Anda di halaman 1dari 48

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sekolah menengah kejuruan (SMK) merupakan bentuk dari salah satu

satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan

pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari sekolah menengah

pertama. SMK tidak hanya berfokus pada pendidikan umum, SMK juga

menerapkan pembelajaran produktif untuk menambah kompetensi peserta

didik sesuai kebutuhan dunia kerja. Praktik Kerja Lapangan (PKL)

merupakan salah satu pembelajaran bagi peserta didik SMK yang

dilaksanakan melalui proses praktik di dunia kerja, sesuai kejuruan tertentu

serta dilakukan dalam waktu yang telah disesuaikan dengan kurikulum dan

kebutuhan dunia kerja (Kemdikbud, 2020).

Peserta didik SMK harus senantiasa mempersiapkan diri dalam

pendidikan, dimana jenjang SMK mempunyai tuntutan lebih berat dari

jenjang sebelumnya. Penugasan menjadi salah satu tuntutan dalam setiap

pendidikan, tidak hanya itu peserta didik harus mempersiapkan segala

sesuatu terkait pencapaian dalam pendidikan seperti tuntutan tugas, ujian,

penilaian akhir semester, laporan praktik dan sidang akhir. Kegiatan yang

dilakukan tidak hanya mengenai pendidikan di sekolah, melainkan kegiatan

di luar sekolah seperti pesantren khususnya di SMK Daarul Abroor

Kabupaten Tasikmalaya, hal ini membuat peserta didik mempunyai kegiatan

tambahan di malam hari yang cukup berat dibanding yang lain. Gangguan

1
2

yang dialami siswa SMK ini adalah beban tugas dan kegiatan yang cukup

padat sehingga mereka terpapar cahaya lampu yang cukup lama sebelum

mereka tertidur dan mempunyai kebiasaan menggunakan lampu saat tidur.

Kejadian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sutrisno dkk

(2017) menjelaskan bahwa seseorang yang terpapar cahaya lampu lebih

lama pada malam hari akan memiliki kualitas tidur yang buruk.

Prevalensi gangguan kualitas tidur berdasarkan data yang didapatkan

mempunyai keterbatasan dalam pengambilan data, data yang ada di ambil

dari peneliti sebelumnya oleh (Mulyana, 2022) peneliti tersebut menemukan

data prevalensi kualitas tidur yaitu sekitar 5 - 15% dari dunia dan

berkembang menjadi salah satu masalah yaitu tingkat insomnia kronik yang

berkisar antara 31 - 75% menurut Mulyana dalam (Nuraini dkk, 2014).

Prevalensi di Indonesia yang melakukan penelitian tentang

epidemiologi mengenai gangguan kualitas tidur masih sangat jarang untuk

dijumpai, tetapi dalam penelitian Nuraini dkk (2014) menjelaskan bahwa

prevalensi gangguan tidur yang dialami pada remaja sekitar 38% untuk yang

berada di daerah perkotaan dan sebanyak 37,7% di daerah pinggiran kota.

Remaja yang mempunyai kualitas tidur yang buruk yaitu sebanyak 52,5%

(Lumantow dkk, 2016). Menurut Milawati (2020) menjelaskan bahwa usia

remaja perempuan mempunyai prevalansi gangguan tidur yang lebih tinggi

yaitu 71,3% dibanding dengan laki-laki yaitu 66,4%.

Kesibukan peserta didik menjadi salah satu masalah yang dapat

mempengaruhi terhadap kesehatan khususnya kualitas tidur, tidak hanya itu

yang menjadi permasalahan pada kesehatan lain adalah cahaya lampu.


3

Cahaya lampu yang di pancarkan mempunyai dampak buruk bagi

kesehatan. Pancaran cahaya lampu tersebut dapat mempengaruhi sintesis

melatonin dan juga sensitivitas irama sirkadian, baik itu terjadi pada hewan

atau manusia. Pengaruh yang akan ditimbulkan dari kejadian ini tidak hanya

mengganggu ritme biologis seseorang, tetapi akan berdampak buruk juga

terhadap gangguan yang berhubungan dengan mental maupun fisik

seseorang seperti gangguan reproduksi, neuroendokrin, metabolisme,

diabetes, kanker dan juga hipertensi (Arief, 2021). Dampak yang dapat

ditimbulkan dari pengaruh cahaya ini juga bisa berdampak buruk pada

kualitas tidur seseorang (Sutrisno. dkk, 2017).

Kualitas tidur adalah keadaan tidur yang menjamin kesegaran dan

kesehatan yang dirasakan pada saat bangun di pagi hari (Trisusanto dkk,

2020). Kebutuhan tidur remaja pada usia 12-18 tahun membutuhkan waktu

selama 8-9 jam per hari Rusmiyati dalam (Benaroch, 2012). Kualitas tidur

remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Potter dan Perry

(Rusmiyati, 2015) Faktor yang mempengaruhi kualitas tidur diantaranya

penyakit fisik, obat-obatan, gaya hidup, stress, lingkungan, aktivitas fisik,

kelelahan, dan asupan makanan. Hormon melantonin sangat berperan

penting dalam kualitas tidur seseorang. Kinerja hormon tersebut dapat

dipengaruhi oleh cahaya, sehingga hormon melatonin dalam darah dapat

terhambat yang diakibatkan oleh cahaya yang ada pada saat tidur (Sutrisno

dkk, 2017).

Cahaya dapat menghambat mekanisme irama sirkadian atau yang

biasa dikatakan dengan jam biologis. Adanya cahaya lampu mengakibatkan


4

kerja irama sirkadian tidak stabil yang membuat tubuh dipaksa untuk terus

menerus bekerja atau mengabaikan perintah tidur dan dipaksa beraktivitas

hingga malam hari (Rusmiyati, 2015). Masalah ini sejalan dengan penelitian

Ryan cho tahun (2013) menjelaskan bahwa penggunaan lampu saat tidur

akan mengakibatkan kualitas tidur yang buruk, hal ini diakibatkan oleh

cahaya lampu yang mempunyai fungsi sebagai penyelaras utama irama

sirkadian dan berpengaruh terhadap produksi hormone melatonin.

Penelitian lain menjelaskan bahwa dalam ruang ICU pencahayaan

dapat mempengaruhi ritme irama sirkadian, hal ini yang akan berdampak

buruk bagi fisiologis pasien (Nurlitasari dkk, 2021). Pendapat yang

dikemukakan mengenai cahaya adalah pada saat tidur dengan kebiasaan

lampu menyala akan menyebabkan terhambatnya hormon melatonin, hal ini

disebabkan karena fotoreseptor di retina akan terjadi hiperpolarisasi dan

akan menghambat terhadap sekresi norepinefrin (Bakhri, 2018). Sejalan

juga dalam penilitian Chanellia (2021) menjelaskan bahwa faktor cahaya

yang minim dalam ruangan dapat mempengaruhi terhadap kualitas tidur

anak, yaitu untuk mempercepat proses tidur anak.

Penelitian yang dilakukan mengenai kualitas tidur dengan perbedaan

metode yaitu dilakukan terhadap kualitas tidur menurut Mutarobin dkk

(2019) mengungkapkan penggunaan Earplug dan Eye Mask berpengaruh

terhadap kualitas tidur. Penelitian berbeda lain menjelaskan bahwa

pencahayaan remang pada kamar tidur dapat meningkatkan kualitas tidur

seseorang (Trisusanto dkk, 2020). Tetapi dalam penelitian yang dijelaskan

oleh beberapa peneliti diatas bertolak belakang dengan penelitian yang


5

dilakukan oleh Sutrisno dkk (2017) menjelaskan bahwa tidak ada perubahan

kualitas tidur terhadap mahasiswa yang diakibatkan oleh cahaya lampu.

Perbedaan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah permasalahan

yang berkaitan dengan siswa SMK, dimana sekolah ini mempunyai tingkat

kepadatan dalam akademik dan juga pesantren yang mempunyai beban

tugas cukup banyak dan kegiatan tambahan yang membuat mereka terpapar

cahaya lampu terlalu lama sebelum mereka tidur serta mempunyai gangguan

kualitas tidur seperti jam tidur yang kurang, dan kebiasaan menggunakan

lampu saat tidur.

Hasil study pendahuluan siswa SMK Daarul Abroor ini mempunyai

kegiatan yang padat, selain kegiatan belajar disekolah mereka mempunyai

waktu malam yang cukup berat karena adanya tuntutan untuk mengerjakan

tugas, persiapan ujian bulanan, ujian kenaikan kelas bahkan mereka yang

notabennya pesantren harus melakukan pengajian terlebih dahulu sampai

larut malam sebelum mereka tidur. Berdasarkan hasil wawancara kepada

siswa di dapatkan 10 responden, 7 responden diantaranya menunjukan

kualitas tidur yang buruk, mereka tidur kurang dari 7 jam, lama waktu untuk

tertidur lebih dari 30 menit, mengantuk di siang hari, sering menguap,

banyak kegiatan sebelum mereka tidur sehingga terpapar cahaya lampu

yang cukup lama, bahkan mereka mengatakan kebiasaan tertidur

menggunakan cahaya lampu.

Kondisi ini dibenarkan oleh guru yang mengatakan bahwa siswa SMK

mempunyai kualitas tidur yang buruk dengan sering menguap bahkan tidur

dikelas, hal ini juga di jelaskan bahwa di pesantren kondisi ruang kamar
6

tidur terbiasa dengan keaadaan terang atau dengan adanya penggunaan

cahaya lampu. Kejadian ini berdampak buruk juga terhadap nilai akademik

siswa yang mengalami penurunan serta angka kesakitan yang selalu ada

dalam tiap minggunnya di SMK Daarul Abroor kabupaten Tasikmalaya.

Berdasarkan uraian tersebut peneliti sangat tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Perbandingan Kualitas Tidur Yang Menggunakan

Dan Tidak Menggunakan Cahaya Lampu Saat Tidur Pada Siswa SMK

Daarul Abroor Kabupaten Tasikmalaya”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalah dalam penelitian ini, maka

rumusan masalah adalah “Apakah terdapat perbedaan kualitas tidur yang

menggunakan dan tidak menggunakan cahaya lampu saat tidur pada siswa

SMK Daarul Abroor kabupaten Tasikmalaya”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan

kualitas tidur yang menggunakan dan tidak menggunakan lampu saat

tidur pada siswa SMK Daarul Abroor kabupaten Tasikmalaya.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui kualitas tidur siswa SMK Daarul Abroor Kabupaten

Tasikmalaya yang menggunakan cahaya lampu saat tidur


7

b. Mengetahui kualitas tidur siswa SMK Daarul Abroor Kabupaten

Tasikmalaya yang tidak menggunakan cahaya lampu saat tidur

c. Mengetahui perbedaan kualitas tidur yang menggunakan dan tidak

menggunakan cahaya lampu saat tidur pada siswa SMK Daarul

Abroor kabupaten Tasikmalaya.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil dari penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

ilmu pengetahuan khususnya kualitas tidur siswa sehingga

menunjang terhadap akademik

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi ilmu referensi bagi

peneliti selanjutnya dalam peningkatan kualitas tidur siswa atau

pasien dalam menunjang kesembuhan penyakitnya

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan

bagi peneliti dalam menghadapi masalah secara nyata.

b. Bagi guru

Adanya penelitian ini sebagai saran yang berharga bagi guru dalam

mengetahui kualitas tidur siswa agar tidak berdampak buruk terhadap

proses pembelajaran siswa.


8

c. Bagi siswa

Penelitian ini sebagai pedoman untuk meningkatkan motivasi siswa

dalam menjaga kualitas tidurnya agar lebih efektif pada saat proses

pembelajaran.

d. Bagi Orang Tua

Bisa memberikan motivasi dan pengawasan terhadap anak dalam

menjaga kualitas tidurnya.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini membahas mengenai masalah perbedaan penggunaan

cahaya lampu saat tidur terhadap kualitas tidur siswa SMK Daarul Abroor

Kabupaten Tasikmalaya. Metode penelitian ini menggunakan kuantitatif

untuk mendeskripsikan perbedaan kualitas tidur dengan adanya penggunaan

cahaya lampu. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMK Daarul

Abroor usia 15 – 18 tahun dengan jumlah 162 siswa yang sekolah dan juga

pesantren. Teknik pengambilan sampel menggunakan potong lintang,

pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner.

Penelitian ini akan dilakukan di SMK Daarul Abroor Kabupaten

Tasikmalaya antara bulan Juni 2022.


9

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengaruh Cahaya Lampu

1. Pengertian Cahaya

Cahaya adalah bentuk dari gelombang elektromagnetik yang

merupakan bagian aktifitas elektron dari sebuah atom Menurut

Mallisa dalam (Saputro, 2013). Jarak yang dihasilkan antara puncak

gelombang disebut panjang gelombang. Panjang gelombang yang

dihasilkan antara < 1 nanometer sampai 1 kilometer atau lebih

(Handoko dan Fajariyanti, 2013). Manusia menggunakan otaknya

untuk mengartikan panjang gelombang dengan cara menghitung

warna. Warna merah diartikan sebagai gelombang terpanjang dan

mempunyai frekuensi paling rendah, warna ungu diartikan sebagai

panjang gelombang terpendek dan mempunyai frekuensi tertinngi.

Frekuensi cahaya yang dapat terlihat oleh manusia berkisar antara 400

nm (inframerah) sampai dengan 700 nm (ultraviolet).

Gambar 2.1
Panjang Gelombang
Sumber : Mallisa, 2021

9
10

2. Jenis Cahaya

Menurut sumbernya cahaya dibagi menjadi 2 yaitu cahaya alami

dan juga cahaya buatan. Cahaya alami merupakan cahaya yang

dihasilkan oleh matahari sedangkan cahaya buatan merupakan cahaya

yang berasal dari alat penerang yang dapat memancarkan cahaya,

contohnya seperti lampu.

a. Cahaya alami merupakan salah satu jenis cahaya, cahaya ini berasal

dari matahari. Warna matahari yang terlihat oleh mata manusia

adalah warna kuning sedikit jingga. Pada dasarnya matahari

memancarkan semua jenis warna, tetapi karena warna kuning

adalah gelombang warna yang paling kuat dimiliki matahari, maka

dari itu hanya warna kuninglah yang dapat terlihat dengan mata

manusia secara jelas (Mallisa, 2021)

b. Cahaya buatan merupakan sumber cahaya yang ditimbulkan selain

dari cahaya matahari melainkan cahaya yang dibuat oleh manusia,

contohnya seperti lampu (Mallisa, 2021)

3. Manfaat Cahaya

Cahaya salah satunya berasal dari matahari, manfaat dari cahaya

adalah untuk tumbuhan yaitu sebagai proses fotosintesis serta

bermanfaat untuk menerangi bumi dan seluruh isinya pada waktu

siang hari. Cahaya yang dimanfaatkan manusia selain dari cahaya

matahari yaitu cahaya lampu, lampu sangat berguna bagi manusia

untuk menerangi ruangan dimalam hari (Laili dkk, 2015). Bidang

kedokteran manfaat dari gelombang cahaya matahari dipergunakan


11

untuk foto rontgen atau biasa dikenal dengan sinar-X sebagai alat

yang digunakan untuk pemeriksaan penunjang dalam diagnosa (Laia,

2021).

Menurut Handika dalam (Masluhiya dkk, 2016) menjelaskan

dalam kecantikan, bahwa akibat yang ditimbulkan sinar radiasi dari

matahari akan merusak kulit. Penjelasan lain mengenai cahaya adalah

pada saat tidur dengan kebiasaan lampu menyala akan menyebabkan

terhambatnya hormon melatonin, hal ini disebabkan karena

fotoreseptor di retina akan terjadi hiperpolarisasi dan akan

menghambat terhadap sekresi norepinefrin (Bakhri, 2018). Sejalan

dengan penelitian lain cahaya dapat menghambat mekanisme irama

sirkadian atau yang biasa dikatakan dengan jam biologis. Adanya

cahaya lampu mengakibatkan kerja irama sirkadian tidak stabil yang

membuat tubuh dipaksa untuk terus menerus bekerja atau

mengabaikan perintah tidur dan dipaksa beraktivitas hingga malam

hari (Rusmiyati, 2015).

Tabel 2.1
Manfaat Cahaya

Peneliti dan
No Judul Hasil
Tahun
1 Analisis kesulitan (Laia, 2021) Bidang kedokteran
belajar siswa mata memanfaatkan cahaya adalah
pelajaran ipa untuk melakukan foto rontgen
matateri cahaya dan
kegunaannya
12

Peneliti dan
No Judul Hasil
Tahun
2 Analisis Jumlah (Bakhri, Cahaya yang ada pada saat tidur
Leukosit Dan Jenis 2018) akan menghambat hormon
Leukosit Pada melatoni, hal itu yang akan
Individu Yang mempengaruhi sekresi
Tidur Dengan norepinefrin
Lampu Menyala
Dan Yang
Dipadamkan
3 Penyuluhan tentang Handika Cahaya atau sinar radiasi dari
manfaat serbuk dalam matahari akan merusak kulit
masker wajah di (Masluhiya
smk yapim biru- dkk, 2016)
biru
4 Pengembangan (Laili dkk, Cahaya bermanfaat untuk
Perencanaan 2015) tumbuhan fotosintesis
Pembelajaran
Energi Cahaya Pada
Madrasah
Ibtidaiyah
5 Pengaruh (Rusmiyati, Adanya cahaya lampu
penggunaan lampu 2015) mengakibatkan kerja irama
pada saat tidur sirkadian tidak stabil yang
terhadap kualitas membuat tubuh dipaksa untuk
tidur remaja di terus menerus bekerja atau
madrasah aliyah mengabaikan perintah tidur dan
negri 2 pontianak dipaksa beraktivitas hingga
malam hari
13

Berdasarkan Tabel 2.1 dari penelitian diatas dapat disimpulkan

bahwa manfaat cahaya secara umum yaitu sebagai fotosintesis

tumbuhan, bidang kedokteran memanfaatkan cahaya sebagai untuk

digunakan dalam foto rontgen, dalam kecantikan cahaya dapat

mengakibatkan kerusakan pada kulit, sedangkan dalam kualitas tidur

cahaya dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang.

4. Pengaruh Cahaya

Menurut Ryan cho tahun (2013) menjelaskan bahwa penggunaan

lampu saat tidur akan mengakibatkan kualitas tidur yang buruk, hal ini

diakibatkan oleh cahaya lampu yang mempunyai fungsi sebagai

penyelaras utama irama sirkadian dan berpengaruh terhadap produksi

hormon melatonin. Hormon melantonin sangat berperan penting

dalam kualitas tidur seseorang. Kinerja hormon tersebut dapat

dipengaruhi oleh cahaya, sehingga hormon melatonin dalam darah

dapat terhambat yang diakibatkan oleh cahaya yang ada pada saat

tidur (Sutrisno dkk, 2017).

Cahaya dapat menghambat mekanisme irama sirkadian atau yang

biasa dikatakan dengan jam biologis. Adanya cahaya lampu

mengakibatkan kerja irama sirkadian tidak stabil yang membuat tubuh

dipaksa untuk terus menerus bekerja atau mengabaikan perintah tidur

dan dipaksa beraktivitas hingga malam hari (Rusmiyati, 2015).

Seseorang melakukan penelitian dalam ruang ICU pencahayaan yang

ada dapat mempengaruhi ritme irama sirkadian, hal ini yang akan

berdampak buruk bagi fisiologis pasien (Nurlitasari dkk, 2021).


14

Penelitian yang dilakukan oleh Chanellia (2021) menjelaskan bahwa

faktor cahaya yang minim dalam ruangan dapat mempengaruhi

terhadap kualitas tidur anak, yaitu untuk mempercepat proses tidur

anak.

Tabel 2.2
Pengaruh Cahaya

Peneliti dan
No Judul Hasil
Tahun
1 pengaruh kualitas tidur (Chanellia, faktor cahaya yang minim dalam
terhadap konsentrasi 2021) ruangan dapat mempengaruhi
siswa kelas 5 sekolah terhadap kualitas tidur anak, yaitu
dasar di sdn unggaran untuk mempercepat proses tidur
1 yogyakarta anak
2 Pengaruh paparan (Nurlitasari Seseorang melakukan penelitian
cahaya terang terhadap dkk, 2021) dalam ruang ICU pencahayaan
kondisi fisiologis yang ada dapat mempengaruhi
pasien yang di rawat di ritme irama sirkadian, hal ini yang
ruang ICU akan berdampak buruk bagi
fisiologis pasien
3 Perbandingan kualitas (Sutrisno Hormone melantonin sangat
tidur mahasiswa dkk., 2017). berperan penting dalam kualitas
fakultas kedokteran tidur seseorang. Kinerja hormone
universitas padjadjaran melatonin dapat dipengaruhi oleh
yang menggunakan cahaya, sehingga hormone
dan tidak melatonin dalam darah dapat
menggunakan cahaya terhambat yang diakibatkan oleh
lampu saat tidur cahaya yang ada pada saat tidur

4 Pengaruh penggunaan (Rusmiyati, Cahaya lampu mengakibatkan


lampu pada saat tidur 2015) kerja irama sirkadian tidak stabil
terhadap kualitas tidur yang membuat tubuh dipaksa
15

Peneliti dan
No Judul Hasil
Tahun
remaja di madrasah untuk terus menerus bekerja atau
aliyah negri 2 mengabaikan perintah tidur dan
pontianak dipaksa beraktivitas hingga malam
hari
5 Efek lampu samping (Ryan Cho Penggunaan lampu saat tidur akan
tempat tidur dan ritme 2013) mengakibatkan kualitas tidur yang
elektro ensefalo grafik buruk, hal ini karena cahaya lampu
yang mempunyai fungsi sebagai
penyelaras utama irama sirkadian
dan berpengaruh terhadap produksi
hormone melatonin

Berdasarkan Tabel 2.2 dapat disimpulkan bahwa pengaruh yang

diakibatkan dari cahaya yang berasal dari cahaya lampu atau cahaya

apapun, hal tersebut akan berdampak pada kualitas tidur seseorang.

5. Irama Sirkadian

Mahluk hidup mempunyai jam biologis tidur yang berbeda dari

setiap mahluk hidup yang lainnya. Jam biologis yang ada pada

manusia dikontrol dengan faktor lingkungan yaitu seperti gravitasi,

cahaya, kegelapan, bahkan stimulus elektromagnetik. Jam biologis

yang paling umum adalah irama sirkadian, dimana irama sirkadian

memiliki siklus 24 jam. Irama sirkadian dapat mengatur tekanan

darah, denyut jantung, sekresi hormone, temperature, bahkan

metabolisme dalam tubuh. Tidur merupakan suatu irama biologis yang

sangat lengkap, irama sirkadian akan menyamakan terhadap individu

yang mempunyai pola tidur. Irama sirkadian mengatur jam biologis


16

setiap orang, seseorang akan terbangun disaat ritme fisiologis dalam

keadaan paling tinggi dan akan tertidur disaat ritme dalam keadaan

yang sangat rendah (Ambarwati, 2017).

Irama sirkadian merupakan irama yang diatur oleh hipotalamus.

Irama siradian memiliki penurunan pada pagi hari, karena bertujuan

agar otak tetap dalam keadaan tertidur selama satu malam sehingga

dari kejadian tersebut mengakibatkan adanya restorasi penuh. Setiap

orang mempunyai peningkatan dan penurunan suhu tubuh,

peningkatan terjadi pada siang hari sedangkan penurunan terjadi pada

malam hari. Suhu puncak yang dialami seseorang ketika dalam

keaadaan mengalami penurunan, hal itu disebut dengan irama tidur.

Irama sirkadian dapat mempengaruhi setiap orang terhadap

metabolisme tubuh hingga ke level molecular dan behavior menurut

Ambarwati dalam (Riadi Arief, 2010).

B. Kualitas Tidur

1. Pengertian Tidur

Kebutuhan dasar manusia salah satunya adalah tidur, tidur

merupakan kebutuhan yang harus terpenuhi oleh setiap orang. Tidur

merupakan suatu kondisi dimana seseorang melakukan pemulihan

terhadap stamina atau tenaga dalam tubuh menjadi optimal (Jaka,

2015). Tidur didefinisikan dimana seseorang berada dibawah alam

sadar dan dapat dibangunkan dengan rangsangan berupa sensorik

ataupun yang lainnya (Rusmiyati, 2015).


17

Tidur merupakan salah satu dari kebutuhan manusia yaitu

kebutuhan primer. Tidur merupakan keaadaan tidak sadar dalam diri

seseorang ketika tidur mengalami penurunan reaksi atau persepsi

seseorang, dan dapat dibangunkan dengan rangsangan (Astuti, 2018).

Kesimpulan yang didapatkan bahwa tidur merupakan salah satu

kebutuhan dasar manusia, dimana seseorang dalam keaadan dibawah

alam sadar yang bertujuan untuk memulihkan tenaga dalam

keberlangsungan hidupnya.

2. Fisiologi Tidur

Tidur merupakan proses fisiologis manusia yang bersiklus secara

bergantian sesuai dengan periode tertentu. Fungsi dari siklus tidur

adalah mengatur dan juga mempengaruhi fisiologis dari seseorang.

Menurut (Atmadja W, 2013) menjelaskan bahwa siklus tidur dibagi

menjadi 2 yaitu Rapid Eye Movement (REM) dan Non REM. Siklus

tidur Non REM dibagi menjadi beberapa stadium yaitu :

a. Stadium pertama : Dimana seseorang mempunyai peralihan kondisi

antara bangun penuh dengan tidur ditandai dengan gelombang otak

low-voltage, diantara 30 detik - 7 menit.

b. Stadium kedua : Pada stadium ini mempunyai karakteristik yang

sama pada stadium pertama, yang membedakannya dimana adalah

adanya gelombang yang dinamakan gelombang high voltage

“sleep spindles” dan juga K complexes.

c. Stadium ke 3 dan 4 : Pada stadium ini bisa dikatan dengan “delta

sleep” dimana seseorang dalam keaadaan tidur yang dalam, pada


18

stadium ini gelombang yang ditimbulkan adalah gelombang

amplitudo tinggi dengan karakteristik yang lambat.

Siklus REM mempunyai periode autonom, dimana seseorang

yang berada di dalam siklus ini mempunyai karakteristik seperti

perubahan tekanan darah, perubahan detak jantung, berkeringat

bahkan pada stadium ini bisa mengakibatkan adanya mimpi dalam

tidur seseorang (Sri R., 2016).

3. Manfaat Tidur

Tidur adalah kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi.

Manfaat dari tidur adalah sebagai pemulihan dari sistem metabolisme

dalam tubuh yang berguna bagi proses mental, belajar, daya ingat, dan

juga meningkatkan kewaspanaan seseorang terhadap segala sesuatu.

Fungsi lain tidur adalah sebagai homestatik dalam diri seseorang dan

sangat penting bagi seseorang dalam mendapatkan cadangan energi

(Sri R., 2016).

Tidur memberikan manfaat yang baik bagi tubuh yaitu dengan

cara memulihkan kembali tubuh menjadi normal, hal ini yang

menyebabkan seseorang ketika merasa lelah yang terpikirkan dalam

otaknya hanyalah istirahat. Tanpa istirahat yang cukup akan

menyebabkan otak untuk fokus terhadap segala sesuatu, hal ini yang

akan membuat seseorang itu mudah marah, murung, bahkan depresi

(Gunarsa & Wibowo, 2021). Tidur merupakan salah satu hal yang

sangat penting bagi tubuh, dimana hal tersebut dapat memulihkan otak

dan fungsi organ yang lainnya.


19

Tidur juga sangat bermanfaat dalam memulihkan tenaga dan

berpengaruh terhadap proses metabolisme seseorang. Akibat dari tidur

terlalu lama juga akan berdampak buruk bagi seseorang, karena tubuh

menyerap sisa metabolisme yang berdampak terhadap tubuh yang

akan menimbulkan tidak bersemangat saat bangun tidur dan juga loyo

(Purnamasari, 2019). Kesimpulan yang dapat diambil dari manfaat

tidur adalah tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang

harus terpenuhi, manfaat dari tidur sebagai proses untuk menstabilkan

keadaan tubuh yang cukup lelah. Proses yang ditimbulkan pada saat

ini seseorang akan mendapatkan kesegaran pada saat terbangun.

4. Waktu Normal Tidur

Kebutuhan tidur remaja pada usia 12-18 tahun membutuhkan

waktu selama 8-9 jam per hari . Tidur merupakan kebutuhan yang

sangat berperan penting bagi kesehatan seperti pada masa kanak -

kanak mereka, walaupun ditemukan banyak faktor yang

memungkinkan remaja memerlukan waktu tidur yang lebih banyak

dari kebutuhan biasanya, penyebabnya dimana tuntutan sosial yang

mempersulit mereka dalam memenuhi kebutuhan tidurnya Rusmiyati

dalam (Benaroch, 2012).

Menurut Sari dkk (2021) menjelaskan bahwa waktu normal tidur

pada usia remaja adalah 8 - 10 jam. Menurut kemenkes RI (2018)

menjelaskan bahwa usia remaja mempunyai watku normal tidur yaitu

sekitar 8 – 9 jam perhari. Menurut penelitian yang dilakukan oleh

Filzah Az-zahrah (2021) mengatakan bahwa normal tidur pada usia


20

dewasa awal untuk memperoleh kepuasan tidur memerlukan waktu 7-

8 jam perhari. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan

sebelumnya dapat disimpulkan bahwa waktu normal tidur yang

dibutuhkan pada usia remaja adalah 8 jam perhari.

5. Faktor – Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Kualitas Tidur

Seseorang

Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi kualitas tidur

(Sulistiyani, 2012).

a. Hubungan antara kondisi suhu kamar tidur dengan kualitas tidur

Kondisi suhu kamar yang buruk akan berdampak buruk pada

kualitas tidur seseorang, hal ini disebabkan oleh rasa tidak

nyaman pada diri seseorang. Faktor yang dapat mempengaruhi

ruangan seperti temperatur atau suhu yang dingin maupun panas,

serta ventilasi yang kurang memadai akan berdampak buruk bagi

kualitas tidur mereka.

b. Hubungan kegaduhan tempat tinggal dan kualitas tidur

Faktor-faktor yang mempengaruhi kegaduhan tempat tinggal

dan kualitas tidur dapat ditimbulkan dari berbagai jenis sumber,

contohnya seperti suara pesawat, kendaraan bahkan suara yang

lainnya yang dapat memberikan kegaduhan dan memberikan rasa

ketidaknyamanan terhadap mereka. Tempat tinggal adalah salah

satu faktor dimana seseorang akan merasa tidak nyaman terhadap

kegaduhan yang dihasilkan. Kegaduhan yang ditimbulkan itu

secara tidak langsung akan mengganggu tidur mereka. Hal ini


21

terjadi karena suara yang didengar oleh telinga seseorang dapat

memberikan rangsangan pada otak, sehingga seseorang dapat

terbangun dari tidurnya.

c. Hubungan antara pencahayaan kamar tidur dengan kualitas tidur

Ruangan atau kamar yang memiliki cahaya lampu, hal ini

dapat menjadi faktor yang mempengaruhi kualitas tidur seseorang

terutama cahaya lampu yang digunakan pada malam hari. Cahaya

lampu dapat memberikan dampak buruk bagi kualitas tidur, hal

ini terjadi karena cahaya dapat menembus terhadap kelopak mata

sehingga dapat merangsang otak untuk tetap menjalankan

aktivitas.

Cahaya yang dihasilkan dari lampu akan mempengaruhi

produksi hormon melatonin. Hormon ini akan dihasilkan oleh

otak manusia melalui kelenjar pineal, hal ini yang berperan

penting dalam siklus tidur seseorang. Hormon melatonin dapat di

hasilkan oleh otak manusia ketika ruangan atau kamar tidur dalam

keadaan gelap.

d. Hubungan antara kebiasaan olahraga dengan kualitas tidur

Olahraga merupakan salah satu aktivitas yang mempengaruhi

siklus tidur seseorang. Sesorang yang kurang beraktivitas

terutama olahraga akan memberikan dampak pada kualitas

tidurnya. Kualitas tidur seseorang yang terbiasa melakukan

aktivitas bahkan olahraga, mereka akan lebih mudah

mendapatkan kualitas tidur yang baik. Kualitas tidur yang baik ini
22

diakibatkan oleh keletihan yang dirasakan oleh seseorang yang

terbiasa dengan aktivitas olahraga.

e. Hubungan antara kebiasaan penggunaan smartphone dengan

kualitas tidur

Smartphone menjadi salah satu alat komunikasi di era

modern ini. Smartphone dapat mepengaruhi kualitas tidur

seseorang, hal ini diakibatkan seseorang untuk tetap

menggunakan gadgetnya sampai larut malam. Keadaan ini

membuat seseorang akan terus menerus terbangun, hingga lupa

terhadap kualitas tidurnya. Selain itu mereka juga membutuhkan

waktu istirahat yang cukup untuk tetap menjaga kondisi

tubuhnya, tidak hanya fisik tetapi terhadap aktivitas otak.

f. Hubungan antara beban tugas kuliah dengan kualitas tidur

Kebiasaan begadang yang ditimbulkan ketika mengerjakan

tugas menjadi salah satu faktor dimana kualitas tidur seseorang

terganggu, sehingga kebutuhan tidur seseorang tidak terpenuhi.

kejadian itu yang mengakibatkan seseorang akan terlambat

bangun dipagi hari ataupun sulit untuk bangun lebih awal.

g. Hubungan antara indeks massa tubuh dengan kualitas tidur

Faktor yang mempengaruhi kualitas tidur salah satunya

adalah Massa indeks tubuh dimana massa tubuh seseorang yang

keadaannya kurus akan memudahkan mereka tertidur, tidak

mudah letih bahkan tidak mengantuk dalam beraktivitas.

Seseorang yang dikatan obesitas akan mengalami apne sesaat


23

ketika tidur, hal ini akan mengakibatkan orang tersebut berhenti

bernafas ketika tertidur.

6. Kualitas Tidur Yang Baik

Kualitas tidur merupakan bentuk hasil dari kepuasan seseorang

dalam tidurnya, mulai dari permulaan seseorang tertidur, saat tidur,

bahkan kuantitas dari tidur seseorang yang menghasilkan kesegaran

saat bangun. Kuantitas dan kualitas tidur memiliki perbedaan yang

jelas. Kuantitas tidur merupakan lama waktu yang dibutuhkan selama

tidur sedangkan kualitas tidur merupakan baik / buruknya tidur

seseorang. Kualitas tidur yang baik mempunyai ciri tidak ada tanda

gangguan tidur, serta terasa segar saat bangun di pagi hari. Kualitas

tidur yang baik mempunyai beberapa aspek yaitu lamanya waktu saat

tertidur, tidak ada gangguan saat tertidur, dan kepuasan yang

dirasakan saat bangun tidur (Pramana & Harahap, 2020).

Kualitas tidur merupakan kemampuan seseorang untuk tidur

dengan memperoleh waktu istirahat yang sesuai dengan kebutuhan

individu itu sendiri (Sulistiyani, 2012). Menurut penjelasan dari

Rusmiyati (2012) tidur yang berkualitas adalah kualitas tidur

seseorang akan menghasilkan kebugaran dan kesegaran disaat

terbangun dari tidurnya. Penjelasan ini juga dikemukakan oleh peneliti

lain yaitu Sutrisno dkk (2017) menjelaskan bahwa kualitas tidur

merupakan kepuasan individu terhadap tidurnya sendiri dan dapat

diukur dengan beberapa aspek hambatan tidur, terbangun saat tidur,

jumlah waktu tidur, dan faktor yang mengganggu saat tidur.


24

Kualitas tidur yang baik tidak hanya menjelaskan hal apa saja

yang menghambat dalam proses tidur, tetapi kualitas tidur yang baik

adalah kualitas tidur yang menghasilkan kesehatan fisik maupun

mental seseorang untuk tetap menjaga stamina dan vitalitasnya

(Chanellia, 2021).

Tabel 2.3
Kualitas Tidur Yang Baik

Peneliti dan
No Judul Hasil
Tahun
1 pengaruh kualitas tidur (Chanellia, 2021) Kualitas tidur yang baik
terhadap konsentrasi siswa adalah kualitas tidur
kelas 5 sekolah dasar di sdn yang menghasilkan
unggaran 1 yogyakarta kesehatan fisik maupun
mental seseorang baik
untuk menjaga stamina
dan vitalitas
2 Manfaat kualitas tidur yang (Pramana & Kualitas tidur yang baik
baik dalam mencegah Harahap, 2020) mempunyai beberapa
demensia pada lansia aspek yaitu lamanya
waktu saat tertidur,
tidak ada gangguan saat
tertidur, dan kepuasan
yang dirasakan saat
bangun tidur
3 Perbandingan (Sutrisno dkk., Kualitas tidur
kualitas tidur 2017) merupakan kepuasan
mahasiswa individu terhadap
fakultas tidurnya sendiri dan
kedokteran dapat diukur dengan
universitas beberapa aspek
25

Peneliti dan
No Judul Hasil
Tahun
padjadjaran yang hambatan tidur,
menggunakan terbangun saat tidur,
dan tidak jumlah waktu tidur, dan
menggunakan faktor yang
cahaya lampu mengganggu saat tidur.
saat tidur

4 Pengaruh penggunaan (Rusmiyati, 2015) Tidur yang berkualitas


lampu pada saat tidur adalah kualitas tidur
terhadap kualitas tidur seseorang akan
remaja di madrasah aliyah menghasilkan
negri 2 pontianak kebugaran dan
kesegaran disaat
terbangun dari tidurnya
5 Beberapa faktor yang (Sulistiyani, Kualitas tidur
berhubungan dengan 2012) merupakan kemampuan
kualitas tidur pada seseorang untuk tidur
Mahasiswa fakultas dengan memperoleh
kesehatan masyarakat waktu istirahat yang
universitas diponegoro sesuai dengan
semarang kebutuhan individu itu
sendiri.

Berdasarkan Tabel 2.3 dapat disimpulkan bahwa kualitas tidur

yang baik adalah kualitas tidur yang digunakan untuk

mengistirahatkan atau mengstabilkan tubuh seseorang dalam keadaan

lelah sampai terbangun dari tidurnya dan merasakan kesegaran.


26

7. Kualitas Tidur Yang Buruk

Kualitas tidur merupakan salah satu keadaan tidur yang dialami

setiap orang, kualitas tidur yang baik adalah dimana seseorang ketika

bangun dari tidur merasakan kesegaran atau kebugaran yang

dihasilkan dari tidurnya. Kualitas tidur yang buruk merupakan kualitas

tidur yang terganggu dalam tidur seseorang, hal ini yang akan

berdampak buruk bagi kualitas tidur itu sendiri. keadaan yang akan

dirasakan dalam kualitas tidur yang buruk adalah dimana seseorang

akan mengalami stres yang meningkat dan sering lupa (Pramana &

Harahap, 2020).

8. Cara Ukur Kualitas Tidur

Menurut Silvanasari dalam (Buysee dkk, 1988) mengemukakan

alat ukur yang digunakan untuk mengukur kualitas tidur, yaitu

Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). PSQI merupakan salah satu

instrumen yang efektif untuk mengukur kualitas tidur. PSQI

dikembangkan dengan tujuan untuk menentukan penilaian kualitas

tidur yang realibel, valid, serta dengan standarisasi kualitas tidur.

Perkembangan ini digunakan untuk membedakan antara kualitas yang

baik dan kualitas tidur yang buruk bagi seseorang. Manfaat dari PSQI

ini dapat dipergunakan untuk penelitian guna mengetahui kualitas

tidur kelompok dari berbagai perbedaan yang dirasakan dalam kualitas

tidurnya.

Pengisian instrumen ini tidak membutuhkan waktu yang lama,

pengisian instrumen ini membutuhkan waktu 5 – 10 menit, sedangkan


27

waktu yang dibutuhkan untuk penilaian instrumen ini membutuhkan

waktu 5 menit. Instrumen PSQI mempunyai 19 item dari 7 komponen.

Komponen yang ada didalam PSQI ini yaitu : komponen 1 kualitas

tidur subyektif, komponen 2 latensi tidur, komponen 3 durasi tidur,

komponen 4 efesiensi tidur, komponen 5 gangguan tidur, komponen 6

penggunaan medikasi, komponen 7 disfungsi pada siang hari (Kisi –

kisi kuesioner terlampir).

Penilaian untuk kuesioner ini adalah dengan menjumlahkan dari

komponen 1 sampai komponen 7 dengan hasil skor 0 – 21, jika skors

yang dihasilkan PSQI > 5 maka nilai itu mengidentifikasikan kualitas

tidur yang buruk. Semakin tinggi yang dihasilkan dari penilaian

instrumen tersebut maka semakin buruk juga kualitas tidur seseorang

(Silvanasari, 2012).

C. Kerangka Konseptual

Permasalahan yang paling utama dalam penelitian ini adalah pengaruh

cahaya lampu terhadap siswa SMK. Penugasan menjadi salah satu tuntutan

dalam setiap pendidikan, tidak hanya itu peserta didik harus mempersiapkan

segala sesuatu terkait pencapaian dalam pendidikan seperti tuntutan tugas,

ujian, penilaian akhir semester, laporan praktik dan sidang akhir. Kegiatan

yang dilakukan tidak hanya mengenai pendidikan disekolah, melaikan

kegiatan diluar sekolah seperti pesantren, hal ini membuat peserta didik

mempunyai kegiatan di malam hari yang cukup berat dibanding yang lain.

Kejadian ini sejalan dengan apa yang ditemukan dalam penelitian yang
28

dilakukan oleh Sutrisno (2017) menjelaskan bahwa seseorang yang terpapar

cahaya lampu lebih lama pada malam hari akan memiliki kualitas tidur yang

buruk.

Siswa

Penggunaan cahaya Kualitas tidur


lampu

Karakteristik kualitas tidur


Karakteristik cahaya
lampu - Fisiologis tidur
- Manfaat tidur
- Jenis cahaya - Waktu normal tidur
- Manfaat cahaya - Faktor yang
- Pengaruh cahaya mempengaruhi kualitas
- Irama sirkadian tidur
- Kualitas tidur baik /
buruk
- Cara ukur kualitas tidur

Cahaya Lampu Kualitas Tidur

Keterangan:

: Variabel yang di bahas

: Dihubungkan di teliti

: Variabel yang di teliti

Gambar 2.2
Kerangka Konseptual Penelitian
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian menurut jenis penelitiannya dibagi menjadi 2 yaitu :

penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif. Penelitian ini merupakan

penelitian kuantitatif dengan metode analitik komparatif. Rancangan

penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan

pendekatan potong lintang/Cross sectional.

B. Paradigma Penelitian Kuantitatif

Paradigma penelitian kuantitatif merupakan model pemikiran yang

deduktif dengan pengumpulan data dan dapat di analisa dengan data berupa

angka yang bertujuan untuk mengartikan, menjelaskan, mengontrol, bahkan

memprediksi terhadap suatu fenomena yang terjadi. Paradigma penelitian

kuantitatif tidak hanya menjelaskan tentang data berupa angka saja, pada

awal penelitian metode kuantitatif digunakan untuk menentukan hipotesis

yang digunakan dalam penelitian. Hipotesis yang digunakan dalam

penelitian ini bertujuan untuk menentukan prosedur yang akan digunakan,

dalam penelitian kuantitatif peneliti mengendalikan faktor yang dapat di

intervensikan menjadi data dalam penelitiannya (Nuryana dkk, 2019).

29
30

Variabel Bebas Variabel Terikat

Kualitas Tidur
Cahaya Lampu

Keterangan:

: Variabel yang diteliti


: Hubungan yang diteliti

Gambar 3.1
Kerangka Konseptual

C. Hipotesa Penelitan

Menurut Susi dan Atang Hermawan dalam (Sugiono, 2017:63)

hipotesis merupakan jawaban atau hasil yang sementara terhadap suatu

rumusan masalah, dimana rumusan masalah yang diteliti sudah dinyatakan

dalam bentuk pernyataan. Hipotesis dikatan jawaban sementara karena baru

didasarkan pada teori – teori yang relevan, belum didasarkan dengan fakta –

fakta yang terjadi pada fenomena yang diperoleh dari pengumpulan data

penelitian.

Ha : Ada perbedaan kualitas tidur yang menggunakan dan tidak

menggunakan cahaya lampu saat tidur pada siswa SMK Daarul Abroor

Kabupaten Tasikmalaya.

Ho : Tidak ada perbedaan kualitas tidur yang menggunakan dan tidak

menggunakan cahaya lampu saat tidur pada siswa SMK Daarul Abroor

Kabupaten Tasikmalaya.
31

D. Variabel Penelitian

Definisi variabel penelitian menurut (Susi & Atang Hermawan, 2018)

variabel penelitian merupakan sifat, atribut, ataupun nilai dari seseorang

ataupun kegiatan yang memiliki berbagai variasi dan ditetapkan oleh

peneliti yang sebelumnya dipelajari untuk ditarik kesimpulannya.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua variabel yang akan diteliti,

yaitu :

1. Variabel Bebas (Independent)

Variabel independent atau biasa disebut dengan variabel bebas.

Variabel ini berdiri sendiri tanpa dipengaruhi oleh variabel lain,

variabel independent mempunyai ciri yaitu berpengaruh atau

penyebab dari variabel lain atau variabel terikat (Dependent). Variabel

independent dikatan variabel bebas karena variabel ini tidak

dipengaruhi oleh variabel lainnya (Nuryana dkk, 2019). Variabel

independent dalam penelitian ini adalah cahaya lampu.

2. Variabel Terikat (Dependent)

Variabel dependent atau biasa disebut dengan variabel terikat.

Variabel dependent merupakan variabel yang keberadaannya

dipengaruhi atau mengalami perubahan yang diakibatkan oleh

variabel lain atau biasa yang disebut dengan variabel bebas. Variabel

dependent ini disebut variabel terikat karena keberadaannya

dipengaruhi dari variabel lain dan biasa yang disebut dengan variabel

bebas (Nuryana dkk, 2019) Variabel dependent dalam penelitian ini

adalah kualitas tidur.


32

E. Definisi Konseptual Dan Definisi Operasional

1. Definisi Konseptual

a. Cahaya Lampu

Cahaya adalah bentuk dari gelombang elektromagnetik yang

merupakan bagian aktifitas elektron dari sebuah atom Menurut

Mallisa dalam (Saputro, 2013). Jarak yang dihasilkan antara

puncak gelombang disebut panjang gelombang. Panjang

gelombang yang dihasilkan antara < 1 nanometer sampai 1

kilometer atau lebih (Handoko dan Fajariyanti, 2013).

b. Kualitas Tidur

Kualitas tidur merupakan bentuk hasil dari kepuasan

seseorang dalam tidurnya, mulai dari permulaan seseorang

tertidur, saat tidur, bahkan kuantitas dari tidur seseorang yang

menghasilkan kesegaran saat bangun. Kuantitas dan kualitas tidur

memiliki perbedaan yang jelas. Kuantitas tidur merupakan lama

waktu yang dibutuhkan selama tidur sedangkan kualitas tidur

merupakan baik / buruknya tidur seseorang (Pramana & Harahap,

2020).

2. Definisi Operasional

Untuk mengukur suatu variabel dapat menggunakan alat ukur

berupa intrumen atau kuesioner, sehingga variabel tersebut diberi

batasan atau definisi yang operasional. Definisi operasional ini

penting dalam pengukuran variabel atau pengumpulan data, hal ini

agar data tersebut tetap konsisten dari data yang satu dengan data yang
33

lainnya. Definisi operasional sendiri merupakan gambaran tentang

batas – batas variabel yang dimaksud, serta dinyatakan dalam bentuk

“Matrix” (Notoatmodjo, 2012).

a. Variabel

Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah cahaya lampu

sebagai variabel bebas dan kualitas tidur sebagai variabel terikat.

b. Definisi operasional

Definisi operasional pada penelitian ini adalah batasan dari :

• Varibel bebas (cahaya lampu), yaitu suatu keadaan dimana

siswa SMK ketika tidur dengan menggunakan cahaya lampu.

• Varibel terikat (kualitas tidur), yaitu suatu keaadaan dimana

siswa SMK Daarul Abroor Kabupaten Tasikmalaya

menghasilkan kualitas tidur berdasarkan kepuasan serta

kesegaran dalam tidurnya.

c. Alat Ukur

Alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :

• Kuesioner berisikan pertanyaan tentang tidur seseorang dengan

penggunaan lampu dengan cara menceklis dalam kolom

pertanyaan

• Kuesioner PSQI (Pittsburgh Sleep Quality Index), mempunyai

19 item dari 7 komponen. Penilaian dalam 7 komponen ini

mempunyai skor 0-21, jika PSQI > 5 kualitas tidur buruk, jika

PSQI < 5 kualitas tidur baik (Silvanasari, 2012).


34

d. Hasil ukur atau kategori

Hasil ukur atau kategori merupakan suatu pengelompokan dari

hasil pengukuran variabel yang bersangkutan.

1) Hasil ukur dari penggunaan cahaya lampu

• Ya

• Tidak

2) Hasil ukur kualitas tidur (Silvanasari, 2012) :

• PSQI > 5 merupakan kualitas tidur buruk

• PSQI < 5 merupakan kualitas tidur baik

3) Skala pengukuran

Skala pengukuran yang digunakan untuk varibel bebas adalah

ordinal dan varibel terikat pada penelitian ini adalah skala

ordinal.
35

Tabel 3.1
Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala Hasil

1 Cahaya Suatu kondisi dimana Kuesioner berisikan pertanyaan Ordina Ya

lampu siswa SMK ketika tidur tentang tidur seseorang dengan l Tidak

dengan menggunakan penggunaan lampu dengan cara

cahaya lampu menceklis dalam kolom pertanyaan

2 Kualitas Kondisi dimana siswa PSQI (Pittsburgh Sleep Quality Ordina PSQI > 5

tidur SMK Daarul Abroor Index), mempunyai 19 item dari 7 l Buruk,

Kabupaten Tasikmalaya komponen. Penilaian mempunyai PSQI < 5

menghasilkan kualitas skor 0-21 (Silvanasari, 2012) Baik

tidur berdasarkan

kepuasan serta kesegaran

dalam tidurnya
F. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan sekumpulan karakteristik atau satuan

pengukuran yang menjadi objek penelitian atau objek yang akan

diteliti (Notoatmodjo. 2012). Populasi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah siswa yang sekolah di SMK Daarul Abroor dan

juga pesantren yaitu sebanyak 162 orang atau 59% dari total

keseluruhan.

2. Sampel

Sampel merupakan suatu bagian dari jumlah atau karakteristik

yang dimiliki oleh populasi tersebut dan dianggap mewakili seluruh

populasi (Notoatmodjo, 2012). Sampel penelitian ini ditentukan

dengan pendekatan potong lintang. Penentuan besar sampel untuk

penelitian ini dengan perhitungan menggunakan rumus Slovin dalam

buku Nursalam (2013).

N
n=
1+ Ne2

Keterangan :

n : Jumlah sampel yang dicari

N : Jumlah populasi

e : Nilai margin of error atau kesalahan dalam penelitian e = 0,1.

Menurut rumus slovin mempunyai ketentuan berikut seperti :

Nilai e = 0,1 (10%) digunakan untuk populasi dengan jumlah besar


Nilai e = 0,2 (20%) digunakan untuk populasi dengan jumlah yang

kecil

dengan jumlah populasi orang dan margin of error atau kesalahan

dalam penelitian yang digunakan 10%, maka besar penelitiannya

adalah :

N
n=
1+ Ne2

162
n= 2
1+162(0,1)

162
n=
1+162(0,01)❑

162
n= ❑
1+1,62

162
n=
2,62

n=61,83

n=62

Dari perhitungan rumus diatas diperoleh jumlah sampel sebanyak 62

orang.

Kriteria Sampel :

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik atau kriteria yang dipenuhi

oleh setiap anggota populasi yang dapat dijadikan sampel

(Notoatmodjo, 2012).

Kriteria dalam penelitian ini adalah :

1) Responden yang menggunakan cahaya dan tidak menggunakan

cahaya lampu saat tidur


2) Siswa SMK Daarul Abroor Kabupaten Tasikmalaya yang

sekolah dan juga pesantren

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi merupakan kriteria atau karakteristik sebagian

dari populasi yang tidak bisa menjadi sampel (Notoatmodjo, 2012).

Responden yang memenuhi kriteria di atas akan dikeluarkan jika

memenuhi kriteria eksklusi yaitu :

1) Responden dengan yang mempunyai gangguan insomnia

2) Responden yang mengkonsumsi obat sedafit pada waktu

pelaksanaan

3) Responden yang bergadang karena tuntutan tugas

G. Pengumpulan Data

1. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat ukur yang digunakan dalam

penelitian yang bertujuan untuk melakukan pengukuran terhadap

subjek yang diukur (Yusup, 2018). Instrumen yang digunakan dalam

pengumpulan data ini adalah pengumpulan data dari kuesioner PSQI.

2. Uji Validitas dan Realibitas Instrumen

a. Uji Validitas

Validitas merupakan salah satu indeks yang menunjukan alat

ukur yang digunakan dan benar – benar mengukur apa yang akan di

ukur, semakin tinggi validitas yang diukur maka semakin akurat

alat ukur tersebut. Uji validitas ini merupakan pengujian yang

paling penting dalam penelitian karena bertujuan untuk mengukur


pertanyaan agar tidak menghasilkan data yang menyimpang dari

variabel yang diteliti (Yusup, 2018). Instrumen yang digunakan

dalam penelitian ini adalah instrumen PSQI, instrumen ini tidak

perlu dilakukan uji validitas kembali karena telah dilakukan oleh

peneliti lain, dimana instrumen ini sudah tervalidasi dan di

terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan nilai 0,395 - 0,632

(Zahra & Farida, 2020).

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas merupakan salah satu pengujian dalam

penelitian. Pengujian ini merupakan pengujian yang dilakukan

untuk mengukur sejauh mana hasil pengukuran ini tetap konsisten

apabila dilakukan berkali – kali menggunakan alat ukur yang sama

terhadap gejala yang sama. Reliabilitas dikatakan apabila alat ukur

yang digunakan akan tetap konsisten meskipun dilakukan beberapa

kali (Yusup, 2018).

Adapun dalam penelitian ini uji reliabilitas pada kuesioner ini

tidak perlu dilakukan kembali karena sudah baku dan telah

dilakukan oleh peneliti sebelumnya dengan nilai reliabilitas 0,892

(Habibah dkk, 2021). Kuisioner yang digunakan dalam penelitian

ini telah mendapatkan izin dari Ni Made Hegar Sukmawati dengan

judul reliabilitas kuisioner pittsburgh sleep quality index (psqi)

versi Bahasa Indonesia dalam mengukur kualitas tidur lansia, dan

sudah mendapatkan izin melalui Email (izin terlampir).


3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan proses yang bisa dilakukan

atau alat – alat yang digunakan oleh peneliti dalam penelitiannya yang

bertujuan untuk mengumpulkan data (Darmawan, 2016). Data adalah

suatu bahan mentah yang digunakan dalam penelitian dan perlu untuk

dilakukan pengolahan sehingga dapat menghasilkan informasi

berbentuk kualitatif ataupun kuantitatif, dari hasil informasi tersebut

dapat menunjukan angka ataupun fakta yang bisa digunakan sebagai

dasar dalam pengambilan kesimpulan (Siregar, 2017). Teknik yang

digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah

menggunakan teknik data primer.

Data yang digunakan dalam melakukan penelitian ini merupakan

data primer, yang di ambil dari penyebaran kuesioner PSQI kepada

para responden atau siswa SMK. Hasil dari data tersebut merupakan

data pribadi responden dan hasil jawaban dari setiap responden

mengenai variabel penelitian yaitu kualitas tidur. Pertanyaan yang

digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur kualitas tidur siswa

SMK berdasarkan instrumen yang telah ditentukan, dari instrumen ini

peneliti menjelaskan dalam pengisian instrumen PSQI. Instrumen ini

digunakan dengan memberikan chekliss dan menjawab pada kolom

pertanyaan. Tujuan dari metode tes ini adalah untuk mengetehui data

tentang kualitas tidur siswa SMK yang menggunakan cahaya dan

tidak menggunakan cahaya lampu pada saat tidur.


H. Langkah-Langkah Penelitian

1. Peneliti menemukan permasalahan yang akan diambil dalam penelitian.

2. Selanjutnya peneliti mengajukan permasalahan yang akan diteliti dalam

penelitian kepada pembimbing.

3. Setelah mendapatkan intruksi dari pembimbing peneliti melanjutkan

pengamatan untuk studi pendahuluan.

4. Peneliti meminta surat pengantar ke intansi Universitas Bhakti Kencana

Tasikmalaya untuk melakukan studi pendahuluan untuk menentukan

masalah dan responden.

5. Setelah mendapatkan surat pengantar studi pendahuluan, peneliti

mengajukan surat pengantar tersebut ke instansi yang akan dilakukan

penelitian untuk mendapatkan perizinan pengambilan data.

6. Setelah mendapatkan izin dari pihak instansi penelitian atau sekolah

SMK Daarul Abroor, peneliti mengambil data dengan cara wawancara

dengan pihak instansi ataupun responden.

7. Peneliti meminta izin kepada Badan Kesatuan Bangsa Dan Politik

(KESBANGPOL) untuk dilindunginya penelitian pada saat melakukan

penelitian supaya tidak ilegal dan adanya bukti bahwa dari

KESBANGPOL peneliti sudah diberikan izin untuk melakukan

penelitian.

8. Peneliti meminta izin kepada pihak SMK sekaligus menyampaikan

maksud dan tujuan penelitian serta membawa surat yang ditunjukan dari

KESBANGPOL.
9. Setelah itu peneliti meminta izin dan memperkenalkan diri, menjelaskan

maksud dan tujuan kepada responden dan meminta persetujuannya.

10. Setelah meminta izin dan mendapatkan izin dari pihak SMK dan

responden, peneliti mulai untuk kontrak waktu dan mengikuti jadwal

sesuai arahan dari pihak SMK.

11. Peneliti mengikuti arahan sesuai dari pihak SMK untuk melakukan

observasi terkait kuesioner pengaruh penggunaan cahaya lampu

terhadap kualitas tidur.

12. Setelah itu peneliti melakukan penilaian terhadap responden terkait

kuesioner pengaruh cahaya lampu terhadap kualitas tidur siswa SMK,

setelah melakukan penilaian peneliti mengumpulkan data dari kuesioner

yang telah di isi oleh responden.

13. Data yang telah di isi dan selanjutnya dikumpulkan, kemudian akan

dilakukan pengolahan data dan juga akan dilakukannya analisa data dari

responden tersebut.

I. Pengolahan Data Dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan salah satu langkah kunci setelah

melakukan kegiatan penelitian dan menyelesaikan pengumpulan data.

Untuk mendapatkan data yang berkualitas dari data kuesioner yang

dilakukan, peneliti mengkaji ulang kuesioner yang diisi oleh

responden (Notoatmodjo, 2012).

Pengolahan data meliputi kegitan sebagai berikut :


a. Editing

Peneliti akan memeriksa atau mengoreksi kembali semua data

yang terkumpul yang di dapatkan melalui penyebaran kuesioner

PSQI dari responden yang bertujuan untuk memeriksa kelengkapan

data yang diperlukan dari responden untuk dilakukannya penelitian

dan menghindari kesalahan atau yang kurang dari data yang

dibutuhkan.

b. Coding ( pengkodean )

Peneliti akan memberikan kode untuk semua data yang

termasuk dalam kategori yang sama. Kode merupakan bentuk kata

yang dibuat dalam bentuk huruf ataupun angka yangmemberikan

identitas serta petunjuk dalam informasi yang dianalisis. Pemberian

kode yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah :

1) Penggunaan cahaya lampu, 1 “Menggunakan cahaya lampu”, 2

“Tidak menggunakan cahaya lampu”.

2) Kualitas tidur, 1 “Baik”, 2 “Buruk”.

3) Jenis Kelamin, 1 “Laki – laki”, 2 “Perempuan”.

c. Tabulasi

Tabulasi peneliti akan membuat tabel yang diperlukan dan belah

diberi kode sesuai dengan apa yang diperlukan dalam penelitian ini,

dalam membuat tabulasi harus senantiasa memerlukan ketelitian

agar tidak ada kesalahan tabel, hasil tabulasi dapat berbentuk :


1) Tabel pemindahan merupakan tabel yang digunakan untuk

tempat pemindahan kode-kode dari pencatatan pengamatan,

tabel ini berfungsi sebagai arsip.

2) Tabel biasa merupakan tabel yang telah disusun berdasarkan

sifat dan tujuan responden.

3) Tabel analisis yaitu tabel yang memuat suatu jenis informasi

yang telah di analisis.

2. Analisa Data

a. Analisa Univariat

Analisa univariat digunakan untuk menghitung distribusi

frekuensi sehingga diketahui perbedaan karakteristik responden

terhadap kualitas tidur. Analisa univariat dalam penelitian ini

dalam bentuk frekuensi dan persentase dengan mengukur uji mean.

x
Rumus : P = × 100%
n

Keterangan :

P : Persentase ( %)

x : Jumlah nilai yang didapat

n : Jumlah nilai maksimal (Arikunto, 2013).

Adapun data yang akan dihasilkan dari analisa univarit ini adalah :

1) Distribusi frekuensi responden sesuai dengan jenis kelamin

2) Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur

3) Distribusi frekuensi responden berdasarkan penggunaan

cahaya lampu saat tidur


4) Distribusi frekuensi responden berdasarkan yang

menggunakan lampu dan kualitas tidurnya

5) Distribusi frekuensi responden berdasarkan yang tidak

menggunakan lampu dan kualitas tidurnya

6) Distribusi frekuensi berdasarkan kualitas tidur siswa SMK

Daarul Abroor Tasikmalaya

b. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dalam metode pengolahan dan analisis data

yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan

Uji Chi-Square, chi-square di gunakan untuk menguji perbedaan

antara variabel independen terhadap variabel dependen. Rumus

yang digunakan adalah sebagai berikut:

2
n
( Oi−Ei )
X =∑
2

i=1 Ei

Keterangan :

X2 = Distribusi Chi-Square

O1 = Nilai observasi (pengamatan) ke-i

Ei = Nilai ekspektasi ke-i

Berikut merupakan langkah – langkah yang dilakukan dalam

pengujian Chi-square yaitu :

1) Merumuskan hipotesis H 0 dan H 1

H 0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara dua

variabel
H 1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara dua variabel

2) Mencari nilai frekuensi harapan ( Ei )

(Total Baris)(Total Kolom)


Ei untuk setiap sel=
Total Keseluruhan

3) Menghitung distribusi Chi-square

4) Menentukan taraf signifikansi α

5) Menentukan nilai X 2 tabel

a) Taraf signifikansi (α) = 0,05

b) D.f = (Jumlah baris – 1) (Jumlah kolom – 1)

3. Menentukan kriteria pengujian

Jika X 2 hitung≤ X 2 tabel, maka H 0 Diterima

Jika X 2 hitung ¿ X 2 tabel, maka H 0 Ditolak

Jika Sig. ≥ 0,05 maka H 0 Diterima

Jika Sig. ¿ 0,05 maka H 0 Ditolak

Adapun data yang akan dihasilkan dalam analisa bivariat ini adalah

1) Perbedaan kualitas tidur yang menggunakan dan tidak

menggunakan cahaya lampu saat tidur pada siswa SMK Daarul

Abroor Kabupaten Tasikmalaya

J. Etika Penelitian

Etika merupakan salah satu hal yang penting dalam pelaksanaan

penelitian karena penelitian keperawatan akan berhubungan langsung

dengan manusia. Penelitian ini menjamin hak yang dimiliki responden


dengan cara memprivasikan identitas responden selama hal itu tidak

dibutuhkan dalam penelitian. Selain itu peneliti memberikan hak kepada

responden untuk menolak dijadikan responden atau keluar dari dari

penelitian, dalam penelitian ini, peneliti mengajukan permohonan izin

kepada kepala Sekolah SMK Daarul Abroor Kabupaten Tasikmalaya untuk

mendapat ijin persetujuan penelitian, setelah peneliti mendapatkan ijin dari

institusi tersebut, barulah melakukan penelitian dengan menekankan aspek

etika (Notoatmodjo, 2012) yang meliputi:

1. Informed consent

Peneliti memberikan lembar persetujuan kepada calon responden, agar

responden mengerti maksud dan tujuan penelitian.

2. Self determination (menentukan sendiri)

Peneliti pada tahap ini memberikan jaminan kepada responden, untuk

diperlakukan secara manusia.

3. Privacy (kerahasiaan pribadi)

Peneliti pada tahap menjamin secara rahasia responden dan tidak

menggunakan data tanpa sepengetahuan responden serta tidak

membocorkannya pada pihak lain.

4. Anonymity (tanpa nama) dan Confidentiality (kerahasiaan)

a. Anonymity

Peneliti dalam melakukan penelitian ini tidak mencantumkan nama

asli responden pada lembar kuesioner dan hanya memberikan kode

angka pada lembar tersebut.

b. Confidentiality
Peneliti dalam melakukan penelitian ini menjamin kerahasiaan

hasil penelitian, baik informasi yang diterima maupun masalah-

masalah lainnya. Semua data yang telah dikumpulkan dari

responden dijamin kerahasiannya kecuali kelompok data tersebut

dilaporkan.

c. Fair treatment

Peneliti memberikan jaminan kepada responden untuk

diperlakukan secara adil baik sebelum, selama dan sesudah

keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi.

5. Protect from dscompfort and harm (dilindungi dari rasa tidak nyaman

dan dirugikan)

Peneliti membuat suasana pengumpulan menjadi seperti suasana

kekeluargaan.

K. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan antara bulan juni 2022 di SMK Daarul

Abroor Jl. Cibereum Desa Cikadu Kecamatan Cisayong Kabupaten

Tasikmalaya.

Anda mungkin juga menyukai