PEMBAHASAN
Misi
Tujuan
C. Mengidentifikasi Masalah
1. Mahasiswa sering ketiduran saat jam pembelajaran berlangsung
Berdasarkan National Sleep Foundation, dewasa awal (18-25
tahun) membutuhkan waktu tidur selama 7-9 jam per hari (National
Sleep Foundation, 2010). Kekurangan tidur (kurang dari tujuh jam per
hari) bisa menyebabkan masalah pada kemampuan kognitif, mood,
pekerjaan, dan kualitas hidup seseorang. Jika seseorang mengalami
waktu tidur yang kurang, maka orang tersebut akan mendapatkan
dampak dari kekurangan tidur itu pada keesokan harinya. Ditambah
lagi, jika seseorang selama enam hari berturut-turut hanya tidur selama
enam jam, maka hal tersebut dapat menyebabkan permasalahan pada
fungsi metabolisme dan hormon (National Sleep Foundation, 2010).
Mahasiwa adalah sekelompok orang yang mempunyai aktivitas
yang cukup padat. Saat pagi hari, sebagian besar dari mahasiswa sudah
harus bangun awal untuk mempersiapkan kuliah. Mahasiswa tersebut
dapat mengalami kesulitan jatuh tertidur sampai larut malam dan
kemungkinan terbangun di pagi buta. Adanya beban tugas juga
membuat mahasiswa untuk tetap terjaga hingga larut, bahkan sampai
pagi hari karena harus segera menyelesaikan tugas yang diperoleh
(Sulistiyani, 2012).
Kurang tidur pada mahasiswa juga dapat disebabkan karena ada
gangguan tidur seperti insomnia, mimpi buruk, teror malam, narkolepsi,
apnea tidur, dan lain-lain. Orang-orang yang menderita gangguan tidur
mungkin tidak dapat tertangani secara cepat, sehingga membuat mereka
tidak bersemangat dan merasa lelah pada kemudian harinya.
Fenomena kurang tidur masih dianggap sepele oleh sebagian
orang. Padahal dampak dari kurang tidur itu sendiri seringkali
merugikan seperti penurunan kinerja otak, permasalahan pada mood dan
pekerjaan. Kurang tidur juga menyebabkan badan menjadi tidak fit dan
mudah sakit. Hal ini dikarenakan sistem imun pada tubuh berkurang
akibat proses tidur yang tidak cukup.
Para mahasiswa, terutama bidang keperawatan tidak sadar akan
pentingnya tidur yang bisa berakibat fatal, sehingga kebiasaan mahasiswa
untuk mengurangi jam tidur dapat menjadi kebiasaan sampai sudah
menjadi perawat,menyebabkan meningkatnya kejadian kesalahan dalam
keputusan yang berhubungan dengan klinis.
Dalam kasus kekurangan jam tidur, konsentrasi manusia akan
terganggu, pikiran akan gampang teralihkan dan kejadian Microsleep
manusia akan menjadi lebih panjang. Terdapat penilitian pada tahun 1896
bahwa tiga responden dipaparkan dengan 90 jam tanpa tidur dimana salah
satu responden mengalami halusinasi.Umumnya, ciri- ciri klinis dari
kekurangan tidur merupakan perpanjangan dari waktu reaksi, tidak bisa
konsentrasi, gangguan memori jangka panjang, susahnya menyimpan
memori baru, dan seringnya membuat kesalahan.Kekurangan tidur akut
maupun kronik dapat menginduksi perubahan aksi dari sistem saraf
dengan perilaku dalam tubuh manusia, walaupun manusia memiliki
keinginan untuk tidak berubahnya perilaku akibat kekurangan tidur ini.
Perubahan yang nyata berupa meningkatnya usaha untuk menjaga atensi
yang berkepanjangan, melambatnya fungsi kognitif, melambatnya dari
penutupan kelopak mata dan keinginan untuk tidur yang meningkat.
Kekurangan tidur membuktikan adanya penurunan terhadap aktivasi otak
bagian Fronto-Parietal yang mengatur fungsi atensi manusia.Efek-efek
tersebut akan mengakibatkan penurunannya akurasi dan efektifitas dari
kinerja manusia, demikian pula dengan kinerja kognitif manusia.
Efektifitas pekerjaan menurun ketika subjek di paparkan dengan
kekurangan tidur dan hasil yang didapat berbeda-beda, sebaliknya subyek
yang memiliki jam tidur yang cukup dapat melakukan pekerjaan tersebut
dengan hasil yang konsisten. Sangat memungkinkan ketika dalam operasi
bedah, ahli bedah dapat menutup efek-efek dari kekurangan tidur dengan
motivasinya, tetapi hal ini tidak dapat menghilangkan bahwa kekurangan
tidur pada pekerja medis dapat ditoleransi.
Pada penelitian tahun 2011 Giri, Baviskar dan Phalke dari 150
mahasiswa keperawatan yang diteliti didapatkan 17.3% mahasiswa
memiliki tingkat mengantuk dalam siang hari yang tidak normal dan
13.3% di tingkat ambang. Gangguan tidur dapat mengakibatkan
gangguan dalam kehidupan sosial, iritabilitas, dan gangguan dalam
pembelajaran.
Kebiasaan tidur yang buruk pada mahasiswa merupakan fenomena
yang mengganggu dan merusak, penyebab dari kurangnya tidur
mahasiswa keperawatan dapat disebabkan oleh beban akademis yang
tinggi,6 Pada penelitian Muhammad Chanchal dan kawan-kawan tahun
2014 ditemukan bahwa prevalensi dari kurang tidur mahasiswa
keperawatan lebih tinggi dari mahasiswa fakultas lain dan populasi
umum. Beberapa faktor yang mempengaruhi meliputi sifat mahasiswa
kepada tidur, pengetahuan akan tidur dan beban akademik.Pada penelitian
ini diharapkan bahwa mahasiswa keperawatan dapat sadar akan
kepentingan tidur.
Kami mewawancarai Y, salah satu mahasiswa jurusan
keperawatan. Y mengatakan pada saat Y mendapatkan banyak tugas
kuliah, Y biasanya tidur selama tiga sampai lima jam sehari. Berbeda
ceritanya bila Y sedang tidak banyak tugas, Y akan tidur selama delapan
jam atau lebih. Setelah ditelusuri lebih lanjut, awal dari Y kurang tidur
adalah pada saat Y menjalankan kegiatan pembekalan mahasiswa baru
(okamaru) dimana Y harus bangun pagi untuk mengikuti acara, lalu
pulang malam, dan sesampainya di rumah, Y mengerjakan tugas yang
didapat dari pembekalan mahasiswa baru itu. Tidak hanya pada saat
pembekalan mahasiswa baru saja Y kurang tidur, faktor jurusan yang Y
pilih juga menjadikan hal tersebut menjadi faktor tambahan Y kurang
tidur. Jika Y mendapat banyak tugas untuk esok hari, maka Y tidak akan
tidur pada malam harinya. Y lebih memilih untuk tidur pada siang harinya
selama kurang lebih tiga sampai empat jam karena malamnya Y akan
begadang sampai pagi demi menyelesaikan tugasnya. Jika Y sedang tidak
banyak tugas, Y bisa tidur lima sampai tujuh jam per hari.
Selama Y kurang tidur, Y mendapatkan dampak jangka panjang
dari kurang tidur itu sendiri. Seperti gampang stres dan depresi,
penurunan kinerja otak seperti susah mengingat informasi yang baru
didapat, sulit untuk berkonsentrasi, tidur disela-sela kuliah, dan tubuh
menjadi cepat letih (Y, 2015).
D. Penyebab Masalah
Dr. Robert Evans, seorang ahli psikiatri, menjelaskan bahwa
perubahan rutinitas juga bisa menjadi penyebab susah tidur pada mahasiswa.
Pola tidur yang tidak teratur, seperti sering berganti waktu tidur dan bangun,
dapat mengganggu ritme sirkadian dan menyebabkan gangguan tidur.
Menurut Dr. Emily Roberts, seorang psikolog klinis, masalah
hubungan antarpersonal juga dapat berdampak buruk pada tidur mahasiswa.
Konflik, masalah dengan teman atau pasangan, dan perasaan kesepian dapat
menyebabkan stres dan kecemasan yang mengganggu tidur.
Prof. Jennifer Lee, seorang psikolog perkembangan, mengatakan
bahwa kondisi lingkungan juga bisa menjadi penyebab mahasiswa susah
tidur. Kualitas tidur yang buruk karena suhu ruangan yang terlalu panas atau
dingin, kebisingan, atau kenyamanan tempat tidur yang buruk dapat membuat
tidur menjadi tidak nyenyak.
Menurut Dr. Daniel Lewis, seorang ahli endokrinologi, perubahan
hormonal pada masa remaja juga dapat mempengaruhi tidur mahasiswa.
Perubahan hormon, seperti peningkatan hormon estrogen pada wanita atau
hormon testosteron pada pria, dapat mengganggu pola tidur normal.
Dr. Michelle Garcia, seorang ahli psikiatri, menambahkan bahwa
pengaruh kebiasaan hidup sehat juga dapat menjadi faktor penyebab sulit
tidur pada mahasiswa. Kurangnya aktivitas fisik, kebiasaan merokok, dan
konsumsi alkohol atau kafein yang berlebihan dapat menyebabkan gangguan
tidur.
Mahasiswa seringkali memiliki jadwal yang padat, dengan tugas,
pekerjaan paruh waktu, atau kegiatan lainnya yang membuat mereka kurang
tidur. Kurang tidur dapat menyebabkan rasa kantuk dan sulit berkonsentrasi
di kelas.Dan juga ada beberapa hal yang bisa membuat mahasiswa tertidur
pada saat jam pembelajaran,yaitu:
1. Pola makan yang tidak sehat
Kebiasaan makan yang buruk, seperti mengonsumsi makanan cepat
saji yang tidak seimbang nutrisinya, dapat membuat tubuh kekurangan
energi. Ketika tubuh tidak mendapatkan asupan energi yang cukup, maka
mahasiswa dapat merasa lemas dan lebih mudah ketiduran.
2. Kondisi kesehatan
Beberapa masalah kesehatan seperti anemia, insomnia, atau
sindrom kelelahan kronis dapat menyebabkan mahasiswa menjadi lebih
mudah mengantuk di kelas.
3. Rutinitas yang monoton
Jika mahasiswa menghadapi rutinitas yang terlalu monoton di
kelas, seperti metode pengajaran yang membosankan atau materi yang
tidak menarik, mereka dapat kehilangan minat dan kemudian tertidur.
4. Stres dan kelelahan
Stres yang berlebihan dan kelelahan akibat tuntutan akademik,
pekerjaan, atau masalah pribadi dapat menyebabkan mahasiswa menjadi
lebih mudah ketiduran di kelas. Stres dan kelelahan dapat mengganggu
pola tidur dan membuat seseorang merasa lelah sepanjang hari.
5. Kondisi kelas yang nyaman
Beberapa mahasiswa mungkin merasa kantuk karena kondisi kelas
yang terlalu nyaman atau terlalu gelap. Ruangan yang terlalu hangat atau
dingin juga dapat membuat mahasiswa merasa lebih mengantuk.
1. Hindari gawai (gadget) Tips pertama dari dosen Unesa agar bisa tidur
lebih awal adalah menghindari penggunaan handphone sebelum jam tidur.
Meski di kalangan anak muda fitur aplikasi chatting atau media sosial
membuat handphone makin tidak bisa dipisahkan dari tangannya. Bahkan
tidur sambil bermain gawai sudah menjadi rutinitas. Kebiasaan tersebut
sebenarnya membahayakan kesehatan. Termasuk kesehatan mata, imbas
pengaruh radiasi layar. Selain itu juga berdampak pada kualitas tidur atau
membuat seseorang sulit tidur. Disarankan, penggunaan piranti elektronik
seperti gawai dibatasi. Paling tidak, berhenti 'bergawai' sekitar 1,5 jam
hingga 2 jam sebelum waktu tidur. "Apabila terbangun tengah malam,
hindari menyalakan ponsel. Sebab, cahaya dari ponsel dapat
mengakibatkan terjadinya penurunan produksi hormon melatonin yang
membuat tidur jadi terganggu".
2. Hindari konsumsi lemak dan kafein Dokter Hanifiya menerangkan,
seseorang bisa mengalami susah tidur bisa karena dipengaruhi pola makan.
Makanan yang bisa membuat seseorang tidak bisa tidur cepat yaitu
mengonsumsi makanan berlemak tinggi sebelum tidur. Makanan berlemak
membuat tubuh bekerja lebih keras dan bikin susah tidur. Selain itu,
mengonsumsi makanan-minuman yang mengandung kafein sebelum tidur
juga menyebabkan susah tidur. "Kafein seperti dari kopi memang bagus
dikonsumsi, tetapi agar tidak mengganggu waktu tidur. Sebaiknya diatur
jadwalnya, jangan sampai jelang atau dekat dengan waktu tidur,"
tandasnya.
3. Konsumsi karbohidrat secukupnya Tips berikutnya dari dosen Unesa agar
bisa cepat tidur adalah mencoba mengonsumsi makanan yang
mengandung karbohidrat secukupnya saja. Seperti ubi, pisang, nasi merah,
apel, mangga dan sebagainya.
Karbohidrat dapat membantu meningkatkan kadar hormon tryptophan
yang membuat tubuh menjadi lebih mudah merasa kantuk. "Ada beberapa
literatur yang menyarankan seperti itu. Namun, tampaknya itu masih
diperlukan studi lanjut," bebernya.
4. Mandi air hangat Tips selanjutnya agar bisa tidur lebih awal adalah bisa
mandi air hangat sebelum tidur. Mandi dengan air hangat bisa
meningkatkan suhu tubuh dan membuat otot-otot lebih rileks dan bikin
cepat tidur. Selain itu, juga bisa mengurangi kecemasan dan
membersihkan berbagai gangguan pada kulit. Berbagai aspek tersebut,
membuat seseorang cepat merasa ngantuk dan tidur lebih nyenyak.
5. Tidur disiplin Waktu tidur dan bangun tidur setiap harinya memiliki
dampak pada kualitas tidur seseorang. Dokter Hanifiya Samha Wardhani
menekankan, seseorang yang jadwal tidur dan bangun tidurnya tidak
beraturan, cenderung membuat tidur kurang berkualitas. Ia menyarankan
jadwal tidur diatur sedemikian rupa juga waktu bangun tidurnya.
Sebaiknya, dibiasakan waktu tidur dan bangun setiap harinya sama atau
konsisten. Dengan begitu, tubuh, punya siklus istirahat yang tetap.