Anda di halaman 1dari 2

Kamis, 1 Oktober 2020

Pesta Santa Teresia dari Kanak-kanak Yesus


Bacaan I : Yesaya, 66: 10-14b
Bacaan Injil : Matius 18: 1-4

Bertumbuh dalam Kerendahan Hati

Persaingan menjadi yang terbesar sudah merupakan iklim dunia. Kecenderungan manusia
ingin dihargai, ditinggikan dan dipuji menjadikan iklim ini semakin mendarah daging hampir ke
semua lapisan masyarakat. Namun hal ini berbanding terbalik dengan ajaran Yesus. Manusia
pada umumnya seringkali terlalu sibuk dengan pikiran, pikiran benar atau salah, efektif dan
efesiensi dan berbagai hal kategori yang menyibukkannya, sedangkan bagi seorang anak kecil
lebih berbicara dengan hatinya, kepolosan dan ketulusan anak kecil tampak keluar dari bahasa
hati. Inilah contoh yang diinginkan Yesus bagi para pengikut-Nya agar memiliki kepolosan dan
ketulusan seorang anak kecil. Memang betul pada dasarnya manusia butuh pencapaian yang
membuatnya merasa bermakna dan berharga. Maka menjadi besar itu penting untuk membuat
diri bermakna dan berharga. Tetapi hal itu menjadi berlebihan ketika keinginan menjadi besar
sudah didorong oleh egoisme dan hasrat belaka dan ini yang terjadi pada murid-murid Yesus.

Ketika Para Murid berdebat tentang siapa yang terbesar dalam Kerajaan Surga, Yesus
kemudian tidak menanggapinya secara langsung melainkan Ia memanggil seorang anak kecil
yang menjadi figur penting dalam perumpamaan-Nya. “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya
jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam
Kerajaan Surga.”(Matius 18:3). Tentu perumpamaan Yesus untuk menjadi anak kecil sebagai
contoh bukan tanpa maksud. Yesus memilih seorang anak kecil karena dibalik tampang seorang
anak kecil terdapat kepolosan, kejujuran, ketulusan, kerendahan hati dan ketaatan, dan inilah
standar yang dipakai Yesus dalam konsep Kerajaan Allah.

Di sini Yesus mengajak Para Murid untuk selalu mengevaluasi diri dan belajar bersikap
rendah hati seperti anak-anak kecil yang polos dalam berpikir, berujar dan berperlaku. Sikap
anak-anak mencerminkan kejujuran dan otentisitas jauh dari kepura-puraan dan kemunafikan.
Yesus menegaskan lagi bahwa kualitas anak kecillah yang dapat membuat kita menjadi yang
terbesar dalam kerajaan surga.

Dalam konsep ini, jika dibandingkan dengan bacaan injil diatas, kita seringkali
terhipnotis dengan standar kehidupan dunia, bahkan tidak jarang kita memakai standar dunia
dalam konsep kerajaan Allah. Kita seringkali bersikap egois, sombong, munafik, penuh
kebohongan dan selalu menuntut sesuai kehendak kita, dan tentu pandangan ini sangat
berbanding terbalik dengan apa yang dikehendaki Yesus, Yesus menginginkan agar kita sebagai
murid-Nya bersikap seperti anak kecil yang identik dengan sikap rendah hati, jujur dan tulus
sebagai salah satu syarat untuk bergabung dengan persekutuan Allah. Kita diajak Yesus untuk
bersikap rendah hati karena dengan rendah hati membuat kita semakin menyadari kelemahan kita
dan membuat kita semakin bergantung pada rahmat Allah. Kebergantungan yang dimaksudkan
ialah menyandarkan segala harapan pada kemahakuasaan Allah, menyerahkan segala sesuatu
kepada Allah untuk mencukupkan segala sesuatunya bagi kita

Santo Agustinus sendiri pernah berkata bahwa 3 ciri-ciri orang yang bijaksana: yang
pertama Rendah Hati, yang kedua Rendah Hati dan yang ketiga Rendah Hati. Tentu disini dapat
kita pahami dengan jelas bahwa kerendahan hati menjadi keutamaan dalam proses kehidupan
kita untuk bersatu dengan Allah. Dalam bacaan injil di atas Yesus sendiri sudah menegaskan
bahwa kerendahan hati dapat menjadi kunci untuk meruntuhkan sikap egois, ambisi, sombong,
munafik dan penuh kebohongan dan kerendahan hati adalah jalan menuju pertobatan.

Hendaknya kita sebagai murid Kristus bersikap seperti anak kecil yang hidup penuh
kerendahan hati, kejujuran dan ketulusan agar kita mampu bersatu dan turut ambil bagian dalam
karya penyelamatan Allah. Dengan demikian kita akan memperoleh kebahagiaan yang telah
Allah berikan kepada kita. “Sesungguhnya, Aku mengalirkan kepadanya keselamatan seperti
sungai dan kekayaan bangsa-bangsa seperti batang air yang membanjir ; kamu akan menyusu,
akan digendong, akan dibelai-belai di pangkuan.”(Yesaya 66: 12). (Fr. Irwandi)

Anda mungkin juga menyukai