Anda di halaman 1dari 4

Teori teori pembangunan

Pada mulanya teori pembangunan di nominasi oleh pemikiran yang cenderung memandang proses
pembangunan sebagai serangkaian tahapan ekonomi yang berurutan yang pasti akan dialami oleh setiap
negara dalam menjalankan pembangunan.

Pada tahun 1980-an muncullah kontrarevolusi teori neoklasik yang menekankan pasar bebas dan
terbuka serta menswastanisasi kan perusahaan milik negara yang tidak efisien dan juga boros.

Todaro (1998) mengelompokkan teori-teori utama pembangunan ekonomi pada lima pendekatan,
yakni:

1. Model-model pertumbuhan bertahap linear (linear-stages of growth models).

2. Kelompok teori dan pola-pola perubahan struktural (the structural change theories and patterns).

3. Revolusi ketergantungan internasional (international dependence revolution).

4. Kontrarevolusi pasar besar neoklasik (neoclassical free- market counterrevolution).

5. Teori pertumbuhan ekonomi baru atau endogen (new or edogenous theory economic growth).

Sesungguhnya, teori pembangunan dapat dipandang sebagai koreksi terhadap prasangka statis dan
etnosentris dalam ilmu sosial aliran terbesar. Jadi teori pembangunan memuat berbagai pendekatan
ilmu sosial yang berusaha menangani perubahan besar dalam proses tersebut. Hal ini berlaku bagi teori
pembangunan yang bersifat multidisipliner, normatif, dan pada dasarnya berorientasi pada Dunia
Ketiga. Teori pembangunan dengan demikian merupakan kumpulan yang lepas dari berbagai
pendekatan yang saling bersaing. Kendatipun saling berlawanan, berbagai pendekatan itu menurut
Hettne (2001), mengandaikan satu sama lain. Perlu ditekankan bahwa teori pembangunan sebagai
kumpulan pemikiran khusus tidak hanya untuk diterapkan di Dunia Ketiga, sebaliknya keberagaman
Dunia Ketiga justru menampilkan tantangan bagi ilmu sosial dalam sikap dan tindakannya terhadap
perubahan dan transformasi yang menjadikan ilmu itu universal dan global.

BAB III PENGEMBANGAN WILAYAH

Pengembangan adalah upaya memajukan, memperbaiki atau meningkatkan sesuatu yang sudah ada.
Pengertian pengembangan pembangunan, namun dalam aktualisasinya tidak mudah membedakan
kedua pengertian tersebut (Jayadinata, 1999). Oleh karena itu pada hakikatnya pengertian
pengembangan sudah termasuk dalam pengertian pembangunan. Kegiat pembangunan pada dasarnya
dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat secara berbeda
dengan pengertian merata. Dalam kerangka pengembangan wilayah, perlu dibatasi pengertian
"wilayah" yakni ruang pemukaan bumi di mana manusia dan makhluk lainnya dapat hidup dan
beraktivitas. Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang, wilayah
diartikan sebacai kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan
berdasarkan aspek administratif dan atau aspek fungsional. Dalam kerangka pembangunan nasiona
perencanaan pengembangan wilayah dimaksudkan untuk memperkecil perbedaan pertumbuhan
kemakmuran antarwilayah atau antardaerah. Di samping itu, diusahakan untuk memperkecil perbedaan
kemakmuran antara perkotaan dan perdesaan (Jayadinata, 1999)

Konsep pengembangan wilayah pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari program pemberdayaan dan
juga pengembangan masyarakat. Menurut Brian dan white (1982) pemberdayaan adalah pemberian
kesempatan untuk secara bebas memilih berbagai alternatif dan mengambil keputusan sesuai dengan
tingkat kesadaran, kemampuan, dan keinginan masyarakat serta memberi kesempatan kepada mereka
untuk belajar dari keberhasilan serta kegagalan dalam merespon suatu perubahan, sehingga mampu
mengendalikan masa depannya.

Pengembangan wilayah merupakan suatu usaha dalam mengembangkan dan juga meningkatkan
hubungan saling ketergantungan dan interaksi antara sistem ekonomi (economic system), manusia atau
masyarakat (social system) dan lingkungan hidup beserta sumber daya alam (ecosystem).

Purboyo (dalam Akil, 2001), mengatakan terdanar beberapa teori pengembangan wilayah yang dapat
dijadikan acuan dalam rangka penataan ruang. Secara umum teori pengembangan wilayah maupun
penataan ruang sudah berkembang jauh dari sejak dikembangkan pada tahap awal. Teori-teori
pengembangan wilayah menganut berbagai azas atau dasar dari tujuan penerapan masing-masing teori.

1. Teori yang memberi penekanan kepada kemakmuran wilayah (local prosperity).

2. Teori yang menekankan pada sumber daya lingkungan dan faktor alam yang dinilai sangat
mempengaruhi keberlanjutan sistem kegiatan produksi di suatu daerah (sustainable production activity).
Penganut teori ini sering disebut sebagai kelompok yang peduli dengan pembangunan berkelanjutan
(sustainable development).

3. Teori yang memberikan perhatian kepada kelembagaan dan proses pengambilan keputusan di tingkat
lokal sehingga kajian terfokus kepada governance yang bisa bertanggung jawab (responsible) dan
berkinerja bagus.

4. Teori yang perhatiannya tertuju kepada kesejahteraan masyarakat yang tinggal di suatu lokasi (people
prosperity).

BAB IV KETIMPANGAN PEMBANGUNAN NASIONAL ( PENGALAMAN ORDE BARU)

Secara teoretis, kegiatan pembangunan nasional suatu dari perkembangan bangsa tidak dapat
dipisahkan internasional yang lazim disebut dengan global governance. Peranan pemerintah dalam
kegiatan perencanaan dan implementasi program pembangunan adalah memacu pertumbuhan dalam
negara, yang tercermin dalam posisinya, antara lain: Pertama, sebagai pelaksana kebijaksanaan
ekonomi; kedua, sebagai konsumen, produsen sekaligus investor; ketiga, sebagai pengelola perusahaan
(negara); dan keempat, sebagai pengatur masyarakat (regulator) (Usman, 1985).
Jadi pada hakikatnya pembangunan itu harus mencerminkan perubahan total suatu masyarakat atau
keseluruhan, penyesuaian sistem sosial mengabaikan keragaman kebutuhan dasar individual maupun
kelompok-kelompok sosial yang ada di dalamnya, untuk bergerak maju menuju suatu kondisi kehidupan
yang serba lebih baik secara material maupun spiritual.

Untuk kasus Indonesia, yang berkaitan dengan ketimpangan pembangunan ekonomi sejak orde baru,
dapat dilihat: Pertama, ketimpangan produktivitas antara pertanian dan industri manufaktur (dan jasa).
Kedua, ketimpangan pendapatan antara wilayah perkotaan dan pedesaan. Ketiga, ketimpangan
pemilikan aset ekonomi antara sekelompok masyarakat tertentu dan rakyat secara keseluruhan (Arif,
2000).

Bila disederhanakan ketiga pokok persoalan di atas adalah terjadinya kesenjangan dan ketimpangan
ekonomi pada masyarakat Indonesia. Ujung pangkal dari bentuk ketimpangan produktivitas yang
mengakibatkan kesenjangan pendapatan wilayah desa dan kota, pada gilirannya terjadi ketimpangan
secara umum. Asumsi dasar kehadiran persoalan tersebut bermula dari kebijakan pembangunan
pemerintah atau struktur ekonomi secara makro yang tidak memperhatikan pemerataan. Persoalan
yang biasa muncul dengan mudah akibat adanya ketimpangan itu adalah kemiskinan.

BAB V MASALAH KEMISKINAN DI PERKOTAAN

Kemiskinan merupakan salah satu masalah klasik yang selalu dihadapi oleh umat manusia karena
melibatkan seluruh aspek kehidupan, walaupun seringkali kehadirannya manusia yang tidak disadari
sebagai masalah oleh bersangkutan. Masalah kemiskinan muncul akibat adanya ketimpangan yang
cukup tajam pada aspek distribusi penguasaan sumber-sumber ekonomi keluarga. Bagi mereka yang
tergolong miskin, kesadaran akan kemiskinan baru muncul pada saat mereka membandingkan
kehidupan yang dijalani dengan kehidupan orang lain yang tergolong mempunyai tingkat kehidupan
sosial dan ekonomi yang lebih baik (Suparlan, 1995).

Dari beberapa kajian, masalah kemiskinan selalu digeneralisasi bahwa mayoritas penduduk miskin
adalah mereka yang bertempat tinggal di pedesaan, dengan mata pencarian pokok dalam bidang
pertanian, serta kegiatan-kegiatan yang erat hubungannya dengan sektor ekonomi tradisional (Todaro,
1998).

Namun perlu dipahami bahwa masalah kemiskinan di perkotaan merupakan masalah yang laten dan
kompleks, yang implikasi sosial dan kulturalnya bukan hanya melibatkan dan mewujudkan berbagai
masalah sosial yang ada di kota yang bersangkutan saja, ataupun hanya menjadi masalah bagi orang
miskin di kota tersebut, tetapi melibatkan juga masalah-masalah yang ada di pedesaan dan di kota-kota
lainnya baik secara langsung maupun tidak..

BAB VI PENGGUNAAN LAHAN DAN PENGEMBANGAN WILAYAH

Sumber daya alam yang terdapat pada suatu wilayah, pada dasarnya merupakan modal dasar
pembangunan yang perlu digali dan memperhatikan karakteristiknya. Menurut Jayadinata (1999), lahan
sebagai salah satu sumber daya alam, dapat dipandang dari berbagai perspektif. Konsep lahan atau
tanah setidaknya mencakup; (1) konsep ruang; (2) konsep lahan; (3) konsep faktor produksi dan barang
konsumsi; (4) konsep situasi; (5) konsep properti; serta (6) konsep modal. dimanfaatkan secara tepat
dengan.

Saat ini berkembang pandangan bahwa lahan atau tanah diperlakukan sebagai komoditas strategis yang
mempunyai karakteristik yang kompleks, yaitu; (1) penyediaannya bersifat tetap; (2) tidak ada biaya
penyediaan; (3) bersifat unik; (3) tidak dapat dipindahkan; dan (4) permanen (Kivel, 1993). Pandangan
lain mengatakan bahwa tanah bukanlah komoditas, melainkan aset (Tjondronegoro, 1996). Dalam
pengertian aset, tanah meskipun sama dengan komoditas lain yang dapat diperjualbelikan, namun
kelebihan aset ini dapat turut berperan dalam produksi sehingga memberikan nilai tambah.

Penggunaan lahan merupakan keterkaitan antara aktivitas manusia dengan sebidang lahan. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin banyak manusia yang bermukim pada suatu wilayah, maka semakin besar
intervensi manusia dalam mengubah fungsi lahan untuk berbagai macam bentuk kegiatan. Perubahan
fungsi lahan tersebut akan menimbulkan konsekuensi terhadap lingkungan.

Sutanto (1986), secara terperinci membedakan bahwa penggunaan lahan tidak sama dengan tata guna
lahan. Karena yang dimaksud dengan tata guna lahan adalah penggunaan lahan secara rinci. Adapun
perbedaan penggunaan lahan dengan tata guna lahan adalah:

1. Penggunaan lahan bersifat umum, sedangkan tata guna lahan bersifat rinci.

2. Penggunaan lahan menjawab pertanyaan untuk apa lahan digunakan (misalnya jawabannya untuk
sedangkan tata guna lahan menjawab pertanyaan bagaimana penggunaannya (misalnya sawah,
bagaimana penggarapannya, irigasinya, dan sebagainya). sawah), cara

Anda mungkin juga menyukai