TEKNIS
MONITORING
EVALUASI
EFIKASI
OBAT ANTI MALARIA
DI INDONESIA
DIREKTORATJENDERALPENCEGAHANDANPENGENDALIANPENYAKIT
KEMENTERIANKESEHATANRI
2017
PETUNJUK TEKNIS MONITORING
EVALUASI EFIKASI OBAT ANTI MALARIA
DI INDONESIA
SUBDIT MALARIA
DIREKTORAT P2PTVZ
DITJEN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
KEMENTERIAN KESEHATAN
2017
i
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... v
SAMBUTAN....................................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
A Latar Belakang................................................................................ 1
B. Dasar Hukum.................................................................................. 2
A. Tujuan............................................................................................. 3
B Ruang Lingkup................................................................................ 3
A. Pusat............................................................................................... 4
C. Dinkes Propinsi............................................................................... 5
D. Dinkes Kabupaten/Kota.................................................................. 5
E. Lembaga Penelitian........................................................................ 6
F. BPOM............................................................................................. 6
G. Puskesmas..................................................................................... 6
A. Metode............................................................................................ 10
C. Desain............................................................................................. 11
E. Pengobatan utama.......................................................................... 14
iii
F. Pengobatan alternative................................................................... 14
I. Keamanan....................................................................................... 17
J. Evaluasi Klinis................................................................................. 17
M. Withdrawals (WTH)......................................................................... 18
N. Manajemen data............................................................................. 18
Q. Pelaporan hasil............................................................................... 18
BAB V. PELAPORAN....................................................................................... 19
A. Pencatatan...................................................................................... 19
B. Pelaporan........................................................................................ 19
Daftar Pustaka.................................................................................................... 20
Daftar Singkatan................................................................................................. 21
Tim Penyusun..................................................................................................... 22
iv
Lampiran 5. Formulir Skrening Kasus.............................................................. 29
SPO-09. Skrening....................................................................................... 16
SPO-14. Follow-Up/Pemantauan................................................................ 23
v
vi
KATA PENGANTAR
Petunjuk teknis ini masih jauh dari sempurna, saran dan masukan sangat
diharapkan guna perbaikan petunjuk teknis ini di masa mendatang.
Akhir kata, saya ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
mendukung tersusunnya buku Petunjuk Teknis Monitoring Evaluasi Efikasi Obat
Antimalaria. Semoga buku ini bermanfaat bagi petugas kesehatan dan instansi
terkait menuju eliminasi malaria tahun 2030.
drg.R. Vensya Sitohang, M.Epid
NIP 196512131991012001
vii
viii
SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas rahmat dan karuniaNya
kita dapat menyelesaikan Petunjuk Teknis Monitoring Evaluasi Efikasi Obat
Antimalaria untuk petugas kesehatan di Pusat dan instansi terkait di daerah.
Malaria merupakan salah satu penyakit yang menjadi prioritas baik global
maupun nasional. Hal ini tercantum dalam target 3.3.SDGs (Sustainable Development
Goals) dan RPJMN serta Renstra Kementerian Kesehatan. Annual Parasite Incidens
(API) Indonesia mengalami penurunan yaitu 1.75‰ pada tahun 2011 menjadi 0.84‰
pada tahun 2016. Ditargetkan bahwa pada tahun 2030 Indonesia dapat mencapai
eliminasi malaria.
Monitoring efikasi obat adalah alat untuk melihat adanya resistensi dan atau
kegagalan pengobatan sebagai acuan program untuk meninjau kembali kebijakan
pengobatan. Evaluasi dilakukan secara periodik, dengan kelayakan dan penentuan
lokasi yang mewakili populasi disuatu wilayah. Monitoring evaluasi efikasi obat
antimalaria merupakan bagian dari surveilans malaria untuk memantau efikasi
obat antimalaria dan deteksi munculnya resistensi parasit malaria terhadap obat
antimalaria yang digunakan di Indonesia.
Dr.H.M.Subuh, MPPM
NIP 196201191989021001
ix
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
1
WHO merekomendasikan penggunaan artemisinin-based combination
therapy (ACT) baik untuk P. falciparum maupun P. vivax, dan sejak tahun 2004
ACT (artesunat-amodiakuin) telah digunakan untuk pengobatan terhadap infeksi
P. falciparum dan P. vivax di Indonesia. ACT yang berupa dihidroartemisinin-
piperakuin (DHP) telah digunakan di seluruh wilayah endemis malaria di Indonesia
di Papua sejak tahun 2008 dan sudah diperluas penggunaan didaerah luar Papua.
Oleh karena itu perlu dilakukan kegiatan monitoring efikasi obat DHP di beberapa
wilayah endemis malaria.
B. Dasar Hukum
2
BAB II
TUJUAN DAN RUANG LINGKUP
A. Tujuan
a. Tujuan umum
b. Tujuan khusus
B. Ruang lingkup
Petunjuk ini mencakup teknis program monitoring efikasi obat anti malaria
dalam upaya deteksi dini terjadinya kegagalan/resistensi obat malaria. Sasaran
utama buku ini ditujukan kepada semua pihak terkait yang bergerak di bidang
pengendalian malaria.
3
BAB III
PERAN DAN TUGAS
Dalam pelaksanaan monitoring dan efikasi ini diperlukan peran dan tugas yang jelas
bagi instansi terkait. Adapun peran dan tugas sebagai berikut :
A. PUSAT
2. Perencanaan anggaran
4
B. B/BTKL-PP wilayah regional
5
4. Melakukan koordinasi kegiatan lapangan monitoring efikasi bersama pusat dan
provinsi.
F. Badan POM
G. PUSKESMAS
a. Dokter Puskesmas
f) Mencatat semua keluhan, gejala dan data klinis subjek bersama dengan
perawat.
6
b. Paramedis / Perawat
b) Mengukur berat badan, suhu, nadi, tekanan darah dan keadaan umum
subjek.
c. Mikroskopis
d. Tenaga Farmasi
7
c) Memastikan subjek minum obat, bila muntah dalam waktu 30 menit
pemberian obat diulang kembali. Jika subjek muntah kembali maka
dikeluarkan dari daftar subjek dan dirujuk ke dokter.
g. Kader / JMD
b) Membantu tim untuk mencari subjek yang tidak datang follow up.
8
h. Dokter Rumah Sakit
9
BAB IV
PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Metode
Kegiatan ini akan dilakukan sebagai Surveilans rutin/pilot project oleh instansi
yang terkait dalam hal ini adalah B/BTKL- PP
Syarat :
e. SDM :
a) Dokter.
c) Perawat / bidan.
10
C. Desain
a. Desain mengikuti kegiatan program (sesuai WHO) besar sample dan kriteria.
Desain mengikuti kegiatan program (sesuai WHO) besar sample dan kriteria.
Besar sampel 49 + 7 = 56 dibulatkan menjadi 55 tiap spesies. Untuk kegiatan
ini jumlah sampel (subyek) dikumpulkan dalam setahun adalah 55 subyek.
Keterangan :
* Jumlah minimal sampel yang dibutuhkan 49 kasus ditambah 15% dari kasus
(7 kasus) untuk mangantisipasi adanya kasus withdrawal.
11
c) Hitung parasit : untuk P. falciparum minimal 2 parasit aseksual setiap
lapang pandang besar (LPB) dengan pemeriksaan 15 LPB, stadium
gametosit tidak dihitung.
e) Tidak ada tanda bahaya atau tanda lain dari malaria berat/komplikasi
(lihat kotak 1 dan kotak 2)
h) Tidak ada riwayat hipersensitif atau alergi terhadap obat yang akan
dievaluasi.
• Kelemahan umum
• Penurunan kesadaran
• Kegagalan Pernapasan
• Kejang berulang
• Kegagalan Sirkulasi
• Udem paru (dilihat dengan Rontgen)
• Pendarahan abnormal
• Badan kuning
• Urine kemerahan (haemoglobinuria)
12
Kotak 3: Pengukuran suhu tubuh atau riwayat panas
c) Gizi buruk
d) Infeksi campuran
Uji tersebut dibatasi hanya pasien dengan demam atau riwayat demam yang
berobat ke puskesmas. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik dan memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi dilakukan pemeriksaan darah mikroskopi. Semua
penderita dengan infeksi tunggal P. falciparum atau P. vivax dengan hitung
parasit yang memenuhi kriteria, ditanyakan kesediaannya untuk kontrol kembali
(follow up/pemantauan) setelah selesai pengobatan.
Data demografi (usia, seks, alamat, suku), hasil pemeriksaan klinis (tanda-
tanda vital, berat badan, suhu aksila, tinggi badan, pemeriksaan fisik lengkap)
dan laboratorium (mikroskopi dan hemoglobin) sebelum diobati dicatat dalam
formulir khusus .
13
Pada saat skrining penderita yang terpilih dan menerima dosis pertama dari
pengobatan mulai hari 0(H0) sampai hari 2 (H2). Setelah itu jadwal untuk
pemeriksaan darah kembali dilakukan pada hari 3 (H3), dan hari 7(H7), kemudian
tiap minggu (H14, H21) sampai hari 28 (H28). Pasien dianjurkan kembali setiap
saat (di luar jadwal yang telah ditentukan) selama kurun waktu pemantauan jika
penyakitnya bertambah berat (ada tanda-tanda bahaya) atau belum sembuh
(panas timbul kembali).
E. Pengobatan utama
Menggunakan obat standar yang digunakan program pada umumnya lini pertama
dalam hal ini adalah DHP untuk pengobatan malaria falciparum tanpa komplikasi
dan malaria vivax, maka dosis obat yang digunakan harus berdasarkan berat
badan (Lampiran 1).
Produsen, dosis yang digunakan, batch number dan waktu kedaluarsa obat
wajib dicatat untuk keperluan pengujian kwalitas obat oleh Badan POM.
F. Pengobatan alternatif
Subyek yang muntah berulang kali setelah minum obat, dirujuk ke rumah sakit
untuk memperoleh pengobatan parenteral sesuai Pedoman Pengobatan Malaria
Indonesia dan tidak diikutkan dalam kegiatan ini. Subyek dengan malaria P.
falciparum atau P. vivax yang gagal pengobatan DHP (sesuai kriteria KPD atau
KPK) pengobatan alternatif diberikan sesuai protokol baku Pedoman Malaria
Indonesia dan harus dicatat di formulir rekam medis. Subyek diberikan kina oral
10 mg/kgBB, 3x sehari selama 7 hari dengan atau tanpa doksisiklin (umur >
8 tahun 2x sehari selama 7 hari, dan dosis tunggal primakuin (0,75 mg/kgBB)
14
untuk malaria P. falciparum atau 14 hari primakuin (0,5 mg/kgBB/hari) untuk
P. vivax. Bayi < 1 tahun tidak boleh diberikan primakuin.
G. Monitoring evaluasi
Laporan kemajuan pertama dilakukan 6 bulan, monitor tiap 6 bulan dan evaluasi
akhir. Supervisi internal dilakukan setiap akhir bulan. Supervisi eksternal tiap 3
bulan. Supervisi bisa dilakukan bergabung baik dari pusat dan dari B/ BTKL-PP
dan Petugas Dinkes setempat.
Jadwal pemantauan
Keterangan :
15
Evaluasi klinis dan pemeriksaan darah dibutuhkan untuk menilai keberhasilan
dan keamanan obat, termasuk reaksi yang merugikan. Pasien harus dimonitor
ketat untuk mengurangi risiko yang merugikan. Data-data yang dikumpulkan
harus dicatat pada formulir pasien yang baku.
a. Penilaian Primer
16
b. Penilaian Sekunder
I. Keamanan :
a. Bila terjadi KTD diobati dan bila berat dilaporkan ke B/BTKL-PP, subdit
malaria dan BPOM pusat.
J. Evaluasi Klinis
K. Genotype Parasit Malaria menggunakan marka DNA MSP1, MSP2 dan glurp
untuk P. falciparum; marka DNA PVCSP, MSP1 dan MSP2.
L. Lost to follow up: Subyek tidak dapat diamati karena tidak melakukan kunjungan
dengan jadwal yang sudah ditentukan dan tidak dapat dilakukan kunjungan
rumah oleh petugas atau tidak dapat ditemukan (dalam 2 kali kunjungan berturut-
turut).
17
M. Withdrawals (WTH)
Withdrawals adalah suatu keadaan dimana uji efikasi tidak dilanjutkan dengan
alasan dari pihak penderita maupun dari pelaksana uji efikasi (contoh; penderita
mengundurkan diri, penderita tidak minum obat secara tuntas atau sesuai jadwal,
penderita muntah-muntah, efek samping yang berat sehingga perlu perawatan,
ditemukan penyakit lain dalam pemantauan, infeksi campuran, minum obat yang
bersifat anti malaria termasuk antibiotik).
N. Manajemen data
a. Data yang tertera pada formulir catatan kasus merupakan data minimal
yang harus dikumpulkan.
c. Setiap sampel diberi label dan hasil laboratorium dilaporkan dan dicatat.
18
BAB VI
PELAPORAN
A. Pencatatan
a. Sumber data
d) Bila ada KTD serius dicatat dalam kartu berobat dan untuk kasus berat
harus segera dilaporkan ke BPOM, B/BTKL-PP dan Subdit malaria.
Analisis data dilakukan dengan 2 cara yaitu analisis ITT (Intention to Treat)
dan per-protokol.
a) Analisis ITT, dimana subyek yang dikeluarkan atau subyek yang tidak
dapat diamati atau diikuti, tidak diikut sertakan dalam analisis.
B. Pelaporan
b. Hasil luaran kegiatan (analisis data) per tahun dianalisis dan dilaporkan ke
Dinkes Provinsi /Kabupaten/Kota dan tembusan ke Subdit Malaria. Pilot
proyek kegiatan dilaporkan per-semester.
19
DAFTAR PUSTAKA
4. WHO, 2003 Geneva. Assessment and monitoring of antimalarial drug efficacy for
ther treatment of uncomplicated falciparum malaria.
20
DAFTAR SINGKATAN
With Drawal : Withdrawal adalah suatu keadaan dimana uji efikasi tidak
dilanjutkan dengan alasan dari pihak penderita maupun
dari pelaksana uji efikasi (contoh; penderita mengundurkan
diri, penderita tidak minum obat secara tuntas atau sesuai
jadwal, penderita muntah-muntah, efek samping yang berat
sehingga perlu perawatan, ditemukan penyakit lain dalam
pemantauan, infeksi campuran, minum obat yang bersifat
anti malaria termasuk antibiotik).
21
TIM PENYUSUN
Pelindung :
Direktur Jenderal P2P
dr. H.M. Subuh, MPPM
Penasehat :
Direktur P2PVTZ
drg. Vensya Sitohang, M.Epid
Penanggung Jawab :
dr. Elvieda Sariwati, M.Epid
Kontributor :
dr. Elvieda Sariwati, M.Epid
dr. Iriani Samad, MSc
Dewa Made Angga, SKM, MScPH
dr. Marti Kusumaningsih, M.Kes
dr. Pranti Sri Mulyani, MSc
dr. Minerva Theodora, MKM
dr. Worowiyat, MKM
dr. Bangkit Hutajulu, MScPH
22
dr. Aneke Kapoh
Nurasni, SKM
Dedy Supriyanto, S.Si
Yety Intarti, SKM, M.Kes
Hanifah Rogayah, SKM, MPH
Sri Budi Fajariani, SKM
Riskha Tiara Puspadewi, SKM
Prof. dr. Inge Sutanto, MPHIL
Prof. dr. Emiliana Tjitra, MPH
Dr. dr. Astrid Sulistomo, MPH, SpOk
Prof. dr. Din Safrudin
Dr. Puji Budi Setia Asih
dr. Dewi Novianti, MSc
dr. Dona Arlinda
Zainal Ilyas Nampira, SKM, M.Kes
dr. Endah Kusumawardani, M.Epid
Dr. Andiyatu, SKM, MSi
Dr. Sukmawati Basuki, dr., M.Sc
dr. Ferdinand J. Laihad, MPHM
dr. Maria Endang Sumiwi, MPH
23
Algoritme Pengobatan Penderita Malaria
24
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
Subyek yang muntah 2 kali dan menunjukkan tanda malaria berat dirujuk ke Rumah
Sakit S untuk diberi pengobatan parenteral sesuai Pedoman Pengobatan Malaria
Indonesia.
Pada kasus malaria P. falciparum / lainnya bila gagal pengobatan DHP baik kegagalan
pengobatan dini atau kasep pengobatan alternatif diberikan sesuai protokol baku
Pedoman Pengobatan Malaria dan dicatat dalam formulir kartu berobat malaria.
Subyek diberikan kina oral 10 mg/kg BB, 3x/hari selama 7 hari dengan atau tanpa
doksisiklin (umur >8 thn) 2x/hari selama 7 hari, dan dosis tunggal primakuin 0,25 mg/
kgBB untuk malaria P. falciparum atau 14 hari primakuin 0,25 mg/kgBB/hari untuk
malaria P. vivax pada H2.
25
LAMPIRAN 2
Parasitemia pada hari 2 lebih dari hari 0 terlepas dari suhu aksila
Tanda bahaya atau malaria berat yang ditandai munculnya parasitemia antara hari 4
dan hari 28 pada pasien yang tidak ditemukan salah satu kriteria KPD;
Munculnya parasitemia antara hari 4 dan hari 28 dengan suhu aksila ≥37,5°C (atau
riwayat panas) pada pasien yang tidak ditemukan salah satu kriteria KPD.
Hilangnya parasit pada hari 28 terlepas dari suhu aksila dan pasien tidak ditemukan
salah satu kriteria dari KPD atau KPK atau KKK.
26
LAMPIRAN 3
Kegiatan ini bertujuan untuk menilai kemanjuran dan keamanan obat DHP pada
dewasa dan anak-anak yang sakit malaria tanpa komplikasi. Hasil dari studi ini akan
membantu menunjukkan bahwa DHP aman dan efektif dalam pengobatan malaria
di…….
Manfaat kegiatan monitoring obat DHP yang diberikan menunjukkan efektifitas untuk
pengobatan malaria. Penyakit malaria saudara akan diobati tuntas bila saudara
mengikuti pemantauan ini.
Nama penderita/wali:
27
Lampiran 4 4
LAMPIRAN
Jadwal Pemantauan
JADWAL PEMANTAUAN
Tanggal
Pemeriksaan X X X X X X X X (X)
klinis
Suhu aksila X X X X X X X X (X)
Pengobatan ACT X X X
(DHP)
Pengobatan (X) (X) (X) (X) (X) (X) (X) (X) (X)
resque/lini 2
Keterangan :
X : Kegiatan yang harus dilakukan
(X) : Kegiatan dilakukan bila diperlukan
Evaluasi klinis dan pemeriksaan darah dibutuhkan untuk menilai keberhasilan dan
keamanan obat , termasuk reaksi yang merugikan. Pasien harus dimonitor ketat untuk
mengurangi resiko yang merugikan.
28
LAMPIRAN
LAMPIRAN 5 5
Data Demografis
Tanggal Lahir (tgl-bln-thn): atau perkiraan usia (bln/thn):
Tinggi (cm): Berat (kg): Jenis kelamin: laki-laki Perempuan
Jika perempuan apakah sedang hamil? Ya tidak tidak pasti (jika ya, pasien tidak diikut
sertakan)
Jika hamil, sertakan tanggal menstruasi terakhir (tgl-bln-thn):
Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi meliputi :
1. Usia > 1 tahun.
2. Infeksi tunggal P. falciparum atau P. vivax berdasarkan pemeriksaan mikroskopik.
3. Hitung parasit : untuk P. falciparum minimal 2 parasit aseksual setiap lapang pandang
besar (LPB) dengan pemeriksaan 15 LPB, stadium gametosit tidak dihitung.
4. Untuk P. vivax minimal 1 parasit aseksual setiap lapang pandang besar (LPB) dengan
pemeriksaan 10 LPB stadium gametosit tetap dihitung.
5. Tidak ada tanda bahaya atau tanda lain dari malaria berat/komplikasi (lihat kotak 1 dan
kotak 2)
6. Riwayat panas atau demam dalam 24 jam terakhir untuk P. falciparum atau 48 jam
terakhir untuk P. vivax, suhu aksila ≥ 37,5º C (lihat kotak 3).
7. Surat keterangan bersedia datang ke pusat pelayanan kesehatan untuk pemantauan
pengobatan dalam kurun waktu 28 hari.
8. Tidak ada riwayat hipersensitif atau alergi terhadap obat yang akan dievaluasi.
29
Apakah pasien memenuhi semua kriteria? Ya tidak (jika tidak, pasien tidak memenuhi
syarat)
Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi meliputi
a. Anak dibawah 1 tahun, Ibu hamil dan menyusui
b. Penderita penyakit kronis misalnya penyakit jantung, ginjal, hati, HIV/AIDS
c. Gizi buruk
d. Infeksi campuran
e. Kondisi panas yang disebabkan penyakit lain; pneumonia, Otitis Media Akut (OMA),
demam berdarah, tifus.
f. Kontraindikasi berhubungan dengan penggunaan obat anti malaria, riwayat alergi.
Apakah pasien memenuhi kriteria eksklusi? Ya tidak (jika ya pasien tidak memenuhi syarat)
Pemeriksaan Fisik
Riwayat demam dalam 24 jam sebelumnya? Ya tidak
Suhu : ̊C (aksila)
Hemoglobin : g/dl
Apusan darah tipis dan tebal untuk perkiraan perhitungan parasite P. falsiparum/P. vivax
30
LAMPIRAN 6
FOLLOW-UP Hari ke 0
Nama Puskesmas :
Kecamatan Nomor regristrasi
Kabupaten Nomor identitas pasien
Provinsi Tanggal kunjungan (tgl-bln-thn)
Data Demografis
Tanggal Lahir (tgl-bln-thn): atau perkiraan usia (bln/thn):
Tinggi(cm): Berat (kg): Jenis kelamin: laki-laki Perempuan
Jika perempuan apakah sedang hamil? Ya tidak tidak pasti (jika ya, pasien tidak diikut
sertakan)
Jika hamil, sertakan tanggal menstruasi terakhir (tgl-bln-thn):
Semua riwayat pengobatan, termasuk pengobatan herbal, obat homeopati, yang diambil dalam 14
hari sebelumnya, harus dilaporkan di bagian ini,
Apakah sebelumnya pasien sudah pernah mengkomsumsi obat malaria? Ya tidak . jika ya
Jelaskan dibawah ini
Nama obat Tanggal Berlanjut? Total dosis Cara Indikasi
(generik) Ya = X harian pemberian penggunaan
Mulai:
Stop:
31
Catatan Kasus Follow-Up H0
Pengobatan
Nama obat Waktu minum Jumlah tablet Apakah pasien Waktu muntah
obat (jam,menit) muntah? (jam, menit)
Ya tidak
Ya tidak
Nama pengobatan lain
Ya tidak
Ya tidak
32
LAMPIRAN 7
FORMULIR KASUS
FORMULIR KASUS
FOLLOW-UP Hari ke 1
No register
Nama Penderita
Waktu datang berobat
Status Klinis
Adakah tanda-tanda bahaya umum/ malaria komplikasi ? ya tidak
Jika ya tunjukkan Apusan darah tebal
Suhu aksila :………..̊C
Apusan darah tebal untuk hitung parasite P. falsiparum
Jumlah rata-rata parasite asexual P. falsiparum………./µl
Apakah ada gametosit P. falsiparum/P. vivax ? ya tidak
Apakah ada spesies lain? Ya tidak
Bila ada apakah P.v, Pm, Po
KTD (Kejadian Tidak Diinginkan)
Adakah ditemukan KTD? Ya tidak
Jika ya nama kejadian:
Apakah KTD ini serius? Bila ya segera rujuk dan informasikan ke team pusat
Tatalaksana kasus
Nama obat Waktu pemberian Jumlah tablet Apakah subyek Waktu muntah
obat (jam, menit) muntah? (jam……menit)
Ya tidak
Nama obat lain yang diberikan
33
LAMPIRAN 8
FOLLOW-UP Hari ke 2
No register
Nama Penderita
Waktu datang berobat
Status Klinis
Adanya tanda-tanda bahaya umum/ malaria komplikasi ? ya tidak
Jika ya ambil sediaan darah tebal
Suhu aksila :………..̊C
SD tebal untuk hitung parasite P. falsiparum
Rata-rata parasite asexual P. falsiparum………./µl
Munculnya gametosit P.f ? ya tidak
Apakah ada spesies lain? Ya tidak
Bila ada apakah P.v Pm Po
KTD (Kejadian Tidak Diinginkan)
Adakah ditemukan KTD? Ya tidak
Jika ya gejala/keluhan KTD apa ?
Apakah KTD ini serius? Bila ya segera rujuk dan lapor ke……….
Tatalaksana kasus
Nama obat Jumlah tablet Apakah subyek Waktu muntah
muntah? (jam……menit)
Ya tidak
Nama obat lain yang diberikan
34
LAMPIRAN 9
FOLLOW-UP Hari ke 3
No register
Nama Penderita
Waktu datang berobat
Status Klinis
Adanya tanda-tanda bahaya umum/ malaria komplikasi ? ya tidak
Jika ya ambil sediaan darah tebal
Suhu aksila :………..̊C
SD tebal untuk hitung parasite P.falsiparum
Rata-rata parasite asexual P. falsiparum………./µl
Munculnya gametosit P.f ? ya tidak
Apakah ada spesies lain? Ya tidak
Bila ada apakah P.v Pm Po
KTD (Kejadian Tidak Diinginkan)
Adakah ditemukan KTD? Ya tidak
Jika ya gejala/keluhan KTD apa ?
Apakah KTD ini serius? Bila ya segera rujuk dan lapor ke……….
Tatalaksana kasus
Nama obat Jumlah tablet Apakah subyek Waktu muntah
muntah? (jam……menit)
Ya tidak
Nama obat lain yang diberikan
35
LAMPIRAN 10
FOLLOW-UP Hari ke 7
No register
Nama Penderita
Waktu datang berobat
Status Klinis
Adanya tanda-tanda bahaya umum/ malaria komplikasi ? ya tidak
Jika ya ambil sediaan darah tebal
Suhu aksila :………..̊C
SD tebal untuk hitung parasite P. falsiparum
Rata-rata parasite asexual P. falsiparum………./µl
Munculnya gametosit P.f ? ya tidak
Apakah ada spesies lain? Ya tidak
Bila ada apakah P.v Pm Po
Apakah sampel darah untuk PCR dikumpulkan? Ya tidak
KTD (Kejadian Tidak Diinginkan)
Adakah ditemukan KTD? Ya tidak
Jika ya gejala/keluhan KTD apa ?
Apakah KTD ini serius? Bila ya segera rujuk dan lapor ke……….
Tatalaksana kasus
Nama obat Jumlah tablet Apakah subyek Waktu muntah
muntah? (jam……menit)
Ya tidak
Nama obat lain yang diberikan
36
LAMPIRAN 11
FOLLOW-UP Hari ke 14
No register
Nama Penderita
Waktu datang berobat
Status Klinis
Adanya tanda-tanda bahaya umum/ malaria komplikasi ? ya tidak
Jika ya ambil sediaan darah tebal
Suhu aksila :………..̊C
SD tebal untuk hitung parasite P. falsiparum
Rata-rata parasite asexual P. falsiparum………./µl
Munculnya gametosit P.f ? ya tidak
Apakah ada spesies lain? Ya tidak
Bila ada apakah P.v Pm Po
Apakah sampel darah untuk PCR dikumpulkan? Ya tidak
KTD (Kejadian Tidak Diinginkan)
Adakah ditemukan KTD? Ya tidak
Jika ya gejala/keluhan KTD apa ?
Apakah KTD ini serius? Bila ya segera rujuk dan lapor ke……….
Tatalaksana kasus
Nama obat Jumlah tablet Apakah subyek Waktu muntah
muntah? (jam……menit)
Ya tidak
Nama obat lain yang diberikan
37
LAMPIRAN 12
LAMPIRAN 12
Kegiatan BULAN
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Persiapan X
(perijinan,
penentuan
sentinel site,
team, logistic
dll)
Pencarian X X X X X X X X X X X X
penderita
malaria
(Skrening ,
PCD,
pemantauan)
Supervisi X X X
internal tiap
3 bulan
bersama
B/BTKL
Supervisi X X
eksternal per
semester
bersama
Pusat,Dinkes
Prov,Kab.
Collect , X X
analisa data,
pelaporan
akhir.
38
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
i
ii
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
Tujuan :
Menjelaskan cara kerja pengambilan sampel darah yang akan digunakan untuk
pemeriksaan malaria
Lingkup :
SPO ini dibuat untuk : Koordinator kegiatan dan Laboratorium, tenaga lapangan,
asisten/teknisi laboratorium, perawat petugas medis, petugas data, dan manajer data.
Cara Kerja :
Alat dan Bahan : Sarung tangan, kapas alkohol 70%, kapas bersih kering, alat
tusuk jari (lancet)/BD lancet, pena jarum (autoclick), kaca objek, kertas saring, cuvet
(cuvette), tabung EDTA 500µl dan label.
Cara kerja :
• Beri label pada kaca objek/kertas saring/micro cuvet/tabung EDTA 500µl sesuai
dengan keperluan pemeriksaan
• Pakailah sarung tangan dengan ukuran yang sesuai
• Persiapkan alat tusuk jari yang akan digunakan :
o BD Lancet
1. Putar dan buka penutup alat tusuk pada bagian bawah
2. Alat tusuk jari siap untuk digunakan
1
o Lancet biasa
1. Putar dan buka bagian bawah pena jarum
2. Masukkan pangkal alat tusuk jari ke dalam pena jarum
3. Putar dan buka penutup alat tusuk jari
4. Tutup kembali pena jarum
5. Atur tingkat kedalaman perlukaan tusukan dengan memutarnya
6. Alat tusuk siap digunakan
• Bersihkan ujung jari partisipan yang akan diperiksa dengan kapas alkohol 70%
dan tunggu sampai alkohol pada kulit mengering
• Tekan dan pegang di bagian pangkal ruas ujung jari yang akan diambil darah
• Posisikan alat tusuk tegak lurus dengan permukaan kulit jari yang akan ditusuk
• Tusuk kemudian usap satu kali dengan kapas bersih yang kering
• Pencet dan pijat ruas ujung jari perlahan-lahan dari pangkal ke ujung jari, lakukan
berulang sehingga darah keluar dari bekas perlukaan/tusukan
• Tetes dan masukkan sampel darah sesuai dengan keperluan pemeriksaan :
o Pemeriksaan Mikroskopis (mengacu pada SOP-02)
o Pemeriksaan PCR
o Pemeriksaan Hemoglobin
• Tutup bekas perlukaan di jari partisipan dengan kapas kering yang bersih
• Minta kepada partisipan/orangtua untuk menekan kapas dengan jari, sampai
perdarahan berhenti
• Buanglah benda tajam terkontaminasi darah pada kotak sampah medis
• Sampah medis lainnya dimasukkan ke dalam plastik sampah medis
2
ikatan simpul terbuka dan arahnya ke atas). Pembendungan tidak boleh terlalu
lama (maks. 2 menit, terbaik 1 menit).
• Ambil spuit/syringe dengan ukuran sesuai jumlah darah yang akan diambil, cek
jarum dan karetnya.
• Pegang spuit/syringe dengan tangan kanan, kencangkan jarumnya dan dorong
penghisap sampai ke ujung depan.
• Fiksasi pembuluh darah yang akan ditusuk dengan ibu jari tangan kiri.
• Tusukkan jarum dengan sisi menghadap ke atas membentuk sudut 15-30°
sampai ujung jarum masuk ke dalam vena dan terlihat darah dari pangkal jarum.
• Fiksasi spuit dengan tangan kiri dengan membentuk sudut.
• Penghisap spuit ditarik pelan-pelan sampai didapatkan volume darah yang
didinginkan.
• Kepalan tangan dibuka, lepaskan bendungan/tourniquet.
• Letakkan kapas alkohol 70% di atas jarum, cabut jarum dengan menekan kapas
menggunakan tangan kanan pada bekas tusukan selama beberapa menit untuk
mencegah perdarahan, plester, tekan dengan telunjuk dan ibu jari penderita
selama ± 5 menit.
• Lepaskan jarum, alirkan darah dalam tabung EDTA melalui dindingnya supaya
tidak terjadi hemolisa.
• Kocok botol beberapa menit agar antikoagulan tercampur dengan darah dan
tidak terjadi pembekuan.
Daftar Acuan :
• Direktorat Jenderal P2P, Petunjuk Teknis Pemeriksaan Mikroskopis Malaria,
Kemenkes, 2016
3
Standar Prosedur Operasional
Tujuan :
Untuk mendapatkan sediaan darah malaria yang baik dan benar, sehingga
mempermudah untuk mendiagnosis dan dapat memperkecil kesalahan dalam
mengidentifikasi baik positif, negatif dan jenis spesiesnya
Lingkup :
SPO ini dibuat untuk : Koordinator kegiatan dan Laboratorium, tenaga lapangan,
asisten/teknisi laboratorium, perawat petugas medis, petugas data, dan manajer data
Prosedur
Alat dan Bahan : Sarung tangan, kapas kering, kaca objek dan label.
Cara kerja :
• Beri label pada kaca objek yang akan digunakan
• Pakailah sarung tangan dengan ukuran yang sesuai
• Proses pengambilan darah mengacu pada SPO-01 (Pengambilan Sampel Darah
Tepi)
• Ambilah kaca objek dan teteskan darah pada kaca objek dekat label 6-8 µl, dan
2-3 µl di tengah-tengah dari permukaan kaca objek yang jernih
• Tutup dengan kapas kering, bekas tusukan di ujung jari partisipan
• Gunakan kaca objek lain yang bersih sebagai pendorong untuk membuat
sediaan darah tipis
4
• Pegang kaca objek yang ada spesimen dengan tangan kiri di bagian label dan
kaca objek bersih dengan posisi 45o, taruh di ujung kaca objek bersih di depan
spesimen 2-3 µl, tarik ke belakang sehingga menyentuh darah dan darah akan
melebar dan sebelum darah sampai di pingir permukaan kaca objek dorong
kedepan dengan waktu yang tepat, sehingga akan terbentuk seperti lidah
Daftar Acuan :
1. Direktorat Jenderal P2P, Petunjuk Teknis Pemeriksaan Mikroskopis Malaria,
Kemenkes, 2016
2. World Health Organization, Basic Malaria Microscopy Part I. Learner’s Guide
Second Edition, 2009
5
Standar Prosedur Operasional
Tujuan :
Untuk mendapatkan gambaran sediaan darah sehingga kita bisa membedakan
komponen darah dan benda yang lainnya terutama parasit malaria. Untuk
mengidentifikasi jenis spesies malaria dan stadiumnya.
Lingkup :
SPO ini dibuat untuk : Koordinator kegiatan dan Laboratorium, tenaga lapangan,
asisten/teknisi laboratorium, perawat petugas medis, petugas data, dan manajer data
Prosedur
Alat dan Bahan : Giemsa stok, larutan buffer pH 7.2, methanol, rak pewarnaan,
beaker glass, gelas ukur, timer dan pipet tetes
6
Cara membuat campuran Giemsa 3% :
• Ambil 3 ml Giemsa stok.
• Tambahkan 97 ml larutan bufferpH 7.2 dan campur dengan sempurna.
• Pengenceran ini siap digunakan untuk pewarnaan selama 45-60 menit.
Daftar Acuan :
1. Direktorat Jenderal P2P, Petunjuk Teknis Pemeriksaan Mikroskopis Malaria,
Kemenkes, 2016
2. World Health Organization, Basic Malaria Microscopy Part I. Learner’s Guide
Second Edition, 2009
7
Standar Prosedur Operasional, Indonesia
Tujuan :
Untuk mengetahui apakah pada sediaan darah tersebut terdapat parasit malaria
dan mengidentifikasi stadium, spesies, dan kepadatannya
Lingkup :
SPO ini dibuat untuk : Koordinator kegiatan dan Laboratorium, tenaga lapangan,
asisten/ teknisi laboratorium, perawat petugas medis, petugas data, dan manajer data
Prosedur
Alat dan Bahan : Mikroskop binokuler, Alat hitung ganda (Multi tally Counter),
minyak imersi, kertas tisu dan alat tulis.
Cara kerja :
Jenis sampel : Sampel darah dengan pewarnaan Giemsa
8
Hitung jumlah parasit pada sediaan darah tebal :
• Ketika menemukan parasit malaria maka mulai dihitung parasit malaria dengan
pembanding lekosit.
• Gunakan multi tally counter untuk menghitung parasit malaria.
• Pisahkan nilai antara aseksual dan seksual.
• Hitung parasit malaria sampai jumlah lekosit mencapai 500.
• Jika jumlah parasit malaria sangat tinggi, perhitungan di lakukan pada apusan
darah tipis.
• Catat hasil nilainya baik spesiesnya maupun stadiumnya.
Catatan :
Rumus untuk menentukan nilai per µl
• Untuk darah tebal nilai rata-rata 8.000 lekosit/ µl
Jumlah parasit x 8.000 = xx parasit per µl
Jumlah lekosit
Daftar Acuan :
1. Direktorat Jenderal P2P, Petunjuk Teknis Pemeriksaan Mikroskopis Malaria,
Kemenkes, 2016.
2. World Health Organization, Basic Malaria Microscopy Part I. Learner’s Guide
Second Edition, 2009
9
Standar Prosedur Operasional
Tujuan :
Untuk menyiapkan mikroskop supaya selalu dalam keadaan yang baik dan siap
pakai
Lingkup :
SPO ini dibuat untuk : Koordinator kegiatan dan Laboratorium, tenaga lapangan,
asisten/teknisi laboratorium, perawat petugas medis, petugas data, dan manajer data
Prosedur :
Alat dan Bahan : Kotak mikroskop, lampu halogen
Penggunaan mikroskop
• Pastikan tegangan listrik sesuai dengan spesifikasi mikroskop
• Bersihkan lensa dengan kertas lensa sebelum dan sesudah digunakan
• Gunakan minyak imersi bila menggunakan objektif 100x
• Bila lensa objektif dilepaskan, hindari tempat lensa dalam keadaan terbuka
(gunakan tutup tempat lensa)
10
Penyimpanan mikroskop
• Bila mikroskop tidak digunakan simpan di tempat yang aman
• Masukan di kotak atau lemari yang diberi lampu 5 watt untuk menjaga kelembaban
• Tutup mikroskop dengan penutupnya
• Usahakan mikroskop dalam keadaan tertutup/tidak ada lubang terbuka terutama
bagian lensa okuler dan objektif.
Penggantian Lampu
• Ganti lampu mikroskop dengan lampu baru yang memiliki spesifikasi yang sama
• Ketika mengganti lampu gunakan tisu sebagai alas untuk menghindari noda
dipermukaan lampu
• Ketika akan memindahkan mikroskop usahakan lampu sudah mati
11
Standar Prosedur Operasional
Tujuan :
Untuk mendapatkan kaca objek yang bersih dan siap digunakan sehingga akan
mempermudah petugas laboratorium dalam memeriksa sediaan darah.
Lingkup :
SPO ini dibuat untuk : Koordinator kegiatan dan Laboratorium, tenaga lapangan,
asisten/teknisi laboratorium, perawat petugas medis, petugas data, dan manajer data
Prosedur
Alat dan Bahan : Kaca objek, detergen, baskom atau ember, kertas tisu, hot plate,
kotak kaca objek
Cara kerja :
• Baskom atau ember diisi 3 liter air
• Tambah detergen ke dalam 10 ml air bersih dan campur dengan sempurna.
• Buka kaca objek dari kotak pembungkus dan masukan ke ember yang sudah
terisi larutan detergen, rendam selama 2 - 3 jam.
• Bilas kaca objek dengan air bersih sampai air sabunnya bersih.
• Nyalakan Hot Plate dengan suhu 50oC.
• Kaca objek dibersihkan dan dikeringkan satu persatu dengan tisu.
• Keringkan kaca objek diatas Hot Plate selama 1 - 2 menit.
• Simpan kaca objek di dalam kotak kaca objek yang bersih.
• Simpan kotak kaca objek tersebut di tempat yang bersih dan kering.
• Kaca objek siap untuk digunakan.
Daftar Acuan :
1. Direktorat Jenderal P2P, Petunjuk Teknis Pemeriksaan Mikroskopis Malaria,
Kemenkes, 2016.
2. World Health Organization, Basic Malaria Microscopy Part I. Learner’s Guide
Second Edition, 2009
12
Standar Prosedur Operasional
Tujuan :
Untuk menjelaskan proses pembuatan blood blot untuk pemeriksaan PCR
Lingkup :
SPO ini dibuat untuk : Koordinator kegiatan dan Laboratorium, tenaga lapangan,
asisten/teknisi laboratorium, perawat petugas medis, petugas data, dan manajer data
Prosedur
Alat dan Bahan : Kertas saring Whatman, Sarung tangan, label, paku pin, papan
gabus (Styrofoam), plastik klip (ukuran 7x10 cm)
Cara kerja:
• Beri label pada kertas saring yang akan digunakan
• Pakailah sarung tangan dengan ukuran yang sesuai
• Proses pengambilan darah mengikuti prosedur SOP-01 (Proses pengambilan
sampel darah Tepi)
• Teteskan darah ke atas kertas saring sebanyak 2 sampai 3 titik, setiap titik 20 µl
• Keringkan kertas saring dengan cara menempelkan kertas saring pada papan
gabus
• dengan paku pin sampai kering sempurna
• Kertas saring dimasukkan ke dalam plastik klip masing-masing satu setiap plastik
klip
• dan pastikan plastik klip tertutup rapat
• Simpan kertas saring di tempat yang kering dan aman
13
Standar Prosedur Operasional
Tujuan :
Untuk mendapatkan sampel yang baik dan benar sehingga mendapatkan hasil yang
berkualitas dan valid serta menjelaskan proses pengiriman sampel untuk proses
selanjutnya
Lingkup :
SPO ini dibuat untuk : Koordinator Kegiatan, Kepala Laboratorium, Petugas Data
Prosedur :
• Sampel darah di Tabung EDTA 500 µl dimasukan ke media transport (ice pack)
• Sampel disarankan tidak melebihi 8 jam perjalanan, dari tempat asal sampai
tujuan
• Lampirkan daftar sampel yang dikirim sebagai bukti pengiriman dan di tanda
tangani oleh petugas Lab yang menerima.
Sampel slide :
• Sampel kaca objek yang tersimpan dalam kotak kaca objek diberi label ID sampel
• Sebelum kotak kaca objek ditutup, beri 2-3 lembar tissu di atas kaca objek agar
tidak goyah dan pecah selama perjalanan
• Segel kotak kaca objek dengan lakban agar tidak mudah terbuka
14
• Beri alas atau pengganjal pada masing-masing slide saat digabung menjadi satu
dalam kardus agar kotak kaca objek tidak bergoyang
• Lampirkan List sampel yang dikirim sebagai bukti pengiriman dan di tanda
tangani oleh petugas Lab yang manerima
15
Standar Prosedur Operasional
Tujuan :
Untuk menjelaskan langkah dan proses skrining partisipan
Lingkup :
SPO ini dibuat untuk Koordinator kegiatan, Kepala Laboratorium, Tenaga lapangan,
asisten/tehnisi Laboratorium, Perawat, Dokter, Petugas Data
Prosedur :
a. Setiap pasien usia 1-65 tahun yang datang ke klinik dengan gejala demam akan
diskrining.
b. Pemeriksaan apusan darah dilakukan untuk mendeteksi malaria. Pasien dengan
hasil malaria positif (+) akan diminta untuk mengikuti pemeriksaan skrining lebih
lanjut
c. Petugas menanyakan ulang usia pasien dan memastikan usianya 1-65 tahun
dengan cara meminta kartu identitas.
d. Pasien ditimbang dengan menggunakan timbangan digital
e. Jika memenuhi usia 1-65 tahun dan kriteria inklusi lain maka diminta persetujuan
untuk pengambilan darah tepi dan pemeriksaan PCR, Hb
f. Pemeriksaan Hb dilakukan di tempat
g. Sampel darah diserahkan kepada petugas laboratorium untuk diperiksa sediaan
apus darah tepi sedangkan sampel blood blot untuk PCR disimpan untuk
kemudian dikirim ke laboratorium pusat di Jakarta skrining
h. Hasil pemeriksaan langsung dicatat ke dalam Formulir tersendiri
i. Petugas mengisi Formulir berdasarkan hasil di dokumen sumber
j. Pasien yang memenuhi semua kriteria inklusi kemudian diminta persetujuan
pemantauan paska pengobatan
k. Apabila lembar Persetujuan sudah ditanda tangani/dicap jari maka anak diberikan
nomor partisipan.
l. Proses diatas diulang sampai tercapai batas jumlah pasien yang direkrut.
16
Standar Prosedur Operasional
Tujuan :
Mendokumentasikan hasil pemeriksaan sampel darah sebagai dasar sumber data
Lingkup :
SPO ini untuk : Koordinator Kegiatan, Kepala Laboratorium, Tenaga lapangan,
asisten/tehnisi Laboratorium, Perawat, Dokter, Petugas Data dan Manager Data.
Cara Kerja :
• Catat hasil pemeriksaan sampel darah dalam Formulir terlampir (Program) yang
sudah disediakan sebagai dokumen sumber.
• Laporkan kepada dokter/ penanggung jawab apabila ditemukan hasil yang tidak
normal.
• Lakukan pemeriksaan ulang apabila diperlukan.
• Serahkan semua Formulir ke petugas data.
17
Standar Prosedur Operasional
Tujuan :
1. Menjelaskan prosedur pengisian formulir dari dokumen sumber.
2. Menjelaskan siapa petugas yang bertanggunjawab atas penyalinan, pengisian,
kelengkapan, dan keakuratan isi formulir
Lingkup :
SPO ini dibuat untuk petugas lapangan, asisten/tehnisi Laboratorium, Perawat,
Petugas Medis, Petugas Data dan Manager Data.
Prosedur :
• Dalam pengisian formulir harus menggunakan huruf balok dengan tinta hitam
• Kelengkapan dokumen sumber diteliti terlebih dahulu sebelum menyalin isian ke
dalam formulir.
• Formulir harus sudah terisi dalam kurun waktu 3x24 jam setelah pemeriksaan
dilakukan.
• Bila terjadi ketidakakuratan pengisian data maka diperbaiki dengan cara mencoret
data yang salah dan menuliskan data yang benar dibubuhi inisial petugas dan
tanggal koreksi.
• Petugas lapangan akan mengumpulkan formulir dan menyerahkannya ke
penanggungjawab lapangan
• Penanggungjawab lapangan akan memeriksa kelengkapan formulir, formulir
yang belum lengkap di kembalikan ke petugas lapangan
18
Standar Prosedur Operasional
Tujuan :
Memberikan acuan kepada petugas data dalam melakukan pengisian data.
Lingkup :
SPO ini dibuat untuk petugas lapangan, asisten/tehnisi Laboratorium, Perawat ,
Petugas Medis, Petugas Data dan Manager Data
Prosedur :
Data yang sudah diisikan ke database akan di back-up secara otomatis setiap hari
ke B/BTKL-PP wilayah.
19
Standar Prosedur Operasional
Tujuan :
Menjelaskan proses pemberian pengobatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan.
Lingkup :
SPO ini dibuat untuk koordinator kegiatan, dokter, perawat, petugas data.
Prosedur :
Pemberian Dihydroartemisinin-Piperaquine (DHP)
• DHP diberikan kepada semua partisipan
• Dilakukan pada hari ke-nol sampai hari kedua (H0-H2)
• Obat akan diberikan berdasarkan berat badan
• Dihidroartemisinin (DHA) dengan dosis 2 mg/kg bb/hari selama 3 hari dan
Piperakuin (PP) dengan dosis 18mg/kgbb/hari selama 3 hari
20
Pemberian Primakuin (PQ) bagi partisipan falsiparum dan malaria
• PQ diberikan untuk partisipan yang menderita falsiparum malaria pada H2,
• PQ untuk partisipan yang menderita vivax malaria hanya diberikan selama 14
hari mulai H2 berdasarkan berat badan, dengan dosis 0,25 mg/kgbb/hari selama
14 hari
Pemberian Obat
Kegagalan Obat
21
2. Apabila terjadi kegagalan obat pada pasien falciparum malaria, pengobatan
lini kedua diberikan sesuai dengan Pedoman Penatalaksaan Kasus Malaria di
Indonesia dari Kemenkes RI, yaitu dengan Kina + Doksisiklin atau Tetrasiklin +
Primakuin.
3. Apabila terjadi kegagalan obat pada pasien vivax malaria, pengobatan lini kedua
diberikan sesuai dengan Pedoman Penatalaksaan Kasus Malaria di Indonesia
dari Kemenkes RI, yaitu dengan Kina + Primakuin. Primakuin diberikan sesuai
dengan tabel dosis di atas.
22
Standar Prosedur Operasional
Tujuan :
Menjelaskan prosedur follow up partisipan
Lingkup :
SPO ini dibuat untuk Koordinator kegiatan, tenaga lapangan, asisten/tehnisi
Laboratorium, Perawat, Petugas Medis, Petugas Data dan Manager Data.
Prosedur :
• Penderita diwajibkan melakukan control/kunjungan follow up ke puskesmas
pada Hari 0, Hari 3, Hari 7, Hari 14, Hari 21 dan Hari 28
• Pada setiap kunjungan dilakukan anamnesis serta pemeriksaan fisik untuk
mengenali apakah ada tanda dan gejala malaria serta efek samping dari
penggunaan obat anti malaria.
• Formulir laporan kasus diisi sesuai hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik
• Dilakukan pengambilan sampel darah dari ujung jari pada setiap kunjungan
kecuali Hari 1, kemudian langsung dilakukan pembuatan sediaan apus darah
tepi dan blood blot untuk dilakukan pembacaan segera mungkin
• Hasil pemeriksaan sediaan apus darah tepi dicatat di dokumen sumber hasil
pemeriksaan mikroskopis, kemudian dituliskan ke dalam Formulir Laporan Kasus
• Pada kunjungan Hari 7 dilakukan pengambilan darah untuk pemeriksaan
konsentrasi piperaquine dalam darah
• Apabila partisipan tidak datang pada kunjungan terjadwal dan 2 hari setelah
kunjungan terjadwal tersebut maka dilakukan follow up aktif berupa kunjungan
ke rumah partisipan
• Apabila partisipan tidak datang pada kunjungan terjadwal dan tidak bisa ditemui
pada follow up aktif, namun datang pada kunjungan terjadwal berikutnya maka
partisipan dinyatakan miss pada 1 kunjungan terjadwal tersebut
• Apabila partisipan tidak datang pada 2 kali kunjungan terjadwal dan tidak dapat
ditemui pada saat kunjungan follow up aktif maka partisipan dinyatakan lost to
follow up.
23
UNTUK KETERANGAN LEBIH LANJUT
DAPAT MENGHUBUNGI SUBDIT MALARIA
TELP. (021) 4207009 ATAU (021) 42871369
ATAU EMAIL : subditmalaria_kemenkes@yahoo.co.id
24