Lebih lanjut diungkapnya bahwa potensi pemanfaatan photo voltaic atau tenaga
surya sebagai sumber energi terbarukan, cukup signifikan. Sebagaimana yang
ditetapkan dalam Kebijakan Energi Nasional,menargetkan adanya peningkatan
bauran Energi Terbarukan dari 5% pada 2015 menjadi 23% pada 2025. Dari target
Energi Terbarukan 23% bauran energi nasional ini, proyeksi Pembangkit Listrik
Tenaga Surya adalah sebesar 5000 MWp di 2019 dan 6400 MWp pada tahun
2025.
image: https://ristekdikti.go.id/wp-content/uploads/2019/01/20180109-PLTS1.jpg
“Dengan adanya laboratorium pengujian modul PV BPPT ini, akan memberikan
nilai tambah bukan hanya untuk BPPT tetapi juga akan berdampak secara nasional
bagi seluruh pemangku kepentingan yang bergerak di bidang PLTS, terutama
industri, khususnya produsen modul PV,” ujarnya.
SNI 61215:2016
Perlu diketahui bahwa SNI IEC 61215:2016 merupakan hasil adopsi identik dari
standar internasional IEC 61215:2016 berjudul Modul fotovoltaik terestrial (PV) –
Kualifikasi desain dan pengesahan jenis yang terdiri dari dua bagian.
Tujuan dari urutan pengujian ini adalah untuk menentukan karakteristik termal dan
listrik dari modul surya serta untuk menunjukkan, bahwa modul tersebut mampu
menahan terhadap paparan matahari yang cukup lama pada cuaca luar yang
terbuka. Umur modul surya yang sangat berkualitas akan tergantung pada desain,
lingkungan dan kondisi di mana modul surya dioperasikan. Pengujian terdiri dari 19
tahapan uji kualitas modul (module quality test, MQT), dimulai dengan visual
inspection Module Qualification Test (MQT 1) sampai dengan pengujian stabilisasi
akhir MQT 19.
1. Visual inspection and Electro luminance – berfungsi untuk mendeteksi cacat visual
pada modul/sampel uji yang dapat menimbulkan risiko hilangnya keandalan,
termasuk output daya (MQT01).
2. Sun simulator PASAN class A+A+A+ – untuk menentukan daya maksimum modul
setelah stabilisasi serta sebelum dan sesudah berbagai uji stres lingkungan. Untuk
menentukan kehilangan daya akibat uji stres, uji reproduktivitas merupakan faktor
yang sangat penting. Peralatan ini juga digunakan untuk menentukan performance
at STC (MQT 06.1) dan NMOT, performance pada radiasi rendah (MQT07), dann
memnentukan koefisien temperature (MQT04).
3. Electrical Safety testing – untuk menentukan insulasi listrik antara komponen yang
dialiri arus & bingkai modul / lingkungan di luar modul surya. Pengujian dilakukan
untuk seluruh sampel modul di awal dan akhir seri pengujian IEC 61215 (MQT 03,
15).
4. Outdoor testing – untuk temperatur operasi modul yang dapat membantu
perancangan sistem PLTS untuk sebagai acuan terhadap suhu dimana modul
surya bekerja di kondisi luar ruangan dan beberapa parameter penting ketika
dibandingkan terhadap performa dari beberapa desain modul surya. Akan tetapi,
suhu yang beroperasi pada aktualnya berpengaruh pada waktu tertentu oleh
karena struktur penyangga modul surya, jarak modul surya terhadap tanah, radiasi,
kecepatan angin dan suhu sekitar (MQT 05, 08).
5. Hotspot and stabilization test – untuk mengetahui kemampuan modul surya
terhadap efek panas karena hot spot dengan menentukan resistensi panas pada
komponen-komponen modul PV. Pemanasan hot-spot terjadi pada modul surya
saat arus operasi melebihi pengurangan arus hubung singkat (Isc) dari sebuah atau
sekelompok sel surya yang terkena bayangan atau grup sel yang gelap atau rusak.
(MQT 09, 19).
6. UV Precondition test – untuk prekondisi modul dengan radiasi ultra-violet (UV)
sebelum pengujian siklus termal untuk mengidentifikasi material dan rekatan yang
rentan terhadap degradasi akibat UV (MQT 10).
7. Climatic chambers for thermal cycling test – Untuk mengetahui kemampuan modul
untuk menahan ketidaksesuaian termal, kelelahan dan tekanan lainnya yang
disebabkan oleh perubahan temperatur berulang (MQT-11).
8. Climatic chambers for humidity freeze test – untuk menahan efek temperatur tinggi
dan kelembaban yang diikuti dengan temperatur dibawah nol derajat (MQT-12).
9. Climatic chambers for damp heat test – untuk bertahan dari dampak penetrasi
jangka panjang kelembaban (MQT 13).
10. Robustness and termination test – untuk menentukan bahwa terminasi, pelekatan
terminasi, dan pelekatan kabel ke badan modul akan dapat menahan tekanan
mekanis yang mungkin diterapkan selama operasi perakitan, pemasangan ataupun
penanganan modul secara normal modul (MQT 14).
11. Mechanical load test – untuk mengetahui / memverifikasi kemampuan modul untuk
menahan beban statis minimum yang ditentukan oleh manufaktur (MQT 16).
12. Hail test – untuk memverifikasi bahwa modul mampu menahan dampak hujan es.
(MQT 17).
13. Bypass Diode Test – untuk menilai kelayakan dari desain termal dan keandalan
jangka panjang dari bypass diode. Bypass diode sendiri digunakan untuk
membatasi efek buruk dari kerentanan modul hot-spot (MQT 18). (HUMAS/HMP)
h5b4sX4A56D.99