Anda di halaman 1dari 3

KASUS 1 RHINITIS ALERGI dose jgn 3x

Indri seorang anak perempuan (18thun) yang sedang menempuh Cimetidin dan antasida jgn dicampur krn dpt mngurngi pnyrpn cimetidin
ujian UN untuk SMU menderita bersin bersin dan pilek karena Salbutamol dibuat dlm bntuk inhalasi agar tdk ada ES : mual
perubahan cuaca.Dia pergi kedokter THT kemudian diberi resep: muntah, tpi karena pasiennya adalah lansia (komplience pasiennya kurang) sehingga KIE perlu
Telfast OD No. Vll s3dd1 dilakukan kpd keluarga, dan Cimetidin
Alerfed No.Vll s3dd1 dan Antasidanya ttp dipakai.
Lapimuc No.Vll s3dd1
Aerius No.VI s1dd1 KASUS 3 BATUK
Analisalah kasus dan pola peresapan di atas.Bila ternyata setelah A 30-Years old man with no pst medical history of note other than that of smoking 20 cigarettes per day
dianalisa ternyata peresapan di atas tidak rasional,berikan usulan return from holiday in Toraja with dry cough
dan solusinya. which has lasted for several days. His general practitioner notes that he is
ANALISA KASUS febrile, but otherwise exmination is unremarkable. He sends the patient for a chest radograph but in
SUBJECTIF : mean time wishes to start the patient with on
- Bersin bersin, - Pilek antibiotic. The pattient asks if it would be worthwhile to purchase some
OBYEKTIF nicotine gum to help him stop smoking.
1. Tidak ada tanda vital yang diberikan PERTANYAAN
2. Berdasarkan resep yang ada, terapi yang diberikan adalah obat What would the suitable treatment in this patient ?
telfast Od, Alerfed, lapimuc dan aerius what should the suitable treatment in this patient ?
ASSESSMENT is there any treatment of choice for notice replacement in individual ? and
1. Drugs without indication what form of nicotine replacement is more efffective ?
Ada obat lapimuc yang kandungannya ambroxol 30mg yang ANALISA KASUS
berfungsi sebagai mucolitik. Dengan dosis 3xsehari. Pasien tidak memerlukan obat mucolitik. SUBYEKTIF
2. Improper drug selection Laki-laki 30th
Obat yang diberikan ada telfast Od yang kandungannya Perokok
fexofenadine HC120mg yang diberikan 1x sehari sebelum makan Batuk Kering
dan ada aerius yang kandungannya desloratadine 5mg diberikan OBJEKTIF
1x sehari. Obat harus dipilih salah satunya saja Demam
3. Over dose Pemeriksaan tidak biasa sehingga di sarankan radiografi dada dan ingin dibrikan terapi antibiotik
Obat telfast OD over dosis karena di resep diberikan 3xsehari JAWABAN
seharusnya 1xsehari 1. Pengobatan yang cocok diberikan :
PLAN Dekstrometorfan 30mg (VI) Dengan dosis 3x1 tablet
1. obat lapimuc tidak dibutuhkan untuk pasien Parasetamol 500mg (VI) dengan dosis 3x1 tablet
2. Obat telfast OD dan aerius memiliki indikasi yang sama : dipilih Diberikan antibiotik apabila hasil dari tes radiografi menyatakan bahwa pasien tersebut mengalami
salah satu infeksi. Apabila Dokter menghendaki pasien efektive menggunakan Antibiotik sefalosporin Generasi 2
3. Karena telfast OD over dosis dan indikasi sama dengan aerius atau 3 (Cefixime)
maka telfast OD tidak diberikan (dihapus) 2. . Perawatan yang sesuai untuk pasien :
KESIMPULAN Minum air hangat untuk membantu meredakan batuk
Indri diberikan 2 obat yaitu : Hindari paparan udara dingin
Aerius sebanyak VI dengan dosis 1xsehari diberikan pada sore Berhenti merokok
atau malam hari. Bersihkan rumah, ruang kamar dan meja kerja dari polusi dalam rumah
Alerfed dengan dosis 3xsehari. Untuk alerfed ini diberikan setelah 3. Pengobatan penggantian nikotin yang paling tepat adalah Burpropion tablet. Dengan dosis
ujian yaitu jam 10 pagi, kemudian jam 6sore dan jam 3-4pagi. 150mg/hari diminum 1xsehari sesudah makan. Obat ini tidak mengandung nikotin yang efektif diberikan
Untuk menghindari ngantuk pada saat ujian berlangsung untuk berhenti merokok. Cara kerja yaitu :
Mengurangi dorongan kuat mengkonsumsi rokok
KASUS 2 ASMA Mengurangi gelisah, cemas, dan Depressi
Seorang kakek usia (75 th) menderita sesak nafas yang lama, serta mengalami mual serta tidak nafsu Efek Samping : mulut kering, sulit tidur (untuk mengatasi sulit tidur maka diminum sore hari).
makan. Oleh dokter dia diberi
resep : KASUS 4 PPOK (COPD)
R/ Salbutamol 4 mg Tn. H berusia 62 tahun dan memiliki riwayat kronis COPD. Dia menderita bronkiektasis. selama 6 bulan
Aminophilin 300 mg terakhir dia tidak bisa berbelanja tapi bisa
m.f.pulv. Dtd No. X keluar rumah saat dia merasa baik. Dia menghisap 20 batang rokok sehari
da in caps selama 3 tahun yang lalu dan sekarang sesekali (jarang). Selama 3 hari
S.t.d.d 1 caps terakhir ia telah kehabisan nafas dan memiliki dahak hijau yang produktif. Obatnya saat ini meliputi:
R/ Berotec MDI NO 1 2 X 1 Puff 1. home oxygen theraphy
R/ Cimetidin No.X 2. salbutamol 2,5 mg nebulizer empat kali sehari
Antasida No.X 3. ipratropium Br 500 mcg nebulizer empat kali sehari
m.f. Pulv. Dtd No.X 4. aminophillin sr 225 mg dua kali sehari
da in caps 5. prednisolon 5 mg setiap pagi
S.t.d.d 1 caps Dia telah dirawat di rumah sakit dengan dispnea, sianosis dan pernapasan dengan menggunakan otot
METODE SOAP aksesori. Dia memiliki tingkat BP 100 denyut per menit. Dia di diagnosa mengalami eksaserbasi infeksi
•SUBYEK pada COPD nya.
Pasien : Seorang kakek berusia 75 th Pertanyaan :
Keluhan : Sesak nafas yang lama, mual serta tidak nafsu makan 1. Apa pilihan awal antibiotik untuk Mr. H?
•OBYEK 2.Apakah terapi kombinasi ini yang rasional ? Silahkan analisis pengobatannya!
Hasil pemeriksaan lab : - ANALISA KASUS
Terapi : Salbutamol dan Aminophilin 3 d.d 1 caps, Brotec MDI 2 x 1 SUBYEKTIF
Puff, Cimetidin dan Antasida 3 d.d 1 caps Nama : Mr. H
•ASSESSEMENT (DRP) Umur : 62 tahun
Pasien mendapat obat yang tidak tepat : Ada (Aminophilin) pasien Jenis Kelamin : Laki-laki
lansia Keluhan : kehabisan nafas dan memiliki dahak hijau yang produktif
Dosis terlalu rendah/tinggi : - Riwayat penyakit : menderita COPD dan bronkiektasis
Reaksi efek merugikan : Salbutamol (dpt menybbkn mual muntah), Berotec Riwayat pengobatan : -
( mual muntah, Hipokalemi serius dgn pemakaian bersama terapi B2 Agonis) Antasida ( dapat OBYEKTIF
menyebabkan diare) Detak jantung 100 denyut permenit
Interaksi obat : Ada ( Aminophilin & Cimetidin dpt menghambat ASSESSMENT
sitokrom p450 metabolisme Aminophilin besar, kadar toksik) Indikasi yang tidak di obati : ada (infeksi, ditandai dgn dahak yg berwarna hijau)
Gejala yang tak diobati : Ada (tidak nafsu makan) Obat yang tidak ada indikasi : tidak ada
Pemberian obat tanpa indikasi : - Pemilihan obat yang tidak tepat : tidak ada
Pasien tidak patuh : Ada (karena pasien lansia) Ketidaksesuaian dosis (under dose): ada (prednisolon shrsnya 30-40 mg/hari)
•PLAN Interaksi obat : tidak ada
1.Gejala yang diobati Pasien mengalami ES : tidak ada
Pemberian suplemen penambah nafsu makan : tablet kurkuma 1 x sehari Kepatuhan : tidak ada (namun krn pasiennya lansia mk KIE harus dilakukan jg
2. Pasien mendapat obat yang tidak tepat kpd keluarga u/ meningkatkan kepatuhannya)
Aminophilin dihilangkan karena Aminophilin memiliki IT yang sempit, serta penggunaannya tidak Pemberian obat douBLE : tidak ada
dianjurkan untuk lansia PLAN
3. Interaksi Obat TERAPI NON FARMAKOLOGI
Cimetidin dihilangkan karena memiliki interaksi dengan Aminophilin yaitu Berhenti merokok,Perbaikan nutrisi, Latihan pernafasan
apat meningkatkan potensi toksisitas Aminophilinnya, selain itu Interaksi TERAPI FARMAKOLOGI
Antara Cimetidin dan Antasida, Antasida mengurangi penyerapan Cimetidin. FARMAKOLOGI (berdasarkan Prhimpunan Dokter Paru Indonesia 2003)
 USULAN PERBAIKAN RESEP Kategori PPOK Berat
R/ Salbutamol inhl Obat bronkodilator (antikolinergik + inhalasi beta 2 agonis + bronkodilator xantin)
S.t.d.d 1 puff Ipratropium Bromida 500 mcg nebulizer 4xsehari
R/ Berotec MDI NO. 1 Salbutamol 2,5 mg nebulizer 4x sehari
S.b.d.d 1 puff Aminopillin SR 225 mg 1x sehari ( catatan : monitoring penggunaannya krn IT sempit)
R/ Antasida 200 mg Kortikosteroid
S.t.d.d 1tab Prednisolon 50 mg setiap pagi selama 2 minggu
 KESIMPULAN Pilihan terapi Antibiotik
Obat yg digunakan adalah : Salbutamol, Berotec MDI dan Antasidaobat Amoksisilin (jika trj hipersensitivitas gunakan golongan Maklorida atau Sefalosforin)
Obat yang dihilangkan : Aminophilin dan Cimetidin JAWABAN
Salbutamol diberikan dalam bentuk inhalasi untuk mempercepat onset dan menghindari reaksi sistemik 1. Apa pilihan awal antibiotik untuk Mr. H?
Untuk meningkatkan nafsu makan diberi tambahan Curcuma tablet Menggunakan antibiotik lini pertama pada PPOK yaitu Amoksisillin apabila
CATATAN : terjadi hipersensitivitas (alergi) menggunakan golongan makrolida.
Pasien mengalami mual muntah karena efek samping penggunaan obat Gol.xantin (Aminophilin) mybbkan 2. Apakah terapi kombinasi ini rasional? Silahkan analisis pengobatannya!
mual saat terjadi OD Tidak Rasional. Karena dosis prednisolon yang seharusnya adalah 30-40 mg setiap pagi selama 2- 4
(300 mg). minggu. Dan aminophillin 1x sehari.
ES Salbutamol : dpt mnybbkn mual saat pemakaian scr peroral KETERANGAN
Aminophilin tdk cocok utk lansia krn IT sempit, dpt mxbbkn ES jika brda pd kadar toksik sehingga Dahak hijau menandakan adanya infeksi. Karena adanya ekserbasi yaitu bukti adanya penyebaran ppok.
menggunakan Salbutamol (ES : mual muntah) Antibiotik menggunakan makrolida yang lebih efektif.
Cimetidin pd proses farmakokinetik menghambat kerja sitokrom Tidak rasional. Dosis prednisolon 30-50 mg 1x sehari setiap pagi.
p450 (menghambat metabolisme Aminophilin shngg kadar Aminophilin dlm darah menjadi besar/naik) Sedangkan dosis aminopillin 1x sehari
Jika ttp mnggunkn Aminophilin dosis diturunkan dan assemnt
KASUS 5 MUAL MUNTAH penggunaan NSAID daripada reseptor antagonis atau sukralfat, karena selain dapat menekan produksi
KASUS asam, PPI juga mempunyai efek dapat mencegah kekambuhan tukak peptic.
Si komeng 58 tahun terdiagnosa adenokarsinoma. Si komeng Manfaat terapi kombinasi pada pasien tukak peptic yaitu dapat meminimalisir terjadinya komplikasi
pertama kali menerima kemoterapi Cisplatin 100 mg/m2 pada hari tukak peptic, selain itu juga bagus untuk pengobatan tukak peptic yang disebabkan karena mengonsumsi
pertama dan Fluorourasil 1 g/m2 selama 5 hari dengan infus obat-obatan gol. NSAID.
berkelanjutan. Bersamaan dengan pengobatan tersebut si komeng u/ osteoporosis -> Gol. Bifosfonat, diclofenac
akan menjalani raioterapi selama 3 minggu. Untuk menghilangkan Lanzoprazol 30 mg 1x sehari, 30 menit sblm mkn selama 4 minggu
nyeri kanker, si komeng di terapi dengan menggunakan opioit MONITORING KEBERHASILAN TERAPI
morfin 10 mg/hari. Tetapi si komeng mengalami mual muntah Monitoring gejala efek samping
setelah tindakan- tindakan tersebut CATATAN
PERTANYAAN Dosis u/ lansia : SAMA DGN DOSIS DEWASA
1. Bagaimana tatalaksana terapi kasus ini ? Gunakan metode Untuk mengobati mual muntah digunakan Antasida krn mual muntah masih
SHOAP ! trgol.
2. Informasi apa yang perlu diberikan mengenai penggunaaan Ringan
obatnya ?
3. Bagaimana monitoring terhadap keberhasilan terapi ?
ANALISA KASUS METODE SOAP KASUS 7 DIARE
SUBYEKTIF KASUS
Komeng 58 tahun Bu Sisi 80 tahun, mengalami diare akut. Dia mempunyai riwayat diabetes
Riwayat penyakit menderita adenokarsinoma melitus tipe II dan hipertensi. Sebagai terapi DM nya bu Susi mengkonsumsi tolbutamid 2x500mg,
Nyeri sedangkan untuk terapi hipertensinya dengan nifedipin 1x30mg.
Mual Berdasarkan pemeriksaan terkait, kadar ula darah dan tensinya berada pada rentang normal.
Muntah PERTANYAAN
OBYEKTIF 1. Bagaimana tatalaksana terapi kasus ini ? Gunakan metode SOAP !
TIDAK ADA 2. Informasi apa yang perlu diberikan mengenai penggunaaan obatnya ?
ASSESSMENT 3. Bagaimana monitoring terhadap keberhasilan terapi ?
INDIKASI YANG TIDAK DIOBATI ANALISA KASUS
Komeng mengalami mual muntah tetapi tidak di indikasi SUBYEKTIF
REAKSI MERUGIKAN Bu Susi 80 tahun
Terapi menggunakan Morfin dan Cisplatin Pasien mengalami Mual Diare akut
PLANT Riwayat DM tipe II
1.Karena pasien mengalami mual muntah setelah diberikan terapi maka diberikan obat anti emetic untuk Hipertensi
meredakannya Anti emetic yang digunakan adalah metoklopramid Obat yang digunakan : OBYEKTIF
-Cisplatin 100 mg/m2 hari pertama, Fluorourasil 1 g /m2 selama 5 hari, mekanisme kerja dengan Menerima Obat :
menghambat pembelahan dan pertumbuhan sel 1. tolbutamid 2x500mg
kanker . 2. Nifedipin 1x30mg
-Opioid Morfin 10 mg per hari dengan dosis 5 mg/1x tiap 12 jam, mekanisme kerja dengan mengikat ASSESSMENT
reseptor opiod INDIKASI YANG TIDAK DIOBATI
-Metoklopramid 10 mg 3 x 1/hari, mekanisme kerja menghambat reseptor dopamind pada CTZ ibu Susi mengalami diare akut tetapi tidak di terapi
2. Cara Pemakaian Obat : Cisplatin dan Fluorourasil injeksi infus intravena, PLAN
Opioid Morfin dan Metoklopramid diberikan secara per oral 1. Karena bu Susi mengalami diare akut,maka di berikan obat
loperamide dengan dosis 4mg pada konsumsi pertama dan 2mg setiap selesai BAB, dosis maksimal
Efek samping : 12mg/24jam. Tidak boleh di konsumsi lebih dari 24jam.
Cisplatin => Mual, muntah, Kehilangan nafsu makan, diare, hilanganya indra perasa, rambut rontok 2. Diberikan zink 1x20mg selama 10 hari untuk imunitas
Fluorourasil => Reaksi Alergi, sakit kepala, sinusitis, Kardiotoksisitas (perlindungan)
Opioid Morfin => mengantuk, Sakit kepala, mual, sembelit, mulut kering INFORMASI YANG DIBERIKAN
Metoklopramid => perasaan lelah, sakit kepala, insomnia, diare Efek samping loperamide yaitu ileus paralitilus, sakit kepala, konstipasi,
MONITORING KEBERHASILAN TERAPI mual, kembung, sakit perut.
- Perbaikan Gejala Klinis dengan pemaantauan terapi obat Minum air yang banyak agar tidak dehidrasi
- Memperhatikan Patient Compliance dengan memberikan informasi Memakan makanan yang lunak
pengobatan kepada keluarga MONITORING KEBERHASILAN TERAPI
- Monitoring toksisitas setelah pemberian obat M Frekuensi buang air besar dan konsistensi feses
Monitoring Efek Samping Obat Berat badan dan suhu badan penderita
CATATAN Kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit
Dewasa menderita kanker (adenokarsinoma), dipilih obat yg mekanisme Pengobatan diare (penyebab dan gejala)
kerjanya berbeda Efek samping obat diare
Radioterapi --> utk meradiasi kanker Komplikasi diare
Kemoterapi ES selain mual muntah, nyeri, tidak selektif (dpt mnyebabkan kebotakan), Keberhasilan terapi setelah 2 hari, TES LAB
ES mual muntah yaitu karena kemoterapi, radiasi & opioid (semua terapi menginduksi mual muntah) CATATAN
Cisplatin dpt mnybbkn mudah (berat) jk digunakan >50 mg/m2, fluoro mendukung trjnya muntah Terapi utama pd diare : penggantian cairan yg hilang (regrasi) ORALIT
Pasien mengalami dehidrasi (diatasi dgn pemberian cairan INFUS) DM tipe II & Hipertensi : terapinya butuh jangka wkt lama, hasil
Pasien mengalami nyeri diakibatkan kemoterapi pemeriksaan normal pasien sdh co2k dgn terapi yg diberikan sehingga obat (tolbutamid 2x 200 mg &
REKOMENDASI : Gunakan kombinasi (reseptor SERETONIN (SSRI) atau 5 H-3 antagonis & nifedipin 1x 30 mg) tdk perlu diganti dan dosisnya sudah sesuai
DEXAMETASONE 12 mg/oral atau IV) u/ diarenya : Attalpulgit (tdk boleh > 2 hari) tp ES min drp LOPERAMID, loperamid > ES
Monitoring terapi menyebabkabn konstipasi 2-5 %
Monitoring keparah mual : perubahan BB, keseimbangan asam-basa u/ menormalkan fungsi usus : obat yg isinya Lactobacillus
Fungsi ginjal (Elbio, Sinbio, Yakult)
Gejala ES obat

KASUS 6 PEPTIC ULCER DISEASE ( TUKAK LAMBUNG ) KASUS 8 KONSTIPASI


KASUS TUKAK LAMBUNG DAN DUODENUM KASUS
Ibu pariyem 82 tahun (elderly) mengeluh nyeri epigastrik, mual dan heartburn, dibawa ke rumah sakit. Si andi 22 tahun seorang mahasiswa farmasi karena terlalu banyak tugas dan praktikum menyebabkan
Berdasarkan hasil anamnesis dicurigai ibu pariyem menderita tukak duodenum,serta memilii riwayat kebiasaan makannya tidak teratur. Andi telah lama mengalami mual dan heartburn, dan telah diobati
osteoporosis dan telah menggunakan piroksikan 20 mg/hari selama 3 tahun. Hasil lab menunjukan dengan ranitidin namun hasilnya kurang baik. Saat ini dia mengeluh sulit buang air besar dan sudah
data : test serologis untuk H.pylori (positif). berlangsung 1 minggu .
Pertanyaan : Hasil test lab andi menunjukan data :
Bagaimana tatalaksana terapi kasus ini? Gunakan metode SOAP Kadar kreatinin darah 1,4 mg/dl
Informasi apa yang perlu diberikan mengenai penggunaan obatnya ? Kadar ureum darah 20 mg/dl
Bagaimana monitoring terhadap keberhasilan terapi ? Kadar kolestrol total 185 mg/dl
ANALISIS METODE SOAP Hasil anamneses diketahui andi memiliki riwayat asma.
SUBYEK Pemeriksaan fisik menunjukan tensi andi 130/80 mmHg
Ibu pariyem usia 82 tahun Pertanyaan :
Nyeri epigastrik, mual dan heartburn Bagaimana tatalaksana terapi kasus ini ? Gunakan metode SOAP
Riwayat penyakit : osteoporosis Informasi apa yang perlu diberikan mengenai penggunaan obatnya?
Riwayat pengobatan : piroksikan 20 mg/hari selama 3 tahun (mngobati nyeri Bagaimana monitoring terhadap keberhasilan terapi ?
krn osteoporosis) ANALISA KASUS METODE SOAP
OBYEK SUBJEKTIF
Tes serologi untuk H.pylori positif Nama : Andi
ASSESSMENT Umur : 22 tahun
Adakah gejala yang tidak diobati : ada (infeksi H.pylori membutuhkan Riwayat penyakit : mual, heartburn dan asma
antibiotik ) Riwayat pengobatan : menggunakan ranitidin
Interaksi obaT : - Keluhan : sulit BAB yang sudah berlangsung 1 minggu
Pemilihan obat yang tidak tepat :- OBJEKTIF
Ketidaksesuaian dosis : - Hasil test lab andi menunjukan data :
Obat yang tidak ada indikasi : - Kadar kreatinin darah 1,4 mg/dl (Normal 0.5-1,5)
Pasien mengalami ES :- Kadar ureum darah 20 mg/dl
Kepatuhan : tidak ada (namun krn pasiennya lansia mk KIE harus dilakukan jg Kadar kolestrol total 185 mg/dl
kpd keluarga u/ meningkatkan kepatuhannya) Pemeriksaan fisik menunjukan tensi andi 130/80 mmHg
Pemberian obat doUBLE : - ASSESMENT
PLAN Adakah gejala yang tidak diobati : ada (sulit BAB)
Terapi non-farmakologi Interaksi obat :-
mencegah stress, mengurangi alkohol, kafein, pedas dll, istirahat teratur) Pemilihan obat yang tidak tepat :-
Berhenti menggunakan obat NSAID karena dapat memicu keparahan tukak duodenum. Ketidaksesuaian dosis :-
Piroksikam tdk boleh diberikan kpd pasien elderly (lansia) Obat yang tidak ada indikasi :-
Terapi farmakologi Pasien mengalami ES :-
Penggunaan obat kombinasi ( PPI)s elama 10-14 hari, PPI & Klaritromicin 500 Kepatuhan :-
mg 2x1, Amoxicillin 1 g atau Metronidazole 500 mg 2x1. PLAN
Jika hipersensitiv terhadap gol.penicillin diganti dgn Metronidazole NON FARMAKOLOGI
Karena pasien sudah terlanjur mengkonsumsi NSAID (Peroksikan) selama 3 hidup atau pola makan  mengkonsumsi makanan kaya serat
tahun, maka PPI ( lanzoprazole ) merupakan pilihan yang tepat utk Masukan cairan yang banyak
Olahraga  terutama yang berkaitan dengan otot perut, untuk memperbaiki tonus otot perut
Bedah
TERAPI FARMAKOLOGI
Antasida (krn pasien mengalami mual muntah sederhana)
u/ konstipasi : gol.stimulan yg melunakkan feses yaitu bisakodil perrecta
l (onset lebih cepat 15-20 menit)
Asma jarang kambuh (intermitten) perlu terapi ketika kambuh saja SABA (salbutamol inhalasi ) dosis : 2
puffs setiap 4 – 6 jam , terapi pemeliharaan
(jangka panjang) tdk diberikan
MONITORING
Monitor tanda –tanda dan gejala konstipasi
Evaluasi riwayat pengobatan terhadap efek samping GI
Monitoring BB pasien
KIE ( KOMUNIKASI,INFORMASI,EDUKASI )
Ajarkan pasien atau keluarga tentang cara penggunaan obat melalui rectum atau anus.
Anjurkan pasien meningkatkan pemasukan cairan
Instruksikan pasien untuk makan makanan yang tinggi serat
Jelaskan pada pasien mengenai makanan, dan cairan yang dapat memicu konstipasi.
CATATAN
Keluhan sulit BAB selama 1 mgg, riwayat Asma, riwayat pengobatan ranitidin
Heart burn dan mual muntah Senderhana : gol. Antasida (u/ mual muntah sederhana) -> makan tdk teratur
akibatnya naiknya asam lambung mk
dipilihlah u/ menetralkan as. Lambung
Hindari laksatif yg menaikkan gerakan peristaltic, tp yg mx melunnakkan
fesesnya yaitu : bisakodil (gol. Laksatif stimulan) rectal (15-20 menit), bisa juga menggunakan laksatif
gol.hiperosmotik (gliserin)

Anda mungkin juga menyukai