Nama mineral atau batuan, nama batu permata atau permata dan
nama perdangangan serta julukan atau nama setempat sering
membingungkan bagi orang yang masih awam. Di bawah ini disebutkan
beberapa contoh dari jenis mineral atau batuan yang dapat melahirkan
beberapa nama khusus atau julukan batu permata atau permata.
Nama khusus atau julukan tersebut umumnya muncul berdasarkan
warna, tekstur atau motif (pattern) dan ciri-ciri khusus lainnya. Disamping
nama khusus juga lahir karena kepercayaan suatu bangsa atau daerah.
Tak jarang kita jumpai batu permata sama mempunyai nama khusus atau
julukan berbeda di satu daerah dengan daerah yang lain.
1. Intan, yang umum dikenal ialah yang berwarna jernih atau tidak
berwarna, sedangkan Intan yang berwarna hijau, merah, biru atau
kuning merupakan jenis Intan yang mahal harganya.
5. Topas, Topas yang tidak berawarna atau jernih tidak begitu mahal
harganya, yang benilai permata umumnya yang berwarna biru muda,
coklat, kuning emas atau merah muda.
Mengapa hasil uji batumulia itu sangat penting dan mengapa harus
dituangkan dalam selembar sertifikat yang diakui, baik secara nasional
maupun secara internasional? Batumulia, tepatnya batu permata atau
permata, ibaratkan seorang manusia. Meskipun banyak manusia kembar,
namun tidak mungkin manusia kembar tadi memiliki keadaan fisik dan
sifat yang persis sama. Demikian juga halnya dengan batumulia.
Misalnya saja kita ambil dua permata nilam biru (blue sapphire)
yang sama-sama berwarna biru, dengan bintang bertangan enam,
kekerasan sama dan berat jenis juga persis sama. Apabila nilam biru
tersebut diteliti dan diuji secara rinci dengan menggunakan peralatan
laboratorium canggih, akan nampak beberapa perbedaan, misalnya salah
satu tangan bintang lebih pendek, jumlah dan isi gelembung tidak sama,
atau pita hitam pada warna merah atau biru tidak sama banyak, dan
sebagainya. Perbedaan inilah yang dinamakan sidik jari batumulia
(gemstone finger-prints).
1. KEKERASAN
Talk :1 Ortoklas :6
Gipsum :2 Kuarsa :7
Kalsit :3 Topas :8
Fluorit :4 Kurondum :9
Apatit :5 Intan : 10
3. BERAT JENIS
4. PENGOTORAN
Pengotoran di dalam batumulia sering disebut sebagai jejak atau
sidik jari (finger print) suatu batumulia. Batumulia tertentu mempunyai ciri
pengotoran tertentu pula sebagaimana setiap orang mempunyai sidik jari
berbeda. Jejak atau sidik jari batumulia akan tetap sama, sekalipun
batumulia tersebut sudah dibelah dan diasah atau dibentuk kembali. Jejak
atau sidik jari (pengotoran) batu mulia ini beraneka ragam, misalnya :
Tiap batumulia mempunyai pertumbuhan kristal tertentu, sehingga
bentuk kristal ini dapat dijadikan sarana menentukan jenisnya.
Gelembung yang terdapat dalam batumulia mempunyai bentuk, arah
dan isi tertentu. Misalnya bentuk dapat oval, bulat elip atau lensa, dan
arah mungkin sejajar atau tegak lurus salah satu sumbu, sedang isi
dapat berupa gas, cairan, mineral atau ketiga-tiganya.
Jenis mineral yang mengisi rongga batumulia mempunyai ciri tertentu,
dan umumnya terbentuk persamaan atau setelah batumulia
bersangkutan terbentuk. Misalnya kalsit dalam batumulia mirah delima
terutama yang berasal dari Mogok (Birma), diopsit krom dalam intan,
pirit dalam jamrud, felspar dalam nilam dan sebagainya
Mineral pengotor (inklusi) umumnya mempunyai bentuk dan arah
tertentu yang sering tidak teratur. Misalnya aktinolit atau rulit dalam
kuarsa, garnet atau jamrud, apatit dalam garnet, spinel, jamrud, atau
nilam, epidot dalam kuarsa dan sebagainya.
Kadang-kadang pengotor dalam batumulia memberikan pemusatan
warna dengan arah tertentu, sehingga menimbulkan katoyansi.
Misalnya pada batumulia mata kucing, mata elang, mata harimau, nilam
bintang, biduri bulan dan sebagainya.
Retakan batumulia yang terbentuk kemudian kadang-kadang juga diisi
oleh berbagai jenis mineral yang tumbuh didalamnya.
Kebanyakan batu permata yang bermutu dan bernilai tinggi
mempunyai pengotoran yang tidak terlihat oleh mata bugil bahkan dengan
menggunakan kaca pembesar 10x sekalipun. Setiap batumulia pasti
memiliki pengotor meskipun kecil dan tidak nampak oleh mata bugil
bahkan sedemikian kecilnya, sehingga seorang ahli harus menggunakan
peralatan laboratorium yang canggih untuk mengujinya.
5. KILAP
Kilap (luster) ini sangat baik untuk menguji batumulia yang belum
diasah dan dalam keadaan basah, sehingga tak jarang seorang ahli
menjilatnya. Menjilat batumulia sebenarnya mengundang resiko, karena
ada batumulia yang diduga beracun, misalnya yang mengandung
tembaga dan arsen seperti realgar, azurit dan lain-lain.
Batumulia memiliki berbagai kilap, tapi yang paling umum dikenal
dalam dunia perdagangan antara lain kilap logam (galena, pirit, hematit),
kilap mutiara (batubulan, amazonit, mutiara), kilap adamantin (intan,
sirkon), kilap sutra (mata harimau, mata kucing), kilap vitreus (kuarsa),
kilap gelas dan kilap lemak. Umunya derajat kilap suatu batumulia
dinyatakan dalam angka 0-6, namun juga ada yang tidak dinyatakan
dengan angka. Alat yang digunakan untuk mengukur suatu kilap
batumulia disebut lustermeter.
Meskipun tiap batumulia mempunyai derajat kilap tertentu, namun
juga dapat dipengaruhi oleh unsur lain, misalnya jenis pengotor, cara
mengasah dan memoles. Indek kilap ini dapat digunakan untuk menguji
batumulia, misalnya indek beberapa jenis batumulia asli dan sintetis di
bawah ini.
JENIS BATU MULIA DERAJAT KILAP
Silikon karbit 5
Rutil 4,5 - 5
Anatas 4,5 – 7
Intan 4
Stibiotantalit 3,4
Strontium titanat 3
Sfalerit 2,9
Sirkon oksida 2,2
GGG 2
Kasiterit 1,9 – 2,3
Garnet sintetis 1,0 – 2,3
Spinel sintetis 0,73
Kuarsa 0,55
Andradit 1,3
YAG 1,0
INDEKS BIAS
Secara sepintas suatu batumulia nampak sama persis dengan
batumulia lain, namun indek biasnya pasti berlainan, karena tiap jenis
batumulia mempunyai nilai indek bias tertentu. Nilai indek bias ini sering
juga dipengaruhi oleh ion pengotor. Ada dua cara menentukan indek bias
batumulia, yaitu dengan menggunakan cairan yang diketahui nilai indek
biasnya dan menggunakan alat refraktometer.
Menentukan indek bias dengan menggunakan cairan sering kurang
teliti dan hanya dapat digunakan untuk menentukan indek bias mineral
tunggal. Cairan yang digunakan untuk keperluan ini, misalnya bromoform,
metilen jodida dan lain-lain. Batumulia yang mempunyai indek bias sama
atau lebih kecil dari larutan tidak akan nampak, sebaliknya bila indek bias
batumulia lebih besar akan nampak dalam cairan tersebut. Cara ini hanya
digunakan untuk menentukan indek bias batumulia berukuran besar,
khususnya batu permata dan permata.
Cara lain ialah dengan menggunakan cairan yang sudah diketahui
harga indek biasnya dan mikroskop, terutama bila batumulia tersebut
berupa butiran kecil, dengan melihat arah gerak lingkaran kuning yang
mengelilingi butiran yang disebut Cincin Becke. Bila cincin itu bergerak
ke dalam, maka indek bias batumulia lebih kecil dari larutan. Sebaliknya
bila bergerak ke luar maka indek bias batumulia lebih besar. Mengukur
indek bias juga dapat dilakukan dengan jalan mengukur ketebalan,
khususnya bila batumulia tersebut berbentuk lempengan. Harga indek
bias adalah perbandingan tebal sebenarnya dengan tebal semu yang
dapat diukur dengan binokuler atau mikroskop petrografi di mana tebal
semu adalah jarak titik fokus antara bidang bawah dengan bidang atas.
Indek bias batu permata berbeda, ada yang mempunyai indek bias
tunggal namun ada pula yang ganda. Batumulia yang mempunyai sistem
kristal kubus dan amorf (tidak berkristal) biasanya hanya mempunyai
indek bias tunggal, sedang yang bersistem kristal tetragonal, heksagonal
dan trigonal mempunyai sebuah indek bias tetap dan sebuah indek bias
ekstra. Indek bias ekstra ini kadang-kadang nampak atau kurang jelas. Di
lain pihak batumulia dengan sistem kristal ortorombik, monoklin dan triklin
mempunyai indek bias ganda, di mana jarak antara kedua indek bias
tersebut disebut disperse atau birefringe. Kita sering menjumpai
batumulia yang tidak memperlihatkan adanya indek bias, hal ini
disebabkan batumulia tersebut tidak tembus cahaya. Untuk mendapatkan
harga indek biasnya digunakan sinar berwarna kuning yang berasal dari
lampu natrium (sodium lamp).
1. PLEOKROISMA DAN SIFAT OPTIK LAINNYA
Batumulia pleokroistik akan memperlihatkan warna bermacam-
macam dan untuk menguji pleokroisma ini digunakan alat yang disebut
dikroskop. Dengan alat ini dapat diuji bahwa nilam akan memperlihatkan
warna biru muda sampai biru tua, sedang mirah delima akan
memperlihatkan warna merah jambu sangat muda atau oranye. Warna-
warna tersebut akan tetap meskipun dilihat dari berbagai arah dan warna
ini sangat berbeda dari batumulia sintetis dan imitasinya. Batumulia juga
memiliki ciri warna yang disebut spektrum, yaitu pita hitam pada warna
tertentu dan alat yang digunakan untuk mengujinya disebut spectrometer.
Beberapa batumulia (asli) menunjukkan spektrum (batumulia sintetis tidak
ada) seperti di bawah ini:
Merah delima mempunyai dua pita hitam pada warna biru dan tiga pita
hitam pada warna merah
Spinel merah atau Rubi balas mempunyai tiga pita hitam pada warna
merah, pita kesatu dan ke dua saling berdekatan dan pada warna biru
tidak ada pita
Intan mempunyai satu pita hitam pada warna hijau
Jamrud mempunyai tiga pita hitam pada warna merah, dan sebuah di
antaranya sangat tebal
Aleksandrit mempunyai empat pita hitam pada warna merah, dimana
pita kesatu dan kedua saling berdekatan
Akik merah mempunyai satu pita hitam pada warna merah, satu pita
hitam pada warna kuning, dua pita hitam pada warna biru dan satu pita
hitam pada warna hijau
Nilam mempunyai tiga pita hitam pada warna biru
Biduri Kenanga mempunyai satu pita hitam pada warna biru
Indikolit dan Jamrud Brasil mempunyai satu pita hitam tepat pada
pertemuan warna biru dan hijau.
Pengujian batu mulia dapat pula dilakukan dengan menggunakan
lampu ultra-violet khususnya untuk mengetahui yang asli dan sintetis.
Batumulia asli memperlihatkan fluorensi yang sangat kuat, sedang
batumulia sintetis kelihatan bening. Di samping itu, untuk menguji
batumulia dapat pula digunakan sinar tembus (X-Ray). Sudah barang
tentu pengujian ini hanya untuk batumulia yang berharga seperti nilam,
jamrud, mirah delima, intan dan sebagainya. Dengan sinar tembus ini
batumulia asli akan menghasilkan gambar yang tembus cahaya, sedang
batumulia sintetis akan memperlihatkan baying-bayang.
2. SISTEM KRISTAL
Hampir semua batumulia yang berharga mempunyai sistem kristal
yang terbentuk waktu pertumbuhannya. Bentuk atau sistem kristal dibagi
menjadi enam, sebagai berikut :
Kubus, yaitu sistem kristal yang mempunyai tiga sumbu sama panjang
dan saling tegak lurus, misalnya Intan,
Tetragonal, yaitu sistem kristal yang mempunyai tiga sumbu saling
tegak lurus dan satu sumbu lebih pendek dari dua sumbu yang lain,
misalnya Zirkon,
Heksagonal, yaitu sistem kristal yang mempunyai tiga sumbu
mendatar saling membentuk sudut 60 o dan satu sumbu tegak yang
membentuk sudut 90o terhadap sumbu mendatar
Ortorombik, yaitu sistem kristal yang mempunyai tiga sumbu yang
tidak sama panjang, misalnya peridot
Monoklin, yaitu sistem kristal yang mempunyai tiga sumbu tidak sama
panjang dan dua diantaranya tegak lurus sedang satu lagi
menyimpang, misalnya krokidolit (akik Condromowo, akik Sardulo dan
akik Garuda)
Triklin, yaitu sistem kristal yang mempunyai tiga sumbu yang tidak
sama panjang dan saling membentuk sudut lebih besar atau lebih kecil
dari 90o misalnya pirus.
3. AKIK ANGGUR
Selain batu akik Lavender, batu akik yang menjadi primadona dan
diburu adalah batu akik anggur. Batu akik ini menurut penjual batu akik di
Pasar Tebet memiliki warna yang sangat menarik yaitu putih susu.
"Kalau yang ini akik anggur, dia paling banyak yang minat selama
saya jualan, soalnya warnanya putih kaya susu sama nggak terlalu
mahal," kata Djoko saat diwawancarai merdeka.com, Sabtu (9/8).
Menurutnya harga standar yang dibanderol untuk batu jenis ini
berkisar mulai dari Rp 50 ribu hingga Rp 100 ribu.
"Pasarannya cuma Rp 100rb ke bawah ya mentok gocap dah, itu
juga barangnya udah bagus," ujar Djoko.
4. RUBY
Selain batu akik, batu mulya untuk dijadikan cincin banyak juga
diburu karena alasan gengsi dan style penggunanya. Salah satunya
adalah batu ruby, batu ini tergolong dalam batu jenis mulya yang paling
banyak dicari lantaran harganya yang miring dan bergengsi.
"Ini paling dicari karena mewah dan tergolong dalam batu mulia dan
harganya termasuk miring, namun beda harga tergantung dari tempat
asalnya," kata David seorang kolektor batu cincin kepada merdeka.com
Minggu (10/8).
Batu ruby yang paling banyak dicari berasal dari Sri Lanka. Batu ruby
asal Sri Lanka ini diminati karena warnanya semakin indah apabila sudah
lama digunakan atau istilahnya sudah jadi.
"Paling banyak dicari yang dari Sri Lanka. Ini juga bisa mahal karena
kalo sudah jadi ya bisa puluhan juta," ujar David.
Harga yang dibanderol untuk batu mulya ini tidak sama dengan batu
akik. Batu mulya dijual tidak asal-asalan karena dihitung harga
perkaratnya.
"Yang membedakan harga dari batu mulya dengan yang lainnya dia
dihitung melalui berapa karatnya. Perkarat harganya variatif namun
biasanya Rp 50 ribu sudah dapat 1 karat," ujar David.
Selain ruby masih ada sapphire dan zamrud yang tergolong menjadi
incaran di jenis batu mulya. Namun, paling mahal tetap batu diamond
karena keindahan, mahalnya harga dan juga kelangkaannya.
"Alasan mahalnya diamond di Indonesia karena belum ada alat
potong berlian untuk dijadikan cincin selain di Eropa. Paling ada yang jual
diamond di Frank and Co dan itu harganya dahsyat bisa mulai puluhan
juta hingga milyaran," pungkasnya.
Bagi445
Cetak
Salah satu benda alam yang digunakan oleh manusia untuk memperindah
dirinya adalah batu-batu kristal. Butuh jutaan tahun untuk sebuah batu kristal
terbentuk. Agar dapat dijadikan perhiasan, batu-batu itu perlu dibentuk terlebih
dahulu.
Ada banyak jenis batu kristal. Beberapa jenis batu kristal yang terkenal
adalah intan, rubi, emerald, dan safir. Harga jual dari batu-batu kristal itu
bergantung pada beberapa hal, seperti kelangkaan, kejernihan, dan lain
sebagainya.
Berikut ini adalah 4 batu kristal yang sangat langka dan memiliki nilai yang
fantastis, seperti dilansir dari Discovery.com, Jumat (19/9/2014). Beberapa di
antaranya mungkin masih terdengar asing bagi telinga Anda.
Tanzanite
Tanzanite
Jenis batu kristal ini hanya ditemukan di kaki gunung Kilimanjaro, Tanzania
Utara. Tanzanite bisa terlihat berubah warna dari ungu ke biru dan sebaliknya.
Dengan kondisi sangat langka diperkirakan batu ini akan habis ditambang dalam
20-30 tahun ke depan.
Black Opal
Black Opal
Black Opal adalah varian terlangka dari batu Opal yang merupakan batu
nasional Australia. Hampir seluruh batu Black Opal yang beredar berasal dari
pertambangan Lightning Ridge, New South Wales.
Alexandrite
Alexandrite
Nama batu ini diambil dari nama Tsar Alexander II Rusia. Tadinya batu ini
dianggap sudah habis ditambang. Jenis batu Alexandrite ini pertama kali
ditemukan pada tahun 1830 di pegungungan Ural, Rusia.
Baru-baru ini, batu Alexandrite ditemukan di Brazil, Afrika Timur, dan Sri
Lanka dalam jumlah yang terbatas. Alexandrite merupakan batu yang dapat
terlihat berubah warna dari merah ke hijau atau sebaliknya.
Pink Star Diamond ditambang pertama kali pada tahun 1999 di Afrika
Selatan. Dengan berat 59,6 karat, batu ini laku terjual di lelang Sotheby’s dengan
angka US$ 83 juta (sekitar Rp 998 miliar). Dengan kata lain harga per karatnya
adalah US$ 1,3 juta (sekitar Rp 16,7 miliar). Komposisi dari batu ini adalah
karbon.
Baca Juga
Bagi445
Cetak
Sepanjang sejarah peradaban, manusia memiliki beragam cara untuk
memperindah dirinya, mulai dari melakukan berbagai perawatan tubuh hingga
membuat bermacam-macam hal untuk dikenakan. Bahan dasar dari segala sesuatu
itu sudah tersedia di alam.
Salah satu benda alam yang digunakan oleh manusia untuk memperindah dirinya
adalah batu-batu kristal. Butuh jutaan tahun untuk sebuah batu kristal terbentuk.
Agar dapat dijadikan perhiasan, batu-batu itu perlu dibentuk terlebih dahulu.
Ada banyak jenis batu kristal. Beberapa jenis batu kristal yang terkenal adalah
intan, rubi, emerald, dan safir. Harga jual dari batu-batu kristal itu bergantung
pada beberapa hal, seperti kelangkaan, kejernihan, dan lain sebagainya.
Berikut ini adalah 4 batu kristal yang sangat langka dan memiliki nilai yang
fantastis, seperti dilansir dari Discovery.com, Jumat (19/9/2014). Beberapa di
antaranya mungkin masih terdengar asing bagi telinga Anda.
Tanzanite
Tanzanite
Jenis batu kristal ini hanya ditemukan di kaki gunung Kilimanjaro, Tanzania
Utara. Tanzanite bisa terlihat berubah warna dari ungu ke biru dan sebaliknya.
Dengan kondisi sangat langka diperkirakan batu ini akan habis ditambang dalam
20-30 tahun ke depan.
Komposisi batu Tanzanite ini adalah Kalsium, Aluminium, Silikon, Hidrogen, dan
Oxigen. Kisaran harga Tanzanite adalah US$ 600 (Sekitar Rp 7,2 juta) – US$
1.000 (sekitar Rp 12 juta) per karat.
Black Opal
Black Opal
Black Opal adalah varian terlangka dari batu Opal yang merupakan batu nasional
Australia. Hampir seluruh batu Black Opal yang beredar berasal dari
pertambangan Lightning Ridge, New South Wales.
Batu berwarna dasar gelap dengan bercak warna-warni ini membuatnya dihargai
di kisaran US$ 2.300 (sekitar Rp 27,6 juta) per karat. Komposisi Black Opal ini
adalah Silikon, Hidrogen, dan Oksigen.
Alexandrite
Alexandrite
Nama batu ini diambil dari nama Tsar Alexander II Rusia. Tadinya batu ini
dianggap sudah habis ditambang. Jenis batu Alexandrite ini pertama kali
ditemukan pada tahun 1830 di pegungungan Ural, Rusia.
Baru-baru ini, batu Alexandrite ditemukan di Brazil, Afrika Timur, dan Sri Lanka
dalam jumlah yang terbatas. Alexandrite merupakan batu yang dapat terlihat
berubah warna dari merah ke hijau atau sebaliknya.
Pink Star Diamond ditambang pertama kali pada tahun 1999 di Afrika Selatan.
Dengan berat 59,6 karat, batu ini laku terjual di lelang Sotheby’s dengan angka
US$ 83 juta (sekitar Rp 998 miliar). Dengan kata lain harga per karatnya adalah
US$ 1,3 juta (sekitar Rp 16,7 miliar). Komposisi dari batu ini adalah karbon.
Baca Juga