Anda di halaman 1dari 15

CLINICAL

PHARMACOKINETICS IN
OBESE
FARMAKOKINETIK KLINIK
PADA OBESITAS
KELOMPOK 1
SILVA FITRI ARIANTI
RIRI INDAH PERMATA
CICI LORENZA
NABILA
SAFRI
DEFINISI OBESITAS
Secara fisiologis obesitas didefinisikan sebagai
akumulasi lemak yang tidak normal atau
berlebihan dijaringan adiposa sehingga dapat
mengganggu kesehatan.
Obesitas merupakan suatu kelainan komplek
pengaturan nafsu makan dan metabolisme energi
yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik
spesifik. Faktor genetik diketahui sangat
berpengaruh bagi perkembangan penyakit ini.
KLASIFIKASI OBESITAS
Mengukur lemak tubuh secara langsung sangat sulit sehingga sebagai
penggantinya dipakai body mass index (BMI) atau indeks massa tubuh
(IMT) untuk menentukan berat badan lebih dan obesitas pada orang
dewasa. Disamping IMT, menurut rekomendasi WHO lingkar pinggang
(LP) juga harus dihitung untuk menilai adanya obesitas sentral dan
komorbid obesitas terutama pada IMT 25- 34,9 kg/m2.2

IMT merupakan indikator yang paling sering digunakan serta praktis


untuk mengukur tingkat populasi berat badan lebih dan obesitas pada
orang dewasa. Pengukuran ini merupakan langkah awal dalam
menetukan derajat adipositas, dan dikatakan berkorelasi kuat dengan
jumlah massa lemak tubuh.16,17 Untuk penelitian epidemiologi
digunakan IMT atau indeks Quetelet yaitu berat badan dalam kg
dibagi tinggi badan dalam meter kuadrat (m2). Karena IMT
menggunakan tinggi badan, maka pengukurannya harus dilakukan
dengan teliti.
Klasifikasi IMT yang direkomendasikan untuk digunakan adalah
klasifikasi yang diadopsi dari the National Institute of Health
(NIH) dan World Health Organization (WHO), yang tertera
pada tabel dibawah ini. Definisi berat badan lebih dan obes
sangat tergantung dengan ras. Klasifikasi NIH dan WHO sering
digunakan untuk ras kulit putih, hispanik dan ras kulit hitam.

Classification BMI (kg/m2)

Underweight <18,5

Normal Body weight 18,5-24,9

Overweight 25-29,9

Obese 30-39,9

Extreme obesity >40


BATASAN OBESITAS
Seorang pasien dianggap obesitas jika berat badan aktual
melebihi berat badan ideal atau yang diinginkan sebesar 30%
Berat badan ideal atau yang diinginkan didasarkan pada
berat dan tinggi badan rata-rata untuk pria dan wanita
dengan mempertimbangkan usia.
Atlet yang memiliki berat badan lebih besar karena masaa
otot lebih besar tidak dianggap mengalami obesitas
BMI dinyatakan sebagai berat badan(kg) dibagi dengan
kuadrat tinggi orang(meter) atau kg/m2
EFEK OBESITAS
BMI berkorelasi kuat dengan total lemak tubuh pada orang
dewasa yang bukan lansia; umumnya digunakan sebagai
ukuran total lemak tubuh.
Kelebihan lemak tubuh meningkatkan resiko kematian dan
komorbiditas utama sepertti:
-Diabetes tipe 2
-Hipertensi
-Dislipidemia
-Penyakit kardiovaskular
-Osteoartritis lutut
-Beberapa jenis kanker
PENGATURAN DOSIS PADA
PENDERITA OBESITAS
Obesitas merupakan masalah besar hapir di setiap negara
Obesitas dikaitkan dengan meningkatnya mortalitas
dikarenakan :
-Insiden Hipertensi
-Aterosklerosis
-Diabetes
-Keadaan-keadaan lain
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADME OBAT PADA OBESITAS
Parameter Faktor Fisiologik Akibat

Absorbsi Perubahan Minor Data terbatas; untuk propanolo


tidak terpengaruh
Distribusi • Kenaikan berat tubuh • Volume distribusi obat larut
langsing (lean body mass), lemak(lipofilik) lebih besar,
jaringan adipose, ukuran tetapi volume distribusi obat
organ, volume darah, dan hidrofilik tetap
curah jantung. • Penurunan fraksi bebas obat
• Kenaikan ikatan obat dengan basa lemah. Kemungkinan
a-acid glycoprotein (AAG), pendesakan obat asam
lipoprotein, asam lemak lemah.
bebas

Metabolisme Kenaikan aliran darah Biasanya mengurangi klirens


splanchnic dan hati, jumlah sel obat dengan rasio ekstraksi
hati, degenarasi sel parensim, hepatik tinggi. Aktivitas enzim
infiltrasi lemak, kolestasis, tertentu(metabolisme fase-1)
fibrosis da infiltrasi periportal berkurang. Glukuronidasi dan
sulfasi meningkat

Ekskresi Kenaikan ukuran ginjal Kenaikan klirens renal


kecepatan aliran darah ginjal,
filtrasi glomeruli, dan sekresi
tubular
Seorang pasien obesitas (BMI>30) memiliki akumulasi
jaringan lemak yang lebih besar daripada yang
diperlukan untuk fungsi tubuh normal. Jaringan
adiposa(lemak) memiliki proporsi air yang lebih kecil
dibandingkan jaringan otot.
Dengan demikian, pasien obesitas memiliki proporsi
total air tubuh/total berat badan yang lebih kecil
dibandingkan berat badan ideal, yang dapat
berpengaruh pada Vd obat.
Kehadiran jaringan adiposa yang berlebihan dapat
mengubah farmakokinetik obat dengan cara :
mengubah volume distribusi.
Karena itu, banyaknya jaringan adiposa akan menjadi
penentu utama seberapa besar obesitas akan
mempengaruhi volume distribusi obat. Efek yang
dimiliki jaringan adiposa terhadap volume distribusi
suatu obat bergantung pada pengikatan obat dalam
jaringan itu sendiri.
Jika obat memiliki afinitas besar untuk jaringan adiposa
dan sangat terikat disana, fraksi bebas dalam jaringn
adiposa akan menjadi kecil, dan sejumlah besar obat
akan terakumulasi dalam jaringan itu. Obat yang
memiliki kelarutan lemak tinggi cenderung
berpartisipasi ke jaringan adiposa, dan volume
distribusinya pada pasien obesitas untuk obat ini dapat
secara dramatis lebih besar daripada pasien dengan
berat badan normal.
Contoh obat lipofilik dengan volume yang lebih besar dari nilai
distribusi pada individu obesitas adalah : Diazepam,
Carbamazepin. Namun obat hidrofilik cenderung tidak
mendistribusikan ke jaringan adiposa sehingga volume
distribusi banyak larut dalam air.
Meskipun adanya jaringan adiposa yang berlebihan adalah
perubahan paling jelas yang terjadi pada individu obesitas,
perubahan fisiologis lainnya juga ada. Sedangkan sel adiposa
mengandung >90% lemak, terdapat tambahan jaringan
pendukung, cairan ekstraseluler dan darah terdapat dalam
jaringan adiposa. Hasil dari perubahan ini adalah bahwa obat
hidrofilik dengan volune distribusi kecil dapat mengalami
perubahan distribusi pada pasien obesitas
Perubahan lain yang ditemukan pada individu obesitas adalah
peningkatan filtrasi glomerulus. Perubahan ini terutama
mempengaruhi senyawa obat hidrofilik yang dieliminasi melalui
ginjal dan akan meningkatkan klirens ginjal dari agen tersebut.
Vankomisin, aminoglikosida, dan simetidin memiliki tingkat
pembersihan yang lebih tinggi pada pasien obesitas
dibandingkan dengan individu dengan berat badan normal.
Obesitas memiliki efek pada metabolisme obat, seperti
carbamazepin dan siklosporin obesitas tidak secara signifikan
mempengaruhi pembersihan hati. Sedangkan untuk obat lain,
obesitas meningkatkan pembersihan hati, seperti diazepam
atau menurunkan pembersihan metabolik seperti dengan
metilprednisolon. Dokter harus waspada untuk memberikan
dosis obat yang dimetabolisme di hati pada orang gemuk
BMI bukanlah ukuran adipositas yang sangat akurat pada
pasien individu tertentu, terutama pada orang dengan
peningkatan massa tubuh tanpa lemak, seperti atlet dan pada
anak-anak.
Pendekatan lain telah digunakan untuk memprediksi hubungan
obesitas dengan kardiovaskular risiko, seperti lingkar
pinggang, rasio pinggang-ke-pinggul, dan indeks pinggang ke
pinggul ke tinggi badan.
Selain perbedaan dalam total air tubuh per kilogram berat
badan pada pasien obesitas, proporsi lemak tubuh yang lebih
besar pada pasien ini dapat menyebabkan perubahan
distribusi dalam farmakokinetik obat karena pembagian obat
antara komponen lipid dan air.
Obat-obatan seperti digoksin dan gentamicin sangat polar
dan cenderung didistribusikan ke dalam air daripada jaringan
lemak. Meskipun obat lipofilik dikaitkan dengan volume
distribusi yang lebih besar pada pasien obesitas
dibandingkan dengan obat hidrofilik, ada pengecualian dan
efek obesitas pada obat tertentu harus dipertimbangkan
untuk strategi dosis yang akurat.
Parameter farmakokinetik lainnya dapat berubah pada pasien
obesitas sebagai akibat dari perubahan fisiologis, seperti
infiltrasi lemak hati yang mempengaruhi biotransformasi dan
perubahan kardiovaskular yang dapat mempengaruhi aliran
darah ginjal dan ekskresi ginjal.

Anda mungkin juga menyukai