Anda di halaman 1dari 95

Ulasan Materi Kimia lingkungan

Materi 1 : Pengambilan sampel


KIMIA LINGKUNGAN
Tentang
“PENGAMBILAN SAMPEL AIR UNTUK PARAMETER KIMIA, PENGIRIMAN
PEMERIKSAAN DAN INTERPRETASI HASIL PENGIRIMAN”
Pengambilan sampel untuk pengukuran kualitas air merupakan salah satu titik kritis pada
tahapan pengukuran kualitas air.
Pengambilan sampel merupakan satu langkah awal yang dapat menentukan keakuratan
data kualitas air yang akan digunakan.
Maksud pengambilan sampel kualitas air adalah mengumpulkan volume sampel kualitas
air yang akan diteliti dengan jumlah sekecil mungkin, tetapi masih mewakili (representative),
yaitu masih mempunyai sifat-sifat yang sama dengan sumber sampel kualitas air tersebut (misal
badan air/sungai, danau/waduk, mata air, sumur dll.)
Untuk memperoleh contoh yang mewakili keadaan yang sesungguhnya dapat dipilih tiga
metode :
1. Contoh Sesaat (Grap Sample)
Contoh sesaat mewakili keadaan air pada suatu saat dari suatu tempat. Apabila suatu
sumber air mempunyai karakteristik yang tidak banyak berubah didalam suatu periode atau
didalam batas jarak waktu tertentu maka contoh sesaat tersebut cukup mewakili keadaan
waktu dan tempat tersebut. Jangka waktu pengambilan sampel air berkisar antara 5 menit
sampai 1 jam atau lebih, umumnya periode pengambilan sampel selama 24 jam. Pemeriksaan
parameter tertentu memerlukan metode sesaat seperti pengukuran suhu, pH, kadar gas
terlarut, CO2, sulfide, sulfat, sianida dan klorin.

2. Contoh Gabungan Waktu (Composite Sample)


Contoh gabungan waktu adalah campuran contoh-contoh sesaat yang diambil dari suatu
tempat yang sama pada waktu yang berbeda. Hasil pemeriksaan contoh gabungan
menunjukkan keadaan merata dari tempat tersebut di dalam suatu periode. Umumnya
pengambilan sampel dilakukan secara terus-menerus selama 24 jam tetapi dalam beberapa
hari dilakukan secara intensif untuk jangka waktu yang lebih pendek. Apabila volume akhir
dari suatu contoh gabungan 1-5 Liter, maka untuk selang waktu 1 jam selama periode
pengambilan sampel 24 jam dibutuhkan volume contoh masing-masing sebanyak 200-220
mL.

3. Contoh Gabungan Tempat (Integreted Sample)


Merupakan campuran contoh-contoh sesaat yang diambil dari tempat yang berbeda pada
waktu yang sama. Hasil pemeriksaan contoh gabungan menunjukkan keadaan merata dari
sutu daerah atau tempat pemeriksaan. Keberhasilan metode pengambilan sampel sangat
tergantung pada peralatan untuk pengambilan sampel, Teknik atau cara pengambilan
pelaksanaan dan penanganan serta penyempurnaan analisis laboratorium.

Teknik Pengambilan Sampel Air untuk Pemeriksaan Sifat Kimia Air


- Siapkan alat pengambil sampel yang sesuai dengan keadaan sumber air
- Bilas alat dengan sampel yang akan diambil
- Ambil sampel sesuai dengan keperluan dan campurkan dalam penampung sementara
hingga merata
- Apabila sampel diambil dari beberapa titik, maka volume sampel yang diambil dari setiap
titik harus sama.

Pengiriman Pemeriksaan
Contoh yang telah dimasukkan ke dalam wadah, diberi label. Pada label tersebut
dicantumkan keterangan mengenai lokasi pengambilan, cuaca, jenis pengawet yang
ditambahkan, petugas yang mengambil contoh dan sketsa lokasi.
Wadah-wadah contoh yang telah ditutup rapat dimasukkan ke dalam kotak yang telah
dirancang secara khusus agar contoh tidak tertumpah selama pengaangkutan ke laboratorium.

Interpretasi Hasil Pemeriksaan


● Alat : Botol sampel
● Bahan : Sampel pada botol sampel yang telah dimasukkan ke dalam termos es
● Cara kerja :
- Siapkan alat pengambil sampel yang sesuai dengan keadaan sumber air
- Bilas alat dengan sampel yang akan diambil
- Ambil sampel sesuai dengan keperluan dan campurkan dalam penampung sementara
hingga merata
- Apabila sampel diambil dari beberapa titik, maka volume sampel yang diambil dari setiap
titik harus sama.

Materi ke 2, Limbah

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
           Limbah merupakan suatu barang (benda) sisa dari sebuah kegiatan produksi yang tidak
bermanfaat/bernilai ekonomi lagi. Limbah sendiri dari tempat asalnya bisa beraneka ragam, ada
yang limbah dari rumah tangga, limbah dari pabrik-pabrik besar dan ada juga limbah dari suatu
kegiatan tertentu. Dalam dunia masyarakat yang semakin maju dan modern, peningkatan akan
jumlah limbah semakin meningkat. Logika yang mudah seperti ini; dahulunya manusia hanya
menggunakan jeruk nipis untuk mencuci piring, namun sekarang manusia sudah menggunakan
sabun untuk mencuci piring sehingga peningkatan akan limbah tak bisa di elakkan lagi.
Limbah telah menjadi persoalan penting di negeri ini, untuk menciptakan negeri yang
bersih dan sehat tentunya harus kita mulai dengan cara hidup bersih dan sehat
pula. Perkembangan industri yang pesat dewasa ini tidak lain karena penerapan kemajuan
teknologi oleh manusia untuk mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik, namum di sisi lain
dapat menimbulkan dampak yang justru merugikan kelangsungan hidup manusia. Dampak
tersebut harus dicegah karena keseimbangan lingkungan dapat terganggu oleh kegiatan
industri dan teknologi tersebut.  Jika keseimbangan lingkungan terganggu maka kualitas
lingkungan juga berubah. Padahal kenyamanan hidup banyak ditentukan oleh daya dukung
alam atau kualitas lingkungan yang mendukung kelangsungan hidup manusia.

            Buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestic atau
rumah tangga disebut limbah. Dimana masyarakat bermukim, disanalah berbagai jenis limbah
akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus atau biasa disebut black water, dan ada air
buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya disebut juga grey water. Limbah, sampah, dan
kotoran yang berasal dari rumah tangga, perusahaan, dan kendaraan merupakan masalah
serius yang perlu diperhatikan untuk menciptakan kesehatan lingkungan. Untuk itu dalam
makalah ini akan dibahas mengenai pengolahan limbah cair tersebut, sehingga tidka menjadi
masalah lagi bagi lingkungan maupun manusia.

B.    Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan limbah cair ?
2.      Bagaimana pengklasifikasian limbah cair ?
3.      Bagaimana pengolahan dari limbah cair ?

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Limbah Cair
Limbah cair atau limbah air adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga,
industri maupun tempat-tempat umum lainnya, dan pada umumnya mengandung bahan-bahan
atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan manusia serta menggangu lingkungan
hidup. Sumber lain mengatakan bahwa limbah cair adalah kombinasi dari cairan dan sampah
cair yang berasal dari daerah pemukiman, perdagangan, perkantoran dan industri, yang
bercampur dengan air tanah, air permukaan dan air hujan. Berdasarkan pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa limbah cair adalah air yang tersisa dari kegiatan manusia, baik kegiatan
rumah tangga maupun kegiatan lain seperti industri, perhotelan dan sebagainya, yang dapat
mengganggu kesehatan manusia serta dapat mencemari lingkungan sekitar.
            Diantara dampak kegiatan yang sangat berpengaruh pada kualitas lingkungan adalah
dihasilkannya limbah pada berbagai kegiatan diatas. Beberapa pengertian air limbah menurut
beberapa pendapat antara lain:
1.   Menurut Azwar (1989), air limbah adalah air yang tidak bersih dan mengandung berbagai zat
yang membahayakan kehidupan manusia atau hewan serta tumbuhan, merupakan kegiatan
manusia seperti, limbah industri dan limbah rumah tangga.
2.   Sedangkan menurut Notoatmodjo (2003), air limbah atau air buangan adalah sisa air yang
dibuang yang berasal dari rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya, dan
pada umumnya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi
kesehatan manusia serta mengganggu lingkungan hidup.
3.   Pengertian lain menyebutkan bahwa air limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah cair
yang berasal dari daerah pemukiman, perdagangan, perkantoran dan industri, bersama-sama
dengan air tanah, air permukaan dan air hujan yang mungkin ada.
4.   Menurut Sugiharto (1987), air limbah (wastewater) adalah kotoran dari manusia dan rumah
tangga serta berasal dari industri, atau air permukaan serta buangan lainnya. Dengan demikian
air buangan ini merupakan hal yang bersifat kotoran umum.

B.    Klasifikasi Limbah
Limbah dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa sudut pandang.  Diantaranya adalah
sebagai berikut. Limbah cair berdasarkan sumbernya dapat diklasifikasikan dalam 4 kelompok
yaitu :
1. Limbar cair domestic yaitu limbah cair hasil buangan dari perumahan (rumah
tangga),bangunan perdagangan, perkantoran dan sarana sejenis. Contoh limbah cair domestic
adalah air deterjen sisa cucian, air sabun, dan air tinja.
2. Limbah cair industri yaitu limbah cair hasil buangan industri. Contoh limbah cair industri
adalah air sisa cucian daging, buah, atau sayur dari industri pengolahan makanan dan dari sisa
pewarnaan kain/bahan dari industri tekstil. 
3. Rembesan dan Luapan yaitu limbah cair yang berasal dari berbagai sumber memasuki
saluran pembuangan  melalui rembesan kedalam tanah atau melalui luapan dari
permukaan. Air limbah dapat merembes ke dalam saluran pembuangan melalui pipa yang
rusak, pecah, atau bocor sedangkan luapan dapat terjadi melalui bagian saluran yang
membuka atau terhubung ke permukaan. Contoh limbah cair yang dapat merembes dan
meluap ke dalam saluran pembuangan limbah cair adalah air buangan dari talang atap,
pendingin ruangan (AC), tempat parker, halaman, bangunan perdagangan dan industri, serta
pertanian atau perkebunan.
4. Air Hujan yaitu limbah cair yang berasal dari aliran air hujan di atas permukaan tanah. Aliran
air hujan di permukaan tanah dapat melewati dan membawa partikel-partikel buangan padat
atau cair sehingg dapat disebut sebagai limbah cair.
Berdasarkan wujudnya limbah dibagi menjadi 3 limbah yaitu, Limbah Gas, merupakan
jenis limbah yang berbentuk gas, contoh limbah dalam bentuk Gas antara lain: Karbon Dioksida
(CO2), Karbon Monoksida (CO), SO2,HCL,NO2. dan lain-lain. Limbah cair, adalah jenis limbah
yang memiliki fisik berupa zat cair misalnya: Air Hujan, Rembesan AC, Air cucian, air sabun,
minyak goreng buangan, dan lain-lain.
Limbah padat merupakan jenis limbah yang berupa padat, contohnya: Bungkus jajanan, plastik,
ban bekas, dan lain-lain.
Berdasarkan senyawa limbah dibagi lagi menjadi dua jenis, yakni limbah organik dan
limbah anorganik. Limbah organik, merupakan limbah yang bisa dengan mudah diuraikan
(mudah membusuk), limbah organik mengandung unsur karbon. Contoh limbah organik dapat
anda temui dalam kehidupan sehari-hari, contohnya kotoran manusia dan hewan. Limbah
anorganik, adalah jenis limbah yang sangat sulit atau bahkan tidak bisa untuk di uraikan (tidak
bisa membusuk), limbah anorganik tidak mengandung unsur karbon. Contoh limbah anorganik
adalah Plastik dan baja.

C.     Pengolahan Limbah Cair


Metode dan tahapan proses pengolahan limbah cair yang telah dikembangkan sangat
beragam. Limbah cair dengan kandungan polutan yang berbeda-beda akan membutuhkan
proses pengolahan yang berbeda pula. Proses- proses pengolahan tersebut dapat diaplikasikan
secara keseluruhan, berupa kombinasi beberapa proses atau hanya salah satu. Proses
pengolahan tersebut juga dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan atau faktor
finansial. Berikut ini beberapa metode pengolahan limbah cair.
1.      Pengolahan Primer (Primary Treatment)Tahap pengolahan primer limbah cair sebagian
besar adalah berupa proses pengolahan secara fisika.
a. Penyaringan (Screening)
Pertama, limbah yang mengalir melalui saluran pembuangan disaring menggunakan jeruji saring.
Metode ini disebut penyaringan.  Metode penyaringan merupakan cara yang efisien dan
murah untuk menyisihkan bahan-bahan padat berukuran besar dari air limbah.
b. Pengolahan Awal  (Pretreatment)
Kedua, limbah yang telah disaring kemudian disalurkan kesuatu tangki atau bak yang berfungsi
untuk memisahkan pasir dan partikel padat teruspensi lain yang berukuran relatif
besar. Tangki ini dalam bahasa inggris disebut grit chamber dan cara kerjanya adalah
dengan memperlambat aliran limbah sehingga partikel – partikel pasir jatuh ke dasar tangki
sementara air limbah terus dialirkan untuk proses selanjutnya.
c.    Pengendapan
Setelah melalui tahap pengolahan awal, limbah cair akan dialirkan ke tangki atau bak
pengendapan. Metode pengendapan adalah metode pengolahan utama dan yang paling
banyak digunakan pada proses pengolahan primer limbah cair. Di tangki pengendapan, limbah
cair didiamkan agar partikel – partikel padat yang tersuspensi dalam air limbah dapat
mengendap ke dasar tangki. Enadapn partikel tersebut akan membentuk lumpur yang
kemudian akan dipisahkan dari air limbah ke saluran lain untuk diolah lebih lanjut. Selain
metode pengendapan, dikenal juga metode pengapungan (Floation).
d.   Pengapungan (Floation)
Metode ini efektif digunakan untuk menyingkirkan polutan berupa minyak atau
lemak. Proses pengapungan dilakukan dengan menggunakan alat yang dapat menghasilkan
gelembung- gelembung udara berukuran kecil (± 30 – 120 mikron). Gelembung udara tersebut
akan membawa partikel –partikel minyak dan lemak ke permukaan air limbah sehingga
kemudian dapat disingkirkan.  Bila limbah cair hanya mengandung polutan yang telah dapat
disingkirkan melalui proses pengolahan primer, maka limbah cair yang telah mengalami proses
pengolahan primer tersebut dapat langsung dibuang kelingkungan (perairan). Namun, bila
limbah tersebut juga mengandung polutan yang lain yang sulit dihilangkan melalui proses
tersebut, misalnya agen penyebab penyakit atau senyawa organik dan anorganik terlarut, maka
limbah tersebut perlu disalurkan ke proses pengolahan selanjutnya.
2. Pengolahan Sekunder (Secondary  Treatment)
Tahap pengolahan sekunder merupakan proses pengolahan secara biologis, yaitu dengan
melibatkan mikroorganisme yang dapat mengurai/ mendegradasi bahan organik.
Mikroorganisme yang digunakan umumnya adalah bakteri aerob.
Terdapat tiga metode pengolahan secara biologis yang umum digunakan yaitu, 
a.  Metode Trickling Filter
Pada metode ini, bakteri aerob yang digunakan untuk mendegradasi bahan organik
melekat dan tumbuh pada suatu lapisan media kasar, biasanya berupa serpihan batu atau
plastik, dengan dengan ketebalan  ± 1 – 3 m. limbah cair kemudian disemprotkan ke
permukaan media dan dibiarkan merembes melewati media tersebut. Selama proses
perembesan, bahan organik yang terkandung dalam limbah akan didegradasi oleh bakteri
aerob. Setelah merembes sampai ke dasar lapisan media, limbah akan menetes ke suatu
wadah penampung dan kemudian disalurkan ke tangki pengendapan.
Dalam tangki pengendapan, limbah kembali mengalami proses pengendapan untuk
memisahkan partikel padat tersuspensi dan mikroorganisme dari air limbah. Endapan yang
terbentuk akan mengalami proses pengolahan limbah lebih lanjut, sedangkan air limbah akan
dibuang ke lingkungan atau disalurkan ke proses pengolahan selanjutnya jika masih diperlukan.
c. Metode Activated Sludge
Pada metode activated sludge atau lumpur aktif, limbah cair disalurkan ke sebuah tangki dan
didalamnya limbah dicampur dengan lumpur yang kaya akan bakteri aerob. Proses degradasi
berlangsung didalam tangki tersebut selama beberapa jam, dibantu dengan pemberian
gelembung udara aerasi (pemberian oksigen). Aerasi dapat mempercepat kerja bakteri dalam
mendegradasi limbah. Selanjutnya, limbah disalurkan ke tangki pengendapan untuk
mengalami proses pengendapan, sementara lumpur yang mengandung bakteri disalurkan
kembali ke tangki aerasi. Seperti pada metode trickling filter, limbah yang telah melalui proses
ini dapat dibuang ke lingkungan atau diproses lebih lanjut jika masih dperlukan.
c. Metode Treatment ponds/ Lagoons
                  Metode treatment ponds/lagoons atau kolam perlakuan merupakan metode yang
murah namun prosesnya berlangsung relatif lambat. Pada metode ini, limbah cair ditempatkan
dalam kolam-kolam terbuka. Algae yang tumbuh dipermukaan kolam akan berfotosintesis
menghasilkan oksigen. Oksigen tersebut kemudian digunakan oleh bakteri aero untuk proses
penguraian/degradasi bahan organik dalam limbah. Pada metode ini, terkadang kolam juga
diaerasi. Selama proses degradasi di kolam, limbah juga akan mengalami proses
pengendapan. Setelah limbah terdegradasi dan terbentuk endapan didasar kolam, air limbah
dapat disalurka untuk dibuang ke lingkungan atau diolah lebih lanjut. 
3. Pengolahan Tersier (Tertiary Treatment)
Pengolahan tersier dilakukan jika setelah pengolahan primer dan sekunder masih terdapat
zat tertentu dalam limbah cair yang dapat berbahaya bagi lingkungan atau masyarakat.
Pengolahan tersier bersifat khusus, artinya pengolahan ini disesuaikan dengan kandungan zat
yang tersisa dalam limbah cair / air limbah. Umunya zat yang tidak dapat dihilangkan
sepenuhnya melalui proses pengolahan primer maupun sekunder adalah zat-zat anorganik
terlarut, seperti nitrat, fosfat, dan garam- garaman. 
Pengolahan tersier sering disebut juga pengolahan lanjutan (advanced treatment).
Pengolahan ini meliputi berbagai rangkaian proses kimia dan fisika. Contoh metode pengolahan
tersier yang dapat digunakan adalah metode saringan pasir, saringan multimedia, precoal filter,
microstaining, vacum filter, penyerapan dengan karbon aktif, pengurangan besi dan mangan,
dan osmosis bolak-balik.
Metode pengolahan tersier jarang diaplikasikan pada fasilitas pengolahan limbah. Hal ini
disebabkan biaya yang diperlukan untuk melakukan proses pengolahan tersier cenderung tinggi
sehingga tidak ekonomis.  
4. Desinfeksi (Desinfection)
Desinfeksi atau pembunuhan kuman bertujuan untuk membunuh atau mengurangi
mikroorganisme patogen yang ada dalam limbah cair. Meknisme desinfeksi dapat secara kimia,
yaitu dengan menambahkan senyawa/zat tertentu, atau dengan perlakuan fisik. Dalam
menentukan senyawa untuk membunuh mikroorganisme, terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan, yaitu :
• Daya racun zat
• Waktu kontak yang diperlukan
• Efektivitas zat
• Kadar dosis yang digunakan
• Tidak boleh bersifat toksik terhadap manusia dan hewan
• Tahan terhadap air
• Biayanya murah
Contoh mekanisme desinfeksi pada limbah cair adalah penambahan klorin (klorinasi),
penyinaran dengan ultraviolet(UV), atau dengan ozon (Oз).
Proses desinfeksi pada limbah cair biasanya dilakukan setelah proses pengolahan limbah
selesai, yaitu setelah pengolahan primer, sekunder atau tersier, sebelum limbah dibuang ke
lingkungan.
5. Pengolahan Lumpur (Slude Treatment)
Setiap tahap pengolahan limbah cair, baik primer, sekunder, maupun tersier, akan
menghasilkan endapan polutan berupa lumpur. Endapan lumpur hasil pengolahan limbah
biasanya akan diolah dengan cara diurai/dicerna secara aerob (anaerob digestion), kemudian
disalurkan ke beberapa alternatif, yaitu dibuang ke laut atau ke lahan pembuangan (landfill),
dijadikan pupuk kompos, atau dibakar (incinerated).

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1.      Limbah cair adalah air yang tersisa dari kegiatan manusia, baik kegiatan rumah tangga
maupun kegiatan lain seperti industri, perhotelan dan sebagainya, yang dapat mengganggu
kesehatan manusia serta dapat mencemari lingkungan sekitar.
2.      Limbah cair diklasifikasikan menjadi 4 macam limbah yang dibedakan berdasarkan sumbernya
yaitu limbah domestic, limbah indutri, limbah rembesan atau luapan dan limbah air hujan.
3.      Metode pengolahan limbah di bagi menjadi 5 yaitu Metode Primer (Primary Treatment) yang
terdiri dari penyaringan (screening), pengolahan awal (Pretreatment), pengendapan,
pengapungan (floation). Metode yang kedua adalah Metode Skunder yang terdiri dari Metode
Trickling Filter, Metode Activated Sludge dan Metode Treatment ponds/ Lagoons. Metode yang
berikutnya adalah Metode Tersier (Tertiary Treatment), Desinfeksi
(Desinfection) dan Pengolahan Lumpur (Slude Treatment).

Materi ke 3.Sampel tanah

PENGAMBILAN SAMPEL TANAH


Tanah adalah suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponen-
komponen padat, cairan, dan gas, mempunyai sifat serta prilaku yang dinamik. Sifat
dinamik tanah tersebut karena tanah merupakan system yang terbuka dengan
terjadinya proses pertukaran bahan dan energy secara berkesinambungan (Palar,
1994).
Tanah merupakan suatu sistem yang kompleks, berperan sebagai sumber
kehidupan tanaman, yang mengandung semua unsur yang berbeda baik dalam
bentuk maupun jumlahnya. Unsur hara mikro seperti besi (Fe), mangan (Mn), seng
(Zn) dan tembaga (Cu) merupakan unsur hara penting bagi tanaman yang terdapat
dalam tanah.
Tanah secara alami telah mengandung logam berat meskipun hanya sedikit.
Tanah pun memiliki kemampuan dalam menyerap logam berat yang berbeda untuk
tiap jenis tanah berdasarkan bahan induk penyusun tanah tersebut. Menurut
standar umum kadar Pb dan Cd yang boleh ada pada tanah adalah masing-masing
150 ppm dan 2 ppm namun untuk jenis tanah yang berasal dari batuan beku
(Charlena, 2004)
Kandungan unsur-unsur tersebut dalam tanah sangat bervariasi tergantung
sifat-sifat tanah seperti pH, tekstur tanah, komposisi mineral, aktivitas
mikroorganisme di dalamnya dan kelembaban. Ketersediaan Fe dalam tanah
berkisar antara (10.000- 60.000) ppm atau (1 % ~ 6 %), Mn berkisar (100- 5.000)
ppm, Zn berkisar (20-150) ppm, sedangkan Cu berkisar (20-60) ppm (Lindsay,
1979).
Tanah dengan atau tanpa disadari merupakan tempat penimbunan akhir dari
limbah yang diakibatkan oleh aktivitas manusia. Secara alami tanah akan
menguraikan bahan kimia yang mask kedalam tanah, tetapi apabila bahan kimia
yang direrima tersebut berlebihan maka tanah tidak akan mampu menguraikannya.
Setiap jenis tanah mempunyai kemampuan yang berbeda dalam merespon bahan
kimia yang diterimanya.
Kontaminasi logam berat Pb akan cendrung meningkat di dalam tubuh
seiring dengan bertambahnya jumlah kendaraan bermotor yang mengunakan
bahan bakar bensin. Hal ini disebabkan Indonesia belum dapat membuat bahan
bakar minyak yang bebas dari Pb. Dampak yang ditimbulkan adalah menurunnya
kualitas lingkungan hidup (Fardiaz, 1992).

A.  Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi. Artinya tidak akan ada sampel jika
tidak ada populasi. Populasi adalah keseluruhan elemen atau unsur yang akan kita
teliti. Penelitian yang dilakukan atas seluruh elemen dinamakan sensus. Idealnya,
agar hasil penelitiannya lebih bisa dipercaya, seorang peneliti harus melakukan
sensus. Namun karena sesuatu hal peneliti bisa tidak meneliti keseluruhan elemen
tadi, maka yang bisa dilakukannya adalah meneliti sebagian dari keseluruhan
elemen atau unsur tadi. Syarat sampel yang baik.

B.   Teknik Pengambilan Sampel Tanah


Pengambilan sampel tanah merupakan tahapan terpenting di dalam program
uji tanah. Analisis kimia dari contoh tanah yang diambil diperlukan untuk mengukur
kadar hara, menetapkan status hara tanah dan dapat digunakan sebagai petunjuk
penggunaan pupuk dan kapur secara efisien, rasional dan menguntungkan. Namun,
hasil uji tanah tidak berarti apabila contoh tanah yang diambil tidak mewakili areal
yang dimintakan rekomendasinya dan tidak dengan cara benar. Oleh karena itu
pengambilan sampel tanah merupakan tahapan terpenting di dalam program uji
tanah.
Sampel tanah dapat diambil setiap saat, tidak perlu menunggu saat sebelum
tanam namun tidak boleh dilakukan beberapa hari setelah pemupukan. Keadaan
tanah saat pengambilan sampel tanah pada lahan kering sebaiknya pada kondisi
kapasitas lapang (kelembaban tanah sedang yaitu keadaan tanah kira-kira cukup
untuk pengolahan tanah). Sedang pengambilan pada lahan sawah sebaiknya
diambil pada kondisi basah.
Peralatan untuk pengambilan contoh sampel tanah
1.      Alat untuk mengambil contoh tanah seperti bor tanah (auger, tabung),
cangkul, sekop.
2.      Alat untuk membersihkan bor, cangkul dan sekop seperti pisau dan sendok
tanah untuk mencampur atau mengaduk
3.      Ember plastic untuk mengaduk kumpulan contoh tanah individu
4.      Kantong plastic agak tebal yang dapat memuat 1 kg tanah, dan kantong
plastic untuk label.
5.      Kertas manila karton untuk label dan benang kasur untuk mengikat label luar
6.      Spidol (water proof) untuk menulis isi label.
7.      Lembaran informasi contoh tanah yang diambil.
Hal- hal yang perlu diperhatikan : 
1.       Jangan mengambil contoh tanah dari galengan, selokan, bibir teras, tanah
tererosi sekitar rumah dan jalan, bekas pembakaran sampah/ sisa tanaman/ jerami,
bekas penimbunan pupuk, kapur dan bahan organic, dan bekas penggembalaan
ternak.
2.       Permukaan tanah yang akan diambil contohnya harus bersih dari rumput-
rumputan, sisa tanaman, bahyan organic/ serasah, dan batu- batuan atau kerikil.
3.       Alat- alat yang digunakan bersih dari kotoran- kotoran dan tidak berkarat.
Kantong plastic yang digunakan sebaiknya masih baru, belum pernah dipakai untuk
keperluan lain.
Cara Pengambilan contoh Sampel Tanah

1. Sampel Sesaat (Grab Sample) : Sampel yng diambil secara langsung dr


badan tanah yang sedang dipantau. Sampel ini hanya
menggmbarkan karakteritik tanah pada saat pengambilan sampel.
2. Sampel komposit (Compsite sample) : Sampel campuran dari beberapa
waktu pengambilan. Pengambilan sampel komposit dapat dilakukan secara
manual ataupun secara otomatis dgn menggunakan peralatan yang dapat
mengambil air pada waktu-waktu tertentu. Pengambilan sampel scara
otomatis hanya dilakukan jika ingi mengetahui gambaran tentang
karakteristik kualitas tanah secara terus-menerus
3. Sampel gambungan tempat (integrated sample) : sampel gabungan
yang diambil secara terpisah dari beberpa tempat, dengan volume yang
sama. Selain itu ada juga satu metode yang biasa digunakan dalam
pengammbilan sampel penelitian yaitu:
4. Automatic Sampling (Pengambilan Contoh Otomatis), Cara ini
dikembangkan untuk memenuhi program pengamatan kualias sampel secara
penyeluruh. Peralatan memerlukan bangunan khusus dengan penampungan
dan pemeliharaan yang baik alat mengambil contoh otomatis biasanya
bekerja dalam 24 jam.
● Contoh tanah yang diambil dapat berbentuk contoh tanah terganggu
(disturb soil samples)
● Contoh tanah utuh atau tidak terganggu (undisturb soil samples).
● Contoh tanah utuh biasanya diperlukan untuk analisis sifat fisik tanah
(bobot isi, porisitas dan permeabilitas tanah), sedangkan contoh tanah
terganggu diperlukan untuk analisis sifat kimia tanah dan sifat fisik tanah
lainnya (tekstur, kadar air tanah/pF).
● Pengambilan contoh tanah utuh (undisturb soil samples) harus
menggunakan “ring samples”, sedangkan contoh tanah terganggu dapat
diambil dengan menggunakan alat cangkul, sekop, atau auger (bor tanah).
● Untuk keperluan evaluasi status kesuburan tanah, sebaiknya contoh yang
diambil merupakan contoh komposit yaitu contoh tanah campuran dari
contoh-contoh tanah individu (sub amples).
● Suatu contoh komposit harus mewakili suatu bentuk/unit lahan yang akan
dikembangkan atau digunakan untuk tujuan pertanian.
● Satu contoh komposit mewakili suatu hamparan lahan yang homogen (10 –
15 Ha).
● Untuk lahan miring dan bergelombang satu contoh komposit dapat mewakili
tidak kurang dari 5 hektar.
● Satu contoh komposit terdiri dari campuran 15 contoh tanah individu (sub
samples).

Pengambilan Contoh Sampel Tanah Penelitian Kimia Dan Mikrobiologi


Sampling Time
● Contoh tanah dapat diambil setiap saat, dan langsung dilakukan analisis di
laboratorium.
● Keadaan tanah saat pengambilan contoh tanah sebaiknya pada kondisi
kapasitas lapang  (keadaan kelembaban tanah sedang) yaitu keadaan tanah
kira-kira cukup untuk dilakukan pengolahan tanah).
● Pengambilan contoh tanah terkait erat dengan tujuan yang ingin dicapai
dalam suatu kegiatan perencanaan pengelolaan tanah-tanaman.
Frekuensi Pengambilan Contoh
● Secara umum contoh tanah diambil sekali dalam 4 tahun untuk sistem
pertanaman di lapangan.
● Untuk tanah yang digunakan secara intensif untuk budidaya pertanian,
contoh tanah diambil paling sedikit sekali dalam setahun.
●  Pada tanah-tanah dengan nilai uji tanah tinggi, contoh tanah disarankan
diambil setiap 5 tahun sekali.
Cara Mengambil Sampel Tanah Komposit
1.      Menentukan tempat pengambilan sampel tanah  individu, terdapat dua cara
yaitu cara sistematik seperti sistem diagonal atau zig- zag dan  cara acak.
2.      Rumput rumput, batu batuan atau kerikil, sisa tanaman atau bahan organik
segar/ serasah yang terdapat dipermukaan tanah di bersihkan.
3.      Untuk lahan kering keadaan tanah pada saat pengambilan sampel tanah
sebaiknya pada kondisi kapasitas lapang (kelembaban tanah sedang yaitu kondisi
kira- kira cukup untuk pengolahan tanah). Sedang untuk lahan sawah contoh tanah
sebaiknya diambil pada kondisi basah atau seperti kondisi saat terdapat tanaman.
4.      Sampel tanah individu diambil menggunakan bor tanah (auger atau tabung)
atau cangkul dan sekop. Jika menggunakan bor tanah, sampel tanah individu
diambil pada titik pengambilan yang telah ditentukan, sedalam +20 atau lapisan
olah. Sedangkan jika menggunakan cangkul dan sekop, tanah dicangkul sedalam
lapisan olah (akan membentuk seperti huruf v), kemudian tanah pada sisi yang
tercangkul diambil setebal 1,5 cm dengan menggunakan cangkul atau sekop
(gambar 2)
5.      Sampel- sampel tanah indivisu tersebut dicampur dan diaduk merata dalam
ember plastic, lalu bersihkan dari sisa tanaman atau akar. Setelah bersih dan
teraduk rata, diambil sampel seberat kira-kira 1 kg dan dimasukkan kedalam
kantong plastic (sampel tanah komposit). Untuk menghindari kemungkinan pecah
pada saat pengiriman, kantong plastic yang digunakan rangkap dua.Pemberian
label luar dan dalam. Label dalam harus dibungkus dengan plastic dan dimasukkan
diantara plastik pembungkus supaya tulisan tidak kotor atau basah, sehingga label
tersebut dapat dibaca sesampainya dilaboratorium tanah. Sedangkan label luar
disatukan pada sat pengikatan plastic. Pada label diberi keterangan mengenai kode
pengambilan, nomor sampel tanah, asal dari (desa/kecamatan/kabupaten), tanggal
pengambilan, nama dan alamat pemohon. Selain label yang diberi keterangan,
akan lebih baik jika sampel tanah yang dikirim dilengkapi dengan peta situasi atau
peta lokasi .
Pengambilan Contoh Tanah Terusik di Lapisan Permukaan.
1.      Memilih tempat yang tidak tergenang air, tak terkena sinar matahari
langsung,datar dan mewakili tempat sekitarnya.
2.     Membersihkan seresah, batuan dan benda alam lain di lapisan permukaansehi
ngga tubuh tanah terlihat.
3.      Mengambil sekitar 1-2 kg contoh tanah kering angin dengan menggunakan
pacul,cethok dan memasukkannya kedalam plastik yang beritiket: Kode
tempat, kode perlakuan, kode tanah, nomor perlapisan dan ciri-ciri istimewa
lainnya.

 Pengambilan Contoh Tanah Terusik dengan Bor.


1.      Meletakkan mata bor di permukaan tubuh tanah.
2.      Memutar pegangan bor perlahan-lahan ke arah kanan dengan disertai
tekanansampai seluruh kepala bor terbenam.
3.     Kepala bor perlahan dikeluarkan dari tubuh tanah dengan memutar pegangan
bor tanah ke arah kiri dengan disertai tarikan.
4.      Contoh tanah yang terbawa kepala bor dilepaskan perlahan sampai bersih
dandiusahakan tidak banyak merusak susunan tanah.
5.     Pengeboran dilanjutkan lagi pada setiap ketebalan tanah 20 cm sampaikedala
man yang dikehendaki.
6.     Contoh tanah hasil pengeboran pada setiapketebalan 20 cm itu diletakkan ters
usun menurut kedalaman aslinya, sehingga akan diperoleh gambaran profil tanah.

Pemeriksaan Sampel Tanah untuk Pemeriksaan Kualitas Kimia


Prosedur kerja          
● Lakukan pengambilan sampel tanah dengan menggunakan auger / bor
tangan dengan kedalaman 15 – 25 cm
● Lakukan pengambilan tanah yang ada pada auger / bor tangan dengan
mengunakan sekop kecil
● Lakukan pelabelan pada kemasan sampel, dengan rincian:

a.  Tanggal pengambilan sampel        : ………………..


b.  Lokasi pengambilan sampel          : ………………..
c.  Jenis sampel                                  : Padatan / sampah / tanah *)
d.  Jenis pemeriksaan                          : Fisik / kimia / mikrobiologi dan parasitologi*)
e.  Nama petugas                               : .................... Tanda Tangan : ….................
● Masukan kemasan sampel yang sudah diberi label ke box sampel.

Materi ke 4 Sampel Makanan

“ Pengambilan Sampel Makanan Untuk Parameter Kimia Pengiriman Pemeriksaan


& Integrasi Hasil Pemeriksaan “
A. Pengambilan Sampel Makanan
Alat : Plastik steril, sendok steril
Cara Kerja :
✔ Ambil makanan dengan menggunakan sendok steril atau pingset steril (alat
disesuaikan dengan jenis makanan yang ambil)
✔ Kemudian dimasukkan dalam plastik steril
B. Pengiriman Sampel Makanan
• Alat : Termos dan alat tulis
• Bahan : Label
• Cara kerja :
⮚ Plastik sampel makanan diberi label yang berisi informasi berikut : Jenis
sarana, jenis pemeriksaan, lokasi pengambilan, jam pengambilan, tanggal
pengambilan, petugas pengambilan, Ph, suhu.
⮚ Sampel makanan dimasukkan termos dan dikirim ke laboratorium untuk
dilakukan uji lab.
C. Tahap Pemeriksaan Sampel Makanan
✔ Sterilisasi Alat
✔ Pembuatan Larutan dan Media
✔ Sterilisasi Larutan dan Media
✔ Pemeriksaan Sampel
D. Pemeriksaan Sampel
● Alat : Timbang analitik, tabung reaksi, rak tabung reaksi, beaker glass
100 ml, pipet ukur 5 ml dan 10 ml, cawan petri, lumpangan dan alu,
batang pengeduk, dan inkubator.
● Bahan : Sampel makanan, larutan KH2PO4, larutan NaCl, larutan PCA,
kertas coklat, dan tali
Dengan cara :
• Siapkan alat yang akan digunakan (yang telah disterilkan)
• Timbang makanan sebanyak 10 gram. Sampel padat dihaluskan terlebih
dahulu dengan menggunakan alu dan lumpang.
• Masukan sampel makanan yang telah dihaluskan ke dalam beaker glass
yang berisi larutan KH2PO4 sebanyak 90ml.
• Siapkan 4 tabung reaksi, kemudian isi masing-masing tabung reaksi dengan
9ml larutan NaCl.
• Ambil 1 ml sampel (dari sampel yanag telah dimasukkan ke larutan
KH2PO4) lalu masukkan ke dalam tabung reaksi pertama.
• Ambil 1 ml dari tabung reaksi pertama, lalu masukkan ke tabung reaksi
kedua. Ambil 1 ml dari tabung reaksi kedua, lalu masukkan ke tabung reaksi
ketiga. Ambil 1 ml dari tabung reaksi ketiga, lalu masukkan ke tabung reaksi
keempat.
• Ambil 1 ml dari tabung reaksi pertama, lalu masukkan ke cawan petri.
Kemudian tambahkan larutan PCA secukupnya. Homogenkan dengan cara
menggerakkan cawan petri membentuk angka 8 atau 0 (lakukan pada tiap
pengeceran).
• Diamkan selama 15 menit.
• Bungkus cawan petri dengan kertas coklat kemudian masukkan ke dalam
inkubator dalam keadaan terbaik.
• Atur suhu inkubator (37oC).
• Hitung total koloni kuman setelah 1x24 jam.
E. Interpretasi Hasil Pemeriksaan
• Alat : Colony Counter
• Bahan : Sampel pada cawan petri yang telah di masukkan ke dalam
inkubator.
• Cara Kerja :
1. Nyalakan Colony Counter.
2. Letakkan cawan petri yang berisi sampel yang telah ditanamkan bakteri di
dalamnya pada Colony Counter.
3. Hitung total koloni dengan menggunakan rumus.
4. Bandingkan hasil perhitungan total koloni kuman dengan standar total
koloni kuman pada makanan.

SUMBER :
• https://sakrianijamaluddin.files.wordpress.com/2017/09/03-pengambilan-
sampel-makanan-untuk-parameter-mikrobiologi-pengiriman.pdf
Materi ke 5 pengambilan sampel minuman

A. Pengambilan Sampel Minuman

• Alat :
Botol steril, sendok steril atau pinset
• Cara :
1. Ambil minuman dengan menggunakan sendok steril atau pinset steril (alat
disesuaikan dengan jenis minuman yang diambil)
2. Kemudian dimasukkan dalam botol steril.

B. Pengiriman Sampel Minuman

• Alat:
Termos dan alat tulis
• Bahan:
Label
• Cara Kerja:
– botol sampel minuman diberi label yang berisi
informasi berikut: Jenis Sarana; Jenis pemeriksaan;
Lokasi pengambilan; Jam pengambilan, Tanggal
pengambilan; Petugas pengambil; pH; Suhu.
– Sampel minuman dimasukkan termos dan dikirim ke
laboratorium untuk dilakukan uji lab.

C. Tahapan Pemeriksaan Sampel Minuman

● Sterilisasi Alat
● Pembuatan larutan dan media
● Sterilisasi larutan dan media
● Pemeriksaan sampel

D. Sterilisasi Alat
• Alat: Oven
• Bahan: Kertas Coklat, Tali, Kapas, Kain kasa
• Cara Kerja:
1. Siapkan alat yang dibutuhkan dan alat yang akan
a. disterilkan.
b. – Bungkus alat dengan menggunakan kertas coklat dan ikat dengan tali.
2. Masukkan alat yang telah dibungkus ke dalam oven.
3. Atur suhu pemanasan (170˚ C)
4. Lakukan pemanasan selama 2 jam.

E. Pembuatan Larutan NaCl

• Alat: Timbangan analitik dan kaca arloji, Erlenmeyer 250 ml


• Bahan: NaCl sebanyak 4 gram dan Aquadest sebanyak 250 ml
• Cara Kerja:
– Timbang NaCl sebanyak 4 gram dengan menggunakan timbangan analitik,
– Masukkan 4 gram NaCl ke dalam Erlenmeyer,
– Masukkan Aquadest sedikit demi sedikit ke dalam erlenmeyer yang telah berisi NaCl,
– Homogenkan.

F. Pembuatan Larutan PCA

• Alat: Timbangan analitik dan kaca arloji, Erlenmeyer 300 ml.


• Bahan: PCA sebanyak 5,625 gram dan Aquadest sebanyak 250 ml.
• Cara Kerja:
– Timbang PCA sebanyak 5,625 gram dengan menggunakan timbangan analitik
– Masukkan 5,625 gram PCA ke dalam Erlenmeyer
– Masukkan Aquadest sedikit demi sedikit ke dalam erlenmeyer yang telah berisi PCA.
– Homogenkan.

G. Sterilisasi Bahan

• Bahan: Larutan PCA, larutan NaCl, dan larutan KH2PO4 ll


• Alat: Autoclave

H. Pemeriksaan Sampel Minuman


• Alat: Timbangan analitik, tabung reaksi, rak tabung reaksi, beaker glass 100 ml, pipet ukur 5ml dan
10ml, cawan petri, lumpang dan alu, batang pengaduk, dan inkubator.
• Bahan: Sampel minuman, larutan KH2PO4,larutan NaCl, larutan PCA, kertas coklat, dan tali.

I. Pemeriksaan Sampel Minuman


Prosedur Kerja:
• Siapkan alat yang akan digunakan (yang telah disterilkan)
• Timbang minuman sebanyak 10 gram.
• Masukkan sampel minuman ke dalam beaker glass yang berisi larutan KH2PO4
sebanyak 90ml.
• Siapkan 4 tabung reaksi, kemudian isi masing-masing tabung reaksi dengan 9ml
laruan NaCl.
• Ambil 1 ml sampel (dari sampel yang telah dimasukkan kelarutan (KH2PO4) lalu
masukkan ke dalam tabung reaksi pertama.
• Ambil 1 ml dari tabung reaksi pertama, lalu masukkan ke tabung reaksi kedua.
Ambil 1 ml dari tabung reaksi kedua, lalu masukkan ke tabung reaksi ketiga. Ambil 1 ml
dari tabung reaksi ketiga, lalu masukkan ke tabung reaksi keempat.
• Ambil 1 ml dari tabung reaksi pertama, lalu masukkan ke cawan petri. Kemudian
tambahkan larutan PCA secukupnya. Homogenkan dengan cara menggerakkan cawan
petri membentuk angka 8 atau 0 (lakukan pada tiap pengenceran).
• Diamkan selama 15 menit.
• Bungkus cawan petri dengan kertas coklat kemudian masukkan ke dalam inkubator
dalam keadaan terbalik.
• Atur suhu inkubator (37˚C).
• Hitung total koloni kuman setelah 1 x 24 jam.

J. Interpretasi Hasil Pemeriksaan


• Alat: Colony Counter
• Bahan: Sampel pada cawan petri yang telah dimasukkan ke dalam inkubator .
• Cara Kerja:
– Nyalakan Colony Counter.
– Letakkan cawan petri yang berisi sampel yang telah ditanamkan bakteri di dalamnya pada
Colony Counter.
– Gunakan pena pada Colony Counter untuk menghitung jumlah koloni kuman pada sampel.
– Hitung total koloni kuman dengan menggunakan rumus.
– Bandingkan hasil perhitungan total koloni kuman dengan standar total koloni kuman pada
minuman.
Materi ke 6 Sampah Padat

Materi pembahasan
a.    Sampah padat

Sampah padat adalah segala bahan buangan selain kotoran manusia, urine dan sampah
cair. Dapat berupa sampah rumah tangga: sampah dapur, sampah kebun, plastik, metal, gelas dan
lain-lain. Menurut bahannya sampah ini dikelompokkan menjadi sampah organik dan sampah
anorganik. Sampah organik Merupakan sampah yang berasal dari barang yang mengandung
bahan-bahan organik, seperti sisa-sisa sayuran, hewan, kertas, potongan-potongan kayu dari
peralatan rumah tangga, potongan-potongan ranting, rumput pada waktu pembersihan kebun dan
sebagainya.

b.    Sampah cair

Sampah cair adalah bahan cairan yang telah digunakan dan tidak diperlukan kembali dan
dibuang ke tempat pembuangan sampah.

    Limbah hitam: sampah cair yang dihasilkan dari toilet. Sampah ini mengandung patogen yang
berbahaya.

    Limbah rumah tangga: sampah cair yang dihasilkan dari dapur, kamar mandi dan tempat
cucian. Sampah ini mungkin mengandung patogen.

Berdasarkan sifatnya sampah dibagi menjadi dua yakni;

1. Sampah organik – dapat diurai (degradable), yaitu sampah yang mudah membusuk
seperti sisa makanan, sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya. Sampah ini dapat
diolah lebih lanjut menjadi kompos.
2. Sampah anorganik – tidak terurai (undegradable), Sampah Anorganik, yaitu sampah
yang tidak mudah membusuk, seperti plastik wadah pembungkus makanan, kertas,
plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu, dan sebagainya. Sampah ini
dapat dijadikan sampah komersil atau sampah yang laku dijual untuk dijadikan produk
laiannya. Beberapa sampah anorganik yang dapat dijual adalah plastik wadah
pembungkus makanan, botol dan gelas bekas minuman, kaleng, kaca, dan kertas, baik
kertas koran, HVS, maupun karton.

1.      Perencanaan Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel yang telah direncanakan dengan baik akan mendukung pelaksanaan
yang optimal. Dengan demikian pengambilan sampel merupakan tahap awal yang dilakukan
dalam penentuan kualitas air, yang akan menentukan hasil pekerjaan pada berikutnya. Secara
garis besar prosedur pengambilan sampel terdiri dari perencanaan, persiapan, pelaksanaan
pengambilan sampel serta Quality Asurance (QA) dan Quality Control (QC) pengambilan
sampel. Hal penting bagi pengambil sampel sebelum ke lapangan adalah menyusun perencanaan
dalam suatu dokumen yang membantu dalam setiap tahapan pengambilan sampel secara jelas
dan sistematik. Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam perencanaan pengambilan sampel
adalah :

a)      Menentukan tujuan pengambilan sampel;

b)     Menentukan alat pengambil sampel yang sesuai;

c)      Menentukan apakah pengambilan sampel harus sesuai dengan standar atau peraturan
tertentu;

d)     Menentukan metode analisis;

e)      Pemilihan teknik sampling dan menetukan apakah sampling dilakukan secara random atau
acak;

f)       Menentukan jumlah, volume dan jenis wadah sampel;

g)      Menentukan waktu, lokasi sampling dan jenis sampel;

h)     Menentukan frekuensi sampling;

i)       Menyiapkan pengendalian mutu;


j)       Menyiapkan dokumentasi (daftar periksa persiapan pengambilan sampel, formulir rekaman
dat pengambilan sampel, laporan pengambilan sampel).

2.      Persiapan Pengambilan Sampel

Persiapan yang harus dilakukan sebelum pengambilan sampel di lapangan adalah:

      Personel pengambil sampel

      Persiapan peralatan pengambil sampel

      Persiapan peralatan pengukuran di lapangan

      Persiapan peralatan pendukung

      Persiapan prosedur pengambilan sampel

      Persiapan wadah sampel

      Persiapan bahan pengawet, bila diperlukan

      Mengkalibrasi alat pengukur parameter lapangan

      Persiapan dokumentasi

      Persiapan pengendalian mutu lapangan

      Persiapan rekaman lapangan.

3.      Alat penelitian

      Seperangkat peralatan untuk pengambilan sampel sampah antara lain : pakaian lapangan
(wear pack, masker, sepatu booth, sarung tangan), keranjang sampah, kantong-kantong plastik
dan lembaran plastik.
      Timbangan, Timbangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk menimbang
sampel sampah.

      Seperangkat alat dan kemikalia untuk analisis proksimat sampel sampah (organik), dan
analisis kandungan logam berat (Pb dan Hg) pada sampah organik.

ü  Personil

Sampel harus diambil oleh personil yang memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai,
mendapatkan pelatihan pengambilan sampel, cukup pengalaman, dan mampu
mendemonstrasikan keahlian serta ketrampilannya. Apabila pengambilan sampel dilakukan oleh
personel pihak lain, misalnya pelanggan, pengawas atau penyidik dari instansi yang berwenang,
pihak laboratorium harus menyediakan prosedur atau instruksi yang terdokumentasi, dan hal-hal
lain yang diperlukan, seperti peralatan, wadah sampel dll.

ü Peralatan

Peralatan yang harus disiapkan sebelum melakukan pengambilan sampel terdiri dari : alat
pengambil sampel, alat ukur parameter lapangan dan wadah sampel.

a. Alat Pengambil Sampel

Alat pengambil sampel harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

- terbuat dari bahan yang tidak mempengaruhi sifat sampel sehingga bahan tersebut tidak
menyerap zat-zat kimia dari sampel, tidak melarutkan zat-zat kimia ke dalam sampel, dan
tidak bereaksi dengan sampel, (misal : alat pengambil sampel pengujian parameter
minyak dan lemak menggunakan wadah/gelas kaca);
- mudah dicuci dari bekas sampel sebelumnya;
- sampel mudah dipindahkan ke dalam botol penampung tanpa ada sisa bahan tersuspensi
di dalamnya;
- mudah dan aman dibawa;
- kapasitas alat tergantung dari tujuan pengujian.
b. Alat Ukur Parameter Lapangan

Peralatan pengukuran lapangan yang perlu dibawa pada saat sampling antara lain DO
meter, pH meter, turbidimeter, konduktimeter, termometer dan current meter.

ü Wadah Sampel

Persyaratan wadah penyimpan sampel, sebagai berikut :

- terbuat dari bahan gelas atau plastik polyethylene (PE) atau polypropylene (PP) atau
teflon (Poli Tetra Fluoro Etilen, PTFE);
- dapat ditutup dengan kuat dan rapat;
- bersih dan bebas kontaminan;
- tidak mudah pecah atau bocor;
- tidak berinteraksi dengan sampel.

Wadah sampel sebelum digunakan terlebih dahulu harus dibersihkan/dicuci dan tergantung dari jenis
sampel uji.

4.      Prosedur Pencucian Wadah Sampel

NO JENIS SAMPEL UJI PEMBERSIHAN


1 senyawa organik, ● cuci alat gelas, gelas vial dan tutupnya
mudah menguap dengan deterjen, bilas dengan air
(Volatile Organic kemudian dengan Aquabides lalu
Compound, VOC) keringkan dalam oven pada suhu 105C;
● setelah satu jam, keluarkan gelas vial
dan dinginkan pada suhu kamar (bila
memungkinkan dalam desikator) dalam
posisi terbalik di atas lembaran
aluminium foil;
● setelah dingin, tutup gelas vial.
2 senyawa organic ● cuci botol gelas dan tutupnya dengan
deterjen, bilas dengan air;
● masukkan 10 mL aseton ke dalam botol
dan rapatkan tutupnya, kocok botol
dengan baik agar aseton tersebar
merata dipermukaan dalam botol serta
mengenai lining teflon dalam tutup;
● buka tutup botol dan buang aseton.
Biarkan botol mengering, kemudian
kencangkan tutup botol agar tidak
terjadi kontaminasi baru.
3 logam total dan terlarut cuci botol gelas, polyetyllen dan tutupnya
dengan deterjen, bilas dengan air, asam nitrat
(HNO3) 1:1, Aquabides sebanyak 3 kali dan
keringkan pada suhu kamar, setelah kering
botol ditutup dengan rapat
4 BOD, COD dan nutrien ● cuci botol oksigen / botol Winkler dan
tutupnya dengan deterjen bebas fosfat,
bilas dengan air;
● cuci botol dengan asam klorida (HCl)
1:1 dan bilas dengan Aquabides
sebanyak 3 kali (pH netral) dan
keringkan, setelah kering tutup botol
dengan rapat
5 anorganik non-logam cuci botol dan tutup dengan deterjen, bilas
dengan air kemudian bilas dengan Aquabides
sebanyak 3 kali dan keringkan, setelah kering
tutup botol dengan rapat

Pengambilan Sampel disesuaikan dengan tujuan pengambilan sampel yaitu :


    Pengambilan Sampel Sesaat (Grab Sample) adalah sampel yang menunjukkan sifat sampel
pada saat diambil.

    Pengambilan Sampel Gabungan Waktu (Composite Time Sample) adalah campuran beberapa
sampel yang diambil pada titik yang sama pada waktu yang berbeda.

    Pengambilan Sampel Gabungan Tempat (Composite Place Sample) adalah campuran beberapa
sampel yang diambil dari beberapa titik tertentu dengan volume dan waktu yang sama.

    Pengambilan Sampel Terpadu (Integerated Sample) adalah campuran beberapa sampel
gabungan waktu dan tempat.

5.      Pengawetan Sampel

Pengawetan sampel meliputi perlakuan pendinginan, pengaturan pH, penambahan bahan


kimia untuk mengikat polutan yang akan dianalisis.

a)     Perlakuan pendinginan

Perlakuan pendinginan sampel dengan menggunakan dry ice dalam ice box pada suhu 4
°C ± 2 °C, kemudian wadah sampel ditutup rapat sehingga tidak ada pengaruh udara dari luar.

b)    Perlakuan pengaturan pH

Perlakuan pengaturan pH bertujuan untuk cross check penambahan bahan kimia sebagai
bahan pengawet pada sampel yang ditentukan berdasarkan parameter uji (sesuai persyaratan).

c)     Perlakuan penambahan bahan kimia

Perlakuan penambahan bahan kimia dilakukan setelah sampel diambil, untuk tetap
memelihara keutuhan dan memastikan tidak terkontaminasi, atau mencegah terjadinya
perubahan. Bahan kimia yang digunakan untuk pengawetan harus memenuhi persyaratan
parameter uji untuk analisis dan tidak mengganggu atau mengubah kadar zat yang akan di uji,
dengan tujuan menghambat aktivitas mikroorganisme dan mengurangi penguapan gas serta
bahan-bahan organik, yang dilakukan mulai dari lokasi pengambilan sampel sampai analisis di
laboratorium. Batas penyimpanan maksimum sampel tergantung pada karakteristik sampel, sifat
parameter uji dan teknik pengawetan.

Materi ke 7, pH, DO,, CO2 , Total organic mater, Ortofosfat,Alkalinitas

1. Derajat keasaman (pH)

pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat


keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia didefinisikan
sebagai kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut.
Derajat keasaman sering dikenal dengan istilah pH (puissance negative de H)
yaitu kepekatan ion-ion H (hydrogen) yang terlepas dalam suatu cairan. Ion
hidrogen bersifat asam. Air murni (H2O) berasosiasi secara sempurna sehingga
memiliki ion H+ dan ion H-
. Oleh karena itu, pH air murni memiliki nilai 7. Semakin tinggi konsentrasi ion
H+, maka ion OH-  akan semakin rendah, sehingga pH mencapai nilai < 7
(perairan asam). Sebaliknya, apabila konsentrasi ion OH- lebih tinggi
dibandingkan dengan konsentrasi ion H+, maka perairan tersebut sifatnya basa
karena memiliki nilai pH > 7.
Nilai pH pada banyak perairan alami berkisar antara 4 – 9, kehadiran CO2  dan
sifat basa yang kuat dari ion natrium, kalium dan kalsium dalam air laut cenderung
mengubah keadaan ini, sehingga air laut sedikit lebih basa berkisar antara 7,5 –
8,4.
sistem karbondioksida – asam karbonat – bikarbonat berfungsi sebagai buffer
yang dapat mempertahankan pH air laut dalam suatu kisaran yang sempit. pH air
mempengaruhi tingkat kesuburan perairan karena mempengaruhi kehidupan jasad
renik. Perairan asam akan kurang produktif, malah dapat membunuh hewan
budidaya.
Pada pH rendah kandungan oksigen terlarut akan berkurang, sebagai akibatnya
konsumsi oksigen menurun, aktifitas pernafasan menurun, aktifitas pernafasan naik
dan selera makan akan berkurang, hal sebaliknya terjadi pada suasana basa. Atas
dasar ini maka usaha budidaya perairan akan berhasil baik dalam air dengan pH
6,5 – 9,0 dengan kisaran optimal 7,5 – 8,7.
2. Oksigen terlarut (DO)

Oksigen sangat penting karena dibutuhkanolehorganisme perairan.


Kebutuhan akan oksigen terlarut bagi jenis dan stadium (fase) kehidupan ikan
berbeda-beda. Demikian pula dalam lingkungan yang sama,kebutuhan akan
oksigen berbeda-beda tergantung pada jenis ikannya. Pada umumnya kebutuhan
akan oksigen pada stadium dini lebih tinggi daripada stadium yang lanjut. Batas-
batas kritis bagi ikan sangat tergantung pada aklimatisasi dan faktor-faktor
lingkungan lainnya.

Oksigen terlarut diperlukan oleh hampir semua bentuk kehidupan akuatik


untuk proses pembakaran dalam tubuh. Beberapa bakteri dan binatang dapat hidup
tanpa O2  (anaerobik) sama sekali; lainnya dapat hidup dalam keadaan anaerobik
hanya sebentar, tetapi memerlukan penyediaan O2  yang berlimpah setiap saat.
Kebanyakan dapat hidup dalam keadaankandungan O2  yang rendah sekali, tapi
tak dapat hidup tanpa O2  sama sekali.

Keadaan oksigen dalam air sangat mempengaruhi kehidupan organisme,


baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan keadaan oksigen dalam
air sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adalah suhu.
Oksigen terlarut dalam air diperoleh dari:

1. Langsung dari udara.


Penyerapan oksigen dari udara dapat dengan melalui dua cara yaitu:
Dengan difusi langsung dari atmosfir (udara),
    Dengan melalui pergerakan air yang teratur seperti gerakan gelombang, air terjun
dan perputaran (rotasi) air.

2. Hasil fotosintesis dari tanaman berklorofil.


Aktivitas tanaman berklorofil melepaskano oksigen langsung ke dalam air melalui
fotosintesis).
Jumlah oksigen yang diperoleh dari hasil fotosintesis tumbuhan tergantung pada
dua faktor yaitu:
- Jumlah tanaman air dalam suatu perairan (konsentrasi fitoplankton dalam
air).
- Lamanya cahaya yang efektif diterima oleh tanaman air.
Pada dasarnya proses penurunan oksigen dalam air disebabkan oleh proses kimia,
fisika dan biologi yaitu:
∙ Proses pernafasan (respirasi) baik oleh hewan maupun tanaman.
∙ Proses penguraian (dekomposisi) bahan organik.
∙ Dasar perairan yang bersifat mereduksi.

Dasar perairan ini hanya dapat ditumbuhi oleh bakteri-bakteri anaerob saja, yang
dapat menimbulkan hasil pembongkaran yang bersifat mereduksi seperti metana,
asam sulfide dan sebagainya. Bila zat-zat yang berupa gas tersebut naik ke atas,
maka air yang dilaluinya melarutkan gas ini sambil melepaskan sebagian dari
oksigen yang dikandungnya. Akibatnya air makin kekurangan oksigen.

∙ Tingkat kejenuhan gas-gas dalam air sepertikarbondioksida.


∙ Proses penguapan(evaporasi) di musim panas.
∙ Peresapan air ke dalam tanah dasar perairan

 Kelarutan oksigen ke dalam air terutama dipengaruhi oleh faktor suhu.


Kelarutan gas oksigen pada suhu rendah relative lebih tinggi. Hubungan antara
suhu dengan kelarutan oksigen dalam air dapat pada tabel dibawah ini.

3. Karbondioksida bebas (CO2)

Karbon dioksida (rumus kimia: CO2) atau zat asam arang adalah


sejenis senyawa kimia yang terdiri dari dua atom oksigen yang terikat
secara kovalen dengan sebuah atom karbon.

Ia berbentuk gas pada keadaan temperatur dan tekanan standar dan hadir


diatmosfer bumi. Rata-rata konsentrasi karbon dioksida di atmosfer bumi kira-kira
387 ppm berdasarkan volume [1] walaupun jumlah ini bisa bervariasi tergantung
pada lokasi dan waktu.

Karbon dioksida adalah gas rumah kaca yang penting karena ia menyerap


gelombang inframerah dengan kuat.
Karbondioksida yang terdapat di dalam air dapat diperoleh dari:
∙ Difusi dari atmosfer secara langsung
∙ Air tanah yang melewati tanah organik
∙ Air hujan, air hujan yang jatuh ke permukaan bumi secara teoritis memiliki
kandungan karbondioksida sebesar 0,55 – 0,6 mg/l
∙ Hasil penguraian bahan organik di dasar perairan
∙ Dari hasil proses pernafasan (respirasi) hewan dan tumbuhan air,
∙ Hasil proses pemecahan/ penguraian senyawa-senyawa kimia.

Sebagaimana dengan faktorkimia lainnya, kelarutan karbondioksida ini


dipengaruhi oleh faktor suhu, pH dan senyawa karbondioksida. 

4. Total Organic Mater (TOM)

Bahan organik merupakan salah satu bentuk partikel (komponen) yang


terdapat di dalam air. Air di perairan umum seperti sungai dan danau yang diduga
hanya mengandung unsur organik, ternyata mengandung bahan organik dari jasad-
jasad dan detritus.

Bahan organik ini mengalami proses perombakan oleh bakteri nitrifikasi dan
menghasilkan beberapa komponen (unsur) seperti: Kalium permanganat adalah
suatu senyawa kimia anorganik dan obat-obatan. Sebagai obat senyawa ini
digunakan untuk membersihkan luka dan dermatitis.[2]

Senyawa ini memiliki rumus kimia KMnO4 dan merupakan garam yang


mengandung ion K+ dan MnO−4. Senyawa ini merupakan agen pengoksidasi kuat.
Ia larut dalam air menghasilkan larutan berwarna merah muda atau ungu yang
intens, penguapan larutan ini meinggalkan kristal prismatik berwarna keunguan-
hitam.[3] Di tahun 2000, produksi di seluruh dunia diperkirakan mencapai 30,000
ton.[4] Dalam senyawa ini, mangan memiliki bilangan oksidasi +7.

5.ortofosfat

ortofosfat (bahasa Inggris: orthophosphate, inorganic phosphate, Pi) atau


sering disebut gugus fosfat adalah sebuahion poliatomik atau radikal terdiri dari
satu atom fosforus dan empat oksigen. Dama bentuk ionik, dia membawa sebuah
-3 muatan formal, dan dinotasikan PO43
Fosfat adalah unsur dalam suatu batuan beku (apatit) atau sedimen dengan
kandungan fosfor ekonomis. Biasanya, kandungan fosfor dinyatakan sebagai bone
phosphate of lime (BPL) atau triphosphate of lime (TPL), atau berdasarkan
kandungan P2O5.
Fosfat apatit termasuk fosfat primer karena gugusan oksida fosfatnya
terdapat dalam mineral apatit (Ca10(PO4)6.F2) yang terbentuk selama proses
pembekuan magma. Kadang kadang, endapan fosfat berasosiasi dengan batuan
beku alkali kompleks, terutama karbonit kompleks dan sienit.
Fosfat komersil dari mineral apatit adalah kalsium fluo-fosfat dan kloro-
fosfat dan sebagian kecil wavellite, (fosfat aluminium hidros). Sumber lain dalam
jumlah sedikit berasal dari jenis slag, guano,crandallite
[CaAl3(PO4)2(OH)5.H2O], dan millisite (Na,K).CaAl6(PO4)4(OH)9.3H2O. Sifat
yang dimiliki adalah warna putih atau putih kehijauan, hijau, berat jenis 2,81-3,23,
dan kekerasan 5 H.
Fosfat adalah sumber utama unsur kalium dan nitrogen yang tidak larut
dalam air, tetapi dapat diolah untuk memperoleh produk fosfat dengan
menambahkan asam.
Fosfat dipasarkan dengan berbagai kandungan P2O5, antara 4-42 %.
Sementara itu, tingkat uji pupuk fosfat ditentukan oleh jumlah kandungan N
(nitrogen), P (fosfat atau P2O5), dan K (potas cair atau K2O). Fosfat sebagai
pupuk alam tidak cocok untuk tanaman pangan, karena tidak larut dalam air
sehingga sulit diserap oleh akar tanaman pangan. Fosfat untuk pupuk tanaman
pangan perlu diolah menjadi pupuk buatan

6. ALKALINITAS

Alkalinitas merupakan penyangga(buffer) perubahan pH air dan indikasi


kesuburan yang diukur dengan kandungan karbonat. Alkalinitas adalah kapasitas
air untuk menetralkan tambahan asam tanpa penurunan nilai pH larutan (Alaerts
dan Ir. S. Sumetri. S).
Alkalinitas mampu menetralisir keasaman di dalam air, Secara khusus
alkalinitas sering disebut sebagai besaran yang menunjukkan
kapasitas pembufferan dari ion bikarbonat, dan tahap tertentu ion karbonat
dan hidroksida dalam air. Ketiga ion tersebut dalam air akan bereaksi dengan ion
hydrogen sehingga menurunkan kemasaman dan menaikkan pH.
Alkalinitas optimal pada nilai 90-150 ppm. Alkalinitas rendah diatasi dengan
pengapuran dosis 5 ppm. Dan jenis kapur yang digunakan disesuaikan kondisi pH
air sehingga pengaruh pengapuran tidak membuat pH air tinggi, serta disesuaikan
dengan keperluan dan fungsinya.
Perbedaan antara basa tingkat tinggi dengan alkalinitas yang tingga adalah sebagai
berikut :

1. Tingkat basa tinggi ditunjukkan oleh pH tinggi;


2. Alkalinitas tinggi ditunjukkan dengan kemampuan menerima proton tinggi.
Alkalinitas berperan dalam menentukan kemampuan air untuk mendukung
pertumbuhan alga dan kehidupan air lainnya, hal ini dikarenakan :

1. Pengaruh system buffer dari alkalinitas;


2. Alkalinitas berfungsi sebagai reservoir untuk karbon organic. Sehingga
alkalinitas diukur sebagai factor kesuburan air. (Syafila, Mindriany).
DAFTAR PUSTAKA
S.Handari Suntoro dan Istriyati P.1983.Metode Pewarnaan (Histologi &
Histokimia).Jakarta:Penerbit Bharata Karya Aksara.
European Polymer Journal (Pergamon,US,12,EFGI,1965)
Materi ke 8 Limbah Cair

       Limba cair merupakan  salah satu jenis sampah Secara umum untuk


mengetahui jenis – jenis  limbah cair dapat  di klasifikasikan sebagai
berikut  : Human excreta ( fases dan urine ). Sewage (air limbah), Industrial
waste ( bahan buangan dari sisa proses idustri ) Sampah ( waste) adalah zat – zat
atau benda – benda yang sudah tidak bisa di pakai, baik  yang berasal dari rumah
maupun sisa – sisa proses industri. Perkembangan industri yang dewasa ini tidak
lain karena adanya penerapan kemajuan teknologi, oleh manusia guna
mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik. Di banyak kota di dunia, penggunaan
limbah cair , seperti di rumah tangga dan industri kebanyakan langsung di buang
ke badan-badan air utama tanpa di olah terlebih dahulu. zat kimia berbahaya yang
di gunakan di rumah tangga dan industri terkadang dapat memasuki lingkungan
akuatik sehingga mengakibatkan kerusakan pada ekosistem dan mencemari
persediaan air minum Contohnya, di Kota Bucharest di Rumania (berpenduduk 2
juta jiwa) tidak memiliki pabrik atau perusahaan pengolah limbah cair. Semua
limbah cair yang di hasilkan di buang ke sungai Danube. limbah kimia berbahaya
di industri sering di buang ke lahan yang penangganannya dan penyiapannya buruk
yang di sertai dengan sedikit atau tidak sama sekali tindakan pemisahan di antara
limbah-limbah yang beracun. hal itu sering mengakibatkan kontaminasi pada air
minum, tanah, dan udarah. pembuangan limbah cair seperti zat pewarna
ini  juga  dapat menjadi maslah khusus di beberapa Negara.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. PENGERTIAN TENTANG LIMBAH CAIR
Limba cair merupakan  salah satu jenis sampah. Sampah ( waste) adalah zat – zat
atau beda – benda yang sudah tidak bisa di pakai, baik  yang berasal dari rumah
maupun sisa – sisa proses industri.
Gambar limbah cair

2.2. EKSKRETA MANUSIA


Ekskreta manusia (human excreta yang terdiri atas feses dan urine) merupakan
hasil akhir dari proses yang berlangsung dalam tubuh manusia yang menyebabkan
pemisahan dan pebuangan zat-zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh. Zat – zat yang
tidak dibutuhkan tersebut berbentuk tinja dan air seni (urine). Di tinjau dari sudut
kesahan lingkungan, kedua jenis kotoran manusia ini dapat menjadi masalah yang
sangat penting. Pembuangan tinja secara layak merupakan kebutuhan kesehatan
yang paling di utamakan. Pembuangan tinja yang tidak baik dan sembarangan
dapat mengakibatkan  kontaminasi pada air, tanah, atau menjadi sumber infeksi,
dan akan mendatangkan bahaya bagi kesehatan, penyakit yang tergolong
waterborne disease akan mudah berjangkit. Ekskreate manusia merupakan sumber
infeksi dan juga merupakan penyebab terjadinya pencemaran lingkungan. Bahaya
terhadap kesehatan yang dapat ditimbulkan akibat pembuangan kotoran secara
tidak baik adalah pencemaran tanah, pencemaran air, kontaminasi makanan, dan
perkembangbiakan lalat, adapun penyakit-penyakit yang dapat terjadi antara lai,
tifoid, paratifoid, disentri, diare, kolera, penykit cacing, hepatitis viral dan
beberapa penyakit infeksi gastrointestinal, serta infestasi parasit. Namun
pembuangan kotoran manusia yang baik merupakan hal yang mendasar bagi
keserasian lingkungan. Kotoran manusia yang sakiy atau sebagai carrier kotoran
tersebut mengandung agens  penyakit yang dapat d tularkan pada penjamu baru
dengan perantara lalat.
a.       Komposisi tinja  terdiri atas : zat padat, zat cair , zat anorganik
b.      Kuantitas tinja di pengaruhi oleh beberapa faktor : keadaan setempat, faktor
fisiologi, kebudayaan, kepercayaan.
Dalam sehari, orang asia rata –rata mengeluarkan 200-400gram tinja, orang Eropa
mengeluarkan 100–150 gram tinja. Menurut Mc Donald, didaerah tropis
pengeluaran tinja berkisar antara 280-530 gram/orang/hari dan urine berkisar 600-
1,130 gram/orang/hari. Untuk mengurangi pencemaran karena tinja diperlukan
suatu cara pembuangan tinja yang memenuhi persyaratan sanitasi dan akan
memberikan manfaat secara langsung maupun tidak langsung. Manfaat langsung
adalah penurunan insidensi penyakit tifoid abdominalis, kolera, disentri basiler.
Ada pun manfaat tidak langsung adalah peningkatan kondisi kebersihan
lingkungan yang akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sehingga terjadi
penurunan insiden penyakit yang ditularkan melalui air tercemar atau penyakit
yang penyebab memiliki hubungan tidak langsung dengan air tercemar. Faktor –
faktor yang mempengaruhi transmisi penyakit dari tinja, anatar lain: agens
penyebab penyakit, reservoir, cara menghindar dari reservoir, cara transmisi dari
reservoir ke penjamu potensial, cara, penularan ke penjamu baru, penjamu yang
rentan (sensitf.). Berikut ini bebrapa faktor yang mempengaruhi ukuran jarak yang
amanan antara pembuangan kotoran manusia secara umum antara lain dibedakan
menjadi dua yaitu :
1.      metode unsewered area merupakan suatu cara pembauangan tinja  yang tidak
menggunakan saluran air dan tempat pengolahan air kotor. Didalam metode ini
terdapat beberapa pilihan cara antara:
-          Service type (conservansy system) : metode pengumpulan tinja dari ember –
ember khusus oleh manusia disebut service type dan kasusnya disebut service
latrines.
-           Non-service type of latrines (Sanitary latrines) : di dalam sistem ini terdapat
beberapa teknik : bore hole latrine, dug well latarine, water seal type of latrine,
septic tank, aqua privy (cubluk berair), chemical closet.
-          Latrines suitable for camps and temporary us : kakus ini di pakai untuk
kebutuhan sementara (perkemahan dan tempat pengungsian). Ada beberapa jenis
kakus di antaranya.: shallow  trench latrine, deep trench latrine.
2.      Sewere area  pada sistem limbah cair yang menerapkan water carriage system
atau sewerage system, pengumpulan dan pengangkutan eksreta dan air limbah dari
rumah, kawasan industri, dan perdagangan di lakukan melalui jaringan pipa
dibawah tanah yang disebut sewes ketempat pembuangan akhir yang biasanya
dibangun di ujung kota.  Terdapat dua tipe sistem sewered areas antara lain : sistem
akombinasi dan sistem terpisah. Cara pembuangan tinja mempergunakan sistem
saluran air (water carriage) dan pengolahan limbah (sewage treatment) merupakan
perwujudan sanitasi yang harus di penuhi dalam pembuangan tinja, persayaratan
sanitasi antara lain: tinja tidak mengotori permukaan tanah, tinja tidak mencemari
air tanah, tinja  tidak mengotori air permukaan, kotoran tidak boleh terbuka agar
tidak dapat di capai lalat atau binatang, Tinja tidak menyebarkan bau busuk dan
menggu estetika. Penerapan teknologi tepat guna : penggunaan mudah, konstuksi
murah, pemeliharaan mudah. Water carriage system :

-          Sistem pipa banguna ( household sanitary fittings) : water closet, urinal, wash
basin
-          Saluran pipa pembangunan dari  rumah (house sewers)

-          Pipa pembuangan di jalan (street sewer)


-          Peralatan saluran (sewers appurtenance)
Gambar Ekskreta manusia
2.3.  TEORI AIR LIMBAH
a.              Menurut Azwar (1989), air limbah adalah air yang tidak bersih dan
mengandung berbagai zat yang membahayakan kehidupan manusia atau hewan
serta tumbuhan, merupakan kegiatan manusia seperti, limbah industri dan limbah
rumah tangga.
b.              Menurut Notoatmodjo (2003), air limbah atau air buangan adalah sisa air
yang dibuang yang berasal dari rumah tangga, industri maupun tempattempat
umum lainnya, dan pada umumnya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang
dapat membahayakan bagi kesehatan manusia serta mengganggu lingkungan
hidup.
c.               Pengertian lain menyebutkan bahwa air limbah adalah kombinasi dari
cairan dan sampah cair yang berasal dari daerah pemukiman, perdagangan,
perkantoran dan industri, bersama-sama dengan air tanah, air permukaan dan air
hujan yang mungkin ada.
d.             Menurut Sugiharto (2005), air limbah (wastewater) adalah kotoran dari
manusia dan rumah tangga serta berasal dari industri, atau air permukaan serta
buangan lainnya. Dengan demikian air buangan ini merupakan hal yang bersifat
kotoran umum.
e.              Berdasarkan sumber penghasilnya, air limbah berasal dari berbagai jenis
kegiatan seperti perumahan, industri, pertanian dan perkebunan. Jenis polutan yang
dihasilkan oleh industri tergantung pada jenis industrinya sendiri, bahan baku,
proses industri, bahan bakar, sistem pengelolaan limbah cair yang digunakan
(Mukono, 2006).
f.              Sebagai patokan dapat dipergunakan acuan bahwa 85-95% dari jumlah air
yang dipergunakan menjadi air limbah apabila industri tersebut tidak menggunakan
kembali air limbah tersebut (Sugiharto, 2005).
g.             Sedangkan pada kegiatan industri, jenis dan sumber limbah yang dihasilkan
oleh industri sebagai berikut (Setiadi, 2003):
-          Industri makanan, diantaranya industri pengalengan, permen, bir, susu dan
keju, pemrosesan produk pertanian, pemrosesan daging. Limbahnya merupakan
senyawa organik dalam bentuk suspensi, koloid dan larutan.
-          Industri logam dan pertambangan. Volume limbahnya besar dan mengandung
banyak padatan tersuspensi.
-          Industri pemrosesan bahan bakar, seperti oil refinery, gas reforming.
Limbahnya bersifat toksik.
-          Industri kimia, seperti industri pupuk, logam berat, pestisida dan farmasi.
Limbahnya bersifat toksik
-          Industri elektroplating dan engineering works. Limbahnya bersifat toksik.
-          Industri tekstil, penyamakan kulit dan kertas. Limbahnya berupa zat organik.
-          Pengolahan air limbah industri bertujuan untuk mengurangi dampak negatif
terhadap lingkungan dilakukan dengan mengurangi jumlah dan kekuatan air
limbah industri sebelum dibuang ke perairan penerima.Tingkat pengurangan yang
diperlukan dapat diperkirakan berdasarkan data karakteristik air limbah dan
persyaratan baku mutu lingkungan yang berlaku.
h.             Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No : 82 tahun 2001, baku mutu air
limbah adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar yang ditenggang
keberadaannya dalam air limbah yang akan dibuang atau dilepas ke dalam sumber
air dari suatu usaha atau kegiatan
2.4. AIR LIMBAH
Menurut Ehless dan Steel, air limbah adalah cairan buangan yang berasal dari
rumah tangga, industri, dan tempat-tempat umum dan biasanya mengandung
bahan-bahan atau zat yang dapat membahayakan kehidupan manusia serta
mengganggu kelestarian lingkungan.
1.      Sumber air limbah berasal dari berbagai sumber antara lain :
-          Rumah tangga : bekas cucian, bakas mandi, bekas memasak
-          Perkotaan : air limbah perkantoran, perdagangan, selokan, dan tempat-tempat
ibadah.
-          Industri : air limbah dari pabrik baja, tinta, cat, dan pabrik karet
2.      Karakteristik air limbah:
-          Karakteristik fisik : air limbah terdiri dari 99,9% air, kandungan bahan
padatnya mencapai 0,1%, dalam bentuk suspense padat ( suspended solid) yang
volumenya bervariasi antara 100-500 mg/l.
-          Karakteristik kimia: air limbah bercampur dengan zat kimia anorganik yang
berasal dari air bersih dan zat oraganik dari limbah itu sendiri.
-          Karakteristik bakteriologis : bakteri patogen yang terdapat dalam air limbah
biasanya termasuk golongan E.coli
3.      Parameter air limbah :
-          Kandungan zat padat ( total solid, suspending solid, dissolved solid,)
-          Kandungan zat organik
-          Kandungan zat anorganik ( P,Pb,Cd, Mg)
-          Kandungan gas ( o2, N, CO2)
-          Kandungan bakteri ( E.coli)
-          Kandungan Ph
-          Suhu.
4.      Dampak pembuangan air limbah yang tidak menjalani pengolahan yang benar
tentunya dapat menimbulkan dampak yang tidak diinginkan  antara lain:
-          Kontaminasi dan pencemaran pada air permukaan dan badan-badan air yang
digunakan oleh menusia
-          Menganggu kehidupan dalam air; mematikan hewan dan tumbuhan air
-          Menimbulkan bau ( sebagai hasil dekomposisi zat anaerobic dan zat
anorganik )
-          Menghasilkan lumpur yang dapat mengakibatkan pendangkalan air sehingga
terjadi penyumbatan yang dapat menimbulkan banjir.
5.      Pengelolaan air limbah sebelum dilepas ke pembuangan air harus menjalani
pengolahan terlebih dahulu. Tujuan dari pengelolaan air limbah antara lain :
-          Mencegah pencemaran pada sumber air rumah tangga
-          Melindungi hewan dan tanaman yang hidup di dalam air
-          Menghindari
-          Menghilangkan tempat berkembang biaknya bibit dan vektor penyakit.
6.      Sistem pengelolaan air limbah yang diterapkan harus memenuhi persyaratan :
-          Tidak mengakibatkan kontaminasi terhadap sumber –sumber air minum
-          Tidak mengakibatkan pencemaran air permukaan
-          Tidak menimbulkan pencemaran pada flora dan fauna yang hidup di air di
dalam penggunaanya sehari-hari
-          Tidak dihinggapo oleh vektor atau serangga yang menyebabkan penyakit
-          Tidak terbuka dan harus tertutup
-          Tidak menimbulkan bau atau aroma tidak sedap
7.      Adapun metode yang digunakan untuk mengelolah air limbah anataranya:
-          Pengenceran ( disposal by dilution )
-          Cesspool
-          Sumur resapan ( seepage pit )
-          Septic tank
-          Sistem riool ( Sewage )
8.      cara lain pengolahan air limbah :
-          Dilution ( pengenceran
-          Irrigation
-          Self purification (kolam oksidasi)
-          Pengolahan air limbah secara primer dan sekunder
-           Purifikasi air limbah

Gambar air limbah

2.5. AIR LIMBAH RUMAH TANGGA


Air limbah rumah tangga (sullage) adalah air limbah yang tidak mengandung
ekskreta manusia dan dapat berasal dari buangan kamar mandi, dapur, air cuci,
pakaian, dan lain – lain yang mengandung mikroorganisme patogen.
5 cara pembuangan air limbah air rumah tangga yaitu :
-          Pembungan umum , melalui tempat penampungan air limbah yang terletak
dihalaman
-          Digunakan untuk menyiram tanaman dikebun
-          Dibuang kelapangan peresapan
-          Dialirkan kesaluran terbuka
-          Dialirkan kesaluran tertutup atau selokan
Gambar limbah rumah tangga

2.6. LIMBAH INDUSTRI
Limbah industry ( industrial waste ) yang berbentuk cair dapat berasal dari pabrik
yang biasanya banyak menggunakan air pada proses produksinya, limbah cair juga
dapat berasal dari bahan baku yang mengandung air sehingga didalam proses
pengolahanny, air harus dibuang.
Gambar limbah cair industri

1.      Sifat-sifat limbah cair


a.       Karakteristik fisik :
-          Padat  berasal dari bahan organik maupun anorganik baik yang larut,
mengendap maupun yang berbentuk suspensi.
-          Kekeruhan menunjukan sifat optis air yang menyebabkan pembiasan cahaya
kedalam air.
-          Bau timbul karena adanya kegiatan mikroorganisme yang menguraikan zat
organic untuk menghasilkan gas tertentu. Bau timbul karena reaksi kimia yang
menimbulkan gas.
-          Temperatur air akan memengaruhi badan penerima apabila terdapat perbedaan
suhu yang cukup besar. Temperature juga dapat memengaruhi kecepatan reaksi
kimia serta tata kehidupan dalam air.
-          Daya hantar gas listrik merupakan kemampuan air untuk mengalirkan arus
listrik, yang tercermin dari kadar padatan total dalam air dan suhu pada
pengukuran
-          Warna timbul akibat  terdapatnya suatu bahan terlarut atau tersuspensi dalam
air, selain bahan pewarna tertentu yang mengandung logam berat Karakteristik
kimia.
b.       Bahan kimia organik
-          Karbohidrat dan protein, minyak dan lemak , pestisida, fenol ,zat warna dan
surfakan
-          Bahan kimia anorganik : Klorida, fosfor, logam berat dan bercun, nitrogen, dan
sulful
-          Karakteristik biologi : Virus
2.      Pengeloaan Limbah Cair  Industri
Pengeloaan limbah cair industri dapat dibagi menjadi dua, pengeloaan menurut
tingkat perlakuan dan pengolahan menurut karakteristiknya.
a.       Pengeloaan Berdasarkan Tingkat Perlakuan
Pengeloaan limbah dapat di golongkan menjadi 5 tingkatan, namun tidak berarti
semua tingkatan harus dilalui karena pilihan tingkatan proses tetap bergantung
pada kondisi limbah yang diketahui dari hasil pemeriksaan laboratorium. Dengan
mengetahui jenis – jenis parameter dalam limbah , dapat di tetapkan jenis peralatan
yang dibutuhkan. Berikut beberapa tahapan pengelolaan air limbah :
-          Prapengolahan ( pretreatment )  : Pada tahap ini, saringan kasar yang tidak
mudah berkarat dan berukuran kurang lebih 30 X 30 cm untuk debit air 100m
persegi/ jam sudah cukup baik. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, saringan
dapat dipasang secara seri dua atau tiga saringan.
-          Pengolahan primer (primary treatmen) : Pada tahap ini dilakukan penyaringan
terhadap padatan halus atau zat warna terlarut maupun tersuspensi yang tidak
terjaring pada penyaringan terdahulu. Pengolahan secara kimia dilakukan dengan
cara mengendapkan bahan padat melalui penambahan zat kimia. Pengolaan secara
fisika dilakukan melalui pengendapan maupun pengapungan yang ditunjukan
untuk bahan kasar yang terkandung dalam air limbah.
-          Pengolahan ekunder  ( secondary treatment ):Tahap ini melibatkan proses
biologi yang bertujuan untuk menghilangkan bahan bahan organik melalui proses
oksidasi biokimia.
-          Pengolahan tersier ( tertiary treatment ): Merupakan tahap pengolahan tingkat
lanjut yang ditujukan terutama untuk menghilangkan senyawa organic maupun
anorganik.
b.      Pengolahan berdasarkan karakteristik
-         Proses fisik: penghancuran, peratanan air, penggumpalan,sedimentasi
pengapungan ,filtrasi
-          Proses kimia : pengendapan dengan bahan kimia, pengolahan dengan lagoon
atau kolam, netralisasi, penggumpalan atau koagulasi, sedimantasi, oksidasi dan
reduksi, klorinasi, penghilangan klor, pembuangan fenol , pembuangan sulfur
-       Proses biologis : kolam oksidasi, lumpur aktif, trickling  filter, fakultatif
-       Proses fisika kimia biologi
-       Pengolaham tingkat lanjut

Gambar Pengolahan limbar cair industri

2.7.  METODE  UJI KUALITAS AIR


Kualitas air mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan air yang dipelihara.
Karena itu, kualitas air didalam sebuah wadah. Sebagai faktor internal bila air telah
berada disebuah wadah kualitas air dapat di kendalikan. Agar pengendalian
perubahan kualitas air yang segera dilakukan tidak meleset ( tepat ), maka
parameter yang berubah harus diketahui. Berikut ini dikemukakan beberapa
metode uji kualitas air yang umum dilakukan :
1.      Oksigen
Ada dua metode yang digunakan untuk menetukan oksigen terlarut yang dapat di
andalkan, yaitu metode winkler atau metode titrasi atau disebut juga metode
iodometri dan metode elektrometris (DO meter). Metode winkler berdasarkan sifat
oksidasi oleh oksigen yang terlarut dan elektrometris berdasarkan jumlah okesigen
yang berdifusi melewati membrane.

2.      Derajat keasaman
Pengukuran pH umumnya dilakukan degan kertas pH atau ph water tester. Alat
lain yang dapat digunakan adalah Aquamates atau pH meter. Untuk penggunaan
aquamates, maka prosedurnya seperti pada pengukuran oksigen. Sedangkan untuk
pengkalibrasian dimulai dengan membuka tutup pH elektroda (karet banh hitam)
pada ujung elektroda dan geserlah karet ban putih (transparan) yang menutupi
lubang pada bagian badan elektroda hingga lubang kecil tersebut
terlihat.  Sementara bila pengukuran pH dilakukan dilapangan  dengan
menggunakan pH meter, maka langka-langkahnya sebagai berikut : ambil air
sampel pada lapisan bagian bawah. Ukurlah suhu air tersebut, lalu atur pula
pengaturan suhu yang terdapat pada bodi sesuai dengan suhu air sampel tersebut.
Kemudian celupan elektroda kedalam air sampel dan jarum akan bergerak
menunjukan nilai pH air yang sedang diukur.
3.      Kecerahan
Kemampuan cahaya matahari untuk menembus sampai kedasar perairan
dipengaruhi oleh kekeruhan (turbidity) air. Kekeruhan disebabkan zat –zat yang
tersuspensi, lumpur, senyawa oreganik dan anorganik serta plankton dan organism
mikroskopik lainnya.
4.      Suhu
Pengukuruan suhu umumnya dilakukan dengan termometer. Cara lain dengan
menggunakan DO meter, SCT-meter atau aqumete test. Untuk mengukur suhu
dengan aqumete test, prosedurnya tidak berbeda dengan pengukuan oksigen, pH
dan kecerahan.
5.      Warna air diamati karena ada hubungannya dengan kualitas air. Bila air coklat
kehitaman  biasanya sudah tercemar oleh pakan yang membusuk kevdan
dipastikan kandungan ammonianya tinnggi. Ada empat metode yang sering
digunakan untuk menetukan warna air,  yaitu cara perbandingan visual,
spetrofotometri, tristimulus filter dan ADMI ( American Dye Manfacturers
Institute

BAB III
PENUTUP

3.1.KESIMPULAN
Limba cair merupakan  salah satu jenis sampah  di klasifikasikan  limba cair antara
lain: Human excreta ( fases dan urine ) ,Sewage (air limbah), Industrial
waste ( bahan buangan dari sisa proses idustri ). Ekskreta manusia (human excreta
yang terdiri atas feses dan urine) merupakan hasil akhir dari proses yang
berlangsung dalam tubuh manusia yang menyebabkan pemisahan dan pebuangan
zat-zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh. Zat – zat yang tidak dibutuhkan tersebut
berbentuk tinja dan air seni (urine). Komposisi tinja  terdiri atas : zat padat, zat cair
, zat anorganik  dan Kuantitas tinja di pengaruhi oleh beberapa faktor : keadaan
setempat, faktor fisiologi, kebudayaan, kepercayaan. pembuangan kotoran manusia
secara umum dibedakan  menjadi unsewered area , Sewere area , Water carriage
system. Adapun menurut Azwar (1989), air limbah adalah air yang tidak bersih
dan mengandung berbagai zat yang membahayakan kehidupan manusia atau
hewan serta tumbuhan, merupakan kegiatan manusia seperti, limbah industri dan
limbah rumah tangga. Sumber – sumber air limbah antara lain di rumah tangga dan
perkotaan.Sistem pengelolaan air limbah yang diterapkan harus memenuhi
persyaratan : Tidak mengakibatkan kontaminasi terhadap sumber –sumber air
minum, Tidak mengakibatkan pencemaran air permukaanTidak menimbulkan
pencemaran pada flora dan fauna yang hidup di air di dalam penggunaanya sehari-
hari, Tidak dihinggapo oleh vektor atau serangga yang menyebabkan penyakit,
Tidak terbuka dan harus tertutup, Tidak menimbulkan bau atau aroma tidak sedap.
Air limbah rumah tangga (sullage) adalah air limbah yang tidak mengandung
ekskreta manusia dan dapat berasal dari buangan kamar mandi, dapur, air cuci,
pakaian, dan lain – lain yang mengandung mikroorganisme patogen. Lima cara
pembuangan air limbah air rumah tangga yaitu : Pembungan umum , melalui
tempat penampungan air limbah yang terletak dihalaman, digunakan untuk
menyiram tanaman dikebun, dibuang kelapangan peresapan, dialirkan kesaluran
terbuka, dialirkan kesaluran tertutup atau selokan. Limbah industry ( industrial
waste ) yang berbentuk cair dapat berasal dari pabrik yang biasanya banyak
menggunakan air pada proses produksinya, limbah cair juga dapat berasal dari
bahan baku yang mengandung air sehingga didalam proses pengolahanny, air harus
dibuang. Pengeloaan limbah cair industri di bagi menjadi dua, pengoloaan menurut
tingkat perlakuan dan pengolahan menurut karakteristiknya. Dan cada beberapa
metod untuk menguji kualitas air diantaranya : Oksigen, derajat keasaman,
keasaman, suhu, dan warna air.

3.2.SARAN
Sebaiknya sisa-sisa kotoran dari rumah atau dari proses industri jangan di buang
sembarangan agar tidak mencemari lingkungan dan tidak menyebabkan
kontaminasi pada air, tanah dan udarah. Karena degan kita tau mengolah limbah
cair kita dapat menjaga lingkungan dengan kita menjaga kelestaraian lingkungan
dengan begitu   kita juga menjaga  diri kita sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi,UF.Health preventive of the Indor air pollution associated


With the household use the of energy and the need for further
Research in Indonesia. Proceeding for international consultation
Meeting 0n environmental andoccupational epidemic,WHO.
Geneva,june 2-4,1991.

Chandra, budiman, pengantar kesehatn lingkungan , Jakarta :


penerbit buku kedokteran, 2012
K Kordi, H,Ghufran.M, Tancung, Baso Andi, Pengelolaan Kualitas Air
dalam budidaya perairan, Jakarta : penerbit PT Rineka Cipta, 2007

Bahaya bahan kimia pada kesehatan manusia dan lingkungan, Jakarta :


buku kedokteran, 2006

lwww.Indonesian-Publickhealth.com

Materi ke 9. Parameter pencemaran Udara

PARAMETER PENCEMARAN UDARA

A. Pencemaran Udara
Udara merupakan factor yang penting dalam kehidupan, namun dengan meningkatnya
pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara telah mengalami perubahan.
Udara yang dulunya segar, kini kering dan kotor. Perubahan lingkungan udara pada umumnya
disebabkan pencemaran udara, yaitu masuknya zat pencemar (berbentuk gas-gas dan partakel
kecil/aerosol) ke dalam udara. Masuknya zat pencemar ke dalam udara dapat secara alamiah,
misalnya asap kebakaran hutan, akibat gunung berapi, debu meteorit dan pancaran garam dari
laut; juga sebagian besar disebabkan oleh kegiatan manusia, misalnya akibat aktivitas
transportasi, indusrti, pembuangan sampah, baik akibat proses dekomposisi ataupun pembakaran
serta kegiatan rumah tangga.
Berdasarkan protokol Kyoto, enam parameter pencemar udara yang utama adalah gas
karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), nitrogen oksida (NOx), sulfur dioksida
(SO2), Total Suspended Particulate (TSP), dan hidrokarbon. Dampak yang ditimbulkan oleh
keenam parameter pencemar udara tersebut adalah sebagai berikut.
1. Karbon monoksida (CO)
a. Dampak terhadap kesehatan manusia
CO dapat engurangi kemampuan darah untuk membawa oksigen, karena CO lebih reaktif
dengan hemoglobin dalam darah dibandingkan dengan oksigen. Hal ini dapat menurunkan suplai
O2 ke organ-organ tubuh. Bagi orang-orang yang memiliki masalah dengan jantung lemah,
menghirup CO akan mengakibatkan timbulnya kemampuan beradaptasi dengan sedikitnya O2 yg
masuk sehingga kinerja tubuh akan menurun. Selain itu, akan timbul penyakit myocardical
schemia, yang akan berujung kepada kematian. Bagi orang yang kesehatannya normal, dampak
dari inhalasi CO akan timbul saat konsentrasi CO dalam darah sudah tinggi. Dampak yang
mungkin terjadi adalah berkurangnya kapasitas kerja, berkurangnya kecekatan, turunnya
kemampuan belajar, dan kesulitan mengerjakan hal kompleks. Berdasarkan dampaknya terhadap
kesehatan, EPA menetapkan standar CO dalam Health Based National Air Quality Standard
sebesar 9 ppm, apabila diukur pada konsentrasi maksimum 8 jam dalam sehari.

b. Dampak terhadap kosistem dan lingkungan


CO termasuk gas rumah kaca lemah, sehingga secara langsung CO hanya berdampak
kecil kepada pemanasan global. Akan tetapi, dampak tidak langsung yang ditimbulkannya cukup
besar, karena keberadaannya mempengaruhi konsentrasi gas rumah kaca lain, seperti CH4,
O3 troposferik (smog), dan CO2.
c. Dampak terhadap hewan
Dampak pencemaran karbon monoksida (CO) terhadap hewan adalah jika terhisap ke
dalam paru-paru, gas CO akan ikut peredaran darah dan akan menghalangi masuknya oksigen
yang dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini dapat terjadi karena gas CO bersifat racun metabolis, yaitu
racun yang ikut bereaksi secara metabolis dengan arah. Seperti oksigen, karbon monoksida
mudah bereaksi dengan darah (hemoglobin).
Ternyata ikatan karbon monoksida dengan darah atau karboksihemoglobin jauh lebih
stabil daripada ikatan oksigen dengan darah (oksihemoglobin). Kestabilan karboksihemoglobin
kira-kira 140 kali kestabilan oksihemoglobin. Keadaan ini menyebabkan darah menjadi lebih
mudah menangkap CO dan menyebabkan fungsi vital darah sebagai pengangkut oksigen
terganggu.
Dalam keadaan normal hemoglobin berfungsi sebagai pembawa atau pengangkut oksigen
dalam bentuk oksihemoglobin dari paru-paru untuk dibagikan ke sel-sel tubuh yang
memerlukannya. Selain itu hemoglobin juga berfungsi mengambil gas CO2 hasil pembakaran di
dalam tubuh (dari sel-sel) dalam bentuk karboksi hemoglobin untuk dibuang keluar melalui paru-
paru.
Keracunan gas CO dapat ditandai dari keadaan ringan seperti pusing, sakit kepala, dan
mual. Keadaan yang lebih berat dapat berupa menurunnya kemampuan gerak tubuh, gangguan
pada sistem kardiovaskuler, serangan jantung, bahkan kematian.
Konsentrasi gas CO di udara secara langsung akan mempengaruhi konsentrasi
karboksihemoglobin. Bila konsentrasi gas CO di udara tetap maka konsentrasi
karboksihemoglobin di dalam darah akan mencapai keseimbangan tertentu dan akan tetap
bertahan selama tidak ada perubahan pada konsentrasi CO di udara.
d. Dampak terhadap tumbuhan
Pengaruh CO terhadap tanaman sebesar 100 ppm tidak memberikan pengaruh yang nyata
pada tanaman tingkat tinggi. Pada paparan CO sebesar 2000 ppm selama 35 jam dapat
menghambat kemampuan bakteri untuk memfiksasi nitrogen.

e. Dampak terhadap material


Pada material, dampak pencemaran udara oleh CO adalah mennghitamnya benda-benda
pada daerah yang tercemar oleh CO.
 
2. Karbon dioksida (CO2)
a. Dampak terhadap kesehatan manusia
Inhalasi CO2 dapat menimbulkan hypercapnia (tingginya kadar CO2 dalam darah), yang
pada akhirnya akan berdampak pada timbulnya asidosis. Asidosis ini baru menimbulkan dampak
saat konsentrasi >15000 ppm. Ciri-ciri asidosis adalah sakit kepala, mual, dan gangguan visual.
b. Dampak terhadap ekosistem dan lingkungan
CO2 termasuk gas rumah kaca utama, sehingga keberadaannya di atmosfer dapat meningkatkan
efek rumah kaca secara cukup signifikan, sehingga dapat dikatakan bahwa CO2 berperan besar
dalam menimbulkan global warming.
c. Dampak terhadap hewan
Dampak pencemaran karbon dioksida yaitu dapat menimbulkan efek sistematik, karena
meracuni tubuh dengan cara pengikatan hemoglobin yang amat vital bagi oksigenasi jaringan
tubuh akaibatnya apabila otak kekurangan oksigen dapat menimbulkan kematian. Dalam jumlah
kecil dapat menimbulkan gangguan berfikir, gerakan otot, gangguan jantung.
d. Dampak terhadap tumbuhan
Peningkatan kosentrasi CO2 di atmosfer sudah terjadi sejak beberapa ratus tahun yang
lalu, namun lajunya mengalami peningkatan yang sangat tinggi dalam beberapa decade terakhir.
Hal ini memicu terjadinya adaptasi tanaman terhadap perubahan karakteristik dalam tubuhnya.
Sebuah pengamatan dengan menggunakan mikroskop elektron menunjukkan adanya penipisan
pada dinding bundle seath cell pada tanaman yang ditanam pada kosentrasi CO2 700 μl l-1
dibandingkan dengan tanaman yang ditanam pada kosentrasi 350 μl l-1. Hal ini diakibatkan oleh
penurunan jumlah suberin pada dinding sel dan menyebabkan terjadinya peningkatan
permeabilitas bundle seath cell terhadap CO2. Sedangkan peningkatan kosentrasi CO2 tidak
menunjukkan perubahan nyata pada jumlah stomata serta panjang sel penjaga (Walting et. al.,
2000).
Respon tanaman terhadap peningkatan gas CO2 di atmosfer berbeda-beda tergantung dari
jenis tanaman serta kombinasi faktor-faktor pertumbuhan yang lain. Secara umum, hasil tanaman
dipengaruhi oleh proses-proses penting seperti fotosintesis dan respirasi yang sangat tergantung
dengan kondisi CO2 di udara. Perubahan terhadap kosentrasi CO2 udara akan berpengaruh
terhadap proses-proses tersebut sebagai suatu bentuk adaptasi tanaman. Berbagai penelitian
untuk menunjukkan bahwa respon terhadap peningkatan kosentrasi CO2 udara terjadi mulai dari
perubahan anatomi hingga proses fisiologis tanaman.
Luas daun kacang tanah meningkat ketika ditanam pada kandungan CO2 yang tinggi
(800 μmol) pada suhu 25/15 derajat celcius dibandingkan dengan tanaman yang ditanam pada
lingkungan dengan kandungan CO2 sebesar 400μ mol, namun demikian kondisi tersebut tidak
terjadi pada suhu yang lebih tinggi (Pilumwong et. al., 2007)
e. Dampak terhadap material
Dalam produksi gas dan minyak, CO2 selain H2S merupakan salah satu factor utama
penyebab korosi. Gas ini tidak bersifat korosif jika berada dalam keadaan kering dan tidak
terlarut dalam air. Jika terlarut dalam air gas ini akan membentuk suatu asam lemah
H2CO3 yang bersifat korosif.
Laju korosi pada korosi CO2 ditentukan oleh sifat lapisan produk korosi yang terbentuk
pada permukaan logam. Jika lapisan terbentuk pada keadaan yang sesuai maka akan terbentuk
lapisan protektif yang dapat menurunkan laju korosi.
 
3. Nitrogen Oksida (NOx)
a. Dampak terhadap kesehatan manusia
Gas NO2 dapat menimbulkan dampak jangka pendek berupa radang saluran pernapasan
pada orang sehat. Sementara, dampak spesifik NO2 pada pengidap asma adalah peningkatan
gejala penyakit respiratori. NOx juga dapat bereaksi denganvolatile organic carbon (VOC)
membentuk smog, yang akan menimbulkan dampak berupa penurunan fungsi paru-paru dan
kerusakan jaringan paru-paru.
b. Dampak terhadap ekosistem dan lingkungan
NOx dapat bereaksi dengan SO2 di atmosfer dan membentuk hujan asam. Bagi
lingkungan, hujan asam dapat menurunkan pH badan air, sehingga kondisi badan air tidak
mendukung kehidupan beberapa biota air. Selain itu, hujan asam dapat merusak bangunan dan
fasilitas umum

c. Dampak terhadap hewan


Terjadinya emisi zat-zat pencemar ke atmosfer (udara) seperti partikulat, NOx, SO2, HF,
dan lain-lain yang kemudian berinteraksi dengan tumbuhan dan perairan beik melalui proses
pengendapan ataupun penempelan, akan berpengaruh langsung terhadap vegetasi dan biota
perairan hingga dapat menjalar pada hewan-hewan melalui ranntai makanan yang telah
terkontaminasi zat pencemar terseebut.
Pengaruh Oksida Nitrogen (NOx) pada dosis tinggi terhadap hewan berupa terjadinya
gejala paralisis sistem syaraf dan konvulusi, dari hasil penelitian ditunjukkan bahwa pemaparan
NO dengan dosis 2500 ppm terhadap tikus akan berpengaruh kehilangan kesadaran 6-7 menit,
bila pemaparan terjadi selama 12 menit, maka tikus tersebut akan mati. Begitu pula pengaruh
NO2 terhadap hewan, NO2 yang bersifat racun, pada konsentrasi lebih dari 100 ppm akan
bersifat lethal terhadap kebanyakan hewan dan 90% kematian tersebut disebabkan oleh gejala
edema pulmonary. NO2 pada konsentrasi 800 ppm akan berakibat kematian 100 %.
d. Dampak terhadap tumbuhan
Selain mempengaruhi ekosistem perairan, peningkatan jumlah nitrogen yang terserap
dalam tanah akibat adanya hujan asam juga dapat mengakibatkan ketidakseimbangan nutrisi di
dalam tanah. Gejala ini menyebabkan terjadinya pencucian mineral, seperti Ca, Mg, dan K, yang
merupakan mineral utama bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Mineral tersebut
digantikan oleh logam berat seperti Al, yang justru menghambat pertumbuhan akar dan
menghambat penyerapan air. Tanaman kemudian mulai mati, karena kekurangan air. Adanya
pelapukan dalam batang menandakan terjadinya kerusakan sistem transportasi air pada tanaman.
Akibatnya produktivitas tumbuhan menurun dan menghilangkan keragaman hayati karena hanya
sepesies tertentu saja yang dapat bertahan. Pada tumbuhan Nitrogen dioksida (NO2)
menimbulkan kerusakan jaringan sel mesofil. Kerusakan ditandai oleh adanya bercak warna
putih atau coklat pada permukaan daun. Kebutuhan nitrogen dalam tanaman hanya diperlukan
dalan jumlah yang tidak terlalu banyak.
e. Dampak terhadap material
Dampak pencemaran udara terhadap material dapat berupa timbulnya karat pada
permukaan logam, yang menyebabkan terlepas dan hilangnya material dari permukaan serta
perubahan kemampuan elektris logam. Dampak yang terjadi pada material adalah terjadinya
korosi dan hilangnya keindahan material tersebut.
 

4. Sulfur dioksida (SO2)


a. Dampak terhadap kesehatan manusia
Gas SO2 dapat menimbulkan dampak jangka pendek berupa penyempitan bronkus dan
peningkatan gejala asma. Dampak ini akan lebih parah pada anak-anak, orang tua, dan penderita
asma. Selain itu, inhalasi gas SO2 dapat menimbulkan penyakit paru-paru kronis, seperti
bronkitis dan emfisema.
b. Dampak terhadap ekosistem dan lingkungan
NOx dapat bereaksi dengan SO2 di atmosfer dan membentuk hujan asam. Bagi
lingkungan, hujan asam dapat menurunkan pH badan air, sehingga kondisi badan air tidak
mendukung kehidupan beberapa biota air. Selain itu, hujan asam dapat merusak bangunan dan
fasilitas umum.
c. Dampak terhadap hewan
Dampak negatif zat-zat pencemar udara terhadap fauna (hewan) tidak berbeda jauh
dengan dampak-dampak lain seperti terhadap manusia dan tumbuhan. Dampak terhadap hewan
dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung, secara langsung terjadi bila ada interaksi
melalui sistem pernafasan sebagaimana terjadi pada manusia. Dampak tidak langsung terjadi
melalui suatu perantara, baik tumbuhan atau perairan yang berfungsi sebagai bahan makanan
hewan. Konsentrasi SO2 400-800 ppm akan berpengaruh langsung dan sangat berbahaya,
meskipun hanya terjadi kontak secara singkat.
d. Dampak terhadap tumbuhan
Sulfur dioksida juga berbahaya bagi tanaman. Adanya gas ini pada konsentrasi tinggi
dapat membunuh jaringan pada daun. pinggiran daun dan daerah diantara tulang-tulang daun
rusak. Secara kronis SO2 menyebabkan terjadinya khlorosis. Kerusakan tanaman iniakan
diperparah dengan kenaikan kelembaban udara. SO2 diudara akan berubah menjadi asam sulfat.
Oleh karena itu, didaerah dengan adanya pencemaran oleh SO2 yang cukup tinggi, tanaman akan
rusak oleh aerosol asam sulfat.
Kadar SO2 yang tinggi di hutan menyebabkan noda putih atau coklat pada permukaan
daun, jika hal ini terjadi dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan kematian tumbuhan
tersebut. Menurut Soemarmoto (1992), dari analisis daun yang terkena deposisi asam
menunjukkan kadar magnesium yang rendah. Sedangkan magnesium merupakan salah satu
nutrisi assensial bagi tanaman. Kekurangan magnesium disebabkan oleh pencucian magnesium
dari tanah karena pH yang rendah dan kerusakan daun meyebabkan pencucian magnesium di
daun.
Pada dasarnya ekosistem darat tumbuhan mudah terpengaruh. Perbedaan dalam
kerentanan pada berbagai spesies tanaman yang berbeda telah didokumentasi dengan baik. Hal
ini konsisten dengan adanya beragam spesies tanaman dari pusat kota dan daerah industri,
sedangkan spesies yang sama dekat dengan daerah perbatasan. Kerentanan selalu mencerminkan
perbedandalam faktor genetik, umur, atau keadaan fisiologis. Tidak hanya adanya perbedaan
antara spesies tetapi seringkali terdapat keragaman antara genotiftanaman. Dalam sejumlah kasus
terjadi seleksi genetik didalam beberapa komunitas tanaman alamiah terhadap daya tahan
pencemaran atmosfer. Pengaruh sulfur dioksida dan presipitasi asam paling nyata dan buruk
dalam ekosistem hutan yang berbatasan dengan peleburan atau beberapa sumber pusat
pencemaran lainnya. Sejalan dengan penelitian lainnya, spesies lumut bertambah dan diversivitas
meningkat dengan meningkatnya jarak dari gedung dibandingkan dengan sisi arus angin naik.
Jenis pepohonan tertentu, sweet birch dan pinus putih, diketahui paling rentan terhadap
pencemaran atmosfer.
e. Dampak terhadap material
Dampak pencemaran udara terhadap material, yaitu bangunan-bangunan, logam, batuan,
kulit, dan lain-lain dapat digambarkan sebagai dampak pencemaran udara terhadap lingkungan
alam sekeliling, timbulnya karat pada permukaan logam, yang menyebabkan terlepas dan
hilangnya material dari permukaan serta berubahnya kemampuan elektris merupakan contoh
pengaruh pencemaran udara yang cukup penting. Pada gambar berikut ditunjukkan pengaruh
pemaparan SO2 terhadap kecepatan pengkaratan logam, yang dilakukan di Tusla, Oklahoma.
Pengaruh pencemaran udara terhadap batuan adalah terbentuknya noda/kotoran dan
pelapukan batuan kapur yang umum digunakan sebagai bahan bangunan dan pemahatan marmer.
Banyak gedung-gedung di perkotaan telah terpapar oleh pencemar udara seperti asap, SO2,
partikel debu dalam waktu yang lama, permukaan menjadi terkotori dan menjadi tempat bagi
reaksi-reaksi kimia oleh gas-gas yang bersifat asam. Pengaruh pemaparan sulfur dioksida (SO2)
terhadap kulit dan kertas akan menyebabkan terjadinya pelapukan yang nyata. Contoh yang
sering terjadi adalah rusaknya kulit-kulit dan karet penikat buku pada perpustakaan-
perpustakaan. SO2 akan diserap oleh kulit dan dikonversi menjadi asam sulfuric yang merusak
struktur kulit dan kertas, pada awalnya pinggiran buku yang terpapar mulai berwarna kecoklatan
dan retak pada sendi-sendinya. Jika pemaparan ini terus berlangsung retakan akan semakin luas
dan buku menjadi hancur.
 

5. Total Suspended Particulate (TSP)


a. Dampak terhadap kesehatan manusia
TSP terbagi menjadi partikel kasar (PM10) dan partikel halus (PM2,5). Apabila
PM10terhirup oleh manusia, dapat timbul gangguan pernapasan. PM2,5 lebih bahaya bagi
manusia karena dapat mencapai bagian bawah sistem pernapasan, yang akan berakibat kepada
timbulnya kerusakan jaringan paru-paru, kanker, dan kematian.
b. Dampak terhadap ekosistem dan lingkungan
Keberadaan TSP di atmosfer dapat menurunkan jarak pandang bagi pengemudi
kendaraan bermotor dan menghalangi sinar matahari di pertanian sehingga mengganggu
produktivitas pertanian. Selain itu, TSP juga dapat mengotori permukaan tanaman dan
mengganggu pertumbuhannya,
c. Dampak terhadap hewan
Partikel/debu dapat terhirup melalui saluran pernapasan. Partikel yang berukuran lebih
besar dari 0.6 µ akan tertahan pada saluran nafas bagian atas, sedangkan yang dibawah 0.3 µ
akan mengikuti gerakan brown, yaitu keluar masuk, dan hanya yang memiliki ukuran antara 0.3
µ s/d 0.6 µ akan sampai pada bagian alveoli paru.
Dampak yang ditimbulkan oleh pencemaran debu pada kesehatan sangat tergantung pada
komposisi kandungan kimianya, contohnya adalah debu asbes yang terjadi akibat pengereman
kendaraan bermotor yang menggunakan asbes untuk kanvas remnya. Debu asbes tersebut akan
menyebabkan asbestosis yang berdampak pada penyakit kanker.
Debu yang mengandung logam berat juga mempunyai potensi untuk dapat menimbulkan
fibrosis pada paru dan iritasi mukosa. Beberapa partikel logam seperti Be (Berilium) dapat
menimbulkan penyakit pneumonic yang akut, sedangkan debu arsen dapat menimbulkan kanker
paru dan kanker kulit. Dampak lainnya dari partikel debu adalah terhalangnya jarak pandang,
d. Dampak terhadap tumbuhan
Pengaruh partikulat terhadap tanaman terutama adalah dalam bentuk debunya, dimana
debu tersebut bergabung dengan uap air atau air hujan gerimis akan membentuk kerak yang tebal
pada permukaan daun, dan tidak dapat tercuci dengan air hujan kecuali dengan menggosoknya.
Lapisan kerak tersebut akan mengganggu proses fotosintesis pada tanaman karena menghambat
masuknya sinar matahari dan mencegah pertukaran CO2 dengan atmosfer. Akibatnya
pertumbuhan tanaman menjadi terganggu. Bahaya lain yang ditimbulkan dari pengumpulan
partikulat pada tanaman adalah kemungkinan bahwa partikulat tersebut mengandung komponen
kimia yang berbahaya bagi hewan yang memakan tanaman tersebut.
Tanaman yang tumbuh didaerah dengan tingkat pencemaran yang tinggi dapat terganggu
pertumbuhannya dan rawan penyakit, antara lain klorosis, nekrosis, dan bintik hitam. Partikulat
yang terdeposisi tanaman dapat menghambat proses fotosintesis.
e. Dampak terhadap material
Partikulat-partikulat yang terdapat di udara dapat mengakibatkan berbagai kerusakan
pada berbagai bahan. Jenis dan tingkat kerusakan yang dihasilkan oleh partikulat dipengaruhi
oleh komposisi kimia dansifat fisik partikulat tersebut. Kerusakan pasif terjadi jika partikulat
menempel atau mengendap pada bahan-bahan yang terbuat dari tanah sehingga harus sering
dibersihkan. Proses pembersihan sering mengakibatkan cacat pada permukaan benda-benda dari
tanah tersebut. Kerusakan kimia terjadi jika partikulat yang menempel bersifat korosif atau
partikulat tersebut membawa komponen lain yang bersifat korosif.
Logam biasanya tahan terhadap korosi di dalam udara kering atau di udara bersih yang
hanya mengandung sedikit air. Partikulat dapat merangsang korosi, terutama dengan adanya
komponen yang mengandung partikel hidroskopik atau sulfur. Fungsi partikulat dalam
merangsang kecepatan korosi adalah karena partikulat dapat berungsi sebagai inti dimana uap air
dapat mengalami kondensasi, sehingga gas yang diserap oleh partikulat akan terlarut di dalam
droplet air yang terbentuk. Polutan partikulat juga dapat merusak bahan bangunan yang terbuat
dari tanah, cat, dan tekstil.
 
6. Hidrokarbon
a. Dampak terhadap kesehatan manusia
Apabila konsentrasi hidrokarbon di udara sangat tinggi, gas metana (CH4) dapat
mengurangi ketersediaan oksigen di udara, sehingga dapat mengakibatkan sesak napas bagi
manusia yang menghirupnya.
b. Dampak terhadap ekosistem dan lingkungan
Metana (CH4) adalah gas rumah kaca kedua yang paling banyak diemisikan ke atmosfer.
CH4 memiliki nilai Global Warming Potential yang tinggi, yaitu sekitar 28-36 tahun, sehingga ia
termasuk gas rumah kaca yang paling berbahaya walaupun hanya tersedia di atmosfer dalam
konsentrasi kecil.
c. Dampak terhadap hewan
Hidrokarbon yang bersifat mutagenic akan sangat rentan pada hewan. Beberapa
percobaan pada hewan telah membuktikan adanya indikasi perubahan gen pada hewan tersebut.
Dengan kekalan massa yang berlaku, konsumsi hewan yang tercemar oleh manusia akan
memindahkan kandungan senyawa hidrokarbon ke manusia.
d. Dampak terhadap tumbuhan
Polusi udara fotokimia dapat mengakibatkan kerusakan pada tenunan tanaman.
Komponen fotokimia yang paling merusak tanaman adalah ozon, tetapi kelompok PAN juga
berperan dalam menyebabkan kerusakan tersebut. Hidrokarbon bereaksi dengan NO2 dan
O2 mengahsilkan PAN (Peroxy Acetyl Nitrates).
Kerusakan tanaman karena PAN memperlihatkan permukaan bawah daun berwarna
keperakan dan kerusakan pada daun-daun muda. Tenunan daun kemudian mati. Pemberian PAN
dengan konsentrasi 0.02-0.05 ppm sudah cukup untuk menyebabkan kerusakan tanaman.
Etilen merupakan satu-satunya hidrkarbon yang mengakibatkan kerusakan tanaman pada
konsentrasi ambien 1 ppm atau kurang. Asetilen dan propilen juga bersifat racun terhadap
tanaman, tetapi konsentrasi yang dibutuhkan adalah 60-500 kali sebanyak etilen. Pengaruh etilen
terhadap tanaman terutama adalah menghambat pertumbuhan, perubahan warna daun, dan
kematian bagian-bagian bunga.
e. Dampak terhadap material
Dampak hidrokarbon pada material biasanya disebabkan oleh sifat kimiawi hidrokarbon.
Sebagai contoh, karet gelang yang direndam dalam bensin maka akan bertambah volumenya
tetapi berkurang sifat elastisnya. Dengan demikian, hidrokarbon mampu melarutkan beberapa
senyawa pentng lain dalam material sehingga akan mengubah tidak hanya sifat fisik, tetapi juga
kimia.

B. Beberapa pencemar lainnya


Ada beberapa pencemar lain yang perlu diperhatikan, yakni senyawa flour dan asbes.
1. Flour
Fluorida adalah senyawa beracun jika tersebar diudara dalam bentuk gas atau padatan.
Fluoride bersumber pada industri yang mengerjakan aluminium, baja dan pupuk fosfat.
Perusahaan lain ialah pabrik kaca, tembikar, email, juga mengeluarkan flourida.
Pembakaran batubata juga mengeluarkan, biarpun jumlahnya sedikit. Tetapi pada konsentrasi
sekecil seperti 0,001 bpj senyawa fluoride yang mudah menguap sudah membahayakan
lingkungan.
HF dapat memasuki lubang-lubang halus stomata pada permukaan daun dan berkumpul
disana. Jika hewan memakan daun ini akan terserang penyakit fluorida. Hewan yang biasa
memakan rumput yang tercemar fluorida akan mempunyai gigi yang tidak rata, sehingga
menyulitkan mengunyah.
2. Asbes
Asbes dipakai untuk keperluan rumah tangga. Asbes dibuat dari senyawa magnesium
hidrat. Asbes digunakan untuk atap, langit-langit, sampai ubin. Demikian pula untuk isolator
listrik, rem kendaraan dan sebagainya.
Asbes yang terbawa pernapasan akan berkumpul didalam paru-paru dan menyebabkan
gangguan, mulai dari gangguan mekanis sampai tumor dan kanker. Berdasarkan hal itu kita
harus hati-hati dalam penggunaan sayuran, makanan, air, sampai udara yang kita perlukan.
Pernah ada larangan penggunaaan asbes untuk bahan pembangunan rumah karena asbes yang
telah tua mulai rapuh dan membahayakan kesehatan.
c. Parameter kualitas udara
Kualitas udara
• Pencerminan dari konsentrasi parameter kualitas udara yang ada di dalam udara
• Konsentrasi parameter udara tinggi → kualitas udara semakin Jelek
• Konsentrasi parameter udara rendah → kualitas udara semakin baik

Kualitas udara emisi


• Kualitas udara yang diukur secara langsung dari sumber emisi (cerobong, knalpot)
• Sumber dari emisi diam (cerobong pabrik) → Kualitas udara emisi diam
• Sumber dari emisi bergerak (knalpot) → Kualitas udara emisi bergerak
• Emisi Udara : Sisa-sisa dari hasil pembakaran bahan bakar

Kualitas udara ambien


• Kualitas udara yang diukur di udara bebas (permukiman)
• Bila kualitasnya telah melampaui nilai baku mutu menurut baku mutu (kualitas udara emisi maupun
ambien) yang telah ditetapkan ◊ Udara Tercemar
• Bila kualitas udara menjadi jelek dari semula akibat adanya kegiatan, namun masih dibawah baku mutu
yang telah ditetapkan → udara belum tercemar ◊ Penurunan kualitas udara

Kualitas Udara Ambien ditentukan oleh :


Emisi dari Sumber Cemaran
Proses Transportasi, Konversi dan Penghilangan
Konsentrasi Cemaran Ambien
Efek Pencemaran terhadap Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat

Indek Kualitas Udara


• Untuk menyatakan kondisi kualitas udara di suatu tempat dapat dilakukan dengan indeks kualitas udara.
• Indeks kualitas udara dibuat untuk memberikan kemudahan mengetahui kondisi kualitas udara ambien
kepada masyarakat dengan informasi yang sederhana, tanpa harus menggunakan satuan-satuan yang
mudah dimengerti masyarakat
KEP-45/MENLH/10/1997
• Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU), didefinisikan sebagai angka yang tidak mempunyai satuan
yang menggambarkan kondisi kualitas udara ambien di lokasi dan waktu tertentu yang didasarkan kepada
dampak terhadap kesehatan manusia, nilai estetika dan makhluk hidup lainnya.

ISPU dapat digunakan sebagai :


• bahan informasi kepada masyarakat tentang kualitas udara ambien di lokasi dan waktu tertentu;
• bahan pertimbangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam melaksanakan pengelolaan dan
pengendalian pencemaran udara

DAFTAR PUSTAKA

https://blogs.itb.ac.id/pencemud1klp5/2016/03/10/parameter-pencemaran-
udara-dan-dampaknya/
Tresena, sastrawijaya. 2009. Pencemaran lingkungan. Jakarta : Rineka Cipta.
Moestikahadi, Soedomo. 2001. Pencemaran Udara. Bandung : Penerbit ITB.

Materi ke 10 Analisis kualitas tanah

ANALISIS KUALITAS TANAH


A.   Latar belakang Makalah ANALISIS KUALITAS TANAH
Dalam usaha pertanian, tanah merupakan media utama untuk melakuakn budidaya.
Meskipun telah banyak ditemukan berbagai media tumbuh tanaman, maun semua itu hanya
berskala kecil dan belum dapat menggantikan tanah untuk prouksi dalam skala besar. Ooleh
Karena itu peranan tanah masih sangat besar dala usaha pertanian.
Kesuburan tanah merupakan hal sering menjadi kajian dalam mempelajari pertanian.
Kesuburan tanah di anggap dapat menjamin hasil tanaman selain faktor varietas, pengeloaan
tanaman dan hama serta penyakit. Namun untuk menjamin produksi tanaman tidak hanya perlu
memperhatikan kesuburan tanah melainkan harusjuga memperhatikan kualitas tanah tersebut.
bila usaha menjaga kesuburan tanah hanya  terbatas pada kemampuan tanah mesuplayunsure
hara, maka kulitas tanah juga mencakup faktor fisika, kimia dan biologi dengan lebih mendalam
serta mempertimbangkan faktor bahan pencemar sebagai kajiannya.
Kualitas tanah meliputi kualitas tanah secara fisika, kimia dan biologi. Ketiga hal tersebut
memiliki parameter  masing-masing dan tidak dapat terpisahkan satu sama lain serta saling
mempengaruhi. Parameter sifat fisik yang menentukan kualitas tanah antara lain, tekstur,
struktur, stabilitas agregat, kemampuan tanah menahan dan meloloskan lain serta ketahanan
tanah terhadap erosi dan lain sebagainya. Lalu parameter kimia yang mempengaruhi kualitas
taah adalah, ketersediaan unsure hara, KTK, KTA, pH, ada tidaknya zat pencemar, dan lain
sebagainya. Sedangkan parameter biologi yang menentukan kualitas tanah anatara lain jumlah
dan jenis mikrobia yang ada dan beraktivitas di dalam tanah.
Setiap parameter memiliki peranan tersendiri dalam menentukan kualitas tanah. Dalam
pertanian kualitas tanah tentunya berhubungan dengan pertumbuhan dan produksi tanaman.
Setiap parameter dapat berpengaruh pada ketersediaan unsure hara, ketersediaan air,
keleluasaan akar untuk tumbuh, dan reaksi serta interaksi antara tanaman dengan faktor biotic
dan abiotik dalam ekosistem.
Oleh karena itu dalam mengetahui serta mengkelaskan kualitas tanah, maka parameter
fisik kimia dan biologi tanah harus diuji lebih dahulu. dengan menguji kualitas dari setiap
parameter tersebut, maka kualitas tanah dapat diketahui secara menyeluruh. Hal ini karena
untuk menentukan tingkat kualitas tanah, parameter fisik, kimia dan biologi tidak dapat
dipisahkan satu sama lain.
B.   Rumusan Masalah Makalah ANALISIS KUALITAS TANAH
a.    Untuk Mengetahui Kualitas Tanah
b.    Untuk Mengetahui Sifat Tanah Alfisols
c.    Untuk Mengetahui Penggunaan Lahan
d.    Untuk Mengetahui Erosi

BAB II

PEMBAHASAN Makalah ANALISIS KUALITAS TANAH


A.   Kualitas Tanah 
Kualitas tanah adalah kapasitas dari suatu tanah dalam suatu lahan untuk menyediakan
fungsi-fungsi yang dibutuhkan manuasia atau ekosistem alami dalam waktu yang lama. Fungsi
tersebut adalah kemampuannya untuk mempertahankan pertumbuhan dan produktivitas
tumbuhan serta hewan atau  produktivitas biologis, mempertahankan kualitas udara dan air
atau mempertahankan kualitas lingkungan, serta mendukung kesehatan tanaman, hewan dan
manusia. Tanah berkualitas membantu hutan untuk tetap sehat dan menumbuhkan tumbuhan
yang baik atau lansekap menarik. Sedangkan degradasi tanah adalah penurunan kualitas tanah
(Wander,etal. 2002 cit Plaster, 2003)
Pengukuran kualitas tanah dibidang pertanian hendaknya tidak hanya terbatas pada
tujuan produktivitas, sebab ternyata penekanan pada produktivitas megakibatkan degradasi
tanah. Pada umumnya, hasil panen dipengaruhi oleh banyak faktor yang tidak terkait dengan
kualitas tanah. Kualitas tanah juga dianggap sebagai unsur kunci pertanian berkelanjutan
(LarsonandPiece, 1991 : hal 4).
Kualitas tanah memadukan unsur fisik, kimia dan biologi tanah beserta interaksinya.
Agar tanah dapat berkemampuan efektif, ketiga komponen tersebut harus disertakan. Semua
parameter tidak mempunyai keterkaitan yang sama pada semua tanah dan pada semua
kedalaman. Suatu satuan data minimum sifat tanah atau indikator dari masing-masing ketiga
unsur tanah dipilih berdasarkan kemampuannya sebagai tanda berfungsinya kapasitas tanah
pada suatu  penggunaan lahan khusus, iklim dan jenis tanah (SoilQualityInstitute, 1999;
DitzlerandTugel, 2002 : hal 27).
Bahan organik tanah merupakan indikator dari kualitas tanah, karena merupakan
sumber dari unsur hara esensial dan memegang peranan penting untuk kestabilan agregat,
kapasitas memegang air dan strutur tanah (Handayani, 1991 cit Handayani, 2001 : hal 2). Oleh
karena itu bahan organik tanah erat kaitannya dengan kondisi tanah baik secara fisik, kimia dan
biologis yang selanjutnya turut menentukan produktivitas suatu lahan (Warderetal, 1994 cit
Handayani, 2001 : hal 3). Walaupun bahan organik tanah sangat penting, tetapi hingga kini
belum ada informasi pengelolaan kualitas bahan organik tanah secara ekplisit dan mendasar.
Salah satu penyebabnya adalah belum adanya nilai atau ukuran kualitas  bahan organik tanah
secara kualitatif yang dapat mencerminkan bioaktifitas tanah sekaligus merupakan refleksi dari
tingkat kesuburan tanah (Handayani, 2001 : hal 3).
Penilaian kualitas tanah dapat melalui penggunaan sifat tanah kunci atau indikator yang
menggambarkan proses penting tanah. Selain itu juga,  penilaiannnya dengan mengukur suatu
perubahan fungsi tanah sebagai tanggapan atas pengelolaan, dalam konteks peruntukan tanah,
sifat-sifat bawaan dan  pengaruh lingkungan seperti hujan dan suhu (DittzlerandTugel, 2002 cit
Andrew etal. 2004 : hal 5).
Dalam penilaian atau interpretasi kulaitas tanah harus mempertimbangkan  proses
evaluasi sumberdaya lahan berdasar fungsinya dan perubahan fungsi tanah sebagai tanggapan
alami khusus atau cekaman dan juga praktek pengelolaan. Lima fungsi tanah yaitu : (1)
menopang aktivitas biologi, keanekaragaman, dan  produktivitas; (2) mengatur dan
memisahkan air dari larutan; (3) menyaring, menyangga, mendegradasi, imobilisasi dan
mendetoksifikasi bahan-bahan organik dan an organik, termasuk hasil samping industri dan
kota serta endapan atmosfer; (4) menyimpan dan mendaur hara dan unsur-unsur lain dalam
biosfer bumi; serta (5) memberikan dukungan bagi bangunan struktur sosial-ekonomi dan 
perlindungan kekayaan arkeologis yang berhubungan dengan pemukiman manusia (Allan, dkk.,
1995 : hal 1).
Dampak negatif dari ketidakmampuan tanah untuk memenuhi fungsinya adalah
terganggunya kualitas tanah sehingga menimbulkan bertambah luasnya lahan kritis,
menurunnya produktivitas tanah dan pencemaran lingkungan. Dampak tersebut membuat kita
untuk mencari indikator dari segi tanah yang dapat digunakan untuk memonitor perubahan
kualitas tanah agar tetap memenuhi fungsinya. Penurunan kualitas tanah akan memberikan
kontribusi yang besar akan bertambah buruknya kualitas lingkungan secara umum (Suriadi dan
Nazam, 2005 : hal 16).
Kandungan bahan organik tanah telah terbukti berperan sebagai kunci utama dalam
mengendalikan kualitas tanah baik secara fisik, kimia maupun  biologi. Bahan organik mampu
memperbaiki sifat fisik tanah seperti menurunkan  berat volume tanah, meningkatkan
permeabilitas, menggemburkan tanah, memperbaiki aerasi tanah, meningkatkan stabilitas
agregat, meingkatkan kemampuan tanah memegang air, menjaga kelembaban dan suhu tanah,
mengurangi energi kinetik langsung air hujan, mengurangi aliran permukaan dan erosi tanah.
Bahan organik mampu memperbaiki sifat kimia tanah seperti menurunkan pH tanah, dapat
mengikat logam beracun dengan membentuk kelat komplek, meningkatkan kapasitas
pertukaran kation dan sebagai sumber hara bagi tanaman (TisdallandOades, 1982 cit
Stevenson, 1994 : 56). Dari sifat biologi tanah, bahan organik tanah mampu mengikat butir-butir
partikel membentuk agregat dari benang hyphae terutama dari jamur mycorrhiza dan hasil
eskresi tumbuhan dan hewan lannya (Soegiman, 1982; Addiscott, 2000 cit Suriadi dan  Nazam,
2005 : 21)
Doran and Parkir (1996) dalam Purwanto (2002 : hal 6) berpendapat bahwa indikator
kualitas tanah harus mencakup kisaran situasi ekologi dan sosioekonomi yaitu :
1.    Mempunyai korelasi yang erat dengan proses-proses alami dalam ekosistem (dan bermanfaat
dalam modeling berorientasi proses).
2.    Mengintegrasikan sifat dan proses fisik, kimia dan biologi dan bermanfaat sebagai input untuk
memperkirakan sifat atau fungsi tanah yang sukar untuk diukur secara langsung.
3.    Relatif murah dan mudah digunakan untuk memperkirakan kualitas tanah  pada kondisi
lapangan, baik oleh spesiais/ilmuwan maupun petani.
4.    Harus cukup peka untuk menggabarkan pengaruh iklim dan pengelolaan terhadap kualitas
tanah dalam jangka panjang, namun tidak begitu peka terhadap pola cuaca jangka pendek.
5.    Bersifat universal, namun menggambarkan pola spasial dan temporal.
6.    Apabila mungkin, juga merupakan komponen dari database tanah saat ini.
B.   Sifat Tanah Alfisols
Alfisols umumnya berkembang dari batu kapur, olivine, tufa dan lahar. Bentuk wilayah
beragam dari bergelombang hingga tertoreh, tekstur berkisar antara sedang hingga halus,
drainasenya baik. Reaksi tanah berkisar antara agak masam hingga netral, kapasitas tukar
kation dan basa-basanya beragam dari rendah. Jeluk tanah dangkal hingga dalam. Mempunyai
sifat kimia dan fisika yang relatif baik (Munir, 1996 : hal 60).
Alfisols merupakan tanah dengan kandungan N dan P yang rendah disebabkan karena
pengikatan oleh mineral Al dan Fe. Oleh karena itu diperlukan  bahan organik yang dapat
melepaskan jerapan N dan P oleh mineral-mineral tanah. Pemberian bahan organik terhadap
ketersediaan hara dalam tanah melalui  proses mineralisasi akan melepaskan hara tanaman
dengan lengkap. Hara N dan P merupakan hara yang relatif banyak untuk dilepas dan dapat
digunakan tanaman (Sutanto, 2005 : 32).
Menurut Hardjowigeno (1987 : hal 181), tanah alfisols adalah tanah-tanah dimana
terdapat penimbunan liat di horison bawah (horisonargilik) dan mempunyai kejenuhan basa
tinggi yaitu 35%. Bila kejenuhan basa sangat tinggi maka makin ke bawah jumlahnya konstan,
sedang bila pada horisonargilik kadarnya tidak tinggi, maka jumlahnya harus bertambah makin
ke horison bawah (Munir, 1996 : hal 62). Liat yang tertimbun di horison bawah ini berasal dari
horison di atasnya dan tercuci ke bawah bersama dengan gerakan air. Tanah ini dulu termasuk
tanah Mediteran Merah Kuning, Latosol dan Podzolik Merah Kuning.
Tanah alfisols mempunyai pH yang rendah atau bersifat masam yang akan
mempengaruhi ketersediaan P (Munir, 1996 : hal 63). Pada pH rendah ini, ion P akan mudah
bersenyawa dengan Al, Fe dan Mn membentuk senyawa yang tidak larut. Dari berbagai hasil
penelitian tentang tanah masam diketahuilah bahwa masalah kemasaman tanah akan berakibat
pada kurangnya ketersediaan unsur P dan fiksasi N terhambat (Hakim et al,1986 : 66).
Permasalahan yang terdapat pada tanah alfisols adalah adanya horison B argilikdimana
terdapat kandungan liat yang sangat tinggi sehingga menyebabkan distribusi akar kurang baik
karena horison ini bertekstur berat (Munir, 1996 : hal 64).
Menurut Munir (1996 : hal 66), tanah alfisols sebagian besar telah diusahakan untuk
pertanian dan termasuk tanah yang subur meskipun masih dijumpai kendala-kendala yang
perlu mendapat perhatian dalam pengelolaannya. Kendala-kendala tersebut antara lain:
a.    Pada beberapa tempat dijumpai kondisi lahan yang berlereng dan berbatu.
b.    Horison B argilik dapat mencegah distribusi akar yang baik pada tanah dengan horison B
bertekstur berat.
c.    Pengelolaan yang intensif dapat menimbulkan penurunan bahan organik pada lapisan tanah
atas.
d.    Kemungkinan fiksasi kalium dan amonium mungkin terjadi karena adanya mineral illit.
e.    Kemungkinan terjadi erosi untuk daerah yang berlereng.
f.     Kandungan P dan K yang rendah
C.   Pengelolaan Tanah
Tanah, air, iklim, flora dan fauna adalah sumber daya alam yang utama bagi
perkembangan pertanian. Produktivitas tanah didasarkan pada komposisi mineral, struktur
tanah, kedalaman, dan drainase, bahan organik, dan aktivitas mikrobia. Semua ini penting
keberadaannya dalam tanah sehubungan dengan keberlanjutan pertanian. Praktek pengelolaan
tanah antara lain :
1.    Uji tanah. Unsur hara menyediakan energi bagi tanah, respon tanaman untuk penambahan
unsur hara dan kebutuhan hara yang berubah-ubah dapat diamankan melalui uji tanah dengan
memilih target yang tepat dan aplikasi untuk peningkatan jumlah unsur hara, meningkatkan
kesuburan tanah dan hasil tanaman.
2.    Konservasi tanah dan air. Untuk menghindari hilangnya produktivitas tanah, hasil panen dan
pengukuran secara mekanis umumnya penanaman dalam galur, penanaman menurut kontur,
keseimbangan hayati, pemulsaan dan lain-lain harus diikuti.
3.    Penggunaan bahan organik dan pupuk hayati. Untuk menjaga atau meningkatkan kesuburan
tanah, sifat fisika dan kimia dari tanah dan meningkatkan kapasitas memegang air dari
penggunaan bahan organik tanah, kompos, vermikompos, limbah hasil panen, aplikasi sapitek
akan menolong dalam membentuk jaringan bahan organik sebagai indeks tersedia dari
kesuburan. Cacing tanah bekerja dalam tanah sebagai indikator dari kesehatan agroekosistem
untuk kestabilan agregasi dari bahan organik komplit dalam tanah lempungan dan efisiensi
penyediaan hara.
4.    Meningkatkan keadaan fisika tanah. Batasan fisika berpengaruh terhadap produktivitas dan
praktek pengelolaan sebagai berikut : tanah padat dapat diperbaiki dengan pemecahan atau
pengolahan yang dalam, pemadatan tanah yang mudah hancur, mencegah pembentukan
remah oleh bahan penutup tanah organic.
5.    Penyelesaian masalah tanah. Untuk mengatasi masalah penurunan produktivitas tanaman pada
tanah garam dapat diatasi dengan menambahkan bahan penetral tanah seperti sulfur, pirit,
gypsum. Atau menambahkan bahan untuk menjaga kelembaban tanah seperti sisa hasil
pertanian yang dikembalikan, pupuk kandang, dan bahan organik lain.
6.    Peningkatan penggunaan unsur hara sekunder dan mikro. Aplikasi unsur hara makro melalui
pemupukan kimia berpengaruh langsung terhadap hasil tanaman, juga menunjukkan defisiensi
unsur hara sekunder dan mikro. Respon tanaman terhadap unsur hara terbatas dan dibatasi
oleh beberapa faktor pembatas.
Tantangan Dalam Pengembangan Kualitas Tanah:
1.    Perlu membangun kesamaan konsep tentang kualitas tanah.
2.    Penentuan set indicator minimum (minimum data set) suatu kualitas tanah.
3.    Pengembangan metode kuantifikasi kualitas tanah.
4.    Penetuanbaseline dan nilai baku mutu.
5.    Kualitas tanah perlu dimasukkan dalam penentuan mutu lingkungan.
6.    Siapa atau rencana usaha/ kegiatan apa saja yang wajib melakukan evaluasi kualitas tanah ada
skala berapa, dan kapan harus melakukan evaluasi tersebut.
D.   Penggunaan Lahan
 Penggunaan lahan pertanian biasanya dibedakan berdasar komoditi yang diusahakan
seperti sawah, tegalan, kebun dan sebagainya. Penggunaan lahan di luar pertanian dapat
dibedakan dalam penggunaan perkotaan, pedesaan,  pemukiman, industri, rekreasi dan lain
sebagainya. Penggunaan lahan ini sifatnya sangat dinamis sewaktu-waktu bisa berubah.
Perubahannya dapat disebabkan oleh  bencana alam dan lebih sering disebabkan oleh campur
tangan manusia dalam rangka pemenuhan kebutuhannya. Peningkatan jumlah penduduk dapat
berarti  pula peningkatan kebutuhan akan lahan baik untuk pertanian maupun pemukiman.
Peningkatan kebutuhan lahan ini akan diimbangi dengan mengintensifkan  penggunaan lahan
maupun perluasan. Kedua usaha ini merubah lahan baik berupa luasan maupun jenisnya
(Haikal, 2004 cit Suripin, 2004 : hal 56).
Berbagai tipe penggunaan lahan dijumpai di permukaan bumi, masing-masing tipe
memiliki kekhususan tersendiri. Tipe penggunaan lahan secara umum meliputi pemukiman,
kawasan budidaya pertanian, padang penggembalaan, kawasan rekreasi dan lainnya. Badan
Pertahanan Nasional mengelompokkan jenis  penggunaan lahan sebagai berikut : (1)
pemukiman, berupa kombinasi antara  jalan, bangunan, tegalan / pekarangan dan bangunan itu
sendiri (kmpung dan emplasemen) ; (2) kebun, meliputi kebun campuran dan kebun sayuran
merupakan daerah yang ditumbuhi vegetasi tahunan satu jenis maupun campuran, baik dengan
pola acak maupun teratur sebagai pembatas tegalan ; (3) tegalan, merupakan daerah yang
ditanami umumnya tanaman semusim, namun pada sebagian lahan tak ditanami umumnya
tanaan semusim adalah padi gogo, singkong, jagung, kendang, kedelai dan kacang tanah ; (4)
sawah merupakan daerah pertanian yang ditanami padi sebagai tanaman utama dengan rotasi
tertentu yang biasanya diairi sejak penanaman hingga beberapa hari sebelum panen ; (5) hutan
merupakan wilayah yang ditutupi oleh vegetasi pepohonan, baik alami maupun dikelola
manusia dengan tajuk yang rimbun, besar serta lebat ; (6) lahan terbuka, merupakan daerah
yang tidak terdapat vegetasi maupun penggunaan lain akibat aktivitas manusia ; (7) semak
belukar adalah daerah yang ditutupi oleh  pohon baik pohon alami maupun yang dikelola
dengan dengan tajuk yang relatif kurang rimbun (Haikal, 2004).
Suatu tanah harus menyediakan suatu lingkungan yang bebas dari faktor-faktor
penghambat seperti kemasaman atau kebasaan ekstrim, organisme-organisme penyebab
penyakit, substansi beracun, garam-garam belebih atau lapisan-lapisan yang tidak dapat
ditembus (Foth, 1994 : hal 16). Foth (1994 : hal 16) menerangkan lebih rinci bahwa
pertumbuhan tanaman tergantung tanah sebagai penyedia air da hara. Sehingga tanah harus
menyediakan suatu lingkungan mendukung sehingga akar-akarnya dapat berfungsi. Hal ini
membutuhkan ruang  pori untuk perpanjangan akar, oksigen untuk respirasi akar dan CO2
yang dihasilkan dapat terdifusi keluar dan tidak terlonggok di dalam tanah. Ketidakhadiran faktor
pengkambat (misalnya alumunium) atau perubahan suhu yang tajam serta patogen-patogen
adalah hal penting. Salah satu fungsi tanah yang  penting adalah untuk mendukung
pertumbuhan.
 Pembatas utama penggunaan sumber tanah untuk produksi pertanian adalah
kekurangan air (28%), cekaman mineral (23%), kedalaman efektif yang dangkal (22%),
kelebihan air (10%) dan suhu tanah yang dingin (6%). Tanah yang tidak mempunyai pembatas
berat hanya sekitar 11%. Lahan yang sekarang dibudidayakan merupakan lahan yang terbaik di
dunia, dibandingkan yang tidak digunakan, sedangkan lahan subur berpotensial dapat
mempunyai pembatas yang lebih besar daripada yag ada (Foth, 1984 : hal 13).
Sifat fisik tanah yang perlu diperhatikan adalah terjadinya masalah degradasi struktur
tanah akibat fungsi pengelolaan (Sanchez, 1992 : hal 104). Selain itu Foth (1984 : hal 32)
menerangkan bahwa walaupun pada lahan budidaya yang tidak tererosi, bahan organik hilang
secara cepat. Hal tersebut ditemukan di MissouriAgriculturalExperimentStation, bahwa sebagai
hasil budidaya lebih dari 60 tahun, tanah pada keadaan yang tidak tererosi, bahan orgnik hilang
sepertiganya, kehilangan tersebut lebih besar pada awal budidaya dibandingkan  budidaya
selanjutnya. Kehilangan bahan organik sekitar 25% pada 20 tahun awal, sekitar 10% pada 20
tahun kedua dan hanya sekitar 7% pada 20 tahun ketiga. Dalam kata lain, taraf keseimbangan
baru hampir tercapai setelah sekitar 60 tahun.
Beberapa praktik pengelolaan misalnya penggunaan tanaman penutup dan 
penambahan bahan organik dapat menghasilkan pengaruh positif pada kualitas tanah. Praktik
pengelolaan tanh lainnya, seperti pengolahan tanah ketika basah  berpengaruh kurang baik
pada kualitas tanah karena meningkatkan pemadatan.
Afisols apabila mendapat air secukupnya dapat ditanami tebu, padi dan tanaman buah-
buahan secara intensif. Di daerah Playen (Gunung Kidul) diusahakan sebagai hutan jati dengan
tanaman bawah lantana cemara. Sedangkan di daerah lainnya sebagian besar telah
diusahakan dengan berbagai tanaman baik tanaman semusim maupu tahunan.
Hutan mengusik tanah paling sedikit, tetapi pengelolaan tanah masih menjadi perhatian.
Ketika pohon-pohon dipanen setelah penanaman selama  beberapa waktu, peralatan
penebangan memotong penutupan pohon dan memampatkan tanah. Hasilnya adalah
peningkatan erosi dan tanah menjadi kurang sesuai untuk pertumbuhan tanaman baru yang
dibibitkan. Perhatian lainnya termasuk pemilihan pohon terbaik untuk tiap jenis tanah dan
menjamin keadaan yang baik untuk bibit yang baru (Plaster, 2003 : hal 31).
Penambahan berkala bahan organik secara drastis berkurang ketika hutan
dibudidayakan (Sanchez, 1992 : hal 177). Selain itu Sanchez (1992 : hal 188) menjelaskan
bahwa bahan organik yang dapat dipertahankan pada aras yang tinggi dengan praktek
pengelolaan yang baik di daerah tropis.
E.   Erosi
Erosi tanah adalah hilangnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat yang
diangkut oleh air atau angin ke tempat yang lain. dapat juga diartikan pemecahan agregat tanah
oleh air hujan dan pengangkutan partikel tanah oleh limpasan permukaan dari suatu tempat ke
tempat yang lain yang lebih rendah. Dalam hal ini terjadinya erosi tanah berlangsung dua
proses penting yang perlu dicermati, yaitu adanya pemisahan dan pengangkutan partikel-
partikel atau  bahan-bahan lainnya. Proses erosi tersebut terjadi dari lereng atas selanjutnya
diendapkan pada lereng bawah dalam bentuk sedimentasi (Harjadi, 2005 : hal 35). Erosi
tersebut pada mulanya merupakan kejadian alamiah oleh suatu proses geologi yang belum
begitu membahayakan bagi pelestarian pemanfaatan lahan. Selanjutnya dengan semakin
banyaknya campur tangan manusia sebagai  pemanfaatan lahan, maka erosi yang terjadi
semakin mengganggu keseimbangan dan tidak mempedulikan asas kelestarian. Sehingga laju
erosi yang terjadi jauh melebihi kecepatan proses pembentukan tanah. Kerusakan fisik yang
diakibatkan erosi sulit untuk diperbaiki (Nugroho, 2002 : hal 14).
Tingkat bahaya erosi adalah perkiraan jumlah tanah hilang maksimum yang akan terjadi
pada suatu lahan bila pengelolaan tanaman dan konservasi tidak mengalami perubahan
(Mangunsukardjo, 1999 : hal 25).
Suripin (2002 : hal 41) menyatakan secara keseluruhan terdapat lima faktor yang
mempengaruhi besarnya laju erosi, yaitu: iklim, tanah, topografi, vegetasi dan kegiatan
manusia. Perubahan tataguna lahan dan praktek  pengelolaan DAS juga mempengaruhi
terjadinya erosi, sedimentasi dan pada gilirannya akan mempengaruhi kualitas air. Besarnya
erosi memperhitungkan kedua faktor tersebut, sedangkan faktor yang lain dianggap satu
disebut dengan erosi potensial. Daerah yang memiliki perubahan iklim yang besar seperti
daerah kering, hujan tidak lagi menjadi faktor dominan terjadinya erosi. Daerah kering memiliki
intensitas hujan yang kecil namun ketika hujan turun kuantitasnya akan sangat besar. Daerah
kering pertumbuhan vegetasi penutupan lahannya terhambat sehingga dengan demikian
potensi terhadap erosi sangat besar (Suripin, 2002 : hal 56).
Secara umum erosi merupakan fungsi dari iklim, topografi, vegetasi, tanah dan aktivitas
manusia. Perubahan yang terjadi pada salah satu faktor tersebut akan mempengaruhi besarnya
erosi dan sedimentasi.
1.    Iklim
Faktor iklim yang paling menentukan dalam hal ini adalah hujan yang dinyatakan dalam
”nilai indeks erosivitas hujan” Salah satu unsur iklim yang sangat penting mempengaruhi proses
erosi adalah hujan. Hujan dengan intensitas tinggi akan memberikan daya pukul air hujan
terhadap butiran tanah semakin tinggi. Hujan akan menyebabkan erosi apabila intensitasnya
cukup tinggi dan jumlahnya banyak dalam jangka waktu yang relatif lama. Selain itu ukuran
butir hujan sangat berperan dalam menentukan erosi. Energi kinetik air hujan yang merupakan
penyebab utama dalam  penghancuran agregat-agregat tanah besarnya tergantung pada
diameter air hujan, sudut datang dan kecepatan jatuhnya. Kecepatan jatuh butir-butir hujan
ditentukan oleh ukuran butir dan angin. Energi kinetik mencapai maksimal  pada intensitas 50 –
100 mm/jam dan > 250 mm/jam., sehinggga kekuatan untuk merusak tanah juga semakin
besar.
2.    Topografi
Topografi berperan dalam menentukan kecepatan dan volume limpasan  permukaan.
Unsur topografi yang berpengaruh terhadap erosi adalah panjang dan kemiringan lereng.
Semakin panjang lereng, maka volume kelebihan air yang terakumulasi dan melintas di atasnya
menjadi lebih besar. Pengaruh  panjang lereng bervarisi, tergantung bentuknya, yaitu cekung,
cembung atau datar. Sedangkan pengaruh kemiringan lebih besar dibandingkan pengaruh
panjang lereng karena pergerakan air serta kemampuannya memecahkan dan membawa
partikel tanah akan bertambah dengan bertambahnya sudut kemiringan. Peningkatan
kemiringan lereng menyebabkan kemampuan tanah untuk meresapkan air hujan semakin
rendah, sehingga lebih banyak air yang mengalir di permukaan. Hal ini menyebabkan tanah dan
bagian bawah lereng mengalami erosi lebih besar daripada bagian atas lereng.
3.    Vegetasi
Vegetasi Keberadaan vegetasi akan mempengaruhi besarnya erosi yang terjadi, melalui
fungsinya melindungi tanah terhadap pukulan langsung oleh tenaga butir-butir air hujan.
Peranan vegetasi dalam mengurangi erosi melalui :
a.    Intersepsi dan absorpsi hujan oleh tajuk tanaman akan mengurangi energi air hujan yang jatuh,
sehingga memperkecil erosi. Namun sebaliknya tinggi tanaman / tajuk mempunyai pengaruh
yang berlawanan, makin tinggi tajuk dari permukaan tanah, energi kinetik yang ditimbulkan dari
(akumulasi) butir hujan (setelah intersepsi mencapai titik jenuh, sehingga ukurannya menjadi
besar) akan semakin besar sehingga erosivitasnya semakin besar.
b.    Penyebaran akar dalam mempengaruhi struktur tanah. Perakaran tanaman akan memantapkan
agregat tanah serta memperbesar  porositas tanah disekitarnya. Perakaran dapat menembus
lapisan tanah serta menghasilkan eksudat yang menjadi perekat antar tanah sehingga
membentuk ikatan antar butir tanah yang akan membentuk struktur tanah.
c.    Penghasil bahan organik dari seresah yang merupakan : pelindung tanah dari pukulan butiran
air hujan dan limpasan permukaan, perbaikan struktur tanah, dan menjadi salah satu sumber
energi fauna tanah untuk aktivitasnya.
4.    Tanah Kepekaan tanah terhadap laju erosi tergantung sifat-sifat tanah itu sendiri yang
dinyatakan sebagai faktor ”erodibilitas tanah”. Erodibilitas tanah dipengaruhi oleh texture,
struktur, permeabilitas dan kandungan bahan organik. Nilainya berkisar antara 0,0 hingga 0,99.
makin tinggi nilainya,  berarti tanah makin mudah tererosi, Laju erosi tergantung pada
ketahanan tanah terhadap daya rusak dari luar karena pukulan air hujan dan limpasan
permukaan, serta kemampuan tanah untuk menyerap air hujan, sehingga akan menentukan
volume air permukaan yang mengikis dan mengangkut hancuran tanah.
Sifat-sifat tanah yang berpengaruh terhadap erosi adalah :
a.    Tekstur tanah Tekstur tanah, biasanya berkaitan dengan ukuran dan porsi partikel- partikel
tanah dan tanah dan akan membentuk tipe tanah tertentu. Tiga unsur utama tanah adalah pasir
(sand), debu (silt ) dan liat (clay). Di lapangan tanah terbentuk oleh kombinasi ketiga unsur
tersebut di atas. Misalnya, tanah dengan unsur dominan liat, ikatan antar partikel-partikel tanah
tergolong kuat sehingga tidak mudah tererosi.Hal yang sama juga  berlaku untuk tanah dengan
unsur dominan pasir (tanah dengan tekstur kasar), kemungkinan untuk terjadinya erosi pada
jenis tanah ini besar dan, dengan demikian menurunkan laju air larian. Sebaliknya pada tanah
dengan unsur utama debu dan pasir lembut serta sedikit unsur organik, memberikan
kemungkinan yang lebih besar untuk terjadinya erosi.
b.    Unsur organik Bahan organik berfungsi sebagai perekat antara butir tanah sehingga
memantapkan agregat tanah. Unsur organik terdiri atas limbah tanaman dan hewan sebagai
hasil proses dekomposisi. Unsur organik cenderung memperbaiki struktur tanah dan bersifat
meningkatkan permeabilitas tanah, kapasitas tampung air tanah, dan kesuburan tanah.
Kumpulan unsur organik di atas permukaan tanah dapat menghambat kecepatan air larian,
ddengan demikian menurunkan potensi terjadinya erosi.
c.    Struktur tanah Struktur tanah adalah susunan partikel-partikel tanah yang membentuk agregat.
Struktur tanah mempengaruhi kemampuan tanah dalam menyerap air tanah. Misalnya, struktur
tanah granuler dan lepas mempunyai kemampuan besar dalam meloloskan air larian, dan
dengan demikian menurunkan laju air larian dan memacu pertumbuhan tanaman.
d.    Permeabilitas tanah Permeabilitas tanah meninjukkan kemampuan tanah dalam meloloskan air.
Struktur dan tekstur tanah serta unsur organik lainnya ikut ambil bagian dalam menentukan
permeabilitas tanah. Tanah dengan permeabilitas tinggi menaikkan infiltrasi, dengan demikian
menurunkan laju air larian.
5.    Manusia
Manusia menentukan apakah tanah yang diusahakan akan rusak atau menjadi lebih
baik. Manusia yang memperlakukan tanah tanpa mengindahkan kaidah konservasi tanah dan
air menyebabkan intensitas erosi semakin meningkat. Faktor kegiatan manusia memegang
peranan yang sangat penting terutama dalam usaha-usaha pencegahan erosi, sebab manusia
dapat memperlakukan faktor-faktor penyebab erosi lainnya, kecuali faktor iklim.
Erosi tanah sebagai proses hilangnya lapisan tanah yang jauh lebih cepat dari proses
hilangnya tanah pada proses geologi (geologicalerosion). Hal ini disebabkan oleh adanya
perubahan baik pada tanah atau pada tanaman penutup tanah tersebut. Berdasarkan bentuk
tanah yang terkena kikisan air, erosi dibedakan menjadi dua macam, yaitu erosi permukaan
(sheeterosion) dan erosi  parit (rillerosion) yang berkembang menjadi gullyerosion (Frevetetal.,
1950 cit Suripin, 2002 : hal 36).
F.    Penelitian Yang Relevan
1.    Partoyo (2005 : hal 1). Analisis Indeks Kualitas Tanah Pertanian Di Lahan Pasir Pantai Samas
Yogyakarta. Jurnal Ilmu Pertanian Vol. 12
Penelitian ini bertujuan untuk menghitung indeks kualitas tanah pada  berbagai petak budidaya
dengan umur penggunaan lahan yang berbeda, sehingga dapat diketahui kaitan antara lama
waktu pemanfaatan lahan dan  perbaikan kualitas tanah berdasarkan hasil perhitungan indeks
kualitas tanah. Perlakuan utama yang diterapkan untuk memperbaiki sifat tanah di lahan  pantai
adalah dengan penambahan lempung dan pupuk kandang sesuai dosis anjuran berdasarkan
penelitian terdahulu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan nilai indeks kualitas tanah, perlakuan
penambahan tanah lempung dan pupuk kandang dapat memperbaiki kualitas tanah. Perbaikan
kualitas tanah tersebut ditunjukkan oleh indeks kualitas tanah yang semakin tinggi. Kualitas
tanah pada blok lahan yang digunakan selama 19 dan 11 tahun lebih baik dibandingkan tanah
asli. Blok lahan yang baru digunakan selama 3 tahun belum mengalami perubahan kualitas
tanah yang nyata. Indeks kualitas tanah masing-masing blok adalah : 0,35 (umur penggunaan
lahan 19 tahun); 0,32 (umur penggunaan lahan 11 tahun); 0,28 (umur penggunaan lahan 3
tahun) dan 0,17 (tanah asli).
2.    Eni Maftuah (2002 : hal 1). Studi Potensi Diversitas Makrofauna Tanah Sebagai Bioindikator
Kualitas Tanah Pada Beberapa Penggunaan Lahan Jurnal Biosains Vol. 2
Penelitian ini dilakukan pada lahan hutan jati, sengon, tebu, ubi kayu dan lahan terlantar.
Pengamatan terhadap makrofauna yang aktif di permukaan dan di dalam tanah serta faktor
abiotik sebagai indikator kualitas tanah dilakukan pada setiap usim hujan setiap minggu selama
lima minggu. Perbedaan penggunaan lahan mempengaruhi diversitas makrofauna yang aktif di
permukaan dan di dalam tanah. Diversitas makrofauna yang aktif di permukaan tanah
kurngmengambarkan kondisi tanah, sebaliknya diversitas makrofauna di dalam tanah lebih
berkaitan dengan kondisi tanah. Kelimpahan semut memiliki potensi untuk dijadikan indikator
terhadap N total dan kemantapan agregat tanah, sedangkan kelimpahan rayap berpotensi
sebagai indiktor terhadap N total dan kelembaban tanah. Biomassa cacing tanah mempunyai
korelasi positif dengan N total, kelembaban tanah dan air tersedia. Variasi kelimpahan milipida
sangat tergantung dari rasio C/N tanah. 

BAB III

A.  Kesimpulan Makalah ANALISIS KUALITAS TANAH


Kualitas tanah adalah kapasitas dari suatu tanah dalam suatu lahan untuk menyediakan
fungsi-fungsi yang dibutuhkan manuasia atau ekosistem alami dalam waktu yang lama. Fungsi
tersebut adalah kemampuannya untuk mempertahankan pertumbuhan dan produktivitas
tumbuhan serta hewan atau  produktivitas biologis, mempertahankan kualitas udara dan air
atau mempertahankan kualitas lingkungan, serta mendukung kesehatan tanaman, hewan dan
manusia. Tanah berkualitas membantu hutan untuk tetap sehat dan menumbuhkan tumbuhan
yang baik atau lansekap menarik. Sedangkan degradasi tanah adalah penurunan kualitas
tanah.
Pengelolaan tanah.
a. Uji tanah.
b. Konservasi tanah dan air.
c. Penggunaan bahan organik dan pupuk hayati.
d. Meningkatkan keadaan fisika tanah.
e. Penyelesaian masalah tanah.
f. Peningkatan penggunaan unsur hara sekunder dan mikro.         

DAFTAR PUSTAKA Makalah ANALISIS KUALITAS


TANAH
Doran. J.W., M. Sarrantonio, and M.A. Liebig. 1996. Soilhealthandsustainability. Advances in
Agronomy. 56:1-54.
Karlen, D. L. andMausbach, M. J. 2001. SoilQualityAssesment. Webmaster@www.nstl.gov
Larson, W.E., and F.J. Pierce. 1994. The dynamicsofsoilquality as a
measureofsustainablemanagement. In J.W. Doran, D.C. Coleman, D.F. Bezdicek, and B.A.
Stewart (Eds.) DefiningSoilQualityfor a SustainableEnvironment. SSSA Spec. Pub. No. 35.
ASA, CSSA, and SSSA, Madison, WI.
Notohadiprawiro, T. 2000. Tanah dan Lingkungan. Pusat Studi Sumber Daya Lahan UGM.
Yogyakarta.
Notohadiprawiro, T. 1998. Tanah dan Lingkungan. Direktorat jendral Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
NRCS (National Resource Conservation Service). 1997. MarylandSoilQualityAssessmentBook.
USDA. Washington, DC.

Materi ke 11 Parameter makanan dan minuman

PARAMETER MAKANAN DAN MINUMAN


A. DEFINISI MAKAN DAN MINUMAN
Makanan dan minuman yang sehat adalah makanan dan minuman yang
mengandung 3 unsur gizi yang di perlukan tubuh yaitu :
1. Zat pembangun (protein dan mineral)
2. Zat pengatur (protein, vitamin dan mineral)
3. Zat tenaga (karbohidrat, protein dan lemak)
● Karbohidrat
Karbohidrat disebut juga hidrat arang. Karbohidrat merupakan sumber tenaga
utama bagi tubuh manusia. Makanan yang merupakan sumber
karbohidrat adalah beras, jagung, gandum, singkong, kentang, ubi, dan
sagu. Karbohidrat berguna untuk menghasilkan kalori sebagai sumber
tenaga untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
● Lemak
Di dalam tubuh, lemak merupakan sumber tenaga selain karbohidrat. Lemak
berfungsi sebagai cadangan makanan. Jika persediaan karbohidrat di
dalam tubuh kita habis maka lemak digunakan sebagai penggantinya.
Berdasarkan sumbernya, lemak dibagi menjadi dua, yaitu lemak nabati
dan lemak hewani. Lemak nabati diperoleh dari tumbuhan, seperti
kelapa, kacang tanah, kemiri, dan alpukat. Sedangkan lemak hewani
berasal dari hewan, misalnya daging, telur, susu, keju, dan mentega.
● Protein
Protein merupakan zat makanan yang berfungsi sebagai pembangun tubuh.
Selain itu, protein juga berperan dalam penggantian bagian tubuh yang
rusak dan membentuk zat kekebalan tubuh. Sama halnya seperti lemak,
protein terdiri dari dua macam, yaitu protein nabati dan protein hewani.
Sumber protein nabati di antaranya adalah tempe, tahu, kacang-
kacangan, dan jamur. Adapun sumber protein hewani adalah daging,
ikan, telur, dan susu.
● Vitamin
Vitamin adalah zat makanan yang berfungsi sebagai pengatur dan pelindung
tubuh. Vitamin dapat mencegah timbulnya penyakit. Kekurangan vitamin
(avitaminosis) dapat mengganggu kesehatan.
1.  Vitamin A berfungsi untuk mencegah penyakit mata, seperti rabun
senja. Vitamin A terdapat pada : hati, minyak ikan, daging, susu,
sayuran dan buah berwarna orange.
2. Vitamin B berfungsi untuk mencegah penyakit beri-beri. Vitamin B
terdapat pada : kacang hijau, daging, kulit beras dan sayuran. 
3. Vitamin C berfungsi untuk mencegah penyakit sariawan. Vitamin C
terdapat pada buah-buahan : jeruk, tomat, pepaya dan sayuran
hijau.
4. Vitamin D berfungsi untuk mencegah penyakit rakhitis (tulang).
Vitamin D terdapat pada : susu, minyak ikan, kuning telur.
5.  Vitamin E berfungsi untuk mencegah kanker paru-paru dan
perawatan kulit . Vitamin E terdapat pada biji-bijian, sayuran, telur,
mentega dan susu.
6.  Vitamin K berfungsi untuk pembekuan darah. Vitamin K terdapat
pada : bayam, tomat, dan wortel.
B. ZAT KIMIA
Zat kimia yang juga di kenal sebagai zat murni adalah suatu bentuk materi
yang memiliki komposisi kimia dan sifat karakteristik konstan. Ia tidak dapat di
pisahkan menjadi komponen dengan metode pemisahan fisika yaitu tanpa
memutuskan ikatan kimia. Di dalam makanan terdapat zat kimia yaitu Zat
adiktif pada makanan atau disebut bahan tambahan makanan menurut
pengertian Departemen Kesehatan RI adalah bahan yang biasanya tidak
digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan ingreditas
(komposisi) khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang
dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk maksud teknologi pada
pembuatannya, dan untuk menghasilkan dan mempengaruhi sifat khas
makanan tersebut. Zat adiktif pada makanan tidak boleh digunakan untuk
menutupi kerusakan dari makanan.

C. JENIS – JENIS BAHAN KIMIA DALAM MAKANAN


1. Bahan pewarna
a. Pewarna alami merupakan pewarna yang diperoleh dari bahan-bahan
alami, baik nabati, hewani ataupun mineral. Beberapa pewarna alami yang
banyak dikenal masyarakat misalnya, daun suji untuk membuat warna hijau,
kunyit untuk warna kuning, daun jati atau cabai untuk warna merah dan gula
merah untuk warna coklat. Zat pewarna alami ini lebih aman digunakan bila
dibandingkan dengan pewarna sintetik
b. Pewarna Identik Alami adalah pigmen yang dibuat secara sintetik struktur
kimianya mirip dengan pewarna alami. Contohnya, santoxantin (merah),
apokaroten (merah-oranye), dan betakaroten (oranye sampai kuning).
Penggunaan pewarna identik alami hanya boleh dalam konsentrasi tertentu,
kecuali beta karoten yang boleh digunakan dalam jumlah tidak terbatas.
c. Pewarna Sintetik Di negara-negara maju, penggunaan pewarna sintetik
untuk makanan harus melalui pengujian yang ketat, demi keselamatan
konsumen. Pewarna yang telah melewati pengujian-pengujian tersebut dan
yang diijinkan pemakaiannya untuk makanan dinamakan permited colour
atau certified colour.
● BAHAN PEMANIS
Bahan pemanis adalah bahan kimia yang ditambahkan pada makanan atau
minuman yang berfungsi untuk memberikan rasa manis. Dulu orang
mengenal sumber rasa manis alami berasal dari alam yaitu gula yang
dibuat dari tebu atau bit, aren, kelapa dan pemanis lain seperti madu dan
buah-buahan. Selain memberikan rasa manis ternyata gula adalah
penyumbang kalori yang baik karena mengandung gizi untuk tubuh
manusia. Berikut tingkat kemanisan untuk makanan

Nama bahan pemanis Kemanisan relative


Sukrosa (gula tebu) 100
Laktosa (gula susu) 16
Glukosa (gula darah) 74
Fruktosa ( gula tebu) 173
Sakarin 50.000
Aspartam 16.000
Asesulfame K 20.000
Suatu produk makanan atau minuman yang menggunakan pemanis buatan
seharusnya mencantumkan jenis dan jumlah pemanis yang digunakan.
Penggunaan bahan pemanis atau batasan pemakaian bahan pemanis dalam
makanan harus mengacu pada WHO yang dikenal dengan ADI (Aceptable Daily
Intake) dan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/per/IX/1988
tentang batasan maksimum penggunaan bahan kimia dalam makanan seperti
tertera pada tabel berikut.

Nama bahan pemanis Batasan permenkes Batasan ADI per kg


bobot badan
Per kg makanan
Sakarin 50 mg – 300 mg 0 – 5 mg
Siklamat 500 mg – 3000 mg 0 – 50 mg
Sorbitol 5 g – 300 g -
Aspartame - 0 – 40 mg
Asesulfame k - 0 – 9 mg

● Bahan pengawet
dapat bersifat karsinogen, untuk itu batasan penggunaan bahan
pengawet sebaiknya sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No.
722/Menkes/per/IX/88 terdapat pada tabel berikut.

Nama bahan pengawet Batasan permenkes per kg makanan


Asam benzoat 600 mg – 1000 mg
Asam sorbet 500 mg – 3000 mg
Asam propionate 2g–3g
Natrium nitrit 500 mg – 125 mg
Natrium nitrat 50 mg – 500 mg
● BAHAN PENYEDAP DAN PEMBERI AROMA
- Bahan-bahan yang termasuk dalam golongan ini ada yang diperoleh
dari alam berupa rempahrempah misalnya : bawang putih, bawang
bombay, pala, merica, serei, pkitan, daun salam, dan daun pkitan,
serta ada pula yang sintetik.Penyedap sintetik pada dasarnya
merupakan tiruan dari yang terdapat di alam. Kebutuhan penyedap
alami jauh melebihi dari yang tersedia maka sejauh mungkin dibuatlah
tiruannya. Penyedap sintetik yang sangat populer di masyarakat
adalah vetsin atau MSG (Monosodium Glutamat). Di pasaran, senyawa
tersebut dikenal dengan beragam merek dagang, misalnya Ajinomoto,
Miwon, Sasa, Royco, dan Maggi. MSG merupakan garam natrium dari
asam glutamat yang secara alami terdapat dalam protein nabati
maupun hewani. Daging, susu, ikan, dan kacang-kacangan
mengandung sekitar 20% asam glutamat. Oleh karena itu, tidak
mengherankan bila kita mengkonsumsi makanan yang mengandung
asam glutamat akan terasa lezat dan gurih meski tanpa bumbu-bumbu
lain. Keunikan dari MSG adalah bahwa meskipun tidak mempunyai cita
rasa, tetapi dapat membangkitkan cita rasa komponen-komponen lain
yang terkandung dalam bahan makanan. Sifat yang semacam itu
disebut dengan taste enhancer (penegas rasa).

- Pemberi aroma adalah zat yang dapat memberikan aroma tertentu


pada makanan atau minuman, sehingga dapat membangkitkan selera
konsumen. Penambahan zat pemberi aroma menyebabkan makanan
memiliki daya tarik untuk dinikmati. Zat pemberi aroma yang berasal
dari bahan segar atau ekstrak dari bahan alami, misalnya minyak atsiri,
dan vanili. Pemberi aroma yang merupakan senyawa sintetik, misalnya
amil asetat, mempunyai cita rasa seperti pisang ambon, amil kaproat
(aroma apel), etil butirat (aroma nanas), vanilin (aroma vanili), dan
metil antranilat (aroma buah anggur). Jeli merupakan salah satu
contoh bahan kimia dalam makanan yang menggunakan zat pemberi
aroma.

D. CIRI – CIRI MAKANAN DAN MINUMAN YANG SEHAT


⮚ Makanan
a. Tidak banyak mengandung lemak hewani
b. Rendah garam dan msg
c. Banyak mengandung serat
⮚ Minuman
a. Di masak dengan mendidih (benar masak)
b. Tidak berwarna
c. Tidak berasa
d. Tidak berbau

“TABEL PARAMETER KIMIA MAKANAN”

Parameter kimia Yang di Yang diperbolehkan


keterangan
persyaratkan
Makanan

Kadar NaCl (kadar Ca, Ukuran dan pH &, 0


Mg, SO4, Cl) kebawah
bersifat asam
sedangkan
ukuran pH
dari 7,0 ke
atas bersifat
alkaline (basa
Materi ke 12 jenis dampak parameter air, udara,tanah, makanan , minuman

Jenis Dan Dampak Parameter Air, Udara,


Tanah, Makanan dan Minuman
A. Jenis dan Dampak Parameter Air
❑ Parameter mikrobiologi
1. Ecoli
dampak: keberadaannya mengindikasikan bahwa air minum terkontaminasi kotoran manusia atau
hewan. Mikroba dalam kotoran tersebut dapat menyebabkan dampak jangka pendek, seperti diare, kejang-
kejang, mual, sakit kepala atau gejala lainnya. Mikroba tersebut dapat menimbulkan resiko kesehatan khusus
terhadap bayi, balita dan orang dewasa dengan system kekebalan tubuh yang lemah
2. Total bakteri koliform
Koliform adalah bakteri yang mengindikasikan kemungkinan adanya bekteri berbahaya lainnya
❑ Parameter kimia organic
1. Arsen
Dampaknya merusakan kulit atau masalah pada system peredaran darah dan system syaraf, serta dapat
meningkatkan resiko terkena penyakit kanker, kerusakan hati dan ginjal
sumber kotoran manusia dan hewan
2. Flourida
Dampaknya penyakit tulang (sakit padat tulang dan pengeroposan tulang), pada anak-anak dapat terkena
penyakit gigi berbintik (fluorosis yaitu perubahan pada warna gigi menjadi kecoklatan )
sumber kotoran manusia dan hewan
3. Total kromium
Dampaknya alergi kulit, kerusakan hati, ginjal, system peredaran darah, jaringan saraf
Sumber limpasan kebun buah-buahan, limbah produksi kaca, elektronik dan pemrosesan logam.
4. Katmium
Dampaknya kerusakan ginjal, hati, tulang dan peredaran darah
Sumber korosi, buangan logam, limbah baterai dan cat.

5. Nitrat (NO2)
Dampaknya bayi berusia dibawah 6 bulan yang meminum air yang mengandung nitrat melebihi nilai
maksimum yang diperbolehkan bisa sakit parah dan jika tidak dirawat bisa meninggal dunia. Gejala sesak
napas dan blue baby syndrome
Sumber limpasan dari penggunaan pupuk, rembasan tangka septik,air kotoran.
6. Nitrat (NO3)
Dampaknya bayi berusia dibawah 6 bulan yang meminum air yang mengandung nitrat melebihi nilai
maksimum yang diperbolehkan bisa sakit parah dan jika tidak dirawat bisa meninggal dunia.

B. Jenis dan Dampak Parameter Udara

1.SULFUR DIOKSIDA 
 A. SIFAT FISIKA DAN KIMIA 
Pencemaran oleh sulfur oksida terutama disebabkan oleh dua komponen sulfur bentuk gas yang tidak berwarna,
yaitu sulfurdioksida (SO2) dan Sulfur trioksida (SO3), dan keduanya disebut sulfur oksida (SOx). Sulfur
dioksida mempunyai karakteristik bau yang tajam dan tidak mudah terbakar diudara, sedangkan sulfur
trioksida merupakan komponen yang tidak reakt
B. SUMBER DAN DISTRIBUSI
Sepertiga dari jumlah sulfur yang terdapat di atmosfir merupakan hasil kegiatan manusia dan kebanyakan dalam
bentuk SO2
• .Dua pertiga hasil kegiatan manusia dan kebanyakan dalam bentuk SO2
• .Dua pertiga bagian lagi berasal dari sumber-sumberalam seperti vulkano dan terdapat dalam
bentuk H2S dan oksida. Masalah yang ditimbulkan oleh bahan pencemar yang dibuatoleh
manusia adalah ditimbulkan oleh bahan pencemar yang dibuat oleh manusia adalah dalam hal
distribusinya yang tidak merata sehingga terkonsentrasi pada daerah tertentu. Sedangkan
pencemaran yang berasal dari sumber alam biasanya lebihtersebar merata. Tetapi pembakaran
bahan bakar pada sumbernya merupakan sumber pencemaran Sox, misalnya pembakaranarang,
minyak bakar gas, kayu dan sebagainya Sumber SOx yang kedua adalah dari proses-proses
industri seperti pemurnianpetroleum, industri asam sulfat, industri peleburan baja dan
sebagainya
• C. DAMPAK TERHADAP KESEHATAN
• Pencemaran SOx menimbulkan dampak terhadap manusia dan hewan, kerusakan pada
tanaman terjadi pada kadasr sebesar0,5 ppm.Pengaruh utama polutan Sox terhadap manusia
adalah iritasi sistim pernafasan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwairitasi tenggorokan
terjadi pada kadar SO2 sebesar 5 ppm atau lebih bahkan pada beberapa individu yang sensitif
iritasi terjadipada kadar 1-2 ppm. SO2 dianggap pencemar yang berbahaya bagi kesehatan
terutama terhadap orang tua dan penderitayang mengalami penyakit khronis pada sistem
pernafasan kadiovaskular.Individu dengan gejala penyakit tersebut sangat sensitif terhadap
kontak dengan SO2 meskipun dengan kadar yang relatif rendah. Kadar SO2 yang berpengaruh
terhadap gangguan kesehatan adalah sebagai beriku
2. CARBON MONOKSIDA 
 A. SIFAT FISIKA DAN KIMIA
 Karbon dan Oksigen dapat bergabung membentuk senjawa karbon monoksida (CO) sebagai hasil pembakaran yang
tidak sempurna dan karbon dioksida (CO2) sebagai hasil pembakaran sempurna. Karbon monoksida
merupakan senyawa yang tidak berbau, tidak berasa dan pada suhu udara normal berbentuk gas yang tidak
berwarna. Tidak seperti senyawa CO mempunyaipotensi bersifat racun yang berbahaya karena mampu
membentuk ikatan yang kuat dengan pigmen darah yaitu haemoglobin
B.SUMBER DAN DISTRIBUSI
Karbon monoksida di lingkungan dapat terbentuk secara alamiah, tetapi sumber utamanya adalah dari
kegiatan manusia,Korban monoksida yang berasal dari alam termasuk dari lautan, oksidasi metal di atmosfir,
pegunungan, kebakaran hutan danbadai listrik alam.
C. DAMPAK TERHADAP KESEHATAN
Karakteristik biologik yang paling penting dari CO adalah kemampuannya untuk berikatan dengan haemoglobin,
pigmen seldarah merah yang mengakut oksigen keseluruh tubuh. Sifat ini menghasilkan pembentukan
karboksihaemoglobin (HbCO) yang200 kali lebih stabil dibandingkan oksihaemoglobin (HbO2). Penguraian
HbCO yang relatif lambat menyebabkan terhambatnyakerja molekul sel pigmen tersebut dalam fungsinya
membawa oksigen keseluruh tubuh. Kondisi seperti ini bisa berakibatserius, bahkan fatal, karena dapat
menyebabkan keracunan. Selain itu, metabolisme otot dan fungsi enzim intra-seluler jugadapat terganggu
dengan adanya ikatan CO yang stabil tersebut. Dampat keracunan CO sangat berbahaya bagi orang
yangtelah menderita gangguan pada otot jantung atau sirkulasi darah periferal yang parah

C. Jenis dan Dampak Parameter Tanah


Dampak parameter tanah
1. Pada kesehatan
Pada pencemaran tanah pada kesehatan tergantung pada tipe polutan, jalur masuknya kedalam tubuh
dan kerentanan populasi yang terkena. Komiun, berbagai macam pestisida, herbisida, merupakan
bahan karsinogenik untuk semua populasi. Timbal sangat berbahaya terhadap anak-anak, karena
dapat menyebabkan kerusakan otak serta kerusakan ginjal pada seluruh populasi
2. Pada ekosistem
Pencemaran tanah juga dapat memberikan dampak terhadap ekosistem. Perubahan kimiawi tanah
yang radikal dapat tinbul dari adanya bahan kimia beracun, berbahaya bahkan pada dosis yang
rendah sekalipun. Perubahan ini dapat menyebabkan perubahan metabolisme/mikroorganisme
endemic dan antropoda yang hidup di lingkungan tanah tersebut.

Jenis parameter tanah


• a. Parameter kimia
Parameter kimia meliputi C02, pH, alkalinitas, fosfor, dan logam-logam berat. 
b. Parameter biokimia
Parameter biokimia meliputi BOD (Biochemical Oxygen Demand), yaitu jumlah oksigen
dalam air. Cars pengukurannya adalah dengan menyimpan sampel air yang telah diketahui
kandungan oksigennya selama 5 hari. Kemudian kadar oksigennya diukur lagi. BOD
digunakan untuk mengukur banyaknya pencemar organik. Menurut menteri kesehatan,
kandungan oksigen dalam air minum atau BOD tidak boleh kurang dari 3 ppm. 
c. Parameter fisik
Parameter fisik meliputi temperatur, warna, rasa, bau, kekeruhan, dan radioaktivitas. 
d. Parameter biologi
Parameter biologi meliputi ada atau tidaknya mikroorganisme, misalnya, bakteri coli, virus,
bentos, dan plankton.

D. Jenis dan Dampak Prameter Makanan dan Minuman


Contoh Parameter yang diperiksa pada sampel makanan & minuman.

1. Sampel Garam
a. Kadar KIO3
b. Kadar Air
c. Kadar NaCl (Kadar Ca, Mg, SO4, Cl)

2. Sampel Minyak Goreng


a. Kadar Air
b. Bilangan Peroksida
c. Bilangan Penyabun
d. Bilangan Iod
e. Bilangan asam / asam lemak bebas
f. Bilangan Polenke

3. Sampel daging dalam kaleng


a. Kadar Protein
b. Kadar Lemak
c. Kadar NO2 & NO3

4. Sampel Susu Kemasan


a. Kadar Lemak
b. Kadar Protein
c. Kadar Karbohidrat
d. Kadar Air

5. Sampel Minuman Beralkohol


Sampel alkohol dibagi tiga sesuai dengan konsentrasi etanol yang terkandung di dalam minuman
tersebut.

1. Golongan A
Etanol terlarut < 5%
contohnya : Beer

2. Golongan B
Etanol terlarut 5-20%
contohnya : Anggur

3. Golongan C
Etanol terlarut 30-55%
contohnya : Vodka, Joni Walker
Parameter yang diperiksa yaitu
a. Kadar Etanol
b. Kadar Metanol
c. Pewarna
d. Pengawet (biasanya SO2)
Dampaknya dapat mengganggu fungsi pertumbuhan pada manusia, daya tahan tubuh menurun dan
dapat fungsi otak terganggu.

Materi ke 13 Metode pemeriksaan kualitas air bersih

A. Metode Pemeriksaan kualitas air bersih


a. Pemeriksaan secara mikrobiologi
Analisis terhadap suatu habitat yang di tujukan untuk kepentingan pengelolaan
lingkungan harus memperhitungkan interaksi antara factor biotik dan
anbiotik. Cara analisis mikrobiologi dilakukan berdasarkan modifikasi
dari method yang didapat di dalam standar methods (APHA, 1973),
modern methods in the study of microbial ecology (rosswall, 1973),
isolation methods for microbiologist (shapton & gilbert, 1968), antar lain
yaitu : terhadap bahan yang sudah tercampur baik, kemudian di ambil
contoh sebanyak 3 kali a 100ml. dan di tempatkan ke dalam botol
Erlenmeyer steril/bersih. Kepada tiap botol Erlenmeyer kemudian
dilakukan analisis sesuai dengan metode di atas.

b. Pemeriksaan secara fisika


1. Pemeriksaan bau dan rasa air
Ukur benda uji sebanyak 200ml, 50ml, 12ml, 2,8ml, dan masukkan masing-
masing kedalam Erlenmeyer 500ml. tambahkan air suling ke dalam
Erlenmeyer tersebut masing-masing sebanyak ; 0ml, 150ml, 188ml,
dan 197,2ml sehingga total volume campuran menjadi 200ml; tutup
Erlenmeyer dan masukkan ke dalam penangas air; masukkan juga
Erlenmeyer berisi 200ml air suling atau air demineralisasi ke dalam
penangas air tersebut sebagai pembanding; panaskan penangas air
sampai mencapai suhu 600 c; setelah suhu air dalam penangas
mencapai 600 c, angkat Erlenmeyer tersebut dari penangas air.
Goyang-goyangkan Erlenmeyer dan buka tutupnya serta cium baunya
satu persatu, dari yang paling encer dan diselang-seling dengan air
pengencer; apabila tercium bau, catat volume benda uji yang mulai
dapat tercium baunya; apabila tidak tercium bau sama sekali, artinya
contoh memang tidak berbau, catat hasilnya.

2. Pemeriksaan warna air


Masukkan sampel kedalam tabung Nessler 50ml, tempatkan tabung Nessler
pada alas yang berwarna putih, bandingkan warna sampel secara
visual dengan larutan baku dimulai dari larutan baku yang paling
encer, tetapkan warna sampel sesuai dengan skala warna larutan baku
yang paling mendekati atau berada di antara dua skala larutan baku.
Apabila warna lebih dari 70 unit Pt-Co, dilakukan pengenceran
langsung pada tabung Nessler.

c. Pemeriksaan kimia
1. Pemeriksaan kesadahan
Memasukkan 100ml sampel ke dalam tabung Erlenmeyer. Kemudian
menambahkan 1ml larutan buffer kesadahan. Menambahkan sepucuk
sendok kecil NaCN dan indicator EBT. Kemudian akan ikatan
sementara Ca/Mg EBT berwarna merah. Lalu dititrasi dengan EDTA
0,01 m hingga warna berubah menjadi biru. Mencatat volume titrasi.
2. Pemeriksaan ion Ca
Memasukkan 100 ml sampel kedalam tabung Erlenmeyer. Menambahkan 2
ml NaOH, menambahkan murexit seperti sepucuk sendok kecil, akan
terbentuk ikatan sementara Ca murexit berwarna merah lalu dititrasi
dengan EDTA 0,01 m hingga warna berubah menjadi ungu, catat
volume titrasi.

(Sumber/referensi : Hariza Adnani, S.KM, M.Pd., 2011. Buku Ajar; Ilmu


Kesehatan Masyarakat).

B. Metode Pemeriksaan kualitas air minum


1. Pengujian parameter mikrobiologis dengan H2S
Khusus parameter mikrobiologi golongan bakteri E.coli, dapat dilakukan uji
cepat yang disebut metode H2S, yaitu salah satu metode pemeriksaan
mikrobiologis air dengan melihat ada tidaknya kelompok bakteri
berbentuk gas H2S. bakteri penghasil H2S dapat digunakkan sebagai
indicator pencemaran tinja terhadap air. Metode pemeriksaan dengan
metode ada/tidaknya (resence/absence) H2S sifatnya sederhana dan
mudah digunakan untuk menunjukkan bakteri dalam sampel air, serta
dapat dipercaya untuk monitoring kualitas air terutama daerah pedesaan
yang jauh dari laboratorium.
Metode pemeriksaan dengan H2S ini dapat dijelaskan sebagai berikut ;
Tabung reaksi atau botol gelas volume 25-30ml yang tertutup ulir, diisi dengan
tissue dan kertas saring yang telah dilengkapi media. Penyediaan media
harus steril dan baru dapat dibuka pada waktu pengisian sampel air. Botol
yang telah berisi kertas saring yang telah diberi media, kemudian
disterilkan dengan autoclave pada tekanan 15 Ib/m2 selama 15 menit.
Setelah selesai media H2S dalam botol di dinginkan.

Siapkan;
a. Tabung reaksi yang sudah berisi media H2S.
b. Sampel air.
c. Lampu spritus, sterilkan tabung reaksi pada mulut tabung pada nyala
api spritus masukkan sampel air 10ml ke tabung reaksi dengan
menggunakkan pipet sterilkan kembali mulut tabung dengan nyala api
spritus pasang tutup tabung reaksi dan letakkan pad arak tabung reaksi
inkubasi pada suhu 37oc dalam incubator atau di biarkan berada pada
temperature udara luar/ambien 25-40OC selama 24-78 jam.

2. Pengujian parameter fisik dan kimia dengan wate test kit


Parameter yang harus di uji di lapangan menggunakkan water test kit antara
lain;
- Suhu-Ph
- Kekeruhan
- daya hantar listrik
- Oksigen terlarut
Parameter tersebut dis atas perlu ssegera di lakukan pengujian karena
dapat berubah dengan cepat dan tidak dapat dilewatkan.

Tata cara pengujian labolatorium:


a. Parameter kimia dan fisik mengacu pada SNI termuktakhir (2009)
b. Parameter mikrobiologi mengacu kepada standard methods
termutakhir (2005)
Sampel air yang di kirim ke laboratorium, perlu penanganan sebagai berikut;
Pendinginan: gunakkan media khusus “holding media”. Temperature ideal
untuk penyimpanan sampel 4O-10O c, sehingga wadah pengiriman di
kemas dengan material pendingin yang di letakkan di sekitar sampel.
Pengawetan: apabila jarak tempo pengiriman lebih dari 3 jam, maka
sampel air perlu du awetkan dengan penambahan bahan pengawet
(H2SO4 atau HCL) tujuannya untuk mengawetkan logam-logam,
minyak dan lemak, zat-zat organic fenol serta menghambat aktivitas
biologis. Untuk menjamin bahwa setiap sampel mempunyai
keterangan memadai dan jelas, maka harus dilengkapi dengan label
data sampel ysng di isi oleh petugas pengambil sampel.
Frekuensi pengujian sampel air dilakukan 2 kali dalam setahun, di luar
keadaan khusus dana tau kondisi darurat. Jika pengujian pertama
sudah memenuhi syarat parameter mikrobiologi, fisika dan kimia,
maka pada pengujian ke dua yang di uju cukup parameter
mikrobiologi.
Khusus untuk sampel dengan parameter radioaktif, mulai dari cara
pengambilan, pengujian laboratorium sampai dengan analisis hasil
pengujian dirujuk ke laboratorium atau institusi yang memiliki
kompetensi pengujian bahan radioaktif pemerintah sebagai
laboratorium pengujian bahan radioaktif.

(sumber/referensi: panduan pelaksanaan kegiatan surveilans kualitas air


minum dan sanitasi dasar, KEMENKES RI)

C. Metode Pemeriksaan kualitas badan air


Adapun metode yang di gunakkan dalam praktikum ini adalah metode surve, yakni
penelitian langsung ke lokasi dengan menggunakkan analisis secara in dan
ek situ.
Prosedur praktikum, sebelum praktikum di mulai, asisten menjelaskan cara
menggunakkan alat-alat yang akan di gunakan nantinya. Asisten juga
menjelaskan cara perhitungan analisis untuk masing-masing parameter.
Kemudian, asisten bserta praktikum pergi menuju waduk sambal membawa
alat-alat yang dibutuhkan untuk segera melakukan penelitian. Semua
penelitian lansung di daerah penelitian, kecuali pengukuran kekeruhan
karena alat mengukur kekeruhan berada di laboratorium.

Parameter fisika
a. Suhu
Siapkan alat pengukur suhu terlebih dahulu, yakni thermometer. Kemudian
tentukan lokasi air yang akan di ukur suhunya. Setelah lokasih
pengukuran di dapatkan, ikat bagian Pangkal thermometer (bukan ujung
air raksa) lalu masukkan thermometer ka air dengan cara mencelupkan
thermometer ke dalam perairan kemudian gantung thermometer tersebut
pada permukaan perairan beberapa menit. Setelah thermometer
menunjukkan angka angka yang konstan, baca angka yang di tunjukkan
thermometer lalu catat hasilnya.
b. Kecerahan
Siapkan alat-alat yang akan di gunakkan, seperti secchi disk dan meteran. Lalu
taentukan lokasi pengukuran kecerahan. Setelah lokasi di dapatkan,
turunkan secchi disk secara perlahan hingga batas tidak tampak, yakni
warna hitam pada secchi disk tidak lagi terlihat. Kemudian ukur
panjangnya dengan meteran atau penggaris panjang. Setelah itu, secara
perlahan Tarik secchi disk ke atas hingga warna hitam pada secchi disk
tersebut kembali terlihat lalu ukur juga berapa panjangnya, ini adalah
batas tampak. Setelah nilai batas tidak tampak dan batas tampak telah di
dapat, maka jumlahkan kedua nilai tersebut lalu di bagi dua. Ini
merupakan nilai kecerahan. Untuk lebih jelasnyarumus menhitung
kecerahan adalah sebagai berikut,
Kecerahan air (cm) = jarak tidak tampak (cm) + jarak tampak (cm) 2
c. Kekeruhan
Sediakan alat yang di gunakkan, yakni botol air mineral. Kemudian isi botol
dengan air sampel secukupnyalalu bawa air tersebut ke
laboratoriumuntuk di ukur kekeruhannya. Lalu air sampel tersebut di
pndahkan ke dalam gelas piala dan bandingkan dengan standar air yang
menjadi patokkan (standar). Masukkan air yang menjadi patokan ke
dalam turbidimeter sehingga jarum turbidimeter menunjukan angka
standarnya.setelah itu, keluarkan gelas piala yang berisi air standar tadi
lalu masukkan air sampel ke dalam gelas piala lainnya dan kocok.
Setelah itu masukkan air sampel tersebut ke dalam turbidimeter dana tur
sehingga turbidimeter menunjukan angka konstan. Cata hasil yang di
tunjukan oleh jarum turbidineter.
d. Kedalaman
Siapkan alat yang akan di gunakkan, yakni meteran. Tentukan lokasi perairan
yang akan di ukur kedalamannya. Setelah lokasi di dapatkan, masukkan
meteran ke dalam perairan hingga mengenai dasar perairan , catat
kedalamannya yang di peroleh.

Parameter kimia
1. Pengukuran Ph
Sediakan alat yang akan di gunakkan, yakni kertas ph dan ph meter.
Celupkan kertas ph ke dalam perairan, setelah kertas ph basa angkat
kertas ph tersebut lalu tunggu beberapa saat. Lihat perubahan warna
yang terjadi pada kertas ph dan bandingkan warna tersebutdengan
papan standar nilai ph lalu catat hasilnya.
2. Oksigen terlarut (dissolved oxygen-DO)
Siapkan alat dan bahan yang akan di gunakkan seperti, tiosulfat, amilum,
MnSO4, NaOHKI, H2SO4, tabung Erlenmeyer, jarum suntik, botol
BOD (botol winkler) dan pipet tetes. Kemudian tentukan lokasi
pengambilan air sampel. Setelah itu ambil air sampel menggunakkan
botol BOD namun jangan sampai terjadi gelembung udara. Caranya
yaitu dengan menenggelamkan tabung Erlenmeyer secara perlahan ke
dalam perairan, setelah tabung terisi penuh tutup mulut tabung dengan
rapat. Lalu periksa apakah di dalam tabung yang berisi air terdapat
gelembung udara atau tidak, jika ada maka ulangi kembali hingga
gelembung udara benar-benar tidak ada di dalam tabung. Tapi, jika
gelembung udara tidak ada maka dengan menggunakkan jarum suntik
ataupun pipet tetes tambahkan 2ml larutan MnSO4, 2ml NaOHK, tutup
botol dengan rapat lalu kocok dengan cara membalik-balikkan botol
hingga beberapa kali. Beberapa saat kemudian akan terjadi gumpalan
dan tunggu beberapa saat hingga proses pengendapan sempurna.
Setelah itu, ambil bagian larutan yang masih jerni dengan
menggunakkan jarum suntik ataupun pipet tetes sebanyak 100ml dan
pindahkan ke dalam tabung Erlenmeyer. Pada larutan yang tadinya
terdapat endapan, tambahkan 2ml H2SO4 lalu kocok dengan perlahan
hingga semua endapan larut, lalu pindahkan larutan tersebut ke dalam
tabung Erlenmeyer dan titrasi dengan tiosulfat hingga larutan
berwarna coklat muda. Pada larutan ini, tambahkan amilum beberapa
tetes hingga larutan berubah menjadi warna biru, kemudian titrasi
kembali dengan larutan tiosulfat hingga warna biru pada larutan
tersebut hilang. Lalu catat hasilnya dengan menggunakkan rumus:

OT = a x N x 8 x 1000
v-4

keterangan:
OT : O2 terlarut (mg O2/L)
a : volume titran Na-thiosulfat (ml)
N : Normalitas larutan thiosulfat (0,025 N)

3. Karbondioksida bebas
Siapkan alat dan bahan yang digunakkan seperti PP, NA 2CO3, tabung
erlenmeyer, dan pipet tetes atau jarum suntik. Ambil sampel air yang
akan diuji namun usahakan agar air sampel terhindar kontak dengan
udara. Dengan menggunakan pipet tetes masukkan air sampel
kedalam tabung Erlenmeyer secara perlahan agar pengaruh aerasi
tidak begitu besar. Kemudian tambahkan PP sebanyak 3-4 tetes. Jika
larutan berwarna pink berarti tidak ada CO 2 dan segera titrasi dengan
Na2CO3 0,0454 N sampai warna pink stabil. Lalu catat hasilnya
dengan menggunakkan rumus alaert dan santika

CO2 = A x N x 22 x 1000
V
Keterangan :
A : volume titran Na2CO3 yang terpakai (ml)
N : Normalitas larutan ( 0,0454 N)
V : volume sampel

Sumber/referensi :
Cecep triwibowo & Mitha erlisya pusphandani, 2015., pengantar dasar ilmu
kesehatan masyarakat.
Syukur , A., 2002, KUALITAS AIR dan struktur komunitas phytoplankton di
waduk uwai.

DAFTAR PUSTAKA

● Hariza Adnani, S.KM, M.Pd.,oktober 2011. Buku Ajar; Ilmu Kesehatan


Masyarakat.
● panduan pelaksanaan kegiatan surveilans kualitas air minum dan sanitasi
dasar, KEMENKES RI
● Cecep triwibowo & Mitha erlisya pusphandani, 2015., pengantar dasar ilmu
kesehatan masyarakat.
● Syukur , A., 2002, KUALITAS AIR dan struktur komunitas phytoplankton
di waduk uwai.

Materi ke 14.Pemeriksaan kualitas makanan, minuman, tanah

1. Makanan
Hubungan makanan dengan kesehatan dengan kesehatan secara garis besar dapat di sebabkan
karena menurunnya kandungan gizi,makanan berperan sebagai media penularan penyakit.
- Pemeriksaan Bakteri Ecoli Pada Makanan
Makanan yang harus kita teliti harus di blender sampai halus setelah halus tuangkan 10
gram sampel makanan, lalu masukan kedalam labu erlemeyer berkala dan tuanglah 100
ml air garam fisiologin atau aquaest steril atau garam butter phosphate dan kocoklah
sebanyak kurang lebih 25 kali sampai homogeny sehingga diperoleh bahan suspersic
penipisan 10.
Dalam pemeriksaan angka kuman ecoli pada makanan, siapkan 6 tabung reaksi dan
masing-masing tabung harus diberi tanda 10-1 -106, siapkan juga 7 petri dish steril pada 6
petri dish diberi tanda pada bagian belakangnya sesuai dengan kode pengeceran dan
tanggal pemeriksa seperti pada butir 2, pada tabung kedua sampai dengan ke enam, di isi
dengan pengenceran 10 dalam labu erlemeyer sebanyak 25 kali sampai homogen ambil
10 ml masukan pada tabung ke satu.
Pindahkan 1 ml bahan dari tabung ke dua ke dalam tabung ke tiga dengan pipet cairan
sampai homogeny, demikian sampai tabung ke enam, dari masing-masing tabung di atas
di mulai dari tabung ke 6, menggunakan pipet steril di ml, dimasukan kedalam masing-
masing petril steril di ambil di tuangkan mac, canke, agar (mac) yang telah di panaskan
pada water bath 45oc sebanyak 15-20ml.
Masing-masing petril digoyang perlahan hingga tercampur bahkan hingga dingin dan membeku.
Masukan kedalam incubator 37oc selama 2 x 24 jam dalam posisi terbalik pembacaan
dilakukan setelah 2 x 24 jam dengan menghitung jumlah kolom yang timbul pada setiap
petril dish

2. Minuman
Mineral merupakn komponen zat gizi yang tersedia dalam kelompok mikro, yng terdiri dari
kalsium, klorida, chromium, kolbat, tembaga, fluorin, yodium dan maksium
Kalsium merupakan mineral yang berguna untuk pengaturan struktur tulang dan gigi,
kontraksi otot, iritabilitas saraf, kerja jantung, dan produksi susu.
- Bakteri Coliform pada Minuman
Bakteri coliform merupakan parameter mikrobiologis terpenting bagi kualitas air minum.
Kelompok bakteri coliform, antara lain Eschricia Coli, enterrobakter aerogenes, dan
citrobacter fruendi. Keberadaan bakteri didalam air minum itu menunjukan tingkat
sanitasi rendah. Keberadaan bakteri juga menunjukan adanya bakteri panthogen lainnya
misalnya, shigella, yang menyebabkan diare hingga muntahber (Lim, 1998). Jadi,
coliform adalah indicator kualitas air. Makin sedikit kandungan coliform, artinya,
kualitas air semakin baik (Gobel, 2008).
Terdapatnya bakteri coliform dalam air minum dapat menjadi indikasi kemungkinan besar
adanya organisme phantogen lainnya. Bakteri coliform dibedakan menjadi dua tipe, yaitu
Faecal coliform dan Non faecal coliform. Menurut Gobel (2008), bakteri coliform dapat
dibedakan menjadi dua bagian, yaitu :
1) Coliform fekal, misalnya E.coli, merupakan bakteri yang berasal dari kotoran
hewan atau manusia. Adanya E. coli pada air minum menandakan air tersebut
telah terkontaminasi feses manusia dan mungkin juga mengandung patogen
usus.
2) Coliform non fekal, misalnya, E.aeroginosa, biasanya ditemukan pada hewan
atau tanaman yang telah mati.
3. Tanah
Tanah merupakan bagian tertipis dari seluruh laoisan bumi, tetapi pengaruhnya terhadap
lingkungan sangat besar. Hubungan tanah dengan mahkluk hidup sangat erat , tanah
menyediakan berbagai sumber daya yang berguna bagi kelangsungan hidup manusia dan
mahkluk hidup lainnya. Selain itu tanah juga merupakan habitat alamiah bagi manusia
dan makhluk hidup lainnya.
- Metode Pemeriksaan Tanah di Telur Cacing
Metedo apung (Flotation Method) metode ini digunakan larutan NaCl jenuh atau larutan
gula atau larutan gula jenuh yang didasarkan atas BJ (Berat jenis) telur sehingga telur
akan mengapung dan mudah diamati. Metode ini digunakan untuk pemeriksaan feses
yang mengandung sedikit telur. Cara kerjanya didasarkan atas berat jenis larutan yang
digunakan, sehingga telur-telur terapung dipermukaan dan juga untuk memisahkan
partikel-partikel yang besar yang terdapat dalam tinja. Pemeriksaan ini hanya berhasil
untuk telur-telur Namatoda, Schistostoma, Dibothriosephalus, telur yang berpori-pori dari
family Taenidae, telur-telur Achaantocephala ataupun telur Ascaris yang infertil.
DAFTAR PUSTAKA

*Karya Tulis Ilmiah tahun 2016


*Ilmu kesehatan masyarakat//Hariza adnani, S.KM,M. Pd-cetakan satu oktober 2011
*Pengantar Ilmu Tanah//Ir. Mul Mulyani Sutedjo-cetakan keempat agustus 2005

Materi ke 15 metode pemeriksaan limbah cair, udara emisi dan ambien


METODE PEMERIKSAAN LIMBAH
CAIR,UDARA,EMISI DAN EMBIEN
Meningkatkan aktifitas berbagai macam industry menyebabkan
semakin besarnya limbah yang di hasilkandari waktu ke waktu
koenskuensinya adalah beban badan air selama ini di jadikantempat
pembuangan limbah cairmenjadi semakin berat,termaksud
terganggunya komponen lainseperti saluran air,biota perairan dan
sumber air pendudukkeadaan tersebut menyebabkan terjadinya
penyebaran yang banyak menimbulkan kerugian bagi manusia dan
lingkungan.
Air limbah terdiri dari 99,9%air dan 0,1% bahan lain bahan padat
terambang ,koloid dan terlarut. Di daerah kering dan setengah kering
sumberdaya air begitu langka, sehingga sering terjadi pertentangan
yang k eras antarakebutuhanair di daerah perkotaan.
Pertentangan ini biasanya dapat di atasi hanya dengan pemanfaatan air
limbah bagi pertanian ;kota harus menggunakan air bersih
dahulu,danair limbah perkotaan : setelah pengelolaan tepat lalu di
gunakan untuk perairan tanaman.jika urutan sumber daya air itu
diikuti,maka baik pengembanagan daerah pertanian dapat sangat
terhambat, dan akibatnya berpengaruh buruk terhadap pembangunan
ekonomi nasional.
Laju penghasilan air limbah biasanyaair limbah biasanya antara 80 dan
200liter per orang per hari atau sekitar 30-70 m per orang per tahun.
dasar dasar pokok kimia atmosferik ,khususnya oleh para peneliti
pencemar udara ,selanjutnya penting bagi kita untuk mengenal aspek
umum pokok bahasan ini dalam suatu rangka konseptual sebuah sistem
Udara adalah juga atmosfir yang berada di sekeliling bumi yang
fungsinya sangat penting kehidupan di dunia ini. dasar dasar pokok
kimia atmosferik ,khususnya oleh para peneliti pencemar udara
,selanjutnya penting bagi kita untuk mengenal aspek umum pokok
bahasan ini dalam suatu rangka konseptual sebuah sistem
dalam udara terdapat oksigen(o2) untuk bernafas,karbondioksida untuk
proses fotosintesis oleh klorofil dan ozon(O3) untuk menahan sinar
ultraviolet.susunan komposisi udara bersih dan kering ,kira-kira
tersusun oleh
Nitrogen: (N2) =78,09 volume
Oksigen : (O2) =21,94
Argon : (A1 =0,93
Udara adalah masuknya atau di masukanya zat,energi,dan/atau
komponen lain kedalam udara ambient oleh kegiatan manusia,sehingga
mutu udara embien turun sampaike tingkat tertentu yang
menyebabkan udara embien turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan udara embien tidak dapat memenuhi fungsinya.
pencemaran udara .C meteorologi,bersamaan dengan itu ,terjadi pula
proses-proses transformasi fisiko-kimia yang mengubah pencemaran
primer menjadi unsur gas atau partikulat bentuk lain yang di kenal
sebagai pencemar sekunder. Pencemar-pencemar ini dapat tersisishkan
dari atmosfer kembali ke permukaan bumi melalui proses deposisi basa
atau kering ,yang dapat memberikan dampak terhadap
penerima,seperti manusia,hewan,ekosistem,vegetasi dan material.
Gambaran sistem pencemaran udara ini ,merupakan suatu penjebaran
langkah-langkah penting yang harus dilaksanakan ,dalam usaha
mengendalikan pencemaran udara ,serta melindungi para penerima
dari dampak negative yang akan timbul.namun perlu diingat saat ini
,bawa usaha pengendalian akan terutama diarahkan terhadap sumber
pencemarnya yang menjadi unsure penyebab dalam sistem tersebut.
Pencemaran udara pada dasarnya berbentuk partikel (debu
,aerosol,timah hitam)dan gas(CO,NOX,SOX,H2S, hidrokarbon).
Langkah pertama,dalam pengelolaan pencemaran udara adalah dengan
melakukan pengkajian/identifikasi mengenal macam sumber ,model
dan pola penyebaran serta pengaruh,dampaknya. Sumber pencemaran
udara yang sering dikenal dengan sumber emisi adalah tempat di mana
pencemaran udara mulai di pancarkan ke udara.
Langkah selanjutnya adalah mengetahui dan mengkomunikasikan
tentang pentingnya pengelolaan pencemaran udara dengan
pertimbangkan keadaan sosial lingkunganya , yang berhubungan
dengan demografi,kondisi sosial ekonomi,sosial budaya dan psikologi
serta imbangan ekonomi.
Untuk melakukan pengukuran lapangan dalam rangka pemantauan
pencemaran udara di perlukan pemilihan metoda secara tepat sesuai
dengan kemampuan jaringan pengamatan,penempatan peralatan /
instrument yang diperlukan untuk pengambilan sampel dan kebutuhan
peralatan beserta ahlinya untuk keperluan analisis.dengan
mengkoordinasikan bidang-bidang seperti tersebut di atas,.maka
pengendalian kualitas udara dapat di laksanakan.
Sumber pencemaran dapat merupakan kegiatan yang bersifat alami
(natural)dan kegiatan antropogenik. Contoh sumber alami adalah
akibat letusan gunung berapi,kebakaran hutan,dekomposisi biotic
,debu,spora tumbuhan dan lain sebagainya.pencemaran udara akibat
aktifitas manusia (kegiatan antropogenik),secara kuantitatif sering lebih
besar .untuk kategori ini sumber-sumber pencemaran udara akibat
aktivitas transportasi ,industry,dari persampahan ,baik akibat proses
dekomposisi ataupun pembakaran dan rumah tangga.
Udara embien adalah udara bebas di permukaan bumi pada lapisan
troposfir yang berada di dalam wilayah yurisdiksi republic Indonesia
yang di butuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia,mahluk hidup
dan unsure lingkungan hidup lainya.
Sumber emisi adalah setiap usaha dan/atau komponen lain yang
dihasilkan lain dari suatu kegiatan yang masuk dan atau di masukan ke
dalam udara embien yang mempunyai potensi sebagai unsur pencemar
Sumber bergerak adalah sumber emisi yang bergerak atau tidak tepat
berasal dari kendaraan bermotor
Udara embien adalah kadar zat ,energy,dan/atau komponen lain yang
ada di udara bebas
Uji tipe emisi adalah pengujian emisi terhadap kendaraan bermotortipe
baru.

( Dr.ir moestikahadisoedomo,M.Sc.,DEA(1950-1995)
Materi ke16 parameter mikro parasite air, limbah cair, udara,tanah, makanan ,
minuman, peralatan

PARAMETER MIKRO PARASIT AIR


1. Parameter Fisik
a. Bau
Bau air dapat memberi petunjuk terhadap kualitas air, misalnya bau amis dapat
disebabkan oleh adanya algae dalam air tersebut.
b. Jumlah Zat Pelarut
Analisa zat padat dalam air digunakan untuk menentukan komponen-komponen
air secara lengkap, proses perencanaan, serta pengawasan terhadap proses
pngloahan air minum maupun air buangan.
c. Kekeruhan
Kekeruhan menggambarkan sifat optic air yang ditentukan berdasarkan
banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang
terdapat didalam air.
d. Rasa
Air yang berasa menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat
membahayakan kesehatan.
e. Suhu
Peningkatan suhu mengakibatkan peningkatan viksositas, reaksi kmia,
evaporasi, volatilisasi, serta menyebabkan penurunan kelarutan gas
dalam air (gas O2, CO2, N2, CH4, dan sebagainya).
f. Warna
Warna pada air disebabkan adanya partikel hasil pembusukan hasil organic,
ion-ion metal alam (besi dan mangan), plankton, humus, buangan
industry, dan tanaman air.
g. Daya hantar listrik
DHL pada air merupakan ekspresi numerik yang menunjukkan kemampuan
suatu larutan untuk menghantarkan arus listrik.

2. Parameter Kimia
a. Besi
Besi atau ferrum (Fe) merupakan metal warna putih keperakan, liat, dan dapat
dibentuk.
b. Flourida (F)
Flour adalah halogen yang sangat reaktif sehingga selalu terdapat dalam bentuk
senyawa.
c. Kesadahan
Kesadahan disebabkan adanya kandungan ion-ion logam bervalensi banyak
(terutama ion-ion bervalensi dua, seperti Ca, Mg, Fe, Mn, Sr).
d. Klorida (Cl)
Unsur klor dalam air terdapat dalam bentuk ion klorida (Cl-).
e. Mangan
Mangan berada dalam bentuk manganous (Mn2+) dan manganic (Mn4+) berada
dalam bentuk senyawa mangan dioksida yang sangat tak terlarut di dalam
air dan mengandung karbondioksida.
f. Natrium
Natrium (Na) adalah salah satu unsur alkali utama yang ditemukan diperairan
dan merupakan kation penting yang mempengaruhi keseimbangan
keseluruhan kation di perairan.
g. Nitrat
Nitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan merupakan
nutrient utama bagi pertumbuhan tanaman dan algae.
h. Nitrit
Di perairan alami, nitrit (NO2) ditemukan dalam jumlah yang sedikit, lebih
sedikit daripada nitrat, Karena bersifat tidak stabil dengan keberadaan
oksigen.
i. pH
merupakan suatu parameter penting untuk menentukan kadar asam/basa dalam
air.

3. Parameter Biologi
a. Analisa Coliform
Merupakan tes untuk mendeteksi keberadaan dan memperkirakan jumlah
bakteri coliform dalam air yang diteliti.

PARAMETER MIKRO PARASIT LIMBAH CAIR

1. BOD (Biochemical Oxygen Demand)


BOD ditentukan dengan mengukur jumlah oksigen yang digunakan oleh
mikroorganisme selama kurun waktu dan pada temperature tertentu
(biasanya 5 hari pada suhu 20oC).
2. COD (Chemical Oxygen Demand)
Merupakan jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada didalam
air dapat teroksidasi melalui reaksi kimiawi.
3. DO (Dissolved Oxygen)
DO penting dan berkaitan dengan system saluran pembuangan maupun pengolahan
limbah.
4. Ph
Nilai ph limbah cair adalah ukuran kemasan atau kebebasan limbah.

PARAMETER MIKRO PARASIT UDARA


1. Sulfur Dioksida
Mempunyai karakteristik bau yang tajam dan tidak mudah terbakar di udara.
2. Nitrogen Dioksida
Adalah kelompok gas nitrogen yang terdapat di atmosfir yang terdiri dari nitrogen
monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2).
3. Partikel Debu
Merupakan campuran yang sangat rumit dari berbagai senyawa organic dan
anorganik yang terbesar di udara dengan dimeter yang sangat kecil, mulai
dari <1 mikron sampai dengan maksimal 500 mikron.
4. Timah Hitam
Merupakan logam lunak yang berwarna kebiru-biruan atau abu-abu keperakan
dengan titik leleh pada 327,5oC dan titik didih 1.740oC pada tekanan
atmosfer.
5. Oksidan
Merupakan senyawa di udara selain oksigen yang memiliki sifar sebagai
pengoksidasi.
6. Karbon Monoksida
Merupakan senyawa yang tidak berbau, tidak berasa dan pada suhu udara normal
berbentuk gas yang tidak berwarna
7. Klorin
Terbentuknya gas klorin di udara ambien merupakan efek samping dari proses
pemutihan dan produksi zat/senyawa organic uang mengandung khlor.

PARAMETER MIKRO PARASIT TANAH


1. Parameter Fisik Tanah
● Tekstur (3F)
● Tekstur (4F)
● BD/Bulk Density
● PD/Particle Density
● Permeabilitas
● Kadar air kapasitas lapang
2. Parameter Kimia Tanah
● Ph H2O
● Ph KCI
● Ph H2O2
● DHL
● C-organik
● N-total
● P-total/P2O2
● K-total/K2O
● P-tersedia
● Na-dd
● K-dd
● Ca-dd
● Mg-dd
● Al-dd
● H-dd
● KTK
● Fe larut
● Fe-dd
● SO4 larut
● Pirit
● Mn/mangan
● Minyak lemak

PARAMETER MIKRO PARASIT MAKANAN, MINUMAN, DAN


PERALATAN
1. Parameter Bakteriologis
Parameter bakteriologis dapat dijelaskan beberapa hal sebagai berikut. Angka
bakteri adalah perhitungan jumlah bakteri yang didasarkan pada asumsi
bahwa setia sel bakteri hidup dalam suspense akan tumbuh menjadi satu
koloni setelah diinkubasi dalam media biakan dan lingkungan yang sesuai.

REFERENSI

1. Telaah Kualitas Air (Hafni Effendi, 2003)


2. Mikrobiologi: menguak dunia mikroorganisme (Drs. Koes Irianto, 2007)
3. Menteri kesehatan RI Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002
4. Haslam, 1995 dalam Effendi 2003

Anda mungkin juga menyukai