Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

ETIKA BISNIS ISLAM


“Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dalam Islam”

Dosen Pengampu: Sisi Amalia, SE, MA.

Disusun oleh :
Maryami
B1061171065

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt atas segala rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan Dalam Islam“. Sholawat serta salam tak lupa kami junjungkan
kepada pimpinan agung kita baginda Nabi Muhammad Saw yang kita nanti-
nantikan syafaatnya di akhirat nanti.
Selain itu kami juga berterima kasih kepada Ibu Sisi Amalia SE, MA.
selaku Dosen mata kuliah Etika Bisnis Islam yang telah memberikan tugas ini
kepada saya serta membimbing saya dalam pembuatan makalah ini.
Saya pribadi sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita. Saya juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini terdapat banyak sekali kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang
akan datang.

Pontianak, 14 Mei 2020

Pemakalah

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................4
B. Rumusan Masalah...............................................................5
C. Tujuan Penulisan ................................................................6
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau
CSR (Corporate Social Responsibility).............................6
B. Sejarah Singkat Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan atau CSR (Corporate Social
Responsibility) ..................................................................7
C. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau CSR
(Corporate Social Responsibility) dalam
perspektif Islam.................................................................9
D. Pendekatan Tanggung Jawab Sosial..................................11
E. Pandangan Islam Mengenai Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan atau CSR (Corporate Social
Responsibility)...................................................................12
F. Ruang Lingkup Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan atau CSR (Corporate Social
Responsibility)...................................................................18
G. Program-Program Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan atau CSR (Corporate Social
Responsibility)...................................................................19
H. Manfaat Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau
CSR (Corporate Social Responsibility).............................20
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility
merupakan bentuk kepedulian perusahaan terhadap lingkungan perusahaan
melalui berbagai kegiatan yang dilakukan dalam rangka penjagaan
lingkungan, norma masyarakat, partisipasi pembangunan, serta berbagai
bentuk tanggung jawab sosial lainnya. Setiap manusia harus dapat
mempertanggung-jawabkan perbuatannya. Seorang mukallaf (baligh dan
berakal) dibebani tanggung jawab keagamaan melalui pertanggung-jawaban
manusia sebagai pemangku amanah Allah di muka bumi (khalifah fi al-ardl).
Tanggung-jawab tersebut perlu diterapkan dalam berbagai bidang. Dalam
ekonomi, pelaku usaha, perusahaan atau badan usaha lain bertanggung-jawab
mempraktekannya di dalam lapangan pekerjaan, yaitu tanggung jawab kepada
Allah atas perilaku dan perbuatannya yang meliputi: tanggung jawab
kelembagaan, tanggung jawab hukum dan tanggung jawab sosial. Dalam
tanggung jawab sosial, seseorang (secara moral) harus mampu
mempertanggung-jawabkan perbuatannya terhadap masyarakat apabila
melakukan perbuatan tercela. Tanggung jawab sosial ini diiringi norma-norma
sosial, karenanya rasa malu dalam diri seseorang dapat memperkuat tanggung
jawab sosialnya. Pelaku usaha, perusahaan atau badan-badan usaha komersial
lainnya, sudah saatnya memperhatikan hal-hal yang berkaitan keabsahan
transaksinya, karena itu merupakan bentuk tanggung jawab yang mula-mula
diselidiki. Seharusnya, tanggung jawab dalam setiap kegiatan ekonomi
muncul dari kesadaran yang terdapat pada individu maupun dalam penekanan
hukum dari pihak berwenang, seperti melalui perundang-undangan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau CSR (Corporate
Social Responsibility)?

4
2. Bagaimana Sejarah Singkat Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau CSR
(Corporate Social Responsibility)?
3. Bagaimana Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau CSR (Corporate
Social Responsibility) dalam perspektif Islam?
4. Apa Saja Pendekatan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau CSR
(Corporate Social Responsibility)?
5. Bagaimana Pandangan Islam Mengenai Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan atau CSR (Corporate Social Responsibility)?
6. Bagaimana Ruang Lingkup Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau CSR
(Corporate Social Responsibility)?
7. Apa Saja Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau CSR
(Corporate Social Responsibility)?
8. Apa Manfaat Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau CSR (Corporate
Social Responsibility)

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Definisi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau CSR
(Corporate Social Responsibility)
2. Untuk Mengetahui Sejarah Singkat Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
atau CSR (Corporate Social Responsibility)
3. Untuk Mengetahui Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau CSR
(Corporate Social Responsibility) dalam perspektif Islam
4. Untuk Mengetahui Pendekatan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau
CSR (Corporate Social Responsibility)
5. Untuk Mengetahui Pandangan Islam Mengenai Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan atau CSR (Corporate Social Responsibility)
6. Untuk Mengetahui Ruang Lingkup Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
atau CSR (Corporate Social Responsibility)
7. Unuk Mengetahui Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau CSR
(Corporate Social Responsibility)
9. Untuk Mengetahui Manfaat Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau CSR
(Corporate Social Responsibility)

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan/CSR (Corporate Social


Responsibility)
Tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social
responsibility (selanjutnya akan di singkat CSR) adalah suatu konsep
bahwa organisasi, khususnya perusahaan adalah memiliki suatu tanggung
jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan
lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan. Secara umum
tanggung jawab sosial perusahaan adalah kewajiban untuk mengambil
tindakan yang melindungi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
secara keseluruhan setta kepentingan organisasi.
Menurut The World Business Council for Sustainable
Development (WBCSD) dinyatakan bahwa Corporate Social
Responsibility adalah komitmen bisnis untuk berkontrbusi dalam
pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan
perusahaan, keluarga karyawan tersebut, berikut komunitas-kommitas
(lokal) dan masyarakat secara keseluruhan, dalam rangka meningkatkan
kualitas kehidupan.
Tanggung jawab sosial perusahaan dapat didefinisikan secara
sederhana sebagai suatu konsep yang mewajibkan perusahaan untuk
memenuhi dan memperlihatkan kepentingan para stakeholder dalam
kegiatan operasinya mencari keuntungan. Stakeholder yang di maksud
diantaranya adalah para stakholder, karyawan (buruh), customer,
komunitas lokal, pemerintah, lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan
lain sebagainya.
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social
Responsibility (CSR) merupakan bentuk kepedulian perusahaan terhadap
lingkungan perusahaan melalui berbagai kegiatan yang dilakukan dalam

6
rangka penjagaan lingkungan, norma masyarakat, partisipasi
pembangunan, serta berbagai bentuk tanggung jawab sosial lainnya. Ada
beberapa pengertian CSR menurut beberapa ahli:

a. R.W. Griffin (2004) memberikan definisi tanggung jawab sosial


sebagai usaha suatu bisnis yang menyeimbangkan komitmennya
terhadap kelompok dan individu dalam lingkungannya yang meliputi
konsumen, bisnis lain, karyawan, dan investor.
b. Boove & kurtz (2002) mendefinisikan tanggung jawab sosial adalah
manajemen perorangan terhadap kewajiban untuk mempertimbangkan
laba, kepuasan pelanggan, dan kesejahteraan sosial sebagai nilai yang
sepadan dalam mengevaluasi kinerja perusahaan.
c. Menurut Clement K. Sansat berpendapat bahwa Corporate Social
Responsibility (CSR) adalah komitmen usaha untuk bertindak secara
etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan
ekonomi bersama dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan
keluarganya, masyarakat lokal dan masyarakat secara lebih luas.
d. Johnson and johnson mendefinisikan CSR: “is about how companies
manage the business processes to produce an overall positive impact
on society”. Yang maksudnya, bagaimana cara mengelola sebuah
perusahaan agar memiliki dampak positif terhadap diri dan
lingkungannya. Lingkunagn di sini tentu saja tidak dalam arti sosial,
tetapi juga daam arti lingkungan alam dimana manusia hidup di
dalamnya.
Akhirnya dari beberapa definisi di atas dapat dipahami bahwa pada
dasarnya CSR merupakan cita-cita perwujudan tanggung jawab sosial
perusahaan dalam bentuk tindakan yang berdasarkan etika dengan tujuan
untuk meningkatkan ekonomi secara berkelanjutan disertai peningkatan
kualitas hidup karyawan beserta keluarganya, sekaligus peningkatan
kualitas hidup masyarakat sekitar dan masyarakat pada umumnya.

7
B. Sejarah Singkat Tanggung Jawab Sosial/CSR (Corporate Social
Responsibility)
CSR apabila ditinjau dari segi makna sangatlah beragam.
CSR yang biasa disebut dengan operasi bisnis yang berkaitan
dengan komitmen yang tidak hanya untuk meningkatkan
keuntungan perusahaan secara financial, tetapi untuk
pembangunan sosial-ekonomi secara holistik, melembaga dan
berkelanjutan.
Selain adanya tanggung jawab sosial dalam perusahaan atau
CSR, juga ada istilah lain yang sama halnya bergerak dalam
bidang tersebut. Seperti hal nya corporate giving yang bermotif
kemanusiaan, corporate community relations yaitu bernapaskan
tebar pesona, dan community development yang bergerak dalam
bidang yang bernuansa pemberdayaan.
Dalam konteks global, istilah CSR mulai digunakan sejak
tahun 1970-an dan semakin populer terutama setelah kehadiran
buku Cannibals with Forks: The Triple Bottom Line in 21st
Century Business (1998)  karya John Elkington.
Mengembangkan tiga komponen penting sustainable
development, yakni economic growth, environmental protion, dan
social equity yang digagas the World Commission on Environment
and Development (WCED) dalam Brundtland Report (1987),
Elkington mengemas CSR ke dalam tiga fokus: 3P ( profit, planet,
dan people). Perusahaan yang baik tidak hanya memburu
keuntungan ekonomi belaka (profit), tetapi memiliki kepedulian
terhadap kelestarian lingkungan (planet) dan kesejahteraan
masyarakat (people).
Di Indonesia, istilah CSR semakin populer digunakan sejak
tahun 1990-an. Beberapa perusahaan sebenarnya telah lama
melakukan CSA (Corporate Social Activity) atau aktivitas sosial
perusahaan. Walaupun tidak menamainya sebagai CSR, secara
faktual aksinya mendekati konsep CSR yang merepresentasikan

8
bentuk “peran serta” dan “kepedulian” perusahaan terhadap aspek
sosial dan lingkungan.
Melalui konsep investasi sosial perusahaan seat belt, sejak
tahun 2003 Departemen Sosial tercatat sebagai lembaga
pemerintah yang aktif dalam mengembangkan konsep CSR dan
melakukan advokasi kepada berbagai perusahaan nasional.
Kepedulian sosial perusahaan terutama didasari alasan
bahwasannya kegiatan perusahaan membawa dampak (baik
maupun buruk) bagi kondisi lingkungan dan sosial-ekonomi
masyarakat, khususnya di sekitar perusahaan beroperasi.
Selain itu, pemilik perusahaan sejatinya bukan hanya
shareholders atau para pemegang saham, melainkan pula
stakeholders, yakni pihak-pihak yang berkepentingan terhadap
eksistensi perusahaan. Stakeholders dapat mencakup karyawan dan
keluarganya, pelanggan, pemasok, masyarakat sekitar perusahaan,
lembaga-lembaga swadaya masyarakat, media massa, dan
pemerintah selaku regulator. Jenis dan prioritas stakeholders
relatif berbeda antara satu perusahaan dan lainnya, bergantung
pada core bisnis perusahaan yang bersangkutan (Supomo, 2004).
Sebagai contoh, PT Aneka Tambang, Tbk. dan Rio Tinto
menempatkan masyarakat dan lingkungan sekitar sebagai
stakeholders dalam skala prioritasnya. Sementara itu, stakeholders
dalam skala prioritas bagi produk konsumen seperti Unilever atau
Procter & Gamble adalah para customer nya.

C. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan/CSR (Corporate Social


Responsibility) dalam perspektif Islam
Dilihat dari kacamata etika bisnis dalam Islam (Etika Bisnis Islam),
program CSR merupakan konsep ajaran ihsan sebagai puncak dari ajaran
etika yang sangat mulia. lhsan (benevolence), artinya melaksanakan
perbuatan baik yang dapat memberikan kemanfaatan kepada orang lain,
tanpa mengharap balas jasa dari perbuatan itu. Lebih jauh, Siddiqi

9
berpendapat bahwa perbuatan lhsan lebih penting ketimbang perbuatan
adil.

Menurut Siddiqi, perbuatan adil hanya merupakan the corner stone


of society, sedangkan perbuatan lhsan merupakan beauty and perfection
dalam kehidupan masyarakat. Dalam agama Islam juga mengajarkan
bahwa semua kegiatan bisnis haruslah dijalankan dengan mabrur. Mabrur
memihki arti bahwa kegiatan bisnis harus dijalankan dalam bidang yang
benar yaitu barang dan jasanya tidak boleh yang diharamkan dan
prosesnya harus juga dijalankan menurut norma dari agama.

Disamping itu, program CSR juga merupakan implikasi dari ajaran


kepemihkan dalam Islam. Allah adalah pemilik mutlak (haqiqiyah),
sedangkan manusia hanya sebatas pemilik sementara (temporer) yang
berfungsi sebagai penerima amanah. Menurut Ahmad, Allah sebagai
pemilik mutlak memberikan iman kepada manusia untuk menjadi
khalifah-Nya dan penerima karunia-Nya. Manusia didorong untuk
mencari rezeki, tetapi tanpa mengabalkan kepentingan akhirat. Selain itu,
ia didorong untuk berbuat lhsan (baik) dan dilarang membuat kerusakan
di muka bumi, sebagaimana frman-Nya.

‫ك ِمنَ ٱل ُّد ْنيَا ۖ َوأَحْ ِسن َك َمٓا‬ ِ ‫َوٱ ْبت َِغ فِي َمٓا َءاتَ ٰىكَ ٱهَّلل ُ ٱل َّدا َر ٱلْ َء‬
َ ‫اخ َرةَ ۖ َواَل ت‬
ِ َ‫َنس ن‬
Yَ َ‫صيب‬
َ‫ض ۖ إِ َّن ٱهَّلل َ اَل يُ ِحبُّ ْٱل ُم ْف ِس ِدين‬
ِ ْ‫أَحْ َسنَ ٱهَّلل ُ إِلَ ْيكَ ۖ َواَل تَب ِْغ ْٱلفَ َسا َد فِى ٱأْل َر‬

Artinya : “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah


kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, danjanganlah kamu melupakan
bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang
lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah
kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”. (Q.S al-Qashash, 28:
77)

Dalam konteks corporate social responsibility (CSR), para pelaku


usaha atau Pihak perusahaan dituntut bersikap tidak kontradiksi secara

10
disengaja antara ucapan dan perbuatan dalam bisnisnya. Mereka dituntut
tepat janji, tepat waktu, mengakui kelemahan dan kekurangan (tidak
ditutup-tutupi), selalu memperbaiki kualitas barang atau jasa secara
berkesinambungan serta tidak boleh menipu dan berbohong. Pelaku
usaha/ Pihak perusahaan harus memiliki amanah dengan menampilkan
Sikap keterbukaan, kejujuran, pelayanan yang optimal, dan ihsan
(berbuat yang terbaik) dalam segala hal, apalagi berhubungan dengan
pelayanan masyarakat.

Dalam konteks tanggung jawab sosial perusahaan (corporate


social responsibility/CSR) dalam Islam, maqashid as-yari’ah ditujukan
agar pelaku usaha atau pihak perusahaan mampu menentukan skala
prioritas kebutuhannya yang terpenting. Kebutuhan-kebutuhan itu tidak
hanya diorientasikan untuk jangka pendek, tetapi juga jangka panjang
dalam mencapai ridha Allah. Kegiatan ekonomi tidak saja melibatkan
aspek materi, tapi juga kualitas keimanan seorang hamba kepada Allah
Swt. Sesuai dengan ajaran Islam, sebenarnya ada konsep yang lebih
agung dan mulia terkait dengan tanggung jawab sosial, yaitu salah satu
dalam rukun Islam melalui zakat, dan instrumen sunnah lainnya, seperti
infaq dan shadaqah. Melalui pengumpulan instrumen-instrumen ini dapat
dibangun masyarakat sejahtera.

D. Pendekatan Tanggung Jawab Sosial


Untuk mengimplementasikan tanggung jawab sosial, R.W. Griffin (2004)
mengemukakan empat pendekatan tanggung jawab sosial sebagai berikut:
 Sikap obstruktif, yaitu pendekatan terhadap tanggung jawab sosial yang
melibatkan tindakan seminimal mungkin dan melibatkan usaha-usaha
menolak atau menutupi pelanggaran yang dilakukan. Perusahaan yang
menganut pendekatan seperti ini tidak terlalu peduli terhadap perilaku
etis dan umumnya sedapat mungkin menyembunyikan tindakannya
yang salah.
 Sikap defensif, yaitu pendekatan tanggung jawab sosial yang ditandai
dengan perusahaan hanya persyaratan hukum secara minimum atas

11
komitmennya terhadap kelompok dan indvidu dalam lingkungan
sosialnya.
 Sikap akomodatif, yaitu pendekatan tanggung jawab sosial yang
diterapkan suau perusahaan dengan melakukannya apabila diminta
melebihi persyaratan hukum minimum dalam komitmennya terhadap
kelompok dan individu dalam lingkungan sosialnya.
 Sikap produktif, yiatu pendekatan tanggung jawab sosial yang
diterapkan suatu perusahaan, yaitu secara aktif mencari peluang untuk
menyumbang semi kesejahteraan kelompok dan individu dalam
lingkungan sosialnya.

E. Pandangan Islam Mengenai Tanggung Jawab Sosial Perusahaan/CSR


(Corporate Social Responsibility)
Islam mempunyai prinsip pertanggung jawaban yang seimbang
dalam segala bentuk dan ruang lingkupnya. Antara jiwa dan raga, antara
individu dan keluarga, antara individu dan sosial dan, antara suatu
masyarakat dengan masyarakat yang lain. Tanggung jawab sosial merujuk
pada kewajiban-kewajiban sebuah perusahaan untuk melindungi dan
memberi kontribusi kepada masyarakat dimana perusahaan itu berada.
Sebuah perusahaan mengemban tanggung jawab sosial dalam tiga domain:
 Pelaku-Pelaku Organisasi, meliputi:
a. Perusahaan dengan Pekerja (QS. An-nisa ayat : 149) dalam wilayah
non-Islam, standar etis seringkali ditentukan oleh perilaku para
manajer. Standar ini meliputi perekrutan dan pemecatan, upah,
pelecahan seksual, dan hal-hal lain yang relevan dengan kondisi
kerja sesorang.
 Keputusan perekrutan, promosi dan lain-lain bagi pekerja.
Islam mendorong kita untuk memperlakukan setiap Muslim
secara adil. sebagai contoh, dalam perekrutan, promosi atau
keputusan-keputusan lain dimana seorang manajer harus
menilai kinerja seseorang terhadap orang lain, kejujuran dan
keadilan (‘adl) adalah sebuah keharusan. Allah SWT

12
mempertahankan kita untuk melakukan hal ini: “sesungguhnya
Allah SWT menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada
yang berhak menerimanya, dan apabila menetapkan hukum di
antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil”.
 Upah Yang Adil, Ibn Taymiyah menyatakan bahwa seorang
majikan memiliki kewajiban untuk membayar upah yang adil
kepada para pekerjanya. Sejumlah majikan mungkin
mengambil keuntungan dari para pekerjanya dan membayar
rendah kepada mereka karena tuntutan kebutuhan mereka
untuk mendapat penghasilan. Jika tingkat upah terlalu rendah,
para pekerja mungkin tidak termotivasi untuk berusaha secara
maksimal. Sama halnya, jika tingkat upah terlalu tnggi, sang
majikan mungkin tidak mendapatkan keuntungan dan tidak
dapat menjalankan perusahaannya. Dalam organisasi Islam,
upah harus direncanakan dengan cara yang adil baik bagi
pekerja maupun juga majikan. Pada Hari Pembalasan,
Rasulullah SAW akan menjadi saksi terhadap “orang yang
mempekerjakan buruh dan mendapatkan pekerjaanya
diselesaikan olehnya namun tidak memberikan upah
kepadanya”.
 Penghargaan terhadap keyakinan pekerja. Prinsip umum tauhid
atau keesaan berlaku untuk semua aspek hubungan antara
perusahaan dan pekerjaanya. Pengusaha Muslim tidak boleh
memperlakukan pekerjaanya seolah-olah Islam tidak berlaku
selama waktu kerja. Sebagai contoh, pekerja Muslim harus
diberi waktu untuk melaksanakan shalat, tidak boleh dipaksa
untuk melakukan tindakan yang bertentangan dengan aturan
moral Islam, harus diberi waktu istirahat bila mereka sakit dan
tidak dapat bekerja, serta tidak boleh dilecehkan secara
seksual, dan lain-lain. Untuk menegakkan keadilan dan
keseimbangan, keyakinan para pekerja non-Muslim juga harus
dihargai. “Allah SWT tiada melarang kamu untuk berbuat baik

13
dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada
memerangimu karena agama dan tidak pula mengusir kamu
dari negerimu. Sesungguhnya Allah SWT menyukai orang-
orang yang berlaku adil”.
 Akuntabilitas, Meskipun majikan atau pekerja dapat secara
sengaja saling menipu satu sama lain, namun mereka berdua
harus mempertanggungjawabkan perbuatanya di depan Allah
SWT. Sebagai contoh, Rasulullah Saw tidak pernah menahan
upah siapapun.
 Kebajikan Prinsip kebajikan (Ihsan) seharusnya merasuk
dalam hubungan antara bisnis dan pekerja. Pada suatu saat,
sebuah usaha mungkin berjalan kurang memuaskan, dan para
pekerjanya mungkin akan menanggung pengurangan upah
sementara untuk waktu kerja yang sama. Aspek lain prinsip
kebajikan adalah tidak melakukan tekanan yang tidak
melakukan tekanan yang tidak semestinya terhadap para
pekerja untuk bekerja secara membabi buta.
b. Hubungan Pekerja dengan Perusahaan
Berbagai persoalan etis mewarnai hubungan antara pekerja
dengan perusahaan, terutama berkaitan dengan persoalan
kejujuran, kerahasiaan, dan konflik kepentingan. Dengan
demikian, seorang pekerja tidak boleh menggelapkan uang
perusahaan, dan juga tidak boleh membocorkan rahasia
perusahaan kepada orang luar. Praktek tidak etis lan terjadi
ketika para manajer menambahkan harga palsu untuk makanan
dan pelayanan lain dalam pembukuan keuangan perusahaan
mereka. Beberapa dari mereka melakukan penipuan karena
merasa dibayar rendah, dan ingin mendapatkan upah yang adil.
pada saat yang lain, hal ini dilakukan semata karena
ketamakan. Pekerja Muslim, seharusnya tidak berbuat sesuatu
dengan cara-cara yang tidak etis.
 Hubungan Perusahaan dan Pelaku Usaha Lain

14
 Pemasok
Berkaitan dengan pemasok, Etika bisnis menyatakan bahwa
seseorang harus melakukan negosiasi dengan harga yang adil,
dan menghindari kesalahpahaman dimasa depan, serta
mengadakan perjanjian dengan tertulis.
 Pembeli / konsumen
Pembeli seharusnya menerima barang dalam kondisi baik
dan dengan harga yang wajar, mereka juga harus diberitahu bila
terdapat kekurangan-kekurangan pada suatu barang. Islam
melarang praktek-praktek ketika berhubungan dengan konsumen
atau pembeli, seperti:
a) Dilarang mengunakan alat ukur yang tidak tepat.
b) Dilarang Penimbunan dan manipulasi.
c) Dilarang Penjualan barang yang rusak atau palsu.
d) Dilarang menjual barang-barang curian.
e) Dilarang mengambil bunga dan riba.
f) Dilarang bersumpah palsu dalam keputusan menjual baranga
palsu.
 Orang yang berhutang
Secara umum, islam mendorong sikap bijaksana. Jika
seorang yang berhutang sedang dalam kesulitan keuangan,
dengan memberikan masa tangguh kepada yang mempunyai
hutang tersebut. Apabila seorang muslim punya hutang demi
usahanya, maka dia harus membayarnya. Dalam islam,
pembayaran hutang memiliki kedudukan yang sangat penting
hingga dosa – dosa orang yang mati shahid akan diampuni,
kecuali untuk hutang – hutangnya yang belum terbayar.
 Masyarakat umum
Seorang pengusaha memiliki kewajiban khusus jika ia
menyediakan barang kebutuhan penting bagi masyarakat. Dalam
menetapkan harganya dengan harga yang wajar, seperti pupuk

15
bagi petani, dan obatan-obatan untuk petani, jadi dilarang untuk
melakukan pengontrolan harga.
 Pihak yang berkepentingan /pemilik/Mitra
Yaitu dengan kegiatan – kegiatan yang menguntungkan
individu atau masyarakat dan menghapus kejahatan adalah
tindakan yang luhur. Islam mendorong terwujudnya hubungan
kemitraan seperti, Mudharabah, Musyarakah, Murabahah, dan
Qard Hasan.
 Fakir Miskin
Pengusaha akan selalu didekati oleh kaum fakir miskin utuk
meminta sedekah. Janganlah memberikan sesuatu yang akan
membuat fakir miskin itu akan tambah menderita (seperti barang
barang siasa yang akan membahaykan fakir miskin itu- seperti
makanan rusak. Para pengusaha muslim harus memberikan
kepada kaum miskin apa yang baik dan diperoleh dengan cara
yang halal.
 Pesaing
Persaingan dengan mengeliminasi para pesaing dengan
harapan memperoleh hasil ekonomi diatas rata-rata, sehingga
terjadi praktek penimbunan dan monopoli, perbuatan tersebut
dilarang islam.
 Lingkungan Alam (QS. Al-A’raf ayat : 56)
Perusahan dilarang membuang produk limbahnya mereka ke
udara, sungai dan tanah. Hal ini akan menyebabkan tejadinya
fenomena hujan asam, pemanasan global, dan ternacuni rantai
makanan. Seoarang pengusaha islam diharapkan memlihara
lingkungan alamnya. Seperti :
a. Perlakuan terhadap binatang, seperti contoh seorang muslim
dilarang untuk mengikat kaki binatang, lalu menyeretnya untuk
disembelih/dipotong.

16
b. Polusi lingkungan dan hak kepemilikan, Sekali seorang muslim
mencemari lingkungan, ia diharuskan membersihkannya atau
memindahkannya apa yang menjadi pencemaran tersebut.
c. Polusi Lingkungan dan Sumber Daya Bebas. Jika terjadi
pencermaran atau gangguan dalam bentuk apapun , maka pihak
pihak yang bersalah harus bertanggung jawab dengan
membersihkannya sendiri ataupun dengan mengakhiri penyebab
masalah tersebut.
d. Kesejahteraan Sosial Secara Umum. Sebagai bagian masyarakat,
pengusaha muslim harus turut memperhatikan kesejahteraan
anggotanya yang miskin dan lemah.
 Kesejahteraan Sosial
Masyarakat selain harus bertanggungjawab kepada berbagai
pihak yang berkepentingan dalam usahanya dan lingkungan alam
sekelilingnya, kaum Muslim dan organisasi tempat mereka bekerja
juga diharapkan memberi perhatian terhadap kesejahteraan umum
masyarakat dimana mereka tinggal. Sebagai bagian masyarakat,
pengusaha Muslim harus turut memperhatikan kesejahteraan
anggotanya yang miskin dan lemah. Pahala memelihara kaum
lemah ditekankan dalam hadist dibawah ini: Rasulullah Saw
berkata, “Orang yang merawat dan berbuat sesuatu untuk para
janda dan orang-orang papa, adalah laksana seorang ksatria yang
berjuang karena Allah SWT, atau laksana orang yang berpuasa
sepanjang siang dan beribadah sepanjang malam”.
Disisi lain, jika ada seseorang yang menghabiskan malamnya
dalam kondisi kelaparan, maka kesalahan akan dibebankan kepada
masyarakat karena tidak berusaha untuk merawat dan menjaganya.
Bisnis muslim harus memberi perhatian kepada usaha-usaha amal
dan mendukung berbagai tindakan kedermawanan. Sebagai contoh,
Amana, sebuah perusahaan investasi Muslim, mensponsori dan
mempublikasikan edisi revisi terjemahan Kitab Suci Al-Qur’an
oleh Yusuf Ali. Demikian halnya, Asosiasi Ilmuwan dan Insinyur

17
Muslim mempublikasikan sebuah panduan untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan mahasiswa-mahasiswa asing Muslim yang
ingin belajar di universitas-universitas Amerika Utara.
Bulan sabit Merah adalah sebuah organisasi internasional
yang telah banyak dikenal, yang bergerak dibidang pemberian
bantuan bagi kaum miskin dan lemah di negara-negara muslim
yang sedang tertimpa krisis.  

F. Ruang Lingkup Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR)


Di dalam tanggung jawab sosial, terdapat beberapa ruang lingkup
yang harus diketahui. Adapun ruang lingkup tanggung jawab sosial adalah
sebagai berikut :
 Tanggung jawab terhadap lingkungan
Tanggung jawab sosial terhadap lingkungan merupakan
kepedulian suatu perusahaan dalam mengendalikan operasionalnya
agar tidak merugikan masyarakat dan lingkungan sekitar, tetapi
seharusnya dapat memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar.
Bentuk-bentuk tanggung jawab sosial terhadap lingkungan yang harus
diperhatikan adalah kepedulian atas polusi udara, polusi air, polusi
tanah, pembuangan limbah beracun, daur ulang dan sebagainya.

 Tanggung jawab terhadap konsumen


Tanggung jawab sosial terhadap konsumen pada umumnya
terbagi atas dua kategori, yaitu menyediakan produk-produk
berkualitas dan menetapkan harga-harga secara adil. Perusahaan pun
harus memperhatikan hak-hak konsumen, dengan tidak menetapkan
harga yang tidak wajar, dan menjaga etika dalam hal periklanan. Suatu
perusahaan yang tidak bertanggung jawab terhadap pelanggannya
akan kehilangan kepercayaan dalam bisnisnya.
 Tanggung jawab terhadap karyawan
Bentuk tanggung jawab sosial terhadap karyawan didasarkan
pada aktivitas manajemen sumber daya manusia dalam melancarkan
fungsi-fungsi bisnis seperti proses perekrutan, penerimaan, pelatihan,

18
promosi, dan pemberian kompensasi. Perilaku tanggung jawab
terhadap para karyawan memiliki komponen hukum dan sosial. Suatu
perusahaan dikatakan memenuhi tanggung jawab hukum dan
sosialnya apabila karyawannya diberi kesempatan yang sama tanpa
memandang faktor-faktor suku, jenis kelamin, atau faktor lainnya
yang tidak relevan. Perusahaan harus mengakui kewajibannya untuk
melindungi kesehatan para karyawannya dengan cara memberikan
kesempatan untuk menyeimbangkan pekerjaan dengan tekanan
kehidupan dan preferensi hidup. Perusahaan yang mengabaikan
tanggung jawab itu akan menghadapi resiko kehilangan karyawan
yang produktif dan bermotivasi tinggi. Mereka juga membiarkan
dirinya menghadapi tuntutan hukum.
 Tanggug jawab terhadap investor
Perusahaan bertanggung jawab terhadap para investor dengan
cara mengelola sumber daya investor dan memperlihatkan status
keuangan para investor secara jujur. Perusahaan harus menghindari
tindakan yang tidak bertanggung jawab terhadap para investor dengan
cara memberikan keterangan yang menyimpang mengenai sumber
daya.
 Tanggung jawab terhadap umat
Dalam bisnis Islam, tanggung jawab sebagai pengusaha dan
pedagang muslim adalah membayar zakat dan sedekah kepada yang
berhak menerimanya, fakir miskin.

G. Program-Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan/CSR


(Corporate Social Responsibility)
1) Community Relation
Kegiataninimenyangkutpengembangankesepahamanmelaluikomunikasi
daninformasikepadaparapihak yang terkait. Beberapa kegiatan yang
dilakukan PLN antara lain: melaksanakan sosialisasi instalasi listrik.
2) Community Services

19
Program bantuan dalam kegiatan berkaitan dengan pelayanan
masyarakat atau kepentingan umum. Kegiatan yang yang di lakukan
selama setahun
3) Community Empowering
Kegiatan ini terdiri dari program-program yang memberikan akses yang
lebih luas kepada masyarakat untuk menunjang kemandiriannya.

H. Manfaat Tanggung Jawab Sosial Perusahaan /CSR (Corporate Social


Responsibility)
 Manfaat bagi perusahaan
Manfaat yang jelas bagi perusahaan jika perusahaan memberikan
tanggung jawab sosial adalah munculnya citra positif dari masyarakat
akan kehadiran perusahaan di lingkungannya. Kegiatan perusahaan
dalam jangka panjang akan dianggap sebagai kontribusi yang positif
bagi masyarakat. Selain membantu perekonomian masyarakat,
perusahaan juga akan dianggap bersama masyarakat membantu dalam
mewujudkan keadaan yang lebih baik di masa yang akan datang.
Akibatnya, perusahaan justru akan memperoleh tanggapan yang
positif setiap kali akan menawarkan sesuatu kepada masyarakat.
Perusahaan tidak saja dianggap sekadar menawarkan produk untuk
dlbeli masyarakat, tetapi juga dianggap menawarkan sesuatu yang
akan membawa perbaikan bagi masyarakat.
 Manfaat bagi masyarakat
Manfaat bagi masyarakat dari tanggung jawab sosial yang
dilakukan oleh perusahaan sangatlah jelas. Selain bahwa beberapa
kepentingan masyarakat diperhatikan oleh perusahaan, masyarakat
juga akan mendapatkan pandangan baru mengenai hubungan
perusahaan dan masyarakat yang barangkali selama ini hanya sekedar
dipahami sebagai hubungan produsen-konsumen, atau hubungan
antara penjual dan pembeli saja. Masyarakat akan memillki
pandangan baru bahwa hubungan antara masyarakat dan dunia bisnis

20
perlu diarahkan untuk kerjasama yang saling menguntungkan kedua
belah Pihak.
Hubungan masyarakat dan dunia bisnis tak lagi dipahami sebagai
hubungan antara Pihak yang mengeksploitasi dan Pihak yang
tereksploitasi, tetapi hubungan kemitraan dalam membangun
masyarakat lingkungan yang leblh balk. Tidak hanya di sektor
perekonomian, tetapi juga dalam sektor sosial, pembangunan, dan
lain-lain.

 Manfaat bagi pemerintah


Manfaat sebagai pemerintah dengan adanya tanggung jawab
sosial dari pemerintah juga sangatlah jelas. Pemerintah pada akhirnya
tidak hanya berfungsi sebagai wasit yang menetapkan aturan main
dalam hubungan masyarakat dengan dunia bisnis, dan memberikan
sanksi bagi pihak yang melanggarnya.
Pemerintah sebagai pihak yang mendapat legitimasi untuk
mengubah tatanan masyarakat ke arah yang lebih baik akan
mendapatkan partner dalam mewujudkan tatanan masyarakat tersebut.
Sebagian tugas pemerintah dapat dijalankan oleh anggota masyarakat,
dalam hal ini perusahaan atau organisasi bisnis.
Selanjutnya, manfaat bisnis yang mengadopsi program tanggung
jawab sosial atau biasa dlkenal CSR, diantaranya:
 Reputasi meningkat
 Nilai pemegang saham bertambah
 Para karyawan termotivasi dan bahagia

Selain itu, CSR juga dianggap memberikan kontribusi terhadap


komunitas bisnis untuk membantu masyarakat memenuhi tantangan
lingkungannya.

21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tanggung jawab sosial perudahaan dalam dunia bisnis bukanlah
bentuk tanggung jawab yang dipaksakan apalagi atas dasar tekanan,
ancaman, atau paksaan, melainkan tanggung jawab yang didasari kaidah
moral, komitmen sosial, dan etika bisnis. Tanggung jawab sosial
perusahaan dalam dunia bisnis dipengaruhi oleh berbagai kekuatan, yaitu
norma sosial dan budaya, hukum sertaregulasi, praktik dan budaya
organisasi. Jadi, boleh dikatakan dia terbentuk karena dorongan
kemanfaatan, moralitas, dan keadilan. Etika dalam berbisnis adalah mutlak
dilakukan. Maju mundurnya bisnis yang dijalankan adalah tergantung dari
pelaku bisnis itu sendiri. Apa yang dia perbuat dengan konsekuensi apa
yang akan dia peroleh sudah sangat jelas.
Pebisnis yang menjunjung tinggi nilai etika akan mendapat point
reward terhadap apa yang telah dia lakukan. Kemajuan perusahaan,
kepercayaan pelanggan, profit yang terus meningkat, pangsa pasar terus
meluas, merupakan dambaan bagi setiap pebisnis dan ini akan diperoleh
dengan menjungjung tinggi nilai etika.

22
DAFTAR PUSTAKA

http://www.academia.edu/23928515/TANGGUNG_JAWAB_SOSIAL_PERUSA
HAAN_MENURUT_ISLAM

http://jurnaliainpontianak.or.id/index.php.Almaslahah/article/download/684/400

http://eprints.stainkudus.ac.id/192/4/4.%20BAB%201.pdf

http:dianprase.com/2017/05/makalah-etika-bisnis-dan-tanggung-jawab

http://elysaputr11.com/2014/06/makalah-tanggungng-jawab-sosial-perusahaan-
dalam-islam

23

Anda mungkin juga menyukai