Anda di halaman 1dari 5

GLOBALISASI TEORI PEMBANGUNAN

Oleh : Rezita Rizqi Amalia 115020400111034

S1 KEUANGAN DAN PERBANKAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2012 2013

GLOBALISASI TEORI PEMBANGUNAN


a. Pendahuluan Pembangunan sering dirumuskan sebagai proses perubahan yang terencana dari situasi nasional yang satu ke situasi yang lain yang dinilai lebih tinggi (Kattz,1971): dengan kata lain pembangunan menyangkut proses perbaikan (Seers,1970).

Pembangunan Ekonomi merupakan usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup suatu negara yang diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan riil perkapita. Pembangunan ekonomi berarti pengurangan ketidakmerataan distribusi pendapatan serta

pemberantasan kemiskinan. b. Teori-teori Pembangunan Teori pembangunan sudah banyak ditemukan dan dikembangkan oleh banyak ahli. Ada tiga teori pembangunan yaitu : Teori Modernisasi Perspektif teori Modernisasi Klasik menyoroti bahwa negara Dunia Ketiga merupakan negara terbelakang dengan masyarakat tradisionalnya. Sementara negaranegara Barat dilihat sebagai negara modern. Modernisasi diartikan sebagai proses transformasi. Dalam rangka mencapai status modern, struktur dan nilai-nilai tradisional secara total diganti dengan seperangkat struktur dan nilai-nilai modern. Modernisasi merupakan proses sistematik. Modernisasi melibatkan perubahan pada hampir segala aspek tingkah laku sosial, termasuk di dalamnya industrialisasi, diferensiasi, sekularisasi, sentralisasi. Modernisasi memiliki ciri-ciri :

Modernisasi merupakan proses bertahap. Modernisasi juga dapat dikatakan sebagai proses homogenisasi. Modernisasi sama dengan Barat. Modernisasi juga dilihat sebagai proses yang tidak bergerak mundur.
Modernisasi merupakan perubahan progresif

Modernisasi memerlukan waktu panjang. Modernisasi dilihat sebagai proses


Teori Dependensi Teori Dependensi lebih menitik beratkan pada persoalan keterbelakangan dan pembangunan negara Dunia Ketiga. Munculnya teori dependensi lebih merupakan kritik

terhadap arus pemikiran utama persoalan pembangunan yang didominasi oleh teori modernisasi. Teori ini mencermati hubungan dan keterkaitan negara Dunia Ketiga dengan negara sentral di Barat sebagai hubungan yang tak berimbang dan karenanya hanya menghasilkan akibat yang akan merugikan Dunia Ketiga. Sebagian terbesar (sekitar 80%) penduduk di negara-negara dunia ketiga tinggal di daerah perdesaan. Mereka umumnya (sekitar 66%) bekerja di sektor pertanian. Padahal sumbangan sektor pertanian terhadap produk nasional kotor (GDP) hanya 32%. Di negara berkembang, sektor pertanian memiliki produktivitas yang rendah, teknologi pertaniannya primitif, organisasinya tidak baik, terbatasnya input modal fisik dan tenaga kerja yang terdidik/terampil. Umumnya perekonomian di negara-negara yang sedang berkembang berorientasi pada produksi bahan-bahan pokok sebagai saingan dari kegiatan-kegiatan produk sekunder (industri) dan tersier (jasa). Komoditi pokok ini merupakan ekspor yang penting ke negara lain. Teori Sistem Dunia Teori sistem dunia yang dikemukakan oleh Immanuel Wallerstein. Hal ini dikarenakan bahwa dalam suatu sistem sosial perlu dilihat bagian-bagian secara menyeluruh dan keberadaan negara-negara dalam dunia internasional tidak boleh dikaji secara tersendiri karena ia bukan satu sistem yang tertutup. Teori ini berkeyakinan bahwa tak ada negara yang dapat melepaskan diri dari ekonomi kapitalis yang mendunia. Wallerstein menyatakan sistem dunia modern adalah sistem ekonomi kapitalis c. Globalisasi Teori Pembangunan Dalam teori pembangunan dikenal adanya faktor eksogen dan endogen yang saling berkaitann sebagai tesis dan antitesis. Meskipun dalam khasanah kedua teori tersebut dapat dipisahkan, namun dalam kenyataannya kedua faktor tersebut saling terkait antara satu dengan lainnya. Dapat dikatakan bahwa tidak ada suatu negara di dunia ini yangsepenuhnya otonom dan mandiri. Dari Dependensi Menuju Interdependensi Ada beberapa dimensi yang mendasari lahirnya konsep interdependensi sebagai perkembangan dari konsep ketergantungan. Dimensi tersebut meliputi dimensi fisik, dimensi ekonomi dan dimensi politik.

Dimensi fisik pertama kali muncul pada tahun 1970 an , terutama setelah diadakannya konferensi lingkungan oleh PBB pada thun 1972. Konferensi lingkungan memunculkan kesadaran akan adanya suatu bumi, dimana kegiatan suatu negara akan menpengruhi keseimbangan lingkungan secara global. Dimensi ekonomi yang mendasari konsep interdepandensi, pertama kali dikemukakan dalam proposal yang diajukan oleh komisi brandt atau brandt commission report pada tahun 1980. Dalam proposal tersebut,komisi ini menghendaki adanya hubungan ekonomi yang saling menguntungkan. Adanya keterkaitan antarnegara dalam dimensi fisik maupun ekonomi diharapkan manciptakan adanya kerjasama yang mendorong adanya perdamayan dan pembagunan dunia. Perkembangan konsep ketergantungan menuju konsep interdependensi ini mangakibatkan adanya transisi dalam perekonomian dunia. Pendekatan Dalam Konsep Interdependensi Pendekatan dalam konsep interdependensi ini menyatakan bahwa kapitalisme dalam perekonomian dunia sudah ada semenjak abad ke-16. Sistem kapitalisme ini berkembang yang pada akhirnya menyatukan wilayah-wilayah yang semula terisolasi maupun wilayah-wilayah yang telah mampu mencukupi kebutuhan masyarakatnya secara mandiri. Perkembangan sistem kapitalisme ini mengandung dua dimensi, yaitu: ekpansi secara geografis dan ekspansi dalam bidang sosial ekonomi. Meskipun pendekatan dalam konsep ketergantungan dan konsep interdependensi sama-sama bersifat kapitalis, konsep interdependensi tidak mempertentangkan kepentingan dari daerah inti dengan daerah periferi (pinggiran). Dalam pendekatan interdependensi justru lebih ditekankan adanya kerjasama antara keduanya yang memungkinkan bagi daerah periferi untuk berkembang menjadi daerah semiperiferi. Menurut pendekatan ini, pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses perubahan struktur ekonomi suatu daerah dari daerah periferi menjadi semiperiferi atau dari daerah semiperiferi menjadi daerah inti. d. Strategi Pembangunan Strategi pembangunan pada dasarnya merupakan konsep empiris yang langsung berkaitan dengan perilaku suatu negara (Hettne,1991;136).yang diterapkan suatu negara terhadap masalah peningkatan kesejahteraan rakyatnya dalam arti materill, yang

dikaitkan dengan sumber daya dan alam yang di punyai, serta berkaitan dengan dunia internasional. Percobaan untuk memisahkan diri dengan sistem dunia dalam tingkat yang radikal (redical delinking) terbukti tidak didukung oleh fakta empiris. Kendati demikian pilihan strategi pembangunan memang antara integrasi dengan sistem dunia ataukah otonomi, ataupun antara penganut aliran radikal dengan pembangunan bertahap. Ekonomi politik nasional dikambangkan lebih lanjut oleh para penganut teori dependensia, yang mendukung strategi radikal delinking dengan pasar dunia. Berdasarkan pengalaman dalam proses pembangunan sebelumnya, Grifin (1988) megolongkan setrategi pembangunan menjadi enam yaitu: Strategi Pembangunan Moneteris Strategi Pembagunan Ekonomi Terbuka Srtategi Pembangunan Industrialisasi Strategi Pembangunan Revolusi Hijau Strategi Pembangunan Redistribusi Strategi Pambangunan Sosialisasi Tidak semua negara menganut strategi pembangunan yang jelas. Biasanya, kebanyakan negara yang tidak mengikuti strategi pembangunan dapat diidentifikasi dan seringkali berubah-ubah. Bisa dipahami apabila peran strategi pembangunan bagi banyak negara saat ini cendrung menjawab krisis manajemen daripada melakukan transformasi sosial-ekonomi. Pada gilirannya hal ini mengarungi relevansi teori pembangunan.

Sumber : Budima, Arif, Teori Tembangunan Dunia Ketiga http://dedifahradi.blogspot.com/2011/03/globalisasi-teori-pembangunan.html

Anda mungkin juga menyukai