Anda di halaman 1dari 17

PERBANDINGAN KUALITAS TIDUR SISWA/SISWI

KELAS XI SMA NEGERI DENGAN KUALITAS


TIDUR SISWA/SISWI KELAS XI SMA SWASTA

Pinalosa, Luis 1*, Dhawo, Maria Silvana 2, Anggraini Sapariah 3


1mahasiswa STIKES Suaka Insan Banjarmasin
2,3Dosen STIKES Suaka Insan Banjarmasin

Email: vnalosa@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang: Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur. Pelajar
atau remaja sangat rentan mengalami kualitas tidur yang buruk karena jam normal
yang seharusnya digunakan untuk tidur dialih fungsikan oleh remaja untuk
mengerjakan tugas. Tujuan Penelitian ini adalah untuk menganalisis perbandingan
kualitas tidur siswa/siswi kelas XI di SMA Negeri 11 Banjarmasin yang
menerapkan full day school dengan kualitas tidur siswa/siswi kelas XI di SMA
Frater Don Bosco Banjarmasin yang tidak menerapkan full day school.
Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis
penelitian kausal komparatif. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode
probability sampling dengan jenis simple random sampling dengan jumlah sampel
berjumlah 208 siswa/siswi. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan
lembar kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Uji statistik
menggunakan mann whitney/U-test.
Hasil: Siswa/siswi kelas XI SMA Negeri 11 Banjarmasin mayoritas berada pada
kategori kualitas tidur cukup berjumlah 45 responden (21,6%). Sedangkan untuk
siswa/siswi kelas XI SMA Frater Don Bosco Banjarmasin mayoritas berada pada
kategori kualitas tidur baik berjumlah 78 responden (37,5%). Hasil uji komparasi
mann whitney/U-test, diperoleh nilai signfikansi <0,05 p value sebesar 0,001
menunjukkan terdapat perbedaan antara kualitas tidur siswa/siswi yang menjalani
sistem pembelajaran full day school dengan kualitas tidur siswa/siswi yang tidak
menjalani sistem pembelajaran full day school.
Kesimpulan: Ada perbedaan kualitas tidur siswa/siswi kelas XI di SMA Negeri
11 Banjarmasin yang menerapkan full day school dengan kualitas tidur
siswa/siswi kelas XI di SMA Frater Don Bosco Banjarmasin yang tidak
menerapkan full day school tahun 2018.

Kata Kunci: Kualitas Tidur, Siswa/Siswi SMA


LATAR BELAKANG terwujudnya intensifikasi dan
Full day school secara umum efektifitas proses edukasi. Dalam
adalah program sekolah yang sistem full day school ini orang tua
menyelenggarakan proses belajar tidak akan takut anak akan terkena
mengajar di sekolah selama sehari pengaruh negatif karena untuk masuk
penuh dari pagi hingga sore hari. ke sekolah tersebut biasanya
Penerapan full day school sudah dilakukan tes (segala macam tes)
banyak dilaksanakan di sekolah- untuk menyaring anak-anak dengan
sekolah di Indonesia khususnya kriteria khusus (IQ yang memadai,
SMA, namun belum semua kepribadian yang baik dan motivasi
melaksanakan full day school. belajar yang tinggi).
Sekolah yang menerapkan full day
school sebagian besar aktivitas Sistem full day school merupakan
siswanya berada disekolah seperti pola belajar seharian penuh di dalam
makan, bermain, beribadah, dan lain sekolah, maka sistem full day school
sebagainya dengan kata lain full day ini membuat anak akan menjadi
semakin terlepas dari budaya
school merupakan program
pendidikan yang seluruh aktivitas daerahnya sendiri karena tidak ada
siswanya dikemas dalam satu sistem waktu lebih untuk berinteraksi dengan
pendidikan (Oktamiati & Putri, 2013). lingkungannya. Anak yang
bersekolah disekolah full day school
Penerapan full day school lebih banyak menghabiskan waktu
mempunyai beberapa dampak positif disekolah, dan tidak beragamnya
dan negatif. Dampak positif full day ruang interaksi bagi mereka dimana
school antara lain, sistem full day pada penelitian Prawitasih (2017)
school lebih memungkinkan terdapat 31 siswa yang bersekolah
terwujudnya pendidikan utuh yang sehari penuh (full day school), siswa
meliputi tiga bidang, yakni kognitif, yang memiliki personal sosial baik
afektif dan psikomotorik, Sistem full mencapai 32, 3% dan siswa yang
day school lebih memungkinkan memiliki personal
sosial kurang baik sebanyak 67,7%. membutuhkan kesiapan fisik,
Sistem full day school ini psikologis, maupun intelektual
yang bagus. Jadwal kegiatan persentase sebesar 19,78% dalam
pembelajaran yang padat dan kategori tingkat stres belajarnya
penerapan sanksi yang konsisten, rendah dan pada stres tingkat sedang
dalam batas tertentu akan dapat berpengaruh terhadap kondisi
menyebabkan siswa seringkali merasa kesehatan seseorang, perubahan
jenuh atau bosan, kelelahan dan perilaku remaja pada tingkat stres ini
stress. biasanya seperti cemas berlebihan,
Penelitian Abrianti (2012) gangguan tidur, mulai melakukan
didapatkan hasil dari 364 responden perilaku menyimpang, merokok,
siswa yang menjalani full day school bolos sekolah, dan jika mengalami
terdapat 36 responden dengan kelelahan fisik, mereka bisa sakit.
persentase sebesar 9.89% dalam Gangguan tidur merupakan suatu
kategori tingkat stres belajarnya kumpulan kondisi yang dicirikan
tinggi, 256 responden dengan dengan gangguan dalam jumlah,
presentase sebesar 70,33% dalam kualitas, atau waktu tidur pada
kategori tingkat stres belajarnya seorang individu (Haryono dkk,
sedang, dan 72 responden dengan 2009). Menurut WHO tahun 2011,
gangguan tidur pada remaja di yang lain juga dapat terganggu atau
Amerika menyebutkan 30-50 juta berubah. Kegagalan untuk
penduduk remaja Amerika mempertahankan siklus tidur-bangun
mengalami gangguan tidur dan 5% individual yang normal dapat
hingga 10% pada remaja Amerika mempengaruhi kesehatan seseorang
terkena gangguan tidur kronis. Pada (Potter & Perry, 2005).
tahun 2010 dari 300,452 juta Menurut Deshinta (2009) dalam
penduduk Indonesia terdapat 28,053 Sarfriyanda, dkk (2015), pelajar dan
juta orang (11,7%) Indonesia yang mahasiswa sangat rentan mengalami
mengalami gangguan tidur dimana kualitas tidur yang buruk hal itu
sekitar 10% dialami oleh kalangan dibuktikan dengan penelitiannya di
remaja, di Kalimantan Selatan dapatkan 220 pelajar dari jumlah total
terdapat 8,2% remaja yang 287 pelajar di SMA Negeri 1 Tanjung
mengalami gangguan tidur (BKKBN, Morawa mempunyai kualitas tidur
2011). Jenis gangguan tidur yang yang buruk. Kurang tidur
dialami sebagian besar orang adalah menyebabkan gangguan konsentrasi,
insomnia (80%) dan hipersomnia kelelahan, gangguan mood, sehingga
(15%). Kesulitan untuk memulai dapat mempengaruhi remaja terutama
tidur, sering terbangun di malam hari terhadap prestasi belajar. Hasil
dan sulit untuk tertidur kembali serta penelitian tersebut juga dijelaskan
terbangun di pagi hari dengan bahwa pada umumnya, siswa yang
keadaan tidak segar adalah gejala cukup tidur memiliki prestasi belajar
klasik dari insomnia. yang tinggi. Hasil yang diperoleh
Aktivitas yang padat dan yaitu 49,1% responden dengan
kompleksitas permasalahan jati diri prestasi tinggi dan cukup tidur 22,4%
remaja menyebabkan remaja rentan responden berprestasi sedang dan
terhadap kejadian insomnia karena cukup tidur, 6,0% responden
jam normal yang seharusnya berprestasi rendah namun cukup
digunakan untuk tidur, dialih tidur. Sedangkan terdapat 14,7%
fungsikan oleh para remaja untuk responden berprestasi tinggi namun
melakukan hal-hal lain salah satunya tidak cukup tidur, 6,9% responden
adalah mengerjakan tugas. berprestasi sedang namun tidak cukup
(Rimbawan, dkk, 2016). tidur, serta 0,9% responden
Masalah remaja dalam hal berprestasi rendah dan kurang tidur.
kurangnya pemenuhan kebutuhan Kualitas tidur adalah kepuasan
sangatlah penting untuk diperhatikan, seseorang terhadap tidur, sehingga
namun, kenyataannya remaja lebih seseorang tersebut tidak
memilih tidur larut malam dan harus memperlihatkan perasaan lelah,
bangun pagi karena kewajiban mudah terangsang dan gelisah, lesu
sebagai pelajar. Padahal seharusnya dan apatis, kehitaman di sekitar mata,
kebutuhan tidur remaja adalah 8-9 kelopak mata bengkak, konjungtiva
jam/hari (Wong, 2008). merah, mata perih, perhatian
Tidur adalah salah satu terpecah-pecah, sakit kepala dan
kebutuhan fisiologis yang memiliki sering menguap atau mengantuk
pengaruh terhadap kualitas dan (Hidayat, 2006).
keseimbangan hidup. Seseorang yang Semua orang membutuhkan tidur
mengalami gangguan dalam siklus untuk bertahan hidup, memperbaiki
tidur, maka fungsi fisiologis tubuh sistem kekebalan. Durasi tidur setiap
orang berbeda-beda tergantung dari bahwa 1 bulan terakhir sering merasa
banyak faktor, termasuk umur. Bayi kurang fit dan badan terasa sakit/nyeri
membutuhkan tidur 16 jam/hari, saat bangun pada pagi hari.
anak-anak membutuhkan 9 jam/hari,
sedangkan orang dewasa mayoritas 7- METODOLOGI
8 jam/hari. Kurang tidur pada Jenis penelitian yang digunakan
seseorang akan menyebabkan dalam penelitian ini menggunakan
kelelahan pada keesokan harinya pendekatan kuantitatif dengan jenis
(Hananta, 2014). penelitian kausal komparatif.
Hasil wawancara studi Variabel penelitian ini terdiri dari
pendahuluan yang dilakukan pada variabel bebas (independen) yaitu full
tanggal 19 sampai 21 oktober 2017 day school dan variabel terikat
terhadap 10 orang responden (dependen) yaitu kualitas tidur.
siswa/siswi SMA Negeri 11 Populasi pada penelitian ini
Banjarmasin yang menjalani full day adalah siswa/siswi kelas XI SMA
school. Didapatkan hasil 5 dari 10 Negeri 11 Banjarmasin yang
responden (50%) mengungkapkan menjalani full day school yang
bahwa 1 bulan terakhir sering tidur berjumlah 246 siswa/siswi dan
larut malam (rata-rata diatas jam siswa/siswi kelas XI SMA Frater Don
23.00 wita) untuk menyelesaikan Bosco Banjarmasin yang tidak
tugas sekolah dan harus bangun pagi menjalani full day school yang
untuk berangkat ke sekolah. 7 dari 10 berjumlah 188 siswa dengan total
responden (70%) mengungkapkan populasi 434 siswa/siswi.
bahwa 1 bulan terakhir sulit untuk Sampel penelitian ini adalah
memulai tidur dan tidak nyenyak saat sebagian dari siswa-siswi kelas XI
tidur pada malam hari. 6 dari 10 SMA Negeri 11 Banjarmasin dengan
(60%) responden mengungkapkan jumlah sampel 103 siswa dan
bahwa 1 bulan terakhir sering sebagian dari siswa/siswi SMA Frater
terbangun pada saat tidur malam hari. Don Bosco Banjarmasin dengan
Dan 9 dari 10 (90%) responden jumlah sampel 105 siswa sehingga
mengungkapkan bahwa 1 bulan total sampel dalam penelitian
terakhir sering merasa kurang fit dan berjumlah 208 siswa/siswi.
badan terasa sakit/nyeri saat bangun Penelitian ini dilakukan di SMA
pada pagi hari. Negeri 11 Banjarmasin dan SMA
Peneliti melakukan studi Frater Don Bosco Banjarmasin
pendahuluan kembali pada tanggal 12 Kalimantan Selatan. Waktu penelitian
januari 2018 terhadap 10 orang dilaksanakan pada tanggal 4 dan 16
responden siswa/siswi SMA Frater April 2018.
Don Bosco Banjarmasin yang tidak Instrumen yang digunakan dalam
menjalani full day school. Didapatkan penelitian ini adalah kuesioner yang
hasil 5 dari 10 responden (50%) memuat pernyataan yang terdiri dari
mengungkapkan selama 1 bulan pertanyaan terkait variabel kualitas
terakhir tidak nyenyak saat tidur pada tidur, yaitu dengan menggunakan
malam hari. 4 dari 10 responden Pittsburgh Sleep Quality Index
(40%) mengungkapkan selama 1 (PSQI). Kuesioner PSQI digunakan
bulan terakhir sering terbangun pada untuk mengukur kualitas tidur yang
saat tidur malam hari. Dan 4 dari 10 dinilai dari 7 komponen, yaitu
(40%) responden mengungkapkan kualitas tidur secara subjektif, latensi
tidur, durasi tidur, efisiensi kebiasaan pada SMA Negeri 11 Banjarmasin
tidur, gangguan tidur, penggunaan mayoritas adalah jenis kelamin
obat-obatan, dan disfungsi tidur perempuan berjumlah 61 responden
disiang hari. (59,22%). Pada SMA Frater Don
Bosco Banjarmasin mayoritas
HASIL responden adalah berjenis kelamin
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden perempuan sebanyak 58 responden
Berdasarkan Usia (55,23%).
Usia F %
Full 12-14 0 0 Tabel 3. Distribusi Frekuensi
day Tahun
Berdasarkan Kualitas Tidur Secara
School 15-17 98 95,14%
Tahun Subjektif
18-20 5 4,86% Kualitas Frekuensi %
Tahun Tidur
Jumlah 103 100% Subjektif
Tidak 12-14 0 0 Full Sangat 5 5
Tahun day Baik
Full 15-17 104 99,04% School Baik 23 22,3
day Tahun Cukup 29 28,1
school 18-20 1 0,96% Kurang 46 44,6
Tahun
Jumlah 103 100%
Jumlah 105 100%
Tidak Sangat 2 1,9
baik
Tabel 1. diatas menunjukkan bahwa
Full Baik 28 26,7
responden yang menjalani full day day
school untuk usia mayoritas berada School Cukup 49 46,7
pada kisaran usia 15-17 tahun yaitu Kurang 26 24,7
98 responden (95,14%). Sedangkan Jumlah 105 100%
pada responden yang tidak menjalani
full day school mayoritas berada pada Pada tabel 3. diketahui bahwa kualitas
usia kisaran 15-17 tahun 104 tidur yang ditinjau dari kualitas tidur
responden (99,04%). secara subjektif pada responden SMA
Negeri 11 Banjarmasin yang
Tabel 2. Distribusi Frekuensi menjalani full day school mayoritas
Berdasarkan Jenis Kelamin berada pada kategori kualitas tidur
Jenis F Persentase kurang berjumlah 46 responden
Kelamin (%)
(44,6%). Pada responden SMA Frater
Full Laki-laki 42 40,78%
day
Don Bosco Banjarmasin yang tidak
School Perempuan 61 59,22% menjalani full day school mayoritas
Jumlah 103 100% berada pada kategori kualitas tidur
cukup berjumlah 49 responden
Tidak Laki-laki 47 44,77%
(46,7%).
Full Perempuan 58 55,23%
day
Tabel 4. Distribusi Frekuensi
school
Berdasarkan Kualitas Tidur Ditinjau dari
Jumlah 105 100%
Latensi Tidur.
Latensi Frekuensi %
Karakteristik responden berdasarkan Tidur
jenis kelamin dapat dilihat dari data < 15 5 5,0
tabel 2. di atas yang menunjukkan menit
Full 16-30 31 30,0 43 responden (41,7%). Durasi tidur
day menit pada respoden yang tidak menjalani
school 31-60 30 29,1 full day school mayoritas berada
menit dalam kategori sama yaitu 5-6 jam
> 60 37 35,9
sebanyak 43 responden (41,0).
menit
Jumlah 103 100% Tabel 6. Distribusi Frekuensi
< 15 12 11,4 Berdasarkan Kualitas Tidur Ditinjau dari
menit Efisiensi Kebiasaan Tidur.
Tidak 16-30 50 47,6 Efisiensi Frekuen %
menit Kebiasaaan si
Full 31-60 27 26,0 Tidur
day menit
> 85% 8 7,7
School > 60 16 15,0
Full 75-84% 19 18,4
menit
day
Jumlah 105 100% Schoo 65-74% 40 38,9
l
Berdasarkan pada tabel 4. diatas < 65% 36 35,0
didapatkan latensi tidur responden Jumlah 103 100%
yang menjalani full day school > 85% 15 14,2
mayoritas berada pada kategori >60 Tidak 75-84% 21 20,0
menit sebanyak 37 responden Full 65-74% 38 36,2
(35,9%). Sedangkan pada responden day
yang tidak menjalani full day school Schoo < 65% 31 29,6
mayoritas berada pada kategori 16-30 l
menit sebanyak 50 responden Jumlah 105 100%
(47,6%).
Berdasarkan tabel 6. efisiensi
Tabel 5. Distribusi Frekuensi kebiasaan tidur responden yang
Berdasarkan Kualitas Tidur Ditinjau dari menjalani full day school mayoritas
Durasi Tidur. berada pada kategori 65-74%
No Durasi Frekuensi % sebanyak 40 responden (38,9%).
Tidur Efisiensi kebiasaan tidur responden
> 7 jam 6 5,9 yang tidak menjalani full day school
Full 6-7 jam 20 19,4 mayoritas berada pada kategori 65-
day 74% sebanyak 38 responden (36,2%).
School 5-6 jam 43 41,7
< 5 jam 34 33,0 Tabel 7. Distribusi Frekuensi
Jumlah 103 100% Berdasarkan Kualitas Tidur Ditinjau dari
> 7 jam 18 17,1 Gangguan Tidur.
Tidak 6-7 jam 28 26,7 Gangguan Frekuen %
Full 5-6 jam 43 41,0 tidur si
day Tidak Pernah 0 0
School < 5 jam 16 15,2 Full Kadang- 35 34,0
Jumlah 105 100% day kadang
Schoo Sering 51 49,5
Berdasarkan tabel 5. diatas durasi l
tidur responden yang menjalani full Selalu 17 16,5
day school mayoritas berada dalam Jumlah 103 100%
kategori kategori 5-6 jam sebanyak Tidak pernah 0 0
Tidak Kadang- 57 54,2 Berdasarkan tabel 8. penggunaan obat
kadang tidur pada responden yang menjalani
Full Sering 43 41,0 full day school mayoritas berada pada
day kategori tidak pernah sebanyak 77
Schoo Selalu 5 4,8
responden (74,7%). Penggunaan obat
l
tidur pada responden yang tidak
Jumlah 105 100%
menjalani full day school mayoritas
berada pada kategori tidak pernah
Berdasarkan tabel 7. gangguan tidur
sebanyak 86 responden (82,0%).
responden yang menjalani full day
school mayoritas berada dalam
Tabel 9. Distribusi Frekuensi
kategori sering sebanyak 51 Berdasarkan Kualitas Tidur Ditinjau dari
responden (49,5%). Gangguan tidur Disfungsi Siang Hari.
responden yang tidak menjalani full Disfungsi Frekuensi %
day school mayoritas berada dalam disiang hari
kategori kadang-kadang sebanyak 57 Tidak 11 10,7
responden (54,2%). Pernah
Full Jarang 48 46,6
Tabel 8. Distribusi Frekuensi day
Berdasarkan Kualitas Tidur Ditinjau dari School Sering 32 31,0
Penggunaan Obat Tidur. Sangat 12 11,7
Penggunaan Frekuensi % Sering
Obat Tidur Jumlah 103 100%
Tidak 77 74,7 Tidak 11 10,4
Pernah pernah
Full Jarang 16 15,5 Tidak Jarang 66 62,8
day Full Sering 23 22,0
School Sering 8 7,8 day
Sangat 2 2,0 School Sangat 5 4,8
Sering sering
Jumlah 103 100% Jumlah 105 100%
Tidak Tidak 86 82,0 Berdasarkan tabel 9. disfungsi disiang
pernah hari pada responden yang menjalani
Full Jarang 14 13,3 full day school mayoritas berada pada
day kategori jarang sebanyak 48
school Sering 5 4,7
responden (46,6%). Disfungsi disiang
Sangat 0 0
hari dari responden yang tidak
sering
Jumlah 105 100% mejalani full day school dalam
kategori jarang sebanyak 66
responden (62,8%).
Tabel 10. Hasil Tabulasi Berdasarkan Perbandingan Kualitas Tidur
Kualitas Tidur
Baik Cukup Kurang Jumlah
F % F % F % F %
Full day 43 20,7 4 21,6 1 7,2 10 49,5
school 5 5 3
Tidak full day 78 37,5 2 10,6 5 2,4 10 50,5
school 2 5

Jumlah 12 58,2 6 32,2 2 9,6 20 100


1 7 0 8

Berdasarkan tabel 10. menunjukkan hasil bahwa siswa/siswi kelas XI SMA


Negeri 11 Banjarmasin yang menjalani sistem pembelajaran full day school
mayoritas berada pada kategori kualitas tidur cukup berjumlah 45 responden
(21,6%). Sedangkan untuk siswa/siswi kelas XI SMA Frater Don Bosco
Banjarmasin yang tidak menjalani sistem pembelajaran full day school mayoritas
berada pada kategori kualitas tidur baik berjumlah 78 responden (37,5%).

Tabel 11. Mann-Whitney Test


Parameter SMA Negeri 11 SMA Frater Don Bosco
Mean 24,91 19,81
Standar Deviasi 9,920 7,870
N 103 105
Mann-Whitney U 3995,500
Z -3,265
Sig 0,001

Secara analisis statistik perbandingan kualitas tidur siswa/siswi kelas XI SMA


Negeri 11 Banjarmasin yang menjalani sistem pembelajaran full day school
dengan kualitas tidur siswa/siswi kelas XI SMA Frater Don Bosco Banjarmasin
yang tidak menjalani sistem pembelajaran full day school tahun 2018 dengan
menggunakan uji komparasi Mann whitney/U-test, diperoleh nilai p value sebesar
0,001 maka p value <0,05 yang artinya Ha diterima dan dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan antara kualitas tidur siswa/siswi yang menjalani sistem
pembelajaran full day school dengan kualitas tidur siswa/siswi yang tidak
menjalani sistem pembelajaran full day school.

PEMBAHASAN mencapai kompetensi menjadi warga


Haryono (2009) menyatakan negara dimana remaja diwajibkan
bahwa masa remaja merupakan masa untuk sekolah, dan pada tahap usia
peralihan dari periode kanak-kanak yang diteliti oleh peneliti berada pada
menuju dewasa. Remaja berada pada tingkat sekolah menengah atas
usia 12-20 tahun mempunyai 10 tugas (SMA), dimana SMA sudah
perkembangan salah satunya adalah menerapkan sistem pembelajaran
mengembangkan keterampilan selama sehari penuh yaitu sistem
intelektual dan konsep penting untuk pembelajaran full day school. Teori
Kozier (2011) menyebutkan bahwa ini membuat anak menjadi semakin
kebutuhan tidur pada remaja adalah terlepas dari budayanya sendiri
8-10 jam dimana jika kebutuhan tidur karena tidak ada waktu lebih untuk
ini tidak terpenuhi akan berpengaruh berinteraksi dengan lingkungannya.
pada kondisi kesehatan dan Segi kognitif sosialnya juga, mereka
berdampak pada status kehidupannya. tidak akan terasah dengan baik karena
Analisis peneliti pada pola tidak beragamnya ruang interaksi bagi
pembelajaran seharian penuh mereka. Jenis kelamin perempuan
disekolah serta tugas-tugas yang memiliki sensitifitas yang lebih tinggi
diberikan kepada siswa/siswi untuk terhadap masalah-masalah yang
dikerjakan dirumah mengakibatkan dihadapi dan tingginya tuntutan
banyaknya waktu tersita dan hanya dalam pergaulan serta tuntutan dalam
sedikit waktu yang disisakan untuk lingkungan keluarga yang dapat
beristirahat ataupun tidur. Perubahan membuat perempuan lebih cenderung
pola tidur yang tajam sangat stres yang akan berdampak pada
berpengaruh terhadap kuantitas dan penurunan kualitas tidur.
kualitas tidur siswa/siswi. Tingginya Menurut Saputri (2009), Kualitas
tuntutan sekolah yang harus tidur secara subjektif merupakan
dilakukan membuat siswa/siswi pernyataan atau pendapat responden
menjadi stres yang berlebihan mengenai tidur yang dirasakan selama
sehingga dapat mengganggu tidur menjalani full day school dan yang
siswa/siswi yang akan berdampak tidak menjalani full day school.
pada penurunan kualitas tidur remaja. Evaluasi kualitas tidur secara
Menurut Havighurst dalam subjektif merupakan evaluasi singkat
Kozier (2011), remaja laki-laki dan terhadap tidur seseorang tentang
perempuan mempunyai tugas apakah tidurnya sangat baik atau
perkembangan yaitu mencapai sangat buruk. Anak Sekolah
peranan sosial sebagai laki-laki Menengah Atas (SMA) merupakan
ataupun sebagai perempuan yaitu bagian dari populasi yang paling
mampu membina hubungan baru kekurangan tidur, mereka biasanya
yang lebih matang dengan teman menunda tidur yang sudah terjadwal.
sebaya atau berbeda jenis kelamin. Remaja cenderung memiliki waktu-
Remaja pada usia sekolah waktu sibuk pada hari-hari berikutnya
membangun relasi yang lebih dekat dan belum pergi tidur sampai tengah
dengan teman-teman sebaya di malam. Hal-hal seperti inilah yang
sekolah, dan kemampuan sosialnya dilakukan para remaja sehingga
berkembang pesat. sebagian besar para remaja
Hasil analisis peneliti dengan mengalami kesulitan tertidur sampai
diberlakukan full day school siswa hari sudah larut dan terbangun di pagi
menjadi lebih lama berada di sekolah buta dan sering mengalami
sehingga kemampuan untuk ketidakpuasan untuk tidur.
berkomunikasi serta membangun Hasil observasi lapangan serta
relasi sosial antar sesama siswa lebih jawaban dari responden, siswa/siswi
berkembang, akan tetapi kontak SMA yang menjalani sistem
dengan orang di rumah dan keluarga pembelajaran full day school
menjadi lebih sedikit. Siswa/siswi mempunyai jam sekolah yang lebih
laki-laki maupun perempuan berada lama serta tugas-tugas yang harus
di sekolah selama seharian penuh, hal dikerjakan oleh mereka sepulang
sekolah, selain itu juga mereka harus Hasil diatas mayoritas
belajar untuk materi yang akan siswa/siswi yang menjalani full day
dievaluasi dikeesokan hari yang school mempunyai latensi tidur >60
akhirnya membuat mereka menjadi menit sebanyak 37 responden
kelelahan dan kepikiran, merasa (35,9%). Hal ini terjadi karena
cemas dan stres. Sedangkan untuk besarnya tuntutan sekolah yang harus
siswa/siswi yang tidak menjalani full dijalani membuat siswa/siswi menjadi
day school angka tertinggi adalah stres dan lelah. Berbeda halnya pada
pada kategori cukup. Peneliti siswa yang tidak menjalani full day
berpendapat siswa/siswi yang tidak school didapatkan hasil sebanyak 50
menjalani full day school mempunyai responden (47,6%) dapat memulai
masalah yang lebih ringan sehingga tidur dalam waktu 16-30 menit hal ini
kualitas tidur secara subjektifnya disebabkan karena tuntutan sekolah
adalah cukup, karena mereka yang tidak terlalu berat sehingga
memiliki jam yang dihabiskan di mereka dapat memulai tidur dengan
sekolah tidak terlalu lama dan tidak cepat dan latensi tidurnya tidak terlalu
sampai sehari penuh dan hanya terganggu.
mengerjakan tugas saja sepulang Latensi tidur semakin tinggi
sekolah. maka akan mengakibatkan
Latensi tidur adalah durasi mulai siswa/siswi mengalami gangguan
dari berangkat tidur hingga tertidur. tidur yaitu insomnia. Insomnia adalah
Seseorang dengan kualitas tidur baik kesukaran dalam memulai dan
menghabiskan dari 15 menit untuk mempertahankan tidur. Periode
dapat memasuki tahap tidur singkat insomnia paling sering
selanjutnya secara lengkap. berhubungan dengan kecemasan,
Sebaliknya, lebih dari 20 menit stress dan depresi, baik secara
menandakan level insomnia yaitu keseluruhan terhadap pengalaman
seseorang yang mengalami kesulitan yang mencemaskan atau dalam
dalam memasuki tahap tidur menghadapi pengalaman yang
selanjutnya. Normalnya latensi tidur menimbulkan kecemasan Atan
adalah ≤15 menit, Buysse dalam (2013).
Modjod (2007). Durasi tidur dihitung dari waktu
Penelitian Febbe (2016), bahwa seseorang tidur sampai terbangun
tingkat kecemasan dan depresi serta dipagi hari tanpa menyebutkan
kelelahan yang tinggi akan terbangun pada tengah malam.
meningkatkan latensi tidur dan Remaja yang dapat tidur dalam waktu
menyebabkan responden kesulitan 8-10 jam setiap malam dapat
untuk memulai tidur, sehingga akan dikatakan memiliki kualitas tidur
berpengaruh buruk pada keesokkan yang baik. Normal durasi tidur adalah
harinya. Latensi tidur merupakan >7 jam (Kozier, 2011).
salah satu komponen dari kualitas Hasil analisis peneliti terdapat
tidur yang menilai tentang waktu banyak siswa/siswi yang tidur larut
yang diperlukan untuk mulai tertidur, malam karena mengerjakan tugas
dan dari hasil penelitian yang penelti yang diberikan oleh sekolah dan
lakukan di dapatkan hasil responden bangun terlalu cepat untuk berangkat
rata-rata kesulitan untuk memulai ke sekolah, tidur tidak nyenyak dan
tidur dan sering terbangun dimalam sering terbangun karena sesuatu hal
hari. seperti merasa terlalu kepanasan atau
kedinginan, bermimpi buruk, dan sekarang namun kenyataannya hal
karena hal lain seperti batuk dapat tersebut telah menyita banyak waktu
menyebabkan durasi tidur tidak istirahat pada remaja, Permadi (2017).
terpenuhi dengan baik. Jika hal ini Menurut Gaultney dalam Huda
terus terjadi, durasi tidur yang tidak (2016), menyebutkan bahwa banyak
terpenuhi dengan baik dapat membuat faktor yang menyebabkan remaja
tubuh tidak sehat. Durasi tidur yang mengalami gangguan tidur
tidak cukup akan meningkatkan diantaranya perubahan pada gaya
resiko obesitas dan penyakit hidup salah satunya yaitu penggunaan
kardiovaskular, selain itu kurang tidur smartphone yang berlebihan pada
menyebabkan peningkatan kadar gula rutinitas harian. Penelitian Wicaksono
darah dan jika terus berlanjut dapat (2012) yang menyebutkan rutinitas
menyebabkan diabetes mellitus harian seseorang dapat
(Arieselia, 2014). mempengaruhi pola tidur, mempunyai
Efisiensi kebiasaan tidur adalah rutinitas dimalam hari dapat membuat
persentase antara jumlah total jam remaja ataupun dewasa menjadi
tidur dibagi dengan jumlah jam yang kelelahan sehingga akan mengganggu
dihabiskan di tempat tidur. Seseorang proses tidur mereka yang
dikatakan mempunyai kualitas tidur mengakibatkan kualitas tidur yang
yang baik apabila efisiensi kebiasaan mereka inginkan tidak tercapai.
tidurnya lebih dari 85%, Buysse dan Gangguan tidur yaitu kondisi
Modjod (2007). Remaja merupakan terputusnya tidur yang mana pola
masa yang paling indah bagi setiap tidur-bangun seseorang berubah dari
orang, pada masa ini, remaja pola kebiasaanya, hal ini
berlomba-lomba untuk mencari jati menyebabkan penurunan baik pada
diri. Banyak diantara remaja terjun kuantitas maupun kualitas tidur
mengeluti minat, serius belajar, seseorang (Buysse, 1989) dalam
perubahan gaya hidup, bahkan tidak Modjod, 2007. Penelitian Hansen,
sedikit membuang-buang waktu dkk (2005, dalam Haryono, 2009)
untuk bermain. Masa remaja yang menyebutkan bahwa padatnya
mempunyai tugas perkembangan jadwal sekolah menyebabkan remaja
salah satunya adalah bermain, dalam kekurangan waktu tidur sehingga
aspek sosial bermain membantu kualitas tidur remaja menjadi
perkembangan remaja dalam menjalin terganggu.
hubungan baik dengan orang lain, Hal ini sejalan dengan penelitian
menyadari betapa pentingnya yang peneliti lakukan karena
kebersamaan dan belajar berdasarkan hasil dari tabel distribusi
menyelesaikan masalah, (Abul’id, frekuensi diatas gangguan tidur yang
2009). dialami oleh siswa/siswi yang
Dunia remaja seringkali dianggap menjalani full day school. Ditemukan
sebagai waktu yang paling tepat bahwa sebanyak 51 responden
dalam mencari kepuasan bermain (49,5%) yang menjawab sering
tetapi sering disalah gunakan dengan mengalami gangguan tidur,
bermain secara berlebihan saat berada diantaranya yang paling banyak
dirumah. Penggunaan smartphone adalah sering terbangun pada malam
untuk berkomunikasi dengan sesama hari karena teringat akan tugas yang
maupun untuk bermain merupakan harus dikerjakan, merasa terlalu panas
hal yang sudah wajar bagi remaja atau terlalu dingin, dan merasa nyeri
saat bangun pada pagi hari. Hal ini Penggunaan obat-obatan yang
terjadi karena siswa/siswi merasa mengandung sedatif mengindikasikan
kelelahan akibat tingginya tuntutan adanya masalah tidur. Obat-obatan
sekolah yang dialami oleh siswa/siswi mempunyai efek terhadap
karena adanya perubahan pada pola terganggunya tidur. Oleh karena itu,
jam sekolah, gaya hidup dan pola setelah mengkonsumsi obat yang
aktivitas remaja diluar sekolah. mengandung sedatif, seseorang akan
Sedangkan gangguan tidur yang dihadapkan pada kesulitan untuk tidur
dialami siswa/siswi yang tidak yang disertai dengan frekuensi
menjalani full day school ditemukan terbangun ditengah malam dan
sebanyak 57 responden (54,2%) yang kesulitan untuk kembali tertidur,
menjawab kadang-kadang dan semuanya akan berdampak langsung
gangguan tidur yang paling sering terhadap kualitas tidurnya.
dialami adalah terbangun pada malam Penggunaan obat tidur normalnya
hari, batuk atau mendengkur keras. digunakan untuk pengobatan jangka
Hal ini terjadi karena siswa/siswi pendek untuk masalah gangguan
yang tidak menjalani full day school tidur. Penggunaan obat tidur wajib
memiliki pola jam sekolah yang lebih dibawah pengawasan dokter. Jika
singkat serta tuntutan sekolah yang tidak dikonsumsi dengan bijak, obat
tidak terlalu tinggi. Gangguan tidur tidur dapat membawa efek samping
yang berkepanjangan akan yang berbahaya, mulai dari gangguan
mengakibatkan perubahan-perubahan ingatan, alergi hingga ketergantungan
pada siklus biologiknya, menurunkan (Buysse, 1989) dalam Modjod, 2007.
daya tahan tubuh serta menurunkan Hasil analisis peneliti
prestasi kerja maupun prestasi mengkonsumsi obat tidur dapat
akademik, mudah tersinggung, menyebabkan kantuk yang berlebihan
depresi, kurang konsentrasi, bahkan bisa mengalami gangguan
kelelahan, yang pada akhirnya dapat tidur seperti insomnia. Pada
mempengaruhi keselamatan diri penelitian ini ditemukan sebanyak 77
sendiri atau orang lain. Potter & Perry siswa/siswi di SMA Negeri 11
dalam Purbasari (2016). Banjarmasin dan sebanyak 86
Hasil analisis peneliti, gangguan siswa/siswi di SMA Frater Don
tidur pada penelitian ini salah satunya Bosco Banjarmasin mayoritas tidak
adalah sering terbangun dimalam menggunakan obat tidur. Beberapa
hari, hal ini terjadi karena tuntutan siswa/siswi yang memang
sekolah yang tinggi membuat remaja menggunakan obat tetapi hanya dari
menjadi stres yang dapat menghambat obat yang diindikasikan saja seperti
remaja mendapatkan kebutuhan tidur mengalami penyakit demam, flu atau
yang maksimal. Tekanan di sekolah, batuk, sehingga penggunaan obat ini
dirumah, serta tekanan teman sebaya tidak berkelanjutan digunakan oleh
menyebabkan remaja menjadi stres, responden. Obat-obatan yang pernah
merasa cemas, sehingga sulit untuk dikonsumsi dibeli bebas seperti
tidur dimalam hari dan sering paracetamol, mixagrip, CTM atau
terbangun pada malam hari karena klorfeniramin, dan stopcold.
terlalu memikirkan hingga dapat Penggunaan obat tidur dalam arti
terbawa sampai ke mimpi pada saat hanya digunakan saat responden sakit
tidur. yang digunakan untuk mengobati
penyakit primer tetapi mempunyai disekolah, juga disebabkan karena
efek samping mengantuk. tuntutan sekolah yang tinggi, kegiatan
Disfungsi disiang hari adalah sosial setelah sekolah dan pekerjaan
keadaan dimana seseorang paruh waktu menekan waktu yang
mengantuk ketika beraktivitas disiang tersedia untuk tidur. Meningkatnya
hari, kurang antusias, kelelahan, kebutuhan tidur pada remaja
depresi, mudah mengalami distres, membuat remaja sulit untuk bangun
dan penurunan kemampuan dipagi hari, namun ada sebanyak 43
beraktivitas (Buysse, 1989, dalam responden (20,7%) yang mempunyai
Modjod, 2007). Teori Potter & Perry kualitas tidur yang baik. Sebagian
(2005) dalam Febbe 2016, adapun siswa/siswi yang menjalani full day
tanda-tanda yang terjadi jika school juga mempunyai kualitas tidur
seseorang kekurangan tidur antara yang baik karena sudah beradaptasi
lain dari ekspresi wajah (area gelap dengan baik dengan adanya
disekitar mata, bengkak dikelopak perubahan serta penambahan pada
mata, konjungtiva kemerahan dan jam belajar di sekolah maupun di
mata terlihat cekung), kantuk yang rumah.
berlebihan (seing menguap), tidak Salah satu masalah kesehatan
mampu untuk berkonsentrasi (kurang remaja saat ini adalah kurangnya
perhatian), terlihat tanda-tanda kebutuhan tidur, sedangkan tidur
keletihan seperti penglihatan kabur, merupakan kebutuhan dasar manusia
mual dan pusing. sesuai dengan teori keperawatan
Hasil analisis peneliti didasarkan Virginia Handerson yang
pada hasil observasi dan jawaban mengemukakan tentang 14 kebutuhan
responden disfungsi tidur siswa/siswi dasar manusia yang salah satunya
dapat terjadi karena kurangnya jam adalah tidur dan istirahat. Tidur pada
tidur malam sehingga pada saat remaja memiliki pola yang berbeda
melakukan aktivitas disiang hari dibandingkan usia lainnya, ini
siswa/siswi merasa mengantuk karena disebabkan diakhir masa pubertas
aktivitas yang dilakukan siswa/siswi mengalami sejumlah perubahan yang
disekolah. Jadwal sekolah yang lama seringkali mengurangi waktu tidur.
pada siswa/siswi yang menjalani full Remaja lebih sering tidur waktu
day school serta tugas-tugas sekolah malam dan bangun lebih cepat karena
yang diberikan bagi siswa/siswi yang tuntutan sekolah, sehingga remaja
menjalani maupun yang tidak seringkali mengantuk berlebihan pada
menjalani full day school siang hari (Potter & Perry, 2005,
menyebabkan siswa/siswi menjadi dalam Permadi 2017).
kelelahan sehingga tidak bisa terlalu Berbeda halnya dengan
lama melakukan aktvitas seperti siswa/siswi SMA Frater Don Bosco
biasanya. yang tidak menjalani sistem
Hasil dari analisa bivariat, pembelajaran full day school
mayoritas siswa/siswi SMA Negeri didapatkan hasil mayoritas kualitas
11 Banjarmasin yang menjalani tidur baik berjumlah 78 responden
sistem pembelajaran full day school (37,5%). Hal ini terjadi karena pola
mempunyai kualitas tidur cukup yaitu jam belajar yang lebih singkat dari
sebanyak 45 responden (21,6%). Hal full day school serta tuntutan dari
ini terjadi selain karena perubahan sekolah yang tidak terlalu tinggi
pola jam belajar yang lebih lama membuat siswa/siswi merasa nyaman
dan rileks yang membuat siswa/siswi psikologis. Dampak fisiologis
terhindar dari gangguan tidur yang meliputi penurunan aktifitas sehari-
dapat membuat penurunan pada hari, rasa lelah, penurunan daya tahan
kualitas tidur, namun walaupun tubuh dan ketidakstabilan tanda-tanda
banyak dari siswa/siswi yang tidak vital (Potter & Perry, 2010). Jika
menjalani full day school mempunyai kualitas tidur ini semakin menurun
kualitas tidur yang baik, pada dan terus terjadi maka akan
kenyataannya masih ada saja yang berdampak pada kesehatan remaja,
mempunyai kualitas tidur kurang. Hal serta gangguan tidur yang akan
ini terjadi karena jam bermain yang menyebabkan berbagai masalah pada
berlebihan ada yang bermain siswa/siswi salah satunya adalah
smartphone hingga larut malam penurunan kualitas tidur, akibat dari
setelah mengerjakan tugas sehingga penurunan kualitas tidur akan
jam tidur mereka menjadi tidak menyebabkan rasa kantuk yang
terpenuhi dengan baik. berlebih disiang hari, penurunan
Sekolah merupakan lingkungan konsentrasi, serta penurunan dibidang
sekunder bagi anak usia sekolah, akademik. Siswa yang menerima
pelajar yang bersekolah selama sehari tidur malam normal menunjukkan
penuh (full day school) menghabiskan kinerja akademis yang jauh lebih baik
waktu kurang lebih 8 jam disekolah, dibandingkan dengan rekan mereka
hampir sehari penuh mereka berada yang kurang tidur (White, et al,
disekolah. Hal ini yang membuat 2010). Siswa yang memperoleh
siswa/siswi menjadi jenuh, stres, kualitas tidur rendah tidak hanya
mengalami gangguan kesehatan, menderita secara akademis, tapi juga
perubahan perilaku, cemas secara fisik dan emosional (Lund, et
berlebihan, gangguan tidur serta al, 2009). Penelitian Listani dalam
kelelahan fisik. Prawitasih (2017), menyebutkan
Pernyataan ini diperkuat dengan bahwa responden yang mengalami
penelitian yang dilakukan oleh gangguan pola tidur pada malam hari
Wicaksono, 2012 yang menyebutkan akan merasa lelah dan merasa
bahwa kelelahan termasuk dalam mengantuk pada saat siang hari
faktor yang dapat mempengaruhi sehingga tidak konsentrasi dalam
kualitas tidur seseorang. Semakin belajar dan menyebabkan nilai anak
tinggi tingkat kelelahan yang dialami didik menurun.
seseorang, maka kualitas tidurnya pun Hasil analisis penelitian ini
semakin buruk. sejalan dengan teori yang
Sejalan dengan penelitian dikemukakan oleh beberapa peneliti
Deshinta, 2009 yang menyebutkan bahwa lamanya waktu disekolah,
bahwa pelajar dan mahasiswa sangat bedanya pola jam pelajaran yang
rentan mengalami kualitas tidur yang lebih lama dari sebelumnya serta
buruk. Hal itu dibuktikan dengan tingginya tuntutan dari sekolah
penelitiannya didapatkan sebanyak kepada siswa/siswi dapat
220 pelajar dari total 287 pelajar di mempengaruhi kualitas tidur
SMA Negeri 1 Tanjung Morawa siswa/siswi. Berdasarkan hasil
mempunyai kualitas tidur yang buruk. observasi lapangan yang peneliti
Pola tidur yang buruk dapat lakukan didapatkan hasil kondisi fisik
berakibat pada gangguan siswa/siswi yang menjalani full day
keseimbangan fisiologis dan school terlihat adanya area gelap
disekitar mata, mata terlihat cekung, peran perawat sebagai health
sering menguap, kurang perhatian, educator tentang kualitas tidur pada
dan terlihat tidak bersemangat. remaja. Hal ini juga diharapkan dapat
dijadikan sebagai penambahan bahan
KESIMPULAN literatur mengenai kebutuhan tidur
Kualitas tidur siswa/siswi kelas remaja pada mata kuliah tumbuh
XI SMA Negeri 11 Banjarmasin yang kembang, dan dapat menjadi bahan
menjalani sistem pembelajaran full pertimbangan untuk melakukan
day school mayoritas berada pada penyuluhan di SMA. Bagi Peneliti
kategori kualitas tidur cukup. Kualitas lain selanjutnya yang ingin meneliti
tidur pada siswa/siswi kelas XI SMA lebih jauh mengenai kualitas tidur
Frater Don Bosco Banjarmasin yang diharapkan dapat mengeksplor lebih
tidak menjalani sistem pembelajaran dalam mengenai faktor-faktor yang
full day school mayoritas berada pada mempengaruhi gangguan tidur pada
kategori kualitas tidur baik. Terdapat remaja seperti usia, penyakit fisik,
perbedaan antara kualitas tidur obat-obatan dan zat tertentu, gaya
siswa/siswi yang menjalani sistem hidup, stres emosional, lingkungan,
pembelajaran full day school dengan asupan makanan dan kalori, serta
kualitas tidur siswa/siswi yang tidak bagaimana penanganan gangguan
menjalani sistem pembelajaran full tidur atau terapi untuk gangguan tidur
day school. pada remaja dalam penelitian
Saran bagi siswa/siswi SMA eksperimen.
Negeri 11 Banjarmasin dan Bagi
siswa/siswi SMA Frater Don Bosco ACKNOWLEDGMENT
Banjarmasin, hasil penelitian ini Ucapan Terima kasih yang
diharapkan dapat membantu sebesar-besarnya bagi seluruh
siswa/siswi yang menjalani full day responden yang sudah dengan sangat
school maupun yang tidak menjalani baik membantu menyukseskan
full day schhol dapat mengatur waktu kegiatan peneltian ini. Terima kasih
tidur dengan baik serta menyadari juga kepada SMA Negeri 11
pentingnya kebutuhan tidur untuk Banjarmasin, SMA Frater Don Bosco
meningkatkan kualitas hidup. Selain dan STIKES Suaka Insan yang sudah
itu juga, penelitian ini diharapkan sangat mendukung terselesaikannya
dapat menjadi data dasar bagi SMA penelitian ini.
Negeri 11 Banjarmasin, administrator
khususnya untuk mempertimbangkan DAFTAR PUSTAKA
bahwa kegiatan full day school bisa Abrianti, Ririn Septianing. (2012).
saja berpengaruh terhadap kualitas Perbedaan tingkat stres belajar
tidur siswa/siswi sehingga bisa siswa full day school dan siswa
dijadikan patokan untuk memilih reguler sman se-kota malang.
aktivitas yang tepat untuk siswa/siswi Skripsi. Universitas Negeri
agar mereka dapat mengoptimalkan Malang: Malang.
harinya dengan baik saat berada Abul’id, dkk. (2009). Bermain lebih
disekolah dengan mempertimbangkan baik daripada nonton tv.
kompetensi tersebut tetap tercapai. Surakarta: Ziyad Visi Media.
Bagi institusi pendidikan STIKES Arieselia, dkk. (2014). Pengaruh
Suaka Insan Banjarmasin penelitian kurangnya jumlah jam tidur
ini diharapkan dapat meningkatkan terhadap perubahan kadar gula
darah pada mahasiswa preklinik Hidayat, A.A. (2014). Metodologi
fakultas kedokteran unika jaya. penelitian keperawatan dan
journal of medicine.Vol. 13, teknik analisis data. Jakarta:
No.2. Salemba Medika.
Atan, R.A. (2013). Efek kafein Huda, N. (2016). 100 fakta seputar
terhadap kualitas tidur pada tidur yang perlu anda tahu.
mahasiswa angkatan 2011 Jakarta: PT Elex Media
fakultas kedokteran Universitas Komputindo.
Sumatra Utara. skripsi. Medan: Kementrian Kesehatan. (2015).
Universtas Sumatra Utara. Situasi kesehatan reproduksi
BKKBN. (2011). Data gangguan tidur remaja: Infodatin.
indonesia. badan kependudukan Kozier, et al. (2010). Buku ajar:
dan keluarga berencana nasional. fundamental keperawatan:
Buysse, D. J. 1989 The pittsburgh konsep, proses & praktik Volume
sleep quality index (psqi): a new 2 (Edisi 7). Jakarta: EGC.
instrument for psychiatric Lund, H.G., et al.(2010). Sleep
practice and research. patterns and predictions of
pittsburgh: elsevier scientific disturbed sleep in a large
publishers Ireland ltd. vol.1 no.9. population of college students.
Deshinta. (2009). Hubungan kualitas Journal of Adolescent Health.
tidur dengan tekanan darah pada Vol 46.
remaja usia 15-17 tahun di SMA Modjod, D. (2007). Insomnia
Negeri 1 Tanjung Morawa. experience, management
Skripsi, University of Sumatera strategies, and outcomes in
Utara Institutional Repository: ESRD patients undergoing
Medan Media. hemodialysis. Mahidol
Djaali. (2008). Psikologi pendidikan. University.
Jakarta: Bumi Aksara. Oktamiati, H., dan Putri Y.S.E.
Donna L. Wong, et all. (2008). Buku (2013). Tingkat stres akademik
ajar keperawatan pediatrik. anak usia sekolah terhadap
Cetakan Pertama. Jakarta: EGC. sistem full day school. FK UI.
Febbe, M.Z. (2016). Gambaran Diakses pada 13 desember 2017
kualitas tidur pasien kanker dari alamat
payudara yang menjalani lib.ui.ac.id/naskahringkas/2015-
tindakan kemoterapi di RSUD 08/S46491-Hesi%20.
Ulin Banjarmasin. Skripsi. Stikes Permadi, A. (2017). Hubungan
Suaka Insan: Banjarmasin. perilaku penggunaan gadget
Hananta L, Benita S, Barus J, Halim dengan kualitas tidur pada anak
F. (2014). Gambaran gangguan usia remaja di SMA Negeri 1
tidur pada pasien kanker Srandakan Bantul. Skripsi.
payudara di rumah sakit Dharmis Yogyakarta: Universitas
Jakarta. Damianus Journal of Aisyiyah.
Medicine Vol.13 No.2. Prawitasih, C. R. (2017). Pengaruh
Haryono, dkk. (2009). Prevalensi lama berada di sekolah (full day)
gangguan tidur pada remaja usia terhadap personal sosial anak
12-15 tahun di Sekolah Lanjutan usia sekolah di SMP 7
Tingkat Pertama. Jurnal Sari Muhammadiyah Surakarta.
Pediatri. Vol. 11, No. 3. Skripsi, Universitas
Muhamadiyah Surakarta:
Surakarta.
Purbasari, T. A. (2016). Gambaran
gangguan tidur pada remaja
awal usia 12-15 tahun di
Tangerang Selatan. Skripsi:
Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayattulah: Jakarta.
Potter, A.P dan Perry, A.G. (2010).
Fundamental of nursing 7th
edition. Jakarta: Salemba
Medika.
Rimbawan, dkk. (2016). Prevalensi
dan korelasi insomnia terhadap
kemampuan kognitif remaja usia
15-18 tahun di panti asuhan
Widhya Asih 1 Denpasar. E-
Jurnal Medika. Vol. 5. No 5.
Saputri, D. (2009). Hubungan antara
sleep hygiene dengan kualitas
tidur pada lanjut usia di dusun
sendowo kelurahan Sinduadi,
Mlati, Sleman, Yograkarta.
Skripsi. Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada.
Sarfriyanda, dkk. (2015). Hubungan
antara kualitas tidur dan kuantitas
tidur dengan prestasi belajar
mahasiswa. Jurnal Online
Mahasiswa Vol 2. No 2.
Wicaksono, D.W. (2012). Analisis
faktor domain yang berhubungan
dengan kualitas tidur pada
mahasiswa fakultas keperawatan
universitas airlangga Surabaya.
Skripsi. Surabaya: Universitas
Airlangga.
White, A.G., et al. (2010). Mobile
phone use and sleep quality and
lenght in college students.
International Journal of
Humanities and Social Science.
Vol 1.

Anda mungkin juga menyukai