Anda di halaman 1dari 32

Laporan Kasus

REHABILITASI MEDIK PADA PASIEN LOW BACK PAIN ET CAUSA

MEKANIK KRONIK

Oleh:

Jesiandra Isabel M. Wagiu


18014101056
Masa KKM 2 – 8 Maret 2020

Pembimbing:

dr. Hendrik M. Kandamy

Penguji :

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


BAGIAN/SMF ILMU KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus dengan judul:

“Rehabilitasi medik pada pasien low back pain et causa mekanik kronik”
Telah dikoreksi, disetujui dan dibacakan pada tanggal Maret 2020

Mengetahui,

Pembimbing

dr. Hendrik M. Kandamy

Penguji
BAB I
PENDAHULUAN

Low back pain (LBP) atau nyeri punggung bawah merupakan gangguan

muskuloskeletal yang disebabkan oleh berbagai penyakit dan aktivitas tubuh yang

masih sering dijumpai di masyarakat kita.1 Nyeri yang timbul disebabkan oleh

salah satu dari berbagai masalah muskuloskeletal seperti regangan lumbosakral

akut, ketidakstabilan ligamen lumbosakral dan kelemahan otot, stenosis tulang

belakang, masalah diskus invertebralis, dan ketidaksamaan panjang tungkai.2

Sekitar 70- 80% penduduk di negara maju pernah mengalami LBP.

Setiap tahun 15-45% orang dewasa menderita LBP, dan satu diantara 20 penderita

harus dirawat di rumah sakit karena serangan akut. Low back pain sering terjadi

pada umur 35-55 tahun dan hampir 80% penduduk di negara-negara industri

pernah mengalaminya.3

LBP juga didefinisikan sebagai nyeri dan ketidaknyamanan, yang


terlokalisasi di bawah sudut iga terakhir (costal margin) dan di atas lipat bokong
bawah (gluteal inferior fold), dengan atau tanpa nyeri pada tungkai.4,5 Keluhan
low back pain merupakan keluhan pada otot skeletal yang dirasakan dengan
intensitas nyeri yang berbeda-beda, dari nyeri yang ringan sampai nyeri yang
sangat sakit. Nyeri punggung bawah sering menjadi kronis, menetap atau kadang
berulang kali dengan memerlukan biaya yang tinggi dalam penanganannya
sehingga tidak boleh dipandang sebelah mata.6

Nyeri bisa menjalar ke daerah lain seperti punggung bagian atas dan
pangkal paha. LBP merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal yang
disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik. Gejala yang dirasakan pada
penderita LBP bermacam–macam seperti nyeri rasa terbakar, nyeri tertusuk,
hingga kelemahan pada tungkai.5,6 LBP dapat menyebabkan penderita mengalami
suatu disabilitas atau keterbatasan fungsional dalam menjalani aktivitas sehari-
hari dan banyak kehilangan jam kerja terutama dalam usia produktif.7
Dibeberapa negara maju, LBP merupakan penyebab terbesar hilangnya
produktifitas pada pekerja. Di Amerika Serikat LBP merupakan keluhan yang
sangat umum dikeluhkan 4 dari 5 orang yang merupakan salah satu penyebab dari
ketidakhadiran pekerja.8,9 Prevalensinya dalam satu tahun berkisar antara 15-20%,
sedangkan insidensi berdasarkan kunjungan pasien baru ke dokter sebanyak
14,3%.3,9

Di Indonesia, penelitian yang dilakukan oleh PERDOSSI (persatuan


dokter saraf seluruh Indonesia) yang dilakukan pada 14 kota di Indonesia pada
tahun 2002 menemukan adanya 18,1% pengidap nyeri punggung bawah.5 Di
Manado pada penelitian yang dilakukan di RSUP Prof.Dr.R. D. Kandou Manado
pada periode 1 Januari 2016 sampai dengan 31 Desember 2016 terdapat penderita
LBP sebanyak 1683 yang datang dan pada tahun 2017 ada sebanyak 2409
penderita LBP yang datang di Poli Kesehatan Fisik dan Rehabilitasi RSUP Prof.
Dr. R.D. Kandou.10
Berikut ini akan dibahas suatu tinjauan pustaka dan laporan kasus
tentang rehabilitasi medik pada pasien dengan low back pain et causa mekanik
kronik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain didefinisikan sebagai nyeri
dan ketidaknyamanan, yang terlokalisasi di bawah sudut iga terakhir (costal
margin) dan di atas lipat bokong bawah (gluteal inferior fold), dengan atau tanpa
nyeri pada tungkai dan merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal yang
disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik.4,5 Keluhan low back pain
merupakan keluhan pada otot skeletal yang dirasakan dengan intensitas nyeri yang
berbeda-beda, dari nyeri yang ringan sampai nyeri yang sangat sakit. Nyeri
punggung bawah sering menjadi kronis, menetap atau kadang berulang kali
dengan memerlukan biaya yang tinggi dalam penanganannya sehingga tidak boleh
dipandang sebelah mata.6

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI


1. Kolumna Vertebralis
Kolumna vertebralis ini terbentuk oleh unit-unit fungsional yang terdiri
dari :
a. Segmen anterior
Berfungsi sebagai penyangga beban, dibentuk oleh korpus
vertebra yang dihubungkan satu dengan yang lainnya oleh diskus
intervertebra. Struktur ini masih diperkuat oleh ligamen longitudinal
posterior dan ligamen longitudinal anterior. Ligamen longitudinal
posterior mempunyai arti penting dalam patofisiologi penyakit justru
karena bentuknya yang unik. Sejak dari oksiput, ligamen ini menutup
seluruh permukaan belakang diskus intervertebra. Mulai L1 ligamen
ini menyempit, hingga pada daerah L5-S1 lebar ligamen hanya tinggal
separuh asalnya. Dengan demikian pada daerah ini terdapat daerah
lemah, yakni bagian postero-lateral kanan dan kiri diskus intervertebra,
daerah tak terlindung oleh ligamen longitudinal posterior. Akan nyata
terlihat, bahwa tingkat L5-S1 merupakan daerah paling rawan.11,12
b. Segmen posterior
Bagian ini dibentuk oleh arkus, prosesus transversus dan
prosesus spinosus. Satu dengan yang lainnya dihubungkan oleh
sepasang artikulasi dan diperkuat oleh ligamen serta otot. Ditinjau dari
sudut kinetika tubuh (diluar kepala dan leher), maka akan tampak
bahwa gerakan yang paling banyak dilakukan tubuh ialah fleksi,
kemudian ekstensi. Dalam kenyataannya, gerakan fleksi-ekstensi
merupakan tugas persendian daerah lumbal dengan pusat sendi L5-S1.
Hal ini dimungkinkan oleh bentuk dan letak bidang sendi yang sagital.
Lain halnya dengan bidang sendi daerah torakal yang terletak frontal,
bidang sendi ini hanya memungkinkan gerakan rotasi dan sedikit
latero-fleksi.12

Gambar 1. Segmen Anterior Dan Posterior Columna Vertebralis.13


2. Diskus Intervertebra
Berfungsi sebagai penyangga beban dan peredam kejut. Diskus
intervertebra dibentuk oleh anulus fibrosus yang merupakan anyaman
serat-serat fibroelastik hingga membentuk struktur mirip gentong. Tepi
atas dan bawah gentong melekat pada “end plate” vertebra sedemikian
rupa hingga terbentuk rongga antar vertebra.Rongga ini berisi nukleus
pulposus suatu bahan mukopolisakarida kental yang banyak mengandung
air. Menjelang usia dekade kedua, mulailah terjadi perubahan-
perubahan,baik menyangkut nukleus pulposus maupun anulus fibrosus.
Pada beberapa tempat serat-serat fibroelastik terputus, sebagian rusak dan
sebagian diganti jaringan ikat. Proses ini akan berlangsung secara kontinu
hingga dalam anulus terbentuk rongga-rongga.12
C. ETIOLOGI
Dalam klinik, LBP dibagi menjadi 4 kelompok:
1. LBP oleh faktor mekanik :
a. LBP oleh mekanik akut : Biasanya timbul bila tubuh melakukan
gerakan secara mendadak melampaui batas kemampuan sendi dan otot
(range of motion) atau melakukan sesuatu untuk jangka waktu
terlampau lama.12
b. LBP oleh mekanik kronik (menahun) : Paling sering disebabkan
oleh sikap tubuh yang jelek yaitu sikap tubuh yangmembungkuk ke
depan, kepala menunduk, perut membuncit dan dada kempes
mendatar. Sikap tubuh yang demikian tentunya akan mendorong titik
berat badan (TBB) tergeser ke arah depan sebagai kompensasi agar
keseimbangan tubuh tetap terjaga. Disamping akibat sikap tubuh yang
jelek, pergeseran TBB ke arah depan terlihat juga pada wanita-wanita
yang gemar memakai sepatu dengan tumit tinggi.12
2. LBP oleh faktor organik :
a. LBP osteogenik, terdiri atas :11,12
1. Radang
2. Trauma : merupakan penyebab utama LBP. Pada orang yang tidak
biasa melakukan pekerjaan otot atau melakukan aktivitas dengan
beban yang berat, dapat menderita nyeri pungggung bagian bawah
yang akut. Gerakan bagian punggung yang kurang baik dapat
menyebabkan kekakuan dan spasme yang tiba-tiba pada otot
punggung, mengakibatkan terjadinya trauma punggung sehingga
menimbulkan nyeri. Kekakuan otot cenderung dapat sembuh
dengan sendirinya dalam jangka waktu tertentu. Namun pada
kasus-kasus yang berat memerlukan pertolongan medis agar tidak
mengakibatkan gangguan yang lebih lanjut.
3. Keganasan
4. Kongenital
b. LBP diskogenik: Dalam hal ini proses primer terletak pada diskus
interverteb. Bentuk yang sering dijumpai ialah :12
1. Spondilosis, proses degenerasi progresif diskus intervertebra.
2. Hernia Nukleus Pulposus (HNP), yaitu keluar-nya nukleus
pulposus dari diskus intervertebra melalui robekan annulus
fibrosus keluar ke arah belakang/dorsal menekan medulla spinalis
atau mengarah ke dorsolateral menekan saraf spinalis sehingga
menimbulkan gangguan.Hernianukleus pulposus (HNP) paling
sering terjadi pada pria dewasa, dengan insiden puncak pada
dekade ke-4 dan ke-5. Kelainan ini lebih banyak terjadi pada
individu dengan pekerjaan yang banyak membungkuk dan
mengangkat.
3. Spondilitis ankilosa: Biasanya dimulai dari sendi sakroiliaka, lalu
menjalar ke atas daerah leher. Gejala permulaan bersifat ringan,
sering hanya berupa kaku. Keluhan terutama dirasakan pada waktu
pagi bangun tidur, membaik setelah melakukan pergerakan.
c. LBP neurogenik: Neoplasma, Arakhnoiditis, Stenosis kanal
3. Nyeri Rujukan.12
4. Nyeri Psikogenik.12

D. GAMBARAN KLINIK
Keluhan nyeri dapat menjalar dan tidak menjalar. Pada tahap yang
lebih ringan, nyeri biasanya hanya di sekitar daerah pinggang dan tidak
menjalar, biasa juga dibedakan dengan nyeri akibat kekakuan atau hanya pegal
pada otot pinggang. Pada tahap yang lain, nyeri dirasakan dari daerah
pinggang dapat menjalar ke arah leher ataupun ke arah bokong, paha belakang
tumit dan telapak kaki. Jika nyeri menjalar ke arah daerah leher, dapat
dipikirkan adanya spondilitis ankilosa, terlebih jika nyeri terutama dirasakan
pada waktu bangun pagi dan menghilang saat melakukan pergerakan. Jika
nyeri menjalar ke arah bokong, paha belakang tumit hingga telapak kaki, maka
dapat dipikirkan adanya gejala yang khas pada penderita hernia nukleus
pulposus.12,13
E. DIAGNOSIS
Pendekatan diagnostik dimulai dengan anamnesis, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang.14
1. Anamnesis :
a. Kapan mulai sakit, sebelumnya pernah tidak?
b. Apakah nyeri diawali oleh suatu kegiatan fisik tertentu? Apa pekerjaan
sehari-hari? Adakah suatu trauma?
c. Dimana letak nyeri? (sebaiknya pasien sendiri yang disuruh
menunjukkan dimana letak nyerinya). Ada tidak penjalaran?
d. Bagaimana sifat nyeri? Apakah nyeri bertambah pada sikap tubuh
tertentu? Apakah bertambah pada kegiatan tertentu?
e. Apakah nyeri berkurang pada waktu istirahat?
2. Pemeriksaan fisik :
a. Inspeksi
Perhatikan cara berjalan, berdiri, duduk. Inspeksi daerah
punggung, perhatikan lurus tidaknya tulang belakang, lordosis, kifosis,
gibus, deformitas, ada tidak jalur spasme otot paravertebra.14
b. Palpasi
Palpasi sepanjang kolumna vertebralis ada tidaknya nyeri
tekan pada salah satu prosessus spinosus, atau gibus / deformitas
kecil dapat teraba pada palpasi atau adanya spasme otot paravertebral
c. Pemeriksaan Neurologik
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk memastikan apakah
kasus nyeri punggung bawah adalah benar karena adanya gangguan
saraf atau karena sebab yang lain.14
d. Pemeriksaan Motorik
Apakah ada kelumpuhan, atrofi, fasikulasi. Kalau ada
kelumpuhan segmen mana yang terganggu.14

5. Tes-tes Provokasi :
a. Tes Laseque
Tungkai difleksikan pada sendi coxae sedangkan sendi lutut
tetap lurus. Saraf ischiadicus akan tertarik. Bila nyeri punggung
dikarenakan iritasi pada saraf ini maka nyeri akan dirasakan pada
sepanjang perjalanan saraf ini, mulai dari pantat sampai ujung kaki.14-16

b. Tes Patrick
Pada tes ini pasien berbaring, tumit dari salah satu kaki
diletakkan pada sendi lutut tungkai yang lain. Setelah ini dilakukan
penekanan pada sendi lutut hingga terjadi rotasi keluar. Bila timbul
rasa nyeri, maka hal ini berarti ada suatu sebab yang non neurologik
misalnya coxitis. Tes ini dilakukan pada kedua kaki.14-16

Gambar 3. Tes Patrick.16


c. Tes Kontra Patrick
Tes kontra patrick dilakukan saat pasien tidur terlentang, sama halnya
dengan melakukan tes patrick akan tetapi kaki dirotasi kedalam
(internal). Tangan pemeriksa memegang pergelangan kaki dan bagian
lateral dari lutut.Setelah itu lakukan penekanan pada sendi lutut ke
rotasi dalam.Apabila nyeri timbul (+) menunjukkan sumber nyeri di
sacroiliaka.14
Gambar 4. Tes Kontra Patrick.17

d. Tes Bragard
Modifikasi yang lebih sensitif dari tes laseque. Caranya sama
seperti tes laseque dengan ditambah dorso fleksi kaki. Bila nyeri
punggung dikarenakan iritasi pada saraf ini maka nyeri akan dirasakan
pada sepanjang perjalanan saraf ini, mulai dari pantat sampai ujung
kaki.18

Gambar 5. Tes Bragard.18


e. Tes Sicard
Sama seperti tes laseque namun ditambah dorsofleksi dari ibu
jari kaki. Bila nyeri punggung dikarenakan iritasi pada saraf ini
maka nyeri akan dirasakan pada sepanjang perjalanan saraf ini,
mulai dari pantat sampai ujung kaki.14

f. Femoral Nerve Stretch Test (FNST)


Tes ini bertujuan untuk menilai iritasi pada saraf femoralis
(dibentuk oleh radiks L2, L3 dan L4) dengan cara pasien berbaring
miring pada sisi yang tidak sakit dengan sendi paha dan sendi lutut
yang sakit sedikit fleksi, pinggang dan punggung lurus dan kepala
difleksikan. Secara perlahan– lahan fleksi lutut ditambah dan sendi
paha diekstensikan. Test positif bila terasa nyeri yang menjalar
sepanjang permukaan paha bagian anterior.14-16
Gambar 6. Femoral Nerve Stretch Test (FNST).14

g. Tes Valsava
Tes ini mengakibatkan naiknya tekanan intratekal sehingga
muncul nyeri radikuler. Pasien diminta mengejan dan menahan napas
kemudian dinilai apakah ada nyeri atau tidak.19,20

Gambar 7. Tes Valsava.20

6. Pemeriksaan Lingkup Gerak Sendi.


a. Hip
1. ROM fleksi : memposisikan klien tidur terlentang, meletakkan
goniometer di trochanter mayor, kemudian meminta pasien untuk
melakukan gerakan fleksi. 15
2. ROM ekstensi : memposisikan klien tidur tengkurap, meletakkan
goniometer di trochanter mayor, kemudian meminta pasien untuk
melakukan gerakan ekstensi. 15
3. ROM abduksi : memposisikan klien tidur terlentang, meletakkan
goniometer di Spina Iliaca Anterior Superior (SIAS), kemudian
meminta pasien untuk melakukan gerakan abduksi. 15
4. ROM adduksi : memposisikan klien tidur terlentang, meletakkan
goniometer di Spina Iliaca Anterior Superior (SIAS), kemudian
meminta pasien untuk melakukan gerakan adduksi. 15
5. ROM internal rotasi dengan knee 900 : memposisikan klien tidur
terlentang, memfleksikan sendi hip dan knee 900 , meletakkan
goniometer di permukaan anterior patella, kemudian
menggerakkan tungkai klien internal rotasi. 15
6. ROM eksternal rotasi dengan knee 900 : memposisikan klien
tidur terlentang, memfleksikan sendi hip dan knee 900 , meletakkan
goniometer di permukaan anterior patella, kemudian
menggerakkan tungkai klien eksternal rotasi. 15
7. ROM internal rotasi dengan knee ekstensi : memposisikan klien
tidur terlentang, meletakkan goniometer di calcaneus, kemudian
menggerakkan tungkai klien internal rotasi. 15
8. ROM eksternal rotasi dengan knee ekstensi : memposisikan
klien tidur terlentang, meletakkan goniometer di calcaneus,
kemudian menggerakkan tungkai klien eksternal rotasi.15
b. Lumbar Spine
1. Fleksi : memposisikan klien berdiri tegak posisi anatomis, tangan
menggantung, bahu rileks. Meletakkan goniometer pada SIAS lalu
arahkan klien untuk membungkuk maksimal (fleksi vertebra). Ukur
lingkup gerak sendi fleksi trunk.21
2. Ekstensi: memposisikan klien berdiri tegak posisi anatomis,
tangan menggantung, bahu rileks. Meletakkan goniometer pada
sias lalu arahkan klien untuk ekstensi vertebra maksimal. Ukur
ekstensi trunk. 21
3. Lateral Fleksi: memposisikan klien berdiri tegak posisi anatomis,
tangan menggantung, bahu rileks. Letakkan goniometer pada aksis
processus spinosus S1. Ukur lingkup gerak sendi lateral fleksi
cervical dengan orientasi moving arm pada processus spinosus
C7.21
4. Rotasi: memposisikan klien berdiri tegak posisi anatomis, tangan
menggantung, bahu rileks. Letakkan goniometri di axis pada
bagian atas tengah/pusat dari kepala. Ukur lingkup gerak sendi
pada rotasi trunk dengan orientasi moving arm pada hidung. 21

7. Pemeriksaan Penunjang
Beberapa macam metode diagnostik yang dapat dipakai untuk
memastikan penyebab LBP:13,22
a. Foto polos tulang belakang khususnya daerah lumbosakral yang
bermanfaat untuk diagnostik faktor mekanik, osteogenik, dan sebagian
diskogenik.
b. Pemeriksaan elektromiografi, merupakan diagnosis pasti untuk
membuktikan adanya keterlibatan radiks pada kasus-kasus tertentu.
c. Pemeriksaan mieolografi (untuk indikasi tertentu).

8. Diagnosis Banding13,22
Kelainan Red Flags
Kanker atau - Usia <20 tahun atau >50 tahun
infeksi - Riwayat kanker
- Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas
- Terapi imunosupresan
- Infeksi saluran kemih, IV drug abuse, demam,
menggigil
- Nyeri punggung tidak membaik dengan istirahat
Fraktur vertebra - Riwayat trauma bermakna
- Penggunaan steroid jangka panjang
- Usia >70 tahun
Sindrom kauda - Retensi urin akut atau inkontinensia overflow
ekuina atau - Inkontinensia alvi atau atonia sfingter ani
deficit neurologic - Saddle anesthesia
berat - Paraparesis progresif atau paraplegia
F. PENATALAKSANAAN
Pada prinsipnya penanganan LBP terdiri dari:12
1. Farmakologis
Langkah pertama adalah pemberian obat-obatan, untuk
mengurangi nyeri tanpa menghiraukan penyebab dasar LBP. Obat yang
diberikan berupa golongan analgetik dimana golongan ini terdiri dari
analgetik antipiretik dan analgetik narkotik.Yang umum digunakan
analgetik antipiretik yang bekerja menghambat sintesa dan pelepasan
endogenous pain substance sehingga mencegah sensitisasi reseptor nyeri.
Disamping itu dikenal pula obat yang mempunyai potensi anti-inflamasi
disamping analgetik misalnya pirasolon dan derivat-derivat asam organik
lainya dikenal sebagai non steroidal anti-inflamatory drugs (NSAID).
Selain itu juga dapat digunakan tranquilizer minor yang bekerja sentral
menurunkan respon terhadap rangsangan nyeri, mengurangi kegelisahan
dan untuk relaksasi otot.7,12

2. Program Rehabilitasi Medik


a. LBP oleh faktor mekanik akut
Tirah baring total disertai pemanasan setempat seperti infra merah,
kompres air hangat, bantal panas. Biasanya kesembuhan 4-5 hari.12
b. LBP oleh faktor mekanik kronis
Pada keadaan ini hiperlordosis mendasari patofisiologi nyeri. Karena
itu tatalaksana ditujukan pada latihan-latihan untuk menghilangkan
hiperlordosis tersebut.12
Tujuan pemberian latihan, yaitu:
i. Mengurangi hiperlordosis/memperbaiki postur tubuh.
ii. Membiasakan diri untuk melakukan gerakan-gerakan yang
sesuai dengan biomekanik tulang punggung.

Prinsip pemberian latihan, yaitu:12


i. Latihan penguatan dinding perut otot dan gluteus maksimus
ii. Latihan peregangan otot yang memendek, terutama otot
punggung dan hamstring.
Teknik latihan :12
i. Pasien berbaring terlentang, sendi panggul dan lutut dalam
keadaan fleksi. Dengan kekuatan otot perut, tekan pinggang
hingga menempel dasar. Kemudian angkat pinggul keatas
sementara posisi pinggang tetap dipertahankan melekat pada
dasar. Hal ini dimungkinkan oleh kontraksi otot gluteus
maksimus.
ii. Pasien berbaring terlentang, sendi panggul dan lutut dalam
keadaan fleksi. Dengan kedua belah tangan di dada, angkatlah
kepala dan bahu hingga dagu menempel di dada.
iii. Pasien berbaring terlentang, sendi panggul dan lutut dalam
keadaan fleksi. Tarik salah satu lutut ke arah perut sambil
mengangkat kepala dan bahu seolah-olah hendak mencium
lutut. Lakukan bergantian dengan tungkai satunya.
iv. Sama seperti latihan sebelumnya tetapi dilakukan pada dua
lutut sekaligus.
v. Berdiri membelakangi dinding dengan jarak kurang lebih 15
cm dari dinding. Tekan pinggang kearah dinding hingga tidak
lagi ada celah antara pinggang dan dinding.

BAB III
LAPORAN KASUS
8.1.1. IDENTITAS
Nama : Ny. LM
TTL/ Umur : Manado, 7 April 1974
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jalan Pandu 2, Kelurahan Pandu, Kecamatan
Bunaken Kota Manado
Agama : Katolik
Suku : Minahasa
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
No. Telepon : 08539******
Tanggal pemeriksaan : 3 Maret 2020

8.1.2. ANAMNESIS
1. Keluhan utama
Nyeri punggung bawah.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Nyeri punggung bagian bawah di alami pasien sejak kurang lebih
2 bulan yang lalu. Nyeri bertambah berat sejak kurang lebih 1 minggu
terakhir. Nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk yang sifatnya hilang
timbul, nyeri bertambah berat bila pasien berjalan, duduk atau berdiri
lama dan hilang bila istirahat atau minum obat anti nyeri. Nyeri yang
dirasakan menjalar sampai telapak kaki kanan. Pasien juga mengeluh
kesulitan naik turun tangga jika sedang nyeri. Nyeri tidak bertambah bila
pasien batuk ataupun mengedan. Tidak ada kram kesemutan atau
kelemahan tungkai bawah. Saat ini pergerakan pasien terbatas karena
nyeri. Riwayat trauma, demam, batuk-batuk lama, dan penurunan berat
badan disangkal. Riwayat nyeri pada malam hari tidak ada. BAB dan BAK
normal. Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga.

3. Riwayat Penyakit Dahulu


Hipertensi (-), Diabetes Melitus (-)
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga pasien yang menderita keluhan yang sama
5. Riwayat Kebiasaan
Pasien sekarang merupakan seorang ibu rumah tangga, pasien
sering melakukan aktivitas mengurus rumah tangga seperti mencuci baju,
mengangkat ember yang berisi cucian, menyapu, mengepel, menyetrika
dan pasien juga suka berkebun. Pasien tidur menggunakan kasur busa
yang empuk dan tebal. Riwayat kebiasaan merokok dan meminum
minuman alkohol disangkal.

6. Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga. Pasien tinggal
bersama suaminya. Suaminya adalah buruh meubel, dan pasien memiliki 2
orang anak yang sudah mandiri. Biaya hidup pasien setiap hari ditanggung
suami dan anaknya. Pasien tinggal di rumah permanen 1 lantai serta
menggunakan WC jongkok. Saat ini pasien melakukan pemeriksaan dan
pengobatan dengan metode BPJS.

7. Riwayat Psikologis
Penderita terlihat cemas pada saat datang ke poliklinik.

8.1.3. PEMERIKSAAN FISIK


1. Status Generalis
Keadaan umum : Karnofsky Performance Scale = 90 (Dapat
melakukan aktivitas normal namun terdapat
gejala/keluhan penyakit ringan)
Index Barthel = 95 (ketergantungan ringan)
Kesadaran : Compos mentis
Glasgow Coma Scale (GCS) : Eye4Motoric6Verbal5
Tanda Vital : Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Nadi : 60 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,3 0C
SpO2 : 99%
Tinggi Badan : 158 cm
Berat Badan : 77 kg
Body Mass Index : 77/(1.59 x 1.58) = 30,9 Kg/m2 (Obes II)
VAS (Visual Analogue Scale) : 5

Kepala : Normosefali, deformitas (-), rambut hitam,


persebaran merata, tidak mudah dicabut
Mata : Mata terlihat cekung, konjungtiva anemis -/-,
sklera ikterik -/-, pupil bulat isokor 3mm/3mm,
refleks cahaya langsung +/+, reflex cahaya tidak
langsung +/+
Telinga : Deformitas (-), sekret (-), membran timpani intak
Hidung : Septum deviasi (-), sekret (-), konka edema (-)
Mulut : Bibir sianosis (-), lipatan nasolabial (+), deviasi
lidah (-)
Leher             : Trakea letak di tengah, pembesaran kelenjar getah
bening (-)
Thorax : Bentuk simetris, tidak ada retraksi
Cor : Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi : batas-batas jantung normal
Auskultasi : bunyi jantung I dan II normal,
reguler bising (-)
Pulmo : Inspeksi : pergerakan simetris
Palpasi : stem fremitus kanan sama dengan kiri
Perkusi : sonor kanan sama dengan kiri
Auskultasi : suara pernapasan vesikuler, ronkhi
(-/-), wheezing (-/-)
Abdomen : Inspeksi : cembung
Palpasi : nyeri tekan (-), hepar/lien tidak
teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)

2. Status Lokalis Regio Thorakolumbal


Look : Edema (-), Deformitas (-), Hiperemis (-)
Feel : Nyeri tekan (-), hangat (-), spasme otot (+) paralumbal,
skin folding test (+)
Movement : Range of Movement (ROM) fleksi dan ekstensi sedikit
terbatas akibat nyeri.

3. Status Neurologis
Status Ekstremitas Superior Ekstremitas Inferior

Sinistra Sinistra Dekstra Dekstra

Gerakan Aktif Aktif Aktif Aktif


Kekuatan otot 5/5/5/5 5/5/5/5 5/5/5/5 5/5/5/5
Tonus otot Normal Normal Normal Normal

Refleks fisiologis Normal Normal Normal Normal


Refleks patologis (-) (-) (-) (-)
Sensibilitas Normal Normal Normal Normal

4. Karnofsky Performance Scale


Kapasitas Fungsional Nilai
Normal, tidak ada keluhan, tidak ada tanda penyakit 100
Dapat melakukan aktivitas normal namun terdapat gejala/keluhan penyakit 90
ringan
Aktivitas normal tapi dengan usaha, selain itu keluhan tampak lebih jelas 80
Mampu merawat diri sendiri, namun tidak mampu bekerja atau 70
melakukan aktivitas normal
Membutuhkan pendampingan dan bantuan orang lain, masih dapat 60
mengurus kebutuhan dasar pribadi
Perlu bantuan, kadang dengan obat-obatan hanya beberapa keperluan 50
pribadi dapat dilakukan sendiri
Perlu bantuan dan perawatan khusus 40
Perlu pertimbangan untuk perawatan RS 30
Sakit berat, butuh perawatan RS 20
Mendekati ajal 10
Meninggal 0

5. Oswerty Disability Index


Skor Kategori Kemampuan Kegiatan

0%-20% Minimal disability Pasien dapat menjalankan hampir semua aktivitas sehari-
hari dan tidak memerlukan tindakan pengobatan hanya
anjuran bagaimana cara mengangkat, posisi duduk,
latihan, dan diet.
21%-40% Moderate disability Pasien merasa sakit dan kesulitan dengan duduk,
mengangkat, dan berdiri. Mereka mungkin tidak bekerja.
Perawatan pribadi, aktivitas seksual dan tidur yang tidak
terlalu berpengaruh dan biasanya dapat dikelola dengan
konservatif.
41%-60% Severe disability Pasien mengalami nyeri sebagai keluhan utama pada
aktivitas sehari-hari, sehingga memerlukan pemeriksaan
lebih lanjut.
61%-80% Crippled Sakit punggung ini membebani pada semua aspek
kehidupan pasien sehingga memerlukan intervensi
positif.
81%-100% Bed Bound Pasien ini baik tidur-terikat atau melebih-lebihkan gejala
mereka, sehingga memerlukan perawatan khusus

6. Tes Provokasi
TES Dekstra Sinistra
Lasegue, SLR - / (70o) - / (70o)
Patrick - -
Kontra Patrick - -
Bragard - -
Sicard - -
Femoral Nerve Stretch Test - -
Valsava Test -

7. Lingkup Gerak Sendi

LGS Trunkus Hasil Pemeriksaan Normal


Fleksi 0º - 70º 0º - 80º
Ekstensi 0º - 35º 0º - 45º
Lateral Banding D /S 0º - 45º 0º - 45º

Rotasi D/S 0º - 60º 0º - 60º

Hasil Pemeriksaan
LGS Hip Normal
D S
Fleksi-Ekstensi 120º - 0º - 30º 120º - 0º- 30º 120º - 0º - 30º
Abduksi-Adduksi 40º - 0º - 35º 40º - 0º - 35º 40º - 0º - 35º
Rotasi Internal-Eksternal 45º - 0º - 45º 45º - 0º - 45º 45º - 0º - 45º

8.1.4. RESUME
Perempuan 47 tahun datang ke poliklinik rehabilitasi medik dengan
keluhan nyeri punggung bagian bawah di alami pasien sejak kurang lebih
2 bulan yang lalu dan bertambah berat sejak kurang lebih 1 minggu
terakhir. Nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk yang sifatnya hilang
timbul. Nyeri akan bertambah berat bila jika pasien berjalan, duduk
ataupun berdiri lama dan bias hilang jika pasien istirahat atau minum obat
anti nyeri. Nyeri yang dirasakan menjalar hingga ke telapak kaki kanan.
Pasien juga mengeluh kesulitan naik turun tangga jika sedang nyeri. Nyeri
tidak tidak bertambah bila pasien batuk ataupun mengedan. Tidak ada
kram kesemutan atau kelemahan tungkai bawah. Saat ini pergerakan
pasien terbatas karena nyeri. Riwayat trauma, demam, batuk-batuk lama,
dan penurunan berat badan disangkal. Riwayat nyeri pada malam hari
tidak ada. BAB dan BAK normal.
Pemeriksaan fisik status generalis didapatkan Indeks Barthel =
95 (ketergantungan ringan), TD: 120/70, N: 60x/menit, R:20 x/menit, S:
36,3oC, VAS 5. Pada pemeriksaan status lokalis regio lumbal didapatkan
spasme otot paralumbal (+). Pemeriksaan status neurologis normal, tes
provokasi negatif, lingkup gerak sendi hip normal dan lingkup gerak sendi
trunkus terbatas karena nyeri.

8.1.5. DIAGNOSIS
1. Diagnosis Klinis : Low Back Pain
2. Diagnosis Etiologi : Mekanik Kronik
3. Diagnosis Topis : Paralumbal muscle
4. Diagnosis Fungsional :
a. Body Function : Nyeri punggung bawah, paralumbal muscle spasm
b. Body Structure : Otot-otot paralumbal
c. Activity and participation : Aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS)
duduk dalam waktu yang lama, naik turun tangga.
d. Environment: -
e. Personal factors : Perempuan 39 tahun, seorang ibu rumah tangga
yang sehari-hari bekerja mengurus rumah tangga seperti mencuci,
mengangkat ember yang berisi cucian, menyapu, mengepel,
menyetrika dan sering membungkuk ketika berkebun.

8.1.6. PROBLEM REHABILITASI MEDIK

1. Nyeri punggung bawah (VAS = 5)


2. Spasme muskulus paralumbalis
3. Gangguan AKS seperti kesulitan duduk akibat nyeri, duduk dalam waktu
yang lama dan naik turun tangga.
4. Penderita merasa cemas dengan penyakitnya.

8.1.7. PROGRAM REHABILITASI MEDIK


1. Fisioterapi
Evaluasi :
a) Nyeri punggung bawah (VAS = 5)
b) Spasme muskulus paralumbal
c) Gangguan AKS seperti kesulitan duduk akibat nyeri, duduk dalam
waktu yang lama dan naik turun tangga.
Program :
a) Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) Regio
Paralumbal
b) Microwave Diathermy (MWD)
c) Proper back mechanism
d) Pelvic tilt exercise atau knee to chest exercise bila nyeri berkurang

2. Okupasi Terapi
Evaluasi :
a. Nyeri punggung bawah (VAS = 5)
b. Spasme muskulus paralumbal
c. Gangguan AKS seperti kesulitan duduk akibat nyeri, duduk dalam
waktu yang lama dan naik turun tangga.
Program :
a) Latihan AKS yang sesuai dengan proper back mechanism

3. Ortotik Prostetik
Evaluasi :
a. Nyeri punggung bawah (VAS = 5)
b. Gangguan AKS seperti kesulitan duduk akibat nyeri, duduk dalam
waktu yang lama.
Program :
Ortose : -

4. Psikologi
Evaluasi : Penderita merasa cemas dengan penyakitnya
Program :
a. Support mental pada penderita dan keluarga
b. Edukasi agar penderita latihan secara rutin dan teratur

6. Sosial Medik
Evaluasi :
a) Rumah permanen 1 lantai
b) Toilet jongkok
c) Biaya sehari-hari cukup
d) Kebiasaan duduk dalam waktu yang lama
e) Biaya pengobatan ditanggung BPJS
f) Tidur di kasur yang tebal dan empuk.
Program :
a) Memberikan edukasi mengenai penyakit pasien kepada pasien dan
keluarga
b) Memberikan motivasi kepada penderita agar terus melanjutkan
program rehabilitasi medis.
c) Melakukan kunjungan rumah untuk melihat faktor-faktor risiko yang
ada di rumah dan lingkungan sekitarnya.
d) Modifikasi toilet duduk.
e) Mengganti kasur yang lebih tipis dan lebih keras.

8.1.8. EDUKASI

Waktu beraktivitas :
a) Dianjurkan proper back mechanism
b) Dianjurkan penderita jangan mengangkat barang dan beraktivitas yang
terlalu berat

Waktu berdiri :
a) Bila berdiri dalam waktu lama, selingilah dengan periode baring terlentang
sebentar
b) Bila mengambil sesuatu di tanah, jangan membungkuk, tetapi jongkoklah
pada lutut

Waktu berjalan :
a) Berjalanlah dengan posisi tegak, rileks dan jangan tergesa-gesa
b) Hindari jalan melalui tanjakkan, sebaiknya menggunakan mobil
c) Kurangi aktivitas berjalan terlalu jauh dan lama sebaiknya menggunakan
kendaraan

Waktu duduk :
a) Busa kursi jangan terlalu lunak
b) Kursi jangan terlalu tinggi sehingga bila duduk, lutut sejajar dengan paha
c) Bila duduk, punggung sebanyak mungkin kontak dengan punggung kursi

Waktu tidur :
a) Sebaiknya menggunakan alas yang tipis tetapi tidak terlalu lembek atau
keras
b) Gunakanlah bantal kepala yang tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah
untuk menjaga kelengkungan tulang leher dan tulang punggung tetap
dalam keadaan normal
c) Saat akan bangun tidur, posisi tubuh menyamping dan angkat tubuh anda
dengan tangan, lutut ditekuk disamping tempat tidur sehingga kaki
menyentuh lantai, bangunlah dengan menggunakan kekuatan kaki

8.1.9. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam
LAMPIRAN : GAMBAR PROPER BACK MECHANISM

Gambar 8. Posisi tidur dan cara bangun tidur.24

Gambar 9. Posisi duduk dan cara mengambil barang.24

Gambar 10. Posisi memakai kaos kaki dan menggosok gigi.24


Gambar 11. Posisi duduk membaca dan bekerja.24

Gambar 12. Posisi naik dan turun mobil.24

Gambar 13. Posisi mengambil barang dilaci.24

Gambar 14. Posisi memakai computer.24


DAFTAR PUSTAKA

1. Sarwili I. Hubungan beban kerja perawat terhadap angka kejadian LBP (Low

Back Pain). [Journal] 2015 ;5:25-33.

2. Smeltzer & Bare. Keperawatan Medikal Bedah. EGC : Jakarta; 2013


3. WHO. Low back pain. Bulletin of the World Health Organization; 2016

4. Burton AK, Eriksen HR, Leclerc A, Balaque F, Henrotin Y, Muller G, et al.


European Guidelines For Prevention In Low Back Pain. 2004.
5. Docking RE, Fleming J, Brayne C, et al. Epidemiology of back pain in older
adults: prevalence and risk factors for back pain onset. Rheumatology. 2011.
6. Rahman, S. (2015). The Association Between Obesity and Low Back Pain: A

Meta-Analysis. Am. J. Epidemiol, 171(2): 135-154 3.


7. Perdani P, The effect of body posture and body position in development of low

back pain.[Artikel]Universitas Diponegoro Fakultas Kedokteran

UniversitasDiponegoro 2012; h.1-18

8. Nurazizah S, Widayanti, Rukanta D. Hubungan Kebiasaan Olahraga Dengan

Low Back Pain Disability. Prosiding Pendidikan Dokter. 2015 Hal 968-74.

9. Kalangi P, Angliadi E, Gessal J. Perbandingan Kecepatan Berjalan pada


Pasien Nyeri Punggung Bawah Mekanik Subakut dan Kronik Menggunakan
Timed Up And Go Test. Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. Manado:
FKUNSRAT. 2015; (3):143-9.

10. Nurrahman R. Hubungan Masa Kera dan Sikap Kerja terhadap Kejadian Low
Back Pain Pada Penenun di Kampung BNI Kab. Wajo. Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin. 2016.

11. Sari NP, Mogi TI, Angliadi E. Hubungan lama duduk dengan kejadian Low
Back Pain pada operator komputer perusahaan travel di manado. eCl.
2015;3:687-94.
12. Angliadi L.S, Sengkey L, Gessal J, Mogi Th. I. Low Back Pain. Ilmu
Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. Manado: FKUNSRAT. 2006:79-90.
13. Snell’s R. Clinical Neuroanatomy Spasm. Edisi ke-7, Philadelphia: Wolters
Kluwer Lippincott & Wilkins; 2010. h.136.
14. Huldani. Referat Nyeri Punggung. FK Universitas Lambung Mangkurat
Banjarmasin. 2012:19-24.
15. Miguel AJ. Dor lombar – como previnir. Diakses tanggal 19 November 2018.
Diunduh dari: http://www.medicinageriatrica.com.br/tag/sinal-de-lasegue
16. Anonim. Physical therapy management of hip OA. Diakses tangggal 3 Maret
2020. Diunduh dari: http://morphopedics.wikidot.com/physical-therapy-
management-of-hip-oa.
17. Bahar A, Wuysang D. Pemeriksaan Neurologi Lainnya. Departement
Neurologi Unhas. 2015: 23.
18. Anonim. Test bragard. Diakses tanggal tanggal 3 Maret 2020. Diunduh dari :
http://dottoraus.com/2009/07/test-di-bragard.html
19. The Thoracolumbar Spine. Diakses tanggal 3 Maret 2020. Diunduh dari:
https://musculoskeletalkey.com/the-thoracolumbar-spine/
20. Advanced Assesment Of Lower Extremity Injuries. Diakses tanggal 3 Maret
2020. Diunduh dari: https://www.slideshare.net/JLS10/kin191-ach10-lumbar-
thoracic-evaluation
21. Pengukuran ROM Ekstremitas Superior. Diakses pada tanggal 3 Maret 2020
Diunduh dari:
http://med.unhas.ac.id/fisioterapi/wpcontent/uploads/2016/12/PENGUKURA
N-ROM.pdf
22. Yasin M, Komang A, Sustini, Andreani S, Fatchur Rochman F. Hubungan
antara Karakteristik, Antropometrik, Kebiasaan, Status Psikososial, dan
Gambaran Radiografis Responden dengan Kejadian Spondylogenic Low
Back Pain. Diakses tanggal tanggal 3 Maret 2020. Diunduh dari:
http://journal.unair.ac.id/downloadfullpapersHubungan%20antara
%20Karakteristik.pdf.
23. Red Flags-Low Back Pain. Diakses tanggal 3 Maret 2020. Diunduh
dari
:https://www.aci.health.nsw.gov.au/__data/assets/pdf_file/0003/212889/Red_
Flags.pdf
24. Anonim. The valsava manuver. Diakses tanggal 3 Maret 2020. Dinduh dari:
http://fervorate.tumblr.com/post/408007205.

Anda mungkin juga menyukai