Anda di halaman 1dari 34

PEMANFAATAN SUMBERDAYA

MINERAL & ENERGI


TKP 492114

K10-INDUSTRI BATU MULIA


DOSEN PENGASUH : Ir.A. Rahman, MS
Ir. Mukiat, MS

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SRIWIJAYA


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
2014
PENDAHULUAN
Batu mulia termasuk batu permata dan batu hias atau batu
ornament, adalah salah satu jenis bahan galian industri yang
mempunyai prospek cerah, walaupun ditinjau dari segi
pengembangannya termasuk baru, namun sebenarnya komoditi
bahan galian ini telah dikenal sejak zaman dahulu (jaman megalitik
atau neolitik). Hal ini disebabkan batu mulia mempunyai arti dan nilai
yang unik, tidak saja ditinjau dari segi keindahan dan kepercayaan
(magis).
Sebenarnya di Indonesia terdapat cukup banyak jenis batu mulia,
namun belum di eksplorasi dan di-inventarisasi secara seksama. Hal ini
disebabkan Pemerintah (dalam hal ini Departemen Pertambangan dan
Energi) baru pada tahun 1985 membentuk satuan tugas setingkat eselon
IV yang tugasnya melaksanakan inventarisasi dan eksplorasi batu mulia di
Indonesia, ini tentunya berdasarkan pertimbangan bahwa batu mulia
merupakan komoditi yang mempunyai nilai ekonomis, potensi dan
prospek cerah, seperti intan, opal, kecubung, garnet, krisopras, oniks
(bermacam-macam batu akik) serta berbagai jenis batu mulia lainnya
diketahui terdapat di Indonesia. Sampai dimana keberhasilan inventarisasi
dan eksplorasi batu mulia ini, tergantung para pelaksananya. Contoh
Sebutir batu mulia cukup berharga sering mendorong pelaksana
cenderung untuk tidak melaporkan hasil penemuannya.
Hingga kini di Indonesia belum tercatat adanya suatu Lembaga
Pendidikan Khusus Batu mulia, baik formal maupun non-formal. Demikian
pula halnya dengan asosiasi, baik asosiasi ahli batu mulia, asosiasi
masyarakat batu mulia dan asosiasi penggemar batu mulia maupun
asosiasi pengrajin batu mulia. Lembaga pendidikan dan asosiasi ini perlu
segera dirintis agar pengembangan batu mulia di Indonesia dapat
terlaksana dengan baik. Sejalan itu perlu pula dibangun atau didirikan
laboratorium batu mulia agar setiap batu mulia yang diperdagangkan atau
dijadikan asset dapat di uji dan diberikan sertifikat.
Batu Mulia (precious stones) sebenarnya mempunyai makna
berbeda dengan Batu Permata (gemstones), dimana,
 Yang termasuk Batu Mulia adalah Batu Permata dan Batu Ornament,
dengan kata lain,
 Batu Permata adalah Batu Mulia yang dijadikan atau dibentuk
menjadi Permata (cincin, kalung, liontin, bros, dan lain-lain)
sedangkan,
 Batu Ornament adalah Batu Mulia yang hanya dapat dijadikan
Hiasan (bukan hiasan atau jewel).
 Secara umum Batu Permata dibedakan menjadi dua, yaitu,
 Batu permata mulia (precious gemstones), dan
 Batu Permata setengah mulia (semi precious gemstones).
 Istilah batu aji mengandung makna batu berharga atau mungkin juga
batu bertuah. Dalam bahasa Jawa aji atau pengaji artinya berharga,
sedangkan aji atau aji-aji artinya azimat atau sakti.
 Contoh Batu mulia yang termasuk batu permata mulia (precious
gemstones) sangat terbatas, yaitu Intan, Korundum (merah = rubi dan
biru = safir), Beril (hijau = emerald dan biru laut = akuamarin) dan
krisoberil (Aleksandrit).
 Contoh Batu mulia yang termasuk kelompok batu permata setengah
mulia cukup banyak, antara lain, Feldspar (batu bulan dan amazonite),
Garnet (pirop), Jade (baik nefrit maupun jadeit, yang tergolong mineral
piroksin), olivine (peridot), kuarsa (ametis, sitrin, karnelian, opal dan
agat), spinel, topas, turmalin, turqoas dan zircon.
 Sebenarnya pengelompokkan tersebut termasuk klasik, karena opal
kini telah dimasukkan ke dalam kelompok batu permata mulia.
Disamping masih banyak jenis mineral dan batuan yang mungkin dapat
digolongkan batu permata setengah mulia. Meskipun kurang baik
namun banyak dibuat permata karena keindahannya. Jenis ini mungkin
tepat dikelompokkan ke dalam batu hias karena hanya untuk koleksi.
NAMA KHUSUS BATU PERMATA
NAMA MINERAL NAMA BATU PERMATA NAMA KHUSUS/JULUKAN
 Biru (Sapir)  Nilam
KORUNDUM
 Merah (Rubi)  Mirah/mirah delima
 Biru Laut (Aquamarin)  Biduri toya, Batu neptunus,
BERIL Akik Dewa Ruci
 Hijau (Emerald)  Jamrud
 Hijau (Aleksandril)  Batu selendrit
 Lain simofan  Biduri pancan wulung, Biduri
KRISOBERIL
anggur, Akik Skoludiro, Biduri
Pandan sutera dll
 Ungu (Amesti)  Kecubung Asihan
KUARSA  Kuning (Sitrin)  Kinyang Cempaka, Biduri
KRISTAL Kencana
 Bening (Rock Crystal)  Kinyang Es
 Merah (Karnelin)  Akik Kendit
 Hijau (Krisopras)  Biduri Lumut
 Putih berlapis (Kalsedon)  Bermacam-macam Nama
KUARSA KRPTO
 Berlapis dua warna (Oniks  Bermacam-macam Nama
KRISTALIN
(agate)
 Berwarna tidak berlapis  Bermacam-macam Nama
(Jasper)
 Vulkanik (Obsidian)  Airmata Indian
KUARSA AMORF
 Diagenetik (Opal)  Kalimaya, Pelangi

Nama mineral atau batuan, nama batu permata atau permata dan
nama perdangangan serta julukan atau nama setempat sering
membingungkan bagi orang yang masih awam. Di bawah ini disebutkan
beberapa contoh dari jenis mineral atau batuan yang dapat melahirkan
beberapa nama khusus atau julukan batu permata atau permata.
Nama khusus atau julukan tersebut umumnya muncul berdasarkan
warna, tekstur atau motif (pattern) dan ciri-ciri khusus lainnya. Disamping
nama khusus juga lahir karena kepercayaan suatu bangsa atau daerah.
Tak jarang kita jumpai batu permata sama mempunyai nama khusus atau
julukan berbeda di satu daerah dengan daerah yang lain.

SEJARAH BATU MULIA


Kapan sebenarnya untuk pertama kali manusia mengenal batu mulia
atau batu permata? Jawabnya sulit dinyatakan dengan angka tahun,
karena di Asia dan Eropa, sejak 1.000 tahun yang lalu, orang sudah
mengenal batu mulia (berdasarkan penemuan sejarah). Jadi sebenarnya
sejak manusia untuk pertama kalinya mengenal batu, sejak itu mereka
mengenal batu mulia. Dengan kata lain batu mulia dikenal oleh manusia
sejak zaman neolitik atau manusia neolitiklah.
Mungkin batu mulia dikenal pertama kali karena sifat kekerasannya,
sehingga dapat digunakan sebagai alat pemotong atau senjata. Kemudian
mereka juga mengetahui bahwa sebagian batu mulia, yang umumnya dari
jenis kuarsa atau agate, bila berbenturan dapat memercikkan api dan
dapat membakar benda kering disekitarnya. Mungkin dari sifat-sifat inilah
timbul kepercayaan bahwa Batu Mulia itu sakti karena dapat
mengeluarkan api dan juga dapat digunakan untuk memotong benda lain.
Untuk menjaga agar benda sakti tersebut tidak tercecer, ketinggalan
atau agar dapat digunakan sewaktu-waktu, maka selalu dibawa-bawa
kemana mereka pergi. Apabila selalu dipegang tentunya gerakan tangan
tidak leluasa, sehingga diikat, baik sebagai sabuk (ikat pinggang) atau
kalung. Jadilah benda tersebut perhiasan, disamping sebagai senjata dan
jimat (benda sakti). Mungkin dari sinilah awal Batu Mulia dibuat atau
dijadikan perhiasan atau permata yang sekaligus juga sebagai jimat.
Sudah barang tentu pada awalnya batu yang diikat sebagai kalung
atau ikat pinggang tidak dalam bentuk aslinya, mungkin sudah dipertajam
sebagian sisi atau sudutnya (buat senjata). Jelas bila mereka menemukan
batuan yang besar dan berat tidak mungkin membawanya kemana
mereka pergi. Meskipun manusia purba itu termasuk primitif (bodoh),
namun mereka juga punya akal, batu yang berat dan besar tersebut
dipecah atau diperkecil sehingga memungkinkan untuk dibawa ke mana-
mana agar dapat digunakan sewaktu-waktu.
Sebagaimana diketahui (sekarang) bahwa batuan atau mineral
mempunyai bidang belah atau kadang-kadang berlapisan, sehingga pada
waktu diperkecil atau pecah menimbulkan bentuk-bentuk aneh. Sebagai
manusia, meskipun termasuk manusia purba atau primitif. Mereka
tentunya memiliki rasa keindahan, sehingga waktu mereka memecah batu
juga membuat bentuk-bentuk yang aneh yang sesuai dengan selera.
Mungkin dari sinilah titik awal dimulainya kerajaan batu mulia atau
lapidarist. Jadi kesimpulannya seseorang sebagai gemologist dan
lapidarist sebenarnya berguru kepada manusia purba atau manusia
neolitik.
Berbicara bagaimana manusia menilai batu mulia yang lebih
banyak dititik beratkan kepada rasa, selera, kepercayaan dan
mungkin juga kelebihan uang, beberapa contoh di bawah ini
mungkin dapat diterima sebagai gambaran nyata.
 Ada orang yang bersedia menukar merah delima sebesar kacang tanah
dengan mobil bebby benz (kepercayaan dan kelebihan uang).
 Richard burton memberikan cincin kawin untuk Elizabeth Tailor seharga
US$ 150.000 atau kira-kira Rp. 300 juta (rasa cinta dan kelebihan uang)
Memang sulit untuk menilai sebuah batu mulia atau batu permata,
karena banyak faktor yang mempengaruhi. Sebagai seorang gemologist
tentu kita akan menilai sebuah batu permata berdasarkan klasifikasi
dan hasil pengujian, antara lain keaslian (alami), kekerasan,
keindahan, kelangkaan, dan kemurnian. Batu mulia yang asli lebih
mahal dari pada batu mulia sintetis, meskipun batu mulia sintetis kadang-
kadang lebih indah. Makin keras batu mulia makin mahal harganya,
demikian pula batu mulia yang langka terdapat di alam makin tinggi
nilainya. Bila batu mulia tersebut indah, baik warna maupun bantuknya,
jelas nilainya juga tinggi. Demikian pula batu mulia yang murni atau tanpa
cacat juga lebih mahal.

JENIS DAN NILAI BATU MULIA


Kini batu mulia atau batu permata makin digemari, tidak hanya
sebagai perhiasan, tapi juga merupakan asset (kekayaan) bagi
seseorang. Di luar negeri orang lebih suka menyimpan batu permata di
Bank dari pada uang, karena uang dapat terkena dampak inflasi/devaluasi
sedang batu permata tidak. Di luar negeri batu permata yang harganya
$250 atau lebih harus mempunyai sertifikat pengujian dari seseorang
gemologist salah satu contoh naiknya harga atau nilai batu permata
antara lain :
 Tahun 1986 di Australia sebutir intan yang berharga $ 1.000 naik
menjadi $ 16.000 pada tahun 1979.
 Tahun 1973, pernah terjadi lelang kalung dengan mute (bead) 31 butir
jade (giok) berwarna hijau muda (imperial green) masing-masing
sebesar buah anggur harganya mencapai f 156.250 atau kira-kira Rp.
490 juta.
 Di Siera Lone tahun 1972 ditemukan intan berwarna kebiru-biruan
seberat 968,8 karat yang hingga kini belum diasah dan masih disimpan
dengan penjagaan pasukan khusus. Penawaran terakhir baru
mencapai f 2,5 juta atau kira-kira 7,782 miliar (1979).
Dalam dunia perdagangan dikenal adanya batu mulia atau permata
asli, sintetis, imitasi, doblet, dan triplet. Adanya macam-macam jenis batu
mulia ini, karena kecenderungan manusia untuk mendapatkan
keuntungan sebanyak-banyaknya dan keinginan tersebut dapat terwujud
karena didorong oleh kemajuan teknologi. Bagi pedagang yang jujur tentu
saja akan mengatakan mana batu permata atau permata asli, mana yang
sintetis, mana yang imitasi, mana yang doblet, triplet, komposit dan mana
yang dolid.

Batu mulia sintetis dibuat orang karena banyak permintaan batu


permata yang tergolong langka, indah dan tentu saja berharga mahal.
Umumnya batu permata yang dibuat sintetisnya adalah yang termasuk
batu permata mulia, seperti intan, rubi, sapir, emerald, aleksandrit,
akuamarin, opal dan lain-lain. Batu permata sintetis umumnya dilakukan
dengan meniru pembentukan kristal dari lelehan atau cairan (larutan),
pengendapan dan penguapan. Sudah barang tentu digunakan pula
tekanan dan panas yang sangat tinggi serta kadang-kadang diikuti dengan
proses radiasi. Metode umum yang digunakan dalam pembuatan batu
permata sintetis yalah,
 Metode Verneuil atau metode pembakaran api
 Metode Czockratski atau metode teknik penarikan
 Metode Brigman-stockbarger atau metode pendinginan lelehan.
Seorang gemologist tidak segera dapat membedakan mana permata
asli (alami) dan mana yang sintetis, karena pada prinsipnya kedua batu
permata ini mempunyai sifat kimia dan fisik yang sama. Bedanya hanya
terletak pada isi gelembung di dalamnya. Yang dalam istilah gemologi
tersebut sebagai ginger ptinte (sidik jari). Kita tidak mungkin untuk
menemukan dua butir permata atau batu permata yang sama, meskipun
dibentuk atau diambil dari satu kristal yang sama. Di sinilah sebenarnya
letak peran seorang gemologist dalam membuat sertifikat.
Batu permata imitasi paling mudah dikenal dan diuji dengan cara
sangat sederhana, misalnya digores, dibakar, ditetesi dengan asam atau
larutan kimia lain dan sebagainya. Batu permata imitasi dapat dibuat dari
mineral alam, mineral sintetis atau plastik. Umumnya batu permata yang
dibuat imitasinya adalah yang tergolong batu permata mulia, namun
kadang-kadang juga semua jenis batu permata yang menarik, baik karena
warna, kilap, katoyansi, tekstur (pattern) dan lain-lain. Sebagai contoh
intan imitasi yang antara lain terdiri dari fabolit, linobat, diamonair, YAG,
YIG, GGG, paianit, djevalit dan zircon kubus (cubiczirconia atau
dinamakan juga American diamond). Contoh lain adalah opal sintetis yang
sering disebut slocum atau opal gilson.
Nilai batu permata mulia, terutama intan, ditentukan oleh
beberapa kriteria yang umumnya disebut 4 C, singkatan dari corat
(berat atau ukuran), colour (warna) clarity (kebersihan atau tanpa
cacat) dan cut (bentuk asahan). Dalam perdagangan maka intan
dibati menjadi beberapa kelas terutama berdasarkan warna dan
kebersihan, yang dalam sertifikat sering dinyatakan dengan
singkatan huruf dan angka, misalnya :
 IF.AA.3, Artinya intan bersangkutan tanpa cacat berwarna putih biru
dan sangat sedikit mengandung pengotor (intan kelas 1)
 PI.F.6, Artinya intan yang bersangkutan mengandung pengotor atau
cacat nyata berwarna bunga tanjung dan berbintik (intan kelas 5)
Disamping ukuran (berat atau karat), warna dan kejernihan, bentuk
asahan sangat menentukan nilai sebuah permata. Makin rumit bentuk
asahan sebuah permata semakin tinggi nilai dan harga permata tersebut.
Sebenarnya bentuk asahan hanya dibedakan menjadi dua, yaitu bentuk
normal dan bentuk berjenjang. Kedua bentuk asahan normal umumnya
dilakukan pada batu permata tak tembus cahaya (opaque dan
translucent), sedang bentuk asahan berjenjang dikenakan pada batu
permata tembus cahaya (transparant).
Bentuk asahan normal yang telah berkembang antara lain baroki
(asahan guling), berbagai bentuk kabocon dan bentuk fansi. Bentuk
asahan berjenjang atau fasit juga berkembang, antara lain bentuk asahan
baket, emerald, berlian mawar, berlian raja, berlian guling, markis,
pendelop, dan briolit. Bentuk asahan fasit berlian mempunya dua bagian
utama, yaitu fasit mahkota dan fasit pavilium.
Kadang-kadang nama bentuk asahan fasit berubah menjadi nama
permatanya, misalnya cincin berlian, giwang markis, leontin pendelop atau
briolit dan lain-lain. Tak jarang para pedagang intan berlian membuat
istilah yang tidak benar tapi sudah terlanjur terkenal. Misalnya intan yang
diasah dengan bentuk fasit, namun tidak memancarkan sinar disebut
intan, sedangkan yang berkilau-kilau baru disebut berlian. Sudah barang
tentu istilah ini hanya dipopulerkan oleh pedagang yang tidak mempunyai
latar belakang pengetahuan tentang gemologi atau lapidari. Dengan
demikian timbul istilah yang sudah umum namun tidak benar (salah
kapra).

Nilai suatu mineral sebagai batu permata ditentukan oleh sifat-


sifat fisiknya seperti warna,kilat, dan dispersinya. Contoh-contoh
mineral permata antara lain,

1. Intan, yang umum dikenal ialah yang berwarna jernih atau tidak
berwarna, sedangkan Intan yang berwarna hijau, merah, biru atau
kuning merupakan jenis Intan yang mahal harganya.

2. Korundum, di pasaran dikenal dengan nama Ruby dan Sapphire yang


merupakan warna varitas korundun, dimana,
 Ruby berwarna merah dan yang mahal berwarna merah tua agak
ungu,
 Sapphire berwarna biru, tetapi untuk semua jenis yang tidak
berwarna merah ummnya disebut sapphire.

3. Beryl, varitas Beryl adalah,


 Emerald yang berwarna hijau, yang mahal harganya jika berwarna
hijau dan jernih.
 Aquamarine ialah varitas beryl yang berwarna biru atau hijau kebiru-
biruan.
 Morganit berwarna merah muda,
 Golden-beryl berwarna kuning.

4. Turmalin, jenis Turmalin yang bernilai permata ialah yang berwarna


jernih. Turmalin sendiri umumnya berwarna hijau, varitasnya adalah
 Rubelitte, bewarna merah atau muda kita kenal,
 Indicolit berwarna biru tua,
 Brazillian Emerald berwarna hijau.

5. Topas, Topas yang tidak berawarna atau jernih tidak begitu mahal
harganya, yang benilai permata umumnya yang berwarna biru muda,
coklat, kuning emas atau merah muda.

6. Zirkon, yang termasuk Mineral permata ialah zirkon yang berwarna;


varitas-varitasnya adalah,
 Hyacinth yang bewarna merah, kuning dan coklat,
 Yargon warnanya diluar warna Hyacinth.

7. Quarts, banyak varitas Quarts yang termasuk mineral permata


walaupun agak murah harganya, misalnya.
 Amtheyst yang berwarna ungu, coklat tua atau hitam disebut smoky
quartz; kwartz yang terisi rutil;avnturine ialah kwarts yang terisi
mineral-mineral hematit atau mika. Varitas-varitas dengan kristal-
kristal ayng halus kita kenal sebagai carmelian ialah calhedon
merah; chrysopras ialah calchedon hijau;heliotrop atau bloodstone
ialah calchedon hijau dengan titik-titik merah didalmnya dan lain-lain.
 Cincin Natural Rose Quartz

BATUMULIA MASA YANG AKAN DATANG


Batu mulia mempunyai nilai yang makin hari makin meningkat. Hal
ini mudah dimengerti mengingat batu mulia termasuk salah satu sumber
daya alam yang tidak terbaruhi dan cadangan terbatas. Dengan demikian,
jika batu mulia alam menjadi semakin langka, maka batu mulia yang
termasuk bernilai rendahpun akan meningkat harganya.
Karena nilainya, tidak ada salahnya apabila jauh-jauh sudah
dipikirkan pembentukan perkumpulan, perhimpunan atau asosiasi,
misalnya asosiasi atau ikatan ahli batu permata Indonesia (Gemologist
Association of Indonesia atau Indonesia Gemologist), dan lain-lain.
Dengan harapan, bahwa asosiasi inilah yang intinya mampu mendidik dan
melahirkan ahli-ahli batu mulia atau batu permata dan pengrajin batu
mulia berkualitas yang mampu mengimbangi mereka yang berada diluar
negeri. Ahli-ahli batu mulia atau batu permata Indonesia kelak diharapkan
dapat memberikan sertifikat setiap butir permata atau batu permata yang
dijadikan agunan bank atau yag diperjual belikan. Diharapkan pula tanda
tangan ahli-ahli batu permata Indonesia ini kelak dipercaya dan menjadi
jaminan keaslian dari sebutir permata atau batu permata. Sejalan dengan
gagasan tersebut maka perlu segera dipersiapkan peralatan laboratorium
pengujian batu permata atau permata dan mendirikan kader-kader
gemologist, baik melalui pendidikan formal maupun pendidikan informal
yang telah diakui oleh gemologist internasional atau oleh pemerintah.
Umumnya pendidikan gemologi (di luar negeri) merupakan
gabungan antara pendidikan formal dan informal, artinya koordinasi atau
managemen dipegang oleh asosiasi, sedangkan penyelenggaranya
diperguruan tinggi (tempat dan tenaga pengajar serta fasilitas
laboratorium). Untuk mendidik seseorang menjadi gemologist diperlukan
waktu relatif lama untuk orang awam, dan relatif singkat bagi mereka yang
sudah memiliki latar pendidikan ilmu geologi, terutama mineralogist. Hal
ini disebabkan seorang geologist sudah tidak asing lagi dengan formasi
batuan, genesa bijih (ore genesis), genesa batuan (petro genesis),
mineralogi, kristalografi dan subyek lain yang erat kaitannya dengan ilmu
gemologi.
Nilai harfiah dari batu mulia atau batu permata (intan, rubi, jamrud,
opal dan lain-lain) dan berdasarkan selera atau kepercayaan, membuat
pemerintah merasa perlu turun tangan memperhatikan perkembangan
batu mulia ini. Itulah sebabnya sejak 1985 dibentuk satuan kerja Eselon IV
yang khusus menangani permasalahan batu mulia di Indonesia.
Khususnya inventarisasi dan eksplorasi batumulia. Sejak tahun 1985
istilah batu mulia sudah resmi digunakan pemerintah, dalam hal ini
Departemen Pertambangan dan Energi, yang mencakup batu permata,
batu setengah permata, batu ramen, atau batu hiasan dan suiseki.
Hingga kini sudah 7 tahun lamanya pemerintah menangani
inventarisasi dan eksplorasi batu mulia di Indonesia, namun hasilnya
belum dapat dirasakan dan dimanfaatkan. Hal ini disebabkan banyak
faktor yang mempengaruhi, diantaranya,
 Dana yang sangat terbatas dalam melakukan inventarisasi dan
eksplorasi.
 Berbeda dengan mineral industri umumnya maka batu mulia biasanya
terletak atau terdapat di daerah yang sulit dicapai.
 Belum ada ahli batu mulia terdidik secara formal yang memiliki sertifikat
yang diakui secara internasional.
 Nilai yang tinggi dari batu mulia sering membuat para petugas lupa
akan tugas dan fungsinya sebagai abdi Negara dan abdi masyarakat
yang selalu diikrarkan setiap tanggal 17, dan masih banyak lagi.
Umumnya para pengrajin atau penambang batumulia mengetahui
lokasi/keterpadatan batumulia berdasarkan data lama atau dari mulut ke
mulut. Misalnya keterpadatan opal di Lebak (1959), krisopras di Garut
(1955 dan 1980), Amethist di Kalimantan Tengah dan Lampung (sebelum
1945), Garnet di Air Abu/Alahan Panjang (1965), bermacam-macam
Kalsedon dan agat di Sukabumi, Tasikmalaya, Pacitan, dan Tirtomoyo
(sebelum perang dunia II), Intan di Kalimantan (1880-an) dan sebagainya.

PETUNJUK PRAKTIS MENGUJI BATU MULIA,


KHUSUSNYA BATU PERMATA DAN PERMATA ASLI

Menguji keaslian batumulia tidak semudah perkiraan banyak orang


lebih-lebih bagi orang awam terhadao batumulia. Bahkan seorang ahli
sekalipun sering dihadapkan dengan berbagai kesulitan bila harus
menguji batumulia yang sangat berharga tanpa bantuan peralatan
laboratorium yang canggih. Itulah sebabnya perhimpunan Masyarakat
Batumulia Indonesia (MIB) kini sedang merintis pendidikan (kursus dan
pelatihan) yang akan menghasilkan ahli-ahli batumulia yang mampu
menguji batumulia dan memberikan sertifikat uji yang diakui oleh dunia
internasional. Tentu saja tugas MBI ini tidak ringan dan harus dilambari
dedikasi tinggi untuk nusa dan bangsa. Apabila kita telah mampu menguji
batu-mulia asli, maka dengan sendirinya kemampuan tersebut dapat
digunakan untuk mengenali batumulia sintetis yang mempunyai sifat fisik
dan kimia sama.

Batumulia, khususnya batu permata dan permata, akan dapat diuji


berdasarkan sifat-sifat fisik, yang mana pengujian ini tidak akan merusak
batuan. Berbeda bila kita harus menguji sifat kimianya, maka kita harus
menghancurkan atau merusakkan sebagian atau seluruh batumulia yang
diuji. Memang menguji komposisi kimia juga dapat dilakukan tanpa
merusakkan atau menghancurkan bendanya, namun untuk ini diperlukan
alat laboratorium yang canggih, yaitu mikroprob elektron. Sifat-sifat fisik
yang dapat diuji antara lain kekerasan, warna, berat jenis, pengotoran,
sifat magnit, sistem kristal, kilap dan sifat optic seperti indek bias,
pleokroisma, dan lain-lain. Adapun alat-alat yang dipergunakan antara lain
mineral standar kekerasan, kaca pembesar (loupe 10x), magnit,
mikroskop polarisasi, binokuler, spectrometer, refraktometer, lampu
natrium (sodium lamp), lampu ultraviolet, timbangan teknik dan cairan
pengkaji berat jenis seperti bromoform, kloroform dan sejenisnya.
Dengan majunya ilmu teknologi, maka pengujian batumulia juga
mengikuti jejaknya, misalnya untuk mengetahui komposisi kimia
diperlukan mikroprob electron (electron microprobe analyzer) untuk
melakukan analisis tanpa merusakkan bendanya dan mikroskop elektron
(scanning electron microscope) untuk mengetahui susunan dan bentuk
kristal serta bentuk gelembung berikut isinya.

Memang kadang-kadang seorang ahli tanpa bantuan peralatan


laboratorium tersebut dapat dan mampu menentukan jenis batumulia,
namun hal ini disebabkan pengalaman yang cukup lama dan perasaannya
(indera keenam ?) yang peka dan cepat dan tepat. Pernyataan seorang
ahli tanpa bantuan peralatan laboratorium sebenarnya masih berupa
dugaan, mungkin tepat dan benar, mungkin juga dapat melesat dan salah.
Seandainya tebakannya tepat, tentunya tidak dapat dituangkan dalam
sertifikat hasil uji batumulia, khususnya batu permata dan permata yang
bersangkutan.

Mengapa hasil uji batumulia itu sangat penting dan mengapa harus
dituangkan dalam selembar sertifikat yang diakui, baik secara nasional
maupun secara internasional? Batumulia, tepatnya batu permata atau
permata, ibaratkan seorang manusia. Meskipun banyak manusia kembar,
namun tidak mungkin manusia kembar tadi memiliki keadaan fisik dan
sifat yang persis sama. Demikian juga halnya dengan batumulia.

Misalnya saja kita ambil dua permata nilam biru (blue sapphire)
yang sama-sama berwarna biru, dengan bintang bertangan enam,
kekerasan sama dan berat jenis juga persis sama. Apabila nilam biru
tersebut diteliti dan diuji secara rinci dengan menggunakan peralatan
laboratorium canggih, akan nampak beberapa perbedaan, misalnya salah
satu tangan bintang lebih pendek, jumlah dan isi gelembung tidak sama,
atau pita hitam pada warna merah atau biru tidak sama banyak, dan
sebagainya. Perbedaan inilah yang dinamakan sidik jari batumulia
(gemstone finger-prints).

Metode ini biasanya digunakan sebagai dasar mencari batumulia


berharga yang hilang, seperti halnya polisi mencari seorang penjahat
berdasarkan petunjuk sidik jarinya. Jadi jelaslah pentingnya sertifikat-uji
dari seorang ahli batumulia diberikan untuk sebuah batumulia berharga. Di
luar negeri, misalnya di Australia, Amerika, Perancis, Inggris dan Jerman,
toko-toko yang menjual batu permata atau permata dengan harga di atas
AS $100,- umumnya dilengkapi dengan sertifikat-uji dari seorang ahli
batumulia yang telah terdaftar dan diakui secara nasional dan
internasional.
Beberapa cara pengujian yang akan disajikan dalam tulisan ini
sebenarnya belum lengkap, namun sudah cukup untuk menguji sebuah
batumulia yang berharga sedang sampai murah. Untuk menguji batumulia
yang sangat berharga, misalnya permata intan (umumnya di Indonesia
dinamakan berlian, istilah yang salah namun sudah umum digunakan),
mirah delima (ruby), nilam (sapphire), jamrud (emerald), akuamarin,
aleksandrit dan lain-lain, apa yang diuraikan dalam tulisan ini perlu
ditambah lagi. Adapun hal-hal yang perlu diuji untuk sebuah batumulia,
antara lain kekerasan, warna, berat jenis, pengotor, kilap, sistem kristal,
indek bias, pleokroisma dan sifat optik lainnya, serta beberapa pengujian
lain yang tidak akan dijelaskan disini.

PARAMETER PENGUJIAN BATU MULIA

1. KEKERASAN

Seperti diketahui, bahwa setiap jenis mineral atau batumulia


mempunyai kekerasan tertentu. Derajat kekerasan ini dinyatakan dalam
skala Mohs yang bersifat relatif dan skala Knop yang bersifat absolut.
Cara menguji kekerasan batumulia yang lebih sederhana dan lebih mudah
adalah menggunakan skala Mohs dan mineral standar kekerasan yang
digunakan sebagai berikut:

Talk :1 Ortoklas :6
Gipsum :2 Kuarsa :7
Kalsit :3 Topas :8
Fluorit :4 Kurondum :9
Apatit :5 Intan : 10

Kesulitan yang dhadapi dalam menguji kekerasan batumulia, bahwa


kenyataanya sebuah batumulia yang sama mempunyai kekerasan benda
tergantung cara dan arah menggoresnya. Hal ini akan lebih sulit lagi bila
bentuk dan arah sumbu kristal batumulia bersangkutan (terutama sumbu
c) tidak dapat diketahui atau ditentukan dengan jelas. Bidang yang tegak
lurus sumbu c (sejajar sumbu a dan b) mempunyai derajat kekerasan
lebih tinggi daripada bidang yang tegak lurus sumbu a atau b (sejajar
sumbu c). misalnya mineral kianit mempunyai derajat kekerasan 4-4,5
menurut arah tegak lurus sumbu a atau b (sejajar sumbu c) dan
kekerasan 6-7 menurut arah tegak lurus sumbu c (sejajar sumbu a dan b).
Menguji kekerasan batumulia hanya dapat dilakukan pada batumulia yang
belum dibentuk atau diasah menjadi permata, karena batumulia yang
sudah dibentuk akan menyebabkan cacat tergores.
Apabila sulit mendapatkan mineral standar kekerasan dan dalam
keadaan mendesak, biasanya cukup menggunakan kristal kuarsa
(kekerasan 7), kaca jendela (kekerasan 6), jarum baja (kekerasan 5),
jarum tembaga (kekerasan 3-3,5) dan kuku jari (kekerasan 2-2,5).
Prinsip pengujian kekerasan batumulia dengan cara ini bahwa batumulia
lebih lunak akan tergores oleh mineral standar sedang yang lebih keras
tidak akan tergores, misalnya batumulia atau permata batu-bulan
(moonstone) akan tergores oleh kristal kuarsa. Sedang nilam (sapphire)
tidak akan tergores. Dengan mengetahui kekerasan batumulia maka untuk
memotong dan mengasahnya dapat ditentukan jenis gergaji dan bubuk
pemoles yang akan digunakan.
2. WARNA

Seperti halnya kekerasan, maka tiap jenis batumulia juga


mempunyai warna tersendiri, baik yang disebabkan oleh unsur ion atau
penyusun dan pengotor maupun oleh perubahan arah sinar dan jenis
cahaya yang diterimanya.
Dalam mineralogy dikenal adanya dua jenis mineral berdasarkan
warna yang dimiliki, yaitu mineral idiokromatik dan mineral
alokromatik. Demikian juga halnya dengan batumulia, karena pada
dasarnya batumulia adalah sebuah mineral atau sekumpulan mineral.
Mineral atau batumulia idiokromatik adalah batumulia yang memiliki warna
yang berasal dari warna unsur penyusun atau pembentuknya. Misalnya
malakhit selalu berwarna hijau, belerang selalu berwarna kuning, grafit
selalu berwarna hitam dan sebagainya. Warna tersebut asli dan tidak
dapat berubah.
Mineral atau batumulia alokromatik adalah mineral atau batumulia
yang memiliki warna dari unsur pengotor, sedang batumulia yang
bersangkutan tidak berwarna atau bening. Contohnya kristal kuarsa dapat
berwarna ungu (kecubung), kuning (sitrin), merah (sard), coklat (karnelian)
dan sebagainya serta warna-warna tadi disebabkan ion pengotor dalam
kristal kuarsa tersebut.
Beberapa unsur atau ion pengotor yang dapat memberikan atau
menimbulkan warna dalam batumulia, antara lain :
 Ion besi (Fe); dapat menimbulkan warna bermacam-macam, misalnya
warna coklat, ungu, hijau, merah dan kuning pada garnet, biru pada
nilam, ungu pada kecubung (amethyst) dan kuning pada sitrin.
 Ion kromium (Cr); menyebabkan warna merah pada mirah delima
(ruby) atau hijau pada jamrud (emerald).
 Ion mangan (Mn); menyebabkan warna merah muda sampai merah
tua, misalnya pada rodokrosit, rodonit dan garnet.
 Ion tembaga (Cu); menyebabkan warna biru dan hijau, misalnya pada
pirus, malakhit, azurit dan lain-lain.
 Ion nikel (Ni); menyebabkan warna hijau pada krisopras.
 Ion vanadium (V); menyebabkan warna hijau, misalnya pada jamrud
(emerald).

Disamping kedua jenis batumulia tersebut terdapat juga batumulia


pleokronik, yaitu batumulia yang mengalami perubahan warna yang
disebabkan perubahan panjang gelombang cahaya serta perbedaan arah
penyinaran. Contoh pertama adalah batumulia aleksandrit yang berwarna
hijau oleh sinar matahari dan warna ungu oleh cahaya lampu. Sedang
contoh kedua adalah mineral kordierit bila diputar warnanya akan berubah
dari biru ke warna kuning atau sebaliknya.
Warna batumulia asli (alamiah) biasanya berbeda sifatnya dengan
warna buatan, baik sintetis maupun imitasi. Kadang-kadang perbedaan
warna ini dapat segera dikenal tanpa menggunakan peralatan khusus
(laboratorium) misalnya :
 Warna batumulia sintetis dan imitasi umumnya lebih menyolok dan
lebih merata,
 Warna imitasi biasanya tidak tahan lama dan akan berubah memucat
karena pengaruh sinar matahari,
 Warna imitasi kebanyakan akan bereaksi atau luntur oleh suatu larutan
asam,
 Warna imitasi dari larutan kimia untuk batumulia biasanya tidak merata,
karena pada retakan, bidang belah atau pori-pori akan terjadi
pengumpulan warna sehingga akan lebih tua.

Warna batumulia asli dapat diubah atau ditingkatkan dengan


berbagai cara, antara lain :
 Pewarnaan; dengan jalan merendam dalam larutan warna atau
memanaskan pada temperatur tertentu, misalnya akik dipanaskan
dalam larutan gula atau madu agar menjai hitam, amethyst dipanaskan
pada batas temperatur tertentu (500 oC) agar menjadi kuning teh dan
lain-lain
 irradiasi; dengan partikel-partikel sub-atom, misalnya pewarnaan intan
dengan garam radium akan menghasilkan warna hijau
 radiasi; dengan tujuan mengubah kedudukan ion pengotor, misalnya
intan kuning atau coklat menjadi hijau atau biru dan apabila diteruskan
akan berubah menjadi kuning emas; sedang kristal kuarsa bening akan
berubah menjadi kuning emas atau coklat teh dan sebagainya.

3. BERAT JENIS

Berat jenis juga dapat digunakan untuk menentukan jenis batumulia


dan dapat dilakukan dengan menimbang dan mengukur volumenya atau
dengan menggunakan cairan yang telah diketahui berat jenisnya,
misalnya bromoform, klerici, metilen jodida dan sebagainya. Meskipun
satu jenis batumulia sering mempunyai lebih dari satu berat jenis, namun
pada umumnya tiap jenis batumulia mempunyai harga berat jenis tertentu.
Tentu saja pengujian ini hanya dilakukan pada batumulia yang belum
diikat. Menghitung berat jenis dengan penimbangan termasuk cara yang
paling mudah dan murah, yaitu dengan cara menimbang di adara dan di
dalam air. Air yang digunakan adalah air suling (distilled water) pada suhu
4 oC dan rumus yang digunakan untuk menghitung berat jenis ini adalah,

BERAT JENIS = BERAT DI UDARA : (BERAT DI UDARA –


BERAT DI DALAM AIR)

Cara tersebut harus dilakukan dengan sangat cermat, sehingga


sering berlangsung sangat lamban. Cara lain ialah dengan menggunakan
cairan yang sudah dikehatui berat jeniasnya, namun harus diusahakan
cairan yang tidak merusak atau mempengaruhi sifat fisik dan kimia
batumulia yang diuji. Beberapa jenis cairan yang biasa digunakan dalam
menentukan berat jenis batumulia, antara lain,
 Larutan klerici; berat jenis 4,15 dan dibuat dari campuran thallium
format dengan thallium malonat dalam jumlah sama,
 Larutan metilen jodida atau diodometan; berat jenis 3,30
 Larutan bromoform; berat jenis 2,80
Dari larutan tersebut dapat dibuat larutan dengan berat jenis tertentu
sesuai dengan keinginan, sehingga akan diperoleh larutan dengan berat
jenis sama dengan berat jenis batumulia yang diuji. Hal ini dapat dilakukan
dengan mencampurkan larutan-larutan tersebut dengan air suling atau
aseton. Bila batumulia yang diuji melayang berarti berat jenisnya sama
dengan larutan, namun bila mengambang berat jenisnya lebih kecil dan
bila tenggelam berat jenisnya lebih besar.
Dibawah ini adalah beberapa contoh pengujian berat jenis batu mulia
dengan menggunakan cairan.

CAIRAN YANG DIGUNAKAN HASIL PENGUJIAN


Larutan bromoform + alkohol (berat Kuarsa akan mengambang, sedang beril dan
jenis 2,65) emerald akan tenggelam
Larutan klerici + air (H2O) (berat Kuarsa, beril, emerald, topas, turmalin dan intan
jenis 3,60) akan mengambang, sedang sirkon, rubi dan safir
akan tenggelam
Larutan metilen jodida (berat jenis Kuarsa, beril, emerald dan turmalin akan
3,30) mengambang, sedang topas dan intan akan
tenggelam
Larutan bromoform + toluol (berat Kuarsa, beril dan emerald akan mengambang,
jenis 2,90) sedang turmalin akan tenggelam

Berat jenis batumulia dipengaruhi oleh pengotor (impurities) yang


terkandung di dalamnya, misalnya ion pengotor, mineral inklusi,
gelembung udara, cairan dan sebagainya. Hal inilah yang menyebabkan
satu jenis batumulia kadang-kadang mempunyai berat jenis yang berbeda.

4. PENGOTORAN
Pengotoran di dalam batumulia sering disebut sebagai jejak atau
sidik jari (finger print) suatu batumulia. Batumulia tertentu mempunyai ciri
pengotoran tertentu pula sebagaimana setiap orang mempunyai sidik jari
berbeda. Jejak atau sidik jari batumulia akan tetap sama, sekalipun
batumulia tersebut sudah dibelah dan diasah atau dibentuk kembali. Jejak
atau sidik jari (pengotoran) batu mulia ini beraneka ragam, misalnya :
 Tiap batumulia mempunyai pertumbuhan kristal tertentu, sehingga
bentuk kristal ini dapat dijadikan sarana menentukan jenisnya.
 Gelembung yang terdapat dalam batumulia mempunyai bentuk, arah
dan isi tertentu. Misalnya bentuk dapat oval, bulat elip atau lensa, dan
arah mungkin sejajar atau tegak lurus salah satu sumbu, sedang isi
dapat berupa gas, cairan, mineral atau ketiga-tiganya.
 Jenis mineral yang mengisi rongga batumulia mempunyai ciri tertentu,
dan umumnya terbentuk persamaan atau setelah batumulia
bersangkutan terbentuk. Misalnya kalsit dalam batumulia mirah delima
terutama yang berasal dari Mogok (Birma), diopsit krom dalam intan,
pirit dalam jamrud, felspar dalam nilam dan sebagainya
 Mineral pengotor (inklusi) umumnya mempunyai bentuk dan arah
tertentu yang sering tidak teratur. Misalnya aktinolit atau rulit dalam
kuarsa, garnet atau jamrud, apatit dalam garnet, spinel, jamrud, atau
nilam, epidot dalam kuarsa dan sebagainya.
 Kadang-kadang pengotor dalam batumulia memberikan pemusatan
warna dengan arah tertentu, sehingga menimbulkan katoyansi.
Misalnya pada batumulia mata kucing, mata elang, mata harimau, nilam
bintang, biduri bulan dan sebagainya.
 Retakan batumulia yang terbentuk kemudian kadang-kadang juga diisi
oleh berbagai jenis mineral yang tumbuh didalamnya.
Kebanyakan batu permata yang bermutu dan bernilai tinggi
mempunyai pengotoran yang tidak terlihat oleh mata bugil bahkan dengan
menggunakan kaca pembesar 10x sekalipun. Setiap batumulia pasti
memiliki pengotor meskipun kecil dan tidak nampak oleh mata bugil
bahkan sedemikian kecilnya, sehingga seorang ahli harus menggunakan
peralatan laboratorium yang canggih untuk mengujinya.

5. KILAP
Kilap (luster) ini sangat baik untuk menguji batumulia yang belum
diasah dan dalam keadaan basah, sehingga tak jarang seorang ahli
menjilatnya. Menjilat batumulia sebenarnya mengundang resiko, karena
ada batumulia yang diduga beracun, misalnya yang mengandung
tembaga dan arsen seperti realgar, azurit dan lain-lain.
Batumulia memiliki berbagai kilap, tapi yang paling umum dikenal
dalam dunia perdagangan antara lain kilap logam (galena, pirit, hematit),
kilap mutiara (batubulan, amazonit, mutiara), kilap adamantin (intan,
sirkon), kilap sutra (mata harimau, mata kucing), kilap vitreus (kuarsa),
kilap gelas dan kilap lemak. Umunya derajat kilap suatu batumulia
dinyatakan dalam angka 0-6, namun juga ada yang tidak dinyatakan
dengan angka. Alat yang digunakan untuk mengukur suatu kilap
batumulia disebut lustermeter.
Meskipun tiap batumulia mempunyai derajat kilap tertentu, namun
juga dapat dipengaruhi oleh unsur lain, misalnya jenis pengotor, cara
mengasah dan memoles. Indek kilap ini dapat digunakan untuk menguji
batumulia, misalnya indek beberapa jenis batumulia asli dan sintetis di
bawah ini.
JENIS BATU MULIA DERAJAT KILAP
Silikon karbit 5
Rutil 4,5 - 5
Anatas 4,5 – 7
Intan 4
Stibiotantalit 3,4
Strontium titanat 3
Sfalerit 2,9
Sirkon oksida 2,2
GGG 2
Kasiterit 1,9 – 2,3
Garnet sintetis 1,0 – 2,3
Spinel sintetis 0,73
Kuarsa 0,55
Andradit 1,3
YAG 1,0

INDEKS BIAS
Secara sepintas suatu batumulia nampak sama persis dengan
batumulia lain, namun indek biasnya pasti berlainan, karena tiap jenis
batumulia mempunyai nilai indek bias tertentu. Nilai indek bias ini sering
juga dipengaruhi oleh ion pengotor. Ada dua cara menentukan indek bias
batumulia, yaitu dengan menggunakan cairan yang diketahui nilai indek
biasnya dan menggunakan alat refraktometer.
Menentukan indek bias dengan menggunakan cairan sering kurang
teliti dan hanya dapat digunakan untuk menentukan indek bias mineral
tunggal. Cairan yang digunakan untuk keperluan ini, misalnya bromoform,
metilen jodida dan lain-lain. Batumulia yang mempunyai indek bias sama
atau lebih kecil dari larutan tidak akan nampak, sebaliknya bila indek bias
batumulia lebih besar akan nampak dalam cairan tersebut. Cara ini hanya
digunakan untuk menentukan indek bias batumulia berukuran besar,
khususnya batu permata dan permata.
Cara lain ialah dengan menggunakan cairan yang sudah diketahui
harga indek biasnya dan mikroskop, terutama bila batumulia tersebut
berupa butiran kecil, dengan melihat arah gerak lingkaran kuning yang
mengelilingi butiran yang disebut Cincin Becke. Bila cincin itu bergerak
ke dalam, maka indek bias batumulia lebih kecil dari larutan. Sebaliknya
bila bergerak ke luar maka indek bias batumulia lebih besar. Mengukur
indek bias juga dapat dilakukan dengan jalan mengukur ketebalan,
khususnya bila batumulia tersebut berbentuk lempengan. Harga indek
bias adalah perbandingan tebal sebenarnya dengan tebal semu yang
dapat diukur dengan binokuler atau mikroskop petrografi di mana tebal
semu adalah jarak titik fokus antara bidang bawah dengan bidang atas.
Indek bias batu permata berbeda, ada yang mempunyai indek bias
tunggal namun ada pula yang ganda. Batumulia yang mempunyai sistem
kristal kubus dan amorf (tidak berkristal) biasanya hanya mempunyai
indek bias tunggal, sedang yang bersistem kristal tetragonal, heksagonal
dan trigonal mempunyai sebuah indek bias tetap dan sebuah indek bias
ekstra. Indek bias ekstra ini kadang-kadang nampak atau kurang jelas. Di
lain pihak batumulia dengan sistem kristal ortorombik, monoklin dan triklin
mempunyai indek bias ganda, di mana jarak antara kedua indek bias
tersebut disebut disperse atau birefringe. Kita sering menjumpai
batumulia yang tidak memperlihatkan adanya indek bias, hal ini
disebabkan batumulia tersebut tidak tembus cahaya. Untuk mendapatkan
harga indek biasnya digunakan sinar berwarna kuning yang berasal dari
lampu natrium (sodium lamp).
1. PLEOKROISMA DAN SIFAT OPTIK LAINNYA
Batumulia pleokroistik akan memperlihatkan warna bermacam-
macam dan untuk menguji pleokroisma ini digunakan alat yang disebut
dikroskop. Dengan alat ini dapat diuji bahwa nilam akan memperlihatkan
warna biru muda sampai biru tua, sedang mirah delima akan
memperlihatkan warna merah jambu sangat muda atau oranye. Warna-
warna tersebut akan tetap meskipun dilihat dari berbagai arah dan warna
ini sangat berbeda dari batumulia sintetis dan imitasinya. Batumulia juga
memiliki ciri warna yang disebut spektrum, yaitu pita hitam pada warna
tertentu dan alat yang digunakan untuk mengujinya disebut spectrometer.
Beberapa batumulia (asli) menunjukkan spektrum (batumulia sintetis tidak
ada) seperti di bawah ini:
 Merah delima mempunyai dua pita hitam pada warna biru dan tiga pita
hitam pada warna merah
 Spinel merah atau Rubi balas mempunyai tiga pita hitam pada warna
merah, pita kesatu dan ke dua saling berdekatan dan pada warna biru
tidak ada pita
 Intan mempunyai satu pita hitam pada warna hijau
 Jamrud mempunyai tiga pita hitam pada warna merah, dan sebuah di
antaranya sangat tebal
 Aleksandrit mempunyai empat pita hitam pada warna merah, dimana
pita kesatu dan kedua saling berdekatan
 Akik merah mempunyai satu pita hitam pada warna merah, satu pita
hitam pada warna kuning, dua pita hitam pada warna biru dan satu pita
hitam pada warna hijau
 Nilam mempunyai tiga pita hitam pada warna biru
 Biduri Kenanga mempunyai satu pita hitam pada warna biru
 Indikolit dan Jamrud Brasil mempunyai satu pita hitam tepat pada
pertemuan warna biru dan hijau.
Pengujian batu mulia dapat pula dilakukan dengan menggunakan
lampu ultra-violet khususnya untuk mengetahui yang asli dan sintetis.
Batumulia asli memperlihatkan fluorensi yang sangat kuat, sedang
batumulia sintetis kelihatan bening. Di samping itu, untuk menguji
batumulia dapat pula digunakan sinar tembus (X-Ray). Sudah barang
tentu pengujian ini hanya untuk batumulia yang berharga seperti nilam,
jamrud, mirah delima, intan dan sebagainya. Dengan sinar tembus ini
batumulia asli akan menghasilkan gambar yang tembus cahaya, sedang
batumulia sintetis akan memperlihatkan baying-bayang.

2. SISTEM KRISTAL
Hampir semua batumulia yang berharga mempunyai sistem kristal
yang terbentuk waktu pertumbuhannya. Bentuk atau sistem kristal dibagi
menjadi enam, sebagai berikut :
 Kubus, yaitu sistem kristal yang mempunyai tiga sumbu sama panjang
dan saling tegak lurus, misalnya Intan,
 Tetragonal, yaitu sistem kristal yang mempunyai tiga sumbu saling
tegak lurus dan satu sumbu lebih pendek dari dua sumbu yang lain,
misalnya Zirkon,
 Heksagonal, yaitu sistem kristal yang mempunyai tiga sumbu
mendatar saling membentuk sudut 60 o dan satu sumbu tegak yang
membentuk sudut 90o terhadap sumbu mendatar
 Ortorombik, yaitu sistem kristal yang mempunyai tiga sumbu yang
tidak sama panjang, misalnya peridot
 Monoklin, yaitu sistem kristal yang mempunyai tiga sumbu tidak sama
panjang dan dua diantaranya tegak lurus sedang satu lagi
menyimpang, misalnya krokidolit (akik Condromowo, akik Sardulo dan
akik Garuda)
 Triklin, yaitu sistem kristal yang mempunyai tiga sumbu yang tidak
sama panjang dan saling membentuk sudut lebih besar atau lebih kecil
dari 90o misalnya pirus.

Batumulia yang berkomposisi kimia sama namun mempunyai sistem


kristal berbeda disebut polimorf, misalnya intan (unsur C) berkristal
kubus, sedangkan grafit (unsur C) bersistem heksagonal. Disamping itu
ada juga batumulia yang tidak mempunyai sistem kristal dan disebut
amorf, misalnya agat, opal, dan obsidian, atau sistem kristalnya disebut
mikrokristalin atau kriptokristalin, misalnya kalsedon. Sistem kristal
batumulia sangat penting, baik bagi para ahli untuk menentukan atau
menguji jenisnya maupun bagi pengrajin (lapidarist). Sifat-sifat lain yang
juga sangat penting dalam menguji batumulia adalah bidang belah
(cleavage), bidang kembar (twinning), guratan (striation), retakan, sifat
magnit, sifat tembus cahaya dan lain-lain.
3. PENGUJIAN CARA LAIN
Untuk menguji batumulia dengan tepat yang akan dituangkan dalam
sertifikat hasil pengujian memerlukan peralatan yang cukup mahal, karena
sebagian adalah peralatan laboratorium yang canggih. Bagi beberapa
orang ahli untuk sekedar mengetahui dan menguji batumulia yang tidak
perlu dituangkan dalam sertifikat, menempuh cara masing-masing
berdasarkan pengalaman dengan memanfaatkan kepekaan
pancainderanya, misalnya dengan meraba, menjilat, menjatuhkan di atas
telapak tangan dan sebagainya. Tentu saja pengujian dengan kepekaan
pancaindera sering salah, namun umumnya bagi orang yang sudah
pengalaman hasilnya 95% benar. Untuk menguji dengan kepekaan
pancaindera ini harus membebaskan diri dari pengaruh benda-benda
asing, misalnya tangan harus bebas dari keringat, lemak dan pikiran harus
terpusatkan. Ada dua kelompok batumulia yang dapat dibedakan denga
cara meraba, yaitu :
 Kelompok batumulia yang terasa licin (slippery), misalnya almandin,
krisoberil, korundum, peridot, pirop, rodolit, spinel, rutil sintetis,
korundum sintetis, topas, turmalin dan sirkon.
 Kelompok batumulia yang terasa likat (sticky), misalnya amber,
andradit, kalsedon, beril, intan, kaca, hematit, jade, labradorit, lapis
lazuli, opal, plastik, kuarsa, spondumen, jamrud sinteti, pirus, sirkon
yang dipanas-kan, mikrolin dan ortoklas.
Dari kedua kelompok tersebut kemudian dapat dibedakan
berdasarkan derajat kelicinan dan derajat kelikatannya.
Batumulia mempunyai berat jenis yang berbeda-beda, sehingga
jatuhnyapun berbeda-beda pula. Sifat ini dimanfaatkan oleh sementara
ahli yang peka dengan menjatuhkan batumulia yang diuji diatas telapak
tangannya, misalnya sirkon kubus (American diamond) jatuhnya terasa
lebih keras daripada intan. Ada juga beberapa batumulia yang melekat
atau menimbulkan rasa tertentu bila dijilat. Misalnya kalsedon, opal dan
opal sintetis, dimana opal sintetis mempunyai derajat lekat yang lebih
besar karena mempunyai struktur yang lebih sarang (porous). Sirkon
kubus mudah dikenal karena lebih gemerlapan dari intan dan bila dilihat
dari fasit mahkotanya akan nampak lingkaran yang lebih tembus cahaya,
sedang bila dilihat dari fasit paviliun memperlihatkan disperse yang lebih
kuat daripada intan. Banyak cara sederhana yang dapat digunakan untuk
menguji keaslian sebuah batu permata, yang tentunya dengan syarat
pemusatan pikiran, bebas dari pengaruh benda-benda lain, kepekaan dan
pengalaman.

BATU AKIK YANG PALING BANYAK


DIINCAR UNTUK DIJADIKAN CINCIN
Fenomena cincin batu akik belakangan ini menjadi tren. Tak cuma yang
tua, anak muda pun tak malu menggunakan aksesoris jari ini.
Cincin batu akik memiliki banyak jenis. Harganya pun beragam, mulai dari
yang paling murah hingga yang paling mahal disesuaikan dengan kombinasi
warna dan bentuknya.
Seorang penjual batu akik di Pasar Tebet menjual cincin batu akik dengan
jenis bacan dengan harga Rp 700 ribu. Batu jenis ini diakui oleh salah satu
penggemar sebagai salah satu jenis yang paling banyak diincar karena memiliki
latar belakang mistis dan keindahan di dalamnya.
Apa saja jenis batu cincin yang banyak diincar oleh para penggemar cincin
batu akik ini? Berikut beberapa jenis batu cincin yang paling banyak diincar yang
berhasil dihimpun merdeka.com.

1. BATU BACAN HIJAU

Batu bacan banyak menjadi incaran oleh para penggemar cincin


batu akik ini. Menurut salah satu kolektor cincin batu akik bernama David
(24), karakter dari batu cincin ini sangat unik karena warnanya yang
semakin lama semakin indah apabila digunakan.

"Akhir-akhir ini bacan menjadi incaran banyak orang, karena batunya


unik kalo makIn lama dipake warnanya berubah menjadi seperti kristal,"
ujar David kepada merdeka.com, Minggu (10/8).

Selain karena keindahan dari batu bacan, kelangkaan dari batu


bacan ini juga menjadi salah satu faktor dicarinya batu ini untuk dikoleksi
para penggemar batu cincin ini.
"Bacan diburu di mana-mana. Karena bacan itu langka," ujar David.
Asal nama dari batu Bacan ini diambil dari tempat batu ini diperdagangkan
yaitu pulau bacan. Namun, batu ini sebenarnya banyak ditemukan di
Pulau Kasiruta Halmahera. Menurut David harga untuk sebongkah batu
bacan hijau yang paling banyak dicari ini berkisar Rp 10 juta hingga Rp 15
juta.

"Hitungannya ditembak oleh penjual. Harganya kalo ukuran agak gede


bisa dari Rp 10 juta sampai Rp 15 juta," kata David.

2. BATU AKIK LAVENDER

Salah satu kolektor dan penggemar batu akik David (24)


menjelaskan bahwa jenis dari batu akik sendiri bermacam-macam. Namun
yang menjadi primadona dari batu jenis ini adalah batu akik lavender.
"Akik kan jenisnya macem-macem, kalau yang paling banyak diincar
salah satunya lavender. Alasannya dia beda dengan akik lain karena
warnanya indah yaitu keunguan," ujar David.
Sambil menunjukkan cincin koleksinya, David menjelaskan
perbedaan antara batu akik lavender dengan batu akik jenis lainnya yang
berwarna ungu murni.
"Biasanya kalau ungu doang itu batu kecubung, biasanya batu akik
lavender yang keunguan bisa berubah menjadi coklat dan terkadang
kuning," kata David.
Harga yang dibanderol untuk batu jenis ini pun tergolong murah yaitu
Rp 100 ribu sehingga, batu jenis ini menjadi incaran para penggemar
karena harganya yang terjangkau untuk mengikuti trend.

3. AKIK ANGGUR

Selain batu akik Lavender, batu akik yang menjadi primadona dan
diburu adalah batu akik anggur. Batu akik ini menurut penjual batu akik di
Pasar Tebet memiliki warna yang sangat menarik yaitu putih susu.
"Kalau yang ini akik anggur, dia paling banyak yang minat selama
saya jualan, soalnya warnanya putih kaya susu sama nggak terlalu
mahal," kata Djoko saat diwawancarai merdeka.com, Sabtu (9/8).
Menurutnya harga standar yang dibanderol untuk batu jenis ini
berkisar mulai dari Rp 50 ribu hingga Rp 100 ribu.
"Pasarannya cuma Rp 100rb ke bawah ya mentok gocap dah, itu
juga barangnya udah bagus," ujar Djoko.
4. RUBY

Selain batu akik, batu mulya untuk dijadikan cincin banyak juga
diburu karena alasan gengsi dan style penggunanya. Salah satunya
adalah batu ruby, batu ini tergolong dalam batu jenis mulya yang paling
banyak dicari lantaran harganya yang miring dan bergengsi.

"Ini paling dicari karena mewah dan tergolong dalam batu mulia dan
harganya termasuk miring, namun beda harga tergantung dari tempat
asalnya," kata David seorang kolektor batu cincin kepada merdeka.com
Minggu (10/8).

Batu ruby yang paling banyak dicari berasal dari Sri Lanka. Batu ruby
asal Sri Lanka ini diminati karena warnanya semakin indah apabila sudah
lama digunakan atau istilahnya sudah jadi.

"Paling banyak dicari yang dari Sri Lanka. Ini juga bisa mahal karena
kalo sudah jadi ya bisa puluhan juta," ujar David.

Harga yang dibanderol untuk batu mulya ini tidak sama dengan batu
akik. Batu mulya dijual tidak asal-asalan karena dihitung harga
perkaratnya.

"Yang membedakan harga dari batu mulya dengan yang lainnya dia
dihitung melalui berapa karatnya. Perkarat harganya variatif namun
biasanya Rp 50 ribu sudah dapat 1 karat," ujar David.

Selain ruby masih ada sapphire dan zamrud yang tergolong menjadi
incaran di jenis batu mulya. Namun, paling mahal tetap batu diamond
karena keindahan, mahalnya harga dan juga kelangkaannya.
"Alasan mahalnya diamond di Indonesia karena belum ada alat
potong berlian untuk dijadikan cincin selain di Eropa. Paling ada yang jual
diamond di Frank and Co dan itu harganya dahsyat bisa mulai puluhan
juta hingga milyaran," pungkasnya.

4 Batu Perhiasan Terlangka dan Paling Berharga di Dunia


Liputan 6Liputan 6 – 16 jam yang lalu

Bagi445
Cetak

Sepanjang sejarah peradaban, manusia memiliki beragam cara untuk


memperindah dirinya, mulai dari melakukan berbagai perawatan tubuh hingga
membuat bermacam-macam hal untuk dikenakan. Bahan dasar dari segala
sesuatu itu sudah tersedia di alam.

Salah satu benda alam yang digunakan oleh manusia untuk memperindah
dirinya adalah batu-batu kristal. Butuh jutaan tahun untuk sebuah batu kristal
terbentuk. Agar dapat dijadikan perhiasan, batu-batu itu perlu dibentuk terlebih
dahulu.
Ada banyak jenis batu kristal. Beberapa jenis batu kristal yang terkenal
adalah intan, rubi, emerald, dan safir. Harga jual dari batu-batu kristal itu
bergantung pada beberapa hal, seperti kelangkaan, kejernihan, dan lain
sebagainya.

Berikut ini adalah 4 batu kristal yang sangat langka dan memiliki nilai yang
fantastis, seperti dilansir dari Discovery.com, Jumat (19/9/2014). Beberapa di
antaranya mungkin masih terdengar asing bagi telinga Anda.
Tanzanite

Tanzanite

Jenis batu kristal ini hanya ditemukan di kaki gunung Kilimanjaro, Tanzania
Utara. Tanzanite bisa terlihat berubah warna dari ungu ke biru dan sebaliknya.
Dengan kondisi sangat langka diperkirakan batu ini akan habis ditambang dalam
20-30 tahun ke depan.

Komposisi batu Tanzanite ini adalah Kalsium, Aluminium, Silikon,


Hidrogen, dan Oxigen. Kisaran harga Tanzanite adalah US$ 600 (Sekitar Rp 7,2
juta) – US$ 1.000 (sekitar Rp 12 juta) per karat.

Black Opal

Black Opal

Black Opal adalah varian terlangka dari batu Opal yang merupakan batu
nasional Australia. Hampir seluruh batu Black Opal yang beredar berasal dari
pertambangan Lightning Ridge, New South Wales.

Batu berwarna dasar gelap dengan bercak warna-warni ini membuatnya


dihargai di kisaran US$ 2.300 (sekitar Rp 27,6 juta) per karat. Komposisi Black
Opal ini adalah Silikon, Hidrogen, dan Oksigen.

Alexandrite

Alexandrite
Nama batu ini diambil dari nama Tsar Alexander II Rusia. Tadinya batu ini
dianggap sudah habis ditambang. Jenis batu Alexandrite ini pertama kali
ditemukan pada tahun 1830 di pegungungan Ural, Rusia.

Baru-baru ini, batu Alexandrite ditemukan di Brazil, Afrika Timur, dan Sri
Lanka dalam jumlah yang terbatas. Alexandrite merupakan batu yang dapat
terlihat berubah warna dari merah ke hijau atau sebaliknya.

Dengan komposisi Berilium, Alumunium, dan Oksigen, batu ini dipasarkan


dengan kisaran harga US$ 12.000 (sekitar Rp. 144 juta) per karat.

Pink Star Diamond

Pink Star Diamond

Pink Star Diamond ditambang pertama kali pada tahun 1999 di Afrika
Selatan. Dengan berat 59,6 karat, batu ini laku terjual di lelang Sotheby’s dengan
angka US$ 83 juta (sekitar Rp 998 miliar). Dengan kata lain harga per karatnya
adalah US$ 1,3 juta (sekitar Rp 16,7 miliar). Komposisi dari batu ini adalah
karbon.

Baca Juga

4 Batu Perhiasan Terlangka dan


Paling Berharga di Dunia
Liputan 6 – 16 jam yang lalu

 Bagi445


 Cetak
Sepanjang sejarah peradaban, manusia memiliki beragam cara untuk
memperindah dirinya, mulai dari melakukan berbagai perawatan tubuh hingga
membuat bermacam-macam hal untuk dikenakan. Bahan dasar dari segala sesuatu
itu sudah tersedia di alam.

Salah satu benda alam yang digunakan oleh manusia untuk memperindah dirinya
adalah batu-batu kristal. Butuh jutaan tahun untuk sebuah batu kristal terbentuk.
Agar dapat dijadikan perhiasan, batu-batu itu perlu dibentuk terlebih dahulu.

Ada banyak jenis batu kristal. Beberapa jenis batu kristal yang terkenal adalah
intan, rubi, emerald, dan safir. Harga jual dari batu-batu kristal itu bergantung
pada beberapa hal, seperti kelangkaan, kejernihan, dan lain sebagainya.

Berikut ini adalah 4 batu kristal yang sangat langka dan memiliki nilai yang
fantastis, seperti dilansir dari Discovery.com, Jumat (19/9/2014). Beberapa di
antaranya mungkin masih terdengar asing bagi telinga Anda.

Tanzanite
Tanzanite

Jenis batu kristal ini hanya ditemukan di kaki gunung Kilimanjaro, Tanzania
Utara. Tanzanite bisa terlihat berubah warna dari ungu ke biru dan sebaliknya.
Dengan kondisi sangat langka diperkirakan batu ini akan habis ditambang dalam
20-30 tahun ke depan.

Komposisi batu Tanzanite ini adalah Kalsium, Aluminium, Silikon, Hidrogen, dan
Oxigen. Kisaran harga Tanzanite adalah US$ 600 (Sekitar Rp 7,2 juta) – US$
1.000 (sekitar Rp 12 juta) per karat.
Black Opal
Black Opal

Black Opal adalah varian terlangka dari batu Opal yang merupakan batu nasional
Australia. Hampir seluruh batu Black Opal yang beredar berasal dari
pertambangan Lightning Ridge, New South Wales.

Batu berwarna dasar gelap dengan bercak warna-warni ini membuatnya dihargai
di kisaran US$ 2.300 (sekitar Rp 27,6 juta) per karat. Komposisi Black Opal ini
adalah Silikon, Hidrogen, dan Oksigen.
Alexandrite
Alexandrite

Nama batu ini diambil dari nama Tsar Alexander II Rusia. Tadinya batu ini
dianggap sudah habis ditambang. Jenis batu Alexandrite ini pertama kali
ditemukan pada tahun 1830 di pegungungan Ural, Rusia.

Baru-baru ini, batu Alexandrite ditemukan di Brazil, Afrika Timur, dan Sri Lanka
dalam jumlah yang terbatas. Alexandrite merupakan batu yang dapat terlihat
berubah warna dari merah ke hijau atau sebaliknya.

Dengan komposisi Berilium, Alumunium, dan Oksigen, batu ini dipasarkan


dengan kisaran harga US$ 12.000 (sekitar Rp. 144 juta) per karat.
Pink Star Diamond
Pink Star Diamond

Pink Star Diamond ditambang pertama kali pada tahun 1999 di Afrika Selatan.
Dengan berat 59,6 karat, batu ini laku terjual di lelang Sotheby’s dengan angka
US$ 83 juta (sekitar Rp 998 miliar). Dengan kata lain harga per karatnya adalah
US$ 1,3 juta (sekitar Rp 16,7 miliar). Komposisi dari batu ini adalah karbon.
Baca Juga

Anda mungkin juga menyukai