Anda di halaman 1dari 20

MANAJEMEN KEPERAWATAN

“STUDI LITERATUR : STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN


INFEKSI DI RUANG PUSAT ISOLASI”

DISUSUN OLEH :
KEPERAWATAN 2016
KELOMPOK 4
JUMASING
SALMIAH
MUHRINA
RULYANIS
NUR ANNISA BERLIN
SRI HARTINA HM
ISLAMIAH
VILDA AMALIAH
BUNGA LESTARI
NURFADILAH
A.M. ABD WAHAB BR
ULFA WILDANA HASAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2020

STUDI LITERATUR : STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN


INFEKSI DI RUANG PUSAT ISOLASI
Infection Control and Prevention Strategies in Isolation Rooms : A Literatur Review

ABSTRACT
Latar belakang: Di awal tahun 2020, dunia digemparkan dengan munculnya sebuah virus baru yaitu
coronavirus jenis SASR-CoV-2 yang dikenal dengan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) yang
diketahui asal mulanya dari kota Wuhan, Tiongkok. Ditemukan pada Desember tahun 2019. World
Health Organization (WHO) mengatakan bahwa saat ini ada 65 negara yang positiff Covid
19. Menurut WHO, cara penyebaran virus corona yaitu melalui tetesan kecil dari hidung atau
mulut orang yang terinfeksi covid 19 ada dipermukaan suatu benda yang kemudian disentuh
oleh orang sehat lalu menyentuh, mata, hidung dan mulut. Tenaga kesehatan memiliki peran
aktif dalam pencegahan atau pengendalian penyebaran Covid 19. Tujuan dari penelitian ini
untuk mengidentifikasi strategi pencegahan dan pengendalian infesksi virus corona di ruang
pada pusat isolasi. Metode: Database yang digunakan dalam studi literatur ini adalah PubMed dan
Google Schoolar. Hasil: Dari studi literatur terdapat 17 artkel yang akan melalui screening,
eliglibility,dan identification. Dalam 17 artikel ada 11 artikel yang cocok atau memenuhi kriteria
inklusi dan sesuai syarat pertanyaan penelitian. 11 artikel penelitian dari berbagai negara membahas
tentang strategi pencegahan dan pengendalian infeksi Covid 19 di ruang isolasi. Pembahasan:
strategi pencegahan dan pengendalian infeksi covid 19 yang paling banyak diterapkan di ruang
isolasi yaitu menjaga kebersihan, rajin mencuci tangan, memakai APD lengkap sesuai standar
WHO, menerapkan jaga jarak setiap individu, dan menjaga personal hygiene.
Keywords: Coronavirus, pencegahan, pengendalian, ruang isolasi

PENDAHULUAN
Pada akhir 2019, sebuah novel coronavirus, yang sekarang disebut SARSCoV-2,
diidentifikasi sebagai penyebab merebaknya penyakit pernapasan akut di Wuhan, sebuah kota
di provinsi Hubei, Cina. Pada 30 Januari 2020, World Health Organization (WHO)
menyatakan penyakit COVID-19 sebagai darurat kesehatan masyarakat yang menjadi
perhatian dunia. Presentasi klinis dari infeksi 2019-nCoV berkisar dari asimtomatik hingga
pneumonia berat dengan sindrom gangguan pernapasan akut, syok septik, dan kegagalan
multiorgan, yang dapat menyebabkan kematian. Pada Maret 2020, WHO mulai
mencirikannya COVID-19 sebagai pandemi untuk menekankan pada situasi genting dan
mendesak ke semua negara untuk mengambil tindakan dalam mendeteksi infeksi dan
mencegah penyebaran (W et al., 2020).
Virus yang menyebabkan COVID-19 diperkirakan menyebar dari orang ke orang,
terutama melalui Droplet dengan saluran pernapasan ini dapat menempel di mulut atau
hidung individu yang terlalu dekat atau mungkin bisa masuk sampai saluran pernapasan. Rute
lain juga terlibat dalam transmisi virus corona, seperti kontak dengan fomites dan inhalasi
aerosol yang telah terkontaminasi yang diproduksi selama prosedur penghasil aerosol.
Transmisi SARS-CoV-2 dari individu tanpa gejala (atau individu dalam masa inkubasi) juga
telah dijelaskan. Namun, sejauh mana hal ini terjadi masih belum diketahui (WE et al., 2020).
Peran tenaga kesehatan sangat berpengaruh terhadap pengurangan penyebaran virus
COVID-19 dengan adanya tenaga kesehatan kita bisa langsung konsultasi untuk menghadapi
virus COVID-19. Kita sebagai masyarakat sangat terbantu dengan adanya tenaga kesehatan
ini adanya pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan dalam
konteks COVID-19. Perawatan sangat mendukung; peran agen antivirus belum ditetapkan.
Pencegahan mencakup isolasi rumah terhadap kasus-kasus yang dicurigai dan mereka yang
menderita penyakit ringan dan tindakan pengendalian infeksi yang ketat di rumah sakit yang
mencakup tindakan pencegahan kontak dan tetesan (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2020).
Pengendalian dan pecegahan direkomendasi oleh kementrian kesehatan RI dan
Perdatin melalui pedoman pengendalian dan pencegahan covid-19 dengan cara selalu
menjaga kebersihan hygiene, menjaga jarak, rajin mencuci tangan, memakai APD sesuai
Standar WHO memakai masker kecamata, menggunakan cairan steril serta menjaga stamina
tubuh (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020).
METODE
Penelusuran artikel dan penelitian studi literatur ini melakukan pencarian dengan cara
base data PubMED, Google Schoolar dan buku terkait Covid-19 dengan rentang tahun 2015-
2020
Tabel kriteria inklusi dan eksklusi pada artikel penelitian Covid-19
Indikator Kriteria Inklusi Kriteria eksklusi
Responden Semua perawat / petugas Perawat/petugas kesehatan non RS
kesehatan di ruang isolasi

Jenis penelitian Semua jenis penelitian yang Penelitian yang tidak terpublikasi
memenuhi syarat atau kriteria baik nasional maupun internasional

Tanggal publikasi Penelitian yang Penelitian yang dipublikasikan


dipublikasikan dari tahun dibawah tahun 2015
2015-2020
Hasil Literatur ini menjelaskan Literature yang membahas stratgei
tentang populasi dan pencegahan dan pengendalian covid-
pengendalian covid-19 19

Bahasa Artikel penelitian yang ditulis Literatur yang tidak berbahasa Inggris
dalam bahasa Indonesia dan dan Indonesia
Inggris.

HASIL
Melakukan pencarian literatur menggunakan Flow diagram pada beberapa database
PubMED Google scholar
2 150
Inkluisi : artikel tahun
2015-2020, publikasi
nasional
Artikel yang diidentifikasi n: 152 Ekskluisi : artikel
Identification < tahun 2015, manuskript

Hasil screening
n: 60
Screening Inklusi :
Full text , judul studi
literatur,
menggunakan
Indonsia dan Inggris
sebagai bahasa
Eksklusi : tidak masuk
dalam kategori judul
Eliglibility studi literatur

Topik studi literatur : 17

Inkluisi : responden
tenaga kesehatan di
RS
Eksklusi : tenaga
kesehatan non-RS

Jumlah artikel yang di inklusi


n:11

Gambar 1.1 pencarian literature


Hasil pencarian literatur didapatkan 11 artikel yang masuk kriteria inklusi. Artikel
penelitian ini mengartikan dalam pencegahan dan pengendalian.
N JUDUL METODE
AUTHOR NEGARA INSTRUMEN HASIL
O PENELITIAN PENELITIAN
1 Nailul Mona Konsep Isolasi Indonesia metode analisis jaringan, isolate, Hasil penelitian
Dalam Jaringan jaringan social menunjukkan bahwa
Sosial Untuk distancing, jaringan sosial tanpa peran
Meminimalisasi isolate memiliki ties dan
Efek Contagious kepadatan tinggi sehingga
(Kasus banyak peluang virus untuk
Penyebaran menyebar pada anggota
Virus Corona jaringan. Sedangkan
Di Indonesia). jaringan sosial di mana
banyak anggotanya
melakukan isolasi memiliki
ties lebih sedikit serta
kepadatan rendah yang
membuat peluang
penyebaran virus antar
anggota jaringan melalui
ties menjadi lebih rendah.
2 Prof.Dr.dr.Sy Buku Pedoman Indonesia metode ini tidak reeal-tiime Penggunaan alat rapid test
afi K.Arif Panduan tersedia secara reveerse- yang berkualitas dan secara
Sp.AnKIC, Penanganan luas, transcriptase tepat
KAKV, dkk. Pasien Kritis mengingat poliymerase dapat memberikan
COVID-19 pelaksanaan chaiin reaaction sensitivitas sebesar 88.66%
prosedur rRT- (rrRT-PCR) dan spesifisitas mencapai
PCR dalam 90%.
mendiagnosa
COVID-19
mungkin
memerlukan
pengamanan
laboratorium
dengan
spesifikasi bio
safety level III
(BSL
3).9 Kemudian
klinisi mulai
mencoba
mengevaluasi
kondisi klinis
untuk memandu
diagnosis
dengan
menggunakan
hasil Computed
Tomography
(CT) scan
thoraks.
3 Kementrian Pedoman Indonesia Metode yang Pelaksanaan Strategi pengendalian dan
kesehatan kesiapsiagaan dilakukan untuk pencegahan dan pencegahan ini di terapkan
republik menghadapi melakukan pengendalian pada kehidupan sehari-hari
Indonesia corona virus strategi covid-19 sesuai dan pelayanan kesehatan
dan germas disease (covid- pengendalian standar WHO baik di puskesmas maupun
19) pasien covid-19 harus dilakukan rumah sakit terutama di
adalah pelayanan ruang isolasi
melakukan terutama pada
kebersihan diri, ruang perawatan
memakai APD isolasi
sesuai standar
pada saat
melakukan
pelayanan,
menisahkan
pasien yang
mederita gejala
covid-19 dengan
pasien lainnya
dengan metode
trening

4 Susilo Corona virus Indonesia Penelitian ini Pada penelitian Pada penelitian ini
(covid-19): merupakan ini menjelaskan menjelaskan tentang
tinjauan penelitian studi tentang literature terkait dengan
literature terkini literatur literature terkait COVID-19 mulai dari awal
dengan COVID- ditemukanya, populasinya di
19 mulai dari dunia, cara penularannya,
awal penyebab, diagnosisnya,
ditemukanya, tatalaksananya, terapi
populasinya di farmakologinya, hingga
dunia, cara pencegahan dan
penularannya, prognosisnya
penyebab,
diagnosisnya,
tatalaksananya,
terapi
farmakologinya,
hingga
pencegahan dan
prognosisnya
5 Yuliana Corona virus indonesia Penelitian ini Pada penelitian Saat ini belum ada penilitian
disiases merupakan ini menjelaskan atau bukti tatalaksan
(covid19) penelitian studi tentang spesifik pada COVID19..
sebuah tinjauan literatur literature terkait
literatur dengan COVID-
19 mulai dari
awal
ditemukanya,
populasinya di
dunia,
6 Tetyana Analysis of indonesia Analisis data Penelitian Pada penelitian ini sebagian
Madjid1 & Infection menggunakan menggunakan perawat telah melakukan 4
Adik Prevention and univariat, 105 tindakan analisis sesuai
Wibowo2 Control bivariat, dengan variabel.tidakan dilakukan
Program’s multivariat pendekatan sesuai prosedur operasional
Implementation regresi logistic kualitatif dan tindakan yang telah
in Inpatient kuantitatif. disepakati IPC.
Ward at Tebet
Hospital, 2017
7 The Spirit of indonesia Upaya Dalam melakukan
Nurjanah Defending the pencegahannya: pencegahan yaitu selalu
Country to Face Penyakit menggunakan masker, jauhi
COVID-19 in COVID-19 saat hewan yang dapat
Indonesia ini hanya menularkan virus corona,
dengsn rajin mencuci tangan, dan
melaksanakan anjurkan batuk dan bersin
kebersihandiri, efektif.
menjaga jarak
dengan,
memakai alat
APD sesuai
standar WHO
dan rajin
mencuci tangan.
8 Dalinama Pembentukan Indonesia Dari analisis Peraturan ini sangat berguna
Telaumbanua Aturan Strategi corona virus bagi masyarakat dan dunis
Pencegahan sudah masuk maka dari itu pemerintah
penularan bencana dunia harus membuat sstrategi
corona virus yang sangat pengendalian terkait corona
(Covid-19) di banyak virus.
Indonesia memakan
korban jiwa
maka dari itu
pentingnya
pemerintah
segera bertindak
membentuk
aturan strategi
pengendalian
dan pencegahan
coron virus
(COVID-19)
9 Tanu Singhal Reviuw virus India literature review Pencegahan mencakup
corona Disease isolasi rumah terhadap
Covid-19 kasus-kasus yang dicurigai
dan mereka yang menderita
penyakit ringan dan
tindakan pengendalian
infeksi yang ketat di rumah
sakit yang mencakup
tindakan pencegahan kontak
dan tetesan.

1 Adityo Coronavirus Indonesia literature review


0 Susilo Disease 2019: COVID-19 adalah penyakit
(2020) Tinjauan baru yang telah menjadi
Literatur Terkini pandemi. Penyakit ini harus
diwaspadai karena
penularan yang relatif cepat,
sehingga penegakan
diagnosis mengacu pada
panduan yang ditetapkan
Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia yang
mengadopsi dari WHO. Dan
saat ini belum tersedia
rekomendasi tata laksana
khusus pasien COVID-19,
termasuk antivirus atau
vaksin. Tata laksana yang
dapat dilakukan adalah
terapi simtomatik dan
oksigen. Pada pasien gagal
napas dapat dilakukan
ventilasi mekanik. Adapn
pencegahan yang dilakukan
meliputi pemutusan rantai
penularan dengan isolasi,
deteksi dini, dan melakukan
proteksi dasar
1 Nur Sholikah Kesiapsiagaan Indonesia literature review Karena belum ada vaksin
1 Putri Suni Indonesia yang dapat digunakan untuk
(2020) Menghadapi mencegah terjadinya infeksi
Potensi Covid-19. Ada tiga fase
Penyebaran yaitu fase pencegahan, fase
Corona Virus pengendaliann dan fase
Disease respon.
Adityo Susilo (2020), COVID-19 adalah penyakit baru yang telah menjadi pandemi.
Penyakit ini harus diwaspadai karena penularan yang relatif cepat, sehingga penegakan
diagnosis mengacu pada panduan yang ditetapkan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
yang mengadopsi dari WHO. Dan saat ini belum tersedia rekomendasi tata laksana khusus
pasien COVID-19, termasuk antivirus atau vaksin. Tata laksana yang dapat dilakukan adalah
terapi simtomatik dan oksigen. Pada pasien gagal napas dapat dilakukan ventilasi mekanik.
Adapn pencegahan yang dilakukan meliputi pemutusan rantai penularan dengan isolasi,
deteksi dini, dan melakukan proteksi dasar
Saat ini, Dunia telah berlomba-lomba menciptakan vaksin yang dapat digunakan untuk
mencegah terjadinya infeksi Covid-19 katena bellum ada vaksin. Sehingga pecegahan yang
dilakukan hanya menjaga kebersihan diri dan memakai APD sesuai standar WHO Nur Sholikah
Putri Suni (2020)
Aturan undang-undang dalam penanganan covid-19
Dalinama Telaumbanua (2020) Mengatakan berdasarkan hasil hasil pebelitian yng telah
di reviuw dan beberapa berita terkait covid-19 yang telah menjadi fenomena dunia yang sangat
merugikan mulai dari aspek kesehatan, agama hingga ke ekonomi, maka perlunya dibuat
strategi pengendalian dan pencegahan virus corona (covid-19) dalam hal ini pemerintah harus
tegas menggambil sikap dan segera membuat aturannya. Pencegahan mencakup isolasi rumah
terhadap kasus-kasus yang dicurigai dan mereka yang menderita penyakit ringan dan tindakan
pengendalian infeksi yang ketat di rumah sakit yang mencakup tindakan pencegahan kontak
dan tetesan. Tanu Singhal (2020).
Efektivitas peran isolate yang menjalani social distancing dalam mencegah penularan
virus corona secara contagious, dengan metode analisis jaringan Karena itu, banyak pemimpin
yang menghimbau warganya untuk melakukan social distancing dan isolasi untuk mencegah
penularan virus penyakit ini. Dalam jaringan sosial, banyak hal dapat menyebar secara
contagious, termasuk virus. Dan cara untuk mencegah penyebaran makin luas adalah dengan
menjalani peran sebagai isolate dalam jaringan sosial. Nailul Mona (2020)
Syafi, dkk. (2020) Pasien kritis didefinisikan sebagai suatu kondisi dimana pasien
berada dalam kondisi kesehatan yang rentan ataupun berpotensial yang mengancam jiwa.
Perawatan kritis (Critical Care) adalah perawatan khusus pada pasien yang berada dalam
kondisi mengancam nyawa yang membutuhkan perawatan yang komprehensif, monitoring
yang ketat, biasanya berada di ruang intensif. Semakin kritis sakit pasien, semakin besar
kemungkinan untuk menjadi sangat rentan, tidak stabil dan menjadi penyakit yang kompleks,
membutuhkan terapi yang intensif dan asuhan keperawatan yang teliti. Oleh karena itu,
Perhimpunan Dokter Anestesi dan Terapi Intensif (PERDATIN) Indonesia membuat panduan
penanganan pasien kritis COVID-19 yang dapat dipakai oleh teman-teman tenaga kesehatan
Strategi pengendalian
1. Pengendalian administratif
Terkait dengan corona virus maka perlunya membuat pengendalian adimistratif dengan
cara membut aturan pasien baru, pasien rawat inap, pasien dengan gejala batuk dan
bersin, pasien dengan korban kecelakaan, serta pembuatan triase lengkap di perketat
dan dipisahkan serta pentingnya melakukan deteksi dini virus corona.
2. Pengendalian lingkungan
Betul betul membersihkan lingkungan runah sejolah tempat ibadah dan rumah sakit.
Pengendalian ini harus diterapkan pada lingkungan masyarakat yang memadai guna
mencegah penularan.
3. Alat Pelindung Diri
Penggunaan APD harus sesuai dengan standar WHO dengan menggunakan sesuai
kebutuhan dan mengetahui penularan virus corona
Kemenkes (2020) Dalam strategi pengendalian infeksi meliputi :
a. kewaspadaan standar
b. Pengendalian infeksi prosedur tindakan medik
c. pengendalian infeksi dalam merawat pasien Covid-19
Strategi pengendalian infeksi di ruang isolasi covid-19 harus dengan cara “
a. memperhatikan hygiene personal
b. gizi dan nutrisi peberi pelayanan
c. memakai APD sesuai Standar WHO
d. memakai masker N95
e. memakai kecemata pelindung
f. memakai baju khusus dan sarung tangan steril
g. selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
Dari kesimpulan diatas perlunya membuat pedoman pencegahan COVID-19 bagi
pemberi layanan kesehatan terutama di bagian ruang perawatan dan ruang isolasi.
Tim penanganan infeksi Pencegahan di rumah sakit pada tahun 2020 COVID-19 adalah
penyakit yang pertama kali ditemukan pada manusia sehingga pengetahuan terkait
pencegahannya masih kurang dan terbatas, namun kunci dari pemutusan rantai penularan
dengan melakukan isolasi, deteksi dini serta melakukan proteksi dasar. Pencegahan yang
dilakukan meliputi :
1. vaksin
Vaksin merupakan salah satu upaya pencegahan yang sedang dikembangkan oleh para
ilmuan dunia yang pertama kali dilakukan National Institute of Healt (NIH) menggunakan
Mrna-1273 dengan dosis 25, 100, dan 250 Hg. Studi kedua berasal dari negara China
menggunakan adenovirus type 5 vector dengan dosis ringan, sedang, dan tinggi
2. Deteksi dini dan isolasi
Sebagai individu kita sering berkontak langsung dengan individu lainnya, maka dari itu
individu yang pernah berkontak langsung dengan penderita harus segera memeriksakan
kondisinya ke fasilitas kesehatan. WHO telah membuat instrument penilaian resiko bagi
petugas kesehatan yang menangani pasien COVID-19 sebagai panduan rekomendasi
tindakan lanjutan. Bagi kelompok resiko tinggi, diberhentikan aktivitas selama 14 hari bagi
kelompok beresiko dan melakukan isolasi bagi pasien yang positif untuk melakukan
tindakan selanjutnya kemudian tidak melakukan acara ataupun kegiatan yang sifatnya
mengumpulkan orang banyak (sosial distancing)
3. Higiene, cuci tangan, dan desinfeksi
WHO merekomendasikan melakukan roteksi dasar, seperti cuci tangan secara rutin
dengan alcohol, sabun dan air bersih, menjaga jarak dengan orang yang memiliki gejala
batuk atau bersin, melakukan etika batuk dan bersin segera beronat jika memiliki gejala
COVID-19.
4. Alat pelindung diri (APD)
Alat pelindung diri adalah salah satu metode efektif untuk mencegah penularan selama
pengunaanya sesuai standar SPO yang ditetapkan WHO, APD seperti, masker wajah N95,
sarung tangan, kecamata pelindung, baju lengan panjang, dan baju anti bakteri.
5. Penanganan jenazah
Dalam merawat jenazah harus menggunakan APD lengkap sesuai standar WHO karena
penularan COVID-19 yang begitu cepat.
Penelitian ini sangat perlu dikembangkan pada tatalaksana pasien COVID-19 dan
pencegahanya yang perlu diketahui seluruh lapisan masyarakat di dunia serta perlu dibuatkan
panduan strategi pencegahan pada petugas kesehatan di rumah sakit dan masyarakat sekitar di
berbagai usia
Tetyana Madjid dkk, (2017) Pada hasil pengamatan terhadap 105 tindakan PPI yang
dilakukan oleh responden didapatkan 81 (77,1%) tindakan dengan kategori baik dan 24
(22,9%) tindakan dengan kategori tidak baik. Berdasarkan tindakan yang diamati, kategori
tidak baik didapatkan berturut-turut sebanyak 71,4% pada tindakan pemasangan infus, 66,7%
pada tindakan mengganti perban, 24,4% pada pemberian suntikan dan 12% pada tindakan
penanganan limbah. Pada hasil pengamatan terhadap 105 tindakan PPI yang dilakukan oleh
responden didapatkan 81 (77,1%) tindakan dengan kategori baik dan 24 (22,9%) tindakan
dengan kategori tidak baik. Berdasarkan tindakan yang diamati, kategori tidak baik didapatkan
berturut-turut sebanyak 71,4% pada tindakan pemasangan infus, 66,7% pada tindakan
mengganti perban, 24,4% pada pemberian suntikan dan 12% pada tindakan penanganan
limbah.
(1,9%). Adapun dari total tindakan yang diamati didapatkan secara keseluruhan
proporsi perawat yang melakukan tindakan PPI dengan baik lebih besar dibandingkan perawat
yang masih melakukan tindakan PPI dengan tidak baik. Tindakan PPI yang dilakukan
dikatakan baik karena tindakan tersebut sudah dilakukan sesuai dengan SOP dengan
memperhatikan prinsip-prinsip PPI yang berkaitan dengan tindakan yang dilakukan, yaitu
melakukan cuci tangan dan menggunakan APD yaitu sarung tangan.
Hal ini merupakan salah satu kekuatan bagi rumah sakit khususnya pada ruang isolasi,
dalam melakukan upaya pencegahan dan pengendalian infeksi yang diakibatkan pelayanan
kesehatan (HAIs). Walaupun demikian, rumah sakit juga dipandang perlu melakukan upaya
lebih terhadap peningkatan kompetensi perawat, karena hasil pengamatan menunjukkan masih
terdapat 23% dari tindakan PPI yang dilakukan dengan tidak baik, artinya belum sesuai dengan
SOP atau belum memperhatikan prinsip-prinsip PPI tersebut.
Kementerian Kesehatan. Dalam membuat kebijakan ini, rumah sakit perlu terlebih
dahulu memahami beberapa hal prinsip terkait PPI RS, yaitu diantaranya kewaspadaan isolasi
yang terdiri dari kewaspadaan standar dan kewaspadaan transmisi.
1. Kewaspadaan Standar
Kewaspadaan Standar diberlakukan terhadap semua pasien, tidak tergantung dari jenis
infeksi. Kewaspadaan standar dirancang untuk mengurangi risiko infeksi penularan pada
petugas kesehatan baik dari sumber infeksi yang diketahui maupun yang tidak diketahui.
a. Kewaspadaan standar terdiri dari:
1) Handhygiene. personal
2) Alat Pelindung Diri (APD): sesuai standar WHO.
3) Peralatan yang dibutuhkan pasien.
4) kebersihan lingkungan.
5) Pembersihan alat perawatan pasien
6) Perlengkapan petugas dan Kesehatan karyawan
7) Pembagian kategori pasien.
8) Hygiene pernapasan
9) Pemberian suntukan secara aman
10) lumbal punksi aman
2. Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi
Dalam memutus rantai penularan infeksi terhadap pasien keperawat dapat menular melalui
udara, droplet, kontak dengan kulit atau permukaan terkontaminasi Kontak langsung.
Dari 16 responden perawat diruang rawat inap didapatkan 69 % responden berumur
lebih atau sama dengan dari 27 tahun. Menurut Stephen dalam Silitonga (2013), seseorang
yang lebih muda cenderung mempunyai fisik yang kuat dan dapat bekerja keras. Diharapkan
rentang usia responden yang masih cukup muda dimana masih mempunyai fisik yang kuat dan
bekerja keras menjadi salah satu potensi yang baik dalam menerapkan program pencegahan dan
pengendalian infeksi. Seluruh perawat mempunyai tingkat pendidikan yang sama yaitu D3
keperawatan. Pada masa kerja didapatkan 56 % responden memiliki masa kerja kurang dari 1,4
tahun. Menurut Gibson didalam Silitonga (2013) menyatakan bahwa semakin lama seseorang
bekerja tingkat prestasi semakin tinggi, prestasi yang tinggi berasal dari perilaku yang baik.
PEMBAHASAN
Pada penelitian yang dilakukan (Susilo et al., 2020) mendefenisikan Corona virus
(covid-19) adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit. Ada dua jenis corona virus
yang diketahui menyebabnya gelaja Resparatory Syndrome (MERS) dan Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS). Jenis ini pertama kali ditemukan di Wuhan China (Wu Z, 2020)
Dalam pedoman kesiapsiagaan penanganan dan pengendalian Corona virus (COVID-
19) mengatakan bahwa saat ini belum ada obat untuk mengatasi Corona, namun pengendalian
yang dapat dilakukan pada ruang perawatan isolasi adalah; menjaga kebersihan
personan/hygiene, rajin mencuci tangan, memakai APD lengkap sesuai standar WHO dan
menerapkan jaga jarak setiap individu (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020).
Sedangkan penelitian yang dilakukan (Mona, 2020), mengatakan bahwa salah satu
pengendalian infeksi diruang isolasi adalah dengan cara mematuhi strategi pencegahan yang
biasa dilakukan oleh seorang tenaga medis seperti, menjaga kebersihan, rajin mencuci tangan,
memakai APD lengkap sesuai standar WHO dan menjaga personal hygiene, penelitian ini
diperkuat dengan penelitian (Madjid & Wibowo, 2017) yang mengatakan pengendalian infeksi
diruang perawatan dirumah sakit adalah dengan cara mematuhi semua standar operasinal yang
telah ditetapkan rumah sakit seperti: memakai APD lengkap, menjaga kebersihan/hygiene.
Dalam Pedoman Penangan Pasien Covid-19 Perhimpunan Dokter Spesialis Anastesi dan
Terapi Insentif Indonesia (PERDATIN), mengatakan untuk mencegah penularan atau
melakukan pengendalian infeksi di ruangan isolasi harus diterapkan bagi semua petugas
kesehatan dan keluarga pasien untuk melakukan kebersian higene, menggunakan APD lengkap
sesuai Standar yang telah ditentukan, kemudian menertipkan pembatasan penjaga Pasien di
ruang isolasi bagi penyakit non-covid (Perhimpunan Dokter Anestesi dan Terapi Intensif
Indonesia, 2020).
Menurut penelitian (Soetikno et al., 2020) mengatakan bahwa pencegahan (COVID-19)
dapat ditanggulangi dengan cara memakai APD lengkap dan mencuci tangan 15-20 menit
dalam 1 kali, menjaga jarak, dan menjaga suhu ruang perawatan isolasi serta penelitian ini juga
menekankan pada pasien isolasi diruma agar tetap membatasi aktivitas bersama masyarakat
lainnya. Sedangkan penelitian Yuliana, (2020) mengatakan pasien COVID-19 semuanya harus
di isolasi termasuk isolasi mandiri apalagi yang sedang melakukan perawatan diruang isolasi
RS dan tenaga medis perlu memakai APD lengkap terkait pencegahan (Sholikah & Suni,
2020).
Penelitian (Garcia-houchins, 2020) mengatakan bahwa corona virus harus segera di
cegah atau melindungi orang orang yang berkontak langsung pada idividu yang fositif untuk itu
harus segera dibentuk strategi pengendalian virus corona baik dimasyarakat dan rumahsakit
terutama di ruang isolasi dengan membuat aturan menggunakan APD lengkap, menjaga
kebersihan, rutin mencuci tangan, menjaga jarak, menjaga pola makan, dan selalu
menggunakan handsanitizer setiap setelah melakukan tindakan kepada pasien corona di isolasi
(Xiang J, Yan M, Li H, Liu T, Lin C, 2020).
KESIMPULAN
Corona virus adalah penyakit yang baru ditemukan di manusia, jenis virus ini bisa
mengakibatkan penyakit, sekarang virus corona termasuk bencana dunia yang sudah memakan
banyak korban jiwa salah satunya di negara Indonesia sudah mencapai 10.118 kasus, mamun
sekarang belum ditemukan vaksin untuk membunuh virus, untuk itu perlunya segera dilakukan
pengendalian dan pencegahan corona virus (COVID-19) dengan cara membuat strategi
pengendalian dan pencegahan virus corona terutama pada ruang perawatan isolasi dengan
menerapkan hygine personal, rajin mecuci tangan, menjaga jarak, menjaga suhu ruangan dan
menggunakan APD lengkap sesuai standar WHO.
DAFTAR PUSTAKA

Garcia-houchins, S. (2020). Preparing Hospitals for.

Indonesia, P. D. S. A. dan T. I. (2020). Penanganan Pasien Kritis Covid-19. Makassar.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2020). Pedoman Kesiapsiagaan Menghadapi

Coronavirus Disease (Covid-19). Jakarta: Direktorat Jenderal Pencegahan dan


Pengendalian Penyakit (P2P).

Madjid, T., & Wibowo, A. (2017). Analisis Penerapan Program Pencegahan dan

Pengendalian Infeksi di Ruang Rawat Inap RSUD Tebet Tahun 2017. 4, 57–68.

Mona, N. (2020). Konsep Isolasi Dalam Jaringan Sosial Untuk Meminimalisasi Efek

Contagious (Kasus Penyebaran Corona di Indonesia). Jurnal Sosial Humaniora Terapan.,

2(2), 117–.

Sholikah, N., & Suni, P. (2020). Kesiapsiagaan Indonsia Menghadapi Potensi Penyebaran

Corona. Kesehjateraan Sosial, (49).

Soetikno, R., Teoh, A. Y. B., Kaltenbach, T., Lau, J. Y. W., Asokkumar, R., & Cabral-

prodigalidad, P. (2020). Considerations in performing endoscopy during the COVID-19

pandemic. Gastrointestinal Endoscopy. https:

Susilo, A., Rumende, C. M., Pitoyo, C. W., Santoso, W. D., Yulianti, M., Sinto, R., … Cipto,

R. (2020). Coronavirus Disease 2019 : Tinjauan Literatur Terkini Coronavirus Disease

2019 : Review of Current Literatures. 7(1), 45–67.

W, G., Z, N., Y, H., W, L., C, O., & Al., E. (2020). Clinical Characteristics of Coronavirus

Disease 2019 in China. Journal of Medicine.

WE, W., Z, L., CJ, C., SE, Y., MP, T., & VJ., L. (2020). Presymptomatic Transmission of

SARS-CoV-2. MMWR Morbidity and Mortality Weekly Report, 69 (14): 4.

Wu Z, M. J. (2020). Charasterictic of and Informant Lessons From the Corona Virus Disease

2019. https://doi.org/10.1001/jama.2020.2648

Xiang J, Yan M, Li H, Liu T, Lin C, H. S. (2020). Evaluation of Enzyme-linked Immunossay

and Colloidal gold Immunochromatographic Approach in Diagnosis With SARS-CoV-2

infected COVID-19 Patiens. https://doi.org/10.1101/2020.02.27.20028787

Anda mungkin juga menyukai