BAB III
MENGIDENTIFIKASI RESPON PELANGGAN
A. TUJUAN UMUM
Setelah mempelajari modul ini peserta diharapkan mampu unit ini berhubungan
dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam
mengidentifikasi respon pelanggan
B. TUJUAN KHUSUS
Adapun tujuan mempelajari unit kompetensi melalui buku informasi Mengidentifikasi
Respon Pelanggan ini guna memfasilitasi peserta sehingga pada akhir diklat
diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Mampu mengenali situasi dan kondisi, serta sikap yang ditunjukkan calon
pelanggan
2. Mampu menunjukkan sikap positif kepada calon pelanggan
3. Mampu mengakomodasi aspirasi atau keinginan target pelanggan
BAB II
MENGENALI SITUASI DAN KONDISI, SERTA SIKAP
YANG DITUNJUKKAN CALON PELANGGAN
Agar penjualan mencapai target atau kredibilitas perusahaan dikenali oleh banyak
orang, pelayanan yang baik saja belum cukup jika tidak diiringi dengan
pengenalan watak/ karakter pelanggan. Ibarat pepatah mengatakan “tak kenal
maka tak sayang”, sebaik apapun strategi promosi yang dilakukan jika kita tidak
mengenali siapa pelanggan maupun calon pelanggan kita, maka semua usaha
yang dilakukan bisa saja akan menjadi sia-sia. Oleh karena itu, kita perlu belajar
mengenal dan memahami pelanggan maupun calon pelanggan misalnya melalui
mengenal pekarakter pelanggan.
4) Meminta alamat dan nomor teleponnya. Pelanggan jenis ini seringkali jika
mendapatkan perhatian.
d. Menghadapi Pelanggan yang Memiliki Permintaan
Cara menghadapi pelanggan yang seperti itu :
1) Mengucapkan salam bila ia datang ke counter Anda.
2) Mendengarkan permintaannya.
3) Segera memenuhi permintaan pelanggan.
4) Meminta maaf dan menyarankan alternatif lain jika tamu merasa tidak puas atas
pelayanan yang diberikan.
e. Pelanggan yang Peragu
Faktor yang menyebabkan pelangan menjadi peragu :
1) Faktor latar belakang kehidupannya.
2) Pelanggan ragu jumlah uangnya kurang.
3) Terbiasa memutuskan sesuatu setelah meminta pertimbangan orang lain.
Cara memperlakukan pelanggan yang ragu :
1) Menanamkan kepercayaan.
2) Petugas harus dapat bersikap tenang, percaya diri, berpenampilan baik
dan menguasai pekerjaan agar pelanggan merasa senang.
3) Tidak memberikan terlalu banyak pilihan pada pelanggan.
f. Pelanggan yang Senang Mendebat / Membantah
Cara menghadapi pelanggan yang pendebat :
1) Tidak menunjukkan reaksi bila pelanggan tersebut berada pada pihak yang
salah, sebab jika kita menunjukkan reaksi akan timbul diskusi yang
berkepanjangan.
2) Bersikap tenang, tidak gugup dan tidak terpancing untuk marah.
3) Membatasi percakapan pada masalah yang masuk akal.
4) Petugas tidak boleh terpancing untuk berdebat.
g. Pelanggan yang Lugu
Untuk menghadapi pelanggan seperti itu :
1) Terimalah pelanggan apa adanya.
2) Luangkan banyak waktu untuk membantu.
3) Tanyakan apa keperluannya dan setelah mengetahuinya ketakan bahwa anda
siap membantu.
4) Layani berdasarkan permintaan.
5) Jangan sekali–kali membohongi pelanggan.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk lebih mengenal calon pelanggan antara
lain.
Hal ini mungkin susah-susah gampang untuk dilakukan, yang harus menjadi perhatian
kita adalah bagaimana cara atau gaya bahasa calon pelanggan. Apakah dia menggebu-
gebu untuk mengetahui harga produk atau jasa yang ditawarkan ataukah dia terlebih
dahulu menanyakan stok barang persediaan yang ada.
Pengalaman pun akan membuat Anda lebih terampil dalam menemukan calon pelanggan
yang sungguh-sungguh ingin membeli. Misalnya jika calon pelanggan menanyakan, “Baju
batik SL harganya berapa,?” atau menanyakan apakah baju batik SL nya masih ada
stok? Atau menanyakan apakah harganya didiskon ?” Dari pertanyaan-pertanyaan
tersebut bisa membedakan mana yang sungguh-sungguh ingin membeli dan mana yang
hanya bertanya untuk membandingkan harga. Hal tersebut akan semakin kita ketahui
setelah banyak menerima pertanyaan, namun tidak bisa acun, paling tidak kita sudah
bisa mengenali mana yang lebih serius dan mana hanya sekedar bertanya.
Tak jarang juga kita menemukan calon pelanggan yang senang mengobrol dan banyak
bercerita tentang kekecewaannya saat membeli suatu produk. Ini sebenarnya adalah
kesempatan bagi anda untuk mengambil hati calon pelanggan. Jadilah pendengar yang
baik sambil sesekali menanggapi obrolan tersebut. Misalnya memberikan informasi
jaminan dan menjaga kepercayaan para pelanggan. Dengan demikian, calon pelanggan
tersebut akan merasa dihargai dan akhirnya berminat membeli produk atau jasa yang
anda tawarkan. Selain itu keuntungan dari menjadi pendengar yang baik mungkin saja
akan mendapatka masukan atau ide pengembangan usaha atau bisnis yang lebih baik.
Ekspresi adalah cerminan perasaan hati sang calon pelanggan. Bagi calon pelanggan
yang datang langsung ke toko Anda, tentunya Anda dapat memperhatikan mimik wajah
dan gesture tubuhnya, apakah mereka merasa nyaman atau tidak. Bila
kita berkomunikasi dengan calon pelanggan melalui SMS, telepon atau aplikasi lainnya,
kita bisa mencoba memepelajari intonasi suara atau penggunaan emosional yang
mereka lakukan. Sehingga kita dapat dengan cepat menemukan cara agar mereka
merasa lebih nyaman ketika berbelanja.
Saran dan kritik sebaiknya ditampung saja dulu, keputusan ada pada kita. Kita harus
berterima kasih karena saran dan kritik yang diterima dapat kita manfaatkan untuk
membangun bisnis menjadi lebih baik lagi. Bila kita memberikan contoh produk atau
portofolio kepada calon pelanggan, dan mereka menanggapi, mengkritik atau
memberikan saran secara detail, sudah hampir dapat dipastikan bahwa mereka akan
menjadi pelanggan.
Bersabarlah dalam menghadapi setiap tipe pelanggan, karena ada pelanggan yang aktif,
ada pelanggan yang sabar, ada pelanggan yang bawel, dan berbagai jenis pelanggan
lainnya. Jadikan saran dan kritik mereka sebagai sebuah catatan penting bagi perbaikan
bisnis anda.
Jadilah pengusaha modern yang memanfaatkan media sosial sebagai media pemasaran
dan media komunikasi dengan calon pelanggan. Karena saat ini tak sedikit pelanggan
yang memilih komunikasi via media sosial. Amati dengan cermat jenis media sosial apa
saja yang sangat potensial untuk dijadikan media pemasaran dan mengenal calon
pelanggan. Mengenal karakter pengguna media sosial dapat membuat kita lebih cakap
dalam menjalankan strategi pemasaran.
Mengenal latar belakang pelanggan (berasal dari daerah mana, tata cara bahasa,
perkiraan tingkat pendidikan/sosial ekonomi dan emosional pelanggan)
C. Sikap kerja yang diperlukan dalam Mengenali situasi dan kondisi, serta
sikap yang ditunjukkan calon pelanggan
BAB III
MENUNJUKKAN SIKAP POSITIF KEPADA PELANGGAN
Upaya-upaya yang dapat dilakukan agar selalu dapat menunjukkan sikap simpati
kepada pelanggan maupun calon pelanggan antara lain.
BAB IV
MENGAKOMODASI ASPIRASI ATAU KEINGINAN TARGET PELANGGAN
Pelanggan merupakan sumber utama bisnis anda, ketika anda lalai melayani
mereka maka bisnis anda akan kehilangan sumber penghasilan. Oleh karena itu
pelanggan harus dilayani dengan seksama dan sebaik mungkin. Layanan atau
pelayanan yang baik tersebut pada dasarnya untuk membuat pelanggan merasa
puas serta memberikan rasa nyaman sehingga kemudian pelanggan
menginginkan kembali untuk mendapatkan layanan atau produk tersebut di lain
waktu pada saat mereka memerlukan produk dan layanan tersebut. Jika para
pelanggan tersebut merasa terpuaskan dengan produk dan layanan yang
diterimanya tentu mereka akan merekomendasikan orang lain untuk
menggunakan produk-produk atau layanan-layanan tersebut, sehingga akan
semakin banyak orang yang membeli dan menggunakan produk-produk atau
layanan-layanan dari perusahaan tersebut.
Kepuasan pelanggan ini menjadi tujuan dari operasional manajemen perusahaan.
Oleh karena itu perusahaan harus memahami pelanggan dan calon pelanggannya
serta harapannya.
Beberapa prinsip pelanggan adalah “Raja” yang harus dipelajari dan dipamahi
oleh penjual atau pramuniaga sebagai berikut.
a. Pembeli adalah orang yang penting dalam dunia usaha
b. Pembeli tidak tergantung kepada kita, justru kita yang tergantung kepada
mereka
c. Pembeli bukan pengganggu terhadap pekerjaan kita, tetapi sebaliknya sebagi
tujuan usaha
d. Pembeli berbuat kepada kita sebagai sesuatu hal yang menyenangkan,
jangan kita berbuat sesuatu yang tidak menyenangkan mereka
e. Pembeli bukan lawan untuk berdebat, tetapi kawan yang bersahabat
f. Pembeli adalah orang yang membawa lebutuhan kepada kita, dan ini adalah
pekerjaan kita untuk menemuinya
g. Pembeli adalah orang yang di layani dan dimengerti dengan penuh perhatian
yang dapat kita berikan kepadanya
h. Pembeli adalah orang yang memungkinkan membuat keuntungan bagi
pendapatan kita
i. Pembeli adalah jiwa penghiduapan bagi dunia usaha
2. PRINSIP-PRINSIP BERARGUMENTASI
Pengertian Argumentasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Argumentasi adalah alasan yang dapat
dipakai untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian, atau
gagasan. Argumentasi merupakan suatu pernyataan yang didukung oleh bukti-
bukti atau fakta yang relevan yang dapat mengubah atau mempengaruhi pikiran
orang lain. Argumentasi lebih sifat persuasif sehingga dapat mengubah maupun
mempengaruhi pikiran orang lain.
Tujuan Argumentasi
Tujuan argumentasi adalah untuk mengemukakan alasan atau bantahan atau
sanggahan sedemikian rupa yang didukung dengan bukti-bukti atau fakta yang
relevan dengan tujuan memengaruhi keyakinan orang lain agar menyetujuinya
atau sepaham. Hubungannya dengan pelanggan, hal ini tidak dilakukan, namun
hanya memberikan informasi dan penyelasan yang lebih bersifat klarifikasi serta
perbedaan apa yang menjadi tujuan kita dengan persepsi orang lain. Untuk
itu, kita harus fokus dengan berbagai petunjuk yang dibutuhkan guna
mendukung penjelasan yang kita sampaikan.
j. Melakukan koreksi dengan segera ketika melakukan kesalahan dalam
berbicara.
Terkadang, kita membuat pernyataan yang membuat kita menyadari dengan
segera bahwa terdapat kesalahan dalam pemikiran kita. Yang harus kita
lakukan adalah jangan mengingkari kesalahan yang telah kita buat namun
segera mengakui dan memperbaiki kesalahan sesegera mungkin.
k. Berhenti sejenak dan mendengarkan orang lain.
Ketika kita berada dalam diskusi atau bertukar pendapat dengan orang lain,
seringkali kita mengalami kesulitan untuk hanya mendengarkan pendapat
orang lain. Seringkali kita merasa takut pendapat kita tidak akan didengar
dan untuk menutupinya kita akan terus tetap berbicara dan memaksa orang
lain untuk mendengarkan. Perilaku seperti ini bukanlah perilaku yang baik jika
merujuk pada etika komunikasi secara umum. Begitu pula dalam etika
komunikasi organisasi, etika komunikasi bisnis, etika komunikasi antar pribadi,
dan etika public relations, perilaku seperti ini harus dihindari karena membuat
orang lain tidak mau mendengarkan apa yang menjadi pemikiran kita.
l. Paksakan diri kita sendiri untuk mau mendengar apa yang dikatakan orang
lain.
Ketika kita dapat berhenti sejenak namun pemikiran kita masih terus berjalan,
maka hal tersebut dapat membuat kita tidak mampu mendengar apa yang
dikatakan oleh orang lain. Untuk itu, hal yang dapat kita lakukan adalah
memaksakan diri kita sendiri untuk benar-benar mendengar apa yang
dikatakan oleh orang lain. Teknik yang biasa digunakan dalam komunikasi
terapeutik dalam keperawatan ini hendaknya tidak dilakukan dalam setiap
saat karena hal itu dapat membuat orang lain merasa tidak nyaman.
m. Bersikap sabar ketika mendengarkan orang lain.
Kita harus sabar mendengarkan apa yang dikatakan oleh orang lain. Caranya
adalah dengan menghindari melakukan prediksi terhadap apa yang akan
dikatakan oleh orang lain dan tetap fokus pada apa yang sedang dikatakan
oleh orang lain. Melakukan prediksi dapat mengarahkan kita pada kesalahan
dalam memberikan respon. Hal ini dapat menimbulkan keslahapahaman yang
tidak perlu.
n. Melakukan konfirmasi atas apa yang kita pahami.
Ketika kita berinteraksi dengan orang lain untuk pertama kalinya,
kemungkinan untuk terjadinya kegagalan komunikasi sangat besar. Jika kita
tidak yakin tentang apa yang akan terjadi selanjutnya, memberikan
pertanyaan adalah jalan terbaik. Jika kita merasa yakin dengan apa yang kita
pikirkan, maka tidak ada salahnya kita menyatakan kembali apa yang kita
pikirkan untuk mengkonfirmasi pemahaman bersama. Terkait dengan hal ini,
dalam teori pengurangan ketidakpastian telah dijelaskan bahwa kita
cenderung menggunakan komunikasi untuk meminimalisir perasaan ragu-ragu
ketika berinteraksi dengan orang lain.
o. Mengingat percakapan sebelumnya.
Mengingat dan memanggil kembali berbagai informasi yang kita simpan
sebelumnya adalah salah satu elemen penting dalam komunikasi
intrapersonal. Ketika berkomunikasi, ada baiknya kita tetap mengingat apa
yang telah kita komunikasikan sebelumnya. Agar komunikasi yang terjalin
dapat berjalan berkesinambungan. Semakin banyak yang dapat kita ingat
tentang isi percakapan sebelumnya, maka kita akan dapat berkomunikasi
secara lebih baik dan percakapan selanjutnya.
p. Bersikap terbuka dan jujur dengan orang lain.
Tidak semua orang bisa bersikap terbuka kepada orang lain. Beberapa orang
bahkan tidak dapat mengenali diri mereka sendiri, tidak mengerti apa yang ia
butuhkan dan inginkan. Namun, ketika kita berada dalam suatu hubungan,
maka bersikap terbuka adalah hal yang sangat penting. Bersikap terbuka
artinya adalah kita dapat membicarakan banyak hal yang tidak dapat kita
bicarakan sebelumnya dengan orang lain dalam hidup kita. Bersikap terbuka
juga berarti kita bersikap jujur kepada orang lain. Bersikap terbuka juga
memiliki arti adanya kesempatan untuk kita mengalami rasa sakit hati atau
kekecewaan.
q. Mengekspresikan diri sendiri ketika bersikap terbuka dengan orang lain.
Ketika kita bersikap terbuka dan jujur dengan orang lain maka kita juga
terbuka pada berbagai cara berkomunikasi yang berbeda dan mengetahui
bahwa orang lain juga membutuhkan keterbukaan yang sama. Bersikap
terbuka dengan orang lain dapat memudahkan kita dalam mengekspresikan
apa yang kita pikirkan dan apa yang kita rasakan kepada orang lain.
r. Menaruh perhatian kepada berbagai petunjuk nonverbal.
Sebagian besar komunikasi yang kita lakukan dengan orang lain bukanlah apa
yang kita katakan namun bagaimana kita mengatakannya. Komunikasi
nonverbal meliputi bahasa tubuh, nada suara, kontak mata, dan seberapa
jauh jarak ketika kita berkomunikasi dengan orang lain. Belajar cara
berkomunikasi dengan baik berarti kita belajar bagaimana membaca berbagai
petunjuk seperti kita mendengar apa yang dikatakan oleh orang lain.
Perlu diperhatikan juga bahwa ketika kita memperhatikan berbagai petunjuk
nonverbal yang disampaikan oleh orang lain, kita juga jangan melupakan
berbagai petunjuk nonverbal yang kita berikan untuk orang lain. Ketika
berkomunikasi dengan orang lain, kita juga harus membuat dan mengelola
kontak mata, menjaga posisi tubuh tetap netral, menjaga nada suara, dan
duduk di depan atau di hadapan orang tersebut ketika berbicara dengan
mereka.
s. Menilai pengetahuan lawan bicara.
Daripada kita bersikap merendahkan atau mengagungkan latar belakang
seseorang dalam topic tertentu, ada baiknya kita menanyakan apa yang ia
ketahui tentang topik yang sedang dibicarakan. Namun perlu diingat bahwa
kurangnya pengetahuan seseorang di bidang yang benar-benar kita kuasai
tidak berarti bahwa mereka kurang informasi atau berpendidikan rendah.
Lebih baik dilakukan pengecekan untuk memahaminya selama percapakapan
dan membuat penyesuaian yang diperlukan.
t. Tetap fokus pada pokok permasalahan.
Terkadang, suatu diskusi berkembang menjadi debat atau perang opini.
Untuk menghadapi situasi seperti ini, maka ada baiknya masing-masing orang
yang terlibat dalam diskusi atau debat tetap memberikan rasa hormat satu
sama lain dan tetap fokus pada pokok permasalahan.
humor yang kita miliki dan mencoba untuk memasukkannya lebih banyak ke
dalam percakapan atau komunikasi dengan orang lain. Humor membantu
mencerahkan hati dan pikiran atau mencairkan suasana. Humor juga dapat
membantu menempatkan hal-hal kedalam sebuah perspektif atau sudut
pandang yang lebih baik dibandingkan metode lain.
cc. Menanyakan umpan balik.
Komunikasi adalah tentang keterhubungan dengan orang lain hingga sangat
dimungkinkan kita dapat melakukan kesalahan. Memikirkan tentang berapa
banyak orang berbicara tentang diri mereka sendiri dan bukan tentang orang
yang mereka ajak bicara.
dd.Komunikasi itu lebih dari sekedar berbicara.
Dalam konteks komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi, untuk
dapat berkomunikasi dengan baik dan lebih efektif dalam hubungan yang kita
jalani, kita tidak perlu harus selalu berbicara. Kita juga dapat berkomunikasi
melalui berbagai macam cara seperti melalui tindakan dan secara elektronik
seperti melalui media sosial. Hal ini juga berlaku dalam konteks komunikasi
dan bidang komunikasi lainnya misalnya komunikasi organisasi, komunikasi
bisnis, dan komunikasi antar budaya. Hendaknya kita tetap berhubungan
sepanjang hari melalui surat elektronik atau media lainnya karena hal ini
mengingatkan kita akan pentingnya orang tersebut dan bagaimana
pentingnya mereka bagi kehidupan kita.
merespon keinginan orang lain yang tidak terucap secara lisan. Jadi sikap empati
akan membentuk sikap pelayanan yang memahami isi hati dan harapan
pelanggan dengan sangat baik.
Selain pengertian secara umum, beberapa ahli juga memiliki definisi tersendiri
untuk terminologi empati
a. Menurut Kohut empati sebagai suatu proses di mana seseorang berpikir
mengenai kondisi orang lain yang seakan-akan dia berada pada posisi orang
lain itu. Kohut juga melakukan penguatan atas definisinya tersebut dengan
mengatakan bahwa empati adalah kemampuan berpikir objektif tentang
kehidupan terdalam dari orang lain.
b. Carl Rogers memberikan dua konsepsi mengenai arti kata empati.
1) Pertama, Empati didefinisikan sebagai kemampuan untuk melihat
kerangka berpikir internal orang lain secara akurat.
2) Kedua, Empati didefinisikan sebagai kemampuan dalam memahami orang
lain tersebut individu seolah-olah masuk dalam diri orang lain sehingga
bisa merasakan dan mengalami sebagaimana yang dirasakan dan dialami
oleh orang lain, namun tanpa kehilangan identitas dirinya sendiri.
Aspek Empati
Sebagai sebuah sikap yang kompleks, proses pembentukan empati melewati
berbagai aspek yang akan berbeda pada tiap individu. Setidaknya terdapat dua
aspek yang berpengaruh pada proses pembentukan sikap empati sesorang.
Kedua aspek tersebut adalah empati kognitif dan empati afektif.
a. Empati Kognitif
Empati kognitif merupakan sikap empati yang muncul atas dasar pemikiran
seseorang. Orang biasanya akan mempelajari sebuah pola yang terjadi
ketika orang lain merasa sedih, senang, ataupun marah melalui reaksi yang
ditunjukkan melalui ekspresi dan body language. Proses ini terjadi bukan
karena seorang individu bisa merasakan apa yang tengah dirasakan oleh
orang lain di sekitarnya, namun murni karena pengetahuannya atas reaksi
orang lain. Selain pengetahuan yang didapatkan melalui pengalaman, empati
kognitif dapat terjadi karena adanya persepsi yang diberikannya terhadap
situasi tersebut.
b. Empati Afektif
Empati afektif merupakan sikap empati yang muncul atas dasar emosi atau
perasaan seseorang. Empati afektif dapat terjadi secara langsung maupun
didapatkan sebagai hasil dari empati kognitif. Sebagai hasil dari empati
kognitif, empati afektif muncul sebagai respon yang lebih mendalam.
Sementara itu, empati afektif juga dapat muncul secara langsung melalui
penularan emosi. Penularan emosi ini dapat terjadi melalu verbal (kata-kata),
pra-verbal, dan isyarat non verbal. Meskipun begitu, empati afektif memiliki
proses yang jauh lebih rumit. Hal-hal dalam diri seorang individu seperti sifat
sombong dan tidak peduli dapat menghalangi munculnya empati afektif
meskipun ia dapat mengetahui apa yang dirasakan oleh orang lain melalui
kemampuan kognitifnya.
Sentuhan secara fisik biasanya akan membuat hubungan antara dua atau
lebih orang menjadi lebih dekat, namun masih dalam batas norma/etika sopan
santun.
d. Fokuskan perhatian pada kondisi di sekitar Anda
fokus pada kondisi sekitar merupakan hal yang sangat penting untuk
dilakukan. Dengan memfokuskan diri, kita akan sadar ketika terjadi sesuatu
yang berubah dan menjadi lebih peka mengenai tindakan apa yang harus
diambil terhadap perubahan tersebut.
e. Jangan menilai
Untuk bisa membangun empati, jangan pernah menilai seseorang atau suatu
kondisi hanya dari sudut pandang kita sendiri. Kita bukanlah orang yang bisa
mengetahui berbagai hal tentang seseorang hanya dalam satu kali pandang.
Artinya, penilaian subjektif yang kita buat justru membuat kita semakin sulit
untuk membangun empati terhadap orang lain.
f. Berikan bantuan
Kadang, beberapa orang enggan meminta bantuan meskipun ia merasa
kesulitan. Meskipun begitu, tidak ada salahnya jika kita tetap dengan tulus
menawarkan bantuan kepada orang lain. Dengan menawarkan bantuan,
menunjukkan kita peduli dengan orang lain. Meskipun kita telah memberikan
bantuan, namun jangan pernah mengharapkan orang tersebut melakukan hal
yang sama untuk kita.
ini akan membuat kita menjadi pribadi yang lebih bersyukur dan dapat menjadi
lebih empati terhadap orang lain.
c. Tantanglah prasangka Anda sendiri
Manusia cenderung memiliki prasangka buruk terhadap orang asing yang
berpenampilan aneh atau tidak sama seperti penampilannya. Untuk bisa
membangun empati terhadap orang asing, sebaiknya Anda menghilangkan
prasangka buruk terhadap orang lain. Mulailah menjalin hubungan dengan
mencari persamaan dengan orang yang sempat Anda beri label tertentu.
d. Gunakan imajinasi
Gunakan imajinasi untuk dapat merasakan apa yang sedang dialami oleh
seseorang. Meskipun tidak semua imajinasi kita benar, tapi setidaknya cara ini
membantu kitauntuk bisa merasakan apa yang mereka rasakan dan memacu
tumbuhnya empati dalam diri kita sendiri.
e. Praktekkan berempati dengan mengalami sendiri
Terdapat sebuah quotes yang menyatakan jika kita tidak akan pernah bisa
merasakan apa yang orang lain rasakan jika kita belum pernah “berjalan
dengan sepatunya”. Quotes ini bermakna jika setiap orang memiliki jalan hidup
dan kesulitannya masing-masing, karenanya kita tidak dapat menilai
seseorang hanya berdasarkan apa yang kita lihat. Untuk bisa membangun
empati dengan orang lain, Kita bisa berinisiatif untuk mencoba mengalami apa
yang orang lain alami.
f. Perlakukan setiap orang sebagai orang penting
Mulailah memandang orang lain sama pentingnya seperti diri sendiri. Di dunia
ini kita tidak hidup sendirian, maka cobalah untuk menghargai semua orang
yang Anda temui apapun status dan bagaimanapun kondisi kehidupannya.
diinginkan pelanggan banyak atau tidak. Hal ini dilakukan agar penjual dapat
menetapkan prioritas produk yang paling disukai oleh pelanggan.
b) Kebiasaan pelanggan
Kebiasaan pelanggan dalam membeli suatu barang/jasa perlu diperhatikan dan
dicatat. Oleh karena itu pelayan atau penjual hendaknya mengetahui hal-hal
berikut. Misalnya.
barang-barang apa saja yang dibutuhkan pelanggan
apa saja yang diperhatikan oleh pelanggan dalam membeli barang
apakah pelanggan membutuhkan atau menginginkan barang yang bersifat
khusus (merek, kualitas, antik dan sebagainya)
c) Waktu kebutuhan pelanggan
Waktu kebutuhan pelanggan merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan
dan dicatat oleh penjual, misalnya sebagai berikut.
• kapan pelanggan memperbaiki atau mengganti barang yang dibutuhkannya,
• Kapan pelanggan mengkonsumsi barang tertentu, dan sebagainya
Contoh format
Negosiasi dapat berlangsung apabilan terdapat dua orang atau lebih yang
hendak bertukar pikiran untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi
bersama. Pada umumnya, negosiasi digunakan ketika terdapat masalah yang
tidak dapat diselesaikan secara sendirian atau dihadapi dengan cara bersama-
sama. Para pihak yang bernegosiasi bertujuan untuk mendatangkan keuntungan
bersama dengan jalan persuasif, dan bukannya melalui jalan represif atau
intimidasi. Selain itu, negosiasi juga dapat diartikan sebagai langkah untuk
membangun kesepahaman terhadap permasalahan tertentu.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa negosiasi merupakan
suatu cara yang ditempuh oleh kedua belah pihak untuk menyelesaikan suatu
masalah dengan cara bertukar pikiran untuk mencapai musyawarah untuk
mufakat.
Tujuan Negosiasi
Secara umum tujuan dari proses negosiasi yaitu menawarkan suatu alternatif
solusi yang dapat disepakati bersama untuk menyelesaikan suatu permasalahan.
Prinsip Negosiasi
Prinsip negosiasi menurut Sardjono, (2009) ada beberapa, yaitu :
1. Transparansi merupakan kejujuran, tapi boleh menggunakan taktik (taktik
bukanlah kebohongan). Dapat menentukan taktik yang tidak mengandung unsur
kebohongan, sehingga tidak merugikan pihak lain yang terlibat dalam negosiasi.
2. Akuntabilitas atau dapat dipertanggungjawabkan, sehingga dapat konsekuen atas
apa yang dikatakan maka pihak – pihak yang melakukan negosiasi tersebut dinilai
dapat dipertanggungjawabkan perkataannya. Akibatnya, pihak yang diajak
bernegosiasi akan memberikan kepercayaan terhadap orang tersebut
3. Keadilan, yakni dapat melakukan pembagian porsi dalam suatu kerja sama secara
adil, sehingga tidak memberikan kerugian pada pihak tertentu, yang dinilai lebih
memiliki kepentingan.
4. Saling menghargai dan menghormati sehingga dapat terbina hubungan baik
dengan partner. Sikap saling menghargai dan menghormati hendaknya juga
ditunjukkan, ketika ada yang menyampaikan pendapatnya, hendaknya pihak lain
yang mendengar menghargai dan menghormati apa yang disampaikan. Salah
satu caranya adalah dengan tidak memotong pembicaraan.
DAFTAR PUSTAKA
A. BukuReferensi
a. ---------------, Materi Pembelajaran, Diklat Instruktur Berbasis Kompetensi:
Bidang Metodologi Pelatihan, Unit Kompetensi Merancang Penyajian Materi
Pembelajaran, Kode Unit: D1, Buku Informasi, Depnakertrans, Ditjen
Binalattas, Dit Intala, 2007.
b. ---------------,Materi PelatihanTenagaTeknis Pengembangan BLIP: Lesson Plan ,
VEDC/PPPGT 1999, Malang
B. Referensi Lainnya
A. Daftar Peralatan/Mesin
No
Nama Peralatan/Mesin Keterangan
.
1. Laptop, infocus, laserpointer Untuk di ruang teori
2. Laptop Untuk setiap peserta
3.
4.
5.
6.
7.
B. Daftar Bahan
No
Nama Bahan Keterangan
.
1. Setiap peserta
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9. Setiap peserta
DAFTAR PENYUSUN