Anda di halaman 1dari 3

a.

Obesitas
Pengaruh kondisi obesitas terhadap proses farmakokinetik dan farmakodinamik yaitu:
1. Fase Absorbsi
Pada pasien dengan obesitas, peningkatan aliran darah ke saluran cerna perfusi dapat
meningkatkan frekuensi dan tingkat absorbis obat oral (Wis’en dan Hellstrom, 1995;
Adams dan Murphy, 2000). Selain itu percepatan pengosongan lambung dapat
menyebabkan penurunan waktu untuk mencapai konsentrasi plasma puncak (Tmax).
Namun ada beberapa studi pada manusia melaporkan adanya perubahan dalam absoprsi
obat iral dalam populasi obesitas. In terkait laporan bahwa bioavailabilitas oral
midazolam, propranolol dan dexfenfluramine tidak berubah secara signifikan obesitas
pasien dibandingkan dengan mereka yang tidak obesitas (Greenblatt et al 1984; Bowman
et al 2012).
Absorbsi obat diberikan secara transdermal, subkutan, dan intramuscular
tergantung pada aliran darah untuk perfusi kulit, lemak subkutan dan otot, masing-
masing. Meskipun curah jantung meningkat pada populasi obesitas, laju aliran darah per
gram jaringan lemak di obesitas secara signifikan lebih rendah dibangingkan dengan
subjek normal, yang dapat memepngaruhi laju dan/ atau tingkat absorbs obat subkutan.
Tingkat penyerapan enoxaparin, heparin berat molekul rendah, setelah pemberian
subkutan menurun, dan waktu rata-rata mencapai tingkat aktivitas maksimum adalah
meningkat sebesar 1 jam dalam relawan obesitas daripada mereka yang tidak obesitas
(sanderink et.al, 2002).
2. Fase distribusi
Volume distribusi (Vd) obat tergantung pada berbagai factor termasuk factor
fisikokimia obat, luas jaringan, permeabilitas jaringan, protein plasma mengikat dan
afinitas obat untuk komponen jaringan (Bryson 1983). Obesitas dikaitkan dengan
perubahan faktor fisiologis termasuk protein yang mengikat konstituen massa jaringan
adiposa, massa tubuh tanpa lemak, massa organ, output jaringan dan splanchnic aliran
darah, yang berpotensi dapat menyebabkan perubahan dalam Vd (Blouin dan Waren,
1999)
Perubahan Vd umunya dikenal sangat tergantung pada lipofilisitas obat. Seiring dengan
peningkatan berat badan, massa jaringan lemak meningkat lebih cepat dari massa tubuh
normal. Obat lipofilik dan hidrofilik cebderung lebih terdistribusi ke dalam jaringan
lemak dan jaringan tubuh normal, masing-masing. Dengan demikian, besarnya
perubahan dalam Vd oleh obesitas cenderung lebih besar di obat lipofilik kecuali
siklosporin. Telah dilaporkan bahwa Vd sebanding antara subyek obesitas dan normal,
meskipun siklosporin adalah senyawa lipofilik dengan Vd yang relative besar.
Konsentrasi protein plasma dan afinitas obat-protein dapat juga dipengaruhi oleh
obesitas. Fraksi plasma bebas dari obat yang berikatan dengan albumin (misalnya
thiopental dan fenitoin) tidak berubah secara signifikan dalam populasi obesitas,
sedangkan fraksi plasma bebas obat yang berikatan dengan glikoprotein (AAG) dapat
dipengaruhi oleh obesitas (Blouin dan Waren, 1999).
3. Efek Obesitas Terhadap Metabolime Obat di Hati
Hati memiliki peran yang besar terhadap metabolism obat. Penderita obesitas
sering memiliki hati berlemak atau non alcoholic fatty liver hepatitis (NAFLD), yang
mengarah ke perubahan yang cukup besar dalam fungsi hati. Lemak infiltrasi dalam hati
ini dikenal sebagai karakteristik umum dari obesitas. Lemak infiltrasi bisa menyebabkan
hepatitis alkoholik ringan pada pasien obesitas moderat tetapi kerusakan hati yang serius
pada orang gemuk tidak normal. Faktor-faktor ini bisa memiliki dampak yang signifikan
terhadap metabolisme enzim terkait ekskresi dan aktivitas obat yang kemudian
menyebabkan perubahan farmakokinetik obat
4. Efek Obesitas Terhadap Ekskresi

Secara umum, obesitas memengaruhi fungsi ginjal melalui berbagai cara.


Obesitas berkontribusi tidak langsung dengan memperburuk hipertensi dan diabetes
melitus yang diketahui sebagai faktor risiko penyakit ginjal. Pada orang dengan
obesitas, massa tubuh organnya besar. Ginjal akan bekerja ekstra keras untuk menyaring
dan membuang zat-zat kotor dari dalam tubuh. Mekanisme terjadinya kerusakan ginjal
pada orang dengan berat badan berlebih sangat rumit dan terjadi di tingkat sel, antara
lain karena peningkatan peradangan, stres oksidatif, metabolisme lipid abnormal di
ginjal, dan peningkatkan produksi insulin.
obesitas juga meningkatkan faktor risiko gangguan ginjal seperti penurunan
tingkat keasaman urine, meningkatnya asam urat, oksalat urine, sodium, dan sekresi
phosphate, yang semuanya bisa membebani kerja ginjal. Sehingga pada orang obesitas
proses eksresinya agak terganggu.

Anda mungkin juga menyukai