Anda di halaman 1dari 25

TUGAS

GEOLOGI NON LOGAM

BAHAN GALIAN BATU PERMATA

Disusun Oleh:

Nadyk Evan Nino Safara 21100116140081

Abdurrahman Hakim P H 21100116140085

Alexandro Christian Damanik 21100116140086

Riza Amrik Hapsari 21100116140089

Sarah Aida Silviana 21100116140095

DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
OKTOBER 2019
PEMBAHASAN

1. Pengertian Batu Permata

Batu permata adalah sebuah mineral, batu yang dibentuk dari hasil
proses geologi yang unsurnya terdiri atas satu atau beberapa komponen kimia
yang mempunyai harga jual tinggi, dan diminati oleh para kolektor. Batu
permata harus melewati tahap pemolesan sebelum dijadikan perhiasan. Di
dunia ini tidak semua tempat menghasilkan batu permata. Sebuah batu disebut
permata apabila memenuhi beberapa syarat. Antara lain memiliki ketahanan,
keindahan, dan kelangkaan. Di Indonesia ada banyak daerah yang
menghasilkan ragam batu permata populer. Ragam jenis batu permata populer
yang berasal dari daerah-daerah Indonesia antara lain di provinsi Aceh
dan Padang yang terkenal dengan jenis batu Idocrase Banten ada batu
Kalimaya, di Lampung dengan batu jenis-jenis anggur yang menawan dan
jenis cempaka, di Pulau Kalimantan dengan Kecubungnya (amethys), dan
Intan (berlian).

Sejak dahulu batuan permata sudah diketahui, khususnya di dunia,


salah satunya negara-negara di belahan timur yang merupakan negara pertama
menggunakan batu mulia atau permata, diperkirakan sekitar 100000-75000
SM. Kurang lebih 4000 mineral sudah teridentifikasi di alam, namun hanya
beberapa yang dapat disebut batu mulia, karena kualitas dan karakteristik
yang berbeda. Sehingga, bahan galian batu permata tergolong dalam bahan
galian C yaitu bahan galian non strategis dan non vital

2. Jenis Batu Permata


Terdapat banyak sekali jenis batu permata, 3 diantaranya yaitu intan,
ruby dan safir, amethyst.
2.1 Intan
Intan adalah benda berharga mineral yang secara kimia merupakan
bentuk kristal, atau alotrop, dari karbon. Intan terkenal karena memiliki
sifat-sifat fisika yang istimewa, terutama faktor kekerasannya dan
kemampuannya mendispersikan cahaya. Sifat-sifat ini yang membuat
intan digunakan dalam perhiasan dan berbagai penerapan di dalam dunia
industri.

Intan terutama ditambang di Afrika tengah dan selatan, walaupun


kandungan intan yang signifikan juga telah ditemukan di Kanada, Rusia,
Brasil, danAustralia. Sekitar 130 juta "carat" (26.000 kg) intan ditambang
setiap tahun, yang berjumlah kira-kira 9 miliar dollar Amerika Serikat.
Selain itu, hampir empat kali berat intan dibuat di dalam makmal sebagai
intan sintetik (synthetic diamond).

Gambar 1. Intan
2.2. Ruby dan Safir
Ruby merupakan permata yang termasuk dalam jenis korundum
merah. Sedangkan safir merupakan jenis korondum berwarna biru.
Korundum merupakan mineral ikutan bersistem kristal heksagonal-
rombohedral di dalam batuan sienit/sienit nefelin dan batuan malihan
tingkat tinggi yang miskin kandungan silika tetapi kaya aluminium.
Ditemukan juga di dalam eklogit dan kadang-kadang rodingit, serta
sebagai rombakan pada endapan aluvial dan pasir laut (A Macdonald
Orbis Book, 1987).
Gambar 2. Saphir (kiri) dan Ruby (Kanan)

2.3. Amethyst
Amethyst adalah kuarsa berwarna ungu (lembayung – violet)
disebabkan pengotoran oleh Fe atau kehadiran inklusi oksida Fe (goetit),
dapat terbentuk di dalam rongga-rongga pada aliran lava tetapi umumnya
pada urat-urat.

Gambar 3. Amethyst

3. Sifat Fisik Batu Permata

Sifat fisik mineral adalah sifat-sifat fisik yang dimiliki oleh satu
mineral yang dapat digunakan untuk mengenali satu jenis mineral. Sifat fisik
mineral berupa warna, cerat, kilap, bentuk kristal, pecahan, belahan,
kekerasan. Sifat fisik mineral ini merupakan sifat yang khas dan unik karena
sifat ini merupakan ekspresi dari komponen penyusun dari mineral.
Sifat-sifat yang melekat pada batu mulia atau batu permata berkaitan
dengan elemen kimia, struktur kristal dan sistem kristal pada saat
pembentukannya. Tiga sifat utama yang dimiliki batu mulia antara lain:
keindahan, karena permainan sinar, komposisi warna-warni, juga kemilaunya;
tahan lama, hal ini terkait dengan tingkatan kekerasannya; kelangkaan, batu
mulia yang memiliki nilai tinggi sangat langka dan jumlahnya sangat terbatas,
bahkan untuk jenis tertentu hanya terdapat di negara tertentu.
Sifat fisik batu permata terdiri dari :
- Susunan kimia
- Warna
- Kekerasan
- Serat
- Berat jenis dan lain-lain.
3.1 Intan
a) Sruktur kristal:
Berlian biasanya berkristal dalam bentuk sistem kristal dan terdiri
daripada atom karbon ikatan tetrahedron.
b) Ketahanan / Kekerasan:
Berlian adalah bahan paling keras, 10 pada skala Moht (nilai kekerasan
Sempurna) antara 167 dan 231 gigapaskal dalam berbagai ujian
c) Warna:
Berlian memiliki kilauan warna jernih, putih, biru, kuning, merah,
hijau, merah muda, & hitam. Berlian bewarna mengandungi bendasing
atau kecacatan struktur yang menyebabkan pewarnaan, sementara
berlian tulen atau hampir tulen adalah jernih dan tanpa warna.
Kebanyakan bendasing berlian menggantikan atom karbon dalam
jaringan kristal akan menyebabkan sedikit warna kekuningan.
3.2 Ruby, Safir
Permata yang termasuk ke dalam spesies korundum di antaranya
yaitu ruby berasal dari jenis korundum berwarna merah, transparan-semi
opaque, warnanya berkaitan erat dengan kandungan kromium (Cr).
Sedangkan safir adalah jenis korundum berwarna biru, transparan-semi
opaque; warna biru terkait erat dengan adanya sedikit kandungan oksida
kobalt (Co), kromium (Cr) dan titanium (Ti). Ruby memiliki tingkat
kekerasan 9,0 pada Skala Mohs. Di antara semua permata alam hanya
moissanite dan berlian yang lebih keras, dan berlian mempunyai tingkat
kekerasan 10,0 Mohs dan tingkat kekerasan moissonite ada di antara
korundum (ruby) dan berlian. Ruby adalah ɑ-alumina (bentuk paling
stabil dari Al2O3) di mana sebagian kecil dari ion Aluminium3+ diganti
dengan ion chromium3+. Setiap Cr3+ dikelilingi secara oktahedral oleh
enam ion. Semua batu ruby alam memiliki ketidaksempurnaan di
dalamnya, termasuk kotoran warna dan inklusi jarum rutil yang dikenal
sebagai “sutra”.
3.3 Amethyst
Batu Amethyst atau Kecubung Ungu memiliki rumus kimia SiO2.
Dalam sorotan cahaya sintesis (lampu, senter, dan lainnya), permata
Kecubung Ungu tidak dapat menampilkan warna terbaiknya. Batu ini
terlihat sangat bagus pada siang hari; lebih tepatnya, tidak banyak
sesudah matahari terbit atau sesaat sebelum matahari terbenam saat
cahaya lembut dan hangat. Kualitas batu permata Kecubung Ungu
ditentukan oleh warna ungunya. Batu yang baik wajib mempunyai warna
ungu yang gelap dengan saturasi yang baik serta zonasi warna yang
minimal. Warna-warnanya berkisar antara ungu sampai ungu muda atau
merah-violet. Warna-warna yang gelap merupakan yang paling mahal dan
berharga. Level kekerasan batu Kecubung Ungu yang mencapai 7 skala
Mohs menjadikannya cukup keras dan tahan lama digunakan sebagai
perhiasan yang dipakai sehari-hari.
Batu Kecubung yang bagus merupakan yang mempunyai Clarity
(taraf kejelasannya atau kebeningannya) Transparent (tembus cahaya
tanpa difusi berlebihan atau mungkin mempunyai rutile, yakni warna
gelap atau coklat kemerah-merahan atau inklusi lainnya), yang artinya
cahaya bisa melewati menembus batu tanpa hambatan. Sedangkan batu
Kecubung dengan Clarity Translucent (tembus cahaya tapi tak
transparan), cahaya yang menembus melalui batu sedikit melemah. Batu
yang bagus juga harus “bersih” dan bebas dari segala bentuk inklusi.
4. Sumberdaya dan Cadangan Batu Mulia

Ditinjau dari segi asal terjadinya, Indonesia memiliki potensi sebaran


batu mulia yang sangat beragam dan cukup besar, walaupun belum sampai
kepada penentuan kualitas dan kuantitasnya. Di Pulau Sumatera, batu mulia
banyak dijumpai di sepanjang Pegunungan Bukit Barisan. Di Pulau Jawa
terdapat di sepanjang jalur bagian selatan dan beberapa daerah di bagian
tengah dan utara. Wilayah Sulawesi bagian barat, tengah dan tenggara,
Kepulauan Maluku mulai Pulau Morotai, Ambon dan pulau-pulau kecil
lainnya serta Nusa Tenggara dimulai dari Pulau Sumbawa sampai Timor
diperkirakan juga mengandung sumberdaya batu-mulia.

Pulau Kalimantan yang merupakan daratan stabil, memungkinkan


pembentukan batu mulia yang lebih baik dan dalam jumlah cukup besar,
terutama Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan. Demikian pula dengan
Pulau Irian Jaya yang memiliki sebaran batu mulia terutama di daerah utara,
tengah sampai selatan serta jalur Tembagapura yang diperkirakan
mengandung batu mulia cukup potensial.
Berdasarkan hasil survai geologi, hampir seluruh propinsi di Indonesia
mempunyai endapan batu mulia walaupun belum terungkap secara rinci. Dari
data yang dihasilkan, baru 15 propinsi yang potensi batu mulianya sangat
besar. Sebagian lagi berupa endapan batu mulia yang belum dimanfaatkan
untuk diolah ataupun diusahakan oleh penduduk atau pengrajin setempat.
Sebagai gambaran, berbagai jenis batu mulia Indonesia yang sudah
diidentifikasikan keberadaannya baik kualitas maupun kuantitasnya.
Dari hasil inventarisasi Masyarakat Batu Mulia Indonesia selama dua
dasawarsa terakhir, terungkap bahwa potensi batu mulia terdapat hampir di
seluruh provinsi di Indonesia, dari Nangroe Aceh Darussalam sampai Papua.
Hal tersebut sangat erat kaitannya dengan peristiwa tektonik dan vulkanik
yang terus-menerus melanda kepulauan Indonesia, sejak zaman Silur, sekitar
410 juta tahun yang lalu sampai saat ini. Dalam peristiwa tersebut, magma
dari perut bumi menerobos naik ke permukaan bumi sambil mengendapkan
beragam jenis mineral dan batu mulia di rongga-rongga atau rekahan-rekahan
batuan yang dijumpai di sepanjang perjalanannya.
Beberapa provinsi yang dikenal mengandung potensi batu mulia antara
lain: Nangroe Aceh Darussalam (giok nefrit, fluorit, aventurin, kuarsa merah
jambu, serpentin, kristal kuarsa, idokras), Sumatra Barat (kecubung ungu,
garnet, serpentin, idokras), Riau (intan), Jambi (koral tersilisifikasi, fosil
kayu), Sumatra Selatan (kalsedon biru, kecubung aleksandrit, fosil kayu),
Lampung (beragam jenis akik, amber), Banten (opal, geode, akik, fosil kayu),
Jawa Barat (krisokola, krisopras, opal biru, kalsedon ungu, batu pancawarna,
“batu sabun”), Jawa Tengah (giok Jawa, heliotrop, tektit ), Jawa Timur
(karnelian, kalsedon, geode). Batu mulia juga terdapat di provinsinya lainnya,
yaitu: di Sulawesi Tenggara (krisopras, opal hijau), Maluku Utara (krisokola
kuarsa, jasper, kalsedon, karnelian), Kalimantan Selatan (intan, prehnit,
rodonit akik, tektit), Kalimantan Tengah (kecubung ungu, kuarsa asap, sitrin,
kristal kuarsa), dan Sulawesi Tengah (serpentin, jasper).
5. Mineralogi dan Proses Terbentuknya
Batumulia biasanya didapatkan berupa urat urat yang mengisi rekahan.
Biasanya urat – urat tersebut mengisi rekahan rekahan yang terdapat pada
batuan lava andesit, secara geologi termasuk dalam penyebaran satuan lava
andesit dari Formasi yang berumur Oligosen. Namun karena keterdapatan urat
bersifat setempat-setempat dan tidak menerus, menyebabkan sumber dayanya
sulit dihitung. Batu mulia juga dapat dijumpai berupa bongkah-bongkah di
sungai dan di pantai, terdapat bersama-sama dengan bongkah-bongkah batuan
lainnya.
5.1 Intan
Intan (Berlian) berasal dari bagian terdalam gunung berapi yang
juga mengandung atom dan karbon. Pada kenyataannya berlian
merupakan kristal transparan yang mengikat empat bagian karbon atom.
Batu berlian terbawa kepermukaan bumi melalui letusan volkanik.
Menurut penelitian, naiknya berlian kepermukaan bumi dikarenakan batu
yang mencair. Berlian dikembangkan dari bermil-mil bagian dalam
permukaan bumi, pada kerendahan 150 km (90 mil), pada tekanan kira-
kira 5 giga pascal dengan temperatur sekitarnya 1200 derajat celcius
(2200 derajat Fahrenheit). Berlian bisa menjadi bentuk alami lain sesuai
tingginya tekanan, secara relatif pada saat temperatur rendah. Namun
sangat disayangkan berlian tidak bisa terbentuk dari bawah laut. Sejak
zaman purbakala bahkan pada saat penamaan berlian itu sendiri, berlian
terkenal sebagai material yang paling keras ke tiga setelah ‘Aggregated
diamond nanorods’ dan ‘Ultrahard Fullerite’. Menurut sejarahnya, nama
berlian itu sendiri diambil dari bahasa Yunani kuno yang artinya “Tak
Terkalahkan”. Berlian muncul kepermukaan bumi sudah sangat lama,
berkisar dari 1-3,3 milyar tahun yang lalu. Berlian pertama kali dikenali
dan ditambang di India.
Intan merupakan mineral yang sampai saat ini memiliki tingkat
kekerasan tertinggi (H=10) tersusun dari ikatan atom-atom karbon
membentuk suatu struktur yang kompleks. sama halnya
seperti Grafit atau dalam kehidupan sehari-hari kita mengenalnya sebagai
pensil, tetapi pembentukan intan memerlukan tekanan dan suhu yang
sangat besar. intan terbentuk pada tekanan >~4.0 GPa dan suhu ~1350°C.
kondisi seperti itu di bumi hanya dapat terjadi pada kedalaman >150km
yang merupakan lapisan mantel atau selubung bumi. ada beberapa
mekanisme yang dapat membuat material yang berada di bawah
permukaan bumi naik ke permukaan, salah satunya yang menyebabkan
terbawanya intan ke permukaan atau dekat ke permukaan adalah
teori mantel plume. Mantel plume simpelnya adalah akumulasi magma
pada suatu astenosfer yang berasal dari lapisan lapisan di
bawahnya. Manifestasi permukaan dari mantel plume adalahhotspot atau
aktivitas volkanisme yang tidak berhubungan dengan interaksi antar
lempeng.
Magma yang bergerak ke permukaan / dekat permukaan
membawa material-material di sampingnya (asimilasi) sehingga intan
yang stabil (berbentuk padatan) pada lapisan astenosfer pun ikut terbawa
oleh naiknya plume dan membeku membentuk suatu geometri
menyerupai pipa.

5.2 Ruby, Safir


Ruby dan safir merupakan permata yang berasal dari mineral
korundum. Kedua permata ini memiliki komposisi kimia yang sama dan
struktur mineral yang sama. Sejumlah jejak unsur "pengotor" menentukan
apakah permata korundum akan menjadi ruby merah atau safir biru yang
indah. Hal ini cukup mengejutkan karena unsur "pengotor" dapat
menghasilkan kenampakan yang indah seperti itu. Beberapa korundum
berkualitas permata mengandung sejumlah jejak khrom (chromium), dan
jejak inilah yang akan menghasilkan permata ruby. Jumlah khrom yang
sedikit akan memberikan warna merah muda pada korundum, sedangkan
jumlah khrom yang besar akan menaikkan titik jenuh warna dan
menghasilkan permata dengan warna merah yang lebih terang. Untuk
menghasilkan sebuah ruby, korundum harus mempunyai warna antara
orange kemerahan dan ungu kemerahan. Sebagian besar warna yang
disukai orang adalah merah cerah. Saat ini sebagian besar ruby di pasaran
telah melewati proses pemanasan untuk meningkatkan kejelasan
warnanya. Banyak ruby dihasilkan melalui proses lanjutan untuk
meningkatkan penampilannya. Prosedur ini normal, bahkan justru disukai
dalam industri jual-beli batu permata. Tetapi, penjual tetap harus
mengungkapkan ke pembeli tentang prosedur lanjutan ini.
Sejumlah jejak besi dan titanium dapat membentuk warna biru di
korundum. Biru korundum dikenal sebagai safir. Nama safir digunakan
untuk korundum yang berkisar dari biru muda ke biru gelap. Biru dapat
berkisar dari violet ke biru kehijauan. Kualitas permata korundum dapat
dilihat dalam berbagai macam warna lainnya, termasuk merah muda,
ungu, oranye, kuning, dan hijau. Batu-batu ini dikenal sebagai safir
mewah (Fancy Sapphire). Hal ini mengejutkan bahwa mineral tunggal
(korundum) dapat menghasilkan batu permata dari begitu banyak warna
yang berbeda. Ketika warna safir adalah warna lain selain biru, maka
warna harus digunakan sebagai kata sifat menggambarkan nama batu
permata tersebut. Misalnya, merah muda safir, safir kuning, atau safir
hijau. Apabila berdiri sendiri, kata safir hanya merujuk kepada korundum
biru. Safir biru dan safir mewah (Fancy Sapphire) dapat diubah oleh
panas, radiasi, dan proses lanjutan lainnya.
5.3 Amethyst
Amethys yang paling terkenal dan mempunyai nilai komersial
yang penting berada pada batuan volkanik. Berbentuk memanjang pada
pengisian rongga gas dengan varietas kuarsa. Amethys juga dijumpai
pada batuan beku dan terkadang pada batuan metamorf, yang dapat
mengandung cukup trace elemen radioaktif untuk menyinari kristal.
Amethis dari batuan sedimen sangat jarang dijumpai, dan kristal selalu
berwarna sangat pucat. Amethys juga biasanya dijumpai pada endapan
biji. Untuk menbentuk kisi – kisi kristal kuarsa, besi membutuhkan
kehadiran Fe3+ dan bukan Fe2+. Amethys kemungkinan tidak dapat
terbentuk di dalam cairan liquid yang mengandung jumlah agen redusing
yang besar, seperti H2S atau methana, CH4, yang salah satunya bisa
sebagai penstabil Fe2+ atau pereduksi Fe3+ ke Fe2+. Oksigen hadir
didalam cairan liquid yang akan menyebabkan terbentuknya Fe3+.
Sebagai contoh di dalam beberapa endapan biji , mineral di bagian yang
datang dibawah pengaruh dari air meteoric bisa terjadi alterasi atau
oksidasi, dan karenanya dapat terjadi karatan disemua bagiannya, bagian
ini disebut iron gossan
6. Teknik Penambangan

Metode penambangan batu mulia dibagi menjadi dua cara yaitu


dengan cara modern dan cara tradisional.

6.1 Penambangan dengan cara modern:

1. Penambangan dengan open cut mining system ini mencapai


kedalaman pit
2. Dengan pengeboran dan peledakan batuan.
3. Batuan hasil ledakan diangkut dengan dume truck ke sistem crushing
tingkat 1 dimana dihasilkan batuan berukuran 200mm
4. Selanjutnya batuan berukuran 200mm dibawa pada sistem crushing
tingkat 2, dimana menghasilkan batuan berukuran 60mm
5. Kemudian batuan yang telah berukuran 60mm diangkut menuju High
Pressure Roll Crusher (HPRC), dimana terjadi penghancuran tahap 3
dan menghasilkan ukuran 15-25mm
6. Tahap akhir, kepingan batu mulia diseleksi menggunakan sinar x, lalu
seleksi manual/ dikenal dgn Hand Sorting. Lalu dibentuk sesuai
keinginan konsumen.
6.2 Penambangan dengan cara tradisional :

1. Material berupa pasir, batu-batuan kecil, tanah, lumpur, dan


sebagainya telah bercampur menjadi satu diambil dari dalam lubang
galian yang dapat dibuat dengan kedalaman tertentu.
2. Kemudian dimuat kedalam dulang (berbentuk semacam caping) yang
digunakan, sebagai pendulang intan.
3. Selanjutnya dulang yang telah berisi material tersebut diputar-putar
(dilenggang) dalam air sehingga sedikit demi sedikit material dari
dalam diulang terbuang keluar dari dulang terbawa oleh pusaran air
yang timbul akibat proses putaran tersebut.
4. Setelah/sesaat pendulang melakukan proses tersebut., mengamati sisa
material yang berada dalam dulang. Apakah terdapat intan / tidak.
5. Hal tersebut dilakukan begitu seterusnya sampai material yang berada
dalam dulang terbuang habis dari dulang.
7. Pengolahan dan Produksi
Meningkatkan kualitas batu permata dengan cara mengolahnya adalah
praktek umum. Beberapa pengolahan digunakan dalam hampir semua kasus
dan oleh karena itu dianggap bisa diterima. Selama era 1990-an, pasokan
besar bahan murah menyebabkan lonjakan tiba-tiba pasokan batu ruby yang
sudah diolah dengan panas, sehinggaberakibat adanya tekanan penurunan
pada harga ruby.
Peningkatan yang digunakan meliputi pengubahan warna, peningkatan
transparansidengan melarutkan inklusi rutil, memperbaiki retakan atau bahkan
benar-benar mengisinya. Pengolahan yang paling umum adalahpenerapan
panas. Kebanyakan, atau malah semua,ruby di pasaran bawah diolah dengan
panas pada batu mentah untuk meningkatkan warna,menghilangkan semburat
ungu, bercak biru, dan sutra. Pengolahan panas ini biasanyadilakukan pada
suhu sekitar 1800 °C (3300°F). Beberapa ruby mengalami proses
pemanasantabung rendah, yaitu ketika batu dipanaskan di atas arang dengan
suhu sekitar 1.300 °C (2400°F) selama 20 sampai 30 menit. Benang sutra
hanya akan rusak sebagian ketika warnaditingkatkan.
Pengolahan lain, yang menjadi lebih umum dalam beberapa tahun
terakhir, adalahpengisian kaca timah. Mengisi retakan di dalam
rubydengan kaca timah (atau bahansejenisnya) secara dramatis meningkatkan
transparansi batu, membuat batu ruby yangsebelumnya tidak cocok menjadi
cocok untuk dipasang dalam perhiasan. Proses ini dilakukandalam empat
langkah:
1. Batu-batu mentah dipoles dulu untuk menghilangkan semua kotoran
permukaan yangdapat mempengaruhi proses.
2. Batu mentah dibersihkan dengan hidrogen fluoride
3. Proses pemanasan pertama dilakukan tanpa penambahan isian. Proses
pemanasanakan menghilangkan kotoran di dalam retakan. Meskipun
ini dapat dilakukan padasuhu sampai 1400 °C (2500 °F), pemanasan
ini bisanya dilakukan pada suhu sekitar900 °C (1600 °F) karena sutra
rutil masih utuh.
4. Proses pemanasan kedua dilakukan dalam oven listrik dengan aditif
kimia yangberbeda. Campuran lain terbukti sukses, namun sebagian
besar kaca bubuk yangmengandung timah umum digunakan saat ini.
Ruby dicelupkan ke dalam minyak,kemudian ditutupidengan bubuk,
ditanam pada ubin, dan ditempatkan dalam ovendengan suhu sekitar
900 ° C (1600 ° F) selama satu jam dalam atmosfer oksidasi.Bubuk
berwarna oranye berubah pada saat pemanasan menjadi pasta
transparanhingga kuning, yang mengisi semua retakan. Setelah
pendinginan, warna pastasepenuhnya menjadi transparan dan secara
dramatis meningkatkan transparansi rubysecara keseluruhan.
Jika sebuah warna perlu ditambahkan, bubuk kaca dapat
“ditingkatkan” dengan tembaga atau oksida logam lainnya serta unsur-unsur
seperti natrium, kalsium, kalium dll Proses pemanasan kedua dapat diulang 3-
4 kali, bahkan dengan menerapkan campuran yangberbeda. Ketika perhiasan
yang mengandung batu ruby dipanaskan (untuk peningkatan), itutidak boleh
dilapisi dengan asam borasik atau bahan lainnya, karena dapat menggores
permukaan; perhiasan ruby tersebut tidak harus “dilindungi” seperti berlian.

8. Peran Batu Permata

8.1 Perhiasan
Sudah sejak lama sekali pada zaman yang lampau dahulu, batu mulia
dimanfaatkan sebagai perhiasan, dahulu biasa digunakan oleh para
petinggi petinggi dan kaum priai. Hingga saat ini batu mulia sudah
banyak yang menggunakan dari kalangan menegah keatas hingga
masyarakat mengengah kebawah, karena harganya yang relatif
terjangkau. Sementara itu beberapa jenis batu mulia seperi berlian, safir,
dan ruby bisa meningkatkan prestise bagi yang menggunakannya.
8.2 Memiliki Khasiat Tersendiri
Dipercaya batu akik / mulia memiliki energi positif, Energi positif itu
lah yang mampu memperbaiki aura aura yang rusak pada tubuh manusia.
Jika kita lihat orang-orang yang gemar mengoleksi batu mulia memang
tampak selalu awet muda. Dan sebagai contoh jenis batu mulia yang
dipercaya mengandung tuah atau khasiat tertentu seperti Batu Tiger Eye
(Mata Harimau) yang diyakini bisa melindungi penggunanya selama
dalam perjalanan.
8.3 Menyembuhkan Penyakit
Pada hakikatnya jika kita tau bahwa sesungguhnya tubuh manusia itu
dikelilingi berbagai macam aura dan tentu warna warni, jika anda tidak
percaya anda bisa gunakan semacam alat yang disebut foto aura. Lantas
Apa Hubungannya? dalam upaya menyembuhkan atau terapi
penyembuhan menggunakan batu mulia, aura aura yang telah redup pada
tubuh manusia dapat diisi kembali dengan menggunakan batu mulia
yang warnanya seseuai dalam diri manusia tersebut. Ura berwarna warni
yang mengelilingi tubuh manusia diyakaini mengendalikan pikiran,
perasaan, pernapasan, penglihatan dan aktivitas manusia lainnya.
Dibidang pengobatan kuni batu Jadeite atau biasa disebut batu giok
diyakini mampu mengatasi gangguan ginjal.
8.4 Investasi dalam Usaha
Akhir akhir ini ramai sekali bahasan mengenai batu mulia, dan kita
pasti sering melihat banyak dari kalangan pria yang menggunakan batu
mulia di jari jemarinya, dan ini lah yang membuat lonjakan penjualan
batu mulia pada setiap harinya karena semakin meningginya peminat
yang menginginkan batu mulia tersebut.
8.5 Keperluan Industri
Pada bidang industri, batu jenis tertentu digunakan sebagai bahan
baku utama, seperti misalnya batu jenis safir yang dimanfaatkan dalam
pembuatan kaca tahan gores, seperti kaca pada jam tangan , dan ada yang
menakjubkan lagi yang perlu anda ketahui, batu jenis intan digunakan
sebagai bahan pelapis pisau dan alat dalam pengeboran minyak . Dan batu
jenis ruby dimanfaatkan sebagai bahan membuat peralatan laser.
9. Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Nilai

Berlian dinilai menggunakan kriteria yang dikenal sebagai empat C,


yaitu color(warna), cut (potongan), clarity (kejernihan), dan carat
(karat/berat).
 Warna
Warna pada batu permata berwarna adalah faktor yang paling
penting dan paling kompleks. Dalam khazanah bahasa Inggris, warna
dibagi menjadi tiga komponen; hue, saturation, dan tone.
Hue didefinisikan sebagai posisi warna pada roda warna, atau “warna”
sebagai istilah yang biasanya kita gunakan. Merah muda dan oranye
adalah hue atau warna. Ada beberapa warna murni di alam, sehingga
kita melihat warna oranye kemerah mudaan sebagai warna oranye
utama dengan sedikit (rona sekunder) pink. Warna merah muda ke
arah oranye (jingga) adalah warna yang terbagi rata antara merah
muda dan oranye. Demi akurasi dalam sistem ini, digunakan
persentase. Jadi safir biru royal adalah safir biru keunguan -atau lebih
tepatnya, safir dengan 80-85% warna biru primer dan 10-15% warna
ungu sekunder, sebagaimana dinilai dengan mata.
Saturation mengacu pada kuantitas atau kecerahan warna atau
rona. Sebuah warna dapat dimodifikasi oleh salah satu dari abu-abu
atau coklat. Dalam sistem ini abu-abu dan coklat bukanlah warna,
keduanya disebut sebagai saturation modifiers atau masks yang
memperkusam atau memperkeruh warna (hue). Semakin kuat masks,
semakin negatif pengaruhnya. Semua warna kromatik bersifat cerah.
Permata yang memiliki sedikit atau tidak memiliki pengaruh abu-abu
atau coklat digambarkan sebagai warna hidup.
Tone adalah kecerahan atau kegelapan warna dan dapat
dianggap sebagai penambahan baik warna putih atau hitam pada
sebuah warna. Bayangkan ada sebuah ember bercat biru langit.
Tambahkan sedikit warna hitam dan warna itu akan menjadi biru tua;
jika terlalu banyak akan menjadi hitam. Setiap warna mencapai tingkat
saturasi tertinggi (brightness/kecerahan) pada tone tertentu yang telah
ditentukan. Sekali lagi di sini digunakan persentase; 0% seperti jendela
kaca yang benar-benar tidak berwarna, dan 100% seperti sebongkah
batu bara, buram dan hitam.
Efek Pencahayaan. Perubahan dalam lingkungan pencahayaan
akan menyebabkan perubahan visual dalam warna dan kristal batu
permata. Standar penilaian tradisional, sinar matahari utara pada siang
hari (5500-6000Kelvin) menyediakan lingkungan penilaian yang
seimbang atau putih. Secara tradisional, pada permata seperti safir,
ruby, dan zamrud, kecenderungan untuk kehilangan warna ketika
lingkungan pencahayaan berubah dari siang hari menuju pijaran
cahaya; fenomena ini dikenal sebagai “pendarahan”, permata akan
kehilangan beberapa tone dan saturation, dan “pendarahan” warna
benar-benar terjadi.
Penilaian Warna Total menyederhanakan penilaian warna
dengan menggabungkan tiga komponen (hue, saturation, tone)
ditambah efek pencahayaan ke dalam nilai warna berkualitas. Nilai
warna ini didasarkan terutama pada warna apa yang oleh para ilmuwan
disebut batas gamut warna. Dalam fakta ilmiah, setiap hue mencapai
saturasi optimal pada tone tertentu yang telah ditentukan. Batas gamut
ini bervariasi untuk setiap warna. Kuning terang dan cerah, biru gelap
dan kaya. Tanpa abu-abu atau coklat, warna hijau mencapai saturasi
paling terang dan kaya mencapai 75% tone, merah 80%, dan biru 80-
85%.
 Potongan
Potongan dinilai sebagai persentase dari kecemerlangan,
kilauan atau pantulan cahaya. Kebanyakan berlian setidaknya 90%
cemerlang, yang berarti bahwa 90% dari muka batu membiaskan
cahaya. Sebuah batu permata berwarna yang dipotong sangat baik
adalah 80% cemerlang. Batu berwarna di tingkat kecemerlangan ini
akan menerima nilai potongan 5.
Proporsi berlian dinilai menggunakan skala GIA. Sebuah
berlian yang mendapat nilai 5 akan jatuh ke kisaran yang ideal. Karena
kelangkaan relatifnya, proporsi adalah hal yang kurang penting dalam
batu permata berwarna. Namun, jika batu bulat bentuknya menyerupai
ban kempes, maka proporsi menjadi hal penting. Kekurangan yang
mengganggu mata dan mengurangi keindahan permata dianggap
serius. Batu dengan paviliun terlalu bulat juga kurang disukai. Permata
berwarna dengan nilai proporsi 4 dianggap baik; kelas 5 sangat jarang
ada dalam permata berwarna.
 Kejernihan
Berlian adalah satu-satunya permata yang dinilai menggunakan
pembesaran. Untuk menilai berlian dalam sistem ini, digunakan skala
berlian GIA di bawah 10x pembesaran: Flawless (Fl), Very Very
Slightly Included (VVS1-VVS2), Very Slightly Included (VS1-
VS2) dan Slightly Included (SI1-SI2) dan Imperfect (I1, 2. 3).
Di sini batu permata berwarna dinilai menggunakan
terminologi yang sama tanpa perbesaran menggantikan mata telanjang
(dengan asumsi visi 20×20). Dalam hal ini dibuat sedikit modifikasi;
permata tanpa inklusi (kekurangan) yang terlihat ketika dilihat dengan
mata telanjang dinilai sebagai ‘sempurna berdasarkan penilaian mata’.
 Kristal
Pada zaman dulu, para ahli menggunakan istilah air; jika
permata transparan dengan warna yang sangat bagus, maka itu disebut
“permata dari air terbaik.” Dalam penilaian permata yang sangat baik,
kedua faktor harus ada pada tingkat superlatif. Permata yang sangat
baik selalu memiliki tingkat transparansi yang tinggi. Ada sejumlah
faktor yang dapat mempengaruhi kristal: banyak batu permata berubah
gelap, hitam atau berlumpur pada pijaran cahaya; inklusi, jika padat
dan dalam jumlah besar, mengurangi transparansi; tone warna juga
dapat mempengaruhi kristal. Permata yang overcolor (hitam) akan
jarang menunjukkan transparansi
Kristal adalah atribut dari semua permata yang sangat baik,
tapi itu bervariasi menurut spesies dan variasi. Hampir setiap
pengurangan transparansi dianggap kekurangan. Pengecualian:
karakteristik cahaya seperti susu pada safir jenis Kashmir akan
mengurangi kristal, tetapi akan menggantikannya dengan fenomena
indah yang lain, yaitu sinaran. Permata bintang dan mata kucing
memerlukan jenis inklusi tertentu untuk menciptakan bintang atau
mata. Inklusi ini tentu mengurangi transparansi, tetapi dalam kasus ini
akan menggantikannya dengan fenomena lain yang indah, yaitu mata
atau bintang. Dalam contoh ini, setelah warna dan kekuatan serta
kualitas fenomena dipertimbangkan, kristal juga dianggap penting.
 Kelangkaan
Kelangkaan juga dinilai, karena sering memiliki efek pada
harga. Ada dua jenis kelangkaan, tampak dan nyata. Kualitas terbaik
dari kebanyakan batu permata adalah yang tampak langka dan sulit
untuk ditemukan di pasar. Bahkan, amethyst berkualitas paling langka
mungkin lebih jarang daripada zamrud berkualitas terbaik (sampai
ukuran diperhitungkan), namun amethyst (kuarsa) sebenarnya lebih
banyak daripada (berilium oksida). Tidak ada upaya yang dapat
dilakukan untuk menilai kelangkaan mutlak; skalanya relatif terhadap
pasar.
 Peningkatan kualitas
Permata yang baik bisa jadi ditingkatkan kualitasnya dan bisa
jadi juga hanya dibuat apa adany. Beberapa bentuk peningkatan
kualitas lebih umum dan memiliki efek lebih besar pada harga
daripada yang lain. Beberapa peningkatan tambahan yang lebih umum
adalah pemanasan, peminyakan, difusi massal, dll.
 Laporan Laboratorium
Sangat sedikit laboratorium permata yang menilai kualitas.
Fungsi utama dari laporan laboratorium adalah untuk menentukan
pengolahan (jenis dan tingkat) dan negara asal. Semua zamrud
diserahkan ke laboratorium untuk pemeriksaan. Mereka mungkin
terlihat sama, tetapi ada perbedaan besar antara zamrud tanpa
pengolahan dan yang telah diminyaki atau diisi dengan polimer.

10. Studi Kasus Gemstone : Banjarbaru, Kalimantan


Secara fisiografi wilayah Banjarbaru menjadi bagian dari sistem
Fisiografi Tinggian Meratus yang membentang pada arah timur laut – barat
daya. Litologi Tinggian Meratus disusun oleh batuan Pratersier jenis batuan
beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf yang sangat kompak, sedang
litologi bagian sayap Tinggian Meratus disusun oleh jenis batuan sedimen
(dominan) dan Kaki Tinggian Meratus disusun oleh Endapan Alluvial.
Banjarbaru secara dominan menempati kaki Pegunungan Meratus yang
keberadaannya terletak dibagian barat daya sebaran Tinggian Meratus dan
disusun oleh Endapan Alluvial dan Batuan Tersier.
Tatanan stratigrafi yang berkembang dicirikan oleh berkembangnya
sebaran batuan yang cukup komplek mulai batuan Pratersier sampai Kuarter.
Batuan tertua adalah batuan berumur Yura terdiri dari Batuan Ultramafik
(Mub) dan Batuan Malihan (Mm). Secara tidak selaras kedua batuan tersebut
ditindih oleh batuan Pratersier Kapur yang terdiri dari Formasi Keramaian
(Kak) dan Sedimen vulkaniklastik Formasi Pitanak (Kvpi). Secara tidak
selaras kelompok Batuan Pratersier tersebut ditumpangi oleh kelompok
batuan Tersier dan Kuarter antara lain ; Formasi Tanjung (Tet), Formasi Berai
(Tomb) (?), Formasi Dahor (TQd) dan Endapan Alluvium (Qa).

Batuan Ultramafik (Mub) yang sebarannya menempati bagian paling


tenggara wilayah Banjarbaru mempunyai luas sebaran lebih kurang 3% dari
luas wilayah Banjarbaru. Batuan Ultramafik ini terdiri dari Harzburgit,
Wehrlit, Websterit, Piroksenit dan Serpentinit.

Matuan Malihan (Mm) menempati bagian tenggara wilayah


Banjarbaru dekat dengan Batuan Ultramafik dengan arah sebaran timur laut –
barat daya. Luas sebaran lebih kurang 1% dari luas wilayah Banjarbaru.
Batuan Malihan terdiri dari sekis hornblende, sekis muskovit, sekis klorit, filit
dan kuarsit muskovit.

Formasi Keramaian (Kak) merupakan salah satu anggota Kelompok


Alino, menempati bagian tenggara wilayah Banjarbaru. Arah sebaran timur
laut – barat daya. Formasi Keramaian terdiri dari perselingan batupasir sangat
halus sampai kasar dengan batulanau dan batugamping, setempat dengan
sisipan batugamping konglomeratan dibagian bawah.

Formasi Pitanak (Kvpi) menjemari dengan Formasi Keramaian,


sebarannya menempati bagian tenggara wilayah Banjarbaru. Luas sebaran
lebih kurang 1,5% dari luas wilayah Banjarbaru. Formasi Pitanak terdiri dari
leleran lava dengan breksi konglomerat vulkanik.
Formasi Tanjung (Tet) menempati bagian timur wilayah Banjarbaru
dengan arah sebarannya timur laut – barat daya. Formasi Tanjung bagian
bawah didominasi konglomerat dan batupasir sedang sampai kasar; Formasi
Tanjung bagian tengah didominasi batupasir kwarsa dengan sisipan serpih

Gambar 4. Peta Geologi Kota Banjarbar

Geologi Banjarbaru yang secara regional menjadi bagian dari sejarah


perkembangan geologi Kalimantan Selatan relatif mempunyai kesamaan
dalam keragaman jenis gemstones. Tinjauan prospek gemstones Banjarbaru
mengacu hasil geologi oleh P3G dan hasil eksplorasi PT. Galuh Cempaka,
sebagai berikut: Zaman Yura dimana terbentuknya batuan ophiolit
(ultramafic) dan metamorfis (sekis, genes) menunjukkan adanya indikasi
kemungkinan berkembangnya gemstones oleh proses megmatis dan
metamorfis. Keberadaan batuan ultramafik, sekis, genes sering berasosiasi
dengan gemstones tertentu seperti : Intan primer, Tourmalin, Blue Safire,
Yade, Garnet, serta jenis gemstones lainnya. Zaman Kapur dimana terbentuk
batuan sedimen dari Formasi Keramaian dan batuan leleran lava Formasi
Pitanak mengindikasikan kemungkinan dapat terbentuknya gemstones oleh
proses sedimentasi mekanis gemstones Yura dan proses vukanis/hidrothemal
seperti : Intan sekunder, Tourmalin, Blue Safire, Yade, Garnet, Kuarsa,
Zircon, Spinel, Opal dan lainnya. Zaman Tersier – Kuarter dimana adanya
batuan sedimen menunjukkan indikasi dapat berkembangnya akumulasi
endapan gemstones Pratersier dan Tersier Banjarbaru dari gemstones regional
seperti : Intan sekunder, Tourmalin, Blue Safire, Yade, Garnet, Kuarsa,
Zircon, Spinel, Opal dan lainnya. Hasil eksplorasi PT. Galuh Cempaka
menemukan berbagai ragam mineral penyusun lapisan kerikil berintan antara
lain : Intan, Corundum Rutile Zircon Kuarsa sekis, Genes, Kuarsit, Hematit,
Garnet dan lainlain.

Terdata sejak tahun 2001 hingga kini beberapa intan besar oleh
masyarakat pendulang intan diketemukan seperti : Intan Nursehat (62,3 kerat),
Intan Jambun (23 kerat) dan lain-lain. Hal tersebut memperkuat indikasi
prospek gemstones tersebar baik diwilayah Kota Banjarbaru. Total
sumberdaya gemstones belum dapat disajikan secara baik dan pasti,
mengingat belum adanya penelitian khusus terhadap potensi gemstones

Gambar 1. Sebagian Keragaman Jenis Batu Permata Daerah Banjarbaru


DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2000, Laporan Eksplorasi Bahan Galian Intan, PT. Galuh Cempaka,
Banjarbaru.

Bateman AM, 1981, Economic Mineral Deposits, John Wiley and Sons, New York.

Pouw Kioe An, 2002, Rahasia Batu Permata, MANDIRA, Semarang

Sanyoto P , 1994, Geologi Lembar Banjarmasin, Pusat Penelitian dan Pengembangan


Geologi , Bandung

Anda mungkin juga menyukai