SBSB
SBSB
MEKANIK KRONIK
Oleh:
Pembimbing:
Penguji :
“Rehabilitasi medik pada pasien low back pain et causa mekanik kronik”
Telah dikoreksi, disetujui dan dibacakan pada tanggal Maret 2020
Mengetahui,
Pembimbing
Penguji
BAB I
PENDAHULUAN
Low back pain (LBP) atau nyeri punggung bawah merupakan gangguan
muskuloskeletal yang disebabkan oleh berbagai penyakit dan aktivitas tubuh yang
masih sering dijumpai di masyarakat kita.1 Nyeri yang timbul disebabkan oleh
Setiap tahun 15-45% orang dewasa menderita LBP, dan satu diantara 20 penderita
harus dirawat di rumah sakit karena serangan akut. Low back pain sering terjadi
pada umur 35-55 tahun dan hampir 80% penduduk di negara-negara industri
pernah mengalaminya.3
Nyeri bisa menjalar ke daerah lain seperti punggung bagian atas dan
pangkal paha. LBP merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal yang
disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik. Gejala yang dirasakan pada
penderita LBP bermacam–macam seperti nyeri rasa terbakar, nyeri tertusuk,
hingga kelemahan pada tungkai.5,6 LBP dapat menyebabkan penderita mengalami
suatu disabilitas atau keterbatasan fungsional dalam menjalani aktivitas sehari-
hari dan banyak kehilangan jam kerja terutama dalam usia produktif.7
Dibeberapa negara maju, LBP merupakan penyebab terbesar hilangnya
produktifitas pada pekerja. Di Amerika Serikat LBP merupakan keluhan yang
sangat umum dikeluhkan 4 dari 5 orang yang merupakan salah satu penyebab dari
ketidakhadiran pekerja.8,9 Prevalensinya dalam satu tahun berkisar antara 15-20%,
sedangkan insidensi berdasarkan kunjungan pasien baru ke dokter sebanyak
14,3%.3,9
A. DEFINISI
Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain didefinisikan sebagai nyeri
dan ketidaknyamanan, yang terlokalisasi di bawah sudut iga terakhir (costal
margin) dan di atas lipat bokong bawah (gluteal inferior fold), dengan atau tanpa
nyeri pada tungkai dan merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal yang
disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik.4,5 Keluhan low back pain
merupakan keluhan pada otot skeletal yang dirasakan dengan intensitas nyeri yang
berbeda-beda, dari nyeri yang ringan sampai nyeri yang sangat sakit. Nyeri
punggung bawah sering menjadi kronis, menetap atau kadang berulang kali
dengan memerlukan biaya yang tinggi dalam penanganannya sehingga tidak boleh
dipandang sebelah mata.6
D. GAMBARAN KLINIK
Keluhan nyeri dapat menjalar dan tidak menjalar. Pada tahap yang
lebih ringan, nyeri biasanya hanya di sekitar daerah pinggang dan tidak
menjalar, biasa juga dibedakan dengan nyeri akibat kekakuan atau hanya pegal
pada otot pinggang. Pada tahap yang lain, nyeri dirasakan dari daerah
pinggang dapat menjalar ke arah leher ataupun ke arah bokong, paha belakang
tumit dan telapak kaki. Jika nyeri menjalar ke arah daerah leher, dapat
dipikirkan adanya spondilitis ankilosa, terlebih jika nyeri terutama dirasakan
pada waktu bangun pagi dan menghilang saat melakukan pergerakan. Jika
nyeri menjalar ke arah bokong, paha belakang tumit hingga telapak kaki, maka
dapat dipikirkan adanya gejala yang khas pada penderita hernia nukleus
pulposus.12,13
E. DIAGNOSIS
Pendekatan diagnostik dimulai dengan anamnesis, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang.14
1. Anamnesis :
a. Kapan mulai sakit, sebelumnya pernah tidak?
b. Apakah nyeri diawali oleh suatu kegiatan fisik tertentu? Apa pekerjaan
sehari-hari? Adakah suatu trauma?
c. Dimana letak nyeri? (sebaiknya pasien sendiri yang disuruh
menunjukkan dimana letak nyerinya). Ada tidak penjalaran?
d. Bagaimana sifat nyeri? Apakah nyeri bertambah pada sikap tubuh
tertentu? Apakah bertambah pada kegiatan tertentu?
e. Apakah nyeri berkurang pada waktu istirahat?
2. Pemeriksaan fisik :
a. Inspeksi
Perhatikan cara berjalan, berdiri, duduk. Inspeksi daerah
punggung, perhatikan lurus tidaknya tulang belakang, lordosis, kifosis,
gibus, deformitas, ada tidak jalur spasme otot paravertebra.14
b. Palpasi
Palpasi sepanjang kolumna vertebralis ada tidaknya nyeri
tekan pada salah satu prosessus spinosus, atau gibus / deformitas
kecil dapat teraba pada palpasi atau adanya spasme otot paravertebral
c. Pemeriksaan Neurologik
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk memastikan apakah
kasus nyeri punggung bawah adalah benar karena adanya gangguan
saraf atau karena sebab yang lain.14
d. Pemeriksaan Motorik
Apakah ada kelumpuhan, atrofi, fasikulasi. Kalau ada
kelumpuhan segmen mana yang terganggu.14
5. Tes-tes Provokasi :
a. Tes Laseque
Tungkai difleksikan pada sendi coxae sedangkan sendi lutut
tetap lurus. Saraf ischiadicus akan tertarik. Bila nyeri punggung
dikarenakan iritasi pada saraf ini maka nyeri akan dirasakan pada
sepanjang perjalanan saraf ini, mulai dari pantat sampai ujung kaki.14-16
b. Tes Patrick
Pada tes ini pasien berbaring, tumit dari salah satu kaki
diletakkan pada sendi lutut tungkai yang lain. Setelah ini dilakukan
penekanan pada sendi lutut hingga terjadi rotasi keluar. Bila timbul
rasa nyeri, maka hal ini berarti ada suatu sebab yang non neurologik
misalnya coxitis. Tes ini dilakukan pada kedua kaki.14-16
d. Tes Bragard
Modifikasi yang lebih sensitif dari tes laseque. Caranya sama
seperti tes laseque dengan ditambah dorso fleksi kaki. Bila nyeri
punggung dikarenakan iritasi pada saraf ini maka nyeri akan dirasakan
pada sepanjang perjalanan saraf ini, mulai dari pantat sampai ujung
kaki.18
g. Tes Valsava
Tes ini mengakibatkan naiknya tekanan intratekal sehingga
muncul nyeri radikuler. Pasien diminta mengejan dan menahan napas
kemudian dinilai apakah ada nyeri atau tidak.19,20
7. Pemeriksaan Penunjang
Beberapa macam metode diagnostik yang dapat dipakai untuk
memastikan penyebab LBP:13,22
a. Foto polos tulang belakang khususnya daerah lumbosakral yang
bermanfaat untuk diagnostik faktor mekanik, osteogenik, dan sebagian
diskogenik.
b. Pemeriksaan elektromiografi, merupakan diagnosis pasti untuk
membuktikan adanya keterlibatan radiks pada kasus-kasus tertentu.
c. Pemeriksaan mieolografi (untuk indikasi tertentu).
8. Diagnosis Banding13,22
Kelainan Red Flags
Kanker atau - Usia <20 tahun atau >50 tahun
infeksi - Riwayat kanker
- Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas
- Terapi imunosupresan
- Infeksi saluran kemih, IV drug abuse, demam,
menggigil
- Nyeri punggung tidak membaik dengan istirahat
Fraktur vertebra - Riwayat trauma bermakna
- Penggunaan steroid jangka panjang
- Usia >70 tahun
Sindrom kauda - Retensi urin akut atau inkontinensia overflow
ekuina atau - Inkontinensia alvi atau atonia sfingter ani
deficit neurologic - Saddle anesthesia
berat - Paraparesis progresif atau paraplegia
F. PENATALAKSANAAN
Pada prinsipnya penanganan LBP terdiri dari:12
1. Farmakologis
Langkah pertama adalah pemberian obat-obatan, untuk
mengurangi nyeri tanpa menghiraukan penyebab dasar LBP. Obat yang
diberikan berupa golongan analgetik dimana golongan ini terdiri dari
analgetik antipiretik dan analgetik narkotik.Yang umum digunakan
analgetik antipiretik yang bekerja menghambat sintesa dan pelepasan
endogenous pain substance sehingga mencegah sensitisasi reseptor nyeri.
Disamping itu dikenal pula obat yang mempunyai potensi anti-inflamasi
disamping analgetik misalnya pirasolon dan derivat-derivat asam organik
lainya dikenal sebagai non steroidal anti-inflamatory drugs (NSAID).
Selain itu juga dapat digunakan tranquilizer minor yang bekerja sentral
menurunkan respon terhadap rangsangan nyeri, mengurangi kegelisahan
dan untuk relaksasi otot.7,12
BAB III
LAPORAN KASUS
8.1.1. IDENTITAS
Nama : Ny. LM
TTL/ Umur : Manado, 7 April 1974
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jalan Pandu 2, Kelurahan Pandu, Kecamatan
Bunaken Kota Manado
Agama : Katolik
Suku : Minahasa
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
No. Telepon : 08539******
Tanggal pemeriksaan : 3 Maret 2020
8.1.2. ANAMNESIS
1. Keluhan utama
Nyeri punggung bawah.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Nyeri punggung bagian bawah di alami pasien sejak kurang lebih
2 bulan yang lalu. Nyeri bertambah berat sejak kurang lebih 1 minggu
terakhir. Nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk yang sifatnya hilang
timbul, nyeri bertambah berat bila pasien berjalan, duduk atau berdiri
lama dan hilang bila istirahat atau minum obat anti nyeri. Nyeri yang
dirasakan menjalar sampai telapak kaki kanan. Pasien juga mengeluh
kesulitan naik turun tangga jika sedang nyeri. Nyeri tidak bertambah bila
pasien batuk ataupun mengedan. Tidak ada kram kesemutan atau
kelemahan tungkai bawah. Saat ini pergerakan pasien terbatas karena
nyeri. Riwayat trauma, demam, batuk-batuk lama, dan penurunan berat
badan disangkal. Riwayat nyeri pada malam hari tidak ada. BAB dan BAK
normal. Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga.
7. Riwayat Psikologis
Penderita terlihat cemas pada saat datang ke poliklinik.
3. Status Neurologis
Status Ekstremitas Superior Ekstremitas Inferior
0%-20% Minimal disability Pasien dapat menjalankan hampir semua aktivitas sehari-
hari dan tidak memerlukan tindakan pengobatan hanya
anjuran bagaimana cara mengangkat, posisi duduk,
latihan, dan diet.
21%-40% Moderate disability Pasien merasa sakit dan kesulitan dengan duduk,
mengangkat, dan berdiri. Mereka mungkin tidak bekerja.
Perawatan pribadi, aktivitas seksual dan tidur yang tidak
terlalu berpengaruh dan biasanya dapat dikelola dengan
konservatif.
41%-60% Severe disability Pasien mengalami nyeri sebagai keluhan utama pada
aktivitas sehari-hari, sehingga memerlukan pemeriksaan
lebih lanjut.
61%-80% Crippled Sakit punggung ini membebani pada semua aspek
kehidupan pasien sehingga memerlukan intervensi
positif.
81%-100% Bed Bound Pasien ini baik tidur-terikat atau melebih-lebihkan gejala
mereka, sehingga memerlukan perawatan khusus
6. Tes Provokasi
TES Dekstra Sinistra
Lasegue, SLR - / (70o) - / (70o)
Patrick - -
Kontra Patrick - -
Bragard - -
Sicard - -
Femoral Nerve Stretch Test - -
Valsava Test -
Hasil Pemeriksaan
LGS Hip Normal
D S
Fleksi-Ekstensi 120º - 0º - 30º 120º - 0º- 30º 120º - 0º - 30º
Abduksi-Adduksi 40º - 0º - 35º 40º - 0º - 35º 40º - 0º - 35º
Rotasi Internal-Eksternal 45º - 0º - 45º 45º - 0º - 45º 45º - 0º - 45º
8.1.4. RESUME
Perempuan 47 tahun datang ke poliklinik rehabilitasi medik dengan
keluhan nyeri punggung bagian bawah di alami pasien sejak kurang lebih
2 bulan yang lalu dan bertambah berat sejak kurang lebih 1 minggu
terakhir. Nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk yang sifatnya hilang
timbul. Nyeri akan bertambah berat bila jika pasien berjalan, duduk
ataupun berdiri lama dan bias hilang jika pasien istirahat atau minum obat
anti nyeri. Nyeri yang dirasakan menjalar hingga ke telapak kaki kanan.
Pasien juga mengeluh kesulitan naik turun tangga jika sedang nyeri. Nyeri
tidak tidak bertambah bila pasien batuk ataupun mengedan. Tidak ada
kram kesemutan atau kelemahan tungkai bawah. Saat ini pergerakan
pasien terbatas karena nyeri. Riwayat trauma, demam, batuk-batuk lama,
dan penurunan berat badan disangkal. Riwayat nyeri pada malam hari
tidak ada. BAB dan BAK normal.
Pemeriksaan fisik status generalis didapatkan Indeks Barthel =
95 (ketergantungan ringan), TD: 120/70, N: 60x/menit, R:20 x/menit, S:
36,3oC, VAS 5. Pada pemeriksaan status lokalis regio lumbal didapatkan
spasme otot paralumbal (+). Pemeriksaan status neurologis normal, tes
provokasi negatif, lingkup gerak sendi hip normal dan lingkup gerak sendi
trunkus terbatas karena nyeri.
8.1.5. DIAGNOSIS
1. Diagnosis Klinis : Low Back Pain
2. Diagnosis Etiologi : Mekanik Kronik
3. Diagnosis Topis : Paralumbal muscle
4. Diagnosis Fungsional :
a. Body Function : Nyeri punggung bawah, paralumbal muscle spasm
b. Body Structure : Otot-otot paralumbal
c. Activity and participation : Aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS)
duduk dalam waktu yang lama, naik turun tangga.
d. Environment: -
e. Personal factors : Perempuan 39 tahun, seorang ibu rumah tangga
yang sehari-hari bekerja mengurus rumah tangga seperti mencuci,
mengangkat ember yang berisi cucian, menyapu, mengepel,
menyetrika dan sering membungkuk ketika berkebun.
2. Okupasi Terapi
Evaluasi :
a. Nyeri punggung bawah (VAS = 5)
b. Spasme muskulus paralumbal
c. Gangguan AKS seperti kesulitan duduk akibat nyeri, duduk dalam
waktu yang lama dan naik turun tangga.
Program :
a) Latihan AKS yang sesuai dengan proper back mechanism
3. Ortotik Prostetik
Evaluasi :
a. Nyeri punggung bawah (VAS = 5)
b. Gangguan AKS seperti kesulitan duduk akibat nyeri, duduk dalam
waktu yang lama.
Program :
Ortose : -
4. Psikologi
Evaluasi : Penderita merasa cemas dengan penyakitnya
Program :
a. Support mental pada penderita dan keluarga
b. Edukasi agar penderita latihan secara rutin dan teratur
6. Sosial Medik
Evaluasi :
a) Rumah permanen 1 lantai
b) Toilet jongkok
c) Biaya sehari-hari cukup
d) Kebiasaan duduk dalam waktu yang lama
e) Biaya pengobatan ditanggung BPJS
f) Tidur di kasur yang tebal dan empuk.
Program :
a) Memberikan edukasi mengenai penyakit pasien kepada pasien dan
keluarga
b) Memberikan motivasi kepada penderita agar terus melanjutkan
program rehabilitasi medis.
c) Melakukan kunjungan rumah untuk melihat faktor-faktor risiko yang
ada di rumah dan lingkungan sekitarnya.
d) Modifikasi toilet duduk.
e) Mengganti kasur yang lebih tipis dan lebih keras.
8.1.8. EDUKASI
Waktu beraktivitas :
a) Dianjurkan proper back mechanism
b) Dianjurkan penderita jangan mengangkat barang dan beraktivitas yang
terlalu berat
Waktu berdiri :
a) Bila berdiri dalam waktu lama, selingilah dengan periode baring terlentang
sebentar
b) Bila mengambil sesuatu di tanah, jangan membungkuk, tetapi jongkoklah
pada lutut
Waktu berjalan :
a) Berjalanlah dengan posisi tegak, rileks dan jangan tergesa-gesa
b) Hindari jalan melalui tanjakkan, sebaiknya menggunakan mobil
c) Kurangi aktivitas berjalan terlalu jauh dan lama sebaiknya menggunakan
kendaraan
Waktu duduk :
a) Busa kursi jangan terlalu lunak
b) Kursi jangan terlalu tinggi sehingga bila duduk, lutut sejajar dengan paha
c) Bila duduk, punggung sebanyak mungkin kontak dengan punggung kursi
Waktu tidur :
a) Sebaiknya menggunakan alas yang tipis tetapi tidak terlalu lembek atau
keras
b) Gunakanlah bantal kepala yang tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah
untuk menjaga kelengkungan tulang leher dan tulang punggung tetap
dalam keadaan normal
c) Saat akan bangun tidur, posisi tubuh menyamping dan angkat tubuh anda
dengan tangan, lutut ditekuk disamping tempat tidur sehingga kaki
menyentuh lantai, bangunlah dengan menggunakan kekuatan kaki
8.1.9. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam
LAMPIRAN : GAMBAR PROPER BACK MECHANISM
1. Sarwili I. Hubungan beban kerja perawat terhadap angka kejadian LBP (Low
Low Back Pain Disability. Prosiding Pendidikan Dokter. 2015 Hal 968-74.
10. Nurrahman R. Hubungan Masa Kera dan Sikap Kerja terhadap Kejadian Low
Back Pain Pada Penenun di Kampung BNI Kab. Wajo. Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin. 2016.
11. Sari NP, Mogi TI, Angliadi E. Hubungan lama duduk dengan kejadian Low
Back Pain pada operator komputer perusahaan travel di manado. eCl.
2015;3:687-94.
12. Angliadi L.S, Sengkey L, Gessal J, Mogi Th. I. Low Back Pain. Ilmu
Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. Manado: FKUNSRAT. 2006:79-90.
13. Snell’s R. Clinical Neuroanatomy Spasm. Edisi ke-7, Philadelphia: Wolters
Kluwer Lippincott & Wilkins; 2010. h.136.
14. Huldani. Referat Nyeri Punggung. FK Universitas Lambung Mangkurat
Banjarmasin. 2012:19-24.
15. Miguel AJ. Dor lombar – como previnir. Diakses tanggal 19 November 2018.
Diunduh dari: http://www.medicinageriatrica.com.br/tag/sinal-de-lasegue
16. Anonim. Physical therapy management of hip OA. Diakses tangggal 3 Maret
2020. Diunduh dari: http://morphopedics.wikidot.com/physical-therapy-
management-of-hip-oa.
17. Bahar A, Wuysang D. Pemeriksaan Neurologi Lainnya. Departement
Neurologi Unhas. 2015: 23.
18. Anonim. Test bragard. Diakses tanggal tanggal 3 Maret 2020. Diunduh dari :
http://dottoraus.com/2009/07/test-di-bragard.html
19. The Thoracolumbar Spine. Diakses tanggal 3 Maret 2020. Diunduh dari:
https://musculoskeletalkey.com/the-thoracolumbar-spine/
20. Advanced Assesment Of Lower Extremity Injuries. Diakses tanggal 3 Maret
2020. Diunduh dari: https://www.slideshare.net/JLS10/kin191-ach10-lumbar-
thoracic-evaluation
21. Pengukuran ROM Ekstremitas Superior. Diakses pada tanggal 3 Maret 2020
Diunduh dari:
http://med.unhas.ac.id/fisioterapi/wpcontent/uploads/2016/12/PENGUKURA
N-ROM.pdf
22. Yasin M, Komang A, Sustini, Andreani S, Fatchur Rochman F. Hubungan
antara Karakteristik, Antropometrik, Kebiasaan, Status Psikososial, dan
Gambaran Radiografis Responden dengan Kejadian Spondylogenic Low
Back Pain. Diakses tanggal tanggal 3 Maret 2020. Diunduh dari:
http://journal.unair.ac.id/downloadfullpapersHubungan%20antara
%20Karakteristik.pdf.
23. Red Flags-Low Back Pain. Diakses tanggal 3 Maret 2020. Diunduh
dari
:https://www.aci.health.nsw.gov.au/__data/assets/pdf_file/0003/212889/Red_
Flags.pdf
24. Anonim. The valsava manuver. Diakses tanggal 3 Maret 2020. Dinduh dari:
http://fervorate.tumblr.com/post/408007205.