Anda di halaman 1dari 19

FARAMAKOKINETIKA KLINIK

OBESITAS

Dosen : Yoneta Srangenge, M,Sc,Apt


APA ITU OBESITAS ?

Menurut World Health Organization (WHO) obesitas adalah penimbunan atau


akumulasi dari lemak yang dapat mengganggu kesehatan.
APA BAHAYA NYA ?

Dapat memicu timbulnya penyakit lain seperti :

Hipertensi
Diabetes mellitus
Gagal jantung kongestif
Arteria koronaria
Infiltrasi lemak kedalam hati
Dan mengubah profil ADME obat
Penetapan dosis pada pasien obesitas

Berat badan total (TBW) : Penetapan loading dose, volume distribusi obat
lipofilik
Berat badan ideal (IBW) : Untuk penetapan dosis mainstenance obat yang
klirensnya tidak terpengaruh pada obesitas
Berat badan langsing ,Fat-free mass (lean body weight/LBW) : Untuk
penetapan dosis mainstenance obat yang klirensnya meningkat
Berdasarkan berat badan yang telah dikoreksi (adjusted body
weght/ABW) : Digunakan untuk obat obat yang hidrofilik
Indeks masa tubuh (body mass index/BMI)
Luas permukaan tubuh (BSA)
Tergantung sifat fisiko-kimiawi obat dan tingkat obesitas
Menurut Ritschel & Kearns (2004)

Seseorang disebut mempunyai berat badan normal jika berat badannya ± 10%
IBW

Kelebihan berat badan (Overweight) jika beratnya 10-20% diatas IBW

Jika lebih dari 20% disebut obesitas


Cara Menghitung IBW

IBW pria dewasa :


Jika tinggi badan > 152,5 cm = 50 +[( T – 152,4) x 0,89]
Jika tinggi badan < 152,5 cm = 50 - [(152,4 – T) x 0,89 ]

IBW wanita dewasa :


Jika tinggi badan >15,4 cm = 45,4 +[( T – 152,4) x 0,89]
Jika tinggi badan < 152,4 cm = 45,4 - [(152,4 – T) x 0,89 ]
Menurut Shargel dkk,2005

Berat kurang (underweight) jika BMI < 18,5-4,9 kg/m²


Kelebihan berat (Overweight) : 25-29,9 kg/m²
Obesitas :30- 39,9 kg/m²
Obesitas morbid : BMI ≥40 kg/m²

Rumus menghitung Indeks masa tubuh (BMI)


BMI = Berat badan / (Tinggi badan)²x 10.000
Faktor-faktor yang mempengaruhi ADME obat
pada obesitas

PARAMETER FAKTOR FISIOLOGI akibat


Absorbsi Perubahan minor
distribusi Kenaikan berat tubuh langsing, jringan Vd obat lipofilik lebih besar
adiposa, ukuran organ vol darah, curah Vd obat hidrofilik relatif tetap
jantung

Kenaikan ikatan obat dengan AAG, Penurunan fraksi bebas obat basa
lipoprotein, asam lemak bebas lemah,kemungkinan pendesakan
asam lemah

metabolisme Kenaikan aliran darah splanchnic dan Mengurangi klirens obat rasio
hati, jumlah sel hati, degenerasi sel estraksi hepatik tinggi. Aktivitas
parensim enzim (metabolisme fase -1)
Glukuronidasi dan sulfasi
meningkat
Eksresi Kenaikan ukuran ginjal, kecepatan Kenaikan klirens renal
aliran darah ginjal, filtrasi glomelurus,
sekresi tubular
DISPOSISI OBAT
Absorbsi

Absorbsi tidak terpengaruh/ berubah pada orang obesitas


Bahkan pada pasien obesitas yang mengalami bypass lambung atau
jejunoileum
Distrbusi

Distribusi obat tergantung dari berbagai faktor obat dan fisiologik sedangkan
pada obesitas terjadi kenaikan curah jantung,volume darah,berat organ,berat
tubuh langsing (lean body mass/LBM) dan kenaikan jaringan adipose

Distribusi obat yang larut lemak (lipofilik) umumnya meningkat karena


kenaikan berat badan total sehingga mempengaruhi besar loading
dose,interval pepmberian obat ,waktu-paro eliminasi dan waktu yang
diperlukan untuk mencapai kadar tunak didalam darah tetapi ada bebrapa
obat yang lipofilik tetapi VD nya tidak berubah

Kenaikan ikatan obat dengan α1-acid glycoprotein


(AAG),lipoprotein,asam lemak bebas dan penurunan ikatan albumin
yang mengikat oba-obat asam lemah
Metabolisme

Pada orang obesitas enzim CYP2E1 meningkat enzim ini diduga penyebab
kanker pada obesitas karena ia mematobolisme prokarsinogen dan
penyebab penyakit hati karena alkohol.
 Enzim CYP3A4 dan CYP2B6 berkurang
 Aliran darah hepatik juga meningkat tetapi tidak signifikan atau tidak
bermakna untuk mengubah klirens obat sehingga pendosisan obat tetap
pakai berat badan ideal
Eksresi

Laju filtrasi glomeruli (GFR) dan sekresi obat memalui tubuli


ginjal meningkat namun mengurangi reabsorbsi tubuli ginjal
akhirnya terjadi kenaikan klirens ginjal.
Jika eliminasi obat dari tubuh sebagian besar melalui ginjal dan
sedikit dimetabolisme ,maka kenaikan klirens ginjal dapat
diartikan sebagai kenaikan klirens total obat dari tubuh

Dosis obat perlu dinaikkan untuk mengimbangi


kenaikan klirens tersebut
Selain itu, pada orang obesitas juga terjadi kenaikan ukuran
ginjal, dimana kenaikan ini sebanding dengan kenaikan
berat tubuh total dan luas permukaan tubuh

Kenaikan GFR pada obesitas dibuktikan melalui


klirens 51 Cr- EDTA dan klirens kreatinin

Kenaikan sekresi tubular terbukti dari kenaikan


klirens ginjal prokainamid,simetidin, dan
sefotaksim (Blouin & Ensom,2007)
Klirens obat pada obesitas
(Blouin & Ensom,2007 ; Anonim,2008)

Tidak berubah meningkat berkurang


alprazolam bisoprolol doxorubisin
diazepam busulfan Metilprednisolon
digoksin enfluran Karbamazepin
gliburid gentamisin propranolol
glipizid halotan remifentanil
karbamazepin ibuprofen triazolam
lidokain kafein
midazolam lorazepam
siklosporin nitrazepam
teofilin oksazepam
satalol paracetamol
labetalol simetidin
enoxaparin tiopental
antipirin siprofloksasin
verapamil vankomisin
Dari tabel tersebut , mengungkapkan banyak obat yang
klirensnya tidak berubah atau bahkan berkurang.

Jadi dari data klirens ini dapat disimpulkan konsep


farmakokinetik umumnya dapat menerangkan data pada subyek
berat badan normal,namun pada obesitas terbukti tidak selalu
sinkron.
Beberapa penyebab yang membuat perbedaan
disposisi obat pada obesitas antara studi dengan
yang lainnya ialah :

Heterogenitas subyek
Gender
Berat badan yang dijadikan acuan dosis
Barangkali persamaan yang digunakan untuk
menghitung Vd dan klirens obat tidak akurat
jika diterapkan pada subyek Indonesia yang
umumnya memiliki tubuh lebih kecil
DAFTAR PUSTAKA

Hakim L. (2015).farmakokinetika klinik.Yogyakarta: Bursa ilmu


TERIMAKASIH 

Anda mungkin juga menyukai