pertama dikorbankan adalah pengeluaran untuk rumah dan tempat
tinggalnya.
Masalahnya, bagi mereka masyarakat miskin yang berpenghasilan rendah, tidak dapat
mengabaikan begitu saja kebutuhan akan rumah dan tempat tinggal karena masalah ini
penting dalam dan bagi kehidupan mereka, tetapi di satu sisi mereka juga tidak mampu untuk
mengeluarkan biaya prioritas bagi pengembangan dan pemeliharaan rumah dan lingkungan
permukimannya agar layak untuk dihuni. Semakin kecil bagian dari penghasilan yang dapat
disisihkan guna pembiayaan pemeliharaan rumah dan fasilitas permukiman, semakin kumuh
pulakondisipermukimannya.
Jika pertumbuhan lingkunan permukiman kumuh ini dibiarkan, derajat kualitas hidup
masyarakat miskin akan tetap rendah. Akan mudah menyebabkan kebakaran, memberi
peluang tindakan kriminalitas, terganggunya norma tata susila, tidak teraturnya tata guna
tanah dan sering menimbulkan banjir yang akhirnya menimbulkan degradasi lingkungan yang
semakin parah. Penggusuran pada permukiman kampung kota yang kumuh oleh pihak-pihak
terkait tidak sepenuhnya menyelesaikan masalah, selain cara ini tidak manusiawi, para
pemukim kembali menyerobot tanah terbuka lainnya sehingga hilang satu akan tumbuh dua
atau lebih permukiman kumuh yang baru lagi.
Teori dan Pendekatan
Teori perubahan sosial pada dasarnya dapat dikelompokkan dalam dua kelompok, yaitu teori
klasik dan teori modern.
Pemikiran para tokoh klasik tentang perubahan sosial dapat digolongkan ke dalam beberapa
pola, perubahan sosial pola linear, perubahan sosial pola siklus, dan perubahan sosial
gabungan beberapa pola.
1. Pola Linear
Perubahan sosial mengikuti pola linear seperti dikemukakan oleh Auguste Comte. Dia
mengatakan bahwa kemajuan progresif peradaban manusia mengikuti suatu jalan yang alami,
pasti, sama, dan tak terelakkan. Perubahan selalu berubah dari yang sederhana ke arah yang
lebih kompleks, selalu berubah menuju ke arah kemajuan.
2. Pola Siklus
Menurut pola siklus, masyarakat berkembang laksana sebuah roda. Pada suatu saat ada di
atas, saat lain ada di bawah. Masyarakat mengalami kemajuan dalam peradabannya, namun
suatu saat akan mengalami kemunduran bahkan mungkin mengalami suatu kemusnahan.
Perjalanan peradaban manusia laksana sebuah perjalanan gelombang , bisa muncul tiba-tiba,
berkembang, kemudian lenyap. Bisa juga diibaratkan seperti perkembangan seorang manusia
mengalami masa muda, masa dewasa, masa tua dan kemudia punah.
Teori ini menggabungkan pola linear dan pola siklus. Perubahan sosial dalam masyarakat
bisa berbentuk pola siklus dan linear. Contoh perubahan linear, dicontohkan oleh pemikiran
Marx, menurut Marx, masyarakat berubah dari masyarakat komunis tradisional ke arah
komunis modern. Menurutnya perkembangan pesat kapitalisme akan memicu konflik antar
buruh dengan kaum borjuis yang akan dimenangkan oleh kaum buruh kemudian akan
membentuk masyarakat komunis. Pemikiran siklis Marx terlihat dari pandangannya bahwa
sejarah manusia adalah sejarah perjuangan terus menerus antara kelas-kelas dalam
masyarakat. Setelah satu kelas menguasai kelas lainnya siklus akan berulang lagi.Max
Weber, salah satu tokoh yang menggabungkan pola siklus dan linear dalam melihat
perubahan sosial. Pandangan siklisnya terlihat dalam mengkaji jenis wewenang yang ada
dalam masyarakat. Menurutnya, di dalam masyarakat terdapat tiga jenis wewenang, yaitu
wewenang kharismatis, rasional-legal, dan tradisional . Wewenang yang ada dalam
masyarakt akan beralih-alih: wewenang kharismatis akan mengalami rutinisasi sehingga
berubah menjadi wewenang tradisional atau rasional legal, kemudian akan muncul wewenang
kharismatis kembali, dan itu akan berulang lagi. Sedangkan pandangan linearnya terlihat dari
cara memandang masyarakat, bahwa perubahan masyarakat akan menuju kearah peningkatan
yaitu masyarakat yang rasional (rasionalitas).
1. Teori Modernisasi
Teori ini berpandangan bahwa negara-negara terbelakang akan meniru seperti apa
yang telah dilakukan oleh negara-negara industri maju. Dengan meniru negara-negara
maju mereka akan menjadi negara berkembang melalui proses modernisasi. Negara-
negara terbelakang dipandang perlu untuk merubah keadaan tradisionalnya ke arah yang
lebih modern dengan memperbaiki sejumlah kekurangannya. Sejumlah perbaikan itu
menyangkut : menurunnya angka kematian dan kelahiran, menurunnya ukuran dan
pengaruh keluarga, terbukanya sistem stratifikasi, perubahan sistem feodal ke birokrasi,
menurunnya pengaruh agama, beralihnya sistem pendidikan dari keluarga dan komunitas
ke sistem pendidikan formal, munculnya kebudayaan massa, dan munculnya
perekonomian pasar dan industrialisasi. (Kamanto Sunarto dikutip dari Etzioni, 1973:177)
A. PENDEKATAN EKUILIBRIUM
Ekuilibrium artinya keseimbangan. Dilihat dari segi teori pada prinsipnya pendekatan ini
mengatakan bahwa syarat kehidupan suatu masyarakat adalah adanya keseimbangan atau
Ekuilibrium di antara bagian- bagian yang terdapat di dalamnya. Apabila ada faktor yang
masuk dalam mengganggu keseimbangan antar bagian-bagian tersebut akan mengakibatkan
terjadinya kegoncangan dalam kehidupan masyarakat. Dalam kehidupan yang demikian itu
masyarakat akan mengusahakan tercapainya keseimbangan (ekuilibrium) yang baru. Dari
kondisi keseimbangan sebelumnya sampai ke kondisi yang baru, di situlah terjadi proses
perubahan sosial. Dalam membicarakan perubahan sosial dengan pendekatan ekuilibrium ini,
tokoh ilmuwan sosial yang tidak boleh dilewatkan adalah Talcott Parsons. Dengan teori
Struktural-fungsionalnya, Talcott parsons tergolong mendominasi teori-teori sosiologi di
Eropa dan Amerika sejak akhir Perang Dunia Kedua sampai ke pertengahan tahun 60-an.
B. PENDEKATAN MODERNISASI
Intisari pandangan kelompok ini adalah bahwa proses terjadinya perubahan sosial berkorelasi
dengan proses industrialisasi yang ditandai oleh penemuan dan penggunaan alat-alat
teknologi modern dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, sehingga pendekatan ini
lebih menekankan pada adanya faktor eksternal yaitu perkembangan teknologi sebagai
pendorong utama berlangsungnya perubahan sosial.
Beberapa tokoh ilmu sosial, khususnya sosiologi dapat dikemukakan sebagai penganut utama
pendekatan ini, di antaranya adalah Neil Smelser, Wilbert More dan Marion Levy. Untuk
pengembangan kehidupannya, maka dalam masyarakat harus berlangsung pembangunan
ekonomi. Tahapan pembangunan ekonomi tersebut disesuaikan dengan faktor-faktor sumber
daya yang di miliki serta teknologi yang dapat digunakan. Teknologi itu sendiri berkembang
sesuai dengan perkembangan kecerdasan dan akal budi manusia.
C. PENDEKATAN KONFLIK
Pendekatan konflik dalam teori-teori perubahan sosial dapat dibedakan antara lain: teori
konflik versi klasik dan teori konflik versi modern. Dalam pembahasan mengenai teori-teori
perubahan sosial klasik, khususnya ketika membahas pandangan-pandangan Karl Marx,
pendekatan konflik ini memerlukan banyak pembahasan, pemikiran Karl Marx yang menjadi
pangkal tumbuhnya pendekatan konflik. Dalam banyak hal, pandangan tokoh klasik lainnya
yakni Max Weber, juga dapat dipandang sejalan dengan pendekatan konflik. Jika Marx lebih
memfokuskan diri pada konflik antara kelas-kelas masyarakat dalam mempertahankan
kepentingan ekonominya, terutama antara kelas pemilik modal dan kelas pekerja, maka
pandangan Weber lebih berfokus pada konflik antara kelompok penguasa dalam
mempertahankan kekuasaannya.
Dari penjelasan di atas bahwa fenomena tentang gambar tersebut menggunakan teori
ketergantungan (Dependencia) dan teori modernisasi. Teori ini berpandangan bahwa
berdasarkan pengalaman kepada negara-negara Amerika Latin telah terjadi perkembangan
dunia yang tidak merata. Di satu pihak negara –negara maju mengalami perkembangan, di
lain pihak secara bersamaan negara-negara dunia ketiga mengalami kolonialisme dan neo-
kolonialisme bahkan justru menjadi semakin terbelakang, dunia ketiga tidak megalami tahap
“tinggal landas”. Keadaan ini menciptakan negara dunia ketiga yang ekonominya berbasis
kepada sumber daya alam selalu tergantung pada negara industri maju.
Teori Modernisasi Teori ini berpandangan bahwa Dengan meniru negara-negara maju mereka
akan menjadi negara berkembang melalui proses modernisasi. Negara-negara terbelakang
dipandang perlu untuk merubah keadaan tradisionalnya ke arah yang lebih modern dengan
memperbaiki sejumlah kekurangannya. Sejumlah perbaikan itu menyangkut : menurunnya
angka kematian dan kelahiran, menurunnya ukuran dan pengaruh keluarga, terbukanya sistem
stratifikasi, perubahan sistem feodal ke birokrasi, menurunnya pengaruh agama, beralihnya
sistem pendidikan dari keluarga dan komunitas ke sistem pendidikan formal, munculnya
kebudayaan massa, dan munculnya perekonomian pasar dan industrialisasi. (Kamanto
Sunarto dikutip dari Etzioni, 1973:177)