Anda di halaman 1dari 2

Selamat pagi bapak/Ibu, sebelum memulai aktivitas hari ini, marilah kita mendengarkan sabda

Tuhan. Bacaan diambil dari Injil Matius bab 18:1 - 5


Mat 18:1 Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: "Siapakah yang
terbesar dalam Kerajaan Sorga?"
Mat 18:2 Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah
mereka
Mat 18:3 lalu berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan
menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
Mat 18:4 Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah
yang terbesar dalam Kerajaan Sorga.
Mat 18:5 Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut
Aku."
Demikianlah Injil Tuhan. Terpujilah Kristus.
Renungan
BERTUMBUH DALAM KERENDAHAN HATI
Injil yang kita renungkan bersama pada hari ini berisikan kisah tentang bagaimana Yesus selalu
menekankan pentingnya kerendahan hati dalam diri setiap pengikutnya. Mengapa demikian?
Karena kerendahan hati adalah jalan menuju pada kekudusan. Kerendahan hati atau “humility”
berasal dari kata “humus” dalam Bahasa Latin, artinya tanah/bumi. Jadi, kerendahan hati
maksudnya adalah menempatkan diri ‘membumi’ ke tanah. Kerendahan hati membuat kita selalu
menyadari kelemahan kita dan bergantung sepenuhnya kepada rahmat Tuhan. Itulah sebabnya
Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah para rasul. Seorang anak
kecil biasanya memiliki tingkat kebergantungan yang tinggi. Kebergantungan yang dimaksudkan
di sini adalah menyandarkan segala harapan pada kemahakuasaan Allah. Bagaimana caranya
agar kemahakuasaan Allah berkarya dalam diri kita?
Pertama, "Kita harus bertobat, kita harus berubah dalam akal budi, perilaku, dan tabiat kita. Sifat
angkuh, pengejaran akan keinginan yang berlebihan, dan haus akan kehormatan dan kekuasaan
dalam diri harus dipertobatkan, dimatikan, dan diubahkan sepenuhnya, supaya kita menjadi layak
seutuhnya. "Setiap langkah yang disesatkan oleh dosa harus ditebus dengan satu langkah kembali
melalui pertobatan. Ketika Petrus bertobat karena menyangkal Yesus, ia pun diubahkan.
Pertobatan, bukan sebatas pengakuan “saya sudah bertobat”, tetapi harus berbalik sepenuhnya
dari “cara hidup yang lama”, membuat hidup kembali sepenuhnya berpedoman kepada Allah.
Kedua, kita harus menjadi seperti anak kecil. Perhatikanlah, mengubah diri kita menjadi seperti
seorang anak kecil, bukan berarti menjadi kecil dalam pemikiran atau mudah terombang-ambing
atau pandai menarik perhatian; tetapi serupa anak kecil, kita harus menjalani hidup tanpa beban
dan menyerahkan segala sesuatunya ke dalam tangan Bapa kita yang di surga untuk
mencukupkan segala sesuatunya bagi kita. Kita harus, seperti halnya anak kecil, polos dan cinta
damai, bebas dari segala niat jahat. Seperti halnya anak-anak bertubuh kecil dan pendek/rendah,
demikian juga kita harus menjadi kecil dan rendah dalam roh dan dalam pikiran mengenai diri
kita. Inilah sifat yang akan menghasilkan tabiat-tabiat lain yang baik.
Santo Agustinus pernah berkata, 3 ciri orang yang bijaksana adalah yang pertama, rendah hati,
yang kedua rendah hati, dan yang ketiga rendah hati. Mari kita mengejar kekudusan dengan
belajar untuk rendah hati.
Marilah berdoa:
“Ya Yesus, Engkau adalah Tuhan dan Juruselamatku. Oleh kuasa Roh Kudus-Mu, bentuklah
diriku agar kembali serupa seperti anak kecil, memiliki kerendahan-hati dan berkenan kepada-
Mu sehingga dengan demikian akupun dapat masuk ke dalam Kerajaan-Mu.
Mari kita berdoa juga untuk sekolah kita, semoga dengan kerendahan hati yang kita usahakan,
kita mampu untuk saling mendukung dan berkembang bersama sesuai dengan kehendakNya.
Kita berdoa juga untuk Romo Satriyo yang sedang menyelesaikan studinya, semoga Tuhan
membimbing Romo hingga Romo dapat menyelesaikan studinya dengan baik.
Semua doa yang kita panjatkan kita satukan dengan doa Bapa Kami dan Salam Maria.
Bapa kami…, Salam Maria…
Santo Hendrikus doakanlah kami.
Amin.

Anda mungkin juga menyukai